Post on 03-Jan-2016
description
http://blogwirabuana.wordpress.com/2011/03/16/penilaian-acuan-norma-pan-dan-penilaian-acuan-patokan-pap/
PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN) DAN PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP)
11 Komentar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seringkali pengembang intruksional termasuk pengajar menyusun tes setelah
proses instruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat
berdasarkan isi pelajaran yang telah diajarkan dan masih segar dalam
ingatannya. Keadaan yang seperti itu sangat memungkinkan tidak
berfungsinya tujuan intruksional yang telah dirumuskannya. Tes yang
disusunnya mungkin konsisten dengan isi pelajaran, tetapi tidak konsisten
dengan perilaku yang seharusnya diukur.
Tes yang seharusnya disusun adalah tes yang mengatur tingkat pencapaian
mahasiswa terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan intruksional. Tes
tersebut mungkin tidak dapat mengukur penguasaan mahasiswa terhadap
seluruh uraian pengajar dalam proses intruksional, sebab apa yang diberikan
pengajar selama proses tersebut belum tentu seluruhnya relevan dengan
tujuan intruksional. Isi pelajaran bukanlah kriteria untuk mengukur
keberhasilan proses pelaksanaan intruksional.
Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai
untuk menyatakan :
1. Deretan kedudukan mahasiswa yang relatif, atau
2. Memberikan suatu gambaran tentang tugas-tugas yang dapat atau
belum dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Hasil tes jenis pertama secara relatif menunjukkan deretan kedudukan setiap
mahasiswadi antara mahasiswa lain. Metode menafsirkan hasil tes seperti ini
disebut tafsiran yang mengacu kepada sebuah norma.
Hasil tes jenis kedua dinyatakan dengan jenis-jenis pengetahuan dan
ketrampilan yang dapat diperlihatkan oleh setiap mahasiswa. Metode
penafsiran seperti ini disebut mengacu kepada sebuah patokan.
Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan
standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi
seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atu teknik-teknik yang
baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauhmana pencapaian siswa dalam
menguasai materi yang disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka
penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (PAP)
2. Persamaan dan perbedaanPAN dan PAP
3. Kekurangan dan kelebihan PAN dan PAP
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dalam setiap kegiatan tentunya ada tujuan yang hendak dicapai oleh
pelakunya, begitu pula dengan penulisan makalah ini penulis hendak
mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui teknik-teknik yang tepat untuk memberikan pemeriksaan,
penskoran dan penilaian.
2. Mampu membandingkan teknik-teknik yang ada dan menyesuaikannya
dengan situasi dan kondisi perkembangan dunia pendidikan.
3. Mengetahui perbedaan, kelemahan dan kelebihan dari tiap teknik.
4. Mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum
memperolah dan meberikan nilai.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian Acuan Norma
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:
1. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar
dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut
tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif
yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan
standar.
2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan
dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara ini dikenal sebagai
penilaian acuan norma (PAN).
3. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses
pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu.
Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai
seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi
seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.
Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan
Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma
kelmpok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai
siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.
B. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan
pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan
penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini
digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar
kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian
diadministrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-
kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam
tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan
yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama,
mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan
terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru
melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking
skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata
menentukan simpang baku dan variannya .
Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :
1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap
peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya,
Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui
kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas,
sekolah, dan lain sebagainya.
2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat
“relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan
atau kebutuhan pada waktu tersebut.
3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik
(peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).
4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan
rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai
dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan
yang serius.
5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan
penguasaan kelompok.
C. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation
merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. Dalam
pengukuran ini siswa dikomperasikan dengan kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam tujuan instruksional, bukan dengan penampilan siswa
yang lain. Keberhasilan dalam prosedur acuan patokan tegantung pada
penguasaaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item
pertanyaan guna mendukung tujuan instruksional .
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum
dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk
memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan
setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test).
Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang
kualitas proses pembelajaran.
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara
pandang yang harus diterapkan.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang
diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok
berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery
learning).
D. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa
persamaan sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan
evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan
tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional
khusus
2. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan
sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang
diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target
akhir pengambilan keputusan.
