BAB II ISI Runtuhnya Kekaisaran Turki Utsmani (Ottoman ... · BAB II ISI A. Runtuhnya Kekaisaran...

of 88 /88
BAB II ISI A. Runtuhnya Kekaisaran Turki Utsmani Peta sejarah Islam menyatakan bahwa Turki pernah menjadi pusat kekuasaan dunia Islam selama kurang lebih delapan abad dan sangat disegani oleh bangsa Eropa. Pada rentang waktu inilah masa keemasan Turki mencapai puncaknya, yaitu pada masa pemerintahan dinasti Utsmani (Ottoman Empire) yang berkuasa dengan sistem pemerintahan monarkhi absolut (Lubis, 2005: 189-190). Dalam buku yang berjudul “Facts about Turkey” yang diterbitkan oleh Ankara State Information Organization (1972: 28) menyatakan bahwa kekaisaran Ottoman adalah Kekaisaran terbesar dan paling kuat yang ada dalam sejarah Turki. Pada masa pemerintahan Sultan Murat III (1574-1595), kekaisaran menguasai seluas sekitar 20 juta km persegi dan juga menguasai tiga benua. Asal-usul Ottoman diketahui berasal dari salah satu kerajaan yang didirikan setelah kehancuran negara Seljuk oleh bangsa Mongol. Kerajaan ini didirikan oleh suku Kayl, anggota dari konfederasi Oghuz dari suku Turki. Kerajaan Ottoman berada di daerah Sogut dan Bilecik di Anatolia barat dan pertama kali diperintah oleh Ertugrul Gazi. Anak Osman terakhir, meluaskan daerah perbatasan sampai laut Marmara di barat dan laut Hitam di utara. Kemudian di bawah Orhan Gazi, seluruh segitiga yang dibatasi oleh laut Aegea, laut Marmara dan laut Hitam jatuh ke dalam kekuasaan Ottoman, yang juga menyeberang inti Eropa. Hal ini terjadi pada saat Byzantium kehilangan benteng penting mereka di Izmit dan 20

Embed Size (px)

Transcript of BAB II ISI Runtuhnya Kekaisaran Turki Utsmani (Ottoman ... · BAB II ISI A. Runtuhnya Kekaisaran...

  • BAB II

    ISI

    A. Runtuhnya Kekaisaran Turki Utsmani

    Peta sejarah Islam menyatakan bahwa Turki pernah menjadi pusat

    kekuasaan dunia Islam selama kurang lebih delapan abad dan sangat disegani oleh

    bangsa Eropa. Pada rentang waktu inilah masa keemasan Turki mencapai

    puncaknya, yaitu pada masa pemerintahan dinasti Utsmani (Ottoman Empire) yang

    berkuasa dengan sistem pemerintahan monarkhi absolut (Lubis, 2005: 189-190).

    Dalam buku yang berjudul Facts about Turkey yang diterbitkan oleh

    Ankara State Information Organization (1972: 28) menyatakan bahwa kekaisaran

    Ottoman adalah Kekaisaran terbesar dan paling kuat yang ada dalam sejarah Turki.

    Pada masa pemerintahan Sultan Murat III (1574-1595), kekaisaran menguasai

    seluas sekitar 20 juta km persegi dan juga menguasai tiga benua. Asal-usul

    Ottoman diketahui berasal dari salah satu kerajaan yang didirikan setelah

    kehancuran negara Seljuk oleh bangsa Mongol. Kerajaan ini didirikan oleh suku

    Kayl, anggota dari konfederasi Oghuz dari suku Turki. Kerajaan Ottoman berada

    di daerah Sogut dan Bilecik di Anatolia barat dan pertama kali diperintah oleh

    Ertugrul Gazi. Anak Osman terakhir, meluaskan daerah perbatasan sampai laut

    Marmara di barat dan laut Hitam di utara. Kemudian di bawah Orhan Gazi, seluruh

    segitiga yang dibatasi oleh laut Aegea, laut Marmara dan laut Hitam jatuh ke

    dalam kekuasaan Ottoman, yang juga menyeberang inti Eropa. Hal ini terjadi pada

    saat Byzantium kehilangan benteng penting mereka di Izmit dan

    20

  • Iznik. Di sebelah timur, Kekaisaran Ottoman menduduki kekuasaan di Ankara,

    sehingga mengambil langkah pertama menuju reunifikasi Anatolia.

    Awal mula kesultanan Turki Utsmani merupakan sebuah suku yang hidup

    secara nomaden (hidup yang selalu berpindah-pindah). Dapat dikatakan bahwa

    kebudayaan Turki Utsmani tidak hanya dipengaruhi dan didominasi oleh satu

    kebudayaan saja, melainkan sebuah proses panjang yang pada akhirnya

    menghasilkan sebuah perpaduan antara berbagai budaya yang pernah bersentuhan

    dengannya. Diantara kebudayaan itu adalah Persia, Byzantium, dan Arab.

    Kemudian, dalam tata pemerintah dan kemiliteran kerajaan Turki Utsmani terlihat

    lebih mengadopsi dari budaya Byzantium dan Persia, yang lebih mengambil

    ajaran-ajaran mengenai tata krama dan etika. Terkait dengan ajaran prinsip-prinsip

    ekonomi, perkembangan keilmuan dan sosial kemasyarakatan, Turki Utsmani

    lebih mengadopsi budaya Arab (Badri, 1997: 136).

    Sucipto (2014: 60) dalam Sri Mulyati mengatakan bahwa salah satu

    kehebatan Turki Utsmani adalah negara dan kerajaan yang mampu

    mengakomodasi dan menyatukan berbagai macam suku bangsa yang majemuk dan

    heterogen untuk hidup damai, aman dan sejahtera di wilayah kekuasaannya.

    Semuanya, baik yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Islam dapat hidup

    berdampingan. Berbagai etnik pun terdapat di Turki Utsmani, seperti misalnya

    Yunani, Serbia, Bulgaria, Rumania, Armenia, Arab dan Turki yang disebut millet.

    Meskipun begitu lambat laun perbedaan etnik yang terdapat di Turki Utsmani

    menimbulkan sebuah pertentangan dan konflik hingga peperangan.

    Namun dalam 88 tahun berikutnya (1595-1683) Turki Utsmani tidak hanya

    menderita kerugian teritorial, tetapi daerah penaklukan mereka diambil alih. Pada

  • saat di bawah pimpinan Sultan Murat IV, kekaisaran tampaknya menghidupkan

    kembali kemegahan yang telah dicapai di bawah Sultan Sulaiman. Tapi

    penampilan eksternal ini menipu, benih disintegrasi menyerang struktur dalam

    negara dengan hasil yang menjadi nyata dalam abad berikutnya. Bencana melanda

    kerajaan antara 1683 dan 1699. Dalam enam belas tahun yang diikuti kegagalan

    upaya Turki Utsmani kedua untuk menyerbu Wina, kekaisaran harus bersatu

    dalam menghadapi negara Eropa.

    Di bawah perjanjian Carlowitz, Turki Utsmani mengakui kekalahannya.

    Mereka harus kehilangan Polandia, Hungaria dan Transylvania. Meskipun

    demikian memulihkan keadaan dan membangun kembali posisi mereka sebagai

    kekuatan tunggal terkuat di daerah sampai tahun 1768. Beberapa wilayah

    menyerahkan pada Carlowitz kembali, dan reformasi internal tertentu dilakukan.

    Namun reformasi tidak menyentuh organisasi yang paling membutuhkan itu, yaitu

    korps militer Jennisari. Ini adalah penyebab kekalahan Turki Utsmani dalam

    perang melawan Rusia pada tahun 1768-1774. Antara tahun 1768-1838 di bawah

    Sultan Abdul Hamid I, Selim III, dan Mahmud II terguncang oleh munculnya

    sejumlah perang-perang yang ada. Pada suatu waktu keadaan mandiri dengan

    surplus untuk ekspor, kekaisaran Turki Utsmani mulai mengandalkan impor

    mondar-mandir Eropa. Mahmud II meniadakan perang, membangun kembali

    kewenangan pemerintah pusat, melakukan sejumlah reformasi ekonomi, dan saat

    jatuh untuk mencapai standar Eropa, memastikan keberadaan lanjutan dari

    kerajaan di tiga benua untuk abad selanjutnya.

    Pada awal abad ke-18, usaha-usaha pembaruan itu sifatnya lain sebab

    Kerajaan Utsmai mulai membuka pintu bagi Barat. Kontak-kontak diplomatik dan

  • kultural dengan negara-negara Eropa meyakinkan para negarawan Utsmani akan

    keunggulan teknik Barat, dan menjadikan mereka berupaya mencari bantuan

    teknis dalam urusan-urusan kemiliteran dari para ahli Barat (Ankara State, 1972:

    30-31).

    Namun, pada akhir abad ke-18, kekuasan Turki Utsmani tidak mampu lagi

    untuk mempertahankan dirinya menghadapi perkembangan kekuasaan dan

    kekuatan militer Eropa, serta tidak mampu mengelak dari penetrasi komersial

    Eropa. Tahun 1908 terjadi krisis politik internal di dalam tubuh kekuasaan Turki

    Utsmani yang mengganggu perimbangan kekuatan. Perang Dunia I

    menyempurnakan proses kesendirian Turki Utsmani, sehingga pada bulan

    Desember 1914 Turki Utsmani melibatkan diri dalam perang Dunia dan masuk ke

    dalam kubu Jerman dan Austria (Lapidus, 2000: 66).

    Akibat kekalahan Turki dalam pengepungan kota Wina pada tahun 1683,

    kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran dan mendorong para sultan

    pemerintahannya mengadakan pembaharuan dan perubahan (Bernard, 1993: 218).

    Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Turki Utsmani dari Barat menjadi

    awal isu tentang pembaharuan, modernisasi dan westernisasi. Zrcher (dalam

    Atika, 2010: 18) menyatakan bahwa kekhalifahan Utsmaniyyah runtuh pada masa

    pemerintah Sultan Mehmet VI Vahdettin. Runtuhnya Kekhalifahan Utsmani

    digantikan dengan pemerintah Republik Turki yang ditandai dengan

    ditandatanganinya perjanjian damai Lausanne oleh Mustafa Kemal Ataturk.

    Menjelang akhir abad ke-18, hubungan-hubungan yang dijalin dengan

    Barat itu mengakibatkan meningkatnya pencarian jati diri karena kaum

    intelektual dan negarawan Utsmani mulai memandang Westernisasi sebagai

  • prasyarat pembaruan Kerajaan Utsmani. Karena itu, abad ke-19, perhatian pokok

    para pembaru Utsmani ialah membaratkan angkatan bersenjata, lembaga-lembaga

    pendidikan, hukum dan politik Kerajaan Utsmani. Permasalahan yang mereka

    hadapi ialah bagaimana cara melakukannya dalam suatu masyarakat, di mana

    Islam sudah berpenetrasi ke dalam sub-struktur sistem sosio-politik Turki Utsmani

    (Toprak, 1999: 59).

    Selain itu, Isputaminigsih dalam bukunya yang berjudul Negara Turki

    Modern Ala Mustafa Kemal (2009: 63) menjelaskan faktor-faktor runtuhnya

    kekaisaran Turki Utsmani diantaranya adalah:

    1) Luasnya wilayah kekuasaan, sehingga kurangnya kontrol dari pusat. Hal

    ini menyebabkan banyak penguasa daerah yang ingin memperluas daerah

    kekuasaannya, sementara heterogenitas penduduk memerlukan organisasi

    pemerintahan yang teratur.

    2) Lemahnya para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan

    Utsmani diperintah oleh Sultan-sultan yang lemah, sehingga semakin

    rendahnya kualitas aparat pemerintah pusat yang diimbangi dengan

    rendahnya kualitas kepemimpinan individual para sultan menyebabkan

    pemerintahan menjadi kacau.

    3) Pemberontakan tentara Yenissari sebagai pasukan elite Kerajaan Utsmani,

    yang sebelumnya menjadi tulang punggung suksesnya militer kerajaan

    berubah menjadi sebuah pasukan yang disiplin dan loyalitasnya sangat

    merosotnya bahkan mereka sering memberontak.

  • 4) Merosotnya ekonomi. Hal ini terjadi akibat karena peperangan yang tidak

    berhenti, pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar

    untuk biaya perang.

    5) Terjadinya stagnasi dalam sains dan teknologi, sehingga tidak dapat

    mengimbangi kebangkitan Eropa dengan kemajuan sains dan teknologinya.

    Akibatnya, Turki tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari

    Eropa yang sudah menguasai seluruh lapangan kehidupan, termasuk

    angkatan militernya sudah terorganisir dengan rapi dan dapat memukul

    mundur kekuatan militer Turki.

