Post on 02-Feb-2018
i
PENGARUH APLIKASI SISTEM MANAJEMEN INFORMASI
OBJEK PAJAK (SISMIOP) TERHADAP KINERJA
APARATUR PAJAK
(Studi Kasus pada KPP Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Nama : Siwi Sayekti
NIM : 105082002731
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ii
PENGARUH APLIKASI SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBJEK
PAJAK (SISMIOP) TERHADAP KINERJA APARATUR PAJAK
(Studi Kasus pada KPP Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Siwi Sayekti NIM: 105082002731
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si NIP. 19570617 198503 1 002 NIP. 19730615 200501 1 009
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
Hari ini Jumat Tanggal 18 Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Siwi Sayekti NIM: 105082002731
dengan judul Skripsi “Pengaruh Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak (SISMIOP) Terhadap Kinerja Aparatur Pajak (Studi Kasus pada KPP
Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Afif Sulfa., SE., Ak., M.Si Reskino SE., Ak., M.Si Ketua Sekretaris
Dr. Yahya Hamja.,MM Penguji Ahli
iv
Hari ini Jumat Tanggal 11 Bulan Juni Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi
atas nama Siwi Sayekti NIM: 105082002731 dengan judul Skripsi “Pengaruh
Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) Terhadap
Kinerja Aparatur Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama di Wilayah Jakarta
Selatan)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid., MS Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA., Ak Afif Sulfa., SE., Ak., M.Si
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Siwi Sayekti
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1986
3. Alamat : Jl. Depsos XIV Rt.008/009
Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan 12330
4. Telepon : (021)92640111
II. PENDIDIKAN
1. SDN 01 Pagi Bintaro, Jakarta Tahun 1993-1999
2. SLTP Negeri 177, Jakarta Tahun 1999-2002
3. SMU Negeri 86, Jakarta Tahun 2002-2005
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Tahun 2005-2010
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Priyadi
2. Ibu : Tarwiyah
5. Alamat : Jl. Depsos XIV Rt.008/009
Bintaro Pesanggrahan
Jakarta Selatan 12330
3. Telepon : (021) 32144400
vi
THE INFLUENCE OF APPLICATION OF THE PROPERTY TAX INFORMATION MANAGEMENT SYSTEM TO TAX EMPLOYEE’S
ABILITY PERFORMANCE (Case Studies On Small Taxpayers Office in South Jakarta)
ABSTRACT
The Purpose of this research is to analyses the influence of application of the property tax information management system to tax employee’s ability performance (Case Studies On Small Taxpayers Office in South Jakarta). The variable used in this research are the application of the property tax information management system(X) as an independent variable and tax employee’s ability performance (Y) as a dependent varible.
The research has been done by means of filling out questionnaire by tax employees and used to secondary data, too. The responders are tax employees in Small Taxpayers Office in South Jakarta, the sample included are 125 responders but only 100 returned and 96 can be used. For analyzing the data, researcher usage SPSS Version 16.00, meanwhile the retrieval of sample has been using convenience sampling. The result of this research indicates that the application of the property tax information management system have significantly influence to tax employee’s ability performance.
Keywords: The Application of the property tax information management system,
tax employee’s ability performance.
vii
PENGARUH APLIKASI SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBJEK PAJAK (SISMIOP) TERHADAP KINERJA APARATUR PAJAK
(Studi Kasus pada KPP Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) terhadap Kinerja Aparatur Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama di Wilayah Jakarta Selatan). Variabel yang menjadi fokus penelitian ini adalah aplikasi SISMIOP (X) sebagai variabel bebas dan kinerja aparatur pajak (Y) sebagai variabel terikat.
Penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh aparatur pajak dan data sekunder yang dapat mendukung penelitian. Responden penelitian ini adalah aparatur pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Jakarta Selatan, sampel diambil sebanyak 125 responden, tetapi hanya kembali sebanyak 100 dan yang dapat diolah 96. Untuk metode analisis dan uji hipotesis menggunakan regresi sederhana, lalu perhitungannya menggunakan program SPSS versi 16.00, sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa aplikasi sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur pajak. Kata kunci: Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) dan
Kinerja Aparatur Pajak
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak
(SISMIOP) Terhadap Kinerja Aparatur Pajak (Studi Kasus pada KPP
Pratama di Wilayah Jakarta Selatan) ”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-
syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
3. Keluargaku especially My little Sister (Dhiah) and my brothers (Fajri dan
Khairul) dan Fatihul Jihad yang telah menyemangati dan memberikan banyak
inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku dan seperjuangan Lily dan keluarga, Sari dan keluarga
yang rumahnya jadi persinggahan kedua, Oti, Uwie, Zahidah, Kaka Rika, Ichi,
Rochmah, Zizah.
10. Kawan-kawanku akuntansi D Adzilah, Putri, Puput, Shusu, Iis, Kibaq, Novia,
Yuli, Zakiyah, Tiur, Erna, Reza, Anwar, Mas Mul, Andre, Andri, Ridho, Arif,
Hirfan, Fauzi, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Rekan-rekan Akuntansi Audit, Akuntansi Manajemen dan Akuntansi
Perpajakan angkatan 2005 yang telah memberikan dukungannya selama ini
kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 10 Maret 2010
(Siwi Sayekti)
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………. i
Lembar Pengesahan Skripsi ………………………………………………… ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ……………………………………. iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ……………………………………………. iv
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………. v
Abstract ……………………………………………………………………… vi
Abstrak ………………………………………………………………………. vii
Kata Pengantar ……………………………………………………………… viii
Daftar Isi ……………………………………………………………………... x
Daftar Tabel …………………………………………………………………. xiii
Daftar Gambar ……………………………………………………………… xiv
Daftar Lampiran ……………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang Penelitian ……………………….……….. 1
B. Perumusan Masalah …………...…………………………. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….. 10
A. Deskripsi Teori ………………………………………….... 10
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen …….…….. 10
2. Dasar-Dasar Pemungutan Pajak……………………… 29
3. Pajak Bumi dan Bangunan …….…………………….. 36
xi
4. Kinerja ………………………………………………. 46
5. Aparatur Pajak ………………………………………. 53
B. Telaah Penelitian Sebelumnya…………………………..... 55
C. Kerangka Pemikiran ……………………………………… 56
D. Hipotesis ………………………………………………….. 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………. 59
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………….. 59
B. Metode Penentuan Sampel ……………………………….. 59
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian…………………..… 60
D. Metode Analisis Data ...…………………………………… 62
1. Statistik Deskriptif …………………………………… 62
2. Uji Kualitas Data …………………………………….. 62
3. Uji Asumsi Klasik …………………………………… 64
4. Uji Hipotesis ………………………………………… 64
E. Operasional Variabel Penelitian …………………………. 67
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 72
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………….. 72
1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………. 72
2. Karakteristik Profil Responden ……………………... 73
B. Hasil Uji Instrumen Pengukuran Variabel ....................... 76
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………... 76
2. Hasil Uji Kualitas Data ……………………………… 77
3. Hasil Uji Asumsi Klasik …………………………….. 80
xii
4. Hasil Uji Hipotesis …………………………………… 81
C. Pembahasan ……………………………………………….. 84
BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 86
A. Kesimpulan………………………………………………… 86
B. Implikasi …………………………………………………... 86
C. Saran ………………………………………………………. 87
DAFTAR PUSTAKA …………………………..…………………………….. 89
LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………………. 92
xiii
Daftar Tabel
No. Keterangan Halaman
2.1 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian terdahulu .................... 56
3.1 Tingkat Penelitian Jawaban ........................................................... 61
3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ........................................... 66
3.3 Operasional Variabel Penelitian..................................................... 68
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ................................................. 72
4.2 Data Sampel Penelitian .................................................................. 73
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 74
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................... 74
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Formal Terakhir ............................................................................ 75
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ........... 76
4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 77
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel SISMIOP .......................................... 78
4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Aparatur Pajak ...................... 78
4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel SISMIOP ....................................... 79
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel ....................................................... 80
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................... 82
4.13 Hasil Uji Statistik-t ........................................................................ 83
xiv
Daftar Gambar
No. Keterangan Halaman
2.1 Komponen Dasar Suatu Sistem Informasi ........................................ 16
2.2 Susunan Kode NOP ......................................................................... 27
2.3 Kerangka Penelitian ......................................................................... 58
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................... 81
xv
Daftar Lampiran
No. Keterangan Halaman
1. Kuesioner Penelitian...................................................................... 92
2. Daftar Jawaban Responden ............................................................ 99
3. Hasil Uji Data SPSS ...................................................................... 102
4. Surat Izin Penelitian Skripsi .......................................................... 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang utama
dan memiliki peranan penting bagi anggaran belanja negara, disamping
penerimaan dan keuntungan BUMN dan BUMD. Direktur Jenderal
Perbendaharaan Negara, Departemen Keuangan, Herry Purnomo di Jakarta,
menjelaskan bahwa total penerimaan negara hingga 29 Mei 2009 sebesar Rp
295,528 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh),
yaitu Rp 140,082 triliun atau 47,4 persen dari seluruh penerimaan yang sudah
dihimpun. Sementara itu, penerimaan pajak dari Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Rp 66,07 triliun atau 22,4 persen dari total penerimaan negara dan
penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 1,347 triliun atau 4,66
persen dari target (Harian Kompas, 8 Juni 2009:17). Penerimaan pajak ini
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah, terutama kegiatan-
kegiatan rutin. Sehingga peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan
pengeluaran umum/negara semakin hari akan semakin besar.
Pemungutan atas pajak ini mempunyai sifat yang dapat dipaksakan
karena didasarkan dengan Undang-Undang, sehingga ada unsur kekuasaan
untuk menggerakkan seseorang guna melakukan sesuatu yang diinginkan atau
untuk membuat sesuatu terjadi dengan cara yang diinginkan. Namun
pendekatan kekuasaan dalam pemungutan pajak tidak diyakini
2
keberhasilannya. Dalam pelaksanaannya terbukti masih banyak wajib pajak
yang belum patuh terhadap Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.
Walaupun banyak juga wajib pajak yang mungkin bersedia untuk patuh secara
penuh tetapi tidak mampu untuk melakukannya karena mereka tidak
mengetahuinya, atau tidak mengerti seluruh kewajibannya. Adanya Ketentuan
Perpajakan, Sumber Daya Manusia yang handal, dan Sistem Informasi
Perpajakan yang diwujudkan dengan adanya efektivitas dan efisiensi
pemungutan pajak agar dapat mendorong peningkatan penerimaan pajak
memang sangat dibutuhkan.
Berbagai upaya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen
Pajak/DJP) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada wajib pajak. Mulai dari pengembangan sumber daya
manusia, penyempurnaan organisasi yang diimbangi dengan pelayanan
administrasi dan efisiensi serta optimalisasi kerja di lingkungan unit organisasi
yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pemungutannya sampai dengan
mereformasi Undang-Undang (UU) Perpajakan, aturan pelaksanaannya, dan
memodernisasi sistem administrasi perpajakan yakni administrasi yang
dilakukan dengan teknologi informasi (TI). Selain itu, yang tidak kalah
pentingnya adalah moral, etika, dan integritas aparatur pajak. Sebagai bukti
keseriusan pemerintah dalam melangsungkan modernisasi pajak adalah
dengan menyeimbangkan reward dan punishment serta menegakkan
ketertiban etika, moral, dan integritas petugas pajak. DJP-pun telah menyusun
sebuah Kode Etik Pegawai DJP yang diatur dalam Permenkeu No
3
1/PMK.3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang 9 kewajiban pegawai dan 8
larangan pegawai baik kepada masyarakat WP, sesama pegawai, atau pihak
lain dengan sanksi setinggi-tingginya pemberhentian dengan tidak hormat dan
serendah-rendahnya pernyataan tidak puas secara tertulis. Tercatat selama
tahun 2006 terdapat 210 pegawai pajak yang telah dijatuhkan sanksi disiplin
dan selama Januari 2007 sebanyak 31 orang. (Majalah Berita Pajak Vol.
XXXIV No 1583, 2007).
Dirjen Pajak Darmin Nasution merasa optimis dengan upaya yang di
lakukan karena terdapat peningkatan jumlah WP yang mengurus NPWP pada
tahun 2008. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak mencatat, jumlah pemilik
nomor pokok objek pajak (NPWP) hingga Januari 2009 telah mencapai 10,8
juta wajib pajak (WP). Jumlah ini meningkat dari posisi 24 Desember 2008
sebanyak 10,2 juta WP. Sepanjang tahun 2008, Ditjen Pajak mencatat terdapat
3.545.076 NPWP baru (Harian Seputar Indonesia, 19 Januari 2009:14).
Melihat tingginya jumlah WP yang mengurus NPWP, membuat Ditjen Pajak
lebih berupaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta pelayanan
yang sebaik-baiknya kepada wajib pajak.
Untuk dapat memelihara dan meningkatkan penerimaan pajak
sekaligus mengedepankan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak dan
masyarakat. Sebaiknya sistem informasi administrasi pemungutan pajak di
dukung oleh sistem dengan jaringan yang terkait dan reformasi secara
mendasar dan substansial. Karenanya perlu dirancang sistem informasi
administrasi dan sistem terkait yang mampu memberikan informasi handal
4
secara tepat dan cepat, mampu mendukung pengembangan sekaligus sumber
daya manusia, mampu menyesuaikan perubahan yang terjadi, mampu
merespon kebutuhan sarana dan prasarana secara tepat dan cepat, dan akhirnya
mampu mendukung tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di
lingkungan perpajakan.
Selanjutnya pada zaman globalisasi seperti ini keberadaan suatu sistem
manajemen informasi memiliki peranan yang strategis dalam mendukung
proses pengambilan keputusan yang akurat bagi pihak manajemen. Oleh
karena itu informasi pada saat ini mempunyai peranan yang signifikan dalam
melengkapi kepentingan suatu organisasi. Informasi merupakan pondasi
manajemen dalam membentuk pola kepentingan manajemen baik yang
bersifat taktis maupun strategis bagi kemajuan organisasi dalam memperoleh
suatu solusi yang komprehensif karena disinilah suatu jaringan sistem
informasi dibutuhkan.
Menyadari akan kebutuhan tersebut maka dalam menciptakan suatu
kinerja organisasi yang efektif dan efisien, Direktorat Jenderal Pajak dalam hal
ini Direktorat Jenderal Pajak PBB memanfaatkan Teknologi Informasi.
Dengan semakin beragamnya kebutuhan manajemen dengan ketersediaan
sistem informasi yang berformat analisis maka diciptakan dan dirancang suatu
sistem informasi yang diberi nama Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak
(selanjutnya disebut SISMIOP) pada tahun 1991, sistem ini dirancang-bangun
sebagai total sistem yang mencakup segala aspek dalam pengelolaan
administrasi dalam lingkup PBB, kemudian dapat juga untuk merancang suatu
5
sistem kinerja yang handal dan terpadu sehingga dapat menciptakan suatu
sistem manajemen yang efektif.
Landasan penerapan SISMIOP berupa Keputusan Menteri Keuangan
RI nomor 817/KMK/04/1991 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pendataan
Objek dan Subjek PBB. Keputusan DJP nomor 04/PJ.6/1993 tentang
Pelaksanaan SISMIOP PBB. Keputusan DJP nomor 533/PJ.6/2000 dan SE-
60/PJ/2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan
Penilaian Objek dan Subjek PBB dalam rangka Pembentukan dan atau
pemeliharaan Basis Data SISMIOP.
SISIMIOP mencakup 5 unsur pokok yakni, Nomor Objek Pajak
(NOP), Blok, Zona Nilai Tanah (ZNT), Daftar Biaya Komponen Bangunan
(DBKB) dan Program Komputer. Jadi, untuk menjaga akurasi data objek dan
subjek pajak yang memenuhi unsur relevan, tepat waktu, handal dan mutakhir,
maka basis data perlu dipelihara dengan baik dalam PBB disebut SISMIOP,
yang merupakan sistem informasi objek pajak yang telah terbentuk dan telah
diberi NOP, Blok, Kode ZNT, dan DBKB dalam suatu wilayah administrasi
pemerintahan tertentu yang disimpan dalam media program komputer, perlu
untuk selalu dipelihara dan disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di
lapangan. Pemeliharaan basis data didasarkan kepada informasi atau laporan
baik yang diterima langsung dari wajib pajak bersangkutan, laporan petugas
Direktorat Jenderal Pajak, maupun laporan pejabat lain sesuai ketentuan
perundang-undangan no.12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi Bangunan.
