Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

23
] PERANG RUSIA-JEPANG SEBAGAI GERBANG AWAL HANCURNYA KEKAISARAN RUSIA Disusun oleh: Abdul Safiek Bachdar 0806355424 Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Dunia Program Studi Prancis Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Transcript of Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Page 1: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

]

PERANG RUSIA-JEPANG SEBAGAI GERBANG AWAL HANCURNYA

KEKAISARAN RUSIA

Disusun oleh:

Abdul Safiek Bachdar

0806355424

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah

Sejarah Dunia

Program Studi Prancis

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia

2010

Page 2: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perang Rusia Jepang

Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia tepat pada waktunya.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Sejarah Dunia. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini

dapat diselesaikan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah

ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan ingkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, Mei 2010

Penulis

Page 3: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..... ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………,,,.. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 11.2 Permasalahan………………………………………………………………..... 21.3 Tujuan………………………………………………………………………… 2

BAB II PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP REVOLUSI RUSIA………………………………………………………………………………………… 3

2.1 Asal Mula Perang …………………………………………………………….. 3

2.2 Pertempuran di Laut Port Arthur……………………………………………... 5

2.3 Pertempuran Tsushima……………………………………………………….... 5

2.4 Perjanjian Portsmouth…………………………………………………………. 7

2.5 Revolusi Rusia……………………………………………………………….....8

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………... 8

BIBLIOGRAFI……………………………………………………………………………….. 9

Lampiran………………………………

Page 4: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, ketika monarki-monarki di Eropa Barat

mulai memakai sistem parlemen dan memberlakukan struktur pemilihan umum, Imperium Rusia

justru menunjukkan arah yang berlawanan. Rusia masih merupakan negara dengan kekuasaan

tsar (kaisar) yang absolut, yang tidak terbatasi oleh organ-organ lainnya. Werth (2000)1 mencatat

bahwa Undang-Undang Imperium Rusia yang dikeluarkan pada tahun 1892 mewajibkan

kepatuhan penuh kepada tsar, dimana kekuasaannya ditetapkan sebagai “adikuasa dan tidak

terbatas”, karena memiliki legitimasi kekuasaan sebagai pewaris Imperium Bizantium, tsar

diasumsikan mendapatkan hak kekuasaan langsung dari Tuhan. Hal inilah yang membuat

posisinya tidak terbantahkan.

Dalam menjalankan kekuasaan, imperator bertumpu pada sentralisasi dan sistem hirarki

yang ketat aparat birokrasi. Para menteri dan penasehat tidak lebih dari sekedar badan-badan

konsultasi yang tidak sedikitpun membatasi kebebasan imperator. Kepala Pemerintah Rusia Tsar

Nicholas II tidak mau memberikan hak-hak politik yang sungguh-sungguh kepada warga

negaranya. Duma (Dewan Rakyat) yang dibentuk atas perintah Tsar Nikolay Aleksandrovich

atau Tsar Nicholas II ini pun tidak sepenuhnya mewakili rakyat, hanya sebagai badan penasehat

saja. Terlebih dengan susunan pemerintahannya yang buruk dimana pemerintahan tidak disusun

secara rasional, tetapi atas dasar favoritisme (mementingkan kesukaan terhadap seseorang). Tsar

tidak memilih orang-orang yang cakap, tetapi hanya orang yang disukainya untuk duduk di

pemerintahan.

Perbedaan sosial yang mencolok juga menghiasi susasan politik saat itu. Tsar dan kaum

bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat terutama para petani dan buruh hidup

miskin dan sengsara. Meskipun Menteri Pertanian Rusia, Pyotr Arkadyevicn atau yang lebih

dikenal dengan Stolypin, pada tahun 1906 melakukan program-program yang mendasari

perubahan secara besar dalam bidang agrarian, namun tetap saja perubahan tidak dapat

sepenuhnya dilakukan. Hal ini dikarenakan kaum bangsawan masih tetap menjadi penguasa atas

1 Lihat Nicolas Werth, Istoriya Rossiskogo Gosudarstva (tahun 2000), halaman 7.

Page 5: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

tanah-tanah yang cukup luas yang dikerjakan oleh para petani. Sehingga timbulah pergolakan

kaum petani yang menuntut tanah garapannya menjadi miliknya.

