Post on 14-Oct-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu dikenal beberapa cara pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit kanker. Cara paling tua adalah pembedahan, kemudian
menyusul penyinaran terhadap sel-sel tumor ganas yang peka sinar gamma dan
dengan perkembangan pengetahuan mengenai struktur, fungsi, proliferasi sel dan
mekanisme regulasi didalamnya, pengobatan kimiawi pada tahun-tahun terakhir
maju dengan pesat.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula
harapan dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika
terus meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau
sekurangnya mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.
Prosedur penanganan obat sitostatika yang aman perlu dilaksanakan
untuk mencegah risiko kontaminasi pada personel yang terlibat dalam preparasi,
transportasi, penyimpanan dan pemberian obat sitostatika. Potensial paparan
pada petugas pemberian sitostatika telah banyak diteliti. Falck dkk, th.1979
melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa
perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan
lebih besar dari pada control subject.
Toksisitas yang sering dilaporkan berkenaan dengan preparasi dan
handling sitostatika berupa toksisitas pada liver, neutropenia ringan, fetal
malformation, fetal loss, atau kasus timbulnya kanker. Tahun 1983 Sotaniemi,
dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat yang bekerja
pada ward oncology. Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian
ditemukan cyclophosphamide dan ifosfamide dalam urine perawat dan staf
farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat-obat
kanker.
Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat
kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis
Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya
Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya
Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui inhalasi,
absorpsi, atau ingestion.
B. Rumusan Masalah
1. Defenisi dan tujuan handling Sitotoxic
2. Penanganan Sitotoxic
3. Sarana dan prasarana penanganan Sitotoxic
4. Standar kerja Handling sitotoxic
5. Penanganan kecelakaan kerja Handling sitotoxic
6. Prosedur penanganan Sitotoxic
7. Pengelolaan limbah Sitotoxic
8. Dosis kemoterapi
9. Cara pemberian obat Sitotoxic (R_CHOP)
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI OBAT SITOTOKSIK
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara
fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak
berhasil. (Hanifa Wignjosastro, 1997).
Obat sitotoksik adalah agen terapi ditujukan untuk, tetapi tidak terbatas
pada, pengobatan kanker.Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama
melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti karsinogen,
mutagen atau teratogen.
Obat sitotoksik semakin sering digunakan dalam berbagai pengaturan
kesehatan, laboratorium danklinik hewan untuk pengobatan kanker dan kondisi
medis lainnya seperti rheumatoidarthritis, multiple sclerosis dan kelainan auto-
imun
Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi
sel . Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk
mengobati kanker , sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi . Baru-baru ini ,
mereka menggunakan telah diperluas untuk pengobatan untuk kondisi kulit
tertentu (misalnya , psoriasis ) , dan kadang-kadang digunakan dalam
pengobatan rheumatoid arthritis arthritis dan remaja, serta kondisi otot steroid -
tahan .
Bentuk yang paling umum dari obat sitotoksik dikenal sebagai
antineoplastik , dan kadang-kadang istilah ini digunakan reversibel. Obat
sitotoksik memiliki efek mencegah pertumbuhan yang cepat dan pembagian (
mitosis ) sel kanker . Namun, obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel lain membagi cepat dalam tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari
sistem pencernaan . Sebagai hasil dari pengobatan , banyak sel-sel normal yang
rusak bersama dengan sel-sel kanker .
Sangatlah penting untuk menjamin keamanan petugas yang
bersinggungan mulai dari yang menyiapkan (staf farmasi), perawat yang
memberikan obat, dan petugas yang menangani limbah sitostatika. Penanganan
sitostatika memerlukan petugas yang terlatih, fasilitas dan peralatan, serta
prosedur penanganan secara khusus. Selama sitostatika ditangani secara aman
dan benar, risiko bisa diminimalisasi.
Pajanan obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana
kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat . Paparan dapat terjadi melalui
kontak kulit , kulit penyerapan , menghirup aerosol dan partikel obat , konsumsi
dan luka benda tajam .
Paparan dapat terjadi ketika :
mempersiapkan obat
memberikan obat-obatan
mengangkut obat
penanganan limbah pasien
mengangkut dan membuang limbah
membersihkan tumpahan .
