Post on 20-Jun-2015
]
PERANG RUSIA-JEPANG SEBAGAI GERBANG AWAL HANCURNYA
KEKAISARAN RUSIA
Disusun oleh:
Abdul Safiek Bachdar
0806355424
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Sejarah Dunia
Program Studi Prancis
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2010
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perang Rusia Jepang
Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia tepat pada waktunya.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Dunia. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan ingkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………,,,.. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 11.2 Permasalahan………………………………………………………………..... 21.3 Tujuan………………………………………………………………………… 2
BAB II PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP REVOLUSI RUSIA………………………………………………………………………………………… 3
2.1 Asal Mula Perang …………………………………………………………….. 3
2.2 Pertempuran di Laut Port Arthur……………………………………………... 5
2.3 Pertempuran Tsushima……………………………………………………….... 5
2.4 Perjanjian Portsmouth…………………………………………………………. 7
2.5 Revolusi Rusia……………………………………………………………….....8
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………... 8
BIBLIOGRAFI……………………………………………………………………………….. 9
Lampiran………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, ketika monarki-monarki di Eropa Barat
mulai memakai sistem parlemen dan memberlakukan struktur pemilihan umum, Imperium Rusia
justru menunjukkan arah yang berlawanan. Rusia masih merupakan negara dengan kekuasaan
tsar (kaisar) yang absolut, yang tidak terbatasi oleh organ-organ lainnya. Werth (2000)1 mencatat
bahwa Undang-Undang Imperium Rusia yang dikeluarkan pada tahun 1892 mewajibkan
kepatuhan penuh kepada tsar, dimana kekuasaannya ditetapkan sebagai “adikuasa dan tidak
terbatas”, karena memiliki legitimasi kekuasaan sebagai pewaris Imperium Bizantium, tsar
diasumsikan mendapatkan hak kekuasaan langsung dari Tuhan. Hal inilah yang membuat
posisinya tidak terbantahkan.
Dalam menjalankan kekuasaan, imperator bertumpu pada sentralisasi dan sistem hirarki
yang ketat aparat birokrasi. Para menteri dan penasehat tidak lebih dari sekedar badan-badan
konsultasi yang tidak sedikitpun membatasi kebebasan imperator. Kepala Pemerintah Rusia Tsar
Nicholas II tidak mau memberikan hak-hak politik yang sungguh-sungguh kepada warga
negaranya. Duma (Dewan Rakyat) yang dibentuk atas perintah Tsar Nikolay Aleksandrovich
atau Tsar Nicholas II ini pun tidak sepenuhnya mewakili rakyat, hanya sebagai badan penasehat
saja. Terlebih dengan susunan pemerintahannya yang buruk dimana pemerintahan tidak disusun
secara rasional, tetapi atas dasar favoritisme (mementingkan kesukaan terhadap seseorang). Tsar
tidak memilih orang-orang yang cakap, tetapi hanya orang yang disukainya untuk duduk di
pemerintahan.
Perbedaan sosial yang mencolok juga menghiasi susasan politik saat itu. Tsar dan kaum
bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat terutama para petani dan buruh hidup
miskin dan sengsara. Meskipun Menteri Pertanian Rusia, Pyotr Arkadyevicn atau yang lebih
dikenal dengan Stolypin, pada tahun 1906 melakukan program-program yang mendasari
perubahan secara besar dalam bidang agrarian, namun tetap saja perubahan tidak dapat
sepenuhnya dilakukan. Hal ini dikarenakan kaum bangsawan masih tetap menjadi penguasa atas
1 Lihat Nicolas Werth, Istoriya Rossiskogo Gosudarstva (tahun 2000), halaman 7.
tanah-tanah yang cukup luas yang dikerjakan oleh para petani. Sehingga timbulah pergolakan
kaum petani yang menuntut tanah garapannya menjadi miliknya.
