Post on 20-May-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 02
PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
ANIK SURATNI
K 7108086
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : ANIK SURATNI
NIM : K 7108086
Jurusan /Program Studi : IP/ PGSD
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
“PENINGKATANPEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 02 PETUNG
JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN 2012 “ ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012 Yang membuat pernyataan
Anik Suratni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 02
PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh :
ANIK SURATNI
K7108086
Skripsi
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Anik Suratni. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN 02 PETUNG
JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN 2012. Skripsi Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung jatiyoso karanganyar tahun 2012.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan, sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Heads Together. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subyek penelitian adalah Peserta didik kelas V SDN 02 Petung tahun 2012 yang berjumlah 28 Peserta didik. Yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dokumentasi, observasi , wawancara, dan tes. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pemahaman Peserta didik dari sebelum dan sesudah tindakan. Pada prasiklus diperoleh rata-rata kelas 54,64, Siklus I menjadi 60,96 dan Siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 82,45. Sebelum dilaksanakan tindakan, peserta didik yang memperoleh nilai diatas KKM (≥60) hanya sebanyak 12 Peserta didik (42,86%), pada siklus I meningkat menjadi 17 Peserta didik (60,71%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 24 Peserta didik (85,71%).
Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik kelas V SD Negri 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun 2012.
Kata kunci: Pemahaman konsep, Numbered Heads Together (NHT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Anik Suratni. IMPROVING COMPREHENSION OF FREEDOM DEFENDING STRUGGLING CONCEPT BY COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE NUMBERED HEADS TOGETHER AT THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SDN 02 PETUNG JATIYOSO KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR 2012. Skripsi Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, June 2012.
The aim is to improve comprehension of freedom defending struggling concept by cooperative learning method type numbered heads together at the fifth grade students of SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar in the academic year 2012.
The dependent variable in this research is comprehension of freedom defending struggling concept, whereas the independent variable used in this research is cooperative learning method type Numbered Heads Together. The method of this research was action research done in two cycles. Every cycle consisted of four steps, they are: planning, implementation, observation and reflection. The research subject is the fifth grade students of SDN 02 Petung in the academic year 2012 amount to 28 students consists13 males and 15 females. Data is analyzed by using an interactive analysis model (Miles and Huberman), it conducted three component, that are data reduction, display data, and drawing conclusion or verification. Data is collected by using documentation, observation, interview, and test.
Based on the research result, can be concluded that there was improvement comprehension of freedom defending struggling concept after doing action research by cooperative learning method numbered heads together-type. It can be showed by improving students’ understanding than before and after action. In the pre-cycle gotten the class average 54.64, in the cycle I was 60.96, and in the cycle II the class average increase to 82.45. Before doing the action, students who got over KKM (≥60) just 12 students (42.86 %), in the cycle I increase to 17 students (60.71%), and in the cycle II increase to be 24 students (85.71%).
Therefore, it can be proposed a recommendation that by implementation of cooperative learning method type numbered heads together can improve comprehension of freedom defending struggling concept at the fifth grade students of SDN 02 Petung in the academic year 2012.
Key words: comprehension concept, numbered heads together-type.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Hidup adalah suatu Perjuangan (Penulis)
Memperjuangkan suatu cita-cita merupakan tujuan hidup (Penulis)
Mempertahankan lebih susah daripada mendapatkan (penulis)
Janganlah kamu menjadi budak seseorang, karena allah telah
menciptakan kamu dalam keadaan merdeka
(amirul mukminin saidina ali bin abi thalib)
Jadikan perjuangan sebagai semangat hidupmu (penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segenap kebahagiaan dan rasa syukur, Kusuntingkan untaian kata dan
goresan sederhana ini kepada :
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak henti-hentinya bersimpuh
memanjatkan do`a dan harapan kepada Allah SWT siang dan malam
tanpa kenal lelah untuk ku. Atas segala linangan air mata dan setiap
tarikan nafas yang selalu berdo`a untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Mudah-mudahan Allah SWT mengabulkan semua harapan dan do`a yang
telah dipanjatkan.
Almamaterku tercinta PGSD FKIP UNS
Yang terkasih yang selalu memberikan semangat dan doa dalam
penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama
pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan izin
penulisan skripsi.
4. Sekretaris Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan arahan
dan motivasinya.
5. Drs. Sutijan, M.Pd selaku pembimbing I dan Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
lancar.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang secara
tulus ikhlas memberikan ilmu dan masukan kepada penulis.
7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan semangat dan do`a yang tidak
kenal lelah.
8. Adikku tersayang yang selalu memberikan ketenangan dan warna disetiap
aliran waktu ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Rekan-rekan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar `08 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan warna selama
menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepala Sekolah SD N 02 Petung yang telah memberi izin dalam penelitian ini.
11. Suparno, A.Ma.Pd selaku guru kelas V SD N 02 Petung Kecamatan Jatiyoso
Kabupaten Karanganyar.
12. Segenap siswa kelas V SDN 02 Petung Kecamatan Jatiyoso Kabupaten
Karanganyar.
Tak ada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 6
A. Kajian teori.............................................................................. 6
1. Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan
a. Pengertian Pemahaman ............................................... 6
b. Pengertian Konsep....................................................... 7
c. Pemahaman Konsep .................................................... 9
d. Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................. 9
e. Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ... 11
f. Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan............................................................... 22
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Model Pembelajaran.................................................... 23
b. Model Pembelajaran Kooperatif.................................. 23
c. Numbered Heads Together.......................................... 27
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................ 32
C. Kerangka Berfikir .................................................................. 33
D. Hipotesis Tindakan ................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 37
A. Setting dan Jadwal Penelitian................................................. 37
B. Subjek Penelitian .................................................................. 37
C. Sumber Data........................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 38
E. Validitas Data ........................................................................ 39
F. Teknik Analisis Data ............................................................. 40
G. Indikator Kinerja ................................................................... 42
H. Prosedur Penelitian ................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 49
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 83
A. Simpulan .................................................................................. 83
B. Implikasi .................................................................................. 83
C. Saran ........................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87
LAMPIRAN .................................................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together dengan tipe yang lain......................................... 30
Tabel 4.1 Nilai Pemahaman Konsep Pra Siklus........................................... 51
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peserta Didik Pra
Siklus............................................................................................ 52
Tabel 4.3 Hasil Ketuntasan Belajar Peserta Didik Pra Siklus...................... 53
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan pada Pra Siklus......................... 54
Tabel 4.5 Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Siklus I .................................... 63
Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Peserta Didik pada Siklus I .......................... 65
Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I................................................................................... 66
Tabel 4.8 Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Siklus II .................... 75
Tabel 4.9 Ketuntasan Belajar Siklus II......................................................... 76
Tabel 4.10 Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II. 77
Tabel 4.11 Perkembangan Nilai Hasil Observasi Aktifitas Peserta Didik
dan Kinerja Guru ......................................................................... 79
Tabel 4.12 Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan dan Presentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I ,dan Siklus II .................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 35
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ........................................................ 41
Gambar 3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ................................. 44
Gambar 4.1 Grafik Hasil Data Nilai pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pra siklus................................ 53
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Peserta Didik Pra Siklus. ........................... 54
Gambar 4.3 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Pra Siklus ............................. 55
Gambar 4.4 Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Siklus I ................................. 64
Gambar 4.5 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I........................................... 65
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Pra Siklus
dan Siklus I............................................................................... 66
Gambar 4.7 Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Siklus II. ............................... 75
Gambar 4.8 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II ......................................... 76
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan
Siklus II .................................................................................... 77
Gambar 4.10 Perkembangan Nilai Hasil Observasi Kegiatan Siswa dan
Kinerja Guru............................................................................. 79
Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep dan
Ketuntasan Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Setiap Siklus......................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Penelitian ....................................................................................... 90
2. Pedoman dan Hasil Wawancara Guru sebelum Menggunakan Model
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together........................................... 91
3. Kisi- Kisi Soal Tes Awal Pemahaman Konsep Materi Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan.............................................................. 94
4. Silabus ..................................................................................................... 103
5. Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ............................... 107
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I pertemuan I ...................... 117
7. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Individual Siklus I Pertemuan I ........................ 127
8. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan I .......................................... 139
9. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan I............ 143
10. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I............................ 146
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I pertemuan II ..................... 154
12. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Individual Siklus I Pertemuan II ....................... 164
13. Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ......................................... 172
14. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan II .......... 176
15. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II .......................... 179
16. Nilai Pemahaman Konsep Siklus I .......................................................... 187
17. Foto Pelaksanaan Penelitian siklus I ....................................................... 189
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II pertemuan I..................... 193
19. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Individual Siklus II Pertemuan I ....................... 204
20. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ......................................... 214
21. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan I .......... 217
22. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I .......................... 220
23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II pertemuan II.................... 228
24. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Individual Siklus II Pertemuan II...................... 238
25. Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan II........................................ 246
26. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan II ......... 250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
27. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ......................... 253
28. Nilai Pemahaman Konsep Siklus II......................................................... 261
29. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II ..................................................... 263
30. Instrumen Wawancara Setelah Menggunakan Model Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together ..................................................................... 264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia saat ini
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu
usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara
menyeluruh.
Evaluasi tersebut dapat ditempuh melalui perbaikan model pembelajaran
yang digunakan guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses belajar mengajar. Kenyataan
di lapangan banyak dijumpai gaya mengajar yang kurang bervariasi dan belum
memanfaatkan kemampuan mengajar secara maksimal.
Permasalahan yang terjadi di kelas V SDN 02 Petung Kecamatan
Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar saat ini adalah rendahnya pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Hal ini dibuktikan dari hasil rata – rata nilai ulangan pada materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan adalah 54,64 lebih rendah dari nilai
ulangan nilai rata-rata ulangan mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia.
Sedangkan peserta didik yang tuntas belajar tentang pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan hanya 12 peserta didik dari 28 peserta
didik (42,86%). Ketuntasan tersebut berdasarkan asumsi pada nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60.
Permasalahan tersebut harus segera ditemukan solusinya, mengingat
mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang wajib di ajarkan di SD karena
merupakan 1 dari 5 mata pelajaran yang masuk dalam ujian akhir sekolah yang
wajib di kuasai peserta didik agar lulus dalam ujian akhir sekolah. Pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan dipelajari dengan tujuan agar
peserta didik dapat menghargai jasa para pahlawan di masa lalu.
Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, seperti yang
telah dikemukakan oleh Waterwroth, (2007) ‘to prepare students to be well
functioning citizens in a democratic society’(Lasmawan,2010:1). Selain itu, tujuan
IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan
penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
Rendahnya pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan di SDN 02 Petung disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan sangat banyak dan materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan merupakan pelajaran yang pada dasarnya banyak
menghafal, dan mencatat sehingga membuat peserta didik merasa jenuh dan
menganggapnya sebagai momok, siswa dalam pembelajaran kurang aktif dan
hanya mengandalkan guru, Guru dalam melakukan pembelajaran masih bersifat
konvensional, dalam pembelajaran konvensional ini guru hanya menggunakan
metode ceramah sehingga peserta didik merasa bosan, sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar peserta
didik dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya
yang interaktif).
Dari hasil observasi dan diskusi yang dilakukan antara peneliti dengan
guru kelas V, faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep
pada materi perjuangan menuju kemerdekaan pada peserta didik kelas V SDN 02
Petung, Jatiyoso, Karanganyar adalah guru dalam proses pembelajaran belum
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Dalam pengunaan model pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan
materi yang di ajarkan. Anitah (2009: 45) mengatakan bahwa model adalah suatu
kerangka berfikir yang dipakai sebagai paduan untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal dan meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan, guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengajar harus menggunakan model yang membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat proses
pembelajaran menjadi menyenangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered heads together.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
merupakan model Pembelajaran pada kelas kooperatif dimana peserta didik
bekerja dalam kelompok kecil, agar dapat mempengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. (Trianto,2007)
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together : Peserta didik akan di bentuk beberapa kelompok dan
setiap anggota kelompok akan mendapatkan nomor. Kemudian guru akan
memberikan tugas yang harus di kerjakan masing – masing kelompok dimana
masing – masing kelompok harus mengetahui jawaban tersebut. Pada tahap akhir
guru akan memanggil salah satu nomor siswa, kemudian siswa tersebut harus
melaporkan hasil diskusi mereka. (Suprijono,2009).
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together diterapkan
dengan tujuan untuk menciptakan keharmonisan dalam proses pembelajaran yaitu
interaksi antara peserta didik dengan guru dan antara peserta didik dengan peserta
didik. Dengan adanya interaksi tersebut, maka siswa akan mempunyai
kemampuan dalam kerja sama, bertukar pikiran/ pendapat dan memecahkan
masalah. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together juga memiliki
kelebihan antara lain peserta didik menjadi lebih siap karena guru tidak
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya untuk
mempresentasikan hasil diskusi, peserta didik berdiskusi dengan sungguh –
sungguh untuk memastikan anggota kelompok menguasai tugas yang telah di
berikan dan peserta didik yang pandai dapat membantu peserta didik yang kurang
pandai. (Hamdani:2011) Selain itu dengan cara seperti ini pembelajaran akan
lebih menyenangkan karena adanya kerjasama yang akan membangun semangat,
kekompakan dan keseriusan belajar, sehingga mampu meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, keaktifan peserta didik, dan juga dapat meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
peserta didik. Jadi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT
pembelajaran menjadi menyenangkan dan materi perjuangan mempertahankan
yang diberikan guru akan lebih cepat di pahami oleh peserta didik.
Dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik
kelas V SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together Pada Peserta Didik Kelas V SDN 02 Petung
Jatiyoso Karanganyar Tahun 2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik kelas
V SDN 02 petung Jatiyoso Karanganyar Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah Untuk
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar
Tahun 2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar secara tepat
guna di sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya
yang berhubungan dengan hal yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta didik
1) Meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan.
2) Memudahkan peserta didik untuk menyerap materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan yang diberikan oleh guru.
3) Membuat peserta didik semangat dalam mengikuti materi pelajaran
perjuangan mempertahankan kemerdekaan, sehingga dapat membantu
peserta didik dalam memperluas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
b. Bagi Guru
1) Sebagai pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran yang
akan digunakan dalam memberikan materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
2) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together .
3) Meningkatnya kreativitas guru untuk menciptakan kondisi belajar yang
menarik, menyenangkan, dan berkualitas.
c. Bagi Sekolah
1) Menumbuhkan budaya meneliti di SDN 02 Petung Jatiyoso
Karanganyar yang dilakukan oleh siapapun.
2) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
3) Terwujudnya pembelajaran efektif disekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman yaitu memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang di komunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa harus menghubungkan dengan hal – hal lain (Daryanto,
2008:106).
Muhamad (2011) menyatakan bahwa “pemahaman adalah
pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai
reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan
masalah suatu problem tertentu dengan tujuan mendapatkan kejelasan.”
Pemahaman dapat pula diartikan menguasai sesuatu dengan
pikiran, maka belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya,
maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan
peserta didik memahami suatu situasi
Bloom (1956:1) membagi taksonomi hasil belajar menjadi tiga
domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Taksonomi hasil belajar
kognitif terdiri atas enam tingkatan, yakni hafalan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Taksonomi hasil belajar afektif dibagi
menjadi lima tingkatan, yakni penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi
dan internalisasi. Taksonomi hasil belajar psikomotor diklasifikasikan
menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, dan kreatifitas.
Berdasarkan penjelasan diatas pemahaman termasuk dalam salah
satu domain kognitif . pada taksonomi Bloom pemahaman dibedakan
kedalam tiga kategori (Nana Sudjana, 2009: 24), yaitu :
1) Pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian-bagian terdahulu
dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dengan
yang bukan pokok.
3) Pemahan ekstrapolasi, mampu melihat dibalik yang tertulis, membuat
ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus ataupun masalah.
b. Pengertian Konsep
Menurut Oemar Haemalik (2003:162) “Suatu konsep adalah suatu
kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli
merupakan obyek-obyek atau orang, konsep-konsep tidak terlalu kongruen
dengan pengalaman pribadi kita, tetapi menyajikan usaha-usaha manusia
untuk mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang
sangat luas.”
Faqih (2001:10) menyatakan “Konsep secara sederhana adalah
penamaan (pemberian label) untuk sesuatu yang membantu seseorang
mengenal, mengerti dan memahami sesuatu tersebut”.
Chaplin (1989) menyebutkan bahwa “pengertian konsep meliputi :
Satu idea tau pengertian umum yang disusun dengan kata, symbol dan
tanda dan Satu ide yang mengombinasikan beberapa unsur sumber-sumber
berada kedalam satu gagasan tunggal”.(mulyati,2001)
Lain dengan Chapin, Elizabeth B. Hurlock (2005: 41) berpendapat
bahwa pengertian didasarkan pada konsep. Konsep bukan kesan indera
langsung, melainkan hasil pengolahan dan kombinasi antara penggabungan
atau perpaduan kesan indera yang terpisah-pisah. Unsur bersama dalam
berbagai obyek atau situasi menyatukan kumpulan benda atau situasi
menjadi satu konsep.
Winkel (2005:91) mengemukakan bahwa dalam belajar konsep
orang mengadakan abstraksi, yaitu semua objek yang meliputi benda
kejadian, orang hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep
merupakan salah satu belajar dengan pemahaman. Pemahaman ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mencangkup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari.
Oleh karena itu konsep-konsep tersebut merupakan penyajian –
penyajian internal dari sekelompok stimuli,konsep-konsep tersebut tidak
dapat diamati; konsep-konsep harus disimpulkan dari perilaku. Walaupun
kita tidak dapat memberikan suatu definisi verbal dari suatu konsep, suatu
definisi tidak mengungkapkan semua hubungan-hubungan antara konsep
itu dengan konsep yang lain. Karena pengertian konsep hingga kini belum
mencapai kesatuan bahasan. Dari pengertian-pengertia Konsep diatas
konsep memiliki beberapa ciri-ciri. Ciri-ciri konsep menurut Oemar
Hamalik (2003: 162) yaitu : Atribut konsep adalah suatu sifat yang
membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya.
1) Atribut nilai-nilai adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu
atribut.
2) Jumlah atributjuga bermacam-macam antara satu konsep dengan
konsep lainya.
3) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa
atribut lebih dominan (obvious) daripada yang lainnya.
Konsep memiliki beberapa jenis yang. Jenis-jenis konsep menurut
Oemar Hamalik (2006:163) yaitu:
1) Konsep konjungtif (conjungtive concepts), nilai-nilai tertentu (yang
penting) dari berbagai atribut disajikan bersama-sama. Nilai-nilai dan
atribut ditambahkan bersama untuk menghasilkan suatu konsep
konjungtif.
2) Konsep disjuktif (disjunctive concepts) sesuatu yang dapat dirumuskan
dalam sejumlah cara yang berbeda-beda. Antara atribut-atribut dan
nilai-nilai dapat disubstitusikan antara yang satu dengan yang lainnya.
3) Konsep hubungan (relational concepts) yakni suatu konsep yang
mempunyai hubungan-hubungan khusus antar atribut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tiga jenis konsep diatas berbeda-beda, selain ciri-ciri dan jenis
konsep diatas, konsep juga memiliki kegunaan. Oemar Hamalik
(2003:165) menyebutkan kegunaan konsep antara lain :
1) Mengurangi kerumitan lingkungan.
2) Membantu untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar kita
3) Membantu untuk mempelajari sesuatu yang baru,lebih luas, dan lebih
mau.
4) Mengarahkan kegiatan instrumental;
5) Memungkinkan pelaksanaan pengajaran;
Mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas sama.
c. Pemahaman Konsep
Oemar Hamalik (2003:166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
diperhatikann untuk mengetahui keberhasilan peserta didik memahami
suatu konsep, yaitu :
1) dapat menyebukan contoh-contoh konsep
2) dapat menyatakan ciri-ciri konsep
3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan konsep
4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep.
Menurut Brophy, Murphy& mason (2006) “pemahaman
konseptual adalah sebuah aspek penting dari pembelajaran. Sebuah tujuan
pengajaran yang penting adalah untuk membantu peserta didik memahami
konsep utama dalam sebuah subjek daripada hanya mengingat fakta-fakta
yang terisolasi” . John w.Santrock (2009:2),
Dari berbagai pendapat para tokoh di atas maka dapat
disimpiulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti dan memahami apa yang diajarkan dan dapat menangkap
makna yang dipelajari dan memanfaatkan bahan yang dipelajari, serta
memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.
d. Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial meupakan suatu program pendidikan
yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
humaniora untuk tujuan pembinaan warga Negara yang baik (Faqih
Samiawi & Bunyamin Maftuh, 2001:1).
Tujuan mempelajari IPS menurut Nursid Sumaatmaja (2007: 20)
“Membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi
dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.
Tujuan pendidikan IPS di tingkat sekolah dasar (SD) ditujukan
untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang
berguna untuk kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan
persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia
(global society).
Ada 5 macam sumber materi IPS menurut Hidayati, dkk (2008 :
26), antara lain :
1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak
dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas
negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
2) Kegiatan manusia, misalnya; mata pencaharian, pendidikan,
keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh
4) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan, keluarga.
5) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah
yang dimuali dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh,
tentang tokoh tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
Pada materi pelajaran IPS yang mempelajari kehidupan masa
lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimuali dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh tokoh dan
kejadian-kejadian yang besar. Terdapat materi perjuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mempertahankan kemerdekaan, yang membahas masalah perjuangan
bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
e. Materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan merupakan
materi yang wajib di pelajari peserta didik kelas V semester II di Sekolah
Dasar, Karena merupakan salahsatu pokok bahasan dari mata pelajaran IPS
yang merupakan satu dari lima mata pelajaran yang wajib di ajarkan di SD.
Materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di ajarkan dengan tujuan
agar peserta didik dapat menghargai perjuangan para tokoh yang telah
berjuang keras agar bangsa Indonesia tidak dijajah lagi oleh bangsa lain,
dan memiliki kedaulatan sendiri.
Materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan terdiri dari 2
pokok bahasan yaitu perjuangan bangsa indonesia mempertahankan
kemerdekaan dan menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
1) Materi perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak
yang tidak mengakui kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia.
Ketika negara kita memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang
masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga
keadaan dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tugas tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia.
Rakyat Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan,
berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut
mendapat rintangan dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat
terjadi pertempuran antara tentara Jepang dengan rakyat Indonesia.
Pertempuran-pertempuran tersebut menimbulkan korban di kedua belah
pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda
(NICA) dating membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin
menjajah kembali Indonesia. Pada tanggal 29 September 1945 tentara
Sekutu dan pasukan NICA tiba di Indonesia dan mendarat di Pelabuhan
Tanjung Priok. Tentara Sekutu membantu NICA yang ingin
membatalkan kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak ingin
lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia bangkit melawan
tentara Sekutu dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata
rampasan dari Jepang dan senjata tradisional yang ada. Berkobarlah
pertempuran di mana-mana.
a) Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di
Tanjung Perak,Surabaya. tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh
NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga
menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan
bentrokan antara rakyat Surabaya dengan tentara Sekutu. Tanggal
28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang
hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian.
Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia
untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Tentara Sekutu
tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden antara rakyat
Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan
Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada
pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai
membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum
dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut Sekutu
memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya.
Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00
WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota
Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk menentukan
kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat
di Surabaya. Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya
menolak ultimatum dan siap melawan ancaman Sekutu. Tanggal 10
November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya
dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo
dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak maumenyerahkan
sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu
Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam
pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur
beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10
November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk
memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya
mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
b) Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945.
Kurang lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan
para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua
belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban sehingga
namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota
Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut
maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu
Muda.
c) Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris
di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20
Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu
menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan
membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah
perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol
Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel
Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada
tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada
tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi
Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang
setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
d) Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang
diboncengi Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D.
Kelly mendarat di Medan. Pada tanggal 13 Oktober 1945 para
pemuda yang tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan
pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan.
Hal ini menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan
Pertempuran Medan Area.
e) Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan
Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh
TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945
Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini
tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut
diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI di Jakarta
memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi
pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung
tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan
kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret
1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan
membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang
peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah
lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
f) Agresi Militer Belanda
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh
Belanda kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu
bulan setelah kemerdekaan Indonesia, tentara sekutu datang ke
Indonesia. Dalam pendaratannya di Indonesia, tentara sekutu
diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang,
tentara sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai
jajahannya. Dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan
Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia
tidak mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan
kemerdekaannya, kecuali dengan bertempur sampai titik darah
penghabisan. Di sebagian besar wilayah Indonesia, tentara Sekutu
dan NICA harus menghadapi perlawanan pejuang-pejuang
Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaannya, menyadarkan tentara Sekutu bahwa bangsa
Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan senjata.
Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan
Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan tanggal 10
November 1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa
Barat. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Linggarjati.
Hasil perundingan dinamakan Persetujuan Linggarjati Perundingan
ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan Republik
Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura, dan
Suma tra.Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati.
Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke
daerah-daerah yang termasuk wilayah RI. Serangan tersebut
terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer
Belanda I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan
pertambangan. Daerah-daerah tersebut antara lain Sumatra Timur,
Sumatra selatan, Priangan, Malang dan Besuki. Menghadapi
serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan tanah airn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya yaitu
taktik perangmenyerang musuh yang dilakukan dengan cara
sembunyi-sembunyi. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berusaha
menengahi pertikaian Indonesia dengan Belanda. PBB membentuk
komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara, yaitu
Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut
KomisiTiga Negara (KTN). Berkat usaha Komisi Tiga Negara,
Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan. Perundingan
dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947 di atas kapal perang
Amerika Serikat. Kapal tersebut bernama USS Renville. Hasil
perundingan tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam
perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri
Amir Syarifudin dan delegasi belanda dipimpin oleh Raden Abdul
Kadir Widjojoatmodjo. Perjanjian Renville sangat merugikan pihak
Indonesia. Salah satu isi Perjanjian Renville adalah Republik
Indonesia harus mengakui wilayah yang telah direbut Belanda
dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah
serangan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia
untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) pada tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948. Tanggal
19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Agresi
Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI
dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi
Militer II, pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik
Indonesia, Yogyakarta dan menahan Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara.
Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali
merdeka tetap merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah
penghabisan. Rakyat tetap melakukan perang gerilya. Aksi militer
Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari kalangan anggota
PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan siding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pada tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar
menghentikan agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB
meninggalkan Yogyakarta serta membebaskan presiden, wakil
presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.
2) Materi menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan
a) Pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda
Untuk menengahi pertikaian antara Indonesia dan Belanda,
PBB membentuk komisi baru yang diberi nama UNCI (United
Nation Commision for Indonesia). Berkat peranan UNCI Indonesia
dan Belanda mengadakan perundingan. Delegasi Indonesia diketuai
Mr. Moh Roem. Delegasi Belanda diketuai Dr. Van Royen.
Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Roem-Royen. Salah
satu keputusan perundingan Roem-Royen adalah akan
diselenggarakannya Koferensi Meja Bundar (KMB).
Untuk menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter
Indonesia. Konferensi tersebut dimaksudkan untuk mempertemukan
pandangan wakil Republik Indonesia dengan wakil BFO. BFO
merupakan organisasi yang terdiri atas pemimpin negara-negara
bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia. Negara-
negara bagian tersebut timbul karena adanya politik devide et
impera. Politik devide et impera adalah politik memecah belah.
Bagian-bagian wilayah Indonesia yang diduduki Belanda dipecah-
pecah sehingga timbul negara-negara kecil (negara boneka).
Sesudah berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri melalui
Konferensi Inter Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi
KMB. Pada tanggal 23 Agustus 1949 dibuka di Den Haag, Belanda.
Delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. Delegasi BFO dipimpin
Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin Mr.
J.H. Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev. Pada
tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
naskah penyerahan kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada
waktu yang bersamaan di Indonesia dan di Belanda. Dengan
peristiwa tersebut secara resmi Belanda mengakui kedaulatan
bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di Den
Haag naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili
Indonesia dan Ratu Juliana mewakili Belanda.
b) Peranan Beberapa Tokoh dalam Mempertahankan
Kemerdekaan
Mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan
dua cara. Cara tersebut meliputi perang dan diplomasi. Ada
beberapa tokoh yang berperan dalam kedua cara tersebut, antara
lain sebagai berikut.
(1) Ir. Soekarno
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno atas nama
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno diangkat menjadi
Presiden Republik Indonesia. Sebagai pemimpin tertinggi,
Presiden Soekarno banyak melakukan diplomasi dengan
pemimpin-pemimpin tentara Sekutu di Indonesia.
Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia yang
diboncengi NICA membuat Presiden Soekarno berada pada
posisi yang sulit. Sekutu yang hanya memperoleh informasi
sepihak dari Belanda, mendukung pengembalian Indonesia
sebagai jajahan Belanda. Berkat diplomasi Presiden Soekarno
dan Bung Hatta, Sekutu yang dipimpin Letjen Christison mau
mengakui keberadaan RI. Tanggal 1 Oktober 1945, Letjen
Christison menyatakan bahwa kedatangannya tidak akan
merebut pemerintahan Republik Indonesia.
Kemampuan diplomasi Presiden Soekarno diuji
kembali ketika pecah pertempuran di Surabaya tanggal 28
Oktober 1945. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigjen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Mallaby mengakibatkan jatuhnya korban di kedua belah pihak.
Untuk menghindari terjadinya korban di kedua belah pihak,
Bung Karno mengadakan diplomasi. Berkat diplomasi Bung
Karno jatuhnya korban di kedua belah pihak dapat dihindari.
Selama Perang Kemerdekaan sampai pengakuan kedaulatan,
perjuangan
Bung Karno terus berlanjut. Bung Karno tetap
memakai cara diplomasi dalam perjuangannya. Hal ini
tercermin dari pidato Bung Karno pada suatu rapat umum di
Magelang pada tanggal 16 Maret 1946. Beliau menyatakan
bahwa ada jalan perjuangan bagi bangsa Indonesia, satu di
antaranya jalan diplomasi.
(2) Drs. Mohammad Hatta
Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sejak muda telah
menjadi tokoh penggerak mahasiswa Indonesia. Bung Hatta
adalah seorang tokoh organisasi Pemuda Indonesia (PI).
Pemuda Indonesia merupakan organisasi mahasiswa dan pelajar
Indonesia di luar negeri (Belanda). Pemuda Indonesia
mempunyai pengaruh yang besar bagi pergerakan kemerdekaan
Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta
bersama Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia atas nama bangsa Indonesia. Tanggal 18 Agustus
1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih menjadi wakil Presiden
Indonesia yang pertama. Dalam usaha mempertahankan
kemerdekaan Indonesia perjuangan Bung Hatta dilakukan
melalui cara diplomasi. Beliau mengadakan diplomasi dengan
pihak penjajah maupun negara-negara lain di dunia. Beliau
berusaha agar kedaulatan Indonesia diakui dunia. Tanggal 13
Januari 1948 diadakan perundingan di Kaliurang. Perundingan
tersebut membicarakan daerah kekuasaan Republik Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Perundingan tersebut dilakukan oleh Komisi Tiga Negara
(Amerika, Australia, dan Belgia) dengan Indonesia. Mohammad
Hatta, Ir. Soekarno, Sultan Syahrir, dan Jendral sudirman
merupakan wakil dari Indonesia. Tanggal 23 Agustus Drs.
Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja
Bundar merupakan perundingan antara Indonesia, delegasi
BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda.
Tujuan utama Konferensi Meja Bundar adalah untuk
menyelesaikan pertikaian Indonesia Belanda yang mengarah
pada pengakuan kedaulatan Indonesia. Tanggal 2 November
1949 tercapai persetujuan KMB. Hasil KMB adalah Belanda
akan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada
akhir bulan Desember 1949. Tanggal 27 Desember 1949 di Den
Haag dilakukan upacara penandatanganan naskah pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia Serikat diwakili Drs.
Mohammad Hatta, sedangkan Belanda diwakili Ratu Yuliana.
(3) Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang raja di
Yogyakarta. Beliau seorang demokrat sejati. Dengan sukarela
beliau memasukkan daerah kerajaannya ke dalam wilayah
Republik Indonesia. Dengan gigih beliau ikut berperang
melawan Belanda. Pada awal Januari 1946 pemerintah
mengambil keputusan untuk memindahkan kedudukan
pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta. Sultan
Hamengkubuwono IX menyambut hangat kepindahan tersebut.
Beliau melindungi pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari
ancaman tentara Belanda. Beliau rela berkorban demi
perjuangan.Belanda ingin beliau mengubah sikapnya terhadap
Republik Indonesia.Belanda mengirim utusan untuk membujuk
beliau agar mau bekerja sama dan memihaknya. Belanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan Madura. Beliau tetap
tegar pada pendiriannya. Beliau setia kepada Republik Indones
a. Keinginan Beliau hanya satu yaitu Belanda segera pergi dari
Republik Indonesia. Pada awal kehidupan Republik Indonesia,
Sultan Hamengkubuwono IXberhasil meminta kesanggupan
Letkol Soeharto untuk mempersiapkan serangan umum.
Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI
berhasil menduduki kota Yogyakarta dalam waktu enam jam.
Keberhasilan serangan tersebut menunjukkan bahwa Republik
Indonesia belum habis riwayatnya. Sri Sultan
Hamengkubuwono IX berperan dalam usaha pengakuan
kedaulatanRI. Pada tanggal 27 Desember 1949 Sri Sultan
Hamengkubuwono IX menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda di Jakarta. Di Jakarta naskah
penyerahan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX mewakili Indonesia dan Wakil Tinggi
Mahkota A.H.J. Lovink mewakili Belanda. Penandatanganan
naskah penyerahan kedaulatan mengakhiri periode perjuangan
bersenjata rakyat Indonesia.
(4) Jendral Soedirman
Jendral Soedirman adalah pejuang yang gigih. Dalam
keadaan sakit beliau tetap memimpin perlawanan terhadap
Belanda. Pada tanggal 12 Desember 1945 Kolonel Soedirman
memimpin pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. TKR
berhasil memukul mundur tentara Sekutu. Dalam menghadapi
Sekutu, Kolonel Soedirman menggunakan taktik Perang
Gerilya. Kolonel Soedirman merupakan tokoh yang
mempelopori Perang Gerilya di Indonesia. Keberhasilan
Kolonel Soedirman memimpin pertempuran di Ambarawa,
membuat beliau dipilihmenjadi Panglima Besar TKR dengan
pangkat Jendral. Pada masa itu di Indonesia timbul bermacam-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
macam badan kelaskaran. Badan-badan kelaskaran itu
mempunyai tujuan yang sama yaitu melawan dan mengusir
penjajah. Oleh karena itu, pada tanggal 3 Juni 1947 semua
badan kelaskaran dimasukkan dalam satu wadah yaitu Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Tentara Nasional Indonesia dipimpin
oleh Panglima Besar Jendral Soedirman. Pada saat tentara
Belanda menduduki Yogyakarta beliau mengambil keputusan
melanjutkan perang gerilya. Keputusan tersebut disambut baik
oleh segenap anggota TNI. Tindakan Panglima Besar Jendral
Soedirman berhasil meningkatkan semangat perjuangan
Republik Indonesia. Dalam keadaan fisik yang lemah beliau
memilih bergerilya daripada ditawan. Belanda. Selama
bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus
kilometer keluar masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
f. Pemahaman Konsep Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
dan memahami apa yang diajarkan dan dapat menangkap makna yang
dipelajari dan memanfaatkan bahan yang dipelajari, serta memecahkan
masalah yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan adalah kemampuan seseorang
atau peserta didik untuk mengerti sesuatu, menangkap suatu makna,
memanfaatkan isi bahan, dan memecahkan masalah yang berhubungan
dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Pada pokok bahasan “perjuangan mempertahankan kemerdekaan”
peserta didik diajak untuk mempelajari apa yang dilakukan bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan serta menghargai jasa
para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Sub-sub pokok bahasan
itulah yang akan dipelajari siswa dengan menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembelajaran inovatif yang dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
a. Model Pembelajaran
Sri anitah (2009:45) “model adalah suatu kerangka berpikir yang
dipakai sebagai paduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu”.
Suprijono (2010:45) “model merupakan inerprestasi terhadap
hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa system”.
Oemar hamalik (2003:57) Mengemukakan “pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi ,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari beberapa system.
”Menurut Anita Lie (2008 : 23) “ada tiga model pembelajaran
diantaranya: model pembelajaran kompetisi, model pembelajaran
individual dan Cooperative Learning”. Dalam penelitian ini menggunakan
model pembelajaran kooperatif maka yang akan diuraikan secara spesifik
adalah mengenai pembelajaran kooperatif.
b. Model Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru.(Suprijono, 2010:54)
Roger, dkk (1992), menyebutkan bahwa: Cooperative learning is
group learning activity organized in such a way that learning is based on
the socially structured change of information between learners in group in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
which each learner is held accountable for his or her own learning and is
motivated to increase the learning of others. Miftahul (2011:29)
Dari pendat Roger dapat diartikan pembelajaran kooperatif
merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Anita Lie (2008:28) menyebut Cooperative Learning dengan
istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan
peserta didik yang lainnya dalam suatu tugas yang terstruktur.
Etin (2008:4) “Cooperative Learning yaitu suatu sikap atau
perilaku bersama membantu dalam suatu kelompok/ bekerja sama yang
tediri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Sedangkan Isjoni (2007:16) “Cooperative Learning adalah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yamg
tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan yang
tidak peduli dengan yang lain”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang di
dalamnya mengkondisikan siswa bekerja bersama-sama di dalam
kelompok-kelompok kecil untuk membantu siswa satu sama lainnya
dalam belajar. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pembelajaran
kooperatif ini, guru berperan sebagai fasilitator dan pengelola aktivitas
siswa dalam kolompok-kelompok kecil.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori pembelajaran
konstruktivisme. Konstruktivisme tidak hanya memberi gambaran secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tepat bagaimana peserta didik belajar, tetapi juga menyajikan alat yang
kuat untuk menyelesaikan satu pemecahan masalah yang paling sulit
disekolah saat ini adalah kebosanan. Bila guru mengajar dengan
menggunakan model pengembangan kognitif tentang bagaimana seseorang
membangun pengetahuan, dua hal yang akan terjadi yaitu : guru akan
merubah idenya tentang apa artinya menjadi guru , dan peserta didik akan
merasa bahwa sekolah menarik dan relevan. (crowl dalam sri anitah 2009:
14).
