PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN … · rentang toleransi Bank Indonesia sebesar 5%....

20
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Transcript of PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN … · rentang toleransi Bank Indonesia sebesar 5%....

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

Kinerja perbankan Aceh pada Desember 2011 masih baik. Trending indikator

pokok masih menunjukkan pertumbuhan positif kendati mengalami

perlambatan.

Kinerja perbankan syariah di Aceh menunjukkan pertumbuhan positif baik secara

tahunan (yoy) maupun triwulanan (qtq). Peningkatan aset semakin

mempertinggi potensi bank syariah dalam melakukan ekspansi pembiayaan

terutama sebagai stimulasi perekonomian masyarakat Aceh.

Refinancing risk lebih terekspos pada perbankan syariah dibandingkan dengan

perbankan konvensional terutama terkait dengan spread yang terbentuk dari

penhimpunan DPK dan tingkat LDR.

Selama tahun 2011, sistem pembayaran non tunai di Aceh baik menggunakan

sistem BI-RTGS maupun kliring tercatat mengalami pertumbuhan negatif bila

dibandingkan dengan transaksi selama tahun 2010 lalu. Mencermati penurunan

tersebut cukup menguatkan hipotesis bahwa perekonomian Aceh sedikit

mengalami kelesuan di tahun 2011.

Triwulan IV-2011, aliran uang kartal masih menunjukkan net outflow seiring

dengan pola uptrend di penghujung tahun pada satu periode karena

meningkatnya kebutuhan kartal masyarakat.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 41

BAB 3 Perbankan Aceh

PERBANKAN PROVINSI ACEH

3.1. BANK UMUM

3.1.1. Kondisi Umum

Menutup tahun 2011, secara umum, perbankan Aceh menunjukkan kinerja yang lebih baik, bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dibanding periode yang sama tahun 2010 lalu.

Pertumbuhan positif terjadi di seluruh indikator utama dengan tren yang meningkat kecuali penyaluran

kredit yang tumbuh melambat. Genjotan penghimpunan simpanan masyarakat yang berbarengan dengan

pengetatan penyaluran kredit dalam rangka kehati-hatian telah menurunkan rasio kredit terhadap simpanan

(Loan to Deposit Ratio-LDR1) yang dihimpun perbankan Aceh. Penurunan LDR tersebut sejalan dengan

turunnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL2) yang membaik hingga kembali masuk dalam

rentang toleransi Bank Indonesia sebesar 5%.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum di Provinsi Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, data diolah

3.1.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kendati masih terus mengalami perlambatan secara triwulanan (qtq) sejak triwulan III-2011, perolehan DPK

bank masih menunjukkan pertumbuhan positif pasca Ramadhan dan lebaran Idul Fitri – masyarakat lebih

menyukai memegang dana dalam bentuk cash sebagai antisipasi keperluan sebelum dan sesudah lebaran.

Selama 2011, pertumbuhan DPK menunjukkan positive growth dengan pergeseran komposisi DPK yang

makin berat di tabungan. Tercatat bahwa komposisi tabungan, giro dan deposito = 50,18% : 32,93% :

16,89% di akhir Desember 2011. DPK pada Desember 2011 tumbuh 8,57% (yoy) atau 1,34% (qtq).

Pemberian reward seperti pemberian beasiswa dalam program TabunganKu yang diselenggarakan LPS

diharapkan mampu menjadi kontributor utama pendukung peningkatan kesadaran menabung masyarakat,

terutama penduduk yang berada jauh dari jangkauan perbankan.

Mirip dengan siklus tahunan yang biasa terjadi, dimana simpanan giro cenderung mengalami penurunan

di akhir tahun akibat penurunan giro milik pemerintah yang ditarik untuk pelaksanaan penyelesaian

pembayaran proyek-proyek pemerintah, maka pada Desember 2011, simpanan giro terkoreksi hingga

minus 14,05% (qtq) dibanding posisi September 2011. Pertumbuhan negative juga terjadi pada simpanan

deposito yang tumbuh minus 9,35% (qtq). Sementara tabungan tumbuh hingga 20,24% meningkat dari

posisi September 2011 yang tumbuh 5,3% (qtq). Penggalakan gerakan ayo menabung di sekolah-sekolah

1 LDR : rasio kredit terhadap simpanan 2 NPL : rasio kredit bermasalah (kategori kurang lancar, diragukan, macet)

9 12 3 6 9 12

Tota l Aset 30.818.780 30.844.487 29.016.934 32.305.411 33.045.075 33.877.396

yoy, % 11,81% 5,60% 5,90% 10,64% 7,22% 9,83%

qtq, % 5,55% 0,08% -5,93% 11,33% 2,29% 2,52%

DPK 18.769.579 18.726.358 17.921.291 19.294.953 20.062.497 20.330.898

yoy, % 0,90% -4,00% 6,21% 10,89% 6,89% 8,57%

qtq, % 7,87% -0,23% -4,30% 7,66% 3,98% 1,34%

Kredit 14.729.167 15.758.145 16.875.251 17.881.346 18.241.220 18.387.252

yoy, % 26,88% 25,06% 27,61% 25,01% 23,84% 16,68%

qtq, % 2,97% 6,99% 7,09% 5,96% 2,01% 0,80%

LDR (%) 78,47% 84,15% 94,16% 92,67% 90,92% 90,44%

NPL - gross (%) 4,44% 4,88% 5,61% 6,00% 6,28% 4,16%

2011Rp-Juta

2010

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

dirasa cukup berhasil menjadi salah satu strategi dalam mendongkrak pertumbuhan tabungan

masyarakat. Selain tentunya berbagai tawaran hadiah oleh perbankan. Keleluasaan nasabah dalam

mentransaksikan dananya setiap waktu tanpa adanya ketentuan penalti maupun jangka waktu

diperkirakan juga menjadi preferensi nasabah dalam menempatkan dananya di simpanan jenis tabungan.

