Post on 05-Feb-2020
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA
PT. GELATIK SUPRA DI CIPUTAT TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN SEBAGAI PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA TENAGA KERJA (OUTSOURCING)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
TIARA ANGGUN PURNAMAWATI
NIM : 11140480000081
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2019 M
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA
PT. GELATIK SUPRA DI CIPUTAT TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN SEBAGAI PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA TENAGA KERJA (OUTSOURCING)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
TIARA ANGGUN PURNAMAWATI
NIM : 11140480000081
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2019 M
v
ABSTRAK
Tiara Anggun Purnamawati. NIM 11140480000081. “PERJANJIAN KERJA
WAKTU TERTENTU (PKWT) PADA PT. GELATIK SUPRA SEBAGAI
PERUSAHAAN PENYEDIA JASA TENAGA KERJA (OUTSOURCING) DI
CIPUTAT TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN”. Program studi
Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. Ix +66 Halaman +4 daftar pustaka +20
halaman lampiran.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu antara Pekerja dengan Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga Kerja
(Outsourcing). Perlindungan Hukum bagi pekerja yang di pekerjakan oleh
Perusahaan penyedia Jasa tenaga kerja menggunakan Perjanjian Kerja Waktu
tertentu berdasarkan Peraturan sebagai berikut: 1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer); 2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
1945); 3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 4)
Keputusan Menteri Nomor 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan penelitian normatif-yuridis. Penelitian yang dilakukan selain
melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan
jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga
melakukan penelitian langsung kelapangan dengan cara observasi dan wawancara
kepada pihak yang berhubungan, yaitu Para Pekerja Kontrak di PT. Gelatik Supra.
Selain itu peneliti juga mencoba mengaitkan data yang berasal dari Dinas Tenaga
Kerja dan Transportasi Provinsi Banten dan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 27/PUU-IX/2011.Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa
perusahaan penyedia jasa tenaga kerja (outsourcing) harus memperhatikan aspek
kesejahteraan pekerja atau buruh sehingga tidak ada kesenjangan antara pekerja
atau buruh Outsourcing dengan pekerja atau buruh dari perusahaan pemberi kerja.
Salah satunya Menerapkan Prinsip pengalihan tindak perlindungan bagi
pekerja/buruh (Tranfer of Under Taking Protection of Employment atau TUPE).
Sedangkan Untuk masalah sengketa yang terjadi dalam PKWT diatur dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial.
Kata Kunci : Ketenagakerjaan, Outsourcing, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1993 sampai Tahun 2018.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan berkah dan nikmat
kesehatan sehingga skripsi yang berjudul: “PERJANJIAN KERJA WAKTU
TERTENTU (PKWT) PADA PT. GELATIK SUPRA DI CIPUTAT
TANGERANG SELATAN BANTEN SEBAGAI PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA TENAGA KERJA (OUTSOURCING)” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan pada Rasulullah Muhammad Saw.
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada para pihak
yang telah membantu dan mendukung proses penulisan skripsi ini, kepada yang
terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. Pembimbing skripsi yang telah
menyediakan waktu serta memberikan bimbingan dan dukungan dalam
proses penyusunan dan penyelesaian skripsi.
4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia
yang telah mengadakan bahan-bahan pustaka untuk kelancaran penulisan
skripsi.
5. Kedua Orangtua Peneliti dan seluruh Anggota Keluarga, yang telah
memberikan semangat dan dukungan demi kelancaran penulisan skripsi
ini.
vii
6. Pihak yang terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Tidak
ada yang dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali
dengan ucapan terimakasih dan doa.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan
dan perbaikan. Namun, peneliti tetap berharap agar karya ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang. Akhir kata,
peneliti mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 31 Oktober 2019
Tiara Anggun Purnamawati
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
D. Metode Penelitian................................................................. 7
E. Sistematika Penelitian .......................................................... 11
BAB II TINJAUAN UMUM BENTUK PERATURAN PERJANJIAN
KERJA DI INDONESIA ......................................................... 13
A. Konseptual ........................................................................... 13
B. Kajian Teori ......................................................................... 25
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................... 33
BAB III PERJANJIAN KERJA PADA PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA TENAGA KERJA (OUTSOURCING) PT. GELATIK
SUPRA DI TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN 36
A. Profil Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga kerja (alih
daya/ outsourcing) PT. Gelatik Supra .................................. 36
B. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten . 40
BAB IV ANALISIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
DI PT. GELATIK SUPRA ....................................................... 49
A. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu .................... 49
B. Analisis Pelaksanaan dan Isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
di PT. Gelatik Supra ............................................................ 61
ix
BAB V PENUTUP .................................................................................. 69
A. Kesimpulan .......................................................................... 69
B. Rekomendasi ........................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang I ............................. 43
Tabel 3.2 Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang II ............................ 44
Tabel 3.3 Pengawas Koordinator Wilayah Serang II .................................. 45
Tabel 3.4 Pengawas Koordinator Wilayah Khusus ..................................... 47
Tabel 4.1 Bentuk Perjanjian Kerja PT. Gelatik Supra ................................ 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya, dari
mulai kebutuhan primer, sekunder dan tertier. Untuk mendapatkan semua
kebutuhan tersebut manusia harus memiliki penghasilan untuk memperoleh
penghasilan manusia dituntut untuk bekerja agar kebutuhannya dapat
terpenuhi.
Bekerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Bekerja bisa yang diusahakan sendiri maupun bekerja dengan orang
lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri adalah bekerja dengan usaha, modal
dan tanggung jawab oleh dirinya sendiri sering kita sebut sebagai pengusaha,
sedangkan bekerja dengan orang lain adalah bekerja dengan bergantung
dengan orang lain, yang memberinya perintah. Untuk itu pekerja/buruh harus
tunduk dan patuh pada orang yang memberinya pekerjaan tersebut.
Orang yang melakukan pekerjaan disebut Pekerja/ Buruh, sedangkan
orang yang memberikan pekerjaan disebut pemberi kerja.Hubungan antara
Pekerja/Buruh dengan Pemberi kerja dapat disebut sebagai Hubungan
kerja.Hubungan kerja ini ada setelah adanya Perjanjian Kerja antara
Pekerja/Buruh dengan Pemberi Kerjayang membuat pekerja dan pemberi
kerja saling terikat.1 Perjanjian kerja meliputi beberapa klausul seperti jenis
pekerjaan, penempatan kerja, waktu kerja, upah pekerja, pengakhiran
hubungan kerja serta sanksi apabila terjadi pelanggaran.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
kemudian disebut UU Ketenagakerjaan mengatur masalah tentang
penyerahan sebagian pekerjaan melalui perjanjian pemborongan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh kepada perusahaan lain.
1Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan,
2016), h. 1.
2
Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain
melalui perjanjian pemborongan. Perusahaan Pemborong atau penyediaan
jasa pekerja/buruh ini dikenal dengan Outsourcing. Yang telah diatur dalam
Pasal 56-59 dan Pasal 64-66 UU Ketengakerjaan.
Pasal 66 ayat (1) UU Ketenagakerjaan telah menjelaskan jenis-jenis
kegiatan pekerjaan yang dapat di alihdayakan. Seperti pekerjaan yang
berhubungan dengan kegiatan usaha pokok atau kegiatan yang berhubungan
langsung dengan proses produksi, pengusaha hanya diperbolehkan
mempekerjakan pekerja/buruh dengan perjanjian kerja waktu tertentu
dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
Kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan
langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar
usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain:
usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan
bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan
pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta
usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.2
Dalam Prakteknya seringkali ditemui kecurangan dalam praktek
Outsourcing oleh beberapa oknum yang membuat Pekerja/Buruh mengeluh.
Banyak permasalahan yang timbul dikarenakan pemberlakuan sistem
outsourcing di Indonesia.
Ada dua hal yang menyebabkan masalah outsourcing di
Indonesia.Pertama adalah keberadaan oknum yang melanggar UU
Ketenagakerjaan. Oknum itu, dapat berasal dari sisi perusahaan yang
menggunakan jasa outsourcing maupun perusahaan yang menyelenggarakan
outsourcing. Contohnya, pelanggaran yang dilakukan perusahan pengguna
outsourcing adalah perusahaan yang menyelenggarakan telekomunikasi tapi
justru yang di-outsourcing-kan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan telekomunikasi yang merupakan core bisnisnya.
2Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015), h.
13.
3
Sementara contoh untuk pelanggaran yang dilakukan perusahaan
penyelenggara outsourcing adalah masalah pemenuhan hak tenaga
kerja outsourcing. Masalah kedua adalah minimnya pengawasan. Ketika
terjadi kesalahan tidak ditindak tegas oleh pemerintah.
Salah satu masalah outsourcing di Indonesia adalah penegakan hukum.
Ini karena kurangnya ketersediaan tenaga pengawas, sehingga penegakan
hukum menjadi hal yang nyaris mustahil di lakukan. Di Jawa Timur ada
35.000 perusahaan tapi tenaga pengawas hanya sekitar 160 orang. Bagaimana
mungkin bisa diawasi ada pelanggaran atau tidak kalau tenaga pengawasnya
minim, Masalah kedua, tidak adanya anggaran pengawasan disediakan
pemerintah.3
Tak adanya pengawasan ini menyebabkan banyak pelanggaran dalam
pelaksanaan outsourcing/alih daya. Darimulai pengupahan yang minim dan
tidak sesuai ketentuan, hingga tidak adanya kejelasan nasib pekerja. Dalam
pelaksanannya Praktek Oursourcing/alih daya hanya menguntungkan
perusahaan sedangkan tidak untuk pekerja/buruh. Kurangnya perhatian
perusahaan atas kesejahteraan Buruh/pekerja kontrak outsourcing. Tidak
adanya kejelasan keberlangsungan pekerjaan serta tidak adanya jaminan
pengembangan karir yang membuat ketidakjelasan hubungan industrial. Oleh
karena itu jaminan sosial bagi para pekerja Outsourcing dianggap perlu untuk
memperjelas hubungan industrial antara pihak perusahaan dan tenaga kerja.
Perjanjian kerja dalam Outsourcing dilakukan dalam dua tahap yaitu
perjanjian antara Perusahaan Pengguna Jasa Outsourcing dengan Perusahaan
Outsourcing sebagai penyedia jasa tenaga kerja dan perjanjian antara
Perusahaan Outsourcing dengan pekerja/buruh. Perjanjian kerja merupakan
perjanjian antara pengusaha atau pemberi kerja dan pekerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja
menciptakan hubungan kerja. Hubungan kerja adalah hubungan antara
pengusaha dan pekerja berdasarkan perjanjian kerja, yang memiliki unsur
3https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3199703/masalah-outsourcing-di-ri-ruwet-
ini-sebabnyadiakses pada 08 agustus 2018.
4
pekerjaan, upah dan perintah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam suatu hubungan kerja, yaitu hak pengusaha (pengusaha memiliki posisi
lebih tinggi dari pekerja), kewajiban pengusaha (membayar upah), dan objek
perjanjian (pekerjaan).4
PT. Gelatik Supra merupakan Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang
perusahaan pemberi pekerjaan. Perusahan ini telah banyak menyalurkan
tenaga kerja Outsourcing di sebagian besar wilayah Indonesia. Hingga saat
ini telah mempekerjakan lebih dari 6500 orang yang tersebar di seluruh
provinsi di Indonesia.5
PT. Gelatik Supra merupakan Perusahaan Outsourcing yang menerima
pemborongan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Perusahaan
Pengguna Jasa PT Gelatik tenaga Sales Promotion Girls (SPG) Sebagai
perpanjangan tangan Untuk menjual Produknya kepada konsumen. Dalam hal
ini Perusahaan Pengguna Jasa menggunakan PT. Gelatik Supra Sebagai
Rekan Penyedia Jasa Tenaga Kerja Berupa Event Suport.
Dalam Hubungan antara Pekerja/Buruh dengan PT. Gelatik Supra
dibuatlah sebuah Perjanjian Kerja sebagai pengikat antara Pemberi Kerja dan
Pekerja/Buruh dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata mengatur:
“Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-
undang yang berlaku sebagai undang-undang bagimereka yang
membuatnya.”
Jadi, Perjanjian yang dibuat merupakan undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya. Pada praktek Outsourcing seringkali ditemukan
kecurangan dalam pembuatan Perjanjian Antara Pemberi Kerja dan
Pekerja/Buruh. Yang membuat pekerja/buruh menjadi pihak yang dirugikan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
membuat kajian dan penelitian dalam skripsi ini dengan judul:
4Moch.Nurachmad, Tanya Jawab Seputar Hak-Hak Tenaga Kerja (Outsourcing), (Jakarta:
Visimedia, 2009), h.2 5https://gelatik.co.id/id/tentang-kami/ diakses pada 10 september 2018.
5
“Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Pada PT. Gelatik Supra
Sebagai Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga Kerja (Outsourcing) Di
Ciputat Kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan masalah
1. Identifikasi Masalah.
Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan terdapat beberapa
persoalan yang berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti
yaitu:
a. Pemenuhan Hak Hak Pekerja sesuai perundang-undangan yang
berlaku.
b. Perusahaan Wajib memberikan jaminan sosial terhadap pekerja.
c. Pengaturan waktu kerja dalam perjanjian kerja.
d. Sistem Pengupahan sesuai Upah minimum.
e. Jangka waktu perpanjangan perjanjian kerja yang sesuai perundang-
undangan yang berlaku
2. Pembatasan Masalah.
Agar masalah yang akan dibahas peneliti tidak terlalu melebar,
maka peneliti fokus pada masalah, peneliti membatasinya pada ruang
lingkup penelitian yaitu mengenai Perjanjian Kerja antara Pekerja/ buruh
di PT. Gelatik Supra.