Sehingga pada awal abad-20, Rusia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat (1900-

1903) dan periode depresi yang panjang (1904-1908) dan terselematkan oleh loncatan ekonomi

pada empat tahun berikutnya. Namun demikian, situasi revolusioner yang telah terbangun di

kancah sosial politik terus tumbuh subur. Otokrasi yang bertumpu kekuatan kelas bangsawan

masih tetap bertahan walaupun mulai mendapat rongrongan dari gerakan-gerakan revolusioner.

Situasi dalam negeri diperberat dengan terjadinya perang antara Rusia dan Jepang.

1.2 Permasalahan

Apakah perang yang terjadi antara Rusia dan Jepang merupakan salah satu penyebab

timbulnya gerakan revolusioner yang mengakhiri imperium kekasisaran Rusia yang telah

dibangun selama berabad-abad?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah memaparkan kronologis Perang Rusia-Jepang serta

menjelaskan pengaruh perang tersebut terhadap munculnya revolusi yang terjadi di Rusia oleh

serangkaian gerakan-gerakan revolusioner yang telah menggulingkan kekuasaan kekaisaran di

negara tersebut.

BAB II

Page 6: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

PERANG RUSIA-JEPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP

REVOLUSI RUSIA

Perang Rusia-Jepang merupakan momen penting bagi bangsa Asia yang selalu dipandang

sebelah mata. Perang Rusia-Jepang (10 Februari 1904–5 September 1905) merupakan konflik

yang sangat berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi imperialis Rusia dan Jepang di

Manchuria dan Korea. Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan kota Port Arthur dan

Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.

2.1 Asal Mula Perang

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, berbagai negara Barat bersaingan

memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur sementara Jepang berjuang

untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi Jepang mendorongnya untuk

memusatkan perhatian pada Dinasti Choson Korea dan Dinasti Qing di Tiongkok utara, sehingga

membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya Jepang untuk menduduki

Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang.

Kekalahan yang dialami Jepang dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya

Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya

atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lüshunkou (sering disebut Port Arthur). Namun, tiga

kekuatan Barat (Rusia, Kekaisaran Jerman dan Republik III Prancis ) melalui Intervensi Tiga

Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan

Rusia (tahun 1898) merundingkan penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan

Tiongkok. Sementara itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria

dan Rusia maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea.

Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkan dengan Rusia, Jepang

mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903, memutuskan hubungan diplomatik

pada 6 Februari, dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan

pernyataan perang pada 10 Februari. Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak dapat

dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah dikeluarkan. Namun demikian,

Page 7: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan bahwa ini adalah salah satu contoh bahwa

Jepang suka melakukan serangan mendadak.

Perang tahun 1904 Port Arthur, di Jazirah Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat

Rusia hingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan kekuasaan

laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer pertama mereka adalah

menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 Februari malam, armada Jepang di bawah

pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai peperangan dengan sebuah serangan torpedo

mendadak pada kapal-kapal Rusia di Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia

rusak parah. Serangan-serangan itu berkembang menjadi Pertempuran Port Arthur esok paginya.

Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun terjadi.

Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil menyerang Rusia dengan menggunakan

meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan armada Rusia menolak untuk meninggalkan

pelabuhan itu dan pergi ke laut terbuka, khususnya setelah kematian Admiral Stepan Osipovich

Makarov2 pada 13 April. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi sebuah

pasukan Jepang untuk mendarat dekat Incheon di Korea, dan dari sana mereka menduduki Seoul

dan berikutnya seluruh Korea. Pada akhir April, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap

menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia.

Sebagai jawaban terhadap strategi Jepang yang memberikan kemenangan cepat untuk

menguasai Manchuria, Rusia melakukan tindakan-tindakan penghalang untuk memperoleh

cukup waktu untuk menunggu tibanya pasukan-pasukan tambahan yang datang melalui jalan

kereta api Trans-Siberia yang panjang.

