Post on 30-Jan-2018
BAB I
SEJARAH JAWA BARAT
Temuan arkeologi tertua mengenai penghuni Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan
ditemukannya budaya logam perunggu dan besi dari sebelum milenium pertama. Gerabah
tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai
Cirebon.
Jawa Barat pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti
peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang
ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta
yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara akibat serangan kerajaan Sriwijaya
berdasarkan prasasti Kota Kapur (Tahun 686), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari
Ujung Kulon sampai Kali Ciserayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari
zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan
sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi ancaman kepada Kerajaan
Sunda. Pelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak.
Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Kerajaan
Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian menjadi
Kesultanan Banten. Untuk menghadapi ancaman Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak,
Sri baduga Maharaja, raja Sunda saat itu meminta putranya, Surawisesa untuk membuat
perjanjian pertahanan keamanan dengan bangsa Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya
pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak.
Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa,
perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang dikenal dengan Luso-Sundanese Treaty,
ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk
membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana.
Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan
suatu monumen batu yang disebut Padrao di tepi sungai Ciliwung di sekitar daerah Tugu.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
1
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat,
pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon -
Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan
Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima
tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa
dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya
Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten.
Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota
Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan
Kesultanan Banten, wilayah Priangan jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika
Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu
sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas
kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden
(Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di
sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang
menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan
salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga
pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg
(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for
Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Namun Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
2
BAB II
BIOGEOGRAFI WILAYAH JAWA BARAT
I. SELAYANG PANDANG PROPINSI JAWA BARAT
I. 1 Makna bentuk dan motif lambang
Secara keseluruhan lambang Pemerintah Propinsi Jawa Barat berbentuk bulat telur
dengan hiasan pita di bagian bawahnya yang berisikan motto Jawa Barat.
Makna daripada bentuk dan motif yang terdapat dalam lambang ialah :
A. Bentuk bulat telur pada lambang Jawa Barat berasal dari bentuk perisai yang banyak
dipakai oleh para laskar kerajaan zaman dahulu, makna perisai sebagai penjagaan diri.
B. Kujang yang berada di tengah-tengah adalah senjata pusaka yang tajam serba guna bagi
masyarakat Sunda masa lalu. Lima lubang pada kujang melambangkan dasar negara,
Pancasila.
C. Setangkai padi yang terdapat di sisi sebelah kiri melambangkan bahan makanan pokok
masyarakat Jawa Barat sekaligus juga melambangkan kesuburan pangan, dan jumlah
padi 17 menggambarkan tanggal Proklamasi Republik Indonesia.
D. Kapas yang berada di sebelah kanan melambangkan kesuburan sandang, dan 8 kuntum
bunga menggambarkan bulan proklamasi Republik Indonesia.
E. Gunung yang terdapat di bawah padi dan kapas melambangkan bahwa daerah Jawa
Barat terdiri atas daerah pegunungan.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
3
F. Sungai dan terusan yang terdapat di bawah gunung sebelah kiri melambangkan di Jawa
Barat banyak terdapat sungai dan saluran air yang sangat berguna untuk pertanian.
G. Petak-petak yang terdapat di bawah gunung sebelah kanan melambangkan banyaknya
pesawahan dan perkebunan. Masyarakat Jawa Barat umumnya hidup mengandalkan
kesuburan tanahnya yang diolah menjadi lahan pertanian.
H. Dam/bendungan yang terdapat di tengah-tengah bagian bawah antara gambar sungai
dan petak, melambangkan kegiatan di bidang irigasi yang merupakan salah satu
perhatian pokok mengingat Jawa Barat merupakan daerah agraris.
1.2 Makna Warna
Warna yang mendominasi pada lambang Jawa Barat adalah hijau, makna warna-warna
yang dipergunakan dalam mewarnai motif lambang adalah:
A. Hijau bermakna kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa Barat
B. Kuning bermakna keagungan, kemulyaan dan kekayaan.
C. Hitam bermakna keteguhan dan keabadian.
D. Biru bermakna ketentraman atau kedamaian
E. Merah bermakna keberanian.
F. Putih bermakna kemurnian /kesucian atau kejujuran.
1.3 Moto Daerah
Motto daerah Jawa Barat adalah “Gemah Ripah Repeh Rapih”, kata gemah-ripah dan
repeh-rapih merupakan kata majemuk yang mempunyai arti sebagai berikut :
- Gemah-ripah : subur makmur, cukup sandang dan pangan.
- Repeh-rapih : rukun dan damai atau aman sentosa.
Arti dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan ialah menyatakan bahwa Jawa Barat
merupakan daerah yang kaya raya/subur makmur didiami oleh banyak penduduk yang hidup
rukun dan damai.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
4
1.4 Arti Kata Sunda
Dalam buku “Sejarah Sunda” karya R. Ma’mun Atmamihardja yang diterbitkan
tahun 1958, arti kata Sunda menurut penyelidikannya dapat disimpulkan sebagai
berikut: dalam bahasa Sansekereta : Sunda artinya bersinar, terang, nama dewa Wisnu, nama
satria buta dalam cerita “Upa Sunda dan Ni Sunda : dalam bahasa Kawi : Sunda artinya air,
tumpukan, pangkat, waspada; dalam bahasa Jawa : Sunda artinya bersusun menyusun),
berganda, kata atau suara, naik, terbang; dalam bahasa Sunda : Sunda artinya bagus, indah,
unggul, cantik, menyenangkan.
1.5 Kabupaten dan Kota Di Jawa BaratNo. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bandung Soreang2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah3 Kabupaten Bekasi Bekasi4 Kabupaten Bogor Cibinong5 Kabupaten Ciamis Ciamis6 Kabupaten Cianjur Cianjur7 Kabupaten Cirebon Sumber8 Kabupaten Garut Garut9 Kabupaten Indramayu Indramayu10 Kabupaten Karawang Karawang11 Kabupaten Kuningan Kuningan12 Kabupaten Majalengka Majalengka13 Kabupaten Purwakarta Purwakarta14 Kabupaten Subang Subang15 Kabupaten Sukabumi Pelabuanratu16 Kabupaten Sumedang Sumedang17 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna18 Kota Bandung Bandung19 Kota Banjar Banjar20 Kota Bekasi Bekasi21 Kota Bogor Bogor22 Kota Cimahi Cimahi23 Kota Cirebon Cirebon24 Kota Depok Depok25 Kota Sukabumi Cisaat26 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya
II. BIOGEOGRAFI JAWA BARAT
2.1 Pengertian Biogeografi (Bioregion)
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
5
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari pola distribusi tumbuhan dan hewan dengan
menggunakan pendekatan analisis spatial (mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan
diantaranya dalam ruang bumi, termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi,
perairan, kelautan dan bawah atmosfir), atau Biogeografi adalah Penyebaran tumbuh-tumbuhan
dan binatang secara geografis di muka bumi.
