Post on 04-Feb-2018
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY – TWO STRAY (TS-TS) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI POKOK SEGI EMPAT KELAS
VII C MTs TAQWAL ILAH TEMBALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidkan
Ilmu Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
JUPRI
053511248
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
iii
ABSTRAK
Jupri (NIM: 3105248). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik Materi Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran 2009-2010. Skripsi Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat (2) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dalam materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010.
Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang. Obyek penelitian ini adalah di MTs Taqwal Ilah Tembalang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) yaitu kelas VII C yang jumlahnya ada 41 peserta didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri. Pengumpulan data menggunakan angket motivasi belajar dan tes evaluasi.
Data yang terkumpul dianalisis deskriptif sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, motivasi belajar peserta didik mempunyai prosentase 50% dan rata-rata hasil belajar 59.63 dengan ketuntasan klasikal 49,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan motivasi belajar peserta didik menjadi 45.56% dan rata-rata hasil belajar 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%. Sedangkan pada siklus II motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 81.51% dan rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 75.17 dengan ketuntasan klasikal 85.36%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) dengan sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO STRAY (TS-TS). Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada semua pihak (peserta didik, guru, orang tua) di MTs Taqwal Ilah Tembalang untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika dan dapat memberikan dorongan atau motivasi belajar kepada peserta didik untuk senantiasa meningkatkan motivasi belajar untuk bisa berprestasi dan berkompetisi dengan sehat.
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,10 November 2010 Deklarator,
JUPRI NIM. 053511248
v
MOTTO
..... 4 Ÿω ß#Ïk=s3 ムª!$# $²¡ø tΡ ωÎ) !$tΒ $yγ8 s?# u™ 4 ã≅ yèôfuŠ y™ ª!$# y‰÷èt/ 9 ô£ ãã # Z ô£ ç„ ∩∠∪
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan1
1Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya,
(Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 946.
vi
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, kupersembahkan karya tulis
sederhana ini yang telah memberi arti dalam hidupku kepada:
1. Bapak dan umi tercinta (Bpk Djayus Ilhammudin dan Ibu Parinem), hanya ini
yang baru bisa ku persembahkan. Terima kasih atas lantunan doa, motivasi,
keikhlasan, pengorbanan, kesabaran, dan ridho yang selalu mengiringi
langkahku hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan kuliah.
2. Kakak dan Adik tercinta (Nurhadi, Qoirul Anam, Abu Toyib, Ma’rifah,
Maimunah, Nur Afifah, dan si ragil Ahmad Khalim).
3. Keluarga BANI JAIZ terima kasih atas doa dan motivasi dari kalian sehingga
menghantarkan aku menuju gerbang kesuksesan.
4. NESHA (NUR MAZIYYATIN NISWAH), terima kasih atas cinta, kasih
sayang, motivasi, dan doa darimu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan
setia selalu menemaniku meniti masa depan. Yakinlah semua akan indah pada
waktunya. Jadi jangan menyerah dan terus berjuang.
Semoga Allah SWT membalas budi baik kalian, amin ….
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kehadirat beliau junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan pengikutnya, dengan harapan semoga kita
mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terlesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada:
1. DR. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang yang merestui pembahasan skripsi ini
2. DR. H. Ruswan, M.A, dan Hj. Minhayati Shaleh, S.Si M.Sc., selaku
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
3. Segenap civitas akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
kesempatan untuk menambah ilmu.
4. Rofiur Rutab, M.Si selaku Kepala MTs Taqwal Ilah Tembalang, Wiwik
Ariyani S.Pd selaku guru pamong beserta stafnya yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian serta membantu mengarahkan dan
memberikan saran yang berharga dalam penelitian skripsi ini.
5. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga dengan doa dan motivasimu sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat–sahabat terbaik dan terindah Irkham, Arifin, Etik Ndut, Sofa Y, Mas
Ari, Rohman, Faizal, Ima dan teman-teman anak Tadris Matematika
viii
khususnya Angkatan 2005 yang tidak bisa saya sebut satu per satu, terima
kasih telah mengukir warna dalam kehidupan saya.
7. Keluarga Besar Kelompok Pekerja Teater Beta Tempat bernaung menjadi
rumah ke dua untuk mengolah rasa menebar kreasi.
8. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu, terimakasih telah ikut
mengolah rasa dan menebar kreasi dan membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Tidak ada yang peneliti kepada mereka selain untaian rasa terima kasih
dan iringan doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka
dengan sebaik-baiknya. Amin.
Pada akhirnya peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Semarang,10 November 2010 Penulis,
JUPRI NIM. 053511248
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................... i
Abstrak................................................................................................... ii
Deklarasi................................................................................................ iii
Motto...................................................................................................... iv
Halaman Persembahan........................................................................ v
Kata Pengantar..................................................................................... vi
Pengesahan............................................................................................ viii
Daftar Isi................................................................................................ ix
Daftar Lampiran................................................................................... xi
Daftar Tabel dan Gambar.................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Penegasan Istilah .................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7
D. Perumusan Masalah............................................................... 7
E. Tujuan Penelitian................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
G. Kajian Pustaka...................................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori................................................................... 13
1. Belajar ................... .................................................... 13
2. Motivasi Belajar ........................................................ 15
3. Hasil Belajar Matematika .......................................... 24
4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................... 30
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TS-TS) ..................................................... 36
6. Segi Empat ................................................................ 43
7. Keterkaitan Teori dengan Judul.................................. 46
x
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................... 48
1. Model Penelitian ........................................................... 49
2. Rancangan Penelitian .................................................... 50
3. Sumber Data dan Jenis Data.......................................... 54
4. Kolaborator.................................................................... 55
5. Subyek Penelitian ......................................................... 56
6. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 56
7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...................................... 57
B. Teknik Pengumpulan data................................................... 57
1. Metode Angket atau Kuesioner .................................... 57
2. Metode Tes ................................................................... 58
3. Metode Observasi ......................................................... 58
4. Metode Wawancara ..................................................... 59
5. Metode Dokumentasi ................................................... 59
C. Metode Analisis Data........................................................... 60
D. Indikator Keberhasilan ........................................................ 63
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus............................................................................. 64
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ....................... 65
C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II ............................... 69
D. Pembahasan........................................................................ 72
1. Pra Siklus....................................................................... 72
2. Siklus I........................................................................... 72
3. Siklus II.......................................................................... 74
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................. 77
B. Saran-saran.................................................................... ...... 78
C. Penutup................................................................................ 78
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar di kelas bagi peserta didik tidak selamanya
berlangsung secara normal. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tersendat.
Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membosankan. Dalam hal ini
peserta didik dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi kadang
bisa juga menjadi rendah. Demikianlah realita yang sering dihadapi oleh guru
pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas.
Titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah dengan
membangkitkan motivasi peserta didik, karena motivasi tersebut membawa
kepada senangnya peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas. Dengan tidak adanya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas, peserta didik akan menjadi
malas belajar, sehingga dapat menghambat pencapaian tujuan dari
pembelajaran yang diinginkan.
Dalam upaya pencapaian pendidikan yang berkualitas, pemerintah
telah mengubah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi dan karakteristik
daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.2
1Sekolah efektif menurut Edmon adalah sekolah yang memiliki 5 ciri sebagai berikut; a. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, (strong principal leadership). b. Iklim sekolah yang aman dan kondusif, (safe and conducive school climak). c. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar, (empharis on the acquisition of basic skills). d. Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa, (teacher high expectation). e. Evaluasi belajar secara teratur, (frequency of evaluation).
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat, 2008), hlm 34 2E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 2, hlm. 20.
1
2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan
pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar-mengajar di sekolah. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) guru diharapkan dapat menciptakan suasana baru di dalam
proses belajar mengajar, agar peserta didik lebih mudah untuk menerima
materi yang akan disampaikan.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi, ada 5 pilar belajar dalam pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: (a) belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan
menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e)
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melakukan proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.3
Semua anak mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Dalam
Al- Qur’an surat Al-Isra’ ayat 84 dikatakan:
ö≅è% @≅ à2 ã≅ yϑ÷ètƒ 4’ n? tã ϵÏF n=Ï.$ x© öΝä3š/t� sù ãΝn=÷ær& ôyϑÎ/ uθèδ 3“y‰÷δ r& Wξ‹ Î6 y™ ∩∇⊆∪
Artinya: “Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (QS: Al-Isra’:84).4 Belajar sudah menjadi kebutuhan pokok pada masa kini. Kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini telah menyebabkan informasi
dapat tersedia dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan akses yang mudah.
Hal ini menjadikan banyak perubahan serta perkembangan dari berbagai aspek
kehidupan. Perubahan ini tentunya perlu direspon dengan penyelesain
pendidikan yang profesional dan bermutu. Kualitas yang demikian sangat
3PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II 4Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/
Penafsir Al-Qur’an 1971), hlm. 437
3
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil
agar bisa bersaing secara terbuka di era global.
Pembelajaran matematika khususnya pada materi segi empat, proses
belajar mengajar harus teliti, berani mencoba dan mengetahui rumus serta
bagian-bagianya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru
matematika kelas VII pada tanggal 24 November 2009, didapatkan informasi
bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan proses
pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah masih
dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan pada
waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan malah
cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi tugas,
peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah
mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik, metode
yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena metode ini
cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik
dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan duduk,
mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara
aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang
mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas terasa
membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata pelajaran
matematika. 5
Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari
matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu
merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di
dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengerjakan soal, mereka
sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa berusaha
untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain yang
menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik
5Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010
4
tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidak minatan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama. Itu pertanda
anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi
yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh
karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat
keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara
mengajar.
Masalah ini membuat guru harus memilih metode dan model
pembelajaran yang tepat dan menyenangkan agar suasana di dalam proses
pembelajaran dapat lebih menarik dan materi yang disampaikan dapat tercapai
sesuai dengan yang diinginkan.6
Namun, dalam kenyataannya di MTs Taqwal Ilah ini memiliki
permasalahan-permasalahan.
1. Masalah yang dihadapi oleh peserta didik:
a. Pada waktu pembelajaran berlangsung ada yang mengantuk,
mengobrol, ijin keluar, bengong, sehingga suasana kelas tidak
kondusif.
b. Peserta didik menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit,
terbukti pada waktu diberi tugas, peserta didik hanya mencontek
tanpa mau memahami langkah-langkah mengerjakannya.
c. Aktifitas dan motivasi belajar peserta didik kurang berkembang.
Ada beberapa peserta didik pasif saat diadakan diskusi kelompok.
Misalnya, keberanian peserta didik untuk bertanya kepada guru dan
maju mengerjakan soal-soal di depan tak lebih dari 3 anak
d. Tidak semua peserta didik di MTs Taqwal Ilah memiliki minat
yang sama di bidang matematika
6Amin suyitno, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di
MTs, (Semarang: FMIPA UNNES, 2007), hlm.1.
5
2. Masalah yang dihadapi oleh guru:.
Guru belum menemukan cara mengajar yang efektif untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII di
bidang matematika.
Jadi, dengan adanya hal tersebut guru matematika di MTs Taqwal Ilah
harus berkolaborasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang
efektif. Sehingga dalam penerapannya para guru harus melakukan perubahan
model pembelajaran yang tepat sasaran dan mampu meningkatkan hasil
belajar. Strategi pembelajaran semestinya mengembangkan kemampuan dasar
peserta didik, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik, efektif dan
efisien dalam suasana akrab dan menyenangkan. Sehingga akan
membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran matematika. Untuk itu peneliti menerapkan salah satu
strategi model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yaitu model
Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe “Two Stay Two Stray (TS-TS)”
Dengan karakteristik7 peserta didik tingkat SMP/ MTs yang
mempunyai rasa ingin tahu dan cenderung untuk berkelompok dalam
menyelesaikan masalah maka strategi pembelajaran Two Stay Two Stray akan
menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif. Sedangkan Two Stay
Two Stray adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim
cooperative untuk membantu para peserta didik dalam mempelajari dan
memahami materi pelajaran.8 Kegiatan ini meliputi diskusi kelompok, aktifitas
kelompok terstruktur, studi kasus dan simulasi.
Pengambilan materi segi empat, karena materi tersebut sering
ditemukan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dan memerlukan
pemahaman konsep, penalaran dan ketelitian. Dalam materi tersebut terdapat
7Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain (Membangun Karakter oleh Andrias Harefa, seorang trainer dan penulis 30 buku laris., sedangkan karakterisitik merupakan ciri khusus dari individu seperti jenis kelamin, pendidikan dan agama (www.goodreads.com)
8Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2007), Cet. 5, hlm. 55
6
variasi soal dan rumus sehingga peserta didik harus pandai menganalisanya.
