Post on 13-Jan-2017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN PADA SISWA
KELAS II SDN KRAGILAN 2
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ARIF NUR HIDAYAT
X7108627
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN PADA SISWA
KELAS II SDN KRAGILAN 2
TAHUN PELAJARAN
2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ARIF NUR HIDAYAT
X7108627
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun
Pelajaran 2009/2010.
Oleh :
Nama : ARIF NUR HIDAYAT
NIM : X7108627
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimning I Pembimbing II
Dra. MG. Dwijiastuti, M.Pd. Drs. Hartono, M.Hum
NIP 195007121979032001 NIP 196706171992031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun
Pelajaran 2009/2010.
Oleh :
Nama : Arif Nur Hidayat
NIM : X7108627
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Anggota I : Dra. MG Dwijiastuti, M. Pd
Anggota II : Drs. Hartono, M.Hum
Tanda Tangan
…………………
…………………
…………………
…………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. Penerapan Model Pembelajaran Quantum
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa
Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pada materi perkalian melalui model pembelajaran quantum di kelas II SD Negeri
Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian, sedangkan
variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran quantum.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SD
Negeri Kragilan 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen yang berjumlah 17
siswa. Peneliti dalam memilih subjek bukan secara individual, tetapi secara klasikal.
Pengumpulan data dilakukan dengan, observasi, tes, dan dokumen. Penelitian ini
dilakukan sebanyak 3 siklus yang terbagi dalam 5 kali pertemuan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68 dengan presentase siswa yang memperoleh
nilai diatas KKM adalah 70,6%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 72,9 dengan presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah
82,4%. Pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,8 dengan
presentase siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 94,1%. Dengan
demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Kecamatan
Gemolong Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Arif Nur Hidayat. NIM X7108627. An Application of quantum learning
method for increasing achievment mathematics with study material
multiplication for student second grade at Elementary School Kragilan 2
2009/2010 Academic Year. Script. Surakarta. The faculty of educational and
teacher’s training. Sebelas Maret University. March 2010.
The aims of research was for increasing achievment mathematics with study
material multiplication by quantum learning method for student second grade at
Elementary School Kragilan 2, Gemolong District, Sragen Regency.
The purposes changing of variable in classroom action research was an
increasing achievment mathematics with study material multiplication. And the
action variable wich be used research was implementation of quantum learning
method.
The research model was the classroom action research with cycle model. Each
cycle consist of 4 steps. It’s, planning, action, observation, reflection. And as subject
of this research was student second grade at Elementary School Kragilan 2,
Gemolong District. Sragen Regency, totaly 17 persons. The researcher didn’t choose
subjects individually, but clasically. And for collecting the data was done by
observation, test and document. The research was done at 3 cycle in 5 meeting.
Based on this research, it can be concluded that in the first cycle, the average
mark from student’s learning achievment is 68 and precentation for students who get
the mark more than mark of standart minimum of graduation is 70,6%. At the second
cycle, the average mark from student’s learning achievment is 72,9 and precentation
for students who get the mark more than mark of standart minimum of graduation is
82,4%. At the third cycle, the average mark from student’s learning achievment is
81,8 and precentation for students who get the mark more than mark of standart
minimum of graduation is 94,1%. Moreover, can be proposed a recomendation that
learning mathematics with implementation of quantum learning method can increase
achievment mathemetics with study material multiplication for students second
grade at Elementary School Kragilan 2, Gemolong District Sragen Regency
2009/2010 academic year.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.
(Terjemahan HR. Tabrani)
‘’Man jadda wa jadda ‘’
Barang siapa bersungguh –sungguh pasti akan berhasil.
(Pepatah Bangsa Arab)
Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina
(Hadits Nabi Muhammad SAW)
Sekali Milanisti selamanya tetap Milanisti
(anh)
Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuan nya untuk mencegah
munculnya masalah , tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap
kesulitan saat masalah terjadi
(David J. Schartz)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Ayah, Ibu, dan adik tercinta serta keluarga besar
penulis
Keluarga besar SD Negeri Kragilan 2
Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen
Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD dan
Almamaterku
Para Milanisti Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyselesaikan skripsi yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP UNS.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program PGSD FKIP UNS.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
5. Dra. MG Dwijiastuti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I.
6. Drs. Hartono, M.Hum. selaku dosen pembimbing II.
7. M. Jumadi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah, semua dewan guru, karyawan serta
siswa-siswi SD Negeri Kragilan 2.
8. Teman-teman mahasiswa S1 Kualifikasi PGSD FKIP UNS.
9. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................. v
ABSTRACT........................................................................................................... vi
MOTTO.................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN.................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah.......................................................................... 3
D. Rumusan Masalah.............................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB II : LANDASAN TEORI.............................................................................. 6
A. Landasan Teori................................................................................... 6
B. Penelitian Relevan.............................................................................. 26
C. Kerangka Berfikir............................................................................... 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................ 29
C. Subjek dan Objek Penelitian............................................................... 30
D. Data dan Sumber Data........................................................................ 31
E. Teknik Sampling................................................................................. 31
F. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Validitas Data..................................................................................... 33
H. Analisis Data....................................................................................... 33
I. Prosedur Penelitian............................................................................. 34
J. Indikator Kinerja................................................................................. 39
BAB IV : HASIL PENELITIAN............................................................................. 40
A. Profil Tempat Penelitian...................................................................... 40
B. Deskripsi Kondisi Awal....................................................................... 40
C. Deskripsi Peleksanaan Penelitian........................................................ 43
1. Deskripsi Tindakan Siklus 1.......................................................... 43
2. Deskripsi Tindakan siklus II.......................................................... 52
3. Deskripsi Tindakan Siklus III........................................................ 59
D. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................... 63
BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN............................................... 71
A. Simpulan............................................................................................... 71
B. Implikasi................................................................................................ 71
C. Saran.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 74
LAMPIRAN............................................................................................................. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berfikir.................................................................................. 28
Gambar 2 Siklus PTK............................................................................................. 30
Gambar 3 Grafik Nilai Sebelum Tindakan............................................................. 42
Gambar 4 Grafik Data Nilai Tes Siklus I................................................................ 49
Gambar 5 Grafik Data Nilai Tes Siklus II.............................................................. 56
Gambar 6 Grafik Data Nilai Tes Siklus III............................................................. 61
Gambar 7 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa sebelum Tindakan dan
setelah Siklus I....................................................................................... 66
Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, dan setelah
Siklus II.................................................................................................. 68
Gambar 9 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal, setelah Siklus I, setelah Siklus
II, dan setelah Siklus III......................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Sebelum Tindakan)............................... 41
Tabel 2 Hasil Tes Awal.......................................................................................... 42
Tabel 3 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I............................................................. 48
Tabel 4 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus II............................................................ 56
Tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Siklus III.......................................................... 61
Tabel 6 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I................................................................ 65
Tabel 7 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah
Tindakan Siklus I dan Tindakan Siklus II................................................. 67
Tabel 8 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah
Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III............................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dalam era globalisasi dewasa ini,
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi. Sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini,
matematika telah berkembang pesat, baik materi atau kegunaannya. Namun sayang,
sampai dengan saat ini matematika masih dipandang sebagai mata pelajaran yang
manakutkan dan sulit bagi para siswa.
Komponen utama dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Bila
ditinjau dari komponen guru, agar proses pembelajaran dapat berhasil, guru harus
dapat membimbing siswa sedemikian rupa sehingga para siswa dapat
mengembangkan pengetahuan mereka sesuai dengan struktur pengetahuan mata
pelajaran yang dipelajarinya. Untuk mencapai hal tersebut, selain harus memahami
mata pelajaran sepenuhnya, guru juga dituntut mengetahui secara tepat dimana posisi
pengetahuan siswa pada awal (sebelum) mengikuti pelajaran materi tertentu.
Selanjutnya berdasar metode yang dipilihnya, guru diharapkan dapat membantu
siswa dalam mengembangkan pengetahuannya secara efektif.
Ditinjau dari komponen siswa, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh
konsep-konsep yang relevan, yaitu konsep-konsep yang harus diketahui siswa
sebelum mempelajari materi tertentu, misalnya sebelum mempelajari perkalian,
siswa harus mengerti dan paham tentang penjumlahan. Konsep-konsep baru akan
sulit dipahami bila konsep-konsep yang relevan belum dimiliki siswa. Kegagalan
siswa di kelas sering diakibatkan oleh ketidakdisiplinan siswa mengenai konsep-
konsep yang relevan ini.
Sampai sekarang masih banyak terdengar keluhan dari para siswa bahwa
pelajaran matematika itu sulit, membosankan dan tidak menarik. Hal ini adalah
persepsi yang negatif terhadap matematika, persepsi ini ada dalam setiap jenjang
pendidikan. Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mungkin bersumber dari porsi materinya yang kurang sesuai maupun strategi
pembelajaran yang kurang tepat.
Persepsi negatif tentang matematika tersebut dapat menimbulkan minat dan
motivasi siswa dalam mempelajari matematika menjadi berkurang. Siswa menjadi
tidak tertarik dengan pelajaran matematika yang dianggap sulit, membosankan dan
tidak menarik. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika dapat
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar matematika yang masih rendah juga terjadi pada siswa kelas II
SDN Kragilan 2, terutama dalam materi perkalian. Hal ini dapat dilihat dari masih
banyaknya siswa yang nilainya msih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dan nilai rata-rata kelas dalam materi perkalian juga masih rendah. Hal ini
disebabkan karena adanya persepsi negatif tentang matematika yang dapat
menyebabkan rendahnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru mempunyai peranan yang sangat penting,
maka dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, maupun sosial. Bagaimana agar siswa itu belajar aktif? Agar siswa belajar
aktif, hendaknya pembelajaran matematika itu dilakukan dengan menarik minat
siswa, siswa mendapat kesempatan, sarana dan prasarana menunjang kelancaran
dalam proses pembelajaran, penggunaan teknik/metode yang tepat, guru harus
mampu mengadakan penilaian diri, pengetahuan guru luas, memakai cara evaluasi
yang bervariasi, dan guru memiliki kompetensi yang utuh serta mampu menerapkan
dalam pembelajaran matematika.
Model pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran yang
dapat menumbuhkembangkan pembelajaran yang aktif, yaitu pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Melalui model pembelajaran quantum, proses
pembelajaran akan berlangsung secara nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan begitu, diharapkan hasil
belajar siswa akan lebih meningkat.