Gambar 3.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Provinsi Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh

Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Provinsi Aceh Menurut Jenis Simpanan

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, data diolah

Gambar 3.2 Perkembangan Struktur Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Provinsi Aceh (Rp-juta)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, data diolah

7,23%

9,39%

-2,61%

-5,17%

-6,88%-5,83%

0,90%

-4,00%

6,21%

10,89%

6,89%

8,57%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12

2009 2010 2011

Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan tahunan (yoy)

9 12 3 6 9 12

Giro 6.086.154 4.368.784 5.560.366 6.742.877 7.788.654 6.694.259

yoy, % -11,53% -25,86% 22,17% 38,39% 27,97% 53,23%

qtq, % 24,91% -28,22% 27,27% 21,27% 15,51% -14,05%

Tabungan 7.218.619 8.707.850 8.018.956 8.057.538 8.484.515 10.201.740

yoy, % 6,78% 2,57% 10,65% 14,27% 17,54% 17,16%

qtq, % 2,37% 20,63% -7,91% 0,48% 5,30% 20,24%

Depos ito 5.464.806 5.649.724 4.341.969 4.494.538 3.789.328 3.434.899

yoy, % 10,11% 10,26% -14,45% -17,92% -30,66% -39,20%

qtq, % -0,20% 3,38% -23,15% 3,51% -15,69% -9,35%

2011Rp-Juta

2010

0 3.000.000 6.000.000 9.000.000 12.000.000 15.000.000 18.000.000 21.000.000

9

12

3

6

9

12

20

10

20

11

Giro Tabungan Deposito

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 43

BAB 3 Perbankan Aceh

Seperti telah disebutkan diatas, kebutuhan penyelesaian pembayaran proyek-proyek pemerintah disinyalir

menjadi penyebab turunnya simpanan pemerintah di perbankan. Bahkan porsi simpanan pemerintah di

perbankan Aceh posisi Desember 2011 hanya berkisar 11%, jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya

yang sebesar 25,66%. Dana simpanan pemerintah diperkirakan akan meningkat kembali di triwulan II-2012

nanti seiring dengan masuknya transfer dana dari pemerintah pusat.

Gambar 3.3 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum Konvensional di Aceh (%)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh

Tabel 3.3 Perkembangan Porsi Dana Pihak Ketiga Milik Pemda di Bank Umum Provinsi Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

9 12 3 6 9 12

2010 2011

Giro

Tabungan

Deposito 1 bln

Deposito 12 bln

Deposito 3 bln

%

12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Total DPK mi l ik Pemda 2.980.149 2.525.422 4.463.497 5.147.821 2.425.886 -7,9% -18,6% 15,3% -52,9%

Giro mi l ik Pemda 843.604 2.007.233 3.896.975 4.751.971 2.192.879 44,9% 159,9% 21,9% -53,9%

Tabungan Mi l ik Pemda 3.174 2.185 2.176 2.605 3.947 -23,3% 24,4% 19,7% 51,5%

Depos ito mi l ik Pemda 2.133.371 516.004 564.346 393.245 229.060 -83,0% -89,3% -30,3% -41,8%

%DPK Pemda thd tota l DPK 15,91% 14,09% 23,13% 25,66% 11,93%

2011 yoy qtqRp-juta

2010

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

3.1.3. Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit perbankan menunjukkan arah linier yang positif kendati terdapat pergerakan yang beragam

pada masing-masing jenis penyalurannya sejak 2010 sampai dengan Desember 2011. Rata-rata penyaluran

kredit perbankan Aceh masih diatas 20% per tahun. Penyaluran kredit per Desember 2011 menurut sektor

ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang bervariasi. Yang menggembirakan adalah terus tumbuh positifnya

penyaluran kredit ke sektor pertanian. Sementara pertumbuhan penyaluran kredit menurut penggunaan

tercatat bahwa ke-3 jenis pembiayaan yang terbagi atas kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit

konsumsi menunjukkan pertumbuhan yang searah secara tahunan (yoy), namun tumbuh negatif secara

triwulanan (qtq) untuk kredit investasi dan kredit modal kerja.

3.1.3.1. Penyaluran Kredit Secara Sektoral

Tabel 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Aceh

Menurut Sektor Ekonomi (Rp-juta)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

Sektor perdagangan yang memegang porsi dominan dalam penyaluran kredit (54,84%) tumbuh melambat

baik secara tahunan (0,6%) maupun secara triwulanan (0,48%). Hal yang sama juga terjadi pada sektor

industry pengolahan (-17,75%,yoy dan 0,3%,qtq). Kedua hal tersebut cukup tampak dengan terkoreksinya

pertumbuhan industri mikro dan kecil yang dirilis BPS Aceh3.

Gambar 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Aceh

Menurut Sektor Ekonomi (%) per Desember 2011

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

3 Survei Industri triwulan IV-2011 oleh BPS Provinsi Aceh

12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Tota l Kredi t 15.758.145 16.900.656 17.881.346 18.235.793 18.387.252 23,81% 16,68% 1,98% 0,83%

Pertanian 145.163 137.189 136.913 150.363 151.548 2,43% 4,40% 9,82% 0,79%

Pertambangan 64.520 86.862 92.812 92.252 81.087 81,88% 25,68% -0,60% -12,10%

Industri Pengolahan 1.271.817 1.091.337 1.102.160 1.043.007 1.046.094 -18,66% -17,75% -5,37% 0,30%

Lis trik Gas dan Air 12.004 10.710 12.341 6.843 3.547 -36,99% -70,45% -44,55% -48,17%

Konstruks i 785.650 835.868 858.731 785.734 800.947 23,89% 1,95% -8,50% 1,94%

Perdagangan 3.442.707 3.317.804 3.404.637 3.446.901 3.463.473 1,01% 0,60% 1,24% 0,48%

Pengangkutan 35.317 34.154 32.543 170.941 26.853 353,93% -23,97% 425,28% -84,29%

Jasa Dunia Usaha 362.909 379.684 395.845 202.165 408.850 -30,57% 12,66% -48,93% 102,24%

Jasa Sos ia l Masy. 238.756 284.490 315.601 544.768 333.476 180,18% 39,67% 72,61% -38,79%

Lainnya 9.399.302 10.722.558 11.529.763 11.792.819 12.071.377 36,04% 28,43% 2,28% 2,36%

yoy2011 qtqRp-Juta

2010

Pertanian2,40%

Pertambangan

1,28%

Industri Pengolahan

16,56%

Listrik Gas

dan Air0,06%

Konstruksi

12,68%

Perdagangan

54,84%

Pengangkutan0,43%

Jasa Dunia Usaha6,47%

Jasa Sosial Masy.

5,28%

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 45

BAB 3 Perbankan Aceh

Tabel 3.5 NPL4 Bank Umum di Provinsi Aceh Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

BOX 15

POTENSI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DAN

PENGENTASAN KEMISKINAN

Kegiatan perekonomian di pedesaan masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan

pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil

pertanian, serta industri rumah tangga. Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya masih

dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai unsur esensial dalam

mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat

membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian dan pedesaan.

Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa menjadi entry point terjadinya siklus rantai kemiskinan pada

masyarakat petani/pedesaan yang sulit putus. Walaupun insiden kemiskinan secara faktual tidak dibatasi

oleh aspek spatial dan sektoral, namun tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas orang miskin berada di

daerah pedesaan dan umumnya bekerja di sektor pertanian. Menurut BPS, jumlah penduduk miskin pada

tahun 2011 mencapai 31,1 juta orang, dan sebanyak 19,9 juta (64,23%) diantaranya berada di pedesaan6.

Lemahnya permodalan pelaku ekonomi di pedesaan mendorong pemerintah untuk meluncurkan beberapa

skim kredit program seperti Kredit Investasi Kecil (KIK). Kredit Usaha Tani (KUT) dan yang saat ini masih

berlangsung seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Pembibitan Sapi (KUPS), serta Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi (KKPE). Beberapa program telah mencapai tujuannya, akan tetapi adanya indikasi bahwa

kinerjanya tidak memuaskan yang tercermin dari (1)rendahnya tingkat pelunasan kredit, dan (2) rendahnya

4 Non Performing Loan (NPL) adalah rasio kredit yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan

dan Macet.

5 Citra Agustina, Analis Muda, Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil & UMKM, BI Banda Aceh 6 www.bps.go.id

9 12 3 6 9 12

Total 4,44% 4,88% 5,60% 6,00% 6,28% 4,16%

Pertanian 21,10% 19,34% 23,29% 26,84% 23,98% 12,24%

Pertambangan 5,11% 3,96% 5,37% 5,94% 7,98% 3,94%

Industri Pengolahan 8,50% 13,03% 16,54% 16,39% 17,13% 5,54%

Lis trik Gas dan Air 6,37% 33,89% 4,95% 0,37% 0,29% 0,00%

Konstruks i 10,39% 11,59% 11,64% 11,34% 14,39% 8,38%

Perdagangan 7,40% 8,37% 11,15% 12,75% 13,62% 9,65%

Pengangkutan 19,00% 22,23% 24,64% 27,68% 7,40% 24,72%

Jasa Dunia Usaha 5,98% 4,39% 4,38% 4,84% 14,26% 5,96%

Jasa Sos ia l Masy. 10,12% 11,78% 12,43% 10,81% 5,62% 4,91%

Lainnya 1,72% 1,46% 1,87% 2,22% 2,28% 1,96%

2011NPL (%)

2010

46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

tingkat penyerapan kredit. Kelemahan tersebut membawa konsekuensi pada tidak berlanjutnya

(unsustainable) program tersebut. Akibatnya porsi pembiayaan terhadap sektor strategis tetap jalan di

tempat. Jika ditilik kembali, lembaga perbankan sebenarnya memiliki potensi sebagai penyalur kredit mikro,

akan tetapi masih banyak yang kurang antusias dalam menyalurkan kredit mikro, begitupula dengan

persepsi debitur mikro yang sebagian besar masih enggan untuk berhubungan dengan perbankan,

alasannya selain rumitnya prosedur dalam mengakses kredit juga kendala agunan yang masih mencuat.

Maka untuk menjawab permasalahan tersebut, maka kiranya peran lembaga keuangan mikro lebih

dioptimalkan kembali terutama untuk menjadi alternatif sumberdana bagi petani dan masyarakat pedesaan.

Salah satu kelembagaan keuangan yang dapat dimanfaatkan dan didorong untuk membiayai perekonomian

di pedesaan adalah Lembaga Keuangan Mikro.

I. Lembaga Keuangan Mikro

Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997), kredit mikro adalah program pemberian

kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar

menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya,

“programmes extebd small loans to very poor for self-employment projects that generate income, allowing

them to care for themselves and thei families”7

II. Kaitan Lembaga Keuangan Mikro dengan Kemiskinan

Lembaga keuangan memiliki fungsi intermediasi dalam aktivitas suatu perekonomian. Jika fungsi ini berjalan

dengan baik, maka aktivitas tersebut akan menghasilkan nilai tambah. Aktifitas ekonomi disini tidak

membedakan antara usaha yang dilaksanakan tersebut besar atau kecil, karena yang membedakan hanya

besarnya nilai tambah berdasarkan skala usaha. Berarti, usaha kecilpun jika memanfaatkan lembaga

keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah, sehingga upaya meningkatkan pendapatan

masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa

intermediasi lembaga keuangan, termasuk usaha produktif yang dilakukan oleh masyarakat miskin.

Pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak sarana dan program baik yang bersifat

langsung maupun tak langsung. Usaha ini dapat berupa transfer payment dari pemerintah, mislanya

program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga berencana, maupun usaha yang bersifat

produktif misalnya melalui pinjaman dalam bentuk micro credit.

Gambar 1. Financial Services in the Poverty Alleviation Tool Box

7Wijono, Wiloejo Wirjo, Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah satu Pilar Sistem Keuangan Nasional:Upaya

Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 47

BAB 3 Perbankan Aceh

Menurut marguiret Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit merupakan salah satu upaya

yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin

sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat yang

sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan

produktif, kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economicaly

active working poor), dan ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka

yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak. Kategori ini dapat dilihat pada gambar 1.8

Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk ketiga kelompok

masyarakat tersebut agar sasaran pengentasan kemiskinan tercapai. Bagi kelompok pertama akan lebih

tepat jika digunakan pendekatan langsung berupa program pangan, subsidi atau penciptaan lapangan

pekerjaan. Sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika digunakan pendekatan tidak

langsung, misalnya penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan jenis pinjaman

mikro atau mensinergikan UKM dengan para pelaku Usaha Menengah maupun besar sebagai akses

pasarnya.

III. Potensi LKM Dalam Pembangunan Perekonomian Pedesaan

Bahasan tentang perekonomian pedesaan tidak dapat mengabaikan pelaku ekonomi masyarakat pedesaan

yang umumnya berskala mikro dan kecil. Pemberdayaan usaha kecil dipandang akan mampu menggerakkan

perekonomian pedesaan dan pada gilirannya berdampak pada tumbuhnya ekonomi nasional.

Sesuai dengan karakteristik skala usahanya, usaha mikro dan kecil sebenarnya tidak memerlukan modal

yang terlalu besar. Dengan kebutuhan modal yang kecil-kecil tetapi dalam unit usaha yang sangat besar ini

menyebabkan kurang tertariknya lembaga perbankan untuk mendanai usaha mikro/kecl karena transaction

cost-nya sangat tinggi. Selain itu, pada lembaga keuangan formal pada umumnya, perlakuan terhadap

usaha kecil sama dengan usaha menengah dan besar dalam pengajuan pembiayaan, diantaranya kecukupan

jaminan, modal, maupun kelayakan usaha. Persyaratan ini dipandang sangat memberatkan bagi pelaku

usaha mikro/kecil dalam mengakses lembaga perbankan formal. Keterbatasan usaha kecil dan mikro dalam

mengakses lembaga formal seharusnya dipandang sebagai sebuah potensi yang besar bagi lahir dan

berkelanjutannya Lembaga Keuangan Mikro.