Pada awalnya konsep biogeografi banyak mendapatkan kritik karena jarang sekali
menyentuh faktor-faktor lingkungan alam lainnya dalam satu ekosistem dan faktor manusia
dengan aktivitasnya terhadap terjadinya pola distribusi tumbuhan dan hewan tersebut. Hal ini
kemudian dipandang sebagai satu kelemahan mendasar dari konsep biogeografi. Karena itu,
dalam perkembangan selanjutnya biogeografi mulai menyentuh faktor-faktor ekosistem dan
kegiatan-kegiatan manusia untuk memahami pola distribusi organisme mahluk hidup
(tumbuhan dan hewan) dalam suatu lingkungan geografi pada masa lalu dan pada saat ini.
Bersamaan dengan perkembangan tersebut kemudian muncul istilah baru yang dikenal sebagai
konsep Bioregion.
Bioregion Jawa Barat merupakan Kawasan/lingkungan fisik wilayah Jawa Barat yang
pengelolaanya tidak ditentukan oleh batasan politik dan administrasi, tetapi oleh batasan
geografi, komunitas manusia serta system ekologi. Dengan demikian, bioregion
jugamempunyai pengertian ekoregion, yaitu pengelolaan kawasan yang didasarkan pada
prioritas ekosistem dan habitat alami setempat.
2.2 Kondisi Geografis dan faktor lingkungan Jawa Barat
2.2.1 Letak Geografis Dan Astronomi
Letak Geografis Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan,
serta Banten dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan
pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur
Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya
Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai
Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
6
Letak astronomisnya antara 5”50’-7”50’Lintang Selatan dan antara 104”48’-108”48’
Bujur Timur. Luas Jawa Barat setelah Banten memisahkan diri dari Jawa Barat adalah lebih
kurang 4.417.000 ha (44.170 km2), dengan jumlah penduduk sebanyak 36.456.576 jiwa (BPS
tahun 2000).
2.2.2 Luas Daerah
Propinsi Jawa Barat memiliki luas 3, 7 juta hektar dengan berbagai tipe ekosistem,
mulai dari ekosistem pegunungan, rawa, hingga pantai dan daerah pesisir berbatu di selatan
hingga dataran tanah aluvial di utara. Keragaman ekosistem ini akan mempengaruhi tingkat
keanekaragaman pada tingkat jenis.
Hampir 60 % daerah Jawa Barat merupakan daerah bergunung dengan ketinggian
antara 500–3.079 m dpl. sedangkan 40 % merupakan daerah dataran yang memiliki variasi
tinggi antara 0–500 m dpl. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah Jawa Barat
didominasi daerah pegunungan atau dataran tinggi.
2.2.3 Iklim
Iklim di Jawa Barat hampir selalu basah kecuali untuk daerah pesisir yang berubah
menjadi kering pada musim kemarau, dengan curah hujan berkisar antara 1000 mm s/d 6000
mm. Pada daerah selatan dan tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
utara.
Musim hujan di daerah Jawa Barat lebih lama, karena pada waktu musim timur (arus
angin dari benua Australia) tiba, angin barat belum hilang dan masih menurunkan hujan. Di
daerah ini angka rata-rata curah hujan di atas 2.000 mm, di beberapa daerah pantai curah
hujannya antara 3.000-5.000 mm. Jumlah hari hujan di daerah tinggi, misalnya Bogor adalah
352 hari per tahun, dan di daerah rendah 138 hari per tahun.
2.2.4 Curah Hujan
Curah hujan di daerah tengah dan selatan yang lebih tinggi memberikan kontribusi
dalam profil hutan yang masih dapat dijumpai saat ini. Apabila diperhatikan, meskipun bukan
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
7
satu-staunya penyebab, kondisi hutan daerah tengah dan selatan relatif lebih baik dibandingkan
daerah lainnya.
2.2.5 Suhu Udara
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada umumnya suhu udara rata-rata di Jawa Barat beragam dari 180C-220C.
Selain curah hujan, kondisi Jawa Barat bagian selatan pun didominasi oleh daerah pegunungan dengan beberapa gunung berapi yang sudah tidak aktif diantaranya adalah) dan beberapa yang aktif
2.2.6 Pegunungan
Demikian pula dengan daerah tengah Jawa Barat yang juga didominasi oleh
pegunungan. Beberapa gunung tinggi yang masih aktif yaitu Gn. Gede-Pangrango (3.019 m)
, Gn. Ciremai (3.078 m) dan Gn. Tangkuban Perahu (2.076), Gn. Galunggung (2.168 m),
Gn. Cikurai (2.800 m), Gn. Papandayan (2.622 m), dan Gn. Guntur (2.249 m).
serta beberapa gunung yang sudah tidak aktif adalah Gn. Salak (2.211 m), Gn. Halimun (1.744
m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m). Gn. Patuha (2.434 m), Gn.
Wayang-Windu (2.182 m), Gn. Malabar (2.350 m), Gn. Kendang (2.608 m), Gn. Talaga Bodas
(2.241
Kondisi yang masih didominasi oleh pegunungan ini pun telah memberikan kontribusi
dalam perlindungan dan pelestarian terhadap ekosistem alami.