Mereka yang paling mungkin terlibat dalam kegiatan ini meliputi:
o Perawat dan petugas medis
o Apoteker
o Staf laboratorium
o Pembersihan, pemeliharaan dan limbah staf pembuangan
o Penjaga
o Staf kesehatan hewan
o Petugas ambulans dan driver .
Penandaan obat sitotoksik
Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh simbol ungu yang
menggambarkan sel di akhir telofase
Penyimpanan
Obat sitotoksik harus dikemas dalam label , disegel , wadah anti bocor
dengan kantong luar panas yang disegel secara tepat.
Obat sitotoksik harus disimpan dalam ruangan berdinding keras dan
wadah yang kuat , tertutup rapat dan diberi label dengan peringatan
sitotoksik.
Dinginkan obat seperlunya (jika akan digunakan).
Transportasi
Obat sitotoksik harus diangkut dalam wadah kedap disegel tahan
terhadap kerusakan
Wadah harus diberi label dengan label ungu peringatan sitotoksik dan
digunakan untuk tujuan-tujuan lain
Wadah harus dikembalikan ke apotek setelah digunakan
Untuk transportasi antar rumah sakit atau transportasi ke rumah pasien ,
nomor telepon kontak ( Onkologi Farmasi ) dan instruksi dalam hal
tumpahan harus dimasukkan .
Tujuan Handling Cytotoxid
Selain untuk melindungi petugas dan lingkungan dari keterpaparan obat
kanker, preparasi obat sitostatika secara aseptis diperlukan untuk 3 tujuan :
Produk harus terlindung dari kontaminasi microba dengan teknik aseptis
Personal yang terlibat harus terlindung dari exposure bahan berbahaya
Lingkungan harus terhindar dari paparan bahan berbahaya
Terpaparnya obat sitostatika kedalam tubuh dapat melalui inhalasi, absorpsi,
atau ingestion.
Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :
Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap
sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd
pasien.
Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos
Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg
telah terkontaminasi dgn sitostatika
B. PENANGANAN OBAT SITOTOKSIK
Sitostatika tergolong obat beresiko tinggi karena mempunyai efek toksik
yang tinggi terhadap sel, terutama dalam reproduksi sel sehingga dapat
menyebabkan karsinogenik, mutagenik dan tertogenik. Oleh karena itu,
penggunaan obat sitstatika membutuhkan penanganan khusus untuk menjamin
keamanan, keselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain
yang tidak menderita sakit. Tujuan penanganan bahan sitostatika adalah untuk
menjamin penanganannya yang tepat dan aman di rumah sakit
Penanganan sitostatika harus memperhatikan :
1. Tehnik aseptik
2. Pemberian dalam biological safety cabinet
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya Protap
Preparasi sediaan steril
Syringe dan infus set harus menggunakan jenis luer lock, untuk
menghindari terjadinya tumpahan jika terbuka. Penutup jarum harus
selalu tertutup untuk menghindari tumpahan dan menjaga sterilitas.
Jarum yang digunakan untuk menghisap larutan dari vial melalui tutup
karet dipilih yang mempunyai lubang besar untuk menghindari adanya
tekanan yang terlalu tinggi. Biasanya dipilih needle 18.
Tutup karet vial harus diseka alcohol sebelum ditusuk jarum untuk
menghindari adanya kontaminan masuk kedalam vial
Dibuat tekanan negatif dalam vial untuk menghindari terjadinya percikan
dari lobang pada karet penutup.
Pada saat membuka ampul operator harus memastikan bahwa tidak ada
serbuk atau cairan yang menempel di leher ampul, dengan cara mengetuk
dinding ampul sampai semua materi dalam ampul ada dibagian bawah
leher ampul
Pada saat mematahkan ampul gunakan kasa atau kain pelindung dan
arahkan menjauhi operator.
Preparasi sediaan non steril
Sediaan steril melliputi capsul, puyer, atau krim yang tidak tersedia di
pasaran. Preparasi harus dilaksanakan didalam Cytotoxic Drug Safety
Cabinet. Operator harus menggunakan pakaian pelindung lengkap.
Untuk sediaan serbuk gunakan mortir dalam kantong plastik untuk
menghindari serbuk berterbangan.Laminair Air Flow dalam kondisi off.
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya agar tidak memegang
sediaan dengan tangan langsung, gunakan sendok atau sarung tangan
untuk menghindari kontaminasi.
