PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

52
PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DIREKTORAT BINA PENGELOLAAN EKOSISTEM ESENSIAL DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Transcript of PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

Page 1: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

PETUNJUK TEKNIS

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI

KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL

DIREKTORAT BINA PENGELOLAAN EKOSISTEM ESENSIAL DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Page 2: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

ii | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, menjelang lima tahun perjalanan Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, telah terbentuk sejumlah Kawasan Ekosistem Esensial di Indonesia. Kawasan Ekosistem Esensial yang merupakan Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi. Kawasan Ekosistem Esensial merupakan benteng perlindungan berbagai ekosistem penting diluar Kawasan hutan konservasi dan diharapkan kawasan ini menjadi perlindungan perbagai ekosistem penting dari kerusakan.

Buku Petunjuk Teknis ini disusun sebagai petunjuk dalam kegiatan penggalian potensi berbagai Kawasan Ekosistem Esensial yang ada di Indonesia. Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi guidance dalam pengidentifikasian potensi, penyusunan deleniasi, dan pelaporan hasil identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial.

Kami menyadari bahwa dokumen ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan berbagai pihak dan diharapkan telah memenuhi tujuannya dalam upaya perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial. Saran dan masukan kami harapkan dalam rangka penyempurnaan petunjuk teknis ini kedepan.

Jakarta, November 2019 Direktur,

Ir. Tandya Tjahjana, M.Si NIP. 19620412 199203 1 002

Page 3: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

iii | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Page 4: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …
Page 5: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …
Page 6: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

1 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki sekitar 105 juta ha ekosistem penting dan ekosistem

penyangga/penghubung teresterial yang berada diluar KSA/KPA, sementara total luas

KSA/KPA daratan dan lautan berjumlah 27,5 juta Ha. Guna melindungi kawasan yang

mempunyai nilai ekologis penting tersebut diperlukan upaya perlindungan untuk

memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung serta pemanfaatan secara

bekelanjutan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Ekosistem esensial adalah ekosistem di luar kawasan konservasi (kawasan suaka

alam/pelestarian alam) yang secara ekologis penting bagi konservasi keanekaragaman

hayati dan dikelola dengan prinsip-prinsip konservasi. Kawasan Ekosistem Esensial

yang selanjutnya disebut KEE adalah eksosistem esensial yang ditetapkan sebagai

kawasan yang dilindungi yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip konservasi yang

berada dalam satu atau lebih wilayah adminstratif Provinsi/Kabupaten/Kota.

Tipe ekosistem yang dapat diusulkan untuk ditetapkan sebagai KEE dapat berupa

ekosistem karst, ekosistem danau, ekosistem sungai, ekosistem rawa, ekosistem

mangrove, ekosistem gambut, taman keanekaragaman hayati, koridor hidupan liar, areal

bernilai tinggi dan areal lainnya yang penting bagi keanekaragaman hayati dan

ekosistemnya.

Sebagai langkah awal untuk mengetahui potensi suatu areal/lokasi dapat menjadi

kawasan ekosistem esensial adalah pengumpulan data awal melalui kegiatan

identifikasi dan inventarisasi calon KEE yang akan dipadukan dalam bentuk paket data

dan informasi, maka perlu disusun Petunjuk Teknis Identifikasi dan Inventarisasi

Kawasan Ekosistem Esensial. Paket Data dan Informasi Kawasan Ekosistem Esensial

merupakan sekumpulan data dan informasi mengenai Kawasan Ekosistem Esensial.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud

Penyusunan Petunjuk Teknis Identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial ini dimaksudkan

untuk memberikan acuan, dasar atau pedoman bagi para pihak yang akan menyusun

paket data dan informasi Kawasan Ekosistem Esensial yang sesuai dengan tipologi KEE.

1.2.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Petunjuk teknis Identifikasi Kawasan Ekosistem Esensial adalah

untuk merumuskan langkah-langkah pengumpulan data dan informasi terkait Kawasan

Ekosistem Esensial yang berasal dari data sekunder atau data primer hasil identifikasi

dan inventarisasi yang akan menjadi bahan dan dasar penyusunan Paket Data Kawasan

Ekosistem Esensial sehingga menjadi sebuah kumpulan data yang informatif.

Page 7: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

2 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN

a) Ekosistem Esensial adalah ekosistem di luar kawasan konservasi yang secara

ekologis penting bagi konservasi keanekaragaman hayati yang mencakup ekosistem

alami dan buatan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan.

b) Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disebut KEE adalah ekosistem esensial

yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi dan dikelola berdasarkan prinsip-

prinsip konservasi, yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

Provinsi/Kabupaten /Kota.

c) Perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial adalah upaya-upaya untuk melindungi

kawasan ekosistem esensial beserta sumber daya alam di dalamnya melalui

pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi sebagaimana yang dianut dalam

pengelolaan kawasan hutan konservasi.

d) Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial adalah upaya-upaya untuk memelihara

kelangsungan daya dukung dan dan daya tampung serta Penggunaan lahan ekosistem

esensial secara berkelanjutan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat di

sekitarnya.

e) Taman Keanekaragaman Hayati adalah suatu kawasan pencadangan sumberdaya

alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ

dan eks-situ, khususnya bagi tumbuhan, yang penyerbukan dan/atau pemencaran

bijinya harus dibantu satwa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat

mendukung kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji.

f) Koridor Hidupan Liar adalah areal atau jalur bervegetasi yang cukup lebar baik alami

atau buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan konservasi

atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya

pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-

faktor biotik sehingga mencegah terjadinya dampak buruk pada habitat yang

terfragmentasi pada populasi karena in-breeding dan mencegah penurunan

keanekaragaman genetik akibat erosi genetik (genetic drift) yang sering terjadi pada

populasi yang terisolasi.

g) Ekosistem Karst adalah suatu ekosistem khas yang terbentuk dari proses ekologis

dan geologis alami yang menghasilkan kawasan dengan karakteristik relief dan

drainase yang khas, utamanya disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya

yang intensif serta memiliki keanekaragaman hayati khas yang telah beradaptasi

untuk hidup di dalamnya.

h) Ekosistem Lahan Basah adalah suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan

air, yang memiliki karakteristik daratan dan perairan.

Page 8: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

3 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

i) Ekosistem Mangrove adalah ekosistem yang tumbuh dan berkembang di daerah

pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang

tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut, yang komunitas

tumbuhannya bertoleransi terhadap kadar garam yang tinggi.

j) Paket Data dan Informasi Kawasan Ekosistem Esensial merupakan sekumpulan data

yang telah diolah menjadi informasi mengenai Kawasan Ekosistem Esensial yang

disusun dalam bentuk:

i. Profil Kawasan Ekosistem Esensial

ii. Data Spasial berupa Peta Kawasan Ekosistem Esensial

Page 9: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

4 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

2 PENGELOLAAN DATA NON SPASIAL

Data-data non spasial tentang lokasi KEE, merupakan data-data yang memberikan gambaran informasi tentang KEE yang ada yang selanjutnya diolah dan disajikan dalam format laporan berupa Profil Kawasan Ekosistem Esensial. Tatacara penyusunan Profil Kawasan Ekosistem Esensial dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.

2.1 METODE

2.1.1 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan diantaranya:

1. Kondisi umum calon lokasi KEE

2. Potensi Flora dan Fauna

3. Pemanfaatan lokasi

4. Kelembagaan pengelola

5. Permasalahan

6. Peta calon KEE

2.1.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data calon KEE dilakukan dengan cara survey langsung ke lokasi calon

KEE atau mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang mendukung keberadaan KEE

yang diperoleh berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan oleh pemerintah (UPT

atau PEMDA) dan pihak lainnya. Survey langsung dilakukan untuk memperoleh

informasi potensi, tipologi, karakteristik, sosial ekonomi, para pihak yang terlibat serta

informasi lain di lokasi calon KEE.

2.1.3 Analisis data

Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif diolah agar menjadi informasi yang

informatif.

