Post on 24-Oct-2021
PETUNJUK TEKNIS
IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI
KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL
DIREKTORAT BINA PENGELOLAAN EKOSISTEM ESENSIAL DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
ii | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, menjelang lima tahun perjalanan Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, telah terbentuk sejumlah Kawasan Ekosistem Esensial di Indonesia. Kawasan Ekosistem Esensial yang merupakan Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi. Kawasan Ekosistem Esensial merupakan benteng perlindungan berbagai ekosistem penting diluar Kawasan hutan konservasi dan diharapkan kawasan ini menjadi perlindungan perbagai ekosistem penting dari kerusakan.
Buku Petunjuk Teknis ini disusun sebagai petunjuk dalam kegiatan penggalian potensi berbagai Kawasan Ekosistem Esensial yang ada di Indonesia. Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi guidance dalam pengidentifikasian potensi, penyusunan deleniasi, dan pelaporan hasil identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial.
Kami menyadari bahwa dokumen ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan berbagai pihak dan diharapkan telah memenuhi tujuannya dalam upaya perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial. Saran dan masukan kami harapkan dalam rangka penyempurnaan petunjuk teknis ini kedepan.
Jakarta, November 2019 Direktur,
Ir. Tandya Tjahjana, M.Si NIP. 19620412 199203 1 002
iii | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
1 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki sekitar 105 juta ha ekosistem penting dan ekosistem
penyangga/penghubung teresterial yang berada diluar KSA/KPA, sementara total luas
KSA/KPA daratan dan lautan berjumlah 27,5 juta Ha. Guna melindungi kawasan yang
mempunyai nilai ekologis penting tersebut diperlukan upaya perlindungan untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung serta pemanfaatan secara
bekelanjutan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Ekosistem esensial adalah ekosistem di luar kawasan konservasi (kawasan suaka
alam/pelestarian alam) yang secara ekologis penting bagi konservasi keanekaragaman
hayati dan dikelola dengan prinsip-prinsip konservasi. Kawasan Ekosistem Esensial
yang selanjutnya disebut KEE adalah eksosistem esensial yang ditetapkan sebagai
kawasan yang dilindungi yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip konservasi yang
berada dalam satu atau lebih wilayah adminstratif Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tipe ekosistem yang dapat diusulkan untuk ditetapkan sebagai KEE dapat berupa
ekosistem karst, ekosistem danau, ekosistem sungai, ekosistem rawa, ekosistem
mangrove, ekosistem gambut, taman keanekaragaman hayati, koridor hidupan liar, areal
bernilai tinggi dan areal lainnya yang penting bagi keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya.
Sebagai langkah awal untuk mengetahui potensi suatu areal/lokasi dapat menjadi
kawasan ekosistem esensial adalah pengumpulan data awal melalui kegiatan
identifikasi dan inventarisasi calon KEE yang akan dipadukan dalam bentuk paket data
dan informasi, maka perlu disusun Petunjuk Teknis Identifikasi dan Inventarisasi
Kawasan Ekosistem Esensial. Paket Data dan Informasi Kawasan Ekosistem Esensial
merupakan sekumpulan data dan informasi mengenai Kawasan Ekosistem Esensial.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 Maksud
Penyusunan Petunjuk Teknis Identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial ini dimaksudkan
untuk memberikan acuan, dasar atau pedoman bagi para pihak yang akan menyusun
paket data dan informasi Kawasan Ekosistem Esensial yang sesuai dengan tipologi KEE.
1.2.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Petunjuk teknis Identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial adalah
untuk merumuskan langkah-langkah pengumpulan data dan informasi terkait Kawasan
Ekosistem Esensial yang berasal dari data sekunder atau data primer hasil identifikasi
dan inventarisasi yang akan menjadi bahan dan dasar penyusunan Paket Data Kawasan
Ekosistem Esensial sehingga menjadi sebuah kumpulan data yang informatif.
2 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN
a) Ekosistem Esensial adalah ekosistem di luar kawasan konservasi yang secara
ekologis penting bagi konservasi keanekaragaman hayati yang mencakup ekosistem
alami dan buatan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan.
b) Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disebut KEE adalah ekosistem esensial
yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi dan dikelola berdasarkan prinsip-
prinsip konservasi, yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
Provinsi/Kabupaten /Kota.
c) Perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial adalah upaya-upaya untuk melindungi
kawasan ekosistem esensial beserta sumber daya alam di dalamnya melalui
pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi sebagaimana yang dianut dalam
pengelolaan kawasan hutan konservasi.
d) Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial adalah upaya-upaya untuk memelihara
kelangsungan daya dukung dan dan daya tampung serta Penggunaan lahan ekosistem
esensial secara berkelanjutan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya.
e) Taman Keanekaragaman Hayati adalah suatu kawasan pencadangan sumberdaya
alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ
dan eks-situ, khususnya bagi tumbuhan, yang penyerbukan dan/atau pemencaran
bijinya harus dibantu satwa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat
mendukung kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji.
f) Koridor Hidupan Liar adalah areal atau jalur bervegetasi yang cukup lebar baik alami
atau buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan konservasi
atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya
pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-
faktor biotik sehingga mencegah terjadinya dampak buruk pada habitat yang
terfragmentasi pada populasi karena in-breeding dan mencegah penurunan
keanekaragaman genetik akibat erosi genetik (genetic drift) yang sering terjadi pada
populasi yang terisolasi.
g) Ekosistem Karst adalah suatu ekosistem khas yang terbentuk dari proses ekologis
dan geologis alami yang menghasilkan kawasan dengan karakteristik relief dan
drainase yang khas, utamanya disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya
yang intensif serta memiliki keanekaragaman hayati khas yang telah beradaptasi
untuk hidup di dalamnya.
h) Ekosistem Lahan Basah adalah suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan
air, yang memiliki karakteristik daratan dan perairan.
3 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
i) Ekosistem Mangrove adalah ekosistem yang tumbuh dan berkembang di daerah
pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang
tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut, yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap kadar garam yang tinggi.
j) Paket Data dan Informasi Kawasan Ekosistem Esensial merupakan sekumpulan data
yang telah diolah menjadi informasi mengenai Kawasan Ekosistem Esensial yang
disusun dalam bentuk:
i. Profil Kawasan Ekosistem Esensial
ii. Data Spasial berupa Peta Kawasan Ekosistem Esensial
4 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
2 PENGELOLAAN DATA NON SPASIAL
Data-data non spasial tentang lokasi KEE, merupakan data-data yang memberikan gambaran informasi tentang KEE yang ada yang selanjutnya diolah dan disajikan dalam format laporan berupa Profil Kawasan Ekosistem Esensial. Tatacara penyusunan Profil Kawasan Ekosistem Esensial dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.
2.1 METODE
2.1.1 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan diantaranya:
1. Kondisi umum calon lokasi KEE
2. Potensi Flora dan Fauna
3. Pemanfaatan lokasi
4. Kelembagaan pengelola
5. Permasalahan
6. Peta calon KEE
2.1.2 Pengumpulan data
Pengumpulan data calon KEE dilakukan dengan cara survey langsung ke lokasi calon
KEE atau mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang mendukung keberadaan KEE
yang diperoleh berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan oleh pemerintah (UPT
atau PEMDA) dan pihak lainnya. Survey langsung dilakukan untuk memperoleh
informasi potensi, tipologi, karakteristik, sosial ekonomi, para pihak yang terlibat serta
informasi lain di lokasi calon KEE.