Agar prospek LKM berkelanjutan, maka sebaiknya praktek bisnis LKM menyerupai praktek lembaga

keuangan formal. Seperti halnya dalam penetapan suku bunga kredit, mengingat tingginya transaction cost

maka sudah sewajarnya jika LKM menetapkan suku bunga pinjaman yang sedikit lebih tinggi dari pada

tingkat bunga perbankan, namun dalam sisi prosedur/administrasi peminjaman dari LKM bersifat lebih

mudah. Bahkan, LKM juga akan menjadi lebih unggul jika tidak mensyaratkan agunan/jaminan. Sebagian

LKM telah menjalani praktek ini, pinjaman lebih didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam

sudah dikenal oleh pengelola LKM. Kemudahan lainnya adalah pencairan dan pengembalian pinjaman sangat

fleksibel dan dapat disesuaikan dengan cash flow peminjam.

Secara spesifik dalam konteks pembangunan ekonomi pedesaan yang masih didominasi oleh sektor

pertanian, potensi yang dapat diperankan LKM dalam memacu pertumbuhan ekonomi sangat besar.

Setidaknya ada lima alasan yang mendukung argumen tersebut. Pertama, LKM umumnya berada atau

minimal dekat dengan kawasan pedesaan sehingga dapat dengan mudah diakses oleh petani/pelaku

ekonomi di desa. Kedua, Petani/masyarakat desa lebih menyukai proses yang singkat dan tanpa banyak

8 idem

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

prosedur. Ketiga, Karakteristik usaha tani umumnya membutuhkan plafon kredit yang tidak terlalu besar

sehingga sesuai dengan kemampuan finansial LKM. Keempat, dekatnya lokasi LKM dan petani

memungkinkan pengelola LKM memahami betul karakteristik usaha tani sehingga dapat mengucurkan kredit

secara tepat waktu dan jumlah; dan kelima, Adanya keterkaitan socio-cultural serta hubungan yang bersifat

personal-emosional diharapkan dapat mengurangi sifat moral hazarddalam pengembalian kredit.

2.1.3. Penyaluran Kredit Menurut Penggunaan

Tabel 3.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum di Provinsi Aceh

Menurut Penggunaan (Rp-juta)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

Sebesar 59,72% porsi penyaluran kredit didominasi oleh kredit Konsumsi, diikuti oleh kredit Modal Kerja dan

kredit Investasi, masing-masing sebesar 34,46% dan 5,82%. Rendahnya porsi penyaluran kredit Investasi

ditengarai oleh meningkatnya tingkat risiko kredit bermasalah (NPL) pada kredit ini yang mencapai 9,27%

pada akhir Desember 2011. Sikap wait and see para investor atas kepastian situasi politik dan keamanan

terkait dengan Pilkada Aceh menjadikan iklim investasi Aceh saat ini masih „berawan‟.

Tabel 3.7 NPL Bank Umum di Provinsi Aceh Menurut Penggunaan (%)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

3.1.4. Penyaluran Kredit UMKM

Sebagaimana posisi September 2011, penyaluran kredit untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

pada Desember 2011 masih mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 17,44% (yoy)

dibandingkan dengan posisi September 2011 yang sebesar 27,41% (yoy). Di akhir tahun 2011, porsi

penyaluran kredit UMKM tercatat mencapai 68,1% dari seluruh kredit yang disalurkan oleh bank umum di

Aceh. Kredit kecil atau kredit dengan plafon maksimal Rp500 juta masih mendominasi dengan persentase

sebesar 61,08% dari outstanding kredit UMKM, diikuti oleh kredit Menengah dan kredit Mikro, masing-

masing sebesar 27,26% dan 11,65%.

12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Total Kredit 15.758.145 16.900.656 17.881.346 18.235.793 18.387.252 23,81% 16,68% 1,98% 0,83%

Modal Kerja 6.091.199 6.021.874 6.350.576 6.428.709 6.336.779 12,82% 4,03% 1,23% -1,43%

Investas i 998.142 1.012.834 1.059.680 1.111.561 1.069.609 13,13% 7,16% 4,90% -3,77%

Konsumsi 8.668.804 9.865.948 10.471.090 10.695.523 10.980.864 32,89% 26,67% 2,14% 2,67%

2011 yoy qtqRp-Juta

2010

9 12 3 6 9 12

Tota l 4,44% 4,88% 5,60% 6,00% 6,28% 4,16%

Modal Kerja 7,89% 8,34% 10,26% 10,91% 11,66% 7,28%

Investas i 10,61% 13,77% 17,80% 20,19% 14,95% 9,27%

Konsumsi 1,26% 1,42% 1,50% 1,58% 2,15% 1,86%

2011NPL (%)

2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 49

BAB 3 Perbankan Aceh

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM Bank Umum di Provinsi Aceh (Rp-juta)

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

Pertumbuhan tahunan tertinggi pada

penyaluran kredit UMKM terjadi pada kredit

Kecil sebesar 25,92% diikuti oleh kredit Mikro

dan kredit Menengah berturut-turut sebesar

22,54% dan 0,49% (yoy). Penyaluran kredit

UMKM juga didominasi oleh sektor

perdagangan dengan porsi 65,36% (yoy),

tanpa menghitung kredit lain-lain.

Gambar 3.5 Porsi Penyaluran Kredit UMKM Menurut Penggunaan (%) per Desember 2011

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Penyaluran Kr. UMKM 10.662.102 11.927.775 11.818.712 12.614.534 12.521.587 27,41% 17,44% 6,73% -0,74%

Kredit Mikro 1.190.959 1.374.667 1.315.023 1.431.013 1.459.378 27,81% 22,54% 8,82% 1,98%

Kredit Keci l 6.074.253 7.015.856 7.154.414 7.611.962 7.648.618 36,90% 25,92% 6,40% 0,48%

Kredit Menengah 3.396.890 3.537.252 3.349.275 3.571.559 3.413.591 10,88% 0,49% 6,64% -4,42%

% Kr.UMKM thd Total Kr. 67,66% 70,58% 66,10% 69,17% 68,10%

yoy qtq2011Rp-Juta

2010

Kredit Mikro12%

Kredit Kecil61%

Kredit Menengah

27%

50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

3.2. BANK UMUM SYARIAH (BUS)9

3.2.1. Kondisi Umum

Gambar 3.7 Perkembangan Porsi Aset Bank Umum Syariah

Terhadap Total Aset Bank Umum di Provinsi Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum BI Banda Aceh, diolah

Sebagaimana perbankan Aceh secara umum yang mengalami uptrend, perbankan syariah di Aceh juga

mengalami trending serupa dengan pertumbuhan yang lebih tinggi. Bahkan pertumbuhan penghimpunan

simpanan (DPK) masyarakat tumbuh sangat tinggi per Desember 2011. Sementara perkembangan

pembiayaan menampakkan perlambatan pertumbuhan kendati masih berada dalam zona positif.

Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Syariah Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, data diolah

Total aset perbankan syariah di Aceh pada posisi Desember 2011 adalah sebesar Rp3,57 triliun. Peningkatan

asset semakin mempertinggi potensi bank syariah dalam melakukan ekspansi pembiayaan terutama sebagai

stimulant terhadap perekonomian masyarakat Aceh. Menurunnya tingkat pembiayaan yang ditunjukkan oleh

6,21%6,45%

6,24%

6,99%

7,57%7,73% 7,71%

9,03%

9,62%

8,86% 9,00%

10,55%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

11%

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

40.000.000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12

2009 2010 2011

Total Aset Aset BUS % Aset BUS (ka)Rp, juta

9 12 3 6 9 12

Tota l Aset 2.377.230 2.784.183 2.791.473 2.861.103 2.973.833 3.573.255

Pertumbuhan (yoy) 38,20% 36,41% 34,61% 26,71% 25,10% 28,34%

Pertumbuhan (qtq) 5,28% 17,12% 0,26% 2,49% 3,94% 20,16%

DPK 1.105.089 1.381.511 1.312.235 1.353.381 1.450.370 2.015.504

Pertumbuhan (yoy) 22,64% 12,80% 18,71% 19,76% 31,24% 45,89%

Pertumbuhan (qtq) -2,21% 25,01% -5,01% 3,14% 7,17% 38,96%

Pembiayaan 1.367.267 1.616.405 1.936.461 2.099.648 2.270.980 2.336.383

Pertumbuhan (yoy) 80,95% 90,73% 91,79% 74,86% 66,10% 44,54%

Pertumbuhan (qtq) 13,87% 18,22% 19,80% 8,43% 8,16% 2,88%

FDR 123,72% 117,00% 147,57% 155,14% 156,58% 115,92%

NPF-gross 3,25% 1,95% 1,81% 3,08% 3,81% 3,66%

Indikator Perbankan

Syariah

20112010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 51

BAB 3 Perbankan Aceh

nilai Financing to Deposit Ratio (FDR)10 perbankan syariah di Aceh yang menjadi 115% searah dengan

penurunan pada tingkat risiko pembiayaan bermasalah (NPF) menjadi 3,66% pada Desember 2011.

Tingkat FDR diharapkan menjadi maksimal 100% untuk menghindari adanya penggerusan modal

perbankan, memotivasi bank untuk meningkatkan aset dan memberikan kepastian buffer terkait risiko yang

dapat timbul akibat adanya shortage maupun default pengelolaan kekayaan bank. Kendati rasio NPF

perbankan syariah masih berada di bawah ceiling rate yang ditetapkan Bank Indonesia, bank tetap harus

memperhatikan tingkat risiko terutama strategi likuiditas dalam menghindari refinancing risk.

3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Gambar 3.8. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

Pertumbuhan DPK perbankan syariah di Aceh per Desember 2011 ini tumbuh signifikan sebesar 45,89%

(yoy). Pertumbuhan ini terjadi pada seluruh komposisi DPK dengan pertumbuhan tertinggi pada simpanan

Deposito sebesar 83,5% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan pada Giro dan Tabungan, masing-masing sebesar

46,51% (yoy) dan 29,42% (yoy).

Tabel 3.10. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Aceh Menurut Jenis Simpanan

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, data diolah

10 Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan bank syariah dibandingkan dengan dana

yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

28,89% 27,97%

22,64%

12,80%

18,71%19,76%

31,24%

45,89%

10%

20%

30%

40%

50%

0

300.000

600.000

900.000

1.200.000

1.500.000

1.800.000

2.100.000

3 6 9 12 3 6 9 12

2010 2011

DPK

Pertumbuhan_yoy

Rp, juta

9 12 3 6 9 12

Giro 184.493 310.955 207.366 227.753 256.105 455576

Pertumbuhan (yoy) 6,08% -4,82% 22,90% 19,19% 38,82% 46,51%

Pertumbuhan (qtq) -3,45% 68,55% -33,31% 9,83% 12,45% 77,89%

Tabungan 612.493 748.025 722.924 723.178 763.232 968082

Pertumbuhan (yoy) 31,72% 29,73% 23,89% 28,11% 24,61% 29,42%

Pertumbuhan (qtq) 8,50% 22,13% -3,36% 0,04% 5,54% 26,84%

Depos i to 308.103 322.531 381.945 402.450 431.033 591846

Pertumbuhan (yoy) 17,53% 0,34% 8,14% 7,48% 39,90% 83,50%

Pertumbuhan (qtq) -17,72% 4,68% 18,42% 5,37% 7,10% 37,31%

20112010Rp-Juta

52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

Deposito merupakan salah satu komponen DPK yang mengalami pertumbuhan signifikan. Pertumbuhannya

melampaui kedua komponen lainnya. Preferensi masyarakat dalam menempatkan kelebihan dananya di

bank dalam periode tertentu dengan imbal hasil diatas suku bunga Tabungan dan Giro merupakan katalis

penting pemicu pertumbuhan disamping minimnya kebutuhan masyarakat terhadap dana segar. Di sisi lain,

meningkatnya porsi Deposito mencerminkan peningkatan biaya operasional bank yang tercermin dari

peningkatan kewajiban yang harus dibayar dalam tenor yang lebih pendek dari pembiayaan.

Gambar 3.9 Perkembangan Struktur Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Aceh (Rp-juta)

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, data diolah

Dari sisi kepemilikan, total DPK milik Pemerintah Daerah yang disimpan di bank umum syariah sangat

rendah yaitu hanya sebesar 4,51% per Desember 2011, turun dari 6,29% pada September 2011. Porsi

terbesar ditempatkan pada simpanan jenis deposito diikuti jenis giro.

