Post on 15-May-2019
MODUL PERKULIAHAN
KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI
Etika Dasar, Metode Etika serta Kebebasan dan Tanggung Jawab
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ilmu Komputer Sistem informasi 01 18052 Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.
Abstract KompetensiPada pokok bahasan saat ini, akan mendeskripsikan berkenaan dengan pengertian etika, teori etika, fungsi etika, jenis etika, sanksi etika, tiga norma umum, metode etika serta kebebasan dan tanggungjawab.
Mahasiswa diharapkanmampu mendeskripsikan berkenaan dengan pengertian etika, teori etika, fungsi etika, jenis etika, sanksi etika, tiga norma umum, metode etika serta kebebasan dan tanggungjawab
PendahuluanKata Etika berasal dari kataYunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan" adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Maka dari itu
etika merupakan suatu ilmu, yaitu ilmu tentang adat istiadat yang baik. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Bentuk jamaknya ta etha.sebagai bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat-kebiasaan
atau pola pikir yang dianut oleh sekelompok orang atau yang disebut masyarakat atau pola
tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Etika adalah ta
etha atau adat-kebiasaan, yang baik dipertahankan, dijunjung tinggi, dan diwariskan secara
turun temurun.
Pengertian Etika
Kata etika sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu bentuk sikap dan perilaku,
cerminan cara berfikir dan kebiasaan, yang mengarah kepada baik atau buruk, benar atau
salah yang dianut suatu golongan masyarakat.
Jenis-jenis etika, terbagi menjadi dua, yaitu Etika Deskriptif dan Etika Normatif.
1. Etika Deskriptif
2017 2 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Pada dasarnya etika deskriptif menggambarkan atau melukiskan realitas moral atau
tingkah laku serta tindakan manusia apa adanya atau sebagaimana adanya tingkah dan
tindakan tersebut.
2. Etika Normatif
Etika normatif membuat prinsip etis menjadi masuk akal dan operasional sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada tataran ilmu, etika normatif dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu: Etika
Umum dan Etika Khusus.
a. Etika umum atau norma moral umum memusatkan kajiannya pada norma moral
yang berlaku bagi semua orang dan di mana-mana.
Termasuk dalam etika normatif umum adalah norma moral (mengukur baik buruknya
perilaku manusia sebagai manusia), norma hukum (mengukur tindakan manusia
yang pelaksanaannya dapat dikenai sanksi), dan norma sopan santun atau etiquette,
misalnya menghargai milik orang lain (norma moral), menghilangkan nyawa lain
(norma hukum), dan selalu mendahulukan orang tua dan anak-anak dalam
pelayanan umum (etiket) berlaku universal di mana-mana.
b. Etika Khusus
Etika Khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus
yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan/tindakan, dan teori serta prinsip
moral dasar yang ada akibatnya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Etika Individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2) Etika Sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan. Karena kewajiban
seseorang terhadap dirinya berkaitan langsung dan dalam banyak hal
mempengaruhi pula kewajibannya dengan orang lain, dan demikian pula
sebaliknya. Etika sosial menyangkut hungan manusia dengan manusia lain.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi
atau terpecah menjadi banyak bagian/bidang. Dan pembahasan bidang yang
paling aktual saat ini adalah mengenai:
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
2017 3 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Etika profesi
Etika politik
Etika lingkungan
Etika ideologi
3) Etika Lingkungan Hidup, menjelaskan hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada lingkungan hidup secara keseluruhan.
Teori Etika
Beberapa teori berkenaan dengan etika, yaitu :
1. Teori Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat
diri.Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang
membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk
kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan
berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
2. Teori Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik
jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah
yang sangat terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”. Perbedaan
paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh
manfaat.Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
3. Teori Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu
2017 4 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan.
4. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut
sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu aspek dari
deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila
suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama
merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didsarkan atas asumsi
bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang
sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu:
a. Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum
suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu Negara adalah Undang-
Undang Dasar negara yang bersangkutan.
b. Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan pribadi
manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan
kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan
kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak
orang lain
c. Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
kontrak.