Dalam paradigma konstruktivistik, struktur kognitif yang
terbentuk adalah unik untuk tiap individu paradigma ini menekankan pada
belajar membentuk berbagai prespektif terhadap suatu tim. Peserta didik
harus berusaha melihat isu dari sudut pandang yang berbeda. Suatu
strategi untuk menilai prespektif tersebut adalah menciptakan lingkungan
belajar kolaboratif, yang perlu dikembangkan sejak dini pada peserta didik
(Sri anitah 2009:13).
Rusman (2010: 210) menjelaskan bahwa “tujuan yang paling
penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada
peserta didik kerja sama dan kolaborasi”.
Slavin (2005: 33) menjelaskan bahwa tujuan yang paling penting
dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka
butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pengajaran yang
mendasarkan pada kerja kelompok, akan tetapi untuk dapat dikatakan
sebagai Cooperative Learning ada beberapa unsur yang membedakannya
dengan kerja kelompok biasa.
Rusman (2010:208) menyebutkan beberapa unsur dalam
pengajaran kooperatif, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka sehidup sepenanggungan bersama karena Keberhasilan suatu
karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
2) Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi
didalam kelompoknya. Peserta didik haruslah melihat bahwa semua
anggota yang ada di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3) Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawabnyang sama
antara anggota kelompoknya.
4) Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok.
5) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.
6) Siswa diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Jika tugas dan penilaian
dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif learning,
setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang
terbaik.
Agus (2010:65) Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri
dari 6 fase. Fase pertama guru mengklarifikasi maksud pembelajaran
kooperatif. Fase kedua guru menyampaikan informasi, sebab informasi
yang dimaksudkan merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bias
terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan
kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Fase
keempat guru perlu mendampingi tim-tim belajar. Fase kelima guru
melakukan evaluasi dengan menggunakan setrategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam guru mempersiapkan
struktur reward yang akan diberikan pada peserta didik.
Tipe-tipe Model Pembelajran Kooperatif menurut Suprijono
(2009:89) diantaranya adalah Jigsaw, Thing-Pair-Share, Group
Investigasi, Two Stay Two Stray, Make A Match, Listening Team, Inside-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Outside Circle, Bambo Dancing, Point-Counte- Point, The Power Of Two,
Listening Team, Numbered Heads Togethers.
c. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe
dalam model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional (Trianto 2007:82). Pembelajaran kooperatif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan menutup
kesenjangan dalam pemahaman mereka (Slavin, 2008:4).
Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dalam
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk
lebih melibatkan siswa dari awal sampai akhir materi pelajaran dan untuk
mengetahui kepahaman siswa terhadap isi materi pelajaran. Dalam
memberikan pertanyaanatau soal pada siswa, guru menggunakan empat
tahap.
Menurut Trianto (2007:63) dijelaskan bahwa sintaks Numbered
Heads Together terdiri dari empat langkah, yaitu sebagai berikut:
1) Langkah pertama: numbering (penomoran)
2) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
3 sampai 5 orang dan memberi setiap anggota kelompok tersebut
nomor secara berurutan.
3) Langkah kedua: questioning (pengajuan pertanyaan)
4) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa
bervariasi.
5) Langkah ketiga: heads together (berpikir bersama)
6) Para siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan dari gurunya.
7) Langkah keempat: answering (pemberian jawaban)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok
yang nomornya sama dengan nomor yang disebutkan guru mengangkat
tangannya dan memberikan jawaban di depan kelas.
Kagan (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.
html), menjelaskan langkah-langkah numbereds heads together, sebagai
berikut
1) The teacher has student number off within groups, so that each student has a number: 1,2,3,4
2) The teacher asks a question3) The teacher tell the student to” put their heads together” to make
sure that everyone on the team knows the answer4) The teacher call a number (1,2,3,4), and student with that
number can raise their hands to respond.
Dapat diartikan:
1) Guru membagikan nomor ke siswa masing-masing kelompok,
sehingga setiap siswa memiliki nomor: 1,2,3,4
2) Guru mengajukan pertanyaan tentang globalisasi
3) Guru memberitahu siswa untuk "menyatukan gagasan mereka
bersama-sama" untuk memastikan bahwa setiap orang dalam tim
tahu jawabannya
4) Guru memanggil nomor (1,2,3,4), dan siswa dengan nomor
tersebut mengangkat tangan mereka untuk menanggapi.
Hamdani (2011:89) menjelaskan bahwa Numbered Heads
Together pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok: ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua
siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggungjawab individual dalam diskusi kelompok.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
pembelajarannya dilakukan dengan berkelompok, setiap siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kelompok diberi identitas/nomor. Guru memberi pertanyaan, kemudian
masing-masing kelompok mendiskusikannya. Setelah itu guru memanggil
salah satu nomor untuk melaporkan hasil diskusi. Penomoran yang
merupakan inti dari model NHT ini akan menyebabkan setiap siswa harus
selalu siap dan harus memahami pemecahan dari masalah yang diberikan
karena siswa tidak mengetahui siapa yang akan menyampaikan hasil
diskusi. Hal tersebut akan membuat tanggung jawab siswa untuk mengerti
dan memahami pemecahan masalah yang diberikan menjadi lebih besar.
Numbered Heads Together mempunyai kelebihan dan
kekurangan, menurut Hamdani (2011:90) :
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together adalah Setiap siswa menjadi siap semua, Dapat melakukan
diskusi dengan sunguh-sungguh, Siswa yang pandai dapat men gajari
siswa yang kurang pandai.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together adalah Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil
lagi oleh guru, Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel. 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Tipe yang Lain. Trianto (2007)
Numbered Heads Together
Think Pair Share Group Investigation
Langkah 1. Penomoran (Numbering) yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan memberikan mereka nomor.
Langkah 2. Pengajuan pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Langkah 3. Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
Langkah 4. Pemberian jawaban (answering) yaitu guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Langkah 1. Berfikir (Thinking) yaitu guru mengajukan pertanyaan dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawabannya.
Langkah 2. Berpasangan (Pairing) yaitu siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Langkah 3. Berbagi (sharing) yaitu guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah dibicarakan.
Langkah 1. Seleksi topik, yaitu siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu permasalahan. Siswa dibentuk kelompok heterogen yang berorientasi pada tugas.
Langkah 2. Merencanakan kerjasama yaitu siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus.
Langkah 3. Implementasi yaitu siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas siswa dan ketrampilan dan bervariasi serta mendorong siswa mencari sumber yang luas.
Langkah 4. Analisis data sintesis yaitu siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu penyajian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Langkah 5. Penyajian hasil akhir yaitu semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang dipelajari.
Langkah 6. Evaluasi yaitu guru beserta siswa melakukan evaluasi kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan
Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Pembagian kelompok dan penomoran (Numbering)
Pembagian kelompok pada penelitian ini ditentukan berdasarkan pada
nilai siswa. Kelompok dibuat secara heterogen yang ditinjau dari latar
belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar dan telah
dibentuk sebelumnya. Pemberian nomor juga telah ditentukan
berdasarkan pada nomor urut anggota pada masing-masing kelompok.
Dalam penelitian ini ada 7 kelompok dengan anggota 4orang.
2) Pemberian Tugas (Questioning)
Pada tahap ini guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok.
Tugas diberikan setelah guru selesai menjelaskan materi.
3) Berdiskusi (Heads Together)
Setelah guru membagikan tugas kepada setiap kelompok kemudian
masing-masing kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas dari
guru. Setiap orang dalam kelompoknya harus mengetahui dan
memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Menjawab (Answering)
Dalam tahap ini, guru memanggil salah satu nomor peserta didik dari
satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang lain memperhatikan,
memberi tanggapan atau bertanya apabila kurang jelas. Setelah selesai
satu kelompok kemudian guru menyimpulkan dan dilanjutkan dengan
kelompok lain.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah (2010). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Nur menyatakan bahwa : (1) Prestasi belajar matematika
pada materi keliling persegi dan persegi panjang meningkat dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT baik dilihat dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 58,5 siklus I 71,5 dan
pada siklus II naik menjadi 79,8. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan
67) pada tes awal 35%, tes siklus I 75% dan pada siklus II 95 % dari aspek
afektif terlihat adanya peningkatan yang sebelumnya pada pra tindakan
mayoritas siswa termasuk kedalam criteria rendah yaitu 65 % lalu pada siklus I
naik sebanyak 65% termasuk criteria tinggi dan pada siklus II di dominasi
yang mengalami peningkatan, yaitu pada pra tindakan didominasi criteria
sedang sebanyak 40%, siklus I 70% termasuk kriteria tinggi dan 80% trmasuk
criteria sangat tinggi pada siklus II (2) terdapat beberapa kendala yang
dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu
waktu yang diperlukan dalam pembelajaran membutuhkan banyak waktu,
sulitnya siswa berinteraksi dengan teman dan guru sulit dalam mengendalikan
siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Setya Ristanto (2011). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan setya menyatakan bahwa dengan menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Times Games Tournament dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pemahaman konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia .. peningkatan
pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai
pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata-rata nilai pemahaman
konsep siswa sebelum akan tindakan yaitu 57,635 pada siklus I nilai rata-rata
pemahaman konsep siswa menjadi 69,9 dan pada siklus II meningkat menjadi
84. Sebelum dilaksanakan tindakan,siswa yang memperoleh nilai diatas
KKM(>65) Hanya sebanyak 11 siswa (45.83%) pada siklus I meningkat
menjadi 17 siswa (70,83%), pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa
(95,83%). Penelitian ini sama-sama mengkaji tentang pemahaman konsep
tetapi berbeda dalam memberikan solusi, penelitian tersebut menggunakan
times games tournament, sedangkan peneliti yang peneliti laksanakan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Daryani (2010). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Sri Daryani mengatakan bahwa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan
kemampuan berhitung bilangan bulat. Dalam penelitian sri menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan rata-rata yang diperoleh siswa pada data awal
64,05: kemudian pada test pada siklus pertama 70,33: pada siklus kedua
menjadi 70,81. Dan adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa
pada data awal hanya 48,64% dan pada test siklus I 72,97% pada siklus II
menjadi 83,78%.
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, pemahaman konsep materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung,
Jatiyoso, Karanganyar tergolong rendah, terbukti dari hasil rata – rata nilai
ulangan pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan adalah 54,64
lebih rendah dari nilai ulangan nilai rata-rata mata pelajaran IPA dan Bahasa
Indonesia. Sedangkan peserta didik yang tuntas belajar tentang pemahaman
konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan hanya 12 peserta didik dari 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
peserta didik (42,86%). Ketuntasan tersebut berdasarkan asumsi pada nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan sangat banyak dan materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan merupakan pelajaran yang pada dasarnya banyak menghafal,
sehingga membuat peserta didik merasa jenuh dan menganggapnya sebagai
momok; (2) Guru dalam melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional,
dalam pembelajaran konvensional ini guru hanya menggunakan metode ceramah
sehingga peserta didik merasa bosan, sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar peserta didik dan memberikan
kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif).
Sesuai permasalahan yang terjadi , diperlukan adanya suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
Diantara berbagai model dalam pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together adalah model yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, khususnya pemahaman konsep
pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Melalui kolaborasi antara
peneliti dan guru kelas, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I dan Siklus II yang
melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I
memiliki indikator ketercapaian 75%, siklus II dan siklus II ditingkatkan menjadi
80%.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh
bahwa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan pada peserta didik kelas V SD Negeri 02 Petung Jatiyoso
Karanganyar”, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006: 71).
Menurut Sugiyono (2010:96) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru : pembelajaran belum menggunakan model pembelajaranyang tepat.
Peserta didik : pemahaman konsep perjuanga mempertahankan kemerdekaan rendah
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik kelas V SDN 02 petung meningkat
Siklus IIMenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Siklus IMenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian sampai terbukti melalui data
yang terkumpul.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah: Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Heads Together Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pada Peserta Didik Kelas V SDN 02
Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Jadwal Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 02 petung Jatiyoso
Karanganyar semester II tahun 2012, yang beralamatkan Manggisan,
kelurahan Petung, kecamatan jatiyoso kabupaten karanganyar. Alasan
penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 petung yaitu karena permasalahan yang
muncul dan jarak SDN 02 Petung yang strategis dan mudah dijangkau,
sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap
persiapan hingga pelaporan hasil penelitian yang dilakukan selama 5 bulan,
yakni mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012. Adapun rincian
jadwal penelitian ada pada lampiran 1.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dari penelitian yang telah dilaksanakan ini adalah
peserta didik kelas V SDN 02 Petung, Jatiyoso, Karanganyar Tahun 2012,
berjumlah 28 peserta didik, yang terdiri dari 13 laki-laki dan 15 perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan
dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Data penelitian yang telah
dikumpulkan berasal dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi tersebut
antara lain:
1. Informasi data yang diperoleh berasal dari narasumber peserta didik kelas V
Semester II SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar Tahun 2012 yang
berjumlah 28 peserta didik.
