Kesultanan Cirebon

23
KERAJAAN CIREBON NAMA : VERREL AL-HAFIZH P (37) KELAS : X MIA 2

description

Disusun oleh teman kita Verrel Al Hafizh SMAN 68 Jakarta

Transcript of Kesultanan Cirebon

Page 1: Kesultanan Cirebon

KERAJAAN CIREBON

NAMA : VERREL AL-HAFIZH P (37)KELAS: X MIA 2

Page 2: Kesultanan Cirebon

KERAJAAN ISLAM CIREBON

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

PETA PERSEBARAN

PENDAHULUAN

SULTAN-SULTAN

DI CIREBON

SISTEM EKONOMI

DAN SOSIAL

HASIL BUDAY

A

FAKTORPENYEBABKERUNTUH

ANKERAJAAN

ISLAM CIREBON

Page 3: Kesultanan Cirebon

PENDAHULUAN Kesultanan Cirebon adalah

sebuah kerajaan islam yang ternama di Jawa Barat. Kerajaan ini berkuasa pada abad ke 15 hingga abad ke 16 M. Letak kesultanan cirebon adalah di pantai utara pulau jawa. Lokasi perbatasan antara jawa tengah dan jawa barat membuat kesultanan Cirebon menjadi “jembatan” antara kebudayaan jawa dan Sunda. Sehingga, di Cirebon tercipta suatu kebudayaan yang khas, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

MAIN MENU

Page 4: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Pada abad ke-13 M dan abad ke-14 M, kegiatan perdagangan pada jalur pelayaran tersebut cukup ramai. Para pedagang muslim mengunjungi pelabuhan yang terdapat di pesisir utara pulau jawa antara lain banten, kalapa, indramayu (cimanuk), Cirebon, tuban, gresik, dan jepara. Pada abad ke-14 tidaklah berarti islam baru masuk, melainkan telah meluas di Jawa Barat. Proses perluasan ini diawali dengan masuknya sejak abad ke-7.

Sebagian daerah galuh berada pada lintasan pelayaran niaga. Ditinjau dari letak geografisnya itu, daerah Cirebon adalah daerah yang lebih dahulu mendapat sentuhan agama islam daripada daerah yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Page 5: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Pada perempat pertama abad ke-15 M, Pelabuhan Muhara Jati dan pasar Pasambangan sering disinggahi oleh para pedagang dari berbagai negeri atau daerah seperti Parsi, Arab, India, Pasai, dan lain-lain. Sebagian besar dari mereka adalah saudagar muslim. Sebagai muslim, para saudagar itu akan berusaha memperkenalkan agama Islam kepada orang-orang di daerah setempat yang belum masuk islam.

Pada mulanya Islam disebarkan di Pantai Utara Jawa melalui kontak dagang, kemudian di sana disebarkan ke pedalaman. Dengan kontak itu pula keuntungan ekonomi mengalir dari perniagaan yang dikuasai orang-orang islam. Memang keuntungan besar dari perdagangan sangat tergantung dengan adanya kontak dagang dengan luar negeri yang pada waktu itu terletak pada jaringan perdagangan dengan orang-orang islam.

Page 6: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Masuk dan berkembangnya islam di daerah galuh semakin kuat, setelah Syarif Hidayat datang di Cirebon dan menjadi penyebar agama Islam. Kedatangan Syarif Hidayat ini menyebabkan agam Islam tidak hanya menyebar di daerah Cirebon, tetapi masuk ke pedalaman Galuh dan jawa barat.

Pertimbangan lain dari keterangan Tome Pires yang menjelaskan keadaan Jawa barat pada abad ke-16. Bahwa pada 1513 penduduk Cirebon dan cimanuk (Indramayu) sudah beragama Islam.