Semua alat yang digunakan (mortir,stampler, alat penghitung tablet )
harus segera dicuci dan dikeringkan dengan kasa disposible.
C. SARANA DAN PRASARANA
1. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).
Laminar Air Flow Cabinet adalah alat yang memenuhi kriteria ruangan
bersih kelas 100. LAFC memiliki sistem penyaringan ganda yang
memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai
penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen dari udara, menjaga aliran
udara tetap konstan dan laminar (teratur), serta mencegah masuknya
kontaminan ke dalam LAFC.
Terdapat dua tipe LAFC:
LAFC Horizontal
LAFC dengan aliran udara horizontal (aliran udara menuju ke arah
depan), sehingga melindungi obat dari kontaminasi tetapi tidak
melindungi petugas dari paparan obat. Alat ini cocok digunakan
untuk pencampuran obat steril non sitostatika.
LAFC Vertikal
LAFC dengan aliran udara vertikal (aliran udara menuju ke bawah)
sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi
petugas. LAFC vertikal disebut juga dengan Biological Safety
Cabinet (BSC). BSC juga memiliki banyak tipe dan yang digunakan
untuk pencampuran sitostatika adalah BSC kelas II yang dirancang
untuk memberikan perlindungan terhadap petugas, produk, dan
lingkungan. Pada tipe ini terjadi resirkulasi udara di mana hanya 30%
udara yang dikeluarkan dan 70% udara dimasukkan kembali ke area
kerja.
Biological Safety cabinet (BSC)
Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk
melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip
kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari
tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.
Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada
peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini
harus dikalibrasi setiap 6 bulan.
2. Ruangan
Persyaratan Ruang Aseptik
Ruang tidak ada sudut atau siku
Dinding terbuat dari epoksi
Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100, 1000, 10.000 partikel/liter
Aliran udara diketahui dan terkontrol
Tekanan ruangan diatur
Suhu dan kelembaban udara terkontrol (suhu : 18-22 derajat celcius
dan kelembaban 35-50%)
Tata letak ruangan
Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan
dan peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan
menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Penanganan
sitostatika memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Letak ruangan
diusahakan tidak untuk lalu lintas orang.
Ruangan ini terdiri dari:
o Ruang persiapan
Digunakan untuk kegiatan administrasi (perhitungan dosis dan
volume cairan, pembuatan etiket, pelabelan) dan penyiapan bahan
obat serta alat kesehatan yang dibutuhkan.
o Ruang cuci tangan dan ganti
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan dan
mengenakan APD.
o Ruang antara
Petugas masuk ke clean room melalui ruang antara atau ruang
penyangga udara. Ruangan ini diatur dengan tepat sehingga hanya
satu pintu pada satu sisi saja yang dapat dibuka pada saat yang
bersamaan.
o Ruang bersih (clean room)
LAFC harus diletakkan di sebuah clean room (ruang bersih). Clean
room merupakan ruangan khusus yang dibuat dengan pengendalian
terhadap ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk
mencegah partikel masuk dan tertahan dalam ruangan, pengendalian
juga dilakukan terhadap suhu, kelembaban, dan tekanan udara.
Jumlah partikel terkontrol
Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel per meter kubik udara, jumlah mikroorganisme tidak
lebih dari 100 per meter kubik udara.
Konstruksi khusus
Dinding, langit-langit dan lantai tidak bersudut, tidak retak, dan
dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air
untuk mengurangi penyebaran atau penumpukan partikel.
Sebaiknya tidak ada bagian ruangan yang tersembunyi dan sukar
dibersihkan.
Suhu dan kelembaban terkontrol
Suhu berkisar 18-28C dan kelembaban 35-50% untuk menjaga
agar petugas tetap nyaman dalam ruangan dengan pakaian
kerjanya dan tidak berkeringat secara berlebihan. Di dalam
ruangan tersedia termometer serta barometer untuk mengukur
suhu dan kelembaban ruangan dan dicatat setiap hari.
Barang dalam ruangan diusahakan seminimal mungkin dan
mudah dibersihkan.
Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter untuk
menyaring udara yang keluar dan masuk ruangan. HEPA filter
merupakan penyaring dengan efisiensi yang sangat tinggi (99,97-
99,99%).
