Post on 16-Feb-2020
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG DIAJARKAN
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) KELAS X
DI SMA NEGERI SIMPANG SEMAMBANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Ririn Arni Dahniar1, Tri Ariani, M.Pd. Si2, Yaspin Yolanda, M.Pd. Si3
Email : Ririn.dahniar1995@gmail.com
ABSTRACT
This thesis titled "Differences in Learning Outcomes Physics
Students Taught by Using Cooperative Learning Model Type Student
Teams Achievement Division (STAD) and Team Games Tournament
(TGT) Class X SMA Negeri Simpang Semambang in academic year
2016/2017. The purpose of this study was to determine differences in
physics learning outcomes of students who are taught by using
cooperative learning model Student Teams Achievement Division
(STAD) and Team Games Tournament (TGT) Class X SMA Negeri
Simpang Semambang in academic year 2016/2017. This research is
a quantitative research methods of experimental research conducted
with a comparison group design pretest-posttest control group
design. As the population is all students of class X SMA Simpang
Semambang the academic year 2016/2017, which consists of 106
students and a sample of X class A as an experimental class I and X
B as an experimental class II. Data collection techniques make use
of the testing techniques. Student test score data were analyzed using
t-test. based on data analysis of post-test experimental class I and
class II experiment at a level of 95% obtained thitung = 4.04 and ttabel
= 2.00 for thitung > ttabel, So we can conclude that there are
differences in the physics differences in learning outcomes of
students who are taught by using cooperative learning model Student
Teams Achievement Division (STAD) and Team Games Tournament
(TGT).
Keyword: Cooperative Learning, STAD, TGT, Physics Learning
Outcomes
PENDAHULUAN
Fisika merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
berawal dari fenomena alam (Giancoli, 2001:2). Belajar IPA (termasuk fisika)
berfungsi untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa dan membangun
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
pengetahuan siswa. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan antara lain sikap
positif dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran
fisika memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
penyelidikan secara sistematis, memahami konsep, dan hubungan antar konsep
berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran
fisika memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari,
mempertanyakan, dan mengeksplorasi pengetahuan. Ilmu fisika cukup kontributif
dalam menunjang kemajuan teknologi dan ilmu fisika memiliki peran yang cukup
besar mulai dari teknologi yang sangat sederhana sampai teknologi berdesain
sangat rumit.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal
16 Januari 2016 dengan salah seorang guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri
Simpang Semambang, diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran
berlangsung guru telah berusaha untuk menyajikan materi pembelajaran seefektif
mungkin untuk menarik perhatian siswa dan memudahkan siswa untuk
memahami konsep materi pelajaran yaitu dengan cara menerangkan inti materi
pelajaran kemudian memberikan contoh-contoh soal yang bervariasi dan
selanjutnya siswa dibimbing mengerjakan soal-soal tersebut.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal atau
latihan-latihan yang diberikan oleh guru, ini terjadi karena siswa sering
beranggapan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit karena
banyak menggunakan rumus dan juga masih banyak siswa yang kurang aktif
bertanya saat guru menjelaskan. Ada juga faktor dari diri siswa yang malas untuk
belajar. Berdasarkan hasil belajar diketahui bahwa rata-rata hasil belajar fisika
siswa masih sangat rendah, hal ini dilihat dari nilai semester ganjil tahun
2015/2016 di kelas X kurang dari sebagian siswa yang mencapai nilai KKM 70.
Hal tersebut membuktikan bahwa hampir sebagian siswa belum mencapai nilai
KKM.
Dalam proses pembelajaran fisika memerlukan strategi yang tepat supaya
hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran fisika, kemandirian serta keaktifan siswa cenderung masih rendah.
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Ini disebabkan karena siswa beranggapan bahwa fisika itu rumit dan hanya
berpacu pada rumus-rumus yang membuat mereka menjadi bosan dan malas
untuk mempelajarinya. Oleh karena itu diperlukan perhatian dan perbaikan dalam
proses pembelajaran fisika di sekolah melalui pemilihan model, metode, atau
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar
sehingga bermuara pada hasil belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan
tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran fisika secara
kooperatif merupakan salah satu alternatif solusi guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapai. Hal ini dikarenakan pembelajaran kooperatif dapat membuat
siswa bekerja sama dan dapat saling membimbing dalam proses pembelajaran dan
mampu membuka cakrawala siswa untuk berargumentasi serta membuktikan
hipotesis yang telah dipelajari, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa
bukan pada guru (teacher centered) seperti sekarang ini. Jhonson dalam Trianto
(2009:57) menjelaskan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran
kooperatif saat melibatkan siswa secara aktif diantaranya model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament
(TGT).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa yang
Diajarkan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT)
Kelas X di SMA Negeri Simpang Semambang tahun pelajaran 2016/2017”.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada perbedaan hasil
belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games
Tournament (TGT) kelas X di SMA Negeri Simpang Semambang Tahun
Pelajaran 2016/2017?”.