    Benturan-benturan antara Kesultanan Turki Utsmani dengan kekuatan

    Eropa menyadarkan Sultan bahwa mereka memang sudah jauh tertinggal. Kondisi

    ini menyadarkan Sultan Salim III (1789-1807 M) sebagai penguasa dinasti

    Utsmani pada saat itu melihat kemajuan Eropa Barat ini sebagai sesuatu yang

    mempesona. Ia terpesona karena Eropa Barat yang pernah kalah dalam perang

    Salib melawan Islam, dalam tempo yang relatif singkat berhasil membangun

    negaranya secara pesat. Ia pun khawatir karena kemajuan Barat berarti ancaman

    bagi Turki Utsmani, sehingga dengan segala upaya, Salim berusaha melakukan

    pembaharuan bagi negaranya (Isputaminingsih, 2009: 64).

    Kebangkitan dunia Barat bukanlah karena kemajuan sains dan teknologi-

    nya, karena ini hanya merupakan alat untuk mencapai kemajuan. Sebab pokok dari

    kemajuan Barat adalah jiwa dan kekerasan hati rakyat Eropa untuk

    menumpahkan energi dan kemampuan mereka dalam rangka meningkatkan

    tingkatan hidup dan kesejahteraan umum, kemakmuran dan kebahagiaan

    masyarakatnya (Ali, 1994: 17).

  • Tampaklah kemajuan Eropa memang bersumber dari metode berpikir Islam

    yang rasional sebagai implementasi peradaban Islam yang masuk ke Eropa pada

    waktu terjadinya perang Salib. Maka dapatlah dikatakan benturan-benturan antara

    kerajaan Islam dan kekuatan Eropa, telah menyadarkan umat Islam untuk terpaksa

    belajar dari Eropa.

    Demikianlah Turki, pada abad ke-19/20, merupakan sebuah negara yang

    tidak memiliki kewibawaan lagi dimana negara tetangganya yaitu Eropa Barat,

    harus mengakui keunggulan bangsa Eropa dan berusaha mengadakan

    pembaharuan-pembaharuan di berbagai bidang kehidupan baik ekonomi, politik,

    sosial dan budaya maupun militer dalam rangka menghadapi modernisasi

    (Isputaminingsih, 2009: 64-65).

    B. Munculnya Mustafa Kemal

    Dalam kondisi sosial politis Turki yang berada dalam kehancuran, lahir

    tokoh pembaharuan Turki yang monumental dan spektakuler yaitu Mustafa Kemal

    Ataturk. Berbeda dengan tokoh-tokoh sebelumnya yang pada umumnya gagasan

    mereka masih bersifat akademis, namun Mustafa Kemal lebih pada mengutamakan

    gerakan pembaharuan melalui perjuangannya dengan perombakan institusi dan

    peradaban masyarakat Turki.

    Mustafa Kemal melihat bahwa Turki Utsmani berada diambang

    kehancuran terutama setelah kekalahannya dalam perang Dunia I (1914-1918),

    gerakan yang dapat memobilisasi massa dan kaum intelektual Turki waktu itu

    adalah ideologi nasionalisme dan sekulerisme. Ideologi kekhalifahan tidak lagi

    memiliki daya panggil untuk berjihad melawan kekuatan sekutu dan membangun

  • Turki dalam era modern, namun Mustafa Kemal menyadari kekuatan Islam tetap

    sebagai pemersatu kekuatan awal dalam melawan kekuatan asing

    (Isputaminingsih, 2009: 16).

    Kemajuan sains dan teknologi modern ini pada awal abad ke-19 telah

    memasuki dunia Islam dan dipandang sebagai permulaan periode modern, dimana

    ide-ide Barat seperti rasionalisme, nasionalisme, dan demokrasi menandai

    perkembangan baru pemikiran politik islam kontemporer. Munawir Sjadzali

    (1990: 129) dalam Isputamingsih mengatakan perkembangan tersebut di

    latarbelakangi oleh desakan Barat di bidang ekonomi, militer dan politik yang

    mengancam kebutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir

    dengan dominasi Barat atas sebagian besar wilayah daerah. Sementara Donald

    Eugeun Smith (1985: 41) menyatakan bahwa krisis politik yang ditimbulkan oleh

    dominasi Barat bersamaan dengan dengan krisis spiritual yang menyadarkan para

    pembaharu Islam untuk secara fundamental mengkaji ulang doktrin-doktrin agama

    agar dapat teraktualisasi dalam wacana perkembangan sejarah modern. Dalam

    negara Republik Turki, ruang lingkup modern ini sangat berkaitan dengan Mustafa

    Kemal Ataturk, yaitu seorang tokoh yang hidup pada masa Turki saat berada

    diambang kehancurannya dan ia terlibat dalam proses-proses penambahan di

    berbagai bidang kehidupan masyarakat Turki yang ia bangun dalam suatu atmosfir

    global perkembangan wacana politik Islam pada abad ke-19/20 (Isputamingsih,

    2009: 30).

    Mustafa Kemal merupakan tokoh yang mempelopori gerakan Turki Muda

    dengan tokoh-tokoh lainnya yaitu, Ahmed Riza (1839-1931), Mahmud Murad

    (1853-1912) dan Pangeran Sabahuddin (1877-1948). Gerakan Turki Muda ini

  • berusaha menggalang opini publik dan melancarkan kritikannya terhadap Sultan

    lewat penerbitan surat kabar dan majalah seperti Terekki (Kemajuan) dan Mizan

    (Timbangan). Ketiga tokoh ini berpendapat bahwa sebetulnya bukan Islam yang

    menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Utsmani dan bukan pula terletak pada

    rakyatnya, tetapi semua ini diakibatkan oleh Sultan yang memerintah secara

    absolut. Oleh sebab itu kekuasaan Sultan harus dibatasi (Nasution, 2003: 114).

    Mustafa Kemal juga merupakan sosok pemimpin baru di Turki, yang

    menyelamatkan Kerajaan Utsmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari

    penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki modern dan atas jasanya, ia mendapat gelar

    Ataturk (Bapak Turki) (Nasution, 2014: 134).

    Kinross (1985: 142) dalam Isputaminingsih menyatakan bahwa Mustafa

    Kemal dilahirkan di Salonika pada tahun 1881, Latip (2011: 11) lebih menjelaskan

    bahwa Mustafa Kemal lahir pada tanggal 19 Mei tahun 1881. Ia berasal dari

    keluarga yang taat beragama. Andrew Mango dalam bukunya yang berjudul

    Ataturk menyatakan dalam bukunya bahwa:

    Ataturk was born in salonica in 1880 into a family which muslim, Turkish- speaking and precariously meddle-class. He was born during the rign of AbdulHamit II, the last Ottoman sultan to exercise autoratic power (Mango, 1999:31).

    Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1880 dalam sebuah keluarga muslim

    Turki, dan berasal dari kelas menengah. Dia hidup pada masa

    pemerintahan Abdul Hamid II, sultan Ottoman terakhir yang menjalankan

    kekuasaan otokratis.

    Ayahnya, Ali Reza adalah seorang karyawan pada suatu pemerintah.

    Ibunya, seorang yang menginginkan Mustafa Kemal mengikuti jejak keluarga

    menjadi orang yang taat beragama, setidak-tidaknya menjadi hafiz atau boja

    (guru). Karena itu ia dimasukan ke Madrasah Fatimah Mollahh Kadin, yang

  • sisitem penngajarannya masih tradisional. Ia tidak menyukai sekolah di madrasah

    ini dan sering melawan gurunya. Melihat hal ini, ayahnya memindahkannya ke

    sekolah umum Shemsi Effendi, dan di sinilah Mustafa Kemal sukses dalam belajar.

    Mustafa Kemal menyelesaikan sekolah dasar swasta modern pertama di

    Salonika, dan melanjutkan ke sekolah Militer tahun 1893. Setelah menyelesaikan

    sekolah Militer di Monnastir tahun 1899, dia melanjutkan Sekolah Tinggi Militer

    di Istanbul kelas infantri. Di Sekolah Perang ini, ia menemukan jati dirinya.

    Ketertarikannya pada Matematika dan pengetahuan kemiliterannya serta

    kepintarannya berbicara berkembang di sini, sehingga salah seorang gurunya

    memberikan nama kepadanya Kemal yang berarti Kesempurnaan (Jameelah

    1965: 162).

    Mustafa Kemal kemudian dipromosikan menjadi pejabat pengajaran,

    sebuah posisi yang baginya menunjukan kewibawaannya. Tahun 1905, ia lulus

    Akademi Perang dengan pangkat Kapten pada umur 24 tahun. Kondisi sosial-

    politik Turki selama Mustafa Kemal melaksanakan studi di Istanbul adalah dalam

    keadaan kacau dimana terjadi konflik, disatu sisi rakyat Turki mengecam dan

    menentang kekuasaan absolut Kesultanan Utsmani dan besarnya peran lembaga

    Syaikh al-Islam dalam pemerintahan. Di sisi lain rakyat-pun sedang berhadapan

    dengan Perang Dunia I (1941-1918) yang melibatkan Turki sebagai sekutu Jerman

    melawan Inggris dan sekutunya. Dalam kondisi ini pun banyak wilayah kekuasaan

    Turki Utsmani yang melepaskan diri dari pemerintahan Istanbul, seperti Arab dan

    Mesir (Qardhawy, 1996: 140).

    Lembaga pendidikan Militer pada akhirnya menjadi salah satu pusat

    kegiatan oposisi. Mustafa Kemal dan teman-temannya membentuk organisasi

  • rahasia bernama Vaton Ve Hurriyet (Tanah Air dan kebebasan). Tindakan Mustafa

    Kemal ini menunjukkan keinginannya untuk menentang nasionalisme Arab

    dengan membentuk nasionalisme Turki melalui organisasinya sebagai wadah

    perjuangannya.

    Masuknya Mustafa Kemal dalam dunia politik semakin kuat setelah ia

    berkenalan langsung dengan peradaban Barat, terutama mengenai konstitusi, pada

    waktu ia dikirim ke Swiss sebagai atase militer. Titik balik karirnya dimulai ketika

    Mustafa Kemal memimpin Turki dalam perang kemerdekaan (1919-1922)

    melawan Sekutu, dan Mustafa Kemal berhasil merebut kembali Turki setelah

    Jerman sebagai sekutu Turki mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I.

    Keberhasilannya ini mendapat dukungan dan simpati dari rakyat. Momentum ini

    tidak disia-siakan oleh Mustafa Kemal. Dalam upayanya, ia melancarkan

    perjuangannya membangun Negara Turki Modern, dengan cara mengadakan

    westernisasi terutama dalam sistem ketatanegaraan yang berdasarkan kepada

    konstitusi yang dianggap Mustafa Kemal dapat mewakili kepentingan seluruh

    rakyat yang tergabung dalam satu bangsa dan negara (Anwar, 1989: 86).

    Kemudian ia mendirikan Partai Rakyat Republik (Republican Peoples Party) dan

    membentuk Majelis Nasional Agung sebagai kendaraan politik dalam

    melaksanakan reformasinya (Nasution, 2003:136). Dan pada tanggal 29 Oktober

    1923 terbentuklah Republik Turki dan Mustafa Kemal menjadi Presiden

    pertamanya (Isputaminingsih 2009: 13-15).

    Sebagai seorang militer yang berpengalaman terjun kelapangan peperangan

    baik di Hijaz, Libya, Mesir dan beberapa negara lainnya, Mustafa Kemal selalu

    mencari kesempatan dalam perjuangannya. Ia juga memanfaatkan waktunya ini

  • untuk mendapatkan perhatian dari pasukan yang dipimpinnya, sehingga

    dimanapun ia dikirim dalam peperangan, kepintaran dasar dan pengetahuan militer

    serta kemampuannya dalam memimpin anggotanya selalu membawa kemenangan.

    Keberhasilan ini membawa dirinya pada puncaknya di masa disintegrasi sedang

    terjadi pada zaman Turki \Utsmani. Walaupun Sultan menolak untuk mengakui

    posisinya, namun Mustafa Kemal menggerakkan kekuatan rakyat biasa untuk

    mendukungnya dalam melawan pemerintah Pusat di Istanbul (Sabiq, 2008: 70).

    Pengalaman politik Mustafa Kemal jelas mempengaruhi bentuk

    pemikirannya secara signifikan. Bagi Mustafa Kemal, Sultan dan agama tidak

    berpengaruh untuk pembangunan kembali kerajaan. Pandangannya tentang negara

    bagian adalah tidak berdasarkan agama. Tentu saja, konsepsi tersebut bukanlah

    keputusan yang dibuat secara mendadak tetapi sebuah ungkapan yang

    berkelanjutan dengan pandangan aliran politik yang bermacam-macam dimana

    Mustafa Kemal muncul (Isputaminingsih, 2009: 48).