6
Pada PBB yang menjadi objek penagihan pajaknya adalah bumi dan
atau bangunan. Apabila untuk setiap tahun pajak penerbitan SPPT sebanyak
84 juta lembar harus dikerjakan secara manual maka akan terasa lambannya
proses produksi alat administrasi penagihannya. Disamping itu pengelolaan
administrasi PBB secara manual terdapat banyak kemungkinan adanya data
dan informasi yang telah dikumpulkan sering tidak siap saji pada saat yang
diperlukan, penyebabnya bisa karena adanya sistem penyimpanan yang belum
sistematis, akurasi data yang tidak memadai, data yang tidak mutakhir,
keterlambatan penyampaian SPPT, sulit untuk melakukan pengawasan
pembayaran PBB serta lambatnya pelayanan terhadap berbagai kebutuhan
wajib pajak yang pada akhirnya menimbulkan konflik PBB.
Oleh karena itu, pembentukan dan pemeliharaan basis data atas kedua
objek PBB tadi menjadi faktor kunci yang signifikan dalam menghasilkan
suatu sumber informasi yang komprehensif disamping kualifikasi sumber daya
manusia yang memadai, integritas manusia dengan mesin merupakan faktor
produksi yang sangat penting dalam menghasilkan informasi yang signifikan
bagi pihak manajemen dalam menentukan arah kebijaksanaan yang akan
dijalani dalam proses pengambilan keputusan yang akurat.
Perlu diketahui aspek pengelolaan administrasi PBB adalah aspek
pengumpulan data (pendaftaran, pendataan dan penilaian), pemberian identitas
objek pajak dengan NOP, perekaman data, pemeliharaan dan pemutakhiran
data, pencetakan hasil keluaran berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT), Surat Tanda Terima Setoran (STTS), Daftar Himpunan Ketetapan
7
Pajak (DHKP) dan lain sebagainya, monitoring serta pelaksanaan penagihan
dan diakhiri dengan pelayanan kepada Wajib Pajak melalui loket Pelayanan
Satu Tempat (PST).
Aplikasi SISMIOP diharapkan dapat mengintegrasikan secara
menyeluruh aspek-aspek tersebut diatas, karena pengelolaan PBB merupakan
suatu sistem pengenaan pajak yang ruwet dan kompleks, dengan banyaknya
komponen berbeda serta memiliki fungsi dan tugas yang berbeda pula,
masing-masing dengan kepentingan dan sasaran operasionalnya sendiri-
sendiri seperti: melayani semua kebutuhan organisasi secara cepat, tepat dan
akurat serta handal. Mulai dari data tersebut dimasukkan (key-in) diolah,
sampai dihasilkan keluaran (print-out) serta monitoring terhadap hasil
keluaran tersebut, baik itu SPPT yang dikeluarkan terhadap pembayaran
PBBnya maupun tunggakan yang masih harus ditagih oleh KP-PBB. Akan
tetapi sasaran keseluruhan pengelolaan PBB adalah meminimalkan biaya
operasional untuk meningkatkan penerimaan PBB.
Dengan substansi yang dikembangkan terbatas pada penerapan Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) sebagai praktik reformasi
administrasi perpajakan modern, penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dengan diadakannya
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) terhadap Kinerja
Aparatur Pajak.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Iskandar Zulkarnaen
(2007) yang menyimpulkan bahwa SISMIOP memberikan dampak positif
8
terhadap penerimaan PBB yang meliputi peningkatan jumlah dan luas objek
PBB, penyesuaian klasifikasi NJOP bumi dan peningkatan pokok ketetapan.
Peningkatan-peningkatan tersebut tadi secara langsung mengakibatkan
penerimaan PBB meningkat baik penerimaan pokok maupun penerimaan
tunggakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada objek, tahun penelitian, metode penentuan sampel dan metode
pengumpulan data, serta variabel dependen yang digunakan dalam penelitian.
Adapun perbedaan tersebut ditampilkan pada tabel 2.1. pada bab II.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini akan
dilakukan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) Terhadap Kinerja
Aparatur Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di
wilayah Jakarta Selatan)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini adalah apakah aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak (SISMIOP) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparatur
pajak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh aplikasi
9
sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) terhadap kinerja
aparatur pajak.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Bagi Wajib Pajak
Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat perpajakan (Wajib
Pajak) terutama dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya.
b. Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Direktorat Jenderal
Pajak khususnya Aparatur Pajak (terutama bagian PBB) dalam
mengambil langkah tepat untuk mengoptimalkan potensi PBB yang
mungkin dapat digali bagi pendapatan kota Jakarta.
c. Bagi Mahasiswa dan Pembaca
Sebagai salah satu sarana bahan bacaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, serta memberikan informasi dan gambaran mengenai
sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) yang merupakan
sistem perpajakan pada Pajak Bumi dan Bangunan dan merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak tersebut.
d. Bagi Peneliti
Mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat
selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
a. Pengertian Sistem
Menurut Sanusi dalam (Tambunan, 2003:30), sistem diartikan
sebagai suatu totalitas terpadu yang terdiri atas unsur-unsur yang saling
berhubungan, saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling tergantung
menuju tujuan bersama tertentu. Sistem juga didefinisikan sebagai
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama
untuk mencapai suatu tujuan (Raymond, 2004:9).
Sedangkan menurut Robert dan Vijay (2005:7), suatu sistem
merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitif untuk melaksanakan
suatu atau sekelompok aktivitas. Sistem memiliki karakteristik berupa
rangkaian langkah-langkah yang berirama, terkoordinasi dan berulang,
yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu, sistem
dapat didefinisikan sebagai sekelompok elemen yang terintegrasi dengan
maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan (Nugroho, 2008:17).
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Merupakan satu kesatuan
2) Terdiri dari setiap subsistem yang saling berkaitan dan bekerja sama
11
3) Mekanisme yang sistematis
4) Memiliki tujuan dan sasaran
b. Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk, atau
dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu atau hasil dari pengolahan
data yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih
dibandingkan data mentah. Informasi dapat juga dianggap suatu data
untuk diolah lagi dan menjadikan informasi sesuai dengan keperluan unit
kerja tertentu. Informasi dapat juga dibuat untuk keperluan manajemen
sesuai dengan unit kerjanya pada tingkatnya masing-masing. Informasi
mempunyai tingkat kualitas (Raymond, 2004:12). Sedangkan Nugroho
(2008:17) mengemukakan informasi merupakan salah satu elemen dalam
manajemen perusahaan.
Menurut Nugroho (2008:16), Kualitas informasi ditentukan
dalam beberapa hal antara lain:
1) Akurat, informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
bisa atau menyesatkan dan harus jelas penyampaian maksudnya.
2) Tepat pada waktunya, informasi yang datang tidak boleh terlambat
pada penerima.
3) Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi pemakainya.
4) Lengkap, informasi berisi informasi yang dibutuhkan.
5) Jelas, isi informasi sesuai dengan keperluan pemakai.
12
Dengan demikian, suatu informasi dapat digunakan dan
berkualitas jika memiliki unsur-unsur yang terdiri dari akurat, on time,
relevan, lengkap, dan jelas. Agar informasi dapat mengalir lancar, para
manajer perlu menempatkan informasi dalam suatu kerangka sistem.
Peran informasi di dalam organisasi dapat diibaratkan sebagai darah
pada tubuh manusia. Tanpa adanya aliran informasi yang sehat,
organisasi akan mati.
c. Pengertian Sistem Informasi
“Sistem Informasi adalah kegiatan dari suatu prosedur-prosedur yang diorganisasikan bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi” (Handoko, 1995:237).
Sedangkan menurut Pandiangan, Sistem Informasi adalah suatu
kombinasi dari orang-orang, fasilitas teknologi, media, prosedur-
prosedur dan pengendalian ditujukan untuk mendapatkan jalur
komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi
sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian
internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar untuk
pengambilan keputusannya yang cerdik (Pandiangan, 2002:12).
Setiap sistem informasi menyajikan tiga hal pokok: (1)
pengumpulan dan pemasukan data, (2) penyimpanan dan pengambilan
kembali (retrieval) data, dan (3) penerapan data, yang dalam hal sistem
informasi terkomputer termasuk penayangan (display). Suatu sistem
informasi terkomputer pada asasnya terdiri atas lima komponen yang
13
menjadi sub-sistemnya, yaitu: (1) pelambangan (encoding) data dan
pemrosesan masukan, (2) pengolahan data, (3) pengambilan kembali
data, (4) pengolahan dan analisis data, dan (5) penayangan data
(Notohadiprawiro, 2006:1).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem informasi menyiratkan
suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tata cara
penggunaannya yang mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajian
dan merupakan satu kesatuan dari informasi-informasi penting yang
dapat mempengaruhi suatu organisasi dalam pengambilan keputusan.
d. Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem Informasi Manajemen, disingkat SIM, adalah sebuah
sistem informasi yang berfungsi mengelola informasi bagi manajemen
organisasi (Nugroho, 2008:16).
Menurut Mutia I (2004:1), Sistem informasi manajemen
merupakan serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan
terkoordinasi yang secara rasional mampu mentransformasikan data
sehingga menjadi informasi dengan berbagai cara guna meningkatkan
produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajemen.
Dari definisi tersebut ada beberapa point yang perlu diuraikan lebih
lanjut (Mutia I, 2004:1):
14
1) Sistem Informasi Manajemen memiliki sub-sistem informasi.
Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem, dimana
sub-sistem tersebut mendukung tercapainya sasaran Sistem Informasi
Manajemen dan organisasi sebagian dari sub-sistem berperan hanya
dalam satu kegiatan atau lapisan manajemen, sementara yang lainnya
berperan ganda.
2) Sistem Informasi Manajemen adalah menyeluruh.
Sebuah sistem informasi manajemen mencakup sistem informasi
formal maupun informal baik yang manual maupun berkomputer.
Komponen yang terpenting dalam Sistem Informasi Manajemen
adalah manajer yang pikirannya akan memproses dan menyebarkan
informasi yang secara berinteraksi dengan elemen-elemen lain dari
sub-sistem informasi manajemen.
3) Sistem Informasi Manajemen adalah terkoordinasi.
Sistem Informasi Manajeman di koordinasikan secara terpusat untuk
menjamin bahwa data yang di proses dapat dioperasikan secara
terencana dan terkoordinasi. Semuanya untuk menjamin bahwa
informasi melewati dan menuju sub-sistem yang diperlukan, serta
menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien.
4) Sistem Informasi Manajemen terintegrasi secara rasional.
Sub-sistem dalam Sistem Informasi Manajemen adalah terintegrasi
(terpadu) sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitan satu
15
dengan yang lainnya, integrasi ini dilakukan terutama dengan
melewatkan data diantara sub-sistem tersebut.
5) Sistem Informasi Manajemen mentransformasikan data ke dalam
informasi.
Apabila data diolah dan berguna bagi manajer untuk tujuan tertentu,
maka ia akan menjadi informasi.
6) Sistem Informasi Manajemen meningkatkan produktivitas.
Sistem Informasi Manajemen dengan berbagai cara mampu
meningkatkan produktivitas antara lain: dengan kemampuan
melaksanakan tugas rutin seperti penyajian dokumen dengan efisien,
mampu memberikan layanan bagi organisasi intern dan ekstern, serta
mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk megatasi masalah-
masalah yang tidak terduga.
7) Sistem Informasi Manajemen sesuai dengan gaya manajer.
Sistem Informasi Manajemen dikembangkan lewat pengenalan atas
sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunkannya.
Para perancang sistem apabila akan mengembangkan sistem
informasi manajemen hendaknya mempertimbagkan faktor
manusiawi dengan cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem
yang dihasilkan tidak efektif.
Secara teoritis, komputer bukanlah persyaratan mutlak bagi sebuah
Sistem Informasi Manajemen, namun dalam praktek agaknya menjadi
16
suatu kepercayaan bahwa Sistem Informasi Manajemen yang baik tidak
akan berjalan lancar tanpa bantuan kemampuan sebuah komputer.
e. Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen
Semua sistem inforamsi memiliki 3 (tiga) unsur/kegiatan utama, yaitu:
1) Menerima data sebagai masukan (input).
2) Memproses data dengan melakukan perhitungan, penggabungan
unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain.
3) Memperoleh informasi sebagai keluaran (output).
Prinsip ini berlaku baik untuk Sistem Informasi Manual,
elektromekanis maupun komputer (Lembaga Administrasi Negara,
1996:38).
Lingkungan luar
Sumber: Konsep SIM (Mutia, 2004:2)
Gambar 2.1. Komponen Dasar Suatu Sistem Informasi
Dalam konsep dasar Sistem Informasi Manajemen terdapat
integrasi sistem informasi. Pengintegrasian sistem informasi merupakan
Pengolahan/ Proses
Masukan/ Input
Keluaran/ Output
17
salah satu konsep kunci dari Sistem Informasi Manajemen. Berbagai
sistem dapat saling berhubungan satu dengan yang lain dengan berbagai
cara yang sesuai dengan keperluannya. Aliran informasi sangat
bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem
yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya.
Secara manual juga dapat dicapai suatu integritas tertentu,
misalnya data dari suatu bagian dibawa kebagian lain. Jadi kalau secara
manual maka derajat integritasnya menjadi tinggi. Keuntungan utama
dari integritas sistem informasi adalah membaiknya arus informasi
dalam sebuah organisasi. Suatu pelaporan biasanya memang
memerlukan waktu, namun demikian akan semakin banyak informasi
yang relevan dalam kegiatan manajerial yang dapat diperoleh bila
diperlukan. Keuntungan ini merupakan alasan yang kuat untuk
mengutamakan (mengunggulkan) sistem informasi terintegrasi karena
tujuan utama dari sistem informasi adalah memberikan informasi yang
benar pada saat yang tepat (Robert dan Vijay, 2005:249).
Keuntungan lain dari pengintegrasian sistem adalah sifatnya yang
mendorong manajer untuk membagikan (mengkomunikasikan) informasi
yang dihasilkan oleh departemen (bagian)nya agar secara rutin mengalir
ke sistem lain yang memerlukannya. Informasi ini kemudian digunakan
lebih luas untuk membantu organisasi (Robert dan Vijay, 2005:249).
Dalam konsep dasar SIM juga terdapat interaksi antara manajer
dan mesin, data dari sebuah organisasi tidak akan menjadi informasi
18
sebelum dikomunikasikan dalam bentuk yang bermanfaat bagi personil
organisasi yang memerlukannya. Komunikasi ini berlangsung dalam
interaksi antara manajer atau manusia dengan mesin atau komputer.
Pengertian dari interaksi manajer dan komputer adalah dimana sistem
komputer memberikan informasi kepada manajer atau dimana manajer
memberikan data kepada sistem komputer (Nugroho, 2008:16).
Ada beberapa sistem pengolahan data yang tidak berhasil
dikembangkan dalam Sistem Informasi Manajemen karena tidak
dikembangkannya interaksi manajer dan komputer, sehingga manajer
dan komputer tidak dapat saling berkomunikasi secara efektif (Mutia,
2004:2).
Menurut Subaryono dan Lukito E.N (2004:2) ada 2 (dua) sebab
utama kekurangan dari pengolahan data (komputer) yaitu:
1) Sistem analisis dan Programer tidak (kurang) memiliki pemahaman
tentang proses manajemen organisasi, sehingga akhirnya tidak
mampu menjalin sistem informasi yang diperlukan organisasi.
2) Ketidakmampuan untuk memahami cara berpikir manusia dalam
memproses data, dengan akibat bahwa hasil program komputer tidak
memproses data sebagaimana yang dikehendaki oleh manajer,
sehingga tidak mampu berkomunikasi efektif dengan manajer.
Interaksi antara manajer dan mesin adalah kaitan antara manajer
dan mesin, yaitu suatu titik dimana mereka bias saling “berkomunikasi”.
Secara tradisional sistem komputer masih sering membuat para manajer
19
“frustasi”, tetapi dengan adanya perkembangan baru, seperti bahasa
produktivitas, pelatihan (training), agaknya cukup membantu
menyelesaikan masalah ini.
f. Sistem Desain dan Aplikasi SISMIOP
Menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No.60/PJ/2001, SISMIOP
merupakan suatu sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasi/data
objek pajak dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan dengan bantuan
komputer, sejak dari pengumpulan data (melalui pendaftaran, pendataan,
dan penilaian), pemberian identitas objek pajak (Nomor Objek Pajak),
perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran
(berupa SPPT, STTS, DHKP, dan sebagainya), pemantauan penerimaan
dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada wajib
pajak melalui Pelayanan Satu Tempat (One Stop Service).
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk lebih
meningkatkan kinerja, kemampuan yang lebih baik dalam mengolah basis
data yang besar serta terjaminnya keamanan basis data yang tersimpan,
maka aplikasi SISMIOP sejak tahun 2000 telah dikembangkan dalam
perangkat lunak basis data Oracle. Perangkat lunak Oracle merupakan
perangkat lunak basis data yang dipilih oleh Departemen Keuangan RI
sebagai standar pengolahan basis data, sehingga seluruh instansi di bawah
Departemen keuangan diharapkan akan lebih mudah dalam tukar menukar
informasi.