Page 10: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

5 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

2.2 PELAKSANAAN KEGIATAN

2.2.1 Persiapan

1. Melakukan pemilihan lokasi

2. Menyusun rencana kerja (tata waktu, kelengkapan administrasi seeprti surat

menyurat dan anggaran)

3. Penentuan jumlah personil pelaksana

4. Kelengkapan teknis (data awal, peralatan dan kelengkapan lapangan, )

5. Tally sheet

2.2.2 Pelaksanaan

A. Waktu dan lokasi

Waktu pelaksanaan dan lokasi disesuaikan dengan kondisi calon kawasan

ekosistem esensial.

B. Tahapan pelaksanaan

1. Pelaksanaan pengumpulan data untuk paket data KEE diawali dengan

melakukan koordinasi dengan UPT KLHK (Balai Taman Nasional atau BKSDA)

atau UPTD yang berwenang (Dinas Lingkungan Hidup/Dinas Kehutanan).

2. Membentuk Tim yang terdiri dari Direktorat BPEE, UPT, SKPD, Perguruan

Tinggi atau LSM.

3. Menentukan metode yang akan digunakan sesuai dengan kondisi calon KEE.

C. Metode Pengumpulan data

1. Jenis data yang diikumpulkan meliputi data sekunder atau data primer hasil

survey di lapangan.

2. Data yang dikumpulkan adalah data fisik/ekologis dan data sosial ekonomi dan

budaya. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui

gambaran umum lokasi calon KEE, seperti letak, iklim, hidrologi, sebaran status

hutan dan lainnya.

Pengumpulan data sekunder untuk melengkapi data primer dilakukan melalui

studi literatur terhadap hasil penelitian terdahulu, laporan pemerintah daerah

(kantor kecamatan dan atau desa), buku teks dan sebagainya. Beberapa data

sekunder yang dikumpulkan adalah jumlah dan pertumbuhan penduduk,

tingkat pendidikan, program kerja, dan cara pengelolaan sumberdaya lahan.

3. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan tipologi calon KEE. Untuk

metode identifikasi dan inventarisasi lahan basah dan mangrove mengacu pada

Perdirjen PHKA No. SK.146/IV/Set-3/2007 tanggal 17 Juli 2007 dan

Page 11: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

6 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

No.SK.151/IV/Set-3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Pedoman Invetarisasi

Lahan Basah.

2.2.3 Tim pelaksana

1. Pengumpulan data primer (hasil survei/identifikasi lapangan) dilakukan oleh staf

UPT KSDA dan/atau Dinas Kehutanan Provinsi/UPTD/BPH di bawahnya.

2. Pengumpulan data sekunder (pengumpulan dan rekapitulasi data hasil

survei/identifikasi lapangan) dilakukan oleh staf Direktorat BPEE.

Page 12: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

7 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

2.3 PELAPORAN

2.3.1 Format Laporan

Hasil pengumpulan data disusun diatas kerta ukuran A5 atau B5 (atau dicetak dengan

ukuran yang mudah untuk dibawa), dijilid dan dilampiri peta yang disesuaikan dengan

ukuran buku laporan.

2.3.1.1 Outline Penyusunan Profil KEE Karst

COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.

PETA

Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. Kondisi umum

a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang

meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.

b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.

c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.

d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.

e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.

f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.

g. Fisik Kawasan

Page 13: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

8 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi (ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.

h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,

serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.

i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.

II. Karakteristik ekosistem karst

a. Karakteristik Endokarst Informasi karakteristik endokarst meliputi data mengenai gua, sungai

bawah permukaan tanah, sungai di dalam laut, mata air di dalam laut, biota bawah permukaan tanah, dan/atau biota di dalam laut.

b. Karakteristik Eksokarst Informasi karakteristik eksokarst meliputi data mengenai cekungan

tertutup, bukit karst, lembah karst, mata air, ceruk, ponor, danau, sungai permukaan di dalam sebaran batu gamping dan/atau dolomit, sungai permukaan di luar sebaran batu gamping dan/atau dolomit yang menjadi bagian jaringan sungai bawah permukaan tanah, pantai pasang surut karst, pulau-pulau karst, biota permukaan, situs dan/atau cagar budaya.

III. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.

IV. Keanekaragaman Hayati

Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.

V. Kelembagaan

a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.

b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang

terkait.

c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE

(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).

VI. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat

a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.

Page 14: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

9 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.

c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.

VII. Permasalahan/Tantangan pengelolaan

Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,

seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.

VIII. Lampiran

Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat

keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam

badan tulisan.

2.3.1.2 Outline Penyusunan Profil KEE Mangrove dan Lahan Basah

COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.

PETA

Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. Kondisi umum

a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang

meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.

b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.

c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.

d. Sejarah Kawasan

Page 15: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

10 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.

e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.

f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.

g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi

(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.

h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,

serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.

i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.

II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.

III. Keanekaragaman Hayati

Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.

IV. Kelembagaan

a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.

b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang

terkait.

c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE

(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).

V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat

a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.

b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.

c. Kearifan Lokal

Page 16: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

11 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.

VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan

Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,

seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.

VII. Lampiran

Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat

keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam

badan tulisan.

2.3.1.3 Outline Penyusunan Profil KEE Taman Kehati

COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.

PETA

Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. Kondisi umum

a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang

meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.

b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.

c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.

d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.

Page 17: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

12 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.

f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.

g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi

(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.

h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,

serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.

i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.

II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.

III. Keanekaragaman Hayati

Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.

IV. Kelembagaan

a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.

b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang

terkait.

c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE

(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).

V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat

a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.

b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.

c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.

Page 18: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

13 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan

Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,

seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.

VII. Lampiran

Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat

keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam

badan tulisan.

2.3.1.4 Outline Penyusunan Profil KEE Koridor Hidupan Liar COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.

PETA

Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE Koridor. Peta provinsi menggambarkan letak KEE Koridor pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE Koridor menggambarkan batas-batas KEE Koridor sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. Kondisi umum

a. Lokasi

Informasi mengenai letak KEE Koridor secara adminitrasi pemerintahan yang meliputi batas luar KEE Koridor, serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE Koridor.

b. Luas

Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE Koridor (dalam hektar).

c. Geomorfologi

Data geomorfologi secara umum meliputi informasi mengenai topografi, tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.

d. Aksesibilitas

Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi, serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.

e. Sarana dan prasarana

Page 19: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

14 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Koridor, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.

f. Spesies Kunci

Data dan informasi terkait spesies kunci yang ada di koridor termasuk sebaran dan ukuran populasi. Spesies kunci dimaksud memiliki kriteria di bawah ini:

i. Jenis endemik baik bersifat lokal (lokasi studi) atau regional (dalam kesatuan pulau).

ii. Jenis yang memiliki status terancam berdasarkan redlist database IUCN, yakni dengan kategori critically endangered, endangered atau vulnerable.

iii. Jenis yang termasuk dalam kategori Appendices I dan Appendices II CITES.

iv. Jenis yang termasuk dalam kategori satwa prioritas konservasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008) dan/ atau dilindungi yang termasuk dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999) atau peraturan perundangan lain di Indonesia sejenis.

g. Jasa Ekosistem

Jasa ekosistem diantaranya berfungsi sebagai daerah tangkapan air, sumber-sumber air dan atau area mempengaruhi ketersediaan air bagi kehidupan, pengatur dan pengendalian limpasan air permukaan, pengatur dan pengendalian erosi dan sedimentasi, perlindungan pada keseimbangan iklim mikro yang sesuai untuk mahluk hidup yang tinggal di dalamnya.

h. Sosial Budaya dan Ekonomi

Informasi sosial budaya diantaranya adalah keberadaan masyarakat lokal di dalam dan sekitar areal kajian yang masih memegang teguh budaya lokal setempat dan adanya identitas budaya tradisional tersebut terkait dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati di wilayah koridor.

II. Potensi flora dan fauna

a. Informasi tentang habitat satwa di dalam Kawasan

Menginformasikan mengenai nama jenis (lokal dan ilmiah), jumlah jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam KK.

b. Informasi tentang habitat satwa di luar kawasan

Menginformasikan mengenai nama jenis (lokal dan ilmiah), jumlah jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam KEE Koridor.

