Post on 21-Mar-2019
Hand Out
APRESIASIPUISI DAN PROSA
DOSEN:H.A.NURHADI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) PGRI SUMENEP
20008
1
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr. wb.
Hand Out APRESIASI PUISI DAN PROSA ini tidak lebih dari sekedar alat
bantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Oleh karenanya pendalaman
materi masih perlu dilakukan. Mahasiswa masih dituntut menelaah lebih lanjut
buku-buku referensi yang disarankan.
Sedikit upaya ini semoga dapat memicu peningkatan kualitas perkuliahan,
sehingga pada akhirnya bermuara pada terwujutnya Sumber Daya Pendidikan
yang handal. Semua keluarga besar STKIP PGRI SUMENEP ikut bertanggung
jawab terhadap tujuan mulia ini –termasuk mahasiswa-.
Kepada mahasiswa yang sadar sebagai mahasiswa semoga ilmu yang
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin ya mujiibassaailiin.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamiththoriiq.Wassalamu alaikum wr.wb.
Sumenep, Agustus 2007Dosen,
2
PERTEMUAN PERTAMA (TM-1, 2, dan 3)
I. BERKENALAN DENGAN PUISI DAN PROSA FIKSI A. PUISI Hayati puisi-puisi berikut dengan sepenuh penghayatan !
SAJAK JOKI TOBING BUAT WIDURIOleh: WS Rendra
Dengan latar gubug-gubug karton,aku terkenang akan wajahmu,Di atas debu kemiskinan,aku berdiri menghadapmu,Usaplah wajahku, Widuri,Mimpi remajaku gugur di atas padang penangguran, Ciliwung keruh,wajah-wajah nelayan keruh,lalu muncullah rambutmu yang berkebaran,Kemiskinan dan kelaparan,membangkitkan keangkuhanku,wajah indah dan rambutmu,menjadi pelangi dicakrawalu.
PUISI 1Oleh: Tengsoe Tjahjono
Sebut saja namamu: puisiLahir dari kemelut sejarah dan benteng terakhirPerlawanan
Engkau melayang: misteriTinta biru getar terakhir jemariPerburuan
Dan ini catatan ituYang dikirim lewat sekawanan elang: negerimu ? Masih saja belukartanah lembab tanpa cahaya
Adakah yang masih bisa digali dari pesan ituLihatlah bukit-bukit begitu agungnyaLambaian tangan samar kubaca
3
Sebut saja namamu: puisi
NYANYIAN LETNAN NURHADI ANGGOTA PASUKAN GARUDA XII
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri
Kalau aku ke Kambojaanakku berbekal seribu peluruKalau aku pulang nantianakkuKubawakan seribu peluru
Sejuk senapankuSejuk darahku
Telah kuminum darah yang tumpahTelah kubungkam parang yang pecah
Kalau aku ke Kambojaanakkuberbekal seribu pelurukusalami penduduk desakubangun pagar rumahnyakusapu hutankurajut kota
Kalau aku pulang nantianakkukubawakan seribu pelurusekeranjang jeruk untuk tetanggasekeranjang senyum gerilya untukmamamu
kubawakan Ho Chi Minhkubawakan sungai Mekongkubawakan Pnom Penhkubawakan Kamboja
Catatan tentang Mimesis dan Diegesis:
Mimesis adalah paparan realitas seperti apa adanya, diegesis paparan ilusi
pengarang.(Plato).
4
Mimesis bukan sekedar tiruan, bukan sekedar potret dari realitas, melainkan
telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya (Aristoteles)
Mimesis dapat tampil dalam berbagai jenis (Gerald Genette):
1. Ujaran yang dilaporkan (Pr: discours repporte)
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya:
2. Ujaran yang telah disesuaikan dengan tanggapan, sikap, dan kesadaran
subyektif pengarangnya.
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya, oleh Chairil Anwar diungkapkan
menjadi:
bukan kematian benar menusuk kalbu
keridhaanmu menerima segala tiba
3. Ujaran yang diceritakan (Pr. discours raconte), paparan yang hanya
berisi tindakan yang hanya ada dalam batin pengarang.
Contoh:
Puisi Goenawan Mohamad:
Siang akan jadi dinginTuhan, dan angin telah sediaBiarkan aku sibukdan cinta berangkat dalam rahasia
B. PROSA (Cerpen, Novel/Roman, Drama)
Coba Sdr apresiasi cerpen guntingan koran terlampir!
PEKERJAAN RUMAH
1. Perhatikan unsur mimesis dan diegesis (menurut konsep Plato) dalam puisi:
Sajak Joki Tobing buat Widuri, Puisi 1, dan Nyanyian Letnan Nurhadi
Anggota Garuda XII di atas ! Kemudian buatlah catatan-catatan!
5
2. Bacalah dengan sepenuh penghayatan 3 (tiga) buah puisi dan sebuah
cerpen yang Sdr. temukan dalam harian Kompas, Republika, Jawa Pos,
atau harian lain. Kemudian laporkan judul dan nama pengarangnya !
II. PENGERTIAN PUISI DAN PROSA FIKSI
A. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang
berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti
pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau
poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah
lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.
Lebih lanjut Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan
pikir dan rasa yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan
memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Hudson mengungkapkan puisi adalah salah satu cabang sastra yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi
dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan pelukisnya.
Sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa,
puisi mempunyai unsur-unsur intrinsik, yaitu:
1. Tema (gagasan utama)
2. Rasa (arti emosional)
3. Nada (menggurui, mencaci, merayu, merengek, menyindir,
mengajak,dsb).
4. Amanat (pesan)
5. Diksi (pilihan kata)
6. Imajeri (daya baying: imajeri pandang, imajeri dengar, imajeri rasa, dsb).
7. Kata-kata konkret (kata-kata yang secara denotatir sama, tetapi secara
konotatif berbeda)
8. Gaya bahasa (bahasa khas untuk memperjelas makna)
6
9. Ritme (irama)
10.Rima (persamaan bunyi; sajak)
Bacalah dengan cermat contoh puisi di bawah ini, kemudian temukan
irama, penggantian arti (displacing), :penyimpangan arti (distorting), penciptaan
arti (creating of meaning)
PUISI 6Oleh: Tengsoe Tjahjono
Kembali pada puisi, sungai mengalir di antaranyaDaun berbentuk hati mengapung di alir bebatuanTak henti-henti hujan mematuki
Sepasang angsa berenangan di tepiPutih berkilau, dikibaskan air di badan: Oi kenapa sampai di sini ?