2.2.7 Hutan
Daerah selatan merupakan daerah yang memiliki luasan hutan yang dominan di Jawa
Barat, dan 9.5% diantaranya merupakan hutan alami. Dan hampir 60% wilayah hutan yang ada
di Jawa Barat berada di daerah selatan. Luas hutan yang ada di Jawa Barat mencapai 864,87
ribu Ha, yang terdiri atas 612,05 ribu Ha merupakan hutan konservasi yang terdiri dari hutan
lindung, cagar alam, taman nasional dan hutan mangrove, sedangkan sisanya yaitu seluas
252,82 ribu Ha merupakan hutan produksi. Hutan mangrove yang ada di Jawa Barat terhampar
di pantai utara. Tipe hutan yang ada di Jawa Barat dapat dikatakan lengkap, mulai dari hutan
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
8
daerah pesisir yaitu hutan mangrove dan hutan dataran rendah (lowland forest) hingga hutan
sub alpin.
2.2.8 Wilayah Aliran Sungai (WAS)
Sementara itu daerah utara Jawa Barat merupakan daerah dataran sedang hingga
dataran rendah. Dataran rendah ini didominasi oleh dataran aluvial. Pada daerah ini terdapat
dua wilayah aliran sungai (WAS) besar dan sangat berpengaruh pada daerah Jawa Barat
bermuara ke pantai utara, yaitu WAS Citarum dan WAS Cimanuk. Daerah utara Jawa Barat
merupakan daerah yang sangat subur dan merupakan daerah pesawahan yang terbesar di
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka populasi manusia terbesar dan industri di Jawa Barat
berada pada daerah ini. Oleh karena itu kawasan utara ini memiliki tingkat ancaman dan
kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan daerah tengah dan selatan.
Di dataran Jawa Barat mengalir sungai utama di antaranya: Citarum (268 km),
Cimanuk (258,4 km), Cidurian (181,5 km), Cipunegara (148 km), ciujung (147,2 km),Cisadane
(144 km), Citanduy (130 km), Ciliwung (118,5 km), disamping itu terdapat beberapa sungai
lain yang panjangnya kurang dari 110 km.
Daerah Jawa Barat memiliki 9 wilayah aliran sungai, antara lain: WAS Citarum (671,9
ribu Ha), WAS Cisadane-Ciliwung (372 ribu Ha), WAS Cipunagara-Cilamaya (443,5 ribu Ha),
WAS Cimanuk (450 ribu Ha), WAS Cisanggarung – Ciwaring (260,4 ribu Ha), WAS
Cimandiri – Ciletuh (349,25 ribu Ha), WAS Cibuni – Cilaki (420,42 ribu Ha), WAS Citanduy
(261,86 ribu Ha), WAS Ciwulan – Ciputrapinggan (413,84 ribu Ha). Selain itu Jawa Barat juga
memiliki pengairan darat berupa danau atau waduk seluas 19,4 ribu Ha.
2.2.9 Danau/Situ
Tidak sedikit danau/situ yang terdapat di daerah Jawa Barat baik yang terwujud secara
alamiah maupun buatan manusia. Danau atau situ yang paling dikenal adalah : Situ Bagendit
di Garut, Situ Gede di Tasikmalaya, Situ Panjalu di Ciamis. Danau Jatilihur di Purwakarta,
Waduk Darma di Kuningan, Danau Rentang di Indramayu, Situ Cileunca di Pangalengan
Bandung, Situ Patenggang di Ciwidey Bandung, Situ Lembang di Lembang.
2.2.10 Pesisir Pantai
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
9
Pada kedua pesisir yaitu pesisir utara dan pesisir selatan, masing-masing memiliki
karakteristik yang sangat berbeda. Pada pesisir utara pantai jarang sekali ditemukan gugusan
terumbu karang, tetapi daerah ini kaya akan padang lamun dan pantainya lebih banyak
didominasi oleh hutan mangrove. Sedangkan pesisir selatan merupakan pantai yang memiliki
tipologi berbatu dan berpasir, sehingga sering ditemukan gugusan terumbu karang.
2.2.11 Faktor Lingkungan
Kondisi faktor lingkungan yang berbeda pada kawasan utara dan selatan, demikian pula
dengan tingkat kepadatan penduduk, telah mempengaruhi tingkat ancaman yang berbeda
terhadap keanekaragaman hayati. Kawasan utara yang memiliki ancaman kelestarian relatif
lebih tinggi memerlukan upaya perlindungan sekaligus rehabilitasi. Melalui perlindungan dan
rehabilitasi diharapkan tingkat keanekaragaman hayati kawasan Utara Jawa Barat dapat
ditingkatkan dimasa yang akan datang.
Sementara kawasan selatan dan tengah yang relatih masih baik kondisi
keanekaragaman hayatinya memerlukan upaya yang terutama berperan dalam perlindungan
dan perencanaan wilayah yang baik, dan berpihak pada kelestarian lingkungan.
2.3 Keanekaragaman Flora
Jawa Barat mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Di Jawa Barat terdapat
3.882 jenis (spesies) tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli Jawa Barat dan 258 jenis
yang dimasukkan dari luar. Perbandingan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk
tumbuhan asli adalah 3.882:2.851:2.717. Khusus untuk anggrek (Orchidaceae) di Pulau Jawa,
di Jawa Barat terdapat 607 jenis alami, 302 jenis (50 %) hanya ada di Jawa Barat (Van Steenis
dalam Backer & Bakhuizen van de Brink, 1965). Menurut Comber (1990) di Jawa Barat
terdapat 642 jenis anggrek dan yang hanya terdapat di Jawa Barat 248 jenis.
Tumbuhan yang termasuk pohon, di Jawa Barat terdapat 1.106 jenis (Prawira, tbt.)
dengan 51 jenis disebut dengan pohon-pohon yang penting, diantaranya jati (Tectona grandis),
rasamala (Altingia excelsa), kepuh (Sterculia foetida), jamuju (Podocarpus imbricatus), bayur
(Pterospermum javanicum), puspa (Schima wallichii), kosambi (Schleichera oleosa),
beleketebe (Sloenea sigun), pasang (Lithocarpus spp.), pedada (Sonneratia alba), bakau
(Rhizhopora mucronata), dll.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
10
Tipe-tipe vegetasi yang ada di Jawa Barat adalah (Van Steenis dalam Backer & Bakhuizen
van de Brink, 1965):
Vegetasi litoral, termasuk di sini jenis-jenis tumbuhan lamun seperti setu (Enhalus acoroides), Thalassia hemprichii, dan berbagai jenis alga seperti Gelidium, Gracilaria dan Euchema yang menghasilkan agar-agar
Hutan bakau (mangrove), antara lain bakau (Rhizophora spp.), pedada (Sonneratia spp.), api-api (Avicennia spp.), tarungtung (Lumnitzera littorea).