Tekanan udara di dalam ruangan lebih positif daripada tekanan
udara di ruang sekitarnya.
Terdapat pass box yang menghubungkan ruang persiapan dengan
clean room. Pass box
merupakan tempat untuk
keluar masuknya alat dan obat
dari clean room sebelum dan
sesudah pencampuran.
Idealnya, pass box dilengkapi
dengan vakum dan lampu UV
untuk meminimalisasi kontaminasi.
Tersedia alat komunikasi (interkom) dan sebaiknya dirancang
agar mudah dibersihkan.
3. Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan
steril meliputi :
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan
steril meliputi :
a. Baju Pelindung
Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar
Pakaian Pelindung (pakaian luar) harus terbuat dari material yang
tidak melepaskan debu dan serat.
Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan
Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada
tangan dan kaki
b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan
sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.
c. Tutup Kepala
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada
partikel kotoran yang dapat mengkontaminasi sediaan.
d. Masker & Kaca mata
Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca
mata dan masker.
Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk
mengurangi kontaminan.
Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari
kemungkinan adanya percikan obat kanker.
e. Sepatu
Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam
Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam
D. STANDAR KERJA HANDLING CYTOTOXID
Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :
1. Tehnik khusus penanganan sitostatika
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transpotasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah
Fasilitas Fisik
Australian standard 2639 mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs
Safety Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean
Room dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yang
digunakan bisa Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan aliran
Vertikal. Tekanan Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding didalam Clean
Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif dibandingkan diluar.
Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung preparasi
obat dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara
kedalam clean room. Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas
diluar dilakukan dengan intercom.
Perawatan Cytotoxic Drugs Safety Cabinet & Clean Room :
Cytogard dibersihkan setiap hari dengan desinfectant atau detergent .
Desinfeksi clean room dilakukan 1 kali seminggu.
Uji mikrobiologi dilakukan secara periodik untuk memeriksa apakah
HEPA Filter bekerja dengan baik sehingga dapat menjaga sterilitas
sediaan
Pengukuran jumlah partikel didalam Cytogard maupun dalam clean room
dilakukan secara periodic.
Personal
o Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus
mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan
penanganan obat sitostatika.
o Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak
dianjurkan untuk terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.
o Petugas wanita yang sedang menyusui tidak dianjurkan terlibat dalam
rekonstitusi obat sitostatika
o Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus
diistirahatkan dari tugas ini.
Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika
seminggu sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri
dari :
a. Complete blood count
b. Liver Function Test
c. Renal Function Test
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara periodic setiap 6
bulan, jika terdapat kelainan hasil pemeriksaan harus diteliti lebih dalam. Semua
hasil harus didokumentasikan
Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik. Penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses
penyiapan jarum suntik.
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu
pemberian)
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima ( nama obat, jumlah, nomor
batch, tanggal kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau
tidak lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang
perawatan dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket
9. Melengkapi dokomen pencampuran.
Pencampuran
Proses pencampuran sediaan sitotoksik sebagai berikut :
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari passbox.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas
meja BSC.
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi
sediaan sitostatika
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat
yang harus terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan
khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam
wadah untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan
jadi melalui pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
E. PENANGANAN KECELAKAAN KERJA
Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :
Inhalasi Terhirup pada saat rekostitusi
Absorpsi Masuk dalam kulit jika tertumpah
Ingesti Kemungkinan masuk jika tertelan
Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1. Kontak dengan kulit:
Tanggalkan sarung tangan
Bilas kulit dengan air hangat
Cuci dengan sabun, bilas dengan air hanga
Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan Chlorin 5% dan bilas dengan air hangat
Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %
Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus
Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
Laporkan ke supervisor
Lengkapi format kecelakaan.
2. Kontak dengan mata
Minta pertolongan
Tanggalkan sarung tangan
Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama5
menit
Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan
NaCl 0,9%
Aliri mata dengan larutan pencuci mata
Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
Catat jenis obat yang tumpah
Laporkan ke supervisor
Lengkapi format kecelakaan kerja.
3. Tertusuk jarum
Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plunger untuk
menghisap obat yang mungkin terinjeksi
Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang
Jika perlu gunakan spuit baru dan jarum bersih untuk mengambil obat
dalam jaringan yang tertusuk
Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat
Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat
Tanggalkan semua APD
Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi
Laporkan ke supervisor
Lengkapi format kecelakaan kerja
Segera konsultasikan ke dokter.