Dan siapa mengintip dari remang bebukitanOh, jangan bulan atau bintang-gemintang: Jejak itu telah lama hilang
SUNGAI KECILOleh: D. Zawawi Imron
Sungai kecil, sungai kecil ! dimanakah engkau telah kulihat ? antara cirebon dan purwokerto atau hanya dalam
mimpidi atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-daun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doakusungai kecil, sungai kecil ! terangkanlah kepadaku, dimanakah negeri asalmu ?di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar para perampok yang mandi merasakan sejuk airmusungai kecil, sungai kecil ! mengalirlah terus ke rongga jantungku dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku ! kau yang jelita kutembangkan buat kasihku
PANTAI SELOPENGOleh: Akhmad Nurhadi Moekri
nganga bahak ombakmeruncing taring sepi
7
mengunyahkuyang terlentang di sela jajaran perahu bajakyang ditinggalkan para awak ke darat
di darat mereka akan menjumpai ikan yang terenggut dari lautkulautkudan mereka akan tenggelam di matanyabersama lentangku
B. PENGERTIAN PROSA FIKSIProsa Fiksi = karya fiksi, prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita
berplot.Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Unsur-unsur prosa fiksi:1. Pengarang atau narator.2. Isi penciptaan, Pengarang memaparkannya lewat:
a. penjelasan atau komentar.b. Dialog maupun monologc. Lewat lakuan atau action
3. Media penyampai isi berupa bahasa.4. Elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya
fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Unsur-unsur intrinsic terdiri atas:a. Temab. Amanatc. Alurd. Perwatakane. Latarf. Pusat Pengisahan
Prosa fiksi lebih lanjut dapat dibedakan atas roman, novel, novelet, maupun cerpen.
Bacalah cerpen berikut:
PERMEN KARETOleh: Kalih Raksasewu
Matahari bersinar cerah diiringi langkah kaki Marso. Ia hendak pergi ke sekolah. Ia tak lupa pergi ke rumah temannya untuk berangkat bersama. Sampai di sekolah seperti biasa ia menyimpan tasnya ke bangku masing-masing.
Pukul tujuh lonceng berbunyi mulai terdengar dan pelajaran dimulai. Selesai pelajaran anak-anak lari saling mendahului. Hanya Marso dan Fredi sahabatanya yang tidak saling mendahului. Ia berjalan dengan asyiknya pada
8
bercerita. Tidak terasa ia harus berpisah di persimpangan Jalan Oto Iskandar Dinata.
Bulan Januari berhenti, maka dirobeknya kalender Januari itu oleh Fredi dan arlojinya pun diputar. Memang ayah Fredi berpangkat tinggi tetapi ia sangat ramah dan baik budinya dan Fredi pun begitu tak seperti orang kaya tetapi pelit.
Pada suatu hari si Komar memakan permen karet. Ia terkenal sangat nakal. Sesudah selesai memkan permen karet ia oleskan ke meja Fredi. Bel sekolah terdengar lagi, Fredi mengambil buku dan disimpannya di meja untuk menulis.
Ketika ia mengangkat bukunya ternyata buku itu lengket. Ia sangat marah karena ia merasa sedang dipermainikan. Fredi melirik kepada Marso, karena ia ingat bahwa Marso suka sekali makan permen karet.
Sewaktu bel istirahat berbunyi Fredi cepat-cepat ke luar dan menjaga pintu masuk kelas. Marso berjalan ke pintu kelas maksudnya ia hendak ke Fredi untuk bermain bersama.tetapi ia dipegang kerah bajunya.
“He …ada apa kamu Fredi?” tanya Marso terkejut.“Jangan berpura-pura!”Geram Fredi. “Kamu tadi menyimpan permen karet
ini ya?” sambungnya.Komar melihat kejadian itu lalu tertawa terbahak-bahak diiringi
menertawakan kawannya yang menyuruh Komar menyimpan permen karet di meja Fredi.
“Ti…ti…dak Fredi.”, katanya penuh ketakutan. Mukanya merah sekali. Lalu ia masuk ke kelas dan lari keluar SD Negeri itu, ia pulang tanpa
dihirauikan teman-temannya.Komar melihat kejadian itu ia malah tertawa dengan Jimmi yang
menyuruh Komar menyimpan permen karet itu.Jam pelajaran telah selesai. Ketika itu Fredi berjalan sendirian ia
memikirkan persoalan itu. Tiba-tiba ia ingat masa temannya yang baik itu berbuat perbuatan yang sejelek itu. Ia lari seketika itu juga ke Gang Suniaraja untuk mendapatkan Marso. Sampai di rumah Marso ia berjalan perlahan-lahan Dilihatnya Marso duduk seperti yang sangat sedih.
Besoknya Marso kelihatan tak masuk sekolah. Fredi teringat pesan ayahnya sewaktu Fredi di kelas 3 SD itu. Kta ayahnya, “tidak boleh menuduh orang sebelum ada buktinya”.
Sepulang sekolah ia pergi ke kantor untuk melaporkan bahwa Marso tak masuk sekolah. Jimmi berjalan bersama Komar. Memang Jimmi tak menyukai Marso. Dan waktu itu Fredi berjalan sendiri. Ia teringat akan waktu itu. Ia memegang kerah baju Marso dan terdengar suara Komar. Lalu ia lari mendapatkan Komar yang berjalan di depan.
“Hai Komar…kamukah yang menyimpan permen karet itu?” Tanya Fredi.“Apa…aku…hahaha…aku?”katanya.“Ya…ia!” kata Jimmi menutup pembicaraan Komar.“Diam kau! Kau yang menyuruh aku.”, bisik Komar.Tanpa berkata lagi Fredi menarik tangan Komar ke Pak Guru yang masih
ada di kelas.
9
“Pak..pak”, Ini pak yang menyimpan permen karet di meja saya. Dan waktu itu saya salah paham memarahi Marso yang sekarang ia tak masuk sekolah”.
“Maafkan saya…Pak. Karena sa…saya disuruh Jimmi Pak”, kata Komar menginsyafi perbuatan kotornya.
Pak Guru mengajak pergi ke rumah Marso. Sampai di sana Komar disuruh mengetuk pintu. Tepat dibuka oleh Marso. Ia sangat kaget.
“Maafkan aku ya Marso” kata Komar.“Dan maafkan aku juga ya” sambung Fredi.“Ya kalian kumaafkan”, kata Marso.“Ya, Pak Guru pulang dulu!” kata Pak Guru, sambil ke luar dari rumah
Marso.“Terima kasih Pak…” kata mereka serentak.Pukul setengah dua lewat, Komar dan Fredi minta diri untuk pulang.
Matahari tampak gembira diiringi kedua sahabat itu.Bandung, 5 Februari 1978
III. PENGERTIAN APRESIASI
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apresiatio yang berarti
mengindahkan atau menghargai. Kata apresiato menurunkan kata appreciation
(Inggris) atau appretiare (Perancis).
Istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
(1). Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin.
(2). Pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.