2.1.3 Analisis data
Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif diolah agar menjadi informasi yang
informatif.
5 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
2.2 PELAKSANAAN KEGIATAN
2.2.1 Persiapan
1. Melakukan pemilihan lokasi
2. Menyusun rencana kerja (tata waktu, kelengkapan administrasi seeprti surat
menyurat dan anggaran)
3. Penentuan jumlah personil pelaksana
4. Kelengkapan teknis (data awal, peralatan dan kelengkapan lapangan, )
5. Tally sheet
2.2.2 Pelaksanaan
A. Waktu dan lokasi
Waktu pelaksanaan dan lokasi disesuaikan dengan kondisi calon kawasan
ekosistem esensial.
B. Tahapan pelaksanaan
1. Pelaksanaan pengumpulan data untuk paket data KEE diawali dengan
melakukan koordinasi dengan UPT KLHK (Balai Taman Nasional atau BKSDA)
atau UPTD yang berwenang (Dinas Lingkungan Hidup/Dinas Kehutanan).
2. Membentuk Tim yang terdiri dari Direktorat BPEE, UPT, SKPD, Perguruan
Tinggi atau LSM.
3. Menentukan metode yang akan digunakan sesuai dengan kondisi calon KEE.
C. Metode Pengumpulan data
1. Jenis data yang diikumpulkan meliputi data sekunder atau data primer hasil
survey di lapangan.
2. Data yang dikumpulkan adalah data fisik/ekologis dan data sosial ekonomi dan
budaya. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui
gambaran umum lokasi calon KEE, seperti letak, iklim, hidrologi, sebaran status
hutan dan lainnya.
Pengumpulan data sekunder untuk melengkapi data primer dilakukan melalui
studi literatur terhadap hasil penelitian terdahulu, laporan pemerintah daerah
(kantor kecamatan dan atau desa), buku teks dan sebagainya. Beberapa data
sekunder yang dikumpulkan adalah jumlah dan pertumbuhan penduduk,
tingkat pendidikan, program kerja, dan cara pengelolaan sumberdaya lahan.
3. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan tipologi calon KEE. Untuk
metode identifikasi dan inventarisasi lahan basah dan mangrove mengacu pada
Perdirjen PHKA No. SK.146/IV/Set-3/2007 tanggal 17 Juli 2007 dan
6 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
No.SK.151/IV/Set-3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Pedoman Invetarisasi
Lahan Basah.
2.2.3 Tim pelaksana
1. Pengumpulan data primer (hasil survei/identifikasi lapangan) dilakukan oleh staf
UPT KSDA dan/atau Dinas Kehutanan Provinsi/UPTD/BPH di bawahnya.
2. Pengumpulan data sekunder (pengumpulan dan rekapitulasi data hasil
survei/identifikasi lapangan) dilakukan oleh staf Direktorat BPEE.
7 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
2.3 PELAPORAN
2.3.1 Format Laporan
Hasil pengumpulan data disusun diatas kerta ukuran A5 atau B5 (atau dicetak dengan
ukuran yang mudah untuk dibawa), dijilid dan dilampiri peta yang disesuaikan dengan
ukuran buku laporan.
2.3.1.1 Outline Penyusunan Profil KEE Karst
COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.
PETA
Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. Kondisi umum
a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang
meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.
b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.
c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.
d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.
e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.
f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.
g. Fisik Kawasan
8 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi (ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.
h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,
serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.
i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.
II. Karakteristik ekosistem karst
a. Karakteristik Endokarst Informasi karakteristik endokarst meliputi data mengenai gua, sungai
bawah permukaan tanah, sungai di dalam laut, mata air di dalam laut, biota bawah permukaan tanah, dan/atau biota di dalam laut.
b. Karakteristik Eksokarst Informasi karakteristik eksokarst meliputi data mengenai cekungan
tertutup, bukit karst, lembah karst, mata air, ceruk, ponor, danau, sungai permukaan di dalam sebaran batu gamping dan/atau dolomit, sungai permukaan di luar sebaran batu gamping dan/atau dolomit yang menjadi bagian jaringan sungai bawah permukaan tanah, pantai pasang surut karst, pulau-pulau karst, biota permukaan, situs dan/atau cagar budaya.
III. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.
IV. Keanekaragaman Hayati
Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.
V. Kelembagaan
a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.
b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang
terkait.
c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE
(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).
VI. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.
9 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.
c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.
VII. Permasalahan/Tantangan pengelolaan
Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,
seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.
VIII. Lampiran
Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat
keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam
badan tulisan.
2.3.1.2 Outline Penyusunan Profil KEE Mangrove dan Lahan Basah
COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.
PETA
Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. Kondisi umum
a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang
meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.
b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.
c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.
d. Sejarah Kawasan
10 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.
e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.
f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.
g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi
(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.
h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,
serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.
i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.
II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.
III. Keanekaragaman Hayati
Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.
IV. Kelembagaan
a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.
b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang
terkait.
c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE
(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).
V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.
b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.
c. Kearifan Lokal
11 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.
VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan
Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,
seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.
VII. Lampiran
Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat
keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam
badan tulisan.
2.3.1.3 Outline Penyusunan Profil KEE Taman Kehati
COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.
PETA
Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. Kondisi umum
a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang
meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.
b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.
c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.
d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.
12 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.
f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.
g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi
(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.
h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,
serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.
i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.
II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.
III. Keanekaragaman Hayati
Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.
IV. Kelembagaan
a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.
b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang
terkait.
c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE
(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).
V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.
b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.
c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.
13 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan
Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,
seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.
VII. Lampiran
Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat
keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam
badan tulisan.
2.3.1.4 Outline Penyusunan Profil KEE Koridor Hidupan Liar COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.
PETA
Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE Koridor. Peta provinsi menggambarkan letak KEE Koridor pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE Koridor menggambarkan batas-batas KEE Koridor sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. Kondisi umum
a. Lokasi
Informasi mengenai letak KEE Koridor secara adminitrasi pemerintahan yang meliputi batas luar KEE Koridor, serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE Koridor.
b. Luas
Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE Koridor (dalam hektar).
c. Geomorfologi
Data geomorfologi secara umum meliputi informasi mengenai topografi, tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.
d. Aksesibilitas
Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi, serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.
e. Sarana dan prasarana
14 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Koridor, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.
f. Spesies Kunci
Data dan informasi terkait spesies kunci yang ada di koridor termasuk sebaran dan ukuran populasi. Spesies kunci dimaksud memiliki kriteria di bawah ini:
i. Jenis endemik baik bersifat lokal (lokasi studi) atau regional (dalam kesatuan pulau).
ii. Jenis yang memiliki status terancam berdasarkan redlist database IUCN, yakni dengan kategori critically endangered, endangered atau vulnerable.
iii. Jenis yang termasuk dalam kategori Appendices I dan Appendices II CITES.
iv. Jenis yang termasuk dalam kategori satwa prioritas konservasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008) dan/ atau dilindungi yang termasuk dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999) atau peraturan perundangan lain di Indonesia sejenis.
g. Jasa Ekosistem
Jasa ekosistem diantaranya berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber-sumber air dan atau area mempengaruhi ketersediaan air bagi kehidupan, pengatur dan pengendalian limpasan air permukaan, pengatur dan pengendalian erosi dan sedimentasi, perlindungan pada keseimbangan iklim mikro yang sesuai untuk mahluk hidup yang tinggal di dalamnya.
h. Sosial Budaya dan Ekonomi
Informasi sosial budaya diantaranya adalah keberadaan masyarakat lokal di dalam dan sekitar areal kajian yang masih memegang teguh budaya lokal setempat dan adanya identitas budaya tradisional tersebut terkait dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati di wilayah koridor.
