Post on 04-Feb-2021
1
1
PENGOLAHAN BIT MENJADI MINUMAN SERBUK DAN MINUMAN CELUP
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Oleh :
Eleonora Pradnya Nirmala Citta
NIM : 16.I1.0089
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENGOLAHAN BIT MENJADI MINUMAN SERBUK DAN MINUMAN CELUP
Oleh :
Eleonora Pradnya Nirmala Citta
Nim : 16.I1.0089
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang
penguji pada tanggal 13 November 2018
Semarang, 13 November 2018
Fakultas Teknologi Pertanian
Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
Indrie Ambarsari, S.T.P., M.Sc. Meiliana, S.Gz, M.S.
Dekan Fakultas
Dr.R. Probo Y. Nugrahedi, S.TP., Msc
http://new.litbang.pertanian.go.id/peneliti/6334/
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya, penulis mampu
menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Pengolahan Bit Menjadi Minuman
Serbuk Dan Minuman Celup”. Laporan kerja praktek ini ditulis bertujuan untuk
melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Selama penulisan laporan kerja praktek ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis
rasakan. Namun, berkat peran berbagai pihak yang dengan sabar membimbing,
mengarahkan dan memberi dukungan selama proses kerja praktek dan selama penulisan
berlangsung, maka penulis mampu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, M.Sc selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Meiliana, S.Gz, M.S. selaku Koordinator Kerja Praktek dan Pembimbing Kerja
Praktek yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing
penulis, serta membantu dalam proses pelaksanaan ujian Kerja Praktek.
3. Ibu Indrie dan Ibu Gamma selaku pembimbing selama penulis melakukan kerja
praktek di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah divisi MTHP.
4. Orang tua dan keluarga penulis yang banyak memberi dukungan dalam melakukan
Kerja Praktek dan penulisan laporan Kerja Praktek
5. Angelica Ratna dan Josephine Claretta yang banyak memberikan bantuan sebagai
teman seperjuangan dalam mengikuti Kerja Praktek dan selama mengikuti dan
melakukan penulisan.
6. Segenap karyawan dan staf PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Dalam menyusun laporan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan yang telah penulis lakukan. Oleh karena itu, maka penulis ingin meminta
maaf apabila ada kesalahan, kekurangan atau hal-hal yang kurang berkenan dimana hal
iii
iii
tersebut bukan merupakan faktor kesengajaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
Semoga laporan Kerja Praktek yang telah penulis susun mampu memberikan manfaat dan
tambahan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 25 November 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................................vi
1. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................................ 1
2. PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................................................ 2
2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................................................... 2
2.2. Lokasi Perusahaan ..................................................................................................... 2
2.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan ................................................................................ 2
2.4. Struktur Organisasi .................................................................................................... 3
2.5. Ketenagakerjaan ........................................................................................................ 6
3. SPESIFIKASI PRODUK ......................................................................................................... 9
4. DIVISI MEKANISASI DAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (MTHP) ................................... 10
4.1. Penjelasan ............................................................................................................... 10
4.2. Hasil ......................................................................................................................... 10
4.3. Pembahasan ............................................................................................................ 14
5. PENGOLAHAN BIT MENJADI MINUMAN SERBUK DAN MINUMAN CELUP ..................... 16
5.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 16
5.2. Tujuan ...................................................................................................................... 17
5.3. Metode .................................................................................................................... 17
5.4. Hasil ......................................................................................................................... 19
5.5. Pembahasan ............................................................................................................ 20
6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................... 24
6.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 24
6.2. Saran ........................................................................................................................ 24
7. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 25
8. LAMPIRAN ....................................................................................................................... 28
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah .............................................................................................................................. 3
Gambar 2. Histogram Flavour pada Beetroot ................................................................. 16
Gambar 3. Minuman Serbuk Berbasis Beetroot ............................................................. 19
Gambar 4. Minuman Celup Berbasis Beetroot ............................................................... 19
file:///C:/Users/ASUS/Documents/Laporan%20Kerja%20Praktek.docx%23_Toc529658168file:///C:/Users/ASUS/Documents/Laporan%20Kerja%20Praktek.docx%23_Toc529658169file:///C:/Users/ASUS/Documents/Laporan%20Kerja%20Praktek.docx%23_Toc529658170
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Jumlah Pegawai BPTP Jateng Berdasarkan Golongannya....................... 6
Tabel 2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus ....................... 6
Tabel 3 Tabel Jumlah Pegawai BPTP Jateng Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum .. 7
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di bidang pangan menuntut calon pekerja untuk siap dan mampu
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam upaya untuk menambah wawasan
dalam pemanfaatan teknologi dan pengalaman bekerja dalam bidang pangan, maka
penulis melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian pada
divisi MTHP (Mekanisasi dan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian). Alasan dipilihnya
divisi tersebut adalah untuk mengetahui cara dalam penelitian dan pengembangan bahan
pangan hasil pertanian yang baik dan benar, terutama pertanian lokal. Pengembangan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang lebih berdaya guna, namun dengan
kualitas yang mumpuni. Pada penulisan laporan, penulis memilih topik “Pengolahan Beet
Root dalam Produksi Berbagai Jenis Minuman” karena penulis ingin menggali lebih
dalam potensi bit sebagai minuman yang dapat diterima masyarakat, sekaligus
meningkatka nilai jualnya di pasaran.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya kerja praktek ini adalah untuk mempelajari proses pengolahan bit
menjadi minuman dengan metode kristalisasi dan pengeringan, juga untuk mengetahui
formulasi yang tepat pada pengolahan bit menjadi minuman.
2
2. PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah dahulu bernama BPTP
Ungaran dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
798/Kpts/OT.210/1994 tanggal 13 Desember 1994. BPTP sendiri berada dibawah
naungan Kementrian Pertanian, sebagai balai penelitian di bidang pertanian. BPTP
Ungaran sendiri merupakan gabungan (merger) dari Balai Informasi Pertanian Ungaran,
Balai Informasi Pertanian Yogyakarta, Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Sub Balai
Penelitian Perikanan Kelautan Semarang, Kebun Percobaan Muktiharjo, Kebun
Percobaan Ngemplak, Kebun Percobaan Batang, Stasiun Penelitian Tanah dan
Laboratorium Hortikultura Yogyakarta serta Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan
Tanah dan Air (P3HTA) Badan Litbang Pertanian. Wilayah kerja BPTP Ungaran meliputi
Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bersamaan dengan kebijakan
nasional tentang otonomi daerah, BPTP Ungaran berubah nama menjadi BPTP Jawa
Tengah yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Mentan Pertanian
No.350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001. Implikasi dan perubahan tersebut
antara lain adalah wilayah kerja BPTP Jawa Tengah menjadi hanya Provinsi Jawa
Tengah. Sedangkan unit-unit yang berada di DIY menjadi BPTP DIY.
2.2. Lokasi Perusahaan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah berada di Jalan Soekarno Hatta
KM.26 No.10, Kotak Pos 124, Bergas, Kabupaten Semarang Ungaran Jawa Tengah
50552. Sedangkan laboratorium pengujian milik BPTP Jawa Tengah yang terdiri dari 4
ruang lingkup, yaitu: tanah, pupuk baik organik maupun organik, jaringan tanaman, serta
proksimat. Laboratorium pengujian ini terletak di Jalan BPTP No. 40, Bukit Tegalepek
Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
2.3. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan
BPTP Jawa Tengah memiliki motto untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui
agro inovasi. Sedangkan janji pelayanan yang diberikan BPTP Jawa Tengah kepada
3
masyarakat adalah berupa layanan PRIMA, yang merupakan kepanjangan dari pelayanan
yang berbasis Peduli, Ramah, Ikhlas, Manfaat dan Akuntabel. Visi dari Lembaga ini
sendiri adalah menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian
terkemukan dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika berkelanjutan.
Sedangkan misi dari BPTP Jawa Tengah yaitu:
• Merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri
• Mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka
peningkatan scientific recognation dan impact recognation.
• Melaksanakan penelitian dan pengkajian teknologi pertanian sesuai dengan etika
dan standar metodologi penelitian dan pengkajian
• Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai
kebutuhan pengguna dan pasar
• Mengembangkan jejaring kerjasama tingkat regional, nasional dan internasional
dalam rangka penguasaan IPTEK guna mendukung pembangunan pertanian wilayah
• Mengembangkan sistem informasi pertanian, guna mempercepat terwujudnya
pertanian industrialperdesaan berkelanjutan
• Meningkatkan kapasitas institusi pada kegiatan penelitian, pengkajian dan
pendayagunaan inovasi pertanian
2.4. Struktur Organisasi
Gambar 1. Diagram Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Sumber: http://jateng.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-kami/organisasi
Kepala Balai
Kelji Sumberdaya Kelji Budidaya Kelji Sosek Kelji MTHP
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
4
Struktur organisasi BPTP Jawa Tengah berdasarkan gambar 1., dimana Kepala Balai.