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan
Team Games Tournament (TGT) kelas X di SMA Negeri Simpang Semambang
tahun pelajaran 2016/2017.
LANDASAN TEORI
Slavin (2005:143) mendefinisikan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model
pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin.
Rusman (2013:214) mendefinisikan bahwa model pembelajaran Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang
pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kompeherensif untuk subjek
tertentu. Model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini
mudah digunakan bagi para guru pemula karena selain mudah dipahami, model
pembelajaran ini terdapat siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Berdasarkan penjabaran tentang model kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) di atas dapat disimpulkan bahwa tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif
yang mana siswa-siswa dikelompokkan dalam 4-5 anggota berdasarkan tingkat
kepandaian dan jenis kelamin. Komponen utama dalam Student Teams
Achievement Division (STAD) adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individu, dan rekognisi tim.
Rusman (2013:224) mendefinisikan bahwa model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa-siswa dalam kelompok belajar yang
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
dan suku atau ras yang berbeda. Fathurrohman (2015:55) mendefinisikan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah suatu model
pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
model ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur
permainan yang dapat memberikan semangat dan mengandung reinforcement.
Secara umum model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) kecuali TGT menggunakan turnamen
akademik dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan tim lain
yang kinerja akademik sebelumnya setara dengan mereka.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan keaktifan siswa dalam memainkan permainan
(game) yang dikemas dengan membentuk anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan metetode eksperimen, berdasarkan tujuan yang ingin dicapai,
maka penelitian ini menggunakan pola desain penelitian Pretest-Posttest Control
Group Design. Desain penelitian ini tes dibagi menjadi dua kelompok eksperimen
dan membedakan dua perlakuan antara kelompok eksperimen I dan kelompok
eksperimen II. Dimana kelompok eksperimen I menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan
kelompok eksperimen II menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT). Dalam penelitian ini ada dua bentuk variabel bebas
dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement (STAD) dan Team
Games Tournament (TGT). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar fisika siswa.
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri Simpang Semambang yang berjumlah 106 siswa, sedangkan sampel yang
diambil yaitu dua kelas yang diambil secara simple random sampling, sampel
pada penelitian ini adalah kelas X A sebagai kelas eksperimen I menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dan kelas X B sebagai kelas eksperimen II menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Teknik
pengumpulan data hasil belajar yang digunakan adalah teknik tes. Tes yang
diberikan berbentuk soal uraian sebanyak 8 butir soal yang telah memenuhi
kriteria validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Simpang Semambang tahun
pelajaran 2016/2017. Sebelum pelaksanaan penelitiaan dimulai, terlebih dahulu
melakukan uji coba instrument di kelas XI IPA 2 yang berguna untuk mengetahui
kualitas soal yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti melakukan empat kali pertemuan yaitu dengan rincian satu kali
mengadakan tes kemampuan awal (pre-test), dua kali mengadakan pembelajaran
atau pemberian perlakuan dan satu kali mengadakan tes kemampuan akhir (post-
test). Pemberian pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Sedangkan pemberian post-test digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan dalam penguasaan materi
pengukuran (panjang, massa, dan waktu) yang merupakan hasil belajar siswa
sebelum diterapkan model pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini dimulai
dengan pemberian tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II. Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan dalam penguasaan
materi pengukuran (panjang, massa, dan waktu) yang merupakan hasil belajar
siswa setelah melakukan proses pembelajaran pada akhir penelitiaan ini yaitu
pertemuaan keempat pembelajaran. Adapun bagan perbedaan nilai rata-rata pre-
test dan post-test pada kelas eksprimen 1 (model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division) dan kelas eksperimen 2 (model
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament) dapat dilihat pada
gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Bagan Perbedaan nilai rata-rata Pre-test dan Post-test
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil siswa berdistribusi
normal atau tidak.