2. Informasi data yang diperoleh dari nara sumber guru kelas V SDN 02 Petung,
Jatiyoso, Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan dokumen berupa data
nilai mata pelajaran IPS, khususnya tentang materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan yang digunakan untuk mendapatkan data nilai
peserta didik kelas V SDN 02 Petung Jatiyoso Karanganyar sebelum
dilakukan tindakan.
4. Peristiwa pelaksanaan pembelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together pada peserta didik kelas V SDN 02 petung,
jatiyoso, Karanganyar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Dokumentasi
(Riduan 2010:105) dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data
langsung, dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan.
Data dokumentasi meliputi : Silabus IPS kelas V, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP),daftar nilai, daftar presensi, foto kegiatan pembelajaran,
hasil observasi selama proses pembelajaran, video kegiatan pembelajaran,serta
hasil tes peserta didik kelas V SDN 02 Petung sebelum dan sesudah
penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
2. Observasi
Riduan (2010:104) observasi yaitu melakukan pengamatan objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan. Observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur atau menilai aktivitas guru dan peserta didik kelas
V SD Negeri 02 Petung, serta penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together saat pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3. Wawancara
Riduan (2010:102) menyatakan wawancara adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh informasi bertujuan mengetahui responden
secara lebih mendalam.
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SDN 02 Petung yang
bertujuan menggali informasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan memahami konsep materi
perjuangan perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik
kelas V SDN 02 Petung sebelum dan sesudah penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
4. Tes
Riduan (2010:105) tes adalah serempetan pertanyaan atau latihan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah kegiatan pembelajaran
dilakukan. Tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau
dilakukan untuk menunjukkan seberapa baik peserta didik mengetahui tentang
sesuatu, atau seberapa baik peserta didik dapat melakukan sesuatu. Dalam
penelitian ini tes dilaksanakan pada saat sebelum tindakan atau tes awal dan
di setiap akhir pertemuan. Pemberian tes pada setiap akhir pertemuan
dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan yang dikuasai peserta didik kelas V SDN 02
Petung setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes yang diberikan berbentuk tes
tertulis.
E. Validitas Data
Dalam penelitian ini diperlukan adanya validitas data dengan maksud
semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya
diteliti atau diukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Menurut Suharsini Arikunto (2010: 64) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur dan diteliti. Di dalam
penelitian ini untuk mengguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan
triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data/ sumber adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Untuk menggali data
yang sejenis bisa diperoleh dari narasumber (manusia), dari kondisi lokasi,
dari aktifitas yang menggambarkan perilaku siswa atau dari sumber yang
berupa catatan/arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang
dimaksud. Dengan cara ini data sejenis bisa teruji kemantapan dan
kebenarannya dari sumber data yang berbeda-beda.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode yaitu seorang peneliti mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan
metode pengumpulan data berupa lembar observasi kemudian dilakukan
wawancara dengan informan yang sama dan hasilnya diuji dengan
pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada
pelaksanaan kegiatan. Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah berupa
hasil observasi, dokumentasi, dan tes yang diberikan pada siswa. Dari ketiga
metode pengumpulan data tersebut kemudian dipadukan untuk ditarik
kesimpulan, sehingga diperoleh data yang valid dan kuat. Dengan demikian
teknik pengumpulan data yang digunakan selalu berkaitan antara satu dengan
yang lainnya, yaitu teknik observasi langsung, teknik dokumentasi, dan tes.
F. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau obervasi diklasifikasikan
sebagai data kualitatif. Data ini diinterpertasikan kemudian dihubungkan dengan
data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif
(Milles dan Hubberman, 2007 : 20) yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu
(1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas
ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data sebagai siklus.
Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif
Gambar di atas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan
peneliti adalah:
1. Reduksi data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
menggorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.
2. Penyajian data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian
data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang
terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun
tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian
penyajian-panyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama
bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar
lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarikpula. Dalam penyajian
ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar,
grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya. (Milles dan
Hubberman, 2007 : 17)
3. Penarikan kesimpulan
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi disajikan langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah
didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan
serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi data yaitu Pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil
dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari
data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
yang merupakan validitasnya (Milles dan Hubberman, 2007 : 19 ).
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau
tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji
Suwandi, 2008: 70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya pemahaman konsep Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP
IPS kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman
konsep pesera didik secara klasikal memperoleh nilai ≥60 mencapai 75%. Pada
siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep peserta
didik secara klasikal memperoleh nilai ≥60 mencapai 80%.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan
pada Peserta didik kelas V SDN 02 Petung, melalui penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together. Untuk memperoleh
indikator yang ingin dicapai, prosedur penelitian ini mencakup beberapa tindakan.
Setiap tindakan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut: 1) perencanaan (planning); 2)
pelaksanaan tindakan (action); 3) observasi dan evaluasi tindakan (observation
and evaluation); dan 4) refleksi tindakan (reflecting). Menurut Suharsimi
Arikunto, dkk (2008:16), prosedur penelitian diatas dapat divisualisasikan pada
gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 3.2. Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 2 kali pertemuan di
setiap siklusnya. Secara rinci, setiap siklus dipaparkan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu Perjuangan Bangsa Indonesia
Mempertahankan Kemerdekaan. (lihat lampiran 5)
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together. (lihat lampiran 6)
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.(lihat lampiran 8)
Perencanaan
Pengamatan
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
PelaksanaanRefleksi
Siklus II
Siklus I
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4) Menyusun lembar observasi guru dan peserta didik. (lihat lampiran 9
dan 10)
b. Tindakan
Tindakan pada siklus I ini dilaksanakan dalam 2 x pertemuan,
yakni pertemuan pertama mempelajari tentang Perjuangan Bangsa
Indonesia Mempertahankan kemerdekaan dan pertemuan kedua
mempelajari materi tentang menghargai jasa para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan,
yaitu:
1) Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
2) Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
3) Guru menyampaikan materi pelajaran tentang perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. (lihat lampiran5)
4) Guru membantu meningkatkan pemahaman konsep peserta didik
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together. (lihat lampiran 6)
5) Peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang.
6) Guru memberikan nomor pada masing-masing anggota kelompok
secara berurutan.
7) Guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing kelompok
mengenai materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
8) Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan pertanyaan dari guru.
9) Guru memanggil salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan guru di depan kelas.
10) Guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
11) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan/observasi terhadap guru, dan Pengamatan
aktivitas peserta didik. Selain itu, guru juga melakukan pengamatan atau
observasi terhadap hasil tes pemahaman konsep peserta didik di setiap
akhir pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman
yang disiapkan peneliti.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
pemahaman konsep peserta didik sesuai dengan nilai saat evaluasi saat
pembelajaran.
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil menentukan perlu ada pelaksanaan siklus berikutnya.
Dalam siklus pertama peneliti belum berhasil maka peneliti melaksanakan
siklus kedua. Dalam siklus kedua membahas yang harus diperbaiki oleh
peneliti adalah :
1) Memberikan nama pada tiap kelompok, yaitu nama-nama pahlawan. Hal
ini bertujuan agar siswa hafal dengan nama tokoh pahlawan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
2) Memberikan reward pada siswa. Hal tersebut bertujuan untuk
memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas dan
siswanya.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan
pembelajaran dan penyempurnaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus
I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah atau perbaikan pada Siklus II.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together.
3) Menyusun lembar observasi guru dan aktivitas peserta didik
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini sama
dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Pelaksanaan
tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 x pertemuan dengan materi yang
sama, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang Perjuangan Bangsa
Indonesia Mempertahankan merdekaan dan pertemuan kedua mempelajari
materi tentang menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yang telah di
perbaiki dan disempurnakan. model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together tersebut menggunakan nama kelompok
sesuai dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
3) Peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang
4) Diskusi kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dan menjadikan Metode Numbered
Together sebagai aplikasi dalam pelajaran.
5) Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
6) Peserta didik mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru
secara bersama-sama dan menyiapkan jawabannya.
7) Peserta didik menunggu nomor yang akan di panggil guru.
8) Guru memanggil salah satu nomor untuk melaporkan hasil diskusi di
depan kelas. Selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan
terhadap hasil diskusi dari tiap kelompok.
9) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru.
10) Guru menutup pelajaran dengan memberikan refleksi kepada peserta
didik.
c. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan/observasi terhadap guru, peserta didik,
dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together. Guru melakukan Pengamatan aktivitas peserta didik Selain itu,
guru juga melakukan pengamatan atau observasi terhadap pemahaman
konsep peserta didik di setiap akhir pembelajaran. Observasi diarahkan
pada poin-poin dalam pedoman yang disiapkan peneliti
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap semua hasil
evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I.
Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil
pembelajaran. Hasil yang diperoleh menentukan tidak perlu melaksanakan
siklus berikutnya, karena dalam siklus kedua peneliti sudah berhasil. Pada
siklus kedua peneliti sudah berhasil memenuhi target dari indikator yang
ingin dicapai yaitu 80% dari keseluruhan siswa sudah mendapat nilai di
atas atau sama dengan KKM. Pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan meningkat dan memenuhi target yang
ingin dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif
tipe Numbered Heads Together tersebut telah berhasil dan penelitian dapat
dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso,
Karanganyar. Sekolah ini berdiri pada tahun 1973 dan berstatus negeri dengan
Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031302015. Secara geografis SD
Negeri 02 Petung terletak di dusun Manggisan, Desa Petung, Kecamatan
Jatiyoso, Kabupaten Karangnyar. SD Negeri 02 Petung berdiri di atas tanah
seluas 214,325 m2 dengan luas lahan 12,585 m2, luas bangunan 12,62 m2, dan
luas halaman 175 m2, dan luas kebun 14,12 m2. Bangunan yang ada
diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1
ruang UKS,1 ruang gudang, kantin, tempat parkir, dan 6 kamar mandi guru
dan siswa. Letak SD Negeri 02 petung cukup strategis dan mudah dijangkau
oleh masyarakat sekitar, karena sekolah tersebut terletak di dekat pusat
pemerintahan Desa Petung.
Data personil ketenagaan SD Negeri 02 Petung terdiri dari satu Kepala
Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru penjaskes, 1 guru bahasa Inggris,
1 penjaga perpustakaan dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran
2011/2012 jumlah siswa SD Negeri 02 Petung sebanyak 158 orang, yang
terdiri dari kelas I sebanyak 24 peserta didik, kelas II sebanyak 29 peserta
didik, kelas III sebanyak 27 peserta didik, kelas IV sebanyak 26 peserta didik,
kelas V sebanyak 28 peserta didik, dan kelas VI sebanyak 24 peserta didik.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap
siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. Sebelum
dilaksanakan siklus, dilaksanakan pula tindakan pra siklus untuk mengetahui
kondisi awal tingkat pemahaman konsep peserta didik pada materi Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti pada
pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan mempertahankan
kemerdekaan menunjukkan bahwa pembelajaran yang guru lakukan di kelas
V SD Negeri 02 Petung, Jatiyoso, Karanganyar masih dilakukan secara
konvensional, antara lain (1) guru dalam menjelaskan materi hanya
menggunakan metode ceramah; (2) peserta didik hanya disuruh untuk
mencatat dan menghafalkan konsep; (3) pembelajaran yang dilakukan
kurang bervariasi. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara demikian
menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam
belajar. Kejenuhan tersebut menyebabkan rendahnya pemahaman konsep
yang dimiliki peserta didik.
Dari hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru
(lihat lampiran 2), faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya
pemahaman konsep materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
dalam pembelajaran IPS adalah peserta didik hanya mengandalkan guru saat
belajar, karena malas mencatat dan menghafalkan materi yang banyak.
Padahal guru hanya mengajar dengan metode ceramah dan pembelajaran
yang dilakukan kurang bervariasi. Peserta didik hanya menerima informasi
yang telah diberikan oleh guru tanpa disertai dengan keterlibatan aktivitas
belajar yang positif, sehingga tidak banyak materi yang bisa terserap dengan
baik. Kurangnya aktivitas belajar yang positif mengakibatkan peserta didik
cepat bosan dan akhirnya membuat kegaduhan sendiri.
Keadaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep
hanya sebesar 54,64 (dibawah KKM ≥ 60). Fakta tersebut menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil dalam
memberikan pemahaman konsep pada peserta didik. Secara rinci daftar nilai
pemahaman konsep materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada
peserta didik kelas V SD Negeri 02 Petung pada pra siklus dapat dilihat
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.1. Tabel Nilai Pemahaman Konsep Pra Siklus
NO NIS NilaiKKM 60
Tuntas / Tidak Tuntas
1 1142 40 TT
2 1241 52 TT
3 1247 72 T
4 1254 62 T
5 1257 72 T
6 1263 56 TT
7 1275 57 T
8 1284 63 T
9 1292 85 T
10 1295 42 TT
11 1298 77 T
12 1300 58 TT
13 1302 77 T
14 1303 52 TT
15 1304 62 T
16 1306 82 T
17 1308 61 T
18 1310 51 TT
19 1313 68 T
20 1314 67 T
21 1315 46 TT
22 1316 40 TT
23 1318 71 T
24 1319 55 TT
25 1320 65 T
26 1325 60 T
27 1323 60 T
28 1437 49 TT
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pada kondisi awal atau pra siklus, nilai pemahaman konsep peserta
didik pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan tergolong
rendah, karena masih banyak nilai peserta didik yang belum memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 60. Berdasarkan data diatas peserta
didik yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 16 peserta
didik atau 57,14% dan peserta didik yang mendapat nilai di atas KKM
hanya 12 peserta didik atau 42,86 %. Agar lebih jelas, dari tabel 2 dapat
dibuat tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peserta Didik Kelas V pada Pra Siklus
Interval Median F%
Relatif Kumulatif
27-35 31 1 3,57 3,5736-44 40 6 21,43 2545-53 49 4 14,29 39,2954-62 58 8 28,57 67,8663-71 67 5 17,85 85,7172-80 76 4 14,29 100,00Jumlah 28 100,00Keterangan: Nilai rata-rata 1530 : 28 = 54,64 Ketuntasan Klasikal (12:19) × 100 % = 42,86 % Nilai dibawah KKM (16:19) × 100 % = 57,14 %
Tabel 4.2 nilai hasil pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan sebelum diterapkan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together diatas dapat disajikan dalam
bentuk grafik pada Gambar 4.1 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.1 Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pra Siklus.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1, data nilai rata-rata kelas
pemahaman konsep materi Perjuangan Mempertahankan kemerdekaan pada
pra siklus sebesar 54,64. Peserta didik yang memperoleh nilai 27-35 ada 1
peserta didik atau 3,57%. Peserta didik yang memperoleh nilai 36-44 ada 6
peserta didik atau 21,43 %. Peserta didik yang memperoleh nilai 45-53
sebanyak 4 peserta didik atau 14,29%. Peserta didik yang mendapat nilai
54-62 sebanyak 8 peserta didik atau 28,57%. Peserta didik yang mendapat
nilai 63-71sebanyak 5 peserta didik atau 17,85% dan Peserta didik yang
mendapat nilai 72-80 ada 4 peserta didik atau 14,29 %.
Dari hasil tes pemahaman konsep pra siklus tersebut sebagian
besar peserta didik belum tuntas belajar hanya sebagian kecil peserta didik
yang tuntas belajar. Data ketuntasan belajar dapat diketahui pada tabel 4.3
dibawah ini :
Tabel 4.3 Hasil Ketuntasan Belajar Peserta Didik Pra Siklus
Ketuntasan belajarJumlah peserta didik pra siklus
Jumlah PersenTuntas 12 42,86 %Tidak tuntas 16 57,14 %Jumlah 28 100
0123456789
27-35 36-44 45-53 54-62 63-71 72-80
Fre
kuen
si
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan tabel 4.3 hasil ketuntasan peserta didik pra
siklus,diketahui bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah 60
(KKM) sebanyak 16 peserta didik atau 57,14%, dan peserta didik yang
mendapat nilai diatas atau sama dengan 60 (KKM) sebanyak 12 peserta
didik atau 42,86%. Dari tabel 4. tentang ketuntasan peserta didik pra siklus
dapat disajikan dalam grafik gambar.4.2:
Gambar.4.2 Grafik Ketuntasan Peserta Didik Pra Siklus.
Hasil nilai pra siklus yang diperoleh dari hasil tes awal nilai
terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal dapat
ditunjukkan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pada Pra Siklus
Keterangan Sebelum tindakanNilai tertinggi 80Nilai terendah 27Rata-rata nilai 54,64Ketuntasan klasikal 42,86%
0
10
20
30
40
50
60
TUNTAS TIDAK TUNTAS
JUMLAH PESERTA DIDIK
PROSENTASE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Untuk memperjelas hasil tertinggi,terendah maupun ketuntasan
klasikal dapat dapat digambarken dalam grafik Gambar 4.3 berikut ini :
Gambar.4.3 Grafik Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Pra Siklus
Analisis hasil pemehaman konsep dari nilai peserta didik sebelum
tindakan diperoleh nilai rata-rata sebelum tindakan yaitu 54,64 dimana hasil
tersebut masih dibawah nilai rata-rata yang di inginkan yaitu 60. Sedangkan
besarnya presentase ketuntasan klasikal yaitu 42,86% masih dibawah
ketuntasan yang diterapkan yaitu 75% peserta didik mendapat nilai >60
(KKM).
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, maka diperlukan sebuah
solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu solusi alternatif
untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan penggunaan
model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan. Model tersebut
disebut dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dalam proses pembelajaran dapat menciptakan suasana
yang menarik dan menyenangkan. Dalam pembelajaran Numbered Heads
Together siswa akan lebih siap karena guru memanggil acak salah satu
nomor yang dibagikan kepada masing-masing peserta didik untuk
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
sebelum tindakan
nilai tertinggi
nilai terendah
nilai rata-rata
ketuntasan klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menmpresentasikan jawabannya di depan kelas. sehingga aktivitas belajar
peserta didik menjadi berkembang ke arah yang lebih positif.
b. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari tiga jam pelajaran (3 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 9-15 april 2012. Adapun tahapan-
tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas
V SDN 02 Petung untuk mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada
solusi permasalahan yang muncul yakni penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Selanjutnya
disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa tanggal 10 dan hari
kamis 12 April 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan Pokok Bahasan
Pokok bahasan yang akan digunakan adalah Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. (lihat lampiran.5)
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together. Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS selama 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 3 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang
disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran,
metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
sumber dan media pembelajaran, dan penilaian (lihat lampiran 6 dan
11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) Mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan (gambar tokoh
pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan).
d) Mengembangkan skenario pembeajaran. (Lampiran 8 dan 13)
e) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian.
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung.
(bisa dilihat dalam lampiran 9 dan 14), Selain itu, peneliti juga
menyusun lembar observasi kinerja guru dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together di
lampiran 10 dan 15. Sedangkan untuk lembar penilaian disusun
berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar
penilaian meliputi tes individu dan lembar diskusi (lihat lampiran 7
dan 12).
f) Membagi kelompok siswa menjadi 7 kelompok.
g) Petunjuk cara kerja kelompok yaitu :
(1) Membagi kelompok secara heterogen.
(2) Masing-masing kelompok beranggotakan 4 peserta didik.
(3) Setiap kelompok di berikan nomor 1 sampai 4 tahap ini disebut
Numbering
(4) Guru memberikan lembar kerja lelompok pada peserta didik
tahap ini disebut dengan Questening.
(5) Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya.
(6) Kemudian pada tahap Answering guru memanggil salah satu
nomor peserta didik untuk menjawab didepan kelas.
2) Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together dengan penggunaan media gambar pahlawan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Peneliti disini bertindak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sebagai pengajar dan guru kelas V SD Negeri 02 Petung sebagai
observer atau pengamat.
a) Pertemuan Ke-1
Pertemuan I dilaksanakan pada Selasa, 10 April 2012.
Materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut, yaitu materi
perjuangan bangsa indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
(1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa,
mengabsen dan mengecek kesiapan peserta didik untuk
menerima pelajaran. Setelah itu tahap apersepsi guru
menjelaskan tentang peristiwa perjuangan para pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan yang terjadi setelah
kemerdekaan indonesia. Ketika apersepsi sudah selesai,
pengajar menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut,
yakni peserta didik dapat menjelaskan tentang perjuangan
bangsa indonesia mempertahankan kemerdekaan.
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(a) Eksplorasi
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
materi tentang perjuangan bangsa indonesia
mempertahankan kemerdekaan, guru menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran yaitu gambar tokoh pahlawan
dalam mempertahankan kemerdekaan. Setelah guru
menjelaskan materi guru memberi pertanyaan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
peserta didik tentang perjuangan bangsa indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan, peserta didik mengacungkan
jarinya untuk maju kedepan kelas menjawab soal yang
diberikan oleh guru. Guru mengajak para peserta didik
untuk memberikan tepuk jempol untuk peserta didik yang
menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, serta
memberikan reward agar peserta didik semakin termotivasi.
(b) Elaborasi
Pada tahap elaborasi ini diterapkan Model
Pembelajarn Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Heads Together
(1)Numbering
Peserta didik di bagi menjadi 7 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Kelompok yang sudah terbagi di berikan nomor 1-4.
(2)Questening
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik
tentang perjuangan bangsa indonesia mempertahankan
kemerdekaan.
(3)Heads Together
Setiap kelompok mendiskusikan jawabanya dengan
kelompoknya.
(4)Answering
Guru memanggil nomor peserta didik untuk melaporkan
hasil diskusinya didepan kelas.
(c) Konfirmasi
(1) Peserta didik bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(2) Peserta didik menyimak umpan balik yang diberikan
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(3) Penutup
Peserta didik dengan bimbingan pengajar
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik
mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan pengajar.
Soal atau tes individu dapat dilihat di lampiran 7. Peserta didik
menyimak penjelasan pengajar tentang materi pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yakni
materi tentang perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
b) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada kamis, 12 april 2012 .
Materi yang dipelajari pada pertemuan ke-2 yakni tentang
Perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
(1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan
berdoa,mengabsen dan mengecek kesiapan peserta didik untuk
menerima pelajaran. Setelah itu, pada kegiatan apersepsi.
Setelah apersepsi selesai dilanjutkan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut,
yakni peserta didik dapat menjelaskan tentang peserta didik
dapat Menjelaskan peranan tokoh Indonesia dalam
mempertahankankemerdekaan.
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(a) Eksplorasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
materi tentang peranan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan, guru menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran yaitu gambar tokoh pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan. Setelah guru menjelaskan
materi guru memberi pertanyaan kepada peserta didik
tentang peranan tokok dalam mempertahankan
kemerdekaan, beberapa peserta didik mengacungkan jarinya
untuk maju kedepan kelas menjawab soal yang diberikan
oleh guru. Guru mengajak para peserta didik untuk
memberikan tepuk jempol untuk peserta didik yang
menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, serta
memberikan reward agar peserta didik semakin termotivasi.
(b) Elaborasi
Pada tahap elaborasi ini diterapkan Model
Pembelajarn Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Heads Together
(1) Numbering
Peserta didik di bagi menjadi 7 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Kelompok yang sudah terbagi di berikan nomor 1-4.
(2) Questioning
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik
tentang peranan tokoh Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan.
(3) Heads Together
Setiap kelompok mendiskusikan jawabanya dengan
kelompoknya.
(4) Answering
Guru memanggil nomor peserta didik untuk melaporkan
hasil diskusinya didepan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(c) Konfirmasi
(1) Peserta didik bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(2) Peserta didik menyimak umpan balik yang diberikan
guru.
c) Penutup
Peserta didik dengan bimbingan pengajar menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik mengerjakan soal
atau tes individu yang diberikan pengajar. Soal atau tes individu
dapat dilihat di lampiran 12. Berdoa.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri
02 Petung selama pembelajaran materi Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan berlangsung menggunakan lembar observasi, sedangkan
pendokumentasian pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi
yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 02 petung adalah observasi
kinerja guru pengamatan dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dan aktivitas peserta didik
selama pembelajaran berlangsung.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja
guru dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau
pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi aktivitas
peserta didik bertujuan untuk mengetahui perkembangan aktifitas peserta
didik selama pembelajaran berlangsung. Selain mengobservasi pelaksanaan
proses pembelajaran, peneliti juga mengamati atau mengobservasi nilai
pemahaman konsep peserta didik disetiap akhir pertemuan. Hasil
pengamatan atau observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap
refleksi siklus I. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam
bentuk persen (%), banyaknya presentase dihitung dari seluruh jumlah
peserta didik kelas V SD Negeri 02 Petung, yaitu 28 peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
IPS materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan berlangsung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
diperoleh gambaran tentang aktivitas peserta didik dalam siklus I selama
dua kali pertemuan dalam pembelajaran adalah aktifitas peserta didik secara
keseluruhan skornya sudah baik, dan 3 komponen yang skornya cukup
yaitu perhatian peserta didik saat guru memberi penjelasan/ menyampaikan
materi pelajaran, keterlibatan/ keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, peserta didik mendengarkan penjelasan guru saat
menyampaikan materi (lihat pada lampiran 9 dan 14).