3. Perumusan Masalah.
Praktik Outsourcing yang sangat kurang dalam pengawasannya
sering kali memicu perselisihan industrial dalam prakteknya banyak hak-
hak buruh/pekerja yang belum terlaksana.
Agar penelitian ini berjalan dengan baik, maka perlu dibuat
pertanyaan riset sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan terhadap Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) di Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga Kerja (Outsourcing)?
b. Apakah Isi Perjanjian Kerja sesuai dengan perundang-undangan
Ketenagakerjaan?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara Umum Penelitian Ini bertujuan Untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana penegakan Hukum Ketenagakerjaan mengatur tentang
kesejahteraan buruh outsourcing terkhusus tujuan yang ingin dicapai
adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Pengaturan Perjanjian kerja
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 serta
penerapannya di Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga Kerja (Outsourcing)
PT. Gelatik Supra.
b. Untuk mengetahui isi klausul dalam Kontrak kerja di Perusahaan
Penyedia Jasa Tenaga Kerja (Outsourcing) PT. Gelatik Supra dan
kesesuaiannya dengan perundang-undangan ketenagakerjaan.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian ini
terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis, yaitu:
a. Kegunaan Teoritis.
1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan bidang ilmu
hukum pada umumnya dan pada bidang hukum ketenagakerjaan
khususnya.
2) Penelitian ini digunakan untuk sumber data dan informasi yang
dipercaya dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah sebagai
bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu Hukum
khususnya Hukum Perdata dan Hukum Bisnis.
3) Sebagai acuan untuk pembelajaran dan pembuatan karya ilmiah
khususnya yang berkaitan dengan teori-teori hukum terkait kepastian
hukum ketenagakerjaan di Indonesia.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi kalangan akademisi dalam
penjabaran mengenai sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
dalam hukum ketenagakerjaan. Selain itu juga sebagai sumbangan bagi
7
para praktisi dalam pelaksanaan sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), khususnya mengenai arti dari pemberian perlindungan
terhadap pekerja/buruh yang bekerja dengan sistem Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara
mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-
literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian
hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu kepada studi
kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan6
sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu
peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.
2. Jenis Penelitian.
Penelitian, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
research, pada hakikatnya merupakan sebuah upaya pencarian. Lewat
penelitian research orang mencari search temuan-temuan baru, berupa
pengetahuan yang benar truth, true, knowledge, yang dapat dipakai untuk
menjawab suatu pernyataan untuk memecahkan suatu masalah.7
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis
dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara
tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistim. Sedangkan konsisten
6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14. 7 M. Syamsudi, Operasionalisasi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007),
h. 1.
8
berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka
tertentu.8
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian
yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam
terhadap suatu permasalahan. Data yang diperoleh digambarkan
menggunakan kata-kata atau kalimat sesuai kategori untuk memperoleh
kesimpulan.9
3. Sumber data
Sumber data yang dipakai oleh penulis, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pekerja
atau pihak yang terkait langsung dengan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan melalui wawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan terhadap
sumber informasi yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan
pedoman wawancara, sehingga wawancara yang dilakukan
merupakan wawancara yang terfokus (focused interview).
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara dan melalui studi
kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah
peraturan perundang-undangan, buku-buku, kamus, dan literatur lain
yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan bahan hukum sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang
berasal dari:
a) Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
b) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
(UUD 1945).
8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
2014), h.42 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta:
Rieneka Cipta, 1991). h. 131
9
c) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan).
d) Keputusan Menteri Nomor 100 Tahun 2004 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(Kepmen: 100/MEN/VI/2004)
e) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
buku-buku hasil karya para sarjana, hasil penelitian serta
berbagai hasil wawancara sebagai hasil penelitian peneliti yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3) Data non-hukum (Tersier), Bahan non hukum merupakan
bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan atas
bahan hukum primer dan sekunder. Seperti kamus hukum,
ensiklopedia, indeks kumulatif, internet dll.
4. Teknik PengumpulanData
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data terutama data
sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan (library research), yaitu bentuk pengumpulan
data yang dilakukan dengan membaca buku literatur,
mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan
obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang
meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen dan bahan
kepustakaan lain dari beberapa buku referensi, artikel-artikel dari
beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang-
undangan, laporan, teori-teori, media masa seperti koran, internet
dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti.
10
b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10
Wawancara dilakukan dengan cara terpimpin, yaitu wawancara
dilaksanakan dengan jalan informan diberi kebebasan untuk
menjawab pertanyaan yang ditentukan. Cara tersebut digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.11
5. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek Penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data
untuk variabel penelitian. Subjek penelitian yang diteliti oleh penulis
adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
b. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang
merupakan inti dari probematika penelitian.12
Objek penelitian yang
diteliti oleh penulis adalah Perjanjian Kerja PT. Gelatik Supra.
6. Metode Pengolahan Data
Pengelolaan data baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, serta bahan non-hukum dihubungkan sedemikian rupa
sehingga penyajian penulisan menjadi sistematis dan mudah dipahami
agar dapat menjawab setiap permasalahan yang dirumuskan. Penelitian
ini menggunakan metode analisisbkualitatif, yaitu suatu metode analisis
data yang tidak menampilkan angka-angka sebagai hasil penelitiannya
melainkan disajikan dalam bentuk pembahasan dengan uraian kalimat-
kalimat dan dipaparkan dalam bentuk tulisan. Hasil dari analisis data ini
akan disimpulkan secara deduktif yaitu cara berfikir yang menarik suatu
kesimpulan dari suatu pertanyaan yang bersifat umum menjadi suatu
10
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h. 103 11
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 162 12
Arikanto, Suharsimi, Menejemen Penelitian (Jakarta: RinekaCipta, 2005), h. 29.
11
pertanyaan yang bersifat khusus, yang mana dari kesimpulan dapat
diajukan beberapa saran terhadap permasalahan.
7. Teknis Penelitian
Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh peneliti
dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya
ilmiah pada buku pedoman “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2017”
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan atau penyajian, peneliti menjabarkan
materi atau isi melalui lima bab. Dimana setiap bab akan dijelaskan secara
rinci sebagai bagian dari keseluruhan penelitian ini. Sistematikan uraian
proposal skipsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi sekilas pengantar
untuk memahami garis besar dari seluruh pembahasan.
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penulisan,
identifikasi masalah, pembatasan masalah yang akan dibahas,
rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, manfaat dari
penulisan skripsi, metode penelitian serta sistematika dalam
penulisan penelitian ini.
BAB II Bab ini menyajikan kajian kepustakaan yang membahas
mengenai bentuk perjanjian kerja di Indonesia.
BAB III Bab ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum objek
penelitian yaitu PT. Gelatik Supra dan Dinas
Ketenagakerjaan dan Tranportasi Provinsi Banten.
BAB IV Bab ini akan menganalisis mengenai permasalahan yang
membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian ini
diantaranya menganalisis serta menjawab penerapan
perjanjian kerja waktu tertentu di PT. Gelatik Supra sudah
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan
kesejahteraan pekerja Outsourcing.
12
BAB V Penutup yaitu berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.
Pada bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi
ini, untuk itu peneliti menarik beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian, dan juga peneliti menengahkan beberapa
rekomendasi yang dianggap perlu.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM BENTUK PERATURAN PERJANJIAN
KERJA DI INDONESIA
A. Konseptual
1. Pengertian Ketenagakerjaan
Sebelum membahas lebih jauh mengenai outsourcing perlu
mengetahui dan memahami dahulu pengertian serta istilah-istilah dalam
hukum ketenagakerjaan. BeberapaBeberapa pengertian mengenai hukum
ketenagakerjaan yang dikemukakan oleh beberapa pakar hukum.1
Imam soepomo, mengemukakan hukum perburuhan merupakan
seperangkat peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis ketika
seseorang bekerja kepada orang lain dan menerima upah.
Molenaar, mengemukakan bahwa pada pokoknya hukum perburuhan
merupakan hubungan antara buruh dengan majikan, buruh dengan buruh
dan antara penguasa dengan penguasa.
Levenbach, hukum perburuhan adalah peraturan meliputi hubungan
kerja antara pekerja dan majikannya dibawah pimpinan dalam
pekerjaannya.
UU Ketenagakerjaan, memberikan pengertian lebih luas dari KUH
Perdata. Namun dalam pelaksaannya masih menggunakan beberapa
Undang-Undang yang dikeluarkan sebelumnya. Yaitu merupakan segala
hal yang berhubungan dengan tenaga kerja sebelum, selama dan sesudah
masa kerja.
2. Pengertian Alihdaya (Outsourcing)
Awal berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko
usaha dalam berbagai masalah, termasuk ketenagakerjaan. Di bidang
ketenagakerjaan outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja
untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu
1 R. Joni Bambang S, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung, Pustaka Setia, 2013), h. 45-46.
14
perusahaan, melalui perusahaan penyedia jasa tenaga kerja. Yang
mengindikasi ada perusaahaan tertentu yang mempersiapkan atau
menyediakan tenaga kerja untuk kepentingan perusahaan lain.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia mengatur kegiatan
alihdaya atau outsourcing ini dalam bentuk perundang-undangan yaitu:2
a. Pasal 1601 b KUH Perdata dinyatakan sebagai pemborongan
pekerjaan, yakni sebagai perjanjian dengan pihak pemborong untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain.
b. Pasal 64 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan melegalkan Outsourcing menggunakan istilah
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa
buruh/pekerja menyatakan
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor: KEP.101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara
Perijinan Perusahaan Penyedia jasa Pekerja/Buruh bahwa ketika
perusahaan penyedia jasa memperoleh pekerjaan dari perusahaan
pemberi kerja pekerjaan, kedua belah pihak wajib membuat sebuah
perjanjian tertulis sedikitnya memuat :
1) Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja dari
perusahaan penyedia jasa.
2) Penegasan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana
dimaksud huruf a, hubungan kerja yang terjadi antara
perusahaan penyedia jasa dengan pekerja/buruh yang
dipekerjakan perusahaan jasa sehingga perlindungan, upah dan
kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul
menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh.
3) Penegasan bahwa perusahaaan penyedia jasa bersedia
menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa
2 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2015),
h. 168-173.
15
pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis-jenis pekerjaan yang
terus menerus ada di perusahaan pemberi kerja, dalam hal
terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
Ketiga Perundang-undangan diatas melegalkan adanya praktek
outsourcing namun dalam KUH Perdata belum memuat secara rinci
mengenai apa saja pekerjaan yang dapat di-outsourcing-kan berbeda
dengan UU Ketenagakerjaan yang sudah membatasi pekerjaan yang
dapat diborong/di-outsoure-kan.
3. Pengertian Perjanjian dan Perjanjian Kerja
a. Pengertian Perjanjian
Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang
atau lebih.”
Prof. Subekti, SH. Berpendapat mengenai perjanjian sebagai berikut:
“Suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal”.
Dari peristiwa tersebut, timbulah suatu hubungan antara dua
orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya,
perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-
janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.3
Menurut Prodjodikoro bahwa yang dimaksud dengan perjanjian
adalah suatu perhubungan mengenai harta benda antara dua pihak,
dimana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk
melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal
sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanan janji tersebut.4
3Subekti, Hukum perjanjian, (Jakarta: Intermasa,1987), h. 113.
4 Wiryono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian ,(Bandung: Bale, 1979), h. 9.
16
Menurut Sudikmo Mertokusumo Perjanjian adalah hubungan
hukum antar dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. Dua pihak itu sepakat untuk mengikat
mereka untuk ditaati dan dijalankan. Kesepakatan itu menimbulkan
akibat hukum dan bila kesepakatan dilanggar maka akibat hukumnya
si pelanggar dapat dikenai akibat hukum atau sanksi.5
Beberapa sarjana menyatakan bahwa rumusan Pasal 1313 KUH
Perdata di atas memiliki beberapa kelemahan. Abdulkadir
Muhammad menyatakan kelemahan-kelemahan pasal tersebut,
antara lain:6
1) Hanya menyangkut sepihak saja.
Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan “satuorang
atau lebihmengikatkan dirinya pada satu orang atau
lebih”.Kata “mengikatkan diri”sifatnya hanya datang dari satu
pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya dirumuskan
saling “mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-
pihak.
2) Kata “perbuatan” mencakup juga tanpa konsensus.
Pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan
melaksanakan tugas tanpa kuasa, tindakan melawan hukum
yang tidak mengandung konsensus, seharusnya digunakan kata
“persetujuan”.
3) Pengertian perjanjian terlalu luas.
Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut terlalu luas
karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin,
yang diatur dalam lapangan hukum keluarga, padahal yang
dimaksud adalah hubungan antara kreditur dengan debitur dalam
lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki oleh
5 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Putra A. Bardin, 1990), h. 77.
6Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990),h. 78.
17
Buku III KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang
bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal.
4) Tanpa menyebut tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-
pihak yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, Abdulkadir
Muhammad merumuskan antara dua orang atau lebih yang
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan.7 Untuk lebih mengetahui apa yang
dimaksud dengan perjanjian, berikut beberapa ahli hukum
mengenai perjanjian, antara lain:
Perjanjian dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu
perjanjian yang dilakukan dengan tertulis dan perjanjian yang
dilakukan cukup secara lisan. Untuk kedua bentuk tersebut
memiliki kekuatan yang sama kedudukannya untuk dapat
dilaksanakan oleh para pihak. Hanya saja apabila perjanjian
dibuat dengan tertulis dapat dengan mudah dipakai sebagai alat
bukti bila sampai terjadi perselisihan, apabila bentuk perjanjian
dengan lisan dan terjadi perselisihan maka akan sulit
pembuktiannya.