20
Selain itu, SISMIOP merupakan suatu sistem manajemen informasi
yang terpadu untuk mengelola Pajak Bumi dan Bangunan yang dirancang
melalui pendekatan informatika dengan berbasiskan komputer.
Didefinisikan terpadu karena pengelolaan PBB merupakan suatu sistem
pengenaan yang ruwet dan kompleks, dengan banyaknya komponen
berbeda serta memiliki fungsi dan tugas yang berbeda pula, masing-
masing dengan kepentingan dan sasaran operasionalnya sendiri-sendiri.
Akan tetapi sasaran keseluruhan pengelolaan PBB adalah meminimalkan
biaya operasional untuk mengoptimalkan penerimaan PBB. Pendekatan
informatika tidak hanya mengatur adanya interaksi internal antara berbagai
komponen dalam pengelolaan administrasi PBB, tetapi juga
mempertimbangkan adanya interaksi antara pengelola PBB dengan
lingkungan luar atau instansi yang terkait.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak No.533/PJ/2000, SISMIOP
mencakup komponen administrasi dan komponen pengelolaan data.
Komponen administrasi mengatur prosedur pengumpulan data dasar yang
diperoleh dari pendataan di lapangan dan penyebaran informasi PBB yang
sudah diproses seperti SPPT, STTS, Daftar Himpunan Ketetapan Pajak
(DHKP) atau buku induk. Sedangkan komponen pengelolaan data bertugas
mengubah data dasar yang diperoleh dilapangan menjadi suatu informasi
terolah yang dipergunakan oleh para pengelola PBB, Kepala seksi dan
loket.
21
SISMIOP dirancang lebih banyak memperhatikan komponen
administrasi ketimbang pengelolaan data karena besarnya jumlah dan
banyaknya ragam informasi dasar yang diperlukan untuk mengoperasikan
SISMIOP. Untuk lebih mempermudah dalam memahami SISMIOP secara
keseluruhan perlu dijelaskan bahwa sistem ini dibentuk oleh beberapa sub-
sistem mandiri yang masing-masing melakukan tugas dan fungsi berlainan
tetapi semua sub sistem tetap menggunakan basis data objek pajak yang
sama (Subaryono dan Lukito E.N, 2004:2).
Menurut Subaryono dan Lukito E.N (2004:2), sub-sistem yang
secara keseluruhan membentuk satu kesatuan SISMIOP:
1) Sub-sistem Basis Data Objek Pajak (Tax Bill Production)
Inti dari SISMIOP adalah arsip data objek pajak, tempat penyimpanan
informasi dasar yang ada untuk setiap objek pajak yang telah diperoleh
melalui pengumpulan data dilapangan. Arsip data ini secara permanen
tersimpan dalam media penyimpanan komputer seperti disket, pita
magnetic dan setiap saat bisa diperoleh secara acak oleh petugas
tertentu yang berwenang.
2) Sub-sistem Manajemen Data Dasar (Basic Mangement)
Berfungsi menangani semua yang berkaitan dengan kegiatan
menjaring data baru dari lapangan, menghasilkan dan memelihara
basis data objek pajak yang berkelanjutan.
22
3) Sub-sistem Penilaian dan Penetapan Pajak (Valuation and Assessment)
Berfungsi mengkonversi semua deskripsi mengenai objek pajak
individual menjadi fiskal sesuai dengan metode penilaian yang telah
ditetapkan secara resmi, yang sekarang ini dipakai didalam penilaian
PBB dengan menggunakan Computer Assisted Value (CAV), sehingga
setiap ada perubahan tentang objek pajak bisa dilaksanakan dengan
sangat mudah dan efisien.
4) Sub-sistem Penagihan (Sistem Tempat pembayaran/SISTEP)
Sub-sistem ini bertanggung jawab untuk memproduksi barang-barang
cetakan dalam jumlah yang sangat besar, seperti perangkat
administrasi pemungutan PBB yang diperlukan untuk menagih PBB
yang terutang dan menyediakan semua dukungan informasi penting
yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan SISTEP agar
pembayaran pajak berjalan dengan lancar dan mudah.
5) Sub-sistem Pemantauan Penerimaan (SISLAP/Performance
Monitoring)
Sub-sistem ini merupakan tata cara penerimaan PBB yang diolah
secara otomatis dengan bantuan seperangkat komputer dan
dilaksanakan oleh bank-bank persepsi yang ditunjuk bersama KP PBB.
Sub-sistem ini berfungsi mencatat semua surat tagihan (SPPT) yang
sudah atau dikeluarkan kemudian semua STTS bagi pajak yang sudah
dibayar dan semua tagihan yang belum dilunasi hingga tanggal jatuh
23
tempo pembayaran dan selanjutnya melaksanakan tindakan pemaksaan
termasuk komunikasi tertulis secara resmi.
6) Sub-sistem Pelayanan Satu Tempat (PST/One Stop Service)
Berfungsi memberikan suatu tempat pertemuan untuk terjadinya
interaksi antara wajib pajak dengan pengelola PBB di loket PST.
7) Sub-sistem Penayangan Informasi (Information Retrieval)
Berfungsi untuk menampilkan berbagai informasi hasil kompilasi data
yang ada, dimana informasinya disesuaikan paada kebutuhan
pemakaian SISMIOP baik untuk mendukung kegiatan opersionalnya
maupun pengambilan keputusan.
Selain itu, aplikasi sistem informasi PBB secara umum
dikembangkan dengan memperhatikan tiga komponen sistem:
1) Komponen administrasi
Disini user tidak dapat merubah data yang terdapat pada basis data,
komponen ini hanya dapat menyajikan data atau menampilkan
informasi pada layer monitor komputer dan hanya dapat mencetak
informasi dalam jumlah terbatas. Satu-satunya perubahan data yang
dapat dilakukan pada komponen ini adalah pencatatan permasalahan
yang diajukan oleh wajib pajak dan apabila berkas-berkas
permasalahan tersebut dipindahkan dari satu seksi ke seksi lainnya.
2) Komponen Pengolahan Data
Pada komponen ini dapat dilakukan pemasukkan dan perubahan data
didalam basis data secara langsung selama didukung oleh dokumen-
24
dokumen yang ditentukan, yaitu berupa SPOP dan LSPOP.
Perubahan data harus dicatat dengan menggunakan nomor urut
dokumen atau menggunakan nomor dokumen tertinggi dari NOP
bersangkutan.
Setiap perubahan data akan dicatat ke dalam basis data SISMIOP
guna kepentingan pengawasan, dimana hal-hal yang dicatat antara
lain: data yang diubah atau dimasukkan, nomor dokumen, NIP
petugas dan pendata serta pengawas, data masukan atau
perubahannya dan yang terakhir tanggal transaksi data kedalam
komputer.
Nomor dokumen perlu dicatat guna memudahkan petugas melakukan
pencarian ulang sumber dokumen pendukung informasi tersebut bila
diperlukan. Terhadap perubahan data yang mengakibatkan
berubahnya nilai objek pajak maupun akibat penghapusan data objek
pajak, maka informasi data sebelumnya akan dicatat kedalam daftar
sejarah perubahan objek pajak, sehingga data yang sudah pernah
masuk kedalam basis data SISMIOP dapat dengan mudah diketahui
historisnya bila suatu saat diperlukan.
3) Komponen Administrasi Sistem
Pada komponen ini dapat dilakukan produksi keluaran antara lain
SPT, SPPT, STTS, DHKP, Surat Pemberitahuan Tunggakan, Surat
Himbauan Pembayaran atau produksi keluaran lainnya. Selain itu,
komponen ini juga dapat dilakukan kegiatan yang mengharuskan
25
sebagian kegiatan lain berhenti, contohnya seperti proses penilaian
kembali objek pajak, proses pembekuan nama jalan, serta proses
pembentukan NJOP tidak kena pajak. Disamping itu komponen ini
dapat menyajikan produk keluaran yang mempunyai sifat analisis
dalam rangka mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan
terhadap kebijakan-kebijakan yang memiliki kaitan langsung dengan
kaidah-kaidah pengoptimalan penerimaan atau tindakan-tindakan
yang harus dilakukan terhadap wajib pajak yang masih menunggak
pajaknya, sebagai contoh perhitungan potensi penerimaan PBB untuk
tahun anggaran mendatang.
Dengan demikian, aplikasi SISMIOP merupakan sistem
informasi yang kompleks, karena harus mampu melayani semua
kebutuhan organisasi secara cepat, tepat, serta handal. Mulai dari data
tersebut dimasukkan (key-in) diolah, sampai dihasilkan keluaran (print-
out) serta monitoring terhadap hasil keluaran tersebut, baik itu SPPT
yang dikeluarkan terhadap pembayaran PBB nya maupun tunggakan
yang masih harus ditagih oleh KP PBB.
Oleh karena itu, pengembangan aplikasi SISMIOP diupayakan
untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut diatas yang secara
operasional mengacu pada data, hasil pendataan dan penerapan metode
penilaian dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengolahan,
penyimpanan, penyajian informasi, pendistribusian analisis informasi
dan penerimaan PBB serta termasuk pembentukkan dan perawatan basis
26
data, dimana pemakaiannya dibatasi berdasarkan otorisasi yang telah
ditetapkan.
g. Pengenalan Nomor Objek Pajak (NOP)
Penomoran objek pajak merupakan salah satu elemen kunci
dalam pelaksanaan pemungutan PBB dalam arti luas. Menurut SE-
60/PJ/2001:7, spesifikasi NOP dirancang sebagai berikut:
1) Unik, artinya satu objek PBB memperoleh satu NOP dan berbeda
dengan NOP untuk objek PBB lainnya.
2) Tetap, artinya NOP yang diberikan pada satu objek PBB tidak
berubah dalam jangka waktu yang relatih lama
3) Standar, artinya hanya ada satu sistem pemberian NOP yang berlaku
secara nasional.
Secara rinci tata cara pemberian NOP diatur dalam Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-28/PJ.6/1992 tanggal 12 Juni 1992
tentang Petunjuk Teknis Nomor Objek Pajak (NOP) Pajak Bumi dan
Bangunan (SE-60/PJ/2001).
Untuk mengoperasikan SISMIOP yang berbasiskan komputer,
tiap objek harus diberi tanda pengenal yang khusus, Direktorat Jenderal
Pajak PBB telah mengembangkan suatu tanda pengenal yang disebut
NOP, didalamnya memiliki susunan yang logis dan aturan-aturan
administrasi untuk memberikan unsur pengenal kepada objek pajak.
NOP sangat efektif sekali dalam membentuk file induk atau basis data
27
PBB yang mencakup berbagai macam file dimana kesemuanya saling
berkaitan (Subaryono dan Lukito E.N, 2004:2).
1) Kode NOP
Tanda pengenal objek pajak harus memiliki karakteristik, yang
berarti tanda pengenal harus satu suara, hanya satu kode untuk satu
objek pajak dan hanya satu objek pajak yang cocok dengan kode
tersebut. NOP bersifat permanen artinya NOP yang sudah diberikan
kepada satu objek pajak itu tidak akan berubah dalam jangka waktu
yang relatif panjang. Selain itu, standar yang berarti hanya satu
sistem pemberian NOP yang berlaku secara nasional.
2) Susunan Kode NOP
Terdiri dari 18 digit, dimana 10 digit pertama merupakan kode
wilayah administrasi dengan perincian secara urutan adalah: dua
digit kode DATI I, dua digit kode DATI II, tiga digit kode kecamatan
dan tiga digit kode kelurahan. Sedangkan 8 digit terakhir merupakan
kode NOP dengan perincian secara Digit terakhir ini bila diisi angka
9, maka berarti objek tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama
(lebih dari satu objek pajak).
Sumber: Subaryono dan Lukito E.N, 2004:3
Gambar 2.2. Susunan Kode NOP
3 4 5 8 18 9 17 16 15 14 13 12 11 1 2 7 6 10
28
3) Penempelan stiker NOP
Stiker dimaksudkan sebagai petunjuk nyata secara fisik, bahwa NOP
telah diberikan kepada objek pajak. Stiker ini akan memudahkan
untuk mengaitkannya dengan berkas-berkas dan data objek pajak
dalam master file, juga memudahkan petugas lapangan PBB untuk
mengalokasikan objek pajak serta menghubungkannya dengan sketsa
atau peta blok. Stiker dirancang 10 X 6 cm terbuat dari plastik yang
disertai perekat, diusahakan ditempel pada bagian bangunan yang
permukaannya rata seperti: kaca, tiang, pintu dan ditempel ditempat
yang terlihat dan terlindung.
h. Konsep Blok
Blok merupakan suatu wilayah pengelompokkan tanah terkecil
untuk digunakan sebagai petunjuk lokasi objek pajak yang permanen dan
unik. Blok adalah komponen utama identifikasi objek pajak dan batas
blok ditentukan berdasarkan karakteristik fisik yang tidak berubah dalam
kurun waktu yang lama. Untuk itu batas-batas blok harus menggunakan
karakteristik batas geografi dan batas topografi permanen yang ada
seperti jalan-jalan, rel kereta api, sungai, saluran irigasi dan lain
sebagainya. Batas blok juga dapat diambil alih dari persil untuk
pedesaan dan blok untuk sektor perkotaan (SE-60/PJ/2001:7).
Suatu kelurahan dibagi atas beberapa blok dan batas-batas blok
tersebut tidak melampaui batas desa atau kelurahan. Suatu blok
dirancang untuk dapat menampung kira-kira 200 objek pajak yang
29
berarti luas sekitar 15 ha untuk sektor pedesaan dan 10 ha untuk sektor
perkotaan (Subaryono dan Lukito E.N, 2004:3).
2. Dasar- Dasar Pemungutan Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Adam Smith, pajak adalah “a contribution from the citizen to support of the state”. Sedangkan Dan Bastable menyatakan bahwa pajak adalah “a compulsory contribution of the wealth of a person or body of persons for service of the public powers” (Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, 2005:2).
Definisi pajak yang dikemukakan oleh N. J. Feldmann dalam
(Brotodihardjo, 1989:3)
“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh musgrave dan musgrave dalam
(Lubis, 2006:6)
“Pajak adalah pungutan yang ditarik dari sektor swasta tanpa mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi pemerintah terhadap pihak pembayar”.
Dari kalangan dalam negeri, Rochmat Soemitro dalam (Resmi, 2003:1)
mendefinisikan pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
30
Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2000 yang telah diubah
menjadi Undang-Undang No. 28 tahun 2007 mengenai Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Sementara menurut Djajaningrat, pajak adalah “kewajiban untuk
menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum” (Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, 2005:2).
Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar:
1) Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
2) Sifatnya dapat dipaksakan;
3) Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak (tax payer);
4) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat
maupun daerah; dan
31
5) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat
umum.
b. Fungsi Pajak dan Syarat-syarat Pemungutan Pajak
1) Fungsi Pajak
Menurut Suandy (2005:14-15) ada dua fungsi pajak, yaitu: fungsi
budgeter dan fungsi reguleren:
(a) Fungsi Budgetair
Sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-
banyaknya ke dalam kas negara dengan tujuan untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan dan bila ada
sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah.
Menurut Suharno Hadikusumo dalam buku Pengantar Hukum
Pajak Indonesia (Lubis, 2007) untuk memperoleh hasil
penerimaan pajak yang optimal, maka pertama-tama harus
dilakukan penelitian terhadap keadaan masyarakat. Kemudian
diteliti pula bagaimana sekiranya sistem pemungutan pajak
yang baik dan cocok dengan keadaan masyarakat itu dan yang
terakhir dengan diciptakannya Undang-Undang Perpajakan
dengan baik dan yang sangat perlu diperhatikan adalah unsur
manusianya.
32
(b) Fungsi reguleren
Dalam tatanan ideal maka suatu sistem perpajakan nasional
sebagai fungsi mengatur haruslah meminimalisir kemungkinan
akses negatif yang akan timbul disamping untuk tujuan
penerimaan sebagai salah satu fungsi budgetair. Perpajakan
tidak pernah menghendaki lemahnya dunia usaha, bahkan
sebaliknya selalu berupaya menciptakan iklim dan angin segar
untuk dunia usaha. Reguler sebagai fungsi mengatur, sebagai
alat untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan,
untuk mendorong investasi, sebagai alat redistribusi, misalnya:
mengadakan perubahan tarif. Contohnya adalah fasilitas
perpajakan, diantaranya:
(1) Tax holiday
(2) Investment allowance
(3) Fasilitas yang bersifat dan berdampak ekonomis
(4) Fasilitas dalam bentuk tarif, batas waktu restitusi,
perlindungan terhadap pengusaha kecil, dan kawasan
berikat.
2) Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Suandy (2005:31) agar pemenuhan kewajiban pajak
berjalan dengan baik dan lancar serta tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
33
(a) Pemungutan pajak harus adil
(b) Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang
(c) Tidak mengganggu perekonomian
(d) Pemungutan pajak harus efisien
(e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana
c. Asas dan Dasar Pemungutan Pajak
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak dalam alternatif
pemungutannya berdasarkan pada asas-asas pemungutan pajak sehingga
terdapat keserasian antara pemungut pajak dengan tujuan dan asasnya.