Pada 1 Mei, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu. Dalam pertempuran ini pasukan-

pasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka menyeberangi sungai itu tanpa

menghadapi perlawanan. Ini adalah sebuah pertempuran besar pertama dari perang ini di daratan.

Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria,

serta melakukan sejumlah pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia ke Port

Arthur. Pertempuran-pertempuran ini, termasuk Pertempuran Nanshan pada 25 Mei, ditandai

oleh kekalahan besar Jepang dalam penyerangan kepada sejumlah posisi kuat Rusia, tetapi

tentara Rusia tetap bersikap pasif dan tidak melakukan serangan balasan.

2 Russian naval commander in charge of the Pacific fleet at the start of the Russo-Japanese War in 1904 (Britannica.com)

Page 8: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Di laut, perang ini sama brutalnya. Setelah penyerangan pada 8 Februari terhadap Port Arthur,

pasukan Jepang berusaha mencegah pasukan Rusia menggunakan pelabuhan itu.

Perang ini menandai bangkitnya kekuatan Asia menandingi kekuatan Barat yang

berkuasa di Tiongkok saat itu. Kemenangan ini membuat kekuatan Barat harus

memperhitungkan Jepang dalam urusan politik di Asia. Selain itu, kemenangan ini memicu

kebangkitan nasional di negara-negara Asia lainnya yang sedang terjajah oleh negara Eropa.

2.2 Pertempuran di Laut Port Arthur

Pertempuran Laut Port Arthur (Bahasa Jepang: 旅 順 攻 囲 戦 , Ryojunkou Isen, 8–9

Februari 1904) adalah pertempuran pembuka Perang Rusia-Jepang. Pertempuran dimulai dengan

serangan tiba-tiba pada malam hari oleh skuadron kapal perusak Jepang yang dikomandani oleh

Laksamana Heihachiro Togo serta wakilnya Laksamana Shigeto, terhadap armada Rusia

(dikomandoni Oskar Victorovich Stark) yang berlabuh di Port Arthur, Manchuria, dan

dilanjutkan dengan suatu pertempuran besar pagi berikutnya. Pertempuran berakhir tanpa hasil

pasti, dan pertempuran-pertempuran kecil di sekitar Port Arthur terus berlangsung hingga Mei

1904. Perang ini menjatuhkan korban sebanyak 90 orang dari pihak Jepang dan 150 orang serta 7

kapal rusak.

2.3 Pertempuran Tsushima

Pertempuran Tsushima (bahasa Rusia: Цусимское сражение) atau Pertempuran Selat

Tsushima adalah pertempuran laut terakhir dan paling menentukan sepanjang Perang Jepang-

Rusia (1904–1905). Pertempuran terjadi di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905 (14-15 Mei

menurut kalender Julian yang waktu itu digunakan di Rusia) dan merupakan pertempuran laut

terbesar di era kapal tempur Pra-Dreadnought3.

Kapal-kapal uap dari Armada Gabungan Kekaisaran Jepang di bawah komando

Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan dua pertiga Armada Baltik Kekaisaran Rusia di

bawah komando Laksamana Zinovy Rozhestvensky. Sejarawan Edmund Morris dalam buku

Theodore Rex menyebut Pertempuran Tsushima sebagai pertempuran terbesar setelah

Pertempuran Trafalgar. Kekalahan Rusia membuka jalan bagi Perjanjian Portsmouth yang

mengakhiri Perang Rusia-Jepang 1904-1905.

3 British battleship launched in 1906 that established the pattern of the turbine-powered, "all-big-gun" warship, a type that dominated the world's navies for the next 35 years. (Britannica.com)

Page 9: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Armada Baltik Rusia yang dikirim dari Eropa bertempur melawan Armada Gabungan

Jepang di perairan Selat Tsushima antara Semenanjung Korea dan Jepang. Sebelumnya, 10

Agustus 1904, Armada Pasifik Rusia sudah berantakan dalam Pertempuran Laut Kuning

dikalahkan armada Jepang. Armada Baltik berlayar melewati Laut Utara, dan menyebabkan

insiden diplomatik di Dogger Bank (lepas pantai Inggris) akibat menyerang armada nelayan