Suatu perjanjian yang sah adalah perjanjian yang memenuhi
syarat-syarat yang diatur oleh undang-undang. Perjanjian
tersebut diakui sah dan mendapat akibat hukum (legally
concluded contract). Menurut ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata, syarat-syarat sah perjanjian sebagai berikut:8
1) Ada persetujuan kehendak (consensus)
Persetujuan kehendak adalah kesepakatan atau
kesetujuan para pihak mengenai pokok-pokok isi perjanjian
7Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan,… h. 78.
8Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000),
h. 225.
18
yang dikehendaki oleh pihak yang satu dan juga
dikehendaki oleh pihak lainnya. Persetujuan tersebut sudah
final, tidak lagi dalam proses perundingan.
Sebelum ada persetujuan, biasanya para pihak
mengadakan perundingan, pihak yang satu menyampaikan
keinginan dan syarat-syaratnya mengenai objek perjanjian
kepada pihak yang lain dan pihak lainnya menyatakan juga
kehendaknya mengenai objek perjanjian kepada pihak yang
lain dan pihak yang lainnya menyatakan juga kehendaknya
mengenai objek perjanjian sehingga tercapai persetujuan
yang mantap bagi kedua pihak.
Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak
ada paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun juga,
sepenuhnya atas kemauan sukarela para pihak. Juga
termasuk persetujuan kehendak tidak dikarenakan ada
kehilafan dan tidak ada penipuan.
2) Kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian
(capacity)
Kecakapan bertindak merupakan salah satu cakap
hukum yaitu, kemampuan untuk melakukan perbuatan
hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan-perbuatan yang
akan menimbulkan akibat hukum. Orang yang dikatakan
cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang
sudah dewasa artinya mencapai usia 21 (dua puluh satu)
tahun atau sudah kawin walaupun belum berumur 21 (dua
puluh satu) tahun. Orang yang tidak cakap untuk
melakukan perbuatan hukum adalah:9
a) Orang-orang yang belum dewasa,
b) Mereka yang ditaruh dalam pengampuan, dan
9 R. Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2006), h. 341.
19
c) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang
kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu. (Ketentuan ini telah
dicabut oleh Surat Edaran Mahkamah Agung).
Akibat hukum ketidak cakapan membuat perjanjian
adalah perjanjian yang telah dibuat dapat dimintakan
pembatalan perjanjian kepada hakim.Jika tidak dimintakan
pembatalan maka perjanjian tersebut tetap berlaku bagi para
pihak yang terkait dengan perjanjian tersebut.
3) Ada suatu hal tertentu (object)
Suatu hal tertentu yang terdapat dalam isi perjanjian
yang wajib dipenuhi atau prestasi disebut sebagai objek
perjanjian. Kejelasan mengenai isi pokok perjanjian atau
objek perjanjian adalah untuk memastikan pelaksanaan hak
dan kewajiban para pihak. Jika isi pokok perjanjian, atau
objek perjanjian, atau prestasi perjanjian yang tidak jelas,
sulit bahkan bila tidak mungkin dapat dilaksanakan, maka
perjanjian itu batal (nietig, void).
4) Ada suatu sebab yang halal (causa)
Causa atau sebab adalah suatu hal yang menyebabkan
atau mendorong orang untuk membuat perjanjian. Menurut
Pasal 1335 KUH Perdata dinyatakan bahwa:
“Suatu perjanjian tanpa sebab, atau telah
dibuat karena suatu sebab yang palsu atau
terlarang, tidak mempunyai kekuatan”.
Tapi dalam Pasal 1336 KUH Perdata dinyatakan bahwa:
“Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi ada
sebab yang halal, ataupun jika ada sebab lain, dari
pada yang dinyatakan, perjanjiannya namun
demikian adalah sah”.
20
Sebab yang halal menurut Pasal 1337 KUH Perdata
adalah sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
berlawanan dengan kesusilaan ataupun ketertiban umum.10
Sebuah perjanjian di dalamnya terdapat Subjek
perjanjian. Subjek perjanjian adalah pihak-pihak yang
terkait dengan suatu perjanjian. KUH Perdata membedakan
tiga golongan yang berkaitan dengan perjanjian, yaitu para
pihak yang mengadakan perjanjian, ahli waris mereka dan
pihak ketiga.11
Subjek perjanjian terdiri dari orang dan
badan hukum. Dalam perjanjian kontrak kerja para pihak
dibagi menjadi Pekerja dengan Pemberi kerja. Sedangkan
badan hukum dapat berbentuk:
a) Firma (Fa),
b) Persatuan komanditer (CV),
c) Perseroan terbatas (PT),
d) Badan Usaha Koperasi.
Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak
sebagai manusia. Dalam pembuatan perjanjian, jika badan
hukum bertindak sebagai subjek hukum, maka harus
diwakili oleh orang atau manusia. Manusia sebagai wakil
itu harus bisa bertindak melakukan perbuatan hukum sesuai
Pasal 1330 KUH Perdata.
Objek perjanjian adalah prestasi, yaitu debitur
berkewajiban atas suatu prestasi dan kreditur berhak atas
suatu prestasi.12
Menurut pasal 1234 KUH Perdata, prestasi
dapat berbentuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
10
R. Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata,… h. 342.
11 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni Bandung, 1994),
h. 22.
12 Purwahid patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 13
21
tidak berbuat sesuatu. Untuk sahnya perikatan diperlukan
syarat-syarat tertentu yaitu:13
1) Obyek harus tertentu
2) Obyek harus diperbolehkan
3) Obyeknya dapat dinilai dengan uang
b. Pengertian Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja dapat terjadi setelah adanya hubungan
hubungan kerja. Dalam Pasal 1 angka (15) UU Ketenagakerjan
disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara
pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Demikian jelaslah
bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja/buruh.14
Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda disebut
Arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601a
KUH Perdata memberikan pengertian sebagai berikut:
“Persetujuan Perburuhan adalah suatu perjanjian
dimana pihak kesatu (siburuh), mengikatkan dirinya untuk
dibawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu
waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima
upah.”
Pasal 1 angka (14) dalam UU Ketenagakerjaan memberikan
pengertian yakni :
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara
pekerja buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah
pihak.”
Selain pengertian normatif Imam Soepomo berpendapat bahwa
perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu (buruh),
13
Purwahid patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikata,…Koko h. 14
14Lalu Husni, Pengantar hukum ketenagakerjaan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2015), h. 61.
22
mengikatkan diri untuk pekerja dengan menerima upah dari pihak
kedua yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri untuk
mempekerjakan buruh dengan membayar upah.15
1) Unsur dalam Perjanjian Kerja.
Dalam Pasal 1 angka (15) UU Ketenagakerjaan disebutkan
hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Berdasarkan pengertian
tersebut hubungan kerja tidak dapat dipisahkan dari perjanjian
kerja karena merupakan syarat adanya hubungan kerja harus ada
perjanjian kerja yang merupakan unsur dari perjanjian kerja
adalah:
2) Adanya Unsur Pekerjaan (work).
Dalam suatu hubungan kerja harus ada pekerjaan yang
diperjanjikan (objek perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah
dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin majikan
dapat menyuruh orang lain. Hal Ini di jelaskan dalam Pasal 1603
a KUH Perdata menyatakan bahwa :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya,
hanya dengan seizin majikan ia dapat menyuruh orang
ketiga menggantikannya.”
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat
pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya,
maka menurut hukum jika pekerja meninggal dunia maka
perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.
3) Adanya Unsur Perintah (command).
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja
oleh pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk
pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai
15
Zaeni Ashadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakaerjaan Bidang Hubungan Kerja),
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), h. 47-49.
23
dengan yang di perjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja
dengan hubungan lainnya, misalnya hubungan antara dokter
dengan pasien, pengacara dengan klien. Hubungan tersebut
bukan merupakan hubungan kerja karena dokter, pengacara
tidak tunduk pada perintah pasien atau klien.
4) Adanya Upah (Pay)
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja
(perjanjian kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama
seseorang bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh
upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan
tersebut bukan merupakan hubungan kerja.16
Pembuatan Perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian kerja yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang
juga tertuang dalam Pasal 52 ayat (1) UU Ketenagakerjaan yang
menyebutkan bahwa perjanjian di buat atas dasar :
1) Kesepakatan kedua belah pihak,
2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum,
3) Adanya pekerjaan yang di janjikan,
4) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Keempat Syarat tersebut besifat kumulatif artinya harus
dipenuhi semuanya baru dapat dikatakan baru dapat dikatakan
perjanjian tersebut sah. Syarat kemauan bebas kedua belah pihak dan
kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak dalam membuat
perjanjian dalam hukum perdata disebut sebagai syarat subjektif
karena menyakut mengenai orang yang membuat perjanjian,
sedangkan syarat adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan
16
Lalu Husni, Pengantar hukum ketenagakerjaan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2015), h.64.
24
yang diperjanjikan harus halal disebut sebagai syarat objektif karena
menyaknut objek perjanjian. Jika syarat objek tidak terpenuhi maka
perjanjian tersebut batal demi hukum artinya pejanjian tersebut
dianggap tidak pernah ada, jika yang tidak dipenuhi syarat subjektif,
maka akibat hukum dari perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Pihak-
pihak yang tidak memberikan persetujuan dengan tidak bebas
demikian juga dengan orang tua/wali atau pengampu bagi orang
yang tidak cakap membuat perjanjian dapat meminta pembatlan
perjanjian kepada hakim.Dengan demikian perjanjian tersebut
memiliki kekuatan hukum selama belum dibatalkan oleh hakim.17
4. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Perjanjian Kerja Waktu tertentu diatur lebih lanjut dalam ketentuan
Pasal 57-66 UU Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan
huruf latin. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tidak
tertulis bertentangnan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa
asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya,
maka yang berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat disyaratkan
adanya masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), masa
percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum. Pejanjian kerja
untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaaan tertentu jenis
dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu:
a) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.
b) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan palinglama 3 (tiga) tahun.
17
Lalu Husni, Pengantar hukum ketenagakerjaan..., h. 66
25
c) Pekerjaan yang bersifat musiman atau
d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaanyang bersifat tetap. Perjanjian ini dapat di perbaharui atau
diperpanjang dan dapata diadakan paling lama 2 (dua)tahun dan hanya
boleh diperpanjanng 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun.18
B. Kajian Teori
1. Asas-Asas Perjanjian
Ada sepuluh asas dalam perjanjian yaitu:19
a. Asas Kebebasan mengadakan perjanjian (kebebasan berkontrak)
Merupakan asas yang menduduki posisi paling central didalam
hukum kontrak, asas ini tak tertulis langsung dalam aturan hukum
namun memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan
kontraktual para pihak. Kebebasan berkontrak mmerupakan pada
dasarnya merupakan perwujudan dari kehendak bebas yang
mewakili hak asasi manusia. Buku III KUH Perdata menganut
sistem terbuka, artinya hukum memberikan keluasan kepada para
pihak untuk mengatur sendiri pola hubungan hukumnya. Pasal
1338 angka (1) KUH Perdata menyatakan bahwa:20
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Dalam prakteknya seringkali asas kebebasan berkontrak ini
tidak dipahami secara utuh sehingga menyebabkan pola hubungan
kontraktual yang berat sebelah.
18
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, 2018), h. 99-102.
19 R Joni Bambang S, Hukum Ketenagakerjaan, ( Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.101
20 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1995), h. 4-5.
26
b. Asas Konsensualisme
Asas konsesualisme berasal dari kata “consensus” yang
memiliki arti sepakat. Dalam membuat kontrak para pihak sepakat
atau setuju mengenai prestasi yang diperjanjikan. Dengan demikian
apabila tercapai kesepakatan antara para pihak, lahirnya kontrak,
walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini
berarti bahwa dengan tercapainya kesepakatan para pihak
melahirkan hak dan kewajiban, atau bisa saja disebut kontrak
tersebut bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para
pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.21
c. Asas Kepercayaan
Asas Kepercayaan mengemukakan bahwa kedua belah pihak
harus saling percaya satu sama lain, percaya bahwa para pihak
dapat dipercayai untuk bertanggung jawab atas kewajibannya
dalam perjanjian.
d. Asas Kekuatan mengikat
Asas hukum ini juga sering disebut dengan istilah asas pacta
sunt servanda. Secara konkrit dapat ditemukan dalam Pasal 1338
ayat (1) KUH Perdata yang memuat ketentuan imperatif, yaitu
semua kontrak yang dibuat sesuai dengan undang-undang yang
berlaku dan ditaati sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Menurut Herlin Budiono bunyi pasal tersebut diakui sebagai
aturan yang menetapkan bahwa semua kontrak yang dibuat
manusia satu sama lainya, mengingat kekuatan hukum yang
terkandung didalamnya, dimaksudkan untuk dilaksanakan
penataannya.22
21
Ahmad Miru, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 3.
22 Muhammad Syafiuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak Dalam Prespektif Filsafat
Teori Dogmatis Dan Praktek Hukum,(Bandung:Mandar Maju, 2012), h. 91.
27
e. Asas Persamaan Hak
Asas Persamaan Hak menyatakan bahwa kedua belah pihak
menerima atau mendapatkan hak masing-masing sesuai dalam
perjanjian.23
f. Asas Keseimbangan (Evenwichtsbeginsel)
Asas Keseimbangan merupakan asas yang menghendaki kedua
belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian.24
Menurut
Herlien Budiono, asas keseimbangan adalah suatu asas yang
dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum dan
asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal didalam KUH
Perdata yang berdasarkan pemikiran dan latar belakang
individualisme pada satu pihak dan cara pikir bangsa Indonesia
pada lain pihak25
g. Asas Kepastian hukum
Perjanjian sebagai Figur hukum mengandung kepastian hukum.
Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian,
yaitu sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.26
h. Asas Moral
Kata moral atau moralis biasa digunakan sebagai sinonim dari
kata etika yang merupakan cabang utama dari filsafat, kedua kata
ini memuliki etimologi yang sama. Etika dari kata “Ethos” dalam
bahasa yunani yang berarti kebiasaan, sedangkan moral dari kata
“Mores” yang diartikan dalam bahasa latin yaitu kebiasaan. Etika
atau moral merupakan sikap etis yang dilakukan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial.27
23
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), h. 9
24 Tim Naskah Akademis BPHN, “Naskah akademis lokakarya Hukum Perikatan”,
(Jakarta: Balai Pembinaan Hukum Nasional, 1985), h. 37.
25 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan penerapannya dibidang
kenotariatan, (Bandung: Citra Aditya, 2010), h. 33.
26Tim Naskah Akademis BPHN, “Naskah akademis lokakarya Hukum Perikatan”…, h. 37.
27 Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan Sebuah kajian filsafat hukum, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 83.
28
i. Asas Kepatutan
Asas kepatutan adalah asas yang tertuang dalam Pasal 1339
KUH Perdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi
perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat
perjanjiannya.28
j. Asas Kebiasaan
Asas Kebiasaan yaitu dipandang sebagai bagian dari perjanjian
suatu perjanjian tidak hanya mengikat apa yang secara tegas diatur
akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.29
2. Teori Dasar (Ground Teori)
a) Teori Prima Pacie.
Pembenaran terhadap pembebasan para kaum buruh/serikat
buruh dari pengaturan waktu terbatas/perjam (waktu tertentu) atau
memberikan perlindungan hukum atau merugikan kaum buruh
baik sebelum hingga setelah melaksanakan tugas yang akan
melahirkan pelanggaran hukum bukan kesalah atau kesengajaan
buruh.30
b) Teori Hasrat (Wilstheorie)
Teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will
atau intend) dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari
eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dari suatu kontrak
diukur dari hasrat tersebut. Menurut teori ini yang terpenting
dalam suatu kontrak bukan apa yang dilakukan oleh para pihak
dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang mereka inginkan.31
28
M. Muhtarom, Asas-asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam membuat kontrak,
SUHUF, 26, 1 (Mei, 202014), h. 54.
29 M. Muhtarom, Asas-asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam membuat kontrak…,
h. 54.
30Abdullah Sulaiman, Implementasi Sistem Outsourcing Tenaga Kerja Di Indonesia : Pra
dan Pasca Putusan MK tentang Outsourcing Tenaga Kerja, (Studium General Prodi Ilmuhukum
Fakultas Syariah dan hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, 2013),
h. 2.
31 Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo, 2002), Cet ke-2,
h. 167.
29
c) Teori Persetujuan (The Bargain Theory)
Teori persetujuan ini mengajarkan bahwa suatu kontrak
hanya mengikat sejauh apa yang disepakati dan kemudian
disetujui oleh para pihak.
d) Teori kesetaraan (Equivalent Theory)
Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat
jika para pihak dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya
yang seimbang atau sama nilai (equivalent).
3. Doktrin Para Ahli
Peter Mahmud Marzuki memberikan argumentasi kritis
mengenai penggunaan istilah kontrak atau perjanjian dengan
melakukan perbandingan terhadap pengertian kontrak atau perjanjian
dalam system Anglo – American.
Menurut Niewenhuis, perjanjian obligator (yang menciptakan
perikatan) merupakan sarana utama bagi para pihak untuk secara
mandiri mengatur hubungan-hubungan hukum di antara mereka.
Menurut Polak, suatu persetujuan tidak lain suatu perjanjian
(afspraak) yang mengakibatkan hak dan kewajiban.32
Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara pengusaha
dengan pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian kerja.Dengan
demikian hubungan kerja tersebut adalah sesuatu yang abstrak,
sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang konkret atau nyata.
Dengan adanya perjanjian kerja, akan ada ikatan antara pengusaha dan
pekerja. Dengan kata lain, ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah
yang merupakan hubungan kerja.
Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja
atau buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak Pasal 1 angka (14)
32
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersil,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 18
30
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja dapat dibuat secara
lisan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Pengertian perjanjian kerja terdapat dalam Pasal 1601 a KUH
Perdata, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu (buruh)
mengikatkan diri dengan bekerja pada pihak yang lain (majikan)
selama waktu tertentu dengan menerima upah. Pengertian tersebut
terkesan hanya sepihak saja, ya itu hanya buruh yang mengikatkan diri
untuk bekerja pada majikan (pengusaha). Menurut Profesor Soepomo,
perjanjian kerja seharusnya adalah suatu perjanjian dimana pihak yang
satu (buruh) mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak lain majikan
selama waktu tertentu dengan menerima upah dan pihak lain
mengikatkan diri untuk mempekerjakan pihak yang satu dengan
membayar upah.
Menurut Profesor Subekti memberikan pengertian perjanjian
kerja adalah suatu perjanjian antara seorang majikan yang ditandai
dengan ciri-ciri adanya upah atau gaji tertentu, adanya suatu hubungan
atas ke bawah (dietsverhouding), Yakni suatu hubungan atas dasar
pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah yang harus
ditaati oleh pihak lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian
kerja, setidak-tidaknya mengandung empat unsur, yaitu ada unsur
pekerjaan, ada upah, ada perintah serta ada waktu tertentu.33
4. Ketentuan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan di Indonesia.
Beberapa Peraturan yang sering digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a) Ketenagakerjaan
Dalam Pasal 27 ayat (2) Konstitusi Negara Republik
Indonesia telah dinyatakan bahwa:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
33
Adrian Sutedi, hukum perburuhan, (Jakarta: sinar grafika, 2009), h, 45-46.
31
Tujuan Tersebut merupakan Hak Warga Negara, dimana
Negara wajib menyelenggarakan perlindungan bagi warga
negaranya, hal ini pun ditegaskan dalan Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 yang merupakan salah satu tujuan
pembentukan pemerintahan Republik Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan Untuk memajukan kesejahteraan
Umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hukum Ketenagakerjaan merupakan hukum yang mengatur
tentang tenaga kerja yang semula dikenal dengan istilah
perburuhan.
b) Pengawasan ketenagakerjaan
Kegiatan pengawasan dan menegakkan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
c) Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Ketenagakerjaan
dibedakan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau
Perjanian Kerja Waktu Tidak Tentu (PKWTT) sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu. Mengenai Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) diatur dalam Pasal 57-66 Undang-
Undang Ketenagakerjaan. Perjanjian waktu tertentu dibuat secara
tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf
latin. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak
tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu
tidak tertentu.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) hanya dapat di
gunakan untuk pekerjaan tertentuyang menurut jenis dan sifat
atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,34
yaitu:
34
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/ Perburuhan, (Jakarta: Yayasan
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2019), h. 163.
32
1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya,
2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun,
3) Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan
baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan
atau penjajakan.
d) Outsourcing (Alih Daya)
Pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau
melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui
perusahaan penyedia / pengerah tenaga kerja.35
Berdasarkan Pasal
64 Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa
perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh yang dibuat secara
tertulis.
Terdapat syarat lain yang harus dipenuhi dalam hal
pengalihan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain
sebagaimana Pasal 65 Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu
pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
2) Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari
pemberi pekerjaan
3) Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara
keseluruhan
4) Tidak menghambat proses produksi secara langsung.
35
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta: Raja grafindo persada, 2015),
h. 168.
33
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Peneliti Memiliki tinjauan kajian sebagai berikut :
1. Tenaga Alih Daya Pada Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pegawai
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Analisis Yuridis
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenaga kerjaan).
Tahun Skripsi yang ditulis Oleh Endang Putri Nuraini yang
diterbikan oleh Universitas Islam Negeri 2016, memiliki persamaaan
dengan permasalahan yang diiangkat oleh peneliti yaitu membahas
tentang penerapan dalam penggunaan jasa pekerja Outsourcing
didalam suatu perusahaan, terkhusus pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Dalam kaitannya
tentang hak kesejahteraan yang diperoleh pada Pusat Pendidikan dan
Latihan Kementrian Komunikasi dan informatika dengan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Sedangkan Skripsi yang saya
teliti adalah penerapan penggunaan jasa outsourching di dalam suatu
perusahaan terkhusus di PT. Gelatik Supra sebagai Perusahaan
Penyedia Jasa / Alih daya dengan di dasarkan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003.36
2. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan.
Buku membahas yang di tulis Oleh Prof. Lalu Husni yang
dicetak pada tahun 2015, mengenai Hukum Ketenagakerjaan. Buku
tersebut berisikan mengenai ketenagakerjaan diantaranya, dasar-dasar
Hukum Ketenagakerjaan, landasan teori, Para pihak dalam hukum
ketenagakerjaan, Hubungan Kerja, Perjanjian Kerja dan aspek-aspek
hukum ketenagakerjaan di Indonesia. 37
yang memiliki kesamaan
36
Endang, Putri Nurhayani, Tenaga Alih Daya Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai Kementrian Komunikasi dan Informatika (Analisis Yuridis Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan), (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016).
37 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta : Rajawali Press, 2015).
34
dengan skripsi yang di buat peneliti sehingga digunakan sebagai
bahan penulisan skripsi. Sedangkan Skripsi ini lebih spesifik terhadap
Kesejahteraan dari para pekerja Outsourching di PT. Gelatik Supra.
3. Outsourcing dalam Perspektif Pekerja dan Pengusaha
Jurnal yang dibuat oleh Triyono yang ditebitkan oleh Jurnal
Kependudukan Indonesia Vol. VI No. 1 Tahun 2011 ini lebih
mengkaji permasalahan Outsourcing dilihat dari perspektif pengusaha
maupun buruh berdasarkan hasil kajian literatur.Dalam implementasi
tentang hubungan kerja sistem Outsourcing, telah ditemui berbagai
pelanggaran. Pelanggaran tersebut antara lain menyangkut jenis
pekerjaan yang dialihdayakan, lamanya kontrak, hak-hak pekerja yang
tidak dipenuhi oleh pengusaha maupun tidak mengikutsertakan tenaga
kerja Outsourcing dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
memiliki kesamaan dengan skripsi yang dibuat peneliti.38
Perbedaan sekripsi yang dibuat peneliti dari sisi sumber data dan
obyek penelitian dalam jurnal ini menggunakan studi literatur, baik
berupa hasil-hasil penelitian, buku, jurnal, surat kabar cetak maupun
elektronik. Analisisnya menggunakan pendekatan deskriptif dan
melihat dari sudut pandang pengusaha, buruh serta keuntungan dan
kerugian dalam implementasi outsourcing.Sedangkan dalam skripsi
ini selain menggunakan studi literatur peneliti juga menggunaka
menggunakan Perjanjian Kerja di PT.Gelatik supra sebagai sumber
data dan objek penelitian.
4. Analisis Permasalahan Outsourcing (Alih Daya) Dari Perpektif
Hukum dan Penerapan
Jurnal yang dibuat oleh Khairani diterbitkan oleh KANUN:
Jurnal Ilmuhukum, Vol 14, No. 1 Tahun 2012. Jurnal Ini sama-sama
membahas tentang masalah Outsourcing (alihdaya) namun jurnal ini
lebih dalam membahas Pasal 64-66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
38
Triyono, Outsourcing dalam Perspektif Pekerja dan Pengusaha, Jurnal Kependudukan
Indonesia, Vol VI, No. 1, (2011).
35
2003 tentang Ketenagakerjaan. yang sangat banyak penyimpangan
dalam implementasinya.39
Sedangkan yang dibahas oleh peneliti
adalah masalah outsourcing dalam penerapan Perjanjian Waktu
Tertentu sebagai dasar Acuannya.
39
Khairani, Analisis Permasalahan Outsourcing (Alih Daya) dari Perspektif Hukum dan
Penerapan., KANUN: Jurnal Ilmu Hukum, ISSN (Online): 2527-8428, Vil 14, No. 1, (2012)
36
BAB III
PERUSAHAAN PENYEDIA JASA TENAGA KERJA
(OUTSOURCING) PT. GELATIK SUPRA DI TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN
A. Profil Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga kerja (alih daya/outsourcing)
PT. Gelatik Supra.
1. Sejarah Singkat PT. Gelatik Supra.
PT. Gelatik Supra sebagai Perusahaan yang menyalurkan tenagakerja.
Yang telah berdiri sejak Tahun 1995 dengan nomor Akte notaris: 60
tanggal 20 agustus 2018 (pembaharuan) oleh Notaris DR. Teddy Anwar,
SH., SPN. Yang berkedudukan di Jakarta Pusat. PT. Gelatik Supra
beralamat di Plaza Ciputat Mas Blok/ GHWX, Jl. Ir. H. Juanda No. 5A,
Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Provinsi Banten. 15412
Perusahaan yang didirikan oleh Hadi dan Susie Suprapto, pada tahun
1995, memiliki sebuah visi yaitu melayani klien sebagai perpanjangan
tangan klien, memberikan nilai terbaik dari uang melalui sistem operasi
terbaik dan yang paling penting orang yang berkualifikasi tinggi.1
Perusahaan ini sangat percaya bahwa orang adalah aset penting
utama, Dengan demikian di perusahaan ini, terus mencari cara untuk
mengembangkan orang-orangnya dalam hal keterampilan, pengetahuan,
dan sikap mereka sementara pada saat yang sama mempertahankan
suasana belajar yang bahagia.
PT. Gelatik supra menyediakan tenaga kerja untuk mendukung
Perusahaan Pemberi kerja. Mempersiapkan sumber daya fisik yang tepat
serta peningkatan konstan sistem operasi perusahaan untuk beradaptasi
dengan praktek bisnis yang terus berubah cepat. Saat ini usaha bisnis
utama PT. Gelatik Supra ada di bidang ritel.
