Obat Obatan Obstetri

39
OBAT-OBATAN DALAM BIDANG OBSTETRI 1. Cari bahan pertimbangan yang melatar belakangi mengapa pemberian obat-obatan pada wanita hamil dan menyusui perlu kehati-hatian! Pembahasan : Pemberian obat saat hamil dan laktasi (menyusui) memerlukan perhatian yang seksama mengingat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan pembentukan organ janin yang dapat menimbulkan kecacatan, growth retardation, dan kemunduran pertumbuhan mental. Perlu dipahami istilah: a. Teratogenik, yaitu kelainan congenital yang terjadi akibat bahan eksogenik saat pembentukan organ intrauterine. Dengan adanya peristiwa menggemparkan di tahun 1960-an, saat pemakaian talidomid yang disangka aman sebagai obat penenang pada wanita hamil muda ternyata telah menimbulkan ratusan bayi lahir dengan cacat bawaan (phocomelia). Oleh karena itu, pemberian obat pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama kehamilan tidak dianjurkan, kecuali pada keadaan yang sangat memerlukan, dan hanya diberikan obat-obat yang telah diketahui aman untuk janin. b. Dismorfogenik, mengandung pengertian yang lebih luas, meliputi semua pengaruh yang merugikan dari exogenic agent dalam bentuk morfologis, fungsional yang dijumpai saat kelahiran atau ditemukan kemudian. 1

description

Obat Obatan Obstetri

Transcript of Obat Obatan Obstetri

Page 1: Obat Obatan Obstetri

OBAT-OBATAN DALAM BIDANG OBSTETRI

1. Cari bahan pertimbangan yang melatar belakangi mengapa pemberian

obat-obatan pada wanita hamil dan menyusui perlu kehati-hatian!

Pembahasan :

Pemberian obat saat hamil dan laktasi (menyusui) memerlukan perhatian yang

seksama mengingat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan pembentukan

organ janin yang dapat menimbulkan kecacatan, growth retardation, dan

kemunduran pertumbuhan mental.

Perlu dipahami istilah:

a. Teratogenik, yaitu kelainan congenital yang terjadi akibat bahan eksogenik

saat pembentukan organ intrauterine. Dengan adanya peristiwa

menggemparkan di tahun 1960-an, saat pemakaian talidomid yang disangka

aman sebagai obat penenang pada wanita hamil muda ternyata telah

menimbulkan ratusan bayi lahir dengan cacat bawaan (phocomelia). Oleh

karena itu, pemberian obat pada wanita hamil, terutama pada trimester

pertama kehamilan tidak dianjurkan, kecuali pada keadaan yang sangat

memerlukan, dan hanya diberikan obat-obat yang telah diketahui aman

untuk janin.

b. Dismorfogenik, mengandung pengertian yang lebih luas, meliputi semua

pengaruh yang merugikan dari exogenic agent dalam bentuk morfologis,

fungsional yang dijumpai saat kelahiran atau ditemukan kemudian.

Mekanisme dismorfogenik exogenic agent dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Berpengaruh langsung pada janin, tergantung pada konsentrasi obat dalam

darah dan jaringan, sifat dan struktur, dan sifat kimianya.

b. Berpengaruh pada perubahan fungsi plasenta. fungsi plasenta sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine. oleh

1

Page 2: Obat Obatan Obstetri

karena itu, setiap obat yang dapat mempengaruhi fungsi plasenta akan

berpengaruh juga terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin.

c. Berpengaruh pada perubahan metabolism maternal. Setiap exogenic agent

sebagian atau seluruhnya diolah dulu melalui berbagai bentuk metabolism

pada organ maternal sehingga fungsinya dapat bermanfaat untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan.

Pemberian obat pada wanita hamil

Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat memengaruhi struktur

janin pada saat terpapar. Thalimoid adalah contoh obat yang besar

pengaruhnya pada perkembangan anggota badan (tangan, kaki) segera

sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada saat waktu kritis

pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke empat sampai minggu ke

tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek

teratogenik belum diketahui dan mungkin sebabkan oleh multifaktor.

a. Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak

langsung memengaruhi jaringan janin.

b. Obat mungkin juga mengganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta

sehingga memengaruhi jaringan janin.

c. Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin,

misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan

normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang

potensial.

d. Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada

abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat

menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf, yang menyebabkan

timbulnya spina bifida.

Pemberian obat pada saat menyusui

Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi di dalam

ASI, untungnya konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat

2

Page 3: Obat Obatan Obstetri

dalam darah ibu adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat

ke ASI selain dari faktor-faktor fisiko-kimia obat. Volume darah dan cairan

tubuh/cairan tubuh dan curah jantung yang meningkat pada kehamilan akan

kembali normal setelah kurang lebih satu bulan melahirkan. Karena itu,

pemberian obat secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis.

Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan

mudah melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang

ukurannya kecil (< 200 Dalton) akan mudah melewati pori membran epitel

susu. Obat yang terikat dengan protein plasma tidak dapat melewati membran.

Jadi, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.

Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu, obat yang bersifat basa

lemah di plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah

menembus membran alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI, obat yang

bersifat basa tersebut akan mudah terionisasi sehingga tidak mudah untuk

melewati membran kembali ke plasma. Fenomena ini dikenal dengan ion

trapping. Meskipun demikian, telah diketahui bahwa toksisitas pada bayi dapat

ditemukan.

Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma

ibu. Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI,

sebaliknya rasio M:P <1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI.

Pada umumnya kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu

minum obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak

memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum

obat yang potensial toksik terhadap bayinya, maka untuk sementara ASI tidak

diberikan tetapi harus dipompa. ASI dapat diberikan kembali setelah dapat

dikatakan tubuh bersih dari obat.

