Al-Quran & Perekonomian

136
AL-QUR’AN & SISTEM PEREKONOMIAN

description

Buku Al-Quran & Perekonomian, ditulis oleh Dr. H. A. Muhtadi Ridwan, M.A.

Transcript of Al-Quran & Perekonomian

Page 1: Al-Quran & Perekonomian

AL-QUR’AN &

SISTEM PEREKONOMIAN

Page 2: Al-Quran & Perekonomian
Page 3: Al-Quran & Perekonomian

AL-QUR’AN &

SISTEM PEREKONOMIAN

Dr. H. A. Muhtadi Ridwan, M.A.

UIN-MALIKI PRESS2011

Page 4: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur’an & Sistem PerekonomianA. Muhtadi Ridwan

© UIN-Maliki Press, 2011

All right reserved

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

ini dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit

Penulis: Dr. H. A. Muhtadi Ridwan, M.Ag.Desain Isi: Bayu Tara Wijaya

Desain Sampul: Robait Usman

UMP 11063ISBN 978-602-958-403-5

Cetakan I: 2011

Diterbitkan pertama kali olehUIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI)

Jalan Gajayana 50 Malang 65144Telepon/Faksimile (0341) 573225

E-mail: [email protected]://press.uin-malang.ac.id

Page 5: Al-Quran & Perekonomian

v

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt, atas se-gala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan buku berjudul “Al-Qur’an dan Sistem Perekonomian” ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad saw ber-sama keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Buku ini disusun dalam rangka untuk: 1) mengungkap-kan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam al-Qur-an dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat di bidang ekonomi, sebagai pedoman bagi generasi sekarang dan akan datang; 2) mengemukakan kaidah-kaidah ekonomi yang ter-dapat dalam al-Qur’an serta contoh-contoh yang pernah dibe-ri kan oleh Nabi Muhammad saw; 3) mengemukakan bukti bahwa sistem ekonomi menurut al-Qur’an adalah satu-satunya alternatif di antara sistem-sistem yang lain seperti sistem Kapi-talis dan Komunis yang harus dipegang teguh oleh umat Islam dalam praktik perekonomian; 4) mengemukakan situasi sosial antara masyarakat yang dalam praktik perekonomian berpe-gang pada kaidah al-Qur’an dan yang tidak; 5) untuk mengem-balikan kehidupan masyarakat kepada prinsip-prinsip ajaran al-Qur’an sehingga mereka berkeyakinan bahwa al-Qur’an itu adalah sumber dari segala kehidupannya, dan mereka mempu-

PENGANTAR PENULIS

Page 6: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

v i

nyai arah pandangan ke arah usaha untuk mewujudkan keba-hagiaan dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, sebagaimana tuntunan al-Qur’an.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak khususnya yang terhormat: Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang; Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., selaku Pembantu Rektor Bidang Akademik, Para Dosen Fakultas Ekonomi UIN Maulana Ma-lik Ibrahim Malang; Penerbit UIN-Maliki Press, dan siapa pun yang telah memberikan kontribusi dan dukungan pada pener-bitan buku ini. Jazakumullah ahsanal jaza’

Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, atas kritik dan saran yang bersifat membangun masih kami harapkan sehingga dapat di-jadikan pijakan untuk merevisi buku ini dalam edisi selanjut-nya. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Oleh sebab itu, masih banyak kekurangan dari buku ini. Meskipun demikian ada secerca harapan, semoga buku sederhana ini bisa berman-faat bagi penulis sendiri dan semua orang yang membacanya. Amin.

Malang, September 2011

Muhtadi Ridwan

Page 7: Al-Quran & Perekonomian

v i i

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ~ v

DAFTAR ISI ~ vii

BAB I: PENDAHULUAN ~ 1

BAB II: CIRI KHAS EKONOMI MENURUT AL-QUR’AN ~ 7

A. Aspek Sumber ~ 9B. Aspek Tata Nilai ~ 24C. Sumber Daya Ekonomi ~ 34

BAB III: SISTEM EKONOMI MENURUT AL-QUR’AN DAN SENDI-SENDINYA ~ 49

A. Cara Memperoleh Pendapatan dan Kekayaan ~ 49B. Perintah untuk Membelanjakan Harta ~ 60C. Ketentuan tentang Harta Pusaka ~ 64D. Pembagian Harta Rampasan Perang ~ 69E. Hemat dalam Pembelanjaan ~ 71

Page 8: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

v i i i

BAB IV: PERBEDAAN SISTEM PEREKONOMIAN MENURUT AL-QUR’AN DAN SISTEM YANG LAIN ~ 75

A. Sistem Kapitalisme ~ 75B. Sistem Komunisme ~ 80C. Sistem Ekonomi menurut al-Qur’an ~ 87

BAB V: PENUTUP ~ 117

DAFTAR PUSTAKA ~ 121

TENTANG PENULIS ~ 123

Page 9: Al-Quran & Perekonomian

1

PENDAHULUAN

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengantar buku ini bah-wa judul yang penulis pilih adalah “Al-Qur’an dan Sistem

Perekonomian”. Untuk lebih jelasnya dan agar tidak terjadi ke-salahpahaman, penulis akan menjelaskan kata demi kata dari judul buku ini, selanjutnya menjelaskan hubungannya antara kata-kata itu.

“Al-Qur’an” menurut bahasa berarti “Bacaan”. Di dalam al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti “Bacaan”.1 Firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 17 dan 18:

17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkan-nya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

18. Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.2

Kemudian ada beberapa pengertian al-Qur’an antara lain sebagai berikut:

1 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 16.,2 Ibid., hlm. 999.

IB A B

Page 10: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

2

3

“Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalam (perkataan) yang me-ngandung mu’jizat diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Ditulis dalam mushaf, dinukil dengan mutawatir dan berpa-hala bagi pembacanya”.

Abdul Wahab Khallaf menjelaskan bahwa:Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui Malai-kat Jibril ke dalam hati Nabi Muhammad saw. Dengan lafadh (bahasa) Arab dan mempunyai arti yang haq (benar) untuk dijadikan hujjah bagi Rasul, bahwa dia benar-benar utusan Al-lah dan dijadikan sebagai pedoman bagi manusia, yaitu mer-eka yang mendapat petunjuk dari al-Qur’an serta mendekat-kan pengabdian bagi pembacanya.4

Dalam Ensiklopedi Indonesia ditekankan: “Al-Qur’an ada-lah kitab suci umat Islam, sebagai pedoman dasar untuk segala aspek kehidupan”.5

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas dapat disimpul-kan bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk dibuat sebagai pedoman dasar bagi umat manusia dari segala aspek kehidup-an yang memiliki unsur “i’jaz” dan unsur “ritual” bagi pem-bacanya.

“Sistem” berasal dari bahasa Belanda yang juga terdapat dalam bahasa Inggris yang berarti susunan.6 Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Sistem” adalah sekelompok dari pendapat, peristiwa kepercayaan yang disusun dan diatur 3 Shubi Ash Shaleh, Mahabits fi Ulumi Al-Qur’an, hlm. 21.4 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushulul Fiqih, hlm. 23.5 Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, jilid I, hlm. 166.6 M. Bahrum, Kamus Umum, hlm. 193

Page 11: Al-Quran & Perekonomian

Pendahuluan

3

baik-baik, atau cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu.7

“Ekonomi” (ekonomi) adalah pengetahuan dan penyelidik-an mengenai asas-asas penghasilan (produksi), pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang serta kekayaan.8

Albert L Mayers mengemukakan bahwa “Ilmu ekonomi ada-lah ilmu pengetahuan yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuas kebutuhan manusia”.9 Sedang Prof. Dr. J. L. Mey Jr. berpendapat bahwa “Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha ke arah ilmu pengetahuan yang mempela-jari usaha manusia ke arah kemakmuran”.10

Dari definisi-definisi tersebut Dr. Winardi SF. mengomen-tari bahwa:

Di samping itu definisi Ilmu Ekonomi adalah studi mengenai kekayaan material merupakan definisi yang terlalu sempit, karena ilmu ekonomi bukan hanya mempelajari kekayaan material. Selanjutnya mengatakan definisi Ilmu Ekonomi ada-lah ilmu mengenai penilaian serta pemilikan manusia”, ter-lampau luas.11

Untuk itu, Boulding mengutarakan bahwa hal-hal yang diperhatikan oleh analisis ekonomi adalah:

Fenomin-fenomin ekonomi, misalnya tiga macam aktivitas • manusia berupa: produksi, konsumsi, dan pertukaran.

Semua aktivitas tersebut meliputi kwantitas-kwantitas.•

Obyek ketiga analisis ekonomi, adalah organisasi dan lem-• baga-lembaga yang memimpin aktivitas ekonomi.

7 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 955.8 Ibid., hlm. 267.9 Winardi SF., Pengantar Ilmu Ekonomi, edisi IV, hlm 610 Ibid11 Ibid

Page 12: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

4

Pendapat-pendapat berikut yang dikemukakan oleh sejum-• lah ekonom menitikberatkan faktor manusia sehubungan dengan ilmu ekonomi.12

Hennipimen mengatakan bahwa “Bagian terbesar dari pada teori ekonomi, terutama teori nilai, betugas untuk me-nganalisa manusia dan reaksinya dalam kehidupan ekonomi“.13 Dan, Prank Knight mengatakan “Studi mengenai ilmu ekono-mi adalah studi mengenai cara bertindak ekonomis”.14

Dari pernyataan-pernyataan tersebut, jelaslah kiranya bah-wa diulang-ulang dititikberatkan sebagai obyek penyelidik an, dalam hal mana diperhatikan kelakuan manusia (human behav-ior).

Selanjutnya kata “Ekonomi” mendapat awalan “per” dan akhiran “an”. “perekonomian” yang berarti urusan, tindakan-tindakan dan aturan-aturan mengenai ekonomi.15

Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka pembahasan dalan buku ini dimaksudkan bagaimana cara berhubungan dengan urusan dan tindakan-tindakan dan aturan mengenai ekonomi menurut ajaran al-Qur’an.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penulis da-lam melakukan kajian buku ini, yaitu:

Rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an tentang 1. ayat-ayat yang menyangkut perekonomian membutuh-kan penjelasan-penjelasan dan perlu dikembangkan ten-tang cara-cara mempraktikannya yang terkandung dalam al-Qur’an sehingga dapat dicari suatu praktik yang efektif (berhasil) dan efisien (rapi) sesuai dengan ajaran al-Qur’an.

12 Ibid, hlm. 713 Ibid14 Ibid15 WJS. Poerwadarmanta, Op. Cit, hlm. 267

Page 13: Al-Quran & Perekonomian

Pendahuluan

5

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi 2. pembinaan praktek perekonomian dalam hubungannya de-ngan pelaku ekonomi tersebut di bidang tata nilai, baik tata nilai fundamental atau tata nilai instrumental perlu dikem-bangkan dan ditanamkan sesuai dengan ajaran Al Qur-an agar manusia tetap berpegang teguh pada ajarannya. Sebab di Negara-negara yang sedang berkembang atau yang sudah maju, kurang memperhatikan masalah-masalah tersebut. Un-tuk mencapai kesuksesan di segala aspek kehidupan, agama memegang peranan penting yang selaras dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.(*)

Page 14: Al-Quran & Perekonomian
Page 15: Al-Quran & Perekonomian

7

Secara garis besar ciri khas ekonomi menurut al-Qur ‘an terletak pada dua aspek, yakni pertama; aspek sumber pe-

mikiran dan kedua; aspek isi. Aspek sumber pemikiran meliputi sumber wahyu (naqly) dan sumber sains (aqly/ijtihad). Aspek ini meliputi dua komponen yang saling berkait dan tidak dapat dipisahkan yaitu, komponen tata nilai dan komponen sumber daya ekonomi yang apabila dipadukan di antara keduanya sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah, maka akan terbentuk suasana hidup yang harmonis dengan adanya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan

Hal tersebut di atas dipertegas dengan adanya sebuah pengakuan yang telah diterima secara aklamasi oleh kaum muslimin, bahwa al-Qur’an adalah sumber ajaran yang perta-ma dan utama. Secara berangsur-angsur al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam masa dua puluh tiga tahun. Di setiap ada ayat al-Qur’an yang turun, Nabi segera menyampaikan ayat yang baru turun tersebut kepada para sahabat. Manakala ayat yang turun berkenaan dengan urusan hukum, maka berdasarkan ayat tersebut keputusan-keputusan hukum diambil. Itulah salah satu maksud diturun-

CIRI KHAS EKONOMIMENURUT AL-QUR’ANI I

B A B

Page 16: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

8

kannya al-Qur’an, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah swt surat al-Nisa’ ayat 105:

………

1

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu de-ngan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah swt wahyukan kepa-damu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khi-anat.

“ ” maksudnya ialah dengan apa yang telah Allah swt ajarkan dalam kitab-Nya dan yang telah Allah swt turun-kan kepadamu melalui wahyu. Bisa juga yang dimaksud ada-lah dari apa yang telah Allah swt jadikan sebagai pendapatmu, baik melalui perantara wahyu ataupun ijtihad.2

Demikian juga al-Sunnah yang menempati posisi kedua setelah al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam dan berfungsi sebagai penjelas, penafsir dan mempertegas sumber yang per-tama (al-Qur’an), sebagaimana ayat al-Qur’an, surat al-Hasyr ayat 7 dinyatakan:

1 Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencu-rian yang dilakukan Thu’mah dan ia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu’mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bah-wa yang mencuri barang itu orang Yahudi. Hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu’mah kepada Nabi saw dan mereka meminta agar Nabi membela Thu’mah dan menghukum orang-orang Yahudi. Kendati pun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu’mah, Nabi sendiri Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu’mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.

2 Muhammad Ali As Sayis , Tafsirul ayatil Ahkam , Juz II, hlm. 142

Page 17: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

9

………

“….. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…”

Untuk selanjutnya penulis mencoba menjelaskan masing-masing aspek tersebut, yaitu aspek sumber pemikiran yang ter-diri dari sumber wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah) dan sumber sains (aqli atau ijtihad) dan aspek isi yang meliputi komponen tata nilai fundamental dan komponen tata nilai instrumental, yaitu sebagai berikut:

A. Aspek Sumber

Sumber Wahyua.

Dalam pandangan Islam, banyak sekali ciptaan Allah swt yang belum dikenal manusia. Untuk meningkatkan perke-nalan dalam hal ini, seorang muslim menggunakan salah satu sumber pokok, yakni sumber wahyu dalam bentuk al-Qur’an dan al-Sunnah.

1. Sumber Wahyu berupa al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang terakhir dan sebagai sumber pokok mencakup keseluruhan isi kitab-kitab samawi sebelumnya, sekaligus berisikan segala aspek tatanan hidup umat manusia sepanjang zaman untuk mencapai kebahagiaan, kesejahteraan dan kemakmuran serta meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Hal ini tercermin dalam firman Allah swt, surat al-Mai-dah, ayat 3:

Page 18: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

10

………

“…..pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…….”

Nikmat pemberian Allah swt yang paling besar bagi umat manusia adalah suatu hari di mana Allah swt telah menyem-purnakan agama mereka (Islam) sehingga mereka tidak akan membutuhkan agama lain kecuali agama Islam dan juga tidak akan membutuhkan Nabi kecuali Nabi mereka (Muhammad saw). Dan karena itu, Allah swt menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir untuk manusia dan jin, maka tidak ada ketentuan halal dan haram kecuali yang ditetapkan Allah swt kepadanya, tidak ada agama kecuali yang telah dis-ampaikannya adalah benar.

Dari Ibn Abbas, Ali ibn Abi Thalhah berkata; yang dimak-sud dengan “Din” dalam ayat tersebut adalah agama Islam, di mana Allah swt telah menyampaikan kepada Nabi Mu-hammad saw dan kepada orang-orang mu’min (pada waktu Nabi melakukan Ibadah haji wada’), bahwa Allah swt telah menyempurnakan iman orang-orang mu’min sehingga me-reka tidak membutuhkan tambahan dan Allah swt rela untuk selama-lamanya.3

Edwar J Jurji, Professor Of Islamic and Comparative Religion, menyatakan:

3 Abu Fida’ Ismail Ibn Katsir al-Qurasyi ad-Dimsqy,Tafsir al-Qur’an al-Adhim, Juz II, hlm.12

Page 19: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

11

“Whether in Philology, theology, history, letters or any other branch of culture, the Koran became the clue to wisdom and understanding. The effervescence of Arab civilization in Spain, North Africa, Middle East, India and elsewhere was presum-ably bound up with the spiritual, moral and social commond ments of the Koran.4

“Apakah dalam ilmu bahasa, ilmu ketuhanan, ilmu sejarah, kesusastraan, atau cabang-cabang kebudayaan yang lain, al-Qur’an menjadi petunjuk bagi kebijaksanaan dan pengertian. Gelora peradaban Islam di Spanyol, Afrika Utara, Timur Ten-gah, India dan di mana-mana, agaknya terlibat dengan firman yang bersifat spiritual, moral dan firman yang bersifat sosial kemasyarakatan”.

Al-Qur’an memiliki kaidah-kaidah yang umum dan prin-sip-prinsip yang universal5 dan segala sesuatu yang sifatnya fundamental bagi umat manusia untuk diketahui, dihayati dan diamalkan dalam mencapai kehidupan manusiawi yang lebih sempurna, atas dasar keselarasan, keserasian dan keseimbang-an, baik dalam hidup manusia secara pribadi, dalam hubung-an manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan kekayaannya, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan-kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan ba-tiniyah.

Al-Qur’an mempunyai nilai-nilai yang universal dan les-tari.6 Dikatakan universal, karena al-Qur’an mengandung nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh dunia. Dikatakan lestari, karena al-Qur’an menam-pung dinamika umat manusia sampai dengan akhir zaman, bahkan mengatur umat manusia sebagai mahkluk Tuhan dan 4 American Corporation, Encylopedia Americana, Vol XVI, hlm. 521 5 Khozin Siroj, Aspek-aspek Fundamental Hukum Islam, hlm. 77-786 Ibid, hlm. 75

Page 20: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

12

sebagai mahkluk sosial untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia sampai akhirat.

Hal tersebut ditegaskan pula oleh Abdullah Suhaili dalam bukunya “Prinsip-prinsip Islam”, bahwa:

Ciri-ciri agama universal adalah berdasarkan faktor persa-maan hak antara sesama manusianya tanpa adanya diskrimi-nasi, serta meliputi ide internasional yang tidak terikat oleh waktu tertentu, bahkan sebaliknya akan selalu bersesuaian dengan masa kapan saja.7

Sebelum datang agama Islam tidak ada seseorang Rasul pun yang diutus untuk seluruh umat manusia, demikian pula sebelum al-Qur’an diturunkan tidak ada sebuah kitab suci pun yang ditujukan untuk seluruh umat manusia. Satu-satunya Ra-sul yang diutus untuk sekalian umat manusia adalah Nabi Mu-hammad saw, dengan kitab suci yang dibawanya.8

Al-Qur’an merupakan sumber dasar,9 yakni merupakan sumber hukum yang setiap produk hukum di dalam Islam dan bahkan setiap norma-norma yang mengatur setiap tindakan dan tingkah laku di dalam Islam haruslah berlandaskan dan bersumberkan pada ketentuan-ketentuan al-Qur’an.

