Pendidikan al quran

22
BAB I PENGERTIAN POKOK TENTANG AL-QUR’AN A. Alquran menurut Bahasa Di kalangan para ulama dan pakar bahasa Arab, tidak ada kesepakatan tentang ucapan, asal pengambilan dan arti kata Alquran. Menurut al-Syafi’i, kata Alquran adalah nama asli dan tidak pernah dipungut dari kata lain. Kata tersebut khusus dipakai untuk menjadi nama firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut al- Farra, kata Alquran berasal dari kata al-qaea’in jamak dari qaraniah yang berarti kawan, sebab ayat-ayat yang terdapat di dalamnya saling membenarkan dan menjadi kawan antara satu dengan yang lain. Menurut al-Lihyaini, kata Alquran berasal dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan arti maqru yang dalam bahasa Indonesia berarti yang dibaca atau bacaan. Menurut Shubhi Shalih, dari semua pendapat di atas, hanya penadapat al-Lihyani yang dipandang paling kuat dan itulah sebabnya diterima oleh jumhur (mayoritas) ulama. Dikatakan demikian, karena Alquran sendiri telah pula mempergunakan kata Qur’an tanpa al dengan bacaan. Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an i

description

malakah tentang isi dan kandungan alquran

Transcript of Pendidikan al quran

Page 1: Pendidikan al quran

BAB I

PENGERTIAN POKOK TENTANG AL-QUR’AN

A. Alquran menurut Bahasa

Di kalangan para ulama dan pakar bahasa Arab, tidak ada kesepakatan tentang

ucapan, asal pengambilan dan arti kata Alquran. Menurut al-Syafi’i, kata Alquran

adalah nama asli dan tidak pernah dipungut dari kata lain. Kata tersebut khusus dipakai

untuk menjadi nama firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Menurut al-Farra, kata Alquran berasal dari kata al-qaea’in jamak dari qaraniah yang

berarti kawan, sebab ayat-ayat yang terdapat di dalamnya saling membenarkan dan

menjadi kawan antara satu dengan yang lain. Menurut al-Lihyaini, kata Alquran berasal

dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dengan padanan kata fu’lan, namun dengan

arti maqru yang dalam bahasa Indonesia berarti yang dibaca atau bacaan.

Menurut Shubhi Shalih, dari semua pendapat di atas, hanya penadapat al-

Lihyani yang dipandang paling kuat dan itulah sebabnya diterima oleh jumhur

(mayoritas) ulama. Dikatakan demikian, karena Alquran sendiri telah pula

mempergunakan kata Qur’an tanpa al dengan bacaan.

B. Definisi Alquran

Alquran menurut istilah juga telah melahirkan berbagai definisi. Misalnya, Prof.

Dr. Syekh Mahmud Syaltut mendefinisikan Alquran dengan “Lafal Arab yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan disampaikan kepada kita secara

mutawir.”

Menurut Dr, Muhamad Shubhi Shalih, Alquran ialah :

“Kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentangnya) yang

diturunkan kepada Nabi (Muhammad) SAW, yang tertulis dalam mashaf, yang

disampaikan (kepada kita) secara mutawatir dan membacanya dianggap ibadah.”

Selain definisi-definisi di atas, masih terdapat beberapa definisi lagi. Banyaknya

definisi Alquran adalah wajar, sebab untuk merumuskan suatu definisi Alquran yang

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an i

Page 2: Pendidikan al quran

dapat mencakup semua pengertian, sifat dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa

patah kata sulit sekali.

C. Sifat-sifat essensial bagi Alquran

Sifat-sifat khas yang membedakan Alquran dengan kitab suci yang lain adalah :

1. Alquran adalah kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad

SAW. Dengan demikian kalah Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi lain seperti

Taurat, Zabur, dan Injil tidak termasuk Alquran.

2. Kalam Allah tersebut diturunkan melalui perantara malaikat Jibril AS. Dengan

demikian, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara

langsung maupun dengan perantara malaikat yang lain tidak pula termasuk Alquran.

