Post on 10-Jan-2020
POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGOBATAN
MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN
KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Natalia Putri Arumsari
NIM : 128114146
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
POLA DAN MOTIVASI PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGOBATAN
MANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN
KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Natalia Putri Arumsari
NIM : 128114146
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
POLA DAI{ MOTTVASI PENGGT]NAAN OBAT I]NTI]K PENGOBATAI\IMANDIRI DI KALAITGAI\I MASYARAKAT DESA DIENG KECAMA'TAI\I
KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH
Skripsi yang diajukan oleh:
NataliaPuti Arumsari
NIhlI: 128114L46
Telah disetujui oleh:
ranggal .. *P'-.N.W.qmh*..*P. .t5
Pembimbing Utama
tuAris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
1t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengoorh*n Skrip*i Beriudul
P'OLA I}AIII MOTTYASI PENGGI,I{AAI\T OBAT ITNTI,K PENGOBATANMANI}Iil I}I KALANGANT MASYARAKAT }ESADIENG KECAMATAI{
KATAJAR KABIJPATEN WONOSOBO JAWA TtrNGAII
Oleh:
NataliaPuni Anrmsai
NIM : l28t 14146
Panitia P€r€r4ii Skripsi
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
2. Ipang Djunrko, M.Sc., ^Apt
3. Dita tvlaria Virgini4 lvLsc., Apt
tll
5#qeffi,."#
tr@ffi##$
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAI\ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sestrngguhnya bahwa slripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagran karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
Yoryakarta, 25 November 201 5
Penulis
r0\EeNatalia Futri Arumsari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
't
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPTJBLIKASI KARYA ILMIAII LINTUK KEPENTINGAN AKAI}Eh{IS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Natalia Putri Arumsari
NomorMahasiswa : 1281T4146
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
POLA DAN MOTTVASI PENGGT]NAAN OBAT I]NTUKPENGOBATANMANDIRI DI KALANGAN MASYARAKAT DESA DTENG KECAMATAN
KEJAJAR KABT}PATEN WONOSOBO JAWA TENGAHbeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikankepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, ffio-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Padatanggal :25 Januari 2016
Yang menyatakan
rd,,#"( Natalia Putri Arumsari )
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “POLA DAN MOTIVASI
PENGGUNAAN OBAT UNTUK PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MASYARAKAT DESA DIENG KECAMATAN KEJAJAR
KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH” dengan baik. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata
Dharma, Yogyakarta, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah
memberikan informasi, bimbingan, pengarahan, saran, nasehat, dan koreksi
selama pelaksanaan penelitian.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan kritik dan saran, serta dukungan bagi penulis dalam
menyelesaikan naskah skripsi ini.
3. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan kritik dan saran, serta dukungan bagi penulis dalam
menyelesaikan naskah skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Bapak Jeffry Julianus, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dari awal perkuliahan
hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang telah menyetujui pelaksanaan
penelitian dan memberikan ethical clearance.
6. Bapak Kepala Kecamatan Kejajar yang membantu memberikan informasi
dalam menentukan lokasi penelitian.
7. Bapak Kepala Desa Dieng yang membantu selama pengambilan data
penelitian.
8. Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah yang telah bersedia mengikuti penelitian dari awal sampai akhir.
9. Bapak Stefanus Mardjono dan Ibu Christina Asiati yang telah memberikan
cinta, kasih sayang, doa, dukungan, teladan dan kepercayaan kepada penulis
sehingga penulis berhasil menyelesaikan penelitian ini.
10. Kedua kakak penulis, mas Robertus Dhamar Mudho Prasetyo dan Robertus
Wahyu Fajar Sasongko, terima atas dukungan yang tak henti-hentinya
diberikan kepada penulis dan selalu menjadi panutan bagi penulis.
11. Yohanes Arsadewa, terimakasih untuk segala dukungan, semangat, motivasi,
doa dan cinta tiada henti yang diberikan kepada penulis.
12. Sahabat terbaik yang pernah ada: S Intan Ary Prayogi, Nadia Sanaz Agatha,
Rifky Wilyan Dea Riswazy, Ayu Ismi Kartikasari, Dika Rachmawati, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Wahyu Teguh Santoso. Terimakasih untuk suntikan semangat yang diberikan
dan selalu ada dalam suka maupun duka sampai saat ini.
13. Teman-teman sekelompok penelitian dan seperjuangan sekaligus keluarga
bagi penulis: Lusia Jois Mariana, Veronika Purba dan Yenni Mardiati
Pasaribu. Terimakasih untuk dukungan, semangat, motivasi, dan suka duka
selama ini.
14. Keluarga Cemara: Cyndi, Yeni, Lusia, Maria, Boni, Sisca, Atik, Adit, Nanda,
Mona, Trisna, Vero, Rahayu, Rury, Satrio, Sona, Itin, dan Ida. Terimakasih
atas keceriaan, kebersamaan dan semangat luar biasa yang selalu diberikan
pada penulis.
15. Teman-teman KKN Angkatan L Universitas Sanata Dharma Kelompok 21
Watugajah, Yasinta Osy Petriana, Ruth Dewi Santana, dan Tamara Anjani
Utomo. Senang bisa mengenal kalian, terimakasih semangatnya!
16. Teman-teman kelas FSM D 2012 dan FKK B 2012, terimakasih atas segala
perjuangan yang telah kita lewati bersama dalam proses belajar ini.
Pengalaman yang sangat luar biasa mengenal kalian semua.
17. Teman-teman farmasi angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma yang luar
biasa, terimakasih untuk setiap perjuangan, semangat, motivasi dan
kebersamaan kita selama ini.
18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis hingga
penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
INTISARI ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ....................................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
1. Perumusan masalah .................................................................. 4
2. Keaslian penelitian ................................................................... 5
3. Manfaat penelitian .................................................................... 7
a. Manfaat teoritis .................................................................... 7
b. Manfaat praktis .................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1. Tujuan umum............................................................................ 7
2. Tujuan khusus ........................................................................... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 9
A. Pengobatan Mandiri .......................................................................... 9
B. Obat ................................................................................................... 12
1. Obat Bebas (OB) ...................................................................... 13
2. Obat Bebas Terbatas (OBT) ..................................................... 13
3. Obat Keras (OK)....................................................................... 14
4. Obat Wajib Apotek (OWA)...................................................... 15
C. Pola Penggunaan Obat ..................................................................... 16
D. Motivasi ........................................................................................... 21
E. Keterangan Empiris ........................................................................ 22
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 23
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 23
C. Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 24
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian ............................................. 24
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 26
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 26
G. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 27
H. Instrumen Penelitian ........................................................................ 28
I. Tata Cara Penelitian......................................................................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Studi Pustaka ............................................................................ 28
2. Penentuan Lokasi Penelitian..................................................... 28
3. Perizinan dan Etika Penelitian .................................................. 29
4. Pembuatan Panduan Wawancara .............................................. 30
5. Pengumpulan Data.................................................................... 30
6. Pengolahan Data ....................................................................... 31
J. Analisis Hasil ................................................................................... 31
1. Hasil data karakteristik ............................................................. 31
2. Hasil data kualitatif................................................................... 32
K. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33
A. Karakteristik Responden ................................................................... 33
1. Usia ........................................................................................... 34
2. Jenis kelamin ............................................................................ 34
3. Jenis pekerjaan.......................................................................... 35
4. Status pernikahan...................................................................... 35
5. Pendidikan terakhir ................................................................... 36
6. Pendapatan per bulan ................................................................ 37
B. Pola Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan
Masyarakat Desa Dieng .................................................................... 38
1. Frekuensi penggunaan dalam satu bulan terakhir .................... 38
2. Lokasi pembelian obat .............................................................. 40
3. Jarak pembelian obat ................................................................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Harga obat ................................................................................ 43
5. Pengguna obat untuk pengobatan mandiri ............................... 44
6. Nama-nama obat ....................................................................... 45
7. Frekuensi dalam mengkonsumsi obat ...................................... 47
8. Cara pemakaian obat ................................................................ 48
9. Bentuk-bentuk obat .................................................................. 49
10. Keluhan/sakit yang diobati ....................................................... 50
11. Pengalaman penggunaan obat sebelumnya .............................. 52
12. Efek samping yang dirasakan................................................... 52
13. Sumber informasi ..................................................................... 53
14. Frekuensi kesembuhan ............................................................. 55
C. Motivasi Penggunaan Obat untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan
Masyarakat Desa Dieng .............................................................. .... 56
1. Alasan memilih obat untuk pengobatan mandiri ...................... .56
2. Alasan menggunakan obat untuk mengatasi penyakit yang
dialami dibandingkan memeriksakan diri ke
puskesmas/RS/dokter ............................................................... 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 60
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN ..................................................................................................... 68
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Responden ..................................................................... 33
Tabel II. Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri ................................ 42
Tabel III. Frekuensi harga obat untuk pengobatan mandiri ................................. 44
Tabel IV. Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri ....................................... 46
Tabel V. Frekuensi konsumsi obat untuk pengobatan mandiri .......................... 47
Tabael VI. Cara pemakaian obat untuk pengobatan mandiri ................................ 48
Tabel VII. Keluhan/sakit yang dialami responden ................................................ 51
Tabel VIII. Efek samping obat yang dirasakan ...................................................... 53
Tabel IX. Persentase sumber informasi obat ....................................................... 54
Tabel X. Persentase alasan memilih obat ........................................................... 57
Tabel XI. Persentase alasan tidak memeriksakan diri ke dokter/RS ................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lambang obat bebas (OB)........................................................................ 13
Gambar 2. Lambang obat bebas terbatas (OBT) ........................................................ 14
Gambar 3. Lambang obat keras (OK) ........................................................................ 15
Gambar 4. Skema pencarian subjek penelitian .......................................................... 25
Gambar 5. Skema kajian penelitian payung ............................................................... 27
Gambar 6. Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu bulan
terakhir .................................................................................................... 39
Gambar 7. Presentase lokasi pembelian obat ............................................................. 40
Gambar 8. Presentase pengguna obat untuk pengobatan mandiri ............................. 45
Gambar 9. Persentase bentuk-bentuk obat untuk pengobatan mandiri ...................... 50
Gambar 10. Frekuensi pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan
mandiri ..................................................................................................... 52
Gambar 11. Presentase kesembuhan responden......................................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Farmasi ......................... 69
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian Daerah DIY ................................. 70
Lampiran 3. Ethical Clearance............................................................................... 71
Lampiran 4. Informed Consent ............................................................................... 72
Lampiran 5. Panduan Wawancara .......................................................................... 74
Lampiran 6. Peta Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah ................................................................................................ 79
Lampiran 7. Daftar OWA No.1, OWA No.2 dan OWA No.3 ................................ 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Pengobatan mandiri adalah upaya dalam mengobati gejala sakit tanpa
nasehat dokter. Pengobatan mandiri menggunakan obat sudah menjadi kebiasaan
masyarakat sebagai alternatif untuk mengatasi sakit bagi diri sendiri dan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola dan motivasi penggunaan
obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah masyarakat setempat
yang berusia ≥18 tahun, dipilih secara accidental sampling dan pernah melakukan
pengobatan mandiri menggunakan obat sebulan terakhir dan bersedia
diwawancarai. Data karakteristik responden dianalisis menggunakan statistik
deskriptif dan data kualitatif hasil wawancara diolah secara content analysis.
Pola penggunaan obat dengan frekuensi 1x dalam sebulan. Obat
diperoleh di warung terdekat dengan jarak dan harga yang dapat dijangkau.
Pengobatan mandiri banyak dilakukan untuk diri sendiri. Bentuk obat yang
dikonsumsi adalah tablet dengan Bodrex® dan Paramex® paling banyak
digunakan untuk keluhan pusing. Penggunaan dengan diminum langsung dan obat
tidak menimbulkan efek samping sehingga sembuh setelah menggunakan. Sumber
informasi diperoleh dari TV (iklan). Pengalaman penggunaan obat sebelumnya
sudah pernah dilakukan. Motivasi penggunaan obat adalah merasa cocok dan
untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak memeriksan diri ke dokter.
Kata kunci: pengobatan mandiri, obat, pola penggunaan, motivasi, masyarakat
Desa Dieng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Self medication is an attempt to treat the symptom of illnesses without
doctor’s advice. Self medication using medicine has become the habit of people to
treat illnesses for themselves and their family. The aim of this study is to identify the
pattern and motives of self medication using medicines among people at Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
This study was an observational, with desciptive design and cross sectional
design. Subject of the study were people with age ≥18 years old, selected using
Accidental sampling and have ever done self medication using medicine for the last 1
month and willing to be interviewed. Subject characteristic were analyzed using
descriptive statistic and qualitative data from interview were analyzed by Content
Analysis.
The pattern of using medicine is 1x in a month. Medicines were acquied
from nearby store. Self medication mostly done for themselves. Medicines that are
use for self medication are Bodrex® dan Paramex® mostly use for treating
headache. Those drugs was used directly and there was no side effects, so subjects
were cured after taking drugs.
The information was acquired from TV(commercial). Medicines use have ever been
done. Motive for using medicines for self medication is beacause they feel that the
drug is suitable for treating the illnesses, so they don’t have to go to doctor.
Key words: self medication, medicine, patterns, motivations, people at Desa Dieng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Sehat merupakan impian ideal setiap manusia. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan jika tidak sedikit orang saat ini yang berupaya menjalani hidup
sehat dengan menerapkan prinsip “Lebih baik mencegah datangnya penyakit
daripada mengobati” (Zeenot, 2013). Dewasa ini masyarakat sudah lebih
menyadari kesehatan diri dan keluarganya sehingga dirasakan adanya kebutuhan
informasi yang jelas dan tepat mengenai penggunaan obat-obat yang dapat dibeli
bebas di apotik atau toko obat secara aman dan tepat guna bagi pengobatan sendiri
(Tan dan Rahardja, 2010).
Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah
melakukan pengobatan mandiri jika menderita sakit. Pengobatan mandiri di
Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau jamu dan obat-
obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas
(Sartono, 1993). Dengan meningkatknya pendidikan dan kesadaran masyarakat
akan kesehatan, penggunaan obat dalam rangka pengobatan sendiri (self-
medication atau self-care) yang juga merupakan salah satu unsur dari
Kebijaksanaan Obat Nasional akan meningkat (Tan dan Rahardja, 2010).