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Kelas 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 dk 𝝌𝟐
𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan
Pre-test Eksperimen I 5,71 5 11,07 Normal
Pre-test Eksperimen II 9,38 5 11,07 Normal
Post-test Eksperimen I 6,97 5 11,07 Normal
Post-test Eksperimen II 2,76 5 11,07 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
data tes awal (pre-test) dan tes
akhir (post-test) untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II lebih kecil dari
pada 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
. Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan
uji kecocokan 𝜒2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa tes awal (pre-test) dan
tes akhir (post-test) untuk kedua kelas berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
dengan dk = 6 karena 𝜒2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
< 𝜒2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas
yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pre - Test Post -Test
Eksperimen I
Eksperimen II
05,0
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Tabel 4.3
Uji Homogenitas
Kelas 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Dk 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan
Pre-Test 1,09 33;40 1,74 Homogen
Post-Test 1,51 33;40 1,74 Homogen
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa varians kedua data pada pre-test dan post-
test dalah homogen karena Fhitung < Ftabel pada taraf kepercayaan
dengan dk = 33;40.
Uji kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan pada pada kelompok eksperimen I menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan kelas
eksperimen II menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT).
Tabel 4.5
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Tes 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 Dk 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan
Pre-test 1,201 60 2,00 thitung < ttabel, H0 diterima
Post-Test 4,04 60 2,00 thitung> ttabel Ho ditolak
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan
awal (pre-test) siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas eksperimen
II mempunyai kemampuan awal yang sama karena thitung< ttabel (1,201 < 2,00),
sedangkan analisis uji-t mengenai kemampuan akhir (post-test) siswa
menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (4,04 > 2,00) dengan taraf kepercayaan
𝛼 = 0,05, maka maka Ha diterima dan H0 ditolak. Maka, dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen I
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) kelas eksperimen I yang diajarakan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) kelas X SMA Negeri Simpang Semambang tahun pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
05,0
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Proses pembelajaran kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yaitu peneliti
mempresentasikan materi yang akan didiskusikan oleh siswa, setelah peneliti
mempresentasikan materi yang akan didiskusikan maka siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok tim, anggota kelompok untuk setiap kelompok terdiri dari 5
orang siswa dan telah dibagi oleh peneliti sebelum pelajaran dimulai berdasarkan
tabel heterogenitas siswa yang diambil dari hasil nilai tes pengetahuan IPA pada
Penerimaan Siswa Baru (PSB) SMA Negeri Simpang Semambang tahun ajaran
2016/2017. Jumlah siswa di dalam kelas ekperimen I terdiri dari 35 siswa, maka
peneliti membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa yang
masing-masing kelompok terdiri dari 1 siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, 3 orang berkemampuan akademik sedang, dan satu orang yang
berkemampuan akademik rendah. Kemudian guru membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan memberikan petunjuk untuk melakukan percobaan dan guru
menginstruksikan siswa untuk saling membimbing dan bergantian dalam
melakukan percobaan. Selanjutnya perwakilan anggota kelompok
mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok ke depan kelas.
Lembar Kerja Siswa (LKS) dinilai oleh peneliti dimana kelompok 1
mendapatkan nilai 78, kelompok 2 mendapatkan nilai 60, kelompok 3
mendapatkan nilai 75, kelompok 4 mendapatkan nilai 82,5, kelompok 5
mendapatkan nilai 65 kelompok 6 mendapatkan nilai 72, dan kelompok 7
mendapatkan nilai 70.
Guru mempersiapkan siswa untuk mengerjakan kuis secara individu. Setiap
masing-masing individu mendapatkan poin atas kuis yang dikerjakannya dan
kemudian poin ini akan dikumpulkan dan akan dihitung menjadi Poin
Peningkatan Kelompok (PPK). Penghargaan atas keberhasilan tim, maka setiap
tim yang memenuhi kriteria diberikan penghargaan, pada pertemuan pertama, skor
awal setiap masing-masing menggunakan skor tes kemampuan IPA pada tes
Penerimaan Siswa Baru (PSB) dan dibandingkan dengan skor perolehan saat kuis,
selisih antara nilai skor awal siswa dan skor kuis menjadi skor kemajuan individu,
skor kemajuan individu menjadi acuan bagi peneliti untuk menghitung poin yang
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
diperoleh setiap siswa, dan hasil perhitungan poin yang dikumpulkan oleh
masing-masing anggota kelompok maka ditetapkan bahwa kelompok 1
memperoleh Poin Peningkatan Kelompok (PPK) sebesar 16 poin dan ditetapkan
sebagai kelompok hebat (Great Team), kelompok 2 memperoleh Poin
Peningkatan Kelompok (PPK) sebesar 8 poin dan ditetapkan sebagai kelompok
baik (Good Team), kelompok 3 memperoleh Poin Peningkatan Kelompok (PPK)
sebesar 12 poin dan ditetapkan sebagai kelompok baik (Good Team), kelompok 4
memperoleh Poin Peningkatan Kelompok (PPK) sebesar 20 poin dan ditetapkan
sebagai kelompok hebat (Good Team), kelompok 5 memperoleh Poin Peningkatan
Kelompok (PPK) sebesar 8 poin dan ditetapkan sebagai kelompok baik (Good
Team), kelompok 6 memperoleh Poin Peningkatan Kelompok (PPK) sebesar 10
poin dan ditetapkan sebagai kelompok baik (Good Team), dan kelompok 7
memperoleh Poin Peningkatan Kelompok (PPK) sebesar 12 poin dan ditetapkan
sebagai kelompok baik (Good Team).