Al-Qur’an, surat al-Maidah, ayat 44:

………

7 Abdullah Suhaili, Prinsip-prinsip Islam, saduran dari karangan Abul A’la Al Maududi yang berjudul The World Principle Understanding of Islam, hlm. 24

8 HM. Rosyidi, Hukum Islam dan Pelaksanaannya dalam sejarah, hlm. 109 Khozin Siroj, Op.Cit, hlm. 77

Page 21: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

13

………

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di da-lamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah swt, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebab-kan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah swt dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah swt, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

Maksudnya, setiap orang yang memutuskan sesuatu tidak dengan apa yang diturunkan Allah swt (hukum-hukum kebe-naran dan keadilan) karena memang ingkar (hawa nafsu) atau tendensi duniawi, maka mereka tergolong orang-orang kafir (yang ingkar) dengan ayat-ayat ini (al-Qur’an), karena sesung-guhnya iman yang sebenarnya adalah mengharuskan adanya ke-patuhan dan kepatuhan mengharuskan adanya pengamalan.10

Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa:Inti ajaran al-Qur’an adalah tentang keesaan atau ketung-galan Allah swt, tentang kewajiban beramal shaleh dan ten-tang adanya hari akhirat, sebagai hari pembalasan yang adil terhadap tingkah laku manusia selama hidupnya di dunia. Ajaran-ajarannya tentang kemasyarakatan umumnya ber-sifat dasar, sehingga memungkinkan al-Qur’an itu menjadi pegang an pada segala zaman dan tempat.11

10 Syekh Rasyid Ridha, Tafsir al-Mannar, Juz VI, hlm. 39911 Hassan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, Jilid I, hlm. 166

Page 22: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

14

Dari berbagai ketentuan tersebut di atas terkandung mak-na bahwa al-Qur’an dalam kerangka tata urutan atau tingkat-an sumber hukum Islam, merupakan sumber hukum yang me-nempati kedudukan tertinggi, di atas sumber hukum Islam yang lain, al-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Dan bahkan boleh dikatakan al-Sunnah itu pada umumnya hanya sebagai penafsir al-Qur’an yang autentik saja,12 sesudah ayat-ayat al-Qur’an itu sendiri. Hanya kadangkala al-Sunnah itu bisa menetapkan hukum sendiri sebagai pelengkap dari al-Qur’an.13 Sedangkan Ijma’ dan Qiyas itu hanyalah bentuk-bentuk ijtihad, yakni bentuk-bentuk berpikir sebagai metode istidlal dan istimbath hukum saja (cara berpikir untuk menelorkan hukum dari dalil saja).14

Al-Qur’an surat al-Nahl, ayat 44:

………

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur‘an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada me-reka15 dan supaya mereka memikirkan.

Sebagai hukum dasar, maka al-Qur’an memuat aturan-aturan pokok secara garis besar saja, sehingga merupakan aturan-aturan yang singkat, padat, utuh, luwes dan kenyal, serta sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi tetap menja-min kepastian hukum.12 Abd. Wahab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Ushul Fiqh), Jilid I, hlm. 5613 Ibid, hlm. 5714 Ibid, hlm. 65 dan 7515 Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang

terdapat dalam al-Qur’an.

Page 23: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

15

Sifat al-Qur’an yang sebagian besar ayat-ayatnya memuat aturan pokok saja, hanya memuat garis-garis besar yang ber-sifat fleksibel, elastis sehingga tidak akan mudah ketinggalan zaman yaitu dalam masalah-masalah yang menyangkut sopan santun, fiqih mu’amalah, dan ibadah amaliyah. Ia juga pada se-bagian yang lain bersifat tegas dan kaku, yaitu dalam masalah-masalah keimanan, akhlak manusia, dan ibadah mahdlah.

Sebenarnya dengan memperhatikan sifat ajaran agama Islam secara langsung sudah bisa diperoleh gambaran tentang Hukum Islam dengan sendirinya sebagai pedoman yang uni-versal dan abadi, tetapi ini pun bisa dibuktikan pada berbagai aspek Hukum Islam, yaitu hukum yang bersifat elastis, subur dan hidup.16

Hal ini juga dikemukakan oleh Ahmad Zaki Yamani, bah-wa Hukum Islam selalu berkembang dan sanggup menghada-pi masalah-masalah yang sulit serta menjalani pembaharuan-pembaharuan.17

2. Al-Sunnah

Apabila diperhatikan dengan secara seksama tentulah akan didapati bahwa sebagian ayat hukum al-Qur’an datang dengan petunjuk yang jelas, tidak memerlukan lagi keterang-an–keterangan. Juga akan didapati ayat hukum yang kurang terang petunjuknya, memerlukan tafsir atau ta’wil. Dan, ada pula yang bersifat mujmal, perlu kepada tafshil, atau muthlak, perlu kepada qayyid. Banyak hal-hal penting secara praktis tidak dibicarakan secara terurai dalam al-Qur’an karenanya sulit untuk menarik deduksi sikap praktis darinya. Karena itu 16 M. Hasbi Ash Shiddiqy, Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam, hlm. 26.17 Ahmad Zaki Yamani MCL LJM. Asy Syari’ah Al Khalidah wa Musyrikatil Ashr, ter-

jemahan Mahyudi Syaf , Syari’at Islam yang abadi menjawab tantangan zaman, hlm. 12.

Page 24: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

16

untuk sampai kepada pemahaman yang terang mengenai ayat-ayat seperti ini diperlukan penjelasan dari Nabi saw yang ter-cakup dalam sistem Hadis dan sunnah.

Demikianlah maka para ulama muhaqqiqun dalam hal ini sampai pada kesimpulan bahwa hadis-hadis yang sahih adalah merupakan hujjah bagi umat Islam, dan siapapun orangnya yang menyimpang dari pendapat ini tak pantas berpredikat sebagai ilmuwan , kendati ia sendiri ataupun orang lain meng-anggap sebagai ilmuwan.18

Imam al-Syafi’i menyatakan, bahwa al–Qur’an tidak me-muat segala persoalan dan problematik secara detail, melain-kan bersifat keseluruhan dan global. Banyak sekali ketetap-an-ketetapan dalam al-Qur’an memerlukan penjelasan dan interpretasi dari berbagai aspek, baik dalam hal ubudiyah, maupun dalam hal muamalah. Petugas pertama untuk mem-beri penjelasan itu adalah Rasul.19

Memanglah demikian, selama kita percaya bahwa al-Qur’an adalah firman Allah swt yang sempurna dalam bentuk dan tujuan, maka satu-satunya kesimpulan yang logis adalah bahwa ia tidaklah dimaksudkan untuk dipergunakan terlepas dari pimpinan orang pada siapa firman itu diturunkan, yakni Nabi Muhammad saw. “Tidak mungkin kita dapat membuat keadilan yang lebih benar terhadap kitab suci itu kecuali de-ngan mengikuti beliau yang menjadi alat wahyu.”20 Beliaulah yang paling paham terhadap maksud syari’at Allah swt, batas-batasnya, sasaran dan tujuannya. Dan beliaulah yang secara resmi memegang mandat dari Allah swt untuk menerangkan semua hal yang terkandung dalam Kitabullah itu ada dalam 18 Subhi Sholeh, Ulumul Hadis wa Musthalahuhu, hlm. 291.19 M. Hasbi Ash Siddieqy, Problematika Hadis Sebagai Dasar Pembinaan Hukum

Islam, hlm. 10.20 Muhammad Asad, Islam at The Crossroads, terjemahan: M. Hashem, “Islam di

Simpang Jalan”, hlm. 102.

Page 25: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

17

surat al-Nahl, ayat 44:

………

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur‘an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mer-eka21 dan supaya mereka memikirkan.

Maksudnya, agar kamu menerangkan kepada mereka, apa yang diturunkan dari Allah swt, oleh karena pengetahuan ten-tang makna dari apa yang telah Allah swt turunkan kepadamu dan karena kecenderunganmu serta ketaatanmu kepada-Nya. Juga oleh karena kami tahu bahwa kamu adalah seutama-uta-ma makhluk dan tuan dari anak Adam. Kamu perinci kepada mereka apa yang mujmal dan kamu terangkan kepada mereka apa yang tersembunyi maknanya atau musykil.22

Bertolak dari kenyataan di atas, jalan pemikiran kita me-ngatakan bahwa tak mungkin ada juru tafsir al-Qur’an yang lebih baik dari Nabi Muhammad saw.

Kepercayaan yang kita berikan kepada beliau sebagai utus an Allah swt (Rasul) mengharuskan kepada kita untuk mematuhi segala peraturan yang dibawanya. Perintah Allah swt yang mengharuskan demikian antara lain termaktub da-lam surat al-Nisa’, ayat 59:

21 Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam al-Qur’an.

22 Abul Fida’, Ismail Ibnu Katsir Al-Qurasyi Ad-Dmaayqy, Op. cit., hlm. 571.

Page 26: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

18

………

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah swt dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah swt (al-Qur‘an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah swt dan hari kemu-dian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Taat kepada Allah swt ialah megikuti ketentuan-ketentuan yang ada dalam kitab-Nya, taat kepada Rasul ialah mengikuti sunnahnya, dan taat kepada ulil Amri ialah mengikuti perintah-perintah mereka yang berada dalam lingkup ketaatan kepada Allah swt, bukan perintah-perintah mereka yang berada dalam lingkup kemaksiatan kepada-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan mengembalikan perbedaan dan ketegangan pendapat tentang sesuatu kepada Allah swt dan Rasul, menurut mujahid dan beberapa ulama salaf yang lain, ialah mengembalikannya kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.23

Adanya pengulangan fi’il amr “athi’u“ pada ayat tersebut di atas, menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, adalah menunjuk-kan bahwa ketaatan kepada Rasul itu merupakan suatu kewa-jiban yang mandiri. Perintah Rasul wajib ditaati secara mutlak, sama saja perintah itu ada dalam al-Qur’an ataupun tidak. Adapun perintah untuk taat kepada ulil Amri pada ayat terse-23 Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir Al Quraisyi Ad Dimasyiqi, Op. cit., Juz I, hlm. 158.

Page 27: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

19

but di atas tidak lagi dengan pengulangan fi’il amr “athi’u”, dan karenanya kewajiban untuk taat kepada mereka tidaklah bersifat mandiri. Ketaatan kepada mereka berada dalam ling-kup ketaatan mereka wajib ditaati selama mereka memberi perintah yang sejalan dengan ajaran Rasul.24

Di dalam surat al-Hasyr ayat 7 dinyatakan:

………

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah swt kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari pen-duduk kota-kota maka adalah untuk Allah swt, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah dan bertak-walah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt amat keras hukumannya.

Yakni, apa saja yang beliau perintahkan kepadamu maka kerjakanlah dan apa yang beliau larang maka jauhilah. Sesung-guhnya beliau tidak lain hanyalah menyuruh kebaikan dan melarang keburukan.25

24 Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, I’lamul Muwaqi’in Ar Rabbil ‘alamin, Juz I, hlm. 48.25 Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir Al Quraisyi Ad Dimasyiqi, Op. cit., Juz IV, hlm. 336.

Page 28: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

20

Bertalian dengan kenyataan di atas bahwa perintah-perin-tah dan larangan-larangan Rasulullah tidak selalu berdasarkan atas ayat-ayat al-Qur’an melainkan juga berdasarkan keteta-pan-ketetapan beliau sendiri (Hadis), maka keumuman pada ayat 7, surat al-Hasyr tersebut di atas tentang kewajiban umat Islam mengambil apa yang diperintahkan Rasul kepada mer-eka dan meninggalkan apa yang dilarangnya, adalah berarti penetapan atas status kemandirian Hadis sebagai dasar tasyri’ Islam. Dengan kata lain bahwa dalam segala urusan seseorang harus berdasar atas sumber al-Sunnah.

Sumber Sains b.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Di dalamnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan filsafat, kisah-kisah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Petunjuk-petunjuk itu dimaksudkan sebagai kerangka menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Dalam menerangkan persoalan-persoalan tersebut adaka-lanya al-Qur’an menjelaskan secara terperinci, seperti yang berhubungan dengan masalah perkawinan, hukum waris dan sebagainya. Tetapi ada pula yang dikemukakan secara umum atau secara garis besarnya saja. Hadis-hadis Nabi pada wak-tu itu mempunyai posisi menjelaskan atau memerinci hal-hal yang sifatnya umum dalam al-Qur’an.

Kemudian sesuai dengan keperluan suatu kelompok ma-nusia, keadaan, waktu dan tempat muncullah mufassir-mufas-sir mu’tabar pada periode mutaqaddimin (periode sahabat,

Page 29: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

21

tabi’in, tabiit-tabi’in), periode mutaakhkhirin (abad 4 s/dan 12 H) dan periode baru (dimulai sejak akhir abad 19 M), yang menjelaskan maksud atau kandungan al-Qur’an.26 De ngan demikian, muslim selalu didorong untuk berijtihad sesuai de-ngan keadaan, waktu dan tempat.

Al-Qur’an dalam surat al-Ra’d; 11:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikuti-nya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaga-nya atas perintah Allah swt.27 Sesungguhnya Allah swt tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan28 yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah swt menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Rasulullah menyatakan:

26 Departemen Agama RI., Op. cit., hlm. 28 – 34.27 Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara

bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergil-iran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

28 Tuhan tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka.

Page 30: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

22

“Kamu sekalian lebih mengetahui dengan urusan-urusan duniamu”29

Posisi manusia yang unik, di mana selalu didorong untuk berijtihad, sesuai dengan sifat kemakhlukannya yang tinggi, yang termaktub dalam kerangka penciptaanya oleh Allah swt sebagai makhluk yang memiliki kesempuranaan keadaan ah-sani taqwim yang dilengkapi dengan budi, akal perasaan dan keterampilan. Selanjutnya Islam memberikan hak kepada ma-nusia untuk menjadi “Wakil Allah swt” (khalifah Allah swt) di muka bumi. Sebuah fungsi kemasyarakatan yang mampu mensejahterahkan manusia itu sendiri secara menyeluruh dan tuntas.

Upaya yang sungguh-sungguh yang dilakukan kaum muslimin merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ke-hidupan, yakni usaha sadar diri untuk selalu meningkatkan kualitas hidup dalam rangka pencapaian kehidupan maslahah di dunia dan di akhirat. Setiap tindakan atau usaha yang di-lakukannya semata-mata merupakan penjelmaan ketundukan, kepatuhan kepada Khaliq (Allah swt), sebagai konsekuensi dari kesempurnaan dirinya sebagai makhluk dan kekhalifah-annya di muka bumi. Jadi setiap tindakan atau tingkah laku muslim merupakan amal ibadah kepada Allah swt. Al-Qur’an dalam surat al-Dzaariyaat, ayat 56;

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan su-paya mereka mengabdi kepada-Ku.

29 Imam Muslimin, Op. cit., hlm. 250.

Page 31: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

23

Ibadah sering dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus menyangkut hal-hal yang sudah jelas aturannya, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan bentuk amalan ritual lainnya. Sedangkan ibadah umum adalah semua bentuk aktivitas di dunia yang dilakukan oleh setiap muslim. Bentuk-bentuk aktivitas itu tentu saja selalu di-sandarkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana menggali nilai-nilai al-Qur’an untuk menjawab masalah-masalah sosial? Jawaban ini tidak mudah, dan menghujam kepada permasalahan yang amat mendasar sifatnya, maka sangat naiflah jika pembahasan ini dimaksud-kan untuk kerja seperti itu. Lebih tepat dikatakan, sebagai rangsang an awal menggali nilai-nilai al-Qur’an, karena peker-jaan ini merupakan pekerjaan raksasa yang membutuhkan keahlian profesional yang memadai.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa para saha-bat, tabi’in, tabiit-tabi’in, dan ulama-ulama sesudahnya selalu berusaha menggali nilai-nilai al-Qur’an untuk menjawab tan-tangan masyarakat sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat saat itu, maka muslim kinipun mempunyai tanggung jawab untuk memecahkan masalah-masalah sosial dalam lingkung-an dengan cara menggali nilai-nilai al-Qur’an. Pengkajian hal ini dituntut adanya suatu keahlian dalam bidang bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, dan Balaghah), ilmu syari’at (Tafsir, Hadis, dan Mushthalahul Hadis, Fiqih dan Ushul fiqh, Ilmu kalam), Sejarah, Filsafat, dan lain-lain.30

Pengenalan pertumbuhan penafsiran al-Qur’an secara historis akan memberikan gambaran obyektif dari potensi Islam sebagai pengatur tata laku kehidupan. Studi kesejarahan yang dilengkapi dengan analisa empiris merupakan prasyarat bagi pemahaman yang sehat dan realistis. Hal ini merupakan 30 M. Hasbi As Shiddieqy, Sejarah Pengantar Ilmu Qur’an/Tafsir, hlm. 206.

Page 32: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

24

bagian yang amat penting dari proses pengkajian nilai-nilai al-Qur’an guna menjawab masalah-masalah sosial.

Islam sebagai agama yang mengatur tata laku kehidupan memberikan prinsip-prinsip dasar, yakni berupa ketentuan-ketentuan atau hukum-hukum yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an. Menggali nilai-nilai dari ketentuan-ketentuan hu-kum Allah swt merupakan bagian dari upaya menerjemahkan hukum-hukum Allah swt dalam kehidupan bermasyarakat, di mana nilai-nilai ini merupakan landasan berpijak untuk me-nentukan kebijaksanaan dalam membuat norma-norma hidup. Norma-norma inilah yang secara langsung mengatur tata laku kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.

B. Aspek Tata Nilai

Peranan tata nilai bagi pelaku ekonomi adalah mutlak dan menentukan, khususnya sebagai mekanisme kontrol yang ber-sifat instrinsik dari potensi eksploitatif manusia dan sebagai pendorong serta pengarah pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau upaya-upaya ekonomis yang konstruk-tif. Ada dua bentuk tata nilai yang bersifat fundamental yang perlu dipegang oleh manusia dalam segala aspek kehidupan-nya. Dan, tata nilai yang khas berkaitan dengan aktivitas-akti-vitas ekonomi yakni tata nilai instrumental.

Tata Nilai Fundamentala.

Tata nilai fundamental ialah tata nilai yang seharusnya manunggal pada diri manusia dan selalu tercermin dalam se-gala aspek kehidupannya. Manusia sebagai pelaku ekonomi disebut Allah swt sebagai khalifah di bumi yang memegang amanat Allah swt untuk memakmurkan bumi ini selanjutnya

Page 33: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

25

kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanat Allah swt itu.31

Sebab sebagai makhluk pengemban amanat, manusia dibekali berbagai macam kemampuan, diantaranya kemam-puan untuk menguasai, mengelola dan memanfaatkan potensi alam guna mencukupkan kebutuhan dan mengembangkan taraf hidupnya. Manusia dibekali akal, indera, sifat-sifat ba-daniyah dan bakat hidup bermasyarakat yang memungkinkan untuk melaksanakan fungsinya dengan sebaik-baiknya.

Untuk mencapai sukses dalam melaksanakan amanat tersebut, Islam memberikan garis sebagaimana disebutkan oleh Khurshid Ahmad:

Untuk menjadi seorang muslim yang sejati diperoleh tiga hal: kepercayaan, perbuatan dan kesadaran. Kepercayaan kepada Allah swt dan Rasul-Nya, perbuatan yang sesuai dengan ke-percayaan tersebut, dan kesadaran akan hubungan dengan Allah swt sebagai buah dari perbuatan dan kepatuhan.32

Kepercayaan dalam Islam digambarkan dengan iman, yang berarti percaya bahwa Allah swt sajalah yang patut di-sembah, dan bahwa Muhammad saw, adalah rasul Allah swt, serta bersaksi atas kebenaran pernyataan tersebut.

Aspek kepercayaan (iman) tersebut hanya bisa direalisasi-kan oleh manusia dengan jalan memenuhi seruan Allah swt, dan ini hanya mungkin bila manusia percaya bahwa Muham-mad saw adalah utusan Allah swt.