Hasil yang diperoleh peserta didik kurang dari nilai KKM yang ditentukan
sebesar 65. Hal tersebut berdasarkan data nilai dari ibu Wiwik Ariyani, nilai
harian kelas VII C tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik
untuk materi pokok segi empat masih rendah yaitu 59. sedangkan nilai rata-
rata peserta didik kelas VII tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59.9
Dalam rangka memecahkan masalah yang ditemukan di MTs Taqwal
Ilah di atas, maka dipandang perlu diadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul ” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two- Stray
(TS-TS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi
Pokok Segi Empat Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang Tahun Pelajaran
2009/2010”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul diatas
dan demi menghindarkan dari bermacam-macam penafsiran, maka penulis
memberikan penjelasan tentang pengertian beberapa kata yang tercantum
dalam judul sehingga diketahui arti dan makna dalam pembelajaran yang
diadakan. Beberapa istilah yang terdapat dalam judul diatas adalah sebagai
berikut:
1. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerangkan bahwa
penerapan adalah satu proses menerapkan (hal mempraktikkan).10 Hal ini
merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran di
kelas.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah–langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
9Wawancara dengan ibu Wiwik Ariyani pada tanggal 24 November 2009 10Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Balai Pustaka, 2005), hlm. 1180.
7
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien.11
3. Kooperatif Two Stay Two Stray.
Dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia, stay berarti “tinggal,
penundaan, ruji, penupang”12, stray berarti “sesat, nyasar, datang,
menyimpang”13 dan two berarti “dua”.14
Two Stay Two Stray merupakan struktur dua tinggal dua tamu yang
di kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain.15
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar. Hasil
belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengajar guru
dan belajar siswa. Hasil belajar meliputi tiga aspek, yakni aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotorik.16
5. Meningkatkan
Berasal dari asal kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat,
taraf), mempertinggi, memperhebat. Mendapat awalan “me” dan akhiran
“an”, yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik.17
6. Motivasi
Motivation is often defined as any internal condition that initiates, guides, and maintains a response. Motivation is inferred from antecedent conditions and consequent responses.18
11Amin Suyitno, Opcit, hlm. 1.
12John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 554.
13Ibid, hlm. 560, 14Ibid, hlm. 609. 15Anita lie, Opcit , hlm. 61 16Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007), hlm. 115. 17WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka: 2006),
cet. 3, hlm. 1280-1281 18Arno F. Wittig, Ph.D, Psychology of Learning, (United States of Amerika:McGrawHill,
1981), hlm 218
8
Mengandung arti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.19
Menurut Mc. Donald "motivation is an energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”.
“Istilah motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan”.20
7. Peserta Didik
Merupakan subjek belajar, sebab anak didik adalah sentral kegiatan
dan pihak yang mempunyai tujuan. Komponen-komponen yang lain
adalah faktor pendukung. Jadi yang aktif adalah anak didik.21
8. Segi empat
Bangun sederhana yang bersisi empat yaitu; persegi panjang,
persegi, trapesium, jajar genjang, belah ketupat, dan layang-layang.22
Dalam hal ini peneliti mengkaji pada Kompetensi Dasar 6.3 yaitu;
menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakan dalam pemecahan masalah. Dengan indikator yang dipilih
yaitu:
a. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi
panjang.
b. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas persegi.
c. Menentukan dan menurunkan rumus keliling dan luas jajar genjang.
19Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2001), hlm; 756 20Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cetakan Kedelapan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm; 158 21 Sardiman, op.cit, hlm.121
22Atik wintarti, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2008.
9
C. Pembatasan Masalah
Tepat atau tidak penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay- To Stray (TS-TS) pada materti pokok segi empat untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah
Tembalang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two
stray (TS-TS) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik
materi pokok segi empat kelas VII C MTs Taqwal Ilah?
2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran tipe two stay-two stray (TS-
TS) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas VII C
MTs Taqwal Ilah?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan ini, memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII C MTs
Taqwal Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS).
2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal
Ilah Tembalang dalam materi pokok segi empat melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
10
1. Bagi Guru
a. Menambah alternatif strategi pembelajaran yang dapat
Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan
masalah segi empat.
b. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam proses
pembelajaran secara langsung dalam PTK untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan keaktifan peserta didik.
b. Menumbuhkan sikap gotong royong dan kerja sama dalam
kelompok.
c. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan dan menghargai pendapat orang lain.
d. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menyelesaikan
masalah segi empat.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga bagi
sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses
pembelajaran matematika yang lebih efektif.
b. Sekolah menjadi objek dalam PTK akan memperoleh hasil
pengembangan ilmu.
4 Bagi Peneliti
a. Memberi bekal agar peneliti sebagai calon guru matematika siap
melaksanakan berbagai model pembelajaran di lapangan, sesuai
kebutuhan lapangan agar dapat meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar.
b. Memiliki wawasan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan
dalam pendekatan mengajar matematika.
c. Menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang
pendidikan.
d. Membuat lebih percaya diri.
11
G. Kajian Pustaka
Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto
kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun
kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang
terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang
membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang, baik
dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan lainnya maka penulis
akan memaparkan beberapa bentuk tulisan yang suda ada. Ada beberapa
bentuk tulisan penelitian yang akan penulis paparkan.
Penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk tulisan yang penulis
temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi pembahasannya
dengan skripsi yang akan penulis susun. Untuk menghindari duplikasi atau
pengulangan penulisan skripsi. Penulis menyertakan telaah pustaka yang
berkaitan dengan penelitian tindakan yang sedang penulis tulis ini.
Ada 2 karya penelitian yang telah peneliti temukan yaitu skripsi
tentang two stay-two stray dan skripsi yang menggunakan metode penelitian
tindakan, yaitu :
1. Skripsi Uswatun Khasanah, Uswatun. 2009. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (Dua Tinggal
Dua Tamu )Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Fisika Peserta didik Kelas VIII Semester I SMP Negeri 10 Malang.
Skripsi. Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang.
2. Skripsi Tri Dana Wahyuningsih 2009. Eksperimentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray (TS-TS) Dan
Team Assisted Individualizasion (TAI) Ditinjau Dari Motivasi
Belajar Matematika Peserta didik (Pada Kelas V11 SMP
Muhammadiyah 1 Surakarta), Jurusan Ilmu Pendidikan dan
Keguruan Matematika, Universitas Muhamadiyah Surakarta
12
Menurut analisa penulis, dari berbagai kajian yang telah penulis
sebutkan di atas belum ada yang membahas tentang peningkatan motivasi
belajar dan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat. Oleh karena
itu layak kiranya jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian
yang akan disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat
memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan dan
melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti diharapkan
menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah khususnya pada
pelajaran matematika.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Beberapa pengertian mengenai belajar:
Menurut kamus Oxford Learner’s Pocket : Learning is
knowledge gained by study. (belajar adalah pengetahuan yang didapat
dari belajar).1
Belajar merupakan perubahan kelakuan (a change in behavior),
seperti pendapat Ernes R. Hilgrad yang dikutip olah Amin Riyanto:
“Learning is the process by which an activity originates or is Changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”, (seseorang belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau apabila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari sebelum itu).2
Writing dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan
belajar sebagai berikut:
Any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as result of experience. (belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman).3
Sedangkan menurut Slameto, belajar yaitu suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar
1Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2003), hlm.
244. 2Amin Riyanto, Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, (Bandung;
YAPEMDO, 2003), hlm. 2. 3Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 90, Cet. 11.
13
14
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperopleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.4
Batasan-batasan diatas secara umum bisa disimpulkan, belajar
adalah perubahan tingkah laku yang secara relatif tetap yang terjadi
karena latihan dan pengalaman.
Sebagimana sabda Rosulullah SAW:
:قال ,وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول ان, عنه اهللا رضي هريرة بىأ وعن
)الجنة الى طريقا به له اهللا سهل علما فيه يلتمس طريقا سلك ومن (
)مسلم رواه(
“Dari Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
Barang Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka, maka Allah akan memudahkan baginya menuju surga. (HR. Muslim)”5
b. Prinsip – prinsip Belajar
Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO
melalui 4 pilar pendidikan (1996) yaitu:
1) Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi
kepada produk/hasil belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada
proses belajar.
2) Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar
mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,
akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan
kompetensi.
3) Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.
4Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hlm. 2. 5Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, Ringkasan Riyadhus Shalihin terjemahan Imam Nawawi
(Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 55.
15
4) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah
membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri” dengan kata
lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungjawab
sebagai manusia. 6
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
“menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi
berkembang.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar
Mengajar menerangkan bahwa motivasi adalah perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.7
Sedangkan Martinis Yamin dalam bukunya Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi menjelaskan motivasi belajar
merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan
pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk
tercapainya suatu tujuan.8 Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan
sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik
manakala peserta didik merasa membutuhkan (need). Peserta didik
yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi
kebutuhannya.9
6Wina Sanjaya, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 335. 7Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.158. 8Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), hlm. 80. 9Wina Sanjaya, Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media, 2007), hlm. 135.
16
b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Setidak – tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh
sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak
subtansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang
dimaksud yaitu (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi,
(5) Kompetensi, (6) Penguatan.
Berikut disajikan secara ringkas untuk memperhatikan
bagaimana masing–masing faktor motivasi memiliki pengaruh kuat
terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor–
faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika guru merancang strategi
motivasi dalam pembelajaran.
1) Sikap
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar
peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam
merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku
yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap
merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui
proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku
peran (guru-murid, orang tua–anak, dan sebagainya). Karena sikap
itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi atau diubah. Seorang
guru harus meyakini sikapnya akan memiliki pengaruh aktif
terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran.
2) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami individu
sebagai sesuatu kekuatan internal yang memandu peserta didik
untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan
kebutuhan, semakin besar perasaan yang menekan dalam
memenuhi kebutuhannya. Keinginan biasanya mengarahkan pada
kepuasan atau kenikmatan. Apabila peserta didik membutuhkan
atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung
17
sangat termotivasi. Guru menumbuhkan motivasi belajar
berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik.
3) Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau
pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat
aktif. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik apabila peserta didik tidak
memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan
terjadi pada peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi
yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap
peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan
memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun
apabila mereka tidak menemukan proses yang merangsang, maka
perhatiannya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang
mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk
belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran.
4) Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional
(kecemasan, kepedulian dan kepemilikan) dari individu atau
kelompok pada waktu belajar. Peserta didik merasakan sesuatu saat
belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasi
perilakunya kepada tujuan. Guru hendaknya memahami bahwa
emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan
juga mempengaruhi cara berfikirnya. Afeksi dapat menjadi
motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu
kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong
peserta didik bekerja keras. Integritas emosi dan berfikir peserta
didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi
kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan
kegiatan belajar yang efektif.
18
5) Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk
memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi
mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah bekerja keras
untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara afektif. Di dalam
pembelajaran, rasa kompetensi pada peserta didik itu akan timbul
apabila menyadari bahwa pengetahuan atau yang diperoleh telah
memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila peserta didik
mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah
dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini datang dari
kesadaran peserta didik bahwa dia secara intensional telah
menguasai apa yang telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan
dan usahanya sendiri.
Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah
saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada
kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan
emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai ketrampilan
dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu
selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat
menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.
6) Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah
prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa
yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.
Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang
dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan
positif atau negatif. Penggunaan penguatan yang efektif, seperti
penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian,
19
penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel
penting didalam perancangan pembelajaran. 10
c. Jenis–Jenis Motivasi Belajar
Adapun jenis–jenis motivasi menurut Martinis Yamin
dibedakan menjadi dua jenis, masing–masing adalah:
1) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang
tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara
mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa
bentuk motivasi belajar diantaranya adalah ; (1) Belajar demi
memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman
yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material
yang disajikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar
demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua
dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang
atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/ golongan
administratif.
2) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai
diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan
dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai
suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu–satunya jalan adalah
belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subjek
belajar.11
Ada empat kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh
seorang guru dalam usaha menghasilkan pembelajaran yang menarik,
10Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT UNNES, 2006), hlm. 158-165,
Cet. 3. 11Martinis Yamin, Op.Cit, hlm. 85-86.
20
bermakna, dan memberikan tantangan. Keempat kondisi motivasional
tersebut adalah:
1) Perhatian (Attention)
Perhatian peserta didik muncul didorong rasa ingin tahu.
Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan,
sehingga peserta didik akan memberikan perhatian, dan perhatian
tersebut terpelihara selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu
ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen–elemen yang
baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau
kompleks. Apabila elemen–elemen seperti itu dimasukkan dalam
rancangan pembelajaran, hal ini dapat merangsang rasa ingin tahu
peserta didik. Namun perlu diperhatikan agar rangsangan tersebut
tidak berlebihan, sebab akan menjadikan rangsangan hal biasa dan
kehilangan keefektifannya.