Sehingga pada awal abad-20, Rusia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat (1900-
1903) dan periode depresi yang panjang (1904-1908) dan terselematkan oleh loncatan ekonomi
pada empat tahun berikutnya. Namun demikian, situasi revolusioner yang telah terbangun di
kancah sosial politik terus tumbuh subur. Otokrasi yang bertumpu kekuatan kelas bangsawan
masih tetap bertahan walaupun mulai mendapat rongrongan dari gerakan-gerakan revolusioner.
Situasi dalam negeri diperberat dengan terjadinya perang antara Rusia dan Jepang.
1.2 Permasalahan
Apakah perang yang terjadi antara Rusia dan Jepang merupakan salah satu penyebab
timbulnya gerakan revolusioner yang mengakhiri imperium kekasisaran Rusia yang telah
dibangun selama berabad-abad?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan kronologis Perang Rusia-Jepang serta
menjelaskan pengaruh perang tersebut terhadap munculnya revolusi yang terjadi di Rusia oleh
serangkaian gerakan-gerakan revolusioner yang telah menggulingkan kekuasaan kekaisaran di
negara tersebut.
BAB II
PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP
REVOLUSI RUSIA
Perang Rusia-Jepang merupakan momen penting bagi bangsa Asia yang selalu dipandang
sebelah mata. Perang Rusia-Jepang (10 Februari 1904–5 September 1905) merupakan konflik
yang sangat berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi imperialis Rusia dan Jepang di
Manchuria dan Korea. Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan kota Port Arthur dan
Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.
2.1 Asal Mula Perang
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, berbagai negara Barat bersaingan
memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur sementara Jepang berjuang
untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi Jepang mendorongnya untuk
memusatkan perhatian pada Dinasti Choson Korea dan Dinasti Qing di Tiongkok utara, sehingga
membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya Jepang untuk menduduki
Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang.
Kekalahan yang dialami Jepang dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya
Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya
atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lüshunkou (sering disebut Port Arthur). Namun, tiga
kekuatan Barat (Rusia, Kekaisaran Jerman dan Republik III Prancis ) melalui Intervensi Tiga
Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan
Rusia (tahun 1898) merundingkan penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan
Tiongkok. Sementara itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria
dan Rusia maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea.
Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkan dengan Rusia, Jepang
mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903, memutuskan hubungan diplomatik
pada 6 Februari, dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan
pernyataan perang pada 10 Februari. Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak dapat
dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah dikeluarkan. Namun demikian,
setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan bahwa ini adalah salah satu contoh bahwa
Jepang suka melakukan serangan mendadak.
Perang tahun 1904 Port Arthur, di Jazirah Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat
Rusia hingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan kekuasaan
laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer pertama mereka adalah
menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 Februari malam, armada Jepang di bawah
pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai peperangan dengan sebuah serangan torpedo
mendadak pada kapal-kapal Rusia di Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia
rusak parah. Serangan-serangan itu berkembang menjadi Pertempuran Port Arthur esok paginya.
Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun terjadi.
Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil menyerang Rusia dengan menggunakan
meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan armada Rusia menolak untuk meninggalkan
pelabuhan itu dan pergi ke laut terbuka, khususnya setelah kematian Admiral Stepan Osipovich
Makarov2 pada 13 April. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi sebuah
pasukan Jepang untuk mendarat dekat Incheon di Korea, dan dari sana mereka menduduki Seoul
dan berikutnya seluruh Korea. Pada akhir April, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap
menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia.
Sebagai jawaban terhadap strategi Jepang yang memberikan kemenangan cepat untuk
menguasai Manchuria, Rusia melakukan tindakan-tindakan penghalang untuk memperoleh
cukup waktu untuk menunggu tibanya pasukan-pasukan tambahan yang datang melalui jalan
kereta api Trans-Siberia yang panjang.
Pada 1 Mei, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu. Dalam pertempuran ini pasukan-
pasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka menyeberangi sungai itu tanpa
menghadapi perlawanan. Ini adalah sebuah pertempuran besar pertama dari perang ini di daratan.
Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria,
serta melakukan sejumlah pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia ke Port
Arthur. Pertempuran-pertempuran ini, termasuk Pertempuran Nanshan pada 25 Mei, ditandai
oleh kekalahan besar Jepang dalam penyerangan kepada sejumlah posisi kuat Rusia, tetapi
tentara Rusia tetap bersikap pasif dan tidak melakukan serangan balasan.
2 Russian naval commander in charge of the Pacific fleet at the start of the Russo-Japanese War in 1904 (Britannica.com)
Di laut, perang ini sama brutalnya. Setelah penyerangan pada 8 Februari terhadap Port Arthur,
pasukan Jepang berusaha mencegah pasukan Rusia menggunakan pelabuhan itu.
Perang ini menandai bangkitnya kekuatan Asia menandingi kekuatan Barat yang
berkuasa di Tiongkok saat itu. Kemenangan ini membuat kekuatan Barat harus
memperhitungkan Jepang dalam urusan politik di Asia. Selain itu, kemenangan ini memicu
kebangkitan nasional di negara-negara Asia lainnya yang sedang terjajah oleh negara Eropa.
2.2 Pertempuran di Laut Port Arthur
Pertempuran Laut Port Arthur (Bahasa Jepang: 旅 順 攻 囲 戦 , Ryojunkou Isen, 8–9
Februari 1904) adalah pertempuran pembuka Perang Rusia-Jepang. Pertempuran dimulai dengan
serangan tiba-tiba pada malam hari oleh skuadron kapal perusak Jepang yang dikomandani oleh
Laksamana Heihachiro Togo serta wakilnya Laksamana Shigeto, terhadap armada Rusia
(dikomandoni Oskar Victorovich Stark) yang berlabuh di Port Arthur, Manchuria, dan
dilanjutkan dengan suatu pertempuran besar pagi berikutnya. Pertempuran berakhir tanpa hasil
pasti, dan pertempuran-pertempuran kecil di sekitar Port Arthur terus berlangsung hingga Mei
1904. Perang ini menjatuhkan korban sebanyak 90 orang dari pihak Jepang dan 150 orang serta 7
kapal rusak.
2.3 Pertempuran Tsushima
Pertempuran Tsushima (bahasa Rusia: Цусимское сражение) atau Pertempuran Selat
Tsushima adalah pertempuran laut terakhir dan paling menentukan sepanjang Perang Jepang-
Rusia (1904–1905). Pertempuran terjadi di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905 (14-15 Mei
menurut kalender Julian yang waktu itu digunakan di Rusia) dan merupakan pertempuran laut
terbesar di era kapal tempur Pra-Dreadnought3.
Kapal-kapal uap dari Armada Gabungan Kekaisaran Jepang di bawah komando
Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan dua pertiga Armada Baltik Kekaisaran Rusia di
bawah komando Laksamana Zinovy Rozhestvensky. Sejarawan Edmund Morris dalam buku
Theodore Rex menyebut Pertempuran Tsushima sebagai pertempuran terbesar setelah
Pertempuran Trafalgar. Kekalahan Rusia membuka jalan bagi Perjanjian Portsmouth yang
mengakhiri Perang Rusia-Jepang 1904-1905.
3 British battleship launched in 1906 that established the pattern of the turbine-powered, "all-big-gun" warship, a type that dominated the world's navies for the next 35 years. (Britannica.com)
Armada Baltik Rusia yang dikirim dari Eropa bertempur melawan Armada Gabungan
Jepang di perairan Selat Tsushima antara Semenanjung Korea dan Jepang. Sebelumnya, 10
Agustus 1904, Armada Pasifik Rusia sudah berantakan dalam Pertempuran Laut Kuning
dikalahkan armada Jepang. Armada Baltik berlayar melewati Laut Utara, dan menyebabkan
insiden diplomatik di Dogger Bank (lepas pantai Inggris) akibat menyerang armada nelayan
Britania. Pelayaran diteruskan melalui Afrika dan berlabuh di Indocina. Perjalanan begitu
panjang dan meletihkan, dan akibatnya moral awak kapal mulai anjlok. Armada Baltik mulanya
diperintahkan untuk membuka blokade Jepang terhadap Lüshunkou, tapi jauh sebelum Armada
Baltik tiba, wilayah tersebut sudah jatuh ke tangan Jepang. Armada Baltik sedang berlayar ke
pelabuhan Rusia di Vladivostok melewati wilayah perairan Selat Tsushima ketika ditemukan
kapal penjelajah Jepang.
