Post on 02-Jun-2018
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
1/177
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN
TRADISIONAL (CINA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
NENNY MERINA SARAGIH
NIM : 000200124
Raglan : Hukum Keperdataan
Program Kekhususan : Hukum Perdata Dagang
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2004
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
2/177
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
3/177
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM
DUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL (CINA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh
NENNY MERINA SARAGIH
NMI: 000200124
Bagian: Hukum Keperdataan.
Program Kekhususan : Perdata Dagang
Disetujui Ole
Ke laBagian Hukum p7r
/4r/e-6C't
Dosen Pem imbing II
4,L_Qsj,rkZ
( Dr. RUNTUNG S ) ( RAMLI
NIP : 131.281.010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2004
NIP: 131.460.769
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
4/177
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN
DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL (UNA)
SKR1PSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh
NENNY MERINA SARAGIH
NMI :000200124
Bagian : Hukum Keperdataan
Program Kekhususan : Perdata Dagang
Dis ujui Oleh
B
i c 5 1 a t a a h
r
ABD L MUIS, SH, MS )
NIP: 130.702.285
( Dr. RUNTUNG MHum ) ( RAMLI SIREGAR, SH. MHum ) NIP:
131.460.769 NIP : 131.281.010
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2004
Dosen Pembimbing II
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
5/177
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah yang telah
memberikan berkat kekuatan dan berkatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syaratsyarat
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara Medan. Guna maksud tersebut, penulis telah memilih judul :
" Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-obatan Tradisional
(Cina)"
Dalam penyelesaian skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja
melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti
perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga data dan
informasi yang penulis dapatkan dari hasil riset di Balai Pengawas Obat dan
Makanan dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Medan.
Disamping itu, hingga selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan baik berupa tenaga, materi maupun
dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1.Bapak H. Hasnu Bash siregar, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
2.Bapak Dr. Runtung, SH. MHum, sebagai Dosen Pembimbing I penulis
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
6/177
3.Bapak Ram Siregar, SH, MHum, sebagai Dosen Pembimbing II penulis
4.
Bapak H. Abdul Muis, SH, MS, sebagai Kepala Bagian Hukum Keperdataan di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
5.Guru-guru besar serta seluruh civitas akademi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama kuliah di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
6.Kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan dan juga Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI)
Tidak terlupa ucapan terimakasih penulis kepada orang-orang yang sangat
istimewa dihati penulis. Penulis persembahkan karya penulis ini kepada kedua
orangtua penulis yang tercinta yang telah membesarkan penulis dan memberikan cinta
kasih yang begitu besar kepada penulis, memberikan kehangatan dan senyuman
yang tulus. Kepada Ayahanda tercinta aim. P.Saragih dan Ibunda tersayang D.
Purba. Juga kepada semua kakak dan abang penulis yang begitu
memperhatikan,mendoakan dan menasehati penulis, buat Dra. Ronnyta Saragih,
Ropince Saragih Amd, Ir. Farida Saragih, Pronika Saragih, SE, Benson Saragih, SE,
Dra. Lisbet Saragih, Desliana Saragih, SE dan juga semua keponakanku yang kusayangi
( Tessa, Fhilip, Zepanya, Michael, Batistuta, Yehezkiel)
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah
mewarnai hidup penulis dengan sukacita, kepada semua pengurus UP KMK FH USU,
K'Masta, K'Anna, Katarina, Ocha,Tesa, Nora, Patriana, Novi, Hani, Dede,
Johanes, Maurids, Echy, Putri. Juga kepada adik-adik yang paling disayangi,
bunt Yanti, Dona, Olin, Silvana, Berthy, especially Riris (makasih ya
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
7/177
ifi
dekbust bantuannya). Dan sahabat-sahabat terbaik penulis, Masta, Akun, Heryani yang
telah banyak mewarnai hidup penulis dan membantu penulis, juga kepada seluruh
pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Medan, Maret 2004
Hormat Saya
NENNY MERINA SARAGIH
NIM :000200124
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
8/177
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR 1ST
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................ ................................ 1
B. Perumusan Masalah ................. .................. ................. .......... 9
C. Tujuan clan Manfaat Penulisan ............ ........... ............ ........... ... 10
D. Keaslian Penulisan ........................................................... 10
E. Tinjauan Kepustakaan ................. .................. ................. ..... 11
F. Metode Penuli san .................................... ....................... 12
G. Sistematika .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
BAB 11. GAMBARAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen ............................ 15
B.
Latar Belakang Lahirnya Hukum Perlindungan Konsumen ............. 21
C.
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen .................................... 27
D. Hak dan Kewajiban Konsumen .............. .............. .............. ...... 35
E.
Hak dan Kewajiban Produsen ..................................................... 44
BAB HI. GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI
A.
Pengertian Jual Beli ............................................................... 49
B.
Objek Jual Beli ...................... ........................ .................. 56
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
9/177
C. Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli ............. .............. ......... 60
D. Resiko Yang Timbul Dalam Jual Beli ............................................ 71
BAB IV. PERLTNDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI
OBAT-OBATAN TRADISIONAL (CINA)
A. Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli
Obat-Obatan Tradisional (Cina) ................................................................ 79
B. Perbuatan Yang Dilarang Bagi Penjual Obat-obatan
Tradisional (Cina) ............................................................................................ 90
C. Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Dalam
Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-obatan Tradisional
(Cina) ................................................................................................................ 97
D.
Upaya Hukum Yang Dilakukan Konsumen Akibat
Penggunaan Obat-obatan Tradisional (Cina) ........................................... 104
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 112
13. Saran ...................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
10/177
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan bagi bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang kedua
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan agar dapat mewujudkan keadilan, kemajuan,
kemakmuran dan kemandirian bagi masyarakat. Selain itu masyarakat Indonesia juga
mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya, dimana seluruh rakyat
Indonesia berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Untuk mencapai tujuan itu
maka segala kegiatan pembangunan yang dilakukan dinegara ini harus transparan,
dan transparansi itu akan memacu setiap orang untuk bersaing secara kuat dan
sehat. Transparansi itu juga akan memberikan begitu banyak tantangan, tantangan bagi
konsumen, produsen/pengusaha ataupun sebagai pemerintah.
Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, ()Leh
karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa didunia untuk dapat
mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan
hubungan berbagai dimensi yang satu dengan yang lainnya mempunyai
keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan
pemerintah.
Menurut Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999, yang dimaksud dengan
perlindungan konsumen adalah: "Segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen"
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
11/177
2
Sedangkan yang dimaksud dengan konsumen adalah: "Setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan".
Pelaku usaha adalah:
Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi'.
Mengenai pengobatan terdapat berbagai cara dan model pengobatan yang
dilakukan. Namun orang akan lebih senang mengelompokkannya kepada dua
kelompok besar, yaitu pengobatan modem dan pengobatan tradisional.
Kedua model ini memang bertolak belakang, tetapi ada kalanya kedua
model ini bisa duduk bersarna dalam menyembuhkan anggota masyarakat yang
sedang menderita penyakit. Dalam hal ini pengobatan tradisional Cina merupakan salah
satu pengobatan tradisional yang cukup penting dan turut mewarnai ilrnu medical
tradisional. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dan kehebatannya selalu menjadi
buah bibir baik bagi yang sedang diderita sakit, maupun mereka yang sedang sehat.
Penyembuhan tradisional Cina sangat terkenal dari dulu hingga kini. Sebagai obat
yang dikenal mujarab dan dipakai secara luas oleh masyarakat maka sangat
diperlukan perlindungan terhadap konsumen2.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentangPerlindungan Konsumen2Nurman Achmad,Karya
Ilmiah (Etnomedieine Gina), 2000, hal 1
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
12/177
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
13/177
3Menurut buku "Menggeser Neraca Kekuatan" (panduan latihan pendidikan
konsumen terbitan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI) 1990 ada empat
hal yang hams diperhatikan konsumen, yaitu:
Pertama, dari aspek ekonomi mikro. Disini ada beberapa pertanyaan, seperti:
(1)berapa harga suatu produk?
(2) apakah harga itu wajar jika dibandingkan dengan barang yang sama mutu
dan jumlahnya?
(3) apakah ada barang pengganti sejenis yang lebih murah, lebih sehat dan
dapat diperoleh ditempat yang sama?
Kedua, dari aspek lingkungan. Apakah kemasan, balk berupa botol atau kaleng produk
tersebut tercemar secara kimiawi maupun biologis? Juga, apakah kemasan produk
tersebut menggunakan secara boros bahan baku yang langka dan merusak lingkungan
hidup?