Tabel 3.11 Perkembangan Porsi Dana Pihak Ketiga Milik Pemda di Bank Umum Syariah Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh

184.493

310.955

207.366

227.753

256.105

455.576

612.493

748.025

722.924

723.178

763.232

968.082

308.103

322.531

381.945

402.450

431.033

591.846

0 300.000 600.000 900.000 1.200.000 1.500.000 1.800.000 2.100.000

9

12

3

6

9

12

20

10

2011

Giro Tabungan Deposito

9 12 3 6 9 12

98.559 92.247 105.614 82.399 91.226 90.802

34.394 37.087 32.545 27.239 36.066 35.615

5 - - - - 27

64.160 55.160 73.069 55.160 55.160 55.160

8,92% 6,68% 8,05% 6,09% 6,29% 4,51%

2010 2011

- Deposito

%DPK Pemda thd Total DPK

Rp-Juta

Total DPK Pemda

- Giro

- Tabungan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 53

BAB 3 Perbankan Aceh

3.2.3. Penyaluran Pembiayaan Secara Sektoral

Tabel 3.12 Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah

Menurut Sektor Ekonomi (Rp-Juta)

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

Berbeda dengan perbankan konvensional, perbankan syariah di Aceh memiliki preferensi berbeda dalam

penyaluran pembiayaannya dengan mengenyampingkan segmentasi pasar yang berlaku pada kedua jenis

usaha perbankan ini. Apabila penyaluran kredit bank umum lebih didominasi kepada sektor perdagangan,

pada bank syariah penyaluran pembiayaannya lebih banyak disalurkan kepada sektor jasa dunia usaha.

Adapun pertumbuhan tertinggi pada Desember 2011 secara tahunan pada sektor industry pengolahan dengan

catatan pertumbuhan hingga 306% (yoy), sedangkan penurunan pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor

konstruksi sebesar -41% (yoy).

Gambar 3.10 Porsi Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah

Menurut Sektor Ekonomi per Desember 2011

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

Angka kredit bermasalah pada perbankan syariah pada akhir Desember 2011 tercatat mengalami penurunan

menjadi 3,66%. Penyumbang rasio NPF terbesar adalah dari sektor konstruksi dengan tingkat rasio NPF

mencapai 34,49% diikuti oleh industri pengolahan dengan persentase sebesar 9,95%.

9 12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Total Pembiayaan 1.367.267 1.616.405 1.936.461 2.099.648 2.265.553 2.336.383 65,7% 44,5% 7,9% 3,1%

Pertanian 8.122 7.465 9.145 10.817 12.836 13.757 58,0% 84,3% 18,7% 7,2%

Pertambangan 0 0 0 0 0 0 n/a n/a n/a n/a

Industri Pengolahan 7.969 6.656 7.235 6.906 6.961 27.024 -12,6% 306,0% 0,8% 288,2%

Listrik Gas dan Air 0 1.400 0 0 900 0 n/a -100,0% n/a n/a

Konstruksi 87.354 85.675 86.577 88.983 91.417 50.238 4,7% -41,4% 2,7% -45,0%

Perdagangan 194.760 213.021 234.534 252.214 263.007 276.792 35,0% 29,9% 4,3% 5,2%

Pengangkutan 6.395 6.217 6.148 5.422 4.263 5.220 -33,3% -16,0% -21,4% 22,4%

Jasa Dunia Usaha 256.412 323.352 340.576 349.730 364.595 361.355 42,2% 11,8% 4,3% -0,9%

Jasa Sosial Masy. 38.581 36.947 36.531 37.734 48.788 53.557 26,5% 45,0% 29,3% 9,8%

Lainnya 767.674 935.672 1.215.715 1.347.842 1.472.786 1.548.440 91,9% 65,5% 9,3% 5,1%

Rp-Juta2010 yoy qtq2011

Pertanian1,75%

Pertambangan

0,00%Industri Pengolahan

3,43%

Listrik Gas dan Air0,00%

Konstruksi6,38%

Perdagangan35,13%

Pengangkutan

0,66%

Jasa Dunia Usaha

45,86%

Jasa Sosial Masy.6,80%

54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

Tabel 3.13 Non Performing Financing (NPF)11 Bank Umum Syariah Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

3.2.4. Penyaluran Pembiayaan Menurut Penggunaan

Tabel 3.14 Pertumbuhan Penyaluran Pembiayaan Bank Umum Syariah

Menurut Penggunaan (Rp-Juta)

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

Meningkatnya permintaan kendaraan bermotor dan kepemilikan rumah oleh masyarakat mendorong

peningkatan pada pembiayaan yang bersifat konsumtif. Pertumbuhan pada pembiayaan konsumtif pada

Desember 2011 ini mencapai 65,49% (yoy), sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar

91,85% (yoy). Penyaluran kredit konsumsi diperkirakan masih akan menjadi primadona mengingat demand

dan rasio NPF yang dihasilkan adalah yang terendah, yakni sebesar 1,33%.

Gambar 3.15 NPF Bank Umum Syariah Menurut Penggunaan (%)

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah BI Banda Aceh, diolah

11 Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Konsep ini sama dengan konsep NPL pada bank konvensional.

9 12 3 6 9 12

Total Pembiayaan 3,25% 1,95% 1,81% 3,08% 3,82% 3,66%

Pertanian 22,46% 13,60% 10,09% 8,23% 6,44% 7,89%

Pertambangan

Industri Pengolahan 9,99% 2,84% 7,48% 7,70% 10,63% 9,95%

Lis trik Gas dan Air

Konstruks i 8,80% 4,12% 3,56% 4,72% 21,08% 34,49%

Perdagangan 4,92% 3,28% 4,19% 9,50% 9,15% 8,17%

Pengangkutan 0,03% 1,72% 1,98% 2,21% 0,73% 7,70%

Jasa Dunia Usaha 6,19% 4,26% 3,92% 4,26% 6,26% 5,28%

Jasa Sos ia l Masyarakat 7,94% 1,98% 3,15% 4,40% 3,79% 3,25%

La innya 0,73% 0,55% 0,51% 1,36% 1,15% 1,33%

n/a

n/a

20112010Non Performing Financing

(NPF)

12 3 6 9 12 Sep-11 Des-11 Sep-11 Des-11

Total Pembiayaan 1.616.405 1.936.461 2.099.648 2.265.553 2.336.383 65,70% 44,54% 7,90% 3,13%

Modal Kerja 576.033 613.527 651.141 649.634 635.623 28,59% 10,34% -0,23% -2,16%

Investas i 104.700 107.219 100.665 143.133 152.320 51,64% 45,48% 42,19% 6,42%

Konsumsi 935.672 1.215.715 1.347.842 1.472.786 1.548.440 91,85% 65,49% 9,27% 5,14%

qtq20112010 yoyRp-Juta

9 12 3 6 9 12

Total Pembiayaan 3,25% 1,95% 1,81% 3,08% 3,82% 3,66%

Modal Kerja 6,88% 3,74% 3,94% 6,17% 8,58% 8,26%

Investas i 4,33% 4,58% 4,50% 6,06% 9,70% 8,14%

Konsumsi 0,73% 0,55% 0,51% 1,36% 1,15% 1,33%

20112010Non Performing

Financing (NPF)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 55

BAB 3 Perbankan Aceh

SISTEM PEMBAYARAN

3.3. TRANSAKSI NON TUNAI

Selama tahun 2011, sistem pembayaran non tunai di Aceh baik menggunakan sistem BI-RTGS12 maupun

kliring13 tercatat mengalami pertumbuhan negatif bila dibandingkan dengan transaksi selama tahun 2010

lalu. Mencermati penurunan tersebut cukup menguatkan hipotesis bahwa perekonomian Aceh sedikit

mengalami kelesuan di tahun 2011.