Page 20: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

15 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

III. Keterkaitan koridor dengan kawasan konservasi terdekat atau kawasan

lainnya

Interaksi KK dengan KEE Koridor seperti apa ditulisa dalam laporan paket data.

IV. Status pemanfaatan koridor dan bentuk koridor

V. Ancaman

Informasi mengenai permasalahan atau ancaman yang terkait dengan KEE, seperti

konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.

VI. Kelembagaan

a. Para Pihak

• Status para pihak (Konsesi, Perkebunan, APL, dll) • Peran Para pihak seperti apa terhadap KEE Koridor • Komitmen para pihak • Harapan dari para pihak terhadap adanya KEE Koridor

b. Penanggung Jawab

Berisikan informasi mengenai stakeholder yang terlibat dalam penanggungjawaban pengelolaan KEE Koridor Hidupan Liar dan bagaimana perannya

c. Kemitraan

Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan koridor dan para pihak yang terkait.

d. Strategi Pendanaan

Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola koridor (APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).

VII. Lampiran

Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat

keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam

badan tulisan.

2.3.1.5 Outline Penyusunan Profil KEE Area Bernilai Konservasi Tinggi

COVER Sampul depan foto KEE, nama instansi penyusun, lambang instansi kementerian, dan tahun penyusunan Paket Data.

PETA

Peta yang dicantumkan meliputi peta provinsi dan peta lokasi KEE. Peta provinsi menggambarkan letak KEE pada ruang lingkup provinsi, sedangkan peta lokasi KEE

Page 21: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

16 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

menggambarkan batas-batas KEE sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila memungkinkan peta dilengkapi dengan legenda.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. Kondisi umum

a. Lokasi Informasi mengenai letak KEE secara adminitrasi pemerintahan yang

meliputi batas luar KEE serta letak secara geografis yang mencakup data koordinat KEE.

b. Status Informasi mengenai status kawasan menurut data fungsi kawasan hutan.

c. Fungsi Informasi mengenai fungsi lindung dan budidaya kawasan, termasuk data RTRW/karst/gambut/mangrove.

d. Sejarah Kawasan Sejarah kawasan meliputi penunjukan dan penetapan kawasan, sejarah pengelolaan, batas wilayah administrasi pemerintahan, tata guna lahan dan rencana penggunaan ruang.

e. Tipe Ekosistem Informasi mengenai tipe ekosistem KEE.

f. Luas Luas kawasan yang ditetapkan sebagai KEE.

g. Fisik Kawasan Fisik Kawasan secara umum meliputi informasi mengenai topografi

(ketinggian KEE khusus Karst), tipe iklim, curah hujan rata-rata per tahun, dan jenis tanah.

h. Aksesibilitas Informasi mengenai jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi,

serta transportasi yang dapat menjangkau lokasi.

i. Sarana dan Prasarana Data dan informasi mengenai sarana dan prasarana yang telah dibangun, seperti gerbang utama KEE Mangrove, jalan setapak, papan interpretasi, tanda bahaya, tempat peristirahatan, toilet, kantor pengelola, dan lainnya.

II. Tata Guna Lahan Informasi Tata Guna Lahan mengenai data tutupan lahan di lokasi KEE.

Page 22: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

17 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

III. Keanekaragaman Hayati

Informasi terkait flora dan fauna endemik, satwa atau flora yang menjadi prioritas pengelolaan KEE.

IV. Kelembagaan

a. Perencanaan dan Program Informasi mencakup rencana dan program terkait pengelolaan KEE.

b. Kemitraan Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam pengelolaan KEE dan pihak yang

terkait.

c. Strategi Pendanaan Sumber pendanaan yang digunakan dalam mengelola KEE

(APBN/APBD/CSR/Hibah/lainnya).

V. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat

a. Kondisi Sosial Data dan informasi mengenai jumlah dan penyebaran penduduk serta kondisi sosial di sekitar KEE.

b. Kondisi Ekonomi Data dan informasi mengenai kondisi ekonomi di sekitar KEE.

c. Kearifan Lokal Gagasan, nilai dan pandangan yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat sekitar KEE, serta bersifat bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik serta keinginan masyarakat sekitar KEE.

VI. Permasalahan/Tantangan pengelolaan

Informasi mengenai permasalahan atau konflik yang terkait dengan KEE,

seperti konflik kepemilikan lahan, konflik masyarakat, dan lainnya.

VII. Lampiran

Informasi tambahan yang memuat data-data tambahan yang memuat

keterangan tambahan mengenai KEE yang tidak dapat dimasukkan dalam

badan tulisan.

Page 23: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

18 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

3 PENGELOLAAN DATA SPASIAL 3.1 METODE

Kawasan Ekoisstem Esensial dikelompokkan ke dalam 4 kategori tipologi kawasan berdasarkan dari fungsi-fungsi yang ada, diantaranya adalah ekosistem lahan basah, taman keanekaragaman hayati (taman kehati), koridor satwaliar, dan areal bernilai konservasi tinggi. Berikut kriteria umum yang mendasari beberapa tipologi tersebut dapat menjadi Kawasan Ekosistem Esensial.

1. Ekosistem lahan basah a. Terdapat ekosistem unik atau khas dan/atau berbagai macam tipe vegetasi. b. Habitat burung air dan/atau burung migran. c. Habitat jenis terancam punah, endemik, dan/atau dilindungi. d. Tempat pencadangan air bersih bagi kawasan sekitarnya. e. Terdapat nilai ekonomi, ilmiah, dan jasa lingkungan. f. Ekosistem Karst.

4. Taman Keanekaragaman Hayati a. Pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai

fungsi konservasi in-situ dan/atau eks-situ. b. Bertujuan untuk menyelamatkan spesies tumbuhan endemik/lokal yang memiliki

tingkat ancaman sangat tinggi. c. Perlindungan sumber daya genetik tumbuhan dan satwa endemik.

2. Koridor Hidupan liar a. Terdapat vegetasi alami atau simpul vegetasi yang dapat menghubungkan dua

ekosistem baik secara ekologis atau secara fisik. b. Koridor bagi satwaliar terancam punah, endemik, dan/atau dilindungi. c. Terdapat potensi konflik manusia dan satwaliar yang tinggi.

3. Areal bernilai konservasi tinggi a. Areal yang mengandung keanekaragaman hayati tinggi. b. Elemen bentang alam yang penting bagi terselenggaranya dinamika proses ekologi

alami. c. Berisi ekosistem khas, langka, rentan, atau terancam. d. Penyedia jasa lingkungan. e. Areal yang memiliki fungsi sosial terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat. f. Areal yang memiliki fungsi budaya terkait kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber

daya alam dan lingkungan. g. Areal yang memiliki stok karbon tinggi.

Kriteria umum yang mendasari beberapa tipologi tersebut selanjutnya diterjemahkan lebih lanjut berdasarkan parameter-parameter pembatas yang disajikan secara spasial (peta) dan diolah lebih lanjut mengunakan metode-metode yang relevan berdasarkan karakteristik masing-masing tipologinya sehingga menghasilkan peta potensi pengembangan KEE per-tipe KEE. Gabungan dari masing-masing peta potensi pengembangan per-tipe KEE, tersebut, maka dapat diperoleh peta pengembangan potensi Kawasan Ekosistem Esensial.

Page 24: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

19 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Gambar 3-1. Gambaran umum dalam menentukan area potensi pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)

3.1.1 Pengumpulan Data

Sumber data spasial yang dipergunakan berasal dari berbagai sumber diantaranya, diperoleh berasal dari:

a. Peta Dasar (Topografi)

b. Peta Tematik (Tutupan Lahan, Sebaran Satwa, Ekoregion, Geologi, Hidrologi, Tanah,

DAS)

c. Peta hasil analisa peta tematik dan peta dasar

d. Peta hasil analisa citra

e. Data Analisa lapangan

Data yang diperrlukan dalam proses penyusunan peta potensi tersebut diolah berdasarkan kebutuhan data-masing-masing tipe KEE yang akan dideleniasi.