Edukasi yang dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui mengenai

pemakaian obat adalah sebelum sang ibu pergi ke dokter untuk berobat, kita 3

Page 4: Obat Obatan Obstetri

sarankan agar ibunya menyediakan asi tampung, yang setidaknya bisa

bertahan sampai dengan 2 minggu jika di taruh dalam pendingin.

2. Apa yang dimaksud dengan bahan teratogen? Bahan apa saja yang

dimaksud? Apa saja contohnya?

Pembahasan :

Bahan teratogenik adalah bahan-bahan yang dapat menimbulkan terjadinya

kecacatan pada janin selama dalam kehamilan ibu. Bahan-bahan yang secara

kedokteran dikenal mampu memberikan efek gangguan pada janin dan

menimbulkan kecacatan dikenal sebagai bahan teratogenik.

Bahan teratogenik dapat menimbulkan bayi lahir dengan cacat lahir berupa

cacat fisik yang nampak maupun tidak nampak. Contoh kecacatan fisik yang

nampak misalnya bibir sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan

bentuk kepala, tubuh maupun organ lain yang nampak dari luar. Sedangkan

cacat lahir yang tidak nampak misalnya kelainan otak, penurunan

kecerdasan/IQ, kelainan bentuk jantung, pembentukan sekat jantung yang tidak

sempurna, gangguan reaksi metabolisme tubuh, kelainan ginjal atau bahkan

kelainan organ reproduksi.

Proses pembentukan jaringan dan organ tubuh selama janin dalam kandungan

dikenal dengan istilah organogenesis. Proses ini berlangsung terutama pada

saat kehamilan trisemester pertama dan akan selesai pada awal trisemester ke

dua atau sekitar 16 minggu. Adanya bahan-bahan yang bersifat teratogenik

akan menimbulkan gangguan pada sel-sel tubuh janin yang sedang melakukan

proses pembentukkan organ tersebut. Akibat adanya gangguan tersebut, maka

sel tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana seharusnya dan

menimbulkan berbagai cacat lahir yang dapat terjadi pada organ luar maupun

organ dalam.

4

Page 5: Obat Obatan Obstetri

Bahan teratogenik tidak hanya dapat menyebabkan kecacatan fisik. Bahan

tersebut juga dapat menimbulkan kelainan dalam hal psikologis dan

kecerdasan. Hal ini berhubungan dengan adanya gangguan pada pembentukan

sel-sel otak bayi selama ia dalam kandungan. Bila bayi terlahir dengan cacat

fisik yang nampak dan mungkin diperbaiki atau diterapi dengan cara

pembedahan (misalnya bibir sumbing dan kelainan katub jantung) maka

mungkin kecacatan anak dapat tertutup begitu anak menginjak dewasa dan

mencegah terjadinya gangguan-gangguan yang mungkin muncul saat bayi

dewasa.

Hingga kini belum ditemukan cara untuk mengobati efek yang timbul akibat

paparan bahan teratogenik pada ibu hamil. Oleh karena itu, satu-satunya jalan

yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam mencegah efek bahan teratogenik

adalah dengan menghindari paparan bahan tersebut pada dirinya. Untuk itu

perlu bagi ibu hamil untuk mengetahui dan memahami bahan-bahan apa saja

yang dapat memberikan efek teratogenik.

Bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongannya yakni

bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.

a. Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur

fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila

ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajang

dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai

kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu

hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik

karena mengganggu berbagai macam organ. Dalam menghindari terpajan

agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto

rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan

berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan

gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.

5

Page 6: Obat Obatan Obstetri

b. Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia

yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ

tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut.

Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan

yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki

efek teratogenik.

c. Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu

hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes

merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil

dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan

lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi

virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat

memberikan efek teratogenik. Ada baiknya bila ibu sebelum kehamilannya

melakukan pemeriksaan laboratorium pendahuluan untuk menentukan

apakah ia sedang menderita infeksi TORCH, infeksi virus atau bakteri lain

yang berbahaya bagi dirinya maupun kehamilannya. Bila dari hasil

dinyatakan positif, ada baiknya bila ibu tidak hamil lebih dulu sampai

penyakitnya disembuhkan dan telah dinyatakan fit untuk hamil.

Beberapa obat yang terbukti teratogenik adalah antikonvulsan, warfarin,

alkohol, antagonis asam folat (metotreksat, aminopterin), dietilstilbestrol,

androgen, dan thalidomide. Kecuali fenitoin, obat-obat yang terbukti

teratogenik tidak diperlukan dalam masa kehamilan. Obat-obat yang terduga

bersifat teratogenik adalah agen-agen alkilasi, nikotin, sulfonil urea, isotretinoin

(13-cis-asam retinoid), asam valproat dan benzodiazepin.

Obat-obat yang Diketahui atau Dicurigai Mempunyai Efek

Teratogenik

Obat Efek teratogenik

6

Page 7: Obat Obatan Obstetri

Diketahui teratogen

Antikonvulsan

(fenitoin, trimetadion)

Antikoagulan

(warfarin dan sejenis)

Alkohol

Antagonis asam folat

(metotreksat, aminopterin)

Hormon

Dietilstilbestrol

dan sejenisnya

Androgen

Metil merkuri

Thalidomide

Asam valproat

Isotretinoin 13-cis-asam retinoid

Terduga teratogen

Agen-agen alkilasi

Litium karbonat

Nikotin

Sulfonilurea

Karbamazepin

Dismorfogenesis fasialis, retardasi

ringan pada mental, retardasi

pertumbuhan, cacat jantung.

