Post on 25-May-2015
description
BAB I
PENGERTIAN POKOK TENTANG AL-QUR’AN
A. Alquran menurut Bahasa
Di kalangan para ulama dan pakar bahasa Arab, tidak ada kesepakatan tentang
ucapan, asal pengambilan dan arti kata Alquran. Menurut al-Syafi’i, kata Alquran
adalah nama asli dan tidak pernah dipungut dari kata lain. Kata tersebut khusus dipakai
untuk menjadi nama firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut al-Farra, kata Alquran berasal dari kata al-qaea’in jamak dari qaraniah yang
berarti kawan, sebab ayat-ayat yang terdapat di dalamnya saling membenarkan dan
menjadi kawan antara satu dengan yang lain. Menurut al-Lihyaini, kata Alquran berasal
dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan
arti maqru yang dalam bahasa Indonesia berarti yang dibaca atau bacaan.
Menurut Shubhi Shalih, dari semua pendapat di atas, hanya penadapat al-
Lihyani yang dipandang paling kuat dan itulah sebabnya diterima oleh jumhur
(mayoritas) ulama. Dikatakan demikian, karena Alquran sendiri telah pula
mempergunakan kata Qur’an tanpa al dengan bacaan.
B. Definisi Alquran
Alquran menurut istilah juga telah melahirkan berbagai definisi. Misalnya, Prof.
Dr. Syekh Mahmud Syaltut mendefinisikan Alquran dengan “Lafal Arab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada kita secara
mutawir.”
Menurut Dr, Muhamad Shubhi Shalih, Alquran ialah :
“Kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang
diturunkan kepada Nabi (Muhammad) SAW, yang tertulis dalam mashaf, yang
disampaikan (kepada kita) secara mutawatir dan membacanya dianggap ibadah.”
Selain definisi-definisi di atas, masih terdapat beberapa definisi lagi. Banyaknya
definisi Alquran adalah wajar, sebab untuk merumuskan suatu definisi Alquran yang
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an i
dapat mencakup semua pengertian, sifat dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa
patah kata sulit sekali.
C. Sifat-sifat essensial bagi Alquran
Sifat-sifat khas yang membedakan Alquran dengan kitab suci yang lain adalah :
1. Alquran adalah kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW. Dengan demikian kalah Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi lain seperti
Taurat, Zabur, dan Injil tidak termasuk Alquran.
2. Kalam Allah tersebut diturunkan melalui perantara malaikat Jibril AS. Dengan
demikian, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara
langsung maupun dengan perantara malaikat yang lain tidak pula termasuk Alquran.
3. Kalam Allah yang termasuk Alquran ini apabila dibaca, bacaan tersebut merupakan
ibadah bagi orang yang membacanya. Artinya salah satu ciri khas Alquran adalah
dengan membacanya saja, maka si pembaca akan mendapat pahala dari Allah.
Sebab, membaca Alquran termasuk Ibadah yang disyariatkan. Bahkan sholat saja,
tidak akan sah apabila surat al-Fatihah yang menjadi Ummu Alquran, tidak dibaca
di dalamnya walaupun sebelumnya telah dibaca berbagai macam zikir dan doa.
D. Nama-nama Alquran
Alquran adalah nama yang dipakai untuk menyebut kalamullah yang diturunkan
dalam bahasa Arab oleh malaikat Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad SAW. Pemakaian
nama ini, banyak dijumpai dalam alquran, antara lain seperti yang disebut di surat
Thaha ayat 2-3
Selain itu Alquran masih mempunyai beberapa buah nama lagi, dan yang cukup
terkenal adalah :
1. Al-Kitab yang berarti tulisan atau yang ditulis
2. Al-Zikr yang berarti peringatan
3. Al-Furqan yang berarti pemisah
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an ii
BAB II
BAGIAN-BAGIAN AL-QUR’AN
Alquran terdiri dari 114 bagian, yang disebut dengan surah atau biasa disebut juga dengan
surat. Setiap surat terdiri dari beberapa bagian kecil yang disebut dengan ayah atau yang
biasa juga disebut dengan ayat.
A. Klasifikasi Surat-Surat Alquran dan Nama-Namanya
Surat-surat Alquran tersebut tidak sama jumlah ayatnya dan tidak sama pula
panjang pendeknya. Bahkan, jumlah ayat pada setiap surat juga tidak dapat dijadikan
sebagai ukuran bagi kadar surat tersebut, karena ayat-ayat pun tidak pula sama panjang-
pendeknya antara yang satu dengan yang lain.