Disamping hal tersebut di atas, pembelajaran matematika hendaknya
disesuaikan dengan materi apa yang akan diajarkan dan perkembangan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa. Dengan demikian diharapkan akan terdapat keserasian dalam pembelajaran
yang menekankan keterampilan menyelesaikan dan pemecahan masalah. Karena
matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-
konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu, sebelum memanipulasi simbol-
simbol itu. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
pada apa yang telah diketahuinya.
Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar
materi matematika tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Perkalian pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun
pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran
matematika.
2. Belum maksimalnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.
3. Belum diterapkannya suatu model pembelajaran inovatif dalam proses belajar
mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman antar variabel, maka
dalam penelitian ini akan dibatasi masalah-masalahnya sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan dalam mata pelajaran matematika dengan materi
pokok perkalian pada kelas II semester 2.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Quantum Learning dengan
menggunakan media pembelajaran berupa benda konkret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Hasil penelitian ini dibatasi pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan
Gemolong, kabupaten Sragen, tahun pelajaran 2009/2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran quantum dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN
Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada para
guru sekolah dasar untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenagkan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memperkaya
khasanah keilmuan, khususnya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang
mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
a. Bagi siswa:
1) Meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran
matematika.
2) Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik dalam materi perkalian.
3) Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Hasil belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama.
b. Bagi guru:
1) Mengetahui bahwa model pembelajaran quantum dapat dijadikan alternatif
bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika
siswa, terutama dalam materi perkalian.
2) Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi perkalian.
3) Meningkatnya profesionalisme guru.
c. Bagi sekolah:
1) Dapat memperbaiki proses pembelajaran di sekolah.
2) Terciptanya iklim pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa.
3) Meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan di sekolah.
d. Bagi peneliti:
1) Memperdalam wawasan peneliti tentang penelitian tindakan kelas.
2) Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang karakteristik siswa
sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di masa yang
akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Hasil Belajar
a. Hakikat belajar
Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar
dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. “Learning may be defined as the process by which
behaviour originates or is altered through training or experience”. Dengan demikian
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan tidak termasuk sebagai belajar.
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh
Cronbach dalam bukunya yang berjudul “Education Psychologhy” yang menyatakan
sebagai berikut “Learning is shown by change in behaviour as a result of
experience” Wasty Soemanto(2003). Dengan demikian belajar yang efektif adalah
melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan
objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya,
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena itu belajar
adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati,
memahami sesuatu. (Tim Penulis. Srategi Belajar Mengajar. FKIP UNS. 2007: 2).
Berkaitan dengan ini, Sumadi Suryabrata (1981: 2) dalam Srategi Belajar
Mengajar. FKIP UNS (2007: 2) memberikan ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar”
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar baik aktual maupun potensial,
2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang
berlaku dalam jangka waktu yang relatif lama,
3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi
dengan lingkungan, belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan suatu
perubahan pada diri individu sehingga diperoleh kemampuan baru yang bertahan
dalam jangka waktu yang relatif lama.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
(http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html)
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi/penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotorik
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku
yang lebih baik lagi.
Menurut Nana Sudjana ( 2004:22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam
hasil belajar yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah.
Pendapat dari Nana Sudjana ini menunjukkan hasil perubahan dari semua
proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang dan akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan
hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan
merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ektern adalah faktor yang ada diluar individu.
1) Faktor Intern
Slameto (1995:54-71) menyatakan bahwa faktor intern yang mempengaruhi
belajar dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis,
dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmaniah
(1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan segenap bagian-
bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selian itu juga ia juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk jika badan lemah, kurang darah atau pun ada
gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indra serta
tubuhnya.
Agar seseorang dapat bekerja dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah
raga, rekreasi dan ibadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta,
setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan
lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
mengurangi pengaruh kecacatan itu
b) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor itu adalah inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
(1) Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar
adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya.
(2) Perhatian
Menurut Gazali dalam Slameto (1995: 56) menyatakan bahwa
"perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itupun semata-
mata tertuju pada suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan pelajaran tidak menjadi perahatian siswa, maka timbulah
kebosanan, sehingga ia sudah tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, diusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(3) Minat
Hilgrad dalam Slameto (1995:57) memberi rumusan tentang minat
adalah sebagai berikut: "interest is persisting to pay attention to and enjoy
some activity or content". Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengengang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti oleh
perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasan senang
dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat belajar yang tingi berpengaruh terhadap hasil belajar, karena
jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan minat belajar siswa,
maka siswa lebih mudah mempelajari dan dengan sendirinya akan
tersimpan dalam ingatan siswa.
(4) Bakat
Bakat atau appitude menurut Hilgard dalam Slameto (1995:57)
adalah “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuaan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik,
misalnya akan lebih cepat dibandingakan dengan orang lain yang kurang
atau tidak berbakat dalam bidang itu.
Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia
senang belajar dan pastilah ia selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya
itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa
belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya
(5) Motif
Menurut James Draver dalam Slameto (1995: 58) memberikan
pengertian motif adalah "motive is an affective-conative factor which
operates in determining the direction of an individual's behavior towards
an end or goal, consioustly aprehended or unconcioustly". Yaitu segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Dalam proses pembelajaran motivasi sangat penting. Motivasi merupakan
syarat mutlak untuk belajar karena tanpa motivasi anak kadang suka
bermain sendiri pada saat pembelajaran berlangsung.
Di sekolah sering terdapat peserta didik yang malas, tidak
menyenangkan, dan sebagainya. Dalam hal demikian berarti bahwa guru
tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong siswa
tersebut agar ia dapat bekerja dengan segenap tenaga dan fikiranya. Nilai
yang kurang bagus dalam suatu mata pelajaran tertentu belum tentu bahwa
peserta didik itu bodoh terhadap mata pelajaran itu, tetapi semata-mata
hanya kurang motivasi yang diberikan. Dengan demikian jelaslah bahwa
motivasi sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang. Tiap organ (fisik maupun Psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal itu masih
terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuh dan fungsi-fungsi jiwanya
belum matang untuk melakukan pemecahan mengenai soal-soal tersebut.
Kematangan sangat erat hubunganya dengan umur. Jadi kemajuan dalam
belajar sangat dipengaruhi oleh kematangan.
(7) Kesiapan
Menurut Jamies Drever dalam Slameto (1995: 59) kesiapan atau
readiness adalah Preparedness to respond or react. Yaitu kesediaan untuk
memberi respon atau bereaksi. Kesedihan itu timbul dari dalam diri
seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesepian untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar. Karena jika siswa belajar dan padanya
sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena
kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak atau
kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan
ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehinga sulit
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan
rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat
tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama atau konstan tanpa ada
variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari
jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya sehingga perlu diusahakan
kondisi yang bebas dari kelelahan.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, Alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Pengaruh belajar siswa yang ada hubungannya dengan masyarakat
antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, dan teman
bergaul.
2. Hakikat Matematika Perkalian
a. Pengertian Matematika
Banyak orang beranggapan bahwa matematika itu adalah aritmatika atau
berhitung. Padahal aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dengan
kata lain matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar, matematika adalah bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan peserta didik. Untuk dapat
memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan
pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli
berikut.
Matematika baerasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari. Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang
matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana
administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika
merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua, selama kurun waktu dua
dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian ulang
terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika
itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan
matematika? Ketiga, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur
logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual.
(http://masthoni.wordpress.com)
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007:1) matematika adalah bahasa
simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang telah terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
detail. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007:1),
yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang
deduktif.
Kitcher dalam http://masthoni.wordpress.com lebih memfokuskan
perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika. Dia mengklaim bahwa
matematika terdiri atas komponen-komponen: 1) bahasa (language) yang dijalankan
oleh para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan oleh para
matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum
terpecahkan, 4) alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
dan 5) ide matematika itu sendiri. Bahkan secara lebih luas matematika dipandang
sebagai the science of pattern.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur,
perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah
penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah
pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika
simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi
matematika.(www.wikipedia.org) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah bahasa simbolis yang memudahkan manusia berfikir dalam menyelesaikan
masalah mengenai bilangan dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut Heruman (2007:1-2) Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar
antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada
fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih
terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat
memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami
dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui
tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa
perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori
siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk
keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini
akan mudah dilupakan siswa.
c. Teori Belajar Matematika
Adapun teori-teori belajar matematika meliputi:
1) Teori Belajar Bruner
Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau
mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk
menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu
suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau
dikenalnya. Hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi
menjadi tiga tahapan yaitu : (a) Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive), (b)
Tahap Ikonic atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic) (c)Tahap simbolik
(Symbolic)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Teori Belajar Dienes
Ada enam tahapan menurut Teori Belajar Dienes antara lain: (a). Tahap
bermain bebas ( Free Play), (b). Permainan (Games), (c). Penelaahan Kesaman
Sifat (Searching for Comunities), (d). Representasi (Repretantion), (e).
Simbolisasi (Symbolitation), (f). Formalisasi (Formalittion).
3) Teori Belajar Van Hiele
Van Hiele mengemukakan lima tahapan belajar geometri secara berurutan,
yaitu :(a) Tahap pengenalan, (b) Tahap Analisis, (c) Pengurutan, (d) Deduksi, (e)
Akurasi.
4) Teori Belajar Brownell dan Engen
Menurut teori Brownell dan Van Engen menyatakan bahwa dalam situasi
pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (1) adanya suatu
kejadian, benda, atau tindakan, (2) adanya simbol yang mewakili unsur-unsur
kejadian, benda, atau tindakan, (3) adanya individu yang menafsirkan simbol
tersebut.
5) Teori Belajar Gagne
Menurut Teori Gagne menyatakan bahwa: (1) obyek belajar matematika
ada dua yaitu obyek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan obyek
tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri,
bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar). (2) tipe belajar berturut-
turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu belajar
isyarat, belajar stimulus respon, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar
konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.
d. Matematika Sekolah
Erman Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah
merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah
(formal), yaitu SD, SMP, dan SMA. Sedangkan Soedjadi (1995:1) dalam
http://syarifartikel.blogspot.com/ menjelaskan bahwa matematika sekolah adalah
bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau
berorentasi pada pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah
adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.
e. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP
SD/MI 2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI
mencakup: a). bilangan, b). geometri dan pengukuran, dan c). pengolahan data.
f. Pengertian Perkalian
Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan perkalian adalah penjumlahan
bilangan yang sama sebanyak “n” kali. Perkalian juga dapat diartikan sebagai
penjumlahan berulang. Operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif
dan asosoatif, yaitu bilangan yang dikalikan saling ditukat tempatnya, hasilnya tetap
sama.