Hipoplasia nasalis, kerusakan

epifisis, atrofi optik, retardasi

mental.

Sindrom alkohol pada janin-

retardasi pertumbuhan, retardasi

ringan pada mental, anomali

bertambah.

Abortus, malformasi ganda.

Adenosis vagina, karsinogenesis,

anomali serviks dan uterus,

kelainan epididimis.

Maskulinisasi janin wanita.

Kerusakan susunan saraf pusat,

retardasi pertumbuhan.

Fokomelia.

Defek tabung saraf terbuka (Open

neural tube defects).

Hidrosefalus, cacat jantung, cacat

telinga dan pendengaran.

Abortus, anomali

Anomali Ebstein (?)

Terlambat pertumbuhan

Anomali (?)

Defek tabung saraf terbuka

7

Page 8: Obat Obatan Obstetri

3. Sebutkan tiga fase krusial kontak obat dengan janin; pre

organogenesis; fase embrio dan fase fetal. Apa dampaknya ?

Pembahasan :

a. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada

fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama

sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio

atau berakhirnya kehamilan (abortus).

b. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8

minggu. Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya

malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang

mungkin terjadi pada fase ini antara lain:

- Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru

muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan.

Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester

pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma

vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah

dewasa).

- Pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus. Pengaruh

sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis

pertumbuhan organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.

c. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini

terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk

senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa

malformasi anatomik lagi, tetapi mungkin dapat berupa gangguan

pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-

organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami

janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh

adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama masa akhir

kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik; atau

8

Page 9: Obat Obatan Obstetri

terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian

fenotiazin.

4. Bagaimana pembagian klasifikasi obat berdasarkan Food and Drugs

Administration ? Dan berikan obat-obat contohnya!

Pembahasan :

Food and Drug Administration (FDA), atau BPOM (Badan Pengawas Obat dan

Makanan) Amerika Serikat, membuat sebuah sistem klasifikasi tingkat

keamanan sebuah obat. Sistem klasifikasi ini dibuat agar memudahkan para

dokter memahami risk benefit ratio sebuah obat sesuai kategori klasifikasinya.

a. Kategori A

Studi terkontrol pada ibu hamil tidak menunjukkan adanya peningkatan

resiko untuk terjadinya kelainan janin apabila diberikan selama kehamilan.

Dibawah 1% dari seluruh obat-obatan yang termasuk dalam kategori ini

diantaranya levotiroksin, suplemen kalium, dan vitamin prenatal, jika

diminum sesuai dosis yang direkomendasikan.

Obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia) tidak

menunjukkan terjadinya risiko terhadap janin. Beberapa jenis vitamin dan

multivitamin yang diberikan semasa hamil termasuk dalam kategori ini

kecuali "megavitamins". Diantaranya juga Nystatin vaginal (mycostatin atau

obat anti jamur)

b. Kategori B

Studi pada binatang percobaan tidak menunjukkan adanya resiko pada

janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil. Atau studi terhadap

reproduksi binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping, tetapi

penelitian pada ibu hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin pada

trisemester I kehamilan dan tidak ada bukti beresiko pada trisemester

berikutnya. Contohnya, antibiotik golongan Penisilin (amoksilin, ampisilin),

makrolid (eritromisin, claritromisin, azitromisin), dan sebagian besar

golongan sefalosporin (cefadroksil, cefixime, ceftriakson, cefotaxim).

c. Kategori C

9

Page 10: Obat Obatan Obstetri

Studi pada binatang menunjukkan adanya efek samping (teratogenik atau

embriosidal atau memiliki efek lain), dan tidak ada studi terkontrol pada ibu

hamil. Atau belum ada studi terhadap wanita dan binatang percobaan. Obat

ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diperoleh melebihi

besarnya resiko terhadap janin. Hampir dua pertiga dari selurruh obat

termasuk dalam kategori ini. Beberapa obat yang digunakan untuk terapi

kondisi yang mengancam nyawa seperti albuterol (asma), zidovudine dan

lamivudine (HIV/AIDS), dan obat antihipertensi golongan penyekat beta dan

penyekat kalsium.

d. Kategori D

Adanya bukti positif mengenai resiko obat ini terhadap janin, tetapi obat ini

masih diperbolehkan untuk diberikan pada wanita hamil, jika besarnya

manfaat yang diperoleh melebihi besarnya resiko terhadap janin (misalnya

jika obat ini diperlukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa

atau penyakit serius apabila obat yang lebih aman tidak dapat digunakan

atau tidak efektif). Contohnya seperti kortikosteroid sistemik, azatioprine,

phenytoin, carbamazepine, asam valproat, dan lithium.

e. Kategori X

Studi pada binatang percobaan atau manusia memperlihatkan abnormalitas

pada janin atau tidak terbukti beresiko pada janin dan besarnya resiko obat

ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaat yang diharapkan. Dilarang

penggunaannya pada wanita hamil atau yang memiliki kemungkinan untuk

hamil. Contohnya adalah sejenis obat untuk jerawat yang dikenal sebagai

isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf,

wajah, maupun kardiovaskuler.

5. Sebutkan golongan obat uterotonika dan bagaimana cara kerjanya ?

Pembahasan :

Uterotonika adalah zat yang digunakan untuk meningkatkan kontraksi uterus.

Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan

10

Page 11: Obat Obatan Obstetri

serta penanganan perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat

abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada kala III persalinan.

Jenis-jenis obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

a. Metergin

Metergin merupakan obat yang termasuk dalam golongan alkaloid ergot

yang bersumber dari jamur gandum Clavicus purpurea dan mengandung

karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin, basa amonium kuaterner.

- Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat

- Nama paten    : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin

Yang termnasuk obat golongan alkaloid lainnya adalah Ergotamin (alkaloid

asam amino), Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino), Ergonovin

(alkaloid amin).

Mekaniske kerja metergin

- Mempengaruhi otot uterus berkontraksi terus-menerus sehingga

memperpendek kala III.

- Menstimulasi otot-otot polos terutama dari pembuluh darah perifer dan

rahim.

11

GolonganVasokontriksi

dan Kerusakan Endotel

Oksitosik

Ergotamin SensitifSangat Aktif, Kerja Lambat, Tidak Efektif per Oral

Dehidroergotamin

Kurang Aktif Aktif Pada Uterus Hamil

ErgonovinSangat Kurang Aktif

Sangat Aktif, Kerja Cepat dan Efektif Per Oral

Page 12: Obat Obatan Obstetri

- Pembuluh darah mengalami vasokonstriksi sehingga tekanan darah naik

dan terjadi efek oksitosuk pada kandungan mature.

- Bio Tranformasi dalam hati.

- Ekskresi melalui hati dan ginjal.

- Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna.

- Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam.

- Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat

- Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan

lambat →reaksi perlu waktu 20 menit.

- Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5

menit.

- Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine.

- Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin,

dan dieliminasi lebih lambat.

Efek pada uterus:

-Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata

-Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani

-Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan

- Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Indikasi

- Uterotonika dan pengobatan Migren

- Migren → etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)

- Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)

- Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya

- Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM

Kontraindikasi

- Dapat menyebabkan ganggan → tidak boleh diberikan pada penderita:

12

Page 13: Obat Obatan Obstetri

- Sepsis

- Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)

- Penyakit pembuluh darah koroner

- Tromboflebitis

- Penyakit hati dan ginjal

Cara pakai dan dosis

- Oral, mulai kerja setelah sepuluh menit, dosisnya 0,2-0,4 mg, 2-4 kali

sehari selama 2 hari

-Injeksi intravena

-Mulai kerja 40 detik, dosisnya 0,2 mg

-IM, mulai kerja 7-8 menit, dosisnya 0,2 mg dan boleh diulang 2 kali. Hal ini

lebih menguntungkan karena efek samping lebih sedikit.

Efek samping

- Kontraksi dapat terjadi begitu kuat sehingga resiko retensio plasenta

akan meningkat. Keadaan ini disebabkan oleh kontraksi segmen bawah

uterus yang terjadi berurutan sehingga perlepasan plasenta terhalang.

- Diare dan muntah , Kerja metergin menyerupai kerja dopamine yang

kerap kali menimbulkan mual dan muntah pada 20-30 % ibu melahirkan.

- Gejala keracunan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah

dan cepat, bingung dan tidak sadar, pengliatan kabur, sakit kepala,

kejang, koma, meninggal.

- Toksik → keracunan akut dan kronik

- Paling toksik → ergotamine

- Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis

tunggal 0,5-1,5 mg parenteral

- Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah,

paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah,

gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan

darah

13

Page 14: Obat Obatan Obstetri

- Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

- Terapi ergotisme , Penghentian pengobatan  Pemberian terapi

simptomatis : mempertahankan aliran darah ke jaringan : antikoagulan,

na nitroprusid (vasodilator kuat) Atropin atau antiemetik gol fenotiazin

untuk menghilangkan mual dan muntah Kalsium glukonat untuk

menghilangkan nyeri otot.

b. Oksitosin

Oksitosin diproduksi dan disimpan oleh hipofisis posterior. Rangsangan

dari serviks, vagina dan payudara secara refleks melepaskan oksitosin, hal

tersebut berkaitan dg semakin sensitivnya uterus terhadap oksitosin,

sehingga pada akhir kehamilan kadar oksitosin meninggi dimana berikatan

dg reseptor oksitosin yg terletak di dlm miometrium yaitu dlm membran

plasma sel otot polos uterus , oksitosin adalah golongan obat yang

digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu

proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta

penguatan persalinan , Oksitosin merangsang otot polos uterus dan

mammae → selektif dan cukup kuat Stimulus sensoris pada serviks, vagina

dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin.

Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan. Nama

Paten: Piton S., Syntocinon, Hypophysi, Piroglandol.

Oksitosin diabsorsi dengan cepat melalui mukosa mulut sehingga

memungknkan oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal

atau tablet hisap did/cadangan untuk penggunaan pasca persalinan, selama

kehamilan kadar amino peptidase dalam plama (oksitosin atau

vasopresinase) meniongkat 10x dan menurun setelah persalinan. Enzim

mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida enzim

meregulasi kosentrasi oksitosin. Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak

klinik bersalin atau bagian obstetric rumah sakit, namun potensi oksitoksin

dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekana darah membuat obat

14

Page 15: Obat Obatan Obstetri

ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia aau

penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3 tahun.

Pemberian infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang

menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan

melpresentasi atau solosio plasenta atau denagn resiko rupture uteri yang

tinggi. Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus pada kasus dengan

resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.

Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa

maupun oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang

berkontraksi tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena starvasi atau

pemberian oksitoksin tidak akan adekuat sehingga pemberian oksitoksin

secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih cenderung di

jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhn

ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.