Secara teoritis Adam Smith dalam bukunya “an inquiri into the
natura and causes of the wealth of nation”, yang dikutip oleh
(Brotodihardjo, 2003:27) dalam bukunya: pengantar ilmu hukum pajak,
menyatakan beberapa prinsip pengenaan pajak yang disebut dengan
”Smith’s Canon”, yaitu:
1) Equality (kesamaan dan keseimbangan)
2) Certainty (kepastian dan kejelasan berkenaan dengan pemenuhan
kewajiban pajak wajib pajak).
3) Convenience of payment (waktu pembayaran pemenuhan kewajiban
pajak yang tepat yaitu, saat wajib pajak menerima penghasilan).
4) Eficiency (Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-
hematnya)
Dalam hal penetapan nilai pajak dan tarif pajak tergantung dari
kemauan politik Pemerintah Daerah untuk mengenakan suatu pajak
34
secara efektif dan adil. Misalnya, menetapkan nilai Pajak Pembangunan
I bersifat otomatis sebesar 10% dari barang/jasa yang dikonsumsi.
Mengacu pada teori tersebut, pada dasarnya pengenaan pajak harus
memperhatikan aspek yuridis, ekonomis dan keuangan. Aspek yuridis
berkaitan dengan keadilan dan kepastian tentang siapa yang dikenakan
pajak dan berapa besar pajak yang dikenakan. Sedangkan dari aspek
ekonomis, pajak yang dipungut tidak memakai biaya yang lebih besar
ketimbang hasil yang dipungut. Secara keuangan, pajak tidak boleh
merugikan serta mengurangi kekayaan rakyat.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu: Official Assesmnt System, Self Assesment System,dan With Holding
System (Waluyo, 2008:17).
1) Official Assesment System
Sistem ini merupakan suatu sistem pemungutan pajak yaitu
aparatur pajak yang menentukan sendiri (diluar wajib pajak) jumlah
pajak yang terutang. Dalam sistem ini inisiatif sepenuhnya ada pada
aparatur pajak/kegiatan dalam menghitung dan pemungutan pajak
sepenuhnya ada pada aparatur pajak.
2) Self Assesment System
Menurut Undang-undang No.9 tahun 1994, Undang-undang
No.10 tahun 1994, Undang-undang No.11 tahun 1994, Undang-undang
No.12 tahun 1994, sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia
35
adalah Self Assessment. Sistem ini merupakan suatu sistem
pemungutan pajak yaitu wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan.
Guna memastikan terlaksananya keberhasilan sistem ini di masyarakat
sebagai pembayar (tax payer) maka ada prinsip mutlak yang harus
dipahami dan diterapkan:
(a) Transparansi (Tranparancy)
(b) Kemandirian (Independence)
(c) Akuntability (Accountability)
(d) Pertanggungjawaban (Responbility)
(e) Kewajaran (Fairness)
Sistem perpajakan secara self assestment diletakkan kepada
kepercayaan kepada aktivitas dari masyarakat itu sendiri, yaitu dimana
wajib pajak diberi kepercayaan untuk:
(a) Menghitung sendiri pajak yang terutang
(b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
(c) Membayar sendiri jumlah pajak yang harus dibayar
(d) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang
Syarat-syarat sistem self assestment yang dapat berhasil dengan
baik adalah:
(a) Adanya kepastian hukum
(b) Sederhana perhitungannya
(c) Mudah pelaksanaan
36
(d) Lebih adil dan merata
(e) Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak
3) With Holding System
Sistem pemungutan pajak dimana penghitungan, pemotongan dan
pembayaran pajak serta pelaporan dipercayakan kepada pihak ketiga
oleh pemerintah. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong/memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain adalah pemberi kerja,
bendaharawan pemerintah. Witholding system merupakan payment
system sedangkan self assesment merupakan assesment. Assesment
system adalah kegiatan atau sistem menghitung/menetapkan besarnya
pajak yang terutang bagi wajib pajak.
3. Pajak Bumi dan Bangunan
a. Dasar Hukum
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana yang telah
diubah terakhir kali dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994
tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Mardiasmo, 2009:317).
b. Definisi Umum
Menurut Mardiasmo (2009:311), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
didefinisikan sebagai berikut:
37
1) Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya,
meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa, tambak,
perairan) serta laut wilayah RI.
2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk pengertian
bangunan adalah:
(a) Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang
merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
(b) Jalan TOL;
(c) Kolam renang;
(d) Pagar mewah;
(e) Tempat olahraga;
(f) Galangan kapal, dermaga;
(g) Taman mewah;
(h) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
(i) Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Sehingga, PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan dan
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah
dan/atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besar pajak.
38
c. Subjek Pajak
Subjek Pajak merupakan orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak
menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini (Suandy, 2006:354).
d. Objek Pajak
Objek Pajak adalah bumi dan atau bangunan. Klasifikasi Objek
Pajak diatur oleh Menteri Keuangan. Sedangkan, klasifikasi Objek Pajak
adalah pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak
yang terutang (Suandy, 2006:355).
Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah faktor-faktor yang
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Letak;
2) Peruntukkan;
3) Pemanfaatan;
4) Kondisi lingkungan, dan lain-lain.
Dalam menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Bahan yang dugunakan;
2) Rekayasa;
3) Letak;
39
4) Kondisi lingkungan, dan lain-lain.
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan
adalah Objek Pajak yang:
1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;
2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu;
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak;
4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik;
5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri keuangan.
Contohnya adalah pesantren atau sejenis dengan itu, madrasah,
tanah wakaf, rumah sakit umum, dan Objek Pajak yang digunakan oleh
negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penentuan pengenaan
pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Suandy,
2006:355).
40
e. Tahun Pajak dan Tempat Pajak yang Terutang
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali
bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun kalender (UU No.28 tahun 2007).
Menurut Suandy (2003:356) Tempat Pajak yang Terutang meliputi:
1) Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta;
2) Untuk daerah lainnya, di wilayah kabupaten Daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II; yang meliputi letak Objek Pajak.
f. Pendataan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), dan Surat Ketetapan Pajak
Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak wajib mendaftarkan
Objek Pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP). Wajib Pajak akan diberikan SPOP untuk diisi dan dikembalikan
kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah dikenakan
IPEDA tidak wajib mendaftarkan Objek Pajaknya kecuali jika ia
menerima SPOP, maka ia wajib mengisinya dan mengembalikannya
kepada Direktorat Jenderal Pajak. SPOP harus diisi dengan jelas, benar,
lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani dan disampaikan kepada
Dirjen Pajak yang wilayah keadaannya meliputi letak Objek Pajak
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya
SPOP oleh Subjek Pajak (Suandy, 2006:356).
Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang
diterimanya. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu
41
wajib pajak SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data Objek Pajak yang
telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak (Suandy, 2006:357).
Direktur Jenderal pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak dalam hal-hal sebagia berikut:
1) Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.
2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang (seharusnya) lebih besar dari jumlah
pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib
Pajak.
Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPOP pada waktunya,
walaupun sudah ditegur secara tertulis juga tidak menyampaikan dalam
jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran itu, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat ketetapan Pajak (SKP) secara
jabatan (Suandy, 2006:357).
Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain yang ada
pada Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah Pajak yang terutang lebih
besar dari jumlah pajak dalam SPPT yang dihitung atas dasar SPOP
yang disampaikan oleh Wajib Pajak, Dirjen Pajak menerbitkan SKP
secara jabatan. Jumlah pajak yang terutang dalam SKP adalah pokok
pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari
pokok pajak (Suandy, 2006:357).
42
Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007:2, Surat
Pemberitahuan Objek Pajak adalah surat yang digunakan oleh Wajib
Pajak untuk melaporkan data Objek Pajak menurut ketentuan undang-
undang. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan
besarnya pajak terutang kepada Wajib Pajak.
g. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang harus dilunasi selambat-lambatnya enam bulan sejak tanggal
diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang oleh Wajib Pajak.
Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya
1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh Wajib Pajak. Pajak
yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau
kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen)
sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan pembayaran
untuk jangka waktu paling lambat 24 (dua puluh empat) bulan (Suandy,
2006:358).
h. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan ini terdiri dari dua sanksi, yaitu: sanksi
administrasi dan sanksi pidana (Suandy,2006:357).
43
1) Sanksi administrasi dikenakan terhadap:
(a) Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang
tidak menyampaikan SPOP, dikenakan sanksi sebagai tambahan
terhadap pokok pajak yaitu sebesar 25% dari pokok pajak.
(b) Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain ternyata jumlah pajak terutang lebih besar dari jumlah pajak
yang dihitung berdasarkan SPOP, maka selisih pajak yangn
terutang tersebut ditambah atau dikenakan sanksi admiinistrasi
berupa denda sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari hasil
selisih pajak yang terutang.
(c) Wajib Pajak tidak membayar atau kurang membayar. Pajak yang
terutang pada saat jatuh tempo pembayaran, dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) sebulan yang
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran
untuk jangka waktu paling lama 24 bulan (dua puluh empat)
bulan atau setinggi-tingginya 48%.
SKP ini berdasarkan data yang ada pada Direktorat Jenderal
Pajak memuat penetapan Objek Pajak dan besarnya pajak yang
terutang beserta denda administrasi yang dikenakan kepada Wajib
Pajak (Suandy,2006:357).
2) Sanksi Pidana
Sanksi pidana dikenakan karena kealpaan wajib pajak tidak
mengembalikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek
44
Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak, dikenakan juga apabila
menyampaikan SPOP, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap
dan/atau melampirkan keterangan yang tidak benar; sehingga
menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan kurungan
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya
sebesar 2 (dua) kali pajak yang terutang (Suandy,2006:357).
i. Tarif pajak, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP), dasar pengenaan PBB
Besarnya Tarif Pajak sesuai dengan Pasal 5 UU No.12 Tahun
1994 adalah sebesar 0,5%, sedangkan tarif efektif PBB adalah
0,5%x20% atau 0,1% untuk objek PBB yang Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) < Rp. 1 Milyar dan 0,5%x40% atau 0,2% bila NJOP>Rp.1
Milyar (Direktorat Jenderal Pajak, 2008:2).
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana
tidak terjadi transaksi jual beli Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan
baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh
Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun
sesuai dengan perkembangan daerahnya. Yang dimaksud dengan:
1) Perbandingan harga dengan objek lain sejenis, adalah suatu
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu Objek Pajak dengan
45
cara membandingkannya dengan Objek Pajak lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga
jualnya.
2) Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan
nilai jual suatu Objek Pajak dengan cara menghitung seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat
penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan
kondisi fisik objek tersebut.
3) Nilai jual pengganti suatu pendekatan/ metode penentuan nilai jual
suatu Objek Pajak yang berdasarkan pada hasil produksi Objek Pajak
tersebut.
Besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar penghitungan
pajak yang terutang, ditetapkan untuk:
1) Objek Pajak perkebunan sebesar 40% (empat puluh persen) dari
Nilai Jual Objek Pajak;
2) Objek Pajak kehutanan sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai
Jual Objek Pajak;
3) Objek Pajak pertambangan sebesar 20% (dua puluh persen) dari
Nilai Jual Objek Pajak;
4) Objek Pajak lainnya:
(a) Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual Objek
Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) atau lebih;
46
(b) Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual Objek Pajak
apabila Nilai Jual Objek Pajaknya kurang dari 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Dasar Penghitungan Pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang
ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-
tingginya 100% (seratus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak (Suandy,
2006:368).
4. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Menurut Ilyas (2002:7) kinerja adalah hasil karya personel baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat
merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.
Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang mengaku
jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran personel di dalam organisasi.
Pendapat lain dikemukakan lain oleh Tiffin dan Mc Cormick
(1979) dalam Yulita (2008:38) bahwa individu yang berbeda akan
menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Hal ini disebabkan kinerja
individu berhubungan dengan individual variable dan situational
variable. Individual variable adalah variabel yang berasal dari dalam diri
individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan, kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable adalah
variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas
47
(lingkungan organisasi) misalnya: pelaksanaan, supervisi, iklim
organisasi, hubungan dengan rekan kerja dan sistem pemberian imbalan
atau kompensasi.
Pada dasarnya kinerja merupakan hasil fungsi pekerjaan/kegiatan
seseorang/sekelompok orang dalam suatu organisasi yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode
waktu tertentu. Fungsi pekerjaan atau kegiatan yang dimaksud disini
adalah pelaksanaan hasil pekerjaan/kegiatan seseorang/sekelompok
orang yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu
organisasi (Pabundu, 2006:121).
Sedangkan Hadipranata (1996) dalam artikel Wangmuba (2009)
mendefinisikan kinerja sebagai sesuatu yang lazim digunakan untuk
memantau produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang
berorientasi produksi barang, jasa maupun pelayanan. Demikian halnya
perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik.
Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan
seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu
dikembangkan hal-hal seperti: kesukarelaan, pengembangan diri pribadi,
pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi
seutuhnya. (Hadipranata, 1996).
b. Standar Kinerja
Menurut Suprihanto (1987) dalam Yulita (2008:39) standar kinerja
adalah suatu alat ukur terhadap suatu perbandingan antara apa yang
48
diharapkan atau ditargetkan dengan apa yang telah dilakukan sesuai
dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan oleh seseorang.
Standar kinerja dapat pula dijadikan sebagai alat pertanggung jawaban
terhadap apa yang telah dikerjakan atau yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Dale Timpe (1992:ix) penilaian kinerja
adalah sebuah penentu kinerja yang ampuh dan merupakan metode
mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum digunakan.
Enam faktor eksternal yang menentukan tingkat kinerja (prestasi kerja)
seorang karyawan. Faktor penentu adalah lingkungan, perilaku
manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan
administrasi pengupahan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1979 tentang Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti dikutip Suprihanto (1987) dalam
Yulita (2008:39) standar yang digunakan untuk mengukur kinerja
seorang pegawai negeri sipil adalah:
1) Kesetiaan, yang meliputi unsur kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian
kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan
pemerintah.
2) Prestasi kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai.
negeri sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
3) Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang pegawai negeri sipil
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-
49
baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas
keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4) Ketaatan, adalah kesanggupan seorang pegawai negeri sipil untuk
menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan
oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan tidak melanggar
larangan yang ditentukan.
5) Kejujuran, adalah ketulusan hati seorang pegawai negeri sipil dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan
wewenang yang diberikan kepadanya.
6) Kerjasama, adalah kemampuan seorang pegawai negeri sispil untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan
sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok
tanpa menunggu perintah dari atasan.
7) Kepemimpinan, adalah kemampuan seoarang pegawai negeri sipil
untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.
c. Aspek-aspek kinerja
Menurut Furtwengler (2002:86), aspek-aspek yang terdapat dalam
kinerja meliputi:
1) Kecepatan
Kecepatan terkait dengan unsur-unsur tindakan pegawai
mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya kecepatan dalam
50
lingkungan persaingan, kemampuan melakukan pekerjaan dengan
bagus, kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
dan kemampuan mencari cara untuk menyelesaikan pekerjaan rutin
dengan lebih cepat. Kecepatan sangat penting bagi keunggulan
bersaing perusahaan atau organisasi.
2) Kualitas
Kualitas tidak dapat dikorbankan demi kecepatan. Kualitas pekerjaan
pegawai dapat dilihat dari beberapa unsur seperti: pegawai bangga
terhadap pekerjaannya, pegawai melakukan pekerjaannya dengan
benar sejak awal dan pegawai mencari cara-cara untuk memperbaiki
kualitas pekerjaannya.
3) Pelayanan
Aspek pelayanan dapat dilihat melalui hal-hal berikut: tindakan
pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai pentingnya
melayani para pelanggan, pegawai menunjukkan keinginan untuk
melayani orang lain dengan baik, pegawai merespon pelanggan
dengan tepat waktu dan pegawai memberikan sesuatu yang lebih
daripada yang diminta oleh pelanggan.
4) Nilai
Pemahaman mengenai nilai sangat penting dalam keputusan
pembelian, penetapan sasaran, menyusun prioritas dan efektifitas
kerja. Paling tidak ada dua hal yang tercakup dalam aspek nilai,
yaitu: tindakan pegawai mengindikasikan pemahaman mengenai
51
konsep nilai dan nilai merupakan sesuatu yang dipertimbangkan oleh
pegawai dalam mengambil keputusan.
5) Keterampilan interpersonal
Keterampilan interpersonal dapat ditinjau dari hal-hal, seperti:
pegawai menunjukkan perhatian kepada perasaan orang lain,
pegawai menggunakan bahasa yang menggunakan bahasa yang
memberi semangat kepada orang lain, pegawai bersedia membantu
orang lain dan pegawai merayakan keberhasilan orang lain dengan
tulus.