Britania. Pelayaran diteruskan melalui Afrika dan berlabuh di Indocina. Perjalanan begitu

panjang dan meletihkan, dan akibatnya moral awak kapal mulai anjlok. Armada Baltik mulanya

diperintahkan untuk membuka blokade Jepang terhadap Lüshunkou, tapi jauh sebelum Armada

Baltik tiba, wilayah tersebut sudah jatuh ke tangan Jepang. Armada Baltik sedang berlayar ke

pelabuhan Rusia di Vladivostok melewati wilayah perairan Selat Tsushima ketika ditemukan

kapal penjelajah Jepang.

Armada Baltik mempunyai tiga rute yang bisa dilewati untuk sampai di Vladivostok:

Selat La Pérouse, Selat Tsugaru, dan Selat Tsushima. Laksamana Rozhestvensky memilih Selat

Tsushima yang memisahkan Kyushu dan Semenanjung Korea. Selat Tsushima merupakan rute

terdekat menuju Vladivostok. Dua rute lainnya adalah jalan memutar melewati Samudra Pasifik.

Laksamana Togo yang berpangkalan di Busan, Semenanjung Korea sudah memperkirakan Selat

Tsushima bakal dilewati armada Rusia.

Dua kapal rumah sakit yang mengikuti armada Rusia terlihat kapal penjelajah Jepang.

Armada Rusia berlayar dari selatan-barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang dari

datang dari barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya,

Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per satu agar

bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah dengan selamat, dan

kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter.

Era pertempuran laut modern dimulai ketika kedua belah armada mulai saling

melepaskan tembakan meriam. Sebelum Pertempuran Tsushima, kapal-kapal dalam pertempuran

laut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang lebih dekat. Laksamana Togo unggul karena

armada Rusia tidak bersiap menghadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang

Jepang sudah terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada

Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan lebih sering mengenai

sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang waktu itu lebih baik dibandingkan amunisi Rusia.

Page 10: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Tembakan meriam kapal-kapal Jepang juga lebih akurat karena memiliki lebih banyak instrumen

pengukur jarak dibandingkan kapal Rusia.

Armada Baltik waktu itu sedang tidak dalam keadaan siap tempur. Selain 4 kapal perang

terbaru kelas Borodino, Armada Baltik terdiri dari kapal model lama dan tidak terpelihara

dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung kapal kotor karena

kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal Rusia menjadi berkurang. Kapal-

kapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan

kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17

km/jam). Laksamana Togo memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat

melakukan taktik pertempuran laut Crossing the T sebanyak 2 kali.

Laksamana Rozhestvensky tewas seketika akibat pecahan logam di kepala. Dalam sehari

pada 27 Mei 1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz' Suvorov, Oslyabya, Emperor

Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan ringan, terutama

Kapal tempur Jepang Mikasa. Menjelang malam, Laksamana Muda Nebogatov mengambil alih

komando armada Rusia.

Di malam hari, kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal

armada Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha malarikan diri ke

utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur Sisoy Veliki dan

dua kapal.

Dalam perang tersebut Rusia mengalami kekalahan yang amat memalukan.

Tenggelamnya Kapal tempur Rusia Varyag dan terbenuhnya komandan Armanda Pasifik Stepan

Makarov bersama kapal Petropavlosk yang dipimpinnya, serta kekalahan skuadron II pasifik di

Pulau Tsunima merupakan pukulan telak bagi prestise kekuatan militer Rusia.

2.4 Perjanjian Portsmouth

Berbagai kemenangan Jepang atas Rusia diakhiri dengan perjanjian damai di Portsmouth,

Amerika Serikat pada September 1905. Rusia dan Jepang menandatangani perjanjian Portsmouth

yang berisi penyerahan Manchuria, setengah dari pulau Sakhalin, dan Korea, kepada Jepang

yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt.