3. Kalam Allah yang termasuk Alquran ini apabila dibaca, bacaan tersebut merupakan

ibadah bagi orang yang membacanya. Artinya salah satu ciri khas Alquran adalah

dengan membacanya saja, maka si pembaca akan mendapat pahala dari Allah.

Sebab, membaca Alquran termasuk Ibadah yang disyariatkan. Bahkan sholat saja,

tidak akan sah apabila surat al-Fatihah yang menjadi Ummu Alquran, tidak dibaca

di dalamnya walaupun sebelumnya telah dibaca berbagai macam zikir dan doa.

D. Nama-nama Alquran

Alquran adalah nama yang dipakai untuk menyebut kalamullah yang diturunkan

dalam bahasa Arab oleh malaikat Jibril a.s. kepada Nabi Muhammad SAW. Pemakaian

nama ini, banyak dijumpai dalam alquran, antara lain seperti yang disebut di surat

Thaha ayat 2-3

Selain itu Alquran masih mempunyai beberapa buah nama lagi, dan yang cukup

terkenal adalah :

1. Al-Kitab yang berarti tulisan atau yang ditulis

2. Al-Zikr yang berarti peringatan

3. Al-Furqan yang berarti pemisah

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an ii

Page 3: Pendidikan al quran

BAB II

BAGIAN-BAGIAN AL-QUR’AN

Alquran terdiri dari 114 bagian, yang disebut dengan surah atau biasa disebut juga dengan

surat. Setiap surat terdiri dari beberapa bagian kecil yang disebut dengan ayah atau yang

biasa juga disebut dengan ayat.

A. Klasifikasi Surat-Surat Alquran dan Nama-Namanya

Surat-surat Alquran tersebut tidak sama jumlah ayatnya dan tidak sama pula

panjang pendeknya. Bahkan, jumlah ayat pada setiap surat juga tidak dapat dijadikan

sebagai ukuran bagi kadar surat tersebut, karena ayat-ayat pun tidak pula sama panjang-

pendeknya antara yang satu dengan yang lain.

B. Jumlah Ayat

Meskipun para ulama sudah sepakat tentang jumlah surat yang terdapat di dalam

Alquran sebanyak 114 buah, mereka tidak sepakat lagi tentang jumlah ayatnya.

Menurut hasil hitungan para ulama Bashrah, jumlah seluruh ayat Alquran adalah 6205

buah. Menurut ulama Madinah, sebanyak 6214 buah. Menurut para ulama Mekkah,

sebanyak 6220 buah. Menurut ulama Syam, sebanyak 6226 buah. Menurut ulama

Kufah, sebanyak 6236 buah.

Munculnya perbedaan pendapat tersebut disebabkan oleh perbedaan-perbedaan

berikut ini. Pertama, para ulama berbeda pendapat tentang status Fatihah al-Surah

(Pembuka Surat), apakah merupakan sebuah ayat yang berdiri sendiri ataukah

merupakan bagian dari sebuah ayat. Kedua, para ulama berbeda pendapat tentang status

basmallah yang terdapat pada permulaan surat. Ketiga, para ulama berbeda pendapat

dalam menetapkan akhir dan penghabisan ayat (fashilah).

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an iii

Page 4: Pendidikan al quran

C. Pembagian Alquran

Untuk memudahkan orang dalam membaca, kitab suci tersebut dibagi menjadi

30 bagian yang disebut juz. Juz-juz tersebut sama panjangnya. Tujuannya adalah untuk

memudahkan para pembaca dalam menyelesaikan bacaannya setiap hari sebanyak satu

juz dan dapat mengkhatamkannya dalam setiap bulannya sebanyak 30. Pada masa Nabi

Muhammad SAW pembagiannya menjadi tujuh hizb. Tujuannya adalah untuk

memudahkan para pembaca menyelesaikan bacaannya satu hizb dalam setiap hari dan

mengkhatamkannna dalam waktu yang tidak lebih dari 7 hari.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an iv

Page 5: Pendidikan al quran

BAB III

ISI DAN KANDUNGAN ALQURAN

A. Klasifikasi Kandungan Alquran

Oleh karena fungsi Alquran adalah menjadi pedoman hidup manusia, maka isi

yang terkandung di dalamnya tidak akan lepas dari hal-hal yang ada hubungannya

dengan kehidupan mereka. Ada empat macam klasifikasi yang terkandung dalam kitab

suci Alquran yaitu :

Pertama, akidah yang wajib di imani, baik yang berkenaan dengan Allah,

malaikat, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari akhirat. Bagian pertama inilah

yang menjadi pemisah antara iman dan kafir.