3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua
pengukuran sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu
tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.
4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang
akan diukur.
5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif,
tes karangan, tes penampilan atau keterampilan.
6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.
7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud
yang berbeda.
Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:
1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku
khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan
patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang
terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes
dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan
patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan
yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang
mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang
terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan
butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa
perduli dengan tingkat kesulitannya.
4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian
acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat
memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada
tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta
didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus
tersebut. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada
norma untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik
di antara kelompoknya.
2. Persamaan penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain
adalah keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku
yang diukur, disusun dari sampel butir-butir tes yang relevan dan
representatif, keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan
reliabilitas dan digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud
yang berbeda.
3. Adapun perbedaan dari kedua penilaian tersebut antara lain:
a) Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku
khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan
patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas
dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.
b) Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes
dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan
menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak
dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.
c) Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang
mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang
terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-
butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli
dengan tingkat kesulitannya.
d) Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian
acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.
B. Saran
Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas :
1. Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam
pengolahan dan pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan
metode penilaian acuan norma dan acuan patokan.
2. Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam proses
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta:
Erlangga:University Press,1986.
Bistok Sirait. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, 1985.
Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: PAU ,1997.
http://nandangfkip.blogspot.com/2008/07/penilaian-pan-dan-pap_2459.html
http://muhammad-husna.blogspot.com/2012/05/pan-penilaian-acuan-norma.html
PAN (PENILAIAN ACUAN NORMA)
I. PENDAHULUANEvaluasi merupakankegiatan yang meliputi pengumpulan bukti-bukti yang
kemudian dijadikan dasardalam pengambilan keputusan tentang keberhasilan siswa mengikuti pelajaran.Agar pengambilan keputusan tidak merupakan perbuatan yang subyektif, makadiperlukan patokan tertentu. Kriteria tersebut berfungsi sebagai ukuran, apakahseseorang telah memenuhi persyaratan untuk digolongkan sebagai siswa yangberhasil, pandai, baik, naik kelas, lulus atau tidak. Kriteria penilaian itu disebutdengan istilah “Standar Penilaian”. Standar penilaian yang dimaksud dibedakanmenjadi 2 (dua) jenis, yaitu Standar penilaian yang relatif (penilaian acuan norma)dan standar penilaian yang mutlak (penilaian acuan patokan).
Dalam makalah ini akan membahas standar penilaian acuan norma atau kelompok atau biasa disebut penilaian yang relatif.
II. RUMUSAN MASALAHA. Apa Konsep dasar Penilaian Acuan Norma (PAN)?B. Bagaimana Teknik dan Prosedur Pengolahan dengan PAN?C. Bagaimana Penerapan PAN dalam Sistem Pembelajaran?
III. PEMBAHASANA. Konsep Dasar PAN
Penilaian Acuan Norma (PAN) atau PAK (Penilaian Acuan Kelompok) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengannilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.
Yang dimaksud “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Jadi pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah.[1]
Penilaian beracuan kelompok ini mendasarkan diri pada asumsi sebagai berikut:
1. Bahwa pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin, berbeda latar belakang pendidikan, berbeda status sosial orang tuanya, berbeda lingkungan sosialnya, berbeda IQnya, dan sebagainya), akan selalu didapati kelompok “baik”, kelompok “sedang” dan kelompok “kurang”.Asumsi pertama ini mengandung makna bahwa pada setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, sebagian besar dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi atau memusat di sekitar nilai pertengahan (nilai rata-rata), dan hanya sebagian kecil saja yang nilainya sangat tinggi atau sangat rendah.
2. Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisis relatif dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah” atau di “bawah”.
Penilaian beracuan norma atau beracuan kelompok ini sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara relatif atau penilaian dengan mendasarkan diri pada standar relatif. Penentuan nilai dengan menggunakan standar relatif ini sangat cocok untuk diterapkan pada tes-tes sumatif (ulangan umum, ujian akhir semester, EBTANAS, atau yang setara dengan itu), sebab dipandang lebih adil, wajar dan bersifat manusiawi.[2]
B. Teknik dan Prosedur Pengolahan Skor dengan PANTeknik-teknik pengolahan data dengan pendekatan PAN adalah sebagai
berikut:1. Penyusunan distribusi frekuensi
Jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30, maka digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal, dan jika banyaknya skor yang diolah lebih dari 30, maka digunakan distribusi frekuensi bergolong.