Sediaan Oksitosin

- Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV

- Semua sediaan sintetis, yang alam mahal

- Semprot hidung: 40 unit USP/ml

- Tablet sublingual: 200 unit USP

Mekanisme kerja

Efek pada Uterus:

- Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus

- Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun

- Uterus imatur kurang peka thd oksitosin

- Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus

meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu

Efek pada mamae:

- Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)

15

Page 16: Obat Obatan Obstetri

- Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta

mengurangi pembengkakan payudara pasca persalina

Efek Kardiovaskuler:

- Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)

- Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke

ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun

- Hasil baik pada pemakaian parenteral

- Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet

isap

- Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil

aminopeptidase → berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut

berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta

Bersama dengan faktor-faktor lainnya, oksitoksin memainkan peranan yang

sangat penting dalam persalinan dan injeksi ASI. Oksitoksin bekerja pada

reseptor oksitoksik untuk menyebabkan :

- Kontraksi uterus kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada

otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin.

- Konstriksi pembuluh darah umbilicus  Kontraksi sel-sel miopitel (refleks

ejeksi ASI)

Oksitoksin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik (ADH)  untuk

menyebakan:

- Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah

(khususnya diastolic) karena terjadinya vasodilatasi.

- Retensi air

Kerja oksitoksin yang meliputi : kontraksi tuba uterine (fallopi) untuk

membantu pengangkutan sperma; luteolisis (involusi korpus luteum); perana

neurotransmitter yang lain dalam system saraf pusat. Oksitoksindisintesis I

dalam hipotalamus, kelenjar gonad, plasenta dan uterus. Mulai dari usia

kehamilan 32 minggu dan selanjutnya, konsentrasi oksitoksin dan demikian

pula aktivitas uterus akan lebih tinggi pada malam harinya.

16

Page 17: Obat Obatan Obstetri

Pelepasan oksitoksin endogenus di tingkatkan oleh:

- Persalinan, di mana pelepasanendogenus oksitoksin bersifat pulsatil,

control umpan balik yang positif dari persalinan akan mencapai

puncaknya pada saat terjadi gelombang pelepasan oksitoksin

- Stimulasi serviks, vagina atau payudara

- Estrogen yang beredar dalam darah

- Peningkatan osmolalitas/ konsentrasi plasma (glosarium)

- Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

- Stress, dalam persalinan dapat memicu partus prespitatus yang di kenal

dengan istilah ‘refleks ejeksi fetus’. Sters yang disebabkan oleh tangisan

bayi menstimulasi produksi ASI.

Pelepasan oksitoksin di supresi oleh:

- Alcohol (hal ini menggangu awal pemberian asi)

- Relaksin

- Penurunan osmolalitas (konsentrasi) plasma

- Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi

- Oksitosik dan  mengurangi pembengkakan payudara

Kontra indikasi

- Kontraksi uterus hipertonik

- Distress janin

- Prematurisasi dan gawat janin

- Letak bati tidak normal

- Disporposi sepalo pelvis

- Predisposisi lain untuk pecahnya rahim

- Obstruksi mekanik pada jalan lahir

- Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang berusia

35 tahun

17

Page 18: Obat Obatan Obstetri

- Resistensi dan mersia uterus

- Uterus yang starvasi

Cara pakai dan dosis

Untuk induksi persalinan intravena 1-4 mU permenit dinaikkan

menjadi 5-20 mU/menit sampai terjadi pola  kontraksi secara fisiologis.

Untuk perdarahan uteri pasca partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari

5 % dextrose, dan kecepatan infuse dititrasi untuk mengawasi terjadinya

atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit dapat diberikan secara

intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi pengaliran susu,

1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu dalam

posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.

Efek samping

- Spasme uterus ( pada dosis rendah )

- Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin: kerusakan jaringan

lunak/uterus

- Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)

- Mual, muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli

amnion.

- Kontraksipembuluh darah tali pusat

- Kerja antidiuretik

- Reaksi hipersensitifitas

- Reaksi anafilaktik

- Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan

lunak / rupture uterus

- Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )

- Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.

- Kontraksi pembuluh darah tali pusat

- Aritmia jantung

18

Page 19: Obat Obatan Obstetri

- Hematoma panggul

c. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan senyawa yg dibuat dari fosfolipid pada membran

sel dalam jaringan tubuh. Senyawa tersebut merupakan substansi yg

penting sebagai hormon lokal Prostaglandin di dalam tubuh sangat penting

dlm membantu proses melahirkan :

- Pematangan serviks

- Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)

Pembentukan prostaglandin oleh amnion akan meningkat pd saat menjelang

akhir kehamilan sehingga menaikkan kadar prostaglandin.  Prostaglandin

Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah menstruasi juga pada saat

Post coitus ditemukan prostaglandin di vagina, Prostaglandin terbagai dua

jenis yaitu: 

- PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil

- PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus

hamil.

Sensitivitas uterus terhadap prostaglandin akan meningkat secara progresif

sepanjang kehamilan. Dalam bulan terakhir kehamilan, serviks menjadi

matang (pengaruh PGE2) yg meningkatkan produksi enzim yg memecah dan

melonggarkan kolagen serviks . Ada 4 tipe prostaglandin yg mempunyai

peranan penting dlm proses melahirkan, yaitu:

- PGE1   : Mematangkan serviks

- PGE2   : Meningkatkan kontraksi uterus dan mematangkan serviks

-PGI2 : Aliran darah darah dari ibu  ke janin

-PGI2a : Menimbulkan kontraksi uterus  segala waktu

Prostaglandin tersedia dalam bentuk sediaan sebagai berikut:

- Karbopros trometamin : 15-metil PGF2α tersedia dalam bentuk suntikan

250 µg/ml.

-Dinoproston : PGE2 tersedia dalam suppositoria vaginal 20 mg.

19

Page 20: Obat Obatan Obstetri

-Gmeprost : analog alprostadil yang berefek oksitosik.

-Sulproston : derivat dinoproston.

