Post on 28-Jun-2015
Pemeriksaan Klinis (Clinical Assessment)
Susilowati, S.KM.Dosen Kopertis Wilayah IV
Dpk di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Cimahi2008
PendahuluanPemeriksaan klinis meliputi:
1. Riwayat medisyaitu catatan mengenai perkembangan penyakit, untuk mengetahui apakah malnutrisi disebabkan karena konsumsi makanan/bukan
2. Pemeriksaan fisikMelihat dan mengamati gejala malnutrisi meliputi sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita)Meliputi pemeriksaan terhadap semua perubahan fisik yang ada kaitannya dengan malnutrisi (kulit atau jaringan epitel, jaringan yang membungkus permukaan tubuh seperti rambut, mata, muka mulut, lidah, gigi dan kelenjar tiroid)
Pemeriksaan Riwayat Medis (Medical Historis) Mencakup catatan semua kejadian yang
berhubungan dengan gejala/symptom yang timbul pada penderita beserta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Catatan meliputi:1. Identitas penderita2. Lingkungan fisik dan sosbud yang berkaitan
dengan timbulnya penyakit (malnutrisi)3. Sejarah timbulnya gejala penyakit4. Data-data tambahan yang diperlukan
Pemeriksaan Riwayat Medis (Medical Histories) Cara pengumpulan data:
- wawancara dengan penderita dan keluarga- observasi langsung pada lingkungan rumah dan penderita
Manfaat informasi:untuk mengetahui lebih lanjut apakah gizi kurang disebabkan oleh penyebab primer (konsumsi makanan) atau sebab lain (penyakit menahun, obat-obatan yang lama, keturunan seperti tidak terbentuknya enzim) sehingga menyebabkan terganggunya proses pencernaan.
Pemeriksaan FisikMeskipun pemeriksaan klinis mempunyai kelemahan untuk mendeteksi malnutrisi, pemeriksaan fisik sebaiknya merupakan bagian integral dari survey gizi, dengan alasan:
3. Dapat mengungkapkan bukti adanya defisiensi gizi yang tidak akan terdeteksi dengan survei konsumsi atau cara laboratoris.
4. Identifikasi memberikan tanda yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi, walau hanya meliputi beberapa kasus saja.
5. Pemeriksaan fisik tidak dapat mengungkapkan tanda-tanda penyakit, diagnosis dan pengobatannya. Hal ini sangat berguna untuk penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan FisikKomisi Ahli WHO (dalam Jellife 1966 dan 1989) mengelompokkan tanda-tanda klinis menjadi 3 kelompok besar:
3. Tanda-tanda (sign) yan memang benar berhubungan dengan kurang gizi. Kemungkinan penyebab: bisa karena kekurangan salah satu zat gizi atau lebih.
2. Tanda-tanda (sign) yang membutuhkan investigasi (penyelidikan) lanjut. Kemungkinan penyebab: gizi salah atau mungkin oleh faktor lain (buta huruf, miskin dll)
3. Tanda-tanda (sign) yang tidak berkaitan dengan malnutrisi walaupun hampir mirip. Hal ini memerlukan keahlian khusus dalam menegakkan diagnosis.
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Perinasal veins(mungkin disebabkan karena konsumsi alkohol>>>)
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Defuse depigmentation
Moon face
2. Wajah
Lack of clustee Thinness and
aparseness Straightness Dispigmentation Flag sign Easy pluckability
1. Rambut
Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Depigmentasi kronis pada bibir bawah
Corneal vascularization
Conjunctival infection &circumcorneal
Corneal arcus Xanthomata Corneal scars
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Angular stomatitis Jaringan parut
angular Cheilosis
4. Bibir
Pterygium Pale conjunctiva Keratomalasia Angular Palpebris
3. Mata
Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Papilla hiperamic dan hipertrophic (seperti stroberi merah)
Fissures (pecah, tanpa papila)
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Geographic tonguePigmented tongue
Edema lidah Lidah mentah
(scarlet) Lidah magenta-
Reinhold colour atlas (penyebab: kadar Hb, hipoksia, penebalan epitelium lidah)
Papilla atrophic
5. Lidah, gusi
:Perlu dipertimbangkan hubungannya dengan trauma lokal (makanan pedas, gigi palsu, kurang gizi)
Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Pengikisan (attrition)
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Mottled enamel (akibat fluorosis)
Karies gigi (decayed, missing, foiled)
Enamel hypoplasia Enamel erosion
6. Gigi
Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Gynaeconastia (pembesaran bilateral, teraba pada puting dan jaringan dada)
Pembesaran tiroid Pembesaran parotid
7. Kelenjar
Recession of gums (kerusakan dan atrofi gusi yang menampakkan akar-akar gusi)
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Pyorrhoea (infeksi periodontal): infeksi tepi gusi, gusi mudah berdarah tanpa hypertophy
Spongy, bleeding gums (bunga karang keunguan, merah, mudah berdarah pada tekanan kecil)
8. Gusi
Tidak berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Mosaic dermatosis: plak mosaik lebar tipis, cenderung mengelupas
Thickening and pigmentation of pressure point: penebalan difus, pigmentasi pada titik tekan (lutut, siku, belakang mata kaki, ruas jari)
Xerosis (kering) Follicular Hyperkeratosis (phrynoderma atau kulit
katak): plak mirip duri-duri, kering Petechiae: bintik haemorrhagic kecil atau
membran berlendir Pellagrous rash atau dermatosis (sermatitis): akut
(merah, pecah, gatal, rasa terbakar), kronis (menebal, kasar, kering, bersisik, berpigmen coklat)
Flaky-paint rash (crazy-pavement dermatosis):hiperpigmentasi pada kulit mengelupas, mirip luka bakar, biasanya pada pantat dan paha belakang
9. Kulit
Kemungkinan berhubungan dengan kekurangan gizi
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Koilonychia: kuku jempol seperti sendok—kurang Fe10. Kuku
Bilateral edema: mata, kaki kemudian meluas genital, wajah, tangan
Cara: Tekan kuat 3detik dengan satu jari. Positif jika terlihat dan terasa, tetap ada setelah dilepaskan.