1https://gelatik.co.id/id/tentang-kami/ diakses pada 10 september 2019.
37
Selama lebih dari 23 tahun, PT Gelatik Supra telah memenuhi
kebutuhan banyak klien akan berbagai bentuk kegiatan pemasaran. PT.
Gelatik Supra menyelenggarakan kegiatan-kegiatan berbasis
pemberdayaan manusia dari proses awal sampai akhir, mulai perekrutan,
pengupahan, pelatihan, penempatan, pelaporan dan pengakhiran. Dari
aspek operasional ruang lingkup kerja PT.Gelatik Supra adalah
penyusunan perencanaan dan mengelola pelaksanaan operasionalnya
dan menyajikan laporan analisis sebagai bahan evaluasi.
Lingkup jangkauan geografis PT. Gelatik Supra mencakup lebih dari
separuh wilayah Indonesia. Saat ini PT Gelatik Supra telah
mempekerjakan lebih dari 6500 tenaga kerja yang tersebar di seluruh
provinsi Indonesia. Saat ini PT. Geltatik Supra menangani lebih dari 100
Perusahaan. Mulai dari Perusahaan Nasional maupun Perusahaan
Multinasional.
2. Jenis Pekerjaan yang ada di PT. Gelatik Supra.
PT. Gelatik Supra merupakan jenis perusahaan yang menyediakan
jasa tenaga kerja untuk keperluan perusahaan yang menggunakan jasanya,
yaitu untuk jenis pekerjaan sebagai berikut:2
a. Office Support
1) Marketing Office Support
Perkerja yang bertugas membantu kelancaran perkembangan
perusahaan.Pekerjaaan dilakukan seperti Staf Administrasi
(Administration Staff) dan Layanan Pelanggan (Costumer
Service/Care).
Staf Administrasi (Administration Staff) adalah pekerja yang
bertugas melakukan pekerjaan administrasi perkantoran. Biasanya
bersifat teknis ketatausahaan, penyediaan keterangan bagi
pimpinan dan berbagai aktivitas lain yang membantu kelancaran
perkembangan perusahaan.
2https://gelatik.co.id/id/layanan-kami/ diakses pada 10 Februari 2019.
38
Sedangkan Layanan Pelanggan (Costumer Service/Care)
adalah pekerja yang bertugas memberikan berbagai informasi
kepada konsumen, juga sebagai tempat menampung berbagai
macam keluhan, keberatan ataupun sebagai tempat konsultasi. PT.
Gelatik Supra menyediakan Staf Administrasi (Administration
Staff) dan Layanan Pelanggan (Costumer Service/Care) yang dapat
dikontrak secara tetap atau paruh waktu.
b. Event Support
1) Marketing Event Support
Pramuniaga yang bertugas menjual Produk ke calon pembeli
yang ditempatkan di berbagai kegiatan dan pameran. Pramuniaga
berperan penting dalam membentuk kepercayaan pelanggan
mengatur, mengelola, dan mengawasi barang dagangan diarea
penjualan. Sebelum bertugas, para pekerja melalui rekrutmen,
seleksi, mendapat pelatihan berkala, antara lain tentang komunikasi
dan penjualan produk, serta mendapat pendampingan dan
pengawasan, sehingga dapat bekerja secara maksimal.
2) Pramuniaga Kegiatan (SPG/SPB Event)
Pramuniaga yang bertugas menjual Produk kecalon pembeli
yang ditempatkan di berbagai kegiatan, seperti pameran,
Pengenalan produk (launching product), di pusat pembelanjaan
ataupun perkantoran. PT. Gelatik Supra menawarkan jasa
pramuniaga kegiatan yang dapat dikontrak secara tetap atau paruh
waktu.
3) Pramuniaga Pameran (SPG/SPB Exhibition)
Pramuniaga yang bertugas menjual Produk kecalon pembeli
yang ditempatkan di pameran, seperti pameran otomotif, kerajinan
tangan, dan industri kreatif. Pramuniaga berperan penting dalam
menunjukkan citra elegan perusahaan. PT. Gelatik Supra
menawarkan jasa pramuniaga kegiatan yang dapat dikontrak secara
tetap atau paruh waktu.
39
c. Retail Support
1) Marketing Retail Support
PT. Gelatik Supra menawarkan jasa pramuniaga dan pekerja
yang dapat membantu perusahan mencapai tujuan dalam berbisnis.
Sebelum bertugas, para pekerja melalui rekrutmen, seleksi,
mendapat pelatihan berkala, antara lain tentang komunikasi dan
penjualan produk, serta mendapat pendampingan dan pengawasan,
sehingga dapat bekerja secara maksimal. Contohnya adalah
Marketing Retail Support berbasis Man Power, yaitu pramuniaga
yang bertugas menjual produk kecalon pembeli yang ditempatkan
di toko, supermarket, pasar atau restauran. Pramuniaga berperan
penting membentuk kepercayaan pelanggan dalam mengatur,
mengelola dan mengawasi barang dagangan di area penjualan.
2) Konsultan Kecantikan (Beauty Advisor)
Pramuniaga yang bertugas menjual produk kecantikan.
Pramuniaga akan memberikan konsultasi kepada konsumen
tentang produk kecantikan yang tepat, tips seputar kecantikan
kepada konsumen dan tutorial menggunakan makeup. PT. Gelatik
Supra menawarkan jasa konsultan kecantikan yang dapat dikontrak
secara tetap atau paruh waktu.
3) Pramuniaga Penata Produk (Merchandiser)
Pramuniaga yang bertugas mengatur, mengelola, dan
mengawasi barang dagangan diarea penjualan, seperti di toko,
supermarket, pasar atau restauran. Pramuniaga akan memastikan
barang dagangan tersedia diarea penjualan, memastikan produk
segar dan tidak melewatibatas tanggal kelayakan (expired date)
untuk dikonsumsi, dan menata produk diarea penjalan secara
menarik. PT. Gelatik Supra menawarkan jasa pramuniaga penata
produk yang dapat dikontrak secara tetap atau paruh waktu.
40
4) Pramuniaga Instore
Pramuniaga yang bertugas menjual produk kecalon pembeli
yang ditempatkan di toko, supermarket, pasar atau restauran.
Pramuniaga berperan penting membentuk kepercayaan pelanggan
dalam mengatur, mengelola dan mengawasi barang dagangan di
area penjualan. PT. Gelatik Supra menawarkan jasa pramuniaga
instore yang dapat dikontrak secara tetap atau paruh waktu.
d. Digital Support
1) Gelatik Digital Automatic Sytem
Model pelaporan produk digital yang modern, efektif, efisien
dan ramah lingkungan. Sistem ini dapat memangkas waktu
pelaporan dari pramuniaga ke pimpinan kegiatan hingga ke
perusahaan, meningkatkan keakuratan data, dan memastikan sistem
operasional dijalankan.
B. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten.
1. Profil Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten.
Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten merupakan
salah satu objek penelitian dalam skripsi ini yang beralamat di Kawasan
Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Jl. Syeh Nawawi Al-
Bantani Palima Kota Serang. Bapak Alhamidi sebagai Kepala Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten. Dalam Penelitian Ini,
Peneliti mendapat data yang berasal dari Bagian Hubungan Industrial dan
Pengawas ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Provinsi Banten.
2. Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten.
a. Visi
Terwujudnya produktivitas tenaga kerja dan kualitas hidup
masyarakat.
b. Misi
1) Mengembangkan akses tenaga kerja,
2) Memperkuat mekanisme penanganan dan pemecahan masalah
ketenagakerjaan oleh masyarakat bersama sama pemerintah
kabupaten / kota,
41
3) Meningkatkan pemahaman, tanggung jawab dan peran aktif
masyarakat dan dunia usaha bersama sama pemerintah
kabupaten/kota dalam pembangunan kesejahteraan dan
ketenagakerjaan,
4) Mendorong perluasan lapangan kerja, penempatan tenaga kerjadan
pemasaran tenaga kerja dalam dan luar negeri yang didukung oleh
sistem perlindungan dan jaminan kepastian hukum serta
pengawasan tenaga kerja profesional,
5) Meningkatkan kepastian manajemen pelayanan kesejahteraan
melalui peningkatan kapasitas unit pelaksana teknis,peningkatan
kompetensi tenaga kerja secara terpadu dan berkesinambungan.3
3. Tujuan Dan Sasaran Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi
Banten.
a. Terwujudnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi
kesempatan kerja Dalam dan Luar Negeri,
b. Terwujudnya perluasan jejaring informasi lowongan kerja di berbagai
media,
c. Terwujudnya penempatan tenaga kerja di Dalam dan ke Luar Negeri,
d. Terwujudnya pengembangan kesempatan kerja usaha mandiri dan
padat karya produktif,
e. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat
kerja,
f. Terwujudnya peningkatan perlindungan hak-hak dasar pekerja/buruh
dan khususnya bagi pekerja perempuan dan anak,
g. Terwujudnya peningkatan kerjasama fungsional dalam penyediaan
informasi dan perencanaan tenaga kerja di Daerah,
h. Terwujudnya pengembangan kemampuan Aparatur Ketenagakerjaan di
Provinsi dan Kabupaten/Kota,
3https://disnakertrans.bantenprov.go.id/id/read/visi-dan-misi.html diakses pada 20 maret
2019
42
i. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
ketenagakerjaan pada UPT BLKI,
j. Terwujudnya kemandirian dan integrasi transmigran dan masyarakat
sekitarnya melalui tahap penyesuaian, pemantapan dan pengembangan
di permukiman transmigrasi yang layak huni, layak usaha, layak
berkembang dan layak lingkungan.
4. Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dalam Pengawasan Hubungan
Industrial.
Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik dari administrasi
ketenagakerjaan yang memastikan penerapan perundang-undangan
ketenagakerjaan di tempat kerja. Peran utamanya adalah untuk
meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk mematuhi undang-undang
di tempat kerja dan kepentingan bersama mereka terkait dengan hal ini,
melalui langkah-langkah pencegahan dan edukasi, dan jika diperlukan
penegakan hukum.4
Dalam dunia kerja, pengawasan ketenagakerjaan adalah instrument
yang paling penting dari kehadiran negara dan intervensi untuk
merancang, merangsang dan berkontribusi kepada kepada pembangunan
budaya pencegahan yang mencangkup semua aspek yang secara potensial
berada dibawah pengawasannya: hubungan industrial, upah terkait dengan
kondisi kerja secara umum keselamatan dan kesehatan kerja, dan isu-isu
yang terkait dengan ketenagakerjaan dan jaminan sosial.
Tugas dan tanggung jawab pengawas ketenagakerjaan dan penegakan
hukum ketenagakerjaan adalah mengawasi dan menegakkan (Law
Enforcement) Pelaksanaan Perundang-undangan ketenagakerjaan.5
Kegiatan Pengawasan ketenagakerjaan terdiri dari:
4 Oganisasi Perburuhan Internasional, Pengawasan Ketenagakerjaan: Apa dan Bagaimana,
h. 9.
5 Maruli A. Hasoloan, Penegakan Hukum Ketenagakerjaan dan Inovasi Pengawasan
Ketenagakerjaan di Indonesia, Disampaikann pada symposium Strategi peningkatan kepatuhan
Norma Ketenagakerjaan melalui sistem pengawas ketenagakerjaan di Indonesia, Jakarta: 4 april
2017, h. 6-7.
43
a. Pembinaan Pekerja dan Pengusaha serta masyarakat.
b. Pemeriksaan norma ketenagakerjaan.
c. Pengujian norma kerja dan K3
d. Penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
e. Pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan
Dalam Hal Pengawasan Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan
Provinsi Banten membaginya dalam beberapa wilayah Yaitu:6
a. Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang I : 12 Personel.
NO Nama Jabatan Pangkat
1 Marihot Marbun, SE, M.Si Koordinator Wilayah Pembina
2 Riduan Sirait, SH, M.Si Pelaksana Pembina
3 Drs. Stanislaus Raya,
M.Kes
Pengawas Ketenagakerjaan
Madya
Pembina Tk.I
4 Parlindungan, S H Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata
5 Agus Salim, SH, M.Si Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Tk.I
6 Tunggul Hutapea, SH Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Tk.I
7 Drs. Rekot Lumbantaroan Pengawas
Ketenagakerj aan Pertama
Penata Tk.I
8 Banguntua Sinaga, SE Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata Tk.I
9 Wilis Wulan Ayu, SE Pengawas
Ketenagakerjaan Madya
Penata Tk.I
10 Yuli Kustarto, ST Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata Tk.I
11 Rohman, S.IP Pengawas Ketenagakerjaan Penata Tk.I
6 Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Banten
44
Muda
12 Mansur, SE Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata Tk.I
Tabel 3.1 Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang I
b. Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang II : 23 Personel.
NO NAMA JABATAN PANGKAT
1 R. Pitoyo, SH, M.Si Koordinator
Wilayah
Pembina
2 Aprida Arimurti A., S.ST Pelaksana Penata Tk.I
3 Endang Suhendar, SH Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata Tk.I
4 Hadi Supeno, S.Kom Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata Tk.I
5 Erman, S.Pd Pengawas
Ketenagakerjaan
Penata Tk.I
6 Gusti Made Baskara, ST Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata
7 Iskandar, SE, ME Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata
8 Oki Faudzi Halim,
SH
Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata
9 Salman Farid, ST Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata
10 Yuli Rosydah, SE Fungsional
Umum
Penata
Muda T.Ki
11 Sandy Budyawan, ST,
MM
Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata
12 Rasyi Harjanto, SH Pelaksana Penata
Muda T.kI
45
13 Teti Fatimah, S.Sos Pengawas
Ketenagakerjaan
Penata T.Ki
14 Tua Rusli, ST, MM Pelaksana Pembina
15 Tb. Agus Dani, SE Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata
16 Syaiful Bachrum, SE Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata
17 Imawan Yuni Azhar, SE Fungsional
Umum
Penata
18 Abdul Basit, S. IP Pengawas
Ketenagakerjaan
Penata
19 Oney Rahmawati, S.IP Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
T.kI
20 Devina Amelinda, S.IP Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
21 Aisa Citrabella, SH Pengawas
Ketenagakerjaan
Penata Muda
22 Denty Munikartiningsih
Ahnas Putri, SE
Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata Muda
23 Isti Nur’aini, SH Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata Muda
Tabel 3.2 Pengawas Koordinator Wilayah Tangerang II
c. Pengawas Koordinator Wilayah Serang I : 21 Personel.