1. Ekosistem Lahan Basah a. Peta sebaran danau b. Peta sebaran rawa

Page 25: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

20 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

c. Peta sebaran gambut d. Key Biodiversity Areas (KBA) e. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) f. Peta ekoregion g. Peta Rupa Bumi h. Peta Tutupan lahan i. Peta Kawasan Hutan

2. Ekosistem Mangrove a. Peta One Map Mangrove b. Peta flyway (jalur terbang burung migran) c. Key Biodiversity Areas (KBA) d. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) e. Peta ekoregion f. Peta Rupa Bumi g. Peta Tutupan lahan h. Peta Kawasan Hutan i. Peta Kawasan Konservasi Perairan KKP

3. Ekosistem Karst a. Peta Geologi b. Peta Bentuk Lahan c. Peta Rupa Bumi d. Peta Tutupan Lahan e. Peta Kawasan Hutan f. Peta Sebaran Goa g. Peta Sebaran Satwa h. Peta Sebaran Mata Air

4. Koridor Hidupan Liar a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kawasan Hutan d. Peta Sebaran Satwa e. Peta Sebaran Sumber Air f. Peta Area Potensi Konflik

5. Taman Keanekaragaman Hayati a. Peta Bentuk Lahan b. Peta Rupa Bumi c. Peta Tutupan Lahan d. Peta Kawasan Hutan

6. Areal bernilai konservasi tinggi

A. ABKT 1 (Spesies) a. Peta Tutupan Lahan b. Peta Sebaran Spesies c. Key Biodiversity Areas (KBA)

Page 26: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

21 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

d. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) e. Ecosistem Based Adaptation (EBA) f. Peta Sistem Aliran Sungai

B. ABKT 2 (Habitat) a. Peta Ekoregion b. Peta IFL c. Kerapatan Tajuk d. Peta Kawasan Hutan e. Peta Sistem Aliran Sungai

C. ABKT 3 (Ekosistem Khas dan terancam) a. Peta Gambut b. Peta Karst c. Peta Mangrove d. Peta IUP (Pertambangan) e. Key Biodiversity Areas (KBA) f. Important Bird and Biodiversity Areas (IBA) g. Ecosistem Based Adaptation (EBA) h. Peta Sebaran Spesies i. Peta Ekoregion j. Peta Kerapatan Tajuk k. Peta Kawasan Hutan l. Peta Sebaran Gua m. Peta Rawan Bencana n. Peta Sebaran Titik Api

D. ABKT 4 (Penyediaan Jasa Lingkungan) a. Potensi Kerentasnan Erosi b. Peta Sebaran Koefisien Aliran c. Peta Sebaran Pemukiman d. Peta Rawan Bencana e. Peta Lereng f. Peta Curah Hujan g. Peta Tanah h. Peta Bentuk Lahan i. Peta Gambut j. Peta Karst k. Peta Mangrove l. Peta Kerapatan Tajuk m. Peta Kawasan Hutan n. Peta Sistem Aliran Sungai

E. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Bentuk Lahan b. Peta Rupa Bumi c. Peta Tutupan Lahan d. Peta Kawasan Hutan

Page 27: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

22 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

e. Data Pemanfaan Hasil Hutan Bukan Kayu f. Peta Sebaran Desa Penyangga g. Peta administrasi desa/kecamatan h. Peta Sistem Aliran Sungai i. Peta Karst

F. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kawasan Hutan d. Peta Sebaran Desa Penyangga e. Peta Kawasan/Zonasi f. Peta Sebaran Situs arkeologi g. Peta hutan adat h. Peta Sebaran Sumber Daya Hutan

G. ABKT 5 (pemenuhan kebutuhan dasar masyarakata lokal) a. Peta Gambut a. Peta Rupa Bumi b. Peta Tutupan Lahan c. Peta Kerapatan Tajuk d. Peta Kawasan Hutan

3.1.2 Pengolahan Data Spasial

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diproses berdasarkan metode -metode yang

relevan untuk masing-masing tipe KEE. Gambaran umum dari proses yang dibutuhkan

dalam pemrosesan data spasial KEE tersebut lebih lanjut dapat dilihat pada bagan alir

masing-masing tipe KEE.

3.1.2.1 Pengolahan Data Spasial Ekosistem Lahan Basah

Ekosistem Lahan Basah adalah suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air, yang

memiliki karakteristik daratan dan perairan. Deskripsi Umum Ekosistem lahan basah

merupakan kawasan yang memiliki karakteristik hidrologis yang unik serta memiliki fungsi

ekologis yang baik bagi keanekaragaman hayati. Selain itu, ekosistem lahan basah juga

berfungsi dalam penyedia jasa lingkungan bagi manusia. Berdasarkan konvensi Ramsar dan

rencana Permen LHK tentang Pedoman Perlindungan Kawasan Ekosistem Esensial,

beberapa areal yang termasuk ke dalam ekosistem lahan basah diantaranya adalah

mangrove, gambut, zona riparian sungai (riverine), rawa, badan air (e.g. danau), karst, dan

habitat burung migran.

Page 28: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

23 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Gambar 3-2. Gambaran umum dalam menentukan area potensi KEE Lahan Basah

Page 29: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

24 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

a. kosistem Mangrove

Gambar 3-3. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Mangrove

b. Rawa, Danau, dan Ekosistem Lahan Basah Lainnya

Gambar 3-4. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Lahan Basah selain Mangrove dan Karst

Page 30: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

25 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

c. Ekosistem Karst

Gambar 3-5. Alur pikir parameter dalam menentukan area potensi KEE Karst

Page 31: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

26 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

3.1.2.2 Pengolahan Data Spasial Taman Keanekaragaman Hayati Taman Keanekaragaman Hayati adalah suatu kawasan pencadangan sumber daya

alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in-situ dan eks-

situ, khususnya bagi tumbuhan, yang penyerbukan dan/atau pemencaran bijinya harus

dibantu satwa dengan struktur dan komposisi vegetasinya dapat mendukung kelestarian satwa penyerbuk dan pemencar biji.

Gambar 3-6. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi Taman Kehati

3.1.2.3 Pengolahan Data Spasial Koridor Hidupan Liar Koridor Hidupan Liar adalah areal atau jalur baik alami maupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih Habitat yang berada di dalam dan di luar Kawasan Hutan kecuali Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru. Koridor hidupan liar merupakan suatu jalur bervegetasi yang cukup lebar baik alami maupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau kawasan konservasi atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-faktor biotik sehingga mencegah terjadinya isolasi geografis dan population dome pada suatu spesies.

Page 32: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

27 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Gambar 3-7. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE Koridor Hidupan Liar

Data yang dikumpulkan dan diolah sebagai area potensi pengembangan koridor hidupan liar meliputi:

a. Pemilihan Area Awal Potensi Koridor, melalui interpretasi tutupan lahan, Kawasan

hutan, dan review penelitian terkait keberadan konflik manusia dan satwa liar.

b. Survei potensi Koridor yang meliputi beberapa metode:

• Pengamatan satwa liar

• Pengamatan habitat

• Pengamatan karakteristik dan pemanfaatan lahan

• Persepsi dan potensi konflik

3.1.2.4 Pengolahan Data Spasial Area Bernilai Konservasi Tinggi

Areal Bernilai Konservasi Tinggi adalah hamparan area yang memiliki nilai penting bagi

konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem, jasa lingkungan, fungsi sosial, dan

fungsi budaya bagi masyarakat.