Natawijaya menyatakan bahwa apresiasi adalah penghargaan dan
pemahaman atas sesuatu hasil seni atau budaya. (Tugas: Buat kesimpulan
sendiri pengertian apresiasi!)
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi
melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
(1). Aspek kognitif.
(2). Aspek emotif.
(3). Aspek evaluatif.
Akhirnya apresiasi puisi didefinisakan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai
aktivitas menggeluti puisi yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik,
10
melalui langkah-langkah mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh
penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi
prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.
Paling tidak seorang apresiator tidak begitu saja mengabaikan puisi
dengan membuang kesempatan untuk membacanya. Mari kita baca puisi di
bawah ini:
DOA ORANG LAPAROleh: WS Rendra
Kelaparan adalah burung gagakyang licik dan hitamJutaan burung-burung gagakbagai awan yang hitamO Allah !Burung gagak menakutkanDan kelaparan adalah burung gagakSelalu menakutkanKelaparan adalah pemberontakanAdalah penggerak gaibdari pisau-pisau pembunuhanyang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskinKelaparan adalah batu-batu karangdi bawah wajah laut yang tidurAdalah mata air penipuanAdalah pengkhianat kehormatanSeorang pemuda yang gagah akan menangis tersedumelihat bagaimana tangannya sendiri meletakkan kehormatannya di tanakarena kelaparanKelaparan adalah iblisKelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoranO Allah !Kelaparan adalah tangan-tangan hitamyang memasukkan segenggam tawaske dalam perut para miskinO Allah !Kami berlututMata kami adalah mata-MuIni juga mulut-MuIni juga hati-MuDan ini juga perut-MuPerut-Mu lapar, ya Allah
11
Perut-Mu menggenggam tawasdan pecahan-pecahan gelas kacaO Allah !Betapa indahnya sepiring nasi panasSemangkok sop dan segelas kopi hitamO Allah !Kelaparan adalah burung gagakJutaan burung gagakbagai awan yang hitammenghalang pandangkuke sorga-Mu !
Kemudian genre sastra lain selain puisi dapat dibaca pada buku-buku sastra koleksi perpustakaan atau di surat kabar-surat kabar. Selamat mengapresiasi!
PERTEMUAN KEDUA (TM: 4, 5, dan 6)
IV. KEGIATAN APRESIASI PUISI DAN APRESIASI PROSA FIKSI
Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan
kreatif.
1. Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan
untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai
dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan membaca karya sastra
( puisi dan prosa fiksi), mendengarkan/melihat karya sastra dibacakan,
dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui media
elektronika.
a. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan sekedar membaca, tetapi
membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan,
sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya.
Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu
untuk memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.
12
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca puisi di bawah
ini.
AYAHKU
Oleh: Eddy Juniaman
Ayahkuia seorang keciljabatannya pun keciltetapi dia orang besarbesar dalam pandangankupresiden dalam perasaanku
Ayahku tidak kaya hartakekayaannya ialah cita-citadia minyak, dia obordia jalan, dia jenjangkami tinggal memanfaatkanya
Ayahku presidendalam hatiku dalam hati kami
Apabila orang/pembaca tersebut merasa terharu akan sikap
seorang anak yang sangat mengagumi ayahnya. Dia merasa menjadi aku
puisi (aku liris) yang sama-sama mengagumi ayahnya. Terbayang olehnya
keadaan ekonomi ayahnya, ketegaran hidupnya, kepemimpinan dan kasih
sayang ayahnya. Setelah membaca puisi tersebut ia pun merasa semakin
hormat kepada ayahnya.
Selain itu, ia juga merasa kagum kepada penulis puisi tersebut
yang mampu menggugah pembaca dengan bahasa yang sederhana
bahkan lugu. Dengan kesederhanaannya penulis mampu menyusun tema
yang disajikan. Gaya bahasa dan diksi (pilihan kata) digunakan begitu
tepat. Iapun terus menggumuli puisi tersebut dengan dibekali kemampuan
teoritis yang dimiliki. Bagaimana sikap penyair terhadap pokok persoalan
yang dibicarakan, bagaiman nada membicarakannya, dan bagaimana
tujuannya.
Tidak cukup sampai di situ, ia menelusuri terus. Bagaiman imajeri,
rima, dan iramanya. Setelah itu ia mendiskusikan pengalaman yang 13
diperoleh dari puisi tersebut dengan teman-temannya. Kemudian ia
menyimpulkan bahwa puisi Ayahku adalah puisi yang baik.
Inilah contoh tentang membaca yang termasuk kegiatan
mengapresiasi. Pembaca tersebut telah melakukan dengan sungguh-
sungguh, iapun menikmati, iapun mendapat pengalaman dan menjadi
lebih baik sikapnya terhadap ayahnya dan ia dapat menghargai karya
tersebut dengan tepat.
b. Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat mengambil
bentuk mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara life maupun melalui saluran media
elektronik, seperti radio atau televisi, bahkan melalui rekaman kaset/tape
recorder, CD/MP-3/VCD, komputer/internet, dst.
Sebagai ilustrasi kita misalkan seseorang menonton pagelaran
baca dongeng. Inilah dongeng yang ia dengarkan.
DUA EKOR BURUNG KUTILANG DAN ANAK YANG BAIK HATI
Oleh: Ami Raksanagara.
Dalam sebuah hutan hiduplah dua ekor burung kutilang. Yang satu jantan dan yang lainnya betika. Mereka hidup berbahagia dalam sarangnya yang terletak pada sebuah pohon mangga.
Kedua ekor burung kutilang itu biasanya terbang bersama-sama jika mencari makanan. Tetapi setelah yang betina bertelu, mereka tidak pernah pergi bersama-sama, sebab mereka sangat sayang kepada telur-telurnya itu. Jika yang jantan pergi, maka yang betinalah yang menjaga telurnya itu. Dan jika yang betina pergi, maka yang jantanlah yang menjaganya. Mereka khawatir kalau-kalau telurnya itu ada yang mencurinya.
Pada suatu hari, ketika bapak kutilang itu sedang pergi, telur itu menetas.Lahirlah dua ekor anak kutilang yang sangat lucu. Betapa gembira hati induknya. Dilindunginyalah anak-anaknya itu dengan kedua belah sayapnya supaya tidak kedinginan.Ketika bapak kutilang datang berserulah induknya:
“Hai, syukurlah! Kita telah punya anak. Cantik sekali, bukan?”“Oh, syukurlah! Coba kulihat. Wah, yang ini cantik seperti ibunya.
Dan ini, wah pasti gagah seperti ayahmu, ya nak!” kata yang jantan. Dibelainya anaknya itu. Induknya tersenyum bahagia.
14
Setelah anak-anaknya lahir, kedua ekor kutilang itu lebih hati-hati lagi menjaga anaknya itu. Makin lama makin besar dan bulunya makin tumbuh dengan bagusnya.