II. Potensi flora dan fauna
a. Informasi tentang habitat satwa di dalam Kawasan
Menginformasikan mengenai nama jenis (lokal dan ilmiah), jumlah jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam KK.
b. Informasi tentang habitat satwa di luar kawasan
Menginformasikan mengenai nama jenis (lokal dan ilmiah), jumlah jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam KEE Koridor.
15 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
III. Keterkaitan koridor dengan kawasan konservasi terdekat atau kawasan
lainnya
Interaksi KK dengan KEE Koridor seperti apa ditulisa dalam laporan paket data.
IV. Status pemanfaatan koridor dan bentuk koridor
V. Ancaman
Informasi mengenai permasalahan atau ancaman yang terkait dengan KEE, seperti
konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.
VI. Kelembagaan
a. Para Pihak
• Status para pihak (Konsesi, Perkebunan, APL, dll) • Peran Para pihak seperti apa terhadap KEE Koridor • Komitmen para pihak • Harapan dari para pihak terhadap adanya KEE Koridor
b. Penanggung Jawab
Berisikan informasi mengenai stakeholder yang terlibat dalam penanggungjawaban pengelolaan KEE Koridor Hidupan Liar dan bagaimana perannya
c. Kemitraan
Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan koridor dan para pihak yang terkait.
d. Strategi Pendanaan
Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola koridor (APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).
VII. Lampiran
Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat
keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam
badan tulisan.
2.3.1.5 Outline Penyusunan Profil KEE Area Bernilai Konservasi Tinggi
COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.
PETA
Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE
16 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. Kondisi umum
a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang
meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.
b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.
c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.
d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.
e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.
f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.
g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi
(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.
h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,
serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.
i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.
II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.
17 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
III. Keanekaragaman Hayati
Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.
IV. Kelembagaan
a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.
b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang
terkait.
c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE
(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).
V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.
b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.
c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.
VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan
Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,
seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.
VII. Lampiran
Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat
keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam
badan tulisan.
18 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
3 PENGELOLAAN DATA SPASIAL 3.1 METODE
Kawasan Ekoisstem Esensial dikelompokkan ke dalam 4 kategori tipologi kawasan berdasarkan dari fungsi-fungsi yang ada, diantaranya adalah ekosistem lahan basah, taman keanekaragaman hayati (taman kehati), koridor satwaliar, dan areal bernilai konservasi tinggi. Berikut kriteria umum yang mendasari beberapa tipologi tersebut dapat menjadi Kawasan Ekosistem Esensial.
1. Ekosistem lahan basah a. Terdapat ekosistem unik atau khas dan/atau berbagai macam tipe vegetasi. b. Habitat burung air dan/atau burung migran. c. Habitat jenis terancam punah, endemik, dan/atau dilindungi. d. Tempat pencadangan air bersih bagi kawasan sekitarnya. e. Terdapat nilai ekonomi, ilmiah, dan jasa lingkungan. f. Ekosistem Karst.
4. Taman Keanekaragaman Hayati a. Pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai
fungsi konservasi in-situ dan/atau eks-situ. b. Bertujuan untuk menyelamatkan spesies tumbuhan endemik/lokal yang memiliki
tingkat ancaman sangat tinggi. c. Perlindungan sumber daya genetik tumbuhan dan satwa endemik.
2. Koridor Hidupan liar a. Terdapat vegetasi alami atau simpul vegetasi yang dapat menghubungkan dua
ekosistem baik secara ekologis atau secara fisik. b. Koridor bagi satwaliar terancam punah, endemik, dan/atau dilindungi. c. Terdapat potensi konflik manusia dan satwaliar yang tinggi.
3. Areal bernilai konservasi tinggi a. Areal yang mengandung keanekaragaman hayati tinggi. b. Elemen bentang alam yang penting bagi terselenggaranya dinamika proses ekologi
alami. c. Berisi ekosistem khas, langka, rentan, atau terancam. d. Penyedia jasa lingkungan. e. Areal yang memiliki fungsi sosial terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat. f. Areal yang memiliki fungsi budaya terkait kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan. g. Areal yang memiliki stok karbon tinggi.
Kriteria umum yang mendasari beberapa tipologi tersebut selanjutnya diterjemahkan lebih lanjut berdasarkan parameter-parameter pembatas yang disajikan secara spasial (peta) dan diolah lebih lanjut mengunakan metode-metode yang relevan berdasarkan karakteristik masing-masing tipologinya sehingga menghasilkan peta potensi pengembangan KEE per-tipe KEE. Gabungan dari masing-masing peta potensi pengembangan per-tipe KEE, tersebut, maka dapat diperoleh peta pengembangan potensi Kawasan Ekosistem Esensial.
19 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Gambar 3-1. Gambaran umum dalam menentukan area potensi pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)
3.1.1 Pengumpulan Data
Sumber data spasial yang dipergunakan berasal dari berbagai sumber diantaranya, diperoleh berasal dari:
a. Peta Dasar (Topografi)
b. Peta Tematik (Tutupan Lahan, Sebaran Satwa, Ekoregion, Geologi, Hidrologi, Tanah,
DAS)
c. Peta hasil analisa peta tematik dan peta dasar
d. Peta hasil analisa citra
e. Data Analisa lapangan
Data yang diperrlukan dalam proses penyusunan peta potensi tersebut diolah berdasarkan kebutuhan data-masing-masing tipe KEE yang akan dideleniasi.