Memegang jabatan tertinggi, kemudian berada di bawahnya, terdapat Kepala Sub Bagian
Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian. Selain itu, BPTP
Jateng memiliki kelompok jabatan fungsional yang terdiri peneliti dan penyuluh yang
selanjutnya disebut kelompok pengkaji. Sesuai dengan bidang keilmuannya, maka para
peneliti/penyuluh tersebut dibagi kedalam empat kelompok pengkaji (kelji), yaitu bidang:
kelompok sumberdaya, kelompok budidaya pertanian dan peternakan, kelompok sosial
ekonomi (sosek), dan kelompok mekanisasi dan teknologi hasil pertanian (MTHP). Dari
masing-masing kelompok jabatan fungsional akan dibagi kembali menjadi 3 unit kerja,
yaitu:
❖ Kebun Percobaan (KP) Ungaran
Berdasarkan Permentan No. 19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017, KP
Ungaran ini adalah unit pelaksana teknis dan merupakan bagian dari BPTP Jawa Tengah.
Memiliki peran yang strategis sebagai show window inovasi teknologi untuk diseminasi
dan mempercepat penyampaian informasi hasil-hasil Litkaji yang telah dilaksanakan
Badan Litbang Pertanian/BPTP Jawa Tengah kepada pemegang kebijakan, penyuluh dan
petani, juga berfungsi sebagai wahana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Saat ini
Lahan Percobaan digunakan sebagai sarana perlindungan kultivar dan varietas lokal Jawa
Tengah melalui kegiatan Sumber Daya Genetika dengan lahan seluas 800 m2. Selain
lahan percobaan, disini juga terdapat laboratorium. Laboratorium yang ada yaitu
laboratorium pasca panen dan laboratorium kimia sebagai sarana pelayanan dan
merupakan bagian dari Lahan Percobaan SDG yang tidak dapat dipisahkan. Laboratorium
kimia BPTP Jateng yang telah terakreditasi SNI dan ISO/ IEC 17025.
❖ KP Badongan
Kebun Percobaan Bandongan (KP Bandongan) merupakan salah satu unit bagian dari
BPTP Jawa Tengah yang dibangun tahun 2011 di tanah sawah seluas 2 (dua) hektar di
Desa Bandongan, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. KP Bandongan berada
di ketinggian 425 mdpl, dimana terdapat lahan sawah 2 hektar penyerahan dari BBP2TP
ini yang semula merupakan aset dan dikelola oleh BB Padi Sukamandi, saat ini dirintis
sebagai Kebun Percobaan menuju mandiri energi. Tujuan dan fungsi terbentuknya KP
5
Bandongan adalah penelitian dan pengkajian, koleksi plasma nutfah (koleksi sumber daya
genetik/ sdg), produksi benih sumber, show windows teknologi, kebun produksi dan
model agribisnis, diversifikasi dan ketahanan pangan, media pendidikan dan agro
widyawisata. Pada tahun 2012, telah dibangun gedung untuk ruang prosesing benih,
ruang administrasi, sumur gali, lantai jemur (190 m2), beberapa peralatan perkantoran dan
prosesing benih dan peralatan pendukung sepert seed cleaner, power traser, traktor,
sealer, mesin jahit karung, timbangan duduk dan alat pengukur kadar air.
KP Badongan saat ini telah ditambah fasilitas berupa laboratorium benih, penambahan
luasan lantai jemur (30 m2), dan ruang display, pengadaan peralatan seed cleaner, rak
penyimpan benih yang dilengkapi dengan AC. Di tempat ini juga terdapat Sistem
Integrasi Padi-Ternak dengan pendekatan zero waste yang dilakukan di KP Bandongan
sebagai penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang dikalangan
masyarakat pedesaan, sehingga diharapkan sebagai wahana diseminasi.
❖ KP Batang
Merupakan unit organisasi BPTP Jawa Tengah dalam pengkajian dan pengembangan
teknologi pertanian di lahan irigasi. Sebelumnya KP Batang milik Balai Besar Padi
Sukamandi, namun sejak tanggal 1 April 1995 telah resmi menjadi salah satu kebun milik
BPTP Jawa Tengah.KP Batang berada di Desa Depok, Kecamatan Kandeman, Kabupaten
Batang, mempunyai lahan seluas 5 ha, yang terdiri atas 0,5 ha untuk emplasement
(Kantor, Perumdin, Gudang, Halaman, lantai jemur) dan 4,5 ha untuk lahan irigasi teknis.
Lahan sawah KP Batang mempunyai jenis tanah Aluvial Hydromorf, dengan ketinggian
tempat ± 4 m dpal dan bentuk wilayah datar. Lahan KP Batang sampai saat ini masih
berstatus pinjam pakai dengan Pemerintah Daerah Tingkat II Batang (Nomor 521.
Tanggal 30 Januari 1991).
Tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan penelitian dan pengkajian (Litkaji)
teknologi pertanian dan produksi benih terutama tanaman padi, serta sebagai tempat show
window inovasi teknologi untuk diseminasi mempercepat penyampaian informasi hasil-
hasil Litkaji yang telah dilaksanakan Badan Litbang Pertanian/ BPTP Jawa Tengah
kepada pemegang kebijakan, penyuluh dan petani. Selain itu KP Batang juga berfungsi
6
sebagai wahana Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kegiatan KP Batang yaitu
kegiatan rutin, kegiatan UPBS perbanyakan atau memproduksi benih dasar, kegiatan
swakelola, kerjasama dengan kopkar KP Batang. KP Batang adalah salah satu pusat
penelitian dan pengkajian teknologi pertanian dan memproduksi benih padi serta sebagai
lahan terbuka untuk diseminasi guna mempercepat penyebaran informasi dan hasil Litkaji
dari Badan Litbang Pertanian BPTP Jawa Tengah ke sasaran yaitu pemangku kebijakan,
petani ataupun kelompok tani. Selain itu KP Batang juga sebagai sarana pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) KP batang tahun 2017 dengan jumlah pegawai PNS 9 orang
Honorer 5 orang.
2.5. Ketenagakerjaan
BPTP Jawa Tengah memberlakukan masa kerja 6 hari seminggu, dimana jam kerja
dimulai sejak pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.30 WIB pada hari Senin hingga hari
Kamis. Sedangkan untuk hari Jumat, dimulai sejak pukul 07.30 WIB hingga pukul 16.00
7 jam kerja dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00. Pada hari Senin hingga
hari Jumat diberlakukan jam istirahat. Hanya saja untuk hari Senin hingga hari Kamis
istirahat dengan lama waktu 1 jam dimulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.
Sedangkan pada hari Jumat, jam istirahat dimulai pada pukul 11.30 WIB hingga pukul
13.00 WIB. Sedangkan jumlah sumber daya manusia yang terdapat pada BPTP Jawa
Tengah dapat dilihat pada tabel yang ada.