Ketiga, dari aspek hukum. Ada sejumlah pertanyaan:
(1)Soal legalitas produk tersebut. Artinya apakah produk tersebut sudah
terdaftar pada instansi terkait?
(2)Jika konsumen tidak puns dengan tersebut, dapatkah dikembalikan
kepada penjual/produsen?
(3)Jika isinya kurang dari yang seharusnya, sudikah produsenlpenjual
membeii ganti rugi kepada konsumen?
(4)Apakah pelabelan dan iklan produk tersebut sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku?
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
14/177
4Keempat, dari aspek kesehatan dan keamanan. Seperti apakah produk tersebut
mengandung bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan konsumen? Dan
sisi kepentingan konsumen keempat sudut pandang tersebut apabila
dipraktekkan, sudah memberi proteksi yang memadai bagi konsumen. Namun dalam
perkembangan gerakan konsumen global, konsumen dituntut tidak hanya secara
mandiri dapat melindungi diri, tetapi juga secara eksternal dituntut peduli terhadap
masalah yang lebih luas3.
Sebagai suatu konsep "konsumen" telah diperkenalkan beberapa puluh tahun
lalu diberbagai negara dan satnpai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-
undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen
termasuk meyediakan sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara
telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan
pengaturan perlindungan kepada konsumen. Secara umum dikenal ada empat hak
dasar konsumen, yaitu:
1.
hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);
2. hak utnuk mendapatkan informasi (the right to he infOrmed);
3. hak untuk memilih (the right to choose);
4. hak untuk didengar (the right to be heard)4
Disamping itu telah pula berdiri organisasi konsumen internasional, yaitu
International Organization of Consumer Union (IOCU). Di Indonesia telah pula
berdiri berbagai organisasi konsumen seperti
Yayasan Letnbaga Konsumen
3Sudaryatmo,Ilukurn elan Adl.olcasi Konsumen, PT. Ora Aditya BAIL
Bandung, 1999,
hal 1
4Shidarta, NakuruPerlindungan Konstunen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta,
2000, hal
16
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
15/177
5
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
16/177
6Indonesia (YLKI) di Jakarta dan organisasi instrumen lain di Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan lain sebagainya. Demikian pentingnya masalah
perlindungan konsumen, maka dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara senantiasa
dicantumkan perlunya dilakukan perlindungan konsumen. GBHN 1998 tetap
mencantumkan pentingnya perlindungan kepada konsumen. Hal ini merupakan salah
satu konsistensi untuk tetap memperjuangkan kepentingan konsumen Indonesia.
Untuk memberikan perlindungan keamanan, keselamatan atau kesehatan kepada
rakyat Indonesia saat ini da.pat dijumpai dalam berbagai undang-undang, peraturan
pemerintah dan berbagai peraturan/atau keputusan menteri dari berbagai departemen yang
pernah ada di Indonesia dimana perlindungan itu dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu:
a.perlindungan tersebut berlaku untuk semua pihak yang berposisi sebagai konsumen
maupun pengusaha sebagai pengelola produksi barang atau jasa atau instansi apapun
b.perlindungan tersebut semata-mata dikaitkan dengan masalah kesehatan manusia
atau apapun kepada konsumen yang dirugikan
Dilihat dari segi konsep perlindungan konsumen, peraturan perundang-undangan yang
disebutkan dibawah ini belum mampu memberikan perlindungan khusus kepada
konsumen. Ketentuan-ketentuan hukum yang pernah ada dan berlaku itu adalah:
Nanny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsumen
dalam jual-beli... 2004 USU Repository 2008.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
17/177
7a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 202, 203, 204, 205, 263, 364, 266,
283 dan lain sebagainya. Pasal-pasal tersebut mengatur pemidanaan dari perbuatan-
perbuatan:
1.
memasukkan bahan berbahaya kedalam sumber air minum umum
2.
menjual, menawarkan, menerima atau membagikan barang yang dapat
membahayakan jiwa atau kesehatan orang
3.
memalsukan surat
4. melakukan persaingan curang
5.
melakukan penipuan terhadap pembeli
6. menjual, menawarkan atau menyerahkan makanan, minuman dan obatobatan
palsu
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1473-1512; Pasal 1320-1338. Pasal-
pasal tersebut mengatur perbuatan yang berkaitan dengan perlindungan kepada pembeli
dan perlindungan kepada pihak-pihak yang terkait dalam perj anjian.
b. Ordonansi bahan-bahan berbahaya tahun 1949
Ordonansi yang menentukan larangan untuk setiap pemasukan, pembuatan,
pengangkutan, persediaan, penjualan, penyerahan, penggunaan dan pemakaian bahan
berbahaya yang bersifat racun atau berposisi terhadap kesehatan manusia.
c. Undang-undang tentang Obat Keras tahun 1949
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
18/177
8Undang-undang ini memberikan kewenangan pengawasan oleh pemerintah
terhadap pemasukan, pengeluaran, pengangkutan bahan-bahan obat keras yang akan
diproduksi atau diedarkan.
d.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-undang ini memberikan kewenangan pengawasan pemerintah terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan. Undang-undang ini merupakan landasan
untuk mengatur hal-hal seperti pengawasan produksi yang baik dan lain
sebagainya. Sebagai pengganti dari berbagai undang-undang yang mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan manusia.
e.
Undang-undang No.10 tahun 1961 tentang Barang
Undang-undang ini merupakan landasan untuk mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan standar barang. Salah satu pelaksanaan dan undang-undang ini
adalah terbitnya Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Indonesia (SNI).
f.Undang-undang No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal
Kewenangan kepada pemerintah untuk mengelola standar-standar satuan,
pelaksanaan tera dan tera ulang terhadap setiap alat ukur, takar, timbangan dan
perlengkapannya, termasuk kegiatan pengawasan, penyidikan serta pengenaan
sanksi terhadap pihak-pihak yang didalam melakukan setiap transaksi
menggunakan satuan alat ukur yang tidak benar.
g.
Undang-undang No. 22 tahun 1954 tentang Undian
Undang-undang ini ditetapkan untuk mengatur kegiatan undian dan karena
bersifat umum, maka untuk melindungi kepentingan umum tersebut perlu
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
19/177
9adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga terjaminnya setiap
janji pengelola kepada peserta undian
h. Peraturan perundang-undangan yang maksudnya memberikan perlindungan dan dalam
bentuk keputusan atau peraturan Menteri, dapat ditemui dalam bidang kesehatan
seperti produksi dan pendaftaran makanan dan minuman, wajib daftar makanan,
makanan daluwarsa, bahan tambahan makanan, penandaan, label, dan sebagainyas.
Untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan mendorong pelaku usaha
untuk menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh tanggung jawab maka dibuatlah
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pengaturan
perlindungan konsumen dilakukan dengan:
a.menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum
b. melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh
pelaku usaha
c.meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa
d. memberikan perlindungan kepada konsumen dart praktek usaha yang nnenipu dan
menyesatkan
e. memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lain.
A ,
11,11111111 et al, 'Inborn Perfinchingatt Xonsumen, CV. Mundar Maju,
Bandung, 2000, hal 8
6!bid, Iin! 7
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
20/177
10Keperluan adanya hukum untuk memberikan perlindungan konsumen
Indonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sejalan dengan tujuan
pembangunan nasional kita, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya..
Membahas keperluan hukum untuk memberikan perlindungan bagi konsumen Indonesia,
hendaknya terlebih dahulu kita melihat situasi peraturan perundangundangan Indonesia,
khususnya peraturan atau keputusan yang memberikan perlindungan bagi masyarakat.
Sehingga bentuk hukum perlindungan konsumen yang ditetapkan, sesuai dengan yang
diperlukan bagi konsumen Indonesia dan keberadaannya tepat apabila diletalckan didalam
kerangka sistem hukum nasional Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul skripsi ini yaitu mengenai "Perlindungan Hukum
Konsumen Dalam Dual Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina)" maka perlu dilakukan
perumusan masalah yang menjadi judul skripsi ini.
Persoalan yang akan dibahas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa syarat yang hams dipenuhi oleh pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan
usaha penjualan obat-obatan tradisional (Cina)?
2. Bagaimana hak konsumen atas kerugian-kerugian yang dialaminya sebagai akibat
dari tindakan pelaku usaha obat-obat tradisional (Cina)?