1. Ekosistem Lahan Basah a. Peta sebaran danau b. Peta sebaran rawa
20 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
c. Peta sebaran gambut d. Key Biodiversity Areas (KBA) e. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) f. Peta ekoregion g. Peta Rupa Bumi h. Peta Tutupan lahan i. Peta Kawasan Hutan
2. Ekosistem Mangrove a. Peta One Map Mangrove b. Peta flyway (jalur terbang burung migran) c. Key Biodiversity Areas (KBA) d. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) e. Peta ekoregion f. Peta Rupa Bumi g. Peta Tutupan lahan h. Peta Kawasan Hutan i. Peta Kawasan Konservasi Perairan KKP
3. Ekosistem Karst a. Peta Geologi b. Peta Bentuk Lahan c. Peta Rupa Bumi d. Peta Tutupan Lahan e. Peta Kawasan Hutan f. Peta Sebaran Goa g. Peta Sebaran Satwa h. Peta Sebaran Mata Air
4. Koridor Hidupan Liar a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kawasan Hutan d. Peta Sebaran Satwa e. Peta Sebaran Sumber Air f. Peta Area Potensi Konflik
5. Taman Keanekaragaman Hayati a. Peta Bentuk Lahan b. Peta Rupa Bumi c. Peta Tutupan Lahan d. Peta Kawasan Hutan
6. Areal bernilai konservasi tinggi
A. ABKT 1 (Spesies) a. Peta Tutupan Lahan b. Peta Sebaran Spesies c. Key Biodiversity Areas (KBA)
21 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
d. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) e. Ecosistem Based Adaptation (EBA) f. Peta Sistem Aliran Sungai
B. ABKT 2 (Habitat) a. Peta Ekoregion b. Peta IFL c. Kerapatan Tajuk d. Peta Kawasan Hutan e. Peta Sistem Aliran Sungai
C. ABKT 3 (Ekosistem Khas dan terancam) a. Peta Gambut b. Peta Karst c. Peta Mangrove d. Peta IUP (Pertambangan) e. Key Biodiversity Areas (KBA) f. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) g. Ecosistem Based Adaptation (EBA) h. Peta Sebaran Spesies i. Peta Ekoregion j. Peta Kerapatan Tajuk k. Peta Kawasan Hutan l. Peta Sebaran Gua m. Peta Rawan Bencana n. Peta Sebaran Titik Api
D. ABKT 4 (Penyediaan Jasa Lingkungan) a. Potensi Kerentasnan Erosi b. Peta Sebaran Koefisien Aliran c. Peta Sebaran Pemukiman d. Peta Rawan Bencana e. Peta Lereng f. Peta Curah Hujan g. Peta Tanah h. Peta Bentuk Lahan i. Peta Gambut j. Peta Karst k. Peta Mangrove l. Peta Kerapatan Tajuk m. Peta Kawasan Hutan n. Peta Sistem Aliran Sungai
E. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Bentuk Lahan b. Peta Rupa Bumi c. Peta Tutupan Lahan d. Peta Kawasan Hutan
22 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
e. Data Pemanfaan Hasil Hutan Bukan Kayu f. Peta Sebaran Desa Penyangga g. Peta administrasi desa/kecamatan h. Peta Sistem Aliran Sungai i. Peta Karst
F. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kawasan Hutan d. Peta Sebaran Desa Penyangga e. Peta Kawasan/Zonasi f. Peta Sebaran Situs arkeologi g. Peta hutan adat h. Peta Sebaran Sumber Daya Hutan
G. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Gambut a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kerapatan Tajuk d. Peta Kawasan Hutan
3.1.2 Pengolahan Data Spasial
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diproses berdasarkan metode -metode yang
relevan untuk masing-masing tipe KEE. Gambaran umum dari proses yang dibutuhkan
dalam pemrosesan data spasial KEE tersebut lebih lanjut dapat dilihat pada bagan alir
masing-masing tipe KEE.
3.1.2.1 Pengolahan Data Spasial Ekosistem Lahan Basah
Ekosistem Lahan Basah adalah suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air, yang
memiliki karakteristik daratan dan perairan. Deskripsi Umum Ekosistem lahan basah
merupakan kawasan yang memiliki karakteristik hidrologis yang unik serta memiliki fungsi
ekologis yang baik bagi keanekaragaman hayati. Selain itu, ekosistem lahan basah juga
berfungsi dalam penyedia jasa lingkungan bagi manusia. Berdasarkan konvensi Ramsar dan
rencana Permen LHK tentang Pedoman Perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial,
beberapa areal yang termasuk ke dalam ekosistem lahan basah diantaranya adalah
mangrove, gambut, zona riparian sungai (riverine), rawa, badan air (e.g. danau), karst, dan
habitat burung migran.
23 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Gambar 3-2. Gambaran umum dalam menentukan area potensi KEE Lahan Basah
24 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
a. kosistem Mangrove
Gambar 3-3. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Mangrove
b. Rawa, Danau, dan Ekosistem Lahan Basah Lainnya
Gambar 3-4. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Lahan Basah selain Mangrove dan Karst
25 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
c. Ekosistem Karst
Gambar 3-5. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Karst
26 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
3.1.2.2 Pengolahan Data Spasial Taman Keanekaragaman Hayati Taman Keanekaragaman Hayati adalah suatu kawasan pencadangan sumber daya
alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan eks-
situ, khususnya bagi tumbuhan, yang penyerbukan dan/atau pemencaran bijinya harus
dibantu satwa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat mendukung kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji.
Gambar 3-6. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi Taman Kehati
3.1.2.3 Pengolahan Data Spasial Koridor Hidupan Liar Koridor Hidupan Liar adalah areal atau jalur baik alami maupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih Habitat yang berada di dalam dan di luar Kawasan Hutan kecuali Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru. Koridor hidupan liar merupakan suatu jalur bervegetasi yang cukup lebar baik alami maupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan konservasi atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-faktor biotik sehingga mencegah terjadinya isolasi geografis dan population dome pada suatu spesies.
27 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Gambar 3-7. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE Koridor Hidupan Liar
Data yang dikumpulkan dan diolah sebagai area potensi pengembangan koridor hidupan liar meliputi:
a. Pemilihan Area Awal Potensi Koridor, melalui interpretasi tutupan lahan, Kawasan
hutan, dan review penelitian terkait keberadan konflik manusia dan satwa liar.
b. Survei potensi Koridor yang meliputi beberapa metode:
• Pengamatan satwa liar
• Pengamatan habitat
• Pengamatan karakteristik dan pemanfaatan lahan
• Persepsi dan potensi konflik
3.1.2.4 Pengolahan Data Spasial Area Bernilai Konservasi Tinggi
Areal Bernilai Konservasi Tinggi adalah hamparan area yang memiliki nilai penting bagi
konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem, jasa lingkungan, fungsi sosial, dan
fungsi budaya bagi masyarakat.
28 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Gambar 3-8. Gambaran umum dalam menentukan area potensi KEE Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT)
• ABKT 1 Areal ditemukannya spesies endemik, langka dan atau dilindungi
Gambar 3-9. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-1
Areal yang mempunyai keanekaragaman spesies tinggi meliputi komponen: a. Areal yang mempunyai fungsi pendukung keanekaragaman hayati di daerah penyangga
hutan lindung atau hutan konservasi Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan konservasi terdiri dari kawasan hutan Suaka Alam, kawasan hutan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Pada UU No. 5 tahun 1990 pasal 14 disebutkan bahwa Kawasan Suaka Alam terdiri dari: Cagar Alam; dan Suaka Margasatwa, sedangkan pada pasal 29 disebutkan bahwa Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari: Taman Nasional, Taman Hutan Raya; dan Taman Wisata Alam.
29 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Oleh karenanya perhatian penilai agar diarahkan pada wilayah kerja Unit Pengelolaan yang berdekatan/berbatasan dengan Hutan Lindung/Cagar Alam/Suaka Margasatwa/ Taman Nasional/Taman Hutan Raya/Taman Wisata Alam/Taman Buru. Daerah yang berdekatan atau berbatasan dengan hutan lindung dan hutan konservasi disebut daerah penyangga yang memiliki dan berfungsi mendukung keanekaragaman hayati tinggi. Dengan mengalokasikan daerah penyangga sebagai ABKT akan melindungi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
b. Areal ditemukannya spesies endemik, langka dan atau dilindungi Identifikasi diarahkan pada wilayah produksi dan kawasan lindung yang ada di suatu Unit Pengelola. Tujuan mengidentifikasi daerah tersebut untuk menemukan: (i) spesies endemik; (ii) spesies langka dan terancam kepunahan (critically endangered, endangered atau vulnerable species menurut Redlist Database IUCN); (iii) spesies yang dilarang diperdagangkan menurut Appendices I dan Appendices II CITES; (iv) spesies yang memerlukan pengawetan menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun; (v) satwa prioritas konservasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P.57/Menhut-II/2008; dan (vi) Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi menurut Permen LHK No.20 tahun 2018 dapat diprioritas sebagai ABKT.
c. Areal ditemukannya spesies atau populasi spesies migrant. Identifikasi diarahkan pada wilayah produksi dan kawasan lindung yang ada di suatu Unit Pengelola. Tujuan mengidentifikasi daerah tersebut untuk menemukan spesies migrant yang ada setiap pergantian musim ataupun yang datang setiap tahun. Spesies yang menempuh perjalanan panjang antar Negara karena adaptasi terhadap perubahan iklim demi mempertahankan kelangsungan hidup. Spesies yang bermigrasi tahunan dan musiman terkait kepentingan masyarakat global sehingga daerah ditemukannya spesies migrant dapat diprioritaskan sebagai ABKT.