Page 33: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

28 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Gambar 3-8. Gambaran umum dalam menentukan area potensi KEE Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT)

• ABKT 1 Areal ditemukannya spesies endemik, langka dan atau dilindungi

Gambar 3-9. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-1

Areal yang mempunyai keanekaragaman spesies tinggi meliputi komponen: a. Areal yang mempunyai fungsi pendukung keanekaragaman hayati di daerah penyangga

hutan lindung atau hutan konservasi Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan konservasi terdiri dari kawasan hutan Suaka Alam, kawasan hutan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Pada UU No. 5 tahun 1990 pasal 14 disebutkan bahwa Kawasan Suaka Alam terdiri dari: Cagar Alam; dan Suaka Margasatwa, sedangkan pada pasal 29 disebutkan bahwa Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari: Taman Nasional, Taman Hutan Raya; dan Taman Wisata Alam.

Page 34: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

29 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Oleh karenanya perhatian penilai agar diarahkan pada wilayah kerja Unit Pengelolaan yang berdekatan/berbatasan dengan Hutan Lindung/Cagar Alam/Suaka Margasatwa/ Taman Nasional/Taman Hutan Raya/Taman Wisata Alam/Taman Buru. Daerah yang berdekatan atau berbatasan dengan hutan lindung dan hutan konservasi disebut daerah penyangga yang memiliki dan berfungsi mendukung keanekaragaman hayati tinggi. Dengan mengalokasikan daerah penyangga sebagai ABKT akan melindungi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

b. Areal ditemukannya spesies endemik, langka dan atau dilindungi Identifikasi diarahkan pada wilayah produksi dan kawasan lindung yang ada di suatu Unit Pengelola. Tujuan mengidentifikasi daerah tersebut untuk menemukan: (i) spesies endemik; (ii) spesies langka dan terancam kepunahan (critically endangered, endangered atau vulnerable species menurut Redlist Database IUCN); (iii) spesies yang dilarang diperdagangkan menurut Appendices I dan Appendices II CITES; (iv) spesies yang memerlukan pengawetan menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun; (v) satwa prioritas konservasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P.57/Menhut-II/2008; dan (vi) Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi menurut Permen LHK No.20 tahun 2018 dapat diprioritas sebagai ABKT.

c. Areal ditemukannya spesies atau populasi spesies migrant. Identifikasi diarahkan pada wilayah produksi dan kawasan lindung yang ada di suatu Unit Pengelola. Tujuan mengidentifikasi daerah tersebut untuk menemukan spesies migrant yang ada setiap pergantian musim ataupun yang datang setiap tahun. Spesies yang menempuh perjalanan panjang antar Negara karena adaptasi terhadap perubahan iklim demi mempertahankan kelangsungan hidup. Spesies yang bermigrasi tahunan dan musiman terkait kepentingan masyarakat global sehingga daerah ditemukannya spesies migrant dapat diprioritaskan sebagai ABKT.

• ABKT 2 Elemen bentang alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi

Gambar 3-10. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-2

Page 35: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

30 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Elemen bentang alam yang berupa hutan masih utuh memiliki keanekaragaman spesies

yang tinggi. Karakteristik ekosistem hutan yang masih utuh akan diprioritaskan sebagai

ABKT 2 jika terdapat : (i) bagian inti berupa ekosistem alami yang masih utuh; (ii) daerah

peralihan (ecotone zone) antara 2 atau lebih ekosistem yang berbeda yang membentuk

jalur yang tidak terputus; (iii) rangkaian 2 atau lebih ekosistem yang berbeda mengikuti

ketinggian wilayah mulai pantai hingga dataran tinggi.

Elemen bentang alam yang akan dialokasikan sebagai ABKT 2 seluas >20.000 Ha. Tujuan idenfikasi ABKT 2 agar keanekaragaman hayati yang ada di dalam elemen bentang alam dapat hidup secara layak dan terlindungi dalam jangka panjang. Pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG) meliputi:

a. Pemetaan cakupan vegetasi penutup (vegetation cover) pada bentang alam termasuk wilayah Unit Pengelola dengan Citra satelit atau data visual lainnya

b. Pemetaan ekosistem dengan Sistem pemetaan lahan (RePPProT), peta-peta geologi dan tanah dan peta topografis (DEM)

c. Pemetaan cakupan vegetasi penutup dewasa (mature forest cover) dalam Unit Pengelola dan di bentang alam dimana Unit Pengelola sebagai bagiannya dan memberi perhatian khusus pada bagian tepinya untuk pemastian batas antara hutan utuh dengan areal yang terdegradasi akibat kegiatan manusia.

d. Pemetaan dampak kegiatan Unit Pengelola dengan peta Daerah Aliran Sungai (DAS)

e. Penentuan keberadaan zona inti (± 20.000 Ha) dan daerah ekoton (3 km) yang ada pada elemen bentang alam dan terpengaruh kegiatan produksi baik yang ada di dalam atau diluar Unit Pengelola.

f. Pertimbangkan kemungkinan dari beberapa skenario perubahan yang terjadi pada zona inti dan daerah ekoton elemen bentang alam berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang sah.

Dari analisis data dihasilkan peta tentatif ekosistem-ekosistem di bentang alam tersebut, kemudian dilakukan pengamatan langsung di lapangan melalui survei (ground check). Jika terdapat perubahan kondisi lapangan hasil survey lapangan lakukan revisi terhadap peta ekosistem alami di elemen bentang alam termasuk didalamnya wilayah Unit Pengelola.

Penilaian ABKT 2 memerlukan survei lapangan untuk memastikan hasil pemetaan cakupan

dan tutupan vegetasi yang ada di elemen bentang alam dan melakukan wawancara dengan

masyarakat local, Pemerintah Daerah, LSM, dan pihak-pihak yang terkait.

Survey lapangan juga diperlukan untuk menilai ancaman di masa kini dan masa yang akan datang terutama akibat Rencana Tata Guna Lahan yang ada dan Rencana pengembangan infrastruktur Unit Pengelola. Jika peta-peta Rencana Tata Guna Lahan berlainan dan bertentangan maka diperlukan konsultasi untuk memastikan peta yang akan digunakan untuk mengatur perubahan lahan.

Page 36: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

31 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

• ABKT 3 Elemen bentang alam yang memiliki ekosistem langka dan terancam

kepunahan

Gambar 3-11. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-3

Pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG) meliputi: g. Pemetaan cakupan vegetasi penutup (vegetation cover) pada bentang alam

termasuk wilayah Unit Pengelola dengan Citra satelit atau data visual lainnya h. Pemetaan ekosistem dengan Sistem pemetaan lahan (RePPProT), peta-peta

geologi dan tanah dan peta topografis (DEM) i. Pemetaan cakupan vegetasi penutup dewasa (mature forest cover) dalam Unit

Pengelola dan di bentang alam dimana Unit Pengelola sebagai bagiannya dan memberi perhatian khusus pada bagian tepinya untuk pemastian batas antara hutan utuh dengan areal yang terdegradasi akibat kegiatan manusia.

j. Pemetaan dampak kegiatan Unit Pengelola dengan peta Daerah Aliran Sungai (DAS)

k. Penentuan keberadaan zona inti (± 20.000 Ha) dan daerah ekoton (3 km) yang ada pada elemen bentang alam dan terpengaruh kegiatan produksi baik yang ada di dalam atau diluar Unit Pengelola.

l. Pertimbangkan kemungkinan dari beberapa skenario perubahan yang terjadi pada zona inti dan daerah ekoton elemen bentang alam berdasarkan Rencana Tata Guna Lahan yang sah.

Dari analisis data dihasilkan peta tentatif ekosistem-ekosistem di bentang alam tersebut, kemudian dilakukan pengamatan langsung di lapangan melalui survei (ground check). Jika terdapat perubahan kondisi lapangan hasil survey lapangan lakukan revisi terhadap peta ekosistem alami di elemen bentang alam termasuk didalamnya wilayah Unit Pengelola. Penilaian ABKT 3 memerlukan survei lapangan untuk memastikan hasil pemetaan cakupan dan tutupan vegetasi yang ada di suatu bentang alam dan melakukan wawancara dengan masyarakat local, Pemerintah Daerah, LSM, dan pihak-pihak yang terkait. Survei lapangan juga diperlukan untuk menilai ancaman di masa kini dan masa yang akan datang terutama akibat Rencana Tata Guna Lahan yang ada dan Rencana pengembangan infrastruktur Unit Pengelola. Jika peta-peta Rencana Tata Guna Lahan berlainan dan

Page 37: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

32 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

bertentangan maka diperlukan konsultasi untuk memastikan peta yang akan digunakan untuk mengatur perubahan lahan.