Selain mengamati aktifitas peserta didik observer juga mengamati
kinerja guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Heads Together, dalam lampiran 10 dan 15
secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : guru dalam merumuskan
tujuan pembelajaran sudah baik, pada penyampaian kegiatan awal sudah
baik, guru dalam menyampaikan materi sudah baik, pada kegiatan inti sudah
baik, guru dalam melaksanakan kegiatan akhir sudah baik.
Selain observasi Guru dan peserta didik diatas dapat dilihat nilai
evaluasi kognitif pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan peserta didik dari hasil evaluasi siklus I dari lampiran 16
dibuat Tabel 4.5 distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.5 Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Siklus I.
Interval Median F%
Relatif Kumulatif
40-77 43,5 4 14,285 14,28548-55 51,5 5 17,86 32,14556-63 59,5 8 28,57 60,71564-71 67,5 5 17,86 78,57572-79 75,5 4 14,285 93,8680-87 83,5 2 7,14 100,00Jumlah 28 100,00Keterangan: Nilai rata-rata 1707 : 28 = 60,96 Ketuntasan Klasikal (17:28) × 100 % = 60,71 % Nilai dibawah KKM (11:28) × 100 % = 39,29 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sesuai Tabel 4.5 Frekuensi data nilai pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Siklus I dapat disajikan dengan
grafik Gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Siklus I.
Berdasarkan Tabel 4.5 dan grafik 4.4 di atas, nilai tes individu
peserta didik kelas V siklus I setelah di terapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together diperoleh rata-rata kelas sebesar
60,96. Peserta didik yang mendapat nilai 40-47 sebanyak 4 peserta didik
atau 14,285%. Peserta didik yang mendapat nilai 48-55 sebanyak 5 peserta
didik atau 17,86%. Peserta didik yang mendapat nilai 56-63 sebanyak 8
peserta didik atau 28,57%. Peserta didik yang mendapat nilai 64-71
sebanyak 5 peserta didik atau 17,86%. Peserta didik yang memperoleh nilai
72-79 sebanyak 4 peserta didik atau 14,285%, dan peserta didik yang
memperoleh nilai 80-87 sebanyak 2 Peserta didik atau 7,14%.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
40-77 48-55 56-63 64-71 72-79 80-87
Frek
uens
i
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ibawah ini adalah Tabel 4.6 tentang ketuntasan Peserta didik pada
siklus I
Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar peserta didik Siklus I
No KetuntasanJumlah Peserta didik
Jumlah Persentase1 Tuntas 17 60,71%2 Tidak Tuntas 11 39,29%
Berdasarkan data diatas tentang ketuntasan belajar siswa Siklus I
dapat disajikan dalam Grafik Gambar 4.5 berikut ini :
Gambar 4.5 Grafik Ketuntasan Belajar Siklus I
d. Refleksi
Analisis hasil tindakan pada siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran. Data yang diperoleh melalui observasi di kumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama
proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi sebagai berikut :
1) Seluruh Peserta didik mengikuti pelajaran IPS. Hasil evaluasi rata-rata
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada
peserta didik pada siklus I yaitu 60,96.
2) Berdasarkan hasil evaluasi pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada siklus I peserta didik yang
memperoleh nilai dibawah 60 ( KKM) yaitu 11 peserta didik atau
39,29% peserta didik dan peserta didik yang memperoleh nilai diatas 60
(KKM) yaitu 17 peserta didik atau 60,71%. Data hasil perkembangan
0
10
20
30
40
50
60
70
TUNTAS TIDAK TUNTAS
JUMLAH PESERTADIDIK
PROSENTASE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
nilai peserta didik yang diambil dari lampiran 20 yang berisi nilai
sebelum tindakan, dan lampiran 21 yang berisi nilai peserta didik pada
siklus I dapat dibuat Tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Sebelum Tindakan Dan Siklus 1.
Keterangan Sebelum tindakan Siklus INilai tertinggi 80 85Nilai terendah 27 40Rata-rata nilai 54,64 60,96Ketuntasan klasikal 42,86% 60,71 %
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat digambarkan dalam Grafik
Gambar 4.6 berikut :
Gambar 4.6 Grafik Perkembangan nilai pemahaman konsep pra siklus dan siklus I.
3) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik, masih ada beberapa
kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya.
Permasalahan tersebut antara lain :
a) peserta didik masih belum faham nama tokoh perjuangan
mempertahankan kemerdekaan.
b) masih banyak Peserta didik yang gaduh saat pembelajaran
berlangsung
c) ada beberapa peserta didik yang kurang aktif saat pelajaran
berlangsung.
Berdasarkan analisis diatas maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu :
0
20
40
60
80
100
PRA SIKLUS SIKLUS I
NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
RATA-RATA NILAI
KETUNTASAN KLASIKAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
a) Memberikan nama pada tiap kelompok, yaitu nama-nama pahlawan.
Hal ini bertujuan agar Peserta didik hafal dengan nama tokoh
pahlawan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
b) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas
dan siswanya.
c) Memberikan reward pada Peserta didik. Hal tersebut bertujuan untuk
memancing keaktifan Peserta didik dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi diatas, tindakan yang
dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan,
penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan ketuntasan
Peserta didik mencapai 75% , namun pada tindakan siklus I ini baru
mencapai 60,71%. Hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang
maksimal karena masih ada peserta didik yang nilainya dibawah KKM dan
masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu adanya
perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II.
e. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 16 april sampai 22
april 2012 , adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I
diketahui sudah menunjukkan adanya peningkatan nilai pemahaman
konsep Perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik
kelas V SD Negeri 02 petung tahun 2012 tetapi belum mencapai
indikator yang diharapkan yaitu 75%. Oleh karena itu, ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki guru dalam melaksanakan tindakan pada siklus II
ini sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, yakni
sebagai berikut:
a) Memberikan nama pada tiap kelompok, yaitu nama-nama pahlawan.
Hal ini bertujuan agar siswa hafal dengan nama tokoh pahlawan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b) Pengkondisian kelas yang lebih baik, mencakup keseluruhan kelas
dan siswanya.
c) Memberikan reward pada siswa. Hal tersebut bertujuan untuk
memancing keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) IPS selama 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 3 x 35 menit setiap pertemuannya. Materi yang akan
diajarkan sama dengan materi yang dilaksanakan pada siklus I,
yakni perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dan peranan tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan . RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak
pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran,
dan penilaian (lihat lampiran 18 dan 23).
b) Mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan (gambar tokoh
pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan).
c) Mengembangkan skenario pembeajaran. (Lampiran 20 dan 25)
d) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas
peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung.
(bisa dilihat dalam lampiran 21 dan 26), Selain itu, peneliti juga
menyusun lembar observasi guru berupa Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG) yang bisa dilihat di lampiran 22 dan 27.
Sedangkan untuk lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-
kisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Lembar penilaian meliputi tes
individu dan lembar diskusi (lihat lampiran 19 dan 24).
e) Membagi kelompok Peserta didik menjadi 7 kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
f) Memberikan nama kelompok dengan nama tokoh perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada masing-masing kelompok.
g) Petinjuk cara kerja kelompok yaitu : (1). Membagi kelompok secara
heterogen, (2). Masing-masing kelompok beranggotakan 4 peserta
didik, (3). Setiap kelompok di berikan nomor 1 sampai 4 tahap ini
disebut Numbering, (4). Guru memberikan lembar kerja lelompok
pada peserta didik tahap ini disebut dengan Questening. (5). Peserta
didik mendiskusikan dengan kelompoknya. (6). Kemudian pada
tahap Answering guru memanggil salah satu nomor peserta didik
untuk menjawab didepan kelas.
2) Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti masih
berkolaborasi dengan guru menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together dengan menggunakan media gambar
pahlawan mempertahankan kemerdekaan. Peneliti disini masih
bertindak sebagai pengajar dan guru kelas sebagai observer atau
pengamat.
a) Pertemuan Ke-1
Pertemuan I dilaksanakan pada selasa 17 april 2012. Materi
yang dipelajari pada pertemuan tersebut, yaitu materi perjuangan
bangsa indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
(1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan berdoa,
mengabsen dan mengecek kesiapan peserta didik untuk menerima
pelajaran. Setelah itu, pada kegiatan apersepsi peserta didik diajak
untuk menyanyikan lagu halo-halo bandung , pengajar bertanya
jawab dengan peserta didik tentang lagu halo-halo bandung, dan
guru menjelaskan tentang peristiwa perjuangan para pahlawan
dalam mempertahankan kemerdekaan yang terjadi setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kemerdekaan indonesia. Ketika apersepsi sudah selesai, pengajar
menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut, yakni peserta
didik dapat menjelaskan tentang perjuangan bangsa indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan.
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(a) Eksplorasi
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
materi tentang perjuangan bangsa indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan, guru menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran yaitu gambar tokoh pahlawan
dalam mempertahankan kemerdekaan. Setelah guru
menjelaskan materi guru memberi pertanyaan berhadiah
kepada peserta didik sebagai motivasi, beberapa peserta didik
mengacungkan jarinya untuk maju kedepan kelas menjawab
soal yang diberikan oleh guru. Guru mengajak para peserta
didik untuk memberikan tepuk jempol untuk peserta didik
yang menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, serta
memberikan reward agar peserta didik semakin termotivasi.
(b) Elaborasi
Pada tahap elaborasi ini diterapkan Model
Pembelajarn Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Heads Together
(1) Numbering
Peserta didik di bagi menjadi 7 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Kelompok yang sudah terbagi di berikan nomor 1-4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(2) Questening
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang
konflik indonesia melawan belanda dalam
mempertahankan kemerdekaan.
(3) Heads Together
Setiap kelompok mendiskusikan jawabanya dengan
kelompoknya.
(4) Answering
Guru memanggil nomor peserta didik untuk melaporkan
hasil diskusinya didepan kelas.
(c) Konfirmasi
(1) Peserta didik bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(2) Peserta didik menyimak umpan balik yang diberikan guru.
(3) Penutup
Peserta didik dengan bimbingan pengajar menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik mengerjakan
soal atau tes individu yang diberikan pengajar. Soal atau tes
individu dapat dilihat di lampiran 19. Peserta didik menyimak
penjelasan pengajar tentang materi pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yakni materi tentang
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
b) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada kamis, 19 april 2012 .
Materi yang dipelajari pada pertemuan ke-2 yakni tentang
Perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
(1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan
berdoa,mengabsen dan mengecek kesiapan peserta didik untuk
menerima pelajaran. Setelah itu, pada kegiatan apersepsi peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
didik diajak untuk menyanyikan lagu 17 Agustus , pengajar
bertanya jawab dengan peserta didik tentang lagu 17 agustus,
guru menanyakan pada peserta didik presiden pertama di
indonesia yang menjadi tokoh dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Setelah apersepsi selesai
dilanjutkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada pertemuan tersebut, yakni peserta didik dapat menjelaskan
tentang peserta didik dapat Menjelaskan peranan tokoh Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan.
(2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together.
Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(a) Eksplorasi
Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang
materi tentang peranan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan, guru menggunakan gambar sebagai media
pembelajaran yaitu gambar tokoh pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan. Setelah guru menjelaskan
materi guru memberi pertanyaan berhadiah kepada peserta
didik sebagai motivasi, beberapa peserta didik mengacungkan
jarinya untuk maju kedepan kelas menjawab soal yang
diberikan oleh guru. Guru mengajak para peserta didik untuk
memberikan tepuk jempol untuk peserta didik yang
menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, serta
memberikan reward agar peserta didik semakin termotivasi.
(b) Elaborasi
Pada tahap elaborasi ini diterapkan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Heads Together
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(1) Numbering
Peserta didik di bagi menjadi 7 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 peserta didik.
Kelompok yang sudah terbagi di berikan nomor 1-4.
(2) Questioning
Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik
tentang peranan tokoh Indonesia dalam
mempertahankankemerdekaan.
(3) Heads Together
Setiap kelompok mendiskusikan jawabanya dengan
kelompoknya.
(4) Answering
Guru memanggil nomor peserta didik untuk melaporkan
hasil diskusinya didepan kelas.
(c) Konfirmasi
(1) Peserta didik bersama guru mengevaluasi hasil diskusi.
(2) Peserta didik menyimak umpan balik yang diberikan
guru.
(3) Penutup
Peserta didik dengan bimbingan pengajar menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Peserta didik mengerjakan
soal atau tes individu yang diberikan pengajar. Soal atau tes
individu dapat dilihat di lampiran 24 . Berdoa.
3) Observasi
Seperti pada siklus I, pengamatan atau observasi dilakukan
selama pembelajaran materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi, kamera, dan
handycam. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 02
Petung meliputi observasi guru/ pengajar, aktivitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, dan pengamatan penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pembelajaran. Sedangkan utnuk pedokumentasian kegiatan
pembelajaran peneliti masih dibantu oleh rekan sejawat.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui
kualitas mengajar guru dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau
pengajar dalam mengajar. Observasi aktivitas peserta didik dilakukan
untuk mengetahui perkembangan peserta didik saat pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama
pembelajaran IPS materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas peserta didik dalam
siklus II selama dua kali pertemuan dalam pembelajaran adalah aktifitas
peserta didik secara keseluruhan skornya sudah baik, (lihat pada
lampiran 21 dan 26).