NO NAMA JABATAN PANGKAT
1 Ruli Rianto, ST, M.Si Koordinator Wilayah Penata T.Ki
2 Ir. Tuti Rindawati, MM Pelaksana Pelaksana
3 Karyadi, S.Sos
4 Drs. Agus Sawiji
5 Yudhi Marsidi, SKM Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata
46
6 Stephani Fatimah, SKM Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata Muda
T.Ki
7 Tirta Prawitateja, ST, M, Si Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
T.kI
8 Ade Hidayatullah, SE Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
T.kI
9 Syahdi, S.Sos, M.Si Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
T.kI
10 Lilis Muklis, SH
11 Tri Budi Winarsih, SH Pengawas Ketenagakerjaan
Madya
Pembina T.kI
12 Agus Sitio, SE, MM Pengawas Ketenagakerjaan
Madya
Penata T.kI
13 Yani Ida Suryani, SE Pengawas
Ketenagakerjaan Muda
Penata Muda
T.kI
14 Aditya Chandra B., ST Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
T.kI
15 Lucky A. Rizal, ST, MM
16 Kayubi, SE Fungsional Umum Penata
Muda T.kI
17 Triyono Hadi Sapoetra, SE Pengawas
Ketenagakerjaan
Penata T.kI
18 Hendra Permana, ST Pengawas Ketenagakerjaan
Ahli Pertama
Penata Muda
T.Ki
19 Nila Maya Saru, ST Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata Muda
20 Kevin Prasetya Fanny, SE Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama
Penata Muda
21 Teguh Iskandar Zul Pengawas
Ketenagakerjaan Pertama
Penata Muda
Tabel 3.3 Pengawas Koordinator Wilayah Serang I
47
d. Pengawas Koordinator Wilayah Serang II : 10 Personel.
NO NAMA JABATAN PANGKAT
1 Dudus Maman, S.Sos Koordinator Wilayah Pembina
T.kI
2 Winarno, SE Pelaksana Penata T.kI
3 Kacu Sudi Prihatno, SE Pelaksana Penata T.kI
4 Hermawandi, ST, M.Si Pelaksana Penata
5 Joyo Sucipto, S.Sos Fungsional Umum Penata Muda
T.Ki
6 Erwan Setiawan S.Sos Pengelola Administrasi Penata Muda
T.Ki
7 Dewi Yulinda Sari,
S.ST
Pelaksana Penata Muda
8 Imam Bachtiar, ST Taknis/ Administari
Lainnya
Penata Muda
9 Iswan Wahyudi Taknis/ Administari
Lainnya
Pengatur
Muda
10 M. Dian Rosdiawan Fungsional Umum Pengatur
Muda T.Ki
Tabel 3.4 Pengawas Koordinator Wilayah Serang II
e. Pengawas Koordinator Wilayah Khusus : 6 Personel.
No NAMA JABATAN PANGKAT
1 Mustahal, SKM Pengawas Ketenagakerjaan
Madya
Pembina
2 H. Diniarti, SH, MM Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata Tk.I
3 Rachmatullah, SH Pengawas Ketenagakerjaan
Muda
Penata
4 Jarman Setiadi, ST Pelaksana Penata
48
Muda Tk.I
5 Hozanna, ST Pelaksana Penata Muda
Tk.I
6 Deden Andrie Supriadi
Rukman, ST
Pelaksana Penata Muda
Tk.I
Tabel 3.5 Pengawas Koordinator Wilayah Khusus
49
BAB IV
ANALISIS PERJANJIAN
KERJA WAKTU TERTENTU DI PT. GELATIK SUPRA
A. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1. Dasar Penetapan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. Gelatik Supra
Menurut KEPMEN Nomor 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
adalah perjanjian kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha untuk
mengadakan sebuah hubungan kerja dalam kurun waktu tertentu atau
untuk sebuah pekerjaan tertentu. Hubungan kerja antara perusahaan
dengan tenaga kerja itu terikat dengan perjanjian.
Tujuan dibuatnya perjanjian kerja waktu tertentu adalah untuk
mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban para pihak dalam hal ini
antara buruh atau pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja kemudian
menetapkan secara bersama mengenai syarat-syarat kerja berdasarkan UU
Ketengakerjaan dan peraturan perusahaan sehingga terbentuklah sebuah
hubungan industrial.
Perjanjian kerja juga merupakan salah satu upaya hukum yang dapat
melindungi pihak yang lemah (buruh atau pekerja) dari tindakan
pengusaha. Pengumpulan data dan informasi mengenai dasar penetapan
pekerjaan terdapat dalam perjanjian kerja di PT. Gelatik Supra penulis
lakukan dengan mengadakan wawancara dengan Beberapa Pekerja atau
Buruh di PT. Gelatik Supra.
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa Pekerja di PT Gelatik
Supra. Pekerja atau Buruh memberikan keterangan bahwa sifat dari
pekerjaan yang di berikan oleh PT. Gelatik Supra adalah pekerja yang
sekali selesai atau sementara sifatnya yaitu pada Pramuniaga Kegiatan
(SPG/SPB Event). PT. Gelatik Supra merupakan perusahaan penyedia jasa
tenaga kerja kepada perusahaan pemberi kerja sebagai pengguna jasa dan
di PT. Gelatik Supra tidak melakukan masa percobaan kerja.
50
Setelah di lakukan wawancara penulis dengan Pekerja atau Buruh.
Penulis mendasarkan bahwa penetapan pekerjaan di PT. Gelatik Supra
merupakan Perjanjian Kerja Harian atau Lepas, sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 10 KEPMEN Nomor/100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Waktu tertentu.
Dalam kesepakatan perjanjian bahwa penerimaan pekerja di
perusahaan merupakan hak dari Perusahaan, yang kemudian perusahaan
akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan supaya calon Pekerja atau
buruh dapat diterima menjadi pekerja, mereka harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari wawancara dapat
disimpulkan bahwa perjanjian kerja yang di terapkan pada PT Gelatik
Supra merupakan pekerjaan yang tidak tetap. Sektor yang mempekerjakan
pekerja kontrak di PT. Gelatik Supra adalah bidang marketing atau
penjualan yang merupakan pekerjaan yang sekali selesai serta merupakan
kegiatan khusus untuk memperkenalkan sebuah produk.
Kesepakatan perjanjian kerja waktu tertentu di PT Gelatik Supra tidak
bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan dilihat dalam pasal 59 ayat 1
dan 2 sebagai berikut:
a. Ayat 1: Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya,
2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun,
3) Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
b. Ayat 2 :Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan
untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
51
Dari ketentuan diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang di berikan
oleh PT. Gelatik Supra dapat digolongkan sebagai Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) yang sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat 1
dan 2. Dengan sifat pekerjaan untuk pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya, yaitu pada bagian Pramuniaga Kegiatan (SPG/SPB
Event) dan semua bagian marketing yang artinya yang didasarkan atas
selesainya pekerjaan itu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa
semua kebijakan tersebut PT. Gelatik Supra sudah sesuai dengan dasar
penetapan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu ketentuan
UU Ketenagakerjaan pada Pasal 59 ayat 1 (satu) dan 2 (dua). Serta pada
pada ketentuan Pasal 10 KEPMEN. 100/MEN/VI/2004. Dasar penetapan
pekerjaan sehingga digolongkan dalam Perjanjian Harian atau Lepas dari
PT. Gelatik Supra.
2. Proses Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT. Gelatik Supra
Perjanjian yang sah adalah ketika perjanjian tersebut memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang, demikian pula dengan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang ada di PT. Gelatik Supra, dalam
perjanjian kerja yang dilakukan oleh calon pekerja sebagai pihak yang di
beri pekerjaan dan perusahaan dalam hal ini adalah PT. Gelatik Supra yang
membuat perjanjian baku karena perjanjian tersebut dibuat oleh satu pihak
atau sepihak. Pihak yang di beri pekerjaan atau pekerja tidak ikut serta
dalam pembuatan isi kesepakatan kerja waktu tertentu, akan tetapi pekerja
wajib mempelajari isi kesepakatan kerja waktu tertentu sebelum
mendatangani blanko Perjanjian Kerja Tersebut. Walaupun perjanjian
tersebut merupakan perjanjian baku namun perjanjian tersebut telah
memenuhi persyaratan untuk disah sebagai sebuah perjanjian sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
a. Sepakat dalam hal ini ditinjau dari adanya perjanjian kerja yang berupa
syarat persyaratan yang berupa blanko perjanjian kerja yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
52
b. Kecakapan dalam membuat sesuatu perjanjian, cakap yang dimaksud
disini adalah para pihak yang membuat perjanjian kerja yaitu antara
pekerja dengan PT. Gelatik Supra. Pekerja yangdimaksud disini orang
yang sudah mempunyai umur 21 tahun dan wanita sudah menikah 18
tahun.
c. Sesuatu hal yang dimaksud disini adalah obyek perjanjian tertentu dan
dapat ditentukan dalam hal ini adalah pekerjaan yang di yang diberikan
kepada pekerja waktu tertentu adalah sebagai Sales Promotion Girls
(SPG).
d. Isi dari kesepakatan kerja waktu tertentuantara PT. Gelatik Supra
dengan tenaga kerja tidak dilarang oleh Undang-Undang dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan dan kertertiban umum.
Jadi PT. Gelatik Supra telah memuat syarat-syarat Perjanjian Kerja
yang sah demi hukum. kesesuaian ini bisa dilihat dengan Pasal 1320 KUH
Perdata.
3. Bentuk Perjanjian Kerja PT. Gelatik Supra
NO Keterangan Isi
1 Judul Perjanjian Kerja
2 Komparisi
Pada Hari Ini, , yang bertandatangan
dibawah ini:
1. Nama : Santjaka Surja Putra
Jabatan : General Manager
Nama Perusahaan : PT. Gelatik Supra
Alamat : Plaza Ciputat Mas Blok B/GHWX, Jl.
Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat Tangerang 15412.
Dalam Hal Ini bertindak Untuk dan atas nama PT
gelatik Supra dan selanjutnya disebut sebagai Pihak
Pertama.
2. Nama :
NIP :
53
Jenis Kelamin :
Alamat KTP :
Alamat Domisili :
Tanggal Lahir :
No KTP :
Telp :
No Rekening :
Dalam Hal Ini bertindak untuk dan atas nama diri
sendiri dan selanjutnya disebut Sebagai Pihak
Kedua
3 Premis/Recital
Pihak Pertama dan Kedua Sepakat Untuk Membuat
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Selanjutnya
disebut dengan PK) dengan ketentuan-ketentuan
yang diatur.
Isi Perjanjian
4 Pasal 1
(Jenis Pekerjaan)
1. Pihak Pertama memberikan Pekerjaan Kepada
Pihak Kedua sebagai ( )
2. Bila dipandang Perlu Pihak Pertama akan
memberikan tugas dan pekerjaan lain yang
sesuai dengan kemampuan Pihak Kedua.
3. Pihak kedua bersedia ditempatkan dimana saja
pada lokasi kerja klien/pelanggan dari pihak
pertama berdasarkan Surat Perintah Tugas.
5 Pasal 2
(Jangka Waktu PK)
a. Pihak Pertama akan memperkerjakan Pihak
Kedua untuk Jangka Waktu 3 bulan terhitung
tanggal ( ) sampai dengan tanggal (
).
b. Jangka Waktu PK ini dapat dilakukan perbaikan
atas kesepakatan Pihak yang dibuat dalam suatu
Adendum tersendiri yang merupakan Bagian
54
yang tidak terpisahkan dari Keseluruhan isi PK.
c. Apabila tidak dilakukan perbaikan atau tidak
diperpanjang maka PK ini akan berakhir dengan
sendirinya pada tanggal berakhirnya PK dan
pihak kedua tidak akan menerima uang
pesangon dan pembayaran lainnya dari pihak
pertama, kecuali hak-hak yang belum
terbayarkan.
d. Selama Jangka Waktu PK berjalan, Pihak
Pertama akan melakukan penilaian terhadap
kinerja dan prestasi kerja Pihak Kedua, dan
apabila Pihak Kedua dinilai tidak cakap dalam
melakukan tugas dan tanggung jawabnya, maka
Pihak Kedua bersedia mengundurkan diri tanpa
pesangon atau pembayaran lainnya kecuali hak-
hak yang belum terbayarkan, dan PK ini menjadi
batal demi hukum.
e. Apabila dalam kurun waktu PK ini berjalan
Perjanjian Kontrak kerja antara pihak pertama
dengan Principal/Ckient berakhir atau berhenti
karena suatu alasan maka pihak kedua sepakat
bahwa PK ini berakhir dengan sendirinya. Pihak
kedua tidak akan menerima pesangon atau
pembayaran lainnya kecuali hak-hak yang belum
terbayarkan
6 Pasal 3
(Waktu Kerja)
Waktu Kerja disesuakan dan diatur berdasarkan
dengan jenis pekerjaan yang disebutkan pada pasal
1 ayat 1
55
7 Pasal 4
(Gaji dan Tunjangan)
Atas Pekerjaan yang di lakukan , maka pihak
kedua berhak atas:
a. Gaji Pokok Sebesar :Rp. –
b. Uang Harian :Rp. 200.000
c. Pulsa :Rp.-
d. Incentive Max (Variable) :Rp.-
e. Lain-lain :Rp.- “.