Dalam http://sigmetris.com/indexz.php?option=com_content&do_pdf=1&id,
perkalian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-
anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan dan pengurangan. Bila operasi
penambahan dan pengurangan ini sudah diperkenalkan pada kelas satu di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dasar, maka biasanya operasi perkalian mulai diperkenalkan pada kelas dua di
sekolah dasar.
Perkalian adalah penjumlahan berulang
Contoh:
3 x 4 = 4+4+4 = 12
4 x 2 = 2+2+2+2 = 8
Perkalian dua bilangan satu angka, contoh:
2 x 2 = 4
5 x 5 = 25
Pada perkalian berlaku sifat pertukaran, contoh:
3 x 5 = 5 x 3 = 15
6 x 8 = 8 x 6 = 48
Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 1 hasilnya sama dengan
bilangan itu sendiri, contoh:
3 x 1 = 3
6 x 1 = 6
Perkalian suatu bilangan dengan bilangan 0 hasilnya sama dengan 0.
Contoh:
7 x 0 = 0
2 x 0 = 0
Perkalian tiga bilangan satu angka, contoh:
2 x 2 x 2 = (4)x2 = 8
5 x 5 x 5 = (25)x5 = 125
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01cd/397b8312.dir/d
oc.pdf)
Sifat pertukaran pada perkalian
3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21
7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21
3 x 7 = 7 x 3
Jadi, 3 x 7 = 7 x 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak “n” kali dan berlaku
sifat komutatif dan asosiatif.
3. Hakikat Model Pembelajaran Quantum
a. Pengertian Pembelajaran Quantum
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Pembelajaran quantum dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang
monopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-
benar menerapkan suasana belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi ini mengubah kemampuan
dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain (Bobbi De Porter, 2005: 5).
Tokoh utama di balik pembelajaran quantum adalah Bobbi DePorter, seorang
ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan
setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah
perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun
1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum
di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows,
Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau
dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian
pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia.
Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons,
Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara
terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran quantum
kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an.
“Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa
dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas DePorter dalam Quantum
Teaching (2001: 4). “Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Quantum Learning menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku Quantum
Learning (2004: 4).
Menurut De Porter dan Hernacki (2001: 16) Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program
neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain
seperti, 1) Teori otak kanan atau kiri, 2) Teori otak 3 in 1, 3) Pilihan modalitas
(visual, auditorial dan kinetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistic
(menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol
(Metaphoric Learning), 8) Simulasi atau permainan.
Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi
pancaran cahaya yang dahsyat. Menurut Ari Nilandri (1999:56), quantum teching
adalah berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-
interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan
siswa. Pempbelajaran yang menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses
kegiatan belajar dengan cara sengaja menggunakan musik/mewarnai lingkungan
sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, pengajaran yang efektif, dan
banyak mengaktifkan siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum adalah suatu interaksi
yang terjadi di dalam proses pembelajaran, niscaya mampu mangubah berbagai
potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan
(dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan kepada orang lain.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum
Quantum teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan
asas utama, “bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia
mereka”. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek quantum teching. Prinsip-
prinsip tersebut adalah:
1) Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan
guru hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adannya rangsangan kompleks, yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk
apa yang mereka pelajari.
4) Akui setiap usaha
Belajar mempunyai aturan. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.
Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik
mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Guru sebaiknya sering memberi hadiah kepada siswa yang berhasil dalam
menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar. Dengan pemberian hadiah berupa
pujian, mereka akan merasa dihargai, sehingga mereka akan selalu berusaha agar
dapat memecahkan masalah tugas yang diberikan. (Bobbi De Porter dan Mark
Reardon, 2005: 7-8).
Dalam pembelajaran quantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus
berdampak bagi terbertuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu
diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Ada delapan prinsip keunggulan dalam
pembelajaran quantum, yaitu:
1) Terapkanlah hidup dalam integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir
ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar.
2) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman, karena
kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Berbicaralah dengan niat baik
Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
pembelajar.
4) Tegaskanlah komitmen
Disinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang
memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
5) Jadilah pemilik
Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang
bertanggungjawab.
6) Tetaplah lentur
Pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
7) Pertahankanlah keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu
kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
c. Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum
Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan
dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk
pembelajaran quantum adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai,
2) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis empiris,
3) Bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behaviorisme. Oleh karena
itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajarn kuantum relatif kuat,
4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan
sekedar transaksi makna. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan
tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang
bermutu dan bermakna,
5) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Menekankan pada kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat,
7) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajarn meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, fasilitas yang lentur,
keterampilan belajar dan keterampilan hidup,
8) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan
dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan,
diperlakukan, dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses
pembelajaran,
9) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
Pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam
proses pembelajaran,
10) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan
ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci
selain interaksi,
11) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran,
12) Menekankan pada kebermaknaan dan mutu proses pembelajaran oleh pengajar
atau fasilitator.
d. TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Pembelajaran Model Quantum
Menurut Bobbi DePorter (dalam Sugiyanto, 2009) Untuk mempermudah
mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran Quantum dikenalkan
dengan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka TANDUR dapat membawa
siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun, tingkat kelas
dengan beragam budayanya, jika para guru benar-benar menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran Quantum Learning. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum
TANDUR adalah sebagi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Tumbuhkan: Sertakan diri, pikat dan puaskan keingintahuan mereka. Buatlah
mereka tertarik tentang materi yang akan kita ajarkan. Artinya seorang guru dalam
mengajar harus dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar
dengan berbagai cara.
2) Alami: Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk
mengetahui”. Maksudnya, seorang guru dalam mengajar harus dapat menciptakan
pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan contoh peristiwa yang pernah dilihat atau dialami dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Namai: Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep
pokok dari mata pelajaran. Maksudnya, dalam mengajar seorang guru harus
menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh siswa, mengajarkan konsep
dengan jelas dan menggunakan strategi yang tepat agar siswa lebih mudah
memahami konsep yang diajarkan.
4) Demonstrasikan: Berikan kesempatan lagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai
pengalaman pribadi. Artinya dalam mengajar guru harus menggunakan media
atau alat peraga untuk mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga siswa
akan lebih mudah mengingat konsep atau isi pesan yang disampaikan oleh guru.
5) Ulangi: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Pengulangan berfungsi untuk
memperkuat koneksi syaraf dengan materi yang telah diajarkan. Strategi yang
dapat dilakukan antara lain melalui pertanyaan, postest, ataupun penugasan, atau
membuat ikhtisar hasil belajar.
6) Rayakan: Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan. Perayaan
menambahkan belajar dengan asosiasi positif. Artinya seorang guru dalam
mengajar dapat memberi pengakuan atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas
dan pemerolehan keterampilan serta ilmu pengetahuan. Kelas dapat menjadi
rumah kedua bagi siswa, menjadi tempat belajar yang menyenagkan, tempat siswa
mengalami kegembiraan dalam belajar dan tumbuh.
Salah satu indikator keberhasilan guru dalam pembelajaran adalah adanya
perubahan hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) yang lebih baik setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai indikator tersebut guru perlu
menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif serta pembelajaran yang
didalamnya melibatkan keaktifan siswa. Melalui metode pembelajaran Quantum
Teaching dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan), siswa dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga afektif dan
psikomotorik siswa dapat berkembang. Disamping itu fungsi perayaan di dalam
Quantum Teaching memungkinkan anggapan Matematika sebagai pelajaran yang
sulit dan kurang disukai oleh siswa dapat berubah menjadi pelajaran yang
menyenangkan dan disukai oleh siswa. Jika siswa berada dalam lingkungan
pembelajaran yang kondusif serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan
siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif
siswa dapat optimal.
B. Penelitian Relevan
Isna Noor Izzati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil
Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SDN
Banyuputih 04 Kecamatan Kalinyamat Kabupaten Jepara. Menjelaskan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar
siswa IPA pada siswa kelas IV SDN Banyuputih. Yaitu pada kondisi awal (sebelum
menerapkan model pembelajaran kuantum) nilai rata-rata siswa adalah 5,5 dan siswa
yang belajar tuntas (mencapai KKM) adalah 43,33%. Setelah menerapkan model
pembelajaran kuantaum, nilai rata-rata siswa dan siswa yang belajar tuntas
meningkat. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi
6,47 dan siswa yang belajar tuntas menjadi 80%. Setelah dilaksanakan siklus II, nilai
rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 7,33 dan siswa yang belajar tuntas menjadi
96,67%. Dan setelah dilaksanakan siklus III, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi
8,4 dan 100% siswa dapat mencapai KKM (belajar tuntas).
Penelitian di atas terdapat kesamaan variabel penelitian. Kesamaan yang
pertama adalah pada variabel bebasnya, yaitu penerapan model pembelajaran
quantum. Dan kesamaan yang kedua adalah pada variabel terikat, yaitu peningkatan
hasil belajar. Selain terdapat kesamaan, penelitian di atas juga terdapat perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan penelitian yang penulis lakukan. Yaitu lokasi/tempat penelitian, mata
pelajaran yang akan ditingkatkan hasil belajarnya, dan juga tingkatan/kelas siswa
yang akan diteliti.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal (sebelum tindakan), belum diterapkan suatu model
pembelajaran yang inovatif sehingga minat dan motivasi dan motivasi belajar siswa
rendah. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa dapat mengakibatkan hasil
belajar siswa rendah.
Untuk meningkatkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan minat
dan motivasi belajar siswa. Maka dipilihlah model pembelajaran quantum.
Hasil belajar siswa diduga meningkat apabila guru dalam menyampaikan
materi pelajaran menggunakan model pembelajaran quantum. Dengan melihat
prinsip dan karakteristik model pembelajaran quantum, pada pembelajaran
matematika dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
perkalian pada kelas II semester 2. Model pembelajaran quantum adalah salah satu
model pembelajaran inovatif. Dengan diterapkannya model pembelajaran quantum,
siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran
quantum, proses pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan. Sehingga
minat, motivasi, dan aktivitas siswa dalam belajar akan lebih meningkat.
Meningkatnya minat, motivasi, dan aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang
disampaikan guru, dengan demikian hasil belajar siswa akan lebih baik/meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam gambar 1 sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Kondisi Awal
Guru Belum menerapkan
model pembelajaran
quantum pada pelajaran
matematika materi
perkalian. Pembelajaran
masih bersifat
konvensional. Guru juga
belum menggunakan
media/alat peraga saat
mengajarkan perkalian.