Selanjutnya dikatakan, beriman kepada Muhammad saw berarti bahwa al-Qur’an mencakup seluruh wahyu yang ditu-31 Ahmad Azhar Basyir, Garis-garis Besar Sistem Ekonomi Islam, hlm. 5. Departe-

men Agama RI. Op. cit. hlm. 13, (QS.al-Baqarah: 30)32 Khurshid Ahmad, Islam: It’s Meaning and Message, terjemahan, Ahsin Moham-

mad, Pesan Islam , hlm. 3-4 .

Page 34: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

26

runkan kepada manusia melalui dia, bahwa wahyu tersebut merupakan bimbingan bagi kita, dan bahwa kita harus meng-abdi kepada Allah swt dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan wahyu tersebut menurut metode yang dicon-tohkan oleh Muhammad saw. Bagi kita, yakni menurut cara yang sesuai dengan ucapan-ucapan dan praktik hidupnya yang dikenal dengan sebutan Hadis dan sunnah.33

Memang itulah hakikat dijadikannya manusia yakni semata-mata hanya beribadah (mengabdi) kepada Allah swt. Sebagaimana tercermin dalam firman Allah swt, surat al-Dza-riyat ayat 56:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan su-paya mereka mengabdi kepada-Ku.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa setiap tindakan atau tingkah laku muslim adalah merupakan perbuatan amal ibadah kepada Allah swt, yakni sebagai manifestasi kehidupan yang sebenarnya yang mencerminkan seberapa jauh ia telah menjadi hamba Allah swt yang sejati.

Karena perbuatan memerlukan hukum dan peraturan-peraturan sebagai pedoman bagi tingkah laku individual dan sosial, maka wahyu dan pencerminannya secara fisik dalam tindakan Rasulullah saw memberikan dasar dan pola bagi hu-kum dan tingkah laku manusia, yang disebut syari’at. Disam-ping iman yang menjadi tiang utama penyanggah struktural agama Islam ada empat tiang lain yakni: shalat, puasa, zakat dan haji. Sabda Nabi saw yang artinya:34 33 Ibid., hal. 4–5.34 Imam Muslim, Shahih Muslim, juz I hlm. 177.

Page 35: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

27

“Islam dibangun di atas lima hal: persaksian bahwa tiada tu-han yang patut disembah kecuali Allah swt dan Muhammad adalah sebagai hamba yang menjadi Rasul (utusan) Allah swt, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, pergi haji ke Baitul-lah dan puasa bulan Ramadlan”.

Keempat tiang Islam tersebut di atas erat sekali hubung-annya dengan seluruh segi tingkah laku manusia yang lain, baik tingkah laku individual maupun tingkah laku sosialnya. Dengan mengikuti ajaran keempat tiang agama tersebut, ber-arti seorang muslim menjalankan kehidupan yang penuh pengabdian kepada Allah swt, seseorang akan menjadi mus-lim yang sejati.

Kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah swt adalah suatu segi spiritual yang dalam bahasa arab disebut “Ihsan” seperti yang diterangkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut:35

“Hendaknya kamu beribadah yang seakan-akan engkau me-lihat Allah swt, apabila engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah swt selalu melihatmu”.

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang muslim diharus-kan terus menerus mengerjakan semua amalan ibadahnya dan Allah swt senantiasa mengawasinya. Bila hal ini tidak mung-kin dilaksanakan maka harus menyadari bahwa Allah swt se-lalu melihatnya. Kesadaran ini dipandang sebagai basis peng-abdian yang sejati. Kesadaran ini adalah dasar dari kesalehan. Dan kesalehan ini merupakan sumber kebajikan, yang oleh Islam dipandang sebagai inti perbuatan dan tindakan yang adil. Orang-orang yang melalui iman, amal dan ihsan, akan menjadi lambang yang hidup bagi kebenaran. Mereka adalah 35 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, juz II , hlm. 37.

Page 36: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

28

pembawa panji-panji gerakan reformasi yang ditegakkan oleh Rasulullah saw untuk merekonstruksi kehidupan manusia dan membawanya ke dalam keserasian dengan bimbingan Ilahi. Orang-orang yang seperti ini menjadi juru pengingat bagi ma-nusia yang mengingatkan mereka akan arti yang sebenarnya dari kepasrahan manusia kepada kehendak Allah swt. Dan suatu masyarakat yang merealisasikan nilai-nilai iman, amal dan ihsan dalam kehidupan kolektifnya adalah masyarakat yang ideal yang ingin dibangun oleh Islam dengan kesejahter-aan paripurna bagi manusia.

Tata Nilai Instrumentalb.

Tata nilai instrumental ialah tata nilai yang seharusnya manunggal pada diri manusia yang khusus berhubungan de-ngan aktivitas ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung yang merupakan refleksi dari tata nilai fundamental. Ada be-berapa hal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang meli-batkan diri dalam aktivitas ekonomi, antara lain:

Menepati janji1.

Surat al-Maidah, ayat 1:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu36. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibaca-kan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalal-

36 Aqad (perjanjian) mencakup janji prasetia hamba kepada Allah swt dan perjan-jian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

Page 37: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

29

kan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesung-guhnya Allah swt menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

Surat al-Anfal, ayat 27:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah swt dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Surat al-Nisa’, ayat 58:

Sesungguhnya Allah swt menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia su-paya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah swt memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah swt adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

Page 38: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

30

Berprestasi tinggi2.

Surat al-Insyirah, ayat 7-8:

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), ker-jakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,37 Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Surat al-Baqarah, ayat 110:

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah swt. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Surat al-Jumu’ah, ayat 10:

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah swt. Dan ingatlah Allah swt banyak-banyak supaya kamu beruntung.

37 Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah maka beribadatlah kepada Allah swt; apabila kamu telah se-lesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.

Page 39: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

31

Tidak boros dan tidak kikir 3.

Surat al-Hasyr, ayat 9:

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Mu-hajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada me-naruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengu-tamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipeli-hara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung

Surat Ali Imran, ayat 180:

………

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya me-

Page 40: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

32

nyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mere-ka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak merusak lingkungan4.

Surat al-Baqarah, ayat 204–205:

………

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya ke-pada Allah swt (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan pa-danya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah swt tidak menyukai kebinasaan.38

Asas ta’awun/tolong-menolong5.

Surat al-Maidah, ayat 2:

………

38 Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu Mengadakan pengacauan.

Page 41: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

33

……… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepa-da Allah swt, Sesungguhnya Allah swt amat berat siksa-Nya.

Menepati sukatan dan timbangan6.

Surat al-Muthaffifin, ayat 1–3:

………

1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,39

2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Surat al-Isra, ayat 35:

………

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar,dan tim-banglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

39 Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.

Page 42: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

34

Surat al-Syu’ara’, ayat 181–182:

………

Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan; Dan timbanglah dengan tim-bangan yang lurus.

Keadilan Ekonomi7.

Surat al-Hasyr, ayat 7:

………

...........supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu........

C. Sumber Daya Ekonomi

Sumber Daya Manusiaa.

Salah satu komponen pokok dalam praktik perekono-mian yang bisa disebut sebagai sumber daya ekonomi adalah manusia, di samping sumber daya lain yaitu alam dan lain sebagainya. Manusia sebagai pelaku ekonomi dituntut untuk melaksanakan dayanya sesuai dengan naluri kemanusiaannya. Manusia dalam al-Qur’an disebut sebagai khalifah Allah swt yang menjadi tulang punggung di permukaan bumi ini. Allah swt menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi untuk ke-pentingan manusia.

Dalam firman-Nya kepada para Malaikat mengenai ma-nusia pertama; Adam, Allah swt mewahyukan dalam surat al-Baqarah ayat 30–34:

Page 43: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

35

………

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malai-kat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada

Page 44: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

36

Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”

32. Mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan ke-pada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana40.”

33. Allah swt berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.”Maka setelah diberitahu-kannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah swt berfirman:”Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sem-bunyikan?”

34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malai-kat: “Sujudlah41 kamu kepada Adam,”maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Tidak dapat diragukan lagi, ayat-ayat suci al-Qur’an terse-but menjunjung tinggi martabat manusia sejak semula dicip-takan ke tingkat yang sempurna. Jelas bahwa manusia adalah khalifah Allah swt di muka bumi. Manusialah yang ditakdir-kan Allah swt menyejahterakan, memperbaiki keadaan dan menguasai bumi. Untuk itu, Allah swt menciptakan segala se-suatu yang ada di bumi bagi kepentingan manusia. Kemudian manusia dikaruniai kesanggupan mengenal dan mengetahui segala kenyataan yang ada di bumi . Disamping itu manusia

40 Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim Ialah: yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggu-naan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diartikan dengan Maha Bijaksana karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.

41 Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti su-jud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah swt.

Page 45: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

37

mendapat kehormatan besar, yaitu diperintahkannya para Malaikat supaya bersujud kepadanya. Hanya iblis yang meno-lak, karena itu ia diusir oleh Allah swt dan dijauhkan dari Rah-mat-Nya.

Al-Qur’an surat al-An’am; ayat 165:

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini menegaskan kedudukan manusia sebagai pen-guasa dan pengatur di bumi, dengan bekal yang berlebih, antara sebagian dengan sebagian yang lain, guna menjadi ujian bagi manusia apakah anugerah Allah swt itu dipergunakan se-baik-baiknya atau tidak. Dalam al-Qur’an surat al-Hadid, ayat 7 disebutkan:

Page 46: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

38

Berimanlah kamu kepada Allah swt dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah swt telah menjadikan kamu menguasainya.42 Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.

Ayat ini menegaskan bahwa terhadap harta benda yang telah diperoleh dengan usahanya sendiri pun, manusia berkedudukan sebagai orang yang memperoleh kuasa dari Allah swt untuk menggunakan sesuai dengan pedoman yang diberikan Allah swt.

Dari beberapa ayat al-Qur’an tersebut di atas, mengan dung pengertian bahwa walaupun manusia dijadikan oleh Allah swt sebagai makhluk yang paling sempurna, paling tinggi derajat-nya di antara makhluk yang lain, sehingga diberi hak untuk menguasai segala apa yang ada di bumi, akan tetapi dia masih dan harus terikat tata cara yang diberikan oleh Allah swt.

Menurut Islam, apabila kepercayaan, perbuatan, dan ke-sadaran berada dalam keserasian yang sempurna, maka ma-nusia harus dapat memanifestasikan fakta bahwa dia adalah wakil Allah swt di bumi. Walaupun manusia memperoleh se-gala sesuatu dari Allah swt, tetapi dia adalah manifestasi yang paling lengkap dari sifat-sifat Allah swt dan dengan keadaan-nya yang demikian ia adalah wakil Allah swt di bumi. Seluruh alam semesta secara potensial berada dalam penguasaannya. Karena itu, Islam tidak menentukan batas bagi pengetahuan otoritas dan penguasaan manusia, kecuali batasan fundamen-tal bahwa semuanya itu adalah amanat dari Allah swt, dan dengan demikian berarti bahwa manusia tidaklah berkuasa 42 Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara

mutlak. Hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah swt. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah swt karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.

Page 47: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

39

sendiri. Allah swt bisa mencabut kekuasaannya kapan saja Ia menghendaki.43

Ahmad Azhar Basyir, dalam bukunya “Garis Besar Sistem Ekonomi Islam”, menegaskan bahwa:

Penegasan tentang kedudukan manusia sebagai makhluk Allah swt yang berfungsi mengemban amanat Allah swt un-tuk memakmuran kehidupan di bumi, dan kelak akan dimin-tai pertanggung jawaban atas amanat Allah swt itu sebagai mahkluk pengemban amanat, manusia dibekali berbagai macam kemampuan, diantaranya ialah kemampuan untuk menguasai, mengelola dan memanfaatkan potensi alam, guna mencukupkan kebutuhan dan mengembangkan taraf hidupnya. Manusia dibekali akal, indra sifat-sifat badaniah dan bakat hidup bermasyarakat, yang memungkinkan untuk melaksanakan fungsinya dengan sebaik-baiknya.44

Selanjutnya Hakim Abdul Hameed menerangkan bahwa:Bakat, akal dan pemikiran mereka haruslah digunakan untuk mengembangkan sarana-sarana kehidupan dan mengguna-kan sebaik-baiknya segala karunia Tuhan untuk membuktikan statusnya sebagai khalifah Tuhan di bumi serta untuk mencari ridlo-Nya, mereka harus tunduk terhadap perintah Tuhan da-lam segala perintah Tuhan.45

Kemudian sehubungan dengan sikap yang baru dimiliki oleh manusia untuk melakukan segala kegiatannya termasuk dalam kegiatan ekonomi tergambar dalam firman Allah swt, surat al-Isra’ ayat 23–38 sebagai berikut:

43 Khurshid Ahmad, Islam: It’s Meaning and Massage, terjemahan, Ahsin Muham-mad, Pesan Islam , hlm. 9

44 Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, hlm. 5.45 Hakeem Abdul Hameed, Islam at Glance, terjemahan, Drs. M. Ruslan Shiddieq,

Aspek-Aspek Pokok Agama Islam, hlm. 150.

Page 48: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

40

Page 49: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

41

23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lan-jut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.46

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua de-ngan penuh kesayangan dan ucapkanlah:”Wahai Tuhanku,

46 Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar dari-pada itu.

Page 50: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

42

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua te-lah mendidik aku waktu kecil”.

25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.

26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalan-an dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

28. Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas47.

29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya48 ka-rena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada sia-pa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-ham-ba-Nya.

31. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena ta-kut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mer-eka adalah suatu dosa yang besar.

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

47 Maksudnya: apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt seperti yang tersebut dalam ayat 26, maka katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum mendapat bantuan dari kamu. Dalam pada itu kamu berusaha untuk mendapat rezeki (rahmat) dari Tu-hanmu, sehingga kamu dapat memberikan kepada mereka hak-hak mereka.

48 Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu pemurah.

Page 51: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

43

33. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar49. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan50 kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas da-lam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang menda-pat pertolongan.

34. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta per-tanggungjawabannya.

35. Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih uta-ma (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pen-dengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabannya.

37. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai se-tinggi gunung.

38. Semua itu51 kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.49 Maksudnya yang dibenarkan oleh syara’ seperti qishash membunuh orang mur-

tad, rajam dan sebagainya.50 Maksudnya: kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau Penguasa

untuk menuntut kisas atau menerima diat. Qishaash ialah mengambil pembala-san yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema’afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, maka terh-adapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih. Diat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.

51 Maksudnya: semua larangan yang tersebut pada ayat-ayat: 22, 23, 26, 29, 31, 32, 33, 34, 36, dan 37 surat ini.

Page 52: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

44

Dari ayat-ayat di atas dapat ditemukan berbagai bentuk pergaulan yang baik, dan petunjuk bagi kerja sama (tolong menolong) yang sempurna. Dimulai dengan perintah penge-saan Allah swt (tauhid) kemudian disertai dengan keharusan bersikap baik terhadap kedua orang tua. Selanjutnya diting-katkan kepada kaum kerabat dekat lalu kepada orang-orang yang umumnya membutuhkan pertolongan. Lebih jauh dipe-rintahkan supaya orang menjauhkan diri dari perbuatan zina, membunuh jiwa manusia tanpa alasan yang benar, mewasiat-kan supaya melindungi anak yatim dan menjauhi hartanya, menekankan supaya orang memenuhi takaran dan timbangan sebagaimana mestinya, dan akhirnya sampailah pada pun-caknya berupa peringatan kepada manusia, bahwa pende-ngarannya, penglihatannya dan akal pikirannya akan dituntut pertanggungjawabannya. Oleh karenannya janganlah manusia menyalahgunakan pemberian-pemberian Ilahi itu. Kemudian manusia diperingatkan, bahwa ia adalah makhluk yang lemah, karena itu hendaknya menjauhkan diri dari sikap takabur dan supaya bersikap rendah diri.

Sudah dapat dipastikan, barang siapa yang mengikuti dan menghayati ajaran-ajaran tersebut, ia layak menjadi manusia yang sempurna atau mendekati kesempurnaan.

Sumber Daya Alamb.

Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan nikmat Allah swt berupa tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, biji-bijian dan lain sebagainya yang merupakan rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hal ini memberi isyarat agar orang bekerja keras dan berusaha memanfaatkan potensi alam de-ngan mengolah tanah untuk memperoleh kecukupan dalam usaha di bidang ekonomi. Potensi alam tersebut sebagai sum-ber daya yang perlu dimanfaatkan dan dikembangkan.

Page 53: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

45

Bebarapa ayat al-Qur’an, dikemukakan sekadar contoh dalam hubungannya dengan sumber daya alam tersebut, yaitu sebagai berikut:

Surat Ibrahim, ayat 32:

Allah swt-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia menge-luarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

Surat al Hajj, ayat 65:

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah swt menun-dukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang ber-layar di lautan dengan perintah-Nya. dan Dia menahan (ben-da-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah swt benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Page 54: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

46

Surat al-Jaatsiyah, ayat 13:

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah swt) bagi kaum yang berpikir.

Selanjutnya Musthafa Assiba’i, dalam bukunya “Isytiraki-yah Al Islam” menerangkan bahwa:

Dasar ini yakni memudahkan (menunjukkan) segala isi dalam alam semesta untuk kepentingan manusia, mengandung dua macam tujuan yang amat penting sekali, yaitu:

Pertama: Bahwa di dalam alam semesta ini tidak ada se-suatupun yang sukar untuk dipergunakan oleh manusia itu, asal saja ia suka menggunakan akal pikiran serta ilmu penge-tahuannya suka mengusahakan untuk diambil kemanfaatan-nya. Disertai dengan kemauan keras untuk menghasilkan itu. Sebabnya ialah karena segala sesuatu ini setelah ditunduk-kan oleh Allah swt, maka tidak ada yang tidak dapat dikuasai oleh manusia, selama ia masih suka dan giat mengusahakan faidahnya dan mengerti bagaimana cara mengembangkan kebaikan-kebaikan yang berasal dari benda itu.

Kedua: Bahwa seluruh manusia ini sama haknya untuk mendapatkan kemanfaatan dari kebaikan-kebaikan yang berasal dari bumi ataupun langit. Jadi perjalanan dalam ayat-ayat Allah swt di atas adalah ditujukan untuk seluruh manusia. Allah swt telah mengaruniakan semuanya itu tan-pa dipungut harga dan lain-lain biaya, semuanya diberikan kepada makhluk manusia ini tanpa dibeda-bedakan antara segolongan dengan segolongan lain atau suatu bangsa de-ngan bangsa yang lain.52

52 Dr. Musthafa Husni Assiba’i, Isytiraakiyatul Islami, terjemahan, M. Abdai Ratomy, Kehidupan Sosial Islam Tuntunan Hidup Bermasyarakat, hlm. 153.

Page 55: Al-Quran & Perekonomian

Ci r i Khas Ekonomi Menurut a l -Qur ’an

47

Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri khas ekonomi menurut al-Qur’an terletak dari ber-bagai aspek, yakni aspek sumber pemikiran dan aspek sisi. Su-dah barang tentu al-Qur’an sebagai sumber yang pertama dan utama yang harus senantiasa yang dibuat sebagai pegangan dalam tata kehidupan manusia, inherent masalah ekonomi. Se-bab al-Qur’an sudah mencakup keseluruhan dari tata kehidup-an manusia, di samping al-Sunnah. Sebab al-Sunnah sebagai sumber yang kedua, kadangkala ia berfungsi sebagai penafsir dan penguat al-Qur’an, bahkan kadang-kadang bersifat mandi-ri dalam menentukan hukum. Dan bersumber juga dari penge-tahuan atau akal manusia itu sendiri. Hal ini untuk membantu menjabarkan kandungan al-Qur’an dan al-Sunnah dalam se-gala aspek kehidupan manusia yang senantiasa berkembang.