3. Bagaimana pemerintah (pihak yang berwenang) berperan untuk melindungi konsumen
dari penyalahgunaan obat-obatan tradisional (Cina)?
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
21/177
11
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui sejauhmana Undang-undang Nomor 8 Tabun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dapat berperan melindungi konsumen
2. untuk mengetahui hat-hat yang menjadi pedoman bagi pelaku usaha/produsen dalam
melaksanakan kegiatan usahanya
3. untuk mengetahui akibat hukum yang dapat terjadi apabila terjadi pelanggaran atas
peraturan yang berlaku
4. untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan oleh pelaku usaha/produsen agar
tidak melakukan pelanggaran hukum.
Manfaat penulisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain:
1.manambah pengetahuan mengenai tanggungjawab hukum sebagai pelaku
usaha/produsen dalam melaksanakan kegiatan usahanya
2.memberikan informasi khususnya kepada masyarakat tentang perlindungan hukum
yang menjadi hak-haknya sebagai konsumen
3.memberikan masukan/saran-saran terhadap Undang-Undang Perlindungan
Konsumen
4.menambah khasanah referensi tentang Perlindungan hukum Konsumen di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
D. Keaslian Penulisan
"Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Jual Beli Obat-Obatan
Tradisional (Cina)" yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
22/177
12
dari penulis sendiri melalui pemikiran, referensi dari buku-buku, bantuan dad pant nara
sumber dan pihak-pihak lain.
E. Tinjauan kepustakaan
lstilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau
consument/konsumen (Belanda)7. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata
consumer sebagai pamakai atau konsumen8. Ada juga yang memberi batasan, bahwa
konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk
tujuan tertentu9.
Hukum konsumen menurut Az. Nasution adalah: "Keseluruhan asas-asas dan
kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan
produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan
berrnasyarakat".
Sedangkan batasan berikutnya adalah batasan Hukum Perlindungan Konsumen, yaitu:
"Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam
penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat"1.
Sedangkan yang dimaksud dengan obat adalah sesuatu yang dipakai untuk
menyembuhkan penyakitl I. Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-
tumbuhan, hewan, mineral dan atau campuran dari
bahan-bahan tersebut
7 Az. Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Jakarta Pusat,
2002, hal 3 gJohn M. Echols & Hasan Sadily,Kamus Inggris-Indonesia,
Gramedia, Jakarta, 1986,
hal 124
9 Az. Nasution, Op.Cii, ha1 13
10Ibid,hal 13
11W.J.S. Poerwadartninta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta,
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
23/177
1993,
hal 682
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
24/177
12yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman 12.
F. Metode penulisan
I. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dikota Medan di Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
dan di Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM)
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Untuk memperkuat dasar penelitian, maka terlebih dahulu dikumpulkan dan
dibaca referensi yang relevan melalui peraturan perundang-undangan, buku-buku
bacaan, koran, majalah_ Setelah data-data terkumpul maka langkah seianjutnya
adalah menyeleksi data-data yang layak untuk dipergunakan dalam penulisan
skripsi ini. Data-data yang diperoleh dari riset pustaka lebih banyak dipergunakan
dalam penulisan skripsi ini.
b.
Studi Lapangan
Studi lapangan yang dilakukan bertujuan untuk mandapatkan data-data yang
relevan dengan penulisan
3. Teknik Analisis data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif
Proyek Peningkaian Perlindungan Konsumen Direktorat Penthinaan Sarana Perdagangan,
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan Dan
Koperasi Tahun Anggaran 1982/1983, Sebaiknya Anda Tabu, hal 22
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
25/177
13G. Sistematika
Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (Lima) bab, dimana masing-masing bab
dibagi lagi atas beberapa sub bab. Uraian singkat atas bab-bab dan sub-sub bab
tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bab Pertama merupakan Bab Pendahuluan yang menguraikan tentang:
A.
Latar Belakang
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan dan Manfaat Penulisan
D. Keasliaan Penulisan
E. Tinjauan Kepustakaan
F.
Metode Penulisan
G. Sistematika
2. Bab Kedua merupakan bab yang berisi tentang Gambaran Umum Tentang
Perlindungan Konsumen. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab seperti:
A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen
B. Latar Belakang Lahirnya Hukum Perlindungan Konsumen
C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
D. Hak dan Kewajiban Konsumen
E.
Hak dan Kewajiban Produsen
3. Bab Ketiga merupakan bab yang menguraikan tentang garnbaran umum tentang jual
beli. Bab ini juga terdiri atas beberapa sub bab seperti:
A. Pengertian Jual Beli
13. Objek Jual 13eli
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
26/177
14
C. Kewajiban Para Pihak Dalam Jual Beli
D. Resiko Yang Timbul Dalam Jual Beli
4. Bab Keempat merupakan bab yang membahas tentang Perlindungan Hukum
Konsumen Dalam Alai Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina). Untuk
mendukung pembahasan atas bab ini maka bab ini dibagi lagi atas beberapa sub bab
yang meliputi:
A. Perlindungan Hukum Konsumen dalam jual beli obat-obatan tradisional (Cina)
B. Hak dan Kewajiban pelaku usaha
C. Perbuatan yang Dilarang bagi Penjual Obat-Obatan dan Makanan dalam Jual
Beli Obat-Obatan Tradisional (Cina)
D. Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam Jual Beli Obat-Obatan
Tradisional (Cina)
E. Upaya Hukum Yang Dilakukan Akibat Penggunaan Obat-Obatan
Tradisional (Cina)
5. Bab Kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang:
A.Kesimpulan
B.Saran
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
27/177
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian dan Konsepsi Mengenai Konsumen
Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) telah diberikan suatu defenisi konsumen,
konsumen adalah setiap orang pemakai barang danfjasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (yang berlaku 5 Maret 2000), konsumen adalah setiap pemakai dan
atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan orang lain13. Rumusan mengenai konsumen ini sangat beraneka
ragam, seperti halnya di Perancis, defenisi konsumen mengandung dua unsur,
yaitu (1) konsumen hanya orang, dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk
keperluan pribadi atau keluarganya. Di Spanyol, pengertian konsumen
didefenisikan secara lebih luas, bahwa konsumen diartikan tidak hanya individu
(orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir.
Dalam undang-undang perlindungan konsumen India dinyatakan, konsumen
adalah setiap orang (pembeli) atas barang yang disepakati, menyangkut harga dan
13Shidarta, Op.Cit, hal 2
15
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
28/177
16
cara pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk
dijual kembali atau keperluan komersia114.
Pengertian konsumen bukan hanya beraneka ragam, tetapi juga merupakan
pengertian yang luas, seperti yang dilukiskan secara sederhana oleh mantan presiden
Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan mengatakan, "Consumers by defenition include
us all "15. Meskipun beraneka ragam dan luas, dapat juga diberikan beberapa unsur
terhadap defenisi konsumen, yaitu:
1. Setiap orang
Disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berperanan sebagai pemakai
barang dan/atau jasa. Istilah "orang sebetulnya tidak membatasi pengertian
konsumen itu sebatas pada orang perseorangan, narnun konsumen juga hams
mencakup badan usaha, dengan makna lebih luas daripada badan hukum, Dalam
UUPK digunakan kata "pelaku usaha", istilah ini dipilih untuk memberi anti sekaligus
bagi kreditur (penyedia dana), produsen, penyalur, penjual, dan terminologi lain yang
lazim diberikan
2. Pemakai
Konsumen memang tidak sekedar pembeli, tetapi semua orang (perorangan atau
badan usaha) yang mengkonsumsi jasa danlatau barang. Jadi yang paling penting
terjadinya transaksi konsumen berupa peralihan barang danlatau jasa, termasuk peralihan
kenikmatan dalam menggunakannya.
3. Barang dan/atau jasa
14/hid, ha! 3
boi
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
29/177
17
UUPK mengartikan barang sebagai setiap bends, balk berwujud maupun tidak berwujud,
balk bergerak maupun tidak bergerak, balk dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
ditnanfaatkan oleh konsumen.
4.Yang tersedia dalam masyarakat
Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di
pasaran. Dalam perdagangan yang semakin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak
lagi dituntut oleh masyarakat konsumen.
5.
Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mahkluk hidup lain Transaksi
konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan mahkluk
hidup lain.Unsur yang diletakkan dalam defenisi itu mencoba untuk memperluas pengertian
kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga,
tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain (di luar diri sendiri dan
keluarganya).