B. Jumlah Ayat
Meskipun para ulama sudah sepakat tentang jumlah surat yang terdapat di dalam
Alquran sebanyak 114 buah, mereka tidak sepakat lagi tentang jumlah ayatnya.
Menurut hasil hitungan para ulama Bashrah, jumlah seluruh ayat Alquran adalah 6205
buah. Menurut ulama Madinah, sebanyak 6214 buah. Menurut para ulama Mekkah,
sebanyak 6220 buah. Menurut ulama Syam, sebanyak 6226 buah. Menurut ulama
Kufah, sebanyak 6236 buah.
Munculnya perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh perbedaan-perbedaan
berikut ini. Pertama, para ulama berbeda pendapat tentang status Fatihah al-Surah
(Pembuka Surat), apakah merupakan sebuah ayat yang berdiri sendiri ataukah
merupakan bagian dari sebuah ayat. Kedua, para ulama berbeda pendapat tentang status
basmallah yang terdapat pada permulaan surat. Ketiga, para ulama berbeda pendapat
dalam menetapkan akhir dan penghabisan ayat (fashilah).
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an iii
C. Pembagian Alquran
Untuk memudahkan orang dalam membaca, kitab suci tersebut dibagi menjadi
30 bagian yang disebut juz. Juz-juz tersebut sama panjangnya. Tujuannya adalah untuk
memudahkan para pembaca dalam menyelesaikan bacaannya setiap hari sebanyak satu
juz dan dapat mengkhatamkannya dalam setiap bulannya sebanyak 30. Pada masa Nabi
Muhammad SAW pembagiannya menjadi tujuh hizb. Tujuannya adalah untuk
memudahkan para pembaca menyelesaikan bacaannya satu hizb dalam setiap hari dan
mengkhatamkannna dalam waktu yang tidak lebih dari 7 hari.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an iv
BAB III
ISI DAN KANDUNGAN ALQURAN
A. Klasifikasi Kandungan Alquran
Oleh karena fungsi Alquran adalah menjadi pedoman hidup manusia, maka isi
yang terkandung di dalamnya tidak akan lepas dari hal-hal yang ada hubungannya
dengan kehidupan mereka. Ada empat macam klasifikasi yang terkandung dalam kitab
suci Alquran yaitu :
Pertama, akidah yang wajib di imani, baik yang berkenaan dengan Allah,
malaikat, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari akhirat. Bagian pertama inilah
yang menjadi pemisah antara iman dan kafir.
Kedua, hukum-hukum yang praksis yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, baik yang muslim maupun non
muslim, dan dengan alam lingkungannya.
Ketiga, akhlak mulia, yang dapat memperbaiki kondisi perangai perorangan dan
masyarakat serta mendidik rohani seseorang dan umat menjadi pribadi-prbadi yang
luhur dan umat yang baik.
Keempat, janji akan memperoleh balasan baik yang berlipat ganda bagi orang-
orang beriman dan berbuat baik, orang-orang yang mau mencari keridaan Allah dan
mau meniti jalan yang selamat baik di dunia maupun di akhirat, dan ancaman akan
menerima hukuman yang setimpal bagi orang-orang kafir dan berbuat jahat atau
maksiat.
B. Alquran berisi petunjuk yang univerasal
Oleh karena Alquran adalah kitab suci terakhir dan untuk seluruh umat manusia,
petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya tentu saja bersifat universal, lengkap dan
mampu menghadapi tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia
sepanjang masa.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an v
BAB IV
ALQURAN ADALAH KALAM ILAHI
Alquran menurut pandangan dan keyakinan kaum Muslimin adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pandangan yang demikian sudah tentu
tidak selalu diterima oleh orang-orang yang non muslim. Sebab pada umumnya, mereka
berpendirian bahwa Alquran itu tidak lebih dari hasil karya Nabi Muhammad SWA.
Dengan terbuktinya kebenaran berita-berita yang disebutkan dalam Alquran, maka
jelaslah pada kita bahwa alquran itu tidak mungkin dibuat oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebab jika beliau yang membuatnya, bagaimana beliau dapat mengetahui hal-hal yang
masih misteri, padahal berita tentang utuhnnya jasad Fir’aun, tidak pernah diungkapkan
sebelumnya baik oleh Kitab suci terdahulu maupun dokumen-dokumen historis.