• ABKT 2 Elemen bentang alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
Gambar 3-10. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-2
30 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Elemen bentang alam yang berupa hutan masih utuh memiliki keanekaragaman spesies
yang tinggi. Karakteristik ekosistem hutan yang masih utuh akan diprioritaskan sebagai
ABKT 2 jika terdapat : (i) bagian inti berupa ekosistem alami yang masih utuh; (ii) daerah
peralihan (ecotone zone) antara 2 atau lebih ekosistem yang berbeda yang membentuk
jalur yang tidak terputus; (iii) rangkaian 2 atau lebih ekosistem yang berbeda mengikuti
ketinggian wilayah mulai pantai hingga dataran tinggi.
Elemen bentang alam yang akan dialokasikan sebagai ABKT 2 seluas >20.000 Ha. Tujuan idenfikasi ABKT 2 agar keanekaragaman hayati yang ada di dalam elemen bentang alam dapat hidup secara layak dan terlindungi dalam jangka panjang. Pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG) meliputi:
a. Pemetaan cakupan vegetasi penutup (vegetation cover) pada bentang alam termasuk wilayah Unit Pengelola dengan Citra satelit atau data visual lainnya
b. Pemetaan ekosistem dengan Sistem pemetaan lahan (RePPProT), peta-peta geologi dan tanah dan peta topografis (DEM)
c. Pemetaan cakupan vegetasi penutup dewasa (mature forest cover) dalam Unit Pengelola dan di bentang alam dimana Unit Pengelola sebagai bagiannya dan memberi perhatian khusus pada bagian tepinya untuk pemastian batas antara hutan utuh dengan areal yang terdegradasi akibat kegiatan manusia.
d. Pemetaan dampak kegiatan Unit Pengelola dengan peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
e. Penentuan keberadaan zona inti (± 20.000 Ha) dan daerah ekoton (3 km) yang ada pada elemen bentang alam dan terpengaruh kegiatan produksi baik yang ada di dalam atau diluar Unit Pengelola.
f. Pertimbangkan kemungkinan dari beberapa skenario perubahan yang terjadi pada zona inti dan daerah ekoton elemen bentang alam berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang sah.
Dari analisis data dihasilkan peta tentatif ekosistem-ekosistem di bentang alam tersebut, kemudian dilakukan pengamatan langsung di lapangan melalui survei (ground check). Jika terdapat perubahan kondisi lapangan hasil survey lapangan lakukan revisi terhadap peta ekosistem alami di elemen bentang alam termasuk didalamnya wilayah Unit Pengelola.
Penilaian ABKT 2 memerlukan survei lapangan untuk memastikan hasil pemetaan cakupan
dan tutupan vegetasi yang ada di elemen bentang alam dan melakukan wawancara dengan
masyarakat local, Pemerintah Daerah, LSM, dan pihak-pihak yang terkait.
Survey lapangan juga diperlukan untuk menilai ancaman di masa kini dan masa yang akan datang terutama akibat Rencana Tata Guna Lahan yang ada dan Rencana pengembangan infrastruktur Unit Pengelola. Jika peta-peta Rencana Tata Guna Lahan berlainan dan bertentangan maka diperlukan konsultasi untuk memastikan peta yang akan digunakan untuk mengatur perubahan lahan.
31 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
• ABKT 3 Elemen bentang alam yang memiliki ekosistem langka dan terancam
kepunahan
Gambar 3-11. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-3
Pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG) meliputi: g. Pemetaan cakupan vegetasi penutup (vegetation cover) pada bentang alam
termasuk wilayah Unit Pengelola dengan Citra satelit atau data visual lainnya h. Pemetaan ekosistem dengan Sistem pemetaan lahan (RePPProT), peta-peta
geologi dan tanah dan peta topografis (DEM) i. Pemetaan cakupan vegetasi penutup dewasa (mature forest cover) dalam Unit
Pengelola dan di bentang alam dimana Unit Pengelola sebagai bagiannya dan memberi perhatian khusus pada bagian tepinya untuk pemastian batas antara hutan utuh dengan areal yang terdegradasi akibat kegiatan manusia.
j. Pemetaan dampak kegiatan Unit Pengelola dengan peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
k. Penentuan keberadaan zona inti (± 20.000 Ha) dan daerah ekoton (3 km) yang ada pada elemen bentang alam dan terpengaruh kegiatan produksi baik yang ada di dalam atau diluar Unit Pengelola.
l. Pertimbangkan kemungkinan dari beberapa skenario perubahan yang terjadi pada zona inti dan daerah ekoton elemen bentang alam berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang sah.
Dari analisis data dihasilkan peta tentatif ekosistem-ekosistem di bentang alam tersebut, kemudian dilakukan pengamatan langsung di lapangan melalui survei (ground check). Jika terdapat perubahan kondisi lapangan hasil survey lapangan lakukan revisi terhadap peta ekosistem alami di elemen bentang alam termasuk didalamnya wilayah Unit Pengelola. Penilaian ABKT 3 memerlukan survei lapangan untuk memastikan hasil pemetaan cakupan dan tutupan vegetasi yang ada di suatu bentang alam dan melakukan wawancara dengan masyarakat local, Pemerintah Daerah, LSM, dan pihak-pihak yang terkait. Survei lapangan juga diperlukan untuk menilai ancaman di masa kini dan masa yang akan datang terutama akibat Rencana Tata Guna Lahan yang ada dan Rencana pengembangan infrastruktur Unit Pengelola. Jika peta-peta Rencana Tata Guna Lahan berlainan dan
32 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
bertentangan maka diperlukan konsultasi untuk memastikan peta yang akan digunakan untuk mengatur perubahan lahan.
• ABKT4 Wilayah Perlindungan Penyedia Jasa Lingkungan
Gambar 3-12. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-4
Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Perlindungan, Penyediaan dan Pengaturan Tata Air, Pengendalian Banjir, Kekeringan dan Kebakaran Hutan pada tingkat lanskap/wilayah administrasi adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian meliputi:
a. Deliniasi peta batas Administratif dan meng-overlay dengan peta batas DAS/Sub DAS.
b. Memetakan kelerengan lahan dalam skala DAS/Sub DAS dan memetakan daerah resapan air/penyedia air bersih dalam untuk masyarakat hilir.
Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Perlindungan, Penyediaan dan Pengaturan Tata Air, Pengendalian Banjir, Kekeringan dan Kebakaran Hutan pada tingkat Unit Pengelola adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian meliputi:
a. Memetakan posisi batas Unit Pengelola dalam peta Sub atau Sub-Sub DAS.