6) Mental untuk sukses
Hal ini mencakup unsur-unsur antara lain: pegawai memiliki sikap
can do (yakin bahwa ia dapat melakukan apapun), pegawai mencari
cara untuk menambah pengetahuan-pengetahuannya, pegawai
mencari cara untuk memperbanyak pengalamannya dan pegawai
realistis dalam mengukur kemampuannya.
7) Terbuka untuk berubah
Kondisi ini terkait dengan hal-hal berikut: pegawai bersedia
menerima perubahan, pegawai mencari cara baru untuk
menyelesaikan tugas lama, tindakan pegawai mengindikasikan sifat
ingin tahu dan pegawai memandang peran yang dilakukan sebagai
peran yang berarti.
52
8) Kreativitas
Kreativitas pegawai dapat dilihat beberapa hal, seperti: kreativitas
dalam pemecahan masalah, kemampuan melihat hubungan antara
masalah-masalah yang kelihatannya tidak berkaitan, kemampuan
untuk membuat konsep abstrak dan mengembangkannya menjadi
konsep yang dapat diterapkan dan kemampuan menerapkan
kreativitasnya dalam pekerjaan sehari-hari.
9) Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi pegawai meliputi: penampilan gagasan
logis dalam bahasa yang mudah dipahami, kemampuan menyatakan
ketidaksetujuan tanpa menciptakan konflik, menulis dengan
menggunakan kata-kata yang jelas dan tepat dan penggunaan bahasa
yang bernada optimis.
10) Inisiatif
Insiatif pegawai mencakup hal-hal seperti: selalu bersedia membantu
orang lain jika pekerjaanya telah selesai, ingin selalu terlibat dalam
proyek baru, selalu berusaha mengembangkan keterampilannya
diluar tempat kerja dan menjadi sumber gagasan untuk perbaikan
kerja.
11) Perencanaan organisasi
Kemampuan perencanaan pegawai misalnya: selalu membuat jadwal
personal, bekerja berdasarkan jadwal tersebut dan selalu
53
memutuskan lebih dahulu pendekatan yang digunakan pada suatu
tugas sebelum memulainya.
5. Aparatur Pajak
Aparatur pajak adalah orang yang melakukan pelayanan pajak pada
wajib pajak. Mengenai aparatur pajak, Direktorat Jenderal Pajak menyadari
bahwa aparatur pajak belumlah sempurna. Tahap demi tahap diusahakan
sebagai upaya untuk memperbaikinya. Sekarang hal ini sudah mulai
menampakkan hasilnya, baik dalam bidang pelayanan, keramahtamahan,
maupun yang menyangkut bidang kode etik sebagai pegawai negeri dan
petugas pajak. Meskipun demikian, terus diupayakan agar:
a. citra masyarakat terhadap petugas pajak terus tumbuh dan berkembang
semakin baik;
b. Pengaturan wewenang dapat berlangsung terus, sehingga asas self
assessment dapat dijalankan secara konsisten;
c. Menumbuhkan atau mengembangkan munculnya pihak ketiga yang
independen dan cukup kuat untuk dijadikan penengah antara aparatur
pajak dengan wajib pajak sehingga peranan aparatur pajak dalam proses
interaksi tidak menjadi sangat dominan;
d. Mengusahakan semaksimal mungkin agar organisasi perpajakan semakin
memenuhi tuntutan kebutuhan sejalan dengan pelaksanaan pembaruan
pajak.
Saat globalisasi tidak dapat dihindarkan lagi dan tuntutan rakyat
terhadap sistem demokrasi sudah sedemikian kuatnya, maka fungsi aparatur
54
pajak (fiskus) yang menjadi sorotan dan tuntutan masyarakat adalah fungsi
pelayanan (Boediono, 2003:44). Tugas aparatur pajak (fiskus) saat ini tidak
lagi melakukan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan dan
penerapan sanksi perpajakan.
Namun demikian, pada prinsipnya seluruh aparatur perpajakan dapat
melakukan tugas pelayanan perpajakan kepada masyarakat wajib pajak dan
untuk tertib pelaksanaan pelayanan serta adanya pembagian tugas dan
tanggung jawab yang jelas. Dorongan dari nilai ini harus dapat membentuk
sikap aparatur Ditjen pajak senantiasa mampu meletakkan posisi dirinya
secara proporsional sebagai pihak yang melayani dan bukan sebaliknya yaitu
sikap sebagai penguasa atau yang dilayani. Menjadi model pelayanan
masyarakat merupakan salah satu ciri-ciri utama yang ingin dituju dalam visi
Direktorat Jenderal Pajak, yaitu merefleksikan cita-cita untuk menjadi
contoh pelayanan masyarakat bagi unit-unit instansi pemerintah lainnya.
Pelayanan unsur aparatur negara dijabarkan lebih lanjut dalam Surat
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) No.81
tahun 1993 dan kemudian disempurnakan dengan instruksi presiden No.1
tahun 1995 tentang perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan aparatur
pemerintah kepada masyarakat; disebutkan bahwa pelayanan umum
merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah ditingkat pusat/daerah dan dilingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan (Siti Kurnia, 2010:134). Ruang lingkup pelayanan
55
umum yang diberikan oleh aparatur pemerintah meliputi: melayani,
mengayomi dan menumbuhkan prakarsa serta peran aktif masyarakat dalam
pembayaran (Bagiyo Ardananto, 2003:28).
B. Telaah Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang terkait dengan Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak (SISMIOP) pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu penelitian
Iskandar Zulkarnain (2007) berjudul Pengaruh Sistem Manajemen Informasi
Objek Pajak (SISMIOP) terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada
Kantor Pelayanan PBB Depok. Penelitian ini dilakukan dengan metode
pengumpulan data primer melalui observasi lapangan dan interview kepada
pimpinan dan staf Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan
metode judgement/purposive sampling, yakni pengumpulan data atas dasar
strategi kecakapan/pertimbangan pribadi semata. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah objek pajak, klasifikasi dan
pokok ketetapan terhadap penerimaan memiliki pengaruh yang signifikan.
Dengan nilai signifikansi masing-masing variabel yaitu jumlah objek pajak,
klasifikasi dan pokok ketetapan sebesar 0,000; 0,034; 0,018.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
objek, tahun penelitian, metode penentuan sampel dan metode pengumpulan
data, serta variabel dependen yang digunakan dalam penelitian.
Adapun perbedaan tersebut ditampilkan pada tabel 2.1. berikut ini:
56
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu Penelitian saat ini
Objek Pelayanan pada KPP Madya Jakarta Pusat
Pelayanan, PDI, dan Ekstensifikasi PBB pada KPP Pratama wilayah Jakarta Selatan
Tahun Penelitian
2007 2010
Metode Penentuan Sampel
Judgment/purposive sampling
Convenience sampling
Metode Pengumpulan Data
Observasi dan interview Observasi, interview dan kuesioner
Variabel Dependen Penerimaan pajak Kinerja aparatur pajak: a. Pengetahuan b. Keterampilan c. Realibility (Kehandalan) d. Sikap e. Responsiveness
(Ketanggapan) f. Emphaty (Memahami)
Variabel Independen
SISMIOP: - Jumlah Objek Pajak
Klasifikasi dan Pokok Ketetapan
SISMIOP: - Manfaat SISMIOP
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2007:26).
Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh masyarakat guna
menambah kas negara yang diperuntukkan membiayai kebutuhan-kebutuhan
pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk memudahkan
57
masyarakat (wajib pajak) dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, berbagai
upaya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak/DJP) guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada wajib pajak. Mulai dari pengembangan sumber daya manusia,
penyempurnaan organisasi yang diimbangi dengan pelayanan administrasi dan
efisiensi serta optimalisasi kerja di lingkungan unit organisasi yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan pemungutannya sampai dengan
mereformasi Undang-Undang (UU) Perpajakan, aturan pelaksanaannya, dan
memodernisasi sistem administrasi perpajakan yakni administrasi yang
dilakukan dengan teknologi informasi (TI).
Menyadari akan kebutuhan tersebut maka dalam menciptakan suatu
kinerja organisasi yang efektif dan efisien Direktorat Jenderal Pajak dalam hal
ini Direktorat Jenderal Pajak PBB memanfaatkan Teknologi Informasi, yaitu
suatu sistem informasi yang diberi nama Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak (selanjutnya disebut SISMIOP). Sistem ini dirancang-bangun sebagai
total sistem yang mencakup segala aspek dalam pengelolaan administrasi
dalam lingkup PBB, kemudian dapat juga untuk merancang suatu sistem
kinerja yang handal dan terpadu sehingga dapat menciptakan suatu sistem
manajemen yang efektif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian SISMIOP
sangat penting. Selain mempermudah Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya secara benar dan cepat, dengan mengaplikasikan
SISMIOP dapat mempermudah pekerjaan aparatur pajak sehingga akan
58
berpengaruh terhadap kinerja aparatur pajak khususnya aparatur pajak bagian
PBB.
Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha: Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja aparatur pajak (bagian PBB).
Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak PBB
Kinerja Aparatur Pajak Bumi dan Bangunan
SISMIOP
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen (sistem manajemen informasi objek pajak) terhadap
variabel dependen (kinerja aparatur pajak). Dalam penelitian ini penulis
memilih obyek dan subyek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) di
wilayah Jakarta Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah aparatur pajak yang bekerja di
KPP Pratama di wilayah Jakarta Selatan, sedangkan sampel pada penelitian ini
adalah aparatur pajak bagian PBB dalam KPP Pratama di wilayah Jakarta
Selatan (misalnya: aparatur pajak bagian Pelayanan PBB, pengolahan data dan
informasi (PDI), dan Ekstensifikasi PBB).
Bila ditinjau dari teknik pengumpulan datanya maka penelitian ini
menggunakan teknik convenience sampling yaitu metode pemilihan sampel
berdasarkan kemudahan. Metode ini memilih sampel dari elemen populasi
(orang/kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi
yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti
memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah.
60
Kelebihan metode ini adalah waktu pelaksanaan yang relatif cepat dengan
biaya yang relatif murah (Indriantoro, 2002:124).
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian
1. Pengumpulan Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari KPP yang menjadi obyek
penelitian dengan cara:
a. Wawancara (Interview) dengan pihak yang mempunyai hubungan
langsung dengan permasalahan penelitian yaitu para aparat pajak pada
KPP yang dituju dengan mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun
tulisan.
b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung tentang obyek yang diteliti disertai kegiatan pencatatan yang
cermat dan sistematis.
c. Kuesioner (Angket) merupakan pengumpulan data dengan menggunakan
daftar dan pernyataan yang disebarkan pada wajib pajak. Setiap kuesioner
terdiri dari dua bagian. Bagian utama memuat pertanyaan tentang data diri
responden, yakni para aparat pajak yang mengisi kuesioner, alamat,
pendidikan, dan pengetahuan perpajakan. Bagian kedua berisi pertanyaan
penelitian tentang kinerja aparatur pajak dan manfaat dari aplikasi Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP).
Bobot penilaian angka hasil kuesioner dalam penelitian ini sesuai
dengan yang digambarkan dalam skala Likert yaitu metode yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
61
orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro, 2002:104). Skala likert
yang dipergunakan untuk menjawab bagian pernyataan penelitian memiliki
lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1. Tingkat Penilaian Jawaban
No Jenis Jawaban Bobot
1 SS = Sangat Setuju 5
2 S = Setuju 4
3 R = Ragu-Ragu 3
4 TS = Tidak Setuju 2
5 STS = Sangat Tidak Setuju 1
2. Pengumpulan Data Sekunder
Penelusuran data sekunder dilakukan dengan dua cara:
a. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan.
b. Penelusuran dengan komputer untuk data dalam format elektronik.
Pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data
secara tidak langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara
studi pustaka dari berbagai buku, jurnal, majalah, literatur atau tulisan lain
yang dianggap memiliki hubungan dengan hal yang diteliti dengan
menggunakan laporan tertulis Kantor Pelayanan Pajak.
62
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan adalah
melalui regresi sederhana (single regression).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer yang digunakan,
peneliti melakukan uji realibilitas dan uji validitas.
a. Uji Reliabilitas Data
Realibilitas (realibility) menunjukkan akurasi dan ketepatan
dalam pengukurnya. Realibilitas berhubungan dengan akurasi
(accurately) dan konsistensi dari pengukurnya. Dikatakan konsisten
jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil
yang tidak berbeda (terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda). Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu
instrumen telah dipastikan validitasnya. Suatu kuisioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan
untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas
63
dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun
diuji berkali-kali. Jika hasil dari Cronbach Alpha di atas 0,60 maka
data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi (Ghozali, 2005:42).
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach Alpha
dengan bantuan SPSS.
b. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk membuktikan sejauh mana
data yang terdapat dalam kuesioner dapat mengukur senyatanya
(actually) dan seakuratnya (accurately) apa yang harus diukur dari
konsep. Sehingga pengujian validitas berhubungan dengan ketepatan
alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya dan
keberhasilan dari pengujian ini ditentukan oleh proses pengukuran
yang akurat. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuisioner tersebut. Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan
program SPSS, dengan metode Pearson Correlation, yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan
dengan total skor masing-masing variabel. Suatu instrumen dikatakan
valid atau tidak adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah
0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi
skor masing-masing butir-butir pertanyaan dengan total skor
64
mempunyai tingkat signifikansi diatas 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid (Ghozali, 2005:45).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas.Tujuan dari uji normalitas data ini
adalah untuk mengetahui apakah data dalam model regresi terdistribusi
secara normal atau tidak. Untuk mengujinya dapat dilakukan dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif
dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal.
Dimana data dikatakan normal jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal (Ghozali, 2005:110).
4. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana
dalam menguji hipotesis. Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
aplikasi Sistem Informasi Manajemen Objek Pajak (SISMIOP) terhadap
kinerja aparatur pajak.
Berikut ini merupakan persamaan regresi dari hipotesis tersebut:
Keterangan:
Y : Kinerja aparatur pajak (variabel terikat)
a: Konstanta (titik potong: besarnya nilai y pada saat x=0)
Y = a + bx + e
65
b: Koefisien Regresi (slope), yaitu nilai yang menunjukkan besarnya
peningkatan (+) atau penurunan (-) yang didasarkan pada
hubungan nilai y.
x: Sistem manajemen informasi objek pajak (variabel bebas)
e: error
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah suatu studi
mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu variabel
independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi
dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gurajati,
2003) dalam Ghozali (2005:81).
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk variabel
independen. Koefisien itu diperoleh dengan cara memprediksi nilai
variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung
dengan dua tujuan sekaligus, yaitu: meminimumkan penyimpangan antara
nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang
ada. Dalam analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen (Tabachnick,1996) dalam
Ghozali (2005:81).
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat
diukur dari nilai koefisien determinasi dan nilai statistik t untuk analisis
66
regresi sederhana. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah krisis (Ghozali, 2005:83).
a. Koefisien Determinasi (R2)
Analisis ini dilakukan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
1) Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
2) Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2005:83).
Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80-1,000
Sangat Kuat
0,60-0,799 Kuat
0,40-0,599 Cukup Kuat
0,20-0,399 Rendah
0,00-0,199 Sangat Rendah
Sumber: Riduwan (2005:136)
b. Uji Signifikansi parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
67
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05
(Ghozali, 2005:84). Menurut Singgih Santoso (2000:168) dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau
Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau
Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen
atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi,
kemudian diatrik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:2). Pada penelitian ini
terdapat dua buah variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable).
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Aplikasi Sistem
Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP).
68
Variabel ini diukur dengan melihat dimensi manfaat dari aplikasi
sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP). Skala pengukuran
dalam penelitian ini adalah menggunakan skala interval.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitan ini adalah kinerja aparatur
pajak. Variabel ini diukur dengan melihat dimensi pengetahuan,
kehandalan (realibility), ketanggapan (responsiveness), Emphaty,
keterampilan dan sikap aparat pajak melalui kuesioner serta diukur dengan
menggunakan skala interval.
Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran No. Butir
Pertanyaan Aplikasi
SISMIOP Manfaat
SISMIOP a. Memberikan informasi
akurat tentang Wajib Pajak.
b. Data Wajib Pajak tersimpan secara akurat.
c. Peningkatan kualitas administrasi perpajakan.
d. Proses pemungutan pajak lebih cepat, tepat, mudah dan akurat.
e. Informasi perpajakan yang akurat.
f. Perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
g. Mendukung kecepatan administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan.
h. Memberikan pelayanan
secara efisien baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya.
Interval 1, 11
2, 16, 17
3, 15
4, 9, 10
5, 12, 13
6, 14
7, 19
8, 18
Bersambung pada halaman selanjutnya
69
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Dimensi Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
Kinerja Aparatur
Pajak (PBB)
Pengetahuan a. Mengetahui dan menguasai peraturan serta terampil dalam bidang tugasnya.
b. Pemahaman tentang pengoperasian SISMIOP.
c. Penerapan SISMIOP membantu dalam melaksanakan tugas sebagai aparat pajak.
d. Pemahaman SISMIOP memberikan informasi yan dibutuhkan oleh Wajib Pajak dengan mudah, tepat, dan akurat.
e. Pelatihan SISMIOP perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja aparat pajak.