2) Relevansi (Relevance)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi,
atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan
pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu
motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Nilai motif
pribadi (personal motive value), menurut Mc Mlelland mencakup
tiga hal, yaitu:
a) Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement),
b) Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
c) Kebutuhan untuk berfasilisasi (needs for affiliation).
3) Kepercayaan diri (Confidance)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip
yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan meningkat sejalan
21
dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini
seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa yang
lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman
sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang
membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman
sukses tersebut akan memotivasi peserta didik untuk mengerjakan
tugas berikutnya.
4) Kepuasan (Satisfaction)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
menghasilkan kepuasan, dan peserta didik akan termotivasi untuk
terus berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan
karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang
diterima, baik yang berasal dari dalam ataupun dari luar peserta
didik. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik,
guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement)
berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.12
d. Cara Menggerakkan atau Membangkitkan Motivasi
Proses pembelajaran akan berhasil manakala peserta didik
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.13 Guru dapat
menggunakan berbagai cara menggerakkan atau membangkitkan
motivasi belajar peserta didiknya, antara lain ialah sebagai berikut:
1) Memberi angka
Peserta didik yang mendapat angka baik akan mendorong
motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya bagi yang
mendapat nilai jelek akan frustasi atau dapat juga menjadi
pendorong agar belajar lebih baik.
12Ibid, hlm. 48. 13Ibid, hlm.29.
22
2) Pujian
Pemberian pujian kepada yang telah peserta didik lakukan
dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.
3) Hadiah
Pemberian kepada peserta didik yang berprestasi di berbagai
bidang besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.
4) Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam
belajar, setiap anggota kelompok kadang-kadang ada perasan untuk
mempertahankan nama baik kelompok, hal itu menjadi pendorong
yang kuat dalam perbuatan belajar.
5) Persaingan
Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan
motif-motif sosial kepada peserta didik. Hanya saja persaingan
individu akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
6) Tujuan dan level of aspiration
Dari keluarga akan mendorong kegiatan peserta didik.
7) Sarkasme
Ialah dengan jalan mengajak peserta didik yang memiliki
hasil belajar yang kurang. Hal ini mendorong kegiatan demi nama
baiknya, ataupun sebaliknya, karena peserta didik merasa dihina
sehingga memungkinkan timbilnya konflik antara guru dan peserta
didik.
8) Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong peserta didik
belajar.
9) Karyawisata dan ekskursi
Cara ini dapat membangkitkan motivasi peserta didik.
10) Film pendidikan
Hal ini dapat menambah pengalaman baru dan menarik
perhatian serta minat peserta didik.
23
11) Belajar melalui radio. 14
Paling sedikit terdapat empat cara yang dapat dilakukan guru
untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu,
mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat
belajar peserta didik.15
Seringkali peserta didik yang tergolong cerdas tampak bodoh
karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik
mungkin. Misalnya, karena keadaan lingkungan yang mengancam,
perasaan takut diasingkan oleh kelompok bila peserta didik berhasil,
atau karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri peserta didik sendiri
kurang atau tidak ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada
diri peserta didik cukup mempengaruhi kemampuan intelektual peserta
didik agar dapat berfungsi secara optimal.
Saran–saran untuk membantu mengurangi hambatan
kemampuan intelektual:
1) Hendaknya pengajar turut memperhatikan kondisi kesehatan fisik
peserta didik.
2) Membantu pengembangan sifat – sifat positif pada diri peserta
didik seperti rasa percaya diri dan perasaan dihargai.
3) Memperbaiki kondisi motivasi peserta didik. Melalui pemberian
inisiatif atas keberhasilan peserta didik (dapat berupa pujian, angka
yang baik), guru membantu meningkatkan motivasi peserta didik
sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan usaha
pencapaian tujuan pengajaran lebih lanjut.
4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik bagi peserta
didik. Melalui pemberian kesempatan melaksanakan tugas–tugas
yang relevan, misalnya di dalam kelompok diskusi, dimuka kelas,
14Oemar Hamalik, Op. Cit, hlm 166-168. 15E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 85.
24
dan lain–lain, memungkinkan kesempatan yang lebih baik bagi
peserta didik untuk belajar.
5) Memberikan rangsangan belajar sebanyak mungkin. Misalnya,
melalui penyajian sejumlah masalah yang bervariasi, pengajuan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang suatu pemikiran. 16
3. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Hasil Belajar
Chatarina Tri Anni dalam bukunya Psikologi Belajar
mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada
apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila
pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam
pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar
setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran.17
Benyamin S. Bloom mengemukakan tiga taksonomi yang
disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.18 Belajar yang berkenaan dengan hasil, (dalam
pengertian banyak hubungannya denga tujuan pengajaran), Gagne
mengemukakan 5 jenis/ 5 tipe hasil belajar yakni:
1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif).
2) Belajar informasi verbal.
3) Belajar mengatur kegiatan intelektual.
4) Belajar sikap.
5) Belajar ketrampilan motorik. 19
16Slameto, Op.Cit, hlm. 136. 17Chatarina Tri Anni, Op.Cit, hlm.5, Cet.3. 18Ibid, hlm. 7 19Wina Sanjaya, Op.Cit., hlm. 288.
25
b. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut definisi Oemar Hamalik adalah “suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal
material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”20
Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu guru dan
peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus, yaitu
mengajar dan belajar (teaching dan learning). Jadi pembelajaran telah
mencangkup belajar. “Istilah pembelajaran merupakan perubahan
istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar mengajar
(PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM).”21 Dengan demikian
pembelajaran didefinisikan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan secara relatif permanen di
dalam tingkah laku yang tampak sebagai hasil pengalaman. Adanya
kesimpulan dari pembelajaran dapat didefinisikan pembelajaran
matematika merupakan suatu kegiatan interaksi dalam kegiatan belajar
mengajar antara peserta didik, guru dan lingkungan sekitar dalam
menguasai beberapa kompetensi matematika yang ada.
Beberapa pendapat mengenai pengertian matematika
diantaranya, menurut Hudoyo:
Matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik yang menggunakan pembuktian deduktif.”22
Menurut Sujono dalam bukunya Abdul Halim Fathani, “matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
20Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.
57 21Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail
Media Group, 2008), hlm.9 22Techonly 13, “Proses Belajar Matematika Dan Hakekat Matematika”, http://techonly
13.wodpress.com/2009/07/04/proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/, yang diakses pada hari rabu, 10 Desember 2010
26
sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan
tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan
bilangan.”23 Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur-
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara
terorgorganisasi menurut urutan yang logis dan sistematis.
Dengan beberapa sudut pandang para ilmuwan dalam
mendefinisikan matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa
karakteristik matematika sebagai berikut.24
a. Memiliki objek yang abstrak.
b. Bertumpu pada kesepakatan.
c. Berpola pikir deduktif.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan.
f. Konsisten dalam sistemnya.
Pembelajaran matematika ini sudah harus dikenalkan kepada
peserta didik mulai dari SD sampai SMA bahkan juga di perguruan
tinggi. Cornelius mengemukakan pentingnya belajar matematika
adalah:25
a. Sarana berpikir yang jelas dan logis.
b. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
c. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman.
d. Sarana untuk mengembangkan kreativitas.
e. Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya.
Dalam mengajarkan matematika seorang guru matematika yang
professional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat
23Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Jogjakatra: Ar-Ruzz
Media,2009), hlm.19 24R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,1990), hlm. 13. 25Mulyono Abdurrahman, op.cit., hlm. 253.
27
dipakai dalam perencanaan dan pelaksnaan pembelajaran matematika.
Wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan
untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran matematika,
diantaranya yaitu:26
a. Teori Thorndike
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang
memandang peserta didik selembar kertas putih, penerima
pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif.
Pandangan belajar seperti ini mempunyai dampak terhadap
pandangan mengajar. Mengajar dipandang sebagai perencanaan
dari urutan bahan pelajaran yang disusun secara cermat,
mengkomunasikan bahan kepada peserta didik, dan membawa
mereka untuk praktik menggunakan konsep atau prosedut baru.
Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin
banyak latiha. Pada prinsipnya teori ini menekankan banyak
memberi praktik dan latihan kepada peserta didik agar konsep dan
prosedur dapat mereka kuasai dengan baik.
b. Teori Jean Piaget
Teori ini merekomendasikan perlunya pengamatan terhadap
tingkat perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan
pelajaran matematika diberikan, terutama untuk mnyesuaikan
keabstrakan bahan matematika dengan kemampuan berpikir
abstrak anak pada saat itu. Penerapan teori Piaget dalam
pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan materi baru
pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang
telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam
memahami materi baru.
26Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), hlm. 8.
28
c. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky berusaha mengembalikan model
konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar
kelompok. Melalui teori ini peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru
sebagai fasilitator. Dengan kegiatan yang beragam, peserta didik
akan membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, tanya
jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan, dan
presentasi.
d. Teori George Polya (pemecahan masalah)
Pemecahan masalah merupakan realisasi dari keinginan
meningkatkan pembelajaran matematika sehingga peserta didik
mempunyai pandangan atau wawasan yang luas dan mendalam
ketika menghadapi suatu masalah.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
perlu ditentukankan satu terobosan alternatif, yaitu sebuah
terobosan pendekatan pembelajaran matematika, menurut Mutadi
dalam bukunya terobosan-terobosan tersebut yaitu sebagai
berikut27:
a. Membuat pelajaran matematika hadir ke tengah peserta didik
bukan sebagai sesuatu yang abstrak dan menakutkan, melainkan
sebagai sesuatu yang berangkat dari kehidupan peserta didik itu
sendiri,
b. Memberikan satu permasalahan yang menantang untuk
didiskusikan dan diselesaikan menurut cara berfikir meraka,
c. Memberikan kesempatan untuk bekerjasama dan beradu
argumentasi dalam memecahkan masalah dalam kelompok
belejarnya,
27Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat
Tenaga Teknis Keagamaan Depag Bekerjasama dengan Ditbina Widyaiswara LAN-RI, 2007)., hlm. 2-3.
29
d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempresentasikan hasil pemikiran-baik pribadi maupun
kelompok- di depan kelas,
e. Memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pembelajaran
matematika.
Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila
seluruh komponen yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran
dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Adapun
komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat
dan sumber, serta evaluasi.28
c. Pengertian Matematika
Kata “matematika” berasal dari Yunani yaitu “mathematike”
yang berarti “reating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata
“mathema” yang artinya “pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science)” dan “mathein” yang mengandung arti “belajar (berfikir)”.29
Menurut Erman Suherman, matematika adalah ilmu yang
dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Matematika itu ilmu
tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak,
ketat dan sebagainya.30
Sedangkan Soedjadi dalam bukunya Kiat Pendidikan
Matematika di Indonesia menyajikan beberapa definisi atau pengertian
matematika diantaranya adalah:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematik.
28 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 48.
29Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang:UNM, 2003), hllm. 43.
30Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Malang: UPI, 2003), hlm. 15.
30
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan. 31
d. Karakteristik dan Tujuan Pendidikan Matematika
1) Ada beberapa karakteristik matematika diantaranya yaitu:
a) Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah
abstrak. Objek–objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar
itu meliputi fakta yang bersifat abstrak (berupa konvensi–
konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu), konsep/ide
abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklarifikasikan sekumpulan objek), operasi abstrak
(pengerjaan hutang, aljabar dan pengerjaan matematika yang
lain), dan yang terakhir yaitu prinsip (objek matematika yang
komplek).
b) Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan
yang amat penting karena untuk menentukan aksioma agar
dalam membuktikan tidak berputar–putar. Selain digunakan
untuk menentukan aksioma juga digunakan untuk konsep
primitif agar dalam mendefinisikan itu jelas sehingga tidak
terjadi perselisihan dan perbedaan.
c) Berpola pikir deduktif
Dalam matematika berpola pikir deduktif, maksudnya
yaitu matematika berpangkal dari aksioma yang bersifat umum
dapat dituturkan hingga memperoleh sifat–sifat khusus.
Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan
31Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 2000), hlm. 11.
31
pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian
deduktif.32
d) Memiliki simbol yang kosong dari arti
Banyak sekali simbol–simbol yang digunakan dalam
matematika baik berupa huruf maupun simbol yang lain.
Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model matematika
itu justru memungkinkan “intervensi” matematika kedalam
berbagai pengetahuan. Makna huruf dan tanda itu tergantung
dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model
itu.
e) Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti simbol–simbol dan
tanda-tanda dalam model matematika tersebut maka dalam
matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu
dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol–
simbol diartikan bilangan.
f) Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem
yang mempunyai ikatan dan ada yang dapat dipandang terlepas
satu sama lain namun tidak ada satupun sistem yang
bertentangan atau kontradiksi dengan sistem tersebut. 33
2) Tujuan Pendidikan matematika
Tujuan pendidikan matematika dibagi menjadi dua yaitu
tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.
a) Tujuan matematika secara umum adalah:
(1) Mempersiapkan peserta didik agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang
selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar
32Erman Suherman et. al, Op. Cit, hlm. 18. 33Soedjadi, Op. Cit,hlm. 18.