Armada Baltik mempunyai tiga rute yang bisa dilewati untuk sampai di Vladivostok:
Selat La Pérouse, Selat Tsugaru, dan Selat Tsushima. Laksamana Rozhestvensky memilih Selat
Tsushima yang memisahkan Kyushu dan Semenanjung Korea. Selat Tsushima merupakan rute
terdekat menuju Vladivostok. Dua rute lainnya adalah jalan memutar melewati Samudra Pasifik.
Laksamana Togo yang berpangkalan di Busan, Semenanjung Korea sudah memperkirakan Selat
Tsushima bakal dilewati armada Rusia.
Dua kapal rumah sakit yang mengikuti armada Rusia terlihat kapal penjelajah Jepang.
Armada Rusia berlayar dari selatan-barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang dari
datang dari barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya,
Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per satu agar
bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah dengan selamat, dan
kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter.
Era pertempuran laut modern dimulai ketika kedua belah armada mulai saling
melepaskan tembakan meriam. Sebelum Pertempuran Tsushima, kapal-kapal dalam pertempuran
laut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang lebih dekat. Laksamana Togo unggul karena
armada Rusia tidak bersiap menghadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang
Jepang sudah terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada
Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan lebih sering mengenai
sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang waktu itu lebih baik dibandingkan amunisi Rusia.
Tembakan meriam kapal-kapal Jepang juga lebih akurat karena memiliki lebih banyak instrumen
pengukur jarak dibandingkan kapal Rusia.
Armada Baltik waktu itu sedang tidak dalam keadaan siap tempur. Selain 4 kapal perang
terbaru kelas Borodino, Armada Baltik terdiri dari kapal model lama dan tidak terpelihara
dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung kapal kotor karena
kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal Rusia menjadi berkurang. Kapal-
kapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan
kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17
km/jam). Laksamana Togo memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat
melakukan taktik pertempuran laut Crossing the T sebanyak 2 kali.
Laksamana Rozhestvensky tewas seketika akibat pecahan logam di kepala. Dalam sehari
pada 27 Mei 1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz' Suvorov, Oslyabya, Emperor
Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan ringan, terutama
Kapal tempur Jepang Mikasa. Menjelang malam, Laksamana Muda Nebogatov mengambil alih
komando armada Rusia.
Di malam hari, kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal
armada Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha malarikan diri ke
utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur Sisoy Veliki dan
dua kapal.
Dalam perang tersebut Rusia mengalami kekalahan yang amat memalukan.
Tenggelamnya Kapal tempur Rusia Varyag dan terbenuhnya komandan Armanda Pasifik Stepan
Makarov bersama kapal Petropavlosk yang dipimpinnya, serta kekalahan skuadron II pasifik di
Pulau Tsunima merupakan pukulan telak bagi prestise kekuatan militer Rusia.
2.4 Perjanjian Portsmouth
Berbagai kemenangan Jepang atas Rusia diakhiri dengan perjanjian damai di Portsmouth,
Amerika Serikat pada September 1905. Rusia dan Jepang menandatangani perjanjian Portsmouth
yang berisi penyerahan Manchuria, setengah dari pulau Sakhalin, dan Korea, kepada Jepang
yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt.