5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang
mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang
membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya.
Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri,
sekalipun situasi mengizinkan.Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat
seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.Ada banyak
keutamaan semacam ini.Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki
keutamaan.Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).
6. Teori Etika Teonom
Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan
bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya
2017 5 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
dengan kehendak Tuhan.Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan
dengan kehendak Tuhan, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti
aturan/perintah Tuhan sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.Sebagaimana teori
etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan untuk mencapai
tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia,
walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat
mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia.Segala
sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional
karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki
manusia.
Fungsi Etika
Berbeda dengan ajaran moral, etika tidak dimaksudkan untuk secara langsung dapat
membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas.Terdapat empat alasan mengapa etika semakin diperlukan pada zaman ini.
1. Masyarakat sekarang ini semakin pluralistik atau majemuk, baik dari suku, daerah,
agama yang berbeda-beda; demikian pula dalam bidang moralitas. Kita berhadapan
dengan sekian banyak pandangan moral yang sering saling bertentangan. Mana yang
mau diikuti, apakah yang diterima dari orang tua kita dahulu, moralitas tradisional desa,
atau moralitas yang ditawarkan melalui media massa.
2. Masa transformasi (perubahan) masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan yang
diakibatkan gelombang modernisasi merupakan kekuatan yang menghantam semua
segi kehidupan manusia. Kehidupan di kota sudah jauh berbeda dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual dan budaya itu nilai-nilai
budaya tradisional ditantang semuanya. Dalam situasi inilah etika membantu kita agar
jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang
boleh saja berubah, dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap
yang dapat kita pertanggungjawabkan.
3. Perubahan sosial budaya yang terjadi itu dapat dipergunakan oleh pelbagai pihak untuk
memancing di air keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat
penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi tersebut
secara kritis dan objektif, dan untuk membentuk penilaian kita sendiri, agar tidak terlalu
mudah terpancing. Etika juga membantu kita jangan naif atau ekstrem, yaitu jangan
cepat-cepat memeluk segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-
nilai hanya karena baru dan belum biasa.
2017 6 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
4. Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu pihak menemukan dasar
kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dan di lain pihak sekaligus mau
berpartisipasi tanpa takut-takut dengan tidak menutup diri dari semua dimensi
kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.
Jenis Etika
1. Etika Filosofis
Etika filosofissecara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia.Karena itu, etika sebenarnya
adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafat.Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya
juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika.
a. Non-empiris.
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris.Ilmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat
berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik
gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada
apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang
seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu,
melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika
sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan
praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai.Etika tidak bersifat teknis
melainkan reflektif.Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti
hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa
lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.Diharapakan kita mampu
menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.
2. Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis.Pertama, etika teologis
bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika
2017 7 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
teologisnya masing-masing.Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara
umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara
umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis.Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika
yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta
memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang
Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden
dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika
secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya
sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik
atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini
dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu
dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.
Sanksi Etika
Sanksi Etika terdiri dari:
1. Sanksi sosial, skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
Contohnya, kita mendapat teguran karena membuang sampah sembarangan, mendapat
nilai yang tidak baik, berpakaian yang tidak rapi, dll.
2. Sanksi hukum, skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati
prioritas utama dan diikuti hukum perdata. Contohnya, hukuman penjara dan denda
uang yang dijatuhkan untuk perampok, pemerkosa, koruptor ; Hukuman mati dijatuhkan
kepada terorisme ; dan lain sebagainya.
Tiga Norma Umum
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat
perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma
sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai
untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
2017 8 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Jadi secara terminologi kiat dapat
mengambil kesimpulan menjadi dua macam. Pertama, norma menunjuk suatu teknik.
Kedua, norma menunjukan suatu keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang
bersifat normatif.