Oleh karena secara faktual Alquran bukan merupakan hasil pemikiran Nabi
Muhammad SAW dan bukan pula hasil plagiat dari kitab-kitab suci terdahulu atau
diperoleh dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka jelaslah pada kita bahwa Alquran
tersebut berasal dari Allah SWT.
Pada mulanya Alquran menantang kepada mereka yang tidak dapat mempercayai
kebenarannya berasal dari Allah, agar dapat pula menyusun sepuluh surat yang setara
dengan sepuluh surat yang terdapat di dalamnya. Tantangan tersebut dapat dibaca di surat
Hud ayat 13-14.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an vi
BAB V
PROSES TURUNNYA ALQURAN
A. Alquran Diturunkan dalam Bentuk Wahyu Matluw
Oleh karena Alquran berisi risalah Allah yang terakhir dan untuk seluruh umat
manusia, sudah semestinya pula jika kitab suci itu diturunkan dengan cara ketiga yaitu
melalui malaikat Jibril. Hikmah diturunkan Alquran memalui malaikat ini adalah untuk
meyakinkan kebenarannnya kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa yang benar-
benar pasti. Hal ini dinyatakan oleh Alquran sendiri dengan jelas di beberapa ayatnya,
antara lain seperti yang disebutkan di surat al-Syura ayat 192-195 dan surat al-Nahl,
ayat 102.
B. Alquran Diturunkan Secara Berangsur-Angsur
Jibril berulangkali turun menyampaikan ayat-ayat Alquran kepada Nabi
Muhammad SAW. Hal itu sudah sewajarnya demikian, sebab ayat-ayat Alquran
tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara berangsur-angsur sesuai
dengan keprluan yang ada. Itulah sebabnya, ayat-ayat Alquran atau surat-suratnya yang
diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus
secara penuh dan terkadang sebagiannya saja.
C. Periodesasi Turunnya Alquran
Menurut Syikh Al-Khuldlari dalam bukunya, Tarikh Tasyri, masa turunnya
Alquran yang dimulai dari tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi
Muhammad s.a.w. hingga akhir turunnya ayat pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke 63 dari
usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian dibagi oleh
para ulama menjadi dua periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
Periode Mekkah dimulai ketika Nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-
ayat Alquran pada tanggal 17 Ramadhan, tahun ke 41 dari kelahiran beliau hingga awal
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an vii
Rabi’al-awwal tahun ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah
meninggalkan Mekkah menuju Madinah.
Periode Madinah dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW berhijrah ke
Madinah dan menetap di sana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada tanggal 9
Zulhijjah tahun ke 63 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode Mekkah selama
12 tahun 5 bulan 13 hari dan periode Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari.
Selama periode Mekkah sebanyak 19/30 Alquran telah diturunkan dan selama
periode Madinah hanya 11/30 nya. Surat-surat dan ayat-ayat yang diturunkan selama
periode Mekkah disebut surat-surat dan ayat-ayat Makkiyah, sedangkan surat-surat atau
ayat-ayat yang diturunkan selama periode Madinah meski tidak persis turun di Madinah
disebut surat-surat atau ayat-ayat Madaniyah.
D. Hikmah Diturunkannya Alquran Secara Berangsur-Angsur
Diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur telah memberikan beberapa
hikmah yang besar sekali kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Hikmah
yang pertama adalah untuk memperkuat hati Nabi Muhammad SAW sendiri. Hikmah
yang kedua adalah untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam
menyimak, mempelajari, memahami dan menghafalkan Alquran, sebab sebagaimana
diketahui bahwa pada umumnya para sahabat adalah orang-orang yang masih ummi
(buta huruf), tidak bisa menulis dan membaca.
Hikmah ketiga, agar ayat-ayat Alquran yang diturunkan selalu sesuia dengan
situasi, kondisi dan perkembangan kaum Muslim sehingga ajaran-ajaran dan
perubahan-perubahan yang dibawanya tidak menimbulkan rasa anti pati dan
kegoncangan dalam masyarakat Islam yang baru tumbuh itu.