    Kesultanan Turki Utsmani memasuki Perang Dunia I pada tahun 1914

    dengan bergabung dengan pihak Jerman dan Austria Hungaria. Mustafa Kemal

    yakin bahwa keputusan-keputusan untuk turut ikut dalam perang telah diambil

    terlalu cepat. Dia dapat memprediksi bahwa hasil buruklah yang akan didapatkan

    dan berusaha untuk memperingatkan penguasa kerjaan terhadap konsekuensi dari

    keputusan mereka. Namun pada 1915 dia diberikan tugas yaitu perintah divisi 19

    yang juga terbentuk di kota Thrace, dan ia ditempa menjadi tenaga tempur yang

    efisien. Selanjutnya dia bergerak bersama pasukannya menuju semenanjung

    Gallipoli dimana Anglo-French pesawat sekutu diperkirakan mendarat. Saat

    pendaratan berlangsung, Mustafa Kemal berhasil memeriksa sekutu terlebih

  • dahulu di Ariburnu, dan kemudian melawan dan memenangkan peperangan

    Anafartalar dimana dia berada di komando sebuah kelompok dari lima divisi,

    dengan pangkat kolonel. Tentara Inggris terpojok hingga ke pantai dimana mereka

    mendarat. Mustafa Kemal menaklukkan mereka dengan serangan terus menerus,

    mengharuskan mereka untuk pergi dari semenanjung pada 19 Desember 1915.

    Perancis juga pergi secara bersamaan karena tidak mampu bertahan.

    Kemenangan ini menyelamatkan Istanbul, ibukota Kekaisaran (Kesultanan), dan

    menghindari kemungkinan Rusia mendapatkan pijakan di selat, Mustafa Kemal

    menjadi salah satu komandan besar dalam sejarah. Pada tahun 1915 ia diangkat ke

    Diyarbakir di timur depan, sebagai komandan korps militer. Dalam perintah baru

    ini ia pertama kali menghentikan kemajuan Rusia dan kemudian mendapatkan

    kembali kota-kota Bitlis dan Mus. Tahun-tahun berikutnya ia diberi komando

    tentara 7 disebut juga dengan Lightning Group of Armies on The Southern Front

    in Palestine. Namun, ia tidak setuju dengan komandan Jerman mengenai rencana

    serangan yang terakhir, ia mengundurkan diri dari perintah tersebut dan kembali

    ke Istanbul. Ditunjuk sekali lagi di Palestina bagian depan pada tahun 1918, ia

    berhasil menahan gempuran sekutu pada garis utara dari Aleppo yaitu di sepanjang

    perbatasan selatan Turki yang sekarang. Pada 30 Oktober 1918 kekaisaran

    (kesultanan) Ottoman menandatangani gencatan senjata Moudros dengan pihak

    sekutu, dimana Mustafa Kemal mengambil alih komando Lightning Group of

    Armies dari Jendral Jerman Liman Von Sanders.

    Ketika kelompok itu tersebar, ia kembali ke Istanbul. Setelah memastikan

    bahwa senjata dan amunisi dibagi, ia kemudian membawa dan bersembunyi di

    utara pegunungan Taurus sebagai persiapan untuk operasi perlawanan masa depan.

  • Pada saat yang sama ia memperingatkan pemerintah di Istanbul dari bahaya yang

    dihadapi oleh negara dan perlu untuk mengambil tindakan sesegera mungkin untuk

    mencegah interpretasi yang tidak menguntungkan dari ketentuan gencatan senjata.

    Di Istanbul, Mustafa Kemal berhubungan terus dengan teman yang

    memiliki pemikiran sepaham dan juga dengan koresponden pers asing. Ia

    mempunyai pandangan bahwa negara itu hanya bisa diselamatkan dengan

    mengorganisir pasukan perlawanan di Anatolia. Kesempatan untuk menempatkan

    rencananya untuk dijalani muncul ketika ia dikirim oleh pemerintah Sultan ke

    Samsun untuk menekan gangguan.

    Mustafa Kemal diangkat menjadi inspektur tentara dan diberi kekuasaan

    yang luas, membawahi otoritas sipil setempat. Pada 19 Mei 1919, Mustafa Kemal

    tiba di Samsun, tiga hari setelah pendaratan Yunani di Izmir, dan segera memulai

    persiapan untuk perang kemerdekaan Turki. Dia melakukan perjalanan dari

    Samsun ke Erzurum, mengundurkan diri jabatannya dan terpilih sebagai presiden

    dari kongres nasional yang diadakan di kota. Mustafa Kemal membujuk kongres

    untuk menetapkan prinsip-prinsip perjanjian nasional yang kemudian diadopsi

    oleh dewan deputi Ottoman. Dari Erzurum, Mustafa Kemal pindah ke barat

    menuju Sivas dimana kongres lain diadakan. Mustafa Kemal melihat bahwa

    prinsip-prinsip yang disepakati di Erzurum kini lebih luas, perumusan seluruh

    negeri. Kemudian Mustafa Kemal terpilih sebagai presiden eksekutif permanen

    (komite perwakilan) dari kongres, dan meneruskan ke Ankara untuk mengatur

    perjuangan nasional. Mustafa Kemal kemudian ditekan pemberontakan di

    berbagai belahan Anatolia oleh pemerintah Istanbul yang berkolaborasi dengan

    sekutu. Akhirnya Mustafa Kemal memutuskan untuk membentuk tentara reguler,

  • atas dasar perjuangannya pada kehendak rakyat. Dengan tujuan tersebut, Mustafa

    Kemal mengamankan pembukaan Majelis Agung Nasional Turki di ankara pada

    23 April 1920. Sejak saat itu perjuangan dilakukan dan dipimpin dengan sukses

    oleh Majelis Pemerintahan. Dua perjanjian terpisah dicapai dengan perwakilan

    Perancis, di mana Perancis mengevakuasi wilayah Turki yang mereka duduki di

    selatan - sekarang Icel dan Gaziantep - dan senjata dan material yang digunakana

    diamankan untuk tentara Turki. Di barat, Turki memenangkan pertempuran Inn

    dan Sakarya, dan akhirnya pada 30 Agustus 1922 Mustafa Kemal mengarahkan

    kekuatan ke pertempuran besar yang dikenal sebagai pertempuran Commander-

    in-Chief yang mengarah pada pembebasan seluruh Anatolia.

    Ketika Mustafa Kemal masuk Izmir kekuatan sekutu bergegas untuk

    menjalin kontak dengannya, dan melalui negosiasi menghasilkan kesepakatan dari

    gencatan senjata mudanya pada 11 Oktober 1922. Hal ini menyatakan kembalinya

    Istanbul dan Thrace ke Turki. Pada 17 November 1922 sultan Utsmaniyah terakhir

    melarikan diri dari Istanbul dan Kekaisaran Ottoman menghilang dari sejarah

    (Ankara States, 1972: 36-38).

    Setelah melalui keputusan Dewan Mustafa Kemal mendirikan negara

    Republik Turki. Kemudian pada tanggal 29 Oktober 1923, beliau menjadi presiden

    pertama Republik Turki (Latip, 2011: 14).

    Latip (2011: 11-16) menuliskan tentang kronologi sejarah hidup Mustafa

    Kemal dan peristiwa-peristiwa penting yang dialami olehnya sebagai berikut:

    1) 19 Mei 1881

    Mustafa Kemal lahir di Salonika

  • 2) Tahun 1905

    Pada tahun ini, Mustafa Kemal dilantik menjadi kapten

    3) Oktober 1906

    Beliau mulai aktif dalam politik, lalu membuat perkumpulan Tanah

    Air dan Kemerdekaan di Damsyik

    4) 1 Februari 1915

    Beliau dinaikkan pangkat menjadi Brigadir Jenderal

    5) Tahun 1916

    Beliau dinaikkan pangkat sebgai basya, yaitu pangkat yang lebih tinggi

    dari brigadir

    6) Tahun 1917 dan 1918

    Beliau di hantar ke wilayah Balkan untuk memimpin dan menentang

    tentara Rusia tetapi misi yang dibwanya itu gagal. Kemudian ia dihantar

    ke Hijaz untuk membantu pemberontakan yang disokong oleh pihak

    Inggris. Kemudian ia ditugaskan ke Palestina. Namun, kedua misi yang ia

    pimpin itu gagal.

    7) 23 Agustus 1919

    Beliau di tarik menjadi Gubernur di Ardhrum, atau yang sekarang

    terkenal dengan kota Erzurum yang terletak di Turki bagian timur

    8) 19 September 1921

    Beliau di naikkan pangkat menjadi Masryal, yaitu tingkat tertinggi

    setara dengan Jenderal Besar

    9) Tahun 1922

  • Selepas pulang dari medan perang, yaitu perang Shaqariya, beliau

    meminta supaya diberi julukan Ghazi beserta uang tunai sebanyak empat

    juta lira

    10) 11 September 1923

    Beliau mendirikan Partai Rakyat

    11) Tahun 1923

    Beliau menandatangani perjanjian Laussane

    12) 29 Oktober 1923

    Beliau menjadi presiden Turki yang pertama

    13) 24 November 1934

    Beliau memakai gelar Ataturk yang mempunyai arti Bapak Turki

    14) 4 Mei 1931

    Terpilih menjadi presiden untuk yang ketiga kalinya

    15) 1 Maret 1935

    Terpilih menjadi presiden yang ke empat kali

    16) 10 November 1938

    Beliau meninggal dunia di Istana Dulamah Baghjah Istanbul karena

    menghidap penyakit radang hati dan penyakit lainnya.

    17) 21 November 1938

    Mayat beliau diletakkan di Muzium Etnografi di Ankara.

    C. Pemikiran Mustafa Kemal

    Dari upaya-upaya pembaharuan dalam Kesultanan Turki, tampak bahwa

    gerakan-gerakan pembaharuan yang diupayakan oleh kekuatan dari luar elite

  • Kesultanan maupun dari Sultan sendiri belum memberikan hasil yang memuaskan.

    Kenyataan yang ada bahwa Turki Utsmani justru semakin melemah, bahkan

    mendapatkan predikat orang sakit Eropa. Wilayah Kesultanan yang masih cukup

    luas menyisakan suatu kesulitan yang tidak tertangani secara ekonomi dan politik.

    Perkeonomian tidak mampu membungkam rasa tidak puas di banyak kalangan

    masyarakat. Secara horizontal, majemuknya masyarakat karena adanya perbedaan

    agama maupun etnis, membuat persatuan Kesultanan Turki Utsmani semakin

    melemah dan sulit dicarikan simbol pemersatu (Isputaminingsih, 2009: 78).

    Fragmentasi dalam mensikapi persoalan kemunduran Kesultanan dan

    ideologi dari solusi pembaharuan itu dapat dibagi menjadi tiga golongan.

    Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harun Nasution (2003: 119) ada tiga aliran

    pembaharuan yang muncul dan berkembang dalam masyarakat Turki saat itu,

    yaitu:

    1) Golongan Barat yang menghendaki peradaban Barat sebagai dasar

    pembaharuan. Tokoh utamanya adalah Tewfik Fikret dan Dr. Abdullah

    Jewdat. Keduanya termasuk pengkritik tajam faham keagamaan

    tradisional dan fatalisme, sehingga mereka cenderung dimusuhi oleh

    kalangan agama dan dianggap sebagai musuh agama.

    2) Golongan Islam yang menginginkan Islam sebagai dasar pembaharuan

    dan mereka menganggap agama atau Islam bukanlah penghambat

    kemajuan seperti yang dituduhkan selama ini. Tokoh utamanya Mehmed

    Akif, yang memberikan contoh bahwa kemajuan yang dialami Jepang

    dengan tidak mengabaikan nilai-nilai kemasyarakatan. Jepang hanya

  • mengambil sains dan teknologi Barat saja. Sementara nilai yang menjadi

    pedoman kehidupan tetap dipertahankan.

    3) Golongan Nasionalis Turki yang muncul paling akhir dan melihat bahwa

    pasukan peradaban Barat dan bukan Islam yang harus dijadikan dasar

    pembaharuan, tetapi jiwa nasionalisme Turki-lah yang harus dijadikan

    senjata dalam pembaharuan Turki. Tokoh utamanya adalah Ziya Gokalp.

    Menurut Gokalp kelemahan bangsa Turki disebabkan keengganan umat

    Islam dalam mengakui adanya perubahan dalam kehidupan disekeliling

    mereka serta tidak mau mengadakan interpretasi baru yang sesuai dengan

    kondisi zaman. Gokalp menghendaki Turki dibangun diatas kebudayaan

    nasional yang unsur-unsurnya berasal dari Barat namun dijiwai oleh Islam

    (Isputamingsih 2009: 79).