Hasil belajar
matematika materi
perkalian pada siswa
kelas II SDN Kragilan 2
masih rendah.
Tindakan
Guru menerapkan model
pembelajaran quantum
pada pelajaran
matematika materi
perkalian.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kondisi Akhir
Dengan menerapkan model pembelajaran
quantum pada materi perkalian, maka hasil
belajar matematika materi perkalian pada
siswa kelas II SDN Kragilan 2 meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Kragilan 2,
dengan alasan sebagai berikut:
a. Penulis adalah pengajar di SD Negeri Kragilan 2,
b. Secara psikologis penulis telah mengetahui kondisi dan sudah teerjalin hubungan
kedekatan, kemudian diharapkan dapat memperlancar kegiatan penelitian yang
penulis laksanakan,
c. Lingkungan mendukung.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2009/2010, dimulai
bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang lebih
menekankan pada perbaikan proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada
meningkatnya hasil belajar siswa, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Wardhani (2007 : 1.19) menyatakan bahwa sasaran akhir
PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dengan menggunakan bentuk Penelitian
Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya
untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani (2007 :
2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau
siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,
mengamati dan melakukan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut:
Merencanakan
Refleksi Melakukan Tindakan
Mengamati
Gambar 2. Strategi Penelitian Model Siklus
Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan inti meliputi: membuat rencana pembelajaran, membuat lembar
observasi dan membuat alat evaluasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
proses pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
c. Observasi/pengamatan
Dalam tahap ini dilajsanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan
dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa
perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2 tahun pelajaran 2009/2010
sebanyak 17, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas II. Dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah pembelajaran matematika di kelas II SD Negeri
Kragilan 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan ada tiga yaitu data yang berhubungan dengan
proses, dampak tindakan yang dilakukan dan data yang digunakan sebagai dasar
menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan
proses berupa data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada materi perkalian
dengan model pembelajaran quantum.
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data
primer dan sekunder. Menurut Slamet.St.Y dan Suwarto (2007 : 38) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini sumber data
primer yang diperlukan adalah data nilai akademik mata pelajaran matematika yang
akan diperbaiki serta informasi dari guru dan siswa kelas II SD Negeri Kragilan 2,
kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
E. Teknik Sampling
Teknik cuplikan atau sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan
sampling penelitian kuantitatif. Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 57) menyatakan
bahwa pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan atau
purposive sampling. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif maka teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan alasan dalam
mengambil sampel bukan secara individu tetapi secara klasikal yaitu seluruh siswa
kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten Sragen sebanyak 17
siswa, dengan perincian 9 siswa putra dan 8 siswa putri.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan
obyektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan
penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data.
Setiap teknik mempunyai kelemahan, namun kelemahan itu dapat ditunjang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
teknik-teknik yang lain. Sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain
saling melengkapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data
tertulis, yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua
dokumen dan arsip, juga untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang
dokumen tersebut.
Slamet.St.Y. dan Suwarto (2007 : 52) menyatakan bahwa dokumen sebagai
sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan. Dokumen dapat berupa bahan tertulis ataupun film.
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
hasil ulangan harian matematika siswa dalam materi perkalian.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung
merupakan observasi yang dilakukan terhadap obyek yang diteliti tanpa melalui
perantara. Observasi langsung memungkinkan peneliti memperoleh data secara
konkret dan mendalam terhadap obyek yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan
pada peserta didik kelas II SD Negeri Kragilan 2 kecamatan Gemolong kabupaten
Sragen yang seluruhnya berjumlah 17 peserta didik. Observasi dilakukan untuk
mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti maupun guru kelas
terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi juga dilakukan
oleh guru kelas terhadap peneliti yang bertindak sebagai pengajar, hal ini
dilakukan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama
proses pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran selanjutnya kekurangan-
kekurangan tersebut dapat dihilangkan atau diminimalisir.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 150).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini tes dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes dilakukan oleh guru
dengan tujuan untuk mengukur tingkat pencapaian atau keberhasilan siswa kelas
II SDN Kragilan 2 pada pelajaran matematika materi perkalian setelah dilakukan
tindakan.
4. Wawancara
Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari informan tentang
pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi perkalian. Wawancara
dikakukan kepada guru kelas II SDN Kragilan 2. Peneliti mencari tahu faktor-
faktor yang menyebabkan kurang optimalnya hasil belajar siswa pada materi
perkalian.
Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umunya dilakukan secara tidak
terstruktur atau sering disebut teknik wawancara mendalam (Slamet.St.Y. dan
Suwarto. 2007 : 49).
G. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian harus diusahakan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih
dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang
telah diperolehnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh STY.
Slamet dan Suwarto, WA (2007:54) bahwa “Ketepatan data tersebut tidak hanya
bergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi
juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya”. Untuk menjamin dan
mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi data yaitu
mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda.
H. Analisis Data
Analisis data dimaksudkan suatu cara yang digunakan untuk mengolah dan
menganalisis data hasil penyelidikan dalam rangka untuk membuktikan kebenaran
hipotesis. Dalam analisis data ini penulis menganalisis hasil belajar yang berupa nilai
dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil belajar atau nilai tes dari kondisi awal dengan hasil belajar atau nilai tes pada
siklus I maupun dengan hasil belajar atau nilai tes pada siklus II. Kemudian mencari
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil yang diperoleh.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang
terdiri atas empat komponen pokok, yakni: perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting).
Secara rinci prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijabarkan dalam
uraian berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Mengumpulkan data yang diperlukan melalui teknik observasi,
dokumentasi , dan wawancara.
2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi
perkalian dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP) yang
indikatornya mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
quantum serta mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan serta telah disepakati oleh guru
kelas dan peneliti diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran
matematika materi perkalian dengan menggunakan model pembelajaran
quantum. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah yang
sistematis. Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, “3 ekor anak ayam,
berapa jumlah kakinya anak-anak?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Tumbuhkan: guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan
berulang, guru harus menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa
dengan cara memberikan penguatan atau pujian-pujian kepada siswa.
3) Alami: saat guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian di depan
kelas dengan benda konkret, secara berkelompok siswa mengikuti apa
yang dicontohkan guru, yaitu melakukan operasi hitung perkalian dengan
menggunakan benda konkret.
4) Namai: setelah secara berkelompok melakukan operasi hitung perkalian
dengan menggunakan benda konkret, maka siswa dapat memahami
perkalian sebagai penjumlahan berulang.
5) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahai konsep perkalian sebagai
penjumlahan berulang mendemonstrasikan operasi hitung perkalian
menggunakan benda konkret di depan kelas secara bergantian (dibimbing
oleh guru).
6) Ulangi: siswa membuat catatan/rangkuman materi dengan bimbingan
guru.
7) Kegiatan evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh
guru.
8) Rayakan: setelah pembelajaran selesai, guru dan siswa menyanyikan
sebuah lagu untuk merayakan apa yang baru saja dipelajari.
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan
dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa
kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan
selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan
observasi dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan
yang dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Evaluasi atau penilaian untuk
menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada akhir silklus I. Sasaran dari evaluasi ini adalah paling tidak terdapat
65% siswa yang dapat mencapai KKM.
2. Siklus II:
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) materi pokok perkalian dengan indikator: mengenal sifat
pertukaran pada perkalian. Disamping itu peneliti menyiapkan perangkat yang
diperlukan untuk observasi, dokumentasi, dan soal evaluasi. Siklus II
direncanakan 2 kali pertemuan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan serta telah disepakati oleh guru kelas
dan peneliti diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran matematika
materi sifat pertukaran pada perkalian dengan menggunakan model
pembelajaran quantum. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-
langkah yang sistematis. Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa dengan
cara memberikan penguatan atau pujian-pujian kepada siswa.
2) Alami: Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 4 siswa. Tiap kelompok dibagi menjadi dua bagian (kanan dan kiri).
Guru menugaskan kelompok bagian kanan untuk menghitung perkalian,
misalnya 5 x 6 dan kelompok bagian kiri untuk menghitung perkalian 6 x
5. Setelah kelompok bagian kanan dan bagian kiri selesai menghitung,
guru bertanya, “apakah hasilnya sama anak-anak?”. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ulang dengan bilangan yang berbeda-beda sampai siswa
memahami konsep.
3) Namai: setelah melakukan kegiatan di atas, siswa dapat mengenal sifat
pertukaran pada perkalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahami konsep sifat pertukaran
pada perkalian, melakukan demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan
guru.
5) Ulangi: tanya jawab antara guru dengan siswa.
6) Rayakan: siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar,
mendapat tepuk tangan dari guru dan seluruh siswa.
7) Kegiatan evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan oleh
guru.
c. Pengamatan (Observasi)
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa
kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan
selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan
observasi dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan
yang dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus II. Evaluasi atau penilaian untuk
menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan
pada akhir silklus I. Sasaran dari evaluasi ini adalah paling tidak terdapat 75%
siswa yang dapat mencapai KKM.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi pokok perkalian dengan indikator: mengalikan tiga bilangan satu
angka. Disamping itu peneliti menyiapkan perangkat yang diperlukan untuk
observasi, dokumentasi, dan soal evaluasi. Siklus III direncanakan 2 kali
pertemuan.
b. Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah yang sistematis.
Kegiatan pokok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Apersepsi: tanya jawab tentang materi sebelumnya.
2) Tumbuhkan: saat mengulang materi, guru juga memberikan penguatan
atau pujian-pujian kepada siswa untuk meningkatkan minat dan motivasi
belajarnya.
3) Guru menjelaskan dan memberi contoh perkalian tiga bilangan satu angka.
Untuk mempermudah pemahaman siswa, guru menggunakan media
berupa benda konkret, misal: sedotan.
4) Alami: saat guru mendemonstrasikan operasi hitung perkalian di depan
kelas dengan benda konkret, secara berkelompok siswa mengikutinya
(melakukan operasi hitung perkalian tiga bilangan satu angka dengan
benda konkret).
5) Namai: setelah melakukan kegiatan di atas, siswa dapat memahami konsep
perkalian tiga bilangan satu angka.
6) Demonstrasikan: siswa yang kurang memahami konsep perkalian tiga
bilangan satu angka, melakukan demonstrasi di depan kelas dengan
bimbingan guru .
7) Ulangi: siswa mencatat materi di buku catatan masing-masing.