Tabel 1. Tabel Jumlah Pegawai BPTP Jateng Berdasarkan Golongannya
Keadaan Pegawai BPTP Jateng Menurut Golongan
IV/e : 9 III/d : 16 II/d : 6 1/d : 2
IV/d : 3 III/c : 23 II/c : 18 1/c : 0
IV/c : 2 III/b : 55 II/b : 7 1/b : 0
IV/b : 5 III/a : 21 II/a : 2 1/a : 0
IV/a : 12
JUMLAH 31 115 33 2
Sumber: http://jateng.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-kami/organisasi
Tabel 2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Fungsional Khusus
Jabatan Fungsional Khusus Pegawai BPTP Jateng Jumlah
7
Peneliti Utama 8
Peneliti Madya 14
Peneliti Muda 13
Peneliti Pertama 18
Penyuluh Pertanian Utama 2
Penyuluh Pertanian Madya 7
Penyuluh Pertanian Muda 5
Penyuluh Pertanian Pertama 9
Teknisi Litkayasa Penyelia 5
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 12
Teknisi Litkayasa Trampil 2
Teknisi Litkayasa Pemula 1
Pustakawan Muda 1
Analis Kepegawaian Keahlian Pertama 1
Analis Kepegawaian Lanjutan 1
Sumber: http://jateng.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-kami/organisasi
Tabel 3 Tabel Jumlah Pegawai BPTP Jateng Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum
Jabatan Fungsional Umum Pegawai BPTP Jateng Jumlah
Bendahara Pengeluaran 1
Bendahara Penerimaan 1
Penyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran 1
Pembuat Daftar Gaji 1
Pengadministrasi dan Penyaji Data 10
Penyusun Bahan Kerjasama 1
Pengelola Laboratorium 2
Laboran 1
Pramu Dokumentasi Informasi Publik 2
Petugas Sarana Dan Prasarana 5
Petugas Simak BMN 1
Petugas SAK 1
8
Koordinator Administrasi 3
Koordinator Kebun Percobaan 1
Pengadministrasi Keuangan 8
Pengadministrasi Kepegawaian 1
Pemegang Uang Muka Kegiatan 1
Pengadministrasi umum 8
Petugas Perpustakaan 2
Agendaris 1
Penata Usaha Dokumen 2
Pramu Publikasi 2
Pengemudi 7
Komandan Satpam 1
Satpam 10
Caraka 4
Pekarya Taman 1
Sumber: http://jateng.litbang.pertanian.go.id/index.php/tentang-kami/organisasi
9
3. SPESIFIKASI PRODUK
Produk yang dihasilkan BPTP Jateng berupa paket inovasi atau rekomendasi teknologi
pertanian yang dapat diterapkan secara tepat guna oleh masyarakat pengguna baik petani,
penyuluh lapang, pelajar/mahasiswa, dan juga masyarakat umum yang membutuhkan
informasi terkait teknologi pertanian, khususnya di wilayah Jawa Tengah. BPTP Jateng
sendiri juga banyak menghasilkan teknologi tepat guna, salah satu yang penulis ketahui
adalah sebuah kotak tempat penyimpanan susu yang berasal dari bahan-bahan sederhana,
namun membantu dalam preservasi bahan pangan. Teknologi sederhana tersebut sangat
bermanfaat bagi peternak, karena dengan harga ekonomis, mereka mendapatkan manfaat
yang maksimal serta dapat meningkatkan mutu kualitas dari produk mereka.
10
4. DIVISI MEKANISASI DAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (MTHP)
4.1. Penjelasan
BPTP Jateng merupakan unit kerja yang berada di bawah Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Institusi ini bertugas melaksanakan
penelitian, pengkajian, perakitan, dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi di Jawa Tengah. Sedangkan divisi MTHP merupakan divisi yang beranggotakan 9
orang yang memiliki tugas utama untuk membantu peneliti dan penyuluh BPTP Jateng
dalam melaksanakan penelitian, pengkajian, dan juga diseminasi teknologi di bidang
pascapanen pertanian. Tempat kerja divisi ini sendiri dibagi menjadi 2, yaitu yang berada
di kantor pusat yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta KM.26 No.10, Bergas, Kabupaten
Semarang, Ungaran, Jawa Tengah dan laboratorium pasca panen yang beralamat di Jalan
BPTP No. 40, Bukit Tegalepek Sidomulyo, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Namun, ada beberapa waktu dimana mereka harus melakukan penyuluhan atau
peninjauan pada beberapa tempat yang masih berada dalam lingkup kerja BPTP Jawa
Tengah, seperti di Kopeng, sebagai bagian dari program kerja mereka.
4.2. Hasil
Berdasarkan apa yang penulis lakukan selama KP di BPTP Jateng, hasil produk dan
kegiatan yang dilakukan penulis selama kerja praktek dalam kurun waktu 20 hari
(terhitung mulai tanggal 17 Juli hinga Agustus 2018) antara lain:
❖ Kegiatan Pengkajian Terkait Pencegahan Reaksi Pencoklatan paTepung Kelapa
Tanaman kelapa juga biasa disebut sebagai tanaman serbaguna, karena dari akar
hingga bagian daunnya dapat dimanfaatkan. Buah kelapa sendiri merupakan
bagian utama yang banyak berperan sebagai bahan baku industry (Lay & Pasang,
2003 dalam Mahmud & Ferry, 2005). Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen
yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging
buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi.
Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah
kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak
kalah dengan daging buah (Maurits, 2003; Nur et al., 2003 dalam Mahmud &
11
Ferry, 2005). Meskipun memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, kelapa sangat
mudah rusak. Berdasarkan (Srihari et al., 2010), tingginya kandungan lemak, air
dan protein dalam pada buah kelapa yang mengakibatkan umur simpan kelapa
cukup singkat jika tidak dilakukan pengolahan lebih lanjut atau penyimpanan
yang sesuai. Maka penulis melakukan inovasi berupa pembuatan tepung kelapa.
Untuk mendapatkan formula tepung kelapa yang tepat, dilakukan dengan 3
perlakuan yaitu steam blanching, hot blanching, serta perlakuan kontrol (tanpa
perlakuan). Blanching sendiri berfungsi untuk proses inaktivasi enzim
pencoklatan juga mencegah bakteri (Fauzan, 2013). Kemudian, dari ketiga
perlakuan, diketahui bahwa perlakuan hot water blanching menunjukkan warna
yang lebih cerah dibandingkan dengan perlakuan steam blanching dan kontrol.
Tepung kelapa sendiri, selain memiliki umur simpan yang cukup panjang, juga
memiliki kelebihan lain yaitu kandungan protein yang cukup tinggi, bebas gluten
dan memiliki kandungan serat yang cukup tinggi (Srihari et al., 2013).
❖ Kegiatan Pengkajian Terkait Pengolahan Tahu
Tahu merupakan salah satu produk kedelai. Produk tersebut dibuat dari bahan
utama kedelai dengan teknologi sederhana (Midayanto & Yuwono, 2014).
Pengolahan tahu yang penulis lakukan merupakan pemanfaatan tahu yang berasal
dari kedelai Grobogan. Inovasi pengolahan tahu dari kedelai Grobogan menjadi
keripik tahu, nugget tahu, dan tahu bulat bertujuan untuk meningkatkan pamor
kedelai lokal dan menekan kedelai impor, serta menyejahterakan kehidupan
petani.
❖ Diseminasi Teknologi Penyusunan Menu Beragam, Bergizi, Seimbang Dan Aman
(B2SA) Untuk Anak Usia Dini.
Dalam kegiatan ini kami ditugaskan untuk mengembangkan beberapa jenis
produk olahan pangan lokal sebagai bahan penyusun menu B2SA anak usia dini.
Uji coba pengembangan produk olahan lokal dilakukan di laboratorium
pascapanen yang berlokasi di KP Ungaran. Adapun jenis produk olahan makanan
(menu B2SA) untuk anak usia dini yang kami coba kembangkan adalah: pudding
pisang susu kedelai, bakso tempe, mie garut.
12
o Pudding pisang
Pembuatan pudding pisang yang dilakukan oleh penulis berfungsi sebagai
salah satu makanan sehat yang memiliki cita rasa manis, yang disukai
anak-anak. Pisang yang digunakan merupakan jenis pisang Cavendish,
yang berasal dari Australia, memiliki bentuk silindris dan bernilai
ekonomis tinggi (Redaksi Trubus, 1997). Sedangkan pada pembuatan
pudding, sebagai campuran pisang, kami menggunakan susu kedelai dan
susu sapi. Susu terkenal dengan kandungan protein didalamnya, pada susu
sapi mengandung kadar protein sebesar 2,7%. Sedangkan pada susu
kedelai atau sari kedelai, memiliki kandungan protein 80% dari susu sapi
(Ginting, 2009). Meskipun protein susu sapi lebih tinggi, namun susu
kedelai dapat menjadi substitusi susu sapi bagi anak-anak yang lactose
intolerant.
o Bakso tempe
Menurut Kustyawati et al. (2014), tempe merupakan makanan lokal,
biasanya terbuat dari fermentasi kedelai oleh dengan starter tempe.
Namun, dibutuhkan inovasi lebih lanjut untuk meningkatkan nilai
ekonomisnya. Maka penulis melakukan pengolahan lebih lanjut dengan
produk yang berbahan dasar tempe. Produk inovasi olahan tempe yang
penulis buat adalah bakso tempe. Penggunaan tempe sebagai pengganti
daging sapi dapat berfungsi untuk perbaikan nilai gizi, namun dengan
harga yang terjangkau dan mudah didapat.
o Mie ayam
Pada produksi mie ayam yang dilakukan oleh penulis, mie yang digunakan
diproduksi sendiri oleh penulis menggunakan perpaduan tepung garut,
tepung terigu, telur, dan pewarna merah yang berasal dari bit. Penggunaan
tepung garut sendiri memiliki kelebihan, selain berasal dari bahan pangan
lokal yaitu umbi garut, adalah mudah untuk dicerna, kandungan zat besi
yang tinggi, dan potensial sebagai substitusi dari penggunaan gandum
13
(Rosa, 2010). Sedangkan penambahan bubuk bit kedalam adonan mie
sendiri berfungsi untuk memberikan warna merah muda yang menarik.