Contoh :

-  Dinoproston

Obat               :Dinoproston (PGE2) pervaginal

Sediaan           :Tablet dan jelly

Indikasi           :Pematangan serviks dan induksi persalinan

Aksi                 :10 menit setelah dimasukkan ke  dalam vagina

Absorpsi          :Dinding vagina

- Misoprostol

Obat               :Misoprostol (PGE1)    pervaginal

Sediaan           :Tablet

Indikasi           :Induksi dan penguatan persalinan penatalaksanaan

kala tiga  persalinan

Mekanisme Kerja

Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan.

Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek

samping.

Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi:

- Induksi partus aterm

- Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan

- Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya

- Induksi abortus terapeutik

- Uji oksitosin

- Menghilangkan pembengkakan mamae

Kontraindikasi

- Terdapat ruptura membran amnion

20

Page 21: Obat Obatan Obstetri

- Adanya riwayat sikatris

- Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan

vagina selama kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan

atau tanpa perdarahan, prostaglandin tidak digunakan.

- Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma

- Jika ada infeksi pada jalan lahir

- Pada kehmilan melintang sungsang atau miring

Dosis dan cara pakai

- Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml

- Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg

- Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)

- Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

6. Sebutkan obat-obat yang termasuk dalam obat tokolitik dan

bagaimana cara kerjanya?

Pembahasan :

Obat-obat yang termasuk dalam obat tokolitik, yaitu sebagai berikut:

1. Peranan β agonis sebagai tokolitik

Agonis beta merupakan obat yang sering digunakan dan terbukti efektif

menurunkan terjadinya persalinan dalam 24, 48 jam dan 7 hari terapi

dibanding plasebo. β Agonis adalah golongan tokolitik yang secara struktur

sama dengan katekolamin endogen, epinefrin dan nor-epinefrin. Obat ini

bekerja dengan merangsang reseptor β.adrenergik pada uterus. Isoxuprine

adalah obat pertama dari golongan ini yang digunakan sebagai tokolitik

kurang lebih 45 tahun yang lalu. Terbutalin dan Ritodrin sekarang yang

paling banyak digunakan sebagai tokolitik pada golongan ini di Amerika

Serikat dibandingkan dengan Hexoprenalin, Fenoterol, Salbutamol dan lain-

lain, tetapi hanya Ritodrin yang direkomendasikan oleh FDA sebagai tokolitik

dari golongan ini.

21

Page 22: Obat Obatan Obstetri

2. Peranan obat anti inflamasi non steroid sebagai tokolitik.

Prostaglandin sebagai salah satu pencetus proses persalinan (kontraksi

uterus) yang penting maka para peneliti menganggap bahwa prostaglandin

synthetase inhibitor dalam hal ini Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

dapat digunakan sebagai tokolitik. Salah satu obat-obat golongan ini yang

dapat dipakai tokolitik adalah Indomethacin

Farmakokinetik

OAINS bekerja primer sebagai penghambat cyclooxygenase. Indomethacin

adalah obat dari golongan ini yang memiliki potensi untuk digunakan

sebagai tokolitik. Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin.

Indomethacin secara cepat dapat menembus plasenta, dalam 2 jam kadar

dalam darah bayi 50% dari kadar dalam darah ibu dan akan menjadi sama

dalam 6 jam. Waktu paruh indomethacin pada fetus adalah 14,7 jam yang

lebih lama dibanding pada ibu yang hanya 2,2 jam, hal inilah yang dapat

mengakibatkan gangguan hati ada fetus.

3. OAINS lain sebagai tokolitik

Seperti yang kita ketahui OAINS bekerja primer sebagai penghambat

cyclooxygenase (COX) yang mempunyai 2 tipe yaitu COX-1 dan COX-2.

Indomethacin adalah OAINS yang bekerja pada kedua tipe ini. Pada manusia

peningkatan kadar COX tipe 2 diyakini lebih bermakna terhadap terjadinya

persalinan prematur dibanding COX tipe 1. Contoh obat-obat yang dapat

digunakan sebagai tokolitik dari golongan ini adalah Nimesulid dan

Celecoxib.

Nimesulid dapat dipakai sebagai tokolitik tetapi juga dapat

menyebabkan terjadinya gagal ginjal stadium akhir pada manusia sehingga

hal inilah yang membatasi penggunaannya Sedangkan celecoxib dengan

dosis 50, 10, 1 mg/kgbb dapat digunakan sebagai tokolitik yang dapat

menunda persalinan dibandingkan tanpa celecoxib dengan efek samping

penutupan dini dari duktus arteriosus yang lebih kecil dibanding

indomethacin.

22

Page 23: Obat Obatan Obstetri

4. Peranan Magnesium Sulfat (MgSO4) sebagai tokolitik

MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti kejang pada

penderita preeklamsia sebagai anti kejang yang juga bersifat sebagai

tokolitik. Obat ini dipakai sebagai obat tokolitik utama karena murah, mudah

cara pemakaiannya dan resiko terhadap sistem kardiovaskuler yang rendah

serta hanya menghasilkan efek samping yang minimal terhadap ibu, janin

dan neonatal. Kerugian terbesar yang signifikan dari penggunaan

magnesium sulfat sebagai obat tokolitik adalah harus diberikan secara

parenteral.

Farmakokinetik

Jumlah total magnesium dalam tubuh manusia adalah 24 gr yang

sebagian besar terdapat pada tulang dan ruang intraseluler dan hanya 1%

pada ekstraseluler. Konsentrasi magnesium pada serum wanita normal

berkisar antara 1,83 mEq/l dan turun menjadi 1,39 mEq/l pada wanita hamil.