Interval 1
2, 3
4
5
6
Keterampilan a. Kemampuan SISMIOP dalam teknologi informasi perlu disosialisasikan melalui semua KPP yang telah menerapkan, agar Wajib Pajak memahami kemudahan yang diberikan.
b. Perlu diadakannya penyempurnaan program dalam SISMIOP dalam rangka meningkatkan keterampilan.
c. Aplikasi SISMIOP mempermudah pekerjaan aparat pajak.
Interval 7
8
9
70
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Dimensi Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
Kinerja Aparatur Pajak (PBB)
Keterampilan d. Aplikasi SISMIOP membantu aparat pajak menyelesaikan pekerjaan dengan cepat..
e. Aplikasi SISMIOP meneliti kompetensi yang baik, sehingga dapat menunjukkan kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
f. Kecanggihan teknologi informasi dalam SISMIOP akan memperoleh manfaat yang lebih optimal bila aparat pajak yang mengoperasikan memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai.
g. Penerapan SISMIOP meningkatkan keahlian dan kualitas dalam bekerja.
h. Penerapan SISMIOP akan berjalan dengan efektif jika didukung dengan pegawai yang terlatih dan tinggi.
Interval 9
10
12
11
12
Sikap a. Dengan adanya aplikasi SISMIOP, Ditjen Pajak memiliki SDM yang profesional.
b. Aplikasi SISMIOP meminimalisir adanya kecurangan dalam perpajakan.
Interval 13
14
71
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Dimensi Indikator Skala Pengukuran
No. Butir Pertanyaan
Kinerja Aparatur
Pajak (PBB)
Sikap c. Penerapan SISMIOP akan berjalan efektif jika didukung dengan adanya pegawai yang sopan dan menerapkan kode etik.
d. Perubahan pelayanan dalam aplikasi SISMIOP memberikan motivasi dan semangat kerja.
e. Aplikasi SISMIOP melahirkan organisasi yang lebih terbuka dan transparan.
f. Aplikasi SISMIOP mampu meningkatkan disiplin dan integritas aparat pajak.
g. Aplikasi SISMIOP dapat melahirkan kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dan Aparat Pajak.
Interval 15
16
17
18
19
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
72
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada aparatur pajak yang bekerja di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang terletak di wilayah Jakarta
Selatan. Aparatur pajak yang dilibatkan meliputi aparatur pajak bagian
pelayanan PBB, pengolahan data dan informasi (PDI), dan Ekstensifikasi
PBB. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden.
Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 11 februari 2010 sampai 5
maret 2010 dan dilakukan ke 7 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
yang berada di Wilayah Jakarta Selatan dengan peta distribusi sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor Pelayanan Pajak Kuesioner dikirim
Kuesioner dikembalikan
1. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu 20 17 2. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua 15 15 3. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru
Dua 20 16
4. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama 15 9 5. KPP Pratama Jakarta Pancoran 20 19 6. KPP Pratama Jakarta Cilandak 20 15 7. KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu 15 9
Total 125 100 Sumber: Data Primer
73
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 125 buah dan jumlah yang
kembali adalah sebanyak 100 buah atau 80,00%. Jumlah kuesioner yang
tidak kembali adalah 25 buah atau 20,00%. Kuesioner yang dapat diolah
berjumlah 96 buah atau 76,80%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena
tidak diisi secara lengkap berjumlah 4 buah atau 3,20%. Data sampel ini
dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Aparatur
Pajak Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 125 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 100 80,00% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 25 20,00% 4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat
diolah 4 3,20%
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 96 76,80% Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah aparatur pajak yang bekerja
pada KPP Pratama di wilayah Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi
mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin,
usia, pendidikan formal terakhir dan lama bekerja responden.
74
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 68 70.8 70.8 70.8
Perempuan 28 29.2 29.2 100.0
Total 96 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 68 orang atau
70,8% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya
sebesar 28 orang atau 29,2% berjenis kelamin perempuan.
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 30 tahun 31 32.3 32.3 32.3
> 40 tahun 29 30.2 30.2 62.5
30 - 40 tahun 36 37.5 37.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.4 diatas menunjukkan aparatur pajak yang bekerja pada
kantor pelayanan pajak sebesar 30,2% diantaranya berusia lebih dari
40 tahun, sedangkan aparatur pajak yang berusia kurang dari 30 tahun
75
sebanyak 32,3%. Mayoritas aparatur pajak yang bekerja pada kantor
pelayanan pajak berusia 30-40 tahun sebanyak 37,5%.
c. Deskripsi responden beradasarkan pendidikan formal terakhir
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Akademi (D/I, D/II, D/III) 38 39.6 39.6 39.6
Pasca Sarjana 10 10.4 10.4 50.0
Sarjana (S1/Sederajat) 27 28.1 28.1 78.1
SLTA/Sederajat 21 21.9 21.9 100.0
Total 96 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.5 mengindikasikan bahwa rata-rata aparatur pajak
berpendidikan formal terakhir Akademi (DI/DII/DIII) atau yang
sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 39,6% atau sebanyak 38
orang, sedangkan Sarjana (S1/Sederajat) ditunjukkan dengan angka
28,1% atau sebanyak 27 orang dan sebanyak 21 orang atau 21,9%
berpendidikan SLTA/Sederajat serta 10,4% atau sejumlah 10 orang
aparatur pajak berpendidikan formal terakhir Pasca Sarjana.
76
d. Deskripsi responden berdasarkan lama bekerja
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 3 tahun 21 21.9 21.9 21.9
> 5 tahun 51 53.1 53.1 75.0
3 - 5 tahun 24 25.0 25.0 100.0
Total 96 100.0 100.0 Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.6 dibawah ini menjelaskan aparatur pajak di kantor
pelayanan pajak yang bekerja lebih dari 5 tahun lebih dominan yaitu
53,1% atau sekitar 51 aparatur, sedangkan sekitar 24 aparatur pajak
atau 25% adalah aparatur pajak yang bekerja antara 3 sampai 5 tahun
dan 21,9% atau sekitar 21 aparatur pajak memiliki lama bekerja
dibawah 3 tahun.
B. Hasil Uji Instrumen Pengukuran Variabel
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi aplikasi sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) dan
kinerja aparatur pajak akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang
terlihat dalam tabel 4.7.
77
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TSP 96 28 95 75.28 10.193
TKA 96 28 95 75.90 9.000
Valid N (listwise) 96
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa pada variabel sistem manajemen
informasi objek pajak (SISMIOP) jawaban minimum responden sebesar
28 dan maksimum sebesar 95, dengan rata-rata total jawaban 75,28 dan
standar deviasi sebesar 10,193. Pada variabel kinerja aparatur pajak
minimum jawaban responden sebesar 28 dan maksimum sebesar 95,
dengan rata-rata total jawaban 75,90 dan standar deviasi sebesar 9,000.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada
kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid, tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari dua
variabel dengan 125 sampel responden.
78
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel SISMIOP
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,493** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,694** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,629** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,791** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,788** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,773** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,690** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,779** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,752** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,786** 0,000 Valid Pertanyaan 11 0,684** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,676** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,618** 0,000 Valid Pertanyaan 14 0,643** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,598** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,721** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,676** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,658** 0,000 Valid Pertanyaan 19 0,519** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel sistem manajemen informasi
objek pajak (SISMIOP) mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kinerja Aparatur Pajak
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 1 0,428** 0,000 Valid Pertanyaan 2 0,671** 0,000 Valid Pertanyaan 3 0,543** 0,000 Valid Pertanyaan 4 0,720** 0,000 Valid Pertanyaan 5 0,762** 0,000 Valid Pertanyaan 6 0,696** 0,000 Valid Pertanyaan 7 0,648** 0,000 Valid Pertanyaan 8 0,709** 0,000 Valid Pertanyaan 9 0,681** 0,000 Valid Pertanyaan 10 0,738** 0,000 Valid
Bersambung pada halaman selanjutnya
79
Tabel 4.9 (Lanjutan)
Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan Pertanyaan 11 0,704** 0,000 Valid Pertanyaan 12 0,588** 0,000 Valid Pertanyaan 13 0,586** 0,000 Valid Pertanyaan 14 0,582** 0,000 Valid Pertanyaan 15 0,594** 0,000 Valid Pertanyaan 16 0,635** 0,000 Valid Pertanyaan 17 0,684** 0,000 Valid Pertanyaan 18 0,570** 0,000 Valid Pertanyaan 19 0,551** 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan variabel kinerja aparatur pajak
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menilai konsistensinya dari
instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
Alpha diatas 0,6.
Tabel 4.10 Hasil Uji Realibilitas Variabel SISMIOP
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.935 .936 19
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
SISMIOP sebesar 0,935, sehingga dapat disimpulkan bahwa
80
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Aparatur Pajak
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.916 .918 19
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
kinerja aparatur pajak sebesar 0,916, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang
relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
81
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Gambar 4.1 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan
model analisis regresi sederhana (single regression analysis), yaitu:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen.
82
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .387a .150 .140 8.344
a. Predictors: (Constant), TSP
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.20 menunjukkan nilai R sebesar 0,387 atau 38,7%. Hal
ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara kinerja aparatur pajak
dengan aplikasi sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP)
adalah rendah karena berada dikisaran 0,20-0,399 (Riduwan dan
Engkos Achmad Kuncoro, 2007:62). Nilai Adjusted R Square sebesar
0,140 atau 14%, ini menunjukkan bahwa variabel kinerja aparatur
pajak yang dapat dijelaskan oleh aplikasi sistem manajemen informasi
objek pajak (SISMIOP) adalah sebesar 14%, sedangkan sisanya
sebesar 0,86 atau 86% (1-0,140) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak disertakan dalam model penelitian ini.
b. Hasil Uji Statistik-t
Hasil uji statistik-t dapat dilihat pada tabel 4.13, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
83
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik-t
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis: Pengaruh aplikasi SISMIOP terhadap kinerja
aparatur pajak.
Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.13, variabel aplikasi
SISMIOP mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini
berarti menerima Ha sehingga dapat dikatakan bahwa aplikasi
SISMIOP berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparatur
pajak karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel aplikasi
SISMIOP lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan tabel 4.13, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut
Dimana:
Y: Kinerja aparatur pajak (variabel terikat)
a: Konstanta (titik potong: besarnya nilai y pada saat x=0)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 50.192 6.380 7.867 .000
TSP .341 .084 .387 4.065 .000 a. Dependent Variable: TKA
Y = 50,192 + 0,341X+ e
84
b: Koefisien Regresi (slope), yaitu nilai yang menunjukkan besarnya
peningkatan (+) atau penurunan (-) yang didasarkan pada
hubungan nilai y.
x: Aplikasi sistem manajemen informasi objek pajak (variabel bebas)
e: error
Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta
sebesar 50,192. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel aplikasi
SISMIOP dianggap konstan, maka kinerja aparatur pajak akan konstan
sebesar 50,192. Koefisien regresi pada variabel sebesar 0,341, hal ini
berarti jika variabel aplikasi SISMIOP bertambah satu satuan maka
variabel kinerja aparatur pajak akan bertambah sebesar 0,341.
C. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa aplikasi sistem manajemen
informasi objek pajak (SISMIOP) berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja aparatur pajak terutama bagian pelayanan PBB, pengolahan dan data
informasi dan ekstensifikasi PBB. Berdasarkan data dari Departemen
Keuangan RI, hal ini dapat dikuatkan dengan jumlah penerimaan pajak bumi
dan bangunan dari tahun 2005 sampai dengan 2010 semakin meningkat yakni
dari Rp.16,2 triliun menjadi Rp.26,5 triliun (Bisnis Indonesia, 29 Januari
2010). Dengan demikian, semakin tinggi aplikasi sistem manajemen informasi
objek pajak (SISMIOP) akan semakin meningkatkan kemampuan suatu sistem
untuk menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan aparatur pajak untuk
mengambil keputusan dan semakin meningkat pula ketersediaan informasi
85
sistem manajemen di bidang perpajakan. Teknologi informasi yang merupakan
perpaduan antara teknologi komputer dengan teknologi jaringan
memungkinkan aparatur pajak untuk memperoleh tidak hanya informasi
internal, tetapi juga informasi eksternal, non keuangan dan berorientasi masa
depan. Hal ini akan memberikan semakin banyak solusi yang dapat
dipertimbangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (khususnya aparatur pajak)
dalam pengambilan keputusan sehingga kinerja aparatur pajak dapat
ditingkatkan dan dapat mendukung tercapainya salah satu sasaran dari
program dan kegiatan modernisasi administrasi perpajakan yakni
meningkatkan produktivitas aparat perpajakan. Dengan sumber daya manusia
yang profesional dengan didukung sistem informasi teknologi yang handal dan
terkini diharapkan akan tercipta prinsip good governance sesuai dengan
program Direktorat Jenderal Pajak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Iskandar Zulkarnaen (2007). Hasil penelitian yang dilakukan Iskandar
Zulkarnaen (2007) menunjukkan bahwa dengan adanya sistem manajemen
informasi objek pajak (SISMIOP) dapat berpengaruh terhadap penerimaan
negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aplikasi sistem
manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) tidak hanya dapat meningkatkan
penerimaan negara, tetapi juga berpengaruh terhadap kinerja aparatur pajak.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aplikasi sistem
manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) terhadap kinerja aparatur pajak.
Responden penelitian ini berjumlah 96 orang aparatur pajak (bagian pelayanan
PBB, pengolahan data dan informasi serta ekstensifikasi PBB) pada kantor
pelayanan pajak pratama yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. Pengujian
ini menggunakan program analisis regresi sederhana dengan menggunakan
SPSS 16.00.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi
sederhana, maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi sistem manajemen
informasi objek pajak (SISMIOP) berpengaruh signifikan terhadap kinerja
aparatur pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Iskandar Zulkarnaen (2007).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa variabel aplikasi
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja aparatur pajak. Penerapan Sistem Manajemen
Informasi Objek Pajak (SISMIOP) di kantor Pelayanan Pajak di Wilayah
87
Jakarta Selatan sudah berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan program
reformasi administrasi perpajakan yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak sejak tahun 2001, guna meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak
serta menerapkan Good Governance. Adanya penerapan teknologi informasi
dalam Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) mampu
mendorong kinerja aparatur pajak ke arah yang lebih baik, dilihat dengan
adanya pemisahan fungsi yang jelas antara fungsi pelayanan, pengawasan,
pemeriksaan, keberatan, dan pembinaan.
Dengan demikian, penerapan Sistem Manajemen Informasi Objek
Pajak (SISMIOP), mampu menciptakan kemudahan, kecepatan, serta
ketepatan kegiatan administrasi serta meningkatkan kinerja aparatur pajak.
Selain itu, teknologi informasi yang canggih merupakan salah satu faktor
kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan perpajakan yang juga dapat
meningkatkan kinerja aparatur pajak.
C. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Untuk penelitian mendatang, diharapkan menyebarkan dan mengumpulkan
kuesioner pada waktu yang tepat, sehingga jumlah responden dapat lebih
banyak dan hasilnya dapat lebih akurat.
2. Untuk penelitian mendatang, dapat memperluas wilayah sampel penelitian
dengan memasukan beberapa sampling area disekitar wilayah DKI Jakarta.
88
3. Untuk penelitian mendatang, disarankan survei dengan metode lain,
misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan
atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaaan.
4. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen
atau variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang
dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel
dependen.
89
DAFTAR PUSTAKA Ardananto, Bagiyo, “Profesionalisme Aparat Pajak dalam Memberikan
Pelayanan Restitusi PPN dan Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”,Tesis S2 Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indoensia, 2003.
Arfiana, Yulita, “Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi dalam
Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2008.
Bisnis Indonesia, “Penerimaan pajak 2010 diprediksi shortfall, Penurunan tarif
PPh berpotensi kurangi penerimaan”, Jakarta, 29 Januari 2010. Boediono, B, “Pelayanan Prima Perpajakan”, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Brotodihardjo, R. Santoso, “Pengantar Hukum Pajak cetakan ke-empat”, Rafika Aditama, Bandung, 2003.
Brotodihardjo, Santoso R, ”Pengantar Ilmu Hukum Pajak cetakan ke IX”, Eresco,
Bandung, 1989.
Direktorat Jenderal Pajak, ”Layanan Informasi Pajak Bumi dan Bangunan”, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, 2008.
Furtwengler, Dale,“Penilaian Kinerja”, Andi offset, Yogyakarta, 2002.