• ABKT4 Wilayah Perlindungan Penyedia Jasa Lingkungan

Gambar 3-12. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-4

Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Perlindungan, Penyediaan dan Pengaturan Tata Air, Pengendalian Banjir, Kekeringan dan Kebakaran Hutan pada tingkat lanskap/wilayah administrasi adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian meliputi:

a. Deliniasi peta batas Administratif dan meng-overlay dengan peta batas DAS/Sub DAS.

b. Memetakan kelerengan lahan dalam skala DAS/Sub DAS dan memetakan daerah resapan air/penyedia air bersih dalam untuk masyarakat hilir.

Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Perlindungan, Penyediaan dan Pengaturan Tata Air, Pengendalian Banjir, Kekeringan dan Kebakaran Hutan pada tingkat Unit Pengelola adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian meliputi:

a. Memetakan posisi batas Unit Pengelola dalam peta Sub atau Sub-Sub DAS.

Page 38: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

33 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

b. Memetakan Daerah Resapan Air/CAT dalam Unit Sub DAS dan mengoverlay dengan Batas Unit Pengelola. Penilaian dampak kegitatan Unit Pengelola terhadap fungsi resapan air dan pengendalian banjir dari sebuah (Sub) DAS harus melihat pada tingkat lansekap di luar batas Unit Pengelola untuk menentukan apakah ada kawasan atau ekosistem lain yang berpotensi mengalami dampak yang bersifat off site.

c. Menginterpretasi Peta Penutupan Lahan dan Peta Rupa Bumi untuk mengidentifikasi sebaran Ekosistem khusus sebagai ABKT, yaitu Hutan Berawan, Hutan Punggung Bukit, Hutan Kerangas, Hutan Rawa/Gambut, Ekosistem Rawa, Ekosistem Danau/Rawa, Ekosstem Mangrove, Ekosistem hutan/alami sebagai sekat bakar/green-belt.

d. Mengidentifikasi Ekosistem hutan/alami sebagai sekat bakar/green-belt wilayah green/belt (periksa pada tingkat lanskap/administrasi).

e. Mendeliniasi palung dan sempadan sungai sesuai Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2011

f. Meng-overlay seluruh ABKT yang telah ditetapkan berdasarkan data sekunder dan desk-study dengan Peta Unit Pengelola .

g. Melakukan ground-check/Uji lapangan untuk merngkoreksi hasil interpretasi peta, khususnya sebaran ekosistem khusus dan pengumpulan data sekunder yang berkoordinasi dengan Tim Sosial.

Analisis data untuk identifikasi ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi,

Sedimentasi, Tanah Longsor adalah mengolah data sekunder terkumpul kemudian

meliputi:

a) Mengumpulkan peta dasar dan tematik yang telah tersedia dengan skala 1:50.000

yang meliputi: (a) Peta Geomorphologi; (b) Peta Rupa Bumi; (c) Peta Jenis Tanah; (d)

Peta Isohyet dan erosivitas hujan; (e) Peta penutupan lahan.

b) Membuat klasifikasi kelerengan lahan di sebuah UP, lanskap/wilayah administrasi

atau DAS, kemudian mengalokasikan kelerengan terjal (>40%) dan punggung

gunung/bukit sebagai ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi, Sedimentasi,

Tanah Longsor.

c) Membuat peta unit lahan yang merupakan overlay peta topografi, geomorphologi, dan

rata-rata kedalaman tanah yang sama. Peta rata-rata kedalaman tanah adalah rata-

rata pengukuran tanah yang diambil pada puncak lereng, tengah lereng dan lereng

bagian bawah (foot-slope).

d) Pendugaan erosi permukaan di setiap unit lahan, kemudian menentukan TBE-nya

sebagai ABKT Wilayah Penting bagi Pengendali Erosi, Sedimentasi, Tanah Longsor.

e) Penilaian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) suatu unit lahan berdasarkan hubungan antara

kedalaman tanah dan pendugaan erosi permukaan.

Page 39: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

34 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Tabel 3-1. Matriks hubungan antara kedalaman tanah dan pendugaan erosi permukaan

Rata-rata kedalaman

tanah

(solum depth)

Pendugaan erosi permukaan setiap unit lahan

(ton/ha/tahun)

< 15 15-60 60-180 180-480 > 480

Dalam (>90 cm) SR R S B SB

Sedang (60-90 cm) R S B SB SB

Dangkal (30-60 cm) S B SB SB SB

Sangat Dangkal (<30 cm) B SB SB SB SB

Keterangan: SR : Sangat rendah R : Rendah S : Sedang B : Berat SB : Sangat berat

• ABKT 5 Areal yang memiliki fungsi sosial terkait dengan pemenuhan kebutuhan

masyarakat lokal

Gambar 3-13. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-5

Diskusi partisipatif diperlukan dalam menentukan keberadaan hutan terhadap fungsi social

dalam pemenuhan kebutuhanmasyarakat lokat.meliputi beberapa tahapan, antara lain: (i)

Identifikasi sumberdaya penting; (ii) Membahas trend pemanfaatan sumberdaya; (iii)

Page 40: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

35 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Membahas permasalahan sumberdaya; (iv) Membahas penyebab permasalahan

sumberdaya; (v) Penentuan bobot permasalahan sumberdaya tingkat desa; (vi) Arahan pengelolaan dan pemantauan; dan (vii) Pemetaan sumberdaya penting

• ABKT 6 Areal yang memiliki identitas budaya masyarakat adat terkait dengan hak

ulayat dan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan

Gambar 3-14. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-6

Analisis data untuk identifikasi ABKT Areal yang memiliki identitas budaya masyarakat adat terkait dengan hak ulayat dan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan pada tingkat Unit Pengelola adalah mengolah data dari Daftar pernyataan yang diajukan saat wawancara responden.

Tabel 3-2. Daftar pernyataan yang diajukan saat wawancara responden

PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (I) Untuk mengetahui adanya masyarakat adat

JAWABAN SB B TB STB

1. Disini ada masyarakat yang mendiami wilayah tertentu secara turun-temurun

2. Mereka hidup berkelompok dan memiliki ikatan pada asal-usul leluhur adalah masyarakat adat

3. Masyarakat adat memiliki seperangkat aturan yang mengatur kehidupan dan cara hidup anggotanya

4. Ada lembaga adat yang merupakan wadah permusyawaratan ketua adat dan pemuka-pemuka adat lain

5. Lembaga adat mengelola hak-hak adat dan harta kekayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; mewakili

Page 41: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

36 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

kepentingan masyarakat adat dengan pihak luar; dan menyelesaikan perselisihan yang menyangkut perkara-perkara adat

6. Masyarakat adat memiliki wilayah ulayat seperti: tanah, air, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan harta kekayaan dan/benda-benda adat lainnya

PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (II) Untuk mengetahui hubungan masyarakat adat dengan SDA sekitarnya

JAWABAN SB

B TB STB

1. Masyarakat adat memiliki hubungan yang khas dengan tanah/wilayah ulayat dan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.

2. Masyarakat adat memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggalnya.

3. Masyarakat adat memiliki kepercayaan yang berkaitan dengan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggalnya.

4. Masyarakat adat memiliki aturan dalam pemanfaatan sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.

5. Masyarakat adat menampilkan perilaku kolektif yang khas sejalan dengan norma-norma yang telah tumbuh dari komunitas itu.

PERNYATAAN YANG DIAJUKAN (III) Untuk mengetahui kondisi masyarakat adat saat ini

JAWABAN SB

B TB STB

1. Wilayah masyarakat adat tumpang-tindih dengan wilayah kerja Perusahaan

2. Ada konflik dengan Perusahaan sehubungan dengan penggunaan lahan dan hutan.

3. Sejak terjadi konflik, hutan dan sumberdaya alam di wilayah ulayat mengalami perubahan atau kerusakan

4. Masyarakat adat kehilangan akses terhadap wilayah ulayat. 5. Konflik telah diselesaikan Perusahaan dengan kesepakatan

imbalan tertentu.