❖ Ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan)
Ayam KUB sendiri merupakan ayam kampung yang berasal dari hasil seleksi
genetik. Keunggulan ayam jenis ini adalah mampu bertelur hingga 160-180
butir/ekor/tahun, serta masa mengeram yang relatif cepat, sehingga ayam cepat
bertelur kembali. Ayam KUB sendiri merupakan inovasi yang dilakukan oleh
Balitbangtan sebagai bagian dari peningkatan mutu ayam kampung serta
meningkatkan perekonomian masyarakat (Badan Litbang Pertanian, 2016).
Penulis melakukan Analisa pada ayam KUB untuk membandingkan beberapa
parameter tertentu yang terdapat pada ayam KUB, ayam broiler, ayam kampung,
dan ayam pejantan. Analisa yang dilakukan adalah Analisa bobot, pH, serta uji
organoleptic yang meliputi warna, rasa, dan tekstur (serat) dan tingkat
keempukan pada 30 panelis. Pada parameter bobot, ayam KUB memiliki
kenampakan yang cenderung hampir mirip dengan ayam kampung, meskipun
bobotnya masih lebih besar dari ayam kampung.
❖ Kegiatan Pengkajian Teknologi Ozon Untuk Memperpanjang Umur Simpan
Sayuran.
Ozonisasi merupakan teknologi yang digunakan untuk memperpanjang daya
simpan dengan menggunakan ozon sebagai senyawa pengoksidasi yang kuat
(Song et al. 2010 dalam Asgar et al., 2015). Ozon sendiri terbentuk dari
kemampuan oksidasi radikal yang mendkomposisi oxon dalam air sehingga
terbentuk senyawa seperti radikal hidroksil dan superoksida. Penggunaan ozon
sendiri mampu mencegah pembusukan pascapanen pada berbagai macam
komoditas (Palou et al., 2001 dalam Asgar et al., 2015). Penulis melaksanakan
kegiatan di kelompok Mutiara Organik Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang. Dimana penulis meninjau penggunaan dan pemanfaatan
mesin ozone generator di Kopeng, yang dibuat oleh mahasiswa oleh dosen
UNDIP. Kemudian ozone generator digunakan untuk proses pasca panen sayur
dan buah yang di produksi di daerah tersebut. Dalam pengaplikasiannya,
14
penggunaan ozon dikombinasikan dengan penyimpanan dalam suhu dingin.
Kemudian berbagai sampel yang sudah diberi perlakuan ozon dibawa kembali ke
kantor pusat BPTP Jateng untuk dianalisis pH, susut bobot, dan perubahan warna
selama 18 hari, dengan pengamatan setiap dua hari sekali.
❖ Kegiatan Pengkajian Berkaitan Dengan Pemanfaatan Beetroot Sebagai Bahan
Minuman
Bit merupakan sumber antioksidan dan salah satu bahan pewarna alami (Winanti
et al., 2013). Bit mengandung pigmen betalin yang memberikan warna merah-
ungu turunan dari betasianin, yaitu betanin (Nottingham, 2004). Meskipun kaya
akan antioksidan, bit memiliki rasa dan aroma yang cenderung earthy. Maka
dilakukan pengolahan bit menjadi minuman yang dipadupadankan dengan jeruk
nipis, jahe, serta gula untuk memperbaiki rasa dan aroma. Setelah dilakukan
pengolahan, kemudian dilakukan pengujian organoleptik berupa rasa, warna,
serta aroma.
4.3. Pembahasan
Divisi MTHP yang penulis pilih sebagai divisi untuk melakukan kerja praktek,
merupakan divisi yang secara khusus bekerja dibagian pasca panen seperti mengolah dan
melakukan proses produksi dari produk-produk pertanian yang dihasilkan BPTP Jateng.
Selain melakukan pengolahan, divisi ini juga yang bertanggung jawab untuk memberikan
penyuluhan atau pengenalan inovasi, baik pada masyarakat luas atau pada petani itu
sendiri, mengenai perkembangan inovasi di bidang pertanian. Contohnya adalah
pembuatan minuman serbuk dan minuman celup berbahan dasar bit. Berdasarkan kondisi
dalam masyarakat dan karakteristik bit itu sendiri, belum banyak masyarakat yang
memanfaatkan bit selain untuk produk kesehatan.
Dalam keseharian, biasanya setiap pagi akan dilakukan pembelian bahan yang digunakan
untuk menyusun menu. Pembelian bahan biasa dilakukan di supermarket terdekat.
Setelah pembelian bahan maka dilakukan pengolahan bahan yang di laboratorium.
Biasanya pengolahan dilakukan beberapa tahap dengan beberapa kombinasi perlakuan
hingga didapatkan formulasi menu yang tepat. Tepat setelah pengolahan, dilakukan uji
15
organoleptik untuk melakukan evaluasi. Selain itu, setiap hari Senin akan dilakukan apel
pagi di kantor pusat BPTP Jateng dan pengumpulan laporan mingguan penulis kepada
penanggung jawab.
Untuk uji organoleptik sendiri, menurut SNI 01-2346-2006, bahwa pada uji organoleptik
dibutuhkan adalah konsistensi produk yang merupakan sifat produk yang memperhatikan
karakteristik aslinya, lembar penilaian sebagai alat bantu panelis untuk menilai mutu
produk, dan panelis. Sedangkan kondisi pengujian yang dibutuhkan adalah ruangan
berupa laboratorium pengujian organoleptik yang didalamnya dibagi menjadi dua yaitu
tuang pengujian yang terdiri dari bilik pencicip dan ruang dapur pengujian yang
mempunyai saluran pembuangan yang memenuhi syarat sanitasi. Sedangkan bilik
pencicip harus dibuat bersekat-sekat untuk mencegah hubungan antar panelis secara
langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinding dan lantai bewarna netral, tidak
berbau, tidak memantulkan cahaya dan mudah dibersihkan. Sedangkan waktu pengujian
harus dilakukan tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu sekitar pukul 09.00-11.00
dan pukul 14.00-16.00.
Jika dibandingkan dengan uji organoleptik yang dilakukan oleh BPTP, untuk waktu
pelaksanaan dan panelis sudah sesuai dengan SNI, juga dimana menurut (Staff
Universitas Muhammadiyah Semarang, 2013) bahwa penggunaan panelis pada uji
organoleptik yang dilakukan oleh BPTP merupakan panelis agak terlatih dimana panelis
yang dipilih berasal dari kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu.
Sedangkan data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.
Panelis yang digunakan merupakan panelis agak terlatih karena merupakan pegawai
setempat yang sudah mengenal mengenai uji sensori, namun tanpa melewati tahapan-
tahapan tertentu seperti pada panelis terlatih. Hanya saja, pada saat pengujian, ruangan
yang digunakan tidak sesuai dengan SNI. Ruangan yang digunakan merupakan ruang
rapat tanpa penyekat, dimana tiap panelis dapat berinteraksi secara langsung. Hal ini
tentunya tidak sesuai, dengan teori karena dapat menyebabkan data bias dan tidak
objektif.
16
5. PENGOLAHAN BIT MENJADI MINUMAN SERBUK DAN MINUMAN
CELUP
5.1. Latar Belakang
Bit merupakan tanaman berbentuk akar yang mirip umbi-umbian dan berasal dari famili
Amaranthaceae yang kaya akan serat pangan, vitamin, dan mineral (Wibawanto et al.,
2014). Bit sendiri mengandung pigmen merah betasianin yang diyakini sangat bermanfaat
untuk mencegah penyakit kanker, terutama kanker kolon (usus besar) (Santiago dan
Yahia, 2008 dalam Wibawanto et al., 2014). Meski kaya akan berbagai kandungan nutrisi
dan antioksidan, sayangnya beetroot cenderung memiliki aroma dan rasa seperti tanah.