8) Rayakan: guru dan siswa melakukan senam dengan gerakan-gerakan kecil
untuk merayakan apa yang baru saja dipelajari.
c. Pengamatan
Observasi berarti pengamatan dan pencatatan terhadap pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Observasi berupa kegiatan
pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama
pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi
dianalisis guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang
dilakukan.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus III. Evaluasi atau penilaian untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menilai hasil atau dampak pembelajaran quantum yang akan dilaksanakan
pada akhir siklus III. Sasaran dari evaluasi ini adalah terdapat 85% siswa yang
dapat mencapai KKM.
J. Indikator Kinerja
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, maka diharapkan akan
adanya peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian, yaitu:
1. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran perkalian sebagai penjumlahan
berulang akan meningkat. Sasaran siklus I adalah 65% siswa dapat mencapai
KKM.
2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran sifat pertukaran pada perkalian akan
meningkat. Sasaran siklus II adalah 75% siswa dapat mencapai KKM.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran perkalian tiga bilangan satu angka
akan meningkat. Sasaran siklus III adalah 85% siswa dapat mencapai KKM.
4. Rata-rata kelas dalam pembelajaran matematika materi perkalian akan
meningkat menjadi 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Tempat Penelitian
Lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian tindakan kelas
ini adalah Sekolah Dasar Negeri Kragilan 2. Sekolah ini terletak di Dukuh Godegan,
Desa Kragilan, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
Sekolah Dasar Negeri Kragilan 2 terletak di tempat yang strategis, yaitu di
pinggir jalan raya Solo-Purwodadi. Sekolah ini memiliki halaman yang cukup luas
yang berfungsi sebagai tempat melaksanakan upacara bendera, sebagai tempat
bermain bagi para siswa, maupun kegiatan sekolah lainnya. Dipingir halaman
maupun di sekitar gedung sekolah, terdapat pepohonan yang cukup rindang,
sehingga sekolah ini cukup sejuk.
Sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor guru, 1 rumah penjaga, dan toilet
guru maupun siswa. Secara keseluruhan, pada tahun pelajaran 2009/2010 sekolah ini
memiliki siswa sebanyak 103 orang, dengan perincian sebagai berikut: siswa kelas I
sebanyan siswa, kelas II sebanyak 18 siswa, kelas III sebanyak 16 siswa, kelas IV
sebanyak 23 siswa, kelas V sebanyak 21 siswa, dan kelas VI sebanyak 12 siswa.
SD Negeri Kragilan 2 memiliki tenaga pengajar/guru sebanyak 11 orang, yaitu
6 guru kelas, 1 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru bahasa
inggris, 1 guru SBK, dan 1 guru komputer. Sekolah ini juga memiliki 1 orang
penjaga sekolah. Sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan obeservasi awal
terhadap proses pembelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas 2.
Kegiatan observasi ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitian dan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil
observasi awal ini antara lain:
1. Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika pada materi perkalian. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa yang mengeluh bahwa materi yang diajarkan sulit. Selain itu, siswa juga
kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru.
2. Belum diterapkannya model pembelajaran inovatif dan guru juga tidak
menggunakan media/alat peraga dalam menyampaikan materi perkalian kepada
siswa. Pembelajaran masih bersifat konfensional, yaitu berpusat pada guru.
3. Rendahnya hasil belajar matematika pada materi perkalian yang ditandai dengan
masih banyaknya siswa yang nilainya di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar
siswa yang ditunjukkan dari hasil tes awal tentang materi perkalian yaitu dari 17
siswa hanya 58,8% atau hanya 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM.
Sedangkan 41,2% lainnya atau 7 siswa mendapat nilai di bawah KKM.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai
rendah, masih di bawah KKM. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa pada materi
perkalian perlu ditingkatkan.
Hasil tes awal siswa dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat
pada lampiran 4. Berdasarkan lampiran 4, maka diperoleh tabel 1 seperti di bawah
ini:
Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal (Sebelum Tindakan)
No Nilai Frekuensi Persentase
1. 0 – 10 0 0%
2. 11 – 20 0 0%
3. 21 – 30 1 5,9%
4. 31 – 40 2 11,8%
5. 41 – 50 2 11,8%
6. 51 – 60 5 29,4%
7. 61 – 70 3 17,6%
8. 71 – 80 4 23,5%
9. 81 – 90 0 0%
10. 91 – 100 0 0%
jumlah 17 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan lampiran 4, maka dapat dituliskan hasil tes awal siswa
dalam tabel 2, yaitu sebagai berikut:
Tebel 2. Hasil Tes Awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai terendah 30
Nilai tertinggi 80
Rata-rata nilai 60
Siswa belajar tuntas 58,8%
Berdasarkan tabel 1 persentase hasil belajar maka dapat digambarkan pada
grafik gambar 3 sebagai berikut:
0123456789
10
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai
Frek
uens
i
Gambar 3. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari tes awal diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 60
yang dimana hasil tersbut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak
sekolah, guru, maupun peneliti yaitu sebesar 72. Sedangkan siswa yang belajar tuntas
(mencapai KKM) hanya sebesar 58,8% saja, dari pihak guru maupun peneliti
menginginkan ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 85%. Dari hasil analisis
tes awal tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa pada proses pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam
proses pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian.
Berdasarkan hasil tes awal pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masih
banyak siswa yang belum menguasai materi, siswa masih belum begitu memahami
beberapa indikator pada materi perkalian.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka peneliti dan guru kelas II
berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang diupayakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut di atas. Pada pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas II sebagai observer.
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 29 Maret 2010
sampai dengan 14 April 2010 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan siklus I
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan observasi awal terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar
matematika materi perkalian di kelas II diperoleh informasi sebagai data awal, yaitu
sebanyak 17 siswa kelas II SDN Kragilan 2 sebagian besar belum memahami konsep
perkalian.
Berdasarkan deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan
dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian, maka disusun rencana
tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan dalam siklus I ini meliputi:
1) Mengumpulkan data, yaitu nilai siswa dan aktivitas siswa maupun guru selama
proses pembelajaran berlangsung yang diperlukan melalui teknik observasi,
dokumentasi , dan wawancara. Yaitu data nilai ulangan harian siswa, observasi
terhadap siswa maupun guru pada saat proses pembelajaran dan wawancara
dengan guru kelas yang bersangkutan.
2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian
dengan cara membuat rencana pembelajaran (seperti dalam lampiran 1) yang
indikatornya mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum serta
mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang
dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi
dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih
diutamakan dalam pengamatan.
Selain itu peneliti bersama guru kelas II juga menetapkan jadwal penelitian.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 1 April 2010 dan pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 14 April
2010, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika di kelas II SDN Kragilan 2 pada
saat itu.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada pelajaran
matematika materi perkalian sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas II. Pembelajaran yang telah
direncanakan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran quantum,
sesuai dengan rencana yang telah disusun akan dilaksanakan 2 kali pertemuan.
1) Pertemuan pertama
Pada siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran
matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan
indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Tumbuhkan: Sebagai kegiatan awal (apersepsi), guru mengajak siswa
bernyanyi tentang berhitung dengan tujuan untuk memusatkan perhatian dan
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa “Pasti
anak-anak pernah melihat ayam kan? 4 ekor ayam berapa jumlah kakinya
anak-anak?” siswa berfikir, kemudian dengan antusias siswa menjawab “ada 8
pak”. Kemuadian guru menyuruh 3 orang siswa maju ke depan kelas. “Ada
berapa jumlah jari tangan kanan dari ketiga teman kalian?” kemudian guru
bersama seluruh siswa menghitung jumlah jari tangan kanan dari ketiga siswa
yang maju ke depan kelas satu persatu. Maka ditemukan hasilnya, yaitu 15.
Kemudian guru menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang.
Kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berukut:
a) Kegiatan ini dimulai dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kemuadian
masing-masing kelompok diberikan 10 buah gelas plastik dan 100 buah
sedotan (masing-masing kelompok warna sedotannya berbeda). Kelompok
diberi nama sesuai dengan warna sedotan masing-masing kelompok, yaaitu
kelompok putuh, kelompok merah, kelompok hijau dan kelompok biru.
b) Alami: Guru memberikan contoh perkalian, seperti 5 x 4 = . . . , kemudian
secara berkelompok siswa menghitung hasil dari perkalian tersebut dengan
menggunakan sedotan dan juga gelas plastik. Dari contoh perkalian tersebut,
maka diambil 5 buah gelas plastik dan masing-masing gelas plastik diisi
dengan 4 buah sedotan. Kemudian seluruh sedotan di dalam gelas dihitung,
maka hasilnya adalah 20.
c) Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan salah satu contoh
perkalian. Misalnya disebutkan 6 x 7= . . . , kemudian secara berkelompok
siswa menghitung hasil dari perkalian tersebut dengan menggunakan sedotan
dan juga gelas plastik. Dari contoh perkalian tersebut, maka diambil 6 buah
gelas plastik dan masing-masing gelas plastik diisi dengan 7 buah sedotan.
Kemudian siswa menuliskan hasilnya dalam buku masing-masing, yaitu 6 x 7
= 7 + 7 + 7 + 7 + 7 +7 = 42.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Namai: Perwakilan masing-masing kelompok menuliskan hasilnya di depan
kelas, kemudian guru bersama siswa membahasnya. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ulang sampai siswa memahami konsep perkalian sebagai
penjumlahan berulang.
e) Saat siswa mengalami kejenuhan, guru bersama siswa melakukan permainan
sederhana.
f) Demonstrasikan: Siswa yang kurang memahai konsep perkalian sebagai
penjumlahan berulang mendemonstrasikan operasi hitung perkalian
menggunakan benda konkret di depan kelas secara bergantian (dibimbing oleh
guru).
g) Ulangi: Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing kemudian siswa
membuat catatan/rangkuman materi dengan bimbingan guru.
h) Rayakan: kelompok dengan kinerja terbaik mendapat penghargaan berupa
tepuk tangan dari semua siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir. Kegiatan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan materi, guru menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan.
b) Kegiatan evaluasi, yaitu siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan guru
dan peneliti sebelelumnya.