32
pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan
efisien.
(2) Mempersiapkan peserta didik agar dapat maenggunakan
matematika dan pola fikir matematika dalam kehidupan
sehari – hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
b) Tujuan matematika secara khusus adalah:
Dalam GBPP matematika untuk pendidikan dasar
memiliki tujuan khusus yaitu:
(1) Menumbuhkembangkan ketrampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan
sehari–hari.
(2) Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika.
(3) Memiliki pengetahuan matematika sebagai bakal untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
(4) Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki
sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta
menghargai kegunaan matematika.34
e. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diantaranya:
1) Internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani peserta didik.
2) Eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan
di sekitar peserta didik.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang
34Ibid, hlm. 43.
33
digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.35
Nana Sudjana dalam bukunya Dasar – dasar Proses Belajar
Mengajar mengatakan jika hasil belajar yang dicapai peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta
didik itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar
sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping itu
juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, faktor fisik
dan psikis.
Sedangkan salah satu faktor lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas
pengajaran(tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran).36
Adapun menurut Sumadi Suryabrata, faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah:
1) Faktor internal, terdiri dari:
a) Faktor fisiologi: keadaan jasmani yang segar dan berfungsinya
panca indera.
b) Faktor psikologis: adanya sifat ingin tahu, adanya sifat kreatif
dan adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang tua,
guru, dan teman–temannya.
2) Faktor eksternal, yang meliputi:
a) Faktor non sosial seperti: keadaan udara, suhu udara, cuaca,
waktu, tempat, dan alat yang dipakai untuk belajar.
35Muhibbin Syah, Op.Cit, hlm.132. 36Nana Sudjana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru
Algensindo, 2000), hlm.39–40.
34
b) Faktor sosial seperti: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,
dan masyarakat. 37
f. Alat –alat Bantu untuk Mengukur Hasil Belajar
Kegiatan penilaian dan pengujian pendidikan merupakan salah
satu mata rantai yang menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran
peserta didik.
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar–dasar Evaluasi
Pendidikan menjelaskan, tes adalah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil pembelajaran pada setiap
atau sekelompok peserta didik. Ada dua macam yaitu pretes dan post
tes (tes formatif).38
Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu tes dan bukan tes. Bentuk tes ada
yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ini dapat
dilakukan secara individu maupun kelompok, ada juga tes tertulis
(menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini disusun secara
objektif dan uraian, serta tes tindakan (menuntut jawaban dalam
bentuk perbuatan).
Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaiannya mencakup
observasi, kuesioner, wawancara, skala sosiometri dan studi kasus.39
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Soekamto,dkk mendefinisikan model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
37Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993), hlm.
249. 38Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 36, Cet. 3. 39Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009), hlm. 5, Cet. 13.
35
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.40 Pemilihan model
pembelajaran ini mempunyai peranan penting dalam menyampaikan
materi bahan ajar kepada peserta didik dan mampu menciptakan
komunikasi dua arah sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan model ini menerapkan prinsip
belajar kooperatif yaitu proses belajar yang berbasis kerjasama.
Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar peserta didik dan
antar komponen – komponen di sekolah, termasuk kerjasama sekolah
dengan orang tua peserta didik dan lembaga terkait.41
Cooperative Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang diterapkan dalam pengajaran. Mutadi
mendefinisikan pembelajaran kooperatif atau cooperative learning
adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim
untuk memecahkan masalah, melengkapi latihan atau untuk mencapai
tujuan tertentu.42
Sedangkan menurut Spencer Kagan dalam penulisannya yang
berjudul “Cooperative Learning” menyatakan cooperative learning is
a successful teaching strategy in which small teams, each with students
of different levels of ability, use a variety of learning activities to
improve their understanding of a subject.43 Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu strategi mengajar yang baik dengan dalam kelompok
kecil, dimana tingkat kemampuan setiap peserta didik berbeda,
40Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), hlm.5 41Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran, (Semarang, UPT MKK UNNES, 2006), hlm. 94,
Cet.4. 42Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga
Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007), hlm.35 43Spencer Kagan,”Coopoerative Learning”, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative
learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010.
36
menggunakan sebuah variasi dalam aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman mereka pada materi.
Pengelompokan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerjasama satu dengan yang lain, yang merupakan kesempatan
untuk merencanakan, menyimpulkan/menganalisis dalam suasana yang
lebih baik. Lebih–lebih lagi, suatu kelompok kecil membuat anak–
anak yang berbeda sifat dan kemampuannya saling berinteraksi
(misalnya, para sahabat, anak yang suka menyendiri, anak yang pandai
berbicara, pecinta mesin, suaatu gabungan berbagai kemampuan).
Dengan kata lain dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu satu sama lain.
Seperti firman Allah SWT:
… (#θ çΡuρ$ yès?uρ ’n? tã Îh�É9 ø9 $# 3“uθ ø)−G9 $#uρ ( Ÿωuρ (#θ çΡuρ$ yès? ’ n?tã ÉΟøOM}$#
Èβ≡ uρô‰ãè ø9 $#uρ....
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran .44
Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak
didik. Hal ini disadari, bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo
socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik.
Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
Anak didik yang dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam
44Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an Al Karim dan Terjemahnya,
(Semarang: Karya Toha Putra, 1995), hlm. 142.
37
kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan
kelebihan.45
Berdasarkan kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif
biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukakn besarnya kelompok
belajar, yaitu (1) kemampuan anak, (2) ketersediaan bahan, (3)
ketersediaan waktu. Kelompok belajar hendaknya sekecil mungkin
agar semua anak aktif menyelesaikan tugas–tugas mereka.46
b. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa teknik pembelajaran kooperatif yang berbeda,
tetapi semuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama. Salah satu ciri
dasar yang dimaksud adalah bahwa ketika peserta didik melakukan
pekerjaan dalam grupnya, mereka lakukan dengan saling bekerjasama
(they work cooperative).
Ciri-ciri dasar lainnya adalah:
1) Setiap anggota dalam sebuah grup harus menerima bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim yang mempunyai tujuan tertentu.
2) Setiap anggota dalam grup harus menyadari bahwa permasalahan
yang mereka pecahkan adalah permasalahan grup.
3) Untuk menyelesaikan/melengkapi tugas kelompoknya, setiap
peserta didik harus berbicara satu dengan yang lain terlibat aktif
dalam mendiskusikan setiap permasalahan.
4) Yang perlu dijelaskan pada semua orang adalah bahwa hasil
pekerjaan setiap anggota memiliki andil yang besar dalam
sukses/tidaknya sebuah grup.47
45Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 7. 46Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), 125. 47Mutadi, Op. Cit, hlm. 35-36.
38
Sistem pengajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem
kerja/belajar kelompok yang terstruktur yang termasuk di dalam
struktur ini adalah lima pokok yaitu:
1) Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang
unik. Setiap peserta didik mendapat nilainya sendiri dan nilai
kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap
anggota. Untuk menjagaa keadilan, setiap anggota
menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka. Beberapa
peserta didik yang kurang mampu tidak akan minder terhadap
rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan.
Malah mereka akan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan
demikian menaikkan nilai mereka. Sebaliknya, peserta didik yang
lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya
yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan
mereka. 48
Untuk terciptanya kelompok yang efektif, setiap anggota
kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan
tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa
diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan
tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari
masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok diharapkan
mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.49
48Anita lie, Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas), (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 32.
49Wina Sanjaya, Op. Cit, hlm. 246, Cet.3.
39
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang
pertama. Jika tugas dan pola pemikiran dibuat menurut prosedur
model pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik akan meras
bertanggungjawab melakukan yang terbaik.
3) Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesmpatan untuk bertemu
muka dan diskusi, kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap
muka dan interaksi pribadi.
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan
peserta didik mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok
untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 50
c. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
1) Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a) Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety)
- menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.
50Anita lie, Op.Cit, hlm.35.
40
- menggantikan bentuk persiangan (competition) dengan
saling kerjasama (cooperation).
- melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar.
b) Belajar melalui komunikasi (learning through comunication) ,
seperti:
- Mereka dapat berdiskusi, berdebat, menuangkan gagasan,
konsep dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.
- Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggungjawab
(take responbility) terhadap teman lain dalam proses
belajarnya.
- Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate)
perbedaan etnite (ethnicity), perbedaan tingkat kemampuan
(performance level), dan cacat fisik (disability).
c) Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik
dapat belajar bersama, saling membantu, mengintegrasikan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah ia miliki, dna
menemukan pemahamannya sendiri lewat eksplorasi, diskusi,
menjelaskan, mencari hubungan dan mempertanyakan gagasan-
gagasan baru yang muncul dalam kelompoknya.
d. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai strategi
pembelajaran:
1) Terhambatnya cara berpikir peserta didik yang mempunyai
kemampuan lebih terhadap peserta didik yang kurang.
2) Memerlukan periode lama.
3) Sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami belum seluruhnya
dicapai peserta didik. 51
51Mutadi, Op.Cit, hlm. 37.
41
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TS-TS)
a Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two
Stray (TS-TS)
Metode Two Stay Two Stray merupakan metode dua tinggal
dua tamu. Menurut Agus Suprijono, pembelajaran dengan metode ini
diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk
guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang
harus mereka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-
masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada
kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas
sebagai tamu mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu
kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya
kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu
diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai
menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-
masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang
bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu
mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.52
Sedangkan menurut Anita Lie, teknik belajar mengajar dua
tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992) dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain dengan cara:
a. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
52Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 93-94
42
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke
kelompok yang lain.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.53
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan, aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada
perbedaan status dan melibatkan peran aktif peserta didik.
Aktivitas belajar dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray (TS-TS) melibatkan pengakuan tim dan
tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti
kegiatan dalam Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah:
1) Mengajar: guru mempresentasikan materi pelajaran
2) Belajar pada tim: peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam
tim/kelompok dan antar kelompok dengan dipandu oleh lembar
kegiatan untuk menuntaskan materi pelajaran.
3) Penghargaan: pemberian penghargaan kepada peserta didik yang
berprestasi dan tim/kelompok yang memperoleh skor tertinggi
dalam kuis.
Berlomba–lomba dalam memperoleh nilai sangat bagus dan
sangat mendidik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat
Al Maidah ayat 48.
شاء وول ....... الله جلعلكم أمة واحدة ولكن ليبـلوكم آتاكم ما يف فاستبقوا اخليـرات ......
53Anita lie, Op.Cit hlm. 61-62.
43
“Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba – lombalah berbuat kebajikan”. (QS. Al Maidah: 48).54
b Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay – Two Stray (TS-TS)
Langkah–langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi pokok segi empat adalah
sebagai berikut:
1) Guru mempresentasikan dan menyajikan garis besar tentang rumus
segi empat:
a. Persegi Panjang
1) Pengertian Persegi Panjang
Persegi Panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang
berhadapan sejajar dan sama panjang dan keempat sudutnya
siku-siku.
D C
A B
Gambar (1) Persegi Panjang
Pada gambar di atas adalah segiempat ABCD adalah
persegi panjang dengan sisi AB sama panjang dan sejajar
DC. Sisi AD sama panjang dan sejajar dengan BC, ∠ A
=∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. Sisi AB dan DC disebut
panjang, sisi AD dan BC disebut lebar. Sedangkan AC dan
DB disebut diagonal. Diagonal adalah garis yang ditarik
54Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Op. Cit, hlm.154.
44
dari suatu titik sudut ke titik sudut lain yang saling
berhadapan.
2) Luas dan Keliling Persegi Panjang
Luas adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan
bangun atau hasil kali antara panjang dan lebar.
Rumus : L = p × l
Dimana: L= luas persegi panjang
p = panjang
l = lebar
Keliling adalah total jarak yang mengelilingi suatu bangun
atau panjang suatu lintasan yang dimulai dari suatu titik
sampai pada titik awal semula.
Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l )
Dimana: K = keliling persegi panjang
p = panjang
l = lebar
b. Persegi
1) Pengertian Persegi
Persegi merupakan segi empat yang keempat sisinya sama
panjang, sisi-sisinya saling berhadapan sejajar dan keempat
sudutnya sama besar.
D C
A B
Gambar (2) Persegi
ABCD adalah persegi dengan AB =BC = CD = DA dan ∠ A
=∠ B = ∠ C = ∠ D= 900. AB, BC, CD, DA disebut sisi
persegi. Ruas garis AC dan DB disebut diagonal persegi.