Berdasarkan Lu et al. (2003), bahwa beetroot atau bit memiliki flavour yang disebut
sebagai geosmin. Geosmin sendiri diketahui sebagai senyawa hasil metabolism beberapa
mikroorganisme seperti Actinomycetes, alga hijau-biru, beberapa jamur, dan
myxobacterium Nanocystis exedens. Karena banyak mikroorganisme dalam tanah yang
memproduksi geosmin, maka dimungkinkan bit menyerap senyawa flavour tersebut
selama proses pematangan. Selain geosmin yang dominan, berikut adalah aromagram bit
menurut Marsili (2007):
Selain flavour yang dihasilkan banyak tidak diinginkan konsumen, harga bit sendiri yang
cukup mahal, hal ini disebabkan karena produksi beetroot belum terlalu populer di
Indonesia. Saat ini, produk pangan yang dikehendaki oleh masyarakat modern tidak
Sumber: https://books.google.co.id/books?id=tJ0JLpA5Mc0C&pg=PA70&dq=characteristic+beetroot+flavor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij7oTK1PvdAhVSSX0KHSrABMgQ6AEIJzAA#v=onepage&q=characteristic%20beetroot%20flavor&f=fals
Gambar 2 Histogram Flavour pada Beetroot
17
hanya mempertimbangkan unsur pemenuhan gizi, namun juga praktis, cepat saji, tahan
lama dan tidak membutuhkan tempat penyimpanan yang terlampau besar. Karena
kecenderungan konsumen saat ini mengarah pada produk siap saji (instan). Produk
pangan serbuk siap saji (instan) merupakan produk pangan yang berbentuk bubuk,
berstruktur remah, mudah dilarutkan dengan air dingin maupun panas, mudah dalam
penyajian, mudah terdispersi dan tidak mengendap di bagian bawah wadah (Dehli dan
Hersoelistyorini, 2013 dalam Haryanto, 2017).
Maka, untuk meningkatkan penerimaan konsumen dari berbagai kalangan, dilakukan
inovasi berupa pembuatan minuman serbuk dan minuman celup berbasis bit. Proses
pembuatan beetroot sendiri dilakukan dengan pengeringan yang kemudian dilakukan
proses kristalisasi untuk minuman serbuk, atau penambahan bahan lain seperti gula, jeruk
untuk menambah rasa atau sebagai flavoring agent yang menutupi rasa asli dari bit
(Shofiati et al., 2014).
5.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan minuman celup dan minuman serbuk berbahan dasar bit adalah
sebagai inovasi produk untuk meningkatkan penerimaan serta konsumsi bit dalam
masyarakat, dan memberi nilai tambah pada produk.
5.3. Metode
5.3.1. Kristalisasi Bit
Perbandingan bahan yang digunakan dengan gula adalah 1:1 dan 1:2, namun setelah diuji
sensori, diputuskan untuk menggunakan perbandingan bahan:gula adalah 1:1. Maka
menggunakan 100 ml larutan bahan yang sudah dicampur dengan 100 gram gula pasir
putih.
❖ Jahe yang digunakan dicuci bersih, dikupas dan dipotong kecil-kecil kemudian
ditimbang sebanyak 50 gram.
❖ Jahe kemudian diblender dengan ditambahkan 50 ml air hingga seluruhnya hancur
❖ Jahe yang telah hancur disaring lalu diperas dengan kain saring dan ditunggu
beberapa menit agar terbentuk endapan.
❖ Setelah endapan terbentuk, cairan dari bahan diambil sebanyak 25 ml.
18
❖ Lakukan langkah 1-4 pada buah bit. Namun, buah bit yang digunakan sebanyak
150 gram buah bit dengan 500 ml air. Jika sudah dihaluskan dan disaring, buah
bit diambil sebanyak 75 ml.
❖ Kemudian larutan buah bit dan jahe dicampur dan ditambahkan gula pasir sambil
diaduk hingga mengental diatas kompor dengan api sedang selama 20-30 menit.
❖ Setelah mengental, kompor dimatikan dan larutan bahan terus diaduk dengan
cepat sampai terbentuk kristal halus.
❖ Kristal yang sudah terbentuk, jika ukurannya kurang kecil dapat diblender terlebih
dahulu kemudian diayak.
❖ Saran Penyajian: 150 ml air ditambah dengan 3 sendok teh serbuk hasil
kristalisasi.
5.3.2. Pengeringan Bit, Jahe, dan Jeruk Nipis
• Bahan yang ada dipotong tipis dan ditata dalam loyang
• Loyang dimasukkan dalam pengering dengan suhu kurang lebih 800C selama 1
malam
• Bahan yang sudah kering bisa diambil untuk diolah
5.3.3. Minuman Celup Bit
• Jahe gajah, buah bit, jahe merah, dan jeruk nipis dikeringkan menggunakan alat
pengering hingga benar-benar kering
• Jahe gajah diblender hingga halus kemudian diambil sebanyak 0,4 gram
• Lakukan hal yang sama pada jahe merah, tetapi bobot yang diambil dari jahe
merah adalah sebanyak 0,6 gram
• Kemudian dari jahe gajah, jahe merah, dan jeruk nipis sebanyak 0,5 gram,
sehingga didapatkan perbandingan 2:1, kemudian dimasukkan ke dalam tea bag
sesuai dengan berat masing-masing, sebagai perbandingan dilakukan juga
perbandingan 1:1 antara jahe gajah dan jahe merah terhadap jeruk nipis.
• Setelah itu tea bag diikat dan dicelupkan ke dalam 150 ml air hangat.
• Ditunggu hingga semua bahan larut dan air berubah warna menjadi merah.
19
5.4. Hasil
Berikut adalah hasil dari pembuatan minuman serbuk dan minuman celup berbasis bit.
Pengujian terhadap hasil dilakukan dengan uji organoleptik. Berdasarkan dua
perbandungan yang dilakukan penulis, pada minuman serbuk, didapatkan tingkat
kemanisan dengan aroma jahe yang kuat dengan warna merah muda yang berbeda. Pada
perbandingan 1:2 tingkat kemanisan cenderung lebih manis, warna kecokelatan, dan
aroma tidak terlalu menampakkan perbedaan. Sedangkan pada perbandingan 1:1
didapatkan tingkat kemanisan yang cukup dan dapat diimbangi dengan rasa jahe yang
cukup terasa, lalu warna lebih pucat cenderung merah
muda, dan aroma yang tidak terlalu menampakkan
perbedaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan
perbandingan penggunaan gula dan bahan dalam
jumlah yang berbeda. Warna kecokelatan pada
perbandingan 1:2 dapat disebabkan karena gula yang
terlalu banyak mengakibatkan tingkat karamelisasi
yang tinggi dan mempengaruhi warna akhir pada produk.
Sedangkan pada minuman celup berbasis bit, dilakukan dua perbandingan yang berbeda
pada pembuatannya, yaitu 1:1 dan 1:2 untuk jahe dan jeruk nipis. Berdasarkan
perbandingan tersebut, pada perbandingan 1:2, dihasilkan warna merah muda dan aroma
khas jeruk. Selain itu rasa jeruk cukup mendominasi dan terdapat rasa pahit yang jauh
lebih kuat jika dibandingkan dengan perbandingan 1:1. Kemudian pada perbandingan 1:1,
didapatkan warna merah muda, rasa dan aroma merupakan
perpaduan jeruk dan jahe yang seimbang dan tidak saling
mendominasi, meskipun masih terdapat sedikit rasa pahit. Rasa
pahit yang muncul dapat berasal dari beetroot sendiri ataupun
dari kulit jeruk yang digunakan. Sebab pada penggunaan jeruk
nipis kering, penulis tidak membuang kulitnya untuk
memudahkan proses pengeringan.
Sumber: dokumentasi probadi
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 4 Minuman Celup Berbasis Beetroot
Gambar 3 Minuman Serbuk Berbasis
Beetroot
20
5.5. Pembahasan
Bit merupakan tanaman berbentuk akar yang mirip umbi-umbian dan berasal dari famili
Amaranthaceae yang kaya akan serat pangan, vitamin, dan mineral (Wibawanto et al.,
2014). Bit sendiri mengandung pigmen merah betasianin yang diyakini sangat bermanfaat
untuk mencegah penyakit kanker, terutama kanker kolon (usus besar) (Santiago dan
Yahia, 2008 dalam Wibawanto et al., 2014). Meski kaya akan berbagai kandungan nutrisi
dan antioksidan, sayangnya beetroot cenderung memiliki aroma dan rasa seperti tanah.