33 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
b. Memetakan Daerah Resapan Air/CAT dalam Unit Sub DAS dan mengoverlay dengan Batas Unit Pengelola. Penilaian dampak kegitatan Unit Pengelola terhadap fungsi resapan air dan pengendalian banjir dari sebuah (Sub) DAS harus melihat pada tingkat lansekap di luar batas Unit Pengelola untuk menentukan apakah ada kawasan atau ekosistem lain yang berpotensi mengalami dampak yang bersifat off site.
c. Menginterpretasi Peta Penutupan Lahan dan Peta Rupa Bumi untuk mengidentifikasi sebaran Ekosistem khusus sebagai ABKT, yaitu Hutan Berawan, Hutan Punggung Bukit, Hutan Kerangas, Hutan Rawa/Gambut, Ekosistem Rawa, Ekosistem Danau/Rawa, Ekosstem Mangrove, Ekosistem hutan/alami sebagai sekat bakar/green-belt.
d. Mengidentifikasi Ekosistem hutan/alami sebagai sekat bakar/green-belt wilayah green/belt (periksa pada tingkat lanskap/administrasi).
e. Mendeliniasi palung dan sempadan sungai sesuai Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2011
f. Meng-overlay seluruh ABKT yang telah ditetapkan berdasarkan data sekunder dan desk-study dengan Peta Unit Pengelola .
g. Melakukan ground-check/Uji lapangan untuk merngkoreksi hasil interpretasi peta, khususnya sebaran ekosistem khusus dan pengumpulan data sekunder yang berkoordinasi dengan Tim Sosial.
Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi,
Sedimentasi, Tanah Longsor adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian
meliputi:
a) Mengumpulkan peta dasar dan tematik yang telah tersedia dengan skala 1:50.000
yang meliputi: (a) Peta Geomorphologi; (b) Peta Rupa Bumi; (c) Peta Jenis Tanah; (d)
Peta Isohyet dan erosivitas hujan; (e) Peta penutupan lahan.
b) Membuat klasifikasi kelerengan lahan di sebuah UP, lanskap/wilayah administrasi
atau DAS, kemudian mengalokasikan kelerengan terjal (>40%) dan punggung
gunung/bukit sebagai ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi, Sedimentasi,
Tanah Longsor.
c) Membuat peta unit lahan yang merupakan overlay peta topografi, geomorphologi, dan
rata-rata kedalaman tanah yang sama. Peta rata-rata kedalaman tanah adalah rata-
rata pengukuran tanah yang diambil pada puncak lereng, tengah lereng dan lereng
bagian bawah (foot-slope).
d) Pendugaan erosi permukaan di setiap unit lahan, kemudian menentukan TBE-nya
sebagai ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi, Sedimentasi, Tanah Longsor.
e) Penilaian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) suatu unit lahan berdasarkan hubungan antara
kedalaman tanah dan pendugaan erosi permukaan.
34 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Tabel 3-1. Matriks hubungan antara kedalaman tanah dan pendugaan erosi permukaan
Rata-rata kedalaman
tanah
(solum depth)
Pendugaan erosi permukaan setiap unit lahan
(ton/ha/tahun)
< 15 15-60 60-180 180-480 > 480
Dalam (>90 cm) SR R S B SB
Sedang (60-90 cm) R S B SB SB
Dangkal (30-60 cm) S B SB SB SB
Sangat Dangkal (<30 cm) B SB SB SB SB
Keterangan: SR : Sangat rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : Sangat berat
• ABKT 5 Areal yang memiliki fungsi sosial terkait dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat lokal
Gambar 3-13. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-5
Diskusi partisipatif diperlukan dalam menentukan keberadaan hutan terhadap fungsi social
dalam pemenuhan kebutuhanmasyarakat lokat.meliputi beberapa tahapan, antara lain: (i)
Identifikasi sumberdaya penting; (ii) Membahas trend pemanfaatan sumberdaya; (iii)
35 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Membahas permasalahan sumberdaya; (iv) Membahas penyebab permasalahan
sumberdaya; (v) Penentuan bobot permasalahan sumberdaya tingkat desa; (vi) Arahan pengelolaan dan pemantauan; dan (vii) Pemetaan sumberdaya penting
• ABKT 6 Areal yang memiliki identitas budaya masyarakat adat terkait dengan hak
ulayat dan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
Gambar 3-14. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-6
Analisis data untuk identifikasi ABKT Areal yang memiliki identitas budaya masyarakat adat terkait dengan hak ulayat dan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan pada tingkat Unit Pengelola adalah mengolah data dari Daftar pernyataan yang diajukan saat wawancara responden.
Tabel 3-2. Daftar pernyataan yang diajukan saat wawancara responden
PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (I) Untuk mengetahui adanya masyarakat adat
JAWABAN SB B TB STB
1. Disini ada masyarakat yang mendiami wilayah tertentu secara turun-temurun
2. Mereka hidup berkelompok dan memiliki ikatan pada asal-usul leluhur adalah masyarakat adat
3. Masyarakat adat memiliki seperangkat aturan yang mengatur kehidupan dan cara hidup anggotanya
4. Ada lembaga adat yang merupakan wadah permusyawaratan ketua adat dan pemuka-pemuka adat lain
5. Lembaga adat mengelola hak-hak adat dan harta kekayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; mewakili
36 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
kepentingan masyarakat adat dengan pihak luar; dan menyelesaikan perselisihan yang menyangkut perkara-perkara adat
6. Masyarakat adat memiliki wilayah ulayat seperti: tanah, air, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan harta kekayaan dan/benda-benda adat lainnya
PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (II) Untuk mengetahui hubungan masyarakat adat dengan SDA sekitarnya
JAWABAN SB
B TB STB
1. Masyarakat adat memiliki hubungan yang khas dengan tanah/wilayah ulayat dan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.
2. Masyarakat adat memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggalnya.
3. Masyarakat adat memiliki kepercayaan yang berkaitan dengan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggalnya.
4. Masyarakat adat memiliki aturan dalam pemanfaatan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.
5. Masyarakat adat menampilkan perilaku kolektif yang khas sejalan dengan norma-norma yang telah tumbuh dari komunitas itu.
PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (III) Untuk mengetahui kondisi masyarakat adat saat ini
JAWABAN SB
B TB STB
1. Wilayah masyarakat adat tumpang-tindih dengan wilayah kerja Perusahaan
2. Ada konflik dengan Perusahaan sehubungan dengan penggunaan lahan dan hutan.
3. Sejak terjadi konflik, hutan dan sumberdaya alam di wilayah ulayat mengalami perubahan atau kerusakan
4. Masyarakat adat kehilangan akses terhadap wilayah ulayat. 5. Konflik telah diselesaikan Perusahaan dengan kesepakatan
imbalan tertentu.
6. Pihak perusahaan memberi imbalan sesuai dengan kesepakatan
Hasil wawancara direkapitulasi sehingga setiap pernyataan mendapat jawaban dari semua
responden dapat diketahui berapa yang memilih SB, B, TB, dan STB. Pada setiap pernyataan
akan dilakukan penghitungan seperti yang diusulkan dalam Sugiono (2012). Sebagai
contoh misalnya jumlah responden 30 orang dan jawaban dari pernyataan nomor 1,
adalah: SB= 11; B= 8; TB= 6; STB= 5.