45
2) Keliling dan Luas Persegi
Keliling persegi adalah jumlah seluruh sisinya. Keliling
persegi ditulis sebagai berikut:
Rumus : K = s + s + s+s
= 4 s
Dimana: K = keliling persegi
s = sisi
Luas persegi sama dengan kuadrat panjang sisinya. Luas pada
persegi ABCD ditulis sebagai berikut:
Rumus : L = s × s = s2
Dimana: L= luas persegi
s = sisi
c. Jajargenjang
1) Pengertian Jajargenjang
Jajargenjang merupakan segiempat dengan sisi-sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar serta sudut-sudut yang
berhadapan sama besar.
D D C
• O t
A B A E B a b
Gambar (3) Jajargenjang
Pada gambar di atas (a) ∆ ABD dan titik O tengah-tengah
BD. Jika ∆ ABD diputar setengah putaran penuh dengan
pusat O, maka bangun ∆ ABD dan bayangannya membentuk
jajargenjang ( pada gambar b). Panjang sisi AB = CD dan
46
AB// CD, serta panjang sisi AD = BC dan AD // BC. Ruas
garis DE disebut tinggi jajargenjang dan ruas garis DB
disebut diagonal.
2) Luas dan Keliling jajargenjang
Luas jajargenjang
D a C
n t n
A a B
Gambar (4) Jajargenjang
Rumus: L = a × t
Dimana: L =luas jajargenjang
a = alas
t = tinggi
Keliling Jajargenjang
Menentukan keliling jajargenjang dapat dilakukan dengan
menjumlahkan semua panjang sisinya. Sisi-sisi pada
jajargenjang yang sejajar adalah sama panjang. Apabila
panjang sisi yang tidak sejajar masing-masing adalah m dan
n, maka keliling jajargenjang dapat ditentukan sebagai
berikut:
Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n )
Dimana: K = keliling jajargenjang
a, n = sisi jajargenjang.55
2) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari
4-5 peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen.
3) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk membahas materi
atau tugas yang diberikan guru. Materi atau tugas tiap kelompok
boleh sama atau berbeda.
55Atik wintarti , Ibid, hlm. 272
47
4) Dua atau tiga orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok
lain untuk mencatat hasil pembahasan materi atau tugas dari
kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di kelompoknya
untuk menerima peserta didik yang bertamu ke kelompoknya.
5) Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan
menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil
kunjungan di bahas bersama dan dicatat.
6) Hasil diskusi dan kegiatan berkunjung dikumpulkan dan salah satu
kelompok diminta membacakan hasilnya.
7) Memberikan kuis secara individu untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman peserta didik tentang materi segi empat yang telah
diberikan.
8) Membahas soal kuis bersama–sama dengan peserta didik.
9) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi
pembelajaran.
10) Memberikan tes evaluasi dan pekerjaan rumah..
Ketika memberikan penilaian akhir pada peserta didik, nilai
hendaknya didasarkan pada nilai kuis dan evaluasi akhir. Karena jika
penilaian didasarkan pada kemampuan tim maka ini dipandang sebagai
sesuatu yang tidak adil bagi anggota tim yang memperoleh nilai tinggi.
6. Segi Empat
Segi Empat yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah
Standar Kompetensi : 1. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta
menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga
dan segi empat serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
48
Materi segi empat terdapat pada SMP/MTs, dalam penelitian kali ini
akan dibahas mengenai menghitung keliling dan luas persegi panjang,
persegi dan jajargenjang.
a. Persegi panjang
Rumus : L = p × l
Dimana: L= luas persegi panjang
p = panjang
l = lebar
Rumus: K = = 2p + 2l = 2 ( p + l )
Dimana: K = keliling persegi panjang
p = panjang
l = lebar
b. Persegi
Rumus : L = s × s = s2
Dimana: L= luas persegi
s = sisi
Rumus : K = s + s + s+s = 4 s
Dimana: K = keliling persegi
s = sisi
c. Jajargenjang
Rumus: L = a × t
Dimana: L =luas jajargenjang
a = alas
t = tinggi
Rumus: K = a + n + a + n = 2 (a + n )
Dimana: K = keliling jajargenjang
a, n = sisi jajargenjang
49
Contoh : D C
1. Hitung keliling dan luas persegi panjang 4cm
ABCD serta persegi pembentuknya !
A 4 cm B
Penyelesaian :
Diketahui : panjang = p = 2 x 4 cm = 8 cm
lebar = l = 4 cm
sisi = s = 4 cm
Ditanya : Keliling dan Luas persegi panjang serta persegi
pembentuknya ?
Jawab :
K = 2( p + l)
= 2 (8 cm + 4 cm) = 24 cm
Jadi, keliling persegi panjang adalah 24 cm.
L = p x l
L = 8 cm x 4 cm
= 32 cm2
Jadi, luas persegi panjang adalah 32 cm2.
K = 4s
= 4 x 4 cm
K = 16 cm
Jadi keliling persegi adalah 16 cm.
L = s2
= 42
= 16 cm2
Jadi luas persegi adalah 16 cm2.
50
2. A Dari gambar jajar genjng ABCD disamping,
D- - -8 cm - -O carilah keliling dan luasnya !
10 cm Penyelesaian :
B Diketahui : AB = a = 10 cm
5 cm BC = 5 cm
C DO = t = 8cm
Ditanya : Keliling dan luas jajargenjang ?
Jawab :
K = AB + BC + CD + AD
= 10 cm + 5 cm + 10 cm + 5 cm
= 30 cm
Jadi keliling jajargenjang ABCD adalah 30 cm.
L = a x t
= 10 cm x 8 cm
= 80 cm2
Jadi luas jajargenjang ABCD adalah 80 cm2.
Dengan ringkasan materi dan contoh-contoh tersebut peserta didik
harus mampu menganalisa soal yang akan diberikan dengan cermat.
Walaupun sekilas soal yang diberikan sangat sulit tapi jika peserta didik
telah memahami konsep yang ada, pasti peserta didik dapat mengerjakan
soal tentang segi empat dengan mudah.
Pemahaman konsep dan penalaran setiap peserta didik sangatlah
berbeda-beda maka diharapkan dengan diadakannya kerja sama dalam
kelompok, peserta didik dapat saling membantu menjelaskan kepada
temannya yang belum paham demi meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik pada materi pokok segi empat.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
– Two Stray (TS-TS) ini diharapkan peserta didik tidak merasa jenuh
karena dalam pembelajaran berlangsung peserta didik bekerjasama dalam
51
kelompok sehingga hal demikian dapat meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar peserta didik.
7. Penerapan TS-TS dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Matematika Materi Pokok Segi Empat
Dalam perkembangan pembelajaran matematika sangat diperlukan
diperlukan proses berpikir peserta didik. Dalam materi segi empat peserta
didik harus teliti memahami soal dan rumus yang digunakan untuk setiap
bangun segi empat. Dalam pemecahan masalah tesebut walau rumus itu
sudah ditetapkan tetapi setiap peserta didikpasti akan menemukan suatu
cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan soal tersebut. Walu hasilnya
sama tetapi caranya berbeda. Dari dua pekerjaan tersebut merupakan
kesatuan dari pembelajaran matematika. Guru yang selesai memberikan
pembelajaran matematika diusahakan memberikan latihan baik soal
noncerita maupun soal bentuk cerita. Setelah itu peserta didik diharapkan
mampu menguasai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Penyelesaian dari masalah-masalah tersebut menghendaki adanya
metode pemecahan. Suatu pemecahan masalah dapat dikatakan berhasil
apabila peserta didik mampu mendefinisikan dan menganalisa
permasalahan, mendapat informasi yang diperlukan dan menarik
kesimpulan berdasarkan data yang dimiliki.
Bobrow Jerry, “menyatakan bahwa proses penyelesaian merupakan
metode langkah demi langkah yang membantu mengenali soal dengan cara
yang teratur, terfokus, dan sistematis.56
Tingkat kesulitan dari soal materi segi empat dipengaruhi oleh jika
hanya di ketahui 1 sisinya, kelilingnya, luasnya, dibuat ke persaman linier
atau variabel x. Hal tersebut sangat berkaitan dengan tujuan dari
pembelajaran matematika yaitu membantu peserta didik untuk mengenal
56 Bobrow Jerry, Cliff Quick Review TM Matematika Dasar dan Pra-Aljabar, Alih Bahasa:
Ervina YUdha Kusuma, S.S , (Bandung: Pakar Raya, 2004), hlm. 135.
52
situasi kontekstual sesuai dengan lingkungan yang memerlukan aturan
operasi matematika yang telah dipelajari. Sebagaimana pendapat George
Polya tentang langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut.57
a. Memahami masalah
1). Memahami kalimat.
2). Mengubah masalah dengan kalimat matematika.
3). Mengidentifikasi apa yang diketahui.
4). Mengidentifikasi apa yang ditanyakan.
b. Menyusun rencana pemecahan.
Dalam bagian ini peserta didik diminta untuk mencari hubungan antara
apa yang diketahuhi dengan apa yang ditanyakan. Hubungan itu
biasanya berupa teorema atau rumus-rumus matematika.
c. Melaksanakan rencana pemecahan
Peserta didik diharapkan memilih metode yang sesuai untuk
menyelesaikan dengan persamaan atau model matematika yang ada.
d. Memeriksa kembali.
Peserta didik melakukan pemeriksaan terakhir atas jawaban yang telah
diperoleh dari proses pengerjaan yang telah dilakukan, dalam hal ini
melakukan kesimpulan dari penyelesaian permasalahan.
Berkaiatan dengan langkah dalam penyelesaian, Spencer Kagan
mengatakan, Kegiatan pokok dalam TS-TS untuk memecahkan soal
meliputi rangkaian atau langkah-langkah kegiatan bersama yang spesifik,
yakni:
Dalam model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS), peserta
didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang
terdiri atas 4-5 peserta didik. Dalam pembagian kelompok bersifat
heterogen, yang tidak membedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau
tingkat kecerdasan peserta didik sehingga setiap kelompok diharapkan
terdiri dari peserta didik yang pandai, sedang/lemah, dan masing-masing
57 John L. Mark, Athur A. Hiatt, Evelyn M. Nevfeld, Metode Pengajaran Matematika
Untuk Sekolah Dasar , Alih Bahasa: Bambang Sumantri, (Jakarta:s Erlangga, 1998), hlm. 59.
53
peserta didik merasa cocok satu sama lain. Dua atau tiga orang dari tiap
kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan
materi atau tugas dari kelompok lain, dan sisa anggota kelompok tetap di
kelompoknya untuk menerima peserta didik yang bertamu ke
kelompoknya. Peserta didik yang bertamu kembali ke kelompoknya dan
menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota lain. Hasil kunjungan
di bahas bersama dan dicatat. Dengan pembelajaran kelompok tersebut,
diharapkan peserta didik mampu meningkatkan daya pikir, kritis, kreatif
dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
8. Keterkaitan Teori dengan Judul
Dalam proses belajar mengajar peserta didik sering kali kesulitan
menerima materi yang disampaikan oleh guru. Kesulitan tersebut termasuk
pelajaran matematika salah satunya materi segi empat yang terdiri dari
banyak rumus yang sebenarnya mempunyai pola yang sama. Banyak
peserta didik yang mengeluhkan rumitnya cara mengerjakan. Karena
selama ini peserta didik selalu pasif dalam proses belajar mengajar
sehingga peserta didik menyepelekan pelajaran. Padahal dalam materi
pokok segi empat ini peserta didik dituntut mengerjakan soal yang
beraneka ragam bentuk. Sehingga sebelum mengerjakan soal, peserta didik
sudah menyerah.
Materi pokok segi empat sangat cocok menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) karena di
dalamnya terdapat pengakuan tim, tanggung jawab kelompok dalam
pembelajaran individu, antar kelompok bertukar informasi dan hasil
tentang konsep sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar guna
meningkatkan kemampuan hasil belajar tim mereka, peserta didik akan
merasa nyaman dalam belajar bersama temannya. Ada tanggungjawab
individu agar hasil belajar kelompok meningkat sehingga tidak ada
tekanan karena setiap kelompok harus bekerjasama sehingga setiap
anggotanya paham akan materi yang dipelajari. Juga setiap kelompok
54
bertukar informasi dan hasil dengan kelompok lain mengenai suatu
konsep untuk dibuat satu kesimpulan.