Pada suatu hari induknya akan pergi mencari makanan Bapak kutilang berkata:
“Hati-hatilah jangan mendekati kampung tempat manusia!”Sang betina itupun terbanglah. Dia mencari makanan kesana
kemari tapi tak ada. Maka sampailah ke sebuah kampung. Baru saja sampai ke sana, induknya kutilang itu dikejar oleh seorang anak. Karena gugupnya ia terbang lalu masuk ke dalam rumah. Maka tertangkaplah kutilang itu. Ia menangis ketika telah dimasukkan ke dalam sebuah sangkar. Ia berusaha melepaskan diri, akan tetapi tidak dapat…
Ketika badanya merasa sakit-sakit karena terbentur ke sangkar itu dan sudah luka-luka, datanglah seorang anak perempuan mendekatinya. Lalu ia berkata:
“Wahai burung betina, engkau tentu ditunggu anakmu, ya. Aku kasihan kepadamu. Pulanglah, bawalah ini!” kata anak perempuan itu.
“Terima kasih anak yang manis, semoga banyaklah orang yang sayang kepadamu. Tak akan kulupakan kebaikanmu.’
Lenyaplah kutilang itu dalam kegelapan senja.Dalam sarangnya, kedua anak kutilang itu menangis saja karena
lapar dan mereka gelisah sekali karena induknya belum juga datng. Bapak merekapun sangat cemas hatinya. Dia sudah menyangka bahwa induknya pasti kena celaka. Ia ingin sekali menangis, seperti anak-anaknya. Tetapi ia selalu menghibur anaknya.
“Diam nak, sebentar lagi ibumu pulang. Kau kedinginan? Mari dengan bapak. “, kata bapak kutilang. Pada waktu itu datanglah ibunya.
“Pak, pak, ini aku dating!” kata induknya.“Hai, ibumu datang!, ibumu datang!” seru bapaknya dengan
gembira.Riuhlah anaknya menyambut ibunya. Dengan mata yang sayu,
induknya memandang wajah bapaknya. Dipandangnya oleh bapaknya. Dekat bapaknya induknya menjatuhkan dirinya karena letihnya dan sedih, dan menangislah ia. Ketika dilihatnya anak-anaknya, redahlah tangisnya dan dibelainya anaknya yang manis itu. Dan berceritalah induknya tentang kejadian yang menimpa dirinya siang itu.
“Syukurlah engkau selamat. Aku sangat gembira kita bisa berkumpul lagi. Mudah-mudahan lukamu cepat sembuh. Marilah kita berdoa untuk anak perempuan yang baik hati itu.”Dan heninglah dalam sarang kutilang itu sejenak.
Orang itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika
dongeng di atas dibacakan. . Setelah pembacaan dongeng selesai ia
merasa terharu akan kebahagiaan keluarga burung dan akan kebaikan
hati anak perempuan itu. Ia juga merasa kasihan ketika membayangkan 15
nasib anak burung yang kedinginan dan lapar. Kasihan terhadap induk
burung yang tertangkap anak-anak ketika berusaha mencarikan makanan
buat keluarganya.
Cerita di atas mengajak pendengar merenung membayangkan
betapa indahnya hidup dengan penuh kasih sayang, seperti keluarga
burung, sehingga timbul kesadaran dalam diri pendengar, bahwa ia akan
berusaha menciptakan hidup dalam keluarganya seperti keluarga burung.
Keluarga penuh kasih sayang. Ia akan memulai dari dirinya sendiri. Ia
akan mengasihi orang lain dan mengasihi binatang.
Kemudian pendengar merasa kagum terhadap pengarang yang
telah mampu menyajikan ide, pengalaman dan pesan pendidikan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.
Dengan tanpa menggurui pengarang telah berhasil menggugah fikir
dan rasa pendengar. Pengarang berhasil membangkitkan kesadaran para
pendengar untuk berperilaku lebih baik.
Pendengar tersebut telah mengapresiasi Dua Ekor Burung Kutilang
dan Anak yang Baik.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan di luar apresiasi
langsung yang dapat membantu meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan
apresiasi langsung. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain mempelajari
konsep, teori, sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan apresiasi langsung, sebab –
seperti disebutkan di muka- apresiasi adalah penikmatan pemuasan rasa
terhadap hasil sastra berdasarkan pengenalan, pengalaman, pemahaman,
penalaran, dan pengertian yang sifatnya teoritis.
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan
pengertian meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat
pula. Dengan demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap
remeh, karena apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3. Kegiatan dokumentatif.
16
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau
mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku,
artikel, atau pembahasan tentang sastra.
4. Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya
sastra itu sendiri atau menulis tentang sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel,
studi, penelitian sastra, dan sebagainya.
Menurut Tengsoe Tjahjono kegiatan apresiasi puisi meliputi:
1. Kegiatan reseptif, kegiatan penerimaan. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah kegiatan membaca, kegiatan analitik, dan kegiatan interpretatif.
2. Kegiatan produktif, kegiatan penciptaan.
3. Kegiatan performansi.
4. Kegiatan dokumentatif.
Kegiatan menulis dan membaca karya sastra.
Sebagai awal dari kegiatan apresiasi sastra, maka marilah kita baca
beberapa puisi berikut kemudian kita analisis dalam sebuah diskusi.
RENUNGAN BAB AIDS Oleh: Darmanto Jatman
Tuhan menciptakan langit dan bumi dan lautdan burung di awang-awang, dan binatang di daratandab ikan di kedalaman air;dan di hari ke tujuh ia menarik nafas panjang danbersabda: Sempurna !Manusia menciptakan teologi dan filsafat dan ilmu danseni dan teknologiSatelit di awang-awang, meriam di daratandan kapal selam di kedalaman samudradan di akhir zaman Ia menarik nafas panjangdan berkata: Sempurna !Sesuatu, entah apa, atau siapa, melepas jasad-jasad renik protozoa, amoeba, bakteria, virusdan akhirnya HIVlalu Ia menyeringai dan bicara:Sempurna
17
Aje gile !Gile bener !Bener-bener “The Last Encouter”Pertempuran pungkasan manusia melawan napsunyaSendiri !
Ya mubya mubyati, ya mubya mubyati, ya mubyaMubyatiAum shatih, shantih aumBismillah irrahman irrahimYa Allah !Jadikanlah kami saksi atas kemenanganMu ini
JAKARTA Oleh: Mustofa Bisri
Jakarta yang angkuhJakarta yang selingkuhJakarta yang berpeluhJakarta yang mengeluhJangan mengaduh !Rasakanlah sendiriSakitmu !Kau telah memaksakan diriMenjadi asingDi mata anak-anakmuSendiri !