Formasi pantai antara lain formasi Barringtonia yang ditandai oleh keben (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dll.
Hutan rawa dataran rendah, antara lain reungas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia spp.), cangkring (Erythrina fusca) dll.
Hutan hujan dataran rendah dan perbukitan. Formasi ini terdapat pada ketinggian di bawah 1500 dpl. (Zona tropis 1-1000 dpl., zona submontana 1000-1500 dpl.). Antara lain berbagai jenis bambu (Bambusa spp., Gigantochloa spp.), mara (Mallotus spp., Macaranga spp.), kareumbi (Omalanthus populneus), dan teureup (Artocarpus elasticus) dll.
Hutan hujan pegunungan (zona Montana) pada ketinggian 1500-2400 m dpl. Antara lain rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus spp.), saninten (Castanopsis argentea), hamirung (Vernonia arborea), puspa (Schima wallichii), huru (Litsea spp., Phoebe spp.), jamuju (Podocarpus imbricatus), dan kihujan (Engelhardia spp.) dll.
Danau dan rawa pegunungan, tumbuhan rawa seperti Eriocaulon spp., Xyris campestris, dll. Lumut Sphagnum ditemukan di Gunung Gede dan Patuha.
Vegetasi sub alpin, di atas 2400 m dpl. Daerah ini lebih miskin dariapada hutan hujan pegunungan, didominasi oleh suku Ericaceae seperti cantigi (Vaccinium spp.), Rhododendron spp., gandapura (Gaultheria spp.), dan jenis-jenis lain yang khas seperti ramo kasang (Schefflera spp.), kiteke (Myrica javanica), jirak (Symplocos sessilifolia) dll.
Menurut Van Steenis (1972) terdapat 39 jenis tumbuhan pegunungan yang
dikategorikan jarang (‘rare’) di Jawa Barat, 18 jenis diantaranya sejauh ini diduga endemik
(Meskipun ada diantaranya yang ditemukan di tempat lain). Di antara yang endemik tersebut,
11 jenis adalah anggrek (Orchidaceae). Sebelumnya Van Steenis (dalam Backer & Bakhuizen
van de Brink, 1965) menyebutkan ada dua jenis yang endemik di Jawa Barat yaitu Heynella
lactea (Tjadasmalang) dan Silvorchis colorata (di sekitar Garut).
Menurut Van Steenis (dalam Backer & Bakhuizen van de Brink, 1965) di Pulau
Jawa, dari 6.543 jenis yang ada, 1.523 jenis (23,4 %) adalah tanaman budidaya, sisanya adalah
tumbuhan liar (4.598 jenis) dan tumbuhan asing yang ternaturalisasi (413 jenis). Sebagian dari
tumbuhan alami terdapat di kawasan konservasi yaitu hutan lindung, cagar alam, suaka
margasatwa dan taman nasional. Di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terdapat 844
jenis tumbuhan berbunga (Sunaryo & Rugayah, 1992).
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
11
Semua jenis tumbuhan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, yang
mempunyai manfaat langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional oleh masyarakat lokal dikenal sebagai etnobotani. Penelitian etnobotani di Jawa
Barat sudah banyak dilakukan, antara lain di Kampung Naga (Suandharu, 1998), Cinangka
(Murdiati dkk. 1992), Gunung Halimun (Nizma & Darnaedi, 1992; Panggabean & Ladjar,
1992), Pangandaran (Zuhud & Yuniarsih, 1992), dll. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat lokal akan semakin terkikis dengan kemajuan teknologi.
2.4 Keanekaragaman Fauna
Secara umum dunia fauna dapat dikelompokkan kedalam: serangga, pisces, amfibi,
reptil, aves dan mamalia. Dari kelompok-kelompok tersebut ada fauna yang langsung
berhubungan dengan kepentingan manusia yaitu bisa bermanfaat bagi manusia, bersifat hama,
disukai untuk dipelihara atau dikonsumsi dan juga fauna dengan status khusus seperti fauna
endemik (hanya ditemui di suatu daerah tertentu), langka/hampir punah dan punah. Dalam
proyek ini, inventarisasi/ dokumentasi pendahuluan terhadap kelompok-kelompok fauna di atas
yang dijumpai di daerah jawa barat telah dilakukan (lihat sub Bab 4.1 dan 4.2). Berdasarkan
hasil-hasil yang terdokumentasi, maka dapat dibuat deskripsi singkat yang berkaitan dengan
masing-masing kelompok fauna tersebut, yaitu :
Kelompok serangga
Kelompok ini memiliki berbagai macam manfaat. Salah satu peran serangga yang
sangat penting secara ekologis adalah dalam proses penyerbukan (polinasi) yang dilakukan
oleh kupu-kupu. Akan tetapi kelimpahan dan keanekaragaman spesiesnya dewasa ini semakin
berkurang yang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu berkurangnya habitat dan
eksploitasi untuk diperdagangkan karena umumnya kupu-kupu karena keindahannya.
Karena dalam siklus hidupnya serangga biasanya mengalami proses metamorfosis, ada fase-
fase tertentu dari proses tersebut yang kurang disukai oleh manusia yaitu pada fase larva atau
yang lebih dikenal dengan nama ulat. Pada fase ini, serangga biasanya dianggap hama oleh
para petani karena merusak tanaman.
Di habitat alami, belalang dan jengkrik adalah kelompok serangga yang bisa dimanfaatkan
sebagai sumber makanan burung, reptil dan amfibi. Akan tetapi jenis-jenis belalang tertentu
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
12
apabila populasinya tidak terkendali dapat bersifat hama terhadap tanaman bididaya seperti
padi sehingga petani mengalami gagal panen.