Dengan demikian diharapkan dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) tidak hanya
hasil belajar peserta didik yang meningkat tetapi juga motivasi belajar
peserta didik juga karena melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) guru dapat mengkondisikan
peserta didik sedemikian hingga peserta didik dapat terlibat secara aktif
dalam pembelajaran, mampu bekerja sama diantara peserta didik sehingga
hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
Tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR).1 Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.2
PTK dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan oleh
guru atau peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran melalui kegiatan
penelitian. Upaya ini dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya
metode, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, perubahan
tindakan yang baru ini diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran. Pada umumnya PTK dibagi kedalam dua jenis, yakni (1) PTK
individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2) PTK kolaborasi, yakni guru
bekerjasama dengan orang lain, orang lain ini sebagai sebagai peneliti
sekaligus pengamat.3 Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kolaborasi.
Sumber data penelitian ini adalah peserta didik dan guru. Jenis data
yang diperoleh adalah kuntitatif dan kualitatif. Adapun lokasi penelitiannya
yaitu MTs Taqwal Ilah Tembalang. Penelitian ini mengkaji tentang motivasi
belajar dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 93, Cet. 13. 2Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),
hlm. 3. 3Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari
Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 15, Cet. 2.
55
56
1. Model Penelitian
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari
berbagai kegiatan pembelajaran. Secara garis besar prosedur penelitian
tindakan mencakup empat daur: perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara lebih
rinci prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Penelitian Tindakan4
Prosedur penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari 4 tahap,
secara rinci sebagai berikut:
a. Perencanaan
1). Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator
keberhasilan penelitian.
2). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas.
3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis
proses dan hasil tindakan.
4Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm; 16
Gambar.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Siklus I Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
?
57
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TSt) pada
materi pokok Segi Empat dalam meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar peserta didik yang telah direncanakan.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat peserta
didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan,
dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran
matematika dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang
telah berlangsung guna perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti memakai 2 siklus yaitu
siklus I dan siklus II. Sebelum peneliti melaksanakan siklus, terlebih
dahulu diadakan pre tes yaitu untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya
(pengertian segi empat). Nilai dari kuis akan digunakan sebagai skor awal
dalam menentukan poin bagi kemajuan tim. Sedangkan untuk tiap – tiap
siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi partisipasif
antara guru mata pelajaran matematika kelas VII C MTs Taqwal Ilah
Tembalang dengan peneliti.
a Pra siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang
akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang di
58
gunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model
pembelajaran yang dipakai oleh guru kelas adalah model pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan kurang menarik minat peserta
didik untuk belajar matematika sehingga proses pembelajaran
matematika materi pokok segi empat pada dua tahun sebelumnya
belum memperoleh hasil yang memenuhi KKM, yaitu 65. Perolehan
ini perlu ditingkatkan menjadi 65 sesuai KKM. Informasi tersebut
diperoleh dari Wiwik Ariyani selaku guru matematika tahun ajaran
2008-2009 dan 2007-2008 di MTs Taqwal Ilah Tembalang pada
tanggal 13 Januari 2010.
b Siklus I
Pada siklus I, topik yang akan dibahas adalah menentukan rumus
luas dan keliling segi empat, pada kali ini yang dibahas adalah persegi
dan persegi panjang.
1) Perencanaan
a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada materi
pokok segi empat kemudian peneliti mencari apa penyebab
peserta didik kurang aktif saat pembelajaran matematika
berlangsung.
b) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
materi pokok segi empat menentukan rumus luas dan keliling
segi empat (persegi dan persegi panjang).
c) Peneliti menyiapkan latihan soal pada materi pokok segi empat.
d) Peneliti menyiapkan soal evaluasi.
e) Peneliti merencanakan pembentukan kelompok
f) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
untuk peserta didik.
g) Peneliti menyiapkan lembar angket untuk mengetahui motivasi
peserta didik.
59
2) Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan,
yaitu sebagai berikut:
a) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan dan memberikan motivasi belajar.
b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari
peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen.
c) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator tentang
menentukan rumus luas dan keliling segi empat.
d) Menyampaikan materi secara singkat.
e) Guru membagikan soal untuk didiskusikan oleh peserta didik..
f) Guru meminta dua orang dari tiap kelompok untuk berkunjung
ke kelompok lain untuk mencatat soal dan sisa dari anggota
kelompok tetap tinggal di kelompok untuk menerima tamu
yang berkunjung.
g) Setelah mendapat soal dari kelompok lain, peserta didik
kembali ke kelompoknya untuk membahas soal tersebut.
h) Guru meminta setiap kelompok mengumpulkan hasil
diskusinya.
i) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk melaporkan atau
mempresentasikan hasil diskusi.
j) Bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil
belajar.
k) Memberikan tes evaluasi
l) Memberikan lembar angket motivasi.
60
3) Pengamatan
a) Peneliti mengawasi aktivitas peserta didik ketika diskusi
kelompok dan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan
tugas.
b) Mengamati aktivitas peserta didik saat mengerjakan latihan
soal.
c) Mengamati dan mencatat peserta didik yang aktif, berani
bertanya kepada guru, atau berani menjawab pertanyaan dari
teman yang belum paham dan berani mengerjakan tugas di
papan tulis.
d) Pengamatan pada guru kelas dalam menjalankan RPP.
4) Refleksi
a) Menganalisis hasil pengamatan untuk memberikan simpulan
sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.
b) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada
pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II.
c Siklus II
Pada siklus II, topik yang dibahas adalah menentukan rumus
luas dan keliling jajar genjang. Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus
II mirip dengan kegiatan siklus I,. Siklus II merupakan perbaikan dari
siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
1) Tahapannya tetap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
2) Materi pelajaran berkelanjutan.
3) Diharapkan, kerjasama kelompok semakin meningkat.
Data hasil belajar diambil dari nilai evaluasi akhir pada tiap
siklus. Data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan
penelitian tindakan kelas diambil dengan lembar observasi. Data
tentang refleksi dan perubahan – perubahan yang terjadi di kelas
diambil dari jurnal, angket, dan hasil tes akhir pembelajaran.
61
Nilai hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata
evaluasi akhir pada siklus II lebih besar dari siklus I. Motivasi belajar
dikatakan meningkat apabila nilai rata – rata angket semua peserta
didik pada siklus II lebih tinggi daripada siklus I.
3. Sumber Data dan Jenis Data
a. Sumber data adalah subyek penelitian itu sendiri. Subyek yang telah
diteliti adalah peserta didik pada kelas VII yang berjumlah 41 peserta
didik yang terdiri dari 18 putra dan 23 putri.
Tabel 1
Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang
No. NAMA 1 ABDUL KARIM 2 AHMAD NADIRIN 3 AHMAD SUSILO 4 AHMAD TAUFIQ 5 ANDI RIBOWO 6 ARGA ARFIANTO 7 BADITUL ZUHRO 8 DEWANTI SEPTIANINGSIH 9 ERTA YULIASTANTI SETYANINGRUM 10 FAHRUR ROZIQIN 11 FIROYATI 12 FITRIANINGSIH 13 GUNADI 14 INDAH PUSPORINI 15 IS FAIZAH 16 M. IMAM GHOZALI 17 MUHAMMAD ZAMRONI 18 MUNADLIROH 19 NUR ROHMADIAH 20 NURUN NIYAH 21 PURWANTO BUSRI 22 PURWANTO ROHANI 23 RIA HIDAYATI 24 ROFIATUN KHASANAH 25 ROSYIDATUL MUDLIMAH
62
26 SISKA ANTIKA 27 SITI NUR AZIZAH 28 SHOFIYATI 29 SOLEHAH 30 SOLEHAN 31 SUMARI 32 SUSI RAHAYUNINGSIH 33 TITIK GIANTININGSIH 34 TRI PURWANTI 35 TUTIK KRISTIANTI 36 WAHYU BUDI UTOMO 37 WAHYU PUJI LESTARI 38 WAKHID AMIN HIDAYATI 39 WIWIK PURWANTI 40 YUNIMA 41 ZUNITA
b. Jenis datanya adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa (a)
angket motivasi belajar, (b) penilaian hasil belajar
4. Kolaborator
Kolaborasi (kerjasama) dalam PTK antara guru dengan peneliti
menjadi hal penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesamaan tindakan (action). Melalui kerjasama, mereka secara bersama
mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/ atau peserta didik
di sekolah. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan
adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan
terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang
sedang melakukan tindakan. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif,
kedudukan antara peneliti dan guru mempunyai peran yang saling
membutukan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerja
sama sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan
mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melakukan tindakan, observasi,
63
merekam data, evaluasi, refleksi, menyeminarkan hasil, dan menyusun
laporan akhir.5
Yang menjadi kolaborator disini adalah Ibu Wiwik Ariyani.
Pengalaman mengajar beliau sudah 10 tahun. Karena pengalaman
mengajar beliau sudah lama diharapkan kolaborator ini dapat memberikan
masukan-masukan dalam melaksanakan perbaikan-perbaikan
pembelajaran selama siklus dalam penelitian yang dilaksanakan.
5. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII C yang
berjumlah 41 peserta didik yang terdiri dari 17 putra dan 24 putri.
6. Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 30 hari, dimulai tanggal 1
Maret sampai 10 April 2010 di kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang
5Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo,
(Semarang: -------, 2008), hlm.7.
64
7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan
kelas di MTs taqwal Ilah Tembalang.
Tabel 2
Jadwal Penelitian
Waktu Maret April
Minggu Ke-
No Rencana Kegiatan
1 2 3 4 1 1 Observasi awal X 2 Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan X Menyepakati jadwal dan tugas X Menyusun instrumen X Diskusi konsep pelaksanaan X 3 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat X
Pelaksanaan prasiklus X
Pelaksanaan siklus I X
Melakukan tindakan siklus I X
Pelaksanaan siklus II X
Melakukan tindakan siklus II X X
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode triangulasi yaitu:
1. Metode Angket atau Kuesioner (Questionnaires)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal–hal yang ia ketahui.6
Metode angket ini digunakan untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar peserta didik terhadap penerapan pembelajaran kooperatif
6Suharsimi Arikunto,Op.Cit., hlm. 151.
65
tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS). Motivasi belajar pada siklus I dipakai
untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS), yang akan
dibandingkan dengan motivasi belajar pada pra siklus, dan siklus I sebagai
evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan motivasi belajar pada
siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS).
2. Metode Tes
Tes merupakan alat ukur yang diberikan kepada individu untuk
mendapatkan jawaban–jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau
secara lisan atau secara perbuatan.7 Metode tes digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang telah dicapai peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah
Tembalang dalam belajar matematika pada materi pokok segi empat sub
bab menentukan rumus luas dan keliling segi empat. Tes disusun oleh
peneliti. Tes dalam penelitian ini adalah evaluasi akhir. Hasil tes tersebut
dalam penelitian ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar pada siklus
I dipakai untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS), yang
akan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, dan siklus I
sebagai evaluasi untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan hasil belajar
pada siklus II adalah untuk melihat keberhasilan model pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS).
3. Metode Observasi
Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan.8
7Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), hlm. 100, Cet. 4.
8Ibid., hlm. 109.
66
4. Wawancara (Interview)
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner
lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Interviu digunakan untuk
menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel
latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap
sesuatu.9
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian
tindakan, diantaranya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran matematika, motivasi belajar dan hasil belajar peserta
didik sebelum pemberian tindakan pada materi pokok logaritma di tahun
pelajaran sebelumnya.
5. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang–
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda–benda tertulis seperti buku–buku, majalah, dokumen,
peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.10
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
data nama peserta didik dan guru, dokumen (catatan hasil belajar) 11, dan
arsip–arsip lain yang berhubungan dengan penelitian.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik
yang termasuk dalam subjek penelitian, nilai formatif materi terakhir
sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan
untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model
pembelajaran Two Stay- Two Stray (TS-TS).
9Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155. 10Ibid., hlm. 158. 11Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 125.
67
C. METODE ANALISIS DATA
Analisis data merupakan usaha untuk memilih, membuang,
menggolongkan, menyusun kedalam kategorisasi, mengklasifikasikan data
untuk mendukung tujuan dari penelitian.
Sebagaimana dalam pelaksanaan PTK, analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan informasi yang
menggambarkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-
Two Stray (TS-TS).
2. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai hasil belajar
peserta didik dan perolehan skor motivasi belajar peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray
(TS-TS) pada materi pokok Segi Empat.
Dalam hal ini peneliti menggunakan statistik deskripif dengan mencari
nilai rata-rata dan prosentase dari hasil belajar dan motivasi belajar.
Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk
menghitung prosentase motivasi peserta didik yang dilihat dari angket dan
mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik.
a. Hasil kuesioner (angket) motivasi belajar peserta didik
Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay- Two Stray (TS-TS),
analisis ini dilakukan pada instrumen angket dengan menggunakan teknik
deskriptif melalui prosentase dan rata–rata skor motivasi belajar peserta
didik secara klasikal.
Instrumen angket terdiri dari 20 pertanyaan. Kriteria penilaian
untuk tiap 1 pertanyaan adalah sebagai berikut:
a) Skor 3 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan a .
b) Skor 2 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan b.
c) Skor 1 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan c.
d) Skor 0 untuk peserta didik yang menjawab pertanyaan d.