Pengobatan mandiri merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengan
menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan
(minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt dan Hall, 1990).
Penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2012) mengungkapkan bahwa self care,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
terutama melakukan penyembuhan tanpa obat, istirahat dan pengobatan mandiri
dengan produk herbal tradisional merupakan pilihan utama masyarakat urban
dalam upaya pencarian pengobatan.
Pelaksanaan pengobatan mandiri didasari oleh pemikiran bahwa
pengobatan mandiri cukup mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa
melibatkan tenaga kesehatan. Hasil Susenas tahun 2009, Badan Pusat Statistik
mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan
pengobatan mandiri (Kartajaya dkk, 2011).
Berdasarkan Jurnal Ilmiah Farmasi Pharmacon (Meriati dkk, 2013)
dituliskan bahwa pengobatan mandiri menjadi alternatif yang diambil masyarakat
untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya
pengobatan mandiri dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan
penggunaannya.
Sekarang ini dimanapun dia berada, konsumen akan berusaha mengatasi
sendiri masalah kesehatannya yang sifatnya sederhana dan umum diderita.
Masyarakat melakukan hal itu karena cara ini dianggap lebih murah dan lebih
praktis. Mereka sering merasa kondisi yang dirasakannya belum memerlukan
pemeriksaan ke tenaga kesehatan, atau karena memang mereka tidak mempunyai
kesempatan atau tidak ada pilihan lain (InfoPOM, 2004).
Satibi dan R.A. Oetari (2001), dalam penelitiannya menuliskan bahwa
pengobatan sendiri mempunyai beberapa kerugian jika tidak didasari pengetahuan
yang cukup mengenai obat. Seperti peristiwa salah dalam penggunaan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sehingga keracunan, akibat kesalahan diagnosa terhadap penyakit yang diderita.
Disamping bahaya tersebut pengobatan sendiri juga mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain: biaya yang dikeluarkan pasien relatif murah, sehingga
menurunkan biaya pelayanan kesehatan.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), motivasi adalah keadaan
dalam pribadi seseorang yang mendorong individu melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai suatu tujuan, dimana seseorang akan mewujudkan suatu
tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.
Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Berdasarkan
pendapat diatas disebutkan bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang
melakukan tingkah laku (Nurdiyana, dkk 2010).
Desa Dieng merupakan salah satu desa di kawasan wisata alam
pegunungan di dataran tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa
Dieng merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa yang berada di ketinggian 2100
mdpl. Desa Dieng terletak di lembah yang dikelilingi oleh beberapa bukit. Untuk
akses kesehatan sendiri, seperti puskesmas dan apotek berada di luar Kecamatan
Kejajar yaitu di Kecamatan Garung, dengan jarak yang relatif jauh kurang lebih
10 km. Hal ini membuat akses masyarakat setempat terhadap pelayanan kesehatan
tersebut menjadi terbatas karena pelayanan kesehatan utamanya apotek hanya
dapat diakses dengan transportasi umum (Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian di
kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Jawa Tengah mengenai pola dan motivasi penggunaan obat sebagai salah satu
upaya pengobatan mandiri. Hal ini terkait dengan belum pernah adanya penelitian
sejenis pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah, sehingga menarik untuk dijadikan sebagai model dalam penelitian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi mengenai pola dan motivasi
penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Seperti apa karakteristik masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah?
b. Seperti apa pola penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Jawa Tengah yang meliputi frekuensi penggunaan, lokasi pembelian,
jarak pembelian, harga obat, pengguna obat, nama-nama obat, frekuensi
dalam mengkonsumsi, cara pemakaian, bentuk-bentuk obat,
keluhan/sakit yang diobati, pengalaman penggunaan obat, efek samping
yang dirasakan, sumber informasi, dan frekuensi kesembuhan?
c. Seperti apa alasan penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di
kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian mengenai pola dan motivasi penggunaan pengobatan
mandiri yang telah dilakukan adalah penelitian dengan judul:
a. “Kajian Motivasi, Pengetahuan, Tindakan, Dan Pola Penggunaan Obat
Tradisional Cina Pada Pengunjung Dari 8 Toko Obat Berizin Di
Yogyakarta Periode April-Mei 2004” (Liliani, 2004). Jenis penelitian ini
adalah penelitian observasional dengan menggunakan rancangan
dekriptif non analitik dengan pendekatan waktu sesaat dan menggunakan
teknik purposive non random sampling. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner dan wawancara pribadi. Hasil diolah secara
statistik deskriptif dalam bentuk persentase dan ditampilkan dengan
menggunakan visual grafik dan tabel.
b. “Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Di Antara Pria Dan Wanita Di
Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta” (Angkoso, 2006). Penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif. Data yang digunakan diperoleh dari kuisioner yang
diisi oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III
dan diambil sebanyak 350 mahasiswa sebagai responden. Data yang
diperoleh dianalisis statistik deskriptif dalam bentuk persentase, jawaban
yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya kemudian
ditampilkan dalam bentuk diagram dan tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
c. “Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional Dan Cara Tradisional Dalam
Pengobatan Sendiri Di Indonesia” (Supardi, Jamal, Raharni, 2005).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder hasil
SUSENAS 200 berupa kuesioner KOR. Populasi penelitian adalah
penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan.
Sampel adalah penduduk yang mengeluh sakit yang melakukan
pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional atau cara
tradisional. Dari responden tesebut diketahui penduduk yang mempunyai
keluhan sakit dalam sebulan sebelum survey sebanyak 225.057 orang
(25,3%). Kemudian dari penduduk yang mengeluh sakit sebanyak
129.836 orang (57,7%) melakukan pengobatan sendiri, yaitu
menggunakan obat 107.380 orang (82,7%), menggunakan obat
tradisional 41.129 orang (31,7%), dan menggunakan cara tradisional
12.772 orang (9,8%).
Perbedaan penelitian yang telah disebutkan di atas dengan penelitian
yang sekarang terletak pada tujuan penelitian, subjek atau responden penelitian,
lokasi penelitian, waktu pelaksanaan penelitian, teknik pengambilan responden
penelitian, dan analisis data. Penelitian ini dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada tahun 2015, dimana responden
penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah, yang berusia ≥18 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran mengenai pola dan motivasi penggunaan obat
untuk pengobatan mandiri pada masyarakat Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
b. Manfaat Praktis
Dapat menjadi sumber informasi yang berguna mengenai pola dan
motivasi penggunaan obat bagi masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola penggunaan dan
motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat
Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
b. Mengetahui gambaran mengenai pola penggunaan obat untuk pengobatan
mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang meliputi frekuensi
penggunaan, lokasi pembelian, jarak pembelian, harga obat, pengguna
obat, nama-nama obat, frekuensi dalam mengkonsumsi, cara pemakaian,
bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati, pengalaman penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
obat, efek samping yang dirasakan, sumber informasi, dan frekuensi
kesembuhan.
c. Mengetahui gambaran mengenai motivasi penggunaan obat untuk
pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Mandiri
Menurut World Health Organization (WHO) 1998, pengobatan mandiri
diartikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal
dan tradisional, oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala
penyakit. Pengobatan mandiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-
keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami masyarakat, seperti demam,
nyeri, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain.
Keuntungan pengobatan mandiri menurut World Self-Medication
Industry (2010), adalah membantu mencegah dan mengobati gejala dan penyakit
yang tidak membutuhkan dokter, mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk
meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber
daya manusia terbatas, dan untuk meningkatkan adanya pelayanan kesehatan
untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Proses
pengobatan sendiri melibatkan 5 tahap tindakan, yaitu:
1. Mengenali gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit.
2. Menentukan kebutuhan obat sesuai dengan daya kerja dan golongan.
3. Memilih nama dagang berdasarkan komposisi dan zat berkhasiat, indikasi,
kontra indikasi, dosis pemakaian serta efek samping obat.
4. Menggunakan obat.
5. Memantau hasil pengobatan (Donatus, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Menurut Zeenot (2013), ada beberapa faktor penyebab pengobatan
mandiri yang keberadaanya hingga saat ini mengalami peningkatan, antara lain
sebagai berikut:
1. Faktor sosial ekonomi
Seiring dengan semakin meningkatnya pemberdayaan masyarakat, yang
berdampak pada semakin meningkatnya tinggi tingkat pendidikan, sekaligus
semakin mudahnya akses untuk memperoleh informasi, maka semakin tinggi
pula tingkat ketertarikan masyarakat terhadap kesehatan. Sehingga, hal itu
kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan dalam upaya untuk
berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan kesehatan oleh
masing-masing individu tersebut.
2. Gaya hidup
Kesadaran tentang adanya dampak beberapa gaya hidup yang bisa
berpengaruh terhadap kesehatan, mengakibatkan banyak orang yang memiliki
kepedulian lebih untuk senantiasa menjaga kesehatannya daripada harus
mengobati ketika sedang mengalami sakit pada waktu-waktu mendatang.
3. Kemudahan memperoleh produk obat
Saat ini tidak sedikit dari pasien atau pengguna obat lebih memilih
kenyamanan untuk membeli obat dimana saja bisa diperoleh dibandingkan
dengan harus mengantri lama di Rumah Sakit maupun klinik.
4. Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang benar
sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, berdampak pada semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk senantiasa menjaga dan
mempertahankan kesehatannya sekaligus mencegah terkena penyakit.
5. Ketersediaan produk baru
Sekarang, produk baru yang sesuai dengan pengobatan sendiri atau
pengobatan mandiri semakin mengalami peningkatan. Selain itu, terdapat
pula beberapa produk lama yang keberadaanya juga sudah cukup populer dan
semenjak lama sudah memiliki indeks keamanan yang baik, juga telah
dimasukkan dalam kategori obat bebas. Secara tidak langsung, hal tersebut
langsung membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri atau
pengobatan mandiri semakin banyak tersedia.
Di dalam melakukan pengobatan mandiri dengan benar, masyarakat perlu
mengetahui informasi yang jelas dan terpercaya mengenai obat-obat yang
digunakan. Apabila pengobatan mandiri tidak dilakukan dengan benar, maka
dapat berisiko munculnya keluhan lain karena penggunaan obat yang tidak tepat
(InfoPOM, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
919/Menkes/Per/X/1993 dituliskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan,
dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri
secara tepat, aman, dan rasional.
Pengobatan mandiri membawa beberapa risiko, yaitu gejala tersamarkan
dan tidak dikenali sebagai penyakit serius, selain penggunaan obat yang kurang
tepat (Tan dan Rahardja, 2010). Menurut World Self-Medication Industry (2010),
kekurangan pengobatan mandiri adalah kurangnya perawatan kesehatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis, kurangnya
kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional, dan tidak
tepat obat.
B. Obat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Menurut Putra (2012),
secara umum obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan (obat) untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk untuk memperoleh tubuh atau
bagian tubuh manusia.
Adapun menurut bentuk sediaannya, obat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu:
1. Bentuk padat, seperti serbuk, tablet, pil, kapsul, dan supositoria.
2. Bentuk setengah padat, seperti salep, krim, pasta, cerata, gel, dan salep mata.
3. Bentuk cair/larutan, seperti potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, ijeksi,
infirs intravena, lotio, dan lain-lain.
4. Bentuk gas, seperti inhalasi, spray, atau aerosol (Putra, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Untuk penggolongan obat di Indonesia berdasarkan data dari Depkes RI,
2008, penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 5 golongan, yaitu obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras (termasuk di dalamnya obat wajib apotek),
psikotropik dan narkotika. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan kategori
obat yang digunakan masyarakat dalam upaya pengobatan mandiri, karena obat
bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep dokter
(Anonim, 2006).
1. Obat Bebas (OB)
Obat bebas merupakan sejenis obat yang bisa secara bebas dijualbelikan,
baik di apotek, toko obat maupun di warung-warung kecil yang biasa menjajakan
berbagai jenis obat dan tidak termasuk dalam jenis narkotika dan psikotropika.
Obat bebas bisa dibeli tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Obat sejenis
ini biasa ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam (Zeenot, 2013).
Gambar 1. Lambang Obat Bebas
(Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
2. Obat Bebas Terbatas (OBT)
Obat bebas terbatas merupakan jenis obat keras yang dalam takaran
tertentu masih bisa diperjualbelikan di apotek tanpa harus menggunakan resep
dari dokter. Biasanya obat golongan ini ditandai dengan lingkaran biru bergaris
tepi hitam (Zeenot, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.
Djen/S.K/69 tanggal 28 Oktober 1969, harus dicantumkan tanda peringatan pada
wadah dan kemasannya. Sesuai obatnya, pemberitahuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. P. no. 1. Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam.
2. P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan.
3. P. no. 3. Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
4. P. no. 4. Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
5. P. no. 5. Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
6. P. no. 6. Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan (Sartono, 1993).
Gambar 2. Lambang Obat Bebas Terbatas
(Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
3. Obat Keras (OK)
Obat keras merupakan jenis obat berkhasiat keras yang untuk
memperolehnya harus dengan menggunakan resep dokter. Biasanya, obat sejenis
ini ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf “K”
di dalamnya (Zeenot, 2013). Menurut Media Sosialisasi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (2014), obat jenis ini tidak dapat dikonsumsi sembarangan karena
bisa berbahaya, memperparah penyakit, meracuni tubuh, atau bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyebabkan kematian. Obat keras ini juga merupakan obat golongan wajib
apotek dengan simbol yang sama. Salah satu contoh obat keras yang termasuk
obat tanpa resep (OTR) untuk pengobatan mandiri adalah OWA (Obat Wajib
Apotek).
Gambar 3. Lambang Obat Keras
(Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014).
4. Obat Wajib Apotek (OWA)
Pada dasarnya, obat wajib apotek merupakan sejenis obat keras, yang
keberadaannya bisa diperjualbelikan di apotek tanpa harus menggunakan resep
dari dokter dan harus diserahkan oleh apoteker sendiri. Sampai saat ini, daftar
obat wajib apotek sudah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Nomor:
347/MenKes/SK/VII/1990, tanggal 16 Juli 1990, yaitu OWA. No.1, OWA. No.2,
dan OWA. No.3. Contoh OWA sendiri meliputi Antalgin 500 mg, Asam
mefenamat 500 mg, dan Piroxicam 10 mg.