2) Pertemuan kedua
Pada siklus I pertemuan kedua ini dilaksanakan proses pembelajaran
matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan
indikator mengubah penjumlahan berulang menjadi bentuk perkalian.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal:
a) Peneliti yang bertindak sebagai pengajar mengawali proses pembelajaran
dengan berdo’a bersama serta mengabsen siswa.
b) Mengulang materi pelajaran sebelumnya.
c) Tumbuhkan: Apersepsi, “Anak-anak, pertemuan yang lalu kita sudah
mempelajari perkalian sebagai penjumlahan berulang, sekarang kita akan
belajar bagaimana cara merubah penjumlahan berulang menjadi bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perkalian”. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berukut:
a) Membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok dibagikan
sedotan dan gelas plastik sebagai media pembelajaran.
b) Alami: Peneliti yang bertindak sebagai pengajar menyusuh masing-masing
kelompok mengambil 4 buah gelas plastik. Kemudian menyuruh siwa untuk
mengisi masing-masing gelas plastik dengan 6 buah sedotan. Masing-masing
gelas dijajarkan, maka diperoleh 6 + 6 + 6 + 6. Guru bertanya kepada siswa,
“ada berapa gelas plastiknya anak-anak?”. Siswa menjawab, “4 pak”. Maka di
tulis 4 x . . . (jumlah gelas plastik ditulis diwal). “masing-masing gelas plastik
ada berapa sedotan?”, siswa menjawab “6 pak”. Maka di tulis 4 x 6 = . . .
(jumlah sedotan ditulis dibelakang). Maka diperoleh 6 + 6 + 6 + 6 = 4 x 6 = . .
., kemudian secara berkelompok siswa menghitung hasilnya.
c) Namai: Perwakilan kelompok menuliskan hasilnya di papan tulis, kemudian
guru membahasnya bersama-sama dengan siswa. Bila jawaban benar, maka
guru meberikan tepuk tangan kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan berulang-
ulang.
d) Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Guru menuliskan contoh
penjumlahan berulang di papan tulis, misal: 6 + 6 + 6 = . . . x . . . = . . . , siswa
mencari jawabannya.
e) Demonstrasikan: Guru menunjuk salah seorang siswa untuk maju ke depan
kelas mendemonstrasikan menghitung perkalian tersebut di depan kelas dan
menuliskan jawabannya di papan tulis (diutamakan siswa yang kurang
memahami konsep).
f) Ulangi: Siswa merangkum materi pelajaran yang telah diajarkan.
g) Rayakan: setelah siswa selesai mengerjakan perintah guru, yaitu mengerjakan
perkalian dengan media gelas plastik dan sedotan di depan kelas, maka siswa
lain memberi penghargaan berupa tepuk tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir. Kegiatan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan materi, guru menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan.
b) Kegiatan evaluasi, yaitu siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan guru
dan peneliti sebelelumnya.
Hasil tes pada siklus I dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat
pada lampiran 5. Berdasarkan lampiran 5, maka diperoleh tabel 3 seperti di bawah
ini:
Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Tes Siklus I
No Nilai Frekuensi Persentase
1. 0 – 10 0 0%
2. 11 – 20 0 0%
3. 21 – 30 0 0%
4. 31 – 40 0 0%
5. 41 – 50 3 17,6%
6. 51 – 60 2 11,8%
7. 61 – 70 4 23,5%
8. 71 – 80 6 35,3%
9. 81 – 90 2 11,8%
10. 91 – 100 0 0%
Jumlah 17 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 3, maka dapat dituliskan hasil tes awal siswa dalam
tabel 2, yaitu sebagai berikut:
0123456789
10
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai
Fre
kue
nsi
Gambar 4. Grafik Data Nilai Tes Siklus I
c. Observasi
Selama prose pembelajaran berlangsung, peneliti berkolaborasi dengan guru
kelas II mengamati jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
dengan panduan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dari
gambaran observasi tersebut diperoleh gambaran tentang jalannya proses
pembelajaran yang secara garis besar sebagai berikut:
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan (dalam
lampiran 13 dan 14), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan baik.
b) Guru telah mempersiapkan media atau alat peraga dengan baik.
c) Guru telah melakukan apersepsi dengan cukup baik, guru telah memberi
pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna
meningkatkan motivasi belajar siswa.
d) Guru menguasai materi yang akan diajarkan dengan sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
f) Penguasaan siswa kurang merata, guru kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
g) Penyampaian materi sudah baik, sesuai dengan alokasi waktu yang telah
direncanakan sebelumnya.
h) Guru dapat memanfaatkan media pembelajaran dengan sangat baik, siswa
telah dilibatkan dalam memanfaatkan media pembelajaran.
i) Guru melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dengan baik,
penilaian yang dilakukan sesuai dengan kompetensi/tujuan yang akan dicapai.
j) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum materi
pelajaran yang telah diajarkan, hal ini dapat dilihat dari buku catatan siswa.
2) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus I sebanyak 2 kali pertemuan (dalam
lampiran 8 dan 9), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Sebagian besar siswa dapat melaksanakan perintah guru dengan baik.
b) Hampir semua siswa mengerjakan tugas dari guru dengan baik.
c) Sebagian kecil siswa tidak membawa buku paket dan atau buku catatan.
d) Sebagian besar siswa kurang memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru.
e) Sebagian kecil siswa kurang memperhatikan petunjuk guru saat melakukan
praktek menghitung perkalian dengan media yang disediakan.
f) Sebagian kecil siswa gaduh/mengganggu temannya saat guru menerangkan
pelajaran.
g) Siswa kurang aktif bertanya kepada guru saat proses pembelajaran
berlangsung.
h) Sebagian besar siswa menulis catatan/ringkasan pelajaran.
i) Sebagian kecil siswa kurang aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan
guru.
j) Tanggungjawab, perhatian dan keaktifan siswa cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 5 siswa
yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka peneliti
melanjutkan ke siklus II untuk materi perkalian.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Bagi Guru
a) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, hal ini
perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II.
b) Penguasaan siswa kurang merata, hal ini perlu diperbaiki pada tindakan siklus
II agar perhatian siswa pada saat proses pembelajaran lebih meningkat
sehingga hasil belajar siswa juga akan beningkat.
c) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran, dapat terlihat dari masih adanya beberapa siswa yang masih ramai
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
d) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum
menyeluruh), dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya guru harus lebih
merata dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan gagasannya.
2) Bagi siswa
a) Siswa sebenarnya telah memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan
berulang, tetapi masih kurang teliti dalam menghitung penjumlahan berulang,
sehingga hasilnya masih belum tepat.
b) Siswa kurang berani dalam menyampaikan jawabannya di depan kelas, dalam
pelaksanaan siklus selanjutnya guru perlu merangsang keberanian siswa
dengan cara memberikan penguatan agar keberanian siswa lebih meningkat.
c) Siswa kurang berani dalam bertanya kepada guru mengenai materi yang
diajarkan, hal ini harus diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Deskripsi Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 1 minggu, mulai tanggal 22 sampai
dengan 28 April 2010 (2 kali pertemuan). Deskripsi data tindakan siklus II terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus I dapat
diketahui bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi perkalian, tetapi masih ada beberapa kekurangan,
oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Oleh
karena itu maka disusun rencana tindakan siklus II, kegiatan perencanaan dalam
siklus II meliputi:
1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian
dengan cara membuat rencana pembelajaran (dalam lampiran 2) yang
indikatornya mengenal sifat pertukaran pada perkalian.
2) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum serta
mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
3) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang
dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi
dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih
diutamakan dalam pengamatan.
Selain itu peneliti bersama guru kelas II juga menetapkan jadwal penelitian.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama akan dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 22 April 2010 dan pertemuan kedua pada hari rabu tanggal 28 April
2010, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika di kelas II SDN Kragilan 2 pada
saat itu.
b. Pelaksanaan tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada
pembelajaran sifat pertukaran pada perkalian sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas II.
Pembelajaran yang telah direncanakan pada siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran quantum, sesuai dengan rencana yang telah disusun akan dilaksanakan
2 kali pertemuan.
1) Pertemuan pertama
Pada siklus II pertemuan pertama ini dilaksanakan proses pembelajaran
matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan
indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan media gelas
plastik dan sedotan.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal pembelajaran:
a) Berdo’a, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran.
b) Tumbuhkan: Apersepsi dengan cara mengulang pelajaran sebelumnya.
Disamping itu guru juga memberikan pujian-pujian atau penguatan kepada
siswa dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti pembelajaran, adapun kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Alami: Membagi siswa menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4
siswa. Tiap kelompok dibagi menjadi dua bagian (kanan dan kiri). Guru
menugaskan kelompok bagian kanan untuk menghitung perkalian dengan
bantuan gelas plastik dan sedotan, misalnya 5 x 6 dan kelompok bagian kiri
untuk menghitung perkalian 6 x 5.
b) Setelah semua kelompok selesai menghitung, guru meminta perwakilan tiap
kelompok untuk menuliskan hasil jawabannya di depan kelas, kelompok
kanan di bagian kanan, kelompok kiri di bagian kiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Setelah kelompok bagian kanan dan bagian kiri selesai menuliskan jawaban di
papan tulis, guru bersama siswa membahasnya, menghitung bersama-sama.
d) Namai: Setelah selesai guru bertanya “apakah hasilnya sama anak-anak?”.
Siswa menjawab, “sama pak”. Siswa sambil mencatat.
e) Kegiatan di atas dilakukan berulang-ulang sampai siswa paham. Kegiatan ini
diselingi dengan permainan-permainan sederhana agar siswa tidak jenuh
dalam mempelajari materi.
f) Demonstrasikan: Siswa yang kurang paham diberi kesempatan melakukan
demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan guru.
g) Rayakan: kelompok dengan kinerja terbaik mendapat reward berupa tepuk
tangan dari teman-temannya.
Kegiatan akhir:
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Ulangi: menjelaskan kembali materi pelajaran.
b) Evaluasi: siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2) Pertemuan kedua
Pada siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan proses pembelajaran
matematika materi perkalian menggunakan model pembelajaran quantum dengan
indikator mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan media tabel
perkalian.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal:
a) Apersepsi: “anak-anak, hari ini kita akan belajar mengenai sifat pertukaran
pada perkalian dengan tabel perkalian”.
b) Membagikan tabel perkalian kepada semua siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti pembelajaran, adapun kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Tumbuhkan: Guru menumbuhkan motivasi belajar siswa memberi contoh
contoh cara membaca tabel perkalian.
b) Alami: Guru meminta salah seorang siswa untuk memberi contoh perkalian,
misal 3 x 4, setelah itu guru meminta siswa untuk mencari hasil perkalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut menggunakan tabel perkalian. Setelah ketemu hasilnya, guru meminta
siswa mencari hasil dari 4 x 3 (kebalikan dari 3 x 4) dengan menggunakan
tabel perkalian, lalu bertanya “apakah hasilnya sama anak-anak?”
c) Namai/Demonstrasikan: Guru meminta 2 orang siswa maju ke depan kelas,
siswa pertama menyebutkan contoh perkalian, misalnya 5 x 6. Siswa kedua
mencari hasil perkalian tersebut (5 x 6 dan 6 x5) menggunakan tebel perkalian
di papan tulis, lalu guru bertanya “apakah hasilnya sama?”. Lalu gantian,
siswa kedua menyebutkan contoh perkalian dan siswa pertama mencari
jawabannya dengan menggunakan tabel perkalian di papan tulis.
d) Saat 2 siswa melakukan demonstrasi di depan kelas, siswa lain juga ikut
mencari hasil perkalian menggunakan tabel perkalian masing-masing.
e) Ulangi: siswa menulis catatan materi pelajaran.
f) Rayakan: setelah 2 orang siswa selesai melakukan demonstrasi di depan kelas,
guru dan semua siswa memberi apresiasi dengan tepuk tangan.