Hikmah keempat, agar ayat-ayat Alquran yang diturunkan dapat diterima dan
dihayati oleh para sahabat secara lebih mendalam. Seperti yang dimaklumi bahwa ayat-
ayat Alquran itu ada yang diturunkan untuk menjawab suatu pernyataan atau
menanggapi suatu kasus dan peristiwa.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an viii
E. Alquran Diturunkan dalam Tujuh Harf
Alquran di samping diturunkan dalam bentuk wahyu matluw dan secara
berangsur-angsur, juga diturunkan dalm tujuh harf. Hal ini telah dinyatakan dalam
beberapa hadist shahih yang diriwayatkan oleh lebih dari 20 orang sahabat melalui 46
sanad. Adapun yang dimaksud dengan perbedaan dalam tujuh harf adalah perbedaan
yang mencakup perbedaan dealek, dan perbedaan pengucapan sesuatu huruf atau kata
sebagai akibat dari perbedaan suku, bangsa, atau etnis, usia, dan pendidikan.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an ix
BAB VI
ALQURAN PADA MASA NABI MUHAMMAD S.A.W.
A. Semua Ayat Alquran Telah Dihafal oleh Para Sahabat
1. Para sahabat yang umumnya adalah orang-orang Arab murni itu menyadari betul
akan kemampuan ingatan mereka yang menakjubkan tersebut. Kemampuan mereka
itu, kemudian mereka manfaatkan untuk memelihara otentisitas Alquran. Kerana itu
setiap kali mereka menerima ayat-ayat Alquran, baik yang langsung dari Rasulullah
SAW maupun para sahabat yang lain, mereka segera mempelajari dan
menghapalnya dengan sebaik-baiknya.
B. Semua Ayat Alquran Telah Ditulis oleh Para Sahabat
Disamping telah menyuruh dan mendorong minat para sahabat untuk menghapal
Alquran, Rasulullah SAW juga telah menyuruh mereka menuliskan ayat-ayat dari kitab
suci itu ke atas benda apa saja yang bisa ditulisi, seperti pelepah tamar, kepengin batu,
potongan kayu, sobekan kain, keratan tulang, dan lembaran kulit binatang yang sudah
disamak.
Semua ayat Alquran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW telah
ditulis oleh para penulis wahyu sebagaimana yang telah didiktikan beliau kepada
mereka, tanpa mengalami perubahan sedikit pun.
C. Semua Ayat dan Surat Alquran Telah Disusun Seperti Sekarang ini
Untuk menjaga kemurnian Alquran, maka Rasulullah SAW tidak hanya
menyuruh para sahabat menghapal dan menuliskann ayat-ayat Alquran secara utuh,
tetapi juga sekaligus menetapkan ayat-ayat Alquran pada suratnya masing-masing.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an x
BAB VII
ALQURAN PADA MASA ABU BAKAR DAN UMAR RA
Belum setahun setelah Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah
telah terjadi peperangan sengit di Yumamah antara kaum Muslim di satu pihak dan para
pengikut Musailamah al-Kazaab ( si pembohong) di pihak lain. Mengingat akibat dari
peristiwa tersebut, khususnya yang berkenaan dengan banyaknya para qari dan hafizh
Alquran yang syahid di peperangan itu telah menimbulkan kekuatiran pada Umar ibn
al-Khaththab akan banyak lagi para qari dan hafizh Alquran yang syahid atau wafat,
baik dalam peperangan maupun lainnya. Dalam pandangan Umar, dengan banyaknya
para qari dan hafizh Alquran yang wafat akan membawa implikasi pula kepada
banyaknya Alquran yang hilang. Karena dilatarbelakangi kekuatiran tersebut, Umar
kemudian menyampaikan ide untuk mengumpulkan Alquran kepada Khalifah Abu
Bakar.
Menurut riwayat, khalifah menunjuk Zaid untuk melaksanakan pengumpulan
Alquran itu, karena empat alasan. Pertama, ia seorang pemuda. Sebagai seorang
pemuda tentu saja ia memliliki tenaga yang lebih prima daripada tenaga yang dimiliki
para sahabat yang lebih senior. Kedua, ia adalah seorang yang cerdas dan kecerdasan
yang dimilikinya itu telah diketahui oleh para sahabat. Ketiga, ia seorang terpercaya dan
amanah. Keempat, di samping hafal seluruh isi Alquran, Zaid juga adalah penulis
wahyu Alquran yang paling banyak dibanding dengan para sahabat yang lain.