6. Pihak perusahaan memberi imbalan sesuai dengan kesepakatan

Hasil wawancara direkapitulasi sehingga setiap pernyataan mendapat jawaban dari semua

responden dapat diketahui berapa yang memilih SB, B, TB, dan STB. Pada setiap pernyataan

akan dilakukan penghitungan seperti yang diusulkan dalam Sugiono (2012). Sebagai

contoh misalnya jumlah responden 30 orang dan jawaban dari pernyataan nomor 1,

adalah: SB= 11; B= 8; TB= 6; STB= 5.

Page 42: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

37 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Tabel 3-3 Perhitungan persentase jawaban responden

Jumlah responden n = 30 Skor

Skor ideal

Interval (%)

Jumlah Responde

n Skor x Jumlah responden = Y

SB 4 120 75,1 - 100 11 44

B 3 90 50,1 - 75 8 24 TB 2 60 25,1 - 50 6 12

STB 1 30 0 - 25 5 5 Jumlah (Y) 85 Skor ideal

tertinggi 120 Persentase

jawaban 0,7083

70,83%

Rumus : Skor ideal = Skor x n

Interval (%) = 100

Jumlah skor =

100

4 = 25 %

Persentase jawaban: Jumlah Y

Skor ideal tertinggi =

85

120 = 0,7083 → 70,83%

Jawaban responden pada pernyataan nomor 1= 70,83%, artinya jawaban responden

berada di daerah interval B dan interpretasi jawaban reponden adalah Benar. Dengan cara

yang sama dikerjakan penghitungan terhadap jawaban responden atas pernyataan-

pernyataan lainnya. Dengan demikian satu per satu jawaban responden dapat

diinterpretasikan. Dari hasil analisis data akan diketahui: keberadaan masyarakat adat,

hubungan masyarakat adat dengan sumberdaya alam sekitarnya dan informasi ada dan

tidaknya konflik.

Page 43: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

38 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

• ABKT7 Areal yang menyediakan stok karbon tinggi

Gambar 3-15. Alur pikir parameter dalam menentukan Area Potensi KEE ABKT-7

Analisa pada area dengan perkiraan potensi Stok Karbon Tinggi (SKT) pada tingkat pengelola:

a. Stratifikasi Vegetasi Klasifikasi vegetasi awal menggunakan analisis citra satelit dan/atau teknologi

lainnya (contoh LiDAR) serta data lapangan untuk melakukan kalibrasi klasifikasi

vegetasi. Tahapan pertama dalam Fase 1 Pendekatan NKT 7 ini adalah

mengklasifikasikan vegetasi ke dalam kelas-kelas berdasarkan citra satelit. Pada

tahapan selanjutnya, kelas-kelas ini diambil sampelnya di lapangan, untuk

menghasilkan sebuah peta indikatif kawasan hutan SKT yang dilengkapi dengan

hutan SKT dalam berbagai ukuran (patch) dan konektivitas. Klasifikasi vegetasi

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

diantaranya:

(i) Permenhut No.33 tahun 2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Berkala, Perdirjen BPK P3/VI-Set/2010 tentang Pedoman Pengukuran dan Pelaporan Verifikasi Kegiatan Pemanfaatan Hutan Lestari Pada Areal Kerja

Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Kayu, (ii) SNI 7645:2010 tentang Klasifikasi Penutup Lahan, (iii) SNI 7724:2011 tentang Metode Pengambilan Data, (iv) SNI 7725: 2011 tentang Penentuan Alometrik dalam Nilai Karbon, (v) RSNI 1B tentang Kelas Penutupan Lahan dalam Penafsiran Citra Optis

Resolusi Sedang, (vi) SNI 7848:2013 tentang Penyelenggaraan Demonstrasi Aktivitas REDD+).

Page 44: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

39 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

(vii) Peraturan Menteri LHK No. P.72 tentang Pengukuran, Pelaporan, Verifikasi

Aksi dan Sumberdaya Pengendalian Perubahan Iklim. b. Estimasi Stok Karbon

Pada tahap pertama penilaian SKT, estimasi dari stok karbon per hektar dihitung dari data biomassa di atas tanah yang dikumpulkan dari plot lapangan. Ini adalah sumber informasi utama untuk menentukan stratifikasi vegetasi dan kawasan hutan Stok Karbon Tinggi. Alometrik digunakan untuk menentukan kepadatan plot yang diperlukan untuk mendapatkan interval kepercayaan yang dibutuhkan (contoh: minimum 90% untuk konsesi perusahaan. Jumlah plot yang direncanakan harus cukup untuk memenuhi target presisi untuk setiap kelas utama di setiap wilayah. Rumus sederhana untuk memperkirakan jumlah sampel untuk konsesi perusahaan adalah: N = t2 s2 / E2 Keterangan: N = jumlah sampel untuk pendugaan rata-rata ± E. t = nilai t dari tabel uji t Student untuk selang kepercayaan 90%. s = standar deviasi yang diduga berdasarkan data set yang ada dari tipe hutan yang serupa (Kementerian Kehutanan biasanya memiliki data yang relevan). E = kemungkinan galat, dituliskan sebagai persentase dugaan nilai rata-rata. Alometrik juga digunakan untuk mengkonversi data biomasa ke ton karbon per hektar: Total Karbon (ton/ha) = Σ ([Karbon Pohon]) / [Luas Plot per hektar] Volume karbon yang dihasilkan per hektar digunakan bersama dengan atribut lainnya (lihat tabel di bawah) untuk mengkalibrasi dan memperbaiki stratifikasi vegetasi awal dari data penginderaan jauh untuk menghasilkan stratifikasi akhir dan identifikasi kawasan hutan Stok Karbon Tinggi.

Page 45: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

40 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

Tabel 3-4. Estimasi Stok Karbon Tinggi berdasarkan tipe hutan.

Kelas Tutupan Lahan

Pohon dengan DBH

>30cm

Tutupan tajuk

Estimasi C molekuler t/ha

Catatan

Hutan HK3 >50 /ha > 50 % >150 Didominasi oleh pohon dengan diameter > 30cm. Didominasi oleh spesies klimaks seperti Dipterocarpus.

HK2 40-50 /ha 90-150

HK1 30-40 /ha 75-90

HRM 15-30 /ha 30-40 % 35-75 Didominasi oleh pohon dengan diameter 10- 30cm dan dengan frekwensi spesies pionir yang lebih tinggi, seperti Macaraga.

B 5-15 /ha <20 % 15-35 Didominasi oleh belukar rendah dengan penutupan tajuk yang terbatas. Mencakup lahan dengan rerumputan tinggi dan tumbuhan paku-pakuan dan spesies pohon pionir yang tersebar. Beberapa patch pohon tua.

LT 0-5 /ha 0 % 0-15

HK: Hutan Kerapatan HRM: Hutan Regenerasi Muda B: Belukar LT: Lahan Terbuka

3.1.3 Penyajian Data

3.1.3.1 Kamus dan Meta Data Peta Kawasan Ekosistem Esensial

Sebagai upaya penyeragaman format dan konsistensi isi data spasial, maka perlu disusun

kamus dan meta data Peta Kawasan Ekosistem Esensial. Informasi yang disampaikan

dalam Peta Kawasan Ekosistem Esensial melingkupi dua jenis data yaitu:

a. Data Spasial Kawasan Ekosistem Esensial

b. Potensi Pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial

Page 46: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

41 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

3.1.3.1.1 Kawasan Ekosistem Esensial (Definitif)

Deskripsi:

Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disingkat KEE adalah Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.