Selain mengamati aktifitas peserta didik observer juga
mengamati kinerja guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together, dalam
lampiran 22 dan 27 secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : guru
dalam merumuskan tujuan pembelajaran sudah baik, pada penyampaian
kegiatan awal sudah baik, guru dalam menyampaikan materi sudah baik,
pada kegiatan inti sudah baik, guru dalam melaksanakan kegiatan akhir
sudah baik.
Pada siklus II, rata-rata observasi guru dalam pembelajaran
mendapatkan nilai baik. Selanjutnya data nilai pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan siklus II dapat dilihat
lampiran 28. Lampiran tersebut dapat dibuat Tabel 4.8 distribusi
frekuensi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.8 Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Siklus II.
Interval Median F%
Relatif Kumulatif
48-55 43,5 2 7,14 7,1456-63 51,5 2 7,14 14,2864-71 59,5 9 32,14 46,4272-79 67,5 8 28,58 7580-87 75,5 5 17,86 92,8688-95 83,5 2 7,14 100,00Jumlah 28 100,00Keterangan: Nilai rata-rata 2308 : 28 = 82,45 Ketuntasan Klasikal (24:28) × 100 % = 85,71 % Nilai dibawah KKM (4:28) × 100 % = 14,29 %
Dari Tabel 4.8. Frekuensi data nilai pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Siklus II. Dapat digambarkan
grafik Gambar 4.7 sebagai berikut :
Gambar 4.7. Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Perjuanganmempertahankan Kemerdekaan Siklus II.
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.7 di atas, nilai tes
individu peserta didik kelas V siklus II setelah di terapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together diperoleh
rata-rata kelas sebesar 82,45. Peserta didik yang mendapat nilai 48-55
sebanyak 2 peserta didik atau 7,14%. Peserta didik yang mendapat nilai
56-63 sebanyak 2 peserta didik atau 7,14%. Peserta didik yang
0
2
4
6
8
10
48-55 56-63 64-71 72-79 80-87 88-95
Frek
uens
i
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
mendapat nilai 64-71 sebanyak 9 peserta didik atau 32,14%. Peserta
didik yang memperoleh nilai 72-79 sebanyak 8 peserta didik atau
28,58%, dan peserta didik yang memperoleh nilai 80-87 sebanyak 5
Peserta didik atau 17,86%, Dan Peserta didik yang mendapat nilai 88-
95 sebanyak 2 peserta didik atau 7,14%. Dibawah ini adalah tabel
tentang ketuntasan siswa pada siklus II
Tabel 4.9 Ketuntasan Belajar Siklus II
No KetuntasanJumlah Peserta didik
Jumlah Prosentase1 Tuntas 24 85,71%2 Tidak Tuntas 4 14,29%
Berdasarkan Tabel 4.9. Tentang Ketuntasan belajar Siklus II
Tersebut dapat disajikan dalam grafik Gambar 4.8 sebagai berikut :
Gambar 4.8. Grafik Ketuntasan Belajar Siklus II
4) Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan
refleksi sebagai berikut:
a) Seluruh peserta didik mengikuti pembelajaran IPS pada materi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hasil evaluasi rata-rata
0102030405060708090
TUNTAS TIDAK TUNTAS
JUMLAH PESERTADIDIK
PROSENTASE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan
peserta didik pada siklus II Yaitu 82,45.
b) Berdasarkan hasil evaluasi pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada siklus II peserta didik yang
memperoleh nilai dibawah 60(KKM) sebanyak 4 peserta didik atau
14,29% dan peserta didik yang yang memperoleh nilai diatas 60
(KKM) yaitu 24 peserta didik atau 85,71%. Data hasil
perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran 16. Yang
berisi nilai pada siklus I dan lampiran 27 yang berisi nilai peserta
didik pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa
pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan nilai peserta didik
dan dapat dilihat pada Tabel 4.10. Sebagai berikut :
Tabel 4.10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II.
No Keterangan Siklus I Siklus II
1. Nilai Tertinggi 85 952. Nilai Terendah 40 483. Rata-rata Nilai 60,96 82,454. Ketuntasan Klasikal 60,71% 85,71%
Dari Tabel 4.10 Perkembangan nilai pemahaman konsep siklus
I dan siklus II dapat digambarkan dalam grafik Gambar 4.9 sebagai
berikut :
0102030405060708090
100
SIKLUS I SIKLUS II
NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
RATA-RATA KELAS
KETUNTASAN KLASIKAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II
a) Nilai terendah yang diperoleh Peserta didik pada siklus I yaitu 40
meningkat pada siklus II yaitu 48.
b) Nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik pada siklus I yaitu
sebesar 85 dan pada siklus II meningkat menjadi 95.
c) Ketuntasan belajar pada peserta didik siklus I adalah 61,71% dan
pada siklus II Meningkat menjadi 85,71%, setelah dilakukan refleksi
terdapat 4 peserta didik yang belum tuntas yaitu nilainya masih
dibawah 60 (KKM). Namun secara keseluruhan nilai pemahaman
konsep sudah meningkat dilihat dari presentase ketuntasan peserta
didik pada siklus II Yaitu 85,71%.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dan melihat hasil
evaluasi yang diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan sudah
berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya . hal ini menunjukkan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat
meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung.
B. Pembahasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari empat tahap. Tahap penelitian yang dilaksanakan terdiri atas 1) tahap
perencanaan tindakan; 2) tahap pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4)
tahap refleksi.
Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan
temuan dan pembahasan hasil penelitian tentang penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman konsep Perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik
kelas V SDN 02 Petung. Dari hasil pengamatan dan analisis data yang ada dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dilihat adanya peningkatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, kegiatan
guru, dan peningkatan nilai pemahaman konsep peserta didik kelas V SD Negeri
02 petung.
Data peningkatan aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Perkembangan Nilai Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik dan Kinerja Guru
Pertemuan Observasi Aktivitas Peserta didik
Observasi Kinerja Guru
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus IIPertemuan I 2,83 3,41 3,26 3,60Pertemuan II 3,00 3,58 3,40 3,80Rata-rata 2,91 3,49 3,33 3,70
Keterangan : 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang
Tabel 4.11 Perkembangan Nilai Hasil Observasi Kegiatan Peserta didik
dan Kinerja Guru di atas dapat digambarkan menjadi grafik seperti Gambar 13.
Gambar 4.10 Perkembangan Nilai Hasil Observasi Kegiatan Siswa dan Kinerja Guru
Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 9.10 diatas, terlihat adanya
peningkatan dalam aspek afektif (sikap) siswa dan guru dalam pembelajaran.
Kegiatan Peserta didik pada siklus I 2,91 pada siklus II lebih meningkat menjadi
3,49. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mendapat nilai 3,33 pada siklus II
meningkat menjadi 3,70 pada. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aspek
afektif yang berupa sikap-sikap siswa dan guru selama proses pembelajaran IPS
materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada peserta didik kelas V SDN
2,913,333,49
3,7
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Aktivitas Peserta didik Kinerja Guru
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
02 Petung dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai
evaluasi pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan
ketuntasan belajar pada peserta didik kelas V SDN 02 Petung. Peningkatan
terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II
yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Dari Tabel 4.12 tentang
peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebagai berikut
Tabel 13. Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dan Presentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Kriteria ketuntasan maksimal(KKM)
Nilai rata-rata pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan
Presentase ketuntasan klasikal (%)
Sebelum tindakan
Siklus I Siklus IISebelum tindakan
Siklus I Siklus II
60 54,64 60,96 82,45 42,86 60,71 85,71
Dari Tabel 4.12 tentang Nilai rata-rata pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dan presentase ketuntasan klasikal sebelum
tindakan, siklus I ,dan siklus II Dapat digambarkan menjadi grafik Gambar 4.11
sebagai berikut :
Gambar4.11 Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata Pemahaman Konsep dan Ketuntasan Pemahaman Konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Setiap Siklus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
NILAI RATA-RATAPEMAHAMAN KONSEP
PROSENTASE KELULUSAN
SEBELUM TINDAKAN
SIKLUS I
SIKLUS II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan rata-rata pada Tabel 4.12 dan grafik Gambar 4.11
diatas siswa yang memperoleh nilai diatas 60 (KKM) menunjukkan adanya
peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata-rata hanya mencapai 54,64 dengan
presentase ketuntasan klasikal 42,86% pada siklus I bisa meningkat menjadi 60,96
dengan presentase ketuntasan klasikal 60,71% dan pada siklus II meningkat lagi
menjadi 82,45 dengan presentase ketuntasan klasikal 85,71% atau 24 peserta
didik, sedangkan 4 peserta didik tidak tuntas, ketidak tuntasan ini dikarenakan
berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor intern dalam diri peserta didik
seperti siswa malas belajar dan lebih suka bermain di sawah bersama teman-
temannya selain itu kondisi orang tua siswa yang belum sadar akan pentingnya
pendidikan sehingga siswa kurang di dukung dalam hal pendidikan untuk
menangani masalah tersebut peneliti menyerahkan tindak lanjut sepenuhnya
kepada guru kelas terkait dikarenakan memerlukan proses dan waktu yang lama
untuk menangani masalah tersebut selain itu guru kelas lebih tau karakteristik
peserta didik.
Hal ini merefleksikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada kelas V dinyatakan berhasil, karena secara
klasikal menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan pada mata pelajaran IPS.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat
lampiran 2) hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Sudah cukup baik, tetapi peserta
didik yang tuntas hanya 42,86%. Hal itu dikarenakan guru yang belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan menarik, sehingga peserta
didik kurang maksimal dalam memahami konsep materi yang diajarkan.
Sedangkan hasil wawancara setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (lihat lampiran 30) yaitu penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPS
materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan terbukti dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
nilai pemahaman konsep peserta didik. Selain itu, ketuntasan belajar materi
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik juga meningkat. Hal itu
dikarenakan penggunaaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, menarik minat
belajar peserta didik dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena
penyajiannya yang menarik dan menyenangkan.
Dengan demikian, bisa diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep materi Perjuangan mempertahankan
kemerdekaan peserta didik kelas V SDN 02 Petung, yakni dengan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ternyata memang
dapat menjadikan pembelajaran IPS khususnya materi Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan lebih menarik dan menyenangkan, sehingga nilai
pemahaman konsep peserta didik dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan peserta didik kelas V SDN 02 petung Jatiyoso Karangnyar tahun
2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-
rata pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik
54,64 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 42,86%, siklus I nilai rata-
rata pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik
60,96 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 60,71% dan siklus II nilai
rata-rata pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta
didik 82,45 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Penerapan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di kelas V sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep
perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together dalam pembelajaran IPS kelas V . Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang digunakan terdiri
dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 s.d. 15 April 2012 dan siklus
II dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 22 April 2012. Dalam setiap pelaksanaan
siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum
melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan
memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis
perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan
dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik kelas
V SDN 02 petung. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan peserta didik kelas V, hal itu dapat ditinjau dari
hal-hal berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu menguasai konsep-konsep
dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan
pemahaman konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan peserta didik
kelas V karena penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together dalam pembelajaran IPS memungkinkan terjadinya interaksi
antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik, proses
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan dan sikap belajar peserta didik
dapat ditingkatkan.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada peserta didik
juga sangat penting. Motivasi diberikan agar peserta didik dapat belajar dengan
baik sehingga peserta didik mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan
perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses
pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri peserta didik dengan
memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pentingnya penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together dalam pembelajaran IPS terbukti dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan
bersahabat antara peserta didik dengan guru. Selain itu penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together juga mampu
meningkatkan kreativitas dan kerja sama kelompok.
Presentase pemahaman konsep perjuangan mempertahankan
kemerdekaan peserta didik setelah menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together meningkat. Hal ini terbukti dengan
adanya peningkatan nilai rata-rata tiap siklus. Pemahaman konsep perjuangan
mempertahankan kemerdekaan peserta didik kelas V SDN 02 Petung
meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh Peserta
didik SDN 02 Petung.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Adanya kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran IPS melalui penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together harus di atasi semaksimal
mungkin. Oleh karena itu aspek pemahaman konsep harus diperhatikan
sehingga mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya pemahaman
konsep perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada
beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peserta
didik menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif
dan bermakna. Hal ini membuat peserta didik tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pemahaman konsep pada peserta didik.
b. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap
peserta didik untuk lebih memahami konsep serta mampu memberikan
pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
3. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperataktif Tipe Numbered Heads
Together pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Bagi Peserta Didik
Peserta didik harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, dan
meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran
untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman konsep.
5. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep yang
belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.