68
Sehingga jumlah skor maksimal adalah 60.
Adapun perhitungan prosentase hasil angket motivasi belajar
adalah:
Prosentase (%) = %100xN
n
Keterangan:
N = Jumlah seluruh skor
n = Jumlah skor yang diperoleh oleh peserta didik
% = Tingkat prosentase yang dicapai
Indikator motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
Skor %85≥ : motivasi belajar peserta didik tinggi.
65% ≤ Skor ≤ 84% : motivasi belajar peserta didik sedang.
45% ≤ Skor ≤ 64% : motivasi belajar peserta didik cukup.
Skor ≤ 44% : motivasi belajar peserta didik kurang.
Adapun rumus yang digunakan untuk rata – rata nilai motivasi
belajar semua peserta didik adalah:
P
Xx ∑=
Keterangan:P
x = Rata – rata nilai motivasi peserta didik
∑X = Jumlah seluruh nilai
P = Jumlah peserta didik
Adapun rumus yang digunakan untuk prosentase dari rata-rata nilai
motivasi belajar peserta didik adalah:
Prosentase (%) = %100xR
r
Keterangan:
R = Jumlah seluruh skor
r = Jumlah rata-rata skor motivasi belajar peserta didik
% = Tingkat prosentase yang dicapai
69
b. Hasil evaluasi siklus peserta didik
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
soal–soal evaluasi, peneliti menggunakan cara yaitu dengan menghitung
rata–rata nilai ketuntasan belajar secara klasikal.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (evaluasi
akhir). Pada siklus I evaluasi akhirnya terdiri dari 10 soal essay. Jika setiap
jawaban benar maka bernilai 10, jika kurang sedikit nilainya 8,mendekati
benar 5 namun jika jawaban salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0.
Sedangkan pada siklus II evaluasi akhirnya terdiri dari 5 soal essay. Jika
setiap jawaban benar maka bernilai 20, jika mendekati benar nilainya 12,
namun jika jawaban salah bernilai 8, bila tidak diisi bernilai 0.
Rumus dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Ketuntasan Individu
Dikatakan tuntas belajar jika peserta didik memperoleh nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yang ada yaitu 65 .
b) Ketuntasan Klasikal
Data yang diperoleh dari hasil belajar peserta didik dapat
menentukan ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis
deskriptif prosentase, dengan perhitungan:
Ketuntasan belajar klasikal = %100xM
m
Keterangan: M = Jumlah seluruh peserta didik
m = Jumlah peserta didik belajar individu
% = Tingkat prosentase yang dicapai
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan jika
rata–rata nilai yang diperoleh lebih dari nilai KKM dan minimal 85%
dari jumlah peserta didik dikelas tersebut mendapatkan ≥ 65.
70
D. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Tercapainya tujuan pertama, yaitu adanya peningkatan motivasi belajar
peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi
pokok segi empat ≥ 65%.
2. Tercapainya tujuan kedua, yaitu ada peningkatan hasil belajar peserta
didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang dalam pada materi pokok
Segi Empat yang ditandai rata-rata hasil belajar adalah 65 dengan
ketuntasan klasikal 85%.
71
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwik Ariyani selaku guru
matematika kelas VII C pada tanggal 24 November 2009, didapatkan
informasi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, dan
proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MTs Taqwal Ilah
masih dirasakan jauh dari kenyataan yang diharapkan. Hal ini disebabkan
pada waktu guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mendengarkan
malah cenderung bercanda dengan teman dan ketika peserta didik diberi
tugas, peserta didik hanya mencontek tanpa mau memahami langkah-langkah
mengerjakannya. Dalam penyampaian informasi kepada peserta didik,
metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Karena
metode ini cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu
banyak baik dari guru maupun peserta didik. Peserta didik hanya dibiarkan
duduk, mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar
secara aktif. Pada waktu pembelajaran berlangsung peserta didik ada yang
mengantuk, mengobrol, ijin keluar dan bengong, sehingga suasana kelas
terasa membosankan dan peserta didik tidak berminat terhadap mata
pelajaran matematika. 1
Motivasi belajar peserta didik juga sangat rendah untuk mempelajari
matematika. Mereka merasa jenuh karena bagi mereka matematika itu
merupakan pelajaran yang sulit apalagi dalam materi segi empat yang di
dalamnya berisi rumus-rumus sehingga sebelum mengotak-atik soal, mereka
sudah menyerah dahulu dan mengandalkan teman yang pandai tanpa
berusaha untuk bisa mengerjakan sendiri. Bukan hanya itu saja, faktor lain
yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada peserta didik
tersebut, salah satunya adalah cara mengajar guru. Ketidakminatan peserta
1Observasi di kelas pada tanggal 11 dan 13 januari 2010
72
didik dalam mengikuti pelajaran matematika menjadi hal utama . Itu pertanda
anak didik tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Rendahnya motivasi
yang ada ternyata ada pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh
karena itu guru harus memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat
keluar dari kesulitan belajar. Salah satunya adalah dengan memperbaiki cara
mengajar.
Pelaksanaaan pembelajaran pra siklus untuk kelas VII C yang diampu
oleh Ibu Wiwik Ariyani, S.Pd dilaksanakan Selasa tanggal 2 Maret 2010.
Materi yang diajarkan adalah pengertian segi empat dan sifat-sifat segi empat.
Tahap ini bertujuan untuk megetahui model pembelajaran yang digunakan
dalam pebelajaran matematika di kelas sebelum diterapkannya pendekatan
pembelajaran secara TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS), dengan melihat atau
mengamati secara langsung pembelajaran yang ada di kelas, kemudian dicatat
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan data dari ibu Wiwik Ariyani, nilai harian kelas VII C
tahun pelajaran 2008-2009 nilai rata-rata peserta didik untuk materi pokok
segi empat masih rendah yaitu 59,36, sedangkan nilai rata-rata peserta didik
kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 yaitu 59,90 sedangkan untuk motivasi
pada 2 tahun sebelumnya juga didapat masih rendah yaitu 50 %.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1
Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti
dengan Ibu Wiwik Ariyani. S.Pd sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti
sekaligus sebagai pengampu mata pelajaran matematika kelas VII di MTs.
Taqwal Ilah. Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam siklus I ini peneliti dan guru bersama-sama
mempersiapkan:
1). Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan
penelitian.
73
2). Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3). Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil
tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 9, 11 dan 13 Maret
2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO STAY TWO
STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini dimulai dengan
peserta didik membaca doa sebelum belajar dan dilanjutkan dengan
mengabsesn kehadiran peserta didik (daftar peserta didik ada pada
lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan judul pokok
bahasan dan indikator (RPP Siklus I pada lampiran 2).
Pokok bahasan yang dipelajari adalah menghitung keliling dan
luas segi empat (persegi panjang, persegi). Guru memberi motivasi
kepada peserta didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat
kembali materi segi empat. Dalam mengingat kembali tentang materi
tersebut peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
prasyarat yang diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya.
Kemudian guru mempersilahkan peserta didik untuk membentuk
kelompok yang telah dibuat secara acak (daftar kelompok pada lampiran
10) Setelah seluruh peserta didik mengelompok, guru menjelaskan cara
kerja dan tanggung jawab masing-masing peserta didik dalam kelompok.
Guru membagikan latihan soal (Lihat lampiran 4) kepada tiap kelompok
untuk dipelajari bersama. Suasana ramai ketika kelompok mempelajari
latihan soal sedikit sekali peserta didik yang saling berdiskusi dan
berusaha memahami dengan saling tanya, karena banyak yang
berbincang-bincang dan bercanda dengan teman kelompok lain hingga
guru berusaha memberikan pengarahan kembali mengenai cara kerja dan
tanggung jawab tim. Peserta didik yang berbincang-bincang dan bercanda
tadi mulai mengerti dan mengikuti diskusi yang berlangsung. Suasana
74
yang tadinya ramai karena banyak yang ngobrol kini berubah menjadi
kondusif dan diskusi berjalan dengan baik.
Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap
kelompok terjadi serangkaian kegiatan seperti langkah-langkah yang
telah diberikan. Guru memberikan pengarahan agar semua anggota
kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan bimbingan
kepada kelompok yang mengalami kesulitan jika diperlukan dan ketua
kelompok menyampaikan keberhasilan kelompoknya atau melapor
kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya,
setelah waktu yang ditentukan habis, guru mempersilahkan seorang
peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi tersebut. Guru
memberikan penghargaan kepada peserta didik yang telah
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru membubarkan kelompok untuk
kembali ke tempat masing-masing.
Setelah semua selesai, guru memberikan tes evaluasi (Lihat
lampiran 6) yang dikerjakan secara individu. Sebelum pelajaran diakhiri,
guru membagikan angket motivasi (Lihat lampiran 11) dan meminta
peserta didik mengisinya dengan jujur. Saat peserta didik mengisi angket
guru memberikan pengarahan untuk belajar dirumah guna meningkatkan
belajar dan lebih bisa bekerja sama. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran
dengan salam dan dijawab oleh peserta didik.
c. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus
pertama, adalah sebagai berikut:
1) Guru aktif memberikan pengarahan kepada peserta didik yang
belum paham, peserta didik yang ramai dan sudah berkeliling
memantau kerja kelompok.
2) Guru telah memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta
didik.
75
3) Peserta didik belum sepenuhnya bisa menggunakan waktu yang ada
dengan baik.
4) Peserta didik kurang aktif berpendapat dan bertanya kepada teman
dalam kelompok ketika diskusi berlangsung, hanya sebagian saja
yang sudah berani menjelaskan kepada teman dan bertanya pada
guru.
5) Dalam menjawab soal peserta didik terburu-buru dan kurang
berdiskusi dengan kelompok dan mengandalkan jawabannya sendiri
sehingga jawaban kadang ada yang salah.
d. Hasil Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TWO STAY TWO
STRAY (TS-TS) pada siklus I masih banyak kekurangan-kekurangan yang
harus diperbaiki. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti dan
guru berdiskusi dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam
siklus I dan perlu perbaikan adalah:
1) Kerjasama peserta didik dalam kelompok masih kurang, sehingga
kegiatan diskusi belum berjalan sebagaimana mestinya.
2) Masih banyak peserta didik yang ramai sendiri dengan cara berbicara
dengan teman kelompok lain, banyak peserta didik belum berani
untuk bertanya, aktif mengungkapkan pendapatnya maupun memberi
komentar terhadap jawaban teman. Hanya beberapa peserta didik saja
yang sudah mulai berani bertanya dan berpendapat.
3) Pengkondisian waktu belum tertata dengan baik, sehingga peserta
didik merasa batas waktu yang diberikan kurang lama.
4) Penjelasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik masih
kurang, sehingga peserta didik belum cukup paham dengan materi
yang diberikan.
5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan.
76
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru
untuk siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah
sebagai berikut:
1) Guru mengupayakan agar peserta didik aktif dalam kelompok,
sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik dan akan memberi
pengarahan manfaat kerjasama dalam kelompok.
2) Guru harus memberikan semangat agar peserta didik mau berpendapat
dan bertanya kepada guru ataupun teman sekelompok.
3) Guru akan lebih menyesuaikan waktu yang ada dan meminta peserta
didik lebih menghargai dan memanfaatkan waktu.
4) Guru membuat strategi agar peserta didik mudah menerima pelajaran
dengan waktu yang singkat.
5) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
sehingga perlu dilakukan siklus I.
C. Analisis Penelitian Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Dalam siklus II ini peneliti dan guru bersama-sama
mempersiapkan:
1). Rencana pelaksanaan pembelajaran dan indikator keberhasilan
penelitian.
2). Fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
3). Instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil
tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan
penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal
yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II.
Siklus II dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 18, 20 dan 22
Maret 2010 dengan alokasi waktu 2x40 menit. Pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan metode Cooperatif Learning Tipe TWO
77
STAY TWO STRAY (TS-TS). Proses pembelajaran pada pertemuan ini
dimulai dengan peserta didik membaca doa sebelum belajar dan
dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran peserta didik (daftar peserta
didik ada pada lampiran 1). Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan
judul pokok bahasan dan indikator (RPP Siklus II pada lampiran 3).
Pokok bahasan yang dipelajari adalah Menghitung keliling dan
luas segi empat (jajar genjang). Guru memberi motivasi kepada peserta
didik dan memberikan apersepsi dengan mengingat kembali materi segi
empat pada siklus I. Dalam mengingat kembali tentang materi tersebut
peserta didik berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan pra syarat yang
diajukan oleh guru. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
bagi yang belum paham untuk diulang secukupnya. Kemudian guru
mempersilahkan peserta didik untuk membentuk kelompok yang telah
telah dilakukan pada siklus I (daftar kelompok pada lampiran 10).