6.Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan
Batasan ini terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen,
walaupun dalam kenyataannya sulit untuk menetapkan Batas-batas seperti itu.
Dalam pengertian masyarakat umum saat ini, bahwa konsumen itu adalah pembeli,
penyewa, nasabah (penerima kredit) lembaga jasa perbankan atau asuransi, penumpang
angkutan umum atau pada pokoknya langganan dari Para pengusaba16
. Pengertian
masyarakat ini tidaklah salah satu sebab secara yuridis,
1"Az. Nasution,Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1995, hal 68
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
30/177
18dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat subjek-subjek hukum dalam
hukum perikatan yang bernama pembeli, penyewa, peminjam-pakai dan sebagainya.
Konsumen (sebagai alih bahasa dari Consumer), secara harfiah berarti
seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa atau seseorang/sesuatu
perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu juga
sesuatu atau seorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. Ada
pula yang memberikan arti lain, yaitu konsumen adalah setiap orang yang
menggunakan barang atau jasa17.
Dalam hukum positip kita, terlihat pengertian konsumen digunakan
berbagai istilah-istilah, beberapa diantaranya adalah:
a. Undang-unclang Barang
Dari Undang-undang Barang ini, terlihat dua hal:
1.
Rakyat yang ingin dijaga kesehatan atau keselamatan (tubuhnya) dan
keamanan (jiwanya) dari barang dan/atau jasa yang mutunya kurang atau tidak
baik
2. Mengatur tentang mutu, susunan bahan dan bungkusan barang dagangan
Pengaturan mutu, susunan bahan dan pembungkusan barang tentulah
ditujukan pada mereka yang mempunyai kegiatan mengenai pembuatan atau
pembungkusan barang tersebut. Mereka itu adalah para pengusaha atau
pelaku usaha, sedangkan rakyat yang ingin dijaga kesehatan atau
keselamatan tubuhnya dan keamanan jiwanya dari barang bermutu kurang atau
tidak baik, tentulah dalam kaitan penggunaan barang
tersebut (pemakai
17Az. Nasution,Perlinchorgan Konsumen, Diadil Media, Jakarta Pusat, 2002,
hal 69
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
31/177
19pengguna). Dan hal ini dapat dipahami bahwa hanya pengguna manusia
alamiah yang dapat terganggu keselamatan tubuhnya atau keamanan
jiwanya karena produk yang kurang atau tidak bermutu, karena itu dapat
diketahui adanya rakyat pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang/jasa, serta
pengusaha atau pelaku usaha pembuat barang dan/atau jasa dengan kewajiban-
kewajibannya masing-masing.
b.Undang-undang Kesehatan
Undang-undang Kesehatan ini tidak menggunakan istilah konsumen untuk
pemakai, pengguna barang dan/atau pemanfaat jasa kesehatan. Untuk maksud itu
digunakan berbagai istilah, antara lain istilah setiap orang, masyarakat.
c.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat, berbagai istilah yang
perlu diperhatikan, antara lain istilah pembeli, penyewa, penerima hibah,
peminjam pakai, peminjam dan sebagainya.
d.
Penyelenggaraan studi balk yang bersifat akademis, maupun untuk tujuan
mempersiapkan dasar-dasar penerbitan suatu peraturan perundang-undangan
tentang perlindungan konsumen, antar
I. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departernen Kehakiman (BPHN),
menyusun batasan tentang konsumen akhir, yaitu: pemakai akhir dari
barang, digunakan untuk keperluan din sendiri atau orang lain, dan tidak untuk
diperjualbelikan
2. Batasan konsumen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
32/177
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
33/177
21a. Konsumen memerlukan pengaturan tersendiri, karena dalam suatu hubungart hukum
dengan penjual, konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk kepentingan diri
sendiri dan tidak untuk diproduksi ataupun diperdagangkan.
b.
Konsumen memerlukan sarana atau Kara hukum tersendiri sebagai upaya
melindungi atau memperoleh haknya.
Dari pengertian dan konsepsi mengenai konsumen, ada hal penting yang menjadi
pokok keperluan konsumen, yaitu bahwa konsumen rnemerlukan produk yang aman bagi
kesehatan tubuh atau keamanan jiwa, serta pada umumnya untuk kesejahteraan keluarga
atau rumah tangganya, karena itu diperlukan kaidahkaidah hukum yang menjamin
syarat-syarat aman setiap produk konsumen bagi konsumsi manusia, dilengkapi
dengan informasi yang benar, jujur dan bertanggungjawab.
B. Latar Belakang Lahirnya Macaw Perli ndungan Konsumen
Petaka yang menimpa konsumen Indonesia tidaklah jarang terjadi. Selama beberapa
dasawarsa sejumlah peristiwa penting yang menyangkut keamanan konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan jasa, mencuat keperrnukaan sebagai keprihatinan nasional
yang tidak kunjung mendapat perhatian dari sisi perlindungan hukum bagi para
konsumen, padahal saat ini kurang lebih 210 juta penduduk Indonesia tidak akan mungkin
dapat meninggalkan predikat konsumen. Diundangkannya UUPK pada tanggal 20 April
1999 oleh pemerintahan transisi (Kabinet Retbmiasi Pembangunan) Presiden BJ.
Habibie tampaknya diiringi dengan harapan terwujudnya wacana haru huhungan
konsumen dengan pelaku
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
34/177
22usaba (produsen, distributor, pengecer/pengusaha/perusahaan dan sebagainya) dalam
milenium baru ini.
Kritik dan berbagai keluhan berbagai pihak terhadap penegakan hukum dan
perlindungan hukum bagi yang lemah menjadi referensi utama dalam perumusan
norma-norma perlindungan konsumen dalam undang-undang baru itu. Seperangkat
norma-norma bukum baru, termasuk perumusan tindakan pidana/delik barn
berusaha menjawab kekaburan norma-norma perlindungan konsumen dan institusi-
institusi perlindungan konsumen.
Sebelum berlakunya IMPK, konsumen dapat memperjuangkan kepentingan-
kepentingan hukumnya dengan memanfaatkan instrumen-instrumen pokok (hukum
perdata, hukutn pidana, hukum dagang, hukum acara perdata, hukum acara pidana,
hukum internasional), meskipun secara empirik itu tidak begitu meningkatkan
martabat konsumen, apalagi mengayomi konsumen. Konsumen masih tetap berada
pada posisi yang lemah. Tetapi itu tidak berarti konsumen tidak dilindungi sama sekali,
betapapun lemahnya instrumen-instrumen hukum pokok.
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang
memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung
sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Secara universal berbagai basil penelitian
dan pendapat para pakar, temyata konsumen umumnya berada pada posisi yang lebih lemah
dalam hub ungannya dengan pengusaha, balk secara ekonomis, tingkat pendidikan
maupun kemampuan atau daya bersaing.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
35/177
23
Kedudukan konsumen ini, baik yang bergabung dalam suatu organisasi, apalagi secara
individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha.
Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan kedudukan tersebut dibutuhkan
perlindungan pada konsumen. Adapun pokok-pokok dan pedomannya telah termuat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dart Ketetapan MPR. Disamping itu, beberapa materi
tertentu secara sporadis termuat didalam peraturan perundangundangan kita, sekalipun
penerbitan peraturan perundang-undangan sebenarnya ditujukan untuk keperluan lain dari
mengatur dan/atau melindungi kepentingan konsumen sejalan dengan batasan hukum
konsumen. Hukum Konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan
masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial
ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak
selalu tepat, bagi mereka yang berkedudukan seimbang demikian, maka mereka
masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang
sah.
Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang
mengadakan hubungan hukum atau bermasalth dalam masyarakat itu tidak seimbang.
Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu, secara
kelompok apalagi individu, sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia kebutuhan
konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah (publik). Dinegara-negara yang
sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga
tingkat: unifikasi, industrialisasi dan negara kesejahteraan. Pada tingkat pertama yang
menjadi masalah berat adalah bagaintana meneapai inlegrasi politik untuk meneiptakan
persatuan dan kcsai.uan
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
36/177
24
nasional. Tingkat kedua, peijuangan untuk pembangunan ekonomi dan
rnodernisasi politik. Akhimya dalam tingkat ketiga, togas negara yang terutama adalah
melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, rnembetulkan kesalahankesalahan pada
tahap-taliap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
Pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama
orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau
jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai
kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang
aman. Oleh karena itu secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan
hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada
umumnya dibandingkan dengan kedudukan produsen yang lebih kuat dalam banyak hal,
maka hal perlindungan konsumen ini selalu penting untuk dikaji. Perlindungan
terhadap konsumen dipandang secara materil maupun formal makin terasa sangat penting,
mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor
penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya
dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua
hal tersebut, akhimya balk langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang
pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya-upaya untuk
memberikan memberikan perlindungan yang memadai segera dicari solusinya, terutama
dilndonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut
perlindungan konsumen.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
37/177
25
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, dengan strata yang
sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang seefektif mungkin agar
dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua cara
pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak,
termasuk keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak
terpuji yang berawal dari itikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi, antara
lain menyangkut kualitas, atau mutu barang, infonnasi yang tidak jetas bahkan
menyesatkan pemalsuan dan sebagainya. Beranjak dari situasi yang sedemikian
komplit maka perlindungan terhadap konsumen juga menabutuhkan pemikiran
yang luas pula. Hal ini sangat penting mengingat kepentingan konsumen pada
dasarnya sudah ada sejak awal sebelum barang/jasa diproduksi selama dalam
proses produksi sampai pada saat distribusi sehingga sampai ditangan konsumen
untuk dimanfaatkan secara maksimal. Keberpihakan kepada konsumen
sebenarnya merupakan wujud nyata dari ekonomi keralcyatan19
. Dalam praktek
perdagangan yang merugikan konsumen, diantaranya penentuan harga barang dan
hal-hal lain yang tidak patut, pemerintah hams secara konsisten berpihak kepada
konsumen yang pada umumnya orang kebanyakan. Dalam hubungan ini,
penjabaran perlindungan terhadap konsumen yang pada umumnya orang
kebanyakan. Dalam hubungan ini, penjabaran perlindungan terhadap konsumen
juga dituangkan dalam Garis-Garis Besar Hainan Negara 1993 melalui Ketetapan
Majelis Pennusyawaratan Rakyat (MPR) No.WMPR/1993, pada Bab IV, huruf F
I'leasur shale,Perlindungan Konsumen dan
Instrumen-Instrumen liukumnya, PT Cilra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 2
Nenny Marina Saragih: Perlindungan hukum konsumen dalam
jual-beli... 2004 USU Repository 2008.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
38/177
26butir 4a, yaitu: "...perlindungan perdagangan ditujukan untuk memperlancarkan
ants barang dan jasa dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan days
saing, meningkatkan pendapatan produsen terutarna produsen hasil pertanian
rakyat dan pedagang, melindungi kepentingan konsumen... "20
Komitmen melindungi kepentingan konsumen (konsumen akhir, bukan
konsumen pedagang) rupanya masih menjadi huruf-huruf mati dalam naskah
GBHN 1993, karena tidak jelas peraturan perundang-undangan pelaksanaannya
yang memang ditujukan untuk itu. Ketidakjelasan itu bukannya karena belum
adanya pengkajian dan penelitian nonna-nonna perlindungan konsumen macam
apa yang sesuai dengan situasi dan kondisi konsumen Indonesia, bahkan sebagian
besar konsumen Indonesia enggan mengadukan kerugian yang dialaminya
walaupun konsumen telah (sangat) dirugikan oleh produsen/pengusaha.
Keengganan ini bukaniah karena mereka (konsumen) tidak sadar hukum, bahkan
mereka Iebih sadar hukum ketimbang sebagian daripada para penegak hukumnya
sendiri, keengganan para konsumen lebih didasarkan pada:
I. tidak jelasnya norma-norma perlindungan konsumen
2.praktek peradilan kita yang tidak lagi sederhana, cepat dan biaya ringan
3. sikap menghindari kontlik walaupun hak-haknya sebagai konsumen dilanggar
pengusaha.
Dan segala kondisi yang telah dikemukakan maka jelaslah bahwa posisi
konsumen itu Iemah sehingga is hams dilindungi oleh hukum, karena salah satu
2"Ibid
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
39/177
27sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan (pengayoman)
kepada masyarakat21
C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
Kata konsumen pertamakali masuk dalam substansi GBHN 198322.
Pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada
khususnya, menurut GBHN hams menguntungkan konsumen. Lima Tahun
kemudian kata-kata itu dirasakan tetap relevan untuk dimuat kembali sehingga dalam
GBHN 1988 dikatakan, pembangunan ekonomi itu hams menjamin kepentingan
konsumen, Selanjutnya dalam GBHN 1993 kembali dinyatakan, pembangunan
ekonomi itu hares melindungi kepentingan konsumen. Kata-kata menguntungkan,
menjamin kepentingan, atau melindungi kepentingan itu peda hakikatnya merupakan
rumusan yang sangat abstrak dan normatif.
Ada sinyalemen dan beberapa kalangan di pemerintahan yang
menyatakan, Rancangan Undang-undang Perlindungan Konsumen yang sejak 1980
disusun diprioritaskan untuk dibahas di DPR. Terbukti 19 tahun kemudian keinginan
itu direalisasikan, yakni dengan lahimya Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Sejumlah peraturan yang tidak pernah disebut-sebut sebagai prioritas,
dalam kenyataannya justru lebih banyak didahulukan pengesahannya daripada
UUPK. Hal ini memperkuat dugaan yang beredar selama ini, pemerintah biasanya
mendahulukan peraturan-peraturan yang
menguntungkan pihaknya, contohnya
21/bid hal 9
22Shidarta, Op. Cit., hal 47
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
40/177
28peraturan dibidang perpajakan daripada peraturan-peraturan yang membebaninya
dengan kewajiban yang besar, seperti di bidang perlindungan konsumen sekarang
ini.
Terlepas dari kekurangan yang ada prinsip-prinsip pengaturan
perlindungan konsumen di Indonesia bukan berarti tidak ada sama sekali sebelum
UUPK. Untuk itu ada tiga bidang hukum yang memberikan perlindungan secara
umum bagi konsumen, yaitu bidang hukum perdata, pidana dan administrasi
negara.
Perlindungan di bidang keperdataan diadakan bertitik tolak dari tarik
menarik kepentingan antar sesama anggota masyarakat. Jika seseorang merasa
dirugikan oleh warga masyarakat, tentu is menggugat pihak lain itu agar
bertanggungjawab secara hukum atas perbuatannya. Dalam hal ini diantara
mereka mungkin saja sudah terdapat hubungan hukum berupa perjanjian di
lapangan hukum keperdataan,tetapi dapat pula sebaliknya sama sekali tidak ada
hubungan demkian, akan tetapi perikatan itu dapat muncul dari perjanian atau karena
undang-undang. Jika seorang sebagai konsumen mempunyai hubungan hukum
berupa perjanjian dengan pihak lain, dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang
disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat Iawannya berdasarkan dalih
melakukan wanprestasi (cidera janji). Jika sebelumnya tidak ada perjanjian maka
konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara perdata, yakni melalui
ketentuan perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad). Dalam konsepsi perbuatan
melawan hukumseseorang diberi kesempatan untuk
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
41/177
29menggugat sepanjang terpenuhi tiga unsur, yaitu ada kesalahan (yang dilakukan pihak
lain atau tergugat), ada kerugian (yang diderita sipenggugat) dan ada hubungan
kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.
Secara pidana tuntutannya tidak lagi semata-mats karena pihak lain
melanggar petjanjian. Filosophi dari penuntutan secara pidana lebih luas daripada itu,
yaitu untuk melindungi masyarakat dari tindak pidana tertentu. Perlindungan demikian
diberikan oleh negara kepada warga masyarakatnya. Untuk itu, penuntutan secara
pidana tidak dibebankan kepada perorangan tetapi kepada suatu instansi pemerintah,
tepatnya kejaksaan.
Dalam lapangan hukum administrasi negara, perlindungan yang diberikan
biasanya lebih bersifat tidak langsung, preventif dan proaktif Pemerintah
biasanya mengeluarkan berbagai ketentuan normatif yang membebani pelaku usaha
dengan kewajiban tertentu. Sebagai contoh, hash produksi harus memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan, limbah (polutan)nya harus dibawah ambang batas, harga
jual dikendalikan oleh pemerintah dengan melakukan operasi pasar. Kamm
pemerintah sebagai instansi pengeluar perizinan, maka dalam bidang administratif,
pemerintah berwenang meninjau kembali setiap izin yang dinilai disalahgunakan.