Yang pada gilirannya, apabila manusia sebagai pelaku ekonomi yang berpredikat “Khalifah” di muka bumi ini berpe-gang teguh dan mempraktikkannya segala ketentuan yang ada dalam kedua sumber tersebut, maka nampak terbentuklah suasana hidup yang harmonis dengan adanya keselarasan, keserasian dan keseimbangan di antara sesama.

Di samping manusia kelak dituntut untuk mempertang-gungjawabkan segala yang diperbuat, karena kekuasaannya sebagai khalifah dan alam sebagai obyek ekonomi semata-mata hanya merupakan amanat dari Allah swt. Ini merupakan aspek isi yang mengandung aturan atau tata nilai yang harus dipegang teguh oleh pelaku ekonomi.[]

Page 56: Al-Quran & Perekonomian
Page 57: Al-Quran & Perekonomian

49

SISTEM EKONOMIMENURUT AL-QUR’ANDAN SENDI-SENDINYA

IIIB A B

A. Cara Memperoleh Pendapatan dan Kekayaan

Pertama, anjuran untuk bekerja dan berusaha

Seseorang akan dapat terpenuhi kebutuhan-kebutu-hannya secara terhormat apabila ia bekerja dan berusaha. Ter-lebih jika seseorang dapat memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat. Kerjasama dan tolong menolong kemasyarakatan akan terselenggara apabila para anggotanya bekerja dan beru-saha. Bediam diri menanti pertolongan orang lain atau beru-saha mencukupkan kebutuhan dengan jalan minta-minta tidak dapat dibenarkan, bahkan amat tercela.

Berikut ini dijelaskan beberapa ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi saw tentang hal tersebut, yaitu antara lain sebagai beri-kut:

Surat al-taubah, ayat 105:

Page 58: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

50

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang menge-tahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Surat al-Jumu’ah, ayat 10:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Ayat-ayat tersebut menunjukkan suatu anjuran bagi umat manusia dan kaum muslimin agar bekerja dan berusaha men-cari rezeki dalam rangka memperoleh pendapatan dan keka-yaan atau kebutuhan-kebutuhan kehidupan dalam bidang ekonomi.

Dalam ayat lain Allah berfirman dalam surat al-Zukhruf, ayat 32:

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka da-lam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian

Page 59: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

51

mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar se-bagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kum-pulkan.

Ayat ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan dunia diperlukan adanya kerja sama umat manusia. Untuk memung-kinkan terjadinya kerja sama itu, Allah menganugerahkan kelebihan-kelebihan di antara umat manusia sebagian atas se-bagian yang lain. Hal ini sesuai dengan naluri manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan di antara yang lain.

Demikian juga dalam al-Qur’an diisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling mengenal kebutu-han masing-masing yaitu dalam Surat al-Hujurat, ayat 13:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat tersebut menegaskan bahwa umat manusia seluruh-nya berasal dari satu keturunan. Mereka semuanya berkelu-arga, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukan untuk ber-

Page 60: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

52

bangga-bangga antara satu terhadap yang lain, tetapi untuk menciptakan kerja sama, saling mengenal kebutuhan masing-masing, saling mengisi antara satu dengan yang lain.

Atas dasar adanya ketentuan bahwa umat manusia adalah satu keluarga yang berasal dari satu keturunan itu, al-Qur’an memerintahkan agar tolong-menolong dalam mengerjakan ke-bajikan dan takwa, dalam Surat al-Maidah, ayat 2:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa’id, dan jangan (pula) meng-ganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka boleh-lah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada me-reka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu ke-pada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Page 61: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

53

Perintah ditegakkannya kerja sama kemanusiaan dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, bukan dalam berbuat dosa dan pelanggaran itu sejalan dengan kedudukan manusia seba-gai mahkluk yang terhormat, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an Surat al-Isra’, ayat 70:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri me-reka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya harus melaksanakan kerja sama dan tolong menolong sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk terhormat. Kerja sama antara umat manusia sebagaimana diajarkan dalam agama Islam itu akan dapat terlaksana apabila rasa solidaritas antara umat manusia dapat dipupuk.

Kelebihan yang dianugerahkan Allah sebagaimana di-sebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu berarti bahwa yang satu dianugerahi derajat yang lebih tinggi dari yang lain, tetapi dimaksudkan juga bahwa kelebihan itu tidak lain daripada kelebihan keahlian dalam bidang masing-masing. Dengan de-mikian, setiap orang pasti mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja sama tertentu dan dengan adanya kelebih-

Page 62: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

54

an inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Mi-salnya seorang dokter mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang kedokteran. Tukang kayu mempunyai kelebih-an atas orang lain dalam bidang pertukangan alat-alat kayu. Pedagang mempunyai kelebihan atas orang lain dalam bidang perdagangan dan seterusnya dan sebagainya.

Adanya kelebihan yang satu atas yang lain dalam bidang-bidang kerja tertentu itulah yang memungkinkan terjadinya pelayanan-pelayanan dalam berbagai macam kebutuhan hidup manusia. Dokter melayani orang lain yang menderita sakit. Guru melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Ahli hukum melayani kebutuhan masyarakat dalam bidang penegakan keadilan. Pedagang melayani kebu-tuhan masyarakat dalam sirkulasi barang-barang produksi. Demikianlah kerja sama kemasyarakatan terjadi oleh karena Allah menganugerahkan kelebihan-kelebihan yang satu terha-dap yang lain. Kehidupan akan terselenggara apabila umat manusia bekerja dengan baik sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.1

Demikian juga dalam Hadits Nabi Muhammad saw. Be-liau mengajarkan bahwa untuk memperoleh kecukupan kebu-tuhan hidup pribadi juga harus dengan kerja dan usaha.

Rasulullah ditanya: ”Pekerjaan apakah yang paling utama?” Beliau bersabda: “Pekerjaan orang dengan tangan (usaha)-nya sendiri dan pula semua cara berdagang yang suci”.2

Diriwiyatkan pula dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah bersabda:

“Andainya seseorang yang mencari kayu bakar dan dipikul-kannya di atas punggungnya itu lebih baik daripada kalau ia

1 Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi dalam Islam, hlm. 26-27.2 Abi Abdillah Muhammad bin Islamil Al Bukhary, Matnul Bukhari, juz 2, hlm. 6.

Page 63: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

55

meminta-minta pada seseorang yang kadang-kadang diberi atau ditolak”.3

Demikian al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw menga-jarkan bahwa bekerja dan berusaha adalah hal yang mutlak bagi manusia yang ingin mendapatkan rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik bagi diri sendiri dan keluarganya yang menjadi tanggungannya ataupun untuk kepentingan kemasyarakatan secara terhormat. Minta-minta adalah hal yang tercela, kecuali dalam keadaan mendesak dan terpaksa.

Kecuali memberi penegasan tentang mutlaknya bekerja dan berusaha, Islam juga memberikan nilai keagamaan sebagai suatu ibadah yang berpahala dihadirat Allah swt. Bukankah Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya dalam al-Qur’an maksud diciptakannya makhluk di bumi ini semata-mata han-ya untuk beribadah kepada-Nya, yakni surat al-Dzariyat ayat 56:

Firman Allah dalam Surat al-Munafiquun ayat 9:

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anak-mu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Allah memberikan predikat seseorang yang taat pada orang yang tidak dapat melalaikan kewajiban terhadap Allah 3 Ibid .

Page 64: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

56

serta selalu berbakti kepada-Nya, ketika ia disibukkan untuk mencari harta dunia, firman Allah Surat al-Nur, ayat 37–38:

37. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendi-rikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

38. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

Satu pihak Allah mencela sekali kepada orang-orang yang meninggalkan rasulullah saw pada waktu beliau ini berkhut-bah pada hari Jum’at, semata karena ia terpikat dengan harta dagangannya, firman Allah dalam Surat al-Jumu’ah ayat 11:

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka ting-

Page 65: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

57

galkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perni-agaan”, dan Allah Sebaik-baik pemberi rezeki.

Kedua: sesuai dengan syari’at agama Islam dan demi kemasla-hatan umum

Oleh sebab itu al-Qur’an mengharamkan segala yang membahayakan kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat atau yang melanggar peraturan negara, seperti:

Riba1.

Riba adalah merupakan perampasan terhadap kelemahan orang lain, merupakan penghisapan tenaga oleh orang yang ber-modal cukup, bahkan dapat melenyapkan jiwa gotong royong dan tolong-menolong serta menghilangkan kepercayaan sese-orang. Firman Allah dalam Surat al-Baqarah, ayat 278:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Mengurangi takaran atau mempermainkan timbangan. 2.

Allah berfirman dalam surat al-Muthaffifin, ayat 1–5:

Page 66: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

58

1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, 3. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka men-gurangi, 4. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Se-sungguhnya mereka akan dibangkitkan, 5. Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

Berjudi atau berdagang sesuatu yang tersimpan3.

Surat al-Maidah ayat 90:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat ke-beruntungan.

Mencuri4.

Surat al-Maidah, ayat 38:

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potong-lah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang me-reka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Page 67: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

59

Makan harta orang lain dengan cara bathil5.

Surat al-Nisaa’ ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling me-makan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali de-ngan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; se-sungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Kebatilan maksudnya ialah seperti memeras, mengguna-kan sesuatu tanpa izin pemiliknya, mengelabuhi mata, menipu, menyuap dan lain-lain yang jelas keburukannya. Semuanya itu melenyapkan sendi-sendi akhlak yang luhur, bahkan dapat menyebabkan kesengsaraan orang lain. Itulah pula salah satu hal yang menyebabkan keguncangan keamanan masyarakat umum. Lebih-lebih kejinya lagi, sebab itu semua adalah peker-jaan yang sama sekali tidak mencucurkan keringat dan tidak menyebabkan kelelahan yang wajar.

Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa melakukan penipuan pada kita, maka bukan-lah termasuk golongan kita (umat Islam).” (HR. Muslim).4

Dalam sabdanya yang lain: “Dua orang yang jual beli itu boleh mengadakan pilihan se-lama keduanya belum berpisah (yakni boleh jadi atau urung).

4 Imam Muslim, Shahih Muslim, juz I, hlm. 55.

Page 68: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

60

Apabila keduanya benar kata-katanya, suka menjelaskan (ba-rangkali ada celanya dalam barang yang diperjualbelikan), maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Tetapi kalau keduanya saling menutupi dan berdusta, maka dilenyapkan-lah keberkahan jual-beli mereka itu”. (HR. Bukhari).5

Sabda yang lain:“Penyuap dan diberi suap sama-sama dalam neraka” 6

Juga sabdanya:“Barangsiapa yang merebut hak orang Islam dengan tangan-nya, maka Allah mewajibkan orang itu masuk neraka, dan diharamkan masuk surga. Ada orang yang bertanya: “Kalau hanya merupakan benda yang sedikit (tidak begitu berharga), bagaimana ya Rasulullah?” Beliau saw bersabda: ”Sekalipun hanya sebesar batang arak (yang disebut bersiwak)”.7

B. Perintah untuk Membelanjakan Harta

Sebagaimana tuntutan al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw, harta benda hendaknya dibelanjakan mula-mula untuk men-cukupi kebutuhan hidup diri sendiri, lalu untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannnya , istri, anak-anak, orang tua dan keluarga lainnya, baru kemudian untuk kebutuhan masyarakat.

Al-Qur’an surat al-A’raaf ayat 32:

5 Ibid., juz I, hlm. 664.6 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, II, hlm. 775.7 Ahmad Bin Hambal, Musnad Ahmad bin Hambal, V, hlm. 260.

Page 69: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

61

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

Surat al-Qashash ayat 77:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepa-damu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu me-lupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Rasulullah saw bersabda:“Dahulukan dirimu, maka bersedekahlah atas dirimu, jika ada sisanya, maka untuk keluargamu, jika masih sisa setelah untuk keluargamu, maka peruntukkanlah bagi kerabatmu yang lain, jika masih ada sisanya lagi, maka demikian dan demikian”.8

8 Imam Muslim, Op cit., hlm. 400.

Page 70: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

62

Dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi tersebut dapat diperoleh perngertian bahwa menikmati kekayaan duniawi, selebihnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baku un-tuk diri sendiri, pada dasarnya adalah boleh, selagi cara mem-perolehnya dilakukan sejalan dengan nilai-nilai etika islam, tidak melampaui batas, tidak bermotif kebanggan dan tidak berkecenderungan lebih mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban kemasyarakatan dengan berpuas-puas menumpuk harta kekayaan.

Setelah kebutuhan diri sendiri tercukupi, pembelanjaan berikutnya untuk keluarga, istri, anak-anak yang belum baligh yang belum mempunyai penghasilan, orang tua yang tidak berpenghasilan dan kerabat-kerabat yang lebih dekat yang me-merlukan bantuan, karena miskin atau sebab yang lain. Kemu-dian pembelanjaan harta untuk kepentingan masyarakat yang dalam al-Qur’an disebut pembelanjaan untuk sabilillah. Sebab pada dasarnya manusia hidup dan memperoleh harta adalah karena adanya jasa dari orang lain. Jadi kehidupan manusia tidak dapat terpisah dari hubungan dengan masyarakat.

Surat al-Baqarah ayat 215:

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam per-jalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka se-sungguhnya Allah Maha mengetahuinya.

Page 71: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

63

Kemudian banyak ayat-ayat al-Qur’an yang memerintah-kan agar membelanjakan sebagian harta untuk kepentingan masyarakat yang begitu besar motivasi tersebut, sehingga al-Qur’an memberikan perumpamaan sebagai berikut:

Surat al-Baqarah ayat 261:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa de ngan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Perintah membelanjakan harta untuk kepentingan mas ya-rakat itu merupakan dorongan kejiwaan yang amat kuat agar orang merasa ringan untuk melaksanakannya. Dorongan itu tercermin dalam beberapa ayat al-Qur’an antara lain dalam Su-rat al-Baqarah ayat 267:

Page 72: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

64

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan jangan-lah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ke-tahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Surat Ali Imron ayat 92:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sem-purna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Se-sungguhnya Allah mengetahuinya.

C. Ketentuan tentang Harta Pusaka

Apabila seseorang yang memiliki harta itu lebih dari ke-perluan dirinya dan kebutuhan masyarakat, kemudian ia me ̀ninggal dunia, maka berpindahlah hak milik harta tadi kepada ahli warisnya. Disinilah ketentuan al-Qur’an tentang pembagian harta pusaka yang mengatur cara membaginya di antara sekian banyak ahli waris yang berhak menerimanya itu. Kalau dilihat dengan teliti, tampak nyatalah bahwa ketentuan tersebut meliputi golongan yang amat banyak sekali dari ke-seluruhan keluarga si mayit yang ditinggalkan. Jadi tidak di-batasi dalam kelompok kecil saja, sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang pembagian pusaka ciptaan manusia, adat maupun agama-agama lain di dunia.

Page 73: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

65

Dari segi peranannya pembagian harta pusaka menurut al-Qur’an adalah mempunyai nilai yang amat tinggi dan ter-puji, sebagaimana diuraikan oleh Shaleh Abdul Qadir al-Bakri, bahwa:

Pembagian harta pusaka atau harta waris sangat besar per-anannya dalam memeperteguh ikatan kekeluargaan dan memepererat hubungan persaudaraan di antara sesama anggouta keluarga. Masing-masing anggota kerabat saling mendekati ,dan akan tumbuh pula rasa saling cinta serta sa-ling bantu dalam kebajikan.9

Berikut ini penulis kemukakan beberapa ayat al-Qur’an tentang harta pusaka yang menerangkan secara terperinci yaitu dalam firman-Nya, surat al-Nisa’ ayat 11:

9 Shaleh Abdul Qadir al Bakriy, Al-Qur’an Wabina al Insan, terjamah Abu Laila dan Muhammad Tohir, Al-Qur’an dan Pembina Insan, hlm. 279.

Page 74: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

66

Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh setengah harta. Dan un-tuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mem-punyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai be-berapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pem-bagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui sia-pa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Demikianlah sebagian contoh ketentuan ayat al-Qur’an tentang harta pusaka dan masih banyak ayat-ayat yang lain. Dan dengan demikian al-Qur’an menetapkan ketentuan hu-kum waris tersebut secara terperinci dan tidak memberi ke-mungkinan untuk tidak disalahartikan, dan tidak pula mem-beri kesempatan untuk dipermainkan.

Salah satu ketetapan hukum syara’ ialah bahwa jumlah harta pusaka yang menjadi hak para ahli waris ialah dua perti-ga. Sedangkan sisanya yang sepertiga, supaya diwasiatkan dan bagian yang diwasiatkan itu wajib diperuntukkan bagi kaum kerabat yang hidup miskin dan tidak mempunyai hak waris. Mengenai masalah wasiat itu Allah swt telah berfirman dalam Surat al-Baqarah, ayat 180-181:

Page 75: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

67

180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat-nya secara ma’ruf[112], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

181. Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Demikian cara Islam mengatur pembagian waris agar ja-ngan sampai tertumpuk di satu tangan, sebab hal ini merupa-kan kedzaliman terhadap orang-orang lain dari kaum kerabat yang seharusnya berhak menerima bagian. Islam menetapkan bagian dua pertiga harta waris sebagai keharusan yang wajib diberikan kepada para ahli waris, sedangkan yang sepertiga bagian bukan sebagai bukan keharusan. Sebab dimungkinkan orang yang wafat mempunyai tanggungan hutang yang harus dilunasi lebih dulu sebelum dilakukan pembagian harta waris.

Demikan juga Abul A’la al-Maududi menjelaskan bahwa:Islam maju selangkah lagi untuk membagi-bagikan kekayaan yang mungkin masih tinggal terkumpul di satu tempat, se-hingga sesudah pengeluarannya untuk keperluan pribadi,

Page 76: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

68

untuk infaq dijalan Allah dan untuk menunaikan zakat yang demikian itu ialah dengan melaksanakan hukumnya waris.10

Dr. Musthafa Husni as Siba’i dalam bukunya ‘Isytirakiyatul Islamiyah’ mengatakan bahwa:

Tujuan Islam dengan memperbanyak penerima pusaka itu tidak lain, kecuali harta pusaka itu tidak hanya membeku da-lam beberapa orang saja, tetapi terpencar luas dan terbagi-bagi, sehingga sekalipun besar harta penggilan itu, akhirnya akan menjadi hak milik orang banyak.11

Dari Uraian tersebut di atas jelas pembagian harta pusaka mempunyai nilai sosial yang tinggi dan mengandung nilai kea-dilan dengan adanya unsur pemerataan pembagian harta pe-ninggalan harta tersebut, justru dapat dikatakan sebagai sistem pembagian pusaka yang paling adil di antara sistem-sistem yang lain. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Shalah Abdul Qadir al-Bakry bahwa:

Sistem pembagian pusaka secara Islam adalah sistem pem-bagian yang adil, tidak memerlukan pengurangan atau tam-bahan. Banyak para sarjana hukum di barat yang setelah mempelajari berbagai segi hukum syari’at Islam berpenda-pat, bahwa sistem pembagian harta pusaka yang ditetapkan Islam berdasarkan al-Qur’an merupakan sistem pembagian yang paling adil.12

10 Abul A’la al Maududi, Asasu al Iqtishadi Al Islam wa an Nidhomi al Muashshiroh, terjemahan: Abdullah Suhaili “Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam dan Berbagai Sistem Masa Kini”, hlm. 132.