Fushimi Toshiyuki, “Menuju Sistem Perpajakan yang Dapat Dipercaya Mempertahankan Penegakan Disiplin dan Sistem Pengawasan,” Jurnal Kipas, volume 3, no 27, Oktober 2001.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Hamid, Abdul,”Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Handoko, Hani, “Manajemen Personalia dan SDM”, BPFE, Yoyakarta, 1995.
Hutasoit, Erikson, “Tata Cara Pembayaran Pajak”, INDOPOS, 28 Mei 2009. Ilyas, Yaslis,”kinerja Teori, Penilaian, dan Penelitian”, Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
90
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jogiyanto, “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman”, BPFE, Yogyakarta, 2004.
KEP. DJP-533/PJ/2000, “Petunjuk Pelaksanaan, Pendaftaran, Pendataan dan
Nilai Objek Pajak dan Subjek Pajak”, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, 2000.
Lembaga Administrasi Negara RI, “Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia”, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1996.
Lubis, Irwansyah, “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan SDM, Jakarta, 2006.
Mardiasmo, “Perpajakan Edisi Revisi 2009”, Andi Offset, Yogyakarta, 2009.
Mutia, I, “Konsep Sistem Informasi Manajemen”, Fakultas Ekonomi USU, 2004.
Nasution, Darmin, "Pemilik NPWP mencapai 10,8 Juta", Seputar Indonesia, 19 Januari 2009.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono, “ Sistem Informasi Pengertian dan Kepentingannya”, Universitas Gajah Mada, 2006.
Nugroho, Eko, “Sistem Informasi Manajemen Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya”, Andi Offset, Yogyakarta, 2008.
Oin, "Penerimaan Terimbas Krisis", KOMPAS, 8 Juni 2009.
Pabundu, Tika, “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Pandiangan, Liberty, "Pajak Pusat dan Pajak Daerah dalam Kerangka Sistem Perpajakan Nasional", Jurnal Perpajakan Indonesia, volume 1, no 7, Februari 2002.
Raymond, ”Sistem Informasi Manajemen”, Indeks, Jakarta, 2004.
Resmi, Siti, "Perpajakan Teori dan Kasus", Salemba Empat, Jakarta, 2003. Riduwan Engkos, Achmad Kuncoro, “Cara Menggunakan dan Memakai Analisis
Jalur”, Cetakan 1 Januari, Alfabeta, Bandung, 2007.
91
Robert, Vijay, ”Management Control System 11 edition”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Rukhyat, Adang, dkk, "Panduan Penelitian Bagi Remaja", Dinas Olahraga dan Pemuda, Jakarta, 2003.
SE-60/DJP/2001“Petunjuk Pelaksanaan, Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian
Objek dan Subjek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP)”, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, 2001.
Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, "Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia", Jurnal Ekonomi, Jakarta, November 2005.
Singgih, Santoso,”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Siti Kurnia, ”Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Suandy, Erly, "Hukum Pajak Edisi Ketiga", Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Suandy, Erly, ”Perpajakan Edisi Kedua”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Subaryono dan Lukito E.N, “Assessment of the Development of Land Information
on Systems in the Directorate of Land and Building Taxes Ministry of Finance Republic of Indonesia”, Jakarta, 2004.
Sugiyono, ”Metode penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2005.
Tambunan, Tulus, “Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, Ghalia Indonesia”, Jakarta, 2003.
Tim Penulis Tax Center UNPAD, Wajah Baru Pelayanan Prima DITJEN Pajak,
Majalah Berita Pajak Vol. XXXIV No. 1583, 15 Juli 2007. Undang-Undang No.28 tahun 2007, “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan”, 2007. Waluyo, “Perpajakan Indonesia Edisi 8”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Zulkarnaen, Iskandar,” Pengaruh SISMIOP terhadap Penerimaan PBB pada
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Depok”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2007.
92
, Jurnal Perpajakan, “Estafet Mendadak Reformasi Pajak”, volume 3, no 6, Januari, 2004.
DAFTAR PUSTAKA Ardananto, Bagiyo, “Profesionalisme Aparat Pajak dalam Memberikan
Pelayanan Restitusi PPN dan Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”,Tesis S2 Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indoensia, 2003.
Arfiana, Yulita, “Korelasi Efektifitas Penerapan Teknologi Informasi dalam
Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2008.
Boediono, B, “Pelayanan Prima Perpajakan”, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Brotodihardjo, R. Santoso, “Pengantar Hukum Pajak cetakan ke-empat”, Rafika Aditama, Bandung, 2003.
Brotodihardjo, Santoso R, ”Pengantar Ilmu Hukum Pajak cetakan ke IX”, PT
Eresco, Bandung, 1989.
Direktorat Jenderal Pajak, ”Layanan Informasi Pajak Bumi dan Bangunan”, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, 2008.
Furtwengler, Dale,“Penilaian Kinerja”, Andi offset, Yogyakarta, 2002.
Fushimi Toshiyuki, “Menuju Sistem Perpajakan yang Dapat Dipercaya Mempertahankan Penegakan Disiplin dan Sistem Pengawasan,” Jurnal Kipas, volume 3, no 27, Oktober 2001.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Hamid, Abdul,”Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Handoko, Hani, “Manajemen Personalia dan SDM”, BPFE, Yoyakarta, 1995.
Hutasoit, Erikson, “Tata Cara Pembayaran Pajak”, INDOPOS, 28 Mei 2009. Ilyas, Yaslis,”kinerja Teori, Penilaian, dan Penelitian”, Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jogiyanto, “Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman”, BPFE, Yogyakarta, 2004.
KEP. DJP-533/PJ/2000, “Petunjuk Pelaksanaan, Pendaftaran, Pendataan dan
Nilai Objek Pajak dan Subjek Pajak”, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, 2000.
Lembaga Administrasi Negara RI, “Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia”, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1996.
Lubis, Irwansyah, “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, Yayasan Pendidikan dan Pengembangan SDM, Jakarta, 2006.
Mardiasmo, “Perpajakan Edisi Revisi 2009”, CV. Andi Ofset, Yogyakarta, 2009.
Mutia, I, “Konsep Sistem Informasi Manajemen”, Fakultas Ekonomi USU, 2004.
Nasution, Darmin, "Pemilik NPWP mencapai 10,8 Juta", Seputar Indonesia, 19 Januari 2009.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono, “ Sistem Informasi Pengertian dan Kepentingannya”, Universitas Gajah Mada, 2006.
Oin, "Penerimaan Terimbas Krisis", KOMPAS, 8 Juni 2009.
Pabundu, Tika, “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Pandiangan, Liberty, "Pajak Pusat dan Pajak Daerah dalam Kerangka Sistem Perpajakan Nasional", Jurnal Perpajakan Indonesia, volume 1, no 7, Februari 2002.
Resmi, Siti, "Perpajakan Teori dan Kasus", Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Rukhyat, Adang, dkk, "Panduan Penelitian Bagi Remaja", Dinas Olahraga dan Pemuda, Jakarta, 2003.
Santoso, Singgih,”Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000.
Setiyaji, Gunawan dan Hidayat Amir, "Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Indonesia", Jurnal Ekonomi, Jakarta, November 2005.
Suandy, Erly, "Hukum Pajak Edisi Ketiga", Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Suandy, Erly, Perpajakan Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Subaryono dan Lukito E.N, “Assessment of the Development of Land Information on Systems in the Directorate of Land and Building Taxes Ministry of Finance Republic of Indonesia”, Jakarta, 2004.
Sugiyono, ”Metode penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2005.
Tambunan, Tulus, “Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, Ghalia Indonesia”, Jakarta, 2003.
Tim Penulis Tax Center UNPAD, Wajah Baru Pelayanan Prima DITJEN Pajak,
Majalah Berita Pajak Vol. XXXIV No. 1583, 15 Juli 2007. Undang-Undang No.28 tahun 2007, “Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan”, 2007. Waluyo, “Perpajakan Indonesia Edisi 8”, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Zulkarnaen, Iskandar,” Pengaruh SISMIOP terhadap Penerimaan PBB pada
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Depok”, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2007.
, Jurnal Perpajakan, “Estafet Mendadak Reformasi Pajak”, volume 3, no 6, Januari, 2004.
, http://sisteminformasi.wordpress.com di akses pada tanggal 5 Juni 2009
102
HASIL UJI VARIABEL VALIDITAS APLIKASI SISMIOP Correlations
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SP10 SP11 SP12 SP13 SP14 SP15 SP16 SP17 SP18 SP19 TSP
SP1 Pearson Correlation 1 .550** .589** .343** .319** .270** .263** .336** .349** .315** .253* .261* .279** .266** .090 .320** .369** .242* .026 .493**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .002 .008 .010 .001 .000 .002 .013 .010 .006 .009 .385 .001 .000 .018 .805 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP2 Pearson Correlation
.550** 1 .608** .613** .488** .513** .320** .508** .576** .438** .366** .516** .342** .443** .320** .426** .447** .344** .200 .694**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .001 .000 .000 .001 .051 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP3 Pearson Correlation
.589** .608** 1 .568** .432** .474** .488** .467** .450** .414** .342** .332** .278** .408** .104 .370** .306** .324** .195 .629**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .001 .006 .000 .314 .000 .002 .001 .057 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP4 Pearson Correlation .343** .613** .568** 1 .800** .653** .461** .523** .606** .585** .614** .590** .324** .543** .351** .447** .432** .519** .359** .791**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP5 Pearson Correlation
.319** .488** .432** .800** 1 .713** .537** .552** .667** .603** .658** .583** .428** .469** .329** .405** .442** .520** .373** .788**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
103
SP6 Pearson Correlation
.270** .513** .474** .653** .713** 1 .689** .658** .669** .619** .524** .652** .342** .422** .401** .383** .469** .332** .282** .773**
Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .001 .005 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP7 Pearson Correlation
.263** .320** .488** .461** .537** .689** 1 .647** .509** .648** .425** .488** .348** .374** .275** .418** .460** .285** .253* .690**
Sig. (2-tailed) .010 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .007 .000 .000 .005 .013 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP8 Pearson Correlation
.336** .508** .467** .523** .552** .658** .647** 1 .541** .604** .403** .552** .531** .464** .431** .627** .475** .436** .303** .779**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP9 Pearson Correlation
.349** .576** .450** .606** .667** .669** .509** .541** 1 .633** .469** .464** .310** .344** .383** .452** .619** .445** .317** .752**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .001 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP10 Pearson Correlation
.315** .438** .414** .585** .603** .619** .648** .604** .633** 1 .698** .456** .348** .375** .483** .501** .543** .442** .436** .786**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP11 Pearson Correlation
.253* .366** .342** .614** .658** .524** .425** .403** .469** .698** 1 .446** .360** .451** .439** .304** .288** .380** .457** .684**
Sig. (2-tailed) .013 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .004 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
104
SP12 Pearson Correlation
.261* .516** .332** .590** .583** .652** .488** .552** .464** .456** .446** 1 .360** .423** .369** .414** .357** .377** .205* .676**
Sig. (2-tailed) .010 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .045 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP13 Pearson Correlation
.279** .342** .278** .324** .428** .342** .348** .531** .310** .348** .360** .360** 1 .511** .376** .606** .398** .568** .306** .618**
Sig. (2-tailed) .006 .001 .006 .001 .000 .001 .001 .000 .002 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP14 Pearson Correlation
.266** .443** .408** .543** .469** .422** .374** .464** .344** .375** .451** .423** .511** 1 .354** .519** .314** .456** .231* .643**
Sig. (2-tailed) .009 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000 .024 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP15 Pearson Correlation
.090 .320** .104 .351** .329** .401** .275** .431** .383** .483** .439** .369** .376** .354** 1 .558** .414** .405** .560** .598**
Sig. (2-tailed) .385 .001 .314 .000 .001 .000 .007 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP16 Pearson Correlation
.320** .426** .370** .447** .405** .383** .418** .627** .452** .501** .304** .414** .606** .519** .558** 1 .611** .606** .358** .721**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP17 Pearson Correlation
.369** .447** .306** .432** .442** .469** .460** .475** .619** .543** .288** .357** .398** .314** .414** .611** 1 .504** .335** .676**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .001 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
105
SP18 Pearson Correlation
.242* .344** .324** .519** .520** .332** .285** .436** .445** .442** .380** .377** .568** .456** .405** .606** .504** 1 .429** .658**
Sig. (2-tailed) .018 .001 .001 .000 .000 .001 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
SP19 Pearson Correlation
.026 .200 .195 .359** .373** .282** .253* .303** .317** .436** .457** .205* .306** .231* .560** .358** .335** .429** 1 .519**
Sig. (2-tailed) .805 .051 .057 .000 .000 .005 .013 .003 .002 .000 .000 .045 .002 .024 .000 .000 .001 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
TSP Pearson Correlation
.493** .694** .629** .791** .788** .773** .690** .779** .752** .786** .684** .676** .618** .643** .598** .721** .676** .658** .519** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
106
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA APARATUR PAJAK Correlations
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 KA11 KA12 KA13 KA14 KA15 KA16 KA17 KA18 KA19 TKA
KA1 Pearson Correlation 1 .379** .527** .300** .335** .280** .276** .224* .238* .220* .217* .196 .215* .234* .012 .167 .351** .171 -.048 .428**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .001 .006 .007 .028 .020 .031 .034 .056 .036 .022 .911 .105 .000 .095 .640 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA2 Pearson Correlation
.379** 1 .694** .656** .531** .443** .265** .344** .445** .368** .472** .419** .276** .468** .220* .312** .424** .275** .214* .671**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .009 .001 .000 .000 .000 .000 .006 .000 .031 .002 .000 .007 .036 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA3 Pearson Correlation
.527** .694** 1 .538** .328** .300** .328** .253* .300** .303** .267** .223* .214* .346** .004 .266** .326** .269** .124 .543**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .003 .001 .013 .003 .003 .009 .029 .037 .001 .973 .009 .001 .008 .229 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA4 Pearson Correlation .300** .656** .538** 1 .680** .470** .302** .401** .623** .467** .526** .377** .197 .401** .278** .340** .476** .440** .337** .720**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .054 .000 .006 .001 .000 .000 .001 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA5 Pearson Correlation
.335** .531** .328** .680** 1 .603** .447** .465** .582** .468** .624** .571** .411** .329** .364** .287** .503** .432** .377** .762**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .005 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
107
KA6 Pearson Correlation
.280** .443** .300** .470** .603** 1 .655** .564** .548** .544** .492** .595** .269** .260* .414** .239* .439** .169 .261* .696**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .011 .000 .019 .000 .101 .010 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA7 Pearson Correlation .276** .265** .328** .302** .447** .655** 1 .641** .460** .623** .323** .419** .318** .257* .274** .364** .457** .186 .248* .648**
Sig. (2-tailed) .007 .009 .001 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .002 .011 .007 .000 .000 .070 .015 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA8 Pearson Correlation
.224* .344** .253* .401** .465** .564** .641** 1 .434** .516** .371** .472** .517** .431** .403** .547** .379** .304** .269** .709**
Sig. (2-tailed) .028 .001 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .008 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA9 Pearson Correlation .238* .445** .300** .623** .582** .548** .460** .434** 1 .564** .554** .316** .202* .257* .326** .306** .550** .304** .336** .681**