SIAPA Oleh: D. Zawawi Imron
Kupu-kupu menarimanaklukkan keangkuhan tebing-tebingdengan warna
Aku jadi ingin tahusiapa yang memetik tombak jadi kecapi
Demikian juga analisislan cerita pendek di bawah ini!
CIK MATOleh: Suman Hs.
18
Di tepi sungai yang jernih bening, berliku ke barat, berkelok ke timur, Cik Mat, duduk mencangkung lurus, memegang pancing berjoran aur kuning tua, berkelar ukir lingkaran hitam, halus melentur-lentur.
“Puah, sambut bujang perambut, air pasang bawa ke insang, air surut bawa ke perut –biar putus jangan rabut.”Tiga yang sudah, empat dengan ini Cik Mat menyembat boran, menyentak tali, tetapi yang tergail naik ke atas, hanya umpan-umpan jua. “Cih, sekali lagi …sambut bujang perambut…!”
Nun di seberang sana, berenang mengigal-igal, berkecimpung menepuk air Dang Zainab, janda Cik Saleh, sudah ditalak tiga, tapi ingin bercinta-buta.
Telah empat kali Cik Mat melabuhkan pancing, ngelamun mantera nelayan, sudah sekian kali pula mata dikejap dilayangkan, digedang dipicingkan, tetapi ‘rang seberang, campung-berkecimpung juga.
Lagi sekali Cik Mat menyentak pancing, maka tergaillah terumban-unban di awang-awang seekor ikan, putih berkilat-kilat, setempap kurang sejari.“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang melayang ke tepian ‘rang seberang; tetapi kecimpung tak bergema lagi. Di bawah pohon rambutan, bersela manggis, tampak Deng Zainab berjalan membelakang melenggok-lenggok, tidak berpaling, tidak melengos.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang tak lurus, Di man orang mengenal awak…nasib, nasib.
(Dikutip dari: Kawan Bergelut oleh Suman HS).
PERTEMUAN KE-3 (TM KE 7, 8, DAN 9)
TINGKAT-TINGKAT APRESIASI SASTRA
Kemampuan apresiasi keadaannya bertingkat-tingkat, karena itu dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang belum mampu dapt
dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula
dapat diajarkan.
Di bawah ini kita lihat tingkatakn dalam apresiasi tersebut agar kita dapat
mengetahui tingkatan yang telah kita capai. Dengan pengetahuan akan
ti9ngkatan yang kita duduki, kita dapat meningkatkannya ke tingkat yang lebih
tinggi.
Yus Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada
tiga” yaitu, tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman
yang ada dalam sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan
imajinatif dengan karya itu. Tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual
19
pembaca bekerja lebih giat, dan tingkat ketiga apabila pembaca menyadari
hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.
1. Apresiasi Tingkat Pertama
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama
merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap
dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di tingkat
pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang
diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan
sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut. Dengan
imajinasinya apresiator dapat menangkap dan membayangkan kejadian-
kejadian yang terdapat dalam karya tersebut. Ia mulai memperoleh
kenikmatan dari karya sastra yang sedang diakrabinya.
Mari kita ikuti contoh di bawah ini, sambil bersama-sama membaca
puisinya!
PAK POS
Engkau mengayuh speda sepanjang jalanTak pandang panas maupun hujanUntuk melaksanakan tugas harianMiskin dan kaya tak kau bedakanSurat pada mereka kau berikanKring, kring, kring itu kodemuBegitulah berjalan sepanjang waktu
Tugas: Tulis pengalaman Anda saat membaca puisi di atas!
2. Apresiasi Tingkat Kedua.
Di atas telah disebutkan bahwa, apresiasi tingkat kedua terjadi apabila
daya intelektual telah bekerja lebih giat. Maksudnya, adalah selain terjadi
pergulatan emosi, terjadi pula pergulatan intelektual. Pada tingkat kedua ini,
intelektual bekerja lebih giat, karena apresiator tidak hanya puas dengan
memperoleh kenikmatan menemukan pengalaman, melainkan ia juga ingin
tahu mengapa karya tersebut memberi nikmat.
20
Di tingkat ini, apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di
balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia
merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta sastra. Iapun
merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra.
Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur
pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang
karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya
tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut
dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin
bergairah mngakrabi karya tersebut.
3. Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra
bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata
memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang
menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia
menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang
tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia
juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun
karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh
nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan
karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya
sastra tersebut dengan layak dan tepat.
MANFAAT MENGAPRESIASI PROSA FIKSI DAN PUISI
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan apresiasi sastra pada
umumnya menurut Aminuddin, (dan apresiasi puisi pada khususnya, pen) dapat
dikemukakan sebagai berikut:
21
1. Mendapatkan hiburan.
2. Mengisi waktu luang.
3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai
kehidupan.
4. Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur
yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai
kehidupan manusia itu sendiri.
5. Pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap
jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6. Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan
jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri sebagai salah satu
kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal tentang
perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.
Senada dengan di atas Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat
mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1. Media hiburan, lebih-lebih hiburan rohani.
2. Memperluas dan memperkaya wawasan bahasa pembaca.
3. Media kontemplasi dan introspeksi (perenungan dan mawas diri).
4. Memperluas wawasan dan pengalaman kemanusiaan pembaca.
5. Memahami nilai-nilai kebenaran.
Di samping manfaat apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat
juga pendapat yang merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1. Manfaat estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang
diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran
dan perasaan akan keindahan.
2. Manfaat pendidikan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi sastra yang
diapresiasinya memberi pelajaran yang berarti kepadanya, sehingga ia
mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3. Manfaat memperluas wawasan
22
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar akan
kehidupan sekelilingnya.
4. Manfaat psikologis
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah
yang dihadapinya.
Carilah manfaat dengan mengapresiasi puisi berikut:
IbuOleh: D. Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang musim kemarausumur-sumur kering, daunan pun gugur bersamarerantinghanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancarmengalir
bila aku merantausedap kopyor susumu dam ronta kenakalankudi hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sarikerinduanlantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaankudan ibulah yang meletakkan aku di sinisaat bunga kembang menyerbak bau sayangibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumiaku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudrasempit lautan teduhtempatku mandi, mencuci lumut pada diritempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauhlokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagikukalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawannamamu ibu, yang kan kusebut paling dahululantaran aku tahuengkau ibu dan aku anakmu
23
bila aku berlayar lalu datang angin sakalTuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglalasesekali datang padakumenyuruhku menulis langit biru dengan sajakku
PERTEMUAN KE-4 (TATAP MUKA KE-9, 10, DAN 11)
MENAFSIRKAN PROSA FIKSI DAN PUISI
A. MENAFSIRKAN PROSA FIKSI
Menafsikan prosa fiksi tidak serumit menafsirkan puisi. Hal itu sebagai
akibat dari bentuk atau genre sastra tersebut yang bersifat naratif deskriptif.