Berdasarkan Lu et al. (2003), bahwa beetroot atau bit memiliki flavour yang disebut
sebagai geosmin. Geosmin sendiri diketahui sebagai senyawa hasil metabolism beberapa
mikroorganisme seperti Actinomycetes, alga hijau-biru, beberapa jamur, dan
myxobacterium Nanocystis exedens. Karena banyak mikroorganisme dalam tanah yang
memproduksi geosmin, maka dimungkinkan bit menyerap senyawa flavour tersebut
selama proses pematangan. Selain geosmin yang dominan, terdapat senyawa flavour lain
yang menyusun seperti green fresh, buttery, dan sour menurut Marsili, 2007. Selain
flavour yang dihasilkan banyak tidak diinginkan konsumen, harga bit sendiri yang cukup
mahal, hal ini disebabkan karena produksi beetroot belum terlalu populer di Indonesia.
Maka, untuk meningkatkan penerimaan konsumen dari berbagai kalangan, dilakukan
inovasi berupa pembuatan minuman serbuk dan minuman celup berbasis bit. Karena hal-
hal tersebut, maka dilakukan 3 perlakuan yaitu: pengeringan, kristalisasi, dan pembuatan
minuman celup dengan 2 hasil produk yaitu: minuman serbuk dan minuman celup instan.
Pengeringan sendiri merupakan salah satu metode tertua dalam proses penyimpanan,
karena sifatnya yang memperpanjang umur simpan. Pengeringan bahan pangan dilakukan
bertujuan untuk mengurangi water activity pada produk sehingga dapat mencegah produk
dari kerusakan mikrobiologis dan enzimatis (Wray & Ramaswamy, 2015). Pengeringan
yang dilakukan, khususnya pada beetroot karena kandungan air yang cukup tinggi (Kaur
& Singh. (2014). Meskipun begitu, ternyata proses pengeringan tidak terlalu berperan
banyak terhadap flavour dari beetroot, dimana dinyatakan pada Bach et al. (2014), bahwa
perlakuan panas tidak berpengaruh terhadap flavour pada beetroot, karena kadar geosmin
pada beetroot sudah terlampau rendah. Sedangkan kulit mengandung geosmin paling
banyak, sehingga ketika terjadi proses pengupasan sebelum pengeringan, sudah terjadi
pengurangan geosmin yang cukup signifikan. Maka ditambahkan beberapa bahan dengan
21
senyawa volatile yang lebih kuat untuk menutupi aroma dan flavour dari beetroot, seperti
jahe dan jeruk nipis yang dapat berperan sebagai flavoring agent, sehingga mampu
menutupi rasa asli dari bit (Shofiati et al., 2014).
Jahe merupakan rempah yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur karena mampu
memberi cita rasa khas pada masakan. Seperti halnya jenis rempah-rempah lain, jahe juga
dapat digunakan sebagai antimikroba dan antioksidan. Antimikrobanya berasal dari
gingerone dan gingerol, yang mampu berperan menghambat pertumbuhan E. coli.
Kemampuan antioksidannya berasal dari kandungan oleoresin dan shogaol (Fakhrudin,
2008). Pada pembuatan minuman instan, penulis menggunakan dua jenis jahe, yaitu jahe
merah dan jahe gajah. Jahe gajah memiliki karakteristik rimpang berwarna kuning atau
kuning muda dan berukuran besar, seratnya sedikit dan lembut. Namun, aroma yang
dihasilkan kurang tajam dan rasanya kurang pedas. Sedangkan jahe merah, atau yang
sering disebut sebagai jahe sunti, memiliki ukuran rimpang paling kecil dan berwarna
merah hingga jingga muda, seratnya kasar dengan aroma yang tajam dan rasa yang
dihasilkan sangat pedas (Santoso, 1991). Karena kedua karakteristik yang berbeda, maka
digunakan perpaduan kedua jahe tersebut untuk mendapatkan formulasi terbaik.
Jeruk nipis memiliki karakteristik buah yang berbentuk bundar dan berkulit hijau muda
sampai kuning. Daging buah kehijauan dan memiliki rasa yang sangat masam karena
mengandung 7-8% asan sitrat. Sedangkan aroma dari buah ini sangat kuat dan khas
(Sarwono, 2001). Penggunaan kedua bahan pangan tersebut, penulis pilih selain untuk
memperbaiki rasa serta aroma dari produk, juga untuk memberi penambahan nilai gizi
pada produk.
Berdasarkan pernyataan Earle (1969) dalam Koswara & Diniari (2015), bahwa
kristalisasi adalah proses pemisahan dengan memekatkan larutan hingga didapatkan
konsentrasi bahan terlarut (solute) yang lebih besar daripada pelarutnya (solvent). Proses
yang dilakukan adalah dengan memanaskan larutan hingga mencapai suhu kritis,
kemudian larutan akan menjadi jenuh dan mulai terbentuk kristal. Tahap pembentukan
kristal sendiri meliputi penjenuhan (saturation), pembentukan kristal (nucleation), dan
pertumbuhan kristal (growth). Proses penjenuhan akan berakhir pada suatu titik yang
22
disebut titik jenuh atau saturation point di mana pada titik tersebut tidak ada lagi bahan
pelarut yang dapat dilarutkan karena konsentrasi yang lewat jenuh (Koswara & Diniari,
2015).
Pada prosesnya, pembuatan minuman serbuk dilakukan dengan beberapa perlakuan
hingga didapatkan formulasi yang tepat. Formulasi yang tepat tersebut dilakukan dengan
pertama-tama, jahe atau bit yang digunakan dicuci bersih, dikupas dan dipotong kecil-
kecil kemudian diblender dengan ditambahkan air hingga seluruhnya hancur. Jahe yang
telah hancur disaring lalu diperas dengan kain saring dan ditunggu beberapa menit agar
terbentuk endapan. Penambahan air bertujuan untuk mempermudah proses ekstraksi dan
meningkatkan total padatan terlarut yang terekstrak (Koswara & Diniari, 2015). Setelah
endapan terbentuk, pisahkan endapan dengan cairan dan diambil bagian cairannya saja.
Proses pengendapan ini berfungsi untuk memisahkan pati yang terkandung dalam bahan,
yang dapat menyebabkan proses kristalisasi yang tidak berjalan sempurna serta terjadinya
penggumpalan pada saat penyeduhan minuman instan (Koswara & Diniari, 2015).
Kemudian larutan buah bit dan jahe dicampur dan ditambahkan gula pasir sambil diaduk
hingga mengental diatas kompor dengan api sedang selama 20-30 menit. Setelah
mengental, kompor dimatikan dan larutan bahan terus diaduk dengan cepat sampai
terbentuk kristal halus. Berdasarkan Fachry et al., (2008) pembentukan inti kristal salah
satunya dipengaruhi oleh pengadukan. Sedangkan, proses pengadukan yang terus
menerus pada proses pertumbuhan kristal, akan menyebabkan terjadinya penurunan
supersaturasi dan menumbuhkan kristal menjadi ukuran yang lebih besar. Selanjutnya,
kristal yang sudah terbentuk, jika ukurannya kurang kecil dapat diblender terlebih dahulu
kemudian diayak. Saran penyajian: 150 ml air ditambah dengan 3 sendok teh serbuk hasil
kristalisasi.
Sedangkan proses pembuatan minuman celup sendiri dilakukan dengan proses
pengeringan bahan yang digunakan, kemudian tiap bahan yang sudah dikeringkan
ditambahkan dengan gula halus dan dimasukkan ke dalam kantong celup. Penambahan
gula halus sendiri berfungsi sebagai pemanis yang juga mampu memperkuat rasa dan
penerimaan konsumen (Shofiati et al., 2014). Proses pengeringan yang dilakukan sendiri
23
berfungsi untuk memperpanjang umur simpan dari minuman celup, sehingga mampu
meningkatkan nilai jual produk dan efisiensi penggunaan serta penyimpanannya.
Produk kristalisasi sendiri merupakan salah satu produk pangan serbuk siap saji (instan)
yang berstruktur remah, mudah dilarutkan dengan air dingin maupun panas, mudah dalam
penyajian, mudah terdispersi dan tidak mengendap di bagian bawah wadah. Hal ini sesuai
dengan permintaan masyarakat modern yang membutuhkan produk yang praktis dan
efisien, tetapi tetap memperhatikan kandungan gizi didalamnya (Haryanto, 2017). Hal ini
juga berlaku untuk produk minuman celup berbasis teh, dimana penggunaan yang lebih
praktis karena cukup dengan proses penyeduhan dan tanpa perlu penambahan gula.
24
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
• Bit memiliki flavor dan aroma khas seperti tanah, maka perlu dilakukan
pengolahan dan penambahan lain untuk peningkatan nilai tambah.