Sig. (2-tailed) .020 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .049 .012 .001 .002 .000 .003 .001 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA10 Pearson Correlation
.220* .368** .303** .467** .468** .544** .623** .516** .564** 1 .705** .331** .278** .258* .517** .371** .471** .329** .492** .738**
Sig. (2-tailed) .031 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .006 .011 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
108
KA11 Pearson Correlation
.217* .472** .267** .526** .624** .492** .323** .371** .554** .705** 1 .424** .262** .323** .502** .197 .399** .304** .518** .704**
Sig. (2-tailed) .034 .000 .009 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .010 .001 .000 .054 .000 .003 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA12 Pearson Correlation
.196 .419** .223* .377** .571** .595** .419** .472** .316** .331** .424** 1 .316** .316** .339** .293** .225* .204* .209* .588**
Sig. (2-tailed) .056 .000 .029 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .001 .000 .002 .002 .001 .004 .028 .046 .041 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA13 Pearson Correlation
.215* .276** .214* .197 .411** .269** .318** .517** .202* .278** .262** .316** 1 .477** .345** .578** .356** .466** .300** .586**
Sig. (2-tailed) .036 .006 .037 .054 .000 .008 .002 .000 .049 .006 .010 .002 .000 .001 .000 .000 .000 .003 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA14 Pearson Correlation
.234* .468** .346** .401** .329** .260* .257* .431** .257* .258* .323** .316** .477** 1 .311** .510** .292** .354** .212* .582**
Sig. (2-tailed) .022 .000 .001 .000 .001 .011 .011 .000 .012 .011 .001 .002 .000 .002 .000 .004 .000 .039 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA15 Pearson Correlation
.012 .220* .004 .278** .364** .414** .274** .403** .326** .517** .502** .339** .345** .311** 1 .464** .313** .273** .603** .594**
Sig. (2-tailed) .911 .031 .973 .006 .000 .000 .007 .000 .001 .000 .000 .001 .001 .002 .000 .002 .007 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA16 Pearson Correlation
.167 .312** .266** .340** .287** .239* .364** .547** .306** .371** .197 .293** .578** .510** .464** 1 .523** .513** .305** .635**
Sig. (2-tailed) .105 .002 .009 .001 .005 .019 .000 .000 .002 .000 .054 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
109
KA17 Pearson Correlation
.351** .424** .326** .476** .503** .439** .457** .379** .550** .471** .399** .225* .356** .292** .313** .523** 1 .522** .331** .684**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .028 .000 .004 .002 .000 .000 .001 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA18 Pearson Correlation
.171 .275** .269** .440** .432** .169 .186 .304** .304** .329** .304** .204* .466** .354** .273** .513** .522** 1 .360** .570**
Sig. (2-tailed) .095 .007 .008 .000 .000 .101 .070 .003 .003 .001 .003 .046 .000 .000 .007 .000 .000 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
KA19 Pearson Correlation
-.048 .214* .124 .337** .377** .261* .248* .269** .336** .492** .518** .209* .300** .212* .603** .305** .331** .360** 1 .551**
Sig. (2-tailed) .640 .036 .229 .001 .000 .010 .015 .008 .001 .000 .000 .041 .003 .039 .000 .002 .001 .000 .000
N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
TKA Pearson Correlation
.428** .671** .543** .720** .762** .696** .648** .709** .681** .738** .704** .588** .586** .582** .594** .635** .684** .570** .551** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 N 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
110
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL APLIKASI SISMIOP
Reliability
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 96 100.0
Excludeda 0 .0
Total 96 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.935 .936 19
111
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
SP1 3.70 .742 96 SP2 3.84 .838 96 SP3 3.66 .844 96 SP4 4.08 .763 96 SP5 4.22 .728 96 SP6 4.28 .691 96 SP7 4.12 .897 96 SP8 4.14 .841 96 SP9 4.10 .732 96 SP10 3.81 .837 96 SP11 4.09 .769 96 SP12 4.21 .710 96 SP13 3.78 .797 96 SP14 3.95 .773 96 SP15 3.96 .917 96 SP16 3.88 .771 96 SP17 3.97 .774 96 SP18 3.78 .684 96 SP19 3.71 .857 96
112
Inter-Item Correlation Matrix
SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SP10 SP11 SP12 SP13 SP14 SP15 SP16 SP17 SP18 SP19
SP1 1.000 .550 .589 .343 .319 .270 .263 .336 .349 .315 .253 .261 .279 .266 .090 .320 .369 .242 .026 SP2 .550 1.000 .608 .613 .488 .513 .320 .508 .576 .438 .366 .516 .342 .443 .320 .426 .447 .344 .200 SP3 .589 .608 1.000 .568 .432 .474 .488 .467 .450 .414 .342 .332 .278 .408 .104 .370 .306 .324 .195 SP4 .343 .613 .568 1.000 .800 .653 .461 .523 .606 .585 .614 .590 .324 .543 .351 .447 .432 .519 .359 SP5 .319 .488 .432 .800 1.000 .713 .537 .552 .667 .603 .658 .583 .428 .469 .329 .405 .442 .520 .373 SP6 .270 .513 .474 .653 .713 1.000 .689 .658 .669 .619 .524 .652 .342 .422 .401 .383 .469 .332 .282 SP7 .263 .320 .488 .461 .537 .689 1.000 .647 .509 .648 .425 .488 .348 .374 .275 .418 .460 .285 .253 SP8 .336 .508 .467 .523 .552 .658 .647 1.000 .541 .604 .403 .552 .531 .464 .431 .627 .475 .436 .303 SP9 .349 .576 .450 .606 .667 .669 .509 .541 1.000 .633 .469 .464 .310 .344 .383 .452 .619 .445 .317 SP10 .315 .438 .414 .585 .603 .619 .648 .604 .633 1.000 .698 .456 .348 .375 .483 .501 .543 .442 .436 SP11 .253 .366 .342 .614 .658 .524 .425 .403 .469 .698 1.000 .446 .360 .451 .439 .304 .288 .380 .457 SP12 .261 .516 .332 .590 .583 .652 .488 .552 .464 .456 .446 1.000 .360 .423 .369 .414 .357 .377 .205 SP13 .279 .342 .278 .324 .428 .342 .348 .531 .310 .348 .360 .360 1.000 .511 .376 .606 .398 .568 .306 SP14 .266 .443 .408 .543 .469 .422 .374 .464 .344 .375 .451 .423 .511 1.000 .354 .519 .314 .456 .231 SP15 .090 .320 .104 .351 .329 .401 .275 .431 .383 .483 .439 .369 .376 .354 1.000 .558 .414 .405 .560 SP16 .320 .426 .370 .447 .405 .383 .418 .627 .452 .501 .304 .414 .606 .519 .558 1.000 .611 .606 .358 SP17 .369 .447 .306 .432 .442 .469 .460 .475 .619 .543 .288 .357 .398 .314 .414 .611 1.000 .504 .335 SP18 .242 .344 .324 .519 .520 .332 .285 .436 .445 .442 .380 .377 .568 .456 .405 .606 .504 1.000 .429 SP19 .026 .200 .195 .359 .373 .282 .253 .303 .317 .436 .457 .205 .306 .231 .560 .358 .335 .429 1.000
113
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
SP1 71.58 96.982 .435 .496 .935 SP2 71.44 92.733 .648 .651 .931 SP3 71.62 93.774 .575 .656 .933 SP4 71.20 92.160 .761 .782 .929 SP5 71.06 92.712 .759 .791 .929 SP6 71.00 93.474 .743 .755 .930 SP7 71.16 92.070 .640 .675 .932 SP8 71.15 91.242 .743 .670 .929 SP9 71.18 93.200 .718 .668 .930 SP10 71.47 91.178 .751 .738 .929 SP11 71.19 93.754 .641 .687 .931 SP12 71.07 94.616 .635 .552 .932 SP13 71.50 94.484 .566 .559 .933 SP14 71.33 94.351 .595 .491 .932 SP15 71.32 93.547 .536 .579 .934 SP16 71.41 93.149 .681 .701 .931 SP17 71.31 93.817 .632 .603 .932 SP18 71.50 95.179 .618 .577 .932 SP19 71.57 95.553 .453 .463 .935
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
75.28 103.888 10.193 19
114
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KINERJA APARATUR PAJAK
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 96 100.0
Excludeda 0 .0
Total 96 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.916 .918 19
115
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KA1 3.76 .707 96 KA2 3.91 .741 96 KA3 3.58 .804 96 KA4 4.07 .729 96 KA5 4.22 .668 96 KA6 4.32 .607 96 KA7 4.14 .816 96 KA8 4.26 .798 96 KA9 4.15 .649 96 KA10 3.86 .803 96 KA11 3.97 .774 96 KA12 4.32 .641 96 KA13 3.85 .808 96 KA14 3.92 .706 96 KA15 4.03 .923 96 KA16 3.93 .743 96 KA17 4.05 .686 96 KA18 3.80 .734 96 KA19 3.75 .846 96
116
Inter-Item Correlation Matrix
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 KA11 KA12 KA13 KA14 KA15 KA16 KA17 KA18 KA19
KA1 1.000 .379 .527 .300 .335 .280 .276 .224 .238 .220 .217 .196 .215 .234 .012 .167 .351 .171 -.048 KA2 .379 1.000 .694 .656 .531 .443 .265 .344 .445 .368 .472 .419 .276 .468 .220 .312 .424 .275 .214 KA3 .527 .694 1.000 .538 .328 .300 .328 .253 .300 .303 .267 .223 .214 .346 .004 .266 .326 .269 .124 KA4 .300 .656 .538 1.000 .680 .470 .302 .401 .623 .467 .526 .377 .197 .401 .278 .340 .476 .440 .337 KA5 .335 .531 .328 .680 1.000 .603 .447 .465 .582 .468 .624 .571 .411 .329 .364 .287 .503 .432 .377 KA6 .280 .443 .300 .470 .603 1.000 .655 .564 .548 .544 .492 .595 .269 .260 .414 .239 .439 .169 .261 KA7 .276 .265 .328 .302 .447 .655 1.000 .641 .460 .623 .323 .419 .318 .257 .274 .364 .457 .186 .248 KA8 .224 .344 .253 .401 .465 .564 .641 1.000 .434 .516 .371 .472 .517 .431 .403 .547 .379 .304 .269 KA9 .238 .445 .300 .623 .582 .548 .460 .434 1.000 .564 .554 .316 .202 .257 .326 .306 .550 .304 .336 KA10 .220 .368 .303 .467 .468 .544 .623 .516 .564 1.000 .705 .331 .278 .258 .517 .371 .471 .329 .492 KA11 .217 .472 .267 .526 .624 .492 .323 .371 .554 .705 1.000 .424 .262 .323 .502 .197 .399 .304 .518 KA12 .196 .419 .223 .377 .571 .595 .419 .472 .316 .331 .424 1.000 .316 .316 .339 .293 .225 .204 .209 KA13 .215 .276 .214 .197 .411 .269 .318 .517 .202 .278 .262 .316 1.000 .477 .345 .578 .356 .466 .300 KA14 .234 .468 .346 .401 .329 .260 .257 .431 .257 .258 .323 .316 .477 1.000 .311 .510 .292 .354 .212 KA15 .012 .220 .004 .278 .364 .414 .274 .403 .326 .517 .502 .339 .345 .311 1.000 .464 .313 .273 .603 KA16 .167 .312 .266 .340 .287 .239 .364 .547 .306 .371 .197 .293 .578 .510 .464 1.000 .523 .513 .305 KA17 .351 .424 .326 .476 .503 .439 .457 .379 .550 .471 .399 .225 .356 .292 .313 .523 1.000 .522 .331 KA18 .171 .275 .269 .440 .432 .169 .186 .304 .304 .329 .304 .204 .466 .354 .273 .513 .522 1.000 .360 KA19 -.048 .214 .124 .337 .377 .261 .248 .269 .336 .492 .518 .209 .300 .212 .603 .305 .331 .360 1.000
117
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
KA1 72.14 76.055 .360 .401 .917 KA2 71.99 72.600 .622 .695 .911 KA3 72.31 73.796 .475 .673 .915 KA4 71.82 72.084 .677 .724 .909 KA5 71.68 72.284 .728 .739 .909 KA6 71.57 73.763 .659 .681 .911 KA7 71.76 72.142 .591 .720 .912 KA8 71.64 71.455 .660 .626 .910 KA9 71.75 73.474 .639 .576 .911 KA10 72.03 70.978 .693 .741 .909 KA11 71.93 71.795 .656 .724 .910 KA12 71.57 74.626 .539 .522 .913 KA13 72.04 73.135 .522 .552 .913 KA14 71.98 74.105 .526 .455 .913 KA15 71.86 71.992 .521 .601 .914 KA16 71.97 73.062 .581 .667 .912 KA17 71.84 73.017 .640 .606 .911 KA18 72.09 74.002 .511 .506 .913 KA19 72.15 73.326 .480 .516 .915
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
75.90 81.000 9.000 19
118
HASIL UJI NORMALITAS Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 TSPa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: TKA
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .387a .150 .140 8.344 a. Predictors: (Constant), TSP b. Dependent Variable: TKA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1150.590 1 1150.590 16.526 .000a
Residual 6544.369 94 69.621 Total 7694.958 95
a. Predictors: (Constant), TSP b. Dependent Variable: TKA
119
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 50.192 6.380 7.867 .000
TSP .341 .084 .387 4.065 .000
a. Dependent Variable: TKA
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 59.75 82.63 75.90 3.480 96
Residual -31.752 19.200 .000 8.300 96
Std. Predicted Value -4.639 1.935 .000 1.000 96
Std. Residual -3.805 2.301 .000 .995 96
a. Dependent Variable: TKA
120
121
HASIL UJI REGRESI
Regression Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 TSPa . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: TKA
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .387a .150 .140 8.344
a. Predictors: (Constant), TSP
122
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 50.192 6.380 7.867 .000
TSP .341 .084 .387 4.065 .000 a. Dependent Variable: TKA
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TSP 96 28 95 75.28 10.193
TKA 96 28 95 75.90 9.000
Valid N (listwise) 96
123
Frequencies
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 68 70.8 70.8 70.8
Perempuan 28 29.2 29.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 30 tahun 31 32.3 32.3 32.3
> 40 tahun 29 30.2 30.2 62.5
30 - 40 tahun 36 37.5 37.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
124
Pendidikan Formal terakhir
Pendidikan Formal terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Akademi (D/I, D/II, D/III) 38 39.6 39.6 39.6
Pasca Sarjana 10 10.4 10.4 50.0
Sarjana (S1/Sederajat) 27 28.1 28.1 78.1
SLTA/ Sederajat 21 21.9 21.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
Lama Bekerja
Lama Bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 3 tahun 21 21.9 21.9 21.9
> 5 tahun 51 53.1 53.1 75.0
3 - 5 tahun 24 25.0 25.0 100.0
Total 96 100.0 100.0
95
B. Pertanyaan
Pilihlah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( ) pada salah
satu angka diantara nomor 1 s/d 5.
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-Ragu (RR)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
No Pertanyaan STS 1
TS 2
RR 3
S 4
SS 5
A 1 2 3 4 5 6 7 8
Aplikasi Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) Dengan adanya SISMIOP memberikan informasi akurat tentang Wajib Pajak Dengan adanya Aplikasi SISMIOP data Wajib Pajak tersimpan secara akurat Aplikasi SISMIOP mampu meningkatkan kualitas administrasi perpajakan Dengan adanya aplikasi SISMIOP proses pemungutan pajak menjadi lebih cepat, tepat, mudah, dan akurat Aplikasi SISMIOP menghasilkan informasi perpajakan yang akurat Diperlukan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan Aplikasi SISMIOP mendukung kecepatan administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan Aplikasi SISMIOP memberikan pelayanan secara efisien baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya
96
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Dengan adanya SISMIOP permasalahan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara lebih cepat Aplikasi SISMIOP memudahkan aparatur pajak dalam menjalankan tugas sehari-hari SISMIOP memberikan informasi tentang pembayaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak SISMIOP memberikan informasi tentang alamat Wajib Pajak SISMIOP memberikan informasi Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan secara sistematis SISMIOP dapat meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif SISMIOP memperbaiki sistem kerja sehingga dapat memudahkan Wajib Pajak SISMIOP mempercepat pengolahan dan ketersediaan data Wajib Pajak SISMIOP memelihara akurasi data administrasi perpajakan Administrasi menjadi lebih efisien melalui penerapan sistem administrasi yang handal dan teknologi yang tepat guna SISMIOP meningkatkan produktifitas serta ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan
97
No Pertanyaan STS 1
TS 2
RR 3
S 4
SS 5
B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kinerja Aparatur Pajak Saya Mengetahui dan menguasai peraturan-peraturan perpajakan yang terbaru Saya telah memahami tentang pengoperasian SISMIOP Saya telah memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam mengoperasikan SISMIOP Dengan adanya SISMIOP pekerjaan saya menjadi lebih mudah Menurut saya, dengan adanya pemahaman SISMIOP, saya dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak dengan mudah, cepat dan akurat Pelatihan dalam mengaplikasikan SISMIOP perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja aparatur pajak Aplikasi SISMIOP dalam teknologi informasi perlu disosialisasikan melalui semua KPP yang telah menerapkan, agar Wajib Pajak memahami kemudahan yang diberikan Penyempurnaan program dalam SISMIOP perlu diadakan dalam rangka meningkatkan keterampilan aparat pajak Menurut saya, pengaplikasian SISMIOP mempermudah pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu Aplikasi SISMIOP meneliti kompetensi yang baik, sehingga dapat menunjukkan kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas sehari-hari Pengaplikasian SISMIOP dapat meningkatkan keahlian dan kualitas dalam bekerja
98
12 13 14 15 16 17 18 19
Penerapan SISMIOP akan berjalan dengan efektif jika didukung dengan pegawai yang terlatih dan berketerampilan tinggi Dengan adanya aplikasi SISMIOP, Ditjen Pajak memiliki SDM yang profesional dan terpercaya Aplikasi SISMIOP dapat meminimalisir adanya kecurangan dalam perpajakan Penerapan SISMIOP akan berjalan efektif jika didukung dengan adanya pegawai yang sopan dan menerapkan kode etik Perubahan pelayanan dalam aplikasi SISMIOP memberikan motivasi dan semangat kerja sehingga menciptakan pelayanan yang aman dan nyaman Aplikasi SISMIOP dapat melahirkan organisasi yang lebih terbuka dan transparan Aplikasi SISMIOP mampu meningkatkan disiplin dan integritas aparat pajak Aplikasi SISMIOP dapat melahirkan kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dan Aparat Pajak
----- TERIMA KASIH -----