Menurut riwayat, tugas pengumpulan Alquran itu dilaksanakan oleh Zaid dalam
dua tahap. Tahap pertama, meneliti Alquran secara seksama. Tahap kedua,
mengumpulkan hasil penelitian tersebut. Untuk meringankan tugas Zaid ini, maka Abu
Bakar telah pula menunjuk beberapa orang sahabat untuk membantunya. Merka itu
adalah Ubai ibn Ka’ab, Ali Ibn Abi Thalib, Umar bin Khaththab, ‘Utsman ibn Affan,
yang semuanya adalah para penulis wahyu dan orang-orang yang hafal Alquran. Agar
kumpulan Alquran, hasil kerja panitia yang diketuai Zaid ini dapat dijamin
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xi
otensitasnya, maka panitia dalam melaksanakan tugasnya telah mengikuti cara yang
sangat teliti sekali.
Pertama, yang diteliti dan dikumpulkan, hanyalah catatan-catatan Alquran yang
asli dan telah ditulis di hadapan Rasulullah SAW, bukan yang berasal dari hafalan saja.
Kedua, catatan-catatan Alquran tersebut harus dibuktikan kebenarannya oleh dua orang
saksi.
Sebenarnya Zaid bukannlah orang yang pertama kali mengumpulkan Alquran
dalam sebuah mushhaf. Sebab sebelum dia melaksanakan tugasnya, bahkan sebelum
Umar mengusulkan ide pengumpulan Alquran itu kepada Khalifah Abu Bakar,
beberapa orang sahabat telah mengupayakan atas inisiatif sendiri. Meraka adalah, Ali
bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, Ibn Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan Alquran yang
dikerjakan Zaid adalah pengumpulan resmi dari khalifah. Karena itu, mushhaf Alquran
yang terbit dari hasil kerjanya itu akan menjadi mushhaf resmi dan rujukan bagi seluruh
kaum muslimin.
Berkat kerja keras Zaid dan para sahabat yang membantunya dalam
mengumpulkan Alquran, maka dalam waktu kurang satu tahun terwujudlah sudah
mushhaf yang direncanakan dengan isinya yang masih otentik, tanpa ada tambahan,
kekurangan, atau perubahan, dan juga sesuai dengan yang telah dibacakan oleh
Rasulullah SAW.
Setelah Khalifah Abu Bakar RA wafat pada tahun 13 H, maka yang
menggantikannya adalah Umar ibn Khathathab RA. Mushhaf Alquran yang sebelumnya
disimpan oleh Abu Bakar, kini disimpan oleh Umar. Perhatian Umar terhadap Alquran
diarahkan pada aspek pengejarannya secara merata ke seluruh negeri Islam dan
pengawasan terhadap qiraat yang dipakai oleh kaum Muslim dalam membaca Alquran
agar tidak menyimpang dari semestinya dan tidak keluar dari batas tujuh huruf yang
telah diizinkan Rasulullah SAW.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xii
BAB VIII
ALQURAN PADA MASA ‘UTSMAN R.A
Pengumpulan Alquran pada masa ‘Utsman adalah mengumpulkan Alquran dalam bentuk
menstandarisasikan (menyeregamkan) bacaan kaum muslim kepada satu bacaan Alquran
yang resmi.
Dari beberapa riwayat, dapat disimpulkan bahwa motivasi pengumpulan
Alquran pada masa Ustman adalah untuk menghilangkan perselisihan dan
menyeragamkan pembacaan Alquran di kalangan kaum Muslim pada satu harf.
Ada beberaoa langkah yang telah ditempuh oleh Khalifah ‘Utsman untuk
merealisasikan ide penyeragaman mushhaf Alquran. Pertama, meminjam mushhaf
resmi yang telah dikerjakan oleh Zaid pada masa Abu Bakar kepada Hafsah untuk di
salin ke dalam beberapa mushhaf. Kedua, membentuk sebuah panitia yang terdiri atas
empat orang, yaitu Ketua Adalah Zaid ibn Tsabit, dan anggota-anggotanya sebanyak
tiga orang yaitu Abdullah ibn al-Zubair, Sa’id ibn Al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harist
ibn Hisyam. Ketiga, setelah panitia selesai melaksanakan tugas-tugasnya, maka
mushhaf-mushhaf yang telah diselesaikan oleh panitia itu dikirim ke berbagai pusat
negeri Islam. Keempat, memerintahkan kepada kaum Muslim di seluruh negeri Islam
untuk membakar semua mushhaf dan catatan-catatan Alquran yang tidak sesuai dengan
mushhaf imam yang telah mereka terima.