• Pengolahan bit menjadi minuman celup berbasis buah bit dilakukan dengan
pengeringan bahan
• Pada setiap pengolahan, dilakukan penambahan jahe sedangkan pada minuman
celup terdapat penambahan jeruk nipis.
• Fungsi penambahan jahe dan jeruk nipis selain menambah kandungan gizi, juga
memperbaiki flavor dan aroma
• Proses pengolahan lanjutan ini juga berfungsi untuk memperpanjang umur simpan
dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam konsumsi
6.2. Saran
Berdasarkan Kerja Praktek yang telah penulis lalui selama di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, maka saran yang bisa penulis berikan adalah untuk dapat memperbaiki proses
uji sensori agar hasil yang didapatkan dapat lebih sesuai dan selama uji panelis tidak
terganggu.
25
7. DAFTAR PUSTAKA
Asgar, Ali dkk. (2015). Teknologi Ozonisasi untuk Mempertahankan Kesegaran Cabai
Cultivar Kencana selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian.
12(1): 21 – 27. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/312402346_TEKNOLOGI_OZONISASI_
UNTUK_MEMPERTAHANKAN_KESEGARAN_CABAI_CULTIVAR_KENCA
NA_SELAMA_PENYIMPANAN
Bach, Vibe dkk. (2014). Culinary preparation of beetroot (Beta vulgaris L.): the impact
on sensory quality and appropriateness. Science of Food and Agriculture. 95(9):
1852-1859. Diakses dari: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jsfa.6886
Fachry, A. R., Tumanggor, J., & Yuni, N. P. E. (2008). Pengaruh waktu kristalisasi
dengan proses pendinginan terhadap pertumbuhan kristal amonium sulfat dari
larutannya. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. 15(2), 9-16. Diakses dari:
http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/48/49
Fauzan, Muthia. (2013). Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa terhadap Kandungan
Gizi, Serat, dan Volume Pengembangan Roti. Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro. Semarang. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/41840/1/563_MUTHIA_FAUZAN_G2C009001.pdf
Ginting, E., SS. Antarlina & S. Widowati. (2009). Varietas Unggul Kedelai untuk Bahan
Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. 28(3). Diakses dari:
https://anzdoc.com/varietas-unggul-kedelai-untuk-bahan-baku-industri-pangan.html
Haryanto, Bambang. (2017). PENGARUH PENAMBAHAN GULA TERHADAP
KARAKTERISTIK BUBUK INSTAN DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA
L.) DENGAN METODE KRISTALISASI. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian.
14(3): 163-170. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/323558686_PENGARUH_PENAMBAH
AN_GULA_TERHADAP_KARAKTERISTIK_BUBUK_INSTAN_DAUN_SIRSA
K_ANNONA_MURICATA_L_DENGAN_METODE_KRISTALISASI
Kaur, Kulwinder & A. K. Singh. (2014). Drying Kinetics and Quality Characteristic of
Beetroot Slices under Hot Air followed by Microwave Finish Drying. African Journal
of Agricultural Research. 9(12): 1036-1044. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/282993254_Drying_kinetics_and_quality_
characteristics_of_beetroot_slices_under_hot_air_followed_by_microwave_finish_d
rying
Koswara, Sutrisno & Astrid Diniari. (2015). Peningkatan Mutu dan Cara Produksi pada
Industri Minuman Jahe Merah Instan di Desa Benteng Ciampea, Bogor. Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat. 1(2): 149-161. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/321972132_Peningkatan_Mutu_dan_Cara
_Produksi_pada_Industri_Minuman_Jahe_Merah_Instan_di_Desa_Benteng_Ciamp
ea_Bogor
https://www.researchgate.net/publication/312402346_TEKNOLOGI_OZONISASI_UNTUK_MEMPERTAHANKAN_KESEGARAN_CABAI_CULTIVAR_KENCANA_SELAMA_PENYIMPANANhttps://www.researchgate.net/publication/312402346_TEKNOLOGI_OZONISASI_UNTUK_MEMPERTAHANKAN_KESEGARAN_CABAI_CULTIVAR_KENCANA_SELAMA_PENYIMPANANhttps://www.researchgate.net/publication/312402346_TEKNOLOGI_OZONISASI_UNTUK_MEMPERTAHANKAN_KESEGARAN_CABAI_CULTIVAR_KENCANA_SELAMA_PENYIMPANANhttps://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jsfa.6886http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/viewFile/48/49http://eprints.undip.ac.id/41840/1/563_MUTHIA_FAUZAN_G2C009001.pdfhttps://anzdoc.com/varietas-unggul-kedelai-untuk-bahan-baku-industri-pangan.htmlhttps://www.researchgate.net/publication/323558686_PENGARUH_PENAMBAHAN_GULA_TERHADAP_KARAKTERISTIK_BUBUK_INSTAN_DAUN_SIRSAK_ANNONA_MURICATA_L_DENGAN_METODE_KRISTALISASIhttps://www.researchgate.net/publication/323558686_PENGARUH_PENAMBAHAN_GULA_TERHADAP_KARAKTERISTIK_BUBUK_INSTAN_DAUN_SIRSAK_ANNONA_MURICATA_L_DENGAN_METODE_KRISTALISASIhttps://www.researchgate.net/publication/323558686_PENGARUH_PENAMBAHAN_GULA_TERHADAP_KARAKTERISTIK_BUBUK_INSTAN_DAUN_SIRSAK_ANNONA_MURICATA_L_DENGAN_METODE_KRISTALISASIhttps://www.researchgate.net/publication/282993254_Drying_kinetics_and_quality_characteristics_of_beetroot_slices_under_hot_air_followed_by_microwave_finish_dryinghttps://www.researchgate.net/publication/282993254_Drying_kinetics_and_quality_characteristics_of_beetroot_slices_under_hot_air_followed_by_microwave_finish_dryinghttps://www.researchgate.net/publication/282993254_Drying_kinetics_and_quality_characteristics_of_beetroot_slices_under_hot_air_followed_by_microwave_finish_dryinghttps://www.researchgate.net/publication/321972132_Peningkatan_Mutu_dan_Cara_Produksi_pada_Industri_Minuman_Jahe_Merah_Instan_di_Desa_Benteng_Ciampea_Bogorhttps://www.researchgate.net/publication/321972132_Peningkatan_Mutu_dan_Cara_Produksi_pada_Industri_Minuman_Jahe_Merah_Instan_di_Desa_Benteng_Ciampea_Bogorhttps://www.researchgate.net/publication/321972132_Peningkatan_Mutu_dan_Cara_Produksi_pada_Industri_Minuman_Jahe_Merah_Instan_di_Desa_Benteng_Ciampea_Bogor
26
Kustyawati, Maria Erna, Filli Pratama, Daniel Saputra, dan Agus Wijaya. (2014).
Modifikasi Warna, Tekstur dan Aroma Tempe Setelah Diproses dengan Karbon
Dioksida Superkritik. J. Teknol dan Industri Pangan. 25(2): 168-176. Diakses dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/9108
Lu, Guiping dkk. (2003). Biosynthetic Origin of Geosmin in Red Beets (Beta vulgaris L.).
Journal Agriculture Food Chemistry. 51(4): 1026-1029. Diakses dari:
https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf020905r
Mahmud, Zainal & Yulius Ferry. (2005). Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah
Kelapa. Perspektif. 4(2): 55-63 Diakses dari:
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/psp/article/view/2924
Marsili, Ryan. (2007). Sensory-Directed Flavor Analysis. CRC Press. Boca Raton.
Diakses dari:
https://books.google.co.id/books?id=tJ0JLpA5Mc0C&pg=PA70&dq=characteristic
+beetroot+flavor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij7oTK1PvdAhVSSX0KHSrABM
gQ6AEIJzAA#v=onepage&q=characteristic%20beetroot%20flavor&f=false
Midayanto, Dedy Nur & Sudarminto Setyo Yuwono. (2014). Penentuan Atribut Mutu
Tekstur Tahu untuk Direkomendasikan sebagai Syarat Tambahan dalam Standar
Nasional Indonesia. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(4): 259-267. Diakses dari:
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/98
Nottingham, S. (2004). Beetroot e-book. The Times. London.
http://stephennottingham.co.uk. Diakses dari:
https://www.academia.edu/21542519/Beetroot
Redaksi Trubus. (1997). Berkebun Pisang secara Intensif. Penebar Swadaya. Depok.