11 Dr. Musthafa Husni Assiba’I, Kehidupan Sosial Menurut Islam, hlm,161.12 Shalah Abdul Qadir al bakry, Op. cit., hlm. 286.

Page 77: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

69

Abdul A’la al-Maududi mengatakan:Hukum waris ini tidak ada bandingannya dalam suatu sistem ekonomi yang lain, karena yang dikehendaki oleh sistem-sistem itu ialah supaya kekeyaan yang dikumpulkan oleh satu orang harus tetap terkumpul di tangan satu orang atau beberapa orang yang terbatas jumlahnya sesudahnya juga. Tetapi Islam tidak menyukai terkumpulnya dan tertahannya kekayaan itu. Islam hendak membagi-bagikan dan merata-kannya, hingga peredaran dan perputaran kekayaan itu di ka-langan masarakat ramai menjadi mudah dan lancar.13

D. Pembagian Harta Rampasan Perang

Al-Qur’an telah memerintahkan, agar harta yang dapat dirampas oleh kaum muslimin di medan perang dibagi men-jadi lima bagian. Empat bagian darinya untuk mereka yang turut berperang dan sebagian untuk kepentingan sosial kaum muslimin.

Surat al-Anfaal ayat 41:

Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima un-tuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan

13 Abdul A’la al Maududi, Op. cit., hlm. 132.

Page 78: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

70

kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Mu-hammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasu-kan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Yang dikehendaki dengan bagian Allah dan Rasul-Nya, adalah bagian yang dikhususkan untuk tujuan-tujuan dan ke-pentingan sosial, dengan tujuan untuk ibadah yang dikum-pulkan lewat “Baitul mal”14 yang dengan sendirinya dibawa pengawasan pemerintah menurut hukum Allah dan Rasu-lullah saw.

Adapun tanah-tanah dan harta benda yang dirampas oleh pemerintah sebagai akibat dari sesuatu peperangan, maka pemerintah sendirilah yang mengurus dan bertindak atasnya sesuai dngan kepentingan umat muslimin dan kemaslahatan mereka, seperti firman Allah dalam Surat al-Hasyr ayat 7:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk ko-ta-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara

14 Abdul Qasim Jarullah Mahmud bin Umar az Zamahsary, Tafsir Al Kasysyaf, jilid II, hal. 158-159.

Page 79: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

71

orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Ayat-ayat tersebut tidak hanya menerangkan pos-pos mana harta rampasan harus dikeluarkan, tetapi juga menying-gung dengan isyarat yang jelas mengenai tujuan yang senan-tiasa diingatkan, yakni bukan hanya dalam pembagian harta rampasan saja, akan tetapi juga dalam sistem ekonominya yang menyeluruh, yaitu: agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja. Isi yang terkandung dalam ka-limat yang simple dan universal ini, merupakan dari soko guru dari sistem ekonomi menurut al-Qur’an.

E. Hemat dalam Pembelanjaan

Al-Qur’an selalu memperhatikan dan mengawasi perpu-taran harta kekayaan pada seluruh masyarakat, dan ditentu-kan satu bagian dari orang-orang kaya diperuntukkan untuk masyarakat atau orang-orang yang membutuhkannya pada satu segi, dan pada segi lain diperintahkan untuk tiap-tiap in-dividu dari anggota-anggota masyarakat dalam pembelanjaan mereka, sehingga karena kelalaian dan keterlaluan individu-individu dalam mempergunakan kekayaan mereka.

Surat al-Furqaan ayat 67:

Page 80: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

72

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), me-reka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pem-belanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Surat al-Isra’ ayat 29:

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada le-hermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

Pelajaran yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut, bahwa hendaknya orang-orang yang membelanjakan hartanya melihat batas-batas kemampuan ekonominya. Dan tidak seyo-gyanya mereka melampaui batas, sehingga pengeluarannya lebih besar daripada pendapatannya. Dan tidak boleh kikir, se-hingga enggan mengeluarkan belanjanya meskipun menurut kadar kemampuan ekonominya.

Surat al-Isyraa’ ayat 26:

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalan-an dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Page 81: Al-Quran & Perekonomian

S is tem Ekonomi Menurut a l -Qur ’an dan Sendi-sendinya

73

Dalam ayat tersebut memberikan pelajaran moral de-ngan melarang segala bentuk kekikiran dan pemborosan yang melampaui batas dan menumpahkan usahanya untuk menu-tup segala jalan yang merusak keseimbangan dalam pem-bagian kekayaan. Untuk tujuan ini maka al-Qur’an satu segi juga melarang orang untuk berbuat zina, minum-minuman keras, judi dan lain sebagainya. Dan kehidupan yang diperin-tahkan adalah kehidupan yang sederhana yakni memperguna-kan harta kekayaan menurut kadar kebutuhannya.

Dalam bab ini dapat disimpulkan bahwa dari berbagai ajaran tentang sendi-sendi ekonomi dalam al-Qur’an yang mencakup ajaran tentang berbagai hal, baik cara memperoleh kekayaan, aturan pembelanjaan, ketentuan harta pusaka, pem-bagian harta rampasan perang dan lain sebagainya terkandung nilai sosial yang sangat tinggi, yakni dengan diperintahkannya bagi pelaku ekonomi untuk selalu menanamkan rasa solidari-tas dengan mengadakan kerja sama yang baik, saling menge-nal kebutuhan masing-masing dan saling mengisi antara satu dengan yang lain.

Dan mengandung nilai keadilan dengan adanya unsur pemerataan pendapatan sebagaimana terlihat dalam tata urut-an pembelanjaan menurut al-Qur’an yaitu pertama untuk diri sendiri, untuk keluarga terdekat, untuk keluarga yang lain,dan kemudian untuk kepentingan masyarakat, pembagian harta warisan dan pembagian harta rampasan perang. Kesemuanya itu untuk dimaksudkan agar kekayaan itu tidak hanya menum-puk pada tangan seseorang saja.

Di samping itu juga terdapat kandungan nilai spiritual, se-bab pada dasarnya semua ajaran tata kehidupan manusia ter-masuk ekonomi haruslah berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran al-Qur’an dan haruslah senantiasa dalam keadaan ingat

Page 82: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

74

kepada Allah swt. Ini semua dimaksudkan demi kemaslahatan umat manusia. Dan agar selalu bisa terjaga keseimbangan da-lam pembagian kekayaan, maka dari masing-masing individu diperintahkan untuk tidak terlalu berlebihan dan dalam waktu yang bersamaan tidak boleh juga berlaku kikir. Dan harus se-lalu ditanamkan kebiasaan hidup yang sederhana.[]

Page 83: Al-Quran & Perekonomian

75

Konsep Islam tentang sistem perekonomian bila dihat dari sumbernya, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah, sudah barang

tentu merupakan satu-satunya yang paling tepat dan mema-dai, di antara sistem-sistem yang lain. Oleh karenanya harus menjadi suatu alternatif satu-satunya di antara sistem-sistem yang lain telah berkembang di sebagian besar belahan bumi ini, sistem kapitalisme dan komunisme.

Oleh karenanya, sebelum membahas tentang perbedaan di antara sistem menurut al-Qur’an dengan sistem tersebut, perlu kiranya mengetahui hakikat masing-masing sistem terse-but (kapitalisme dan komunisme).

A. Sistem Kapitalisme

Kata “Kapitalis” sering diidentikan dengan bentuk suatu negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, dan banyak lagi negara lainnya yang dianggap negara kapi-talis. Dikatakan dengan demikian karena kapitalis atau mo-dal dalam negara-negara tadi dianggap suatu yang menonjol, se hingga akhirnya negara tersebut dianggap sebagai negara kapi talis. Di samping itu, uang atau modal digunakan sebagai

PERBEDAAN SISTEM PEREKONOMIANMENURUT AL-QUR’ANDAN SISTEM YANG LAIN

IVB A B

Page 84: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

76

alat disam ping mesin-mesin dari kebutuhan-kebutuhan lain dari produksi-produksi yang dimiliki oleh warga negara se-cara individu.

Dalam Webster’s World University Dictionary “Kapital-isme” diartikan dengan “A system of economics in which private ownership of resources ispermited, along with the right to transact for personal profit”.1

Artinya: suatu sistem ekonomi, dimana milik secara pribadi atas bahan-bahan kebutuhan atas cadangan itu diperboleh-kan, bersama itu pula diberikan hak untuk mengadakan per-janjian-perjanjian dagang untuk keuntungan pribadi.

Dalam encyclopedi Americana disebutkan bahwa:Capitalism is the type economy in which capital is privately owned and may freely used by the owners as they wish in at-tempting to make profits from their economic enterprises. This type of economy is known also as the capitalistic system. Implicit in capitalism is the existence of an effective technique for exchanging goods and services.2

Kapitalisme adalah suatu modal perekonomian dimana mo-dal dimiliki secara individu dan digunakan secara bebas oleh pemiliknya dalam usaha memperoleh keuntungan dari usa-ha perekonomiannya. Modal perekonomian ini dikenal juga sebagai “Sistem Kapitalisme”. Termasuk dalam sistem ini, ada nya teknik-teknik yang efektif dalam penukaran barang-barang dan jasa.

Akan tetapi dalam perkataan sehari-hari maupun da-lam pembahasan ilmiah, kapitalisme diterapkan kepada dua pengertian. Di satu pihak istilah kapitalisme telah digunakan untuk memberikan pengertian tentang sosok atau bangun per-ekonomian tertentu dan terisolir atau kombinasi dari bangun-bangun tersebut.1 Adam Lewis Mueford (M Edt), Webster’s University Dictionary, hlm. 165.2 Encyclopedi Americana, Americana Comporation, volume v, hlm. 599.

Page 85: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

77

Di pihak lain istilah kapitalisme diberikan kepada suatu masyarakat, secara keseluruhan, yang susunan masyarakat serta mentalitas kapitalis atau mentalitas kapitalis dapat diser-tai susunan masyarakat dan mentalitas lain yang berbeda.3

Maxime Radison menyimpulkan bahwa dalam su sun-an masyarakat dan sifat-sifat mental kapitalis se kurang-kurangnya mempunyai ciri-ciri; pemilikan alat-alat produksi secara pribadi, perusahan-perusahaan bebas, berusaha men-cari keuntungan merupakan pendo rong utama dalam aktivi-tas perekonomian, produksi untuk pemasaran, penghematan uang, mekanisme persaing an, rasionalisasi dalam pengolahan perusahaan dan lain sebaginya.4

Untuk menghindari kebinggunan pengertian terminologi berikut ini Maxime Radinson mengambil terminologi dari se-orang ahli Sosiologi Polandia; Julia Hochfeld bahwa:

Dalam arti sempit kapitalisme merupakan suatu cara pereko-nomian yang berhubungan dengan produksi–produksi apa saja yang dapat diselenggarakan dalam suatu perusahaan (dalam arti luas). Pemilik alat-alat produksi tersebut meng-hasilkan komoditi-komoditi yang akan dijual oleh pemilik–pemilik alat-alat produksi demi keuntungan pribadinya.5

Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, kapitalitas adalah suatu teori yang berlandasan individu sebagai pemilik satu-satunya bagi apa yang dihasilkannya, sedang orang lain tidak mempunyai hak apa-apa terha dapnya. Ia berhak untuk memonopoli semua alat produksi yang dapat dicapainya dengan usahanya. Dan ia juga berhak untuk tidak meliarkanya, kecuali pada jalan yang memberi keuntungan kepadanya. 3 Maxime Rodinson, Islam and Capitalism, terjemahan; Asep Hikmat ”Islam dan

Kapitalisme,” hlm. 29.4 Ibid5 Ibid, hlm.31.

Page 86: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

78

Jadi teori ini bertitik tolak dari sifat egoisme yang dipertaruh-kan kepada tiap-tiap individu dari suatu masyarakat dan berakhir pula pada sifat egoisme pula cinta kepada diri pribadi.

Apabila ditinjau dari segi ekonomi, maka akan terlihat bahwa salah satu pembawaan dari teori ini ialah rusaknya ke-seimbangan dalam pembagiaan kekayaan di antara individu-individu dan tertumpuknya alat-alat produksi di tangan suatu kelompok yang merupakan suatu kelas yang paling mewah hidupnya dan paling unggul. Maka praktis, masyarakat ter-bagi menjadi dua kelas; kelas hartawan dan kelas fakir miskin. Kelas hartawan menguasai seluruh sumber kekayaan dan ber-tidak sekehendak hatinya serta tidak mempergunakanya ke-cuali uantuk kepentingan pribadinya. Dan terjadinya jurang pemisahaan antara si kaya dan si miskin.

Hal ini dipertegas oleh Robert E Baldwin dengan me ngutip analisa Marx yang menerangkan mengenai pembangun an menurut kapitalisme sebagai berikut:

Ada golongan dalam sistem itu; golongan kapitalisme dan go-longan bekerja. Golongan yang pertama memiliki semua sara-na produksi (peralatan dan sumber daya-sumber daya alam) yang terdapat dalam sistem ekonominya. Kaum pekerja atau buruh hanyalah memiliki untuk dijual. Tujuan setiap kapi-talitas adalah sebanyak mungkin memperbesar keuntung an (sewa dan laba atas modal), bukan saja untuk menaikkan taraf hidupnya sendiri, tetapi yang lebih besar dan penting lagi untuk mendapatkan dana-dana investasi untuk dapat bersaing dengan kapitalitas yang lain.6

Dengan demikian sistem kapitalisme menetapkan indi-vidu sebagai titik sentral pemilik sah dari apa yang dimiliki-nya tanpa ada ketentuan-ketentuan sosial. Maka sudah barang 6 Robert E. Baldwin , Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara

Berkembang, hlm.54.

Page 87: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

79

tentu dalam masyarakat ini terdapat segolongan manusia yang hidup dengan mewahnya dan segolong manusia banyak yang lain yang hidup dari menjual tenaga dan sejumlah kaum gem-bel yang menganggur karena mereka tidak memiliki keahlian apapun.

Melihat yang melatarbelakanginya yaitu individualistis, maka dalam memandang persoalan paham kapitalisme ini mengembalikannya kepada tanggung jawab pribadi dalam persoalan kehidupan perekonomian.

Bahkan mereka menanggung bahwa kemiskinan itu ter-masuk salah satu bahaya kehidupan. Problem kemiskinan bu-kan beban masyarakat, bukan beban negara, maupun beban orang kaya. Karena setiap orang bertanggung jawab sendiri-sendiri, ia bebas berbuat dan bebas menggunakan kekayaan.7

Maka sudah tidak mengherankan lagi, kalau kapitalisme pada permulaan lahirnya dan masa mudanya, sangat menonjol-kan sikap yang keras, mengutamakan kepentingan diri sendiri secara berlebih-lebihan, tidak menaruh belas kasihan kepada yang kecil tidak menghargai kepada wanita, tidak sayang ke-pada yang lemah, dan tidak mau memandang dengan kaca mata perikemanusiaan kepada fakir miskin. Di antaranya ia memaksa orang-orang perempuan dan anak-anak kecil di bawah umur untuk bekerja di pabrik-pabrik dengan upah yang sangat rendah, sehingga mereka tidak sanggup melepas-kan kekuatan silinder yang tidak menaruh belas kasihan, dan tidak mampu menundukkan orang-orang yang kuat dalam mayarakat rimba modern, dimana oknum-oknumnya berhati keras bagaikan batu, bahkan lebih.8

7 Dr. Syekh Muhamad Yusuf Al-Qardlaawy, Musykilatul Fakir wakaifa Alajahal Islam, terjemahan Umar Fanany BA;”Problem Kemiskinan, Apa Konsep Islam ?” hlm.18.

8 Ibid, 19-20.

Page 88: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

80

Sikap golongan ini mengingatkan kita akan kisah Qarun dan pengikutnya pada zaman Nabi Musa as, dimana ia merasa bahwa harta yang ia peroleh adalah semata-mata hasil dari mereka sendiri, sewaktu ia dinasehati untuk mengunakan harta kekayaannya pada jalan allah dan membatu orang yang memerlukannya.

B. Sistem Komunisme

Di hadapan sistem kapitalisme ada suatu sistim ekonomi lain yang bernama komunisme. Sistem ini timbul sebagai tin-dakan kritik yang cukup tajam terhadap sistem kapitalisme. Marx dan kawan-kawannya menyoroti kapitalisme dari akibat yang ditimbulkan oleh Revolusi industri dengan menyimpul-kan bahwa eksploitasi terhadap kaum buruh merupakan setan kapitalisme. Menurutnya dikembangkannya mesin-mesin in-dustri secara bebas telah menggeser tenaga manusia dalam produksi.

Sebagai jawabannya, dua orang berkebangsaan Jerman, Karl Marx dan Friedrich Engels mengajukan fondasi Komu-nisme Modern dalam Manifesti Komunis (The Cummunist Manifesto) pada tahun 1848 dan dalam beberapa tulisan Marx berikutnya, yakni Class Struggles in France (1850), Das Kapital (first volume 1867), The Civil War in France (1981).

Istilah ‘Komunisme’ pertama digunakan di Perancis sete-lah tahun 1980, tetapi ide umum yang menyatakan bahwa kekayaan pribadi merupakan dasar dari semua penyakit masyarakat, dan hanya dapat diobati oleh pemilikan harta benda oleh masyarakat telah berkembang pada masa sebelum-nya. Paham yang demikian akhirnya dikembangkan oleh Marx dan Engel sehingga akhirnya dapat berkembang luas menjadi sistem sosial.

Page 89: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

81

Pengertian komunisme sebagai sistem sosial dapat kita pahami dari dua ungkapan di bawah ini:

Communism is the term used broadly to designate a theory or system of social organization based on the holding of all property in common. Specifically and currently, it refers to the doctrines underlying the revolutionary move establish a soci-ety in which all goods will be socially owned and all economic activities socially planned and controlled.9

Komunisme adalah istilah yanag digunakan secara luas yang menunjuk kepada sebuah teori atau sistem sosial yang di-dasarkan kepada pemilikan harta oleh umum. Secara khusus dan sekarang ini, komunisme menunjuk kepada doktrin yang didasari gerakan-gerakan revolusioner dengan mak-sud untuk menghapuskan kapitalisme dan membangun suatu masyarakat di mana semua orang akan menjadi milik masyarakat dan semua aktivitas ekonomi direncanakan dan dikontrol oleh masyarakat.

Dalam Encyclopedi Britanica komunisme diartikan seba-gai:

Communism is a term used to denote systems of social orga-nization based upon common property or an equal distribu-tion of income and wealth.10

Komunisme adalah suatu istilah untuk menunjukkan sistem sosial yang mendasarkan pemilikan harta secara umum, atau pembagian pendapatan dan kesejahteraan yang sama.

Menurut teori Marx, semua perubahan sejarah pada akhir nya ditentukan oleh perubahan tata hubungan dari causa produksi melalui kondisi-kondisi teknik. Seperti dalam sistem perekonomian perubahan terjadi dari perbudakan ke pertani-

9 Americana Comporation, Encyclopedi Americana, jilid 7, hlm. 435.10 Encyclopedi Britanica, jilid 6, hlm. 205.

Page 90: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

82

an lalu ke kapitalisme dan akhirnya perburuhan bebas, di sana terdapat kesuksesan dalam produksi barang-barang material. Tetapi sebaliknya, menurut teori ini setiap sistem ekonomi menimbulkan ekploitasi kelas.