Kelompok pisces
Pada dokumentasi awal ini, inventarisasi difokuskan pada ikan-ikan air tawar yang
dijumpai pada daerah aliran sungai citarum dan tiga waduk besar di wilayah jawa barat, yaitu
Jatiluhur, Cirata dan Saguling. Dari hasil survey lapangan, ikan-ikan air tawar yang dijumpai
pada daerah-daerah tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
Ikan yang menjadi ciri khas Sungai Citarumo tagih/baung, hampal, keting dan udang batu
Ikan khas Sungai Citarum yang tidak ditemukan lagi setelah pembangunan waduko tawes, lelawak, sengal, arengan, walangi
Ikan yang masih bisa ditemukan di sungai dan waduko deleg, sidat/moa, betok, pepetek, kebo gerang, julung-julung, keting, bereum
panon, beunter, sepat, paray, betutu/bodo, jeler, oleng, gabus, belut Ikan budidaya yang diintroduksi ke perairan waduk
o patin, ikan mas, nila, gurame Ikan hias yang diintroduksi ke perairan waduk
o arwana, golsom, oskar Ikan yang secara tradisi dikonsumsi oleh masyarakat sekitar
o tagih/baung Ikan atau udang yang dijumpai pada bulan/periode tertentu
o udang batu
Kelangkaan dan kepunahan beberapa jenis ikan ‘indigenous’ di daerah aliran Sungai
Citarum diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: perubahan habitat dari sungai ke danau/waduk,
pencemaran dan ‘overfishing’ yang dilakukan untuk kebutuhan pangan. Jenis-jenis ikan yang
punah tersebut, yaitu arengan, lelawak, sengal, tawes. walangi belum sempat didomestikasi
sehingga informasi yang berkaitan dengan spesies-spesies tersebut tidak banyak.
Kelangkaan dan kepunahan beberapa spesies ikan terjadi juga sebagai akibat
penggunaan pestisida terutama untuk ikan-ikan yang mendiami ekosistem binaan seperti sawah
seperti ikan-ikan kecil/impun dan belut sawah.
Kelompok amfibi dan reptil
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
13
Kelompok amfibi dan reptil yang ditemukan di lapangan statusnya semakin hari akan
semakin langka. Hal ini diakibatkan karena habitat yang tersedia semakin berkurang dan belum
satupun dari jenis kelompok ini yang sudah bisa didomestikasi dan dibudidaya.
Kelangkaan beberapa spesies kelompok ini terjadi sebagai akibat perburuan oleh
manusia untuk dikonsumsi dan dipelihara antara lain: katak sawah, katak catang, beberapa
jenis ular, biawak, bunglon, kura-kura, dll.
Beberapa jenis amfibi dan reptil masih sering dijumpai di beberapa daerah di Jawa
Barat adalah biawak (disekitar daerah aliran Sungai Citarum dan waduk, danau Sanghyang di
Tasikmalaya), kura-kura (disekitar daerah aliran Sungai Citarum dan waduk, sungai-sungai di
daerah Bogor/Sentul)
Kelompok aves
Kelangkaan jenis burung lebih disebabkan karena nilai ekonomis burung yang sangat
tinggi sebagai hewan peliharaan sehingga penagkapan liar tidak bisa dihindarkan disamping
ketersediaan habitat yang semakin berkurang.
Sebagai contoh burung madu di daerah Tangkuban Parahu, berdasarkan laporan
terakhir dari hasil survey mahasiswa Biologi-ITB, spesiesnya tidak lebih dari tiga, hal ini
disebabkan karena habitatnya terutama sebagai tempat/sumber makanan semakin berkurang
sehingga kondisi ini akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan populasi burung tersebut.
Berdasarkan hasil survey di daerah danau-danau kecil di Sentul/Bogor, beberapa jenis
burung air atau yang mencari makan di daerah perairan masih bisa dijumpai seperti belekok,
bangau dan raja udang. Beberapa jenis burung sudah bisa dibudidaya/ditangkar dan
didomestikasi
Kelompok mamalia
Kelangkaan jenis mamalia disebabkan oleh dua faktor utama yaitu aktivitas perburuan
dan habitat aslinya terganggu. Salah satu contoh penurunan drastis kelompok ini adalah jarang
dijumpainya lagi banteng di Hutan Sancang (Garut) dan di Pangandaran. Banteng ini
sebenarnya sudah lama menjadi maskot di kedua daerah tersebut.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
14
Usaha penangkaran kelompok mamalia yang ada seperti penangkaran Rusa di Ranca
Upas akan sangat bermanfaat bagi kelestarian spesies ini dan juga bisa dijadikan tempat tujuan
wisata dan pendidikan/penelitian. Manusia memanfaatkan hewan ini untuk hobi/kesenangan,
sumber makanan dan kulitnya untuk bahan sandang.
BAB III
SOSIOANTROPOLOGI JAWA BARAT
I. PENGERTIAN SOSIOANTROPOGI
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
15
Sosioantropologi diambil dari kata “Society/social’ (masyarakat) dan “Antropologi”.
Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih
banyak. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-
negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam
rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. Antropologi secara garis besar dipecah
menjadi dua bagian, yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya.
Dengan demikian Sosioantropologi adalah suatu ilmu yang mengkaji sifat-sifat dan hubungan antar masyarakat serta kebudayaannya.
Masyarakat (society) dan kebudayaan (culture) saling bergantung satu sama lain.
Masyarakat tidak mungkin merupakan satu kesatuan fungsional tanpa kebudayaan. Demikian
pula sebaliknya. Individu-individu hanya sebagai medium ekspresi kebudayaan dan
melangsungkannya dengan pendidikan terhadap generasi berikutnya.
II. SOSIOANTROPOLOGI JAWA BARAT
Kultur alam Priangan adalah daratan tinggi berbukit- bukit landai dan terkadang juga
tajam dengan lembah yang curam. Udaranya sejuk segar, zaman dulu bangsa Belanda
memanfaatkan keadaan alam Priangan menjadi suatu daerah perkebunan teh dan karet, hingga
saat kini kita dapat menjumpai sisa-sisa perkebunan yang membalut sebagian perbukitan alam
Priangan. Sebagai peninggalan kerajaan Padjadjaran yang pernah jaya, kreativitas seni budaya
Priangan adalah tubuh sosok seni yang terkenal lemah gemulai, lengkingan suling serta dibalut
oleh merdunya suara Priangan mendayu-dayu seperti semilirnya angin perbukitan.