Setelah mushhaf-mushhaf imam yang dikirim Khalifah ‘Utsman sampai ke
negeri-negeri Islam yang dituju, maka kaum Muslim di sana dapat menerimanya seperti
yang diharapkan, kecuali kaum Muslim Kufah yang masih tetap mempertahankan
mushhaf Ibn Mas’ud.
Menurut sebuah riwayat dari Mash’ab ibn Sa’ad bahwa tatkala Khalifah
‘Utsman menyuruh membakar semua mushhaf dan catatan-catatan Alquran yang tidak
resmi, beliau menjumpai banyak sahabat yang merasa puas dengan tindakan itu, dan
tidak ada seorang pun di antara mereka yang tidak menyetujuinya.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xiii
Sehubungan dengan penyeragaman qiraat Alquran yang dilaksanakan oleh
Khalifah “Utsman untuk menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan tepat sekali
dan sekaligus pula tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW yang mengizinkan
para sahabat untuk membaca Alquran dengan menggunakan logat mereka sendiri
meskipun bukan logat Quraisy.
Selama pelaksanaan menyalin mushhaf, tidak terdapat perselisihan antara Zaid
dan para anggota panitia yang lain, kecuali perbedaan kecil dalam mengucapkan dan
menulis sebuah lafal, sedangkan pengertianya tidak mengalami perubahan. Dengan
demikian, penyalinan mashaf ‘Utsmani ini dilaksanakan dengan teliti sekali dan tidak
pernah menyimpang dari mushhaf resmi yang dihimpun pada masa Abu Bakar walau
sekecil apa pun.
Tulisan yang dipakai oleh panitia dalam menulis mushhaf imam dan
menggandakannya adalah juga tulisan yang dipakai dalam menulis Alquran pada zaman
Rasulullah SAW, yaitu tulisan Kufi, yang tidak menggunakan titik dan baris. Adapun
bentuk yang dipakai oleh para sahabat dalam menulis ayat-ayat Alquran di dalam
mushhaf ‘Utsmani itulah yang dinamai rasm ‘Utsmani. Bentuk tulisan yang
membedakannnya dari tulisan imlai adalah antara lain berupa hazf, ziyadah, hamzah,
badal, fashl, dan washal.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xiv
BAB IX
ALQURAN PADA MASA PASCA ‘UTSMAN R.A.
A. Penulisan Alquran Disertai Pemberian Titik dan Tanda Baca
Perubahan dan penyempurnaan tulisan dan tanda baca Alquran baru terwujud
secara tuntas melalui upaya seorang pakar tata bahasa Arab yang termasyhur, al-Khalil
bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 h.). Namun dalam perkembangan selanjutnya, tanda-
tanda yang dibuat oleh al-Khalil tersebut menemui bentuknya yang lebih sederhana
lagi. Untuk fathah dan katsrah tidak lagi digunakan huruf alif dan ya kecil, melainkan
cukup dengan garis lurus miring dan pendek seperti sekarang ini, sedangkan untuk
dlammah tidak lagi digunakan huruf waw secara utuh, tapi lengkungan bulat yang ada
pada bagian kepalanya saja lagi yang dipakai.
B. Qiraat Yang Sah telah Dibukukan
Kendati di antara qiraat tujuh terdapat perbedaan bunyi bacaan, perebdaan
tersebut tidak mengubah pengertian. Jika sampai juga mengubah pengertian, perubahan
tersebut tidak sampai melahirkan pengertian-pengertian yang saling bertentangan,
sedangakan yang demikian itu menurut para ulama masih dalam batas-batas yang
diizinkan. Dengan sudah dibukukannya qiraat tujuh, qiraat yang paling sah, maka
terhindarlah Alquran dari bacaan yang tidak berasal dari Rasulullah SAW.
C. Alquran telah dicetak
Dengan sudah dibukukannya teks Al-Quran secara utuh dan dibukukannya
qiraat-qiraat yang paling sah, lebih-lebih lagi setelah kitab suci tersebut dicetak dan
dikomputerisasikan dalam jumlah yang besar, maka otentisitas Alquran selalu
terpelihara sepanjang masa.
Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xv