Dalam perjaniian tersebut, Rusia menyerahkan separuh dari Sakhalin kepada Jepang

setelah perang mereka pada 1905 yang menandai menyatunya bangsa-bangsa Asia menjadi

Page 11: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

kekuatan global. Rusia menguasai kembali seluruh pulau itu pada 1945. Sementara itu, Jepang

menerima penguasaan Rusia atas Sakhalin, pihaknya menuntut dikembalikannya empat pulau

kecil di lepas pantai pulau Jepang utara, Hokkaido.

Walaupun Jepang menduduki wilayah teritorial Timur Jauh Rusia dalam Perang Saudara

Rusia yang terjadi setelah Revolusi Oktober, Jepang tidak secara formal menganeksasi wilayah-

wilayah teritorial Rusia, dan Jepang menarik mundur pasukannya pada pertengahan 1920-an.

Namun yang jelas, perang Rusia-Jepang telah menurunkan mental bangsa Rusia dan

makin mempercepat gerakan revolusioner yang telah berkembang di Rusia. S. Witte

menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Pyatetsky, tahun 1999 halaman 38 bahwa perang

tersebut sebagai “Perang yang mengenaskan, yang mendekatkan kepada revolusi selama satu

dasawarsa”.

2.5 Revolusi di Rusia

Revolusi yang terjadi di Rusia telah menghapus latar belakang ideologi yang selama ini

mendasari kebijakan Rusia melalui peranan tsar yang sangat diagungkan. Maraknya gerakan

revolusioner dari berbagai kalangan menyebabkan timbulnya gerakan menentang kekaisaran

Rusia, kesempatan emas tersebut dimanfaatkan oleh kaum Marxis (kaum sosialis) untuk

mendorong keadaan pada titik klimaks berupa demontrasi mahasiswa, pemogokkan pabrik-

pabrik dan pemberontakan kaum petani. Karena selama perang, rakyat harus menanggung biaya

perang yang berimplikasi terhadap penurunan upah kaum petani sebesar 25%. Gerakan

revolusioner pada akhirnya menjadikan perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan di

Rusia.

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya revolusi tersebut adalah krisis yang terjadi di

kalangan atas maupun masyarakat bawah. Pengunguman tentang pemberhentian sekitar 30 ribu

pekerja di Petrogard (sekarang Peterburg, kota sebelah timur laut Rusia) pada tanggal 22

Februari 1917 telah mengakibatkan reaksi yang begitu keras di kalangan para pekerja dimana

pada tanggal 23-25 Februari terjadi pemogokkan besar-besaran di kota tersebut. Sehari kemudian

para tentara yang sedianya ditugaskan untuk menghentikan pemogokkan tersebut justru berbalik

memihak para demonstan.

Page 12: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Sekitar sepekan setelah peristiwa itu, tepatnya tanggal 2 Maret 1917, Tsar Nikolay

Aleksandrovich mengundurkan diri dari tahta Imperium Rusia dan untuk mengisi kekosongan

kekuasaan dibentuklah organ kekuasaan yang dikenal dengan Pemerintah Sementara

(Vremennoye Pravitelstvo).

Secara umum revolusi yang terjadi saat itu sangat penting dalam meletakkan landasan

bagi perkembangan demokrasi yang mengakibatkan perubahan besar di Rusia. Revolusi ini telah

mengakhiri sistem monarki yang telah berlangsung berabad-abad. Setelah kejatuhan tsar,

kekuasaan sempat terdapat gesekan dua kekuatan besar antara Pemerintahan Sementara di satu

sisi, dengan Dewan Pekerja dan Prajurit Petrogard (Soviet Petrogard) di sisi lain. Namun

lahirnya Rusia baru mulai resmi terbentuk pada sidang Soviet seluruh Rusia II yang berlangsung

pada 25-27 Oktober 1917. Dalam sidang tersebut dibentuk Pemerintahan Soviet yang dikenal

dengan Soviet Komisaris Rakyat yang diketuai oleh V.I Lenin (Pemimpin rezim Bolshevik).

Pada gilirannya, yakni pada tanggal 7 November 1917, Soviet Komisaris Rakyat berubah nama

menjadi RSFSR (Rossiiskaya Sovietskaya Federativnaya Sotsialisticheskaya Respublika) atau

yang kita kenal dengan sebutan Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia.