    Ziya Gokalp adalah tokoh yang mengilhami kebijakan sekular Mustafa

    Kemal. Ziya Gokalp merupakan seorang ahli sosiologi Turki yang mengamati

    kondisi psikologi dan filsafat masyarakat Turki. Gokalp melihat kelemahan bangsa

    Turki adalah karena adanya keengganan dari umat Islam dalam mengakui adanya

    perubahan dalam kondisi kehidupan mereka serta tidak mau mengadakan

    interpretasi baru yang sesuai dengan keadaan zaman atas ajaran-ajaran Islam

    (Berkes, 1959: 7). Gokalp menginginkan Turki merupakan sebuah sintesis dari

    Nasionalisme Turki, Islamisme dan Westernisme. Inilah yang menjadi pioner dari

    pemikiran Mustafa Kemal dalam mewujudkan pembaharuan kerajaan Utsmani

    menjadi Republik Turki yang menganut paham sekular. Jameelah (1965: 155)

    mengatakan bahwa Ziya Gokalp adalah seorang diantara tokoh Turki yang

    mempelopori sebuah negara sekular Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal

  • Ataturk. Jameelah dalam bukunya yang berjudul Islam dan Modernisme juga

    mengkritik tajam pemikiran Gokalp yang dianggapnya tidak orisinil dan menjiplak

    barat serta mencerminkan pendirian nasionalis tulen yang ingin menghancurkan

    Islam.

    Ziya Gokalp sebenarnya menginginkan pemisahan antara hukum ibadat

    dan muamalat. Hukum ibadat menjadi urusan kaum ulama dan hukum muamalat

    menjadi urusan negara. Dengan demikian, apa yang hendak dipisahkan oleh

    golongan nasionalis dari negara bukanlah agama tetapi kekuasaan kaum ulama

    yang terdapat di Biro Syaikh al-Islam, itu pun hanya masalah muamalat. Namun,

    soal ibadah tetap berada di tangan kaum ulama (Nasution, 2003: 128).

    Dalam pemikiran tentang pembaharuan, Mustafa Kemal dipengaruhi

    bukan oleh ide golongan Nasionalis Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan Barat.

    Turki dapat maju hanya dengan meniru Barat. Setelah perjuangan kemerdekaan

    selesai, demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru mulai, yaitu perjuangan untuk

    memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban \\Barat akan

    diambil bukan hanya sebagian-sebagian, tetapi dalam keseluruhannya. Menurut

    Argouglu seorang pengikut Mustafa Kemal, ketinggian suatu peradaban terletak

    dalam keseluruhannya, bukan dalam bagian-bagiannya tertentu. Peradaban barat

    dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu

    pengetahauan dan teknologi nya saja, tetapi karena keseluruhannya, keseluruhan

    unsur-unsur nya, dan bukan unsur baiknya saja tetapi juga unsur tidak baiknya.

    Peperangan antara timur dan barat adalah peperangan antara dua peradaban,

    peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama

    mencangkup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke

  • sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan

    membawa kepada mudurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekulerisasi-lah yang

    menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat

    Turki harus mengadakan sekulerisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan

    sosial dan hukum mereka.

    Mustafa Kemal berpendapat di dalam salah satu pidatonya bahwa

    kelanjutan hidup di dunia peradaban modern menghendaki dari suatu masyarakat

    supaya mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Di zaman yang di dalamnya

    ilmu pengetahauan membawa perubahan terus menerus bangsa yang berpegang

    teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua dan usang, tidak akan dapat

    mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus diubah menjadi masyarakat

    yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus

    dihancurkan (Nasution 2014: 140).

    Westernisasi, Sekulerisme dan Nasionalisme itulah yang menjadi dasar

    pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal. Pembaharuan pertama ditujukan

    terhadap perubahan negara. Mustafa Kemal berpendapat bahwa dalam hal ini harus

    diadakan sekulerisasi. Pemerintah harus dipisahkan dari agama. Mustafa Kemal

    juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran politik barat bahwa kedaulatan terletak

    di tangan rakyat.

    Pada konstitusi 1921, ditegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan

    rakyat, maka bentuk negara baru ini haruslah Republik. Pada bulan Oktober tahun

    1923, Majelis Nasional Agung memutuskan bahwa Turki adalah negara Republik

    (Nasution 2014: 142).

  • Binnaz Toprak dalam bukunya yang berjudul Islam dan Perkembangan

    Politik di Turki (1999: xviii-xxii) menjelaskan bahwa Mustafa Kemal mempunyai

    prinsip yang disebut Kemalisme. Ideologi ini terbagi menjadi 5. Yaitu,

    Republikanisme, nasionalisme, populisme, sekulerisme, dan etatisme.

    1) Republikanisme : merupakan garis demarkasi dari sistem kekuasaan

    yang semula berada di tangan Sultan lalu beralih ke tangan rakyat

    diwakili oleh parlemen. Republik Turki yang diproklamirkan pada 29

    Oktober 1923 menandai berakhirnya kekuasaan Kesultanan Turki

    Utsmani yang kemudian beralih menjadi Republik Turki. kemenangan

    gerakan rakyat ini telah mengundang reaksi keras dari Sultan dan

    sebagian Ulama. Kebencian para Sultan di dunia Arab terhadap kelahiran

    Republik Turki barangkali disebabkan antara lain oleh ancaman pudarnya

    kekuasaan yang berciri dinastiisme lalu digantikan parlemen rakyat.

    2) Nasionalisme : nasionalisme juga merupakan kekuatan kritik dan

    perlawanan terhadap ideologi Ottomanisme dan Islamisme yang secara

    geografis dan etnis meliputi berbagai wilayah, agama dan suku bangsa

    mulai Iran, Irak, Balkan, Afrika Utara, bahkan pengaruhnya pernah

    sampai Aceh. Salah satu sebab Mengapa republikanisme dan

    nasionalisme muncul dan meraih kemenangan karena merosotnya

    kekuasaan Kesultanan Utsmani pada awal abad ke-20.Otot-otot birokrasi

    dan para pendukung kerajaan kian melemah, sementara kekuatan

    ekonomi, ilmu pengetahuan dan militer Barat mulai bangkit. Kebangkitan

    dan supremasi Barat baru disadari oleh penguasa Ottoman ketika Jerman

  • dan kawan-kawannya, termasuk Dinasti Utsmani kalah dalam Perang

    Dunia I.

    Kekalahan Utsmani pada Perang Dunia I ini semakin mendorong

    keyakinan para pendukung nasionalisme-turkisme yang dipimpin oleh

    Mustafa Kemal untuk menggalang dan menghidupkan semangat

    kebangsaan, bukannya kesultanan dan keislaman karena menurut Mustafa

    Kemal, hanya ideologi dan bendera kebangsaan yang mampu

    membangkitkan masyarakat dan bangsa Turki utnuk mempertahankan

    identitas dan kehormatan dirinya di hadapan ancaman Eropa, terutama

    Inggris. Untuk mewujudkan semangat ini maka rakyat harus diberi ruang

    yang lebih luas dan hak-hak politiknya harus dihargai karena mereka

    inilah sesungguhnya pemilik, pewaris dan penerus perjuangan bangsa

    Turki.

    3) Populisme : untuk mendukung itu semua maka ditetapkan sila

    populisme yang berarti kerakyatan, yaitu the governance of the people,

    with the people, for the people. Prinsip ini jelas berbeda dari prinsip

    Kesultanan karena yang memegang dan mengendalikan politik adalah

    Sultan, bukan rakyat.

    4) Etatisme : pemikiran ini berasal dari Barat yang berkembang

    di abad ke-19, yaitu campur tangan negara terhadap perencanaan dan

    pengaturan ekonomi rakyat, sebagai kritik terhadap faham ekonomi

    liberalisme. Di Turki, prinsip etatisme tidak hanya diberlakukan dalam

    aspek ekonomi saja melainkan juga aspek sosial politik. Hal inilah yang

  • menyebabkan sampai hari ini peranan negara masih cukup kuat meskipun

    mereka menyatakan diri sebagai pelopor demokrasi bagi dunia Islam.

    5) Sekulerisme : sebagai salah satu prinsip ideologi Kemalisme yang

    mengundang kontroversi dan caci maki serta kemarahan para ulama.

    Prinsip Sekulerisme di Turki sulit dipahami tanpa melihat jauh ke

    belakang praktik kehidupan politik di abad ke-16 dan berakhirnya dengan

    berdirinya Republik Turki pada tahun 1923. Bangsa Turki yang berasal

    dari daratan Asia Tengah ini datang ke wilayah Anatolia pada abad ke-11

    melalui dua jalur, yaitu: daerah Balkan di sebelah Barat dan melalui Iran

    di sebelah Timur. Mereka di kenal sebagai warrior nation karena

    keahliannya mengendarai kuda dan keberaniannya di medan perang.

    Dinasti Utsmani menjadi kekuatan politik yang di dalamnya terdapat

    semangat keislaman dan ke-Turki-an dengan wilayah yang meliputi tidak

    hanya benua Arab melainkan juga sampai ke Afrika, anak benua India dan

    Eropa. Oleh karena itu Dinasti Utsmani meliputi wilayah dengan

    penduduk wilayah non-Muslim.

    Faham Sekulerisme muncul sebagai kritik atau perlawanan balik dari

    gerakan republikanisme terhadap kekuasaan Turki Utsmani yang menggunakan

    kekuatan jajaran Ulama dari simbol keagamaan sebagai alat legistimasi kekuasaan

    politiknya. Tidak bisa diingkari bahwa kekuatan Dinasti Utsmani tidak semata

    terletak pada kekuatan militernya namun juga pada dukungan dan kepandaian

    penguasa untuk menggunakan agama sebagai sandarannya. Pada awalnya,

    penggunaan simbol dan ideologi agama ini diterima oleh rakyat bahkan memiliki

  • daya panggil ideologis untuk memperthankan dan memperluas wilayah kekuasaan

    Utsmani.

    Di mata Mustafa Kemal dan para pengikutnya, satu-satunya jalan keluar

    untuk menyelamatkan Turki waktu itu ialah dengan cara menyingkirkan peran

    ulama dan merobohkan mitos Kekhalifahan. Sejarah munculnya sekulerisme di

    Turki bukannya ditujukan untuk memusnahkan Islam dari bumi Turki melainkan

    mengeliminasi peran ulama yang dipandang tidak cakap dan tidak mampu lagi

    memberikan keamanan dan harga diri bangsa Turki terutama setelah Turki kalah

    dalam Perang Dunia I. Kekalahan Turki yang bergabung bersama Jerman ini telah

    menimbulkan ke-kagetan karena sebelumnya mereka memandang dirinya sebagai

    kekuatan yang paling besar di bumi (Toprak, 1999: xviii-xxii).

    Meskipun awal sekularisasi bermula sekitar abad ke-18, baru setelah tahun

    1923 hubungan historis antara Islam dan negara itu ambruk. Sejalan dengan

    sejarah panjang upaya westernisasi, program sekulerisasi Mustafa Kemal

    bertujuan untuk menggantikan kebudayaan Islam dengan kebudayaan Barat

    (Toprak, 1999: 2).

    Perlunya pembaruan di Kerajaan Turki untuk pertama kalinya diakui di

    abad ke-17 ketika Kerajaan itu mulai kehilangan kekuatannya. Pembaruan-

    pembaruan di abad ke-17 itu merupakan upaya-upaya pribumi yang pada

    umumnya berpusat di sekitar usaha untuk memperkuat otoritas pemerintah pusat.

    Para pembaru Turki abad ke-19 berupaya mengatasi kontradiksi ini dengan

    cara menerima arus modernisasi yang menyingkirkan pembaruan pribumi tentang

    struktur-struktur sosio-politik Islam. Setelah runtuhnya Kerajaan Utsmani pada

    akhir Perang Dunia I dan dilanjutkan berdirinya pemerintah Republik Turki tahun

  • 1923, dualitas dalam tujuan-tujuan ini pada akhirnya bisa diselesaikan dengan cara

    menerima peradaban Barat (Toprak, 1999: 61).

    Program sekulerisasi Kemalis (sebutan bagi pendukung Mustafa Kemal)

    setelah berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 dan reaksi lanjutan terhadap

    pembaruan-pembaruan Kemalis, memperkuat pentingnya kedua faktor ini dalam

    kasus Turki. Serangan kubu Kemalis terhadap Islam pada dasarnya timbul dari

    adanya pemahaman bahwa agama memainkan peranan konservatif dalam struktur

    sosio-politik Kerajaan Utsmani (Toprak, 1999: 68).

    Dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh wartawan Perancis yang

    bernama Maurice Pernot pada tahun 1923 (TurkInkilap Tarihi Enstitusu Yayinlari,

    Ataturk 'un Soyley ve Demecleri 1918-1937, vol III Ankara Turk Tarih Kurumu

    Basimevi 1961, hal 68), Mustafa Kemal mengatakan bahwa:

    Kami ingin memodernisasi negeri kami. Tujuan kami adalah

    mendirikan sebuah negara modern, dengan demikian, sebuah negara Barat di

    Turki. adakah suatu bangsa yang telah menunjukkan keinginannya untuk

    memasuki peradaban tetapi tidak mau menoleh ke Barat? ( Toprak, 1999: 70).