8 Pasal 5
(Hak dan Kewajiban lain)
1. Pihak kedua wajib mematuhi semua aturan
kerja dan tata tertib yang ditentukan, serta
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
dilingkungan tempatkerja.
2. Pihak kedua bekerja sesuai dengan standart
yang ditetapkan perusahaan.
3. Apabila ditetapkan pihak pertama, pihak kedua
diwajibkan memakai seragam kerja yang telah
ditentukan dalam melakukan pekerjaan di
lokasi kerja.
4. Pihak kedua menjamin sepenuhnya bahwa tidak
akan terjadi tuntutan dari pihak luar/pihak
ketiga kepada pihak pertama berkaitan dengan
perjanjian ini.
5. Pihak kedua wajib dan bertanggung jawab
dalam melaporkan hasil kerja kepada pihak
pertama.
9 Pasal 6
(Berakhirnya PK)
1. Hubungan Kerja Pihak Pertama dengan Pihak
Kedua berakhir tanpa mendapatkan Pesangon /
Kopensasi apapun, apabila:
a. Jangka Waktu PK telah habis sesuai dengan
waktu yang diperjanjikan pada Pasal 2.
b. Pihak Kedua Meninggal dunia
56
c. Apabila Pihak Kedua melakukan Perbuatan
/Kesalahan berat sebagai berikut :
1) Melakukan Tindak Pidana dilingkungan
perusahaan yang diancam pidana
penjara,
2) Memberikan Keterangan Palsu atau
dipalsukan,
3) Mabuk, meminum minuman keras yang
memabukkan,
4) Menyimpan, memakai dan atau
mengedarkan narkotika, psikotropika,
dan zat aditif lainnya di dilingkungan
perusahaan / tempat kerja,
5) Melakukan perbuatan asusila dan
perjudian di lingkungan kerja,
6) Menyerang, menganiaya, mengancam
atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha dilingkungan kerja,
7) Membujuk temen sekerja atau
pengusaha untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan,
8) Dengan ceroboh atau sengaja merusak
atau membiarkan dalam keadaan
berbahaya barang milik perusahaan
yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan,
9) Dengan ceroboh atau sengaja
membiarkan teman sekerjaatau
pengusaha dalam keadaan bahaya
ditempat kerja.
57
10) Bermain-main ditempat kerja sehingga
dapat membahayakan teman sekerja
walaupun telah diperingatkan,
11) Mengedarkan sokongan atau tanda
tangan suatu dukungan yang tidak ada
hubungannya dengan pemagangan atau
tanpa seijin perusahaan,
12) Membongkar atau membocorkan
rahasia perusahaan atau client/principal
yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara,
13) Melakukan pekerjaan lain atau
pekerjaan rangkap pada perusahaan lain
diluar diluar pekerjaan yang telah
ditetapkan, tanpa seijin Pihak Pertama,
14) Absen atau mangkir pada tanpa alasan
yang sah,
15) Melakukan perbuatan yang merugikan
Pihak Pertama atau Client/ Principal
Pihak Pertama,
16) Melanggar Ketentuan Kontrak yang
telah disepakati,
17) Tidak Mencapai Standard / target kerja
walaupun telah diperingatkan,
18) Perjanjian kerja sama kontrak kerja
antara pihak pertama dengan Client
berakhir (terhenti)
10 Pasal 7
(Sanksi Kerja)
1. Apabila Pihak kedua secara tiba-tiba
mengundurkan diri, maka pihak kedua harus
membayar ganti rugi (denda).
2. Apabila Pihak kedua tidak masuk kerja maka
58
pihak kedua tidak diijinkan untuk menentukan
pengganti tanpa persetujuan pihak pertama,
Apabila Pihak kedua melakukan inisiatif
tersebut maka pihak pertama berhak
memberikan sanksi pinaltisebesar jumlah hari
kerja yang di gantikan.
3. Disesuaikan dengan bobot kesalahan dan atau
kesalahan yang dilakukan oleh pihak kedua,
pihak pertama akan mengeluarkan peringatan
lisan atau peringatan tertulis berupa surat
peringatan pertama, surat peringatan kedua,
surat peringatan Ketiga dan terakhir.
4. Pihak Pertama berhak melakukan pemutusan
hubungan kerja secara sepihak apabila pihak
kedua terbukti melakukan hal yang disebutkan
pada Pasal 6 ayat 1c
Dalam hal terjadi perselisihan paham mengenai isi
PK ini maka kedua belah pihak sepakat untuk
meneyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat
namun apabila cara ini tidak berhasil maka kedua
pihak setuju untuk melimpahkan penyelesaiannya
kepada Departemen ketenagakerjaan untuk diproses
lebih lanjut.
11 Pasal 9
(Lain-Lain)
1. Naskah Perjanjian Waktu Tertentu ini dibuat
rangkap dua, keduanya asli, masing masig
pihak satu rangkap.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian
kerja ini akan ditetapkan kemudian.
12 Penutup Perjanjian Ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua
belah pihak dengan keadaan sadar tanpa paksaan
59
dari siapapun, untuk dilaksanakan sesuai dengan
yang diperjanjikan.
13
Catatan Khusus
(Pernyataan dari Pihak
Kedua)
Saya telah membaca, mengerti dan setuju dengan isi
perjanjian ini, dan dengan ini saya menyatakan
bahwa saya tidak akan melakukan tuntutan dalam
bentuk apapun terhadap perusahaan setelah
berakhirnya kontrak ini.
Tabel 4.1 Bentuk Perjanjian Kerja PT Gelatik Supra.
Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan atau tertulis.
Secara normatif bentuk perjanjian tertulis menjamin kepastian hak dan
kewajiban bagi para pihak, sehingga jika terjadi perselihan akan membantu
ketika proses pembuktian. Namun masih banyak perusahaan-perusahaan
yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis disebabkan
karena ketidak mampuan sumber daya manusia maupun karena ketidak
laziman atau atas dasar kepercayaan membuat perjanjian kerja secara lisan.
Perjanjian kerja dibuat antara PT. Gelatik Supra dengan tenaga kerja
sifatnya tertulis ini memiliki pengertian perjanjian kerja waktu tertentu itu
ada semenjak ada ikatan sepakat antara perusahan dengan pekerja itu
berarti arti perjanjian kerja waktu tertentu dibuat bersama antara
perusahaan dengan tenaga kerja dengan demikian dengan adanya kata
sepakat merupakan tanda keabsahan suatu kontrak. Berdasarkan data dan
informasi dari hasil penelitian data sekunder yang berupa blanko
Perjanjian Kerja.
Perjanjian Kerja yang ditandatangani oleh calon pekerja yang diterima
sebagai pekerja pada PT. Gelatik Supra. Hubungan kerja PT. Gelatik
Supra dengan tenaga kerja terjadi setelah sahnya perjanjian kerja. Isi dari
perjanjian kerja tersebut antara lain:
a. Identitas para pihak (Nama, yang diwakili oleh, jabatan, Nama
Perusahaan, Alamat Perusahaan, Nomor Induk Pegawai, Nomor
Pengenal KTP, Tempat dan Tanggal Lahir, Alamat KTP, Alamat
Domisili, Nomor Telepon dan Nomor Rekening).
60
b. Status dalam hubungan kerjanya (perjanjian kerja Harin atau),
c. Jabatan atau jenis pekerjaan,
d. Jangka waktu berlakunya perjanjian kerja,
e. Besarnya upah,
f. Hak dan Kewajiban,
g. Sanksi maupun kesanggupan dalam perjanjian kerja.
Perjanjian kerja di PT. Gelatik Supra telah dibuat secara tertulis, di
tuliskan dalam Bahasa Indonesia, dituliskan dalam huruf latin dan telah
memenuhi syarat-syarat, yaitu:
a. Harus mempunyai jangka waktu tertentu; atau
b. Adanya suatu pekerjaan yang selesai dalam waktu tertentu;
c. Tidak mempunyai syarat masa percobaan.
Berdasarkan Pasal 54 UU Ketenagakerjaan menyebutkan perjanjian
kerja sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha,
b. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja atau buruh,
c. Jabatan atau jenis pekerjaan,
d. Tempat pekerjaan,
e. Besarnya upah dan cara pembayaran,
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja atau buruh,
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja,
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.
Dengan melihat pokok-pokok yang mengatur tentang isi Perjanjian
Kerja maka isi perjanjian antara PT. Gelatik Supra dengan Tenaga kerja
telah memenuhi Standar perjanjian Kerja. Jika perjanjian kerja ini
bertentangan dengan ketentuan diatas, perjanjian tersebut akan dianggap
batal demi hukum.
Adapun faktor yang didasari oleh PT. Gelatik Supra untuk
mengadakan perekrutan melalui perjanjian kerja untuk waktu tertentu
karena berdasarkan UU Ketenagakerjaan. Berdasarkan penjelasan
61
pengusaha pada pekerja, pekerja telah mengerti dan sepakat mengenai isi
serta menandatangani surat perjanjian kerja tersebut, maka pekerja dapat
mulai bekerja di PT. Gelatik Supra. Dan sebaliknya jika pekerja tidak
menerima atau tidak sepakat mengenai perjanjian tersebut maka pekerja
dianggap mengundurkan diri atau tidak dapat bekerja di PT. Gelatik Supra.
Kemudian dari isi perjanjian kerja waktu tertentu di PT Gelatik Supra
sesuai dengan UU Ketenagakerjaan.
B. Analisis Pelaksanaan dan Isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di PT.
Gelatik Supra.
Dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu telah diatur dalam
KEPMEN Nomor 100/MEN/VI/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, dan Pasal 59 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam membuat suatu perjanjian kerja
tertentu memiliki batas 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang dan
diperbaharui satu kali karena suatu hal yang tertentu. Perpanjang tersebut
hanya dapat dilakukan 1 (satu) tahun Perjanjian kerja waktu tertentu tidak
boleh lebih dari 3 (tiga) tahun.
Hubungan kerja yang ada di PT.Gelatik Supra juga berpedoman pada
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu antara PT. Gelatik Supra dengan buruh atau
Pekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan Buruh atau Pekerja, selama
penelitian diketahui bahwa Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di
PT. Gelatik Supra sebagai berikut:
1. Identitas para pihak dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu diPT.
Gelatik Supra.
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat di PT.Gelatik
Supra ini ditandatangi oleh pihak PT. Gelatik Supra sebagai pihak pertama
yang diwakili oleh General Manager dengan pihak pekerja sebagai pihak
kedua. Perjanjian kerja Waktu tertentu tersebut diberi nama Perjanjian
Kerja (PK), dapat dilihat dari judul perjanjian kerja yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak.
62
2. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.
Hubungan kerja untuk waktu terjadi PT. Gelatik Supra dan tenaga
kerja terjadi setelah adanya mulai adanya kesepakatan kedua belah pihak
setelah mendatangani isi perjanjian kerja waktu tertentu.
3. Tempat kerja
Dalam clausula perjanjian kerja untuk waktu tertentu, pihakpertama
menentukan tempat atau bagian yang akan dipekerjakan atau lokasi kerja
bagi pihak kedua untuk bekerja berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT).
4. Pihak pertama memberikan jadwal kerja.
Pemberian jadwal kerja ini tidak diatur dalam perjanjian kerja
ataupun peraturan perusahaanmelainkan menyesuaikan tempat dimana
pekerja ditugaskan Namun PT Gelatik Supra juga mengatur jamkerja
sebagai berikut:
a. Kamis sampai dengan Minggu : 12.00 - 20.00 WIB (menyesuaikan
tempat di tugaskan)
b. Istrahat : 1 Jam (Sesuai dengan Peraturan Pekerja di tempatkan)
Berdasarkan Pasal 77 Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai
berikut:
1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
atau
b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
5. Pihak pertama memberikan upah
Upah diberikan dalam bentuk uang yang berlaku sebagai
alatpembayaran yang sah di Indonesia. Kemudian melalui hasil wawancara
dengan pekerja atau buruh, memberikan keterangan mengenai besaran
upah yang diterima oleh buruh atau pekerja adalah Rp. 200.000 Per hari
kerja sesuai keterangan dalam Perjanjan Kerja Pasal 4 dan akan di
63
bayarkan pertanggal 10 di bulan berikutnya melalui proses transfer
kerekening pekerja, namun hal tersebut tidak dicantumkan dalam
perjanjian kerja, jadi Pekerja tidak setiap hari bekerja, hanya di waktu
akhir pekan saja yaitu pada hari Kamis, Jumat, Sabtu dan minggu atau
sesuai keinginan dari PT. Gelatik Supra atau pun Perusahaan Pengguna
Jasa sebagai Client/ Principal. Setiap mereka bekerja maka perusahaan
akan memberikan Upah dengan mengkalkulasikan hari kerja dengan
besaran upah kerja sebagai berikut :
Upah : Upah Harian X Hari Kerja.
Pasal 7 ayat (2) dalam isi perjanjian kerja waktu tertentu apabila
pekerja Apabila Pihak kedua tidak masuk kerja maka pihak kedua tidak
diijinkan untuk menentukan pengganti tanpa persetujuan pihak pertama,
Apabila Pihak kedua melakukan inisiatif tersebut maka pihak pertama
berhak memberikan sanksi pinalti sebesar jumlah hari kerja yang di
gantikan.