Diakses dari:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=AVIeW7SZReUC&oi=fnd&pg=P
A1&dq=pisang+cavendish+adalah&ots=6KnutjdhuR&sig=XfwKFZMkVjgEtyXFE
KmAqUfBE5k&redir_esc=y#v=onepage&q=pisang%20cavendish%20adalah&f=fal
se
Rosa, Navila. (2010). Pengaruh Penambahan Umbi Garut (Maranta arundinaceae L.)
dalam Bentuk Tepung dan Pati sebagai Prebiotik pada Yoghurt sebagai Produk
Sinbiotik terhadap Daya Hambat Bakteri Escherichia coli. Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro. Semarang. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/24600/1/347_Navila_Rosa_G2C006035.pdf
Santoso, Hieronymus Budi. (1991). Jahe. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Diakses dari:
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=dLIHI4BuYYsC&oi=fnd&pg=PA
3&dq=karakteristik+jahe+gajah+dibandingkan+jahe+emprit&ots=_5vRqsMBTh&si
g=3twa5hLzRjbMQ7x0JNYJMUJtndU&redir_esc=y#v=onepage&q=jahe%20gajah
&f=false
Sarwono, B. (2001). Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Diakses dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/view/9108https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf020905rhttp://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/psp/article/view/2924https://books.google.co.id/books?id=tJ0JLpA5Mc0C&pg=PA70&dq=characteristic+beetroot+flavor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij7oTK1PvdAhVSSX0KHSrABMgQ6AEIJzAA#v=onepage&q=characteristic%20beetroot%20flavor&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=tJ0JLpA5Mc0C&pg=PA70&dq=characteristic+beetroot+flavor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij7oTK1PvdAhVSSX0KHSrABMgQ6AEIJzAA#v=onepage&q=characteristic%20beetroot%20flavor&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=tJ0JLpA5Mc0C&pg=PA70&dq=characteristic+beetroot+flavor&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwij7oTK1PvdAhVSSX0KHSrABMgQ6AEIJzAA#v=onepage&q=characteristic%20beetroot%20flavor&f=falsehttp://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/98http://stephennottingham.co.uk/https://www.academia.edu/21542519/Beetroothttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=AVIeW7SZReUC&oi=fnd&pg=PA1&dq=pisang+cavendish+adalah&ots=6KnutjdhuR&sig=XfwKFZMkVjgEtyXFEKmAqUfBE5k&redir_esc=y#v=onepage&q=pisang%20cavendish%20adalah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=AVIeW7SZReUC&oi=fnd&pg=PA1&dq=pisang+cavendish+adalah&ots=6KnutjdhuR&sig=XfwKFZMkVjgEtyXFEKmAqUfBE5k&redir_esc=y#v=onepage&q=pisang%20cavendish%20adalah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=AVIeW7SZReUC&oi=fnd&pg=PA1&dq=pisang+cavendish+adalah&ots=6KnutjdhuR&sig=XfwKFZMkVjgEtyXFEKmAqUfBE5k&redir_esc=y#v=onepage&q=pisang%20cavendish%20adalah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=AVIeW7SZReUC&oi=fnd&pg=PA1&dq=pisang+cavendish+adalah&ots=6KnutjdhuR&sig=XfwKFZMkVjgEtyXFEKmAqUfBE5k&redir_esc=y#v=onepage&q=pisang%20cavendish%20adalah&f=falsehttp://eprints.undip.ac.id/24600/1/347_Navila_Rosa_G2C006035.pdfhttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=dLIHI4BuYYsC&oi=fnd&pg=PA3&dq=karakteristik+jahe+gajah+dibandingkan+jahe+emprit&ots=_5vRqsMBTh&sig=3twa5hLzRjbMQ7x0JNYJMUJtndU&redir_esc=y#v=onepage&q=jahe%20gajah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=dLIHI4BuYYsC&oi=fnd&pg=PA3&dq=karakteristik+jahe+gajah+dibandingkan+jahe+emprit&ots=_5vRqsMBTh&sig=3twa5hLzRjbMQ7x0JNYJMUJtndU&redir_esc=y#v=onepage&q=jahe%20gajah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=dLIHI4BuYYsC&oi=fnd&pg=PA3&dq=karakteristik+jahe+gajah+dibandingkan+jahe+emprit&ots=_5vRqsMBTh&sig=3twa5hLzRjbMQ7x0JNYJMUJtndU&redir_esc=y#v=onepage&q=jahe%20gajah&f=falsehttps://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=dLIHI4BuYYsC&oi=fnd&pg=PA3&dq=karakteristik+jahe+gajah+dibandingkan+jahe+emprit&ots=_5vRqsMBTh&sig=3twa5hLzRjbMQ7x0JNYJMUJtndU&redir_esc=y#v=onepage&q=jahe%20gajah&f=false
27
https://books.google.co.id/books?id=a1FNIWvlxqoC&pg=PA2&dq=karakteristik+j
eruk+nipis&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiMtaaC1IDeAhVHqI8KHVbJAuQQ6AE
ILDAA#v=onepage&q=karakteristik%20jeruk%20nipis&f=false
Shofiati, Atik, M.A.M Andriani & Choirul Anam. (2014). Kajian Kapasitas Antioksidan
dan Penerimaan Sensoris The Celup Kulit Buah Naga (Pitaya Fruit) dengan
Penambahan Kulit Jerul Lemon dan Stevia. Jurrnal Teknosains Pangan. 3(2). Diakses
dari: https://jurnal.uns.ac.id/teknosains-pangan/article/viewFile/4632/4020
Srihari, Endang dkk. (2010). Pengaruh Penambahan Maltodekstrin pada Pembuatan
Santan Kelapa Bubuk. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. A-18: 1-7. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/22039/1/A-18.pdf
Staff Universitas Muhammadiyah Semarang. (2013). Pengujian Organoleptik. Program
Studi Teknologi Pangan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang. Diakses
dari: http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-
Produk-Pangan.pdf
Wibawanto, Nanda Rudy, Victoria Kristina Ananningsih & Rika Pratiwi. (2014).
PRODUKSI SERBUK PEWARNA ALAMI BIT MERAH (Beta vulgaris L.)
DENGAN METODE OVEN DRYING. Prosiding SNST ke-5 Tahun 2014 Fakultas
Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. Semarang. Diakses dari:
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/vie
w/972
Winanti, Enggar Restu, M. A. M Andriani, & Edhi Nurhartadi. (2013). Pengaruh
Penambahan Bit (Beta vulgaris) sebagai Pewarna Alami terhadap Karakteristik
Fisikokimia dan Sensori Sosis Daging Sapi. Jurnal Teknosains Pangan. 2(4): 18-24 .
Diakses dari: https://eprints.uns.ac.id/15701/
Wray, Derek & Hosahalli S. Ramaswamy. (2015). Novel Concepts in Microwave Drying
of Foods. Taylor & Francis Informa Ltd. UK. Diakses dari:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07373937.2014.985793
https://books.google.co.id/books?id=a1FNIWvlxqoC&pg=PA2&dq=karakteristik+jeruk+nipis&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiMtaaC1IDeAhVHqI8KHVbJAuQQ6AEILDAA#v=onepage&q=karakteristik%20jeruk%20nipis&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=a1FNIWvlxqoC&pg=PA2&dq=karakteristik+jeruk+nipis&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiMtaaC1IDeAhVHqI8KHVbJAuQQ6AEILDAA#v=onepage&q=karakteristik%20jeruk%20nipis&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=a1FNIWvlxqoC&pg=PA2&dq=karakteristik+jeruk+nipis&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiMtaaC1IDeAhVHqI8KHVbJAuQQ6AEILDAA#v=onepage&q=karakteristik%20jeruk%20nipis&f=falsehttps://jurnal.uns.ac.id/teknosains-pangan/article/viewFile/4632/4020http://eprints.undip.ac.id/22039/1/A-18.pdfhttp://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-Produk-Pangan.pdfhttp://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-Produk-Pangan.pdfhttps://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/972https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/972https://eprints.uns.ac.id/15701/https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07373937.2014.985793
28
8. LAMPIRAN
8.1. Foto Bahan-Bahan Pembuatan Minuman Serbuk Berbasis Bit
8.2. Foto Proses Pembuatan Minuman Serbuk Berbasis Bit
8.3. Foto Proses Pengeringan Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan
Minuman Celup Berbasis Bit
29
8.4. Foto Bahan Pembuatan Minuman Celup Berbasis Bit
8.5. Proses Pembuatan Minuman Celup Berbasis Bit
16.I1.0089-Eleonora Pradnya_.pdf (p.1-36)Plagscan_Eleonora Pradnya_16.I1.0089.pdf (p.37)