Kedua, hukum-hukum yang praksis yang mengatur hubungan manusia dengan

Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, baik yang muslim maupun non

muslim, dan dengan alam lingkungannya.

Ketiga, akhlak mulia, yang dapat memperbaiki kondisi perangai perorangan dan

masyarakat serta mendidik rohani seseorang dan umat menjadi pribadi-prbadi yang

luhur dan umat yang baik.

Keempat, janji akan memperoleh balasan baik yang berlipat ganda bagi orang-

orang beriman dan berbuat baik, orang-orang yang mau mencari keridaan Allah dan

mau meniti jalan yang selamat baik di dunia maupun di akhirat, dan ancaman akan

menerima hukuman yang setimpal bagi orang-orang kafir dan berbuat jahat atau

maksiat.

B. Alquran berisi petunjuk yang univerasal

Oleh karena Alquran adalah kitab suci terakhir dan untuk seluruh umat manusia,

petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya tentu saja bersifat universal, lengkap dan

mampu menghadapi tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia

sepanjang masa.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an v

Page 6: Pendidikan al quran

BAB IV

ALQURAN ADALAH KALAM ILAHI

Alquran menurut pandangan dan keyakinan kaum Muslimin adalah kalam Allah

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pandangan yang demikian sudah tentu

tidak selalu diterima oleh orang-orang yang non muslim. Sebab pada umumnya, mereka

berpendirian bahwa Alquran itu tidak lebih dari hasil karya Nabi Muhammad SWA.

Dengan terbuktinya kebenaran berita-berita yang disebutkan dalam Alquran, maka

jelaslah pada kita bahwa alquran itu tidak mungkin dibuat oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebab jika beliau yang membuatnya, bagaimana beliau dapat mengetahui hal-hal yang

masih misteri, padahal berita tentang utuhnnya jasad Fir’aun, tidak pernah diungkapkan

sebelumnya baik oleh Kitab suci terdahulu maupun dokumen-dokumen historis.

Oleh karena secara faktual Alquran bukan merupakan hasil pemikiran Nabi

Muhammad SAW dan bukan pula hasil plagiat dari kitab-kitab suci terdahulu atau

diperoleh dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka jelaslah pada kita bahwa Alquran

tersebut berasal dari Allah SWT.

Pada mulanya Alquran menantang kepada mereka yang tidak dapat mempercayai

kebenarannya berasal dari Allah, agar dapat pula menyusun sepuluh surat yang setara

dengan sepuluh surat yang terdapat di dalamnya. Tantangan tersebut dapat dibaca di surat

Hud ayat 13-14.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an vi

Page 7: Pendidikan al quran

BAB V

PROSES TURUNNYA ALQURAN

A. Alquran Diturunkan dalam Bentuk Wahyu Matluw

Oleh karena Alquran berisi risalah Allah yang terakhir dan untuk seluruh umat

manusia, sudah semestinya pula jika kitab suci itu diturunkan dengan cara ketiga yaitu

melalui malaikat Jibril. Hikmah diturunkan Alquran memalui malaikat ini adalah untuk

meyakinkan kebenarannnya kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa yang benar-

benar pasti. Hal ini dinyatakan oleh Alquran sendiri dengan jelas di beberapa ayatnya,

antara lain seperti yang disebutkan di surat al-Syura ayat 192-195 dan surat al-Nahl,

ayat 102.

B. Alquran Diturunkan Secara Berangsur-Angsur

Jibril berulangkali turun menyampaikan ayat-ayat Alquran kepada Nabi

Muhammad SAW. Hal itu sudah sewajarnya demikian, sebab ayat-ayat Alquran

tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara berangsur-angsur sesuai

dengan keprluan yang ada. Itulah sebabnya, ayat-ayat Alquran atau surat-suratnya yang

diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus

secara penuh dan terkadang sebagiannya saja.