Tinggalan lain berasal dari peninggalan Prabu Siliwangi yaitu seorang Pemangku Tahta
Kerajaan Padjadjaran yang legendaris, kini mahkotanya tersimpan di Museum Prabu Geusan
Ulun Kabupaten Sumedang, sedangkan tinggalan lainnya adalah Candi Cangkuang di Leles
Garut dengan gaya arsitektur Hindu peninggalan abad ke 8. Upacara- upacara adat Priangan
ada yang telah dimodifikasi agar lebih menarik dan menjadi seni pertunjukan untuk
dipersembahkan kepada khalayak, misalnya upacara perkawinan dan bentuk prosesi lainnya.
Kreativitas lainnya adalah Angklung yang telah diangkat menjadi citra musik
Indonesia. Angklung telah berhasil memikat perhatian bangsa lain di luar negeri. Para
penggemar selalu mengharapkan agar setiap misi kesenian Indonesia yang akan digelar di luar
negeri senantiasa menyertakan angklung pada bagian acara yang disajikan, kita patut bangga
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
16
karena dimana angklung bergetar, disana terdapat ciri Indonesia. Demikian memasyarakatnya
angklung di Jawa Barat, karena semula angklung adalah alat musik tradisional masyarakat
Jawa Barat yang kemudian diangkat oleh Pak Daeng Sutigna dengan “Angklung Diatonis”.
Kini hampir setiap sekolah dan Perguruan Tinggi mempunyai perkumpulan angklung yang siap
disuguhkan. Untuk meningkatkan citra angklung di Indonesia khususnya Jawa Barat, ITB telah
menyelenggarakan seminar tentang Panduan Angklung yang menghadirkan para pembicara
“Pakar Kebudayaan Tingkat Nasional”. Untuk mengetahui cara pembuatan angklung, Saung
Angklung Udjo Ngalagena di Padasuka Bandung siap setiap saat dan tak pernah sepi dari para
pengunjung baik nusantara maupun asing. Beberapa jenis kesenian lainnya yang siap dikemas
agar menarik para pelancong diantaranya Tari Keurseus, Tayuban, Jaipongan, Silat, Ketuk
Tilu, Cianjuran, dan Longser. Dalam aspek seni rupa, Bandung adalah salah satu daerah yang
menjadi potensi nasional disamping Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Di Bandung juga terdapat
Galeri-galeri yang siap menyuguhkan pameran seni rupa dan desain. Demikian pula dalam seni
arsitektur dan desain, Bandung adalah termasuk kota mode di Indonesia.
Untuk mengetahui cara pembuatan angklung, Saung Angklung Udjo Ngalagena di
Padasuka Bandung siap setiap saat dan tak pernah sepi dari para pengunjung baik nusantara
maupun asing. Beberapa jenis kesenian lainnya yang siap dikemas agar menarik para
pelancong diantaranya Tari Keurseus, Tayuban, Jaipongan, Silat, Ketuk Tilu, Cianjuran, dan
Longser. Dalam aspek seni rupa, Bandung adalah salah satu daerah yang menjadi potensi
nasional disamping Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Di Bandung juga terdapat Galeri-galeri yang
siap menyuguhkan pameran seni rupa dan desain. Demikian pula dalam seni arsitektur dan
desain, Bandung adalah termasuk kota mode di Indonesia.
III. Beberapa Obyek Wisata Di Jawa Barat
Pantai Pangandaran , Ciamis
Pantai Pelabuhan Ratu , Sukabumi
Gunung Tangkuban Perahu
Puncak , Bogor - Cianjur
Ciater , Subang
Linggajati , kuningan
Kebun Raya Bogor
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
17
Taman Safari Indonesia
Taman Wisata Mekarsari
Keraton Kasepuhan, Cirebon
Keraton Kanoman Cirebon
Situ Patenggang, Ciwidey
Cipanas , Garut
Pantai Ujung Genteng, Sukabumi
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung
Kebun Raya Cibodas
Waduk Jatiluhur , Purwakarta
Taman Bunga Nusantara, Cianjur
Observatorium Bosscha , Bandung
IV. Beberapa Rumah Adat Di Jawa Barat
1. Rumah Adat Citalang
2. Rumah Adat Lengkong
3. Rumah Adat Panjalin
V. Beberapa Kampung Adat Di Jawa Barat
1. Kampung Cikondang
2. Kampung Kuta
3. Kampung Mahmud
4. Kampung Urug
5. Kampung Dukuh
6. Kampung Naga
7. Kampung Pulo
8. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar
VI. Makanan Khas JAWA BARAT: comro, bala-bala,
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
18
Bandung : lomie, lotek, batagor, siomay?, karedok sayur dan karedok leunca, soto bandung,
peuyeum bandung, colenak, mie kocok, bandrek, bajigur
Bogor : lumpia bogor, asinan, ayam kuning, laksa, gohiong, sekba, soto mi ciseeng, kue pepes,
pangsit pengantin, toge goreng
VII. Beberapa kesenian khas dari berbagai daerah di Jawa Barat diantaranya adalah:
1. Kota Bandung
Benjang, Angklung, Jaipongan, Reak, Pantun Buhun, Sandiwara, Tembang Sunda Cianjuran,
Calung, Calempungan, Degung, Debus, Gondang, Jenaka Sunda, Kliningan, Kuda Lumping,
longser, Pencak Silat Tayub, Tari Keurseus, Wayang golek, Qasidah, Arumba, Reog, Forum
Sastra Bandung, Studi Barli, Studio Jeihan, Nasyid, Pop Sunda, Gending Karesemen, Wayang
Purwa
2. Kabupaten Bandung
Ujungan, Beluk, Wayang golek, Longser, Badawang, Angklung Buncis, Gamelan Renteng,
Bangkong Reang, Bangkong Ciseke, Wawacan, Janaka sunda, Buncis, Calung, Lukisan Khas
Jelekong, Celempungan, Tembang Sunda Cianjuran, Degung, Debus, Gondang, Jaipongan,
Kliningan, Kuda Lumping, Kuda Renggong, Kacapi Suling, Pencak Silat, Pantun, Rudat,
Reog, Sandiwara, Tayub, Kacapi Biola, Seni Rupa.
3. Kota Cimahi
Wayang Ibuk, Angklung, Seni Lukis.
4. Kabupaten Garut
Lais, Bangkolung, Badeng, Surak Ibra, Hadro, Tembang Cigawiran, Dodombaan, Gesrek,
Pantun Beton, Bangreng, Rampak Kohkol, Gembyung, Karinding, Reog, Buncis, Rudat,
Pencak Silat, Dug Kol, Calung, Wayang golek, Degung.