Penanganan Tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan
menggunakan chemotherapy spill kit yang terdiri dari:
Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril
Meminta pertolongan, jangan tinggalkan area sebelum diizinkan.
Beri tanda peringatan di sekitar area.
Petugas penolong menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Angkat partikel kaca dan pecahan-pecahan dengan menggunakan alat
seperti sendok dan tempatkan dalam kantong buangan.
Serap tumpahan cair dengan kassa penyerap dan buang dalam kantong
tersebut.
Serap tumpahan serbuk dengan handuk basah dan buang dalam kantong
tersebut.
Cuci seluruh area dengan larutan detergent.
Bilas dengan aquadest.
Ulangi pencucian dan pembilasan sampai seluruh obat terangkat.
Tanggalkan glove luar dan tutup kaki, tempatkan dalam kantong pertama.
Tutup kantong dan tempatkan pada kantong kedua.
Tanggalkan pakaian pelindung lainnya dan sarung tangan dalam,
tempatkan dalam kantong kedua.
Ikat kantong secara aman dan masukan dalam tempat penampung
khusus untuk dimusnahkan dengan incenerator.
Cuci tangan.
Membersihkan tumpahan di dalam BSC
Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah
untuk tumpahan serbuk.
Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan
baru.
Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan
alas kerja/meja/penyerap dan tempatkan dalam wadah buangan.
Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas
dengan aquadestilata menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah
pada buangan
Ulangi pencucian 3 x.
Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah
buangan akhir untuk dimusnahkan dengan inscenerator.
Cuci tangan.
F. PROSEDUR PENANGAN SITOTOKSIK
Prosedur Tetap Mencuci Tangan yaitu :
1. Basahi tangan dengan air bersih
2. Ambil sabun antiseptik
3. Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara jarijari
dan kuku selama 20 detik
4. Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik
5. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan dengan
siku
6. Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik.
Prosedur Tetap Berganti Pakaian
1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian
dimana pakaian biasa diganti dengan pakaian pelindung khusus untuk
mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.
2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah
dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan
debu.
3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama
Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama.
Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan
kepada petugas yang ditunjuk.
Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat
yang telah disediakan.
4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua
a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan
dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki
hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh
dengan larutan desinfektan.
b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik
otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan
dipakai dengan cara berikut.
c. Penutup kepala hendaklah menutupiseluruh rambut dan diselipkan
ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga
menutupi janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh
kaki dan ujung kaki.
d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki.
Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung
lengan baju hendaklah diselipkan ke dalamsarung tangan. Kaca mata
pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.
e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan
desinfektan.
f. Membuka pintu untuk memasukiruang penyangga udara dan ruang
steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan
mendorongnya.
g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas
melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang
ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan
urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.
Prosedur Tetap Penggunaan Pass Box
Untuk passbox yang dilengkapi dengan UV
1. Hubungkan passbox dengan sumber listrik yang sesuai (jika passboxnya
automatik).
2. Nyalakan passbox dengan menekan tombol ON pada switch, lampu
indikator akan menyala.
3. Jika lampu hijau menyala, pintu passbox dalam keadaan tidak terkunci,
dan siap dibuka.
4. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox.
5. Tutup kembali pintu passbox.
6. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril
7. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati.
Untuk passbox yang manual
1. Bersihkan passbox sesuai denganprosedur tetap pembersihan passbox.
2. Buka pintu passbox (pastikan pintu passbox yang berada dalam ruang
steril dalam keadaan tertutup)
3. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox
4. Tutup kembali pintu passbox
5. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril (pastikan pintu passbox
yang satu tetap tertutup)
6. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati
Prosedur Tetap Penggunaan Laminar Air Flow (Laf)
1. Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai (220 volt)
2. Nyalakan blower dan lampu UV minimal 15 menit sebelum digunakan
3. Matikan lampu UV
4. Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas meja
5. Bersihkan permukaan LAF dengan Iso Propol Alkohol (IPA) atau
alkohol 70 % menggunakan lap yang tidak berserat:
a. Dinding : dari atas kebawah dengan gerakan satu arah
b. Lantai : dari belakang kedepan dengan gerakan satu arah
Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah HEPA filter
6. Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF
dengan alkohol 70 %
7. Letakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai tata letak
8. Biarkan 5 menit untuk menghilangkan turbulensi udara .
Prosedur Tetap Melepaskanalat Pelindung Diri
Melepaskan pakaian pelindung:
1. Melepaskan sarung tangan luar
a. Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.
b. Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah
telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh
sarung tangan dalam ataupun kulit.
c. Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.
d. Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di
bagian dalam sarung tangan.
e. Pegang sarung tangan yang diangkatdari dalam sampai seluruhnya
terangkat.
f. Buang sarung tangan tersebut kedalam kantong tertutup.
2. Melepaskan baju pelindung
a. Buka ikatan baju pelindung.
b. Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di
dalam.
c. Tempatkan dalam kantong tertutup.
3. Melepaskan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.
4. Melepaskan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak
boleh menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.
5. Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa.
6. Cuci tangan.
Prosedur Tetap Distribusi
1. Ambil wadah yang telah berisi obat hasil rekonstitusi dari pass box.
2. Periksa kembali isi dan mencocokan formulir permintaan yang telah
dibuat dengan prinsip 5 BENAR dan kondisi obat-obatan yang
diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa setelah obat
direkonstitusi).
3. Beri label luar pada wadah.
4. Kirim obat-obat tersebut ke ruang perawatan dengan menggunakan
troli tertutup dan tidak boleh melewati jalur yang banyak kontaminan
(seperti: lift barang, dll) untuk mengurangi kontaminasi.
5. Lakukan serah terima dengan pasien atau petugas perawat
Prosedur Tetap Penanganan Limbah Sitostatika
1. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Tempatkan limbah pada kontainer buangan tertutup. Untuk benda-
benda tajam seperti syringe, vial, ampul, tempatkan di dalam kontainer
yang tidak tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam
kantong berwarna dan berlogo cytotoxic.
3. Beri label peringatan pada bagian luar kantong.
4. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
5. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000C.
6. Cuci tangan.
7. PENGELOLAAN LIMBAH SITOTOKSIK
Limbah sitotoksik termasuk setiap obat sitotoksik sisa yang tetap setelah
pengobatan pasien dan material atau peralatan yang berpotensi terkontaminasi
oleh sitotoksik seperti:
obat-obatan sitotoksik tidak digunakan
benda tajam dan jarum suntik
infus set dan wadah intravena
ampul dan vial
alat pelindung diri ( sekali pakai )
dressing dan perban
Linen dan pakaian kotor dengan limbah pasien , atau yang berpotensi
terkontaminasi dengan metabolit obat
paparan limbah sitotoksik dapat terjadi melalui penanganan muntahan ,
kotoran darah dan cairan yang dikeringkan dari rongga tubuh ; pispot
penanganan , urinal, mengosongkan kateter urin , kantong kolostomi /
urosotomy dan mangkuk muntahan
pembersihan tumpahan
Bahan / benda tajam yang terkontaminasi dibuang diberi label sitotoksik,
wadah anti bocor. Linen non - sekali pakai harus ditempatkan dalam wadah anti
bocor berlabel sitotoksik untuk melindungi personil laundry dari residu obat
sitotoksik dan untuk mencegah kontaminasi lainnya dari bahan yang dicuci.
Limbah pasien seperti urin , feses , muntahan , dan isi kantong kolostomi
dan urostomy dapat dibuang dalam sistem pembuangan limbah normal. Wadah
dari limbah pasien yaitu: piring ginjal , panci atau urinal harus dikosongkan
segera dan ditempatkan dalam panci flusher / pencuci piring / macerato untuk
sanitasi seperti biasa
Pengelolaan limbah dari sisa buangan pencampuran sediaan sitoatatika
(seperti: bekas ampul,vial, spuit, needle,dll) harus dilakukan sedemikian rupa
hingga tidak menimbulkan bahaya pencemaran terhadap lingkungan. Langkah
langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Tempatkan limbah pada wadah buangan tertutup. Untuk bendabenda
tajam seperti spuit, vial, ampul, tempatkan di dalam wadah yang tidak
tembus benda tajam, untuk limbah lain tempatkan dalam kantong
berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika
c. Beri label peringatan (Gambar 2) pada bagian luar wadah.
d. Bawa limbah ke tempat pembuangan menggunakan troli tertutup.
e. Musnahkan limbah dengan incenerator 1000C.
f. Cuci tangan.