Menurut Hans W. Micklitz, dalam perlindungan konsumen secara garis besar
dapat ditempuh dua model kebijakan. Pertama, kebijakan yang bersifat
komplementer, yaitu kebijakan yang mewajibkan pelaku usaha memberikan
informasi yang memadai kepada konsumen (hak atas informasi). Kedua,
kebijakan kompensatoris, yaitu kebijakan yang berisikan perlindungan terhadap
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
42/177
30kepentingan ekonomi konsumen (hak atas kesehatan dan keamanan). Dalam
berbagai kasus, konsumen tidak cukup dilindungi hanya berdasarkan kebijakan
komplementer (memberikan informasi), tetapi juga harus ditindakianjuti dengan
kebijakan kompensatoris (meminimalisasi resiko yang hams ditanggung
konsumen), misalnya dengan mencegah produk berbahaya untuk tidak mencapai pasar
sebelum lulus pengujian oleh suatu lembaga perizinan pemerintah (hal ini disebut
kontrol pra pasar), atau menarik dan peredaran produk berbahaya yang sudah
terlanjur beredar di pasaran (kontrol pasta pasar).
Selain ditinjau dari bidang-bidang hukum yang mengatur perlindungan
konsumen dan dua macam kebijakan umum yang dapat ditempuh, juga terdapat
prinsip-prinsip pengaturan dibidang perlindungan konmsumen. Undang-undang
perlindungan konsumen menyebutkan lima prinsip pengaturan-pengaturan yang
dikaitkan dengan asas-asas pembangunan nasional, yaitu asas manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan serta kepastian hukum. Hakikat
perlindungan konsumen menyiratkan keberpihakan kepada kepentingan-
kepentingan (hukum) konsumen. Ada beberapa kepentingan-kepentingan
konsumen menurut Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa No.39/248 Tahun 1995
tentang Guidelines for Consumer Protection, sebagai berikut:
(a).
Perlindungan konsumen dan bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan
keamanannya;
(b). Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi konsumen;
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
43/177
31(c) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan
kebutuhan pribadi;
(d)
Pendidikan konsumen;
(e) Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;
(f) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang
relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk
menyuarakan pcndapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan mereka.
Adanya undang-undang perlindungan konsumen memberikan dampak ekonomi yang
positif bagi dunia usaha, yakni dunia usaha dipacu untuk meningkatkan
kualitas/mutu produk barang dan jasa sehingga produknya memiliki keunggulan
kompetitif. Kekhawatiran adanya undang-undang perlindungan konsumen bisa
menghancurkan perkembangan industri, perdagangan, dan pengusaha kecil, hal ini tidak
masuk akal. Pengusaha kecil yang sudah ada pada awal munculnya isu
perlindungan konsumen di Indonesia hampir seperempat abad yang lalu, sampai saat
ini tidak bangkit, bahkan tergilas dari pengusaha-pengusaha yang besar.
Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang
memuat asas-asas atau kaidah-kaidah mengatur, dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Secara universal, berdasarkan berbagai hasil
penelitian dan pendapat para pakar, ternyata konsumen umumnya berada pada posisi
yang lebih lemah dalam hubungannya dengan pengusaha. Kedudukan konsumen ini,
balk yang bergabung dalam suatu organisasi apalagi secara
"
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
44/177
32individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha. Oleh sebab itu
untuk menyeimbangkan kedudukan konsumen tersebut dibutuhkan
perlindungan pada konsumen. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi
pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat
itu tidak seimbang. Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang
berjumlah besar itu sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia kebutuhan
konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah.
Dalam Pasal 2 UUPK dinyatakan bahwa perlindungan konsumen
berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen, serta kepastian hukum.
Sedangkan dalam Pasal 3 undang-undang ini disebutkan bahwa perlindungan
konsumen bertujuan:
a.
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
b.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c.
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d.Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e.
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
Nanny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsumen dalam
jual-beli... 2004 USU Repository 2008.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
45/177
33f Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan
konsumen23.
Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan
penghasil barang dan/atau jasa) dengan konsumen (pemakai akhir dari barang
dan/atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terus
menerus dan berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya
memang sating menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi
antara yang satu dengan yang lain.
Produsen sangat membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan
konsumen sebagi pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat
terjamin kelangsungan usahanya. Sebaliknya konsumen kebutuhannya sangat
bergantung dari has produksi produsen. Saling ketergantungan karena kebutuhan
tersebut dapat menciptakan suatu hubungan yang tents menerus dan berkesinambungan
sepanjang masa, sesuai dengan tingkat ketergantungan akan kebutuhan yang tidak
terputus-putus. Hubungan antara produsen dan konsumen yang berkelanjutan terjadi
sejak proses produksi, distribusi dipemasaran dan penawaran. Rangkaian kegiatan
tersebut merupakan rangkain perbuatan hukum yang tidak mempunyai akibat hukum
dan yang mempunyai akibat hukum baik terhadap semua pihak maupun hanya
kepada pihak-pihak tertentu saja. Hal tersebut secara sisitematis dimanfaatkan
oleh produsen dalam suatu sistem
2Vbid, hat 170
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
46/177
34distribusi dan pemasaran produk barang guna mencapai suatu tingkat
produktivitas dan efektifitas tertentu dalam rangka mencapai sasaran usaha.
Sampai pada tahapan hubungan penyaluran atau distribusi tersebut
menghasilkan suatu hubungan yang sifatnya massal. Karena sifatnya yang massal
tersebut maka peran negara sangat dibutuhkan dalam rangka melindungi
kepentingan konsumen pada umumnya. Untuk itu perlu diatur perlindungan
konsumen berdasarkan undang-undang antara lain mutu barang, cara dan prosedur
produksi, syarat kesehatan, syarat pengemasan, syarat lingkungan dan sebagainya.
Perlunya UUPK tidak lain karena lemahnya posisi konsumen dibandingkan dengan
posisi produsen karena mengenai proses sampai hasil produksi barang atau jasa
yang telah dihasilkan tanpa campur tangan konsumen sedikitpun.
Bertolak dan luas dan kompleksnya hubungan antara produsen dan
konsumen, serta banyaknya mata rantai penghubung keduanya, maka untuk
melindungi konsumen sebagai pemakai akhir dari produk barang atau jasa
membutulikan berbagai aspek hukum agar benar-benar dapat dilindungi dengan adil.
Sejak awal produksi perlindungan konsumen hares sudah dimulai. Pada masa sekarang
ini hubungan antara produsen dan konsumen makin dekat, oleh karena itu campur
tangan negara sangat dibutuhkan yaitu, guna mengatur pola hubungan antara produsen,
konsumen dan sistem perlindungan konsumen. Hubungan antara produsen dan
konsumen yang bersifat massal tersebut, hubungan antara pihak secara
individual/personal dapat menciptakan hubungan-hubungan hukum yang spesipik.
Hubungan hukum yang spesipik ini sangat bervariasi, yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai keadaan antara lain:
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
47/177
35
1.kondisi, harga dari suatu jenis komoditas tertentu
2.penawaran dan syarat perjanjian
3.
fasilitas yang ada
4.
kebutuhan para pihak pada rentang waktu tertentu
Keadaan-keadaan seperti tersebut diatas, pada dasamya sangat
mempengaruhi dan menciptakan kondisi perjanjian yang juga sangat bervariasi.
Meskipun demikian didalam praktek hubungan hukum yang terjadi bahkan
semakin melemahkan posisi konsumen karena secara sepihak para
produsen/distributor sudah menyiapkan suatu kondisi perjanjian dengan adanya
perjanjian baku yang syarat-syaratnya secara sepihak ditentukan pula oleh
produsen atau jaringan distributornya. Bertolak dari keadaan yang demikian, rnaka
perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen tidak dapat diberikan oleh satu aspek
hukum saja, melainkan oleh satu sistem perangkat hukum yang mampu memberikan
perlindungan yang simultan dan komprehensif sehingga terjadi persaingan yang
jujur yang secara langsung atau tidak langsung akan menguntungkan
konsumen.
D. Hak dan Kewajiban Konsumen
Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh
karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi
yang mendapdatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih
haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain perlindungan konsumen
sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
48/177
36
terhadap hak-hak konsumen. Secara umum ada dikenal ada empat hak dasar
konsumen, yaitu:
1. hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety);
2. hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);
3.
hak untuk memilih (the right to choose);
4. hak untuk didengar (the right to be heard).
Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya,
organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International
Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak
seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan
hak mendapatkan lingkungan hidup yang balk dan sehat.