Kegiatan akhir:
a) Evaluasi: siswa mengerjakan soal.
b) Penutup: guru menyampaikan pesan atau nasihat kepada siswa agar selalu
rajin belajar.
Hasil tes pada siklus II dalam mata pelajaran matematika materi perkalian terdapat
pada lampiran 6. Berdasarkan lampiran 6, maka diperoleh tabel 4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Frekuensi data nilai tes siklus II
No Nilai Frekuensi Persentase
1. 0 – 10 0 0%
2. 11 - 20 0 0%
3. 21 – 30 0 0%
4. 31 – 40 0 0%
5. 41 – 50 2 11,8%
6. 51 – 60 2 11,8%
7. 61 – 70 2 11,8%
8. 71 – 80 7 41,1%
9. 81 – 90 3 17,6%
10. 91 – 100 1 5,9%
Jumlah 17 100%
Dari tabel 8 maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
0123456789
10
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai
Frek
uen
si
Gambar 5. Grafik Data Nilai Tes Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Observasi
Guru kelas dan peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan model quantum. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung serta mengamati keterampilan guru(pengajar) dalam
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi dalam siklus 2 selama 2 kali pertemuan (dalam lampiran 15
dan 16) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat baik.
b) Guru telah menyiapkan media pembelajaran/alat peraga dengan baik sehingga
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
c) Guru telah melakukan kegiatan apersepsi dengan baik.
d) Guru kurang mengaitkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan.
e) Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sudah baik.
f) Penyampaian materi sesuai dengan alokasi waktu.
g) Pengelolaan kelas sudah baik, suasana kelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung sudah kondusif, sehingga siswa dapat belajar dengan baik,
nyaman, dan menyenangkan.
h) Guru dapat memanfaatkan media/alat peraga dengan baik, sebagian besar
siswa sudah dilibatkan dalam memanfaatkan media/alat peraga.
i) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
j) Guru telah memberikan bimbingan kepada individu maupun kelompok yang
mengalami kesulitan.
k) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.
l) Guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis dengan baik.
m) Guru melibatkan siswa dalam membuat rangkuman pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus II sebanyak 2 kali pertemuan (dalam
lampiran 10 dan 11), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Banyak siswa yang kurang bisa melaksanakan perintah guru dengan baik.
b) Semua siswa dapat mengerjakan tugas dari guru dengan baik.
c) Semua siswa membaca buku catatan dan atau buku paket matematika.
d) Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
e) Sebagian kecil siswa kurang memperhatiakan petunjuk guru saat proses
pembelajaran berlangsung.
f) Sebagian besar siswa tidak berbuat gaduh/mengganggu temannya saat proses
pembelajaran berlangsung.
g) Dibanding siklus I, terdapat peningkatan siswa yang aktif bertanya kepada
guru pada saat mengalami kesulitan atau kurang memahami materi yang
disampaikan guru.
h) Sebagian besar siswa menulis catatan/rangkuman materi pelajaran yang
diajarkan guru.
i) Hampir semua siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
j) Tanggungjawab, perhatian, dan keaktifan siswa meningkat dibanding siklus I.
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus II, maka peneliti mengulas masih ada 3 siswa
yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka peneliti
melanjutkan ke siklus III untuk materi perkalian.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini masih ditemui beberapa kekurangan,
yaitu:
1) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.
2) Sebagian kecil siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru,
sehingga hasil belajar kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Deskripsi Tindakan Siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Yaitu pada
tanggal 5 Mei 2010. Deskripsi tindakan siklus III terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dapat
diketahui bahwa penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi perkalian, tetapi masih ada beberapa kekurangan,
oleh karena itu perlu diperbaiki pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Oleh
karena itu maka disusun rencana tindakan siklus III, kegiatan perencanaan dalam
siklus II meliputi:
1) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi perkalian
dengan cara membuat rencana pembelajaran (dalam lampiran 3) yang
indikatornya mengalikan tiga bilangan satu angka.
2) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum
dengan menggunakan teknik jarimatika.
3) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Lembar observasi yang
dibuat bukan hanya untuk siswa saja, tetapi juga untuk guru. Lembar observasi
dibuat dengan tujuan untuk mempermudah hal-hal apa saja yang harus lebih
diutamakan dalam pengamatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti yang bertindak sebagai pengajar menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum pada pelajaran
matematika materi perkalian dengan indikator mengalikan tiga bilangan satu angka
yang hasil kalinya di bawah seratus menggunakan teknik jarimatika sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti bersama dengan
guru kelas II. Pelaksanaan pembelajaran siklus III ini sebanyak 1 kali pertemuan.
Adapun pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan awal pembelajaran:
1) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, guru terlebih dahulu
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran, yaitu
dengan cara mengatur tempat duduk siswa. Kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Tumbuhkan: apersepsi, “anak-anak, pertemuan sebelumnya kita telah
mempelajari perkalian dengan table perkalian, hari ini kita akan belajar perkalian
dengan menggunakan jari kita, yaitu dengan jarimatika. Guru juga memberikan
pujian-pujian kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih termotivasi dalam
belajar.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Kegiatan Inti pembelajaran:
1) Guru memberi contoh perkalian, misalnya 6 x 7. Kemudian guru menjelaskan
cara menghitung perkalian tersebut dengan menggunakan jarimatika. Guru
memberi contoh berulang-ulang, kemudian diikuti oleh semua siswa.
2) Alami: siswa belajar menghitung perkalian dengan jarimatika, guru membimbing
kegiatan siswa.
3) Demonstrasikan: Guru menyuruh siswa secara berpasangan maju ke depan kelas
untuk mendemonstrasikan cara menghitung perkalian dengan teknik jarimatika.
Satu siswa memberi pertanyaan dan satu siswa mengitungnya menggunakan
teknik jarimatika. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah siswa selesai
berdemonstrasi, siswa yang lain memberi penghargaan berupa tepuk tangan.
4) Guru memberi contoh perkalian tiga bilangan satu angka yang hasilnya di bawah
100. Misalnya 3 x 2 x 8 = . . . , guru menjelaskan cara mengerjakannya dengan
menggunakan jarimatika. Siswa mengikuti petunjuk guru.
5) Ulangi: kegiatan di atas dilakukan berulang-ulang, sampai siswa memahami cara
mengerjakan perkalian dengan jarimatika.
6) Rayakan: setelah siswa selesai maju dari depan kelas, siswa lain memberikan
reward berupa tepuk tangan.
Kegiatan akhir:
1) Evaluasi, siswa mengerjakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah dilaksanakan tindakan siklus III, maka diadakan kegiatan evaluasi.
Berdasarkan hasil perolehan nilai siswa pada siklus III (Lampiran 7), maka diperoleh
frekuensi seperti tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Frekuensi data nilai tes siklus III
No Nilai Frekuensi Prosentase
1. 0 – 10 0 0%
2. 11 – 20 0 0%
3. 21 – 30 0 0%
4. 31 – 40 0 0%
5. 41 – 50 0 0%
6. 51 – 60 1 5,9%
7. 61 – 70 4 23,5%
8. 71 – 80 4 23,5%
9. 81 – 90 5 29,4%
10. 91 – 100 3 17,6%
Jumlah 17 100%
Dari tabel 5 di atas maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
0123456789
10
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Nilai
Fre
kue
nsi
Gambar 6. Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Observasi
Guru kelas dan peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan model quantum. Pada tahap ini
dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan sikap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung serta mengamati keterampilan guru(pengajar) dalam
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran quantum.
1) Hasil observasi bagi guru:
Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus III sebanyak 1 kali pertemuan
(dalam lampiran 17), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Guru telah melakukan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat baik.
b) Guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan baik.
c) Apersepsi sangat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, guru juga telah
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
d) Guru menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik.
e) Pembelajaran yang dilaksanakan sangat sesuai dengan kompetensi/tujuan
yang akan dicapai.
f) Guru dapat menguasai kelas dengan baik.
g) Guru telah melibatkan semua siswa mendemonstrasikan cara menghitung
perkalian dengan jarimatika.
h) Guru dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan baik.
i) Guru telah menggunakan bahasa lisan dengan jelas, lancer, dan dapat
dipahami oleh siswa.
j) Guru melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dengan baik.
k) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran sudah baik dan sesuai dengan olokasi
waktu.
l) Siswa terlibat dalam menyusun rangkuman pelajaran.
2) Hasil observasi bagi siswa:
Dari data observasi dalam pelaksanaan siklus III sebanyak 1 kali pertemuan
(dalam lampiran 12), diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
a) Sebagian besar siswa telah melaksanakan perintah guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Semua siswa dapat mengerjakan tugas dari guru dengan baik.
c) Semua siswa membawa buku catatan dan atau buku paket masing-masing.
d) Semua siswa memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru.
e) Sebagian besar siswa memperhatikan petunjuk guru dengan baik.
f) Hanya sebagian kecil siswa yang berbuat gaduh saat guru menerangkan
pelajaran.
g) Lebih dari 60% siswa aktif bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan
atau kurang jelas dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.
h) Tanggung jawab, perhatian, dan keaktifan siswa meningkat dibanding siklus
II.
d. Refleksi
Dari hasil penelitian pada siklus III, maka peneliti mengulas masih ada 1 atau
5,9% siswa yang nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Karena persentase siswa yang belajar tuntas telah mencapai 94,1% (lebih dari
persentase yang diinginkan pihak peneliti, guru, maupun sekolah, yaitu minimal 85%
siswa mencapai KKM) maka siklus penelitian dihentikan.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran quantum, secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan. Hasil evaluasi terhadap siswa juga mengalami
peningkatan, baik dari segi nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, maupun
persentase siswa yang belajar tuntas (mencapai KKM), maka dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan tindakan telah berhasil.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus dapat
dinyatakan bahwa pembelajaran matematika pada materi perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas II SDN Kragilan 2, baik hasil belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Siswa lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran, baik itu aktif
bertanya maupun aktif menjawab pertanyaan guru.
b. Perhatian, minat, dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika
khususnya pada materi perkalian meningkat.
c. Siswa berani menuliskan jawaban pertanyaan di papan tulis.
d. Siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya untuk memecahkan masalah
(menyesesaikan soal perkalian dengan menggunakan media berupa sedotan
dan gelas plastik).
e. Siswa memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru dengan sungguh-
sungguh.
2. Perkembangan hasil belajar psikomotorik siswa adalah sebagai berikut:
a. Semua siswa masuk kelas sebelum pelajaran dimulai, tidak ada siswa yang
terlambat masuk kelas.
b. Siswa mau mencatat, merangkum materi pelajaran yang disampaikan guru
dengan baik.
c. Banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru
maupun untuk bertanya.
d. Siswa dapat menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh oleh guru.
e. Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dengan baik.
f. Siswa dapat bekerjasama dengan kelompoknya dengan baik.
g. Siswa berlaku sopan, ramah, dan hormat kepada guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa.
a. Data nilai matematika materi perkalian sebelum tindakan (nilai awal)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tes awal siswa, diperoleh nilai
rata-rata siswa adalah 60, dimana hasil tersebut masih jauh dari nilai yang
diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 72. Sedangkan
besarnya persentase siswa yang belajar tuntas hanya sebesar 58,8%,
sedangkan 41,2% lainnya masih belum belajar tuntas, pihak sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menginginkan minimal 85% siswa dapat mencapai KKM. Nilai terendah pada
tes awal (sebelum dilaksanakannya tindakan) adalah sebesar 30, sedangkan
nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80. Berdasarkan hasil analisis tes
awal tersebut, maka dilakukan tindakan yang berupa penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perkalian melalui
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi perkalian.
b. Data nilai matematika siswa setelah siklus I
Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran matematika materi perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator mengenal
perkalian sebagai penjumlahan berulang dan mengubah bentuk penjumlahan
berulang menjadi bentuk perkalian. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru kelas
dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesai, maka dilakukan
evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus I
terdapat dalam lampiran 5.
Setelah diadakan penilaian pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan
hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I,
yaitu seperti pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah 30 45
Nilai Tertinggi 80 85
Rata-rata Nilai 60 68
Siswa Belajar Tuntas 58,8% 70,6%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel 6 maka dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tes Awal Tes Siklus I
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Siswa Belajar Tuntas(%)
Gambar 7. Grafik perbandingan hasil tes belajar siswa sebelum dan setelah
diberikan tindakan siklus I
Dari hasil analisa data perkembangan hasil belajar siswa pada tes siklus I
dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang belajar tuntas naik 11,8%
dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), siswa yang belajar tuntas pada
siklus I sebesar 70,6%, yang semula pada tes awal hanya 58,8% siswa mencapai
KKM. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal adalah 30
dan pada siklus I naik menjadi 45. Sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa
pada tes awal adalah sebesar 80, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I, naik
menjadi 85. Untuk nilai rata-rata kelas yang pada saat tes awal sebesar 60, setelah
dilaksanakannya tindakan siklus I naik menjadi 68.
c. Data nilai siswa pada siklus II
Setelah dilakukan analisa mengenai kekurangan pada pelaksanaan siklus I, maka
disusun rencana pembelajaran siklus II agar kekurangan yang terjadi pada siklus I
lebih diminimalisir. Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi
perkalian dengan menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator
mengenal sifat pertukaran pada perkalian. Proses pembelajaran dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuai dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya oleh guru
kelas dan peneliti. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Setelah proses pembelajaran selesa, maka dilakukan
evaluasi yang bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan oleh guru. Hasil perolehan nilai siswa pada siklus II
terdapat dalam lampiran 6:
Setelah diadakan penilaian pada siklus II, maka dapat dibuat perbandingan hasil
belajar siswa sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah diadakan
tindakan siklus II, yaitu seperti pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah
Tindakan Siklus I dan Siklus II
Keterangan Tes Awal Tes siklus I Tes Siklus II
Nilai terendah 30 45 50
Nilai tertinggi 80 85 100
Rata-rata nilai 60 68 72,9
Siswa belajar tuntas 58,8% 70,6% 82,4%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel 7 di atas dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Siswa Belajar Tuntas(%)
Gambar 8. Grafik perbandingan nilai dari tes awal, setelah siklus I, dan setelah
siklus II
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah 30; pada tes siklus I
menjadi 45 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi 50.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes
siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100.
3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik
menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9.
4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%;
setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi
82,4%.
d. Data Nilai Siswa Pada Siklus III
Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran matematika materi perkalian dengan
menggunakan model pembelajaran quantum dengan indikator mengalikan tiga
bilangan satu angka yang hasil kalinya dibawah 100. Proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilaksanakan sesuai dengan rencana pembalajaran yang telah disusun sebelumnya
oleh guru kelas dan peneliti. Pada pembelajaran siklus III ini dilaksanakan
pembelajaran perkalian dengan menggunakan jarimatika. Kegiatan pembelajaran
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setelah proses
pembelajaran selesa, maka dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Hasil
perolehan nilai siswa pada siklus III terdapat dalam lampiran 7:
Setelah diadakan penilaian pada siklus I, maka dapat dibuat perbandingan hasil
belajar siswa sebelum tindakan dan setelah diadakan tindakan siklus I, setelah
tindakan siklus II, dan setelah diadakan tindakan siklus III, yaitu seperti pada tabel
8 sebagai berikut:
Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Setelah
Tindakan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III
Nilai terendah 30 45 50 55
Nilai tertinggi 80 85 100 100
Rata-rata nilai 60 68 72,9 81,8
Siswa belajar tuntas 58,8% 70,6 82,4% 94,1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel 8 di atas, maka dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berkut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
Rata-rata Nilai
Siswa Belajar Tuntas(%)
Gambar 9. Grafik Perbandingan nilai tes awal, tes siklus I, tes siklus II, dan tes
siklus III
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 30; pada tes
siklus I sebesar 45; kemudian meningkat pada siklus II menjadi 50; dan
meningkat lagi pada siklus III menjadi 55.
2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal adalah sebesar 80 ; pada tes
siklus I naik menjadi 85, kemudian naik lagi pada tes siklus II menjadi 100; nilai
tertinngi pada siklus III juga 100.
3) Nilai rata-rata kelas pada tes awal adalah sebesar 60; pada tes siklus I naik
menjadi 68, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi 72,9; pada siklus III naik
lagi menjadi 81,8.
4) Siswa yang belajar tuntas (diatas KKM) pada tes awal hanya sebesar 58,8%;
setelah tes siklus I naik menjadi 70,6%, kemudian naik lagi pada siklus II menjadi
82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitinan yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus selama 5
kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam
pembelajaran matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2,
Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Tahun Pelajaran 2009/2010, maka dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
“Melalui penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi perkalian pada siswa kelas II SDN Kragilan 2, kecamatan
Gemolong, kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai
rata-rata kelas yang pada tes awal hanya sebesar 60, pada siklus I meningkat menjadi
68, pada silus II naik menjadi 72,9, kemudian naik lagi pada siklus III menjadi 81,8.
Sedangkan siswa yang belajar tuntasn (nilai mencapai KKM 60) pada tes awal
sebesar 58,8%, setelah dilaksanakan tindakan siklus I naik menjadi 70,6%, pada
siklus II naik menjadi 82,4%, dan pada siklus III naik lagi menjadi 94,1%”.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum dalam pembelajaran
matematika materi perkalian. Model yyang dipakai dalam penelitian ini adalah model
siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3 siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2
kali pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 14 April 2010. Siklus II dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 dan 28 April 2010. Sedangkan
siklus III dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 5 Mei 2010.
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) mengenal perkalian sebagai
penjumlahan berulang, (2) mengenal sifat pertukaran pada perkalian, (3) mengalikan
tiga bilangan satu angka. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan
implikasi teoretis dan implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Implikasi Teoretis
Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
quantum dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya dalam pelajaran matematika. Penerapan model
pembelajaran quantum dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, yaitu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenagkan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran
quantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran
matematika materi perkalian.
Penerapan model pembelajaran quantum ini dapat dijadikan masukan bagi
para guru sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan proses dan hasil belajar
para siswanya. Dengan menerapkan model pembelajaran quantum, siswa akan
lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, pembelajaran juga akan lebih
menyenangkan bagi para siswa. Sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
dengan menerapkan model pembelajaran quantum. Penerapan model
pembelajaran quantum juga harus didukung dengan penggunaan media atau alat
peraga yang tepat, sehingga dapat membantu kelancaran proses pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
telah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk
membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu
dilakukannya penelitian yang lebih lanjut tentang upaya guru untuk
mempertahankan dan atau meningkatkan hasil belajar para siswanya.
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran quantum pada hakikatnya
dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan
yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa,
khususnya dalam pelajaran matematika, yang pada umumnya dialami oleh
sebagian besar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran quantum, tentunya juga ditemukan beberapa kendala atau
hambatan-hambatan tertentu. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sangat diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tersebut.
Sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 5 kali pertemuan yang
terbagi dalam 3 siklus, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru hendaknya memilih metode pembelajaran yang dapat membuat siswa
lebih aktif mengikuti proses pembelajaran, salah satu alternatifnya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran quantum. Selain itu, dalam pembelajaran
perkalian, sebaiknya guru menggunakan media berupa benda konkret, misalnya
sedotan dan gelas plastik, sehingga siswa lebih aktif mengikuti proses
pembelajaran dan lebih cepat memahami materi yang diajarkan (tentang
perkalian), disamping itu proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Guru hendaknya juga lebih sering memberikan pujian atau penguatan-penguatan
kepada siswa, sehingga siswa lebih terangsang untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Para siswa hendaknya selalu rajin belajar dan selalu aktif mengikuti proses
pembelajaran. Khususnya pembelajaran perkalian ini, para siswa harus selalu aktif
mengikuti petunjuk-petunjuk guru sehingga lebih cepat memahami konsep
perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya menyediakan alat peraga berupa benda konkret (misal
sedotan dan gelas plastik) yang dapat digunakan siswa dalam mempelajari konsep
perkalian sebagai penjumlahan berulang. Karena dengan benda konkret, siswa
akan lebih cepat memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang,
selain itu hasil pembelajaran kan lebih bermakna bagi siswa.