C. Periodesasi Turunnya Alquran

Menurut Syikh Al-Khuldlari dalam bukunya, Tarikh Tasyri, masa turunnya

Alquran yang dimulai dari tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi

Muhammad s.a.w. hingga akhir turunnya ayat pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke 63 dari

usia beliau, tidak kurang dari 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa ini kemudian dibagi oleh

para ulama menjadi dua periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.

Periode Mekkah dimulai ketika Nabi Muhammad pertama kali menerima ayat-

ayat Alquran pada tanggal 17 Ramadhan, tahun ke 41 dari kelahiran beliau hingga awal

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an vii

Page 8: Pendidikan al quran

Rabi’al-awwal tahun ke 54 dari kelahiran beliau, yaitu sewaktu beliau akan berhijrah

meninggalkan Mekkah menuju Madinah.

Periode Madinah dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW berhijrah ke

Madinah dan menetap di sana sampai dengan turunnya ayat terakhir pada tanggal 9

Zulhijjah tahun ke 63 dari kelahiran beliau. Dengan demikian, periode Mekkah selama

12 tahun 5 bulan 13 hari dan periode Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari.

Selama periode Mekkah sebanyak 19/30 Alquran telah diturunkan dan selama

periode Madinah hanya 11/30 nya. Surat-surat dan ayat-ayat yang diturunkan selama

periode Mekkah disebut surat-surat dan ayat-ayat Makkiyah, sedangkan surat-surat atau

ayat-ayat yang diturunkan selama periode Madinah meski tidak persis turun di Madinah

disebut surat-surat atau ayat-ayat Madaniyah.

D. Hikmah Diturunkannya Alquran Secara Berangsur-Angsur

Diturunkannya Alquran secara berangsur-angsur telah memberikan beberapa

hikmah yang besar sekali kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Hikmah

yang pertama adalah untuk memperkuat hati Nabi Muhammad SAW sendiri. Hikmah

yang kedua adalah untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam

menyimak, mempelajari, memahami dan menghafalkan Alquran, sebab sebagaimana

diketahui bahwa pada umumnya para sahabat adalah orang-orang yang masih ummi

(buta huruf), tidak bisa menulis dan membaca.

Hikmah ketiga, agar ayat-ayat Alquran yang diturunkan selalu sesuia dengan

situasi, kondisi dan perkembangan kaum Muslim sehingga ajaran-ajaran dan

perubahan-perubahan yang dibawanya tidak menimbulkan rasa anti pati dan

kegoncangan dalam masyarakat Islam yang baru tumbuh itu.

Hikmah keempat, agar ayat-ayat Alquran yang diturunkan dapat diterima dan

dihayati oleh para sahabat secara lebih mendalam. Seperti yang dimaklumi bahwa ayat-

ayat Alquran itu ada yang diturunkan untuk menjawab suatu pernyataan atau

menanggapi suatu kasus dan peristiwa.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an viii

Page 9: Pendidikan al quran

E. Alquran Diturunkan dalam Tujuh Harf

Alquran di samping diturunkan dalam bentuk wahyu matluw dan secara

berangsur-angsur, juga diturunkan dalm tujuh harf. Hal ini telah dinyatakan dalam

beberapa hadist shahih yang diriwayatkan oleh lebih dari 20 orang sahabat melalui 46

sanad. Adapun yang dimaksud dengan perbedaan dalam tujuh harf adalah perbedaan

yang mencakup perbedaan dealek, dan perbedaan pengucapan sesuatu huruf atau kata

sebagai akibat dari perbedaan suku, bangsa, atau etnis, usia, dan pendidikan.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an ix

Page 10: Pendidikan al quran

BAB VI

ALQURAN PADA MASA NABI MUHAMMAD S.A.W.