Pertimbangan kebijakan obat wajib apotik, yaitu:
a. Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan
sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan
rasional;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Bahwa peningkatan pengobatan mandiri secara tepat, aman, dan rasional
dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan mandiri sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman
dan rasional;
c. Bahwa oleh karena itu, peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri;
d. Bahwa untuk itu, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang obat
keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik
(KepMenKes, 1990).
C. Pola Penggunaan Obat
Penggunaan obat yang rasional adalah suatu tindakan pengobatan
terhadap suatu penyakit dan pemahaman aksi fisiologis yang benar dari suatu
penyakit atau gejala-gejalanya. Obat yang digunakan harus tepat dosis, tepat
penderita, tepat indikasi, tepat cara pemakaian, tepat jumlah dan frekuensi serta
lama pemakaian, terpilih untuk penyakitnya, tepat kombinasi, dan tepat
informasinya, serta waspada terhadap adanya efek samping obat. Penggunaan
dikatakan tidak rasional jika boros, berlebihan, kurang, salah, majemuk atau
polifarmasi (Ikawati, 1994).
Perilaku masyarakat dalam pengobatan mandiri disebut juga sebagai
perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang
terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sistem pelayanan kesehatan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Pengobatan
mandiri mempunyai kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan tidak
bisa disangkal bahwa setiap individu pernah melalukan pengobatan mandiri, baik
untuk diri sendiri, keluarga, ataupun teman.
Menurut Perwitasari (2009), obat tanpa resep dapat diperoleh mulai dari
apotek hingga warung-warung kecil. Obat tanpa resep yang ada di apotek dan
toko obat lebih beragam jumlahnya lebih terjamin daripada di warung, tetapi
kebenaran informasi yang diberikan tergantung dari siapa yang memberikan
informasi. Warung merupakan outlet obat yang paling mudah dicapai oleh
masyarakat. Biasanya obat-obat yang dijual di warung adalah untuk keluhan sakit
yang diketahui jelas oleh orang awam seperti demam, batuk, pegal linu, sakit
kepala, dan lain-lain.
Jarak merupakan faktor utama dalam pertimbangan membeli obat.
Seperti yang dituliskan Perwitasari (2009) dalam penelitiannya, bahwa faktor
jarak yang relatif dekat menjadi pilihan utama dibandingkan dengan jarak yang
harus ditempuh jauh.
Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada dokter karena
biaya lebih murah. Hal tersebut didukung dengan teori Djunarko dan Hendrawati
(2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh
rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih
melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan
lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Menurut Sarwono (1997), dalam menganalisa kondisi tubuhnya biasanya
orang melalui dua tingkat analisa, yaitu:
1. Batasan sakit menurut orang lain
Orang-orang di sekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri
individu tersebut dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat
pengobatan. Penilaian orang lain ini sangat besar artinya pada anak-anak dan
bagi orang dewasa yang menolak kenyataan bahwa dirinya sakit.
2. Batasan sakit menurut diri sendiri
Individu tersebut mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah
dirinya akan mencai pengobatan atau tidak. Analisa orang lain dapat sesuai
atau bertentangan dengan analisa individu, namun biasanya analisa itu
mendorong individu untuk mencari upaya pengobatan.
Penggunaan obat tanpa resep pada hakekatnya ditujukan untuk gejala-
gejala penyakit ringan dan mudah diobati (Donatus, 2000). Perwitasari (2009),
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa responden yang pengetahuan tentang
obat-obatnya terbatas, rentan terjadi ketidakrasionalan dalam memilih dan
menggunakan obat tanpa resep, terutama karena pengaruh persuasif dari iklan
semata.
Bentuk-bentuk sediaan yang banyak dikenal oleh masyarakat meliputi:
1. Kapsul
Kapsul merupakan bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Ada dua jenis kapsul, yaitu
kapsul cangkang keras dan kapsul cangkang lunak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Larutan
Larutan merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut
3. Pulvis dan Pulveres
Pulvis dan pulveres termasuk sediaan obat dalam bentuk serbuk. Serbuk
adalah sediaan dalam bentuk setengah padat (Putra, 2012).
Ada juga sediaan berbentuk tablet. Tablet merupakan sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet
sendiri dibagi menjadi beberapa macam, yaitu tablet kunyah, tablet lepas-lambat,
dan tablet hisap (Lozenges) (Anonim, 2015).
Rute penggunaan obat dapat melalui beberapa cara:
1. Oral
Obat dimasukkan melalui mulut, kemudian melewati tenggorokan dan ke
perut. Penggunaan obat melalui oral adalah yang paling menyenangkan,
murah, dan paling aman
2. Topikal
Obat digunakan untuk daerah luar, yaitu kulit. Penggunaan obat pada kulit
dimaksudkan untuk memperoleh efek pada atau di dalam kulit
3. Parenteral
Arti parenteral adalah suatu rure yang tidak melalui usus. Istilah umum yang
lain adalah injeksi (Anief, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dalam melakukan pengobatan mandiri, ada beberapa masyarakat yang
sebelumnya pernah menggunakan obat tanpa resep tersebut dan ada juga
masyarakat yang belum pernah menggunakannya sama sekali. Menurut
Dharmmesta dan Handoko (2000), pengalaman adalah proses ketika konsumen
(manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. Hasil dari
pengalaman individu akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu
produk sehingga akan menciptakan proses pengamatan dan perilaku pembelian
yang berbeda-beda.
Dalam pelaksanaan pengobatan mandiri, obat-obat yang dikonsumi dapat
menimbulkan efek samping. Namun ada juga beberapa individu yang tidak
merasakan adanya efek samping obat. Anief (1995) menjelaskan bahwa efek
samping obat merupakan efek yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan
tidak ikut pada kegunaan terapi.
Sumber informasi yang didapat masyarakat terkait dengan pengobatan
mandiri juga menjadi hal yang perlu untuk diketahui. Pada kebanyakan penelitian
dan pengalaman, sumber informasi yang paling berperan adalah TV (iklan) dan
keluarga sendiri. Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku akan membahayakan kesehatan, karena informasi dari iklan obat tersebut
kurang lengkap. Pakar komunikasi Amerika Serikat menyatakan bahwa televisi
merupakan media yang telah berhasil mengubah kehidupan sehari-hari manusia
atau masyarakat (Biagi, 2010). Begitu pula dengan keluarga, dimana keluarga
menurut Dharmmesta dan Handoko (2000) menyatakan bahwa keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memainkan peran terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku
manusia.
D. Motivasi
Perilaku manusia merupakan proses pembentukan atau perubahan
perilaku yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar
individu. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga.
Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor-faktor internal yang meliputi motivasi,
pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap (Wawan, 2011).
Perilaku manusia dimulai dengan adanya suatu motivasi. Motivasi adalah
suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan
untuk memperoleh kepuasan. Sumber yang mendorong terciptanya suatu
kebutuhan tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri atau dari lingkungan
sekitarnya (Dharmmesta dan Handoko, 2000).
Menurut Sarwono (1997), motivasi adalah dorongan yang bertindak
untuk memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk
keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk
melakukan suatu tindakan agar tujuannya tercapai. Motivasi yang rendah biasanya
menghasilkan tindakan yang kurang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai pola
penggunaan dan motivasi pengunaan obat untuk pengobatan mandiri di kalangan
masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian berjudul “Pola dan Motivasi Penggunaan Obat Untuk
Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah” merupakan jenis penelitian observasional
deskriptif dengan rancangan cross sectional. Menurut Bog dan Taylor (1993),
(cit., Prastowo, 2014), observasional desktiptif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Rancangan penelitian potong lintang
(cross sectional) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Saryono, 2011).
B. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini meliputi: pola dan motivasi masyarakat Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah mengenai
penggunaan obat untuk pengobatan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional:
1. Pengobatan mandiri didefinisikan sebagai penggunaan obat-obat tanpa resep
dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri dalam waktu satu bulan
terakhir.
2. Obat didefinisikan sebagai golongan obat seperti obat bebas dan obat bebas
terbatas yang dapat diperoleh atau dibeli tanpa resep dokter.
3. Pola penggunaan obat didefinisikan sebagai tindakan responden dalam
menggunakan obat untuk pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan
terakhir, meliputi frekuensi penggunaan, lokasi pembelian, jarak pembelian,
harga obat, frekuensi yang menggunakan, nama obat, cara pemakaian,
bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati, frekuensi penggunaan
sebelumnya, efek samping, sumber informasi, dan frekuensi kesembuhan.
4. Motivasi penggunaan adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu
penggunaan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi,
dan psikologis.
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Penelitian
Subjek penelitian adalah masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kriteria inklusi penelitian adalah
masyarakat dewasa di Desa Dieng yang berusia ≥18 tahun, baik laki-laki ataupun
perempuan, yang pernah melakukan pengobatan mandiri dalam waktu satu bulan
terakhir dan bersedia diwawancarai dengan menandatangani informed consent.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
52 responden yang bersedia diwawancara
26 responden melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat tradisional dan obat
30 responden yang melakukan pengobatan
mandiri dengan obat
4 responden melakukan pengobatan mandiri
dengan obat
5 responden melakukan pengobatan mandiri
dengan obat tradisional
31 responden yang melakukan pengobatan
mandiri dengan obat tradisional
17 responden dikeluarkan
Skema pencarian subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar. 4, yaitu sebagai
berikut:
Gambar 4. Skema Pencarian Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian payung yang bersedia untuk diwawancarai ini
adalah sebanyak 52 responden. Namun terdapat responden yang dikeluarkan
(dieksklusi) yaitu 17 responden, dimana 6 responden setelah dilakukan
wawancara lebih lanjut ternyata responden melakukan pengobatan ke dokter dan
mendapat resep dari dokter, dan 11 responden lainnya tidak melakukan
pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir. Berdasarkan hasil data responden
yang dikeluarkan tersebut diperoleh responden yang pernah melakukan
Responden penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pengobatan mandiri menggunakan obat adalah sebanyak 30 responden. Jumlah
minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, dengan alasan
jumlah tersebut cukup untuk mendapatkan data yang terdistribusi normal bila
akan dilakukan penelitian dengan analisis statistika seperti penelitian komparasi
dan korelasi (Krithikadatta, 2014; Hardon, et al, 2004).
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei
dan Juni 2015. Waktu pengumpulan data dilakukan dua kali. Pengambilan data
pertama dilakukan pada tanggal 14-16 Mei 2015 dan pengambilan data kedua
yang dilakukan pada tanggal 13-15 Juni 2015.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan bagian dari penelitian payung
dengan dua judul utama yaitu “Profil Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan
Tumbuhan Obat di Kalangan Masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Upaya Awal untuk Pelestarian Lingkungan
dan Mempertahankan Kearifan Lokal)”. Penelitian ini telah memperoleh ijin dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan oleh 4 mahasiswa dengan kajian yang berbeda-
beda. Kajian penelitian payung ini meliputi: pengetahuan, sikap, dan tindakan
penggunaan obat; pengetahuan, sikap, dan tindakan penggunaan obat tradisional;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pola dan motivasi penggunaan obat; dan pola dan motivasi penggunaan obat
tradisional. Kajian yang diangkat oleh peneliti adalah “Pola dan Motivasi
Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah”. Berikut
merupakan kajian penelitian payung yang dapat dilihat pada Gambar.5.
Gambar 5. Skema Kajian Penelitian Payung
G. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan data kualtitatif dilakukan dengan wawancara mendalam.
Responden adalah penduduk dewasa Desa Dieng, yang berusia 18 tahun, baik
laki-laki ataupun perempuan yang bersedia berpartisipasi di dalam penelitian ini
dengan mengikuti wawancara yang dipilih secara accidental sampling. Teknik
sampling purposif dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Kajian
Penggunaan Obat
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Pola dan Motivasi
Kajian penelitian peneliti
Penggunaan Obat
Tradisional
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Pola dan Motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sampel yang diambil secara aksidental berarti sampel diambil dari responden atau
kasus yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu (Notoatmojo,
2010).
H. Instrumen Penelitian
Wawancara untuk memperoleh data kualitatif dilakukan dengan bantuan
alat berupa panduan wawancara, alat perekam (audio taped), dan catatan hasil
wawancara. Panduan wawancara sudah divalidasi dengan metode expert
judgement, dalam hal ini divalidasi oleh dosen Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, sehingga panduan wawancara dapat digunakan untuk
pengambilan data.
I. Tata Cara Penelitian
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan terlebih dahulu mengenai pengobatan mandiri,
obat, pola penggunaan obat di kalangan masyarakat Desa Dieng, motivasi
penggunaan obat oleh masyarakat Desa Dieng, metode penelitian teknik
pengambilan sampel, dan besar sampel penelitian.
2. Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian ditentukan dan dilakukan di Desa Dieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Perizinan dan etika penelitian
Perizinan penelitian dilakukan dengan mengajukan rekomendasi dari
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Badan Kesbanglinmas)
Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi
Jawa Tengah. Pengurusan etika penelitian diajukan kepada Komisi Etik Penelitian
Kedoketran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, sehingga setelah pegurusan izin dan etika penelitian sudah diterima,
penelitian dapat dilaksanakan.
Pengurusan dan pengajuan ethical clearance diajukan kepada Komisi
Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Ethical clearance diperoleh pada tanggal 17 Juni 2015
dengan nomor Ref: KE/FK/706/EC/2015. Ethical clearance dibuat untuk
menjamin terpenuhinya etika dalam melakukan penelitian. Inform consent
merupakan bukti tertulis dari pernyataan kesediaan calon subjek penelitian untuk
bisa ikut terlibat di dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini terlebih
dahulu diberikan penjelasan singkat tentang penelitian sebelum diminta
kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya responden
menandatangani informed consent tanpa adanya unsur paksaan dalam proses
mengrekrut responden. Semua data diri dalam penelitian respoden dirahasikan
untuk menjamin privasi dari responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4. Pembuatan panduan wawancara
Panduan wawancara divalidasi terlebih dahulu dengan metode expert
judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. Tujuan validasi panduan
wawancara untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan tujuan yang akau dicapai
dan menunjukkan tingkat kesahihan instrumen penelitian yang akan digunakan
untuk pengambilan data penelitian. Panduan wawancara yang digunakan dalam
penelitian berdasarkan kuesioner penelitan yang sudah ada, namun terdapat
perbedaan karena ada penambahan pertanyaan untuk menyesuaikan dengan tujuan
penelitian.
5. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur
dengan responden. Wawancara dilakukan langsung dengan bantuan panduan
wawancara dan alat perekam (audio-video taped). Panduan wawancara berisi
daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun, sehingga pertanyaan yang
ditanyakan saat wawancara berlangsung sudah terstruktur. Calon responden yang
bersedia mengisi dan menandatangani inform consent yang diikutkan sebagai
responden dan sebagai tanda persetujuan responden tersebut mengikuti penelitian.
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dua kali. Pada
pengambilan data kedua juga dilakukan verifikasi data responden yang didapatkan
pada pengambilan data pertama. Verifikasi ini dilakukan karena ada beberapa data
hasil wawancara yang perlu diperjelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
6. Pengolahan data
Data diolah dengan cara mentranskripsikan data hasil wawancara melalui
alat perekam (audio taped). Peneliti pertama melakukan transkripsi data hasil
wawancara, kemudian menyesuaikan dengan catatan yang ditulis saat
pengambilan data. Peneliti kedua melakukan proses yang sama dengan peneliti
pertama agar proses transkripsi oleh peneliti pertama dan data hasil wawancara
lebih akurat. Data hasil wawancara yang telah ditranskripsikan kemudian
dikualifikasikan sesuai dengan pertanyaan yang ada di panduan wawancara
dengan menghitung persentase dan mendeskripsikan hasil penelitian dari setiap
pertanyaan pada panduan wawancara tersebut.
J. Analisis Hasil
1. Hasil data karakteristik
Hasil data karakteristik responden yang mengunakan obat dianalisis dengan
metode statistik deskriptif. Metode statistik yang digunakan untuk
menganalisis hasil adalah teknik perhitungan persentase, yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan diagram. Perhitungan persentase dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan: P : Persentase jawaban dalam satuan persen
a : Jumlah jawaban
b : Total jumlah responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Hasil data kualitatif
Hasil data kualitatif dari wawancara mendalam mengenai pola dan motivasi
penggunaan obat dianalisis dengan teknik content analysis. Data kualitatif
hasil wawancara dikategorikan dan dihitung persentasenya, disetiap kategori
disertai dengan pembahasan dan deskripsi mendalam.
K. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah secara non-random
karena peneliti hanya merekrut masyarakat Desa Dieng yang kebetulan
ditemui saat pengambilan data dan memenuhi kriteria inklusi, sehingga setiap
anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan
subjek penelitian.
b. Pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti dilakukan dengan metode
wawancara terstruktur dengan respoden yang ditemui dan pada keadaan
tertentu, sehingga adanya keterbatasan waktu dan suasana yang kurang
nyaman saat melakukan wawancara.
c. Instrumen yang digunakan pada penelitian hanya panduan wawancara,
sehingga tidak terdapat skala dalam mengukur variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Sebanyak 30 responden bersedia diwawancarai pada penelitian ini.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, pekerjaan,
status pernikahan, pendidikan terakhir dan pendapatan per bulan.
Tabel I. Karakteristik responden penelitian di kalangan masyarakat Desa
Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah Karakteristik responden Persentase (%)
n=30
Usia
18 – 24 26
25 – 31 17
32 – 38 26
39 – 45 17
46 – 52 7
53 – 59 7
Jenis kelamin
Perempuan 70
Laki-laki 30
Jenis pekerjaan
Belum bekerja 3
Guru 3
Ibu rumah tangga 11
Karyawan 14
Petani 36
Wiraswasta/pedagang 33
Status pernikahan
Belum menikah 20
Menikah 80
Pendidikan terakhir
SD 20
SLTP (SMP) 33
SLTA (SMA/SMK) 40
S1 7
Pendapatan per bulan
Belum ada pendapatan 3
Kurang dari Rp 300.000,00 20
Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00 27
Rp 1.000.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.500.000,00 23
Rp 1.500.000,00 ≤ pendapatan < Rp 2.000.000,00 10
Lebih dari Rp 2.000.000,00 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
1. Usia
Seperti yang terlihat pada Tabel I responden penelitian yang ditetapkan
sebagai kriteria inklusi adalah responden yang berusia lebih dari atau sama dengan 18
tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentang usia responden yang
mengikuti penelitian adalah 18-59 tahun. Dari rentang usia responden tersebut, dibagi
menjadi enam kelas dimana rentang usia yang mengikuti penelitian terbanyak adalah
18-24 tahun dan 32-38 tahun dengan persentase 26%. Undang-Undang nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menyebutkan, pada usia
18 tahun merupakan batas usia dewasa seseorang. Menurut Baharuddin (2009),
periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat
seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap
perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control. Seorang
remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah,
disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga
dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri
dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Pada penelitian ini responden dapat
dikatakan berusia dewasa sehingga dapat mengambil keputusan sendiri, dalam hal ini
adalah keputusan untuk melakukan pengobatan mandiri.
2. Jenis kelamin
Dari Tabel I diketahui karakteristik jenis kelamin responden pada
masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan
menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 70% adalah jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kelamin perempuan dan sebesar 30% adalah jenis kelamin laki-laki. Menurut
Noviana (2011), kaum wanita lebih banyak melakukan pengobatan mandiri dan lebih
peduli terhadap kesehatan. Selain itu menurut Anna dan Chandra (2011), pada
dasarnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum pria sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum wanita dibanding kaum
pria.
3. Jenis pekerjaan
Menurut Kurniasari (2007), jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi
tingkat sosial dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain yang berasal dari
lingkungan yang berbeda. Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan responden yang
terlihat pada Tabel I menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden masyarakat
Desa Dieng adalah sebagai petani dengan persentase 36%. Hasil pertanian yang
berkembang dan menjadi tanaman andalan masyarakat Desa Dieng adalah carica dan
kentang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suryo (2010), bahwa
jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari di antara konsumsi makanan
dan pemeliharaan kesehatan.
4. Status pernikahan
Status pernikahan mempunyai pengaruh terhadap pola tindakan self-care,
termasuk melakukan pengobatan mandiri dengan obat (Widayati, 2012). Pada
penelitian mengenai karakteristik status pernikahan responden diperoleh hasil bahwa
masyarakat Desa Dieng yang bersedia dan menyetujui menjadi responden dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menjawab pertanyaan saat wawancara terstruktur yaitu sebesar 20% belum menikah
dan sebesar 80% sudah menikah. Status pernikahan ini penting karena bekaitan
dengan pengalaman dan informasi yang diperoleh tentang pengobatan mandiri.
Responden yang sudah menikah khususnya para ibu biasanya pernah mengikuti
penyuluhan kesehatan, sehingga lebih mendapatkan informasi mengenai pengobatan
mandiri yang lebih mendalam.
5. Pendidikan terakhir
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang
lebih tinggi (Joko, 2005). Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk
meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan penelitian Adikuntati (2008), tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang tentang swamedikasi.
Berdasarkan penelitian (Tabel I) diperoleh hasil tingkat pendidikan terakhir
responden paling banyak adalah SLTA (SMA/SMK) dengan persentase sebesar 40%
dan tingkat pendidikan terakhir responden paling sedikit adalah S1 (Strata I) dengan
persentase sebesar 7%. Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas informasi kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Responden dengan
tingkat pendidikan terakhir SLTA (SMA/SMK) ini merupakan responden paling
banyak melakukan pengobatan mandiri menggunakan obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
6. Pendapatan per bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel I diperoleh
pendapatan per bulan responden, dimana pendapatan responden dibagi menjadi enam
kelas. Presentase responden terbesar yang pendapatannya Rp 300.000,00 ≤
pendapatan < Rp 1.000.000,00/bulan sebesar 27% dan responden yang belum
memiliki pendapat sebesar 3%. Pendapatan masyarakat berhubungan dengan status
sosial ekonomi mereka. Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan
lebih mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan melakukan pengobatan
mandiri, sedangkan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah bahkan yang
belum memiliki pendapatan sendiri akan lebih cenderung untuk menjadikan biaya
sebagai pertimbangan utama dalam mencari pelayanan kesehatan dan pencarian
pengobatan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lubis (2009), bahwa tingkat
pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil
suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika
tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B. Pola Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri Di Kalangan
Masyarakat Desa Dieng
Pola penggunaan obat dalam penelitian ini meliputi: frekuensi penggunaan
obat dalam satu bulan terakhir, lokasi pembelian obat, jarak pembelian obat, harga
obat, pengguna obat, nama-nama obat, frekuensi menggunakan obat, cara pemakaian
obat, bentuk-bentuk obat, keluhan/sakit yang diobati responden dengan obat,
pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri, efek samping
yang dirasakan setelah menggunakan obat, sumber informasi mengenai obat, dan
frekuensi kesembuhan responden setelah diobati dengan obat.
1. Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu bulan
terakhir
Pengobatan mandiri mempunyai kecenderungan meningkat dari waktu ke
waktu. Bahkan tidak bisa disangkal bahwa setiap individu pernah melalukan
pengobatan mandiri untuk diri sendiri, keluarga, ataupun teman. Penelitian ini ingin
melihat dan mengetahui seberapa sering responden melalukan pengobatan mandiri
dalam satu bulan terakhir. Rentang waktu yang diberikan hanya satu bulan karena
untuk bertujuan memberikan batasan waktu agar mempermudah responden dalam
mengingat obat apa yang mereka konsumsi untuk pengobatan mandiri dan untuk
menghindari terjadinya bias.
Menurut Perwitasari (2009), batasan sakit pada diri seseorang dapat berupa
batasan sakit menurut orang lain dan batasan sakit menurut diri sendiri. Batasan sakit
menurut orang lain adalah pernyataan dari orang-orang di sekitar individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mengatakan bahwa dia sakit dan perlu pengobatan. Batasan sakit menurut diri sendiri
adalah bahwa individu itu mengenal gejala penyakitnya dan menentukan apakah akan
mencari pengobatan atau tidak (Sarwono, 1997).
Gambar 6. Frekuensi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam satu
bulan terakhir, n=30
Hasil penelitian menunjukkan dalam satu bulan terakhir, dari 30 responden
diperoleh sebesar 67% (Gambar 6) responden menggunakan obat untuk pengobatan
mandiri sebanyak satu kali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cristiana (2014), dimana pengobatan mandiri cenderung meningkat dari waktu ke
waktu.
67%
10% 10% 3%
10% 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
1x sebulan 2x sebulan 3x sebulan 4x sebulan > 5x sebulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri
Berdasarkan lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri, responden
paling sering membeli di warung-warung dengan persentase sebesar 80% sedangkan
di apotek dengan persentase 17%. Gambar 7 menunjukkan persentase lokasi
pembelian obat untuk pengobatan mandiri.
Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa responden cenderung
membeli obat di warung-warung terdekat yang dapat dijangkau dengan jarak rumah
mereka. Hal ini juga memperlihatkan bahwa pengetahuan mereka untuk membeli
obat hanya di warung terdekat saja, padahal apabila dalam melakukan pengobatan
mandiri responden dapat memperoleh obat di apotek atau toko obat yang
menyediakan lebih beragam obat untuk keluhan sakit mereka dan mendapatkan
3% 3%
17%
80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Bidan Sales Apotek Warung
Gambar 7. Persentase lokasi pembelian obat untuk pengobatan mandiri, n=30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kebenaran informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut tidak menjadi
masalah apabila responden sudah paham betul mengenai kesehatan yang sedang
dialami, dan terkait indikasi dan bentuk sediaan obat yang akan mereka beli dan
konsumsi. Penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari
(2009) dan Pangastuti (2014) sebelumnya bahwa kebanyakan masyarakat membeli
obat di warung-warung terdekat.
Namun selain membeli obat di warung, ada responden yang menyatakan
bahwa mereka memperoleh obat tersebut dari bidan dan sales. Berikut merupakan
hasil wawancara dengan responden yang memperoleh obat dari bidan dan sales:
“Saya, memperoleh obatnya dari orang yang menjual obat-obat dari rumah
ke rumah mbak. Obatnya saya pakai untuk daya tahan tubuh karena saat itu
saya merasa sangat capek.”
“Saya udah pakai obatnya dari lama mbak, pertama kali saya periksa ke
bidan dan dikasih obat itu dan obatnya cocok. Jadi jika maag saya kambuh
saya tidak periksa lagi ke bidan tapi langsung menebus obatnya saja di
bidan.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tersebut, dapat dilihat
bahwa responden yang memperoleh obat dari sales termasuk melakukan pengobatan
mandiri karena membeli obat tanpa resep dokter. Namun, perlu diperhatikan dan
ditinjau lebih lanjut lagi apabila membeli obat di sales, karena fenomena sales seperti
obat rentengan sedang marak dikalangan masyarakat, dan saat diwawancara lebih
lanjut responden lupa nama obat yang dibeli dari sales tersebut.
Selanjutnya adalah hasil wawancara dengan responden yang menjawab
memperoleh obat dari Bidan, menujukkan bahwa sebelumnya memang responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
memeriksakan terlebih dahulu ke bidan. Namun, karena responden tersebut sudah
lama menggunakan obat tersebut dan merasa cocok, saat merasakan penyakitnya
kambuh maka responden tersebut kembali membeli obat tersebut. Hal ini juga masih
termasuk dalam pengobatan mandiri karena responden menggunakan obat tersebut
apabila penyakitnya kambuh saja tanpa harus memeriksakan diri ke bidan lagi, jadi
responden tahu tentang keadaannya sendiri.
3. Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri
Berdasarkan wawancara peneliti dengan responden, didapatkan hasil bahwa
jarak yang paling banyak ditempuh responden memperoleh obat untuk pengobatan
mandiri adalah ±10 – 50 meter dengan presentase 39%. Ada juga responden yang
tidak mengetahui seberapa jauh antara rumah mereka dengan tempat memperoleh
obat tersebut, dimana persentasenya sebesar 7%. Hasil jarak pembelian obat untuk
pengobatan mandiri dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Jarak pembelian obat untuk pengobatan mandiri, n=30
Jarak Persentase
(%)
± 10 – 50 meter 39
± 100 – 500 meter 17
± 2 – 5 meter 16
± 26 km 13
± 26 km 13
± 1,5 km 3
Tidak tahu 7
Jarak juga merupakan faktor dalam masyarakat melakukan pengobatan
mandiri. Terlihat dari hasil penelitian bahwa responden memperhitungan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pembelian obat yang akan mereka konsumsi. Apabila keluhan sakit yang mereka
alami seperti batuk, sakit kepala, flu, demam dan pegal linu, maka mereka akan
memperoleh obat di warung dengan jarak yang dekat dengan rumah mereka. Dimana
selain menjual kebutuhan sehari-hari warung juga menjual obat-obatan yang dapat
dibeli masyarakat tanpa resep dengan nama dagang yang sudah dikenal oleh
masyarakat. Namun dapat dilihat juga bahwa adapun responden yang membeli obat
dengan jarak yang tidak dekat yaitu di apotek yang berada di Kabupaten Wonosobo
yang berjarak sekitar 26 km (13%). Responden yang memperoleh obat dengan jarak
yang lumayan jauh tersebut, yaitu di apotek yang berada di luar Kecamatan Kejajar
saat itu sedang pergi dan memutuskan membeli obat sekalian untuk mengatasi
keluhan sakit yang dialami responden saat itu.
4. Harga obat yang digunakan untuk pengobatan mandiri
Alasan terbanyak yang dipilih responden saat melakukan pengobatan
mandiri adalah karena biaya lebih murah, dimana sebanyak 44% responden dapat
membeli obat dengan biaya murah. Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik
swamedikasi adalah kondisi ekonomi (Djunarko, 2011). Menurut Pangastuti (2014),
mahalnya pelayanan kesehatan (dokter, klinik, rumah sakit), merupakan penyebab
masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit ringan,
yaitu pengobatan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel III. Frekuensi harga obat untuk pengobatan mandiri
Harga obat
(Rp)
Persentase
(%)
500 – 1.500 40
2.000 – 7.000 44
15.000 – 75.000 13
Tidak dapat menyebutkan 3
Dari hasil (Tabel III) tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat lebih
memilih membeli obat yang relatif murah dan harga terjangkau dibandingkan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang relatif mahal. Hal ini juga terkait dengan
karakteristik responden dimana sebagian besar responden berpenghasilan rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angkoso (2006), bahwa
harga obat yang digunakan dalam swamedikasi relatif lebih murah dibandingkan jika
harus pergi ke dokter dan pelayanan kesehatan yang lainnya.
Selain itu, ada juga responden yang memperoleh obat dengan harga yang
lumayan mahal, yaitu berkisar antara Rp 15.000,00-75.000,00 dengan presentase
13%. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, obat yang diperoleh
responden ini merupakan obat penurun kolesterol yang dibeli dari sales dengan harga
yang mahal.
5. Pengguna obat untuk pengobatan mandiri
Menurut penelitian Pangastuti (2014), pengobatan mandiri dapat dilakukan
oleh seseorang untuk teman maupun keluarga yang mengalami keluhan sakit. Dalam
penelitian ini demikian juga, terdapat 70% responden melakukan pengobatan mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
untuk dirinya sendiri, dan sebanyak 30% responden melakukan pengobatan mandiri
untuk keluarganya.
Dari hasil dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat
dalam pengobatan mandiri untuk dirinya sendiri. Responden yang menggunakan obat
untuk dirinya sendiri ini dipastikan sudah mengetahui tentang keadaan kesehatannya
sehingga mampu menggunakan obat tersebut sendiri.
6. Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri
Produk obat yang beredar di pasaran sangat beragam dan banyak dijumpai di
media cetak maupun media elektronik. Tersedianya banyak produk obat tersebut
menjadi bagian penting dalam pengobatan mandiri. Tabel IV menunjukkan bahwa
23% responden menggunakan obat Bodrex® dan Paramex® dalam pengobatan
mandiri untuk mengatasi keluhan sakit mereka. Sebanyak 7% responden
menggunakan obat Bodrexin®, Neuromacyl® dan Ultraflu®. Sisanya sebanyak 3%
responden menggunakan obat Cataflam® dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada
Tabel IV.
Diri
sendiri;
70%
Keluarga;
30%
Gambar 8. Persentase pengguna obat untuk pengobatan mandiri, n=30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel IV. Nama-nama obat untuk pengobatan mandiri
Nama obat Persentase
(%)
Bodrex®
23
Paramex®
23
Bodrexin®
7
Neuromacyl®
7
Ultraflu®
7
Natureindo®
3
Inzana®
3
Oskadon®
3
Hufamag plus®
3
Ponstan® 3
Promag®
3
Woods® 3
Vitamin 3
Cataflam®* 3
Tidak dapat menyebutkan 3
Keterangan : *Cataflam®
merupakan obat keras (OK)
Menurut Donatus (2000), penggunaan obat tanpa resep pada hakekatnya
ditujukan untuk gejala-gejala penyakit ringan dan mudah diobati. Pengetahuan yang
cukup seharusnya dimiliki oleh penderita sakit sehingga dapat memilih obat dengan
tepat (Perwitasari, 2009).
Berdasarkan nama-nama obat yang peneliti dapat dari hasil wawancara
dengan responden, paling banyak obat-obat tersebut adalah golongan obat bebas.
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan bagi
si pemakai. Terdapat tanda lingkaran hijau dengann garis tepi hitam (Wibowo, 2010).
Obat yang banyak dibeli responden dan tergolong obat bebas adalah Bodrex® dengan
persentase 23%. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primantana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(2001), obat sakit kepala yang paling sering diperhatikan adalah Bodrex® dengan
persentase 23,09%.
Namun ada juga responden yang menggunakan Cataflam®, dimana
kandungan obat ini adalah natrium diklofenak. Cataflam® merupakan golongan obat
keras dimana untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan harus diserahkan
oleh apoteker sendiri. Pada kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan responden
obat Cataflam® dapat diperoleh dan digunakan oleh responden untuk keluhan sakit
responden tersebut tanpa menyerahkan resep dari dokter. Berdasarkan pernyataan
dari responden tersebut, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan responden agar
responden tau obat mana yang bisa digunakan untuk pengobatan mandiri
7. Frekuensi dalam mengkonsumsi obat tersebut untuk pengobatan mandiri
Dari Tabel V diketahui sebanyak 67% menyatakan kadang kala dalam
mengkonsumsi obat untuk pengobatan mandiri. Kadang kala disini dapat diartikan
seperti saat capek saja, hanya sekali, jika tidak ada keluhan sakit lagi, dan saat
penyakit kambuh/sakit.
Tabel V. Frekuensi konsumsi obat untuk pengobatan mandiri
Frekuensi konsumsi Persentase
(%)
Kadang kala 67
1x sebulan 20
2x sebulan 7
3x sebulan 7
Berdasarkan keputusan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997),
cara penggunaan obat yang benar adalah minum sesuai dengan petunjuk/aturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
terdapat dalam kemasan obat bebas dan bebas terbatas tersebut dan tidak untuk
digunaka secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Hal ini sudah sesuai dengan
jawaban responden, yaitu jika responden mengkonsumsi tidak secara terus menerus
atau dalam jangka waktu yang panjang, namun apabila responden merasakan keluhan
sakit saja.
8. Cara pemakaian obat tersebut untuk pengobatan mandiri
Untuk cara pemakaian obat, responden sebanyak 20 responden (67%) (Tabel
VI) melakukan dengan cara langsung diminum dengan menggunakan air putih.
Kemudian ada juga responden mengkonsumsi obat dengan cara dioles (sediaan
topikal), diminum setelah dan sebelum makan, pagi dan sore hari, malam hari dan
digerus (untuk anak dari responden).
Tabel VI. Cara pemakaian obat untuk pengobatan mandiri
Cara pemakaian Persentase
(%)
Langsung diminum 67
Malam hari 13
Digerus 3
Dioles 3
Sebelum makan 3
Setelah makan 3
Pagi dan sore hari 3
Tidak dapat menyebutkan 3
Langsung diminum disini sama dengan pemberian secara per oral.
Pemberian obat secara per oral merupakan pemberian obat melalui mulut. Pemberian
obat melalui per oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik, yaitu obat
beredar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh (Anief, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Menurut Depkes RI (2008), semua obat harus digunakan sesuai dengan
aturan pakai yang terdapat dalam kemasan obat tersebut. Penggunaan obat harus
sesuai dengan aturan pakai yang tertera dalam kemasan, sehingga penggunaan obat
menjadi rasional. Dari hasil penelitian, sebagian besar responden menjawab
“langsung diminum”. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memahami
dengan aturan pakai obat yang digunakan. Terdapat juga responden yang menjawab
“dioles” dan “sebelum makan”, yang menunjukkan responden mengetahui bahwa
obat tersebut termasuk obat untuk pemakaian luar dan obat golongan antasida bila
dikonsumsi sebelum makan. Responden sudah dapat memilih obat dengan baik dan
benar untuk mengatasi keluhannya dengan melihat terlebih dahulu indikasi dan aturan
pakai dalam kemasan.
9. Bentuk-bentuk obat yang digunakan responden saat melakukan pengobatan
mandiri
Menurut Depkes RI (2008), terdapat beberapa bentuk sediaan obat, yaitu
kapsul, tablet, pulvis, puyer, sirup dan larutan obat luar (tetes hidung dan mata).
Dalam hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian responden tahu dan paham
macam-macam bentuk sediaan obat yang dikonsumsi untuk pengobatan mandiri.
Yang paling banyak digunakan oleh responden dalam pengobatan mandiri adalah
obat dengan bentuk tablet, yaitu sebesar 87% (Gambar 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Anonim, 2015). Tablet sendiri dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu tablet kunyah, tablet lepas-lambat, dan tablet hisap (Lozenges).
10. Keluhan/sakit yang diobati responden dengan obat untuk pengobatan
mandiri
Pengobatan mandiri dilakukan untuk mengatasi keluhan sakit yang dirasakan
dan dialami oleh penderita. Terdapat banyak keluhan dan penyakit yang dapat diatasi
dengan pengobatan mandiri, seperti batuk, demam, flu, pusing, pegal, maag, dan lain
sebagainya. Tabel VII menunjukkan keluhan responden ketika melakukan
pengobatan mandiri. Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa keluhan terbanyak yang
dialami oleh patisipan adalah sakit kepala, yaitu dengan persentase sebesar 54%.
Kapsul
7% Salep
3% Sirup
3%
Tablet
87%
Gambar 9. Persentase bentuk-bentuk obat untuk pengobatan mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel VII. Keluhan/sakit yang dialami responden
Keluhan/sakit Persentase
(%)
Sakit kepala 54
Pegal 10
Demam 7
Maag 7
Sakit gigi 7
Pilek 3
Batuk berdahak 3
Batuk dan pilek 7
Daya tahan tubuh 3
Kolesterol 3
Sakit kepala merupakan suatu rasa nyeri yang dirasakan sebagai tekanan,
sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar ke wajah dan daerah dis ekitar wajah
lainnya. Sakit kepala termasuk dalam nyeri somatik, rasa nyeri ini terasa di bagian
dalam sehingga disebut sebagai nyeri somatik dalam (nyeri yang datang mendadak).
Rasa sakit kepala yang dirasakan bisa bervariasi; beberapa mengalami sakit kepala
yang amat sakit sehingga membutuhkan pengobatan, sementara yang lainnya tidak
(Arif, 2008).
Secara umum, berdasarkan hasil nama-nama obat yang diperoleh atau dibeli
oleh responden jika dikaitkan dengan keluhan/sakit yang dialami responden,
menunjukkan bahwa responden mampu dalam melakukan pengobatan mandiri
dengan tepat dan baik dalam mengenali penyakit yang mereka alami dengan memilih
obat secara mandiri. Namun demikian, untuk evaluasi ketepatan pemilihan obat
untuk pengobatan mandiri perlu dikaji lebih mendalam lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
11. Pengalaman penggunaan obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri
Pada hasil Gambar 10, diketahui bahwa responden dengan persentase 77%
pernah menggunakan atau mengkonsumsi obat untuk pengobatan mandiri.
Sebaliknya, sebanyak 23% responden belum pernah mengkonsumsi atau
menggunakan obat tersebut untuk pengobatan mandiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Liliani (2004), dijelaskan bahwa
pengguna yang merasa puas atas hasil utama obat yang digunakan, maka ia akan
memutuskan untuk menggunakan kembali obat yang sama untuk keluhan yang sama
juga.
12. Efek samping yang dirasakan setelah menggunakan obat untuk pengobatan
mandiri
Menurut Aziz, dkk (2008), efek samping obat merupakan setiap respon yang
merugikan dan tidak diharapkan muncul pada dosis terapi. Respon yang merugikan
tersebut dapat berupa nyeri lambung, mual, muntah, mengantuk, ruam kulit, gatal-
gatal dan sebagainya. Anief (1995) juga menjelaskan bahwa efek samping obat
Pernah
77%
Tidak
pernah
23%
Gambar 10. Frekuensi penggunaan obat sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
merupakan efek yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak ikut pada
kegunaan terapi.
Tabel VIII. Efek samping obat yang dirasakan
Efek samping Persentase
(%)
Tidak ada 77
Mengantuk 10
Tidak dapat menyebutkan 10
Berdebar 3
Hasil dari penelitian (Tabel VIII) didapatkan bahwa sebagian besar
responden menyatakan tidak mengalami efek samping dalam penggunaan obat
dengan persentase sebesar 77%. Namun ada juga responden yang menjawab
mengalami efek samping mengantuk dan berdebar setelah mengkonsumsi obat
tersebut untuk pengobatan mandiri. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan
bahwa sebagian responden telah tahu efek samping yang muncul pada saat
menggunakan obat dan pengetahuan responden mengenai efek samping obat adalah
baik.