Dalam perjaniian tersebut, Rusia menyerahkan separuh dari Sakhalin kepada Jepang
setelah perang mereka pada 1905 yang menandai menyatunya bangsa-bangsa Asia menjadi
kekuatan global. Rusia menguasai kembali seluruh pulau itu pada 1945. Sementara itu, Jepang
menerima penguasaan Rusia atas Sakhalin, pihaknya menuntut dikembalikannya empat pulau
kecil di lepas pantai pulau Jepang utara, Hokkaido.
Walaupun Jepang menduduki wilayah teritorial Timur Jauh Rusia dalam Perang Saudara
Rusia yang terjadi setelah Revolusi Oktober, Jepang tidak secara formal menganeksasi wilayah-
wilayah teritorial Rusia, dan Jepang menarik mundur pasukannya pada pertengahan 1920-an.
Namun yang jelas, perang Rusia-Jepang telah menurunkan mental bangsa Rusia dan
makin mempercepat gerakan revolusioner yang telah berkembang di Rusia. S. Witte
menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Pyatetsky, tahun 1999 halaman 38 bahwa perang
tersebut sebagai “Perang yang mengenaskan, yang mendekatkan kepada revolusi selama satu
dasawarsa”.
2.5 Revolusi di Rusia
Revolusi yang terjadi di Rusia telah menghapus latar belakang ideologi yang selama ini
mendasari kebijakan Rusia melalui peranan tsar yang sangat diagungkan. Maraknya gerakan
revolusioner dari berbagai kalangan menyebabkan timbulnya gerakan menentang kekaisaran
Rusia, kesempatan emas tersebut dimanfaatkan oleh kaum Marxis (kaum sosialis) untuk
mendorong keadaan pada titik klimaks berupa demontrasi mahasiswa, pemogokkan pabrik-
pabrik dan pemberontakan kaum petani. Karena selama perang, rakyat harus menanggung biaya
perang yang berimplikasi terhadap penurunan upah kaum petani sebesar 25%. Gerakan
revolusioner pada akhirnya menjadikan perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan di
Rusia.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya revolusi tersebut adalah krisis yang terjadi di
kalangan atas maupun masyarakat bawah. Pengunguman tentang pemberhentian sekitar 30 ribu
pekerja di Petrogard (sekarang Peterburg, kota sebelah timur laut Rusia) pada tanggal 22
Februari 1917 telah mengakibatkan reaksi yang begitu keras di kalangan para pekerja dimana
pada tanggal 23-25 Februari terjadi pemogokkan besar-besaran di kota tersebut. Sehari kemudian
para tentara yang sedianya ditugaskan untuk menghentikan pemogokkan tersebut justru berbalik
memihak para demonstan.
Sekitar sepekan setelah peristiwa itu, tepatnya tanggal 2 Maret 1917, Tsar Nikolay
Aleksandrovich mengundurkan diri dari tahta Imperium Rusia dan untuk mengisi kekosongan
kekuasaan dibentuklah organ kekuasaan yang dikenal dengan Pemerintah Sementara
(Vremennoye Pravitelstvo).
Secara umum revolusi yang terjadi saat itu sangat penting dalam meletakkan landasan
bagi perkembangan demokrasi yang mengakibatkan perubahan besar di Rusia. Revolusi ini telah
mengakhiri sistem monarki yang telah berlangsung berabad-abad. Setelah kejatuhan tsar,
kekuasaan sempat terdapat gesekan dua kekuatan besar antara Pemerintahan Sementara di satu
sisi, dengan Dewan Pekerja dan Prajurit Petrogard (Soviet Petrogard) di sisi lain. Namun
lahirnya Rusia baru mulai resmi terbentuk pada sidang Soviet seluruh Rusia II yang berlangsung
pada 25-27 Oktober 1917. Dalam sidang tersebut dibentuk Pemerintahan Soviet yang dikenal
dengan Soviet Komisaris Rakyat yang diketuai oleh V.I Lenin (Pemimpin rezim Bolshevik).