5. Kota Tasikmalaya Degung, Orkes Melayu, Angklung, Bangkolung, Qasidah, Calung, Silat, Reog, Kuda Lumping.
6. Kabupaten Tasikmalaya
Upacara sepitan, Gusaran, Buncis, Sunatan Buhun di Pilemburan, Nyawen, Dug Kol Reog
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
19
Aneka Jaya, Terebang Gesek, Terebang Gebes, Rudat, Rajah(Tumbal), Beluk, Calung
Renteng, Karinding, Jajanen, Terebang Sejak, Pencak Silat, Qasidah, Kutiplak.
7. Kabupaten Ciamis
Ronggeng Gunung, Genjring Bonyok Tepak Lima, Badud, Janeng, Gondang Buhun, Tayub,
Karinding, Beluk, Reog Dongkol, Celempungan, Tari Badaya, Ronggeng Amen, Drama,
Wayang Golek, Calung, Degung, Kuda Lumping, Bangseter (Kacapi Siter), Sandiwara,
Manorek, Seni Silat, Akrobat, Qasidah, Gemyung, Tanjidor, Ketoprak, Wayang Kulit, Sintren,
Rudat, Rampak Bedug, Singa Depok, Langgeran (Prajurit tari), Angklung Buncis, Lebon,
Pantun, Bongbong (Maca Wawacan), Bangklung (Terbang Calung), Tepak Lima, Jimrut/Caria,
Egrang, Seni Lais, Ronggeng Kreasi, Debus, Janaka Sunda, Karesmen Adat, Angguk, Arumba,
Kuda Kepang, Kacapi Sunda (Cianjuran), Rengkong, Tari Klasik, Tari Kreasi, Ronggeng
Kreasi, Rudat, Duggig.
8. Kota Banjar
Calung, Wayang kulit, Sintren, Wayang Golek, Calung, Reog, Degung, Orkes Melayu, Silat,
Akrobat, Gondang Buhun, Gonggo (Teater Tradisional), Hadrlroh (Tagonian Bahasa Jawa),
Teater.
9. Kabupaten Sumedang
Bangreng, Kuda Renggong, Jentreng/ Tarawangsa, Goong Renteng, Rengkong, Sampyong,
Beluk, Kuda lumping, Umbul, Rampak Sekar, Genjring, Reog, Reak/Buncis, Celempungan,
Pantun Beton, Kacapi, Tembang/Cianjuran, Munduh Mantu, Lais, Mapag Panganten Arumba,
Tayub, Lontang, Longser Parugpug.
10. Kabupaten Cianjur
Karinding, Bangkong Reang, Kuda Lumping, Bedor, Calung modern, Seni Dulak, Reak,
Tutunggulan, Rampak Kohkol.
11. Kabupaten Sukabumi
Bedug lojor, Betok, Cador, Gekbreng, Gondang buhun, Jipeng, Pantun Buhun, Parebut Seeng,
Kliningan, Degung, Kacapi Suling, Kacapi Lawak, Orkes Melayu, Band, Qasidah, Vokal
Group, Mawalan, Angklung, Sandiwara, Wayang Golek, Topeng, Ketuk Tilu Buhun, Buncis,
Kuda Lumping, lais, Cepet, Ubrug, Bangkolung, Debus, Ujungan Kuda Kepang, Reak, Uyeg,
Reog, Calung, Lukis.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
20
12. Kota Sukabumi
Uyeg Baru, Degung, Kliningan, Kacapi suling, Orkes Melayu, band, Qasidah, Calung, Reog,
Pencak Silat, Gotong Sisig, Betok.
13. Kota BogorTari Payung Padjadjaran, Tari Ular, Tunil Bogor, Cador, Janaka Sunda, Qasidah.
14. Kabupaten Bogor
Lenong, Ajeng, Blantek, Angklung Gubrag, Kendang Pencak Cimandean, Tanji, Pantun
Buhun, Jipeng, Cibatokan.
15. Kabupaten Majalengka
Tari Topeng Beber, Seni reog, Seni Gemyung, Jenaka Sunda, Seni Longser, Sampyong, Organ
Tunggal, Jaipong kombinasi, Qasidah Modern, Seni Kuda Renggong, Orkes Melayu, Wayang
Purwa, Musikalisasi Puisi (Konser Kampung), Aneka Seni Teater Modern, Gaok.
16. Kabupaten Cirebon
Goong Renteng, Jaran Lumping, Genjring Atraksi, Pantun, Tari Baksa, Bray Terbang
Gembyung, Tekes/ Sobrah, Topeng Lakon, Topeng Losari
17. Kota Cirebon
Topeng Tayub, Wayang Cirebon, Debus Cirebon, Sintren, Lais, Tarling Klasik, Rudat,
Mastres, Topeng Beling.
18. Kabupaten Kuningan
Buroq, Cingcowong, Bray Terbang Gembyung, Goong Renteng, Panahan, Pesta Dadung,
Rudat, Saptonan, Sintren, Tari Buyung, Tari Baksa, Kemprongan.
19. Kabupaten Indramayu
Tarling Dangdut, Sandiwara, Sintren, Organ Tunggal, Kuda Lumping, Singa Gotong, Singa
Dangdut, Topeng, Silat Macapat, Qasidah, Genjring Rudat Akrobat, Terbang Randu Kentir.
20. Kabupaten Subang
Dongbret, Genjring bonyok, Sisingaan, Banjet, Doger, Bajidoran, Rengkong, Tayub, Goong
Renteng, Lokat, Jajangkungan, Topeng Jati, Gembyung Buhun, Sintren, Adem ayem, Burok,
Kikijingan, Beluk, Kuda Kepang, Kecapi Biola, Kliningan, Toleat.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
21
21. Kabupaten Purwakarta
Buncis Purwakarta, Tung Brung, Ngaleungeuh Pare, Celempungan, Cador, Bajidoran, Pencak
Silat, Degung, Jaipongan, Cianjuran, Rampak Sekar, Calung, Beluk, Seni Ulin Kobongan,
Kuntulan, Sandiwara.