13. Sumber informasi mengenai obat untuk pengobatan mandiri
Tabel IX memperlihatkan bahwa sebanyak 54% menyatakan memperoleh
informasi obat tersebut dari TV (iklan). Kemudian sebanyak 23% responden
menyatakan bahwa mereka memperoleh informasi obat tersebut dari keluarga.
Sedangkan sisanya sebanyak 13% responden memperoleh informasi obat dari
kemasan obat dan sebanyak 10% responden memperoleh informasi dari tetangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel IX. Persentase sumber informasi obat
Sumber informasi Persentase
(%)
TV (iklan) 54
Turun-temurun/keluarga 23
Kemasan 13
Tetangga 10
Iklan adalah salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling
banyak dibahas orang. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui
komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan
pemasaran (Morissan, 2010). Fungsi iklan meliputi fungsi informasi
(menginformasikan informasi produk, ciri-ciri, dan memberitahu konsumen tentang
produk-produk baru); fungsi persuasif (membujuk konsumen untuk membeli merek-
merek tertentu); dan fungsi pengingat (terus-menerus mengingatkan para konsumen
tentang sebuah produk, sehingga konsumen akan membeli produk yang diiklankan)
(Lee dan Johnson, 2004).
Tujuan iklan supaya membantu konsumen dalam membuat keputusan yang
rasional pada penggunaan obat yang ditetapkan sebagai obat tanpa resep. Jadi apabila
responden mengetahui informasi obat melalui TV (iklan) adalah bersifat wajar,
asalkan TV (iklan) tersebut memberikan informasi yang akurat adanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti (2014), diketahui bahwa
responden melakukan pengobatan mandiri dan memperoleh obat yang digunakan dari
berbagai macam tempat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kartika (2010) bahwa informasi terbanyak yang mempengaruhi sikap seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dalam hal kesehatan berasal dari iklan pada media cetak maupun elektronik, sehingga
pemberian informasi kesehatan lewat media tersebut sebaiknya sesuai dan benar agar
masyarakat tidak salah menerima informasi.
14. Frekuensi kesembuhan responden setelah diobati dengan obat untuk
pengobatan mandiri
Hasil pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak responden
setelah diobat obat untuk pengobatan mandiri adalah sembuh dengan persentase 83%.
Sisanya adalah dengan menjawab belum sembuh dengan presentase 17%.
Berdasarkan hasil persentase terbanyak responden yang berhasil sembuh
dalam menggunakan obat untuk pengobatan mandiri, membuktikan bahwa responden
mampu dalam menggunakan obat secara baik dan benar, sesuai dengan aturan pakai
yang mereka lakukan, sehingga obat tetap efektif dan aman untuk digunakan.
Sembuh
83%
Belum
sembuh
17%
Gambar 11. Presentase kesembuhan responden setelah menggunakan obat
untuk pengobatan mandiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
C. Motivasi Penggunaan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di kalangan
Masyarakat Desa Dieng
Motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri dalam penelitian ini
meliputi alasan mengapa memilih obat untuk pengobatan mandiri dan alasan
mengapa menggunakan obat untuk pengobatan mandiri dibandingkan memeriksakan
diri ke Puskesmas/RS/Dokter.
1. Alasan memilih obat untuk pengobatan mandiri
Motivasi terbesar responden memilih obat untuk pengobatan mandiri adalah
“cocok”, yaitu sebesar 37%. Pada tabel X dapat dilihat juga bahwa beberapa motivasi
responden menyatakan seperti adanya hanya obat tersebut, cepat meredakan sakit,
diberitahu teman, gampang/prakris, hari minggu puskesmas tutup, jarak dengan
rumah dekat, keadaan darurat, keinginan anak, mendingan setelah mengkonsumsi
obat tersebut, mudah di dapat, tidak mau periksa ke dokter, sudah ada yang
menggunakan sebelumnya, dan menyatakan sakit ringan.
Menurut Murniati (1997), (cit, Angkoso, 2006), masyarakat memilih untuk
mengobati penyakitnya sendiri karena beberapa alasan. Pertama, alasan ekonomi
karena biaya dokter atau rumah sakit mahal. Kedua, alasan budaya karena sebelum
percaya atau takut kepada dokter dan masih mempertahankan pengobatan tradisional.
Ketiga, karena sudah biasa mengkonsumsi jenis obat tertentu, hingga merasa aman
mengkonsumi terus. Keempat, karena informasi mulut ke mulut serta pengaruh iklan.
Kelima, karena pengerahuan tentang kesehatan masih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangastuti
(2014). Penelitian yang dilakukan Pangastuti (2014), menyatakan bahwa alasan
terbanyak yang dipilih responden ketika melakukan pengobatan mandiri adalah
karena biaya lebih murah. Sedangkan penelitian ini menyatakan bahwa responden
merasa lebih cocok. Hal tersebut didasarkan atas frekuensi responden yang
sebelumnya pernah menggunakan obat untuk pengobatan mandiri.
Tabel X. Persentase alasan memilih obat
Alasan memilih obat Persentase
(%)
Cocok 37
Jaraknya dengan rumah dekat 7
Keadaan darurat 7
Sakit ringan 7
Gampang/praktis 7
Hari minggu puskesmas tutup 3
Cepat meredakan sakit 3
Adanya hanya obat tersebut 3
Keinginan anak 3
Mendingan setelah mengkonsumsinya 3
Mudah di dapat 3
Panas/demam biasa 3
Pusing berkurang 3
Diberitahu teman 3
Sudah ada yang menggunakan sebelumnya 3
Tidak mau periksa ke dokter 3
2. Alasan menggunakan obat untuk mengatasi penyakit yang dialami,
dibandingkan memeriksakan diri ke puskesmas/RS/dokter.
Alasan terbesar yang dipilih responden saat melakukan pengobatan mandiri
adalah sakit ringan, yaitu dengan persentase sebesar 33% (Tabel XI). Dari alasan
tersebut, responden berpikir karena penyakit ringan saja maka dari itu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
disembuhkan atau diatasi hanya dengan obat yang dibeli secara langsung dan instan.
Selain itu ada juga responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai
uang untuk pergi ke dokter/RS/Puskesmas, yaitu sebanyak 3%. Hal ini dikaitkan
dengan karakteristik pendapatan responden.
Tabel XI. Persentase alasan tidak memeriksakan diri ke
Dokter/RS/Puskesmas
Alasan tidak periksa ke dokter/RS/puskesmas Persentase
(%)
Sakit ringan 37
Cocok 17
Pertolongan pertama 7
Tidak ada waktu 7
Panas/demam biasa 3
Pusing biasa 3
Puskesmas tutup 3
Praktis 3
Kebanyakan obat 3
Terlanjur sakit 3
Obat dari bidan tidak cocok 3
Tidak kepikiran 3
Tidak punya uang 3
Tidak dapat menyebutkan 3
Djunarko (2011), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
praktik swamedikasi adalah kondisi ekonomi. Mahalnya pelayanan kesehatan (dokter,
klinik, rumah sakit), merupakan penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan
yang lebih murah untuk penyakit ringan, yaitu swamedikasi. Menurut Pal (2004),
ketika pasien mengalami masalah atau penyakit yang masih tergolong ringan/minor
(sesuai anggapan pasien itu sendiri) maka mereka memutuskan untuk pergi bertanya
ke apoteker sehubungan dengan OTR yang mereka gunakan. Namun pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kenyataannya, responden dalam penelitian ini tidak melakukan hal tersebut. Mereka
justru melakukan pengobatan mandiri tanpa bertanya terlebih dahulu kepada apoteker
terkait obat yang akan mereka gunakan dalam mengatasi keluhan sakit untuk
pengobatan mandiri. Selain itu, dikarenakan karena akses kesehatan, yaitu jauhnya
apotek dari rumah, membuat responden melakukan pengobatan mandiri tanpa
bertanya kepada apoteker terlebih dahulu.
Motivasi terbesar pasien mengenai alasan tidak memeriksakan diri ke dokter
sama dengan alasan saat memilih obat untuk pengobatan mandiri, yaitu responden
cenderung merasa “cocok” dalam menggunakannya. Namun demikian, perlu digali
lebih lanjut lagi apa yang dimaksud dengan “cocok” oleh responden tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik responden yang pada penelitian ini yang menggunakan obat
untuk pengobatan mandiri yaitu pada rentang usia 18-24 tahun dan 32-38
tahun (26%), dengan jenis kelamin perempuan (70%), dengan jenis pekerjaan
petani (36%), dengan status pernikahan sudah menikah (80%), dengan
pendidikan terakhir adalah SLTA (SMA/SMK) (40%), dan dengan
pendapatan per bulan sebesar Rp 300.000,00 ≤ pendapatan < Rp 1.000.000,00
(27%).
2. Pola penggunaan obat responden untuk pengobatan mandiri pada penelitian
ini adalah dengan frekuensi penggunaan obat 1x dalam sebulan (67%). Lokasi
pembelian terbesar adalah di warung (80%) dengan jarak yang paling banyak
ditempuh adalah ±10-50 meter (39%). Harga yang dikeluarkan berkisar Rp
2.000,00-Rp 7.000,00 (44%). Penggunaan dilakukan untuk diri sendiri (70%)
dengan obat yang paling banyak digunakan adalah Bodrex® dan Paramex®
(23%); dimana frekuensi penggunaan obat yaitu kadang kala (67%). Cara
pemakaian adalah dengan cara “langsung diminum” (67%) dengan bentuk
adalah tablet (87%). Keluhan yang paling banyak dialami responden saat
melakukan pengobatan modern adalah pusing (54%). Frekuensi penggunaan
obat sebelumnya untuk pengobatan mandiri terbesar adalah pernah
melakukan (77%). Efek samping yang dirasakan responden tidak ada (77%).
Sumber informasi yang responden dapatkan tentang obat untuk pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mandiri adalah melalui TV (iklan) (54%); dan frekuensi kesembuhan
responden setelah diobat dengan obat untuk pengobatan mandiri adalah
sembuh (83%).
3. Motivasi terbesar penggunaan obat untuk pengobatan mandiri adalah
responden merasa cocok (37%) karena penyakit ringan, sehingga responden
tidak memeriksakan diri ke puskesmas/RS/dokter (37%) dan memilih
melakukan pengobatan mandiri.
B. Saran
1. Perlu dilakukan kajian mengenai hubungan karakteristik responden terhadap
pola dan motivasi penggunaan obat untuk pengobatan mandiri.
2. Perlu adanya sosialisasi atau penyuluhan dari Dinas Kesehatan terkait terkait
penggunaan obat muntuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, agar masyarakat
lebih memahami betul penggunaan obat modern untuk pengobatan mandiri
dan tidak salah dalam memilih obat.
3. Perlu meningkatkan peran apoteker dalam pelayanan obat kepada masyarakat
dan untuk mengatasi kesehatan terkait pengobatan mandiri yang tepat, aman
dan rasional.
4. Perlu adanya penelitian yang mendalami alasan ketidaktahuan masyarakat
terhadap pengobatan mandiri dan obat untuk pengobatan mandiri.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik
responden terhadap pola dan motivasi dalam pengobatan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Adikuntati, Y. M., 2008, Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan
dengan Perilaku Swamedikasi Demam oleh Ibu-Ibu di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Andhika, 2010, Analisis Permintaan Penggunaan Layanan Kesehatan Pada
Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah Di Kabupaten Semarang, Skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Anief, M., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hal. 14, 19-20.
Angkoso, J. T. F., 2006, Pola Perilaku Pengobatan Mandiri Di Antara Pria Dan
Wanita Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Kampus III,
Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Anna, L., K., A., 2011, Kaum Lelaki Kurang Peduli Kesehatan,
http:/health.kompas.com/read/2011/02/1715371631/www.kompas.com,
diakses pada tanggal 28 Oktober 2015.
Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta, hal. 20, 24.
Anonim., 2015, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departeman Kesehatan Republik
Indonesia, hal. 52.
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Yogyakarta.
Aziz, S., dkk., 2008, Kembali Sehat dengan Obat (Mengenal Manfaat dan Bahaya
Obat), Pustaka Popler Obor, Jakarta, hal. XXII.
Baharuddin, 2009, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 21.
Biagi, S., 2010, Media Impact, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, hal. 201.
Chistiana, E., 2014, Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Obat
Tradisional Dan Obat Modern Terhadap Tindakan Pemilihan Obat Pada
Pengobatan Mandiri Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan
Pengerahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal.
Dewar, Diane M., 2009, The Essential Of Health Economics, First Edition. USA:
Jones & Bartlett Publishers.
Dharmmesta, B, S., dan Handoko, H, T., 2000, Manajemen Pemasaran: Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta, hal. 25-54.
Djunarko, I., dan Hendrawati, Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT
Intan Sejati, Klaten, hal.6-9, 56, 58.
Donatus, I. A., 1997, Pola Pengobatan Sendiri Oleh Masyarakat, Survei kesehatan
Rumah Tangga 1980, Buletin Penelitian Kesehatan 13, hal. 3-4.
Donatus, I. A., 2000, Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi
Komunitas, Upaya Peningkatan Peran Apoteker, Seminar Sehari Dampak
Globalisasi Ekonomi dan Farmasi Terhadap Hak dan Kewajiban
Farmasis dan Konsumen, Lembaga Kajian Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Fauzia, R., Respati, T., dan Nurhayati, E., 2015, Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pengoabatn Sendiri Pada Kelompok Ibu Rumah Tanga di
Kabupaten Purwakarta Tahun 2014, Prosiding Penelitian SPeSIA,
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Univesitas Islam Bandung,
Bandung.
Hardon A, Hodgkin C, Fresle D., 2004, How to investigate the use of medicines
by consummers, World Health Organisation, Swit-zerland, p.64.
Holt, G.A., and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in Feldmann, E.G.,
(Ed), Handbook of Non Prescription Drug, 9th ed, 1-10, APHA, New
York.
