Post on 14-Jan-2017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE
KARANGANYAR
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan Untuk
Melengkapi Syarat-Syarat guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
YEKTI ZADYA NERI
NIM. E1107086
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE
KARNGANYAR
Oleh :
YEKTI ZADYA NERI
E1107086
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Maret 2011
Dosen Pembimbing
Pius Triwahyudi,S.H.,MSi
NIP. 195602121985031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE
KARANGANAYAR
Oleh :
YEKTI ZADYA NERI
NIM E1107086
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 07 April 2011
DEWAN PENGUJI
(1) Wasis Sugandha, S.H.,M.H :………………………………………..
Ketua
(2) Purwono Sungkowo Raharjo, S.H :…...……………………………………
Sekretaris
(3) Pius Triwahyudi,S.H.,M.Si :..……………………………………….
Anggota
Mengetahui
Dekan
Mohammad Jamin, S.H.,M.H
NIP. 1961 0930 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERNYATAAN
Nama : Yekti Zadya Neri
NIM : E1107086
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE KARANGANYAR”
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila
di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 31 Maret 2011
yang membuat pernyataan
Yekti Zadya Neri
NIM. E1107086
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
YEKTI ZADYA NERI, E1107086.2011. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE KARANGANYAR. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai Perlindungan hukum terhadap pekerja dalam Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture Karanganyar jika di analisis menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai ketenagakerjaan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif. Ditinjau dari sifatnya maka penelitian ini bersifat penelitian preskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan. Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan atau teknik dokumentasi, dengan menggunakan buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan wawancara. Teknik analisis bahan hukumyang digunakan adalah silogisme deduksi dengan interpretasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan Kesatu, alasan yang mendasari CV. Nova Furniture melakukan PHK karena Sdr. Setiawan dan Wiyono terbukti melakukan perjudian dan di pidana penjara selama 3 bulan penjara dan alasan PHK yang dilakukan CV. Nova Furniture sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Kedua, prosedur yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture terhadap Wiyono dilakukan melalui perundingan bipartit di perusahaan, sedangkan prosedur PHK terhadap Setiawan melalui perundingan bipartit dan mediasi pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar. Prosedur keduanya belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebab tidak ada usaha dari pengusaha dalam menanggulangi PHK, dan Surat Keputusan PHK sudah dikeluarkan sebelum dilakukan perundingan.Jadi pekerja tidak memperoleh perlindungan dalam prosedur PHK yang dilakukan. Ketiga Kompensasi yang diberikan terhadap Setiawan dan Wiyono tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sehingga Wiyono tidak mendapatkan perlindungan hukum dalam hal pemenuhan kompensasi.
Kata Kunci : Perlindungan, Pekerja, PHK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
YEKTI ZADYA NERY, E1107086.2011. WORKERS LAW PROTECTION ON TERMINATION OF EMPLOYMENT BY CV.NOVA FURNITURE KARANGANYAR. FACULTY OF LAW Sebelas Maret University.
The aim of the research is to know clearly about law protection toward the workers on termination of employment by CV.Nova Furniture Karanganyar whether analyzed using the labour act that on demand.
The research is a normative law research. Base on the characteristic it is prescriptive research. The research uses act approximation method. The law data used in the research are: primary law matter, secondary law matter, and tertiary law matter. The methods used to collect data in this research are library research and documentation technique, uses books, law act, documents and interview. The technique that used to analyze law matter is deductive syllogism with interpretation.
According to the research’s result and the explanation, the conclusions are: first: the basic reason CV. Nova furniture terminates the employees is because Setiawan and Wiyono have proved of gambling and become prisoner for 3 month and the termination of employment’s reason does by CV. Nova Furniture is based on regulation number 13 year 2003. Second: the procedure does by CV. Nova Furniture to Wiyono based on bipartite agreement and mediation on Karanganyar’s Social Department of Labuor and Transmigration. Both procedures are not appropriate with regulation number 13/2003 about human labour, because there is no effort from the owners to prevent termination of employment, and the letter of termination of employment has passed before the negotiation occurred. In the other words, the worker doesn’t have any law protection for termination of employment’s procedure. Third: the compensation which given both to Setiawan and Wiyono is not appropriates with the regulation number 13 year 2003 about human labour. Therefore, they do not get any law protection in the case of compensation’s fulfillment.
Keywords: law protection, worker, termination of employment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
“ Berusaha dan Berdoa adalah kunci dalam meraih kesuksesan dan kemenangan”
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
~Q.S. Ar-Ra’d: 11~
Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan
merupakan pula induk segala kebajikan yang lain.
~ Cicero~
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
~ Andrew Jackson~
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
~ Thomas Alva Edison~
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan kepada:
© Allah SWT, Tuhan Yang Esa, Yang Maha Berkuasa,dan Pencipta
Langit dan Bumi.
© Teruntuk Bapak dan Ibukku Tercinta atas segala Kasih Sayang,
doa dan dukungan yang senantiasa diberikan.
© Teruntuk Adikku Dheva tersayang atas segala doa dan dukungannya
yang senantiasa diberikan.
© Pacarku Tercinta “Oktavihan Resti Handono” yang selalu
memberikan semangat, doa dan Pengorbanannya untukku.
© Teruntuk Bapak Parno, Dik Tyas, Mbak Tina dan Mas Yoga
terimakasih atas doa dan dukungannya.
© Sahabat-Sahabatku Tersayang :
Anis, Ibel, Rosy dan Kyky yang selalu menemani, memberikan
waktu, semangat, doa dan bantuaannya.
Semoga persahabatan kita tetap terjaga meski jarak memisahkan kita
© Seluruh Teman-Teman Fakultas Hukum Uns Angkatan 2007 yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu, Semoga kelak kita menjadi
orang-orang sukses, berguna bagi nusa, bangsa serta agama.
Ammmiiiinnnn
© Keluarga Besar “Griya Dicma” disinilah kita bersama menjadi suatu
keluarga,,,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
© Mbak Wulan, Mbak Jojo, Mbak Uwie, Mbak Yola, Mbak Ida,
Anis, Nindy, Hima, Mbak Lirih, Mbak Fafa, Mbak Rani, Mbak
Fetri, Uci, Nina, Ester, Wilis, Mbak Nita, Mbak Dewi, Mbak
Maya…
serta Mas Kris dan Mbak Kris
Semoga kita tetap menjadi keluarga yang utuh meskipun tak lagi
bersama
© Semua saudaraku dan sahabat-sahabatku tersayang.
© Almamaterku Tercinta Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang tiada terkira terucapkan untuk Allah SWT
yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya kepada kita semua. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Rosulullah SAW.
Alhamdulilah atas terselesaikannya Penulisan Hukum (Skripsi) dengan
judul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE KARANGANYAR”.
Keberhasilan dan kesuksesan bukan hanya berasal dari kerja keras semata,
melainkan kekuatan doa serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati Penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Moh.Jamin, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta;
2. Ibu Dr. I. Gusti Ayu Ketut RH, S.H,M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum
Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Bapak Pius Triwahyudi, S.H., M. Si., selaku Pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, bimbingan, ilmu, pengarahan dan kesabarannya kepada
Penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini;
4. Ibu Adriana Grahani F, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik;
5. Bapak Harjono,S.H.,M.H selaku Ketua Program Non Reguler, yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingannya selama masa perkuliahan di Fakultas
Hukum;
6. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H, yang telah memberikan waktu, masukan dan
saran dalam penentuan judul Penelitian Hukum ini;
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan
pengetahuan secara umum dan ilmu hukum khususnya kepada Penulis sehingga
dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat Penulis
amalkan dalam masa depan Penulis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
8. PPH Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berkenan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian serta
menyelesaikan penulisan hukum ini.
9. Staff Tata Usaha dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang berada di bagian transit,perpustakaan,pendidikan,pengajaran dan
bagian-bagian lain, terimakasih atas bantuan serta pelayanannya;
10. Bapak Pimpinan CV. Nova Furniture Karanganyar atas kesempatan yang
diberikan kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan membuka kesempatan
kepada Penulis untuk mengetahui tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
oleh CV. Nova Furniture Karanganyar;
11. Bapak Steven selaku Operating General Manager atas sambutan, kerjasama,
penjelasan serta bantuannya dalam memperoleh data mengenai Penulisan Hukum
ini sampai selesai;
12. Bapak dan Ibuku Tercinta yang telah membimbingku dengan penuh kesabaran
dan kasih sayang yang tulus. Tiada pernah ada pengorbanan yang besar dari yang
pernah kalian berikan selama ini. Doa, cinta, dan ridho bapak dan ibu menjadi
kekuatan dan semangat terbaik dalam menjalani hidup ini;
13. Oktavihan Resti Handono, yang telah memberikan semangat, doa, dan
bantuannya dalam penyusunan penulisan hukum ini;
14. Sahabat-sahabatku Anis, Bellinda, Rosy, Anis, & Kiki yang telah memberikan
semangat, doa, dan bantuannya dalam penyusunan penulisan hukum ini;
15. Keluarga Besar “Griya Dicma”, mbak Jojo, mbak Uwie, mbak Yola, mbak Ida,
Nindy, Hima, mbak Lirih, mbak Fafa, mbak Rani, mbak Fetri, Uci, Nina, Ester,
Wilis, mbak Nita, mbak Dewi, mbak Maya serta mas kris dan mbak Kri;
16. Teman-temanku di Fakultas Hukum UNS angakatan 2007 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, semoga kita semua menjadi orang yang sukses;
17. Teman-teman magang di BPN Karanganyar, Arina, Tika, dan Windha, semoga
kita semua menjadi orang yang sukses;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
18. Almamaterku, seluruh para penghuni Fakultas Hukum UNS yang beragam, yang
telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang indah dan
membuatku sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua;
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
tersusunnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak kekurangan,
untuk itu Penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun,
sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini. Semoga karya tulis ini mampu
memberikan manfaat bagi Penulis maupun para pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK INDONESIA..................................................................................... v
ABSTRAK INGGRIS…....................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO........................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... x
DAFTAR ISI.........................................................................................................
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR.....................................................................
xiii
xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Perumusan Masalah...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
E. Metode Penelitian......................................................................... 9
F. Sistimatika Skripsi........................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 15
A. Kerangka Teori......................................................................... 15
1. Tinjauan Tentang Hubungan Kerja…………………......
a. Pengertian Hubungan Kerja……………...................
b. Pengertian Perjanjian Kerja........................................
c. Perjanjian Kerja Bersama…………………………...
15
15
16
22
2. Tinjauan Tentang Pemutusan Hubungan Kerja.............. 24
a. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja.................... 24
b. Dasar Hukum Pemutusan Hubungan Kerja……….. 24
c. Jenis Pemutusan Hubungan Kerja…………………. 26
d. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja………………. 34
e. Kompensasi PHK 35
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 43
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 38
A. Hasil Penelitian………………………………………………… 45
1. Deskripsi CV. Nova Furniture……………………………… 45
2. Alasan Yang Mendasari CV. Nova Furniture Melakukan
PHK…………………………………………………………
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
3. Prosedur Pelaksanaan PHK Oleh CV. Nova
Furniture…………………………………………………….
57
4. Cara dan Pemenuhan Kompensasi Oleh CV. Nova
Furniture…………………………………………………….
63
B. Pembahasan…………………………………………………….... 67
1. Alasan Yang Mendasari CV. Nova Furniture Melakukan PHK 67
2 Prosedur Pelaksanaan PHK Oleh CV. Nova Furniture………. 69
3 Cara dan Pemenuhan Kompensasi Oleh CV. Nova
Furniture………………………………………………………
75
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 86
A. Simpulan................................................................................... 86
B. Saran-saran.................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1 Tabel Hak-hak Pekerja yang di PHK dikaitkan……………..39
dengan alasan PHK
Tabel 2 Tabel Jadwal Kegiatan Mediasi……………………………...62
Gambar 1 Kerangka Pemikiran…………………………………………43
Gambar 2 Struktur Organisasi CV. Nova Furniture…………………….47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surat Ijin Penelitian
Lampiran II Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran III Risalah Perundingan Bipartit Pengusaha dan Pekerja
Lampiran IV Persetujuan Bersama
Lampiran V Surat Keputusan Pemutusan Hubungan Kerja No.
004/SPHK/XII/09 dan Surat Keputusan Pemutusan Hubungan
Kerja No. 021/XII/HRGA/NF/2009
Lampiran VI Surat Permohonan Mediasi Nomor 324/DPC/FSP KEP/ I/01
Lampiran VII Anjuran Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Karanganyar Nomor 560/260. 4
Lampiran VIII Risalah Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Lampiran IX Bukti Pembayaran Kompensasi Terhadap Pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam dalam hidupnya. Untuk dapat
memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja, baik bekerja
yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Seperti yang di ungkapkan
dalam jurnal Internasional yang berjudul Termination for Incompetence yang
menyatakan bahwa:
Work is one of the most fundamental aspects in a person's life, providing the individual with a means of financial support and, as importantly, a contributory role in society. A person's employment is an essential component of his or her sense of identity, self-worth and emotional well-being. Accordingly, the conditions in which a person works are highly significant in shaping the whole compendium of psychological, emotional and physical elements of a person's dignity and self respect. (Janice Payne, Shane Sawyer, Barrister & Solicitor, Student-at-law, Nelligan O’Brien Payne Nelligan O’Brien Payne.Jurnal.2004:4) Maksud dari jurnal internasional di atas menjelaskan mengenai arti dari pekerjaan,
jadi yang dimaksut dengan Pekerjaan adalah salah satu aspek yang paling
fundamental dalam hidup seseorang, salah satu cara yang digunakan seseorang untuk
mencari penghasilan dan memberikan kontribusi yang besar kepada masyarakat,
pekerjaan seseorang merupakan komponen penting dari rasa identitas, harga diri dan
kesejahteraan emosional. Oleh karena itu, dengan bekerja dapat membentuk seluruh
ringkasan martabat dan harga diri.
Pekerja menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Sedangkan yang dimaksud dengan pemberi kerja adalah pemberi kerja adalah
orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pada Jurnal Internasional yang berjudul “Termination of Labor Contracts and Unfair
Dismissal Under Turkish Labor Law” menjelaskan mengenai pengertian pemberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
kerja atau pengusa. Menurut jurnal tersebut yang dimaksud dengan pengusaha adalah
:
“According to the Labor Code, the employer’s representative is any person acting in
the establishment on behalf of the employer and is the one who is in charge of the
administration of the work, the establishment as well as the enterprise.” (Levent
Akint. Jurnal.Vol.25.2005:566)
Menurut jurnal internasional di atas yang dimaksud dengan pengusaha/ pemberi kerja
adalah setiap orang yang bertindak dalam pendirian perusahaan yang biasa disebut
dengan majikan dan orang yang bertanggung jawab atas administrasi pekerjaan.
Hubungan antara pekerja dengan pemberi kerja atau pengusaha secara yuridis,
pekerja adalah bebas karena prinsip di negara Indonesia tidak seorangpun boleh
diperbudak maupun diperhamba, namun secara sosiologis pekerja ini tidak bebas
karena pekerja sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain
tenaganya. Terkadang pekerja dengan terpaksa menerima hubungan kerja dengan
pengusaha meskipun memberatkan bagi diri pekerja itu sendiri, lebih-lebih lagi pada
saat ini banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan
definisi hubungan kerja, yaitu “hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah”.
“Obyek hukum dalam hubungan kerja tertuang di dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan dan kesepakatan kerja bersama/ perjanjian kerja bersama. Kedudukan
perjanjian kerja adalah di bawah peraturan perusahaan, sehingga apabila ada
ketentuan dalam perjanjian kerja yang bertentangan dengan peraturan perusahaan,
maka yang berlaku adalah peraturan perusahaan”. ( Asri Wijayanti, 2009:40)
Sebelum terjadi hubungan kerja, biasanya antara pengusaha atau pemberi kerja
membuat sebuah perjanjian yang berhubungan dengan hak dan kewajiban masing-
masing dalam melaksanakan hubungan kerja. Perjanjian yang dimaksud adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
perjanjian kerja, di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal 1
dijelaskan mengenai parjanjian kerja. Jadi yang dimaksud dengan perjanjian kerja
adalah “perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.
“Obyek dalam perjanjian kerja, yaitu hak dan kewajiban masing-masing secara timbal
balik yang meliputi syarat-syarat kerja atau hal lain akibat adanya hubungan kerja.
Syarat-syarat kerja selalu berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi
majikan dan upaya peningkatan kesejahteraan oleh buruh”.(Asri Wijayanti, 2009:40)
Masalah ketenagakerjaan yang terpenting adalah soal pemutusan hubungan kerja atau
biasa yang kita kenal dengan istilah PHK. Berakhirnya hubungan kerja bagi pekerja
berarti kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan masa pengangguran
dengan segala akibatnya , sehingga untuk menjamin kepastian dan ketenteraman
hidup bagi pekerja seharusnya tidak ada pemutusan hubungan kerja .
Seperti telah kita ketahui bahwa kasus Pemutusan Hubungan Kerja yang melibatkan
pihak pengusaha dengan pihak tenaga kerja banyak terjadi di berbagai perusahaan.
Apabila Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku maka
hal itu bukan merupakan suatu masalah, misalnya saja pada awal krisis moneter
terjadi perampingan tenaga kerja pada perusahaan sehingga banyak tenaga kerja yang
terkena Pemutusan Hubungan Kerja, hal ini dimaksudkan agar pengeluaran
perusahaan tidak terlalu besar karena harga kebutuhan mengalami kenaikan akibat
krisis moneter itu.
Meskipun PHK merupakan hal yang wajar dalam dunia ketenagakerjaan,
pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan karena di dalamnya masih ada
berbagai macam kepentingan (dalam pengertian positif). Selain itu, tata caranya pun
membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga (pikiran). Oleh karena itu, PHK harus
merupakan upaya terakhir yang dilakukan. Itulah sebabnya, pengusaha, pekerja,
serikat pekerja, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar tidak
terjadi PHK seperti pengaturan waktu kerja, penghematan, pembenahan metode kerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxi
dan memberikan pembinaan kepada pekerja. Namun dalam kenyataannya
membuktikan bahwa pemutusan hubungan kerja tidak dapat dicegah seluruhnya.
Jika segala upaya telah dilakukan, tetapi PHK tidak dapat dihindari, maksud PHK
tersebut wajib dirundingkan oleh pengusaha dan pekerja/serikat pekerja. Dalam hal
perundingan benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat
mem-PHK dengan pekerja setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (PPHI).
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (25) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
pengertian pemutusan hubungan kerja yaitu :
”Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berkhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
dijelaskan bahwa PHK dapat terjadi karena bermacam sebab. Untuk beberapa
ketentuan, diperlukan adanya Penetapan dari lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial untuk sahnya PHK tersebut, namun terdapat juga ketentuan jenis
PHK yang tidak memerlukan ketentuan penetapan Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial.
“Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan
ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam
pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan.”( Asri Wijayanti. 2009:6)
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dibidang ketenagakerjaan yang dirumuskan
dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003, pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan
merata baik materiil maupun spiritual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxii
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas
keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasannnya, yaitu :
”Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya sesuai dengan asas
pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi Pancasila serta asas adil dan
merata. Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan
dengan berbagai pihak yaitu antara pemerintah, pengusaha dan pekerja/ buruh. Oleh
sebab itu, pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk
kerja sama yang saling mendukung”.
Tenaga kerja memliki peran dan kedudukan yang penting sebagai pelaku dalam
mencapai pembangunan. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas
keterpaduan dan kemitraan. Oleh karena itu, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa
pembangunan Ketenagakerjaan bertujuan untuk:
1. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
3. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan dan;
4. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Perlindungan pekerja dari kekuasaan pengusaha terlaksana apabila peraturan-
peraturan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan
bertindak seperti dalam perundang-undangan tersebut benar dilaksanakan semua
pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi juga
diukur secara sosiologis, dan filosofis.
Peraturan perundang-undangan yang ada ditujukan untuk pengendalian. Baik pemberi
pekerja maupun yang diberi pekerjaan, masing-masing harus terkendali atau masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxiii
masing harus menundukkan diri pada segala ketentuan dan peraturan yang berlaku,
harus bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan masing-masing sesuai dengan
tugas dan wewenangnya, hingga keserasian dan keselarasan akan selalu terwujud.
”Perlindungan hukum dalam pemutusan hubungan kerja yang terpenting adalah
menyangkut kebenaran status pekerja dalam hubungan kerja serta kebenaran alasan
PHK. Alasan yang dipakai dasar untuk menjatuhkan PHK dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu, alasan yang diizinkan dan alasan yang tidak diizinkan
untuk di- PHK.” ( Asri Wijayanti. 2009: 167)
PHK selalu memiliki akibat hukum, baik bagi pengusaha maupun bagi buruh/ pekerja
sendiri. Akibat hukum dimaksud adalah bentuk pemberian kompensasi upah kepada
pekerja yang hubungan kerjanya diputus oleh pengusaha. Upah merupakan salah satu
perwujudan riil dari pemberian kompensasi. Bagi pengusaha, upah adalah
perwujudan dari kompensasi yang paling besar diberikan kepada pekerja. Apabila
PHK tidak dapat dicegah atau dihindari, maka pekerja yang di PHK oleh majikan
sesuai dengan alasan yang mendasari terjadinya PHK akan mendapatkan uang
pesangon, penghargaan masa kerja dan uang ganti kerugian. Kesemuanya itu
dimaksudkan berfungsi sebagai jaminan pendapatan.
Sehubungan PHK memiliki dampak yang sangat kompleks dan cenderung
menimbulkan perselisihan, maka mekanisme dan prosedur PHK diatur sedemukian
rupa agar pekerja tetap mendapatkan perlindungan yang layak dan memperoleh hak-
haknya sesuai dengan ketentuan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pemerintah memberikan perlindungan
terhadap pekerja yang mengalami PHK, perlindungan ini diwujudkan dengan adanya
peraturan-peraturan yang dibuat untuk melindungi hak-hak pekerja yang di PHK.
Oleh karena itu pengusaha sebagai salah satu pihak yang berhubungan dengan hukum
ketenagakerjaan harus mematuhi dan mentaati segala aturan yang ada di dalam
aturan-aturan mengenai ketenagakerjaan, khususnya mengenai PHK yang dilakukan
oleh pengusaha terhadap pekerja. Pengusaha harus memperhatikan hak-hak pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxiv
yang di PHK sesuai dengan peraturan yang ada dan dalam melakukan PHK
Pengusaha harus menggunakan alasan yang sesuai dengan peraturan yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai pelaksanaan PHK di perusahaan swasta yaitu di CV. NOVA FURNITURE
berkedudukan di Karanganyar. Karena pemerintah telah menetapkan peraturan
mengenai perlindungan hukum kepada pekerja dalam hal PHK, penulis ingin
mengetahui mengenai penerapan nyata dalam pelaksanaan PHK di CV. Nova
Furniture yang berkedudukan di Karanganyar dalam hal alasan yang mendasari PHK,
prosedur PHK dan kompensasi yang diberikan terhadap pekerja yang di PHK apakah
sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Dalam penulisan hukum ini penulis
mengambil judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH CV. NOVA FURNITURE
KARANGANYAR
B. Perumusan Masalah
“Perumusan masalah dalam suatu penelitian ( hukum ) menjadi titik sentral,
perumusan masalah yang tajam disertai dengan isu-isu hukum akan memberikan arah
dalam menjawab pertanyaan atau isu hukum yang diketengahkan.”( Amiruddin,
2004: 37).
Dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah alasan Pemutusan Hubungan Kerja oleh CV. Nova Furniture sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan?
2. Bagaimana Prosedur Pemutusan Hubangan Kerja di CV Nova Furniture?
3. Apakah cara dan pemberian kompensasi terhadap pekerja yang mendapat
Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang ketenagakerjaan?
C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan penelitian harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai dengan jelas agar penelitian yang dilakukan memberikan manfaat terhadap siapapapun yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxv
membacanya. Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah yang jelas dalam melaksanakan suatu penelitian. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan singkat, tujuan penelitian yang dinyatakan dengan terang dan jelas akan dapat memberikan arah pada penelitiannya. ( Amiruddin, 2004 : 39 )
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui alasan Pemutusan Hubungan Kerja oleh CV. Nova
Furniture sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-undangan
mengenai ketenagakerjaan;
b. Untuk mengetahui Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja di CV. Nova
Furniture Karanganyar; dan
c. Untuk mengetahui cara dan pemberian kompensasi terhadap pekerja yang
mendapat Pemutusan Hubungan Kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan tentang ketenagakerjaan.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan
dalam Ilmu Hukum pada fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti
penting ilmu hukum dalam teori dan praktek.
D. Manfaat Penelitian
Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini
dapat memberi manfaat karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya
manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
penulis harapkan dari penelitian ini antara lain;
1. Manfaat Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxvi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, hukum administrasi
negara mengenai ketenagakerjaan pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-
penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola berfikir yang dinamis,
sekaligus untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam mengkritisi
persoalan-persoalan hukum yang diharapkan dapat dipakai sebagai bahan
evaluasi tentang Pemutusan Hubungan Kerja dalam perspektif Hukum
Ketenagakerjaan;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman
bagi pihak-pihak terkait yang interest terhadap persoalan tentang
Pemutusan Hubungan Kerja dalam perspektif Hukum Ketenagakerjaan.
E. Metode Penelitian
Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian ilmiah dengan
baik dan dapat dipertanggungjawabkan yakni penelitian harus lebih dulu memahami
konsep dasar ilmu pengetahuan dan metodelogi penelitian disiplin ilmu tersebut.
Lebih jelasnya, dalam suatu penelitian hukum, konsep dasar tentang ilmu hukum
menyangkut system kerja dan isi ilmu hukum haruslah sudah dikuasai. Selanjutnya,
baru penguasaan metodelogi penelitian sebagai pertanggung jawaban ilmiah terhadap
komunitas pengemban ilmu hukum. (Johnny Ibrahim, 2005 : 26)
“Metode dan system membentuk hakikat ilmu. Sistem berhubungan dengan konsep
dan isi ilmu, sedangkan metode berkaitan dengan aspek formal. Tepatnya, system
berarti keseluruhan pengetahuan yang teratur atau totalitas isi dari ilmu, sementara itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxvii
metode secara harfiah menggambarkan jalan atau cara totalitas ilmu tersebut dicapai
dan dibangun.” ( Johnny Ibrahim, 2005 : 26)
Maka metode penelitian adalah cara yang teratur dan terpikir secararuntut dan baik
dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan dan guna menguji kebenaran maupun ketidak benaran dari suatu
pengetahuan, gejala atau hipotesa. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian hukum ini, menggunakan jenis penelitian normatif. Yang dimaksut
dengan penelitian normatif adalah :
Menurut Supranto ( 2003: 2), Penelitian normatif adalah penelitian perpustakaan atau library research jadi yang dimaksud dengan penelitian normatif adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum, dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang, serta bahasa hukum yang digunakan, tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya. Dalam hal ini yang dilakukan adalah meneliti bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya maka penelitian ini bersifat penelitian preskriptif, yaitu
“mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-
konsep hukum, dan norma-norma hukum”. (Johnny Ibrahim, 2010: 22)
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian hukum ini, peneliti menggunakan pendekatan Perundang-undangan
( Statute Approach). “ Pendekatan Undang-undang dilakukan dengan menelaah
semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani. Dalam metode pendekatan Perundang-undangan peneliti perlu
memahami hierarki dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan”. (Peter
Mahmud Marzuki, 2010:93)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxviii
4. Jenis Bahan dan Sumber Bahan Penelitian
Jenis Bahan yang digunakan adalah jenis bahan sekunder. Adapun sumber-sumber
data yang digunakan dalam rencana penelitian ini adalah :
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum
yang terdapat dalam perangkat hukum/ peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun bahan hukum primer yang digunakan adalah :
1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial;
3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja danPenetapan Uang
Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian dari
Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000; dan
4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/ MEN/ 2001 tertanggal 4 Mei
2001. Kepmenakertrans Nomor Kep-78/MEN/ 2001 ini merupakan
revisi dari Kepmenakertrans Nomor Kep-150/MEN/2001.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku, teks, jurnal, internet dan bahan-
bahan lain yang dianggap perlu yang relevansi.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan lain diluar hukum yang relevan.
5. Teknik Pengumpulan Bahan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxix
a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca,
mengkaji, membuat catatan atau membuat catatan atau mencatat sesuai
masalah yang diteliti.
6. Analisis Data
Untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian hukum ini digunakan
silogisme deduksi dengan interpretasi sistematis. Metode deduksi adalah metode yang
berpangkal dari pengajuan premis mayor yang kemudian diajukan premis minor dan
dari kedua premis tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter
Mahmud Marzuki,2008:47). Premis mayor dalam dalam penelitian hukum ini adalah
aturan hukum. Adapun beberapa dasar hukum pengaturan PHK adalah :
a. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans)
Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan
Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000;
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans)
Nomor Kep-150/ MEN/ 2001 tertanggal 4 Mei 2001. Kepmenakertrans
Nomor Kep-78/MEN/ 2001 ini merupakan revisi dari Kepmenakertrans
Nomor Kep-150/MEN/2001.
Sedangkan premis minornya adalah fakta hukum yang menggambarkan adanya
pelanggaran ketentuan mengenai PHK. Melalui proses silogisme ini akan diperoleh
suatu simpulan (premis konklusi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxx
F. Sistematika
Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya
ilmiah yang sesuai dengan atauran dalam penulisan ilmiah, maka penulis menyiapkan
suatu sistematikan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terbagi
dalam 4 ( empat ) bab yang saling berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxi
Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan
Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bab ini berisikan kajian pustaka dan teori yang berkenaan dengan judul dan
masalah yang diteliti yang meliputi : Tinjauan Tentang Hubungan Kerja, Tinjauan
tentang Pemutusan Hubungan Kerja dan Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini berisikan mengenai :
1. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Oleh CV. Nova
Furniture.
2. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja Oleh CV. Nova Furniture
3. Cara dan Pemberian Kompensasi Oleh CV. Nova Furniture
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan mengenai simpulan dan saran yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Hubungan Kerja
a. Pengertian Hubungan Kerja Hubungan kerja yang terjadi antara pengusaha dan pekerja memiliki beberapa
pengertian, yaitu :
1) Dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “hubungan kerja adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxii
hubungan antara pengusaha dengan pekerja/ buruh berdasarkan
perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah”.
2) Yang dimaksud dengan hubungan kerja menurut Zainal Asikin adalah
“Hubungan antara Buruh dan Majikan setelah adanya Perjanjian Kerja,
yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, siburuh mengikatkan
dirinya pada pihak lain, si majikan untuk bekerja dengan mendapatkan
upah, dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan
si buruh dengan membayar upah. “( 1993 : 65 ).
3) Menurut Lalu Husni dalam bukunya yang berjudul “ Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia” yang disebut dengan “hubungan kerja
adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah
adanya perjanjian kerja.”(2003:39).
Berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, hubungan
kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh.
Setiap hubungan kerja diawali dengan kesepakatan perjanjian kerja. Perjanjian kerja
yang dibuat oleh pekerja dan pengusaha tidak boleh bertentangan dengan perjanjian
kerja bersama yang dibuat oleh pengusaha dengan serikat pekerja yang ada di
perusahaannya.
b. Perjanjian Kerja
1) Pengertian Perjanjian Kerja
“Perjanjian kerja merupakan dasar dari terbentuknya hubungan kerja. Perjanjian kerja
adalah sah apabila memenuhi syarat sahnya perjanjian dan asas-asas hukum
perikatan”. (Asri Wijayanti, 2009:41)Bukti bahwa seseorang bekerja pada orang lain
atau pada sebuah perusahaan adalah adanya perjanjian kerja yang berisi tentang hak-
hak dan kewajiban masing-masing pihak. Berikut ini pengertian tentang perjanjian
kerja :
a) Pengertian perjanjian kerja dalam Pasal 1601 huruf a KUH Perdata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxiii
Persetujuan perburuhan adalah perjanjian yang diselenggarakan oleh serikat-serikat buruh yang telah terdaftar pada kementerian Perburuhan (Sekarang departemen Tenaga Kerja) dengan majikan, majikan-majikan, perkumpulan majikan yang berbadan hukum yang pada umumnya atau semata-mata memuat syarat-syarat yang diperhatikan perjanjian kerja.
b) Pengertian perjanjian kerja dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak”.
a) Imam Soepomo dalam Lalu Husni
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu buruh, mengikatkan
diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain yakni majikan, dan majikan
mengikatkandiri untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.”(Lalu Husni,
2000:35)
2) Unsur-Unsur dalam Perjanjian Kerja
a) Adanya unsur work atau pekerjaan
Dalam perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek perjanjian),
pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya seizin majikan
dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPdt Pasal 1603 huruf a
yang berbunyi : “ Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya : hanyalah dengan
seizin majikan ia dapat menyuruh seorang ketiga menggantikannya.”
“Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan
dengan ketrampilan/ keahliannya, karena itu menurut hukum jika pekerja meninggal
dunia, maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.”
“Pekerjaan itu bebas sesuai dengan kesepakatan antara buruh dan majikan, asalkan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban
umum”. ( Asri Wijayanti, 2009:36)
b) Adanya unsur perintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxiv
“Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah
pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan.” (Lalu Husni, 2000: 37-38)
“Di dalam hubungan kerja kedudukan majikan adalah pemberi kerja, sehingga ia
berhak dan sekaligus berkewajiban untuk memberikan perintah-perintah yang
berkaitan dengan pekerjaannya”. ( Asri Wijayanti, 2009:37)
c) Adanya waktu
”Adanya waktu yang dimaksudkan adalah dalam melakukan pekerjaan harus
disepakati jangka waktunya. Unsur jangka waktu dalam perjanjian kerja dapat dibuat
secara tegas dalam perjanjian kerja yang diperbuat.” (Lalu Husni, 2000: 37-38)
d) Adanya upah
“Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan
bahwa tujuan utama seseorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut
bukan merupakan hubungan kerja.” (Lalu Husni, 2000: 37-38)
3) Syarat Sah Perjanjian Kerja
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal
52 ayat (1) dijelaskan tentang syarat sahnya perjanjian kerja adalah:
a) Kesepakatan kedua belah pihak;
Sepakat yang dimaksudkan adanya kesepakatan antara pihak-pihak yang melakukan
perjanjian. Kesepakatan yang terjadi antara buruh dan majikan secara yuridis haruslah
bersifat bebas.( Asri Wijayanti, 2009:43)
b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
“Hukum perburuhan membagi usia kerja dari tenaga kerja menjadi anak-anak (14
tahun ke bawah), orang muda (14-18 tahun), dan orang dewasa (18 tahun ke atas)”. (
Asri Wijayanti, 2009:43)
Ketentuan Pasal 1320 ayat (2) BW, yaitu adanya kecakapan untuk membuat
perikatan. Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxv
asasnya setiap orang yang sudah dewasa atau akil balig dan sehat pikirannya adalah
cakap menurut hukum.
c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
Pekerjaan yang diperjanjikan merupakan obyek dari perjanjian kerja antara pekerja
dengan pengusaha, yang akibat hukumnya melahirkan hak dan kewajiban para pihak
d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku;
Sebab yang halal menunjuk pada obyek hubungan kerja boleh melakukan pekerjaan
apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan dan ketertiban umum. ( Asri Wijayanti, 2009:45)
Keempat syarat tersebut bersifat komulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru
dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah. Syarat kemauan bebas kedua belah
pihak dan kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak dalam membuat perjanjian
dalam hukum perdata disebut sebagai syarat subyektif, sedangkan syarat adanya
pekerjaan yang dijanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang
berlaku disebut sebagai syarat obyektif. ( Lalu Husni, 2000: 39-40 ) Jika syarat
obyektif tidak dipenuhi oleh syarat subyektif, maka akibat dari perjanjian tersebut
adalah dapat dibatalkan. ( Asri Wijayanti, 2009:45)
4) Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja
a) Kewajiban Buruh/ Pekerja
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/ pekerja diatur dalam Pasal
1603, 1603 huruf a, 1603 huruf b, dan 1603 huruf c KUHPerdata yang pada intinya
sebagai berikut :
(1) Buruh/ pekerja wajib melakukan pekerjaan, melakukan pekerjaan
adalah tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan
sendiri, meskipun demikian dengan seizing pengusaha dapat
diwakilkan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxvi
(2) Buruh/ pekerja wajib mentaati aturan dan petunjuk majikan/
pengusaha, dalam melakukan pekerjaannya buruh/ pekerja wajib
mentaati petunjuk yang diberikan oleh pengusaha. Aturan yang
wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam peraturan
perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk
tersebut; dan
(3) Membayar kewjiaban ganti rugi dan denda, jika buruh/ pekerja
melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena
kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum
pekerja wajib membayar ganti-rugi dan denda.
b) Kewajiban Majikan/ Pengusaha
Kewajiban Pengusaha menurut Lalu Husni(2000: 42-43) adalah: “Kewajiban
memberikan istirahat/ cuti, pihak majikanan/ pengusaha diwajibkan untuk
memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur.”
Waktu istirahat atau cuti sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan ayat (2) meliputi:
(1) Memberikan istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya
setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus
dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
(2) Memberikan istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu;
(3) Memberikan cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas)
hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan
(4) Memberikan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan
dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxvii
selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan
yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak
lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam)
tahun.
(5) Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan, majikan/
pengusaha wajib mengurus perawatan / pengobatan bagi pekerja
yang bertempat tinggal dirumah majikan (Pasal 1602
KUHPerdata);
(6) Kewajiban memberikan surat keterangan, kewajiban ini
didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 huruf a KUHPerdata yang
menentukan bahwa majikan/ pengusaha wajib memberikan surat
keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan.
Dalam surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat
pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja dan;
(7) Kewajiban membayar upah. “Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja”. (Asri Wijayanti, 2009:107)
5) Hak-hak Buruh Dalam Perjanjian Kerja
Hak adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari
kedudukan atau status dari seseorang. Demikian buruh juga mempunyai hak-hak
karena statusnya itu. Adapun hak-hak dari buruh itu dapat dirinci sebagai berikut,
yaitu : (Nurwati. Jurnal.2006: 49)
a) Hak mendapatkan upah;
b) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusian;
c) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan
kemampuannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxviii
d) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta
menambah keahlian dan ketrampilan;
e) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama;
f) Hak mendapatkan pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila
ketika ia di PHK ia sudah mempunyai masa kerja sekurang-
kurangnya 6 bulan terhitung dari saat ia berhak atas istirahat
tahunan yang terakhir;
g) Hak atas upah penuh saat istirahat tahunan;
h) Hak mendirikan dan menjadi anggota Serikat Pekerja Nasional.
c. Perjanjian Kerja Bersama
1) Pengertian Perjanjian Kerja Bersama
Perjanjian Kerja Bersama ( Istilah sebelumnya Perjanjian Perburuhan, kemudian
Kesepakatan Kerja Bersama ) memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:
a) Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1601 ayat (1)
disebutkan bahwa perjanjian perburuhan adalah
“ Peraturan yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang perkumpulan majikan yang
berbadan hukum dan atau beberapa serikat buruh yang berbadan hukum, mengenai
syarat-syarat kerja yang harus di indahkan pada waktu membuat perjanjian kerja.”
b) Menurut Pasal 1 ayat (21) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja
Bersama adalah
Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
2) Masa Berlakunya KKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxxix
Masa berlakunya KKB paling lama 2 tahun dan hanya dapat diperpanjang satu kali
untuk paling lama 1 tahun dan pelaksananya harus disetujui secara tertulis oleh
pengusaha dan serikat pekerja. Menurut Lalu Husni (2000: 46-47), KKB sekurang-
kurangnya memuat :
a) Hak dan kewajiban pengusaha;
b) Hak dan Kewajiban serikat pekerja serta pekerja;
c) Tata tertib perusahaan;
d) Jangka waktu berlakunya KKB;
e) Tanggal mulai berlakunya KKB; dan
f) Tanda tangan para pihak pembuat KKB.
3) Hubungan Antara Perjanjian Kerja dengan Perjanjian Perburuhan/
KKB
Hubungan perjanjian kerja dengan KKB menurut Lalu Husni (2000: 49 ) adalah :
a) Perjanjian perburuhan/KKB merupakan perjanjian induk dari
perjanjian kerja;
b) Perjanjian kerja tidak dapat mengenyampingkan perjanjian
perburuhan, bahkan sebaliknya perjanjian kerja dapat
dikesampingkan oleh perjanjian perburuhan/ KKB jika isinya
bertentangan;
c) Ketentuan yang ada dalam perjanjian perburuhan/ KKB secara
otomatis beralih dalam isi perjanjian kerja yang dibuat dan
d) Perjanjian perburuhan / KKB merupakan jembatan untuk menuju
perjanjian kerja yang baik.
2. Tinjauan tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
a. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Yang dimaksud dengan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xl
1) Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal 1 ayat
(25) yang dimaksud dengan Pemutusan hubungan kerja adalah :
“Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.”
2) Menurut Asri Wijayanti dalam Bukunya yang berjudul “Hukum
Ketenagakerjaan Pasca Reformasi” yang dimaksud dengan Pemutusan
Hubungan Kerja adalah:
“Suatu keadaan di mana si buruh berhenti bekerja dari majikannya.” (Asri Wijayanti,
2009 : 159 )
3) Menurut Keputusan Menteri dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor : Kep/ 78/ Men/ 2001 yang dimaksud dengan Pemutusan
hubungan kerja adalah :
“Pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
ijin Panitia Daerah atau Panitia Pusat.”
4) Lalu Husni menyebutkan bahwa,
“Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha
dan pekerja karena berbagai sebab.” (Lalu Husni, 2000:170)
b. Dasar Hukum Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK )
Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan
ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam
pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Untuk itulah sangat diperlukan adanya perlindungan terhadap tenaga kerja
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/ buruh dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskrimasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.(Asri Wijayanti, 2009 : 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xli
Hukum Pemutusan Hubungan Kerja adalah bagian yang paling rumit dari Hukum
Perburuhan karena mengatur hubungan yang rawan atau mengatur masalah-masalah
to be or not to be. Oleh karena itu ketentuan tentang PHK bersifat bivalent, yaitu
perdata dan publik. Bersifat perdata berarti cenderung njimet, mengatur secara
mendetail, karenanya sulit memahaminya.( Darwan Prinst, S.H .2000:169 )
“Sumber hukum ketenagakerjaan Indonesia yang tertulis tersebar ke dalam berbagai
peraturan perundang-undangan belum terkodifikasi dengan baik, sehingga kita harus
mencari sendiri berbagai peraturan yang tersebar apabila akan dipergunakan untuk
dasar hukum dalam memecahkan suatu masalah.”(Asri Wijayanti. 2009 : 28 )
Agar efektifnya penegakan hukum bidang perburuhan dalam penyelesaian PHK,
perlu didukung dengan peraturan perundangan yang lengkap dan perubahan,
perbaikan Undang-undang No. 12 Tahun 1984 menjadi Undang-undang No 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, sehingga tenaga kerja mendapat perlindungan. Di
samping itu perlu memper-timbangkan korporasi sebagai subyek hukum pidana. Di
sisi lain perlu adanya pengamalan etika, moral dan tanggung jawab sosial perusahaan
(korporasi) terhadap tenaga kerja dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula
peningkatan Sumber. Daya Manusia (SDM) penegak hukum sebagai petugas yang
handal dan tangguh khususnya dalam praktik penyelesaian PHK mutlak diperlukan.
(eprints@undip.ac.id,13/10/10).
Adapun beberapa dasar hukum pengaturan PHK adalah :
1) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial;
3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans)
Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangaon, Uang
Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan,
tertanggal 20 Juni 2000;dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlii
4) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans)
Nomor Kep-150/ MEN/ 2001 tertanggal 4 Mei 2001. Kepmenakertrans
Nomor Kep-78/MEN/ 2001 ini merupakan revisi dari
Kepmenakertrans Nomor Kep-150/MEN/2001
c. Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Majikan/ Pengusaha
“PHK oleh majikan dapat terjadi karena alasan apabila buruh tidak lulus masa
percobaan, apabila majikan mengalami kerugian sehingga menutup usaha, atau
apabila buruh melakukan kesalahan”. (Asri Wijayanti, 2009:162)
Pemberhentian di anggap tidak layak menurut Lalu Husni (2000:131-132) apabila :
a) Tidak menyebut alasan;
b) Alasannya dicari-cari/ alasan yang palsu; dan
c) Bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang atau
kebiasaan.
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal 154 pengusaha tidak
perlu melakukan PHK dalam hal :
a) pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
b) pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri,
secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi
adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu
untuk pertama kali;
c) pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan
ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan; atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xliii
d) pekerja/buruh meninggal dunia
Menurut Djumialdji (2006:49-50) pengusaha dilarang melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan :
a) pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit
menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui
12 (dua belas) bulan secara terus menerus;
b) Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya
karena memenuhi kewajiban terhadap Negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya;
d) Pekerja/buruh menikah;
e) Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur
kandungan, atau menyusui bayinya;
f) Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan
perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya didalam satu
perusahaan, kecuali telah diatur didalam peraturan
perusahaa, atau perjanjian kerja bersama;
g) Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/ atau
pengurus serikat pekerja/ serikat buruh, pekerja/buruh
melakukan kegiatan serikat pekerja/buruh diluar jam kerja,
atau didalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja
atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama;
h) Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang
berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan
tindak pidana kejahatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xliv
i) Karena perbedaan paham,agama, politik, suku, warna
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status
perkawinan; dan
j) Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat
kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang
menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Menurut Pasal 158 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Pengusaha/
Majikan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan Pekerja/buruh
telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut :
a) melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang
dan/atau uang milik perusahaan;
b) memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan
sehingga merugikan perusahaan;
c) mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan,
memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya di lingkungan kerja;
d) melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan
kerja;
e) menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi
teman sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja;
f) membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan;
g) dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan
dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang
menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h) dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja
atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlv
i) membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang
seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara;
atau
j) melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan
yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud di atas dapat memperoleh uang penggantian hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 156 ayat (4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.
Kesalahan berat diatas berdasarkan ketentuan Pasal 158 ayat (2) harus didukung
dengan bukti :
a) Pekerja/buruh tertangkap tangan;
b) Ada pengakuan dari pekerja/buruh yang bersangkuta; atau
c) Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak
yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan
didukung sekurang-kurangnya dua orang saksi.
a) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perubahan Status,
Penggabungan, Peleburan, atau Perubahan Kepemilikan
Perusahaan
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
dalam hal terjadi peru-bahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan
kerja, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang perhargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat
(4).
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
karena perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan pengusaha
tidak bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka pekerja/buruh berhak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlvi
atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3), dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).
b) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Tutup
Disebabkan Perusahaan Mengalami Kerugian Secara Terus
Menerus
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara
terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), dengan
ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
“Uang pesangon dan uang penghargan masa kerja perhitungan didasarkan pada upah
sebulan terakhir sebelum terkena PHK. Upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan
yang bersifat tetap ( Pasal 157 ayat (1) ). Sedang uang penggantian hak antara lain
berupa cuti tahunan yang belum diambil, biaya ongkos pulang, penggantian
perumahan dan kesehatan.” (Annisrul Nur. Jurnal. Vol. VIII. 2005:50)
c) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Tutup Bukan
Karena Mengalami Kerugian
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
karena perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-
turut atau bukan karena keadaan memaksa (force majeur) tetapi perusahaan
melakukan efisiensi, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon
sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlvii
d) Pemutusan Hubungan Kerja Karena Perusahaan Pailit
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/ buruh
karena perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).
2) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Buruh/ Pekerja
PHK oleh buruh dapat terjadi apabila buruh mengundurkan diri atau terdapat alasan
yang mendesak yang mengakibatkan buruh minta di-PHK. Pengunduran diri buruh
dapat dianggap terjadi apabila buruh mangkir paling sedikit dalam waktu 5 hari kerja
berturut-turut dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 kali secara tertulis, tetapi pekerja
tidak dapat memberikan keterangan tertulis dengan alat bukti yang sah. (Asri
Wijayanti, 2009: 162)
Seorang buruh yang akan mengakhiri hubungan kerja harus mengemukakan alasan-
alasannya kepada pihak majikan. Alasan mendesak adalah suatu keadaan sedemikian
rupa sehingga mengakibatkan bahwa buruh tersebut tidak sanggup untuk meneruskan
hubungan kerja. Alasan-alasan mendesak dimaksud di antaranya : (Lalu Husni, 2000:
133)
a) Apabila majikan menganiaya, menghina secara kasar atau melakukan
ancaman yang membahayakan si buruh atau anggota keluarganya;
b) Apabila majikan membujuk buruh atau anggota keluarganya untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang atau
tata susila; dan
c) Majikan tidak membayar upah sebagaimana menstinya/ tidak tepat
waktu.
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Pekerja/buruh dapat mengajukan
permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlviii
a) menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh;
b) membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c) tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama
3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih;
d) tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/
buruh;
e) memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan di luar
yang diperjanjikan; atau
f) memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan,
kesehatan, dan kesusilaan pekerja/buruh sedangkan pekerjaan
tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
3) Hubungan Kerja Putus demi Hukum
Selain diputuskan oleh majikan atau buruh, hubungan kerja juga dapat putus/ berakhir
demi hukum, artinya hubungan kerja tersebut harus putus dengan sendirinya.
Hubungan kerja putus demi hukum apabila : (Lalu Husni. 2000:133-134)
a) Buruh/ pekerja dalam masa percobaan;
b) Buruh/ pekerja mengundurkan diri tanpa syarat atau karena
memasuki usia pensiun;
c) Buruh/ pekerja meninggal dunia; dan
d) Hubungan kerja/ perjanjian kerja yang diadakan untuk waktu tertentu
dan waktu yang ditentukan itu telah berakhir/ lampau, jadi dengan
selesainya suatu kontrak kerja, maka hubungan kerja putus dengan
sendirinya.
4) Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan
Yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan ialah pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan perdata biasa atau permintaan yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xlix
berdasarkan alasan penting. Alasan penting adalah disamping alasan mendesak juga karena perubahan keadaan pribadi atau kekayaan pemohon atau perubahan keadaan dimana pekerjaan yang dilakukan sedemikian rupa sifatnya, sehingga adalah layak untuk memutuskan hubungan kerja. ( Lalu Husni, 2000 : 131-135 )
d. Prosedur PHK oleh Pengusaha
Menurut Lalu Husni .( Lalu Husni, 2000 : 127-130 ) tata cara PHK yang dilakukan oleh pengusaha adalah:
1) Pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan
kerja;
2) Setelah dilakukan segala usaha dimana pemutusan hubungan kerja tidak
dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya
untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja dengan organisasi pekerja
yang bersangkutan/ yang ada diperusahaan atau dengan karyawan/ tenaga
kerja/ pekerja sendiri dalam hal tenaga kerja tersebut tidak menjadi
anggota salah satu organisasi pekerja;
3) Bila perundingan tersebut nyata-nyata tidak menghasilkan persetujuan
paham, pengusaha hanya dapat melakukan pemutusan hubungan kerja
dengan tenaga kerja setelah mendapat izin dari Panitia Perselisihan
Perburuhan Daerah ( P4D) bagi pemutusan hubungan kerja perseorangan
dan Panitia Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) bagi pemutusan
hubungan kerja secara besar-besaran;
4) P4D dan P4P menyelesaikan permohonan izin pemutusan hubungan kerja
dalam waktu sesingkat-singkatnya menurut tata cara yang berlaku untuk
penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Dalam hal P4D atau P4P
memberikan izin, maka dapat ditetapkan pula kewajiban pengusaha untuk
memberikan kepada tenaga kerja/ karyawan yang bersangkutan uang
pesangon, uang jasa, dang anti kerugian lainnya;
5) Hal-hal yang harus dimuat dalam permohonan izin pemutusan hubungan
kerja oleh pengusaha adalah :
a) Nama dan kedudukan perusahaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user l
b) Nama orang yang bertanggung jawab di perusahaan;
c) Nama dari karyawan/ tenaga kerja yang dimintakan pemutusan
hubungan kerja;
d) Umur dan jumlah keluarga si pekerja;
e) Jumlah masa kerja dari setiap tenaga kerja yang dimintakan pemutusan
hubungan kerja;
f) Penghasilan terakhir berupa uang dan catu tiap bulannya;
g) Alasan-alasan pengusulan pemutusan hubungan kerja secara
terperinci.
6) Permohonan izin pemutusan hubungan kerja tidak dapat diberikan apabila
pemutusan hubungan kerja tersebut didasarkan atas :
a) Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan serikat pekerja atau
dalam rangka pembentukan serikat pekerja dan melaksanakan tugas-
tugas atau fungsi serikat pekerja diluar jam kerja;
b) Pengaduan pekerja/ tenaga kerja kepada yang berwajib mengenai
tingkah laku pengusaha yang terbukti melanggar peratuan Negara dan
c) Paham agama, aliran, suku, golongan atau jenis kelamin.
7) Permohonan izin pemutusan hubungan kerja dapat diberikan dalam hal
tenaga kerja/ pekerja melakukan kesalahan berat
e. Kompensasi PHK
1) Hak-hak tenaga kerja yang terkena PHK
Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa bila terjadi PHK, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
Menurut Lalu Husni (2000: 134 ) Hak-hak yang diterima oleh pekerja/ buruh yang
mengalami PHK adalah :
a) Uang pesangon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user li
“Uang pesangon adalah pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada
pekerja sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja
pekerja.” (Lalu Husni 2000: 135 )
Menurut Asri Wijayanti ( 2009: 173 ), besarnya uang pesangon ditetapkan paling
sedikit sebagai berikut :
(1) masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua)
tahun, 2 (dua) bulan upah;
(2) masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga)
tahun, 3 (tiga) bulan upah;
(3) masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat)
tahun, 4 (empat) bulan upah;
(4) masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5
(lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
(5) masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6
(enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;
(6) masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7
(tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
(7) masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8
(delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; dan
(8) masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan
upah.
b) Uang Penghargaan Masa Kerja
“Uang penghargaan masa kerja atau dalam peraturan sebelumya disebut dengan uang
jasa adalah uang penghargaan pengusaha kepada pekerja yang besarnya dikaitkan
dengan lamanya masa kerja”. (Lalu Husni 2000: 135 )
Menurut Asri Wijayanti ( 2009: 173 ), besarnya uang penghargaan masa kerja
ditetapkan paling sedikit sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lii
(1) masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6
(enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
(2) masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9
(sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
(3) masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari
12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah;
(4) masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari
15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;
(5) masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
(6) masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang
dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
(7) masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan
upah; dan
(8) masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10
(sepuluh) bulan upah.
c) Uang Ganti Rugi
“Uang ganti kerugian adalah pemberian berupa uang dari pengusaha kepada pekerja
sebagai pengganti dari hak-hak yang belum diambil seperti istirahat tahunan, istirahat
panjang, biaya perjalanan pulang ketempat dimana pekerja diterima bekerja dll.”
(Lalu Husni 2000: 135 )
Dalam Pasal 24 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 150 tahun 2000 disebutkan
bahwa ganti rugi meliputi :
(1) Istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
(2) Ganti kerugian atas istirahat panjang bilamana perusahaan yang
bersangkutan berlaku peraturan istirahat panjang dan pekerja
belum mengambil istirahat itu menurut perbandingan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user liii
masa kerja pekerja dengan masa kerja yang ditentukan untuk
dapat mengambil istirahat panjang;
(3) Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya
ketempat dimana pekerja diterima bekerja;
(4) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan
ditetapkan sebesar 15% ( lima belas persen ) dari uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja/ jasa, apabila
masa kerjanya memenuhi syarat untuk mendapatkan uang
penghargaan masa kerja/ jasa; dan
(5) Hal-hal lain yang ditetapkan oleh panitian daerah atau panitia
pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user liv
Tabel 1 :
Hak-hak Pekerja yang di PHK dikaitkan dengan alasan PHK
Alasan
Pesangon
Penghargaan
Masa Kerja
Ganti Rugi
Perumahan,
Perawatan
dan
Pengobatan
Keterangan
PHK Demi Hukum
Masa Kontrak Kerja
Habis
Tidak Lulus Masa
Percobaan
Meninggal Dunia 2x 1x 1x Pasal 166
PHK Oleh Buruh
Mengundurkan Diri 1x Pasal 162 ayat
(1) dan (2)
(ditambah uang
pisah )
Alasan Mendesak 1x 1x 1x Pasal 169 ayat
(2)
( apabila
tuduhan pekerja
tidak terbukti
dinyatakan oleh
lembaga PPHI
maka tidak
berhak uang
pesangon dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lv
UPMK)
Pensiun 2x 1x 1x Pasal 167 ayat
(2)
( pekerja
diikutkan
program pension
tidak mendapat
uang pesangon,
jika diikutkan
tetapi jumlahnya
lebih kecil
selisihnya
dibayarkan
pengusaha Psl
167 ayat (1)
PHK Oleh Majikan
Kesalahan Buruh
Ringan
1x 1x 1x Pasal 162/3
Kesalahan Buruh
Berat
1x 1x Pasal 160/7
Perusahaan Tutup
Pailit
1x 1x 1x Pasal 65
Force mejeur 1x 1x 1x Pasal 164/1
Ada efisiensi 2x 1x 1x Pasal 164/3
Perubahan status,
milik, lokasi, buruh
menolak
1x 1x 1x Pasal 163/1
Perubahan status, 2x 1x 1x Pasal 163/2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lvi
milik, lokasi,
majikan menolak
Pekerja sakit
berkepanjangan
mengalami cacat
akibat kecelakaan
kerja
2x 2x 1x Pasal 172
Sumber : Asri Wijayanti, 2009:174
Keterangan :
1x : Hak yang diperoleh dikalikan 1x
2x : Hak yang diperoleh dikalikan 2x
Jika semua hak diperoleh, maka 1 komponen dikalikan terlebih dahulu, kemudian
dijumlahkan dengan komponen hak yang lain yang sudah dikalikan, dan hasilnya
adalah seluruh hak yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lvii
2) Komponen Upah sebagai Dasar Perhitungan Kompensasi PHK
a) Pengertian Upah
(1) Menurut Darwan Prints yang dimaksud dengan upah adalah :
“Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh atas
prestasi berupa pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan oleh Tenaga Kerja
dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang.”( Darwan Prints, 2000: 1947)
(2) Menurut Asri Wijayanti, yang dimaksud dengan upah adalah:
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. (Asri Wijayanti, 2009: 102) Upah pada prinsipnya hanya diberikan apabila pekerja masuk kerja. Prinsip ini
dikenal dengan no work no pay. ( Asri Wijayanti, 2009 : 115). Upah sebagai dasar
pemberian uang pesangon, uang jasa dan uang kerugian terdiri dari( Lalu Husni,
2000: 138 ) :
(1) Upah pokok;
(2) Segala macam tunjungan yang bersifat tetap yang diberikan
kepada pekerja keluarganya; dan
(3) Harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja
secara Cuma-Cuma harus dibayar kepada pekerja sebagai
sibsidi maka sebagai upah dianggap selisih antara harga
pembelian dengan yang harus dibayar oleh pekerja.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kepmenakertrans) Nomor Kep-
150/MEN/2000
4) Kepmenakertrans Nomor Kep-78/MEN/ 2001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lviii
Keterangan : Perlindungan hukum bagi buruh sangat diperlukan mengingat kedudukannya yang
lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin, yaitu :
Premis Mayor
PHK Oleh CV NOVA FURNITURE
Premis Minor
Alasan PHK Pemberian Kompensasi
Prosedur PHK
Ada tidaknya perlindungan hukum terhadap tenaga kerja PHK
Premis Konklusi ( Premis Kesimpulan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lix
”Perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-
undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak
seperti dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena
keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan
filosofis .”(Zainal Asikin, 1993: 5)
“Intervensi pemerintah dalam bidang perburuhan/ ketenagakerjaan dimaksudkan
untuk tercapainya keadilan di bidang perburuhan/ ketenagakerjaan karena jika
hubungan antara pekerja dengan pengusaha diserahkan kepada para pihak saja, maka
pengusaha sebagai pihak yang kuat akan menekan pekerja sebagai pihak yang lemah
secara sosial ekonomi .” (Lalu Husni, 2000: 5)
Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh pengusaha haruslah memiliki alasan
yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan kepada para pekerja/buruh dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Prosedur/ cara PHK yang dilakukan pengusaha pun harus sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dengan terjadinya PHK, pekerja/ buruh akan mendapatkan haknya,
yaitu kompensasi yang meliputi, uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
uang ganti kerugian.
Pemutusan Hubungan Kerja yang diteliti dalam penulisan hukum ini adalah
pemutusan hubungan kerja yang terjadi Pada CV. NOVA FURNITURE. Dari
peristiwa hukum yang terjadi pada CV. NOVA FURNITURE tersebut akan timbul
akibat hukumnya, yaitu mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja yang
mendapatkan PHK. Apakah alasan, prosedur dan kompensasi yang diberikan oleh
CV. NOVA FURNITURE sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku mengenai ketenagakerjaan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lx
1. Deskripsi CV. Nova Furniture
CV. Nova Furniture merupakan gabungan dua perusahaan yaitu :
a. Nama : Nova Furniture
Alamat : Jl. Raya Solo – Semarang KM 26
Mojosongo, Boyolali
57322 Jawa Tengah, Indonesia
Didirikan : Tahun 2000
Areal produksi : 12.000 m²
Kapasitas : 40 kontainer / bulan
Karyawan : 400 orang
Showroom : 400 m
b. Nama : CV. Nova Furniture
Alamat : Jalan Mojo, Dagen, Jaten, Kabupaten
Karanganyar
Didirikan : Tahun 2004
Areal produksi : 14.000 m²
Kapasitas : 12 kontainer / bulan
Karyawan : 300 Orang
Penanggung jawab di perusahaan ini adalah Dahlia Nova. Perusahaan ini bergerak di
bidang Furnitur penghasil mebel, proses produksi di perusahaan ini meliputi
pengolahan bahan mentah atau kayu, kemudian pada tahap finishing yaitu berupa
bahan jadi, produk yang dihasilkan adalah indoor furniture dan outdoor furniture,
seperti mebel untuk kamar tidur, meja makan, mebel dapur, dan mebel ruang tamu.
Produk yang dihasilkan oleh CV Nova Furniture berasal dari bahan kayu, bambu,
dahan, dan rotan, tergantung jenis tipe dan pesanannya. Produksi Nova Furniture
hanya memanfaatkan perkebunan jati, akasia, mahoni untuk membuat item untuk
ruang tamu, ruang makan, kamar tidur dan kamar mandi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxi
CV Nova Furniture juga memiliki produksi tikar pancuran, memproduksi ubin lantai
kayu jati dan kayu jati untuk untuk ruangan. Pabrik ini mengeringkan kayu yang
bersumber dari tanaman, sebelum proses finishing. Menggunakan pelapis sampah
ramah lingkungan untuk melindungi perabotan dari unsur-unsur. Menggabungkan
desain kontemporer bahan baru seperti rotan poli, textiline, aluminium, produknya
memberikan tampilan modern segar.
Didukung oleh jaringan pemasok khusus, berbagai produk tanpa henti cocok untuk
rumah saat ini sedang dipasok ke pengecer dan grosir. Produk yang ditawarkan
dalam kategori seperti kotak penyimpanan dan keranjang, aksesoris dekorasi,
dekorasi dinding, cermin, vas, Giftware, kantor rumah, dan aksesori kamar mandi.
Suatu Perusahaan agar berjalan dengan baik perlu dikelola dengan managemen yang
baik. CV Nova Furniture telah diatur dengan managemen yang terstruktur. Struktur
organisasi CV Nova Furniture adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxii
Keterangan dari Struktur Organisasi CV Nova Furniture
a. Direktur
Direktur Bertugas :
1) Menetapkan Kebijakan-kebijakan umum perusahaan dalam penyusunan
dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perusahaan;
2) Menetapkan kebijakan umum dalam rangka melaksanakan kebijakan
pemerintah di bidang tekstil
3) Penanggung jawab utama usaha perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxiii
b. Manager Pemasaran dan Keuangan
Manager Pemasaran Bertugas :
1) Bekerja sama dengan staff dan direksi untuk menghasilkan strategi
pemasaran yang efektif yang mendukung misi dan tujuan dari perusahaan;
2) Mengawasi staff pemasaran, mengevaluasi kinerja staff bagian pemasaran,
dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan;
3) Menentukan target pemasaran setiap bulannya.
Manager Keuangan bertugas:
1) Mengkoordinasikan pengendalian kegiatan Akuntansi
Manajemen,Keuangan, dan Sistem Informasi Keuangan;
2) Melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan laporan akuntansi
manajemen perusahaan;
3) Mengevaluasi dan menyampaikan laporan keuangan (neraca,
laporanlaba/rugi, laporan arus kas) yang auditable secara berkala beserta
perinciannya (bulanan, triwulan maupun akhir tahun) sesuai dengan
kebijakan akuntansi kepada Direksi;
4) Melaporkan kinerja manajemen unit operasi terhadap anggaran dan standar
biaya dan memberikan penjelasan disertai rekomendasi perbaikan yang
diperlukan;
5) Melaksanakan perencanaan dan pengendalian anggaran bulanan,triwulanan
dan tahunan;
Dalam melaksanakan tugasnya, manager pemasaran dan manager keuangan
membawahi :
1) Manager Pemasaran
a) Sales Executive
Sales Executive bertugas:
(1) Membuat dan menjalankan jadwal kunjungan harian dan laporan
perkembangan untuk customer yang sudah ditargetkan;
(2) Memonitor pelaksanaan awal order untuk customer baru;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxiv
(3) Memonitor penjualan untuk pencapaian hasil terhadap customer
yang ditargetkan;
b) Kabag Promosi
Kabag Promosi memiliki tugas :
(1) Menyusun program kerja seksi promosi dan informasi pasar;
(2) Menyiapkan bahan kegiatan serta kerjasama pelaksanaan promosi
dagang;
(3) Melaksanakan kegiatan promosi dan pameran dagang dalam dan
luar negeri;
(4) Menyiapkan bahan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
promosi dan informasi pasar
c) Kabag Riset dan Pengembangan
Kabag Riset dan Pengembangan bertugas :
(1) Menyusun rencana kerja atau kegiatan pembinaan dan
pengembangan serta penerapan teknologi di bidang industri;
(2) Melaksanakan fasilitasi di bidang penggunaan teknologi proses
produksi;
(3) Melaksanakan fasilitasi dan pengawasan penerapan standarisasi
pengunaan teknologi dalam proses produksi;
(4) Melaksanakan fasilitasi terhadap kegiatan penggunaan bahan
baku;
2) Manager Akutansi dan Keuangan
a) Kabag Keuangan
Kabag Keuangan bertugas :
(1) Melaksanakan pengelolaan keuangan meliputi seluruh fungsi-
fungsi perencanaan, pencairan sumber-sumbe penerimaan,
penempatan, penyimpanan pada portafolio terbaik, pengalokasian
penggunaan dan pengawasannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxv
(2) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan dan asuransi asset
perusahaan.
b) Kabag Akutansi
Kabag Akutansi memiliki tugas:
(1) Mengawasi di bidang keuangan, pembukuan, dan penjualan;
(2) Meneliti dan mengawasi seluruh biaya dengan berpegang pada
anggaran dan dapat menghentikan suatu pengeluaran apabila
menyimpang;
(3) Menyelesaikan neraca akhir tahun dan laporan keuangan lainnya
seperti pembayaran pajak.
3) Manager Pembelian dan Logistik
a) Kabag Pengadaan dan Pembelian
Kabag Pembelian bertugas :
1) Membuat daftar perincian belanja bahan baku, bahan penunjang
proses produksi serta mesin-mesin produksi.
b) Kabag Logistik
Kabag Logistik Bertugas :
1) Mengkoordinasikan dan mengawasi persediaan bahan baku yang
masih tersedia di gudang;
c. Manager Operasional
Manager Operasional bertugas :
1) Mengawasi jalur proses produksi, instalasi dan perbaikan agar terjamin
kelancaran kerja.
2) Merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi di
bidang operasional perusahaan.
3) Membantu direksi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan bidang
produksi, persediaan dan pembelian.
4) Membuat laporan kepada direksi mengenai proses produksi, instalasi, dan
perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxvi
Dalam melaksanakan tugasnya, manager operasional membawahi :
1) Manager Produksi
Manager Produksi bertugas :
a) Merencanakan dan mengatur jadwal produksi produk agar tidak terjadi
kekurangan dan kelebihan persediaan.
b) Mengadakan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan
spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.
c) Membuat rencana produksi sesuai dengan permintaan pemasaran.
Dalam melaksanakan tugasnya, manager produksi membawahi :
1) Kabag Laborat
Kabag Laborat bertugas :
a) Keakuratan resep hasil matching (kualitas);
b) Target hasil matching;
c) Penulisan resep untuk produksi; dan
d) Mengatur atau menyusun komponen resep sesuai kebutuhan dan sesuai
jenis yang ada dalam persediaan
2) Kabag Maintenance
Kabag Maintence bertugas :
a) Membuat laporan produksi secara priodik untuk mengenai pamakaian
bahan dan jumlah produksi.
b) Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui
kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
c) Mengatur jadwal perbaikan dan perawatan mesin.
3) Kabag Finishing
Kabag Finishing bertugas
a) Membuat Perencanaan proses,system proses, dan strategi proses
produksi;
b) Mengevaluasi hasil proses produksi;
c) Melakukan tindakan-tindakan perbaikan peningkatan hasil produksi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxvii
4) Kabag Utility
Kabag Utility bertugas :
a) Pelaksanaan pencapaian target produksi sesuai dengan kualitas,
kuantitas, dan batas waktu yang ditentukan;
b) Pelaksanaan efisiensi dalam pemakaian spare part, bahan pembantu,
bahan baku, mesin serta biaya lain guna meningkatkan daya saing dari
segi biaya.
d. Manager Personalia
Manager Personalia bertugas :
a) Merekrut dan melatih pegawai baru yang dibutuhkan perusahaan.
b) Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kepala-kepala
bagian.
c) Mengerjakan administrasi kepegawaian.
Dalam menjalankan tugasnya, manager personalia membawahi :
a) Kabag Personalia
Kabag Personalia bertugas :
(1) Mengkoordinir bagian personalia serta menjalankan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan dewan direksi;
(2) Membantu direksi dalam menyusun dan melaksanakan anggaran
umum dan tenaga kerja perusahaan;
(3) Menjawab dan mengatur penyelenggaraan administrasi, penerimaan
pegawai, pemberhentian, peraturan upah, pembinaan mental, dan
keterampilan.
b) Kabag Pengiriman dan Umum
(1) Menyusun dan memelihara data administrasi kepegawaian serta data
kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian;
(2) Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kebutuhan dan
pengembangan pegawai, mutasi pegawai serta pengelolaan
administrasi kepegawaian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxviii
(3) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan, kegiatan pemberian
informasi dan hubungan masyarakat;
(4) Mengadakan, menerima dan mencatat penerimaan dan pengeluaran
benda berharga beserta tanda buktinya serta melakukan pengesahannya
pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;
2. Alasan Yang Mendasari CV Nova Furniture Melakukan PHK
Selama pelaksanaan hubungan kerja, tidak tertutup kemungkinan terjadi pemutusan
hubungan kerja. Baik yang dilakukan atas inisiatif pengusaha atau atas inisiatif
pekerja. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 25 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 pengertian pemutusan hubungan kerja yaitu ”Pengakhiran hubungan kerja
karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berkhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha”.
Pemutusan hubungan kerja meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan
usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan
atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha
sosial dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai pengurus, dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Perselisihan PHK termasuk kategori perselisihan hubungan industrial bersama
perselisihan hak, perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja.
Perselisihan PHK timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat antara pekerja dan
pengusaha mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan salah satu pihak.
Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture terhadap
pekerjanya merupakan PHK secara perorangan. PHK yang terjadi bukan merupakan
tanpa alasan, CV. Nova Furniture melakukan PHK terhadap dua orang pekerjanya
karena kedua pekerjanya telah tertangkap tangan melakukan perjudian di luar
perusahaan dan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri Sukoharjo terhadap
Setiawan dan Wiyono dianggap bersalah dan telah melanggar Pasal 303 KUHPidana
dengan mendapatkan hukuman pidana selama 3 bulan penjara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxix
Setiawan adalah salah satu karyawan CV. Nova Furniture yang bekerja selama 5
Tahun 10 bulan(13 Maret 2004 – 15 Januari 2010) yang bekerja pada posisi cleaning
service dengan mendapatkan upah Rp 761.000/ bulan. Ketika bekerja pada CV
Furniture, Setiawan tidak pernah mendapatkan Surat Peringatan I, II, dan III. Jadi
dapat disimpulkan saat melakukan kewajibannya pada CV. Nova Furniture, Setiawan
bekerja dengan itikad baik. Sedangkan Wiyono merupakan pekerja CV Nova
Furniture yang bekerja pada posisi security selama lebih dari 4 tahun dan memiliki
upah Rp 761.000/bulan. Sama halnya dengan Setiawan, ketika bekerja di CV Nova
Furniture, Wiyono tidak pernah mendapatkan Surat Peringatan I, II, dan III, jadi
dapat dikatakan bahwa Wiyono bekerja dengan itikad baik.
Kronologis terjadinya PHK pada dua pekerja CV Nova Furniture tersebut bermula
dari penangkapan oleh polisi terhadap Setiawan dan Wiyono yang tertangkap tangan
melakukan judi lek-lek’an pukul 01.00 pada 25 September 2009 oleh Polisi Polsek
Sukoharjo di Dusun Karanganyar Cilik,Mojolaban Sukoharjo (bukan di dalam
perusahaan) pada waktu kejadian tersebut Wiyono ijin libur karena seharusnya
Wiyono masuk kerja pada sore hari dengan alasan kepentingan keluarga. Proses
persidangan keduanya dilakukan pada tanggal 24 November 2009 dan 1 Desember
2009. Dan keduanya dipidana selama 3 bulan penjara. Setelah 3 bulan menjalani
masa tahanannya, Setiawan dan Wiyono bebas pada tanggal 25 Desember 2009.
Mereka di PHK oleh pihak CV Furniture terhitung sejak tanggal 15 Januari 2010
dengan alasan telah melakukan judi dan dikenakan Pasal 303 KUHP dengan ancaman
pidana 3 bulan penjara. Keduanya bebas tanggal 25 Desember 2009.
Setiawan dan Wiyono menghadap HRD pada tanggal 28 Desember 2009 karena
tanggal 25,26,27 Desember 2009, perusahaan tutup dikarenakan libur Natal. Dan
setelah mereka menghadap HRD Setiawan mengalami skorsing oleh pihak HRD
terhitung tanggal 28 Desember 2009 sampai dengan 15 Januari 2010. Pada tanggal 15
Januari 2010 Setiawan menghadap HRD lagi dan akhirnya Setiawan di PHK dan
diberi ganti rugi sebesar 15% dari total pesangon dan penghargaan masa kerja. Dan
pihak CV Nova Furniture telah mengeluarkan Surat Keputusan Pemutusan Hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxx
Kerja No:021/XII/HRGA/NF/2009 terhadap Setiawan. Setiawan menolak sejumlah
uang yang tertuang di dalam surat persetujuan bersama yang dibuat pihak ke satu
yaitu office manager CV Nova Furniture Bapak Yuni Haryanto. Karena Setiawan
tidak menyetujui PHK yang dilakukan oleh pihak CV Nova Furniture dengan segala
akibat hukumnya, maka Setiawan yang diwakili oleh Serikat Pekerja Kimia Energi
Pertambangan Minyak Gas Bumi dan Umum mencatatkan perselisihan hubungan
industrial mengenai PHK ini pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Karanganyar untuk diselesaikan dengan jalan mediasi.
Pada tanggal 28 Desember 2009 Wiyono langsung dipecat secara sepihak oleh
Pengusaha. Tanpa ada persetujuan dari kedua belah pihak. Surat PHK terhadap
Wiyono pun telah dikirim kerumahnya melalui tetangganya pada tanggal 29
Desember 2009.
Selama bekerja di CV Nova Furniture kedua karyawan tersebut mengaku tidak
pernah melakukan kesalahan terhadap pengusaha, mereka bekerja dengan itikad baik
dan tidak pernah mendpatkan surat peringatan I, II, dan III dari pengusaha.
Menurut Peraturan Perusahaan CV. Nova Furniture Pasal 41 ayat (12), setiap
karyawan yang melakukan pelanggaran atau melakukan segala sesuatu yang
merugikan perusahaan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja sesuai
dengan tata cara dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Termasuk
pelanggaran sebagai berikut :
a. Melakukan pencurian atau penggelapan harta benda/informasi milik
perusahaan, sesama karyawan, atau tamu perusahaan;
b. Melakukan penganiayaan terhadap atasan, pihak managemen atau keluarga
mereka,tamu,atau sesama karyawan perusahaan;
c. Membujuk atasan atau pihak managemen perusahaan dan keluarga mereka,
sesama karyawan atau tamu perusahaan untuk melakukan kejahatan;
d. Merusak dan menghancurkan barang milik perusahaan, sesama karyawan
atau tamu perusahaan dengan sengaja atau tidak sengaja;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxi
e. Mabuk, berjudi, dan berkelahi di tempat kerja, atau kedapatan tidur selama
jam kerja;
f. Melakukan perbuatan asusila di lingkungan perusahaan;
g. Menjadi karyawan tetap suatu lembaga/instansi perusahaan pemerintah
atau swasta lainnya tanpa persetujuan managemen perusahaan;
h. Menghina, dan mengajak atasan berkelahi, dan mengancam pihak
managemen perusahaan beserta keluarga mereka,sesama karyawan dan
tamu perusahaan;
i. Membongkar dan menyebarkan informasi rahasia tentang perusahaan atau
kehidupan keluarga pihak managemen;
j. Mengadakan, memimpin, menyebarkan sabotase dalam segala bentuknya;
k. Melakukan pelanggaran kriminalitas atau tindakan-tindakan yang tidak
bermoral atau kejahatan-kejahatan yang tercantum dalam KUH Perdata,
KUH Pidana, baik di dalam maupun diluar Perusahaan;
l. Melakukan pelecehan seksual dalam segala bentuknya terhadap pihak
managemen perusahaan dan keluarganya, sesama karyawan atau tamu
perusahaan;
m. Merubah data-data dan laporan perusahaan, terutama yang berhubungan
dengan laporan atau data keuangan;
n. Mendapatkan kehadiran karyawan lain dan/ atau didatakan kehadirannya
oleh karyawan lain;
o. Tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan, tanpa Surat Keterangan Dokter,
dan tanpa alasan jelas selama 5 hari berturut-turut, dan perusahaan sudah
berusaha menghubungi sebanyak 2 (dua) kali;
p. Melakukan kolusi, kecurangan atau korupsi atas barang-barang atau hak
milik perusahaan dengan cara apapun;
q. Melakukan pelanggaran yang sama bobotnya selama masa berlakunya surat
peringatan ketiga/terakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxii
3. Prosedur PHK oleh CV Nova Furniture
Praktek pemutusan hubungan kerja yang terjadi karena berakhirnya waktu yang telah
ditentukan dalam perjanjian tidak menimbulkan masalah bagi kedua belah pihak yaitu
pekerja dan pengusaha, karena kedua belah pihak telah mengetahui saat berakhirnya
perjanjian kerja tersebut. Berbeda dengan pemutusan hubungan kerja yang terjadi
karena adanya perselisihan, keadaan ini akan membawa dampak terhadap kedua
belah pihak, lebih-lebih bagi pihak pekerja yang dipandang dari sudut ekonomi
berada dalam posisi yang lemah.
Prosedur pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-undang Nomor
2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
a. Prosedur pelaksanaan PHK pada Setiawan
Setiawan bebas dari penjara pada tanggal 25 Desember 2009, ketika Setiawan masuk
bekerja, tanpa alasan yang jelas Setiawan mendapatkan skorsing oleh pihak CV.
Nova Furniture terhitung tanggal 28 Desember 2009 sampai dengan 15 Januari 2010.
Pihak CV Nova Furniture telah membuat Surat Keputusan Pemutusan Hubungan
Kerja No. 021/XII/HRGA/NF/2009 tertanggal 15 Januari 2010 dengan pertimbangan:
1) Tindak pelanggaran hukum (pidana) yang telah dilakukan yang
bersangkutan;
2) Selama masa hukuman (3 bulan) tidak dapat melakukan aktivitas
bekerja; dan
3) Hasil keputusan managemen.
Pada tanggal yang sama pengusaha membuat Persetujuan Bersama antara pihak CV.
Nova Furniture dengan Setiawan yang berisi tentang Persetujuan PHK yang telah
dikeluarkan oleh pihak CV. Nova Furniture sesuai dengan Surat Keputusan
Pemutusan Hubungan Kerja No. 021/XII/HRGA/NF/2009 tertanggal 15 Januari 2010
dan pemenuhan atas kompensasi yang diterima oleh Setiawan, yaitu pekerja diberi
uang 15% dari total pesangon dan penghargaan masa kerja. Merasa tidak puas dari
keputusan sepihak pengusaha, Setiawan yang diwakili oleh Federasi Serikat Pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxiii
Kimia Energi Pertambangan Minyak Gas Bumi dan Umum mencatatkan perselisihan
hubungan industrial mengenai PHK ini pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Karanganyar pada tanggal 18 Januari 2010.
Karena tidak menyetujui atas PHK yang dilakukan oleh pihak CV Nova Furniture
dan segala akibat hukumnya, maka pada tanggal 03 Februari 2010 CV Nova
Furniture melakukan perundingan bipartit dengan Setiawan. Dari perundingan
Bipartit tersebut pekerja dan pengusaha tidak menemukan kesepakatan. Akhirnya
kedua belah pihak sepakat melakukan mediasi untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial tentang PHK tersebut.
Mediasi menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Industrial adalah penyelesaian perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah
yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
Pendaftaran Permohonan Mediasi dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010 melalui
Ketua Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan Minyak Gas Bumi dan
Umum Kabupaten Karanganyar dengan tuntutan oleh pekerja adalah :
1) Dipekerjakan kembali seperti semula; dan
2) Dibayarkan haknya yang belum diterima.
Klarifikasi dari pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi di serahkan
kepada para pihak pada tanggal 28 Januari 2010, yang isinya mengharapkan
kedatangan para pihak dan membawa data/berkas yang diperlukan dalam proses
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pencatatan perselisihan dan mediasi dikirim oleh Federasi Serikat Pekerja Kimia
Energi Pertambangan Minyak Gas Bumi dan Umum Kabupaten Karanganyar dengan
nomor 329/DPC/FSP.KEP/II/01 pada tanggal 02 Februari 2010. Yang isinya berupa
pembelaan oleh pihak-pihak yang mengalami pemutusan hubungan kerja.
Pemanggilan para pihak yang berselisih dilakukan pada tanggal 6 Februari 2010 oleh
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar. Sidang mediasi dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxiv
pada tanggal 15,22, dan 29 Februari 2010 dengan 2 (dua) orang mediator dari Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar yang diwakili oleh Drs. Agus
Ambarepto,M.M dan Sugimin, S.E. Tuntutan Sdr Setiawan dalam proses mediasi ini
adalah agar dipekerjakan kembali seperti semula.
Setelah melakukan mediasi selama 3 kali pertemuan, maka pada tanggal 1 Maret
2010 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar mengeluarkan
anjuran atas sidang mediasi yang telah dilakukan pada tanggal 15,22, dan 29 Februari
2010 yang isinya mengenai kesimpulan dari keterangan pekerja dan keterangan dari
pihak Kuasa Hukum Pengusaha, serta pertimbangan-pertimbangan hukum sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2003.
Kesimpulan dari anjuran Nomor 560/260.4 tersebut adalah :
1) Perundingan Bipartit antara pekerja dan pengusaha tidak
menghasilkan kesepakatan, mediator berpendapat PHK tidak
terhindarkan dan penyelesaian dilakukan melalui sidang mediasi;
2) Berdasarkan bukti dan fakta yang ada PHK yang dilakukan
Pengusaha terhadap pekerja cukup beralasan dan dapat dibenarkan;
3) Alasan Pengusaha melakukan PHK terhadap pekerja karena pekerja
melakukan pelanggaran sesuai Pasal 160 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003.
4) Mediator berpendapat, bahwa atas PHK tersebut pekerja berhak
memperoleh uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak sesuai ketentuan Pasal 160 ayat (7) serta bantuan kepada
keluarga sesuai Pasal 160 ayat (1) huruf ( c )
5) Guna penyelesaian masalah tersebut, mediator memberikan anjuran
sebagai berikut :
(a) Mengabulkan Putus Hubungan Kerja antara pengusaha CV
Nova Furniture terhitung sejak 15 Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxv
(b) Kepada pengusaha CV Nova Furniture untuk membayar secara
tunai kepada pekerja (sdr. Setiawan) uang penghargaan masa
kerja, dan uang penggantian hak berupa penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan 15% dengan
rincian sebagai berikut :
- Uang penghargaan masa kerja :
2bln x Rp 761.000 = Rp 1.522.000
- Uang penggantian hak 15 % :
15% x Rp 1.522.000 = Rp. 228.300
Jumlah = Rp. 1.250.000
(c) Kepada pengusaha untuk membayar secara tunai kepada
pekerja (sdr. Setiawan) berupa upah Bulan Januari 2010 selam
15 hari yang belum terbayar sebesar Rp. 380.000,00 dan
bantuan kepada keluarga selama pekerja ditahan untuk bulan
Desember 2009 sebesar 45% x Rp 735.140,00 = Rp 330.813,00
(d) Tidak dapat mengabulkan tuntutan pekerja selebihnya;
(e) Kedua belah pihak agar memberikan jawaban secara tertulis
atas anjuran tersebut selambat-lambatnya dalam jangka waktu
10 hari kerja menerima surat anjuran ini.
Kemudian pada tanggal 09 Maret 2010, pihak Pengusaha CV Nova Furniture
membalas anjuran dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar.
Yang pada intinya menyetujui atau menerima atas hasil anjuran yang telah
dikeluarkan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar.
Risalah pelaksanaan mediasi dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2010, dimana pihak
pekerja (Sdr. Setiawan) tidak membalas anjuran yang telah diberikan oleh Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar seperti yang dilakukan oleh
pengusaha (CV Nova Furniture).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxvi
Dari alur pelaksanaan mediasi di atas maka dapat dibuat table pelaksanaan mediasi,
yaitu:
Tabel 1
Tabel Jadwal Kegiatan Mediasi
No Tanggal Kegiatan
1 18 Januari 2010 Pendaftaran Permohonan Mediasi
2 28 Januari 2010 Klarifikasi dari Disnakertrans
Karanganyar
3 02 Februari
2010
Tuntutan pekerja
4 06 Februari
2010
Pemanggilan para pihak untuk
melakukan mediasi
5 5,22,29 Februari
2010.
Sidang Mediasi
6 1 Maret 2010 Anjuran dari pihak Disnakertrans
Karanganyar
7 9 Maret 2010 Jawaban dari dari pengusaha mengenai
Anjuran Disnakertrans Karanganyar
8 17 Maret 2010 Risalah Peaksanaan Mediasi
b. Prosedur PHK terhadap Wiyono
Seperti dengan Setiawan, Wiyono di PHK karena telah melakukan judi dan ditanggap
oleh Polsek Sukoharjo dan dijatuhi pidana 3 bulan penjara. Setalah menjalani masa
tahanannya 3 bulan terhitung sejak 25 September 2009-25 Desember 2010. Pada
tanggal 28 Desember 2009,Wiyono bermaksud untuk bekerja kembali, namun pihak
pengusaha mengatakan bahwa Wiyono telah di PHK karena telah melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxvii
perbuatan pidana dan mendapat hukuman 3bulan penjara. Tanpa perundingan secara
bipartit terlebih dahulu, Wiyono mendapatkan Surat PHK dari pihak CV Nova
Furniture pada tanggal 29 Desember 2009, Surat Keputusan PHK tersebut dibuat
pada tanggal 26 Desember 2009 oleh pihak CV nova Furniture. Pada tanggal 15
Januari 2010 Pihak Pengusaha telah membuat Surat Persetujuan Bersama antara
pengusaha dan pekerja, padahal perundingan bipartit antara pengusaha dan pekerja
belum dilakukan. Karena merasa tidak puas dengan keputusan sepihak oleh pihak
pengusaha tersebut, akhirnya Wiyono dan pihak CV Nova Furniture mengadakan
perundingan Bipartit pada tanggal 03 Februari 2010. Dari perundingan tersebut
Pekerja akhirnya menyatakan menyetujui pendapat dari pengusaha untuk memPHK
pekerja (Sdr. Wiyono ). Akhirnya perundingan antara pengusaha CV Nova Furniture
dengan pekerja (Sdr. Wiyono) dianggap selesai. Dan pada tanggal 04 Februari 2010,
pihak CV Nova Furniture telah memenuhi kewajibannya terhadap Sdr. Wiyono
sesuai dengan Persetujuan Bersama yang telah dibuat.
Namun sebelum tanggal perundingan Bipartit antara Wiyono dengan CV Nova
Furniture berlangsung, yaitu pada tanggal 18 Januari 2010 pihak Serikat Pekerja
Kabupaten Karanganyar telah mengajukan permohonan mediasi pada Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi atas perselisihan antara pengusaha CV Nova
Furniture dengan Setiawan dan Wiyono. Dan pencatatan perselisihan dan Mediasi
dilakukan pada tanggal 02 Februari 2010. Namun karena perundingan bipartit antara
pengusaha dan pekerja (Sdr. Wiyono) dianggap sudah selesai maka perundingan
secara mediasi antara Sdr Wiyono dan CV Nova Furniture tidak dilanjutkan.
4. Cara dan Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang Mendapat
Pemutusan Hubungan Kerja
a. Cara Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK
Apabila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja terhdap karyawan, maka ada kewajiban
perusahaan yang harus dibayar. Kewajiban tersebut adalah kompensasi PHK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxviii
Kompensasi PHK yang diberikan oleh CV. Nova Furniture terhadap pekerja yang di
PHK dalam bentuk uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian.
Cara pemberian Kompensasi yang dikalukan oleh Pengusaha terhadap pekerja yang
di PHK adalah dengan cara tunai. Kompensasi yang diberikan oleh pihak pengusaha
terhadap pekerja yang di PHK di bayarkan berdasarkan atas Persetujuan Bersama dan
Anjuran dari pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar.
Terhadap Wiyono, kompensasi yang diberikan setelah dibuat Persetujuan Bersama
setelah dilakukan Perundingan Bipartit oleh pihak perusahaan dengan pihak pekerja.
Pembayaran kompensasi terhadap Wiyono dilakukan pada tanggal 4 Februari 2010
dengan adanya Bukti Pengeluaran Kas dan Bank dari pihak CV. Nova Furniture
Karanganyar yang dibayarkan secara Tunai oleh Pihak Perusahaan.
Terhadap Setiawan, pihak perusahaan juga telah membayarkan kewajibannya berupa
kompensasi secara tunai dengan adanya bukti pengeluaran kas dari perusahaan untuk
pembayaran terhadap Sdr Setiawan sebagai bentuk pembayaran kompensasi terhadap
pekerja yang di PHK. Jadi dalam memenuhi kewajibannya terhadap pekerja yang di
PHK, CV. Nova Furniture membayar kompensasi terhadap pekerja dengan cara tunai.
b. Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK
1) Pemenuhan Kompensasi Terhadap Setiawan
Setiawan adalah karyawan CV Nova Furniture yang bekerja selama 5 tahun 10 bulan
(13 Maret 2004 sampai dengan 15 Januari 2010) dan bekerja pada bagian cleaning
service dengan upah Rp. 761.000,00/ bulan.
Berdasarkan anjuran Nomor 560/260.4 yang diberikan oleh pihak Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar, pemenuhan kompensasi terhadap
Setiawan adalah:
“Kepada pengusaha CV. Nova Furniture untuk membayar secara tunai kepada
pekerja (Sdr. Setiawan) uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak
berupa uang penggantian rumah serta pengobatan dan perawatan 15 % dengan rincian
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxix
Uang Penghargaan Masa Kerja :
2 x Rp. 761.000,00 = Rp. 1.522.000,00
Uang Penggantian hak 15 % :
15% x Rp. 1.522.000,00 =Rp. 228.300,00
Jumlah = Rp. 1.750.000,00
Anjuran yang diberikan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan
pertimbangan hukum Pasal 160 ayat (7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Karena alasan PHK terhadap pekerja sesuai dengan Pasal 160 ayat (5), dan sesuai
dengan Pasal 160 ayat (7) yang mengatakan bahwa pengusaha wajib membayar
kepada pekerja yang di PHK karena ketentuan di dalam Pasal 160 ayat (5) berupa
uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan dan uang penggantian hak sesuai
dengan Pasal 156 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Pekerja (Sdr Setiawan ) bekerja di CV Nova Furniture selama 5 Tahun 10 bulan,
berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 156 ayat (3) huruf (a) masa kerja 3 (tiga) tahun
atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)bulan upah. Jadi penghitungan
uang penghargaan masa berdasarkan anjuran Nomor 560/260.4 yang diberikan oleh
pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar Sesuai dengan
ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Ketentuan mengenai uang penggantian hak sebesar 15% dari dari uang penghargaan
masa kerja sebesar Rp. 228.300,00 sesuai dengan Pasal 156 ayat ( 4) huruf (c), cuti
tahunan tidak diberikan karena cuti tahun 2009 telah habis dipakai.
2) Pemenuhan Kompensasi Terhadap Wiyono
Berdasarkan Persetujuan Bersama yang di buat oleh CV Nova Furniture dan ditanda
tangani oleh pihak pekerja (Sdr. Wiyono) pada tanggal 15 Januari 2010,
penghitungan kompensasi terhadap Wiyono adalah:
Masa kerja lebih dari 4 tahun
Uang ganti rugi 15% dari pesangon dan penghargaan :
Pesangon 5 x Rp. 761.000,00 = Rp. 3.805.000,00
Penghargaan Masa Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxx
2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00
Jumlah = Rp. 5.327.000,00
Ganti Rugi 15% x Rp. 5.327.000,00 =Rp. 799.050,00
Sisa Cuti 8 x Rp. 36.238 = Rp. 290.000,00
Jumlah = Rp. 1.089.000,00
Penghargaan Masa Kerja
2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00
Gaji Bulan Desember = Rp. 722.500,00
Jumlah = Rp. 3.333.500,00
B. Pembahasan
1. Alasan Yang Mendasari CV. Nova Furniture Melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja
Alasan yang mendasari CV. Nova Furniture melakukan PHK terhadap kedua
karyawannya adalah karena Setiawan dan Wiyono adalah dua orang pekerja CV.
Nova Furniture yang tertangkap tangan telah melakukan perjudian di luar perusahaan,
dan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo kedua pekerja tersebut di
jatuhi pidana Penjara selama 3 bulan penjara terhitung sejak 25 September 2009 – 25
Desember 2009.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 158
ayat (1) menjelaskan mengenai PHK yang dapat dilakukan oleh Pengusaha dengan
alasan:
a. melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau
uang milik perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga
merugikan perusahaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxi
c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai
dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
di lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman
sekerja atau pengusaha di lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau
pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Berdasarkan Pasal 153 ayat (1) huruf j mengenai PHK yang diperbolehkan oleh
Pengusaha terhadap pekerjanya dimana pekerja yang melakukan perbuatan lainnya di
lingkungan perusahaan yang di ancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih,
Setiawan dan Wiyono yang di PHK oleh CV. Nova Furniture berdasarkan alasan
karena kedua pekerja tersebut telah tertangkap tangan melakukan perjudian di luar
perusahaan dan oleh Pengadilan Negeri Sukoharjo dikenakan pidana penjara selama 3
bulan penjara. Berdasarkan alasan tersebut dan fakta hukum yang terjadi, maka Pasal
153 ayat (1) huruf j tidak dapat dijadikan sebagai dasar diperbolehkannya PHK oleh
CV. Nova Furniture Karanganyar. Sebab pekerja hanya dipidana penjara selama 3
bulan penjara dan perbuatan tersebut dilakukan bukan di dalam lingkungan
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxii
Namun selain merujuk pada Pasal 153 ayat (1) huruf j, perlu diketahui juga bahwa di
dalam Pasal 160 ayat 5 menyatakan bahwa : “Dalam hal pengadilan memutuskan
perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan pekerja/ buruh dinyatakan
bersalah, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan”. Merujuk pada Pasal 160 ayat 5 berarti yang
memperbolehkan pengusaha melakukan PHK terhadap pekerjanya bila pekerja
diputus oleh pengadilan sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan pekerja atau
buruh dinyatakan bersalah. Jadi PHK yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture
terhadap Setiawan dan Wiyono sesuai dengan Pasal 160 ayat (5), sebab sesuai dengan
Keputusan Pengadilan Negeri Sukoharjo pekerja dinyatakan bersalah dan dipidana
penjara selama 3 bulan penjara. Jadi sebelum masa 6(enam) bulan berakhir pekerja
bebas dari hukumnnya.
Selain itu di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan
Masa Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 pada Pasal
19 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa :
“Pengusaha dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dengan
alasan pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan pengusaha
maupun bukan”.
“Dalam hal pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib bukan atas pengaduan
pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), permohonan ijin dapat diajukan
setelah pekerja ditahan paling sedikit selama 60 (enam puluh) hari takwim”.
Ketentuan PHK di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tidak menyebutkan lamanya proses
peradilan berlangsung, di dalam Pasal 19 ayat (1) hanya menyebutkan pengusaha
dapat melakukan PHK terhadap pekerjanya yang ditahan oleh pihak berwajib, baik
atas pengaduan perusahaan atau bukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxiii
Jadi berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja danPenetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000, maka alasan
yang mendasari PHK oleh CV. Nova Furniture terhadap pekerjanya sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan tentang Ketenagakerjaan.
2. Prosedur Pelaksanaan PHK Oleh CV. Nova Furniture Terhadap Pekerja
yang di PHK
Menurut ketentuan di dalam Pasal 151 dan 152 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, prosedur Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan
oleh Pengusaha adalah :
a. Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,
dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja;
b. Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh;
c. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud benar-benar tidak
menghasilkan persetu-juan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan
kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
d. Permohonan penetapan pemutusan hubungan kerja diajukan secara tertulis
kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial disertai
alasan yang menjadi dasarnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxiv
e. Permohonan penetapan dapat diterima oleh lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial apabila telah dirundingkan;
f. Penetapan atas permohonan pemutusan hubungan kerja hanya dapat
diberikan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika
ternyata maksud untuk memutuskan hubungan kerja telah dirundingkan,
tetapi perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.
Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, mengenai prosedur pelaksanaan PHK oleh Pengusaha, maka
Prosedur PHK yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture terhadap Setiawan dan
Wiyono yang melakukan PHK tanpa melakukan upaya pencegahan terlebih dahulu
agar PHK tidak terjadi tidak sesuai dengan ketentuan di dalam Pasal 151 ayat (1),
dimana Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,
dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan
kerja. Upaya yang dimaksut didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan tidak tampak dalam pelaksanaan PHK oleh CV. Nova Furniture,
terlihat bahwa pengusaha langsung melakukan PHK terhadap Wiyono ketika ia
masuk kerja setelah menjalani masa tahanannya, dan kepada Setiawan Pengusaha
melakukan Skorsing tanpa alasan yang jelas, dan ketika skorsing berakhir pihak
Pengusaha langsung melakukan PHK terhadap Setiawan. Di dalam penjelasan pada
Pasal 151 ayat (1) menjelaskan bahwa Yang dimaksud dengan segala upaya dalam
ayat ini adalah kegiatan-kegiatan yang positif yang pada akhirnya dapat menghindari
terjadinya pemutusan hubungan kerja antara lain pengaturan waktu kerja,
penghematan, pembenahan metode kerja, dan memberikan pembinaan kepada
pekerja/buruh. Karena PHK yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture bukan karena
perusahaan tutup karena kondisi perekonomian melainkan karena pekerja telah
melakukan kesalahan berat di luar perusahaan, maka upaya yang dapat dilakukan
oleh Pengusaha adalah melakukan pembinaan terhadap pekerja yang telah dihukum
pidana oleh pihak yang berwajib. Melihat prestasi kerja yang telah dilakukan pekerja
selama pekerja bekerja pada CV. Nova Furniture, seharusnya pengusaha memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxv
kesempatan terhadap pekerja. Sebab PHK merupakan upaya terakhir dalam
perselisihan hubungan industrial, apabila masih dapat dilakukan pencegahan,
seharusnya PHK dicegah agar tidak terjadi.
Pihak Pengusaha telah mengeluarkan Surat Keputusan Pemutusan Hubungan Kerja
terlebih dahulu kepada kedua pekerjanya yang telah melakukan kesalahan berat di
luar perusahaan tersebut, Pihak Pengusaha tidak melakukan upaya pencegahan dan
perundingan Bipartit terlebih dahulu dalam melakukan PHK terhadap pekerjanya.
Karena tidak puas atas PHK sepihak yang dilakukan oleh pihak Pengusaha dan tidak
menyetujui SK PHK yang telah dikeluarkan oleh Pengusaha, maka pekerja dan
pengusaha yang didampingi oleh serikat pekerja CV. Nova Furniture Karanganyar
melakukan perundingan secara bipartit. Serikat Pekerja sebagai organisasi yang
memperjuangkan hak-hak buruh seharusnya mengupayakan segala hal agar PHK
terhadap Setiawan dan Wiyono tidak terjadi. Jadi serikat pekerja belum melaksanakan
fungsinya dalam melindungi hak-hak pekerja dalam pelaksanaan PHK oleh CV. Nova
Furniture.
Berdasarkan Pasal 151 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Prosedur
yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture ini tidak sesuai di dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003, sebab dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan
kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh.
Pihak CV. Nova Furniture telah mengeluarkan Surat Keputusan Pemutusan
Hubungan Kerja terlebih dahulu sebelum dilakukan perundingan antara pekerja dan
pengusaha, seharusnya pekerja dan pengusaha melakukan perundingan terlebih
dahulu untuk membicarakan maksut dan tujuan dilakukannya PHK tersebut bukan
secara sepihak mengeluarkan Surat Pemutusan Hubungan Kerja terhadap pekerja.
Perundingan Bipartit dilakukan oleh Pengusaha pada tanggal 03 Febuari 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxvi
Perundingan Perselisihan Hubungan Industrial antara Setiawan dan Pengusaha
berlanjut pada mediasi di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar.
Menurut ketentuan di dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 02 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial :
a. Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya
terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk
mencapai mufakat;
b. Penyelesaian perselisihan melalui bipartit harus diselesaikan paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan;
c. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari salah satu pihak menolak
untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai
kesepakatan, maka perundingan bipartit dianggap gagal;
d. Dalam hal perundingan bipartit gagal, maka salah satu atau kedua belah
pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti
bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah
dilakukan;
e. Setelah menerima pencatatan dari salah satu atau para pihak, instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan
kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui
konsiliasi atau melalui arbitrase;
f. Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui
konsiliasi atau arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka instansi
yang bertangung jawab di bidang ketenagakerjaan melimpahkan
penyelesaian perselisihan kepada mediator;
g. Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxvii
Pencatatan Perselisihan PHK antara CV. Nova Furniture dengan pekerjanya
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2010, padahal pada tanggal tersebut pihak
pengusaha dan pekeja belum melakukan perundingan bipartit, sebab perundingan
bipartit baru dilakukan pada tanggal 03 Februari 2010.
Menurut Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan industrial, perundingan antara pengusaha dan pekerja harus dilakukan
terlebih dahulu, dan apabila perundingan gagal, para pihak dapat mencatatkan
perselisishan pada instansi yang berwenang mengenai ketenagakerjaan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam pencatatan perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
tersebut, belum dilampirkan bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui
perundingan bipartit, sebab perundingan bipartit baru dilakukan pada tanggal 3
Februari 2010.
Jadi menurut Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industial, Prosedur Pemutusan
Hubungan Kerja yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture terhadap Setiawan dan
Wiyono tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan tentang
Ketenagakerjaan. Begitu pula prosedur Mediasi yang dilakukan oleh pihak Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karanganyar, dimana menurut ketentuan
didalam Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2004, Mediator menyelesaikan tugasnya
dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima
pelimpahan penyelesaian perselisihan. Penyelesaian Perselisihan Pemutusan
Hubungan Kerja ini berakhir dalam jangka waktu 59 hari terhitung mulai masuknya
permohonan mediasi tanggal 18 Januari 2010 sampai dengan pembuatan risalah
mediasi pada tanggal 17 Maret 2010.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, bahwa masalah pokok penegakkan
hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxviii
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut : (2010:08)
a. faktor hukumnya sendiri (undang-undang);
b. faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
c. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum;
d. faktor masyarakat. yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
e. faktor kebudayaan;yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Berdasarkan pendapat dari Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, dapat dilihat
bahwa, prosedur pelaksanaan PHK yang terjadi pada CV. Nova Furniture belum
menjalankan peraturan tentang Ketenagakerjaan yang ada, sehingga penegakkan
hukum di bidang Ketenagakerjaan belum dapat terwujud.
3. Cara dan Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK
a. Cara Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak menjelaskan
mengenai cara pembayaran kompensasi terhadap pekerja yang di PHK, namun
menurut ketentuan di dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan
Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 Pada Pasal 33
menjelaskan mengenai Pembayaran uang pesangon, uang penghargaan masa kerja
dan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24
harus dilakukan secara tunai. Pembayaran Kompensasi yang diberikan kepada
Setiawan dan Wiyono dibayarkan dengan cara tunai.
Jadi berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user lxxxix
Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa
Kerja, dan Ganti Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 Pada Pasa 33,
pembayaran kompensasi yang dilakukan oleh CV. Nova Furniture sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan tentang Ketenagakerjaan.
b. Pemberian Kompensasi Terhadap Pekerja yang di PHK
Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 160 ayat (7) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pengusaha wajib membayar kepada
pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai-mana dimaksud
dalam ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat
(4). Sesuai dengan Anjuran yang diberikan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Karanganyar, kompensasi yang diterima Setiawan adalah :
Uang Penghargaan Masa Kerja :
2 x Rp. 761.000,00 = Rp. 1.522.000,00
Uang Penggantian hak 15 % :
15% x Rp. 1.522.000,00 =Rp. 228.300,00
Jumlah = Rp. 1.750.000,00
Pemenuhan Kompensasi tersebut didasarkan pada alasan PHK yang diterima pekerja,
yaitu dimana alasan PHK sesuai dengan Pasal 160 ayat (5) Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maka sesuai dengan Pasal 160 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hak pekerja yang di
PHK meliputi uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).
Menurut Pasal 156 ayat (3), pekerja yang bekerja selama masa kerja 3 (tiga) tahun
atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah, Setiawan adalah
karyawan CV. Nova Furniture yang bekerja selama 5 tahun 10 bulan, jadi pemenuhan
kompensasi terhadap Setiawan menurut Pasal 156 ayat (3) mendapatkan Uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xc
Penghargaan Masa Kerja 2 (dua) bulan upah, sehingga hak yang diperoleh Setiawan 2
x Rp. 761.000,00 = Rp. 1.522.000,00.