Layer dalam Peta KEE merupakan Layer berbentuk polygon yang berisikan informasi tentang KEE yang sudah di usulkan dan ditetapkan menjadi Kawasan Ekosistem Esensial berdasarkan Tipologinya yang meliputi:

a. Ekosistem Lahan Basah, yang didalamnya termasuk KEE Mangrove dan KEE Karst;

b. Koridor Hidupan Liar;

c. Areal Bernilai Konservasi Tinggi; dan

d. Taman Keanekaragaman Hayati

Walidata:

Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tabel 3-5. Data Atribut pada Peta KEE (Definitif)

Field description

Field name Field type Field size

Value/Look up

Kode KEE Kode Double Kode KEE Tipologi KEE Type_KEE String 50 Tipologi KEE Nama KEE Nama String 50 Nama KEE Provinsi Provinsi String 20 Provinsi Kabupaten Kabupaten String 20 Kabupaten Kecamatan/Desa Kec_Desa String 20 Kecamatan/Desa Lokasi Lintang Centre_Lat Float Calculate by GIS Lokasi Bujur Centre_Lon Float Calculate by GIS Luas KEE dalam SK

Luas_HA1 Double Luas KEE dalam SK

Status KEE Sekarang

Status String 20 Status KEE Sekarang

Tahun SK Tahun String 10 Tahun SK Pengelola KEE Pengelola String 20 Informasi Pengelola KEE Status Rencana Aksi Pengelolaan

Rencana_Pe String 50 Status Rencana Aksi Pengelolaan

Fungsi Kawasan Hutan

Fungsi_Kaw String 20 Data IPSDH

Page 47: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

42 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

SK KEE Keterangan String 50 SK KEE Spesies Kunci dalam KEE

Sp_Kunci String 100 Spesies Kunci dalam KEE

3.1.3.1.2 Potensi Pengembangan Kawasan Ekosistem Esensial (Indikatif)

Deskripsi:

Kawasan Ekosistem Esensial yang selanjutnya disingkat KEE adalah Kawasan Bernilai Ekosistem Penting yang berada di luar Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia yang ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.

Layer dalam Peta KEE merupakan Layer berbentuk polygon yang berisikan informasi tentang Area Potensi Pengembangan KEE. Area potensi pengembangan disusun berdasarkan karakteristik nilai penting sesuai Tipologi Nilai Penting yang ada di dalamnya yang meliputi:

a. Ekosistem Lahan Basah, yang didalamnya termasuk KEE Mangrove dan KEE Karst;

b. Koridor Hidupan Liar;

c. Areal Bernilai Konservasi Tinggi; dan

d. Taman Keanekaragaman Hayati

Walidata:

Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber

Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatanan

Tabel 3-6. Data Atribut pada Peta Potensi Pengembangan KEE (Indikatif)

Field description

Field name Field type Field size Value/Look up

Tipologi KEE Type_KEE String 50 Tipologi KEE Provinsi Provinsi String 20 Provinsi Kabupaten Kabupaten String 20 Kabupaten Fungsi Kawasan Hutan

Fungsi_Kaw String 20 Data IPSDH

Nilai Penting KEE Nilai Penting KEE

String 50 Generate karakteristik nilai penting area untuk dikembangkan menjadi potensi KEE

Spesies Kunci dalam KEE

Sp_Kunci String 100 Spesies Kunci dalam KEE

Page 48: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

43 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

3.1.3.2 Tata Letak / Layout Peta

Layout peta KEE merujuk pada Perdirjen Planologi dan Kehutanan dan Tata Lingkungan,

Nomor P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan

Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beberapa hal yang terkait dengan teknis

penyajian layout Peta KEE tersebut antara lain:

a. Skala Peta

b. Simbolisasi Peta

c. Tata Letak Layout Peta

Skala Peta

Peta KEE disajikan ke dalam beberapa tingkatan, secara umum dibedakan menjadi 3 kategori:

a. Peta Indikasi KEE Skala Nasional yang disajikan dalam Skala 1 : 500.000 Dalam peta ini dapat disajikan informasi potensi secara umum lokasi pengembangan KEE di setiap ekoregion.

b. Peta Indikasi KEE Skala Provinsi yang disajikan dalam Skala 1 : 250.000 Dalam peta ini dapat disajikan potensi pengembangan KEE pada tingkat provinsi, yang telah memasukkan informasi data input tingkat provinsi untuk pengembangan KEE lebih lanjut yang ada pada tingkat provinsi.

c. Peta KEE dan Indikasi KEE Skala Tapak yang disajikan dalam Skala 1 : 50.000 atau sesuai luas cakupan wilayah pengelolaannya. Dalam peta ini dapat disajikan potensi pengembangan KEE pada tingkat tapak, yang telah memasukkan informasi data input tingkat pengelolaan meliputi karakteristif fisik, keanekaragaman hayati, dan arahan pengelolaan.

Simbolisasi Peta

Peta KEE disajikan sesuai usulan Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial dalam

rencana Revisi Perdirjen Planologi dan Kehutanan dan Tata Lingkungan, Nomor

P.6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Tabel 3-7. Simbolisasi peta KEE

No. Simbol Arti simbol dalam legenda

Property Simbolisasi

1 Simbol titik ABKT : Areal Bernilai Konservasi Tinggi

Simbol Style Simbol name RGB

: : :

Conservation Cons Area 230.70.0

KEE Mangrove

Simbol Style Simbol name

: :

Conservation Tree stand

Page 49: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

44 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

RGB : 230.70.0 KEE Karst

Simbol Style Simbol name RGB

: : :

Conservation Canyon 230.70.0

KEE Koridor Hidupan Liar

Simbol Style Simbol name RGB

: : :

Conservation Wild life Corridor 230.70.0

KEE Taman Kehati

Simbol Style Simbol name RGB

: : :

Conservation Tree 230.70.0

KEE Lahan Basah

Simbol Style Simbol name RGB

: : :

Conservation Watersheed I 230.70.0

2 Simbol area

KEE Taman Kehati

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

Forestry Scattered Trees 2 1 230.70.0 - 230.70.0

KEE Mangrove

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

ESRI Mangrove 1 230.70.0 - 230.70.0

KEE Lahan Basah

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

ESRI Swamp 1 230.70.0 - 230.70.0

KEE Koridor Hidupan Liar

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

ESRI 10% Simple hatch 1 230.70.0 - 230.70.0

KEE Karst

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

Geology 24K 627 Limestone 1 230.70.0 - 230.70.0

Page 50: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

45 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

ABKT : Areal Bernilai Konservasi Tinggi

Simbol Style Simbol name Line width FG RGB BG OL RGB

: : : : : :

ESRI Scrub 1 1 230.70.0 - 230.70.0

Tata Letak Layout Peta

Tabel 3-8. Ukuran Peta

No. Skala Ukuran Peta Keterangan 1 1 : 500.000 A0 (841 x 1189 mm2) dapat disajikan dalam

format penyajian dalam tiap ecoregion apabila informasinya terlalu padat

2 1 : 250.000 A0 (841 x 1189 mm2) - 3 1 : 50.000 A1 (594 x 841 mm2) -

Gambar 3-16. Contoh Layout Peta KEE

a. Format Skala Nasional

Page 51: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

46 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

b. Format Skala Provinsi

c. Format Skala Pengelolaan

Page 52: PETUNJUK TEKNIS IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI …

47 | J u k n i s I d e n t i f i k a s i K E E

4 PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan acuan untuk penyusunan Paket Data dan Informasi Kawasan

Ekosistem Esensial yang memuat metode dan outline pengumpulan data kawasan

eksosistem esensial yang akan dijadikan paket data dan system informasi kawasan

eksoistem esensial. Banyak faktor yang akan mempengaruhi perencanaan dan keberhasilan

implementasi dari kegiatan penyusunan paket data KEE baik teknis atau non teknis, internal

dan eksternal, maupun pendorong dan penghambat. Oleh karena itu dalam penerapan

petunjuk teknis ini masih sangat mungkin dijumpai kesulitan dan hambatan. Diharapkan,

pengelolaan KEE dapat melakukan improvisasi dan pengembangan lebih lanjut dalam

penerapan petunjuk teknis ini sesuai dengan kondisi KEE yang ada.