Magnesium dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal oleh karena itu

konsentrasi magnesium plasma ditentukan oleh jumlah pemberian melalui

infuse dan kecepatan filtrai glomerulus. MgSO4 mempunyai dua cara yang

memungkinkannya bekerja sebagai tokolitik, yang pertama peningkatan

kadar MgSO4 menurunkan pelepasan asetilkoin oleh motor and plates pada

neuromuscular junction sehingga mencegah masuknya kalsium, cara yang

kedua adalah MgSO4 berperan sebagai antagonis kalsium pada sel dan

ekstrasel.

Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik

Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan memastikan bahwa

pengeluaran urin memadai, reflex patella ada dan tidak ada depresi

pernapasan. Reflex patella menghilanga menghilang pada kadar 10 mEq/l

(antara 9-13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih dari 10 mEq/l akan timbul

depresi pernapasan dan henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12

23

Page 24: Obat Obatan Obstetri

mEq/l atau lebih. MgSO4 sebagai terapi tokolitik dimulai dengan dosis awal 4-

6 gr secara intravana yang diberikan selama 15-30 menit dan diikuti dengan

dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam. Selama terapi tokolitik dilakukan

konsentrasi serum ibu biasanya dipelihara antara 4-9 mg/dl. Untuk

meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi seperti hal di atas maka

perlunya disediakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti dotum dari

magnesium sulfat.

7. Sebutkan obat-obat yang lazim diberikan saat hamil!

Pembahasan :

Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada

kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase

kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan

tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung atau aliran

darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil

membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya

glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena

peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan

untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.

Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang

dengan pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang

ditujukan untuk pengobatan janin walaupun mekanismenya masih belum jelas

diketahui. Contohnya kortikosteroid diberikan untuk merangsang matangnya

paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur. Contoh lainnya adalah

fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin

sehingga insidens jaundice (bayi kuning) akan berkurang. Selain itu,

fenobarbital juga dapat menurunkan resiko perdarahan intrakranial bayi kurang

umur. Selain itu, anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati

janinnya yang menderita aritmia jantung.

24

Page 25: Obat Obatan Obstetri

8. Obat-obat khusus : kapan dipakai; untuk apa dan apa

istimewanya/harus berhati-hati?

Pembahasan:

a. Magnesium Sulfat

Magnesium sulfat penting untuk mencegah kejang pada pada pasien-

pasien dengan pre-eklampsia berat atau eklampsia (hipertensi yang timbul

saat kehamilan atau setelah persalinan). Dalam dosis farmakologik, obat ini

bekerja di susunan saraf pusat. Kerja yang menyerupai kurare pada

sambungan neuromuskular jelas mengganggu pelepasan asetilkolin pada

terminal saraf motoris. Magnesium bisa juga menggantikan kalsium pada

sambungan neuromuskular, sehingga mengubah potensial membran dan

transmisi neuromuskular dan eksitasi.

Sekalipun magnesium menurunkan resistensi intrinsik di dalam

pembuluh darah rahim, pengaruh hipotensi biasanya tidak terjadi atau

terjadi hanya sementara. Dengan menggunakan dosis pencegahan

serangan, magnesium sulfat diperkirakan tidak punya pengaruh besar

terhadap kontraksi rahim yang akan datang. Dosis yang digunakan untuk

maksud tokolisis biasanya dua kali dosis untuk mencegah kejang. Terapi

magnesium harus diteruskan selama bedah sesar. Perelaksasi otot biasanya

diberikan dalam dosis yang lebih rendah.

b. Methotrexate

Methotrexate : imunosupresan , untuk obat kanker (kemoterapi).

- Metotreksat ialah analog 4-amino, N10-metil asam folat. Metotreksat

sangat efektif pada koriokarsinoma, korioadenomadestruens dan mola

hidatidosa.

- Kombinasi metotreksat dengan klorambusil dan daktinomisin efektif

terhadap karsinoma testis, limfoma limfositik stadium III dan IV terutama

pada anak, dan memberikan remisi temporer pd mikosisfungoides.

25

Page 26: Obat Obatan Obstetri

- Dalam kombinasi dengan berbagai antikanker, metotreksat digunakan

pada karsinoma mama, paru dan ovarium, timfoma Burkitt dan limfoma

non-Hodgkin.

- Pada leukemia limfoblastik akut pada anak, metotreksat sebagaiobat

tunggal memberikan remisi lengkap pada 20% pasien; dlmkombinasi dg

prednison remisi lengkap mencapai 80%.

- Untuk terapi penunjang leukemia limfositik akut, metotreksat dalam

kombinasi dengan markaptopurin merupakan obat terpilih. Metotreksat

ialah obat primer untuk limfoma sel T kulit dan meduloblastoma

c. Kortikosteroid

Pemakaian kortikosteroid menjadikan pematangan paru-paru

dipercepat bilamana ada kemungkinan terjadi persalinan pretern. Sesuai

dengan laporan kesepakatan Institusi Kesehatan Nasional dewasa ini,

umumnya penelitian yang melibatkan pemakaian betametason dan

deksametason memperlihatkan penurunan insidensi yang amat jelas dari

gangguan kesukaran pernapasan, perdarahan intraventrikuler, dan kematian

neonatus bilamana telah diberikan kortikosteroid sebelum persalinan

diperkirakan terjadi, terutama pada kehamilan antara 26 sampai 34 minggu.

Evaluasi pertumbuhan dari janin-janin yang diobati demikian yang sekarang

telah menjadi anak-anak berusia sekolah tidak menunjukkan pengaruh jelek

apapun dari pengobatan jangka pendek yang demikian.

Pemberian kortikosteroid benar-benar memperlihatkan kegunaannya

pada kehamilan yang berkomplikasi dengan ketuban pecah dini. Umumnya

para peneliti berkesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara infeksi

maternal dan neonatal dengan pemakaian terapi kortikosteroid jangka

pendek. Kortikosteroid bisa meningkatkan hitung butir darah putih (terutama

netrofil), jadi untuk menapis infeksi diperlukan kriteria klinik dan kultur yang

sewajarnya.