H. DOSIS KEMOTERPI
Kemoterapi (bahasa Inggris: chemotherapy) adalah penggunaan
zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini
hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk
merawat kanker. Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah
menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel onkogen (kanker) pada
tubuh pasien.
Prinsip kerja obat-obatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau
seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang bereplikasi atau
berkembang dengan cepat, yang diharapkan adalah sel onkogen yang
bereplikasi. Obat kemoterapi hampir tidak menimbulkan dampak pada sel yang
sedang dalam masa beristirahat (tidak melakukan pembelahan), namun
terkadang sel-sel rambut dan sel-sel yang sedang aktif membelah lainnya dapat
terkena dampak obat ini apabila siklus mitosisnya berada dalam target obat-
obatan kemoterapi yang sedang digunakan.
Dosis obat kemoterapi
Dosis obat adalah individual
Diberikan dengan Maximum Tolerated Dose (MTD) tapi harus tolerable
bagi pasien
Tentukan risk group (kondisi umum, umur, status, kemampuan, faal organ
vital)
Lihat dosis rata-rata
Tentukan dosis awal
Syarat pemberian obat Kemoterapi
Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu
:
Keadaan umum harus cukup baik
Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan
terjadi
Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan
faal hati baik
Diagnosis hispatologik diketahui
Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi
Hemoglobin > 10 gr %
Leucosit > 5000 / ml
Trombosit > 100.000 / ml
Prosedur cara pemberian kemoterapi
Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
Pakai proteksi : APD
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah
tusukan infus
Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan,
zofran, kitril secara intra vena)
Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump)
sesuai program
Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan
diikat serta diberi etiket.
Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
Catat semua prosedur
Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan
awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.
Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
1. PO :PerOral
2. SC :SubCutan
3. IM :IntraMuscular
4. IV :IntraVena
5. IT :IntraThecal
6. IP : Intra Peritoneal / Pleural
Obat sitotstika yang umum digunakan :
Alkylating agents: Antibiotic:
Thiotepa Daunorubicin liposomal
Busulfan Actinomycin
Cyclophosphamide Bleomycin
Carmustine Mithramycin
Chlorambucil
Antimetabolites: Miscellaneous:
Fluorouracil (5-FU) Cisplatin
6-mercaptopurine L-asparaginase
6-thioguanine Dacarbazine
Methotrexate EtoposidePhosphate
VincaAlkaloids:
Vincristine
Vinblastine
Beberapa kombinasi obat yang terkenal :
MOPP= mustin, oncovin, prokarbazin dan prednisolon pada limfoma
non-Hodgkin yang bermetastasis
VMCP= vinkristin, melfelan, cisplastin dan prednisolon pada myeloma
FAM= fluourasil, adriamisin dan mitomisin pada kanker lambung
CAF= cyclofosfamid, adriamisin dan fluourasil pada kanker mamma
yang sudah menyebar
VAD= vinkristin, adriamisin, dan deksametason pada multiple myeloma
Obat yang sering diberikan bersama Sitostatika :
NaCl 0,9%
Dextrose 0,9%
KaEN 1 B
Ondansentron
Nasea
Lasix
KCl
MgSO4
Metoclopramide
NaHCO3
Dexamethasone
Dipenhydramin HCl inj
Ranitidin
Cara menghitung dosis Sitostatika :
Luas permukaan tubuh =
Contoh : TB = 160 cm, BB = 60 Kg
Mis : Dosis Doxorubicin = 500 mg/ m2 per hari
Jadi,
mg
= 800 mg/hari
Atau menurut tabel luas permukaan tubuh yang sudah ada pada literatur x Dosis
lazim
I. R-CHOP
R - CHOP adalah singkatan yang mewakili umum digunakan kombinasi
rejimen kemoterapi dalam pengobatan kanker, khususnya limfoma non-Hodgkin.
