PERSENTASI TERMINASI KEHAMILAN

Post on 28-Jan-2016

44 views 1 download

description

asdfd

Transcript of PERSENTASI TERMINASI KEHAMILAN

PERSENTASI TERMINASI KEHAMILAN

OLEH : MUHAMMAD ARIE WIBISONO

MUHAMMAD RIZDIMAS RIDHO PUTRA

PEMBIMBING : DR ADITYO J

Definisi

“Terminasi kehamilan”, adalah mengakhiri kehamilan dengan sengaja sehingga tidak sampai ke kelahiran. baik janin dalam keadaan hidup atau mati.

 

Indikasi

Abortus tertunda (missed abortion)

Telur kosong (Blighted Ovum)

Molahidatidosa

Abortus insipiens

Abortus incomplet

Ketuban pecah dini

Kehamilan lewat waktu

Pertumbuhan janin terhambat (pjj) berat

Kematian janin dalam rahim

ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis

pre eklamsi berat

ketuban pecah didi tanpa diikuti dengan persalinan

kehamilan posterm

kontra indikasi

cacat rahim placenta previa insufiensi placenta hidrochepalus kelainan letak janin gawat janin

Persiapan untuk terminasi kehamilan

• Konfirmasi kehamilan dan penilaian gestasi berdasarkan sejarah klinis dan pengujian, tes kehamilan dan/atau pengujian ultrasound

• Sejarah umum dan pengujian untuk menilai resiko medis. • Golongan darah dan status Rhesus • Antibiotik profilaktik atau tes untuk infeksi genital. • Rencana kontrasepsi berkelanjutan setelah terminasi.

Pengahiran kehamilan sampai umur kehamilan 12 minggu

1. keadaan umum memungkinkan yaitu Hb > 10 gr % tekann darah baik

2. pada abortus (febrilis infeksiosa), diberikan dahulu antibiotika parenteral sebelum dilakukan kuretase tajam atau tumpul

3. pada abortus tertunda (miseed abortion), dilakukan pemeriksaan laboraturium

TINDAKAN :

o kuretase vakum

o kuretase tajam

o dilatasi dan kuretase tajam

Pengahiran kehamilan > 12 minggu sampai 20 minggu

1. misoprostol 200 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertma

2. pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya 3. kombinasi pemasangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc Dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit

pengakhiran kehamilan >20- 28 minggu

1. misoprostol 100 ug intravaginal, yang dapat diulangi satu kali 6 jam sesudah pemberian pertama.

2. pemasangan batang laminaria selama 12 jam 3. pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes permenit

4. kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati 5. kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati

Usia kehamilan > 28 minggu

1. misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama

2. pemasangan metrolia 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pemasangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD)

3. pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.

4. kombinasi ketiga cara diatas

SKORING BISHOP(skor pelvic)

Bila skor 6 atau lebih, maka keberhasilan induksi persalinan tinggi, sehingga bila kurang dari 6 keberhasilannya rendah, hal ini berhubungan dengan pertimbangan untuk memilih jenis persalinan, apakah pervaginam atau perabdominan.

Induksi abortus secara medisOksitosin

Pemberian oksitosin dosis tinggi dalam sedikit cairan intra vena dapat menginduksi abortus pada kehamilan trimester ke dua salah satu reagen yang kami buktikan adalah campuran 10 amp oksitosin 1 ml (10 IU/ml) kedalam 1000 ml larutan ringer laktat.

Larutan hiperosmotik intraamnion

Agar terjadi abortus pada trimester ke dua, dapat dilakukan penyuntikan 20 sampai 25 persen salin atau urea 30 sampai 40 persen kedalam kantung amnion untuk merangsang kontraksi uterus dan pembukaan serviks.

urea hiperosmotik

urea 30 sampai 40 persen yang dilarutkan dalam larutan dektrosa 5% disuntikan kedalam kantung amnion, diikuti oleh oksitosin intravena dengan kecepatan sekitar 400 mU/ml.

Prostaglandin E2

Aplikasi lokal gel prostglandin E (dinoproston) banyak digunakan untuk pematangan serviks. Proses pematangan serviks yang dipicu oleh prostaglandin sering mencakup inisiasi persalinan.