Guru menyampaikan kepada peserta didik agar dalam tiap
kelompok terjadi serangkaian kegiatan seperti langkah-langkah yang
telah dilakukan pada siklus I. Guru memberikan pengarahan agar semua
anggota kelompok ikut serta dalam berdiskusi. Guru juga memberikan
bimbingan secara merata kepada kelompok yang mengalami kesulitan,
jika diperlukan, dan ketua kelompok menyampaikan keberhasilan
kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami
anggota kelompoknya, setelah waktu yang ditentukan habis, guru
mempersilahkan peserta didik untuk maju ke depan sebagai wakil
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Mereka sangat
antusias untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok, ini dibuktikan banyaknya yang angkat tangan sebagai
perwakialan kelompok untuk maju ke depan.
Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi hasil presentasi tersebut. Mereka banyak bertanya kepada
peserta didik yang mempresentasikan, sehingga guru pun membantu
untuk mengkondisikan mereka. Guru membubarkan kelompok untuk
78
kembali ke tempat masing-masing. Setelah semua selesai, guru
memberikan tes evaluasi (Lihat lampiran 7) yang dikerjakan secara
individu. Sebelum pelajaran diakhiri, guru membagikan angket motivasi
(Lihat lampiran 12) dan meminta peserta didik mengisinya dengan jujur.
Saat peserta didik mengisi angket guru memberikan pengarahan untuk
belajar dirumah guna meningkatkan belajar dan lebih bisa bekerja sama.
Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab oleh
peserta didik
c. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti pada siklus II,
adalah sebagai berikut:
1) Guru telah meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara
memberikan pengarahan ketika mereka tidak semangat dan malas.
2) Peserta didik lebih bisa memahami materi ketika guru
menyampaikannya dengan baik.
3) Guru dan peserta didik dapat menggunakan waktu secara baik dan
bermanfaat.
4) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada
teman dalam kelompok/guru ketika diskusi berlangsung.
5) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan
kelompok dan diskusi berlangsung secara baik.
d. Hasil Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengadakan refleksi dengan guru partner,
hasil refleksi pada siklus II sebagai berikut:
1) Guru mampu meningkatkan motivasi peserta didik dan memberikan
apersepsi kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak
mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2) Peserta didik sudah dapat aktif berpendapat dan bertanya kepada
teman dalam kelompok ketika diskusi berlangsung.
3) Dalam menjawab soal peserta didik selalu berdiskusi dengan
kelompok.
79
4) Hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan.
5) Peserta didik yang mendapat nilai tertinggi diumumkan oleh guru
pada pertemuan berikutnya (setelah penelitian selesai).
D. Pembahasan
1. Pra Siklus
Untuk pra siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai
harian materi pokok segi empat (menghitung keliling dan luas persegi
panjang, persegi dan jajar genjang) peserta didik kelas VII C tahun
pelajaran 2007-2008 dan 2008-2009. Peneliti juga meminta guru untuk
mengisi angket motivasi peserta didik untuk data pra siklus. Nilai rata-
rata kelas VII C tahun pelajaran 2007-2008 adalah 59,90 dengan
ketuntasan klasikal 58% sedangkan untuk tahun pelajaran 2008-2009
adalah 59,36 dengan ketuntasan klasikal 41%. Dari kedua tahun pelajaran
tersebut didapat nilai rata-rata 59.63 dengan ketuntasan klasikal
49.5%.Sedangkan untuk motivasi belajar peserta didik diperoleh 50%.
Tabel 3.
Perolehan Hasil belajar, Ketuntasan klasikal, dan motivasi belajar pada
Pra siklus.
Nilai Pra siklus
Hasil belajar 59
Ketuntasan klasikal 49.5%
Motivasi belajar 50%
Selebihnya lihat lampiran 28 dan 29.
80
2. Siklus I
Pelaksanaan siklus I adalah 3 hari pada hari selasa, kamis dan
sabtu tanggal 9, 11 dan13 Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru
menyampaikan materi secara singkat tentang pengertian persegi panjang
dan persegi, rumus luas dan keliling persegi panjang dan persegi, serta
menghitung luas dan keliling persegi panjang dan persegi. Setelah itu
peserta didik mengerjakan latihan soal secara individu.
Pertemuan kedua yaitu guru meminta peserta didik mengelompok
sesuai kelompok yang telah ditentukan guna pelaksanaan metode two stay
two stray. Dalam kelompok masing-masing peserta didik membahas soal
dan konsep tentang persegi panjang dan persegi. Setelah itu penerapan
metode two stay two stray di jalankan. Setelah pelaksanaan metode two
stay two stray selesai guru meminta peserta didik kembali ditempat
duduk asalnya.
Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluasi
yang dikerjakan secara individu, kegiatan terakhir adalah pengisian
angket motivasi belajar.
Dari data-data yang diperoleh didapat nilai rata-rata hasil belajar
peserta didik 68.14 dengan persentase ketuntasan klasikal 51.21%
sedangkan motivasi belajar peserta didik pada siklus I kurang optimal. Ini
terlihat dari pengamatan dan diperkuat dengan hasil angket motivasi
belajar yang telah diisi pada siklus I. Indikator motivasi belajar yang
masuk kategori sedang dengan persentase 2%, indikator motivasi belajar
yang masuk kategori cukup dengan persentase 56%, dan indikator
motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan prosentase 41%
dengan rata – rata motivasi belajar pada siklus I sebesar 27.36 dan
mencapai persentase 45.56 % (lampiran 13).
81
Tabel 4.
Persentase Hasil Motivasi Belajar Pada Siklus I
Indikator Siklus I
Tinggi -
Sedang 2%
Cukup 56%
Kurang 41%
Dari nilai rata-rata hasil belajar dan hasil angket motivasi belajar
peserta didik pada siklus I tersebut maka indikator keberhasilan dari
peneliti belum tercapai yaitu nilai rata – rata hasil belajar ≥ 65 dan
ketuntasan klasikal ≥ 85%, sehingga perlu diadakan siklus II.
Selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.
Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus dan Siklus I
Nilai Pra siklus Siklus I
Motivasi belajar 50% 45.56%
Hasil belajar 59.63 68.14
Ketuntasan klasikal 49.5% 51.21%
3. Siklus II
Pelaksanaan siklus II adalah 3 hari pada tanggal 18, 20 dan 23
Maret 2010. Pada hari pertama adalah guru mengumumkan peserta didik
yang memperoleh nilai tertinggi, setelah itu menyampaikan materi secara
singkat tentang pengertian jajar genjang, rumus luas dan keliling jajar
genjang, dan cara menghitung luas dan keliling jajar genjang. Setelah itu
peserta didik mengerjakan latihan soal soal yang dikerjakan secara
individu.
Pertemuan kedua yaitu guru meminta peserta didik
mengelompok sesuai kelompok sebelumnya guna pelaksanaan
pelaksanaan metode two stay two stray. Dalam kelompok masing-masing
82
peserta didik membahas soal dan konsep tentang persegi panjang dan
persegi. Setelah itu penerapan metode two stay two stray di jalankan.
Setelah pelaksanaan metode two stay two stray selesai guru meminta
peserta didik kembali ditempat duduk asalnya.
Pertemuan ketiga yaitu peserta didik mengerjakan tes evaluai
yang dikerjakan secara individu dan kegiatan terakhir adalah pengisian
angket motivasi belajar.
Pelaksanaan pada siklus II sudah berlangsung optimal. Ini bisa
dilihat dari peningkatan perolehan nilai rata-rata yaitu sebesar 75.17
dengan ketuntasan klasikal sebesar 85.36% dan peningkatan persentase
motivasi belajar peserta didik yang telah mencapai. Indikator motivasi
belajar yang masuk kategori tinggi dengan persentase 5%, indikator
motivasi belajar yang masuk kategori sedang dengan persentase 80%,
indikator motivasi belajar yang masuk kategori cukup dengan persentase
12% dan indikator motivasi belajar yang masuk kategori kurang dengan
persentase 2% dengan rata–rata motivasi belajar pada siklus II sebesar
41.97 dan mencapai persentase 81.51% (lampiran 14).
Tabel 6.
Perbandingan Persentase nilai motivasi belajar peserta didik kelas VII C
Indikator Siklus I Siklus II
Tinggi - 5%
Sedang 2% 80%
Cukup 56% 12%
Kurang 41% 2%
Adapun untuk perbandingan perolehan nilai antar pra siklus,
siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 7.
Perbandingan Perolehan Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Nilai Pra siklus Siklus I Siklus II
Motivasi belajar 50% 45.56 % 81.51%
Hasil belajar 59.63 68.14% 75.17%
Ketuntasan klasikal 49.5% 51.21% 85.36%
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar dan motivasi
belajar peserta didik meningkat dan sudah mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu motivasi belajar ≥ 65%,
nilai rata–rata hasil belajar ≥ 65 dan ketuntasan klasikal ≥ 85% sehingga
siklus II dipandang sudah cukup. Dan ternyata dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik kelas VII C
MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-2010.
84
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian data dan analisis penelitian tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dalam materi
pokok Segi Empat guna meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
peserta didik kelas VII C MTs Taqwal Ilah Tembalang tahun pelajaran 2009-
2010 dari bab I sampai bab V, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TS-TS) dalam materi pokok segi empat di kelas VII C MTs
Tembalang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-
TS) dalam pembelajaran matematika ternyata dapat meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VII C MTs Taqwal
Ilah Tembalang. Hal ini ditunjukan pada peninggkatan hasil akhir tiap
siklus yaitu pada pra siklus rata-rata motivasi belajar peserta didik 50%
dan rata-rata hasil belajar sebesar 59.63 dengan ketuntasan belajar 49.5%,
pada siklus I motivasi belajar peserta didik yaitu 45.56% dan nilai rata–
rata peserta didik mencapai 68.14 dengan ketuntasan klasikal 51.21%,
pada siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar menjadi 81.51% dan
nilai rata – rata peserta didik mencapai 75.17 dengan ketuntasan klasikal
85.36%.
85
B. Saran – saran
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil penelitian yang diperoleh
selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas VII C MTs Taqwal
Ilah Tembalang semester genap peneliti menyajikan saran sebagai berikut:
1. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif
dalam menerapkan model pembelajaran yang kini telah menjamur
sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan lagi ketika pelaksanaan
proses belajar mengajar berlangsung.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) sangat
perlu diterapkan oleh guru kelas VII MTs Tembalang pada khususnya dan
guru kelas VII di sekolah lain pada umumnya, karena model pembelajaran
ini dapat memacu semangat/motivasi belajar peserta didik dan mereka
dapat melatih sosialisasi dengan teman serta dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
C. Penutup
Untaian syukur peneliti persembahkan kepada Allah SWT dengan
kalimat hamdalah “Alhamdulillahirobbil’alamin” sehingga skripsi ini bisa
selesai.
Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbalalamin. Sekian dan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohim, Abu Khodijah Ibnu, Ringkasan Riyadhus Shalihin, Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Anni, Tri, Catharina, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES, 2006
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
..............................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
..............................., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Bahri, Djamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur’an, 1971
Echols, John, M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia “An English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, 2003
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Hudojo, Herman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Malang:UNM, 2003
Kagan, Spencer, Coopoerative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 12 Maret 2010.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008
Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2007
Mimin Haryanti, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT. Gaung Persada Press, 2007
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
……………, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Mutadi, Pedekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, Jakarta: Pusdiklat Tenaga Keagamaan-Depag Bekerja Sama Dengan Ditbina Widyaiswara Lan RI, 2007
Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York: Oxford University Press, 2003
Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Mahasiswa IAIN Walisongo, Semarang: -------, 2008
PERMENDIKNAS No.22 thn.2006, bab II
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006
Riyanto, Amin Proses Belajar Mengajar Efektif Di Perguruan Tinggi, Bandung; YAPEMDO, 2003
Sanjaya, Wina Stategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2007
Sanjaya, Wina, Buku Materi Pokok : Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007
Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995)
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Depdiknas, 2000
Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000
......................., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009
....................... dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007
Sugandi, Achmad, Teori Pembelajaran, Semarang, UPT MKK UNNES, 2006
Suherman, Erman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Malang: UPI, 2003
Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat, 2008
Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2009
Suryabrata, Sumadi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993
Suyitno, Amin, Makalah Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di MTs, Semarang: FMIPA UNNES, 2007
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005
Trianto, Mode-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum Dari Teori Menuju Praktik Disertai Contoh Hasil Penelitian, Malang: UIN Malang Press, 2008
Wintarti, Atik, Contextual Teaching And Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiay Kelas VII Edisi 4, Jakarta: Pusat Perbukuan Departtemen Pendidikan Nasional, 2008
Wittig, Arno, F. Ph.D, Psychology of Learning, United States of Amerika: McGrawHill, 1981
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006