Dengan demikian untuk menafsirkan atau memahami prosa fiksi hanya
diperlukan antara lain memahami judul, memahami isi setiap paragraf, dan
memahami tema dan amanat.
Bacalah satu atau dua novel atau roman yang Saudara peroleh di
perpustakaan atau paling tidak bacalah sinopsis di bawah ini:
JALAN TAK ADA UJUNGOleh: Mochtar Lubis
Guru Isa adalah seorang tamatan HIK yang menjadi guru Sekolah Rakyat di Tanah Abang . Ia mempunyai seorang isteri bernama Fatimah. Selain dikenal akan kebaikannya, Guru Isa juga memiliki sifat yang lembut. Ia sangat mencintai musik dan sepak bola.
Penindasan bangsa Jepang yang dilihat oleh guru Isa turut mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Karena merasa ketakutan yang terus menerus guru Isa menjadi impoten. Sekalipun telah berusaha berobat, penyakitnya tak kunjung sembuh.
Sebenarnya guru Isa secara tidak sengaja terlibat dalam pergolakan revolusi ketika ia diserahi jabatan sebagai pengantar surat dan senjata yang dibutuhkan dalam perjuangan. Ia kemudian berkenalan dengan Hazil, seorang anak muda yang menjadi pemimpin pejuang. Semangat Hazil yang menggebu-gebu meningkatkan gairah semangat guru Isa dan membuatnya melupakan persoalan rumah tangganya. Hubungan guru Isa dengan anak muda itu semaikin lama semakin erat, sehingga keduanya menjadi sahabat karib. Keduanya sama-sama berjuang ketika Belanda datang kembali ke bumi pertiwi setelah kekalahan Jepang. Hazil berjuang karena panggilan nuraninya dan tekatnya yang sudah
24
bulat, sedangkan guru Isa berjuang karena terpaksa dan takut. Mau tidak mau, guru Isa harus berhadapan dengan orang-orang yang sangat kasar. Ia selalu dicekam rasa takut apabila menjalankan tugasnya. Ketakutan yang terus menerus menghantui dirinya membuat penyakit malaria yang telah dideritanya kambuh kembali. Hazil selalu menengok dan terus menerus memberikan semangat kepada sahabatnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, guru Isa kembali mengajar. Sementara itu hubungan Fatimah dan Hazil semakin erat bahkan keduanya taelah melakukan hubungan terlarang. Suatu hari guru Isa menemukan pipa rokok Hazil di bawah bantalnya. Ia menjadi sangat marah, namun ia tidak dapat bertindak apa-apa karena isterinya berada di rumah. Ia takut kepada isterinya sekaligus merasa malu atas ketidakberdayaannya kepada suami.
Guru Isa, Hazil, dan Rahmad mendapat tugas melemparkan granat ke gedung bioskop setelah bioskop bubar. Pekerjaan itu berhasil dilakukan namun salah seorang di antara mereka tertangkap Belanda. Guru Isa bermaksud untuk segera melarikan diri, namun ia membatalkan niatnya karena tidak mendapatkan tempat persembunyian. Ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan dipaksa untuk mengakui semua perbuatannya. Namun, ia hanya tutup mulut saja.
Suatu hari ia dipertemukan dengan Hazil di kamar tahanannya. Ia mengetahui bahwa Hazil telah menghianati dirinya hanya karena tidak tahan menerima siksaan. Kekaguman guru Isa terhadap anak muda itu kini telah hilang. Ia bahkan menjadi tidak takut lagi terhadap siksaan yang akan diterimanya. Ia mulai membiasakan dirinya untuk menghilangkan ketakutan dalam dirinya. Tekad ini ternyata memulihkan penyakitnya. Ia tidak lagi impoten. Guru Isa kini menjadi orang yang sangat bahagia.
Pahami judul, isi setiap paragraf, tema, serta amanat.sinops di
atas!
B. MENAFSIRKAN PUISI
Perhatikan terlebih dahulu puisi berikut:
KEPADA SEMUTOleh: Mustofa Bisri
Kepada semut rayap berucapKami pun semut, jangan takut !Kepada rayap kecoa berkataKami rayap juga, jangan curigaKepada kecoa tikus mendengus Kami kecoa lihatlah, jangan salah !Kepada tikus ular berujarKami juga tikus ini, jangan sangsiKepada ular manusia bicaraKami ular kok mas, jangan cemas !
25
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan sebuah puisi,
yaitu:
1. Memahami judul
Puisi Mustofa Bisri di atas berjudul Kepada Semut. Judul saja memang
tidak selalu memberikan gambaran yang jelas terhadap isi puisi, tetapi paling
tidak mengarahkan perhatian kita teradap semut, binatang, atau wacana
kefabelan (fabel=penokohan binatang dalam karya sastra).
Memahami judul tersebut akan lebih memudahkan kita dalam memahami
isi puisi.
2. Memahami latar
Semua piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan
sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah, dsb. biasa disebut latar. Piranti
wacana yang muncul dalam puisi Mustofa Bisri di atas ialah ialah terutama
pada baris yang berbunyi: //Kepada ular manusia bicara//Kami ular kok mas,
jangan cemas ! //
Baris tersebut menyiratkan sinisme pengarang terhadap bergesernya nilai
kejujuran, keterusterangan, transparansi, dan nilai-nilai adiluhung lainnya
yang diagung-agungkan sebagai kultur bangsa kita. Nilai-nilai kultur yang
kita bangga-banggakan, sekarang bergeser menjadi mesyarakat, paling tidak
lapisan masyarakat, yang munafik, hipokrit, dan culas.
3. Memahami kata ganti
Kata ganti (pronomina) adalah kata yang menggantikan nomina atau frase
nominal. Siapakah kami dalam puisi Kepada Semut ? Kami adalah rayap,
kecoa, tikus, ular, bahkan manusia.
4. Memahami majas
Majas adalah kekayaan bahasa seseorang yang dimanfaatkan dalam
berkomunikasi untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik,
maupun efek estetik.
Memahami majas menyangkut: jenis majas, alasan penggunaan, dan
efek semantik dan efek estetik.
26
5. Memahami baris dan bait
Pada puisi Mustofa Bisri di atas baris pertama mengungkapkan adanya
percakapan antara semut dan rayap. Puisi tersebut ditulis dalam satu bait,
melukiskan kemunafikan.
6. Memahami tipografi dan enjambemen
7. Memahami makna dan amanat
PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA
Terdapat banyak pendekatan dalam upaya mengapresiasi sastra.
Pendekatan yang dimaksud antara lain meliputi pendekatan analisis, sosiologis,
sosiopsikologis, dan histories.