Sedangkan norma-norma yang kita perlukan adalah norma yang bersifat praktis, dimana
norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret.
Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi brutal.
Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah laku
manusia bersifat senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih bersifat
praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak menuntup
kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat praktis.
Tiga Norma Umum
Norma memberi pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik
dan tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan
tindakan kita.
Macam Norma :
1. Norma Khusus
Merupakan aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan khusus,
misalnya aturan olah raga, aturan pendidikan dan lain-lain
2. Norma Umum
Sebaliknya lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan
bersifat universal.
a. Norma Sopan santun
Merupakan norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan
sehari-hari. Etika tidak sama dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku
lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata krama
b. Norma Hukum
Merupakan norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Norma Moral
Merupakan aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma
moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan
perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
2017 9 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Ada beberapa ciri utama yang membedakan norma moral dari norma umum lainnya
(kendati dalam kaitan dengan norma hukum ciri-ciri ini bisa tumpang tindih) :
1) Norma moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau yang dianggap
mempunyai konsekuensi yang serius bagi kesejahteraan, kebaikan dan
kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.
2) Norma moral tidak ditetapkan dan/atau diubah oleh keputusan penguasa
tertentu. Norma moral dan juga norma hukum merupakan ekspresi, cermin dan
harapan masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Berbeda
dengan norma hukum, norma moral tidak dikodifikasikan, tidak ditetapkan atau
diubah oleh pemerintah. Ia lebih merupakan hukum tak tertulis dalam hati setiap
anggota masyarakat, yang karena itu mengikat semua anggota dari dalam
dirinya sendiri.
3) Norma moral selalu menyangkut sebuah perasaan khusus tertentu, yang oleh
beberapa filsuf moral disebut sebagai perasaan moral (moral sense)
Metode Etika
Metode yang dipergunakan dalam etika adalah metode pendekatan kritis.Etika pada
hakekatnya mengamati realitas sifat, sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia secara
kritis.Etika tidak memberikan ajaran ataupun ideologi, melainkan memeriksa, merefleksi,
mengevaluasi, dan menganalisa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis.
Etika menuntut agar ajaran-ajaran moral tersebut dapat dipelajari dan dihayati oleh setiap
manusia, kemudian dapat dilaksanakan dalam kehidupannya secara nyata, dan
dipertanggungjawabkan di hadapan dirinya, orang lain, alam semesta, dan Tuhan Yang
Maha Esa.Selain itu, etika dengan motode pendekatan kritisnya, berusaha untuk
menjernihkan persoalan-persoalan moral secara benar dan porposional.
Maka dari itu, metodologi yang benar dalam mengupas persoalan-persoalan etika haruslah
sesuai dengan semangat nilai-nilai kebenaran; yang menyatakan bahwa adanya peralihan
dari dasar-dasar keyakinan menuju kaidah-kaidah perbuatan, dan yang menyatakan bahwa
agama (keimanan) menentukan perilaku.Karena itulah, pembicaraan keyakinan selalu
mendahului pikiran dan perbuatan.
2017 10 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Kewajiban moral tidak mungkin muncul dari pemikiran saja, tapi ia harus diberikan
keleluasan pada kehendak dalam pembentukan etika. Etika sendiri pada dimensi
prakteknya, bukanlah kumpulan kebijaksanaan, kata-kata mutiara, dan anjuran-anjuran
belaka.Kehendak berbuat tak terlepas dari persoalan yang membutuhkan adanya intervensi
rasional, sehingga keinginan baik tidak beralih menjadi keburukan.
Persoalan moral tidak cukup hanya berpedoman pada prinsip-prinsip keyakinan (metafisika),
ada juga masalah perbuatan yang harus dimasukan dalam kajian ini.Dengan demikian
metode kajian etika menjadi sempurna selama kajian tersebut mencakup dimensi teoritis
dan praktis di antara keyakinan dan perilaku.