Adapun prosedur penyusunan distribusi frekuensi adalah:a. Urutkan data dari terkecil sampai terbesarb. Mencari jarak atau range (R)
R = nilai maximum- nilai minimum
c. Mencari banyak interval kelas (K)K = 1 + 3,3 log n
keterangan: K = banyak kelasn= banyaknya data3,3= bilangan konstanta
d. Mencari panjang interval kelas (i)i =
keterangan: i = panjang interval kelasR = rangeK = banyak kelas
e. Menyusun tabel distriusi frekuensi[3]
2. Menghitung rata-rata dengan rumus =
3. Menghitung deviasi standara. Mencari deviasi standar untuk data tunggal
SD= b. Mencari deviasi standar untuk data kelompok
1) Menggunakan terkaanSD=
2) Menggunakan rumus panjang[4]
SD= 4. Menyusun Pedoman konversi.[5]
a. Berskala limaProsedur-prosedur yang dilakukan dalam menyusun pedoman konversi berskala lima, ialah:
1) Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai hurufPengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huruf, menggunakan patokan sebagai berikut:
a) Mean + 1,5 SD ke atas = Ab) Mean + 0,5 SD ke atas = Bc) Mean – 0.5 SD ke atas = Cd) Mean – 1,5 SD ke atas = De) Mean – 1,5 SD ke bawah = E2) Membuat tabel konversi.3) Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala lima.
b. Berskala sembilanProsedur-prosedur yang dilakukan dalam menyusun pedoman berskala sembilan, ialah:
1) Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sembilan.Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala sembilan, maka patokan yang dipergunakan ialah:
a) Mean + 1,75 SD ke atas = 9b) Mean + 1,25 SD ke atas = 8c) Mean + 0,75 SD ke atas = 7d) Mean + 0,25 SD ke atas = 6e) Mean – 0,25 SD ke atas = 5f) Mean – 0,75 SD ke atas = 4g) Mean − 1,25 SD ke atas = 3h) Mean – 1,75 SD ke atas = 2i) Mean – 1,75 SD ke bawah = 1
2) Membuat tabel konversi.3) Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala sembilan.
c. Berskala sebelasProsedur-prosedur yang dilakukan dalam menyusun pedoman berskala sebelas, ialah:
1) Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sebelas.Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala sebelas, maka patokan yang dipergunakan ialah:
a) Mean + 2,25 SD ke atas = 10b) Mean + 1,75 SD ke atas = 9c) Mean + 1,25 SD ke atas = 8d) Mean + 0,75 SD ke atas = 7e) Mean + 0,25 SD ke atas = 6f) Mean – 0,25 SD ke atas = 5g) Mean – 0,75 SD ke atas = 4h) Mean −1,25 SD ke atas = 3i) Mean – 1,75 SD ke atas = 2j) Mean −2,25 SD ke atas = 1k) Mean – 2,25 SD ke bawah = 02) Membuat tabel konversi.3) Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala sebelas.[6]
C. Penerapan PAN dalam sistem pembelajaranContoh:Diketahui 52 orang peserta didik mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran Bahasa Inggris dan memperoleh skor mentah sebagai berikut:
32, 20, 35, 24, 17, 30, 36, 27, 37, 50, 36, 35, 50, 43, 31, 25, 44, 36, 30, 40, 27, 36, 37, 32, 21, 22, 42, 39, 47, 28, 50, 27, 43, 17, 42, 34, 38, 37, 31, 32, 22, 31, 38, 46, 50, 38, 50, 21, 29, 33, 34, 29
Pertanyaan: Tentukan nilai peserta didik dengan menggunakan pendekatan PAN.