Menurut teori ini, kapitalisme yang telah mengadakan eksploitasi terhadap kaum pekerja mendatangkan perbedaan tajam antara nilai produksi dan nilai upah yang diterima oleh pekerjanya. Kapitalisme telah menumbuhkan kelas-kelas produktif, tetapi pada saat yang sama menghukum kaum bu-ruh untuk tidak hidup mengikat. Sehingga akhir dari proses sejarah, menurut Marx dan Engels, produksi kekayaan akan merupakan panggung yang dapat memuaskan secara material terhadap kebutuhan masyarakat.11

Menurut Marx dan Engels sejarah kehidupan manusia merupakan sejarah pertarungan kelas. Dalam pertarungan ini yang harus menang adalah kaum buruh. Kaum buruh harus diorganisasikan dalam dua partai politik untuk mendirikan ‘kekuasaan diktator prolelatiat’ guna merobohkan kapitalisme, dan mengganti sistem sosial dengan mendasarkan pemilikan kolektif dari alat-alat produksi.

Dalam tulisan tulisanya Marx dan Engles menerangkan bahwa ide masyarakat yang ideal hanyalah terkandung dalam termonologi umum sebagai sistem pemilikan oleh masyarakat oleh masyarakat. Distribusi kebutuhan manusia didasarkan kepada kebutuhan dan negara merupakan satu-satunya alat dalam melakukan tugas ini.

Marx dan Engels menggunakan terminologi komunisme untuk membedakan program mereka dari sosialisme. Pada mulanay dau istilah di atas dapat dibedakan, sebab gerakan sosialisme pada tahun 1840–an berarti reformasi ekonomi dan

11 Americana Comporation, Op. cit. hlm 436.

Page 91: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

83

sosial, tapi keduanya sama-sama mendukung pemilikan oleh masyarakat. Walaupun pada mulanya sosialisme hanya dalam bidang ekonomi, tapi dalam perjalanan sejarahnya, sosialime telah memasuki unsur moral, sosial dan politik. Kenyataanya, bersama dengan nasionalisme, sosialisme menjadi ideologi dari gerakan-gerakan politik abad ke-20.

Oleh sebab itu sejak tahun 1875, terminologi sosialisme berhenti digunakan, dan doktrin Marx menjadi dikenal sebagai ‘sosialisme ilmiah‘, tapi doktrin ini baru diterima dan dibang-kitkan oleh revolosi Bolsheviks di Rusia. Negara ini menjadi pemula diterapkannya teori komunisme secara utuh. Sejak ke-menangan kaum Bolsheviks, penghapusan hak milik pribadi berjalan sangat lancar.12

Selanjutnya Abul A’la Al Maududi dalam bukunya ‘Dasar-dasar ekonomi dalam Islam dan berbagai sistem masa kini‘ menguraikan bahwa:

Sistem ini berdiri di atas dasar yang mengatakan bahwa alat-alat produksi seluruhnya menjadi milik bersama antara anggota-anggota masyarakat. Individu-individu sebagai orang-seorang, tidak mempunyai hak untuk memilikinya dan bertindak atasnya menurut keinginannya dan menikmati-nya secara sendiri-sendiri. Individu-individu tidak mungkin memperoleh sesuatu, kecuali sebagai upah atas jasa-jasa yang diberikannya untuk kemaslahatan masyarakat bersama. Masyarakatlah yang menyediakan kebutuhan hidup bagi me-reka sedang mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaannya sebagai imbalannya.13

Jadi sistem ekonomi kapitalisme dan komunisme ada-lah merupakan suatu diametrikal berlawanan satu sama lain. Meskipun kapitalisme memberikan kebebasan pribadi dan 12 Ibid., hlm. 436.13 Abul A’la Al Maududi, Ususu al Iqtishadi Baina al Islami Wannudhumi al

Mu’ashirah, terjemahan: Abdullah Suhaili, ‘Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam dan Berbagai Sistem Masa Kini’, hlm. 9.

Page 92: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

84

hak asasi kepada individu-individu tetapi tidaklah terdapat di dalam prinsip-prinsip dan teori-teorinya sesuatu yang dapat membangkitkan jiwa individu–individu itu untuk mengabdi pada kepentingan masyarakat dan memaksa mereka untuk itu di mana perlu. Tetapi ia menumbukan pada diri mereka sen-diri dan mendorong mereka untuk memerangi kepentingan masyarakat demi untuk membela kepentingan pribadi mereka, hingga rusaklah keseimbangan dalam pembagian kekayaan di antara anggota masyarakat.

Akhirnya terjadi sekelompok minoritas yang mempunyai nasib baik telah menjadi jutawan-jutawan karena mereka te-lah menguasai sumber-sumber kekayaan, sedang mereka tidak putus-putusnya berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekayaan-nya untuk diri mereka sendiri, berkat kekuatan kekuatan yang diberikan oleh model-model mereka dan kekayaan-kekayaan mereka yang tersimpan. Dan segi yang lain, terjadi keadaan perekonomian masyarakat ramai dan rakyat banyak makin menjadi suram, sehingga bagian mereka dari pembagian keka-yaan nasional hanya sedikit.

Dan tidak diragukan lagi bahwa kekayaan kaum kapitalis yang berlimpah-limpah dengan gagasan yang tidak berimbang itu, tidak lain akan terhentinya peredaran darah di dalam tu-buh perekonomian, hingga matilah sebagian dari pada ang-gota-anggotanya karena kekurangan darah, sedang sebagian yang lain menguragi kerusakan karena darah terlalu banyak terkumpul di sana. Demikian Abul A’la al Maududi menyim-pulkan bahwa:

Sudah terang bahwa, sistem seperti ini semata hanya mela-hirkan rentenir-rentenir, pemilik-pemilik pabrik dan tuan-tuan tanah pada satu segi, kaum buruh dan kaum tani pada segi yang lain, menghendaki jiwa santun menyantun, tolong menolong dan gotong royong dari kalangan masyarakat,

Page 93: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

85

hingga tiap-tiap individu terpaksa merasa putus asa dalam mencari penghidupannya dengan alat-alatnya sendiri, per-gulatan untuk hidup terjadilah dengan hebatnya di antara anggota-anggota masyarakat, bukan tolong-menolong dan gotong-royong. Tiap-tiap individu berusaha dengan segenap kekuatan yang ada padanya untuk memiliki sendiri sumber-sumber kekayaan. Dimonopoli dan tidak dipergunakanya ke-cuali untuk menambah kekayaan melipatgandakan.14

Selanjutnya dikatakan bahwa sistem ini mempunyai ke-cenderungan untuk mengumpulkan kekayaan dan tidak Me-ngeluarkanya kecuali dengan jalan yang mendatangkan keun-tungan besar bagi dirinya. Usaha ini semata mata dijiwai oleh tujuan, yaitu ‘memperoleh uang dengan uang‘ baik dengan jalan perdagangan, maupun membungakan uang (riba). Sebab mereka berpandangan bahwa tidak ada perbedaan yang prin-sipil antara ‘jual beli‘ dan riba. Keduanya berada dalam satu sistem yang saling membutuhkan, sehingga mata perdagang-an tidak bisa maju kecuali dengan riba.15

Dan, komunis bertujuan untuk menanggulangi kerusak-an sistem kapitalisme, tetapi sayang memilih jalan yang sama sekali tidak benar. Tujuannya hendak menegakkan keadilan dan keseimbangan dalam pembagian kekayaan, tetapi untuk mencapai tujuan ini, ia memilih jalan yang pada hakikatnya memerangai fitrah manusia. Ia menghapuskan hak induvidu-individu untuk menghayati hak milik perseorangan dan men-jadikan mereka sebagai pelayan-pelayan yang bekerja untuk masyrakat. Bahayanya tidak saja menghancurkan perekono-mian, tetapi juga memusnahkan kehidupan-kehidupan kebu-dayaan manusia seluruhnya, karena ia dalam masalah pereko-nomian manusia dan kebudayaannya, membinasakan jiwanya 14 Ibid., hlm. 8.15 Ibid, hlm. 8-9.

Page 94: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

86

dan menghancurkan kekuatannya yang hakiki yang menjadi pendorong untuk bekerja giat dan bersungguh-sungguh. Hal itu adalah karena yang mendorong individu-individu untuk menumpahkan segenap tenaganya dalam berusaha dan ber-juang dalam bidang perekonomian dan kebudayaan pada hakikatnya tidak lain melainkan demi kepentingan pribadi mereka.

Oleh karena itu Abdul A’la Maududi menjelaskan bahwa usaha untuk kepentingan pribadi ini adalah merupakan ego-isme alamiah yang diperuntukkan oleh Allah kepada manusia. Maka tidak seorang pun mau mencurahkan tenaga dan pikiran-nya, kecuali dalam pekerjaan yang disukainya dan digemarinya karena kepentingan pribadi, atau dipandang bermanfaat bagi dirinya. Apabila hal tersebut tidak ada pada dirinya, bagaima-na pun ia memeras tenaganya, namun tidak akan memperoleh manfaat dan keuntungan lebih dari apa yang telah ditentukan baginya. Dan, akan merosotlah kekuatan mental dan kegairah-an kerja, ia pun tidak lebih hanya sebagai seorang buruh yang tidak bersemangat dalam karya melainkan sekadar besarnya upah yang telah ditetapkan untuknya.16

Jadi sistem ini mempergunakan individu-individu hanya sebagai alat mekanis yang mati dan merampas dari kemerde-kaan berpikir manusia, kemerdekaan menyatakan pendapat dan kebebsan memilih pekerjaan. Inilah yang menjadikan pe-merintah Rusia suatu pemerintah yang paling keras dan pa-ling kejam. Hal ini bukan semata-mata karena orang yang me-megang kendali pemerintahan seorang diktator seperti Stalin, karena fitrah sistem Komunis itu sendiri yang mengundang seorang yang menjadi diktator.

16 Ibid., hlm. 12.

Page 95: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

87

C. Sistem Ekonomi menurut al-Qur’an

Ajaran Islam tentang nilai-nilai hidup yang saleh menyang-kut semua segi kehidupan dan kegiatan manusia. Menurut al-Qur’an, tidak ada satu pun segi kehidupan yang bersifat dunia-wi semata-mata. Setiap segi kehidupan manusia, termasuk ma salah ekonomi adalah bersifat spiritual, bila dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai ajaran al-Qur’an. Karena itu pemahaman yang tepat akan tujuan dan nilai-nilai ini ada-lah mutlak perlu sebelum menggambarkan sistem ekonomi menurut al-Qur’an.

Ada empat tujuan dan nilai-nilai ekonomi menurut al-Qur’an yaitu: (1) Kesejehteraan ekonomi dalam kerangka norma-norma moral Islam, (2) Persaudaraan dan keadilan uni-versal, (3) Distribusi pendapatan yang adil, dan (4) kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.

Keempat tujuan dan nilai-nilai tersebut belumlah menca-kup semua tujuan dan nilai-nilai ekonomi menurut al-Qur’an, tetapi telah cukup memberikan kerangka yang memadai untuk membahas dan menyusun sistem ekonomi menurut al-Qur’an dan menjelaskan ciri-ciri ekonomi tersebut, yang membeda-kan dari kedua sistem ekonomi yang mengusai sebagian besar dunia, kapitalisme, dan komunisme.

Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma-norma 1. moral Islam

Dalam kaitannya dengan “kesejahteraan ekonomi dan norma-norma moral’ tersebut, al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 168 menyebutkan:

Page 96: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

88

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti lang-kah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.17

Surat al-Baqarah ayat 60:

Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan jan-ganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat keru-sakan.18

Surat al-Maidah ayat 87–88:

87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haram-kan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,

17 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 41.18 Ibid., hlm. 19.

Page 97: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

89

dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Al-lah yang kamu beriman kepada-Nya.19

Ayat-ayat tersebut di atas dan banyak lagi ayat-ayat lain yang serupa, menyampaikan pokok-pokok ajaran dalam masalah ekonomi. Islam menyerukan pemeluk-pemeluknya untuk menikmati anugerah Allah dan melarang memberi batas kuantitatif terhadap pertumbuhan material masyarakat. Bah-kan Islam menyamakan usaha untuk mencapai kesejahtera an material dan tindak kebajikan.

Surat al-Jumu’ah, ayat 10

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.20

“Bila Allah memberi kesempatan untuk mencari rezeki kepa-da salah seorang diantaramu, maka hendaklah memanfaat-kannya sampai habis atau sampai ia lagi menyukainya”.21

19 Ibid., hlm. 176.20 Ibid., hlm. 933.21 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah , Juz II, hlm. 727.

Page 98: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

90

Islam bahkan mengajarkan lebih jauh lagi. Islam menye-rukan pemeluk-pemeluknya untuk menguasai dunia dan alam, karena menurut al-Qur’an semua sumber-sumber daya di langit maupun di bumi adalah diciptakan untuk kepenting-an manusia

Surat Luqman ayat 20:

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menun-dukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petun-juk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.22

Jelaslah bahwa pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus menjadi salah satu tujuan-tujuan ekonomis masyarakat, karena hal itu merupakan manifestasi dari usaha yang terus menerus, untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang disediakan oleh Allah untuk kepentingan dan pe-ningkatkan taraf hidup manusia, dan dengan demikian menun-jang usaha untuk mencapai tujuan diciptakannya manusia.

Demikan juga Islam melarang pemeluknya untuk me-ngemis dan menyuruh mereka untuk berusaha sendiri untuk mencari nafkah, sebagaimana hadits Nabi saw:

22 Departemen Agama RI., Op. Cit. Hlm. 723.

Page 99: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

91

Tidak ada penghasilan yang lebih baik yang diperoleh se-sorang daripada hasil kerjanya sendiri.23

Dari hadits ini dapat diambil pengertian bahwa salah satu tujuan ekonomis masyarakat menurut Islam haruslah berupa menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomis yang sedemiki-an rupa hingga mereka yang ingin bekerja dan yang mencari nafkah (pekerjaan) dapat memperoleh yang menguntungkan sesuai dengan kemampuan mereka. Bila hal ini tidak tercapai, maka masyarakat menurut Islam tidak bisa dikatakan berha-sil dalam tujuannya, bahkan dalam tujuan spiritualnyapun karena orang-orang yang tidak punya mata pencaharian akan hidup sengsara tak terkira, kecuali bila mereka bergantung pada sedekah atau pengemis atau melakukan tindakan-tin-dakan yang bertentangan dengan moral. Padahal hal tersebut, terutama dua hal yeng disebut terakhir, adalah bertentangan sama sekali dengan jiwa Islam.

Penekanan Islam terhadap kesejahteraan ekonomi ber-sumber dari pesan yang dibawanya sendiri, yakni Islam da-tang dengan fungsi sebagai “rahmat” bagi seluruh umat ma-nusia dengan tujuan membuat hidup lebih kaya dan berharga, bukannya lebih miskin dan penuh kesusahan.

Surat al-Anbiya’ ayat 107:

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (men-jadi) rahmat bagi semesta alam.24

23 Ibnu Majah , Op cit., hlm. 723. 24 Departemen Agama RI., Op. Cit. hlm. 508.

Page 100: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

92

Surat Yunus ayat 57:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajar-an dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.25

Surat al-Baqarah, ayat 185:

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak mengh-endaki kesukaran bagimu.26

Surat al-Nisa’, ayat 28:

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manu-sia dijadikan bersifat lemah.27

Surat al-Maidah, ayat 6:

25 Ibid., hlm. 315.26 Ibid., hlm. 45.27 Ibid., hlm. 122.

Page 101: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

93

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.28

Atas dasar ayat-ayat al-Qur’an ini para ahli hukum Islam seluruhnya setuju bahwa melayani kebutuhan orang banyak dan meringankan kesulitan-kesulitan mereka adalah tujuan utama Syari’ah.29 Imam Ghazali juga mengatakan bahwa tujuan syari’ah adalah untuk meningkatkan kesejahtera-an masyarakat yang kuncinya terletak pada pengamanan iman, hidup dan kecerdasan mereka, dan bahwa karena itu apapun yang memantapkan kelima hal itu berarti te-lah melayani kepentingan masyarakat dan dinilai baik sekali.30

Mungkin, seseorang akan bertindak ekstrem untuk me-ngejar tingkat ekonomi yang lebih makmur dan sejahtera de-ngan menempatkan kesejahteraan material itu sendiri sebagai tujuan sedang ia mengabaikan nilai-nilai spiritual. Atau ia mencari kekayaan dengan cara-cara yang tidak jujur, mengeks-ploitir orang lain, memperlakukan orang lain denga dzalim dan tidak adil, dan tidak berusaha meningkatkan kesejahtera-an orang-orang lain dengan apa yang dimiliki atau disimpan-nya. Dengan demikian karena Islam juga berusaha mensucikan hidup, maka al-Qur’an dengan jelas memperingatkan akan ba-haya ini, yakni:

Surat al-Jumu’ah ayat 10:

28 Ibid., hlm. 159.29 Muhammad Abu Zahrah, Usul al Fiqh, hlm. 355.30 Imam Al Ghazali, Al Mustasfa, hlm. 139–140.

Page 102: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

94

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.31

Kata “mengingat Allah banyak-banyak” adalah ketika menjual atau membeli, memberi atau menerima, kamu harus banyak-banyak mengingat Allah agar usaha-usaha dunia itu tidak menutup pandangan mata hatimu pada keuntungan yang kamu terima pada hari akhirat.32

Ayat al-Qur’an tersebut di atas menunjukkan cara Islam menciptakan keserasiaan antara materi dan moral dengan mendesak pemeluk-pemeluknya untuk berusaha mencapai kesejahteraan material, tapi pada waktu yang sama juga me-nekankan agar mereka menempatkan usaha material tersebut di atas moral dan dengan demikian orientasi spiritual kepada usaha material. Keserasian segi hidup material dan spiritual ini adalah ciri dari sistem ekonomi dalam al-Qur’an. Masalah spiritual dan material telah dijalin satu dengan yang lain agar keduanya dapat berfungsi sebagai sumber kekuatan yang sa-ling menunjang dan bersama-sama menunjukkan kesejahtera-an hidup yang sejati. Menghilangkan salah satu dari keduanya akan mengakibatkan tidak tercapainya kesejahteraan hidup sejati.

Sintesa antar masalah material dan spiritual inilah yang tidak terdapat pada sistem kapitalisme dan komunisme, kare-na pada dasarnya kedua-duanya sekuler dan tidak mengan-dung nilai-nilai moral atau bersikap netral terhadap moral.

31 Departemen Agama RI., Op. Cit. hlm. 933.32 Abul Fida’ Ismail ibn Katsir al Qurasyi, Tafsir Al-Qur’an Al Adhim, Juz IV, hlm. 368

Page 103: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

95

Persaudaraan dan keadilan universal2.

Islam bertujuan membentuk suatu tertib sosial dimana se-mua orang diikat dengan tali persaudaraan dan kasih sayang seperti anggota-anggota satu keluarga yang diciptakan Allah swt dari satu pasang manusia. Persaudaraan ini adalah univer-sal dan tidak picik. Ia tidak dibatsi oleh batas-batas geologis tetapi melihat seluruh umat manusia, bukan hanya satu kelom-pok keluarga, suku atau ras. Dalam hal ini al-Qur’an menegas-kan dalam surat al-Hujurat, ayat 13:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sal-ing kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.33

Surat al-‘Araf ayat 158:

Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua … “.34

33 Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 847.34 Ibid, hlm. 247.

Page 104: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

96

Sebagai konsekuensi dari adanya persaudaraan univer-sal ini adalah kerja sama dan tolong-menolong, khususnya di antara sesama kaum muslim, di samping dipersatukan oleh asal-usul yang sama, sebagaimana dengan umat manusia yang lain, juga lebih khusus lagi dipersatukan oleh ikatan persa-maan ideologi, yang disifatkan dalam al-Qur’an sebagai “sau-dara seagama” yang saling berkasih sayang di antara mereka.

Suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam hubungannya dengan persaudaran ini adalah penekanan tentang keadilan, yang dengan tegas dinyatakan dalam al-Qur’an harus ditegas-kan di muka bumi sebagai salah satu tujuan utama ajaran-aja -ran para Rasul terutama Muhammad saw.

Surat al-Hadid ayat 25:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami de-ngan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami tu-runkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) su-paya manusia dapat melaksanakan keadilan….”35

Keadilan adalah menempati kedudukan yang sangat pen-ting dalam Islam, sehingga berlaku adil dianggap sebagai per-syaratan untuk bisa disebut saleh dan bertaqwa kepada Allah swt, yaitu ciri pokok seorang muslim.

Surat al-Maidah ayat 8:

35 Ibid, hlm. 904.

Page 105: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

97

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali ke-bencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.36

Persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat tidak berarti apa-apa, kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangannya terhadap masyarakat atau terhadap produksi sosial. Agar supaya tidak terjadi eks-ploitasi terhadap seseorang oleh orang lain, al-Qur’an men-desak kaum muslimin untuk tidak menekan hak orang lain.

Surat al-Syu’ara ayat 183:

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan mem-buat kerusakan.37

36 Ibid, hlm. 159.37 Ibid, hlm. 586.

Page 106: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

98

Dalam ayat ini diisyaratkan bahwa setiap orang harus memperoleh apa yang benar-benar menjadi haknya, bukan dengan merampas hak orang lain.

‘Hati-hatilah terhadap ketidakadilan, karena ketidakadilan akan mendatangkan kegelapan pada hari pengadilan’.38

Peringatan terhadap ketidakadilan dan eksploitasi ini adalah untuk melindungi hak-hak anggota masyarakat, baik para konsumen maupun produsen serta distributor, buruh maupun majikan. Hal ini bertujuan untuk memajukan ke-sejahteraan umum yang merupakan tujuan utama Islam.

Hubungan antara majikan dan buruh adalah hal yang penting dalam keadilan ekonomi, yang oleh Islam ditempatkan pada tempat yang selayaknya dan diberi norma-norma khusus sebagai pedoman untuk memperlakukan kedua belah pihak sebagaimana mestinya, juga untuk menciptakan keadilan di antara mereka. Seorang buruh berhak menerima upah yang adil atas hasil pekerjaannya dan tidaklah halal bagi seorang majikan Muslim untuk memeras buruhnya.

Suatu batas upah yang adil dan apa yang disebut eks-ploitasi terhadap buruh haruslah ditentukan berdasarkan keterangan-keterangan dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Islam tidak mengakui kontribusi produksi yang di-hasilkan oleh faktor-faktor produksi selain kerja buruh, dan karena itu konsep eksploitasi buruh dalam Islam tidak punya sangkut paut dengan konsep nilai lebih (surplus value) yang di-gagas oleh Marx. Secara teoritis dapat diajukan bahwa upah yang adil haruslah upah yang senilai dengan nilai konstribusi 38 Ahmad Ibnu Hambal, Musnad Ahmad, I, hlm. 8.

Page 107: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

99

terhadap produksi yang diberikan oleh buruh. Tetapi batasan ini sulit ditentukan dan tidak memiliki nilai kepraktisan yang cukup dalam pengaturan upah.

Tetapi ada sejumlah hadits yang dapat disimpulkan secara kualitatif tingkat upah yang minimum dan adil antara lain:

‘Seorang buruh (laki-laki atau perempuan) berhak, paling sedikit memperoleh makanan dan pakaian yang baik dengan ukuran moderat dan tidak dibebani dengan pekerjaan yang di luar batas kekuatannya’.39

Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa upah minimum haruslah upah yang memungkinkan seorang buruh untuk memperoleh makanan dan pakaian yang baik dan layak dalam jumlah yang cukup untuk dirinya dan keluarganya tanpa ha-rus bekerja terlalu keras. Ukuran ini dipandang oleh sahabat-sahabat Nabi saw sebagai ukuran minimum untuk memper-tahankan standar nilai spiritual dalam masyarakat.

“Janganlah kamu bebani buruh perempuan di luar batas

kekuatannya dalam usahanya mencari penghidupan, kare-na bila kau lakukan hal itu terhadapnya, ia mungkin akan

39 Imam Malik ibn Anas, Al Muwaththa’, juz II, hlm.980.

Page 108: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

100

melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dangan moral,dan janganlah kamu bebani bawahanmu yang laki-laki dengan tugas yang di luar batas kemampuannya, mungkin ia akan melakukan pencurian. Berlakulah penuh pertimbangan terhadap pegawai-pegawaimu, niscaya Allah akan berlaku penuh pertimbangan terhadapmu. Wajiblah bagimu untuk memberi makanan yang baik dan halal”.40

Di samping upah minimum ada juga tingkat upah yang ideal, yakni yang memungkinkan seorang pegawai memper-oleh makanan dan pakaian yang sama dengan yang bisa diper-oleh majikannya, seperti dalam hadits:

“Pegawai-pegawaimu adalah saudara-saudaramu yang telah dijadikan Allah sebagai bawahan-bawahanmu. Karena itu barangsiapa yang mempunyai saudara yang menjadi bawah-annya maka hendaknya ia memberikannya makanan dengan apa yang dimakannya sendiri dan memberinya pakaian de-ngan apa yang dipakainya sendiri”.41

Oleh karenanya upah yang adil tidak bisa berada di bawah upah minimum. Dengan sendirinya tingkat yang adil adalah yang mendekati upah ideal agar dapat meminimalkan per-bedaan pemasukan dan menjembatani jurang antara tingkat hidup majikan dan buruh, yang cenderung menciptakan dua kelas masyarakat yang berbeda, yakni kelompok the haves dan the haves not, yang dengan demikian akan melemahkan ikatan persaudaraan yang merupakan sifat yang mendasar dari suatu

40 Ibid., hlm,981.41 Muslim, Shahih Muslim, juz II, hlm, 30.

Page 109: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

101

masyarakat yang diinginkan Islam. Di antara kedua batas upah tersebut, upah minimum dan upah ideal-maka tingkat upah yang aktual akan ditentukan oleh interaksi persediaan dan per-mintaan (supply and demand), tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat kesadaran moral masyarakat yang bersangkutan.

Di samping diberi upah, sedikit-dikitnya upah minimum dan sebaik-baiknya upah ideal, maka Islam menuntut agar bu-ruh tidak dipekerjakan terlalu berat, atau dalam kondisi yang buruk, sehingga kesehatan mereka, atau kesempatan mereka untuk menikmati penghasilannya dan menjalani kehidupan rumah tangga tidak terganggu.

Surat al-Qashash ayat 27:

…. maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik”.42

Apabila mereka disuruh mengerjakan pekerjaan yang di luar batas kemampuan mereka, maka hendaklah mereka di-lengkapi dengan bantuan yang cukup untuk memungkinkan mereka mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa kesukaran.

“…dan janganlah kamu bebani mereka dengan pekerjaan yang di luar batas kemampuan mereka. Bila kamu lakukan hal itu, maka bantulah mereka“.43

42 Departemen Agama RI., Op. cit., hlm. 613.43 Imam Muslimin, Op. cit., hlm. 30.

Page 110: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

102

Hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa penetap-an jumlah jam kerja maksimum, kondisi-kondisi kerja yang layak, dan pengambilan langkah-langkah penjagaan terhdap akibat resiko industri haruslah sesuai dengan semangat ajaran Islam.

Sementara hal-hal tersebut di atas merupakan perlakuan yang diharapkan dari pihak majikan terhadap buruhnya, maka karena komitmennya terhadap keadilan, Islam juga melin dungi kepentingan majikan dengan memberikan kewajiban-kewa-jiban moral tertentu kepada pihak buruh. Kewajiban buruh yang pertama adalah mengerjakan pekerjaannya dengan jujur, teliti, rajin dan dengan kecermatan yang setinggi-tingginya.

“Sesungguhnya seorang buruh yang melakukan kewajiban-nya terhadap majikannya (yang mengangkat tugas, kejujuran dan kepatuhan terhadapnya) dan juga baik pengabdiannya kepada Allah, akan mendapatkan pahala dua kali lipat (dari Allah)”.44

Kemudian kewajiban kedua adalah berlaku jujur dan bisa dipercaya.

Surat al-Qashash ayat 26:

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

44 Ibid., hlm. 31.

Page 111: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

103

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil un-tuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.45

“Barang siapa yang telah kami serahi suatu pekerjaan dan te-lah kami sediakan nafkahnya, maka apa yang diperolehnya di luar itu adalah haram“.46

Jadi di samping Islam membebankan sejumlah kewajiban-kewajiban terhadap majikan, ia juga menuntut pihak buruh untuk bekerja dengan teliti dan rajin, berlaku jujur dan bisa di-percaya. Tujuannya adalah memberikan keadilan antara kedua belah pihak dalam setiap hubungan ekonomi. Hanya dengan keserasian seperti inilah yang mengatur tanggung jawab ke-dua belah pihak dan menekankan kerja sama dan pemenuhan kewajiban masing-masing dengan cermat, dalam suasana per-saudaraan, keadilan, dan memegang teguh nilai-nilai moral yang akan dapat melenyapkan konflik dan perpecahan antara buruh dan majikan, dan akhirnya akan tercapailah suatu keda-maian dalam industri.

Pembagian pendapatan yang adil3.

Dengan komitmen Islam yang khas dan mendalam ter-hadap persaudaraan umat manusia dan keadilan ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam hal pendapatan kekayaan tentu saja bertentangan dengan semangat Islam.45 Departemen Agama RI., Op. cit., hlm.46 Abu Daud, Sunan Abu Daud, II, hlm. 121.

Page 112: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

104

Ketidakadilan seperti itu hanya akan merusak, bukan mempererat rasa persaudaraan yang hendak diciptakan Is-lam. Di samping itu, karena seluruh sumber daya, menurut al-Qur’an adalah amanat Allah swt kepada seluruh umat ma-nusia, maka tidak alasan mengapa sumberdaya-sumberdaya tersebut harus dikuasai oleh sekelompok kecil manusia saja. Jadi Islam menekankan distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil hingga setiap individu memperoleh jaminan serta tingkat hidup yang manusiawi dan terhormat, sesuai dengan harkat manusia, yang inherent dalam ajaran-ajaran Islam, yaitu sebagai khalifah Allah di muka bumi. Suatu masyarakat yang gagal dalam memberikan jaminan dengan taraf hidup yang manusiawi tidak diinginkan oleh Islam.

‘Bukanlah seorang muslim yang tidur dengan kenyang sedang tetangganya lapar’47

Tentang redistribusi kemakmuran terdiri dari tiga bagian, seperti yang telah diuraikan terlebih dahulu yaitu:

Pertama; ajaran-ajaran tentang pemberian bantuan bagi kaum pengangguran dan pencari pekerjaan supaya mereka memperoleh pekerjaan yang baik, dan pemberi upah yang adil bagi mereka yang bekerja. Kedua; ajaran-ajaran tentang zakat dengan maksud untuk redistribusi pendapat dari kelompok kaya kepada kelompok miskin yang karena ketidakmampuan atau rintangan-rintangan pribadi (kondisi-kondisi fisik atau mental yang bersifat eksternal, misalnya ketiadaan kesempat-an kerja) tidak mampu mencapai tingkat hidup yang terhor-47 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid III, hlm. 52.

Page 113: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

105

mat dengan usaha sendiri. Hal ini dimaksudkan agar kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja. Ketiga; ajaran tentang pembagian harta pusaka, sesuai dengan patok-an yang telah ditentukan dalam al–Qur’an, dimaksudkan un-tuk mengintensifkan dan mempercepat distribusi kekayaan di masyarakat.

Suatu konsep keadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan dan tentang keadilan ekonomi ini tidaklah menuntut bahwa semua orang harus menerima upah yang sama tanpa memandang kontribusinya kepada masyarakat. Al-Qur’an menolerir ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat tertentu karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan dan pe-layanannya kepada masyarakat.

Surat al-An‘am ayat 165:

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.48

48 Departemen Agama RI., Op. cit., hlm. 217.

Page 114: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

106

Surat al-Nahl, ayat 71:

Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasa-kan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?49

Karena itu, keadilan distributif dalam masyarakat menu-rut Islam, telah memberi jaminan tingkat hidup yang manu-siawi kepada seluruh warganya melalui pelembagaan zakat, mengizinkan perbedaan pendapat yang sesuai dengan perbe-daan nilai kontribusi atau pelayanan yang diberikan, masing-masing orang menerima pendapatan yang sepadan dengan nilai sosial dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dan, apabila ajaran-ajaran Islam tentang halal dan haram dalam kaitannya dengan pencarian kekayaan ditaati, norma tentang keadilan diperhatikan, pedoman-pedoman redistribusi pendapatan dan kekayaan diterapkan, dan ketentuan hukum dalam masalah harta pusaka dilaksanakan, maka tidak akan ada perbedaan yang mencolok dalam hal pendapatan dan ke-kayaan dalam suatu masyarakat.

49 Ibid., hlm.412.

Page 115: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

107

Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial4.

Surat al-Ra’d ayat 36.

… Katakanlah “sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”.50

Surat Luqman ayat 32:

Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gu-nung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sam-pai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.51

Surat al-A’raf ayat 157:

50 Ibid., hlm. 375.51 Ibid,. hlm. 657.

Page 116: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

108

(yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka menger-jakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-beleng-gu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.52

Ayat-ayat al-Qur’an tersebut mengandung arti bahwa dasar iman yang paling penting dalam Islam adalah keper-cayaan, bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt, karena itu hanya boleh bersikap menghamba di hadapan Allah swt saja. Dan, ini adalah intisari tentang kemerdekaan dari segala jenis penghambaan atau pembudakan.

Kerena itu tak seorang pun, walau negara sekalipun, ber-hak merampas kemerdekaannya yang membuat hidupnya tunduk pada berbagai cara atau aturan.

Ulama-ulama fiqih sepakat bahwa pembatasan-pem-batasan tak dapat diberikan kepada seorang yang merdeka, de-52 Ibid., hlm. 246.

Page 117: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

109

wasa, dan sehat akal pikirannya. Bahkan Imam Abu Hanifiah melangkah lebih jauh dan menganggap pembatasan apapun tidak boleh dikenakan terhadap seorang yang merdeka, dewa-sa, dan sehat akal pikirannya, walaupun ia berbuat merugikan kepentingan dirinya sendiri dengan membelanjakan uangnya secara boros. Sebab merampas kemerdekaan menentukan pi-lih an adalah sama dengan merendahkan kemanusiaannya dan memperlakukannya seperti binatang. Kedzaliman yang ditim-bulkan oleh tindakan ini adalah lebih besar daripada kerusak-an yang timbul karena keborosannya. Suatu bencana yang le-bih besar tak boleh dikenakan untuk menghindari bahaya yang lebih kecil.53

Selanjutnya al-Jaziri menyebutkan bahwa semua ahli hukum Islam berpendapat boleh dikenakan pembatasan apabila pembatasan itu dapat mencegah timbulnya keru-gian di pihak orang lain atau meyelamatkan kepentingan umum, karena dalam kata-kata Abu Hanifah, Kontrol adalah perlu bagi seorang dokter yang tidak berpengala-man, atau seorang hakim yang tidak hati-hati, atau se-orang majikan yang bangkrut, karena kontrol seperti itu berarti memberikan kerugian yang lebih kecil terhadap seseorang untuk menghindari bahaya yang lebih besar.54

Kemudian untuk menempatkan hak-hak antara individu dengan individu yang lain dalam masyarakat, para ulama ahli fiqih telah sepakat atas prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

a. Kepentingan yang lebih besar dari masyarakat harus lebih diutamakan daripada kepentingan individu.

b. Menghindari kesusahan dan meningkatkan keuntungan adalah tujuan utama syari’ah, namun yang utama lebih diutamakan daripada yang kedua.

53 Abdur Rahman Al Jaziry, Kitab al-Fiqih ‘ala Madzahib al arba’ah, Juz II, hlm. 349.54 Ibid., hlm. 349.

Page 118: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

110

c. Suatu kerugian yang lebih besar tak dapat dikenakan un-tuk menghindari kerugian yang lebih kecil, atau suatu ke-untungan yang lebih besar tidak dapat dikorbankan demi keuntungan yang lebih kecil. Sebaliknya, kerugian yang lebih kecil dapat dikenakan untuk menghindari kerugian yang lebih besar, atau suatu keuntungan yang lebih kecil dapat dikorbankan demi keuntungan yang lebih besar.55

Kemerdekaan individu, dalam batas-batas etika Islam, hanya dapat dibenarkan selama tidak bertentangan dengan ke-pentingan masyarakat yang lebih besar, atau selama individu yang bersangkutan tidak melanggar hak-hak orang lain.

Sistem ekonomi menurut al-Qur’an5.

Sebagaimana diuraikan tersebut di atas bahwa tujuan-tujuan ekonomi menurut al-Qur’an menunjukkan bahwa ke-sejahteraan material yang berdasarkan nilai-nilai spiritual yang kokoh merupakan dasar yang sangat perlu dari sifat ekonomi tersebut. Karena dasar sistem ekonomi tersebut berbeda dari sistem kapitalisme dan komunisme, yang keduanya terikat pada keduniawian semata dan tidak berorientasi pada nilai-nilai spiritual, maka suprastrikturnya juga mesti berbeda.

Sistem ekonomi menurut al-Qur’an adalah betul-betul diabadikan kepeda persaudaraaan umat manusia yang diser-tai keadilan ekonomi dan sosial, serta distribusi pendapatan yang adil, dan kepada kemerdekaan individu dalam konteks kesejahteraan sosial. Perlu dinyatakan di sini bahwa pengab-dian ini berorientasi spiritual dan terjalin erat dengan kese-luruhan jalinan nilai-nilai ekonomi dan sosialnya. Berbeda dengan kapitalisme dan komunisme. Orientasi kapitalisme pada keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan 55 Muhammad Abu Zahrah, Op. cit., hlm. 350.

Page 119: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

111

yang adil hanya bersifat parsial saja, dan merupakan akibat dari adanya desakan-desakan kelompok masyarakat, bukan-nya merupakan dorongan dari tujuan spiritual untuk men-ciptakan persaudaraan umat manusia, dan tidak merupakan bagian integral dari keseluruhan filsafatnya. Sedang orientasi Komunisme walaupun dinyatakan sebagai hasil dari filsafat dasarnya, tidaklah benar-benar berarti karena tiadanya peng-abdian kepada cita persaudaraan umat manusia dan kriteria keadilan dan persamaan yang adil berdasarkan kerohanian di satu pihak, dan di pihak lain karena hilangnya kehormatan dan identitas individu yang disebabkan karena tidak diakui-nya kemerdekaan individu, yang merupakan kebutuhan dasar manusia.

Ketentuan Islam tentang kemerdekaan individu dengan jelas membedakannya dari sistem komunis atau sistem-sistem yang lain, yang tidak mengakui adanya kebebasan individu. Saling rela tidak terpaksa antara penjual dan pembeli, menutut semua ulama fiqih, adalah merupakan syarat sahnya transaksi dagang.56

Surat al-Nisa’ ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali de-ngan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; se-sungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.57 56 Abdur Rahman al Jaziri, Op. cit., hlm. 153-168.57 Departemen Agama RI., Op. cit., hlm. 122.