Ikawati, Z., 1994, Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu tentang Cara Penggunaan Obat-
Obatan di Wilayah Purwokerto, Laporan Penelitian, 15-20, Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Joko Mariyono et al., 2005. Ketimpangan Jender dalam akses Pelayanan
Kesehatan Rumah Tangga Petani Pedesaan : Kasus Dua Desa di
Kabupaten Tegal, Jawa tengah.
Kartajaya, H., Taufik, Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winnasis, N.T.,
Satrio, B.E., et al., 2011, Self-Medication: Who Benefits and Who is at
Loss?, PT MarkPlus Indonesia, Jakarta, hal. 3.
Kartika, Nana., 2010, Pengaruh Ceramah Dan Pemberian Leaflet Terhadap
Perilaku Dalam Memilih Dan Menggunakan Obat Batuk Anak Oleh Ibu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ibu Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1969, Tanda Khusus Untuk
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Kurniasari, V., Y., 2007, Hubungan Antara Pengerahuan dan Tingkat Ekonomi
dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk di Desa
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Kotler, Philip. dan Amstrong, Gary., 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi II,
Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 45.
Krithikadatta, J., 2014, Normal Distribution, J Conserv Dent., 17(1), 96-97.
Liliani, N. D., 2004, Kajian Motivasi, Penetahuan, Tindakan dan Pola
Penggunaan Obat Tradisonal Cina pada Pengunjung dari 8 Toko Obat
Berizin di Yogyakarta Periode April-Mei 2004, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lee, M., dan Johnson, C., 2004, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam
Pespektif Global, Prenada Media, Jakarta, hal. 10, 11.
Lubis, A.F., 2009, Ekonomi Kesehatan, Penerbit USU Press, Medan, hal. 11.
Media Sosialisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2014, Mengenal Simbol-
simbol Pada Kemasan Obat, http:// http://www.bpjs.info/kesehatan/Mengenal_Simbol_simbol_Pada_Kemas
an_Obat-5849/ diakses tanggal 10 November 2015.
Meriati., Goenawi., dan Wiyono W., 2013, Dampak Penyuluhan Pada
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan Dan Penggunaan Obat
Batuk Swamedikasi Di Kecamatan Malalayang, Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vo.2 No.03, Universitas Sam Ratulangi Manado, hal.101.
Murniati, A. N. O., 1997, Harapan Konsumen Terhadap Obat Bebas Dan Obat
Bebas Terbatas, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, Fak 3-10, Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 23.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 15-62.
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 125.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Morissan, M. A., 2010, Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana,
Jakarta, hal. 16-18.
Noviana, Fenny., 2011, Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal
Pada Pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pal, S., 2004, Self Care and Nonprescription Drugs Pharmacotherapy, Handbook
of Non Prescription Drugs, 14th .ed., AphA, New York, pp. 3-15.
Pangastuti, M. R., 2010, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Mengenai Obat
Tradisioanl Dan Obat Modern Dengan Tindakan Pemilihan Obat Untuk
Pengobatan Mandiri Di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan
Candiroto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogayakarta.
Putra, R.S., 2012, Buku Pinta Apoteker, DIVA Press, Banguntapan, Jogjakarta,
hal. 305, 309, 312, 320, 339.
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
1176/Menkes/Per/X/1999 Tentang Daftar Obat Keras Yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep Dokter Oleh Apoteker di Apotik (Daftar Obat
Wajib Apotek No. 3), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat Yang Dapat Diserahan
Tanpa Resep, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Obat Keras Yang Dapat Diserahkan
Tapa Resep Dokter Oleh Apoteker Di Apotek (Obat Wajib Apotek No. 2),
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
347/MenKes/SK/BII/1990 Tentang Obat Keras Yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep Dokter Oleh Apoteker Di Apotik (Obat Wajib Apotek No.
1), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Perwitasari, E., A., 2009, Pengaruh Pemberian Informasi Obat Terhadap
Peningkatan Perilaku Pengobatan Mandiri Pada Penyakit Batuk Di Desa
Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma.
Primantana, Y. B. A., 2001, Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala Di Televisi
Terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala Di Kalangan Mahasiswa
Angkatan 1997-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pokja Sanitasi Kabupaten Wonosobo, 2012, Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
Santere., Rexford, E., and Neun Stephen P., 2000. Health Economics (Theories,
Insight, and Indistry Studies) Revised Edition. USA : Harcourt College
Publisher.
Sartono., 1993, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang: Obat-obat Bebas
dan Bebas Terbatas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.1, 4-5.
Sartono., 1993, Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang: Obat Wajib Apotek,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal.105-112.
Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 54-78.
Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi
Pemula, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal.49.
Satibi, dan Oetari R.A., 2001, Pengaruh Informasi Obat Terhadap Pemilihan Dan
Penggunaan Obat Batuk Pada Pengobatan Sendiri Di Kecamatan
Godean, Majalah Farmasi Indonesia, Universitas Gadjah Mada, hal.194.
Sumarsono, T., 2015, Pengantar Studi Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, hal. 59-68.
Supardi, S., Sukasediati, N., dan Azis, S., 1997, Pola Penggunaan Obat dan Obat
Tradisional dalam Pengobatan Sendiri di Tanjung Bintang, Lampung,
Buletin Penelitian Kesehatan, 25 (3&4), 45-52.
Suryo, J., 2010, Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan, Bentang
Pustaka, Yogayakarta, hal. 53.
Syamsuni, H., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 17.
Tan, T.H., dan Rahardja K., 2010, Obat-obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-
hari, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. vii dan ix.
Tim Penyusun, 2004, Pengobatan Sendiri, InfoPOM, Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia, Vol.5 No.6, Jakarta, hal.1.
Tim Penyusun, 2014, Topik Sajian Utama: Menuju Swamedikasi yang Aman,
InfoPOM, Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia,
Vol.15 No.1, Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan,
hal. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Wawan, A., Dewi, M., 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia, Mulia Medika, Yogyakarta, hal. 54, 60-62.
Wibowo, A., 2010, Cerdas Memilih Obat & Mengenali Penyakit, PT. Lingkar
Pena Kerativa, Jakarta, hal. 25-26.
Widayati, A., 2012, Health Seeking Behavior di Kalangan Masyarakat Urban di
Kota Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, pp. 59-65.
WHO, 1998, The Role of The Pharmacist in Self Care and Self Medication, 3,
Departement of Essential Drug adn Other Medicines World Health
Prganization, WHO, Geneva.
World Self-Medication Industry, 2010, About Self-Medication,
http://www.wsmi.org/aboutsm.htm, diakses tanggal 10 November 2015.
Zeenot, S., 2013, Pengelolaan & Penggunaan Obat Wajib Apotek, D-Medika,
Jogjakarta, hal.7, 111-113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Farmasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian Daerah DIY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 3. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 4. Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Consent)
“PROFIL PERILAKU PENGOBATAN MANDIRI MENGGUNAKAN
TUMBUHAN OBAT DI KALANGAN MASYARAKAT DESA
SEMBUNGAN DIENG KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN
WONOSOBO JAWA TENGAH (UPAYA AWAL UNTUK PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL)”
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan BERSEDIA MENJADI RESPONDEN pada penelitian tentang
“Perilaku Pengobatan Mandiri Menggunakan Tumbuhan Obat”, yang akan
dilakukan oleh:
Nama : Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. (dkk)
NIDN : 0530077401
Dosen dari Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Dengan ini saya juga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
1. saya telah diberi informasi secara detail mengenai penelitian tersebut,
2. saya telah diberi hak untuk didampingi oleh orang yang saya tunjuk pada
saat informasi tersebut disampaikan kepada saya,
3. saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai informasi penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
disampaikan kepada saya,
4. saya telah dijelaskan bahwa saya mungkin tidak akan secara langsung
menerima manfaat dari hasil penelitian tersebut dan saya paham bahwa
hasil penelitian akan digunakan untuk peningkatan perilaku swamedikasi
di masyarakat,
5. saya juga telah diinformasikan bahwa data yang saya berikan akan
digunakan sepenuhnya hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada
aspek komersial,
6. saya juga telah diinformasikan bahwa data pribadi saya tidak akan
dipublikasikan. jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka data terkait
diri saya akan dalam bentuk anonim (tanpa nama),
7. saya telah diberi tahu bahwa penelitian ini adalah dalam pelaksanaannya
telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang,
8. saya tahu bahwa data yang saya berikan akan disimpan oleh peneliti
selama setidaknya dua tahun dan akan dimusnahkan setelah itu.
Wonosobo,………..…………..2015
Yang menyatakan,
(…………………………………)
Tanda tangan dan nama jelas
Saksi,
(………………………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 5. Panduan Wawancara
PANDUAN WAWANCARA
“PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN UNTUK
PENGOBATAN MANDIRI”
Kriteria inklusi sampel yang akan direkrut sebagai responden adalah
masyarakat dewasa di kawasan dataran tinggi Dieng yang berusia ≥ 18 tahun yang
pernah melakukan pengobatan mandiri selama satu bulan terakhir, baik laki-laki
ataupun perempuan dan bersedia wawancara.
Kunci Komponen Pendahuluan
Perkenalan wawancara
Ucapan terimakasih atas kesediaannya berpartisipasi sebagai responden
Tujuan datang ke responden dengan menguraikan secara garis besar
tentang penelitian
Penjelasan mengenai kerahasiaan responden
Penjelasan bagaimana wawancara akan dilakukan dan durasi wawancara
Data diri responden
a. Nama :
b. Alamat dan No.Telp :
c. Usia :
d. Jenis kelamin :
e. Pekerjaan :
f. Status pernikahan :
g. Pendidikan terakhir :
h. Pendapatan per bulan :
a.Kurang dari Rp 300.000,00
b.Antara Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00
c.Antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
d.Antara Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
c.Lebih dari Rp 2.000.000,00
1. Apakah Anda pernah mendengar istilah pengobatan mandiri atau
swamedikasi?
2. Jika Anda pernah mendengar istilah tesebut, dari mana Anda mendapatkan
informasinya?
3. Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan pengobatab sendiri?
4. Apakah semua obat dapat dibeli untuk pengobatan sendiri tanpa periksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek?
=======
5. Apakah Anda pernah mendengar tentang obat bebas atau bebas terbatas? Jika
pernah:
a. Dimanakah obat tersebut bisa dibeli?
b. Apakah ketika membeli obat tersebut harus dengan resep dari dikter?
c. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tersebut? (tablet, kapsul, serbuk, cairan,
dll)
6. Apakah Anda pernah melihat lambang pada kemasan obat tersebut?
a. Jika pernah, seperti apa lambang tersebut dan arti dari lambang tersebut,
gambarkan lambanganya?
=====
7. Apakah Anda pernah menggunakan obat atau memperoleh obat dari
orang lain untuk digunakan mengatasi sakit (tanpa perksa ke
Puskesmas/RS/dokter praktek) dalam satu bulan terakhir ini?
APABILA PERNAH:
a. Berapa kali dalam satu bulan terakhir ini?
b. Apakah Anda menggunakan atau memperoleh/diberi orang lain?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
i. Jika Anda memperoleh obat tersebut dengan cara membelinya,
dimanakah obat tersebut Anda beli? Berapa jarak antara tempat tinggal
Anda dengan tempat untuk membeli obat tersebut? Berapa harganya?
ii. JIka Anda memperoleh obat tersebut dari orang lain, siapakah yang
meemberikanya?
c. Untuk siapakah obat tersebut? (apakah untuk diri sendiri atau orang
lain/keluarga, dll… mohon sebutkan)
d. Apa nama obatntya?
e. Berapa lama Anda (orang lain yang menggunakan) mengkonsumsi obat
tersebut?
f. Berapa kali dalam sehari Anda (orang lain yang menggunakan)
mengkonsumsi obat tersebut? Cara pakai obat tersebut?
g. Dalam bentuk apa obat tersebut (tablet, sirup, serbuk, dll)?
h. Keluhan/sakit apa yang berusaha diobati dengan obat tersebut?
i. Apakah obat tersebut pernah digunakan sebelumnya?
j. Apakah ada efek samping yang dirasakan?
k. Mengapa Anda memilih obat tersebut?
l. Darimana Anda mengetahui informasi mengenai obat yang Anda beli
(atau yang diberi oleh orang lain) tersebut?
m. Mengapa Anda (atau orang yang menggunakan oabt tersebut) tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas/RS/dokter, tetapi memilih meminum
obat tersebut?
n. Apakah Anda (orang yang mengguakan obat tersebut) sembuh setelah
diobati dengan obat tersebut?
=======
8. Apakah Anda mengenal obat tradisional?
a. Mohon bisakah dijelaskan, apakah yang dimaksud dengan obat tradisional
menurut Anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
b. Apa sajakah bentuk-bentuk obat tradisional yang Anda kenal (tablet, pil,
kapsul, serbuk, cairan, dll)
c. Apakah Anda mengenal jenis-jenis obat tradisional, yaitu jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka? Jika mengenal, mohon dijelaskan.
i. Apakah Anda mengenal lambang JAMU pada kemasan/bungkus
jamu? Jika iya, mohon digambarkan. PERTANYAAN SERUPA
JUGA UNTUK HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA.
9. Sebutkan satu contoh obat tradisional, manfaatnya dan cara penggunaannya.
10. Menurut Anda, apakah obat tradisional dapat menimbulkan efek samping?
11. Apakah Anda (atau keluarga Anda) pernah menggunakan obat tradisional
untuk mengobati penyakit selama satu bulan terakhir? JIKA PERNAH:
a. Seberapa sering Anda menggunakan obat tradisional (dalam satu bulan
terakhir)?
b. Apakah nama obat tradisional yang Anda gunakan?
c. Untuk siapa obat tradisional tersebut?
d. Dalam bentuk apa obat tradisional tersebut?
e. Untuk mengobati penyakit apa?
f. Darimana Anda memperolehnya?Kalau membeli, membeli obat
tradisional dimana? Jarak antara tempat tinggal dan temapt membeli obat
tradisional?Berapa harganya?
g. Bagaimana Anda menggunakannya? (ATURAN PAKAI DAN CARA
PAKAI)
h. Berapa lama Anda menggunakannya?
i. Apakah Anda sembuh setelah menggunakan obat tradisional tersebut?
j. Adakah efek samping yang Anda rasakan?
k. Apakah obat tradisional tersebut pernah digunakan sebelumnya?
l. Dari manakah Anda mengetahui mengenai obat tradisional yang Anda
gunakan tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
m. Apakah alasan Anda menggunakan obat tradisional tersebut?
n. Mengapa Anda memilih menggunakan obat tradisional tersebut untuk
mengatasi penyakit yang dialami (dibandingkan memeriksakan diri ke
Puskesmas atau Rumah Sakit atau dokter praktek?