26

Page 27: Obat Obatan Obstetri

Kortikosteroid bisa menurunkan toleransi terhadap glukosa karena

kenaikan kebutuhan insulin yang terjadi pada inhibisi penggunaan glukosa,

mobilisasi asam amino untuk dikonversi menjadi glukosa dan glikogen, dan

induksi enzim-enzim hati untuk glukoneogenesis. Dengan begitu terapi

kortikosteroid tidak dianjurkan bilamana diperkirakan akan terjadi persalinan

prematur pada penderita diabetes yang kurang terkendali.

Kontraindikasi terapi kortikosteroid

Kontraindikasi absolut terapi kortikosteroid jarang. Kontraindikasi di

pihak ibu meliputi penyakit-penyakit febris, tuberkulosis, herpes yang aktif,

atau infeksi lain. Kortikosteroid juga merupakan kontraindikasi jika terdapat

infeksi intraamnion, ancaman partus, hasil uji coba kematangan paru yang

positif, atau tidak berkemampuan memonitor keadaan janin.

Steroid dapat diberikan pada kehamilan yang berkomplikasi hipertensi

ringan, diabetes yang terkendali dengan baik, hipertiroidisme, insufisiensi

plasenta, perdarahan uterus yang sedikit, partus prematurus yang mendapat

obat-obat tokolitik yang mencukupi, atau ketuban pecah dini. Diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi risiko dan faedah dari pemakaian

kortikosteroid pada wanita dengan KPD, dan keamanan pemberian ulang.

d. Misoprostol

Misoprostol dapat diberikan secara oral, sublingual, vaginal maupun

rektal. Misoprostol sangat mudah diserap, dan menjalani de-esterifikasi

cepat menjadi asam bebas, yang berperan dalam aktivitas kliniknya dan

tidak seperti senyawa asalnya, metabolit aktifnya ini dapat dideteksi di

dalam plasma. Rantai samping alfa dari asam misoprostol menjalani oksidasi

beta dan rantai samping beta menjalani oksidasi omega yang diikuti dengan

reduksi keton untuk menghasilkan analog prostaglandin F.

Pada keadaan normal, misoprostol dengan cepat diabsorbsi setelah

pemberian secara oral. Konsentrasi asam misoprostol didalam plasma

27

Page 28: Obat Obatan Obstetri

mencapai puncak setelah kira-kira 30 menit dan akan menurun dengan

cepat. Bioavailibilitas misoprostol menurun apabila diberikan bersamaan

dengan makanan atau pada pemberian antasid.1 Setelah pemberian per

oral, asam misoprostol mencapai kadar puncak setelah 12±3 menit dengan

waktu paruh 20-40 menit. Misoprostol terutama mengalami metabolisme di

hati tetapi tidak menginduksi sistem enzim sitokrom hepatik P-450 sehingga

interaksinya dengan obat-obat lain dapat diabaikan.2 Misoprostol

diekskresikan melalui ginjal sekitar 80% dan melalui feses 15%. Sekitar 1%

dari metabolit aktif akan diekskresikan juga di dalam urin.

Misoprostol : menggugurkan implantasi zigot (6 hari setelah senggama)

9. Sebutkan bahan obat yang diberikan sebagai kontrasepsi, bahan yang

dipakai dan cara pemberiannya!

Pembahasan :

a. Hormonal

- Kontrasepsi oral (pil pengendali kelahiran) merupakan gabungan estrogen

sintesis dan progesteron sintesis yang dikonsumsi perempuan selama 21

hari siklus menstruasi. Pil ini menghalangi ovulasi dengan menekan LH

(dalam dosis besar) dan memiliki efek perubahan transpor tubal dan

perubahan endometrial yang menghalangi implamasi (dosis rendah).

- Norplant merupakan implan progesteron sintesis subdermal yang

memberikan kontrasepsi selama 5 tahun.

- Depoprovera adalah kontrasepsi yang dapat diinjeksikan. Injeksi tunggal

progesteron sintesis 150 mg memberikan kontrasepsi selama 3 bulan.

Simana efeksampingnya adalah perdarahan ireguler, berat badan turun,

sakit kepala atau mual.

b. Seterilisasi bedah.

Pada perempuan dilakukan dengan ligasi yubal, kauterisasi atau pengikatan

tuba uterin sedangkan pada laki-laki dilakukan dengan pemotongan,

28

Page 29: Obat Obatan Obstetri

kauterisasi atau pengikatan duktus vas diverens yang disebut dengan

vasektomi.

c. Intra Uterin Device (IUD)

Intra Uterin Device (IUD) dimasukkan kedalam rongga uterus. Mekanisme

jelasnya dalam mencegah kehamilan tidak diketahui. Alat ini dipercaya

mampu mengganggu implantasi ovum yang telah dibuahi dengan cara

mengubah lingkungan uterus.

d. Kontrasepsi barier, menghalangi sperma menyatu dengan oosit.

- Barier fisik secara mekanis mengobstruksi aliran sperma melalui serviks.

Diafragma vagina yang menutupi serviks. Harus dipakai bersama

dengan spermisida.

Kondom melapisi penis pada saat ereksi untuk menangkap semen

yang terejakulasi dan mencegah memasuki vagina juga dapat

mencegah penyakit menular seksual.

- Barier kimia. Foam (busa), jeli, krim, supositori, dan spons vagina

mengandung spermisida yang secara kimia dapat menghancurkan

sperma dalam vagina.

29