BAB III

Page 13: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

PENUTUP

Setelah penolakan Rusia atas rencana Jepang untuk membagi Manchuria dan Korea,

Jepang meluncurkan serangan laut yang mengejutkan di Port Arthur. Port Arthur adalah basis

angkatan laut Rusia di China. Peristiwa yang terjadi pada 8 Februari 1904 itu menjadi awal

Perang Rusia-Jepang. Armada Rusia menjadi porak-poranda. Selama Perang Rusia-Jepang,

Jepang mengalami serangkaian kemenangan yang menentukan. Pada Januari 1905, Port Arthur

jatuh ke tangan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Heihachiro Togo. Pada Maret, tentara

Rusia dikalahkan di Shenyang, Cina. Pada Mei, armada baltik Rusia dihancurkan Togo di dekat

Kepulauan Tsushima. Akhirnya pada Agustus 1905, Presiden Theodore Roosevelt menjadi

mediator dalam pertemuan perdamaian di Portsmouth, New Hampshire. Kelak ia akan

dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas prestasi itu

Pertempuran Jepang-Rusia terjadi karena persaingan antara kedua negara tersebut dalam

memperebutkan Korea dan Manchuria. Tentara Jepang menyerang tentara Rusia yang

berpangkalan di Cina pada tahun 1904. Namun sayangnya, kekalahan perang melawan Jepang

memicu reaksi warga Rusia untuk melakukan tindakan revolusioner. Keikutsertaan dalam

banyak peperangan termsuk perang melawan Jepang menuntuk pengorbanan besar yang tidak

hanya materi. Banyak sekali tentara Rusia yang gugur dalam peperangan besar itu. Ribuan

serdadu Rusia tewas dan terluka selama perang. Perang ini secara ekonomi juga telah menjadi

pemicu kemerosostan yang tajam dan menyebabkan krisis mendalam yang berpengaruh pada

perubahan mendasar kehidupan bangsa Rusia.

Keterlibatan perang yang diputuskan oleh pemerintah tsar, diakhiri oleh penguasa

Bolshevik menyusul terjadinya revolusi oleh para revolusioner (termasuk Gerakan Marxisme)

yang ingin menggusur penguasa lama. Mereka menuntut perubahan negara secara radikal,

penggulingan otokrasi dan pembentukan republik demokrasi, serta penghapusan struktur kelas

bangsawan (penguasa tanah) menjadi agenda penting revolusi. Meskipun pada kenyataannya

para revolusioner berhasil merubah sistem pemerintahan dari kekaisaran Rusia menjadi negara

komunis Uni Soviet, namun sayangnya periode Uni Soviet merupakan periode yang terlampau

singkat, hanya berlangsung sekitar tujuh dasawarsa.

Page 14: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Kemenangan Jepang atas Rusia ini mempunyai implikasi luas di dunia internasional.

Kemenangan ini bukan saja berimbas kepada prestise Rusia yang menurun di mata internasional

kala itu, tetapi juga tercatat sebagai sejarah tersendiri. Inilah untuk pertama kalinya selama

berabad-abad sebuah kekuatan Asia dapat mengalahkan kekuatan Eropa (barat).

BIBLIOGRAFI

Page 15: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Fahrurodji, A. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah Dan Latar

Belakang Budayanya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul

17.00 WIB.

http://andisutopo.wordpress.com/2008/05/25/bab-v/. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010,

pukul 17.10 WIB.

http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=248&type=1.

Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul 17.16 WIB.

http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/02/08/04040369/

Jepang.Selesaikan.Sengketa.Wilayah.dengan.Rusia. Diunduh pada Rabu, 18 Mei 2010, pukul

17.30 WIB.

Lampiran

Page 16: Perang Rusia-Jepang Sebagai Gerbang Awal Hancurnya Kekaisaran Rusia

Manchuria Raya, Manchuria Rusia (di bagian luar) adalah wilayah di kanan atas dengan

warna merah muda; Jazirah Liaodong adalah bagian yang menjorok ke Laut Kuning.