Kebebasan dan Tanggungjawab
KebebasanKebebasan adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat melakukan apa saja yang
dinginkan selama masih dalam norma-norma atau peraturan-peraturan yang telah ada
dalam kehidupan pribadi, keluarga , masyarakat, dan Negara.
Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua
urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan, baik individu
maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan
perundang-undanganyang berlaku.
Ada dua kelompok ahli teologi yang mengungkapkan tentang masalah kebebasan atau
kemerdekaan menyalurkan kehendak. Pertama kelompok yang berpendapat bahwa
manusia memiliki kehendak bebas dan merdeka untuk melakukan perbuatannya menurut
kemauannya sendiri. Kedua kelompok yang berpendapat bahwa manusia tidak memiliki
kebebasan untuk melaksanakan perbuatannya.Mereka dibatasi dan ditentukan oleh
Tuhan.Dalam pandangan yang kedua ini manusia tidak ubahnya seperti wayang yang
mengikuti sepenuhnya kemauan dalang.
Sebagian ahli filsafat seperti Spinoza, Hucs dan Malebrache berpendapat bahwa manusia
melakukan sesuatu karena terpaksa. Sementara sebagian ahli fisafat lainnya berpendapat
bahwa manusia memiliki kekebasan untuk menetapkan
perbuatannya.Kebebasan sebagiamana dikemukakan Ahmad Charris Zubair adalah terjadi
2017 11 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari
keterikatan kepada orang lain. Seseorang disebut bebas apabila:
1. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang akan dilakukannya.
2. Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya.
3. Tidak dipaksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri
ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain,
Negara atau kekuasaan apapun.
Beberapa Arti Kebebasan1. Kebebasan Sosial Politik
Dalam perspektif etika, kebebasan juga bisa dibagi antara kebebasan sosial-politik
dan kebebasan individual.Subyek kebebasan sosial-politik-yakni, yang disebut
bebas di sini-adalah suatu bangsa atau rakyat.Kebebasan sosial-politik sebagian
besarnya merupakan produk perkembangan sejarah, atau persisnya produk
perjuangan sepanjang sejarah.
Ada dua bentuk kebebasan rakyat dengan kekuasaan absolute raja, contoh piagam
Magna Charta (1215), yang terpaksa dikeluarkan oleh Raja John untuk memberikan
kebebasan-kebebasan tertentu kepada baron dan uskup Inggris. Kedua
kemerdekaan dengan kolinialisme, contoh The Declaration of Indepndence (1766),
dimana Amerika Serikat merupakan negara pertama yang melepaskan dari
kekuasaan Inggris.
2. Kebebasan IndividualBerbeda dengan kebebasan sosial-politik, subyek kebebasan individual adalah
manusia perorangan. Dari sudut pandang perorangan, juga terdapat beberapa arti
”kebebasan” yang bisa dipaparkan di sini. Sebagai contoh, terkadang kebebasan
diartikan dengan.
·
Beberapa Masalah Mengenai Kebebasan1. Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif
Beberapa tahun yang lalu, seorang filsuf politikus terkemuka, Isaiah Berlin secara
resmi merangka perbedaan antara dua prespektif ini sebagai perbedaan antara dua
konsep kebebasan yang berlawanan: kebebasan positif dan kebebasan negatif.
sebagai dua aliran dalam filosofi politik demokratis-dua model yang membedakan
John Locke dari Jean-Jacques Rousseau. Keduanya mempengaruhi motivasi hidup
seseorang dalam lingkungan tertentu.
2017 12 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Kebebasan negatif adalah adalah bebas dari hambatan dan diperintah oleh orang
lain. William Ernest Hockin, Freedom of the Pers: A Framework of Principle (1947).
Hockin menyatakan definisi kebebasan berbeda dari liberalisme klasik dimana
kebebasan (negatif) berarti tidak adanya batasan.
Kebebasan positif adalah tersedianya kesempatan untuk menjadi penentu atas
kehidupan Anda sendiri dan untuk membuatnya bermakna dan
signifikan.Kebebasan positif adalah poros konseptual tempat berkembangnya
tanggung jawab sosial.Implikasi hukum dari kebebasan positif dikembangkan oleh
Zechariah Chafee dalam karya dua jilid nya Government and Mass
Communciation (1947).
2. Batas-batas KebebasanKebebasan mempunyai beberapa batas-batasan.Batasan ini ada agar kita bisa
mengendalikan pemikiran kita mengenai kebebasan itu.
3. Kebebasan dan DetermenismeKebebasan merupakan persoalan yang, paling tidak, sama tuanya dengan usia
manusia itu sendiri.persoalan kebebasan telah merambah ke wilayah politik dan
ekonomi. Determinisme maksudnya adalah kejadian-kejadian dalam alam berkaitan
satu sama lain menurut keterikatan yang tetap, sehingga satu kejadian pasti
mengakibatkan kejadian lain. Dengan itu hubungan determinisme dan kebebasan
dapat dilukiskan dengan baik.
Dalam alam di luar manusia pada prinsipnya terdapat kemungkinan sepenuhnya
untuk mengadakan ramalan.Kemungkinan itu hanya dibatasi oleh keterbatasan dan
teknik manusia.Kemungkinan untuk meramal adalah relatif besar dalam kaitan
dengan pola-pola tingkah laku kelompok besar manusia yang melakukan hal-hal
normal atau yang berkelakuan secara rutin.Disini terjadi bahwa manusia mengikuti
motif-motif yang berlaku bagi masyarakat kebanyakan.Kemungkinan hampir
sepenuhnya untuk meramal pada perbuatan-perbuatan manusia yang dijalankan
menurut suatu rencana.Keputusan yang diambil manusia perorangan pada
prinsipnya tidak bisa diramalkan, terutama kalau keputusan itu menyangkut suatu
hal penting.
2017 13 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
Hampir semua filsuf, entah eksistensialis, fenomenologis, ataupun tomis
membenarkan kebebasan kehendak manusia.“Kita mempunyai kesan ‘bahwa kita
bebas’ karena kita tidak sadar akan motif-motif yang menetukan kita.Motif-motif itu
tidak kita sadar”.Itulah bentuk determinisme dari beberapa penganut Freud.
4. Kebebasan Dalam IslamRumusan pasal 18 deklarasi tentang hak-hak asasi manusia menyebutkan bahwa
setiap orang berhak memiliki hak atas kebebasan berpikir, keinsafan batin dan
beragama. Rumusan itu sejalan dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-
qur’an. Namun dengan pengecualian bahwa islam tiddak membolehkan seorang
manusia dengan dalih apa pun (dengan mempergunakan kebebasannya) lalu
mengganti agamanya dari islam ke agama lain. Karena perbuatan ini digolongkan
sebagai riddah (murtad) dengan sanksi yang sangat berat.
Dalam ajaran islam, kebebasan yang diberikan kepada manusia adalah kebebasan
yang dipimpin oleh wahyu. Manusia bebas untuk berperilaku berlandaskan norma-
norma seperti yang di gariskan dalam Al-quran.Salah satu kebebasan yang dapat
disebutkan disini adalah kebebasan untuk menyatukan pendapat, namun harus
dilandasi pikiran yang sehat.
Kebebasan menyatakan pendapat disalahartikan, yaitu dengan demonstrasi atau
unjuk rasa. Demonstrasi adalah salah satu cara untuk menyampaikan keinginan
atau aspirasi dengan sopan dan sesuai dengan cara-cara mengemukakan pendapat
dalam islam. Demosntrasi merupakan suatu bentuk tekanan atau pengendalian
sosial yang efektif.