Page 7: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Penyebaran agama Islam pada tahap awal dilakukan pula oleh dua orang guru agama islam yang datang di daerah Jawa Barat. Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari menyebutkan adanya dua orang guru agama islam yaitu Syekh Quro di Karawang dan Syekh Nurjati di Amparan Jati (daerah Gunung Jati sekarang). Menurut naskah tersebut, Syekh Quro adalah Syekh Hasanuddin, putera Syekh Yusuf Sidiq seorang ulama terkenal dari negeri Campa. Seorang murid Syekh Quro adalah Nyai Subanglarang, puteri Ki Jumamjanjati (Ki Gede Tapa), penguasa pelabuhan Muhara Jati pengganti Ki Gedeng Sindangkasih. Atas kebaikan Ki Jumajanjati, Syekh Hasanuddin mendirikian pondok pesantren di Karawang. Dalam naskah itu, Syekh Nurjati disebut pula Syekh Datuk Kahpi atau Syekh Idhopi. Salah seorang muridnya ialah Walangsungsang, putera Nyai Subanglarang dari Raja Sunda, Prabu Siliwangi. Walangsungsang inilah yang menjadi perintis pembangunan kota Cirebon pada sekitar 1455M.

Page 8: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Syekh Quro dan Syekh Nurjati membangun pesantren di daerah pemukimannya masing-masing. Dengan kata lain berdirinya pesantren berarti terjadinya pembentukan kader penyebar agama islam. Santri-santri yang telah memahami ajaran islam kemudian menyebaran ajaran itu di lingkungan tempat tinggal masing-masing atau kedaerah lain atas perintah gurunya.

Page 9: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Carita Puraka Caruban Nagari juga menyebutkan tentang kegiatan perniagaan di pantai Cirebon sebelum tahun 1470M. Naskah itu menceritakan, bahwa sebelum tempat yang sekarang menjadi Cirebon dihuni orang, tidak jauh di sebelah utara tempat itu terdapat kehidupan masyarakat. Masyarakat inilah cikal bakal penduduk Cirebon. Di sana terdapat empat kegiatan perdagangan yaitu Pelabuhan Muhara Jati dan pasar Pasembangan. Di sebelah utaranya terdapat daerah yang bernama Singapura, dan disebelah Timur adalah Jayapura. Di sebelah selatan bagian pedalaman terletak Caruban Girang. Kiranya masyarakat di tempat-tempat itulah yang diislamkan oleh Haji Purwa dan Syekh Nurjati bersama santrinya.

Page 10: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Penyebaran agama islam di Cirebon, khususnya di Cirebon Pantai (Caruban Hilir), berkaitan erat dengan peranan pelabuhan Muhara Jati dengan Pasar Pasembangan. Kedatangan saudagar-saudagar muslim di pelabuhan Muhara Jati dan Pasar Pasembangan, memungkinkan penduduk setempat berkenalan dengan agama Islam, lebih-lebih bila para saudagar muslim itu singgah untuk waktu cukup lama, menunggu saat yang baik untuk melanjutkan pelayarannya. Dalam kesempatan itu, para saudagar muslim memperkenalkan agama mereka kepada penduduk yang belum menganut agama islam.Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bahwa masuk dan menyebarnya agama islam di daerah Cirebon terjadi pula melalui kontak niaga.

Page 11: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Salah satu bukti yang menunjukkan ramainya kegiatan pelayaran di daerah pelabuhan Muhara Jati ialah didirikannya mercusuar di bukit Amparan Jati, suatu tempat tertinggi di dekat pelabuhan itu. Mercusuar ini dibangun pada tahun 1415M oleh panglima Cina Wai Ping, dan Laksamana Te Ho beserta pengikut mereka. Pendiri mercusuar itu adalah rombongan untusan Cina dari dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho yang sedang mengadakan muhibah ke negara-negara Asia Tenggara. Orang-orang Cina yang datang ke negara-negara Asia Tenggara pada abad ke-15 dan abad ke-16M banyak yang sudah menganut agama islam, Orang-orang Cina Islam yang turut dalam rombongan Laksamana Cheng Ho antara lain Ma Huan dan Feh Tsin.

Page 12: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Selama pembangunan mercusuar di bukit Amparan Jati mungkin terjadi kontak antara orang-orang Cina dengan penduduk di daerah setempat, termasuk kontak dalam masalah agama islam. Terjadinya kontak antara penduduk Cirebon dengan orang-orang islam di berbagai negara, menyebabkan dalam perkembangannya masyarakat islam Cirebon menyerap unsur-unsur budaya bangsa lain, baik yang bercorak islam maupun budaya asing. Dengan kata lain, sifat heterogen masyarakat Cirebon bukan hanya hal suku bangsa, tetapi juga dalam hal budaya termasuk budaya Islam. Pada tahap selanjutnya, penyebaran dan pembentukan kekuatan islam di daerah Cirebon semakin meningkat. Faktor utama yang menyebabkannya adalah munculnya penguasa di daerah itu, yang sekaligus berperan dalam penyebaran agama Islam.