    Toprak (1999: 72) menyatakan bahwa serangkaian pembaruan sekuler yang

    dilancarkan pada dekade pertama setelah berdirinya Republik Turki, dirancang

    untuk mengurangi peranan Islam dalam kehidupan Institusional dan kultural.

    Dengan demikian program sekulerisasi itu menempuh empat fase:

    1) Sekulerisasi simbolis, yakni melakukan pembaruan dalam aspek-aspek

    kebudayaan nasional atau kehidupan sosial yang memiliki identifikasi

    simbolis Islam.

  • 2) Sekulerisasi Institusioanl, yakni perubahan-perubahan tatanan

    organisasi yang dirancang untuk menghancurkan kekuatan institusional

    Islam.

    3) Sekulerisasi fungsional, yakni melakukan perubahan-perubahan fungsi

    khusus institusi-institusi keagamaan dan pemerintahan,

    4) Sekulerisasi legal, yakni perubahan-perubahan dalam struktur hukum

    masyarakat.

    Berawal dari pemikiran-pemikirannya inilah Mustafa Kemal banyak

    melakukan perubahan Kebudayaan di Turki. Kebudayaan Turki yang sarat akan

    budaya Islam akibat pengaruh dari kesultanan Turki Utsmani dihapuskan oleh

    Mustafa Kemal. Melalui pemikirannya, ia membawa perubahan yang sangat

    signifikan dalam terbentuknya negara Republik Turki. Kebudayaan sendiri

    mempunyai arti keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

    dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

    belajar.

    Koentjaraningrat juga menyatakan dalam bukunya yang berjudul

    Pengantar Antropologi (1998: 38) bahwa kebudayaan memiliki tujuh unsur

    pembentuk kebudayaan. Yaitu:

    1. Sistem Religi/ agama

    2. Sistem Pengetahuan

    3. Sistem Mata Pencaharian

    4. Sistem Kemasyarakatan/ Organisasi Sosial

    5. Sistem Bahasa

    6. Sistem Teknologi

  • 7. Kesenian

    Dari ketujuh unsur tersebut, maka penulis menemukan bahwa unsur budaya

    menurut Koentjaraningrat sesuai dengan perubahan-perubahan yang dilakukan

    oleh Mustafa Kemal. Mustafa Kemal melakukan perubahan yang mencangkup

    ketujuh unsur tersebut. Penulis menguraikan ke tujuh unsur ini sesuai dengan

    perubahan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal, yaitu:

    1. Sistem Religi/Agama

    Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa Turki merupakan negara di

    mana tempat kekhalifahan terakhir berdiri. Selama tujuh abad dari abad ke-14

    hingga ke-20, kekhalifahan Turki Utsmani merasakan kejayaannya. Pandangan

    mengenai pemerintahan dibawah naungan islam yang maju dan berjaya sudah

    terdengar oleh seluruh bangsa di dunia. Islam-pun dipilih sebagai agama resmi dari

    kekhalifahan Turki Utsmani yang tercatat dalam konstitusi negara (Furqon, 2012:

    35).

    Namun setelah masa pemerintahan Mustafa Kemal berlangsung, terjadi

    banyak perubahan-perubahan yang terjadi dalam bidang agama. Menurut Niyazi

    Berkes (1964: 293-284) dalam Isputaminingsih menyatakan bahwa sekularisasi

    yang dilakukan oleh Mustafa Kemal tidaklah dimaksudkan untuk menghapus

    agama, tetapi lebih merupakan upaya menasionalkan agama. Hal ini dapat dilihat

    dari sambutan persidangan Majelis Nasional Agung 1923, Mustafa Kemal

    mengatakan bahwa agama Islam adalah satu dari agama yang paling logis dan

    wajar dan karena itu menjadi agama yang paling terakhir. Untuk itu, agama

    haruslah sesuai dengan kearifan, ilmu pengetahuan dan logika. Agama kita sesuai

    sekali dengan semuanya ini.

  • Pada tanggal 7 Februari 1923 Mustafa Kemal menyatakan penggunaan

    bahasa Turki pada khutbah Jumat di Masjid Baliksir. Ia berpendapat bahwa tujuan

    khutbah adalah untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada rakyat dan tidak

    lebih dari itu. Oleh karena itu, membaca khutbah yang sudah hampir berumur 100

    tahun, 200 tahun, atau bahkan 1000 tahun berarti membiarkan umat manusia

    dalam kebodohan dan ketertinggalan. Dengan demikian, merupakan suatu

    keharusan bahwa orang yang memberikan khutbah harus selalu memberikan

    khutbahnya dalam bahasa rakyat yang di khutbahi. Perubahan agama yang

    dilakukan Mustafa Kemal bertujuan untuk men-Turki kan Islam, sehingga Islam

    mudah dimengerti oleh rakyat Turki (Ali, 1994: 98-99).

    Mustafa Kemal juga melakukan perubahan fungsi dan kedudukan Syaikhul

    Islam serta Institusi Agama di Turki. Ia memutuskan untuk menghapuskan

    kedudukan Syaikhul Islam pada 3 Maret 1924 (Ali, 1994: 107). Syaikhul Islam

    merupakan lembaga yang mendapat kedudukan sebagai pemimpin yang

    mempunyai peranan penting dalam semua urusan kenegaraan. Sejak

    dikeluarkannya Konstitusi 1876, wilayah otoritas Syaikhul Islam tidak sebatas

    hanya pada wilayah eksekutif tapi juga meliputi wilayah legislatif dan yudikatif

    (Nasution, 1992:136). Selain menghapus kedudukan Syaikhul Islam, Mustafa

    Kemal juga menghapus Kementrian Syariah dan Wakaf. Kementrian Wakaf

    adalah kementrian yang mempunyai tanggung jawab untuk memberi bantuan

    kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Kemudian uang yang berasal dari

    kementrian wakaf ia gunakan untuk membuat patung-patung dengan wajah dirinya

    (Latip, 2011: 353-354). Penghapusan institusi ini terjadi setelah disetujuinya

  • undang-undang pada tahun 1924 oleh Dewan Nasional Agung mengenai

    penghapusan institusi tersebut (Toprak, 1999: 87).

    Pada tahun 1925 ditetapkan undang-undang baru mengenai pembubaran

    aliran-aliran agama yang berada di Turki. Undang-undang yang dimaksud adalah

    Pasal 75 Konstitusi Negara Turki (Furqon, 2012: 41). Pelaksanaan dari Undang-

    undang tersebut diwujudkan dengan ditutupnya pusat-pusat kegiatan, melarang

    upacara-upacara keagamaan dan semua aktifitas-aktifitasnya. Sehingga semua

    aliran yang ada dihapuskan oleh Mustafa Kemal pada tahun 1925. Kebijakan

    Mustafa Kemal ini bukan tanpa perlawanan, ini dibuktikan dengan adanya

    pemberontakan dari pemimpin Naqshabandiyah yang bernama Syaikh Said di

    Anatolia Timur, dimana ia menentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

    pemerintahan Mustafa Kemal (Ali, 1994: 85).

    Perlawanan ini merupakan pemberontakan yang paling membahayakan,

    sehingga setelah itu dibuatlah Pengadilan Kemerdekaan yang dibuat untuk

    mengadili para pemimpin pemberontakan. Setelah itu majelis juga mengeluarkan

    Undang-undang Pemeliharaan Ketertiban yang intinya memberikan kekuasaan

    luar biasa kepada pemerintah dan berfungsi sebagai dasar partai untuk menumpas

    semua oposisi politik (Toprak, 2000: 128). Walaupun Musatafa Kemal telah

    melarang perkembangan aliran-aliran Islam, tetapi semua aliran tetap berkembang

    meskipun dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi (Esposito, 2001: 66).

    Pada tahun yang sama, yaitu 1925 Mustafa Kemal berhasil membuat

    perubahan bentuk peribadatan. Ia mengubah masjid Aya Sophia menjadi museum.

    Aya sophia memang awalnya berupa gereja. Namun pada tanggal 29 Mei tahun

    1453 Aya Sophia berubah menjadi Masjid pada masa kepemimpinan Sultan

  • Muhammad Al-Fatih atas persetujuan penduduk Kristian di Kota Istanbul.

    Kemudian, Masjid-masjid yang lain ditutup dengan alasan masjid-masjid itu

    digunakan untuk menentang pemerintah, Masjid Al-Fatih ditutup dan dijadikan

    gudang. Sedangkan Masjid Abu Ayub Al-Anshari tidak ikut ditutup.Sejak

    dikeluarkannya perintah itu orang-orang dilarang untuk mengerjakan solat di

    masjid Aya Sophia. Ukiran ayat-ayat Al-Quran di hapus dan diganti dengan

    gambar-gambar lama (Latip, 2011: 374). Akan tetapi, penulis menemukan

    perbedaan tahun pergantian Aya Sophia menjadi museum. Freely (2012: 410)

    menyatakan dalam bukunya yang berjudul Istanbul Kota Keisaran bahwa masjid

    Aya Sophia dirubah menjadi museum pada tahun 1934. Setelah menutup masjid-

    masjid, Mustafa Kemal juga menutup tempat-tempat suci (trbe) dan pusat-pusat

    perkumpulan darwis (tekke) pada bulan September 1925. Tekke dan trbe

    memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari (Zrcher, 2003: 224).

    Kebijaksanaan Mustafa Kemal sejak awal adalah memisahkan agama dari

    masalah politik, sosial dan kebudayaan. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi

    praktek agama hanya disekitar tempat-tempat ibadah. Perubahan yang dilakukan

    oleh Mustafa Kemal dalam agama Islam adalah pada bentuk beribadatan, bahasa

    ibadah, ciri sholat dan segi pemikiran ibadah. Fungsi dan cara peribadatan di

    masjid mulai mengalami suatu perubahan ketika muncul komite yang dibentuk

    oleh Fakultas Teologi Universitas Istanbul di bawah pimpinan Profesor Mehmed

    Fuad Koprulu. Ia melakukan perubahan masjid-masjid yang ada di Turki pada

    tahun 1928. Tujuan dari dibentuknya komite ini adalah untuk merencanakan guna

    memordenisasi Islam. Pembaharuan yang menjadi sasaran salah satunya adalah

    yang berhubungan dengan tempat peribadatan (Ali, 1994: 108).

  • Dalam melaksanakan tugasnya, komite melakukan perombakan mengenai

    tata cara di masjid. Mereka melakukan rekomendasi untuk mengenalkan kursi

    gereja dan ruang penyimpanan tempat mantel kedalam masjid. Setiap orang yang

    ingin memasuki masjid harus menggunakan sepatu yang bersih (Isputaminingsih,

    2009: 139). Ketentuan yang telah ditetapkan oleh komite tersebut telah dijalankan

    sesuai dengan kebijakannya dan dilaksanakan pada tahun yang sama. Alasan yang

    dikemukakan oleh komite adalah untuk menenkanakan pentingnya masjid yang

    bersih dan teratur dengan bangku dan kamar untuk menyimpan jubah. Dengan

    demikian, hal ini sangat berbeda dengan fungsi masjid sebenarnya (Furqon, 2012:

    37).

    Komite agama juga melakukan banyak perubahan-perubahan terhadap

    fungsi masjid sekaligus cara peribadatan di dalamnya. Komite lalu berpikir untuk

    menyiapkan penyanyi-penyanyi dan imam-imam yang mempunyai pengetahuan

    tentang musik. Mereka mempunyai tujuan untuk menjadikan sholat lebih indah,

    memberi inspirasi dan spiritual. Hal tersebut juga mendorong mereka untuk

    menyediakan alat-alat musik dalam tempat sholat (Ali, 1994: 108-109) .

    Mustafa Kemal terus meneruskan perjuangannya dalam merubah agama

    baik dalam bentuk dan suasananya seperti perubahan bahasa dalam peribadatan.

    Selain itu tempat peribadatan harus dibuat sebagaimana yang lazim di Barat

    seperti:

    mesjid dibangun dengan bentuk dan suasana gereja di negara-negara

    barat, dengan menekankan pada pentingnya mesjid yang bersih, dengan

    bangku-bangku dan ruang menyimpan mantel, mewajibkan jamaah masuk

    dengan sepatu yang bersih, menggantikan bahasa Arab dengan bahasa

    Turki, menyediakan alat-alat musik ditempat shalat untuk memperindah

    bentuk shalat, dan mengubah teks-teks khutbah yang telah ada dengan

  • khutbah yang berisi pemikiran agama berdasarkan filsafat Barat.

    (Jameelah 1965:159).