A. Semua Ayat Alquran Telah Dihafal oleh Para Sahabat

1. Para sahabat yang umumnya adalah orang-orang Arab murni itu menyadari betul

akan kemampuan ingatan mereka yang menakjubkan tersebut. Kemampuan mereka

itu, kemudian mereka manfaatkan untuk memelihara otentisitas Alquran. Kerana itu

setiap kali mereka menerima ayat-ayat Alquran, baik yang langsung dari Rasulullah

SAW maupun para sahabat yang lain, mereka segera mempelajari dan

menghapalnya dengan sebaik-baiknya.

B. Semua Ayat Alquran Telah Ditulis oleh Para Sahabat

Disamping telah menyuruh dan mendorong minat para sahabat untuk menghapal

Alquran, Rasulullah SAW juga telah menyuruh mereka menuliskan ayat-ayat dari kitab

suci itu ke atas benda apa saja yang bisa ditulisi, seperti pelepah tamar, kepengin batu,

potongan kayu, sobekan kain, keratan tulang, dan lembaran kulit binatang yang sudah

disamak.

Semua ayat Alquran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW telah

ditulis oleh para penulis wahyu sebagaimana yang telah didiktikan beliau kepada

mereka, tanpa mengalami perubahan sedikit pun.

C. Semua Ayat dan Surat Alquran Telah Disusun Seperti Sekarang ini

Untuk menjaga kemurnian Alquran, maka Rasulullah SAW tidak hanya

menyuruh para sahabat menghapal dan menuliskann ayat-ayat Alquran secara utuh,

tetapi juga sekaligus menetapkan ayat-ayat Alquran pada suratnya masing-masing.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an x

Page 11: Pendidikan al quran

BAB VII

ALQURAN PADA MASA ABU BAKAR DAN UMAR RA

Belum setahun setelah Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah

telah terjadi peperangan sengit di Yumamah antara kaum Muslim di satu pihak dan para

pengikut Musailamah al-Kazaab ( si pembohong) di pihak lain. Mengingat akibat dari

peristiwa tersebut, khususnya yang berkenaan dengan banyaknya para qari dan hafizh

Alquran yang syahid di peperangan itu telah menimbulkan kekuatiran pada Umar ibn

al-Khaththab akan banyak lagi para qari dan hafizh Alquran yang syahid atau wafat,

baik dalam peperangan maupun lainnya. Dalam pandangan Umar, dengan banyaknya

para qari dan hafizh Alquran yang wafat akan membawa implikasi pula kepada

banyaknya Alquran yang hilang. Karena dilatarbelakangi kekuatiran tersebut, Umar

kemudian menyampaikan ide untuk mengumpulkan Alquran kepada Khalifah Abu

Bakar.

Menurut riwayat, khalifah menunjuk Zaid untuk melaksanakan pengumpulan

Alquran itu, karena empat alasan. Pertama, ia seorang pemuda. Sebagai seorang

pemuda tentu saja ia memliliki tenaga yang lebih prima daripada tenaga yang dimiliki

para sahabat yang lebih senior. Kedua, ia adalah seorang yang cerdas dan kecerdasan

yang dimilikinya itu telah diketahui oleh para sahabat. Ketiga, ia seorang terpercaya dan

amanah. Keempat, di samping hafal seluruh isi Alquran, Zaid juga adalah penulis

wahyu Alquran yang paling banyak dibanding dengan para sahabat yang lain.

Menurut riwayat, tugas pengumpulan Alquran itu dilaksanakan oleh Zaid dalam

dua tahap. Tahap pertama, meneliti Alquran secara seksama. Tahap kedua,

mengumpulkan hasil penelitian tersebut. Untuk meringankan tugas Zaid ini, maka Abu

Bakar telah pula menunjuk beberapa orang sahabat untuk membantunya. Merka itu

adalah Ubai ibn Ka’ab, Ali Ibn Abi Thalib, Umar bin Khaththab, ‘Utsman ibn Affan,

yang semuanya adalah para penulis wahyu dan orang-orang yang hafal Alquran. Agar

kumpulan Alquran, hasil kerja panitia yang diketuai Zaid ini dapat dijamin

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xi

Page 12: Pendidikan al quran

otensitasnya, maka panitia dalam melaksanakan tugasnya telah mengikuti cara yang

sangat teliti sekali.