Page 13: Kesultanan Cirebon

PROSES MASUKNYA ISLAM DI CIREBON

Islam mengkompromikan kepentingan para pedagang dan para pengusaha lokal. Oleh karena itu, ada motivasi politik dan ekonomi di sana. Islam dengan sufinya mengisi kevakuman kultural dan struktural sehingga diterima oleh koalisi pedagang dan penguasa lokal yang ingin meningkatkan kekuatan ekonomi dan politik mereka.

Penyebaran agama Islam di Cirebon Hilir lebih pesat daripada di Cirebon Girang yang dipelopori oleh Haji Purwa, karena Islamisasi di Cirebon Hilir tidak hanya dilakukan oleh Pangeran Cakrabuana, tetapi dilaksanakan pula oleh saudagar-saudagar muslim yang singgah di pelabuhan Muhara Jati.

MAIN MENU

Page 14: Kesultanan Cirebon

PETA PERSEBARAN

MAIN MENU

Page 15: Kesultanan Cirebon

SULTAN-SULTAN DI CIREBON

Pendirian kesultanan ini sangat berkaitan erat dengan keberadaan Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon didirikan pada tahun 1552 oleh panglima kesultanan Demak, kemudian yang menjadi Sultan Cirebon ini wafat pada tahun 1570 dan digantikan oleh putranya yang masih sangat muda waktu itu.

Berdasarkan berita dari klenteng Talang dan Semarang, tokoh utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan Banten yaitu Sunan Gunung Jati.

Page 16: Kesultanan Cirebon

SULTAN-SULTAN DI CIREBON

1) Sunan Gunung Jati (1479-1568) Pada tahun 1479 M, kedudukannya kemudian digantikan

putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka,Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.

Page 17: Kesultanan Cirebon

SULTAN-SULTAN DI CIREBON

2) Fatahillah (1568-1570)Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

3) Panembahan Ratu I (1570-1649)Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.

Page 18: Kesultanan Cirebon

SULTAN-SULTAN DI CIREBON

4) Panembahan Ratu II (1649-1677)Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya di Mataram.Panembahan Girilaya adalah menantu Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kesultanan Mataram. Makamnya di Jogjakarta, di bukit Girilaya, dekat dengan makam raja raja Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul. Menurut beberapa sumber di Imogiri maupun Girilaya, tinggi makam Panembahan Girilaya adalah sejajar dengan makam Sultan Agung di Imogiri.

MAIN MENU

Page 19: Kesultanan Cirebon

SISTEM EKONOMI DAN SOSIAL KERAJAAN ISLAM CIREBON

1) SISTEM EKONOMISetelah perjanjian 7 Januari 1681 antara kerajaan Cirebon dan VOC, keraton Cirebon semakin jauh dari kehidupan kelautan dan perdagangan, karena VOC memegang hak monopoli atas beberapa jenis komoditas perdagangan dan pelabuhan.

2) SISTEM SOSIALCirebon berasal dari kata “caruban” yang artinya campuran. Diperkirakan masyarakat Cirebon merupakn campuran dari kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam. Menurut Sumber berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang disebut Cirebon.

MAIN MENU

Page 20: Kesultanan Cirebon

HASIL BUDAYA KERAJAAN ISLAM CIREBON

1. Pembentukan kota dari segi morfologis

2. Bangunan keraton3. Bangunan masjid4. Seni ukir atau hiasan5. Naskah-naskah kuno (manuskrip)6. Kaligrafi 7. Wayang dan topeng

Page 21: Kesultanan Cirebon

MAIN MENU

Wayang dan topeng

Masjid Gunung Jati

KALIGRAFI

Page 22: Kesultanan Cirebon

FAKTOR PENYEBAB KERUNTUHAN KERAJAAN

ISLAM CIREBON Beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini

adalah :1. Perpecahan antara saudara menyebabkan

kedudukan Kesultanan Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi VOC.

2. Pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh.

3. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.

Page 23: Kesultanan Cirebon

TERIMA KASIH