    Mukti Ali (1994: 168), menjelaskan penekanan sangat dilakukan dalam

    bentuk peribadatan. Tempat peribadatan harus bersih, teratur, mudah didatangi

    dan patut dihuni. Untuk itu tempat ibadah harus menyediakan bangku dan kamar

    untuk menggantungkan baju diluar. Rakyat juga diharuskan untuk memasuki

    tempat-tempat ibadah dengan sepatu yang bersih. Hal ini dimaksudkan untuk

    menjaga kesehatan dan kebersihan dalam melakukan ibadah. Alasan penyediaan

    kamar dalam tempat-tempat ibadah adalah karena Turki mengalami musim dingin,

    maka dalam musim itu orang-orang Turki memakai baju luar yang tebal yang akan

    dilepaskan sewaktu akan melakukan sholat. Orang-orang Turki memakai sepatu

    boot dan sepatu tersebut dilepas pada waktu masuk tempat-tempat ibadah, dan

    mereka melakukan sholat dengan sepatu dalam.

    Fadlullah Jamil dalam Furqon (2012: 45) menyatakan bahwa pada masa

    pemerintahannya, Mustafa Kemal membuat peraturan pelarangan naik haji bagi

    masyarakat Muslim di Turki. Sebagaimana umat muslim di dunia, umat muslim

    yang berada di Turki juga melakukan ibadah Haji setiap tahunnya. Ditambah

    dengan kondisi letak geografis Turki yang berdekatan dengan Saudi Arabia

    memudahkan rakyat Turki untuk melaksanakan kewajiban dari rukun islam yang

    kelima tersebut. Kegiatan tersebut pasti sering terlihat tatkala kekhalifahan Turki

    Utsmani masih berkuasa di Turki, akan tetapi hal ini jarang dilaksanankan atau

    dirasakan pada masa pemerintahan Mustafa Kemal. Ketika mulai dilakukannya

    revolusi agama pada tahun 1928, Mustafa Kemal mulai mengeluarkan kebijakan

    pelarangan untuk melaksanakan ibadah Haji. Dengan adanya kebijakan ini, banyak

  • penduduk Muslim di Turki tidak dapat melakukan ibadah Haji di Makkah.

    Akhirnya kebijakan pelarangan Haji ini dicabut pada tahun 1948 setelah Mustafa

    Kemal wafat, sehingga penduduk Muslim di Turki dapat kembali melaksanakan

    ibadah Haji.

    Pada tahun 1928 Mustafa Kemal menghapuskan artikel 2 Konstitusi Turki

    tahun 1921 tentang pencantuman Islam sebagai agama negara, sehingga antara

    agama dan negara sudah tidak ada lagi sangkut pautnya (Nasution, 2003:143).

    Perubahan yang diinginkan Mustafa Kemal adalah islam yang di Turki-kan dan

    tidak terikat oleh peradaban Timur (Arab). Menurutnya agama merupakan suatu

    lembaga sosial dan karena itu harus disesuaikan dengan sosial dan budaya

    masyarakat Turki (2003: 144).

    Pada tahun yang sama, 1928 Mustafa Kemal juga merubah bahasa Arab

    sebagai bahasa dalam ibadah dengan bahasa Turki (Ali, 1994: 90). Ia mengambil

    secara penuh pemikiran Ziya Gokalp. Ia juga melakukan sebuah transformasi

    bahasa peribadatan dengan tujuan untuk membersihkan bahasa Turki dari kosa

    kata Arab Persia (Mughni, 1997: 157). Pemikiran Ziya Gokalp adalah ia

    berpendapat bahwa beribadah akan mudah di mengerti apabila kita bisa

    memahami bahasa yang kita gunakan dalam peribadatan. Gokalp juga menyatakan

    bahwa sebagai bangsa Turki menjadi suatu keharusan melaksanakan sholat dalam

    bahasa Turki. Hingga demikian, bangsa Turki bisa mengerti sholat mereka dan

    memperoleh rasa berupa ilham dari agama mereka. Jadi, menurutnya bahasa

    peribadatan dalam sholat agar dilakukan dalam bahasa Turki (Ali, 1994: 64).

    Perubahan demi perubahan terus berlanjut. Agama Islam yang sebelumnya

    memiliki peranan yang penting dalam pemerintahan dan masyrakat Turki, bergeser

  • peranannya. Tidak hanya perubahan bahasa dalam sholat, bahasa Al-Quran juga

    dirubah dalam bahasa Turki. Oleh karena itu, Al-Quran harus disajikan dalam

    bahasa Turki (Furqon, 2012: 30). Selain itu, ia juga memerintahkan untuk

    menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Turki dengan Tulisan Latin. Dan Al-

    Quran dalam bahasa arab juga dibakar (Latip,2011: 231).

    Pada tahun 1932 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengganti

    pengucapan adzan dari bahasa arab ke dalam bahasa Turki (Jameelah 1965: 159).

    Tepatnya pada bulan Januari 1932, adzan berbahasa Turki secara resmi juga

    dikumandangkan. Dalam bahasa Turki Lafadz Allahu Akbar digantikan dengan

    Allahu Buyuk. Mustafa Kemal menginginkan azan dirubah kedalam bahasa Turki

    supaya mudah dipahami oleh semua orang (Latip,2011: 301). Adzan dalam bahasa

    Turki disiapkan oleh himpunan linguistik dan disiarkan oleh kantor kepresidenan

    urusan agama. Melodi adzan dalam versi Turki disetujui oleh konservatori musik

    nasional Ankara. Pada tahun 1933 dikeluarkan keputusan pemerintah yang

    menyatakan bahwa adzan dalam bahasa Arab merupakan suatu pelanggaran

    (Husaini, 2005: 273).

    Kebijakan yang terkait dengan adzan yang berbahasa Turki tentunya

    mendapat perlawanan dan tantangan dari berbagai ulama dan masyarakat muslim

    Turki. Salah satunya yaitu kelompok Naqsabandiyah. Pengikut Naqsabandiyah

    mengadakan perlawanan dalam pemeberontakan Bursa pada tahun 1933,

    dilanjutkan dengan perlawanan terhadap kebijakan kali ini sampai tahun 1936 di

    daerah Timur. Respon pemerintah cukup keras dengan melakukan penumpasan,

    penganiayaan dan hukuman mati (Toprak, 1999: 131).

  • Selain itu pada waktu itu dibentuk sebuah komite di Fakultas Teologi di

    Universitas Istanbul untuk memodernisasikan Islam sebagai usaha menyebarkan

    keinginan kemal untuk menghapuskan penggantian bahasa arab dalam sholat dan

    praktek ibadah harus menggunakan bahasa Turki dapat digagalkan kaum Ulama

    (Ali, 1994: 89). Namun kebijakan adzan berbahasa Turki berlangsung cukup lama

    yaitu selama 19 tahun. Sekitar tahun 1950, adzan berbahasa Arab baru kembali

    dikumandangkan (Esposito, 2001: 66).

    Sebenarnya tujuan Mustafa Kemal yang merasionalkan agama adalah

    dalam rangka memajukan Turki agar dapat menguasai sains dan teknologi

    merupakan langkah yang bijaksana, tetapi tindakan Mustafa Kemal yang radikal

    dalam merubah bacaan Sholat dan Adzan dan praktek keagamaan lainnya kedalam

    bahasa Turki merupakan tindakan yang tidak dapat di toleransi (Isputaminingsih,

    2009: 141).

    2. Sistem Pengetahuan Dan Pendidikan

    Dalam proses perubahan kebudayaan di Turki, pendidikan memainkan

    peranan yang penting, tetapi kondisi pendidikan yang ada sedang dalam keadaan

    yang menyedihkan, sarana fisik dan sumber daya sangat tidak memadai. Mayoritas

    penduduknya buta huruf dan struktur warisan kekhalifahan Turki Uutsmani tidak

    dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki kondisi negara. Sejak awal,

    Mustafa Kemal menerapkan kebijakan yang sengaja untuk mengatur kembali

    seluruh sistem pendidikan dan memperluasnya dengan sistematis serta

    memanfaatkannya untuk tujuan nasional (Djainuri,2001: 257).

    a. Penghapusan Sekolah-Sekolah Keagamaan

  • Masyrakat Turki Utsmani tradisional memahami istilah pendidikan

    sebagai upaya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tentang ilmu agama.

    Sekolah-sekolah yang didirikan adalah sekolah yang berbasis agama yang

    dinamakan medrese (madrasah) (Toprak, 1999: 91).

    Pelajaran yang diajarkan dalam sekolah yang berbasis agama-agama itu

    secara keseluruhan mengenai ajaran agama. Majunya kebudayaan dan peradaban

    serta perkembangannya yang pesat membuat pengaruhnya tidak bisa dihindari dan

    ditahan lagi, menyebabkan sistem pendidikan modern mulai masuk dan menggeser

    ajaran-ajaran agama yang sebelumnya diterapkan di sekolah. Tahap selanjutnya,

    terjadi sebuah perubahan sistem dimana Mustafa Kemal melakukan pembaharuan

    dengan menghapus sekolah-sekolah agama.

    Keputusan penghapusan agama di dalam sekolah-sekolah merupakan

    upaya pengontrolan atas perkembangan Islam di Turki dan menjatuhkan pengaruh

    agama dalam urusan pendidikan (Ali, 1994: 107-108). Pengontrolan dan perubahan

    yang dilakukan yaitu dengan mengganti sekolah keagamaan yang telah dihapuskan

    dengan mendirikan sekolah baru dibawah Yuridiksi Kementrian Pendidikan. Pada

    tahun 1924, ia mendirikan Fakultas Teologi. Pada awal berdirinya, mahasiswa

    yang mendaftar di fakultas Teologia berjumlah 244 orang, namun angka ini

    menurun menjadi 20 orang pada tahun 1933. Kemudian Fakultas Teologi ditutup

    dan digantikan dengan sebuah Institut untuk Studi Islam yang didirikan di

    Universitas Istanbul. Namun demikian, Insititut ini hanya bertahan selama tiga

    tahun. Pada tahun 1936 Insitusi ini di tutup karena sebagian besar tenaga

    akademisnya mengeluarkan diri (Toprak, 1999:92-93). Mustafa Kemal kemudian

    menutup sekolah-sekolah agama dan mengeluarkan surat yang memerintahkan

  • sekolah agama untuk ditutup. Ia juga mewajibkan pengajaran huruf latin di semua

    sekolah (Latip,2011: 231).

    Pembangunan sistem pendidikan modern oleh pemerintahan Mustafa

    Kemal mengeluarkan undang-undang penyatuan pada tahun 1924. Penyatuan

    pendidikan yang dilakukan oleh Mustafa bertujuan untuk menghilangkan dualisme

    dalam sistem pendidikan, yaitu pendidikan tradisional (agama) dan pendidikan

    modern (umum). Seluruh sekolah agama/madrasah, baik yang dikelola kementrian

    wakaf atau yayasan wakaf swasta ditutup. Undang-undang tersebut mewajibkan

    seluruh sekolah berada dibawah penguasaan Kementrian Pendidikan. Negara

    mengambil alih sistem pendidikan Agama dari para Ulama, yang dimaksudkan

    untuk menerapkan sistem pendidikan nasional modern yang tersentralisasi (An-

    Naim, 2007: 369).

    Sejak saat itu pendidikan umum dipisahkan dari pengaruh agama,

    madrasah-madrasah ditutup dan diganti dengan sekolah-sekolah modern. Secara

    keseluruhan 479 madrasah ditutup. Langkah ini menandai berakhirnya sistem

    ganda dalam pendidikan yaitu, sekolah agama dan sekolah umum. Hal itu

    menyebabkan kesenjangan antara orang-orang yang dididik di sekolah-sekolah

    modern dan yang dididik di sekolah agama. Selain itu kurikulum sekolah juga

    diperbaiki agar sesuai dengan ideologi yang baru yaitu, dengan menghapus

    pelajaran sejarah Kesultanan Turki Utsmani dan wilayah Islam. Buku-buku

    pelajaran ditulis ulang dengan memasukan pembahasan tentang sejarah

    pembentukan \Republik Turki beserta prinsip dan tujuannya. Dalam rangka

    menasionalkan pelajaran-pelajaran tersebut, pemerintah mengubah program yang

  • secara teoritis sangat berorientasi pada warisan masa lalu (Djainuri, 2001: 264-

    265).

    b. Penghapusan Pelajaran Agama di Sekolah Formal

    Pendidikan agama merupakan hal yang penting untuk diberikan sebagai

    bahan transfer dalam ilmu. Pendidikan agama menjadi pelajaran dan ilmu

    terpenting yang diajarkan agar membentuk karakter yang agamis. Pemahaman

    yang mendalam mengenai agama akan membuat seseorang mendekatkan dirinya

    kepada Sang Pencipta. Walaupun agama penting untuk diajarkan, namun hal itu

    tidak sejalan dengan pemikiran para tokoh nasionalis dan modernis. Mereka

    berpendapat bahwa agama merupakan masalah individu dan tidak ada kaitannya

    dengan negara (Ali, 1994: 110).