Tanggung JawabTanggung jawab secara sempit, yaitu suatu usaha seseorang yang diamanahkan, harus
dilakukan.Istilah dalam Islam tanggung jawab merupakan amanah. Secara luas tanggung
jawab diartikan sebagai usaha manusia untuk melakukan amanah secara cermat, teliti,
memikirkan akibat baik dan buruknya, untung rugi dan segala hal yang berhubungan
dengan hal tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin, sehingga
perbuatan tersebut mendapat imbalan baik maupun pujian dari orang lain.
Tanggung jawab merupakan sifat yang amat baik bagi manusia.Tidak bertanggung jawab
adalah sifat yang buruk.Seseorang tidak perlu bertanggung jawab terhadap hal yang tidak
mengandung kemerdekaan di dalamnya.Seperti tidak meminta pertanggungjawaban pada
2017 14 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
sebatang pohon yang tiba-tiba tumbang saat seseorang melintas dan menimpa orang
tersebut.
Dalam GBHN (Tap MPR No. IV/MPR/1978) disebutkan bahwa pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan
masyarakat.Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Pertanggungjawaban manusia tertuju kepada segala perbuatan, tindakan, sikap hidup
sebagai pribadi, anggota keluarga, rumah tangga, masyarakat dan Negara.Manusia
mempunyai tanggung jawab terhadap Allah dan sesame manusia, meliputi semua aspek
kehidupan.
Tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik.
Dalam kerngka tanggung jawab ini, kebebasan mengandung arti:
(1) Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri.
(2) Kemampuan untuk bertanggung jawab.
(3) Kedewasaan manusia.
(4) Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya.
Tanggung jawab juga erat hubungannya dengan hati nurani atau intuisi yang ada dalam diri
manusia yang selalu menyuarakan kebenaran.Seseorang baru dapat disebut bertanggung
jawab apabila secara intuisi perbuatannya itu dapat dipertanggungjawabkan pada hati
nurani dan kepada masyarakat pada umumnya.
Tingkat-tingkat Tanggung JawabSebenarnya, untuk menentukan bertanggung jawabkah seseorang kita harus melihat
beberapa faktor orang tersebut.Ada hukum-hukum yang sudah mulai jelas mengenai
tanggung jawab.Walau kadang kala hukum tersebut sering disalahgunakan.Namun untuk
memastikan tingkat-tingkat tanggung jawab itu bukanlah suatu hal yang mudah. Jadi,
bertanggung jawab haruslah sesuai dengan apa yang dilakukan seseorang, yang berkaitan
dengan tugasnya dan kewajiban terhadap apa yang dilakukannya.
Tanggung Jawab KolektifDisamping tanggung jawab personal, kita kenal juga yang disebut dengan tanggung jawab
kolektif atau tanggung jawab kelompok.Tanggung jawab kolektif bukan tanggungjawab
struktural (seperti tanggung jawab kelompok mafia atau perusahaan) tetapi bahwa orang A,
B, C, D, dan seterusnya, secara pribadi tidak bertanggungjawab, tetapi semuanya
bertanggungjawab sebagai kelompok.Paham tentang tanggung jawab kolektif secara moral
2017 15 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id
sulit untuk dimengerti, karena sulit untuk mengakui suatu kesalahan yang tidak secara
langsung kita lakukan.
Daftar Pustaka1. Bertens, K, Pengantar Etika, 2001, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, 2002, Modern English Press, Jakarta
3. Mufid, Muh, Etika dan Filsafat komunikasi, 2009, Prenada Media Group, Jakarta
4. Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, 2008, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sumber lainnya :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
2. http://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika
3. http://wahyu-dewanto.blogspot.co.id/2015/10/kebebasan-dan-tanggung-jawab.html
4. http://mario-g-b-feb11.web.unair.ac.id/artikel_detail-100126-Umum-ETIKA,
%20METODE%20ETIKA,%20DAN%20CONTOH%20PENERAPANNYA.html
2017 16 Komunikasi dan Etika Profesi
Pusat Bahan Ajar dan eLearningIkhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. http://www.mercubuana.ac.id