Sistem layanan BI-RTGS yang menyediakan layanan pemindahan dana secara cepat dan minim risiko

menjadikan transaksi ini sebagai primadona dalam sistem pembayaran non tunai di hampir seluruh wilayah

Indonesia. Seperti terlihat pada komposisi layanan sistem pembayaran non-tunai di Aceh periode triwulan

IV-2011 yang sebesar 98,18% untuk transaksi RTGS dan 0,82% untuk transaksi kliring.

Gambar 3.11 Porsi Transaksi Non Tunai Provinsi Aceh (%)

Triwulan III-2011

Triwulan IV-2011

Sumber : www.bi.go.id, diolah

3.3.1. BI-RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement)

Pertumbuhan tahunan (yoy) sistem pembayaran non tunai melalui BI-RTGS periode triwulan IV-2011

tercatat masih terkontraksi meski tidak sedalam pertumbuhan triwulan III-2011. Kontraksi juga terjadi

pada keseluruhan transaksi BI-RTGS di tahun 2011 dibanding tahun sebelumnya. Koreksi tersebut terjadi di

seluruh jenis transaksi yaitu pemindahan dana ke luar Aceh, dana yang masuk ke Aceh maupun dana yang

berputar di Aceh.

Tabel 3.16 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Aceh

Sumber : www.bi.go.id, diolah

12 BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-

RTGS memiliki peranan dalam memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System atau transaksi

bernilai besar (Rp100 juta ke atas dan bersifat urgent). Metode penyelesaian secara gross to gross settlement, final, real

time dan irrevocable.

13 Sistem tranfer dana dengan pertukaran warkat (bisa berupa cek, giro/bilyet, nota debet/kredit dan lainnya) atau data

keuangan elektronik antar peserta (bank) kliring baik atas nama peserta (bank) maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

98,41%

1,59%RTGS Kliring

99,18%

0,82%RTGS Kliring

I II III IV III-11 IV-11 2010 2011 III-11 IV-11

381,97 67,77 63,85 62,40 88,43 282,46 -35,8% -29,5% 49,5% -26,1% -2,3% 41,7%

Dari Aceh 91,22 21,17 17,67 18,30 26,91 84,06 -24,0% -26,1% 55,4% -7,9% 3,5% 47,1%

Ke Aceh 245,71 35,99 36,08 35,25 48,80 156,12 -41,2% -24,4% 35,3% -36,5% -2,3% 38,4%

Dari -Ke Aceh 45,04 10,61 10,10 8,85 12,72 42,28 -33,1% -48,2% 196,2% -6,1% -12,4% 43,7%

236,88 50,83 45,66 51,33 59,65 207,48 -14,8% -17,6% 13,3% -12,4% 12,4% 16,2%

Dari Aceh 111,08 28,87 25,14 28,60 32,75 115,35 -1,2% -3,9% 5,0% 3,8% 13,8% 14,5%

Ke Aceh 104,79 16,99 16,18 17,69 20,81 71,68 -31,9% -34,5% 21,9% -31,6% 9,4% 17,6%

Dari -Ke Aceh 21,01 4,98 4,34 5,05 6,09 20,46 -4,8% -6,3% 20,7% -2,6% 16,2% 20,7%

Growth (qtq)2010 2011

Growth (yoy)2011

Total Nominal

Nominal

(Rp-tri l iun)

Total Volume

Volume

(Transaks i -

ribu)

56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

Meski demikian, bila dilihat secara triwulanan, traksaksi melalui BI-RTGS justru mengalami pertumbuhan

yang cukup signifikan sebesar 41,7% dibanding triwulan lalu (qtq) atau naik menjadi Rp. 88,43 triliun.

Peningkatan di triwulan IV ini sesuai dengan kebiasaan siklus tahunan dimana geliat ekonomi banyak

“tergenjot” di triwulan menjelang akhir tahun.

3.3.2. KLIRING

Mirip dengan yang terjadi pada transaksi melalui BI-RTGS, perputaran kliring baik selama triwulan IV-2011

maupun keseluruhan tahun 2011 juga mengalami penurunan pertumbuhan tahunan (yoy) yang cukup

signifikan. Bahkan secara triwulanan, transaksi kliring turut tumbuh negatif dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 3.17 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Aceh

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Meski terjadi penurunan transaksi transfer dengan menggunakan sistem kliring, penarikan cek/BG kosong

tetap mengalami kenaikan atau hanya turun tipis untuk keseluruhan transaksi tahun 2011. Tercatat selama

tahun 2011, terjadi penarikan cek/BG kosong sebesar Rp77,01 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 3.579

lembar.

3.4. TRANSAKSI TUNAI

Tabel 3.18 Perkembangan Aliran Uang Kartal di KBI Banda Aceh

Sumber : BI Banda Aceh, diolah

Aliran uang kartal14 di KBI Banda Aceh selama tahun 2011 dan periode triwulan IV-2011 pada khususnya

tercatat net-outflow15. Net-outflow selama tahun 2011 adalah Rp2.152,2 miliar atau mengalami

pertumbuhan tahunan sebesar 39,5% (yoy) sementara net-outflow per triwulan IV-2011 adalah sebesar

Rp781,1 miliar, meningkat 77,4% (yoy). Pertumbuhan secara triwulanan juga tercatat mencapai 19,1%

14Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh

masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari.

15Net Outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (ouflow) pada

periode yang sama.