Pertama, yang diteliti dan dikumpulkan, hanyalah catatan-catatan Alquran yang

asli dan telah ditulis di hadapan Rasulullah SAW, bukan yang berasal dari hafalan saja.

Kedua, catatan-catatan Alquran tersebut harus dibuktikan kebenarannya oleh dua orang

saksi.

Sebenarnya Zaid bukannlah orang yang pertama kali mengumpulkan Alquran

dalam sebuah mushhaf. Sebab sebelum dia melaksanakan tugasnya, bahkan sebelum

Umar mengusulkan ide pengumpulan Alquran itu kepada Khalifah Abu Bakar,

beberapa orang sahabat telah mengupayakan atas inisiatif sendiri. Meraka adalah, Ali

bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, Ibn Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan Alquran yang

dikerjakan Zaid adalah pengumpulan resmi dari khalifah. Karena itu, mushhaf Alquran

yang terbit dari hasil kerjanya itu akan menjadi mushhaf resmi dan rujukan bagi seluruh

kaum muslimin.

Berkat kerja keras Zaid dan para sahabat yang membantunya dalam

mengumpulkan Alquran, maka dalam waktu kurang satu tahun terwujudlah sudah

mushhaf yang direncanakan dengan isinya yang masih otentik, tanpa ada tambahan,

kekurangan, atau perubahan, dan juga sesuai dengan yang telah dibacakan oleh

Rasulullah SAW.

Setelah Khalifah Abu Bakar RA wafat pada tahun 13 H, maka yang

menggantikannya adalah Umar ibn Khathathab RA. Mushhaf Alquran yang sebelumnya

disimpan oleh Abu Bakar, kini disimpan oleh Umar. Perhatian Umar terhadap Alquran

diarahkan pada aspek pengejarannya secara merata ke seluruh negeri Islam dan

pengawasan terhadap qiraat yang dipakai oleh kaum Muslim dalam membaca Alquran

agar tidak menyimpang dari semestinya dan tidak keluar dari batas tujuh huruf yang

telah diizinkan Rasulullah SAW.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xii

Page 13: Pendidikan al quran

BAB VIII

ALQURAN PADA MASA ‘UTSMAN R.A

Pengumpulan Alquran pada masa ‘Utsman adalah mengumpulkan Alquran dalam bentuk

menstandarisasikan (menyeregamkan) bacaan kaum muslim kepada satu bacaan Alquran

yang resmi.

Dari beberapa riwayat, dapat disimpulkan bahwa motivasi pengumpulan

Alquran pada masa Ustman adalah untuk menghilangkan perselisihan dan

menyeragamkan pembacaan Alquran di kalangan kaum Muslim pada satu harf.

Ada beberaoa langkah yang telah ditempuh oleh Khalifah ‘Utsman untuk

merealisasikan ide penyeragaman mushhaf Alquran. Pertama, meminjam mushhaf

resmi yang telah dikerjakan oleh Zaid pada masa Abu Bakar kepada Hafsah untuk di

salin ke dalam beberapa mushhaf. Kedua, membentuk sebuah panitia yang terdiri atas

empat orang, yaitu Ketua Adalah Zaid ibn Tsabit, dan anggota-anggotanya sebanyak

tiga orang yaitu Abdullah ibn al-Zubair, Sa’id ibn Al-Ash, dan Abdurrahman ibn Harist

ibn Hisyam. Ketiga, setelah panitia selesai melaksanakan tugas-tugasnya, maka

mushhaf-mushhaf yang telah diselesaikan oleh panitia itu dikirim ke berbagai pusat

negeri Islam. Keempat, memerintahkan kepada kaum Muslim di seluruh negeri Islam

untuk membakar semua mushhaf dan catatan-catatan Alquran yang tidak sesuai dengan

mushhaf imam yang telah mereka terima.

Setelah mushhaf-mushhaf imam yang dikirim Khalifah ‘Utsman sampai ke

negeri-negeri Islam yang dituju, maka kaum Muslim di sana dapat menerimanya seperti

yang diharapkan, kecuali kaum Muslim Kufah yang masih tetap mempertahankan

mushhaf Ibn Mas’ud.