======
12. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat tradisional jika Anda
sakit?
13. Bagaimana pendapat Anda mengenai penggunaan obat modern jika Anda
sakit?
14. Apakah Anda menyukai menggunakan obat tradisional?
15. Apakah Anda menyukai menggunakan obat modern?
16. Apakah menurut Anda menggunakan obat tradisional bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang Anda alami?
17. apakah menurut Anda menggunakan obat modern bermanfaat untuk
menyembuhkan penyakit yang anda alami?
======
18. Apakah Anda akan menggunakan obat tradisional untuk mengatasi
gejala/sakit yang anda alami?
19. Apakah Anda akan menggunakan obat modern untuk mengatasi gejala/sakit
yang anda alami?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 6. Peta Kabupaten Wonosono, Jawa Tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 7. Daftar OWA No. 1, OWA No. 2, dan OWA No. 3
Tabel 1. Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
No Kelas
Terapi
Nama Obat Indikasi Jumlah
Tiap Jenis
Obat Per
Pasien
Catatan
I Oral
Kontrase
psi
Tunggal
Linestrenol
Kontrasepsi 1 siklu
s
Untuk
siklus
pertama
harus
dengan
resep
dokter.
Akseptor
dianjurkan
kontrol ke
dokter tiap
6 bulan
Kombinasi
a. etinodiol diasetat
– mestranol
b. Norgestrel –
etinil estradiol
c. Linestrenoil –
etinil estradiol
d. Etinodiol
diasetat – etinil
estradiol
e. Levonogestrel –
etinil estradiol
f. Norethindrone –
mestranol
g. Desogestrel –
etinil estradiol
Kontrasepsi 1 siklus
Aseptor
dianjurkan
kontrol ke
dokter tiap
6 bulan.
Untuk
akseptor
lingkaran
biru wajib
menunjukk
an kartu.
II Obat
Saluran
Cerna
Antispasmodik
Papaverin/hiosin
butil bromide/
atropin
SO4/ekstrak
beladon
Kejang
saluran cerna
Maksimal
20 tablet
Anti mual
Metoklopramid
Maksimal
20 tablet
Bila mual,
muntah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
HCl berkepanja
ngan,
pasien
dianjurkan
agar
kontrol ke
dokter
Laksan Bisakodil
Supp
Konstipasi Maksimal 3
supp
III Obat
mulut dan
tenggorok
an
Hexetidin Sariawan,
radang
tenggorokan
Maksimal 1
botol
Triamcinolonr
acetonide
Sariawan
berat
Maksimal 1
tube
IV Obat
saluran
napas
Obat asma
Aminofilin supp
Asma Maksimal 3
supp
Pemberian
obat asma
hanya atas
dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Ketotifen Asma Maksimal
10 tablet
sirup 1
botol
Terbutalin SO4 Asma Maksimal
20 tablet;
sirup 1
botol’
inhaler 1
tabung
Salbutamol Asma Maksimal
20 tablet;
sirup 1
botol;
inhaler 1
tabung
Sekretolitik;
mukolitik
Bromheksin
Mukolitik Maksimal
20 tablet;
sirup 1
botol
Karbosistein Mukolitik Maksimal
20 tablet;
sirup 1
botol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Asetilsistein Mukolitik Maksimal
20 dus
Oksolamin sitrat Mukolitik Maksimal
sirup 1
botol
V Obat
yang
mempeng
aruhi
sistem
neuromus
kulas
Analgetik,
antipiretik
Metampiron
Sakit kepala,
pusing,
panas,
demam, nyeri
haid
Maksimal
20 tablet
sirup 1
botol
Asam mefenamat Sakit
kepala/gigi
Maksimal
20 tablet
Metampiron +
Diazepam
Sakit kepala
yang disertai
ketegangan
Maksimal
20 tablet
Antihistamin
Mebhidrolin
Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
Pheniramin
hidrogen maleat
Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
biasa; 3
tablet lepas
lambat
Dimenthiden
maleat
Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
biasa; 3
tablet lepas
lambat
Astemizol Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
biasa; 3
tablet lepas
lambat
Oxomemazin Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
biasa; 3
tablet lepas
lambat
Dexchlorphenirami
ne malet
Antihistamin/
alergi
Maksimal
20 tablet
biasa; 3
tablet lepas
lambat
VI Antiparas
it
Obat cacing
Mebendazol
Cacing
kremi,
Maksimal 6
tablet; sirup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tambang,
gelang,
cambuk
1 botol
VI
I
Obat kulit
topikal
Antibiotik
Tetrasiklin/oksitetr
asiklin
Infeksi
bakteri pada
kulit (lokal)
Maksimal 1
tube
Kloramfenikol Infeksi
bakteri pada
kulit (lokal)
Maksimal 1
tube
Framisetine SO4 Infeksi
bakteri pada
kulit (lokal)
Maksimal 2
lembar
Neomisin SO4 Infeksi
bakteri pada
kulit (lokal)
Maksimal 1
tube
Gentamisin SO4 Infeksi
bakteri pada
kulit (lokal)
Maksimal 1
tube
Eritromisin Akne
vulgaris
Maksimal 1
botol
Kortikosteroid
Hidrokortison
Alergi dan
peradangan
lokal
Maksimal 1
tube
Flupredniliden Alergi dan
peradangan
lokal
Maksimal 1
tube
Triamsinolon Alergi dan
peradangan
lokal
Maksimal 1
tube
Betametason Alergi dan
peradangan
lokal
Maksimal 1
tube
Fluokortolon/diflu
kortolon
Alergi dan
peradangan
kulit
Maksimal 1
tube
Desoksimetason Alergi dan
peradangan
kulit
Maksimal 1
tube
Antiseptik Lokal
Heksaklorofen
Desinfeksi
kulit
Maksimal 1
botol
Antifungi
Mikonazol nitrat
Infeksi jamur
lokal
Maksimal 1
tube
Nistatin Infeksi jamur
lokal
Maksimal 1
tube
Tolnaflat Infeksi jamur Maksimal 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
lokal tube
Ekonazol Infeksi jamur
lokal
Maksimal 1
tube
Anestesi lokal
Lidokain HCl
Anestetikum
lokal
Maksimal 1
tube
Enzim antiradang
topikal kombinasi
Heparinoid/Hepari
n Na dengan
Hialuronidase ester
nikotinat
Memar Maksimal 1
tube
Pemucat kulit
Hidroquinon
Hiperpigment
asi kulit
Maksimal 1
tube
Hidroquinon
dengan PABA
Hiperpigment
asi kulit
Maksimal 1
tube
Tabel 2. Daftar Obat Wajib Apotek No. 2
No Nama Generik Obat Jumlah maksimal tiap jenis
obat per pasien Pembatasan
1 Albendazol Tab 200 mg, 6 tab
Tab 400 mg, 3 tab
2 Bacitracin 1 tube Sebagai obat luka
untuk infeksi bakteri
pada kulit
3 Benorilate
Bismuth subcitrat
karbinoxamin
10 tablet
10 tablet
10 tablet
4 Klindamisin 1 tube Sebagai obat luar
untuk obat akne
5 Deksametason 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
6 Dekspanthenol 1 tube Sebagai obat luar
untuk kulit
7 Diklofenak 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
8 Diponium 10 tablet
9 Fenoterol 1 tabung
10 Flumetason 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
11 Hidrokortison butirat 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
12 Ibuprofen Tab 400 mg, 10 tab
Tab 800 mg, 10 tab
13 Isokonazol 1 tube
14 Ketokonazol Kadar <2%:
Krim 1 tube
Scalp sol, 1 btl
Sebagai obat luar
untuk infeksi jamur
lokal
15 Levamizole Tab 50 mg, 3 tab
16 Metiprednisolon 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
17 Niklosamid
Noretisteron
Omeprazol
Tab 500 mg, 4 tab
1 siklus
7 tablet
18 Oksikonazol Kadar < 2%, 1 tube Sebagai obat luar
untuk infeksi jamur
lokal
19 Pipazetate
Piratiasin kloroteofilin
Pirenzepin
Sirup 1 botol
10 tablet
20 tablet
20 Piroksikam 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
21 Polimiksin B sulfat 1 tube Sebagai obat luar
untuk infeksi jamur
lokal
22 Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar
untuk inflamasi
23 Skopolamin 10 tablet
24 Silver sulfadiazin 1 tube Sebagai obat luar
untuk infeksi bakteri
pada kuliat
25 Sukralfat Sulfasalazin 20 tablet
26 Tiokonazol 1 tube Sebagai obat luar
untuk infeksi jamur
loka
27 Urea 1 tube Sebagai obat luar
untuk hiperkeratosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 3. Daftar Obat Wajib Apotek No. 3
No Kelas
terapi
Nama generik obat Indikasi Jumlah
maksimal
tiap jenis
obat per
pasien
Catatan
1 Saluran
pencernaa
n dan
metabolis
me
Famotidin
Antiulkus
peptik
Maksimal
10 tablet 20
mg/40 mg
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Ranitidin
Antiulkus
peptik
Maksimal
10 tablet
150 mg
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
3 Obat kulit Asam azeleat
Asam fusidat
Motretinida
Toiskilat
Tretinosin
Antiakne
Antimikroba
Antiakne
Antifungi
Antiakne
Maksimal 1
tube 5 mg
4 Antiinfek
si umum
1. Kategori I
(2hrze/4H3R3)
Kombipak II
Fase awal
Isoniazid 300 mg
Rifampisin 450 mg
Pirazinamid 1500
mg
Etambutol 750 mg
Antituberkulo
sis Satu paket
Kategori I
Penderita
baru BTA
positip
Penderita
baru BTA
negatif dan
rontgen
positip
yang sakit
erat
Penderita
ekstra palu
berat
Kombipak III
Fase lanjutan
Isoniazid 600mg
Rifampisin 450mg
Sebelum
fase
lanjutan,
penderita
harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kembali ke
dokter
2. Kategori II
(2HRZES/5H3R
3E-3)
Kombipak II
Fase awal
Isoniazid 300mg
Rifampisin 450mg
Pirazinamid
1500mg
Etambutol 750mg
Streotomisin 0,75
mg
Satu paket
Kategori II:
Penderita
kambuh
(relaps)
BTA
positip
Penderita
gagal
pengobatan
BTA
positip
Kombipak IV
Fase lanjutan
Isoniazid 600mg
Rifampisin 450mg
Etambutol 1250mg
Sebelum
fase
lanjutan,
penderita
harus
kembali ke
dokter
3. Kategori III
(2HRZ/4H3R3)
Kkombipak I
Fase awal
Isoniazid 300mg
Rifampisin 450mg
Pirazinaid 1500mg
Satu paket
Kategori
III:
Penderita
baru BTA
negatif/ront
gen
Penderita
ekstra paru
ringan
Kombipak III
Fase lanjutan
Isoniazid 300mg
Rifampisin 450mg
Sebelum
fase
lanjutan,
penderita
harus
kembali ke
dokter
4 Sistem
mukulosk
eletai
Alopurinol Antigout Maksimal
10 tablet
100 mg
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Diklofenak
natrium
Antiinflamasi
dan
Maksimal
10 tablet 25
Pemberian
obat hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
antirematik mg atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Piroksikam Antiinflamasi
dan
antirematik
Maksimal
10 tablet 10
mg
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
5 Sistem
saluran
pernapasa
n
Klemastin Antihistamin Maksimal
10 tablet
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Mequltazin Antihistamin Maksimal
10 tablet
atau botol
60 ml
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Orsiprenalin Antiasma Maksimal 1
tube inhaler
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Prometazin teoklat Antihistamin Maksimal
10 tablet
atau botol
60 ml
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Setlrizin Antihistamin Maksimal
10 tablet
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Siproheptadin Antihistamin Maksimal
10 tablet
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gentamisin Obat mata Maksimal 1
tube 5g atau
botol 5 ml
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Kloramfenikol Obat mata Maksimal 1
tube 5g atau
botol 5 ml
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Kloramfenikol Obat telinga Maksimal 1
botol 5 ml
Pemberian
obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Natalia Putri
Arumsari merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara
dalam keluarga pasangan Bapak Stefanus Mardjono
dan Ibu Christina Asiati. Penulis lahir di Nganjuk, pada
tanggal 25 Desember 1993 dan mengawali masa
pendidikannya di TK Katolik Budi Luhur (1998-2000)
kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Katolik
Budi Luhur (2000-2006). Pendidikan tingkat Sekolah
Menengah Pertama dilanjutkan penulis ke SMP Negeri
5 Nganjuk (2006-2009) kemudian melanjutkan
pendidikan tinggi menengah atas di SMA Negeri 1
Nganjuk (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma pada tahun 2012.
Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
penulis aktif dalam beberapa kegiatan, seperti Tiga Hari Temu Akrab Farmasi
(TITRASI) sebagai pendamping kelompok (2013), Tiga Hari Temu Akrab
Farmasi (TITRASI) sebagai pendamping kelompok (2014), Penyuluhan dan
Pengenalan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Untuk Penyakit Hipertensi dan
Asam Urat di Dusun Burikan, Sumberadi, Sleman (2012) sebagai volunteer, Desa
Mitra II Penyuluhan Hipertensi “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah Terkendali”
(2014) sebagai divisi acara, Desa Mitra III & IV Senam Sehat, Penyerahan Toga,
dan Pengobatan Gratis “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah Terkendali” (2014)
sebagai divisi acara. Selain itu penulis juga aktif dalam mengikuti seminar yang
diadakan oleh universitas dan fakultas, seperti Seminar Motivasi dan Insipirasi
Untuk Meningkatkan Leadership Competencies (2014), Seminar Perkembangan
Dunia Marketing Farmasi Indonesia dan Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia
Kerja (2014), dan Seminar Nasional Interprofessional Health Care (2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI