Post on 10-Aug-2019
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 39
BAB 3 Perbankan Aceh
Kinerja perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) di
Aceh pada triwulan II tahun 2013 secara umum menunjukkan
perkembangan yang lebih baik, walaupun mengalami
perlambatan pertumbuhan. Hal ini tercermin dari peningkatan
total aset Bank Umum dan BPR yang tumbuh sebesar 7,75%
masih lebih rendah dari pertumbuhan triwulan lalu yang
mencapai 13,51% (yoy).
Kinerja Bank Umum yang mencakup Bank Umum Konvensional
dan Bank Umum Syariah kembali menunjukkan kinerja yang
lebih baik pada triwulan laporan. Aset tumbuh 14,96% (yoy)
akibat peningkatan DPK yang mencapai 14,84% (yoy) dan
pertumbuhan penyaluran kredit yang sebesar 15,48% (yoy).
Sementara itu, Bank Umum Syariah masih mampu
mempertahankan kinerjanya di triwulan laporan dengan
pertumbuhan aset mencapai 34,88% (yoy).
Kinerja yang cukup baik juga diperlihatkan oleh Bank
Perkreditan Rakyat baik konvensional maupun syariah yang
mencapai pertumbuhan aset sebesar 11,8% (yoy) yang didorong
oleh pertumbuhan DPK sebesar 19% (yoy) dan Penyaluran
Kredit sebesar 10,8% (yoy).
Gambar 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Gambar 3.2. Porsi Aset
Aset Perbankan yang mencakup
Bank Umum dan BPR/S se-provinsi
Aceh terus menunjukkan
pertambahan dibanding triwulan
sebelumnya. Bahkan akselerasi
pertumbuhan pada periode triwulan
III tahun 2012 memperlihatkan
angka yang signifikan setelah
terpuruk di triwulan lalu.
Sumber : Laporan Bank Umum, data diolah
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
3.1. PERKEMBANGAN BANK UMUM DI PROVINSI ACEH
Kinerja bank umum konvensional di provinsi Aceh pada triwulan II tahun 2013 kembali
menunjukkan pencapaian yang baik, dimana total aset tumbuh cukup signifikan baik secara
tahunan maupun secara triwulanan. Kegiatan intermediasi secara umum juga menunjukkan
perkembangan yang cukup baik dengan mencatat kinerja sebesar Rp.22,73 triliun, lebih tinggi
5,61% (qtq) atau 15,48% (yoy) dari periode sebelumnya.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum di Provinsi Aceh
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Total aset bank umum di Aceh pada triwulan II tahun 2013 adalah sebesar Rp. 39,2 triliun atau
tumbuh 6,70% (qtq) dan 14,96% (yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva
produktif bank umum di Aceh didominasi oleh penyaluran kredit kepada masyarakat (76,48%),
diikuti oleh Penempatan pada bank lain (12,00%), Penempatan pada Bank Indonesia (6,33%)
dan sedangkan aktiva produktif lainnya dalam bentuk surat berharga mempunyai proporsi yang
kecil (1,36%).
Hasil penghimpunan DPK meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 8,94% (qtq).
Peningkatan DPK yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan kegiatan intermediasi
(pembiayaan/penyaluran kredit) membuat LDR Bank umum pada triwulan ini menurun dari
98,76% trwulan lalu menjadi 95,75%. Kondisi ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan
LDR pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 95,22%. Berdasarkan
kelompoknya, peningkatan LDR bank umum dibanding triwulan lalu terjadi pada kelompok bank
milik pemerintah dari 121,50% menjadi 128,40%. LDR kelompok bank milik swasta menurun
dari 95,3% menjadi 91,35%.
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6
Total Aset 27.705 38.077 31.612 30.826 32.327 34.057 36.799 35.619 36.695 39.153
Pertumbuhan (yoy) 6,70% 35,42% 5,25% 3,36% 16,69% -10,56% 16,41% 15,55% 13,51% 14,96%
Pertumbuhan (qtq) -7,11% 37,44% -16,98% -2,49% 4,87% 5,35% 8,05% -3,21% 3,02% 1,61%
DPK 17.922 19.295 20.063 20.333 19.706 20.668 22.414 21.969 21.788 23.736
Pertumbuhan (yoy) 6,95% 10,89% 5,75% 8,56% 9,95% 7,11% 11,72% 8,05% 10,57% 14,84%
Pertumbuhan (qtq) -4,31% 7,66% 3,98% 1,35% -3,09% 4,88% 8,45% -1,98% -0,82% -1,45%
Kredit 17.160 18.142 18.591 18.722 18.900 19.679 20.129 20.761 21.519 22.726
Pertumbuhan (yoy) 29,50% 25,74% 23,09% 15,97% 10,14% 8,47% 8,27% 10,89% 13,85% 15,48%
Pertumbuhan (qtq) 6,29% 5,72% 7,00% 0,70% 0,95% 4,12% 2,29% 3,14% 3,65% 3,82%
FDR 95,75% 94,02% 92,67% 92,07% 95,91% 95,22% 89,81% 94,50% 98,76% 95,75%
NPL-gross 5,51% 5,91% 6,22% 4,10% 4,68% 5,12% 5,23% 4,61% 5,06% 5,05%
NPL-Nominal 946 1.072 1.157 768 884 1.008 1.053 958 1.089 1.148
2013Indikator (Rp Miliar)
2011 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 41
BAB 3 Perbankan Aceh
Gambar 3.3. Perkembangan LDR Menurut Kelompok Bank
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Gambar 3.4. Perkembangan Aset Bank Umum Gambar 3.5. Proporsi Aktiva Produktif
periode Juni 2013
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Peningkatan pertumbuhan DPK yang cukup baik ini tidak lepas dari upaya perbankan untuk
menghimpun dana masyarakat serta didorong oleh ekspansi pertumbuhan perekonomian Aceh
yang sedang berlangsung. Berdasarkan jenisnya, kenaikan pertumbuhan tahunan DPK bank
umum terutama didorong oleh peningkatan simpanan Giro yang tumbuh hingga sebesar 54,33%
(yoy).
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Tabel 3.2. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Kinerja penyaluran kredit di triwulan II tahun 2013 juga tumbuh meningkat sebesar 5,61%
(qtq) dibanding triwulan lalu dan tumbuh sebesar 15,48% (yoy) dibanding triwulan yang sama
tahun lalu. Berdasarkan kepemilikan bank, penyaluran kredit tercatat masih didominasi oleh
kelompok bank pemerintah.
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Menurut Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Menurut jenis kredit yang disalurkan, penyaluran pembiayaan kepada sektor kegiatan non
produktif yaitu kredit konsumsi masih mendominasi dengan share sebesar 55,81%. Peningkatan
penyaluran kredit terjadi pada seluruh jenis penggunaan dengan pertumbuhan penyaluran
tahunan dicapai oleh kredit modal kerja. Penyaluran kredit modal kerja yang menjadi salah satu
indikator aktivitas dunia usaha tumbuh mencapai 35,57% (yoy). Dominasi kredit konsumsi yang
sedang berlangsung, pada dasarnya juga terjadi pada skala nasional. Suku bunga kredit
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 43
BAB 3 Perbankan Aceh
konsumsi yang relatif lebih tinggi serta tenor kredit yang cenderung lebih pendek menarik
perhatian perbankan untuk menyalurkan dananya pada jenis kredit ini.
Gambar 3.6. Proporsi Penyaluran Kredit
Menurut Jenis Penggunaan
Gambar 3.7. Proporsi Penyaluran Kredit Menurut
Kelompok Bank
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Sementara itu, secara sektoral penyaluran kredit bank umum konvensional di Aceh masih
didominasi oleh sektor industri dan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) dengan
proporsi sebesar 50,05%; tanpa memasukkan kredit untuk sektor lainnya. Tingginya penyaluran
kredit pada sektor ini searah dengan cukup tingginya dominasi sektor tersebut dalam struktur
perekonomian Aceh. Pada triwulan berjalan seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan
tahunan yang positif kecuali sektor Pertambangan seiring dengan lesunya geliat sektor tersebut.
Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Jumlah penyaluran kredit untuk sektor pertanian tercatat hanya sebesar Rp. 728 miliar di
triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini meningkat dari triwulan
sebelumnya. Bahkan pantauan terhadap rasio kredit non lancar di sektor Pertanian tercatat
terus membaik.
Gambar 3.8. Proporsi Kredit Menurut Sektor
Ekonomi
Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi ini perlu terus dilakukan upaya untuk
mendorong penyaluran kredit perbankan
pada sektor pertanian, khususnya usaha
agribisnis yang mampu memberikan nilai
tambah produk pertanian sehingga pada
gilirannya akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat petani di Aceh.
Upaya–upaya ini diantaranya melalui
penciptaan skim–skim kredit yang tepat
dalam penyaluran kredit di sektor ini,
termasuk pula pemberdayaan peran
Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau
Non Performing Loan (NPL) bank umum di Aceh pada periode laporan (5,05%), sedikit menurun
stabil dibanding triwulan lalu (5,06%). Berdasarkan kelompok bank, NPL paling tinggi terjadi
pada kelompok bank swasta yang mencapai 8,29%. Sementara kelompok bank pemerintah
memiliki rasio NPL sebesar 4,44%. Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya, NPL tertinggi
terjadi pada kredit modal kerja yang sebesar 10,93% (yoy).
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 45
BAB 3 Perbankan Aceh
Gambar 3.9. Perkembangan NPL Menurut Kelompok Bank
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Tabel 3.5. NPL Kredit
Menurut Jenis Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Tabel 3.6. NPL Kredit
Menurut Sektor Ekonomi
Money position atau jumlah aset likuid yang dimiliki bank umum di Aceh tercatat sebesar
Rp6,586 triliun, dengan dominasi pada penempatan pada bank lain.
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Gambar 3.10. Aset Likuid Bank Umum di Provinsi Aceh
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH (BUS)1 DI PROVINSI ACEH
Tabel 3.7. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh
Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah
Kinerja perbankan Syariah di Aceh kembali menunjukkan perkembangan yang menggembirakan
selama triwulan II tahun 2013. Semakin menariknya keberadaan perbankan Syariah di
masyarakat tercermin dari peningkatan total aset dan penghimpunan DPK yang masing-masing
mencapai 34,88% dan 17,02%. Aktivitas pembiayaan pun mengalami peningkatan sebesar
14,39% (yoy).
1 Data Bank Umum Syariah mencakup data Unit Usaha Syariah (UUS)
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 47
BAB 3 Perbankan Aceh
Gambar 3.11. Proporsi DPK
Bank Umum Syariah
Gambar 3.12. Perkembangan DPK Menurut Jenis
Simpanan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Sepanjang triwulan II tahun 2013, total aset perbankan syariah di Aceh meningkat sebesar
34,88% (yoy) dan 19,45% (qtq) menjadi senilai Rp. 4,99 triliun. Meski tercatat melambat bila
dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV tahun 2012 lalu yang sebesar 35,99%;
pertumbuhan tahunan di atas 20% tersebut masih menunjukkan tingginya potensi bank syariah
dalam melakukan pembiayaan sehingga dapat berpartisipasi menjadi stimulus bagi
perekonomian Aceh ke depan.
Kinerja penghimpunan DPK oleh perbankan syariah di Aceh pada triwulan ini juga tercatat
mengalami peningkatan dari 5,39% (yoy) di triwulan I tahun 2013 menjadi 17,02% (yoy) di
triwulan laporan. Berdasarkan komposisinya, simpanan perbankan syariah masih didominasi
oleh simpanan tabungan dengan proporsi sebesar 41,03%, disusul oleh deposito dan giro
dengan proporsi masing-masing sebesar 32,54% dan 26,43%. Bila ditilik dari pertumbuhannya,
tercatat simpanan giro mengalami pertumbuhan terbesar mencapai 172,01% (yoy).
48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Gambar 3.13. Proporsi Pembiayaan
Bank Umum Syariah Menurut Jenis
Penggunaan
Gambar 3.14. Perkembangan Pembiayaan
Bank Umum Syariah Menurut Jenis Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Dari sisi pembiayaan, berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih
mendominasi dibandingkan dengan penggunaan kredit lainnya. Minimnya risiko dalam
penyaluran pembiayaan konsumsi tercermin dari rasio risiko pembiayaan non lancar (Non
Performing Loan) yang masih di angka 2,74% per triwulan II tahun 2013, jauh dibawah NPL
pembiayaan Modal Kerja dan Konsumsi.
Cukup besarnya proporsi pembiayaan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan syariah terkait
dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah dan properti
lainnya, serta pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor yang sejalan dengan tingginya
permintaan masyarakat atas kedua komoditas dimaksud. Sementara itu meskipun mempunyai
porsi yang lebih kecil, pembiayaan pada kegiatan sektor produktif yang tercermin dari
penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi juga tetap menjadi perhatian perbankan
syariah, seperti yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang positif di kedua jenis pembiayaan.
Gambar 3.15. NPF Bank Umum Syariah
Menurut Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 49
BAB 3 Perbankan Aceh
Tabel 3.8. Perkembangan Pembiayaan
Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh
Gambar 3.16. Proporsi Pembiayaan
Bank Umum Syariah Menurut Sektor
Ekonomi
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI ACEH
Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Pokok Bank Perkreditan Rakyat/Syariah di Provinsi Aceh
Sumber: Laporan BPR, data diolah
Pada triwulan II tahun 2013, kinerja BPR secara tahunan di Aceh tercatat meningkat. Kinerja
total aset tumbuh sebesar 11,8% (yoy) dari triwulan sebelumnya menjadi Rp. 281,6 miliar.
Begitu pula dengan penghimpunan DPK yang tumbuh meningkat 19,0% (yoy). Hal yang sama
50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
juga terjadi pada penyaluran kredit yang tercatat tumbuh melambat 10,8% (yoy) menjadi
sebesar Rp. 160,15 miliar.
Gambar 3.17. Proporsi DPK BPR/S
Gambar 3.18. Perkembangan DPK BPR/S
Menurut Jenis Simpanan
Laporan BPR, data diolah
Berdasarkan jenisnya, simpanan masyarakat terhimpun cukup merata dimana porsi simpanan
tabungan dan deposito masing-masing memiliki share 52,27% dan 49,73%. Peningkatan DPK
secara tahunan terjadi pada seluruh jenis simpanan baik Tabungan maupun Deposito yang
tumbuh berturut-turut 10,6% (yoy) dan 28,6% (yoy).
Gambar 3.19. Proporsi Pembiayaan BPR/S
Menurut Jenis Penggunaan
Gambar 3.20. Perkembangan Pembiayaan BPR/S
Menurut Jenis Penggunaan
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
Walaupun dihimpit ekspansi kinerja penyaluran kredit yang terjadi pada bank umum, realisasi
penyaluran kredit BPR Aceh di triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan. Berbeda
dengan bank umum, pembiayaan oleh BPR didominasi oleh pembiayaan ke sektor produktif
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 51
BAB 3 Perbankan Aceh
dalam bentuk modal kerja dengan porsi 80,24%. Cakupan BPR yang terasa lebih dekat dengan
masyarakat, terutama usaha mikro, disinyalir menjadi pertimbangan masyarakat memilih BPR
untuk memperoleh pembiayaan modal kerja. Meski demikian, BPR masih harus bekerja lebih
keras lagi untuk memperbaiki kinerja pembiayaan non lancarnya (NPL) yang mencapai 9,41%.
Tabel 3.10. Proporsi Pembiayaan BPR/S Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah
52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
____________________________________________________________________
Box 2.
Pengaruh Kebijakan Loan to Value dan Down Payment di Provinsi Aceh
Dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam pemberian KPR dan KKB serta untuk
memperkuat ketahanan sektor keuangan, Bank Indonesia mengatur besaran Loan To Value
(LTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Down Payment (DP) untuk Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB). Ketentuan ini tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP
tanggal 15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. 2
Rasio LTV, yakni angka rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh Bank terhadap nilai
agunan pada saat awal pemberian kredit, ditetapkan maksimal 70%. Ruang lingkup KPR yang
dimakud meliputi kredit konsumsi kepemilikan rumah tinggal, termasuk rumah susun atau
apartemen namun tidak termasuk rumah kantor dan rumah toko, dengan tipe bangunan lebih
dari 70 m2 (tujuh puluh meter persegi). Pengaturan mengenai LTV dikecualikan terhadap KPR
dalam rangka pelaksanaan program perumahan pemerintah.
Sebagai pegembangan dari kebijakan LTV untuk KPR pada tahun lalu, BI berencana menerbitkan
aturan pengetatan rasio pinjaman terhadap aset atau Loan to Value (LTV) KPR secara progresif
mulai 1 September 2013. Dalam beleid tersebut, BI mengatur besaran uang muka KPR dan
Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) untuk hunian tipe mulai 70. Uang muka untuk rumah
pertama diwajibkan minimal 30 persen, dan sedikitnya 40 persen untuk KPR kedua, serta paling
tidak 50 persen untuk kredit ketiga.
Sementara itu, untuk DP bagi KKB ditetapkan sebagai berikut (i) Untuk Roda Dua minimal DP
sebesar 25%, (ii) Roda Empat minimal DP 30%, dan (iii) Roda Empat atau lebih untuk
keperluan produktif minimal DP 20%. Penjelasan untuk keperluan produktf sesuai pengaturan
Surat Edaran, adalah, bila memenuhi salah satu syarat sebagai berikut (a) Merupakan
kendaraan angkutan orang atau barang yang memiliki izin yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, atau (b) diajukan oleh perorangan atau
badan hukum yang memiliki izin usaha tertentu yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan
digunakan untuk mendukung kegiatan operasional dari usaha yang dimiliki.
Pengaruh LTV terhadap industri perumahan di Provinsi Banda Aceh bisa tercermin dari jumlah
kredit perbankan yang diberikan untuk industri real estate atau perumahan. Grafik di bawah ini
merupakan perkembangan total jumlah kredit yang diberikan untuk perumahan yang terkena
kebijakan LTV yaitu perumahan dengan tipe Menengah, Besar Atau Mewah (Tipe mulai dan
Diatas 70); dan Flat / Apartemen. Terlihat pada grafik hingga akihir tahun 2012 terdapat tren
2 http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_140612.htm
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 53
BAB 3 Perbankan Aceh
yang menurun walaupun ada sedikit kenaikan pada tahun 2013 triwulan pertama. Ini
menunjukan bahwa kebijakan LTV mulai memiliki dampak pada industri perumahan di provinsi
Aceh.
Penjualan mobil dan sepeda motor baru di Provinsi Aceh pada grafik di bawah ini yang terus
meningkat dari awal tahun 2009 terlihat juga menjadi terus menurun sejak diberlakukannya
kebijakan Down Payment. Penjualan mobil baru terpengaruh tidak begitu besar dibandingkan
dengan penjualan sepeda motor. Meskipun begitu, sejak diberlakukan nya kebijakan DP ini,
penjualan mobil di Aceh belum pernah melebihi pertumbuhan penjualan tertinggi mobil pada
tahun 2010 triwulan I. Penjualan sepeda motor yang terlihat lebih terpengaruh oleh kebijakan
DP ini. Terlihat pada grafik sejak diberlakukan kebijakan pada bulan Maret 2102 penjualan
sepeda motor baru di Aceh terus menurun.
54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
LTV atau DP yang dipersyaratkan dihitung berdasarkan nilai perikatan agunan. Besaran LTV
untuk KPR maupun DP untuk KKB tersebut, akan disesuaikan dari waktu ke waktu dengan
memperhatikan kondisi perekonomian terkini.2 Dengan adanya kebijakan ini diharapkan NPL
pada sektor perumahan yang pada triwulan laporan mencapai Rp77,7 Miliyar lambat laun akan
dapat menurun.
_____________________________________________________________________
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 55
BAB 3 Perbankan Aceh
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH
56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Pada triwulan I tahun 2013 kegiatan pembayaran tunai di Provinsi
Aceh tercatat mengalami net inflow yang diperkirakan terkait dengan
pola musiman/ cyclical akibat dari tingginya penarikan dana oleh
masyarakat pada periode sebelumnya.
Selama triwulan laporan, transaksi non tunai baik melalui BI-RTGS
maupun sistem kliring mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup
signifikan, namun sebaliknya, secara triwulanan mengalami
pertumbuhan yang negatif.
3.4. TRANSAKSI TUNAI
Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu :
aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (outflow dan inflow), kegiatan
pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta
kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat.
Tabel 3.11 Perkembangan Aliran Uang Kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Sumber : KPw BI Provinsi Aceh dan KPw BI Lhokseumawe, diolah
Pada triwulan I tahun 2013 kegiatan pembayaran tunai di Provinsi Aceh tercatat mengalami net
inflow3 setelah sepanjang tahun 2012 mengalami net outflow. Pada triwulan II ini, kegiatan
pembayaran kembali mengalami Net outflow. Net outflow ini disebabkan oleh meningkatnya
jumlah masyarakat yang menukarkan uangnya untuk menghadapi bulan puasa dan lebaran
nanti, akibatnya arus kas yang keluar dari Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh dan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Kota Lhokseumawe lebih besar daripada arus kas yang masuk. Net
ouflow juga disinyalir berkaitan dengan mulai meningkatnya adanya kebutuhan uang tunai
dalam jumlah besar seperti untuk pembayaran proyek-proyek pemerintah yang sudah mulai
terlihat realisasi nya.
3 Net Inflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih banyak dibandingkan aliran uang keluar
(ouflow) pada periode yang sama.
I II III IV I II
Outflow 594.712 830.037 925.033 1.111.644 579.979 793.818
Inflow 537.079 293.044 541.236 355.731 793.435 372.394
Netflow -57.634 -536.993 -383.797 -755.912 213.456 -421.424
Outflow 523.656 788.363 736.378 769.059 394.578 624.160
Inflow 217.083 113.326 327.460 133.017 288.847 170.210
Netflow -306.573 -675.037 -408.918 -636.041 -105.731 -453.950
Outflow 1.118.368 1.618.399 1.661.411 1.880.703 974.557 1.417.978
Inflow 754.161 406.370 868.696 488.749 1.082.282 542.605
Netflow -364.207 -1.212.030 -792.715 -1.391.954 107.725 -875.374
Transaksi
KPw BI Banda Aceh
KPw BI Lhokseumawe
Provinsi Aceh
Wilayah (Rp-Juta)2012 2013
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 57
BAB 3 Perbankan Aceh
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dilakukan sebagai bagian dari proses pemusnahan
Uang Tidak Layak Edar (UTLE)/ rusak yang dilakukan secara rutin oleh seluruh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang
kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy). Tercatat selama triwulan II
tahun 2013, sebesar Rp. 105,57 miliar uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai
pecahan dimusnahkan. Kondisi ini meningkat bila dibandingkan jumlah yang dimusnahkan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp. 88,068 miliar.
Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan tersebut selanjutnya akan digantikan dengan
Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan di
masyarakat. Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Diharapkan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki akan dapat memperpanjang
usia edar uang kartal dan semakin mengurangi besarnya volume PTTB. Hal tersebut sangat
diperlukan mengingat pemusnahan uang kartal berdampak pada besarnya biaya pencetakan
uang baru yang harus dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk menggantikan uang yang
dimusnahkan tersebut.
Gambar 3.21 Pemberian Tanda Tidak Berharga
Sumber : KPw BI Provinsi Aceh dan KPw BI Lhokseumawe, diolah
3.5. PEREDARAN UANG PALSU
Pada triwulan II tahun 2013, ditemukan uang palsu sebesar Rp. 1.380.000,- oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe.
Jumlah tersebut jauh meningkat dibanding jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan
sebelumnya. Peningkatan jumlah uang palsu selama triwulan laporan merupakan wujud dari
58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
mulai concern nya masyarakat terhadap peredaran uang palsu dengan melakukan pelaporan
ketika ditemukan nya uang palsu tersebut.
Tabel 3.12 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Provinsi Aceh
Sumber : KPw BI Provinsi Aceh, diolah
3.6. TRANSAKSI NON TUNAI
Gambar 3.22 Porsi Transaksi Non Tunai Triwulan II-2012 Di Provinsi Aceh
Sumber : www.bi.go.id, diolah
I II III IV I II
Nominal 1.360.000 5.335.000 600.000 4.360.000 11.655.000 800.000 1.380.000
100.000 950.000 2.000.000 500.000 2.800.000 6.250.000 600.000 800.000
50.000 400.000 3.300.000 100.000 1.500.000 5.300.000 200.000 550.000
20.000 0 20.000 0 40.000 60.000 0 20.000
10.000 0 10.000 0 20.000 30.000 0 10.000
5.000 10.000 5.000 0 0 15.000 0 0
Jumlah (lembar) 11 48 1 41 10 21
100.000 10 20 4 28 6 8
50.000 8 66 2 30 4 11
20.000 0 1 0 2 0 1
10.000 0 1 0 2 0 1
5.000 2 1 0 0 0 0
20132012
Temuan uang palsu
di Provinsi Aceh
2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013 59
BAB 3 Perbankan Aceh
3.6.1. BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement)
Hingga triwulan II tahun 2013, sistem pembayaran non tunai di Aceh masih didominasi oleh
sistem BI-RTGS4 (lihat gambar). Sistem layanan BI-RTGS yang menyediakan layanan
pemindahan dana secara cepat dan minim risiko menjadikan transaksi ini sebagai primadona
dalam sistem pembayaran non tunai di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Aceh.
Terbukti dengan masih besarnya porsi penggunaan BI-RTGS (99,31%) dalam transaksi sistem
pembayaran non tunai di Aceh.
Selama periode triwulan II tahun 2013, nominal BI-RTGS mengalami pertumbuhan tahunan
yang cukup signifikan, namun secara triwulanan mengalami pertumbuhan yang terkoreksi cukup
dalam. Total transaksi menggunakan BI-RTGS tercatat sebesar Rp. 137,362 triliun atau
sebanyak 45,15 ribu transaksi.
Tabel 3.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Aceh
Sumber : www.bi.go.id, diolah
3.6.2. KLIRING5
Tabel 3.14 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Aceh
Sumber : www.bi.go.id, diolah
4 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian transaksinya dilakukan dalam waktu
seketika. BI-RTGS memiliki peranan dalam memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value
Payment System atau transaksi bernilai besar (Rp100 juta ke atas dan bersifat urgent). Metode
penyelesaian secara gross to gross settlement, final, real time dan irrevocable.
5 Kliring adalah Sistem tranfer dana dengan pertukaran warkat (bisa berupa cek, giro/bilyet, nota
debet/kredit dan lainnya) atau data keuangan elektronik antar peserta (bank) kliring baik atas nama peserta
(bank) maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
I II III IV I II I-13 II-13 I-13 II-13
Nominal (Rp-miliar) 777,3 877,6 842,91 897,05 3.395 891,13 955,93 14,6% 8,9% -0,7% 7,3%
Volume (warkat) 31.606 31.324 29.061 31.009 123.000 30.447 31.536 -3,7% 0,7% -1,8% 3,6%
- Nominal (Rp-miliar) 18,6 22,9 24,5 25,12 91,10 26,2 33,8 40,8% 47,8% 4,2%
- Volume (warkat) 902 911 826,0 950 3.589 698 907 -22,6% -0,4% -26,5%
- % Nominal 2,39% 2,61% 2,90% 2,8% 2,94% 3,54%
- % Volume 2,85% 2,91% 2,84% 3,06% 2,29% 2,88%
Penarikan cek/BG kosong
20122012
2013 Growth (yoy) Growth (qtq)KLIRING
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I Tw.II
Nominal (Rp Miliar) 61.245 100.639 90.995 116.664 369.543 95.634 137.362
Dari Aceh 18.331 24.640 23.624 30.057 96.653 26.864 35.797
Ke Aceh 32.160 58.976 52.586 66.889 210.611 50.110 77.542
Di Aceh 10.754 17.023 14.784 19.717 62.278 18.660 24.024
Volume Transaksi 43.091 45.167 50.798 59.114 198.170 41.077 45.150
Dari Aceh 24.235 25.230 28.635 33.601 111.701 23.325 25.142
Ke Aceh 14.482 15.550 16.927 19.499 66.458 13.554 15.632
Di Aceh 4.374 4.387 5.236 6.014 20.011 4.198 4.376
2012 2013BI-RTGS
60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 2-2013
BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh
Sama dengan transaksi melalui BI-RTGS, perputaran kliring selama triwulan II tahun 2013 juga
tumbuh positif baik secara tahunan maupun triwulanan. Transaksi melalui Kliring selama
triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 955,93 miliar. Peningkatan transfer dana menggunakan
sistem kliring ini juga dibarengi dengan penarikan cek/BG kosong yang juga mengalami
peningkatan. Tercatat selama periode laporan, terjadi penarikan cek/BG kosong sebesar Rp.
33,8 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 907 lembar.