Dalam hubungan kerja yang berdasarkan kepada Undang-Undang
Ketenagakerjaan. Berbagai kebijakan dikeluarkan untuk memberikan
perlindungan upah. Di dalamnya disebutkan setiap pekerja berhak
memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari
penghidupan yang layak adalah jumlah pendapatan pekerja dari hasil
pekerjanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan
keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan minuman, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan hari tua
kebutuhan hidup secara wajar ini merupakan peningkatan dari kebutuhan
hidup minimum dan kebutuhan fisik minimum. Oleh karena pemerintah
menerbitkan Pasal 88 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan
sebagai berikut:
a. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
64
b. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yangmelindungi
pekerja/buruh.
c. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
1) upah minimum;
2) upah kerja lembur;
3) upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
4) upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luarpekerjaannya;
5) upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
6) bentuk dan cara pembayaran upah;
7) denda dan potongan upah;
8) hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
9) struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
10) Upah untuk pembayaran pesangon; dan
11) upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
d. Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dandengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
6. Kesepakatan kerja berakhir
Hubungan kerja waktu tertentu di PT Gelatik Supra dengan tenaga
kerja kesepakatan kerja akan berakhir. Sesuai Pasal 2 ayat (3), (4) dan (5)
yaitu sebagai berikut :
e. Apabila tidak dilakukan perbaikan atau tidak diperpanjang maka PK
ini akan berakhir dengan sendirinya pada tanggal berakhirnya PK dan
pihak kedua tidak akan menerima uang pesangon dan pembayaran
lainnya dari pihak pertama, kecuali hak-hak yang belum terbayarkan.
f. Selama Jangka Waktu PK berjalan, Pihak Pertama akan melakukan
penilaian terhadap kinerja dan prestasi kerja Pihak Kedua, dan apabila
65
Pihak Kedua dinilai tidak cakap dalam melakukan tugas dan tanggung
jawabnya, maka Pihak Kedua bersedia mengundurkan diri tanpa
pesangon atau pembayaran lainnya kecuali hak-hak yang belum
terbayarkan, dan PK ini menjadi batal demi hukum.
g. Apabila dalam kurun waktu PK ini berjalan Perjanjian Kontrak kerja
antara pihak pertama dengan Principal/Client berakhir atau berhenti
karena suatu alasan maka pihak kedua sepakat bahwa PK ini berakhir
dengan sendirinya. Pihak kedua tidak akan menerima pesangon atau
pembayaran lainnya kecuali hak-hak yang belum terbayarkan.
Pasal 7 ayat (4) Perjanjian Kerja menyatakan : Pihak Pertama berhak
melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak apabila pihak kedua
terbukti melakukan hal yang disebutkan pada Pasal 6 ayat (1) c.
Menurut Pasal 61 Undang-Undang Ketenagakerjaan berakhirnya
perjanjian kerja sebagai berikut:
1) Perjanjian kerja berakhir apabila;
a) Pekerja meninggal dunia;
b) Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c) Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yangtelah
mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnyapengusaha atau
beralihnya hak atas perusahaan yangdisebabkan penjualan, pewarisan,
atau hibah.
3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh
menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain
dalam perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak
pekerja/buruh dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal
66
dunia, ahli waris pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah
merundingkan dengan pekerja/buruh.
4) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh
berhak mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau hak-hak yang telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
7. Hak dan kewajiban perusahaan dan pekerja.
Pada dasarnya hubungan kerja merupakan hubungan yangmengatur
memuat hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan.Hak dan
kewajiban masing-masing pihak haruslah seimbang. lehh sebab itu,
hakikat “hak pekerja merupakan kewajiban pengusaha”, dan sebaliknya
“hak pengusaha merupakan kewajiban pekerja. Kewajiban PT. Gelatik
Supra sebagai berikut:
a. Memberikan pekerjaan kepada pekerja
b. Memberikan jadwal kerja kepada pekerja
c. Memberikan upah kepada pekerja
Adapun kewajiban pekerja di PT. Gelatik Supra sebagai berikut:
a. Pekerja melaksanakan tugas yang dibebankan dengan penuhrasa
tanggung jawab, disiplin dan tunduk serta patuh pada peraturan
PT Gelatik Supra
b. Pekerja wajib mentaati dan melaksanakan semua peraturan dan
tata tertib yang dikeluarkan oleh PT. Gelatik Supra.
c. Pekerja wajib melaksanakan petunjuk, perintah atau intruksi yang
diberikan oleh atasnya
d. Pekerja baik sendiri atau bersama-sama wajib menjaga keamanan
dan keselamatan barang milik PT. Gelatik Supra
e. Pekerja wajib menjaga keamanan dan keselamatan sesame
pekerja
f. Perkerja harus menjaga rahasia Perusahaan.
8. Tempat perjanjian kesepakatan kerja waktu tertentu di buat.
67
Kesepakatan kerja waktu tertentu dibuat di PT. Gelatik Supra itu
sendiri yang beralamat dikawasan beralamat di Plaza Ciputat Mas Blok/
GHWX, Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Kel. Rempoa, Kec. Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. 15412, telah mengadakan
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu antara Perusahaan dengan tenaga
kerja.
9. Penyelesaian Sengketa
Dalam salah satu klausul Perjanjian Kerja Waktu tertentu yang
dibuat Oleh PT. Gelatik Supra dengan Pekerja menyatakan bahwa
“Dalam hal terjadi perselisihan paham mengenai isi PK ini maka
kedua belah pihak sepakat untuk meneyelesaikan secara musyawarah
untuk mufakat namun apabila cara ini tidak berhasil maka kedua pihak
setuju untuk melimpahkan penyelesaiannya kepada Departemen
ketenagakerjaan untuk diproses lebih lanjut”.
Dari pernyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa PT. Gelatik
Supra telah sepakat dengan Pekerja untuk menyelesaikan sengketa melalui
proses Bipartit dan apabila jalan Bipartit tak menemukan titik temu akan
menaikan ke tingkat Tripartit dan menunjuk Departemen Ketenagakerjaan
sebagai Pihak Pemerintah. Ini sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.
10. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja waktu tertentudi
buat berdasarkan kesepakatan Kerja waktu Tertentu. Dalamartinya PT.
Gelatik Supra sudah menyiapkan blanko Kesepakatan kerja waktu tertentu
pekerja mememberikan data yang diperlukan untuk melengkapi perjanjian
tersebut. Apabila pekerja tidak sepakat dengan peraturan yang di tetapkan
oleh PT. Gelatik Supra tidak perlu menandatanganinya.
Apabila blanko tersebut sudah di tangani Pihak pertama dan pihak
kedua hal ini menyatakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang dibuat
tersebut sudah sah.
68
Namun menurut penulis pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu
di PT. Gelatik Supra belum sejalan dengan Undang-Undang
Ketenagakerjaan untuk sebagian besar sudah dilakukan sesuai standar. Hal
ini bisa di lihat dalam isi perjanjian kerja waktu tertentu yang jadi
permasalahan adalah tidak di cantumkannya pengupahan secara detil dan
cara pembayaranya hal ini sesuai dengan Pasal 54 ayat 1 huruf (e)
Undang-Undang Ketenagakerjaan dan juga dalam Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu yang di adakan oleh PT. Gelatik Supra dengan Pekerja tidak
mencantumkan masalah kepesertaan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja
sebgai mana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian.
Walaupun dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian menyatakan bahwa kepesertaan dalam jaminan
Sosial Tenaga kerja dapat dilakukan perseorangan. Namun sebagai
perusahaan sudah seharusnya memberikan edukasi mengenai jaminan ini
kepada pekerja/buruh.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang sudah dikemukakan di bab-bab
sebelumnya, dengan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tinjauan Umum Bentuk Peraturan Perjanjian Kerja di Indonesia.
Perjanjian kerja dapat terjadi setelah adanya hubungan hubungan
kerja. Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan
bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan
kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
Bentuk Perjanjian Kerja di Indonesia Pada dasarnya ada 2 (dua)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tentu.
Diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor Ketenagakerjaan.
2. Perjanjian Kerja Pada Perusahaan Penyedia Jasa Tenaga Kerja
(Outsourcing) PT. Gelatik Supra Di Tangerang Selatan Provinsi Banten
Menurut KEPMEN Nomor 100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PKWT. PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja atau
buruh dengan pengusaha untuk mengadakan sebuah hubungan kerja dalam
kurun waktu tertentu atau untuk sebuah pekerjaan tertentu. Hubungan
kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja itu terikat dengan perjanjian.
PKWT yang di terapkan pada PT Gelatik Supra merupakan
pekerjaan yang tidak tetap yang merupakan bidang marketing atau
penjualan. Kesepakatan PKWT di PT Gelatik Supra belum sesuai dengan
Pasal 59 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Setelah ditelaah lebih jauh lagi ternyata isi dari PKWT yang di
sepakati antara PT. Gelatik Supra dengan Calon Pekerja tidak sesuai
70
dengan ketetapan Pasal 88 dan 99 Undang-Undang Ketenagakerjaaan.
Dimana PT. Gelatik Supra hanya menyantumkan Upah Harian saja.
PT. Gelatik supra tidak memberikan BPJS Tenaga kerja kepada
Pekerja atau buruh dalam Perjanjian Kerja. Dengan alasan tertentu Hal Ini
bertentangan dengan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kerja.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pemaparan yang sudah dikemukakan di bab-bab
sebelumnya, dengan ini penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebagai Perusahaan penyedia jasa tenaga kerja seharusnya Pengusaha
lebih menghormati hak-hak Pekerja atau buruh sehingga kedepannya
tidak menimbulkan permasalahan baru yang lebih rumit lagi.
2. Seharusnya dengan adanya Undang-Undang Ketenagakerjaan serta
peraturan yang mengikuti di bawahnya mampu melindungi hak-hak
pekerja atau buruh.
3. Perlunya penambahan personel pengawasan Ketenagakerjaan mulai dari
tingkat provinsi hingga kabupaten atau kota guna menekan tingkat
pelanggaran yang terjadi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikanto, Suharsimi, Menejemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
(Yogyakarta: Rieneka Cipta, 1991).
Ashadie, Zaeni, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakaerjaan Bidang Hubungan
Kerja), (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007).
Bambang, Joni, Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013).
Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya dibidang
Kenotariatan, (Bandung: Citra Aditya, 2010)
Darus Badrul zaman, Mariam, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni Bandung,
1994).
Hernoko, Yudha Agus, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak
Komersil, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014).
Husni, Lalu Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta: RajawaliPers, 2015).
_____, Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2015).
J Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002)
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989).
M. Syamsudi, Operasionalisasi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2007).
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Putra A. Bardin, 1990)
Miru, Ahmad, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011).
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia. (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000).
__________, Abdulkadir, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra AdityaBakti,
1990).
N. E. Algra, et al., Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia,
(Jakarta: BinaCipta, 1983).
72
Nurachmad, Moch, Tanya Jawab Seputar Hak-Hak Tenaga Kerja (Outsourcing),
(Jakarta: Visimedia, 2009).
Patrik, Purwahid, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, (Bandung:
Mandar Maju, 1994).
Prodjodikoro, Wiryono Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Bale, 1979).
R Joni Bambang, S, Hukum Ketenagakerjaan, ( Bandung: Pustaka Setia, 2013).
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2004).
Salim, Perkembangan Teori dalam IlmuHukum, (Jakarta: Rajagrafindo, 2002),
Cet ke-2.
Santoso, Agus, Hukum, Moral, & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014).
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001).
________, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2014)
________, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: UI Press,
2015)
Soepomo, Imam, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, (Jakarta:
Djambatan, 2016),
Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1995)
______, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa,1987).
______, R, dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum perdata, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 2006).
Sulaiman, Abdullah, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, 2018),.
Sulaiman, Abdullah, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, (Jakarta: Yayasan
Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2019),
________ Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012),
Sutedi, Adrian, Hukum perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
73
Syafiuddin, Muhammad, Hukum Kontrak Memahami Kontrak Dalam Prespektif
Filsafat Teori Dogmatis Dan Praktek Hukum,(Bandung: Mandar Maju,
2012).
Jurnal.
A. Hasoloan, Maruli. Penegakan Hukum Ketenaga kerjaan dan Inovasi
Pengawasan Ketenagakerjaan di Indonesia, Disampaikan pada symposium
Strategi peningkatan kepatuhan Norma Ketenagakerjaan melalui system
pengawas ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta: 4 april 2017).
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, Penyusunan dan
Pemutakhiran Data Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan dan
Ketransmigrasian Semester 2. (Banten: 2017).
Huda Ningrum, Fitria, Hubungan Antara Asas Kebebasan Berkontrak, Pacta Sunt
Servanda dan Itikad Baik, Jurna Repertorium, ISSN: 2355-2646, 1, 2,
(November, 2014).
M. Muhtarom, Asas-asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan dalam Membuat
kontrak, SUHUF, 26, 1 (Mei, 202014).
Oganisasi Perburuhan Internasional, Pengawasan Ketenagakerjaan: Apa dan
Bagaimana.
Raja Damaitu, Emanuel Perbandingan Asas Perjanjian dalam Hukum Islam dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jurnal Reperotorium, ISSN: 2355-
2646, 1, (Januari-Juni, 2014).
Sulaiman, Abdullah, Implementasi Sistem Outsourcing Tenaga Kerja Di
Indonesia :Pra dan Pasca Putusan MK tentang Outsourcing Tenaga Kerja,
(Studium General Prodi Ilmu hokum Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, 2013),
Tim Naskah Akademis BPHN, Naskah Akademis Loka Karya Hukum Perikatan,
(Jakarta: Balai Pembinaan Hukum Nasional, 1985).
Internet.
https://disnakertrans.bantenprov.go.id/id/read/visi-dan-
misi.htmlhttps://gelatik.co.id/id/layanan-kami/..
https://gelatik.co.id/id/tentang-kami/
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3199703/masalah-
outsourcing-di-ri-ruwet-ini-sebabnya.