Uang penggantian hak yang diterima Setiawan menurut Pasal 156 ayat (4) adalah:
1) cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
2) biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya
ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja;
3) penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan
15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang
penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
4) hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Perusahaan memberikan uang penggantian hak sebesar 15% dari Uang Penghargaan
masa kerja, penghitungan ini tidak ditambahkan dengan uang pesangon seperti yang
tertuang di dalam Pasal 156 ayat (4) huruf c, sebab pekerja tidak memperoleh
pesangon karena menurut ketentuan Pasal 160 ayat (7) pekerja hanya mendapatkan
uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian. Ganti kerugian yang diterima oleh
pekerja, yaitu :
15% x Rp. 1.522.000,00 =Rp. 228.300,00
Cuti tahunan yang belum di ambil tidak diberikan oleh pihak perusahaan, sebab cuti
pekerja telah habis dipakai. Dan perusahaan tidak memberikan biaya atau ongkos
pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima
bekerja. Jadi pekerja hanya menerima uang penghargaan masa kerja dan ganti rugi
pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang
penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
Jadi berdasarkan pemenuhan kompensasi yang diberikan perusahaan dan atas anjuran
dari pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar
kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan didalam Pasal 160 ayat (7)
dan Pasal 156 ayat (4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xci
Sedangkan terhadap Wiyono, pengusaha memberikan kompensasi berdasarkan
Persetujuan Bersama yang dibuat dengan rincian:
Masa kerja lebih dari 4 tahun
Uang ganti rugi 15% dari pesangon dan penghargaan :
Pesangon 5 x Rp. 761.000,00 = Rp. 3.805.000,00
Penghargaan Masa Kerja
2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00
Jumlah = Rp. 5.327.000,00
Ganti Rugi 15% x Rp. 5.327.000,00 =Rp. 799.050,00
Sisa Cuti 8 x Rp. 36.238 = Rp. 290.000,00
Jumlah = Rp. 1.089.000,00
Penghargaan Masa Kerja
2 x Rp. 761.000,00 = Rp 1.522.000,00
Gaji Bulan Desember = Rp. 722.500,00
Jumlah = Rp. 3.333.500,00
Dari rincian tersebut di atas, Wiyono mendapatkan uang penghargaan masa kerja
sebesar 2 (dua) bulan gaji, ganti rugi sebesar 15% dari uang pesangon dan
penghargaan masa kerja, yang seharusnya uang ganti rugi yang diberikan adalah 15%
dari penghargaan masa kerja, sebab alasan PHK pekerja tidak memenuhi ketentuan
terhadap pekerja untuk mendapatkan pesangon. Uang ganti rugi yang diberikan juga
meliputi sisa cuti yang belum diambil, dan Menurut Pasal 160 (ayat 7) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan, Pengusaha wajib membayar
kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai-mana
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal
156 ayat (4).
Menurut Pasal 156 ayat (3), pekerja yang bekerja selama masa kerja 3 (tiga) tahun
atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah. Wiyono
mendapatkan uang penghargaan masa kerja sebesar 2 (dua) bulan gaji sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcii
1.522.000,00. Seperti dengan Setiawan, Wiyono tidak memperoleh biaya atau ongkos
pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima
bekerja. Jadi pemenuhan kompensasi terhadap Wiyono tidak sesuai sesuai dengan
ketentuan di dalam Pasal 160 ayat (7) dan Pasal 156 ayat (4), sehingga kompensasi
yang diberikan terhadap pekerja tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tentang ketenagakerjaan yang berlaku.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, bahwa masalah pokok penegakkan
hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut : (2010:08)
f. faktor hukumnya sendiri (undang-undang);
g. faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
h. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum;
i. faktor masyarakat. yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan;
j. faktor kebudayaan;yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Berdasarkan pendapat dari Prof. Dr. Soerjono Soekanto,S.H.,MA, dapat dilihat
bahwa, pemenuhan kompensasi PHK yang terjadi pada CV. Nova Furniture tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan, sehingga
pengusaha belum menjalankan peraturan tentang Ketenagakerjaan yang ada, maka
penegakkan hukum di bidang Ketenagakerjaan belum dapat terwujud.
4. Perlindungan Hukum terhadap Pekerja dalam pelaksanaan PHK
a. Alasan yang Mendasari CV. Nova Furniture melakukan PHK
Perlindungan hukum dalam pemutusan hubungan kerja yang terpenting adalah
menyangkut kebenaran status pekerja dalam hubungan kerja serta kebenaran alasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xciii
PHK. Yang perlu mendapat perhatian adalah adanya ketentuan apabila pekerja
tertangkap tangan melakukan kesalahan berat dapat di-PHK tanpa izin. Hal ini
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. (Asri Wijayanti,2009:167)
Menurut Penulis, ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 160 ayat (5) mengenai alasan yang
diperbolehkan dalam melakukan PHK, terlihat bahwa Pemerintah tidak melindungi
pekerja yang di PHK, sebab unsur-unsur di dalam Pasal 160 ayat 1 adalah :
1) Pengadilan memutuskan perkara pidana;
2) Sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir;
3) Pekerja/ buruh dinyatakan bersalah;
4) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.
Unsur-unsur didalam Pasal 160 ayat (5) tersebut tidak memberikan kejelasan
mengenai pengaduan tindak pidana atas pengaduan pengusaha atau tidak, dan
kesalahan yang mengakibatkan pekerja ditahan oleh pihak berwajib dilakukan di
dalam atau di luar perusahaan. Di lain pihak PHK karena alasan yang demikian
seharusnya mempertimbangkan prestasi-prestasi kerja yang dilakukan oleh pihak
pekerja, apakah pekerja selama bekerja beritikad baik atau tidak, sebab perusahaan
tidak dirugikan atas penahanan oleh pihak berwajib terhadap pekerja karena
kesalahan yang dilakukan oleh pekerja tidak dilakukan dilingkungan perusahaan.
Menurut ketentuan di dalam Pasal 151 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Pengusaha, pekerja, serikat pekerja dan pemerintah harus berupaya untuk
menghindari PHK, jadi dapat dikatakan PHK merupakan upaya terakhir yang
sebenarnya harus dihindari. Alasan PHK yang diberikan kepada pekerja bukanlah
alasan yang merugikan perusahaan, selain itu alasan tersebut bukanlah alasan yang
mendesak dilakukannya PHK. Seharusnya dalam Undang-Undang tentang
Ketenagakerjaan yang dibuat, alasan yang mendasari diperbolehkannya PHK oleh
pengusaha harus merupakan upaya terakhir. Sebab PHK merupakan awal mimpi
buruk terhadap pekerja, sebab pekerja akan kehilangan mata pencahariannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xciv
Alasan karena pekerja telah ditahan oleh pihak yang berwajib selama 3 bulan penjara
bukanlah suatu alasan yang mendesak, sebab perusahaan tidak sedang mengalami
kesulitan ekonomi dan tidak dirugikan atas kesalahan yang dilakukan oleh pekerja
diluar perusahaan. Pemerintah dalam membuat peraturan seharusnya memberikan
pertimbangan atas prestasi selama pekerja bekerja, apakah selama bekerja pekerja
melakukan pekerjaan dengan itikad baik atau tidak.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) Nomor Kep-
150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian
dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 pada Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2)
dijelaskan bahwa :
“Pengusaha dapat mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja dengan
alasan pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena pengaduan pengusaha
maupun bukan”.
Dalam Pasal di atas juga tidak menjelaskan berapa lamanya pekerja ditahan oleh
pihak yang berwajib. Dengan adanya ketentuan di dalam Peraturan tentang
Ketenagakerjaan yang tidak jelas demikian, akan memberikan peluang terhadap
pengusaha untuk melakukan PHK dengan alasan yang demikian, sehingga aturan
yang dibuat pemerintah tidak dapat melindungi hak-hak pekerja.
Jadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) Nomor Kep-
150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti Kerugian
dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000 belum mampu memberikan perlindungan
terhadap pekerja mengenai kebenaran alasan diperbolehkannya PHK terhadap
Pekerja.
b. Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja Oleh CV. Nova Furniture
Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan
segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcv
(Pasal 151 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003). Menurut penjelasan di
dalam Pasal 151, upaya yang dimaksut adalah kegiatan-kegiatan yang positif yang
pada akhirnya dapat menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja antara lain
pengaturan waktu kerja, penghematan, pembenahan metode kerja, dan memberikan
pembinaan kepada pekerja/buruh.
Pengusaha dengan segala daya upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja dengan melakukan pembinaan terhadap pekerja yang bersangkutan.
(Pasal 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans)
Nomor Kep-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan
Kerja danPenetapan Uang Pesangaon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Ganti
Kerugian dari Perusahaan, tertanggal 20 Juni 2000).
PHK di CV. Nova Furniture dilakukan tanpa adanya upaya agar PHK tidak terjadi,
selain itu pengusaha tanpa perundingan dengan pekerja terlebih dahulu mengeluarkan
SK PHK terhadap pekerja dan mengeluarkan Perjanjian Bersama terhadap pekerja.
PHK oleh CV. Nova Furniture tanpa penetapan dari lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, sebab menurut Pasal 160 ayat (6) dijelaskan bahwa
Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5)
dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pasal 154 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan mengenai penetapan
yang tidak diperlukan dalam hal :
1) pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah
dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
2) pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara
tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya
tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja
sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
3) pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau
peraturan perundang-undangan; atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcvi
4) pekerja/buruh meninggal dunia.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa PHK selain karena alasan tersebut di atas
harus dimintakan Penetapan dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial termasuk terhadap PHK karena kesalahan berat, namun hal ini berbeda
dengan ketentuan di dalam Pasal 160 ayat (6) yang mengatakan bahwa Pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Dalam Pasal
tersebut tidak diketahui alasan tanpa adanya penetapan terhadap PHK karena alasan
yang sesuai dengan Pasal 160 ayat (5).
Jadi peraturan perundang-undangan yang ada tentang ketenagakerjaan belum
dilaksanakan oleh pelaksana peraturan perundang-undangan. Sebab peraturan yang
ada mengenai prosedur yang dilakukan pengusaha tentang PHK tidak mewajibkan
pengusaha mendapatkan persetujuan penetapan PHK dari Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, jadi dalam hal ini peraturan yang ada dapat
memberikan peluang terhadap pengusaha untuk tidak melakukan prosedur sesuai
dengan peraturan yang ada, sebab dalam prosedur dalam penelitian ini terlihat bahwa
pengusaha tidak melakukan upaya pencegahan terlebih dahulu, seharusnya pengusaha
melakukan pembinaan terhadap pekerja agar dikemudian hari pekerja tidak
mengulangi kesalahannya lagi dan memberikan kesempatan pada pekerja untuk
bekerja kembali dan memperbaiki kesalahannya. Sehingga prosedur PHK yang ada
belum memberikan perlindungan terhadap pekerja terhadap pekerja yang diputus
hubungan kerjanya karena telah melakukan kesalahan berat di luar perusahaan dan
dipidana selama 3 (tiga) bulan penjara.
c. Cara dan Pemberian Kompensasi Oleh CV. Nova Furniture
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, adil,makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcvii
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. (Asri wijayanti, 2009:06)
Pemenuhan kompensasi terhadap pekerja yang di PHK tidak sesuai di dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini terlihat dari
pemenuhan kompensasi yang diberikan oleh pengusaha kepada pekerja yang tidak
memenuhi unsur-unsur didalam Pasal 156 ayat (4). Kepada kedua pekerjanya,
pengusaha tidak memberikan biaya ongkos pulang dan ongkos kepada pekerja
dimana pekerja diterima bekerja. Dan kepada Wiyono, pengusaha memberikan uang
ganti rugi sebesar 15% dari uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja,
menurut ketentuan didalam Pasal 160 ayat (7), pekerja yang diputus hubungan
kerjanya karena sesuai di dalam Pasal 160 ayat (5), maka pekerja mendapatkan uang
penghargaan masa kerja dan uang ganti kerugian, uang ganti kerugian sebesar 15%
hanya meliputi uang penghargaan masa kerja, sebab pekerja tidak memenuhi
ketentuan mendapatkan pesangon.
Berdasarkan salah satu ketentuan di dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan. (Asri Wijayanti, 2009:7)
Apabila alasan terjadinya PHK pada CV. Nova Furniture tidak mencerminkan
perlindungan hukum oleh pemerintah, maka pemenuhan kompensasi yang didasarkan
atas alasan terjadinya PHK tidak mampu memberikan perlindungan hukum terhadap
pekerja yang di PHK.
Selain itu apabila merujuk dari pendapat dari Asri Wijayanti di atas, maka
pemenuhan kompensasi terhadap pekerja yang di PHK belum mencerminkan tujuan
dari pembangunan ketenagakerjaan seperti yang dimuat di dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebab hak yang diterima oleh
pekerja sesuai dengan Persetujuan Bersama tersebut belum mampu memberikan
kesejahteraan kepada pekerja dikemudian hari, sebab pekerja sudah tidak
memperoleh jaminan pendapatan dari pengusaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcviii
Menurut Zainal Asikin dalam bukunya Asri Wijayanti yang berjudul “Hukum
Ketenagakerjaan Pasca Reformasi”, menjelaskan mengenai :
Perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak seperti dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis. (2009:10) Jadi apabila dikaitkan dengan pendapat dari Zainal Asikin tersebut, perlindungan
hukum terhadap pekerja yang di PHK oleh CV. Nova Furniture belum terpenuhi,
sebab peraturan perundang-undangan yang ada belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
majikan. Pengusaha dalam melakukan PHK terhadap pekerja tidak melakukan upaya
pencegahan, perundingan bipartit dilakukan setelah dikeluarkannya SK PHK terhadap
kedua pekerjanya dan pemenuhan kompensasi yang diberikan terhadap pekerja tidak
sesuai dengan peraturan yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xcix
1. Alasan yang mendasari CV. Nova Furniture melakukan PHK terhadap dua orang
pekerjanya karena Setiawan dan Wiyono ditahan oleh pihak yang berwajib
selama 3 (tiga) bulan penjara karena tertangkap tangan telah melakukan
perjudian di luar lingkungan perusahaan. Pengusaha dan Dinas Sosial Tenaga
Kerja Kabupaten Karanganyar menggunakan Pasal 160 ayat (7) Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kepada keduanya sebagai dasar
alasan dilakukannya PHK.
2. CV. Nova Furniture tidak melakukan upaya pencegahan dalam melakukan PHK
terhadap Setiawan dan Wiyono, karena pihak pengusaha mengaku bahwa kedua
pekerjanya tersebut telah melakukan kesalahan berat. Prosedur pelaksanaan PHK
yang dilakukan oleh Pengusaha terhadap Wiyono selesai sampai perundingan
Bipartit, sedangkan terhadap Setiawan karena perundingan bipartit gagal, maka
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berlanjut pada mediasi dan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial selesai melalui jalur mediasi pada
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar dan
mediasi .
3. Cara pemenuhan kompensasi yang diberikan oleh Pengusaha kepada pekerja
dibayar dengan cara tunai, dan kepada Setiawan pengusaha membayar uang
penghargaan masa kerja sesuai Pasal 156 ayat (3) yaitu 2 (dua) bulan gaji, dan
uang ganti kerugian sebesar 15% dari uang penghargaan masa kerja, sedangkan
terhadap Wiyono, pengusaha memberikan uang ganti kerugian sebesar 15% dari
uang pesangon dan penghargaan masa kerja, uang penghargaan masa kerja
sebesar 2 (dua) bulan upah dan sisa cuti yang belum diambil. CV. Nova Furniture
tidak memberikan kompensasi berupa uang ganti kerugian berupa penggantian
ongkos pulang atau ongkos dimana pekerja diterima bekerja sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat (4). Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user c
Kompensasi yang diberikan terhadap Pekerja tidak sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan tentang Ketenagakerjaan.
B. Saran
1. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karanganyar perlu
memberikan pengawasan yang lebih ketat agar Pemutusan Hubungan Kerja yang
terjadi menggunakan dasar hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar
lebih terjaga kepastian hukumnya;
2. Pemerintah, Pengusaha, dan Pekerja perlu mendapatkan sosialisasi tentang
Hukum Ketenagakerjaan khususnya mengenai Pemutusan Hubungan Kerja, agar
mengetahui secara jelas Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan; dan
3. Bagi Pengusaha, sebaiknya dalam memberikan kompensasi yang meliputi uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.