    Pendidikan agama ditiadakan di sekolah-sekolah pada tahun 1933, akan

    tetapi pemerintah masih mengurus masalah agama melalui Departemen Urusan

    Agama, termasuk sekolah-sekolah pemerintah untuk Iman dan Khotib dan

    Fakultas Ilahiyat dari perguruan tinggi Negara Universitas Istanbul (Nasution,

    2003: 144).

    Peraturan untuk melarang pendidikan agama yang diajarkan dikelas

    dikeluarkan pada tahun yang sama dengan dihapuskannya sekolah-sekolah

    keagamaan pada tahun 1924 (Ali, 1994: 107). Peraturan tersebut berupa dekrit

    presiden yang dikeluarkan pada tanggal 7 Februari 1924. Isi dari dekrit itu adalah

    melepaskan semua unsur keagamaan dari sekolah-sekolah asing dan menyatakan

    penyatuan pendidikan dibawah satu Kementrian Pendidikan (Isputaminingsih,

    2001: 145).

  • Stokhof dalam Jameelah (1965: 145) menyatakan pada tanggal 7 Febuari

    1924 Mustafa Kemal mngeluarkan dekrit yang isinya melepaskan semua unsur

    keagamaan dari sekolah-sekolah asing dan menyatakan penyatuan pendidikan

    dibawah satu atap yaitu berada dibawah Kementrian Pendidikan. Ini berarti

    penghapusan semua bentuk pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan Islam

    terhadap sekolah. Adanya peraturan menghapuskan pendidikan agama di sekolah-

    sekolah dimaksudkan agar membatasi pemahaman dan praktik agama dan

    keagamaan. Hal tersebut merupakan salah satu cara pengontrolan pemerintahan

    dalam perkembangan Islam agar sesuai dengan kebijakan (Ali, 1994: 109).

    Peraturan yang telah dibuat tersebut dapat dikatakan bahwa hal tersebut

    diupayakan oleh Mustafa Kemal dengan tujuan ingin menjauhkan agama dari

    dunia pendidikan. Pembatasan pengetahuan agama akan menjadi sebuah gagasan

    yang menciptakan sebuah generasi untuk menciptakan negara yang jauh dari

    pengaruh agama (Furqon, 2012: 62). Kemudian, pada tanggal 1 November 1928

    pelajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan dan tulisan Arab diganti dengan

    tulisan Latin dimaksudkan agar sains dan teknologi Barat dapat dengan seluas

    luasnya dipelajari oleh bangsa Turki (Isputaminingsih, 2009: 146).

    c. Penghapusan Pelajaran Bahasa Arab di Sekolah-sekolah

    Sekolah agama di Turki yang sudah ada sejak 600 tahun yang lalu akan

    ditutup. Ia berpendapat bahwa di sekolah tidak perlu ada pelajaran bahasa Arab.

    Bagi Mustafa bahasa Arab bukan bahasa Ilmu dan bahasa Arab tidak dapat

    digunakan dalam melawan musuh (Latip, 2011: 229-230).

    Mustafa Kemal melaksanakan revolusi pendidikan. Ia ingin melahirkan

    pelajar yang maju dan mengikuti zaman. Pelajaran bahasa Inggris, Matematika,

  • ilmu Sains dan juga sastra Inggris akan dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah-

    sekolah. Namun, pelajaran agama Islam dan bahasa Arab tidak lagi diajarkan di

    sekolah. Sekolah agama akan ditutup (Latip, 2011: 226).

    Agar mudah dalam mempelajari ilmu seperti bahasa Inggris dan ilmu Sains

    maka tulisan Arab akan dihapus dan digantikan dengan tulisan latin (Latip, 2011:

    226-227). Disamping hasil-hasil yang diperoleh, perubahan yang bersifat terburu-

    buru ini menimbulkan kesukaran yang barangkali tak terpikirkan sebelumnya,

    yakni bahwa murid-murid sekolah tidak mempunyai buku bacaan karena

    perpustakaan masih tertulis dalam huruf Arab (Suwirjadi, 1952: 98).

    d. Pembatasan dan Pelarangan Media Islam Sebagai Sarana Pendidikan

    dan Media Dakwah

    Banyak cara yang dilakukan untuk menyebarkan dakwah, seperti melalui

    pendidikan, media massa, atau ceramah-ceramah keagamaan. Dakwah merupakan

    cara yang dipakai untuk menyebarkan syiar Islam dalam memberikan

    pengetahuan kepada umat muslim. Tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan

    pemahaman yang luas mengenai ajaran agama yang benar. Melatar belakangi hal

    tersebut, maka cara yang dipilih dalam penyebaran dakwah yaitu melalui media

    dakwah yang mudah untuk didapatkan publik. Pembatasan penyebaran agama

    yang dilakukan oleh Mustafa Kemal terhadap aliran-aliran Islam memberikan

    dampak terhadap media-media penyebaran dakwah. Ia mencoba untuk membatasi

    penyebaran dakwah dengan menghapuskan pendidikan agama di sekolah-sekolah,

    melarang siaran keagamaan di radio dan pembatasan dalam ceramah-ceramah

    keagamaan (Ali, 1994: 122).

  • Langkah pertama yang dilakukan oleh Mustafa Kemal untuk membatasi

    penyebaran dakwah Islam adalah dengan menghapuskan pendidikan agama di

    sekolah-sekolah. Langkah ini diambil agar bisa mengontrol perkembangan dan

    pemahaman Islam agar nantinya tidak merugikan kebijakan pemerintah yang pro

    akan Barat. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan agama, ia

    mendirikan sekolah-sekolah keagamaan dibawah institusi pemerintahan dengan

    pengontrolan yang ketat dari pemerintahannya. Langkah yang diambil oleh

    Mustafa kemal selanjutnya yaitu pelarangan siaraan keagamaan di stasiun radio

    Turki. Pembacaan ayat suci Al-Quran di radio-radio harus dihilangkan. Acara

    keagamaan diganti dengan acara lain. Kebijakan tersebut ditetapkan dalam

    Konstitusi Negara Pasal 77 yang intinya semua media berada dalam pengawasan

    pemerintah (Furqon, 2012: 43).

    e. Peningkatan Pendidikan Bagi Kaum Perempuan

    Mustafa Kemal juga sangat memperhatikan pendidikan bagi perempuan

    Turki. Antara tahun 1923-1924 perempuan di Turki diberikan kesempatan untuk

    mengikuti pelajaran yang sama dengan laki-laki pada semua fakultas di

    Universitas. Pada tahun 1927 pendidikan bersama antara pria dan wanita secra

    resmi dibuka di semua jenjang dalam sistem pendidikan. Semua warga Turki

    berusia 15-45 tahun diwajibkan mengikuti pelajaran kewarganegaraan,

    kesusastraan, matematika dan kesehatan. Bahasa dan sejarah merupakan pelajaran

    utama disetiap jenjang pendidikan. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan dan

    memperkuat kesadaran nasional Turki. Mustafa Kemal mendukung pelajaran

    sebelum masa Utsmani dan Teori Bahasa Matahari. Teori ini menyatakan bahwa

    semua bahasa pada mulanya berasal dari satu bahasa purba yang dipakai di Asia

  • Tengah, bahwa bahasa Turki merupakan bahasa yang paling erat dengan bahasa

    asal ini dan semua bahasa dikembangkan dari bahasa purba itu melalui bahsa

    Turki. Tujuan dari pelajaran sejarah ini adlah untuk mengajarkan kepada siswa

    bahwa bangsa Turki pernah memimpin peradaban (Zrcher, 2003: 246-247).

    Mustafa Kemal juga mengirim tenaga pendidik ke desa-desa yang bertugas

    antara lain:

    Mengatur dan mengajar disekolah desa

    Mengadakan upacara hari libur nasional

    Mengembangkan tingkat ekonomi masyarakat desa dengan

    mengajarkan cara membuat dan mengelola ladang dan kebun. Selain itu

    mereka juga mengajarkan cara pemakaian alat dan mesin yang benar

    terhadap warga, dan membentuk kerjasama, mempopulerkan olahraga

    atletik dikalangan pemuda desa dan bertanggung jawab mengelola

    serta melindungi utan beserta peninggalannya (Djainuri, 2001:283).

    Usaha Mustafa Kemal dalam membentuk sistem pendidikan yang modern

    telah terbentuk dan dapat mencapai hasil yang baik. Data statistik pendidikan

    memperlihatkan tingkat kemajuan yang dicapai dalam pendidikan. Tingkat

    kemampuan membaca dan menulis menjadi dua kali lipat, tingkat kemampuan

    membaca dan menulis pada laki-laki meningkat 17,6% menjadi 35,5%. Dan pada

    Wanita meningkat dari 4,8% menjadi 9,9% (Djainuri, 2001: 289).

    Lapangan lain yang sangat diutamakan oleh Mustafa Kemal ialah

    pendidikan pemuda. Pendidikan yang hingga masa revolusi kebanyakan hanya

    dijalankan di dalam surau-surau, yang pada tahun 1926 berjumlah kurang lebih

    30.000 dibandingkan dengan sekolah rakyat yang hanya berjumlah 5.000. Dengan

  • penghapusan kedudukan agama Islam sebagai agama negara, berakhirlah pengaruh

    dari campur tangan para alim ulama dalam urusan pengajaran. Pemerintah

    berupaya untuk menambahkan sekolah rakyat yang pada dalam masa permulaan

    itu lebih diutamakan dari sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dari tahun 1924

    sampai 1927 jumlah sekolah rakyat meningkat menjadi 25% sedangkan sekolah

    menengah turun hingga 8%. Kemudian sambil menunggu penyusunan rencana

    pengajaran tinggi yang sesuai dengan semangat baru, kemudian beberapa sekolah

    tinggi ditutup (Suwirjadi, 1952: 98).

    Tak dapat diteliti disini secara lengkap, seberapa jauh Turki sudah mencapi

    cita-cita pemimpinnya. Turki juga mempunyai faktor penghambat, diantaranya

    pendidikan umum sangat terhambat akibat kekurangan guru, dan pada tahun 1930

    baru 25% dari anak-anak di desa-desa bersekolah. Dikota-kota kurang lebih baru

    80% anak-anak yang bersekolah. Jumlah permasalahan buta huruf pun masih

    terbilang tinggi, pada tahun 1935 penderita buta huruf mencapai 80% dari 16,2

    juta jumlah penduduk (Suwirjadi, 1952: 106).

    3. Sistem Mata Pencharian Dan Ekonomi

    Kerajaan Utsmani adalah sebuah negara prakapitalis. Kebijakan-kebijakan

    perekonomian negara, sebagaimana adanya di zaman dulu bertujuan untuk

    memberikan nafkah hidup bagi penduduk, menyediakan kebutuhan sebagai pusat-

    pusat populasi yang besar dan menarik pajak dalam bentuk uang dan yang sejenis

    lainnya (Zrcher, 2003: 12).

    Pada masa Utsmani produksi pertanian dan pengumpulan pajak merupakan

    basis utama bagi negara, hal ini dilakukan dimana-mana melalui sistem pajak

    pertanian (Iltizam). Adanya pajak pertanian ini berarti negara memiliki hak untuk

  • menarik pajak pada periode tertentu. Sistem ini memberikan keuntungan bagi

    pemerintah pusat yaitu pendapatan kerajaan yang terjamin. Perdagangan kerajaan

    Turki Utsmani sebagian besar bersifat lokal yaitu dari desa ke pasar dikota atau

    antar distrik yang berdekatan. Perdagangan jarak jauh terbatas pada barang-barang

    yang relatif ringan dan mahal. Dari volume total perdagangan, perdagangan

    internasional hanya merupakan bagian kecil saja. Para saudagar dan Muslim

    mempunyai peranan penting dalam perdagangan di laut Merah dan teluk Persia

    (Zrcher, 2003: 13).

    Status ekonomi kaum petani Utsmani selama berabad-abad secara

    substansial tidak mengalami peningkatan. Selama periode klasik Kerajaan

    Utsmani, struktur sosial di pedesaan didasarkan pada sistem timar-sipahi. Timar

    adalah tanah militer atau satuan tanah terkecil yang dipegang oleh sipahi,

    kemudian hasil pengelolahan tanah tersebut diberikan kepada sipahi. Sipahi adalah

    pemegang tanah atau yang mempunyai tanah tersebut. Sebagai imbalannya, dia

    menyediakan kavaleri bagi negara, ukurannya ditentukan oleh penghasilan dan

    timar-nya. Namun, sistem timar-sipahi ini hanya bertahan hanya sampai abad ke-

    19 (Toprak, 1999: 112-113).