Proses pembelajaran kelas eksperimen II menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) yaitu peneliti
mempresentasikan materi yang akan didiskusikan oleh siswa, setelah peneliti
mempresentasikan materi yang akan didiskusikan maka siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok tim, anggota kelompok untuk setiap kelompok terdiri dari 5
orang siswa dan telah dibagi oleh peneliti sebelum pelajaran dimulai berdasarkan
tabel heterogenitas siswa yang diambil dari hasil nilai tes pengetahuan IPA pada
Penerimaan Siswa Baru (PSB) SMA Negeri Simpang Semambang tahun ajaran
2016/2017. Jumlah siswa di dalam kelas ekperimen I terdiri dari 35 siswa, maka
peneliti membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa yang
masing-masing kelompok terdiri dari 1 siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, 3 orang berkemampuan akademik sedang, dan satu orang yang
berkemampuan akademik rendah. Kemudian guru membagikan bahan ajar dan
mengintruksikan siswa untuk berdiskusi sekaligus membimbing siswa berdiskusi
secara klasikal. Siswa yang berkemampuan akademik tinggi menjadi anggota
kelompoknya dan membimbing setiap anggota kelompoknya agar dapat
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
memahami materi pengukuran. Perwakilan anggota kelompok mempresentasikan
hasil diskusi masing-masing kelompok ke depan kelas. Guru mempersiapkan
siswa untuk mengikuti games tournament.
Peneliti mengintruksikan siswa untuk menyiapkan 5 meja turnamen dan
meletakkan kartu soal dan kunci jawaban di dalam amplop sebanyak 10 buah
yang terdiri dari 10 butir soal esai dan 1 soal memiliki skor 30 poin. Setiap meja
turnamen terdiri dari 7 siswa yang memiliki kemampuan yang sama sebagai
perwakilan dari setiap kelompoknya. Setiap siswa dalam satu meja mengambil
nomor undian secara acak dimana untuk meja 1 yang terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi.
Hasil dari pengumpulan poin oleh setiap perwakilan anggota masing-
masing kelompok dijumlahkan dan dibagi jumlah anggota kelompok maka
didapatkan hasil yaitu kelompok 3 dengan perolehan Poin Peningkatan Kelompok
(PPK) 54 sebagai kelompok istimewa, kelompok 2 dengan perolehan Poin
Peningkatan Kelompok (PPK) 48 sebagai kelompok baik sekali, dan kelompok 4
dengan perolehan PPK 42 sebagai kelompok baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data post-test kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II dengan taraf kepercayaan 95% didapat thitung = 4,04 sedangkan ttabel
= 2,00, karena thitung > ttabel, H0 ditolak dan Ha diterima. berarti skor rata-rata kelas
eksperimen I tidak sama dengan skor rata-rata kelas eksperimen II. Maka, dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas
eksperimen I yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) kelas eksperimen I
yang diajarakann dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) kelas X SMA Negeri Simpang Semambang tahun
pelajaran 2016/2017.
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Teori, Diagnosisi, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Giancoli, Douglass. 2001. Jilid Ke Dua Edisi ke 5 Fisika. Jakarta: Erlangga.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Mulyasa. H.E. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Afabeta.
Suherman, E. dan Yaya Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.=
1Alumni STKIP-PGRI, 2dan3 Dosen Prodi Fisika
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: KENCANA.
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto. 2009. Medesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
KENCANA
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana
Uno dan Muhammad. 2011. Belajar dengan pendekatan PALKEM. Jakarta: Bumi
Aksara.