Pada tahun 2006 , FDA menyetujui R - CHOP sebagai pengobatan lini pertama
untuk pasien dengan difus besar sel B, positif CD20, limfoma non - Hodgkin
(DLBCL) . Sejak saat itu , R - CHOP telah digunakan dalam pengobatan yang
efektif dari berbagai subtipe NHL sel B, termasuk limfoma folikel , limfoma sel
mantel , limfoma Burkitt , limfoma sel B besar mediastinal primer, limfoma sel
B kulit primer, dan limfoma primer sistem saraf pusat
R - CHOP terdiri dari obat berikut :
Rituximab - antibodi monoklonal (diberikan dalam kantong infus melalui
IV)
Cyclophosphamide obat kemoterapi (diberikan dalam kantong infus
melalui IV)
Doxorubicin obat kemoterapi, yang memiliki nama kimia
Hydroxydaunomycin (diberikan sebagai suntikan ke dalam tabung infus
IVpush)
Vincristine - obat kemoterapi, yang awalnya dikenal sebagai Oncovin
(diberikan sebagai infus singkat IVpush)
Prednisolone steroid (diberikan oral)
Rituximab milik kelompok obat disebut antibodi monoklonal. ini adalah
digunakan untuk mencoba untuk menghancurkan beberapa jenis sel-sel kanker
sementara menyebabkan sedikit membahayakan sel normal. Mereka dirancang
untuk R-CHOP kemoterapi.
Efek Samping RCHOP
Peningkatan risiko mendapatkan infeksi dari penurunan sel darah putih -
lebih sulit untuk melawan infeksi dan Anda bisa menjadi lebih cepat sakit
Kelelahan dan sesak napas karena penurunan dalam sel darah merah (
anemia )
Memar lebih mudah karena penurunan trombosit
Beberapa efek samping dapat mengancam kehidupan , terutama infeksi-
infeksi . Hubungi dokter atau perawat jika Anda memiliki efek ini .
Dokter Anda akan memeriksa jumlah darah Anda secara teratur untuk
melihat seberapa baik sumsum tulang Anda bekerja .
Kelelahan ( fatigue) selama dan setelah pengobatan
Rambut rontok atau menipis
Masalah saraf menyebabkan kram perut, sembelit , mati rasa atau
kesemutan jari tangan dan kaki , nyeri rahang atau penglihatan ganda
Perempuan mungkin berhenti mengalami haid ( amenorea ) - ini mungkin
hanya bersifat sementara
Hilangnya kesuburan - kita tidak tahu persis bagaimana obat ini
mempengaruhi kesuburan sehingga melakukan berbicara dengan dokter
Anda sebelum memulai pengobatan jika Anda berencana untuk memiliki
bayi di masa depan
Urin Anda mungkin menjadi merah muda atau merah untuk satu atau dua
hari setelah pengobatan dengan doxorubicin tapi ini tidak akan
merugikan Anda
Mulut luka dan bisul mulut
Perubahan kulit - kulit Anda mungkin gelap dan Anda mungkin memiliki
ruam yang gatal atau menjadi sensitif terhadap sinar matahari . Gunakan
krim matahari faktor tinggi dan menutupi ketika Anda pergi keluar
Gangguan pencernaan , sakit perut atau ketidaknyamanan
Perubahan kadar gula darah
Kesulitan dalam tidur dan suasana hati - meminum steroid pada pagi hari
dapat mengurangi ini
Pilek ( rhinitis ) selama infus rituximab , yang biasanya ringan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara
fraksional (fraksi tertentu mati)
Obat sitotoksik adalah agen ditujukan untuk terapi, tetapi tidak terbatas
pada , pengobatan kanker . Obat-obat ini adalah dikenal sangat beracun
untuk sel , terutama melalui tindakan reproduksi sel. Obat sitotoksik
terutama dihilangkan dari pasien dengan ekskresi ginjal dan hati.
Tujuan handling cytotoxic adalah :
Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap
sitostatika pada waktu pencampuran, pengoplosan , dan pemberian kpd
pasien.
Menjamin sterilitas produk akhir sitostatika setelah dicampur / dioplos
Menjamin keamanan buangan sisa sitostatika dan material yg dipakai yg
telah terkontaminasi dgn sitostatika
Penanganan cytotoxic
Penanganan sitostatika harus memperhatikan :
1. Teknik aseptik
2. Pemberian dalam biological safety cabinet
3. Petugas yang bekerja harus terlindungi
4. Jaminan mutu produk
5. Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih
6. Adanya Protap