Penyelesaian:1. Penyusunan Distribusi Frekuensi
a) Menyusun skor terkecil sampai yang terbesar17 25 30 34 37 42 5017 27 31 34 37 42 5020 27 31 35 37 43 5021 27 31 35 38 43 5021 28 32 36 38 44 22 29 32 36 38 4622 29 32 36 39 4724 30 33 36 40 50
b) Mencari Range (R)R = nilai maximum- nilai minimum= 50−17= 33
c) Mencari banyak interval kelas (k)k= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 52= 1 + 3,3 (1,716)= 1 + 5,663= 6, 663 (dibulatkan 7)
d) Mencari panjang interval kelas (i)i =
= = 4, 953 (dibulatkan 5)
e) Menyusun daftar distribusi frekuensi
Kelas Interval
Frekuensi (f)
17-2122-2627-3132-3637-4142-4647-51
541112866
Jumlah 52
2. Menghitung rata-rata (mean)
Kelas interval F X FX
17-2122-2627-3132-3637-4142-4647-51
541112866
19242934394449
9596319408312264294
Jumlah
= =
= 34,3853. Menghitung standar deviasi
Interval F )
17-2122-2627-3132-36
541112
+3+2+10
158110
9410
4516110
37-4142-4647-51
866
-1-2-3
-8-12-18
149
82454
Jumlah 52 -4 158
SD= SD= = = = = 5 X 1,741= 8,705
4. Menyusun pedoman konversia. Skala lima1) Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala limaa) Mean + 1,5 SD ke atas = A
= 34,385 + (1,5 X 8,705)= 34,385 + 13,058= 47,443
b) Mean + 0,5 SD ke atas = B= 34,385 + (0,5 X 8,705)=34,385 + 4,353=38,738
c) Mean – 0.5 SD ke atas = C= 34,385 - (0,5 X 8,705)= 34,385 – 4,353= 30,032
d) Mean – 1,5 SD ke atas = D= 34,385 – (1,5 X 8,705)= 34,385 – 13,058= 21,327
e) Mean – 1,5 SD ke bawah = E= 34,38 – (1,5 X 8,71)= 34,385 – 13,058= 21,327
2) Membuat tabel konversi
Skor mentah Skala lima
47 ke atas39 – 4630 - 38
ABC
21 – 2920 ke bawah
DE
3) Mengkonversi skor-skor mentah menjadi nilai standar berskala lima
No urut
Skor mentah
Skala lima
No urut
Skor mentah
Skala lima
12345678910111213141516171819202122232425
32362750223420353627312935503743382443321746173121
CCDADCECCDCDCACBCDBCEBECD
262728293031323334353637383940414243444546474849505152
425030252234383644423850273639372137304731295040283233
BACDDCCCBBCADCBCDCCACDABDCC
b. Skala sembilan1) Mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sembilan.
a) Mean + 1,75 SD ke atas = 9= 34,385+ 1,75 (8,705)= 34,385 + 15,234
= 49,619b) Mean + 1,25 SD ke atas = 8
= 34,385 + 1,25 (8,705)= 34,385 + 10,881= 45,266
c) Mean + 0,75 SD ke atas = 7= 34,385 + 0,75 (8,705)= 34,385 + 6,529= 40,914
d) Mean + 0,25 SD ke atas = 6= 34,385 + 0,25 (8,705)= 34,385 + 2,176= 36,561
e) Mean – 0,25 SD ke atas = 5= 34,385 – 0,25 (8,705)= 34,385 – 2,176= 32.209
f) Mean – 0,75 SD ke atas = 4= 34,385 − 0,75 (8,705)= 34,385 – 6,529= 27,856
g) Mean − 1,25 SD ke atas = 3= 34,385 – 1,25 (8,705)= 34,385 – 10,881= 23,504
h) Mean – 1,75 SD ke atas = 2= 34,385 – 1,75 (8,705)= 34,385 – 15,234= 19,151
i) Mean – 1,75 SD ke bawah = 1= 34,385 – 1,75 (8,705)= 34,385 – 15,234= 19,151
2) Membuat tabel konversi.
Skor mentah Skala sembilan
50 ke atas45-4941-4437-4032-3628-31
987654
24-2719-2318 ke bawah
321
Diposkan oleh Muhammad Husna Mubarok di 00.29