Menurut sebuah riwayat dari Mash’ab ibn Sa’ad bahwa tatkala Khalifah

‘Utsman menyuruh membakar semua mushhaf dan catatan-catatan Alquran yang tidak

resmi, beliau menjumpai banyak sahabat yang merasa puas dengan tindakan itu, dan

tidak ada seorang pun di antara mereka yang tidak menyetujuinya.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xiii

Page 14: Pendidikan al quran

Sehubungan dengan penyeragaman qiraat Alquran yang dilaksanakan oleh

Khalifah “Utsman untuk menyelamatkan kaum Muslim dari perpecahan tepat sekali

dan sekaligus pula tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW yang mengizinkan

para sahabat untuk membaca Alquran dengan menggunakan logat mereka sendiri

meskipun bukan logat Quraisy.

Selama pelaksanaan menyalin mushhaf, tidak terdapat perselisihan antara Zaid

dan para anggota panitia yang lain, kecuali perbedaan kecil dalam mengucapkan dan

menulis sebuah lafal, sedangkan pengertianya tidak mengalami perubahan. Dengan

demikian, penyalinan mashaf ‘Utsmani ini dilaksanakan dengan teliti sekali dan tidak

pernah menyimpang dari mushhaf resmi yang dihimpun pada masa Abu Bakar walau

sekecil apa pun.

Tulisan yang dipakai oleh panitia dalam menulis mushhaf imam dan

menggandakannya adalah juga tulisan yang dipakai dalam menulis Alquran pada zaman

Rasulullah SAW, yaitu tulisan Kufi, yang tidak menggunakan titik dan baris. Adapun

bentuk yang dipakai oleh para sahabat dalam menulis ayat-ayat Alquran di dalam

mushhaf ‘Utsmani itulah yang dinamai rasm ‘Utsmani. Bentuk tulisan yang

membedakannnya dari tulisan imlai adalah antara lain berupa hazf, ziyadah, hamzah,

badal, fashl, dan washal.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xiv

Page 15: Pendidikan al quran

BAB IX

ALQURAN PADA MASA PASCA ‘UTSMAN R.A.

A. Penulisan Alquran Disertai Pemberian Titik dan Tanda Baca

Perubahan dan penyempurnaan tulisan dan tanda baca Alquran baru terwujud

secara tuntas melalui upaya seorang pakar tata bahasa Arab yang termasyhur, al-Khalil

bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 h.). Namun dalam perkembangan selanjutnya, tanda-

tanda yang dibuat oleh al-Khalil tersebut menemui bentuknya yang lebih sederhana

lagi. Untuk fathah dan katsrah tidak lagi digunakan huruf alif dan ya kecil, melainkan

cukup dengan garis lurus miring dan pendek seperti sekarang ini, sedangkan untuk

dlammah tidak lagi digunakan huruf waw secara utuh, tapi lengkungan bulat yang ada

pada bagian kepalanya saja lagi yang dipakai.

B. Qiraat Yang Sah telah Dibukukan

Kendati di antara qiraat tujuh terdapat perbedaan bunyi bacaan, perebdaan

tersebut tidak mengubah pengertian. Jika sampai juga mengubah pengertian, perubahan

tersebut tidak sampai melahirkan pengertian-pengertian yang saling bertentangan,

sedangakan yang demikian itu menurut para ulama masih dalam batas-batas yang

diizinkan. Dengan sudah dibukukannya qiraat tujuh, qiraat yang paling sah, maka

terhindarlah Alquran dari bacaan yang tidak berasal dari Rasulullah SAW.

C. Alquran telah dicetak

Dengan sudah dibukukannya teks Al-Quran secara utuh dan dibukukannya

qiraat-qiraat yang paling sah, lebih-lebih lagi setelah kitab suci tersebut dicetak dan

dikomputerisasikan dalam jumlah yang besar, maka otentisitas Alquran selalu

terpelihara sepanjang masa.

Resume Mata Kuliah Pendidikan Al-Qur’an xv