I II III IV III-11 IV-11 2010 2011 III-11 IV-11

Nominal (Rp-miliar) 3.512 756,1 712,6 1.011,12 731,77 3.212 10,7% -40,6% 7,5% -8,5% 41,9% -27,6%

Volume (warkat) 125.465 27.719 27.277 37.579 30.237 122.812 14,6% -34,8% 24,8% -2,1% 37,8% -19,5%

- Nominal (Rp-miliar) 77,20 13,3 20,3 20,6 22,85 77,01 20,4% 31,4% -16,9% -0,2% 1,6% 11,0%

- Volume (warkat) 3.256 833 1.057 798,0 891 3.579 -9,9% 34,8% 10,6% 9,9% -24,5% 11,7%

- % Nominal 1,76% 2,84% 2,04% 3,12%

- % Volume 3,01% 3,88% 2,12% 2,95%

Penarikan cek/BG kosong

2011 Growth (qtq)2010 2011

Growth (yoy)

I II III IV III-11 IV-11 2010 2011 III-11 IV-11

Inflow (Rp-mi l iar) 737,6 280,4 278,74 497,6 405,4 1.462,0 97,2% 182,7% 85,0% 98,2% 78,5% -18,5%

Outflow (Rp-mi l iar) 2.280,8 455,7 818,88 1.153,2 1.186,5 3.614,3 38,9% 103,3% 13,5% 58,5% 40,8% 2,9%

Net-Outflow (Rp-mi l iar) 1.543,2 175,4 540,13 655,6 781,1 2.152,2 13,5% 77,4% -4,2% 39,5% 21,4% 19,1%

Growth (qtq)2010 2011

Growth (yoy)Aliran Uang Kartal

di KBI Banda Aceh

2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011 57

BAB 3 Perbankan Aceh

(qtq). Peningkatan net-outflow ini diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya aktivitas masyarakat dan

pelaku dunia usaha terkait penyelesaian transaksi keuangan menjelang akhir tahun.

3.5. PEREDARAN UANG PALSU

Peredaran uang palsu di wilayah kerja BI Banda Aceh selama tahun 2011 tercatat mengalami peningkatan

signifikan. Selama tahun 2011 ditemukan uang palsu sebanyak Rp25.080.000 dalam berbagai pecahan

nominal. Dalam menghindari merebaknya uang palsu di kalangan masyarakat, BI Banda Aceh terus

mengintensifkan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai ciri-ciri

keaslian uang Rupiah dan bekerja sama dengan instansi yang berwenang dalam menindak para pelaku

pembuat uang palsu.

Tabel 3.19 Perkembangan Temuan Uang Palsu di KBI Banda Aceh

Sumber : BI Banda Aceh

BOX 216

ADA KLIRING DI MEULABOH?

Ada kejadian istimewa pada Hari Rabu, tanggal 18 Januari 2012 di Kantor Cabang BNI Meulaboh karena

seluruh perbankan di Meulaboh berkumpul untuk memasuki era baru dalam bertransaksi. Pada hari itu

perbankan Meulaboh telah dapat melakukan kliring (pertukaran) warkat Cek dan Giro. Sistem kliring yang

mereka miliki terhubung terhubung dengan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Artinya

pengusaha Meulaboh dan mitra bisnisnya dapat menggunakan uang Giral (Cek atau Bylet Giro-BG) tidak

terbatas untuk menyelesaikan transaksinya di wilayah kliring Meulaboh, tetapi juga di luar Meulaboh seperti

Medan. Karena SKNBI menjadi (1) sarana proses penyelesaian cek/BG antar bank dan juga (2) sarana

transfer kredit antar bank dengan jangkauan ke seluruh kantor cabang bank di Indonesia dengan nominal

sampai dengan Rp.100 juta.

Dengan dipandu oleh pegawai BI yang khusus didatangkan dari Kantor Pusat, para “Kliring Man” dari

perbankan peserta kliring dengan antusias dan tertib mengikuti acara kliring Perdana. Bank yang turut

dalam kliring adalah Kantor Cabang dari BNI, Bank Aceh, Bank Aceh Syariah, BRI, Bank Mandiri, dan Bank

Syariah Mandiri.

16 Joni Marsius, Deputi Pemimpin, BI Banda Aceh

I II III IV I II III IV

Nominal 29.520.000 50.000 0 0 0 50.000 250.000 7.790.000 14.820.000 2.220.000 25.080.000

100.000 22.900.000 0 0 0 0 0 200.000 6.300.000 1.100.000 1.400.000 9.000.000

50.000 6.350.000 50.000 0 0 0 50.000 50.000 1.450.000 13.700.000 800.000 16.000.000

20.000 220.000 0 0 0 0 0 0 0 0 20.000 20.000

10.000 40.000 0 0 0 0 0 0 40.000 20.000 0 60.000

5.000 10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah (lembar) 1 0 0 0 3 96 287 31

100.000 0 0 0 0 2 63 11 14

50.000 1 0 0 0 1 29 274 16

20.000 0 0 0 0 0 0 0 1

10.000 0 0 0 0 0 4 2 0

5.000 0 0 0 0 0 0 0 0

20112011Temuan uang palsu

di BI Banda Aceh

20102009 2010

58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2011

BAB 3 Perkembangan Perbankan Aceh

Selaku otoritas sistem pembayaran di Indonesia, Bank Indonesia telah memberikan ijin kepada Kantor

Cabang BNI 46 di Meulaboh menjadi penyelenggara kliring lokal. Umumnya penyelenggaraan kliring

dilakukan di Kantor Bank Indonesia (KBI). Namun demikian, ijin penyelenggaraan kliring lokal dapat

diberikan oleh Bank Indonesia kepada salah satu bank setelah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu

di wilayah dengan kegiatan ekonomi yang berkembang dan menjanjikan.

Bagi para pengusaha, penggunaan cek dan bilyet giro sangat membantu mereka dalam menyelesaikan

transaksi keuangan dengan mitra bisnisnya karena tidak perlu membawa fisik uang. Kini pengusaha serta

masyarakat Meulaboh dan sekitarnya dapat berbangga diri dan sejajar dengan rekan bisnisnya dari daerah

lain karena dapat membayar atau meminta bayaran melalui Kliring. Tinggi rendahnya aktivitas Kliring di

suatu daerah dapat menjadi indikator kemajuan ekonomi suatu wilayah, mari sejenak kita perhatikan

perbedaan aktivitas kliring berikut ini.

Keterangan : posisi Januari 2012, Bank Indonesia

Sekarang fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) telah hadir di Meulaboh, apakah ia maju

berkembang menyusul Banda Aceh, atau Lhoksumawe? Semuanya berpulang bukan pada perbankan yang

memiliki fasilitas kliring namun para pengusaha atau masyarakat Aceh Barat pada umumnya selaku

pengguna. Semoga!