Prostaglandin E1

Obat ini digunakan sebagai pematangan serviks prainduksi persalinan. Obat ini stabil pada suhu kamar mudah diberikan peroral atau dimasukan kedalam vagina ,tetapi jarang ke serviks

Misoprstol vagina

Studi awal mngisaratkan bahwa tablet misoprostol dimasukan kedalam vagina lebih baik secara efektifitas dibandingkn gel prostaglandin E2 intrservikal.

Misoprostol oralWindrim dkk melaporkan bahwa misoprostol peroral

memiliki efektifvitas untuk pematangan serviks dan menginduksi persalinan dengan pemberian intravaginal.

METODE TERMINASI KEHAMILAN

Metode BedahTehnik bedah

Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus

· Kuretase

· Aspirasi vakum ( kuretase isap)

· Dilatasi dan evakuasi (D&E)

· Dilatasi dan ektraksi (D&E).

Pengeluaran secara digital

Tindakan ini dilakukan untuk menolong penderita ditempat-tempat yang tidak ada fasilitas kuretase, sekurang-kerangnya untuk menghentikan pendarahan. Hal ini sering kita lakukan pada keguguran yang sedang berlangsung (abortus incipiens) dan keguguran (abortus incompletus).

Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu jari longgar dan kavum uteri cukup luas. jari telunjuk tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasik konsepsi sedangkan tangan kiri mengeluarkan memegang korpus uteri untuk memfiksasi melalui dinding perut. Dengan mengunakan jari, kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersih munkin

Kuretase Suction

Kuretase suction adalah prosedur bedah minor yang merupakan metode utama yang digunakan di Australia dan Selandia Baru untuk terminasi kehamilan tiga bulan pertama.

Kuretase (kerokan)

Kuretase adalah cara membersikan hasil konsepsi memakai alat kuretase, penolong harus menolong melakukan pemerikaan dalam untuk menentukan letak unteru, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunnya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.

Persiapan sebelum melakukan kuretase

Persiapan penderita

– lakukanlah pemeriksaan umum tekanan darah, nadi, keadaan jantung dan paru-paru dan sebagainya.

– Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis.

Tehnik kuretase

1. tentukan letak rahim, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukan alat-alat harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi segalah arah (fase raute) dan perforasi

2. bendungan rahim (sondage) masukan bendungan rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamya bendungan rahim caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur pundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakan pada porsio dan tariklah sonde keluar lalu baca berapa cm dalam rahim.

3. Dilatasi bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukan sendok kuret, lakukanlah terlebih dahulu didilatasi dengan dilatator atau baugie Hegar. Peganglah busi seperti memgang pensil dan masukanlah hti-hati sesui letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi sampai Hegar no 7 . untuk mencegah kemungkinan perforasi usahakanlah memakai sndok kuret yang agak besar, dengan diatasi yang lebih besar.

4. kuretase, seperti dilakukan , pakailah sendok kuret yang agak besar memasukanya bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah denagan bagian tengah . pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda berigi) karena lebih epektif dan lebih terasa saat melakukan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengkur kelapa) dengan demikian kita tahu bersi atau tidaknya hasil kerokan.

5. cunam abortus, pada abortus insipien dimana kelihatan jaringan pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainya. Dengn demikian sendok kuret hanya dipakai untuk mmbersikan sisa-sisa yang ketinggalan saja.

6. perhatian, memegang, memasukan dan menarik alt-alat haruslah hati-hati lkukanlah dengan lembut sesui dengan arah dan letak rahim.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.MJFAI 2005,61;151-154

2. www.ranzcog. Edu.au

3. www.pdf

4. Cunningham, F, Gant, N, Leveno, J, Gillstrap III L, Hauth, J, Wenstrom K.OBSTETRI WILLIAM, edisi 21. EGC, Jakarta, 2004. Hal 151-153

5. Cunningham, F, Gant, N, Leveno, J, Gillstrap III L, Hauth, J, Wenstrom K.OBSTETRI WILLIAM, edisi 21. EGC, Jakarta, 2004. Hal 968-970

6. Mochtar, R. OBSTETRI OPERATIF dan OBSTETRI SOSIAL, jilid 2. EGC, Jakarta, 1998. Hal 41-46

7. Sofi Rifayani Krisnandi, pedoman diagnosis dan trapi obstetri dan ginekologi, pakultas kedokteran unuversitas padjadjaran dandung 2005; hal 24-25.

8. Winkjosastro, H, ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002. Hal 905 – 93

Post by: jack

Special thank’s to: Emi

TERIMA KASIH