    Merosotnya perekonomian Turki Utsmani disebabkan oleh kekacauan

    pengumpulan pajak yang berasal dari negara-negara vasal, negara vasal merupakan

    negara bawahan atau taklukan yang berada dibawah kekuasaan dan pemerintahan

    pusat kekaisaran Ottoman/Utsmani. Pengeluaran untuk biaya perang yang terus

    menerus terjadi untuk pembangunan militer yang modern serta korupsi yang

    terjadi di pemerintahan, semakin memperparah keadaan perekonomian di Turki.

    Keterlibatan Turki dalam perekonomian dunia menyebabkan Turki Utsmani

  • mempunyai hutang. Pinjaman pertama kali diberikan pada tahun 1854 semenjak

    saat itu perkembangan perekonomian Turki Utsmani bergantung kepada pinjaman

    Eropa (Lapidus, 2007: 87).

    Selain itu, faktor yang menyebabkan kemerosotan Turki Utsmani adalah

    krisis ekonomi yang dihadapi pemerintah. Krisis ekonomi yang terjadi sangat

    berimbas kepada seluruh masyarakat umum, misalnya sektor perdagangan yang

    juga mengalami kejatuhan. Hal tersebut terjadi di Salonika yang merupakan salah

    satu kota pusat perdagangan, sehingga hal tersebut membuat frustasi para pelaku

    ekonomi (Stanford dan Ezel, 1997: 265). Beberapa wilayah lain seperti Anatolia,

    penduduknya harus menanggung kesulitan ekonomi akibat dari buruknya panen

    yang terjadi. Salah satu kemuduran Turki Utsmani adalah adanya sistem Ekonomi

    yang kurang begitu bagus yang disebabkan karena melemahnya sistem politik dan

    akibat terjadinya pemberontakan-pemberontakan. Muculnya kapitalisme bangsa

    Eropa dan dominasi bangsa Eropa di bidang perdagangan, mengakibatkan terus

    menurunnya produksi industri kerajinaan masyarakat Turki Utsmani. Ekspansi

    bangsa Eropa di bidang perdagangan dan meningkatnya perputaran modal telah

    memunculkan sejumlah industri baru di sektor industri logam dan tekstil

    (Azyumardi, 1996: 32).

    Sebagai orang militer, Mustafa kemal dan menterinya Ismet Pasha tidak

    biasa mengerjakan hal-hal yang bersangkutan dengan perekonomian dan

    kesejahteraan rakyat. Dalam menjalankan pemerintahan, mereka berpegang teguh

    pada pedoman bahwa kemerdekaan negara harus diwujudkan dalam arti kata

    sebenarnya. Bahwa, negara tidak boleh menerima atau menggantungkan usahanya

    pada pinjaman asing yang akan memberatkan mereka. Mengingat keadaan

  • keuangan dan perekonomian yang waktu itu tidak dapat memberi jaminan kepada

    suatu pinjaman. Maka segala pengeluaran uang dibebankan kepada rakyat, rakyat

    harus membayar pajak yang besar kepada pemerintah walaupun pembagian

    kewajiban pembayaran pajak diatur secara lebih adil daripada masa pemerintahan

    Sultan atau Utsmani. Kemudian, Mustafa Kemal memerintahkan untuk

    menggunakan hukum dagang Jerman dalam pemerintahannya (Suwirjadi, 1952:

    94).

    Tindakan-tindakan yang dilakukan Mustafa dilapangan perekonomian

    sangat keras. Akibat peperangan yang terjadi terus menerus semenjak 1914, negara

    rusak dan juga pertanian terlantar. Selain itu akibat lain adalah peperangan

    meninggalkan kurang lebih satu juta korban jiwa diberbagai medan peperangan.

    Rakyat Turki yang berjumlah sekitar 12- 13 Juta jiwa itu tidak siap untuk memikul

    kewajiban baru di lapangan pertanian. Tetapi karena Mustafa Kemal menetapkan

    bahwa Turki harus memenuhi sendiri segala kebutuhannya, maka bea impor untuk

    segala barang keluaran luar negeri dinaikkan, batas negeri ditutup untuk barang

    asing, juga bahan-bahan makan (Suwirjadi, 1952:95). Biaya peperangan yang terus

    menerus sangat menekan rakyat. Penahanan yang dilakukan orang dalam dinas

    tentara mengacaukan pertanian dan banyak ladang yang tidak digarap.

    Namun, Mustafa Kemal sebagai presiden pertama Turki berusaha

    memperbaiki keadaan perekonomian Turki yang pertama pada awal Februari tahun

    1923 di Izmir. Dalam kongres tersebut Mustafa Kemal menekankan pentingnya

    kemandirian perekonomian (Zrcher, 2003: 253).

    Dengan kepergian orang Yunani dan Armenia, orang Turki terpaksa

    memasuki berbagai lapangan usaha yang tidak saja asing bagi mereka melainkan

  • juga bertentangan dengan pekerjaan yang dahulu dilakukan. Pada tahun 1925-1926

    Turki mempunyai kurang lebih 340 bengkel kerajianan kecil-kecil, dan untuk

    memenuhi segala keperluan hanya ada satu pabrik gula dengan kapasitas yang

    hanya menghasilkan 535 ton selama setahun. Untuk kerajinan tenun, banyak

    mengalami kemunduran. Barangkali hanya ada satu pabrik tenun yang masih utuh.

    Perindustrian yang mengolah hasil bumi Turki adalah pabrik tenun kapas di

    Kaiseri.

    Walaupun begitu, pemerintah tidak mengizinkan untuk pengadaan

    pemasukan barang-barang konsumsi, dikarenakan keuangan negara tidak

    mengizinkan impor semacam itu. Sebaliknya dari semula, segala sesuatu di atur

    untuk menganjurkan dan memajukan usaha bumiputera atau hasil negeri sendiri.

    Negara tidak mampu membiayai pembangunan kerajinan, maka dari itu segala

    sesuatu di serahkannya kepada insisiatip partikelir. Inisiatip partikelir adalah

    semacam badan usaha yang bukan milik negara/swasta. Pemerintah juga membuat

    undang-undang industrialisasi yang berfungsi untuk melindungi kerajinan nasional

    terhadap saingan asing, selain itu usaha-usaha partikelir/swasta juga mendapat

    hak-hak seperti pajak diperingan, pemberian premi, dan sebagainya. Sementara itu

    pemerintah sendiri tidak berdiam diri, melainkan menyelenggarakan persiapan-

    persiapan untuk pembangunan industrialisasi besar-besaran jika keadaan

    mengizinkan nanti. Pertambangan disempurnakan agar dapat memenuhi keperluan

    industri dikemudian hari, banyak orang dikirim ke Rusia untuk mempelajari

    berbagai teknik, dan alat-alat yang sudah ada di perbaiki (Suwirjadi, 1952: 95-96).

    Burus dalam Isputaminingsih (2009: 132) menyatakan bahwa meskipun Turki

    banyak menyerap peradaban Barat, akan tetapi Mustafa Kemal membatasi diri

  • untuk berkerjasama dengan Barat dalam bidang ekonomi. Ia tidak ingin negerinya

    dikuasai oleh kekuasaan asing seperti yang pernah dialami kekuasaan Utsmani.

    Untuk itu sumber-sumber vital dalam negeri diambil alih negara.

    Pada tahun 1925 pemerintah memonopoli industri asing seperti tembakau,

    alkohol, gula, korek api, garam, kartu mainan, senjata dan amunisi (Zrcher, 2003:

    254). Pada tahun yang sama, usaha-usaha juga telah dilakukan untuk mendorong

    program reformasi dalam bidang agraria. Pada tahun 1925, sepersepuluh hasil dari

    pertanian yang biasanya diserahkan kepada negara dihapuskan oleh pemerintahan

    Mustafa Kemal. Dari tahun 1927 hingga 1929, tanah-tanah milik negara

    didistribusikan kepada para petani yang tidak mempunyai tanah sebanyak 731.000

    hektar, namun distribusi pada antara tahun 1934 hingga 1938 mengalami

    peningkatan, yakni sebanyak 1.500.000 hektar (Toprak, 1999: 132).

    Kemudian pada tahun 1930, dunia mengalami keruntuhan perdagangan

    dunia. Turki pun tak luput dari pengaruh keruntuhan perdagangan dunia tersebut.

    Rakyat Turki menjadi khawatir karena mereka bertambah susah, sehingga

    melumpuhkan perdagangan dan perkebunan kecil yang merupakan urat nadi

    perekonomian Turki. Pada awal tahun 1931 roda pemerintahan Turki berangsur-

    angsur mulai teratur, dan setelah negara berhasil mengatasi akibat-akibat

    keguncangan perdagangan dunia sekitar tahun 1930, rakyat Turki boleh dikatakan

    telah melalui dengan selamat cobaan-cobaan terberat. Masa itu juga merupakan

    permulaan tingkat kedua dalam usaha pelaksanaan kemerdekaan ekonomis. Pada

    tahun 1931 Etatisme secara resmi dijadikan sebagai kebijakan ekonomi baru di

    Turki. Sistem kebijakan ekonomi Etatisme adalah sistem dimana jalannya

    perekonomian diatur oleh negara dan menjadi tanggung jawab negara. Kebijakan

  • ini mengambil contoh ekonomi Rusia (Ali, 1994: 88). Berkat daya upaya para

    petani dan pemerintah mampu memproduksi bahan makanan. Pada tahun 1933

    produksi mengalami peningkatan dari 3.600.000 ton menjadi 5.900.000 ton

    (Suwirjadi, 1952: 104).

    Rata-rata angka-angka produksi telah meningkat semuanya, terlebih lagi

    dalam penghasilan batu bara dan semen yang dikerjakan sebagai persiapan untuk

    pembangunan yang akan dilakukan secara besar-besaran. Dengan perbekalan itu,

    pemerintah dapat menentukan langkah selanjutnya dalam usaha membuat Turki

    menjadi suatu negara yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Selaras dengan

    tujuan tersebut, pemerintah juga menyusun suatu rencana lima tahun sebagai

    bagian pertama rencana jarak panjang mengenai pembangunan suatu industri

    nasional. Hal ini dilakukan bukan sebagai sumber ekspor, melainkan semata-mata

    ditujukan kepada keperluan dalam negeri, yang berasal dari bahan-bahan mentah

    bumi itu sendiri.

    Dengan alasan bahwa usaha kerajinan yang diserahkan kepada inisiatip

    partikelir itu tidak mencapai hasil yang di harapkan, pemerintah mengambil

    pimpinan dengan mendasarkan usaha pembangunan-pembangunan industri pada

    kapitalisme kenegaraan. Adapun perusahaan-perusahaan yang di rencanakan itu

    dibagi atas pabrik-pabrik yang menghasilkan barang-barang keperluan. Seperti

    barang tenun, kertas, gelas, dan tembikar. Dan perusahaan-perusahaan yang

    diperlukan untuk pembikin alat-alat produksi. Sebagai rangka dari bangun

    perindustrian itu ditentukan macam pabrik tekstil sellulose, besi, kimia dan

    barang-barang tembikar. Pemerintah menititik beratkan pada perusahaan tekstil

    dan sellulose yang mengolah hasil pertanian dan juga kehutanan. Pada tahun 1935

  • industri agraris ini menghasilkan produksi sebanyak 54% dari sejumlah 1.500

    perusahaan kecil-kecil yang berada di Turki.

    Salah satu unsur paling penting dalam pembangunan ekonomi negara

    adalah peningkatan infrastruktur finansial. Bank-bank yang ada dikontrol

    pemerintah. Kebijakan-kebijakan finansial pemerintah bersifat konservatif yang

    bertujuan untuk menciptakan anggaran yang seimbangan, inflasi yang rendah dan

    nilai uang Lira yang kuat dengan diterapkannya kebijakan moneter yang ketat

    (Zrcher, 2003 :255).

    Pelaksanaan rencana pemerintah ini diawasi oleh satu bank sentral yang

    didirikan khusus untuk keperluan rencana lima tahun dan yang membiayai segala

    sesuatu dengan modal nasional semata-mata. Sudah tentu didalam merencanakan

    pembangunan besar-besaran ini pemerintah sangat memperhatikan pendidikan

    buruh. Maka pada perincian uang juga tercantum pengeluaran untuk mengirim

    buruh tadi keluar negeri agar dapat mempelajari teknik dan perindustrian negara-

    negara yang sudah lebih maju.

    Boleh dikatakan bahwa usaha yang di mulai pada tahun 1933 itu dapat

    mencapai semua angka-angka produksi sebagaimana ditetapkan dalam rencana,

    dan terlebih lagi dalam cabang tekstil. Kemajuan dalam bidang tersebut sungguh

    mengagumkan. Tetapi, walaupun Turki mengalami perkembangan industri, Turki

    tetap besifat negara agraris. Tidak kurang dari 80% da