Namur, tidak semua organisasi konsumen menerima penambahan hak-hak
tersebut. Mereka bebas untuk menerima semua atau sebagian . YLKI misalnya,
memutuskan untuk menambahkan satu hak lagi sebagai pelengkap empat hak dasar
konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang balk dan sehat sehingga
keseluruhannya dikenal sebagai panca hak konsumen24. Dalam rancangan
akademik Undang-undang Perlindungan Konsumen yang disusun oleh tim Fakultas
Hukum Universitas Indonesia dan Departemen Perdagangan (1992), hak-hak dasar
konsumen ditambahkan lagi dengan hak untuk mendapatkan barang-barang
sesuai dengan nilai tukar yang diberikan dan hak untuk mendapatkan upaya
penyelesalan hukum.
241hid, ha! 16
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
49/177
37
Hak konsumen untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, tidak
dimasukkan dalam UUPK ini karena UUPK secara khusus mengecualikan hak-hak
yang diatur dalam undang-undang di bidang Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) dan dibidang pengelolaan lingkungan. Ada 9 hak konsumen yang dituangkan
dalam Pasal 4 UUPK, yaitu:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang di j anj
ikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
4.
Hak untuk didengar pendapat dan keiuhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
5.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya peyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8.
Hak untuk mendapatkan dispensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
50/177
389. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lain.
Disamping hak-hak dalam Pasal 4, juga terdapat hak-hak konsumen yang
dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, khususnya Pasal 7, yang mengatur
tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat juga dilihat sebagai hak
konsumen.
Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi dari akibat
negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang
dilakukan pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang sering dikenal dengan
persaingan curang (unfair competition). Dalam hukum positif Indonesia, masalah
persaingan curang ini diatur secara khusus pada Pasal 382 bis Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.
Ketentuan-ketentuan ini sesungguhnya diperuntukkan bagi sesama pelaku usaha,
tidak bagi konsumen langsung. Kendati demikian, kompetisi tidak sehat diantara
mereka pada jangka panjang pasti berdampak negatif bagi konsumen karena pihak
yang dijadikan sasaran rebutan adalah konsumen itu sendiri, Akhirnya, jika semua
hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali secara sistematis (mulai dari yang
diasumsikan paling mendasar), akan diperoleh urutan sebagai berikut:
1. Hak konsumen mendapatkan keamanan
Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang
dilawarkan kepadanyn. Produk barang dan jasa 1W tidak bole]) tnembahayakan
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
51/177
39jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani atau
rohani. Hak untuk memperoleh keamanan ini penting ditempatkan pada
kedudukan utama karena selama berabad-abad berkembang suatu falsafah berpikir
bahwa konsumen adalah pihak yang wajib berhati-hati, bukan pelaku usaha. Dalam
barang danlatau jasa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh pelaku usaha beresiko
sangat tinggi terhadap keamanan konsumen, maka pemerintah selayaknya
mengadakan pengawasan secara ketat. Sam hal jugs yang suing dilupakan dalam
kaitan dengan hak untuk mendapatkan keamanan adalah penyediaan fasilitas
umum yang memenuhi syarat yang ditetapkan.
2. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar
Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai
informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak sampai
mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi ini dapat
disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada konsumen, melalui iklan
diberbagai media, atau meneantumkan dalam kemasan produk (barang). Jika dikaitkan
dengan hak konsumen atas keamanan, mak setiap produk yang mengandung
risiko terhadap keamanan konsumen, wajib disertai informasi berupa petunjuk
pemakaian yang jelas.
Hak untuk mendapatkan informasi menurut Hans W. Micklitz, seorang ahli
hukum konsumen dari jerman, dalam ceramah di Jakarta 26-30 Oktober 1998
membedakan konsumen berdasarkan hak ini. Ia menyatakan sebelum kita
melangkah lebih detail dalam perlindungan konsumen, terlebih dahulu harus ada
persamaan persepsi tentang tipe konsumen yang akan mendapatkan perlindungan.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
52/177
40Menurutnya, secara garis besar dapat dibedakan dua tipe konsumen, yaitu
konsumen yang terinformasi (well informed) dan konsumen yang tidak
terinformasi. Ciri-ciri tipe pertama, antara lain
1. Memiliki tingkat pendidikan tertentu
2. Mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup, sehingga dapat berperan
dalam ekonomi pasar
3. Lancar berkomunikasi
Dengan memiliki tiga potensi, konsumen jenis ini mampu bertanggungjawab dan
relatif tidak memerlukan perlindungan. Tipe konsumen kedua memiliki ciri, antara
lain:
1.kurang berpendidikan
2.termasuk kategori kelas menengah kebawah
3.tidak lancar berkomunikasi
Konsumen jenis ini perlu dilindungi, dan khususnya menjadi tanggungjawab
negara untuk memberikan perlindungan25. Selain ciri-ciri konsumen yang tidak
terinformasikan, karena hal-hal khusus dapat juga dimasukkan kelompok anakanak,
orangtua, dan orang asing ( yang tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat)
sebagai jenis konsumen yang wajib dilindungi oleh negara.
Infonnasi ini hams diberikan secara seragam bagi semua konsumen (tidak
diskriminatif), karena tidak semua konsumen memiliki kemampuan yang soma
untuk akses informasi. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen
memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang didalamnya tercakup
25/bid, hal 20
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
53/177
41juga hak atas informasi yang proporsional dan diberikan secara tidak
dishiminatif
3.
Hak untuk didengar
Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi adalah hak
untuk didengar. Ini disebabkan informasi yang diberikan pihak yang
berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk
itu, konsumen berhak mengajukan permintaan informasi lebih lanjut.
4. Hak untuk memilih
Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan
pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi
bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi pembeli, ia juga
bebas menentukan produk mana yang akan dibeii. Hak untuk memilih ini erat
kaitannya dengan situasi pasar. Jika seseorang atau suatu golongan diberikan hak
monopoli untuk memproduksi dan memasarkan barang atau jasa, maka besar
kemungkinan konsumen kehilangan hak untuk
5. Hak untuk mendapatkan produk barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar yang
diberikan
Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan harga yang
tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi hams sesuai dengan nilai uang yang dibayar sebagai
penggantinya. Namun, dalam ketidak bebasan pasar, pelaku usaha dapat saja
mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
54/177
42ketiadaan pilihan. Konsumen dihadapkan pada kondisi take it or leave it.Jika setuju
silahkan Beli, jika tidak setuju silahkan mencari tempat lain. Dalam situasi demikian,
biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternatif (bila masih ada), yang boleh jadi
kualitasnya malahan lebih buruk.
6. Hak untuk mendapatkan ganti kerugian
Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas barang dan/atau jasa yang
dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya, is berhak mendapatkan
ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu raja harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak. Untuk
menghindar dan kewajiban memberi ganti kerugian, sering terjadi pelaku usaha
mencantumkan klausula-klausula didalam hubungan hukum antara produsen/penyalur
produk dan konsumennya. Klausula seperti "barang yang dibeli tidak dapat
dikembalikan" merupakan hal yang lazim ditemukan ditoko-toko. Pencantuman secara
sepihak demikian tetap tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan
ganti kerugian.
7. Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum
Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi daripada
hak pelaku usaha (produsen/penyalur produk) untuk membuat klausula eksonerasi secara
sepihak. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan
yang layak dari pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak
mendapatkan penyelesaian hukum termasuk advokasi. Dengan kata lain, konsumen
berhak menuntut pertanggungjawaban
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
55/177
43hukum dan pihak-pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi pihak itu.
Hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum ini sebenarnya meliputi juga untuk
mendapatkan ganti kerugian, tetapi kedua hak tersebut tidak berarti identik. Untuk
memperoleh ganti kerugian, konsumen tidak selalu harus menempuh upaya hukum
terlebih dahulu sebaliknya, setiap upaya hukum pada hakikatnya berisikan tuntutan ganti
kerugian oleh salah satu pihak.
8. Hak Untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup Yang Balk dan Sehat
Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas dan setiap
mahkluk hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Hak konsumen atas
lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak
dasar konsumen oleh berbagai organisasi konsumen didunia.
Menurut Heindrad Steiger, sebagaimana dikutip oleh Koesnadi
Hardjasoemantri, hak atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak-
hak subjektif sebagai bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang. Ini
berarti setiap pemilik hak dapat mengajukan tuntutan agar kepentingannya terhadsp
lingkungan yang baik dan sehat dapat selalu dipenuhi26.
9. Hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang
Persaingan curang atau dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
disebut dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat terjadi seorang pengusaha
berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan
usahanya atau memperluas penjualan atau
pemasarannya, dengan menggunakan
26/bid, hal 25
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
56/177
44alat atau sarana yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam pergaulan
perekonomian. Walaupun persaingan terjadi antara pelaku usaha, dampak dari
persaingan itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan sehat maka konsumen
diuntungkan, sebaliknya jika persaingan curang, konsumen pula yang dirugikan.
Kerugian itu boleh jadi tidak dirasakan dalam jangka pendek tetapi cepat atau lambat,
pasti terjadi.
10. Hak untuk mendapatkan perlindungan konsumen
Dinegara kita masih banyak konsumen yang belum menyadari hakhaknya.
Kesadaran akan hak sejalan dengan kesadaran hukum. Makin tinggi tingkat kesadaran
hukum masyarakat, makin tinggi penghormatannya pada hakhak dirinya dan orang
lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan
formal, tetapi dapat melalui media masa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat.
E. flak Dan Kewajiban Produsen
Suatu perkembangan baru dalam masyarakat dewasa ini, khususnya dinegara-
negara maju, adalah makin meningkatnya perhatian terhadap masalah perlindungan
konsumen. Apabila dimasa-masa yang lalu pihak produsen dipandang sangat berjasa
bagi perkembangan perekonomian negara mendapat perhatian lebih besar, maka dewasa
ini perlindungan konsumen lebih mendapat perhatian sesuai dengan makin
meningkatnya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Namun hingga sekarang
masalah hak dan terutama kewajiban produsen tetap menarik perhatian dimana
hak dan kewaj than produsen
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
57/177
45mempermudah pemberian kompensasi bagi yang menderita kerugian akibat produk
yang diedarkan dimasyarakat.
Dalam Pasal 6 UUPK, dituangkan beberapa hal yang menjadi hak dari
pelaku usaha yaitu:
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
e.
hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Sedangkan dalam Pasal 7 UUPK, menyebutkan:
a. beritikad balk dalam melakukan kegiatan usahanya;
b.
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak di
skrim inatif;
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
58/177
46d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang
berlaku;
e.
memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau jasa yang diperdagangkan;
f memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian
Dalam teori let the buyer beware,pelaku usaha adalah dua pihak yang sangat
seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi konsumen. Tentu saja dalam
perkembangannya, konsumen tidak mendapatkan akses informasi yang sama terhadap
barang atau jasa yang dikonsumsikannya. Ketidak mampuan itu bisa karena keterbatasan
pengetahuan konsumen, tetapi terlebih-lebih lagi banyak disebabkan oleh
ketidakterbukaan pelaku usaha terhadap produk yang ditawarkannya. Akhirnya,
konsumen pun didikte oleh pelaku usaha. Jika konsumen mengalami kerugian,
pelaku usaha dapat dengan ringan berdalih, semua itu karena kelalaian konsumen
sendiri. Namun ha] seperti ini tidak dapat dibiarkan terjadi, pelaku usaha hams
memenuhi kewajibannya untuk menjadi pelaku usaha yang terbuka terhadap produk
yang ditawarkannya.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
59/177
47Sedangkan dalam The due care theory menyatakan, bahwa pelaku usaha
mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam memasyarakatkan produk, balk barang
maupun jasa. Selama berhati-hati dengan produknya, is tidak akan dapat
dipersalahkan. Jadi jika ditafsirkan secara akontrario, maka untuk
mempersalahkan sipelaku usaha, seseorang harus dapat membuktikan, pelaku usaha
itu melanggar prinsip kehati-hatian. Dalam realita agak sulit bagi konsumen untuk
menghadirkan bukti-bukti guna memperkuat gugatannya. Sebaliknya, sipelaku
usaha dengan berbagai keunggulan (secara ekonomis, sosial, psikologis, bahkan
politis), relatif lebih mudah berkelit, menghindar dari gugatan demikian.
Prinsip The Privity of Contract menyatakan, bahwa pelaku usaha
mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi hal itu barn dilakukan jika
diantara mereka telah terjalin suatu hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat
disalahkan atas hal-hal diluar yang diperjanjikan. Artinya, konsumen boleh menggugat
berdasarkan wanprestasi. Ditengah minimnya peraturan perundangundangan dibidang
konsumen, sangat sulit menggugat dengan dasar perbuatan melawan hukum.
Seandainya sudah terdapat hubungan hukum, persoalannya tidak begitu saja selesai.
Walaupun secara yuridis dinyatakan, antara pelaku usaha dan konsumen berkedudukan
sama, tetapi faktanya, konsumen adalah pihak yang biasanya selalu didikte menurut
kemauan sipelaku usaha.
Kurangnya kesadaran akan, kewajiban sebagai pelaku usaha akan
berakibat fatal dan menghadapi resiko bagi kelangsungan hidup/kredibilitas
usahanya. Rendahnya kualitas produk atau adanya cacat pada produk yang
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
60/177
48dipasarkan sehingga menyebabkan kerugian bagi konsumen, disamping akan
menghadapi tuntutan kompensasi (ganti ntgi).
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
61/177
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG JUAL BELI
A. Pengertian Jual Beli
Dalam rumusan Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
disebutkan bahwa, "tiap-tiap perikatan dilahirkan balk karena perjanjian, balk
karena undang-undang',27. Rumusan tersebut menunjukkan pada kita semua bahwa
setiap kewajiban yang ada pada suatu perikatan dapat terwujud .karena dua hal. Pertama,
karena ditentukan demikian oleh undang-undang, dan kedua karena memang dikehendaki
oleh para pihak aengan mengadakan atau membuat suatu perjanjian. Dengan demikian,
setiap pihak yang membuat perjanjian dengan pihak lainnya secara sadar memang
bermaksud untuk mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu kewajiban dalam
lapangan harta kekayaan yang mentpakan perikatan atau utang bagi dirinya terhadap
lawan pihaknya dalam perjanjian tersebut. Pada umumnya seseorang tidaklah berjanji
secara sukarela, tanpa adanya imbalan dari pihak lawannya, dan oleh karena itulah, maka
dalam perjanjianperjanjian yang dijumpai dalam praktek, senantiasa terdapat
prestasi atau kewajiban atau perikatan atau utang yang bertimbal-balik antara para pihak
yang membuat perjanjian tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak akan luput dad
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tersebut
27R. Subekti, R. Tjitrosudibio,tab Undang-Undang Rifkin??
Pen/W(1, PT. ' PradityaParairlitn, Jakarta, I4 {)2, hal 264
Nenny Merina Saragih: Perlindungan hukum konsugan
dalam jual-beli... 2004 USU Repository 2008.
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
62/177
50manusia mengembangkan kemampuan dan akalnya. Dari yang semula berburu
untuk rnemenuhi kebutuhan hidupnya, manusia kemudian hidup berkelompok
dengan pembagian tugas antara anggota kelompok yang satu dan anggota
kelompok yang lain. Masing-masing saling memberikan (atau mempertukarkan satu
hal dengan hal lain). Lambat laun dengan mempergunakan perkembangan akalnya,
manusia mulai menciptakan suatu bentuk alat tukar yang berlaku universal,
mulai dari logam-logam mulia hingga pada akhirnya memperoleh bentuk alat tukar
dalam wujud uang, yang dikenal sekarang ini. Dengan demikian maka setiap
kebutuhan manusia akan sesuatu hal dapat dipertukarkan uang, yang menjadi alat
tukarnya. Pertukaran antara kebutuhan tersebut dengan uang, kita namakan dengan
jualbeli. Ini berarti jualbeli tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Jualbeli merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari baik oleh setiap
individu, dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari yang paling
sederhana, hingga setiap badan usaha (baik berbentuk badan hukum atau tidak
berbentuk badan hukum).
Pasal 1457 BW menentukan: jualbeli adaiah suatu persetujuan yang
mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/benda (zaak), dan pihak
lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat din berjanji untuk membayar harga28
.
Berdasarkan pada rumusan yang diberikan tersebut dapat kita lihat bahwa jualbeli
merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban atau perikatan
untuk memberikan sesuatu, yang dalam hal ini
terwujud dalam bentuk
2gMid
8/11/2019 PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM JUAL BELI OBAT-OBATAN TRADISIONAL.docx
63/177
51penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh
pembeli kepada penjual.
Land mengemukakan: "hanya ada satu persetujuan, apa yang menjadi
persetujuan Beli b