37 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Tabel 3-3 Perhitungan persentase jawaban responden
Jumlah responden n = 30 Skor
Skor ideal
Interval (%)
Jumlah Responde
n Skor x Jumlah responden = Y
SB 4 120 75,1 - 100 11 44
B 3 90 50,1 - 75 8 24 TB 2 60 25,1 - 50 6 12
STB 1 30 0 - 25 5 5 Jumlah (Y) 85 Skor ideal
tertinggi 120 Persentase
jawaban 0,7083
70,83%
Rumus : Skor ideal = Skor x n
Interval (%) = 100
Jumlah skor =
100
4 = 25 %
Persentase jawaban: Jumlah Y
Skor ideal tertinggi =
85
120 = 0,7083 → 70,83%
Jawaban responden pada pernyataan nomor 1= 70,83%, artinya jawaban responden
berada di daerah interval B dan interpretasi jawaban reponden adalah Benar. Dengan cara
yang sama dikerjakan penghitungan terhadap jawaban responden atas pernyataan-
pernyataan lainnya. Dengan demikian satu per satu jawaban responden dapat
diinterpretasikan. Dari hasil analisis data akan diketahui: keberadaan masyarakat adat,
hubungan masyarakat adat dengan sumberdaya alam sekitarnya dan informasi ada dan
tidaknya konflik.
38 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
• ABKT7 Areal yang menyediakan stok karbon tinggi
Gambar 3-15. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-7
Analisa pada area dengan perkiraan potensi Stok Karbon Tinggi (SKT) pada tingkat pengelola:
a. Stratifikasi Vegetasi Klasifikasi vegetasi awal menggunakan analisis citra satelit dan/atau teknologi
lainnya (contoh LiDAR) serta data lapangan untuk melakukan kalibrasi klasifikasi
vegetasi. Tahapan pertama dalam Fase 1 Pendekatan NKT 7 ini adalah
mengklasifikasikan vegetasi ke dalam kelas-kelas berdasarkan citra satelit. Pada
tahapan selanjutnya, kelas-kelas ini diambil sampelnya di lapangan, untuk
menghasilkan sebuah peta indikatif kawasan hutan SKT yang dilengkapi dengan
hutan SKT dalam berbagai ukuran (patch) dan konektivitas. Klasifikasi vegetasi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
diantaranya:
(i) Permenhut No.33 tahun 2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Berkala, Perdirjen BPK P3/VI-Set/2010 tentang Pedoman Pengukuran dan Pelaporan Verifikasi Kegiatan Pemanfaatan Hutan Lestari Pada Areal Kerja
Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu, (ii) SNI 7645:2010 tentang Klasifikasi Penutup Lahan, (iii) SNI 7724:2011 tentang Metode Pengambilan Data, (iv) SNI 7725: 2011 tentang Penentuan Alometrik dalam Nilai Karbon, (v) RSNI 1B tentang Kelas Penutupan Lahan dalam Penafsiran Citra Optis
Resolusi Sedang, (vi) SNI 7848:2013 tentang Penyelenggaraan Demonstrasi Aktivitas REDD+).
39 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
(vii) Peraturan Menteri LHK No. P.72 tentang Pengukuran, Pelaporan, Verifikasi
Aksi dan Sumberdaya Pengendalian Perubahan Iklim. b. Estimasi Stok Karbon
Pada tahap pertama penilaian SKT, estimasi dari stok karbon per hektar dihitung dari data biomassa di atas tanah yang dikumpulkan dari plot lapangan. Ini adalah sumber informasi utama untuk menentukan stratifikasi vegetasi dan kawasan hutan Stok Karbon Tinggi. Alometrik digunakan untuk menentukan kepadatan plot yang diperlukan untuk mendapatkan interval kepercayaan yang dibutuhkan (contoh: minimum 90% untuk konsesi perusahaan. Jumlah plot yang direncanakan harus cukup untuk memenuhi target presisi untuk setiap kelas utama di setiap wilayah. Rumus sederhana untuk memperkirakan jumlah sampel untuk konsesi perusahaan adalah: N = t2 s2 / E2 Keterangan: N = jumlah sampel untuk pendugaan rata-rata ± E. t = nilai t dari tabel uji t Student untuk selang kepercayaan 90%. s = standar deviasi yang diduga berdasarkan data set yang ada dari tipe hutan yang serupa (Kementerian Kehutanan biasanya memiliki data yang relevan). E = kemungkinan galat, dituliskan sebagai persentase dugaan nilai rata-rata. Alometrik juga digunakan untuk mengkonversi data biomasa ke ton karbon per hektar: Total Karbon (ton/ha) = Σ ([Karbon Pohon]) / [Luas Plot per hektar] Volume karbon yang dihasilkan per hektar digunakan bersama dengan atribut lainnya (lihat tabel di bawah) untuk mengkalibrasi dan memperbaiki stratifikasi vegetasi awal dari data penginderaan jauh untuk menghasilkan stratifikasi akhir dan identifikasi kawasan hutan Stok Karbon Tinggi.
40 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
Tabel 3-4. Estimasi Stok Karbon Tinggi berdasarkan tipe hutan.
Kelas Tutupan Lahan
Pohon dengan DBH
>30cm
Tutupan tajuk
Estimasi C molekuler t/ha
Catatan
Hutan HK3 >50 /ha > 50 % >150 Didominasi oleh pohon dengan diameter > 30cm. Didominasi oleh spesies klimaks seperti Dipterocarpus.
HK2 40-50 /ha 90-150
HK1 30-40 /ha 75-90
HRM 15-30 /ha 30-40 % 35-75 Didominasi oleh pohon dengan diameter 10- 30cm dan dengan frekwensi spesies pionir yang lebih tinggi, seperti Macaraga.
B 5-15 /ha <20 % 15-35 Didominasi oleh belukar rendah dengan penutupan tajuk yang terbatas. Mencakup lahan dengan rerumputan tinggi dan tumbuhan paku-pakuan dan spesies pohon pionir yang tersebar. Beberapa patch pohon tua.
LT 0-5 /ha 0 % 0-15
HK: Hutan Kerapatan HRM: Hutan Regenerasi Muda B: Belukar LT: Lahan Terbuka
3.1.3 Penyajian Data
3.1.3.1 Kamus dan Meta Data Peta Kawasan Ekosistem Esensial
Sebagai upaya penyeragaman format dan konsistensi isi data spasial, maka perlu disusun
kamus dan meta data Peta Kawasan Ekosistem Esensial. Informasi yang disampaikan
dalam Peta Kawasan Ekosistem Esensial melingkupi dua jenis data yaitu:
a. Data Spasial Kawasan Ekosistem Esensial
b. Potensi Pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial
41 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
3.1.3.1.1 Kawasan Ekosistem Esensial (Definitif)
Deskripsi:
Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disingkat KEE adalah Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.