Page 120: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

112

Satu-satunya sistem yang sesuai dengan semangat kebe-basan dalam way of life Islam ini adalah sistem yang pelaksa-naan sebagian besar proses produksi dan distribusi barang-barang serta jasa diserahkan kepada individu-individu atau kelompok-kelompok yang dibentuk dengan suka rela, dan dimana setiap individu diijinkan untuk menjual kepada dan membeli dari siapapun yang dikehendakinya dengan keten-tuan yang disetujui, kedua belah pihak. Kebebasan berusaha, berlawanan dengan komunisme, memberikan kemungkinan untuk hal itu dan diakui oleh Islam bersama-sama dengan unsur –unsur yang mendampinginya, yaitu pelembagaan hak milik pribadi.

Ayat-ayat al-Qur’an, Sunnah Nabi saw dan literatur fiqih banyak yang membahas secara terperinci tentang norma-nor-ma yang menyangkut pencarian dan pembelanjaan harta ben-da pribadi dan perdagangan, di samping pembagian zakat dan warisan, yang pasti tidak akan dilakukan dengan demikian terperinci seandainya pelembagaan sumber-sumber daya yang produktif tidak diakui oleh Islam. Disamping itu, sepanjang sejarah Islam, prinsip ini telah dipegang teguh secara universal oleh kaum muslimin dengan pengecualian-pengecualian yang sangat jarang sekali, dan pengecualian-pengecualian ini tidak pernah diakui termasuk dalam aliran pemikiran islam. Karena itu, peniadaan hak milik pribadi ini tidak dapat dipandang se-suai dengan ajaran al-Qur’an.

Mekanisme pasar juga dapat dipandang sebagai bagian integral dari sistem ekonomi menurut al-Qur’an, karena di satu pihak pelembagaan hak milik pribadi tidak akan dapat berfungsi tanpa pasar, dan di lain pihak pasar memberikan kesempatan kepada konsumen untuk mengungkapkan ke-inginannya terhadap produksi barang-barang yang mereka senangi dengan kesediaan mereka untuk membayar harganya,

Page 121: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

113

dan juga memberikan kepada pemilik-pemilik sumber daya kesempatan untuk menjual barang-barang sesuai dengan ke-inginan mereka.

Motif mencari keuntungan, yang mendasari keberhasilan pelaksanaan sistem yang dijiwai kebebasan berusaha yang di-akui oleh islam, Abdur Rahman al-Jaziri, menjelaskan:

“Jual beli diperbolehkan oleh Syari’ah agar orang banyak da-pat saling memperoleh keuntungan. Tentu saja hal ini juga da-pat menjadi sumber ketidakadilan, karena baik penjual atau pembeli menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan Allah yang membuat hukum memang tidak melarang mengambil keuntungan dan tidak pula membatasi besarnya keuntungan yang diambil. Tetapi Dia melarang penipuan dan mengatakan sifat-sifat yang tidak ada dalam barang dagan-gan.58

Demikian ini, dikarenakan keuntungan memberikan in-sentif yang perlu bagi efisiensi pemakaian sumber daya yang telah dianugerahkan Allah swt kepada umat manusia. Efisiensi dalam alokasi sumber daya ini merupakan unsur yang perlu dalam kehidupan masyarakat yang sehat dan bergairah. Tetapi karena adalah mungkin untuk menjadikan keuntungan se-bagai tujuan utama dan dengan demikian membawa kepada berbagai penyakit ekonomi dan sosial, maka al-Qur’an men-empatkan pembatasan-pembatasan moral tertentu atas motif mencari keuntungan sehingga motif tersebut menunjang ke-pentingan pribadi (individu) dalam konteks sosial dan tidak melanggar tujuan-tujuan Islam dalam keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil.

Ketentuan Islam atas kebebasan berusaha bersama-sama dengan pelembagaan hak milik pribadi dan motif mencari 58 Abdur Rahman Al Jaziri, Op. Cit., hlm. 283-284.

Page 122: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

114

keuntungan tidaklah menjadikan sistem ekonomi menurut al-Qur’an mirip dengan sistem kapitalisme yang berdasarkan kebebasan berusaha. Perbedaan antara kedua sistem itu perlu dipahami dengan adanya dua alasan yang fundamental, yaitu:

Pertama, dalam sistem ekonomi menurut al-Qur’an walau-pun pemilikan harta benda secara pribadi dizinkan, namun ia harus dipandang sebagai amanat dari Allah swt karena segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi sebenarnya adalah mi-lik Allah, dan manusia sebagai khalifah-Nya hanya mempu-nyai hak untuk memilikinya sebagai suatu amanat.

Surat al-Nisaa’ ayat 126:

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala se-suatu.59

Surat al-Mu’minun 84–85:

84. Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?”

85. Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “maka apakah kamu tidak ingat?”60

59 Departemen Agama RI. Op.Cit., hlm. 14260 Ibid., hlm. 536.

Page 123: Al-Quran & Perekonomian

Perbedaan S i s tem Perekonomian Menurut a l -Qur ’an . . .

115

Surat al-Nur ayat 33:

…. dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu ….61

Kedua, karena manusia adalah sebagai khalifah Allah di bumi dan harta benda yang dimilikinya adalah amanat dari-Nya, maka manusia terikat dengan syarat-syarat amanat, atau lebih khusus lagi oleh nilai-nilai norma Islam, terutama nilai-nilai halal dan haram, persaudaraan, keadilan sosisal dan ekonomi, distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil, dan menunjang kebaikan masyarakat umum. Harta benda harus dicari dengan cara-cara yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dan harus dipakai untuk tujuan-tujuan yang menjadi tu-juan penciptaannya.

Dari beberapa uraian dalam bab ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga macam sistem ekonomi yang terkenal di se-bagian besar belahan dunia ini yaitu: sistem ekonomi kapita-lis, komunis, dan sistem menurut al-Qur’an. Ketiganya saling berbeda di antara satu dengan lainnya. Perbedaannya terletak pada prinsip dasar dari sistem-sistem tersebut, yaitu antara lain sebagai berikut:

1. Sistem ekonomi menurut al-Qur’an berdasarkan atas nilai-nilai spiritual dalam rangka mencapai kesejahteraan mate-rial, sedangkan sistem kapitalis dan komunis semata-mata hanya terikat pada keduniawian, tidak berorientasi pada nilai-nilai spiritual.

2. Satu hal yang sangat menonjol adalah perbedaan tentang hak milik. Kapitalis adalah suatu teori yang berlandaskan

61 Ibid., hlm. 549.

Page 124: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

116

individu sebagai pemilik satu-satunya bagi apa yang di-usahakannya, yakni mengakui adanya hak milik individu secara mutlak. Dan Komunis tidak mengakuinya, akan tetapi ia berpendirian bahwa segala sesuatu yang dihasil-kannya adalah bersifat komunal yakni milik bersama. Se-dang sistem ekonomi menurut al-Qur’an sebagai sistem penengah dari kedua sistem tersebut yaitu mengakui ada-nya hak milik individu secara relatif, sebab pada hakikatnya harta yang dimilikinya adalah semata-mata adalah sebagai amanat dari Allah swt dan berfungsi sosial. Dan seseorang akan terikat dengan nilai-nilai amanat tersebut.

3. Walaupun ketiganya sama-sama mengakui adanya moti-vasi untuk mencari keuntungan dalam praktik perekono-mian, namun sistem ekonomi menurut al-Qur’an motif tersebut tidak sebagai tujuan utama, tetapi motif tersebut masih harus dibatasi dengan nilai-nilai moral, sehingga bisa menunjang kepentingan pribadi dalam konteks sosial dan tidak melanggar tujuan-tujuan Islam dalam keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan dan keka-yaan yang adil.

Jadi jelas bahwa sistem ekonomi menurut al-Qur’an berdiri di antara dua sistem yang ekstrim sebagai sistem pertengahan. Pokok prinsipnya yang terbesar, ialah memberikan hak asasi individu dengan suatu cara yang tidak merusak keseimbangan dalam pembagian kekayaan. Dan di segi yang lain mengikat tiap-tiap tindakan individu dengan berbagai ikatan moral de-ngan tujuan agar sumber-sumber kekayaan tidak terkumpul pada satu tempat secara besar-besaran, sehingga masing-ma-sing mempunyai bagian yang pantas. Dengan demikian me-ngatur perekonomiannya dengan suatu metode yang berbeda dengan kedua sistem kapitalis dan komunis dari segi jiwa, prinsip dan program kerja. (*)

Page 125: Al-Quran & Perekonomian

117

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelum-nya, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: Pertama, Prinsip dasar sistem ekonomi menurut al-Qur’an adalah tercapainya pemuasan berbagai keperluan manusia, baik perseorangan maupun masyarakat dan tercapainya hasil sebesar-besarnya menurut ukuran akal dengan meletakkan akal dengan mele-takkan norma-norma etik asasi berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasul tentang ekonomi di samping dasar ilmu pengetahuan.

Kedua, Nilai-nilai spiritual tentang nilai ekonomi yang di-ajarkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah yang harus dipegang te-guh oleh manusia sebagai pelaku ekonomi adalah harus senan-tiasa dalam keadaan ingat kepada Allah swt dan berkeyakinan bahwa pada hakikatnya harta kekayaan itu semata-mata hanya sebagai amanat khalifah Allah di bumi ini harus mempertang-gungjawabkan terhadap-Nya atas amanat tersebut.

Ketiga, Sistem ekonomi menurut al-Qur’an bertujuan demi keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil, sehingga terjadi keseimbangan dan kese-larasan kehidupan ekonomi di kalangan masyarakat.

PENUTUPVB A B

Page 126: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

118

Keempat, Ajaran zakat, shadaqah, infaq dan pembagian harta pusaka adalah sebagian dari media untuk mencapai ter-wujudnya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang adil dan sejahtera dan berjiwa gotong-royong yang dilandasi takwa kepada Allah swt.

Kelima, Sistem ekonomi menurut al-Qur’an berbeda de-ngan sistem kapitalis dan komunis. Perbedaannya terletak pada pokok prinsip dasar dari masing-masing sistem tersebut, yaitu:

a) Sistem Kapitalis terlalu menonjolkan pengakuan adanya hak milik pribadi dan sitem Komunis tidak, yakni hak mi-lik bersifat komunal atau milik bersama, sedangkan sistem menurut al-Qur’an berbeda di antara keduanya sebagai sistem pertengahan; dan

b) Sistem ekonomi menurut al-Qur’an berdasarkan nilai-nilai spiritual di samping nilai material, sedangkan kapitalis dan komunis semata-mata hanya terikat pada nilai material atau duniawi dan tidak berdasarkan atas nilai-nilai spiri-tual.

Berpijak pada hal di atas, hemat penulis, al-Qur’an seba-gai sumber pokok dalam Islam yang mengandung tata aturan dan nilai-nilai hidup yang saleh menyangkut berbagai aspek kehidupan dan kegiatan manusia, haruslah senantiasa kita pe-gang teguh sebagai konsekuensi umat Islam demi tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Oleh karena itu, kepada yang berwenang, hendaknya mengorganisir zakat sebagai sarana penyalur dan pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan di kalangan umat Islam dengan aturan sebaik-baiknya demi tercapainya keseimbang-

Page 127: Al-Quran & Perekonomian

Penutup

119

an kehidupan perekonomian masyarakat dalam rangka pe-ran serta ikut menyukseskan pembangunan Negara Republik Indonesia. Sebab dengan adanya keseimbangan ekonomi di kalangan masyarakat tersebut maka akan terjaminlah suatu keamanan dan ketahanan nasional berjalan dengan stabil. (*)

Page 128: Al-Quran & Perekonomian
Page 129: Al-Quran & Perekonomian

121

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Suhaili. Prinsip-prinsip Islam. saduran dari karangan Abul A’la Al Maududi yang berjudul The World Prin-ciple Understanding of Islam. Bandung: Al Ma’arif. 1976.

Abul A’la Al Maududi, Ususu al Iqtishadi Baina al Islami Wan-nudhumi al Mu’ashirah, terjemahan: Abdullah Suhaili, ‘Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam dan Berbagai Sistem Masa Kini’. Bandung: Al Ma’arif. 1980.

Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Imam. Al Musytasyfa. Mesir: Maktabah Al Jan-di. 1971.

Adams, Lewis Mueford (M Edt), Webster’s World University Dictionary, Washington: Publiser Company Inc. 1965.

Asad, Muhammad. 1981. Islam at The Crossroad, terjemahan: M. Hashem, Islam di Simpang Jalan. Bandung: Pustaka.

Anas, Malik Ibn. tt. Al-Muwaththa’ Juz II. Mesir: Mustafa al Baby al Halaby.

Bahrun, M. tt. Kamus Umum. Surabaya: Pelita Bahasa.

Al Bakry, Shalah Abdul Qadir. 1980. Al-Qur’an Wabian Al In-san, terjemahan: Abu Lalila dan Muhammad Tohir, Al-

Page 130: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

122

Qur’an dan Pembinaan Insan. Bandung: PT AL Ma’arif.

Basyir, Ahmad Azhar . 1978. Garis-garis Besar Sistem Ekonomi Islam. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Al Bukhari, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail. tt. Shahih Bukhari, Juz III. Mesir: Maktabah An Nashiriyah.

Cayne Bernard S. 1978. Encyclopedia American. USA: American Corporation, Danbury, Connecticut.

Daud, Abu, Sulaiman ibn Asy’as bin Ishaq Al Azdy as Sajasta-ny. tt. Sunan Abu Daud Juz II. Mesir

Departemen Agama RI. 1975. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakar-ta: PT. Bumi Restu.

Hakeem Abdul Hameed. 1983. Islam at A Glance, terjemahan: Ruslan Shiddieq, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, cet. II. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Hassan Shadily, 1982. Ensiklopedi Indonesia, Jilid I. Jakarta: Ich-tiar Baru-Van Hoeve.

Husain, Mirza Muhammad. 1970. Islam versus Sosialism, Sh. Muhammad Ashraf. Lahore.

Imam Ahmad, bin Hambal. tt. Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz I. Mesir: Maktabul Islami.

Imam Nasa’i. 1379 H. Sunan an-Nasa’i. Mesir: Musthofa Baby al Halaby.

Al Jauziyah, Ibnul Qoyim. 1325 H. Islamul Muwaqqi’in ar Rabbil alamin. Mesir: An Nil.

Al Jaziri, Abdur Rahman. 1980. Kitabul Fiqh ‘Ala Madzahibil Arba’ah, Jilid II. Mesir: Al Maktabah At Tijariyah Al Ku-bra.

Page 131: Al-Quran & Perekonomian

Daf tar Pustaka

123

Katsir al Qurasyi ad Dimasyqy, Abul Fida’ Ismail, ibn. tt. Tafsirul Qur’anil ‘Adhim, Juz II dan IV. Mesir: Al Babi Al Halabi.

Khozin Siraj. 1979. Aspek-aspek Fundamental Hukum Islam. Yog-yakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII.

Khushid, Ahmad. 1983. Islam, It’s Meaning and Message, terje-mahan: Achsin Mohammad, “Pesan Islam”. Bandung: Pustaka.

Majah, Ibnu. 1952. Sunan Ibnu Majah, Juz II. Mesir: Isa Al Babi Al Halabi.

Maxim Rodinson. 1982. Islam and Capitalism, terjemahan: Asep Hikmat, “Islam dan Kapitalisme”. Bandung: Iqra’.

Morehead, Albert, H. 1965. Illustrated Word Encyclopedia, Volume VI, XIII, XVIII. Bokley Publishing Corp.

Muslim, Imam. tt. Shahih Muslim, Juz I, II. Bandung: Dahlan.

Poerwadarminta WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. V. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Studi Interdisipliner tentang Islam. 1980. Pembangunan Ekonomi dalam Pandangan Islam. Seminar Nasional di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya: Al Ihsan.

Rasyidi. 1978. Hukum Islam dan Pelaksanaannya. Jakarta: Bulan Bintang.

Rasyid Ridla, Syekh. 1950. Tafsir Al Manar, Juz VI. Mesir: Darul Manar.

Robert E Baldwin. 1981. Economic Development and Growth, terje-mahan: St Dianjung “Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara Berkembang, cet. I. Jakarta: Bina Aksara.

Ruslan Abdul Gani. 1963. Sosialisme Indonesia. Jakarta: Jajaran Prapanca.

Page 132: Al-Quran & Perekonomian

Al-Qur ’an & S i s tem Perekonomian

124

As Sayis, Syekh Muhammad Ali. tt. Tafsir Ayatil Ahkam, Juz II. Mesir: Mathba’ah Ali Shalih.

Ash Siddieqy, Hasbi. 1974. Dinamika dan Elastisitas Hukum Is-lam. Jakarta: Bulan Bintang.

_____________, 1971. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

____________, 1964. Problematika Hadits sebagai Dasar Hukum Is-lam. Jakarta: Bulan Bintang.

___________, 1972. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang.

As Shiba’i, Musthafa Husain. 1981. Isytirakiyatul Islami, terjema-han: M. Abdai Ratomy, “Kehidupan Sosial Islam, Tun-tunan Hidup Masyarakat”. Bandung: CV. Diponegoro.

Subhi Shaleh. 1977. Ulumul Hadits Wamusthalahuhu, cet. IX. Bairut: Darul Ilmi lil Malayun.

___________, 1977. Mabahis fi Ulumi Al Qur’an, cet. IX. Bairut: Darul Ilmi lil Malayun.

Suseno, Slamet. 1982. Teknik Penulisan Ilmiah Populer, cet. II. Ja-karta: Gramedia.

Wahab Khalaf, Abd. 1980. Ushulul Fiqh, terjemahan: Moh. Tol-chah Mansoer, Noer Iskandar Al Barsany, “Kaidah-kai-dah Hukum Islam (Ushulul Fiqh)” Jilid I. Yogyakarta: CV. Nurcahaya.

Wermen E Preece. 1978. Enciclopedia Britanica. William Bentan Chicago.

Winardi. tt. Pengantar tentang Sistem Ekonomi. Bandung: Karya Nusantara.

___________, tt. Pengantar Ilmu EKonomi, Edisi IV. Bandung: Karya Nusantara.

Page 133: Al-Quran & Perekonomian

Daf tar Pustaka

125

Yusuf Muhammad Al Qardlawi. 1977. Musykilatul Fakri wa Kai-fa ‘Alajahal Islam, terjemahan: Umar Fanani, “Problem Kemiskinan Apa Konsep Islam”. Surabaya: Bina Ilmu.

Zahroh Abu, Muhammad. 1958. Ushul Fiqh. Darul Fikri Al-Ar-abi.

Zaki Yamani, Ahmad. 1974. Asy Syari’ah Al Khalidah wa Musyrika-til Azhar, terjemahan: Mahyudin Syaf, “Syariat Islam yang Abadi Menjawab Tantangan Zaman”. Bandung: Al Maarif.

Az Zamakhsyari, Abul Qosim Jarullah Muhammad bin Umar. tt. Tafsir Al Kasyaf, Jilid II. Bairut Libanon: Darul Ma’rifah.

Page 134: Al-Quran & Perekonomian
Page 135: Al-Quran & Perekonomian

127

TENTANG PENULIS

Dr. H. A. Muhtadi Ridwan, M.Ag., lahir di Lamongan, 02 Maret 1955. Graduasi pendidikan di selesaikan di Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya (sarjana lengkap. Jen-jang magister diselesaikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan gelar doktoral diraihnya pada Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Suami dari Dra. Hj. Jamilah tercatat aktif sebagai peng-gerak ekonomi masyarakat Islam kota. Dekan pada Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang ini juga dikenal sebagai Pendiri dan Ketua Yayasan Anak Yatim AT-TAUFIQ Sanan Malang. Selain mengajar, kesibukan dalam kesehariannya diisi dengan menjadi Pengarah Pengurus Ta’mir Masjid Bustanul Mukinin Bunulrejo Blimbing Malang.

Page 136: Al-Quran & Perekonomian