PENDEKATAN ANALITIS PROSA FIKSI DAN PUISI
Pengertian
Pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra (prosa fiksi dan puisi)
adalah pendekatan yang secara sistematis obyektif berusaha memahami unsur-
unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi), mengidentifikasi peranan
setiap unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi) serta berusaha
memahami bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan lainnya.
Unsur intrinsic prosa fiksa
Unsur intrinsik puisi
Menurut Wellek:
1. Lapis bunyi (sound stratum).
2. Lapis makna.
a. Lapis arti (units of meaning).
b. Lapis dunia atau relalitas yang digambarkan penyair.
c. Lapis dunia atau realitas dipandang dari titik dunia tertentu.
d. Lapis dunia yang bersifat metafisis.
27
Menurut LA Richards:
Lapis makna terdiri dari:
a. Sense (gambaran): Apa yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi
yang diciptakan ini ?
b. Subyect matter (pokok pikiran): Pokok-pokok pikiran apa yang
dikemukakan penyair, sejalan dengan sesuatu yang secara umum
diungkapkan penyairnya ?
c. Feeling. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkannya ?
d. Tone. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pembaca ?
e. Total of meaning. Bagaimanakah makna keseluruhan puisi yang saya
baca berdasarkan subject matter, feeling, dan tone yang telah saya
temukan ?
f. Theme. Apakah ide dasar atau inti dari totalitas makna itu ?
Tahap kegiatan:
1. Membaca puisi berulang-ulang.
2. Memahami judul.
3. Memahami gambaran makna secara umum.
4. Menetapkan kata dalam kategori: lambang, simbol, atau utterance.
5. Memahami setiap simbol.
6. Memahami setiap baris.
7. Memahami hubungan antarbaris.
8. Memahami satuan-satuan pokok pikiran.
9. Memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
10.Memahami sikap penyair terhadap pembaca.
11.Merangkum seluruh pemahaman di atas.
12.Menyimpulkan tema
Dengan menggunakan pendekatan analitis, apresiasikan puisi di bawah ini:
28
Adakah Suara CemaraOleh: Taufiq Ismail
Adakah suara cemaraMendesing menderu padamuAdakah melintas sepintasGemersik daunan lepas
Deretan bukit-bukit biruMenyeru lagu ituGugusan megaIalah hiasan kencana
Adakah suara cemaraMendesing menderu padamuAdakah lautan ladang jagungMengombakkan suara itu
29
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSANMATA KULIAH
: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA: APRESIASI PUISI
BOBOTSEMESTERDOSEN
: 2 SKS: III: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-9
PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS
Pendekatan sosiopsikologis dalam mengapresiasi puisi adalah:
1. Pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial
masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempengaruhi
terwujudnya suatu gagasan dalam puisi.
2. Pendekatan yang berusaha memahami terwujudnya gagasan tentang
kehidupan sosial masyarakat baik secara individual, maupun kelompok salam
suatu puisi.
3. Pendekatan yang berusaha memahami sikap penyair terhadap kehidupan
sosial masyarakat yang dipaparkannya.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan sosiopsikologis untuk mengapresiasi
puisi di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Baca berulang-ulang untuk mengetahui totalitas maknannya.
2. Menafsirkan dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, baris atau kalimat di
dalamnya.
3. Menafsirkan hubungan makna antara baris yang satu dengan baris yang lain
untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam sekelompok baris atau
bait dalam puisi.30
4. Mengidentifikasi unsur sosial kehidupan yang dikemukakan penyair.
5. Mengidentifikasi sikap penyair terhadapnya.
Dari Seorang Guru Kepada Murid-MuridnyaOleh: Hartojo Andangdjaja
Apakah yang kupunya anak-anakkuselain buku-buku dan sedikit ilmusumber pengabdianku kepadamu
Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahkuaku takut, anak-anakkukursi-kursi tua yang di sanadan meja tulis sederhanadan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnyasemua padamu akan berceritatentang hidupku di rumah tangga
Ah, tentang ini tak pernah aku berceritadepan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja-horison yang selalu biru bagiku-
karena kutahu anak-anakuengkau terlalu mudaengkau terlalu bersih dari dosauntuk mengenal ini semua
Keterangan:
1. Kehidupan penyair sebagai guru menjadi latar belakang terwujudnya
gagasan dalam puisi.
2. Penggambaran tentang kehidupan guru yang sederhana jauh dari sejahtera.
3. Sikap penyair yang merasa takut kehidupan guru semacam itu mengusik jiwa
murid-muridnya yang belia.
Dengan menggunakan pendekatan sosio psikologis apresiasikan puisi berikut ini:
Megatruh Guru Karni Oleh: Tengsoe Tjahjono
baju drill si guru karnidikayuhnya sepeda jengkidi panahnya matahari
dedikasi, oh, dedikasi31
di rumah diminumnya air kendiketujuh anaknya minta rotidiberinya kaspe beragi
baju drill si guru karnidikayuhnya sepeda jengkinafasnya bagimu negri
dedikasi, oh, dedikasirumahnya beratap jeramiradio transistor pengganti tividi senthong anaknya bernyani
baju drill si guru karnidikayuhnya sepeda jengkidigantangnya mimpi-mimpi
dedikasi, oh, dedikasikain, beras, gula, dan kopigaram lombok seluruh isi kranjimeringis dipotong gaji
baju drill si guru karnidokter, insinyur, pejabat, dan koki-kokidiperam tangannya tana janjitetapi jadi, oh, jadi
dedikasi, oh, dedikasiistrinya ibu pertiwitak pernah mencacitak pernah memaki
baju drill si guru karnikenyang oleh himnekenyang oleh sage-sege !
32
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSANMATA KULIAH
: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA: APRESIASI PUISI
BOBOTSEMESTERDOSEN
: 2 SKS: III: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-10
PENDEKATAN HISTORIS
Pendekatan historis (kesejarahan) dalam mengapresiasi puisi adalah:
1. Berusaha memahami biografi pengarang.
2. Berusaha memahami peristiwa sejarah yang melatarbelakangi terwujudnya
puisi.
3. Berusaha memahami perkembangan puisi pada suatu jaman.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan historis dalam mengapresiasi puisi
di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami tanggal, bulan, dan tahun puisi itu diciptakan.
2. Memahami peristiwa sejarah yang terjadi pada masa itu.
3. Mamahi peranan penyairnya.
4. Membaca puisi secara keseluruhan.
5. Menghubungkan peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi lahirnya puisi
itu dengan gagasan yang terdapat di dalamnya.
Karangan BungaOleh: Taufiq Ismail
Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke SalembaSore itu
33
Ini dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadi
Catatan:
1. Taufiq Ismail tahun 1960-an seorang aktivis mahasiswa.
2. Tahun 1960-an terjadi demonstrasi mahasiswa yang memperjuangkan
Trituta.