Pada gilirannya, yakni pada tanggal 7 November 1917, Soviet Komisaris Rakyat berubah nama
menjadi RSFSR (Rossiiskaya Sovietskaya Federativnaya Sotsialisticheskaya Respublika) atau
yang kita kenal dengan sebutan Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia.
BAB III
PENUTUP
Setelah penolakan Rusia atas rencana Jepang untuk membagi Manchuria dan Korea,
Jepang meluncurkan serangan laut yang mengejutkan di Port Arthur. Port Arthur adalah basis
angkatan laut Rusia di China. Peristiwa yang terjadi pada 8 Februari 1904 itu menjadi awal
Perang Rusia-Jepang. Armada Rusia menjadi porak-poranda. Selama Perang Rusia-Jepang,
Jepang mengalami serangkaian kemenangan yang menentukan. Pada Januari 1905, Port Arthur
jatuh ke tangan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Heihachiro Togo. Pada Maret, tentara
Rusia dikalahkan di Shenyang, Cina. Pada Mei, armada baltik Rusia dihancurkan Togo di dekat
Kepulauan Tsushima. Akhirnya pada Agustus 1905, Presiden Theodore Roosevelt menjadi
mediator dalam pertemuan perdamaian di Portsmouth, New Hampshire. Kelak ia akan
dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas prestasi itu
Pertempuran Jepang-Rusia terjadi karena persaingan antara kedua negara tersebut dalam
memperebutkan Korea dan Manchuria. Tentara Jepang menyerang tentara Rusia yang
berpangkalan di Cina pada tahun 1904. Namun sayangnya, kekalahan perang melawan Jepang
memicu reaksi warga Rusia untuk melakukan tindakan revolusioner. Keikutsertaan dalam
banyak peperangan termsuk perang melawan Jepang menuntuk pengorbanan besar yang tidak
hanya materi. Banyak sekali tentara Rusia yang gugur dalam peperangan besar itu. Ribuan
serdadu Rusia tewas dan terluka selama perang. Perang ini secara ekonomi juga telah menjadi
pemicu kemerosostan yang tajam dan menyebabkan krisis mendalam yang berpengaruh pada
perubahan mendasar kehidupan bangsa Rusia.
Keterlibatan perang yang diputuskan oleh pemerintah tsar, diakhiri oleh penguasa
Bolshevik menyusul terjadinya revolusi oleh para revolusioner (termasuk Gerakan Marxisme)
yang ingin menggusur penguasa lama. Mereka menuntut perubahan negara secara radikal,
penggulingan otokrasi dan pembentukan republik demokrasi, serta penghapusan struktur kelas
bangsawan (penguasa tanah) menjadi agenda penting revolusi. Meskipun pada kenyataannya
para revolusioner berhasil merubah sistem pemerintahan dari kekaisaran Rusia menjadi negara
komunis Uni Soviet, namun sayangnya periode Uni Soviet merupakan periode yang terlampau
singkat, hanya berlangsung sekitar tujuh dasawarsa.
Kemenangan Jepang atas Rusia ini mempunyai implikasi luas di dunia internasional.
Kemenangan ini bukan saja berimbas kepada prestise Rusia yang menurun di mata internasional
kala itu, tetapi juga tercatat sebagai sejarah tersendiri. Inilah untuk pertama kalinya selama
berabad-abad sebuah kekuatan Asia dapat mengalahkan kekuatan Eropa (barat).
BIBLIOGRAFI
Fahrurodji, A. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah Dan Latar
Belakang Budayanya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul
17.00 WIB.
http://andisutopo.wordpress.com/2008/05/25/bab-v/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010,
pukul 17.10 WIB.
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=248&type=1.
Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.16 WIB.
http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/02/08/04040369/
Jepang.Selesaikan.Sengketa.Wilayah.dengan.Rusia. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul
17.30 WIB.
Lampiran
Manchuria Raya, Manchuria Rusia (di bagian luar) adalah wilayah di kanan atas dengan
warna merah muda; Jazirah Liaodong adalah bagian yang menjorok ke Laut Kuning.