Layer dalam Peta KEE merupakan Layer berbentuk polygon yang berisikan informasi tentang KEE yang sudah di usulkan dan ditetapkan menjadi Kawasan Ekosistem Esensial berdasarkan Tipologinya yang meliputi:
a. Ekosistem Lahan Basah, yang didalamnya termasuk KEE Mangrove dan KEE Karst;
b. Koridor Hidupan Liar;
c. Areal Bernilai Konservasi Tinggi; dan
d. Taman Keanekaragaman Hayati
Walidata:
Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tabel 3-5. Data Atribut pada Peta KEE (Definitif)
Field description
Field name Field type Field size
Value/Look up
Kode KEE Kode Double Kode KEE Tipologi KEE Type_KEE String 50 Tipologi KEE Nama KEE Nama String 50 Nama KEE Provinsi Provinsi String 20 Provinsi Kabupaten Kabupaten String 20 Kabupaten Kecamatan/Desa Kec_Desa String 20 Kecamatan/Desa Lokasi Lintang Centre_Lat Float Calculate by GIS Lokasi Bujur Centre_Lon Float Calculate by GIS Luas KEE dalam SK
Luas_HA1 Double Luas KEE dalam SK
Status KEE Sekarang
Status String 20 Status KEE Sekarang
Tahun SK Tahun String 10 Tahun SK Pengelola KEE Pengelola String 20 Informasi Pengelola KEE Status Rencana Aksi Pengelolaan
Rencana_Pe String 50 Status Rencana Aksi Pengelolaan
Fungsi Kawasan Hutan
Fungsi_Kaw String 20 Data IPSDH
42 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
SK KEE Keterangan String 50 SK KEE Spesies Kunci dalam KEE
Sp_Kunci String 100 Spesies Kunci dalam KEE
3.1.3.1.2 Potensi Pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial (Indikatif)
Deskripsi:
Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disingkat KEE adalah Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.
Layer dalam Peta KEE merupakan Layer berbentuk polygon yang berisikan informasi tentang Area Potensi Pengembangan KEE. Area potensi pengembangan disusun berdasarkan karakteristik nilai penting sesuai Tipologi Nilai Penting yang ada di dalamnya yang meliputi:
a. Ekosistem Lahan Basah, yang didalamnya termasuk KEE Mangrove dan KEE Karst;
b. Koridor Hidupan Liar;
c. Areal Bernilai Konservasi Tinggi; dan
d. Taman Keanekaragaman Hayati
Walidata:
Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatanan
Tabel 3-6. Data Atribut pada Peta Potensi Pengembangan KEE (Indikatif)
Field description
Field name Field type Field size Value/Look up
Tipologi KEE Type_KEE String 50 Tipologi KEE Provinsi Provinsi String 20 Provinsi Kabupaten Kabupaten String 20 Kabupaten Fungsi Kawasan Hutan
Fungsi_Kaw String 20 Data IPSDH
Nilai Penting KEE Nilai Penting KEE
String 50 Generate karakteristik nilai penting area untuk dikembangkan menjadi potensi KEE
Spesies Kunci dalam KEE
Sp_Kunci String 100 Spesies Kunci dalam KEE
43 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
3.1.3.2 Tata Letak / Layout Peta
Layout peta KEE merujuk pada Perdirjen Planologi dan Kehutanan dan Tata Lingkungan,
Nomor P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan
Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beberapa hal yang terkait dengan teknis
penyajian layout Peta KEE tersebut antara lain:
a. Skala Peta
b. Simbolisasi Peta
c. Tata Letak Layout Peta
Skala Peta
Peta KEE disajikan ke dalam beberapa tingkatan, secara umum dibedakan menjadi 3 kategori:
a. Peta Indikasi KEE Skala Nasional yang disajikan dalam Skala 1 : 500.000 Dalam peta ini dapat disajikan informasi potensi secara umum lokasi pengembangan KEE di setiap ekoregion.
b. Peta Indikasi KEE Skala Provinsi yang disajikan dalam Skala 1 : 250.000 Dalam peta ini dapat disajikan potensi pengembangan KEE pada tingkat provinsi, yang telah memasukkan informasi data input tingkat provinsi untuk pengembangan KEE lebih lanjut yang ada pada tingkat provinsi.
c. Peta KEE dan Indikasi KEE Skala Tapak yang disajikan dalam Skala 1 : 50.000 atau sesuai luas cakupan wilayah pengelolaannya. Dalam peta ini dapat disajikan potensi pengembangan KEE pada tingkat tapak, yang telah memasukkan informasi data input tingkat pengelolaan meliputi karakteristif fisik, keanekaragaman hayati, dan arahan pengelolaan.
Simbolisasi Peta
Peta KEE disajikan sesuai usulan Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial dalam
rencana Revisi Perdirjen Planologi dan Kehutanan dan Tata Lingkungan, Nomor
P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tabel 3-7. Simbolisasi peta KEE
No. Simbol Arti simbol dalam legenda
Property Simbolisasi
1 Simbol titik ABKT : Areal Bernilai Konservasi Tinggi
Simbol Style Simbol name RGB
: : :
Conservation Cons Area 230.70.0
KEE Mangrove
Simbol Style Simbol name
: :
Conservation Tree stand
44 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
RGB : 230.70.0 KEE Karst
Simbol Style Simbol name RGB
: : :
Conservation Canyon 230.70.0
KEE Koridor Hidupan Liar
Simbol Style Simbol name RGB
: : :
Conservation Wild life Corridor 230.70.0
KEE Taman Kehati
Simbol Style Simbol name RGB
: : :
Conservation Tree 230.70.0
KEE Lahan Basah
Simbol Style Simbol name RGB
: : :
Conservation Watersheed I 230.70.0
2 Simbol area
KEE Taman Kehati
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
Forestry Scattered Trees 2 1 230.70.0 - 230.70.0
KEE Mangrove
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
ESRI Mangrove 1 230.70.0 - 230.70.0
KEE Lahan Basah
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
ESRI Swamp 1 230.70.0 - 230.70.0
KEE Koridor Hidupan Liar
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
ESRI 10% Simple hatch 1 230.70.0 - 230.70.0
KEE Karst
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
Geology 24K 627 Limestone 1 230.70.0 - 230.70.0
45 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
ABKT : Areal Bernilai Konservasi Tinggi
Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB
: : : : : :
ESRI Scrub 1 1 230.70.0 - 230.70.0
Tata Letak Layout Peta
Tabel 3-8. Ukuran Peta
No. Skala Ukuran Peta Keterangan 1 1 : 500.000 A0 (841 x 1189 mm2) dapat disajikan dalam
format penyajian dalam tiap ecoregion apabila informasinya terlalu padat
2 1 : 250.000 A0 (841 x 1189 mm2) - 3 1 : 50.000 A1 (594 x 841 mm2) -
Gambar 3-16. Contoh Layout Peta KEE
a. Format Skala Nasional
46 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
b. Format Skala Provinsi
c. Format Skala Pengelolaan
47 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E
4 PENUTUP
Petunjuk teknis ini merupakan acuan untuk penyusunan Paket Data dan Informasi Kawasan
Ekosistem Esensial yang memuat metode dan outline pengumpulan data kawasan
eksosistem esensial yang akan dijadikan paket data dan system informasi kawasan
eksoistem esensial. Banyak faktor yang akan mempengaruhi perencanaan dan keberhasilan
implementasi dari kegiatan penyusunan paket data KEE baik teknis atau non teknis, internal
dan eksternal, maupun pendorong dan penghambat. Oleh karena itu dalam penerapan
petunjuk teknis ini masih sangat mungkin dijumpai kesulitan dan hambatan. Diharapkan,
pengelolaan KEE dapat melakukan improvisasi dan pengembangan lebih lanjut dalam
penerapan petunjuk teknis ini sesuai dengan kondisi KEE yang ada.