3. Hadirnya puisi-puisi Angkatan tahun 1960-an.
Apresiasi puisi berikut dengan pendekatan historis:
Apa Ndak Bosen Kamu Sampek Tuwek Jadi Presiden ?Oleh: Darmanto Jatman
Tanggal, 19 Mei 1998, di istana presidenSoeharto berkata: Ndak jadi presiden ndak patheken(aku)
Aku jugaNdak jadi presiden ndak patheken tuNdak jadi jendral, ndak jadi panglima –ndak pathekenNdak punya loji, ndak punya mercy –ndak pathekenNdak pake jas, ndak pake surjan –ndak pathekenCuma ya itu lhoPegimana daripada anak-mantuku, konco kopingkuTahu-tahu nanti pada patheken, panunen, kreminenKan ya repot to ya.
Ndak jadi ke Beijing aku ndak gulung komingNdak jadi punya bini Dessy aku ndak setengah matiCuma ya itu repotnya kaloNdak jadi lengser keprabon aku dimungsuhi,didomonstrasiNdak jadi madeg pandhita aku digarap dijadikan parodiMangkanya Aku ogah jadi IMF biar ndak maksa-maksa kamuAku ogah jadi dollar biar nggak nggoyang rupiahmuApa jadi Indonesia biar ndak jadi kuda tungganganmuTapi jelas aku ogah jadi rakyat biar nggak dijarah sama kamu
34
Eh tokh, aku makasih banget sama kamuSoalnyaTanpa kamu aku ndak kenal sama reformasiNdak kenal reformasi aku ndak bakal kenal dirikuSendiriPokoknya beneran nihNdak jadi presiden ndak patheken akuAsal ya itu tahu sama tahulahJangan kamu sita daripada harta bendakuJangan kamu bui anak cucukuJangan kamu permalukan akuDan kamu hapus namaku dari buku sejarah bangsakuHanya karena aku gagal ngrungkebi sabda pandhitaratu Habis bisaku jadi presiden kamu, jadiYang lega lila legawalah menerima aku sebagaimanaadakuSoalnya, kalau kamu desak-desak aku, akan semangkin kuat tekadku:Tidak bakal tinggal glanggang colong playu akuCamkanlah itu ! 19 Mei 1998
35
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSANMATA KULIAH
: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA: APRESIASI PUISI
BOBOTSEMESTERDOSEN
: 2 SKS: III: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-11
MENULIS DAN MEMBACA PUISI
Menulis Puisi
A. Bahan Puisi
Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman kita sehari-hari.
Puisi tidak harus berangkat dari tema, tetapi dapat berangkat dari mana
saja.
B. Bahasa Puisi
Bahasa puisi itu khas.
Pilihan kata-katanya padat, cermat, berkonotasi, bermajas, dan
berirama.
C. Bentuk Ekspresi
Ciri visual puisi
Bagaimana menata huruf-huruf puisi secara grafis.
Pemenggalan larik (enjambemen), penyusunan bait, dan ukiran bentuk
(tipografi).
D. Pengembangan Bahan
Berhubungan dengan sikap penyair menghadapi bahan
Dalam proses penciptaan puisi terdapat pelbagai sikap penyair dalam
menghadapi realitas sebagai bahan:
1. Penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena awal.
36
2. Penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan
gagasan atau perasaan tertentu
3. Gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka.
4. Gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan
potensi bahasa yang unik dan menarik.
E. Gaya Pribadi
Gaya pribadi berhubungan dengan: konsep estetika yang diperjuangkan,
aliran yang dianut, dan faktor kepribadian penyair.
Gaya pribadi akan tampak pada:
1. Pilihan kata.
2. Penyusunan frase atau kalimat.
3. Pengolahan majas.
4. Penggarapan unsur intrinsik puisi: baris, bait, tipografi, enjambemen,
dan irama.
5. Pemilihan dan pengungkapan pokok persoalan.
Membaca Puisi
Deklamasi=baca puisi (poetry reading), tetapi ada juga yang
berpendapat:deklamasi=/=baca puisi.
Bekal awal yang harus dipunyai pembaca puisi:
1. Interpretasi, termasuk penghayatan.
2. Presentasi, meliputi:
a. Segi psikhis, meliputi:
a.1. Kesiapan mental.
a.2. Keberanian.
a.3. Konsentrasi.
b. Segi verbal, meliputi:
b.1. Artikulasi.
b.2. Intonasi.
b.3. Irama.
b.4. Volume
37
c. Segi nonverbal, meliputi:
c.1. Mimik.
c.2. Pantomimik.
c.3. Pakaian.c.4. Komunikasi.
Alternatif membaca puisi: secara individuil, secara kelompok, atau
dramatisasi puisi.
38
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSANMATA KULIAH
: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA: APRESIASI PUISI
BOBOTSEMESTERDOSEN
: 2 SKS: III: Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Tatap Muka ke-12
MENILAI PUISIA. Penilaian terhadap naskah puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam hasil karya puisi, meliputi:
1. Amanat penyair dapat dipahami sekaligus dapat dinikmati (komunikatif).
2. Bahasa yang digunakan memiliki ciri personal dan khas (orisinil).
3. Penggunaan bahasa yang cermat, berkesan, dan imajinatif (estetis).
4. Wajar dan tidak dibuat-buat (kewajaran).
5. Menimbulkan kenikmatan dan kepuasan kepada pembaca (emosional
estetis).
Atau dengan penyederhanaan dapat dibuatkan format penilaian sebagai
berikut:
Format: Penilaian Naskah Puisi
No. Urut
No. Undian
Aspek
Catatan Juri
Komunikatif Orisinil Kewajaran Estetis
39
Juri dapat terdiri dari 3 (tiga) orang. Masing-masing juri menilai semua
aspek. Pemenang diambil dari kandidat dengan nilai komulatif terbesar.
B. Penilaian terhadap baca puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam (lomba) baca puisi dapat beragam, tetapi
yang umum dipergunakan dalam lomba baca puisi meliputi: Presentasi dan
interpretasi atau: vokal, interpretasi, dan penampilan. Perhatikan format
penilaian berikut ini:
Format: Penilaian Baca PuisiNo. Urut No. Undian Aspek Catatan Juri
Interpretasi PresentasiRentang Nilai 30-90 40-80
Dalam lomba kegiatan penilaian dilakukan oleh 3 (tiga) orang juri. Masing-
masing juri menilai semua aspek. Kejuaraan ditentukan oleh nilai komulatif
semua juri. Apabila terdapat kesamaan nilai, pemenang dapat dipertimbangkan
melalui catatan juri atau memberi penekanan pada nilai aspek interpretasi.
DAFTAR BACAAN
Aminuddin, Drs., M.Pd., 1987, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Sinar baru, Bandung dan YA3, Malang.
Supriyadi, Drs., dkk., 1994. Pendidikan Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka, Jakarta
40