22. Kabupaten Karawang
Topeng Banjet, Ajeng, Ketuk Tilu, Jombret/Dongbret, Qasidah Tradisional, Kliningan, Tanji,
Calung, Bajidoran, Gotong singa, Wayang Golek Purwa, Jaipongan, Pupuh, Degung, Paduan
Suara, Kacapi Suling, Drum Band, Reog, Pesta Laut, Tarian Soja.
23. Kabupaten Bekasi
Tanjidor, Topeng, Calung, Wayang Golek, Wayang Kulit, Jaipongan, Kliningan, Degung,
Qasidah, Tari, Teater, Teater Lenong, Vokal Grup.
24. Kota Bekasi
Topeng, Topeng Tambun, Wayang Kulit, Wayang Kulit Gaya Surakarta, Ujungan, Calung,
Degung, Tanji, Jaipongan, Kliningan.
25. Kota Depok
Wayang Kulit Melayu, Seni Lenong, Topeng Cisalak, Ajeng, Degung, Orkes Melayu,
Dangdut, Qasidah, Wayang Golek, Kliningan.`
KABUPATEN CIREBON DAN INDRAMAYU
Sebagai daerah yang terletak pada perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
Jawa Tengah, proses akulturasi antara dua kultur masyarakat Sunda dan Jawa tidak dapat
terhindar lagi. Kedua kultur tadi kemudian menjadi satu, dan kemudian melahirkan sub kultur
mandiri, hal ini dapat terlihat jelas dari bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Cirebon
dan Indramayu. Perjalanan sejarah pada abad 14 dan 15 dimana daerah ini menjadi pusat
pengembangan agama Islam, juga turut mewarnai kultur Cirebon. Pengaruh agama Islam
mengakar pada relung-relung kalbu masyarakat.
Nilai- nilai tradisi dan warna kesenian tradisional Cirebon selalu berdasarkan falsafah
agamis. Beberapa peninggalan diantaranya rebana digunakan dalam susunan waditra pada
sebagian besar kesenian tradisional. Kemudian situs peninggalan sejarah dan purbakala
tersebar di seluruh wilayah Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati yang dihiasi dengan berbagai
bentuk keramik peninggalan masa pemerintahan Kaisar Ming dan Song dari daratan Tiongkok
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
22
menunjukan adanya pengaruh Cina yang melekat di daerah Cirebon yang merupakan
peninggalan Putri Ong Tin Nio yang dipersunting Sunan Gunung Jati. Sedangkan Gua
Sunyaragi yang dirancang oleh arsitek Cina yang bernama Sam Cay Kong merupakan tempat
peristirahatan pada masa lalu. Sebagai peninggalan kesultanan, Cirebon memiliki empat buah
keraton, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton
Kaprabonan. Setiap setahun sekali keraton-keraton tersebut diramaikan dengan upacara-
upacara tradisional “Muludan” yang berintikan “Turun Jimat”. Sedangkan di daerah tempat
sepanjang pantai, para nelayan berlabuh setiap tahun menyelenggarakan “Nadran“(Pesta Laut),
yaitu mempersembahkan sasajen kepada penguasa laut.
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
23
BAB IVPEMBIASAAN POLA/GAYA, PERILAKU HIDUP
SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI SERTA PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
PEMBIASAAN POLA/GAYA HIDUP YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI WILAYAH JAWA BARAT
1. Pola/Gaya Hidup yang sesuai : Kebiasaan gotong royong Kekeluargaaan Hidup sederhana
2. Pola/Gaya hidup yang tidak sesuai : Biat tekor asal sohor Individualistis Membuang sampah dimana saja Merusak fasilitas umum
PEMBIASAAN PERILAKU HIDUP YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
Membuang sqampah pada tempatnya
Mengambil ikan hanya yang besar saja
Menangkap burung-burung untuk dibudidayakan
Merawat bunga
Menanam tanaman
Tidak membuang limbah sembarangan
Memelihara kebersihan lingkungan
Dsb
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
Sumber Daya Alam yang ada di Wilayah Bogor :
1. Flora : Pertanian, perkebunan, kehutanan
2. Fauna : Perikanan, peternakan
3. Energi : PLTA Cianteun, Tenaga Panas Bumi di gunung salak
4. Pertambangan : Emas, Galian C
5. Pariwisata : Puncak, kebun Raya, Gn Pancar
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
24
Prinsip-prinsip dalam Pemanfaatan SDA : Konservasi SDA
Memperhatikan etika lingkungan
Reboisasi
Tebang pilih
Unsur-unsur dalam pelestarian SDA : Perilaku manusia
Keadaan
Ruang
Waktu
Proses interaksi
Usaha pelestarian SDA dapat dilakukan dengan cara :
Pelestarian secara Insitu
Pelestarian secara eksitu
Konservasi insitu adalah upaya pelestarian sumber daya alam dalam kawasan habitat aslinya.
Konservasi eksitu adalah upaya pelestarian sumber daya diluar kawasan habitat aslinya.
Penghargaan untuk pelestarian tingkat nasional adalah Adipura dan Kalpataru
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
25
http://bencana.net/topik/berita/kerusakan-lingkungan.htmlhttp://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=45&display=8&entry=4http://bk.menlh.go.id/?module=pages&id=dihttp://uinsuka.info/ejurnal/index.php?option=com_content&task=view&id=88&Itemid=52http://walhi-jogja.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=56&Itemid=22http://www.bangrusli.net/index.php?option=com_content&task=view&id=478http://www.kompas.com/read/xml/2008/02/04/20395360/kerusakan.lingkungan.perburuk.citra.indonesiahttp://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3959&Itemid=335http://habibiaja.blogspot.com/2008/06/lingkungan.htmlhttp://www.gatra.com/2002-08-12/artikel.php?id=19684http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1009http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=2566&Itemid=1347http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3520&Itemid=1942http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6078&Itemid=1804http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3012&Itemid=1580http://www.jabarprov.go.id/jabar/public/33393/kabkot_detail.htm?id=70445&menu.id=70461http://www.jabarprov.go.id/jabar/public/33393/kabkot_detail.htm?id=70529http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/21/kesra02.htmlhttp://kataloghukum.blogspot.com/2008/01/prinsip-common-but-differentiated.html
Pendidikan Lingkungan Hidup
Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat
26