Lemak bawah kulit
11. Jaringan Bawah Kulit
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Muscular wasting Craniotabes (pelunakan tengkorak) Frontal, Parietal bossing (penebalan dan penimbunan tulang
parietal dan frontal)—defisiensi Fe kronis. Afrika: sickle-cell anemia, masyarakat lain :thalasemia.
Persistently open anterior fontanelle: anterior fontanel terbuka pada palpasi umur >18bulan. Ditemukan pada hydrocephalus
12. Sistem tulang dan otot
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Daftar Gambaran & Pengelompokan Tanda Klinis
Sistem gastrointestinal : hepatomegali Sistem saraf: perubahan mental Tes klinis sistem saraf pusat: kehilangan sensor, daya gerak
lemah, hilang kepekaan indera posisi, hilang kepekaan indera vibrasi, hilang sentakan lutut dan tumit, kepayahan betis
Sistem cardiovaskular: pembesaran jantung, tachycardia (penyebab anemia dan beri-beri), tekanan darah
13. Sistem internal
Berhubungan dengan kekurangan gizi
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
Kehilangan sinarnya, kering, tipis, signoda bendera, mudah lepas
Depigmentasi, flek hitam dibawah mata, membengkak, pembesaran kelenjar parotis, nasolabial seboroik
Konjungtiva pucat, injection konjungtiva, bercak bitot, palpebritis angularis, konjungtiva kering, kornea kering, keratomalasia, jaringan parut kornea, injeksi di sekeliling kornea
Cheilosis, fisura angularis, jaringan parus sekitar sudut bibir
Rambut: berkilat, tak mudah lepas
Wajah: warna sama, halus, tampak sehat, tidak bengkak
Mata: bercahaya, bersih, tidak ada luka, kelembaban tak tampak pembuluh darah sklera
Bibir: halus, tidak ada pembengkakan
TANDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALNUTRISI
KEADAAN NORMAL
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
Membengkak, scarlet, kasar, magenta, halus, kemerahan, papila atrofi, hipertropi hiperemik
Tanggal, erupsi, tak normal, tanda-tanda fluorosis, berlubang
Mudah berdarah, penarikan gusi
Pembesaran kelenjar gondok, kelenjar parotis
Lidah: halus, tidak ada pembengkakan, merah
Gigi: tak ada lubang, tak ada rasa nyeri, bercahaya
Gusi: sehat, merah, tak ada pendarahan, tak ada pembengkakan
Wajah: tak ada pembengkakan
TANDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALNUTRISI
KEADAAN NORMAL
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
Kering, keratosis folikularis, membengkak, gambaran dermatosis pelagra, despigmentasi, petechiae, jaringan lemak bawah kulit berkurang/ hilang
Koilanika, rapuh
Wasted, kraniotabes, pembesaran epipise, fontanel tetap membuka, blew-legs, pendarahan muskuloskeletal, tak bisa berjalan dengan baik
Takikardi, pembesaran jantung, ritme tidak normal, kenaikan tekanan darah
Kulit: bersih, tak ada pembengkakan, tak ada bercak-bercak
Kuku: kemerahan, keras
Otot dan rangka: tonus otot baik, dapat berlari dan berjalan tanpa rasa sakit
Sistem kardiovaskular: ritme dan denyut jantung normal, tak ada murmur, tekanan darah normal
TANDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALNUTRISI
KEADAAN NORMAL
Gejala Fisik yang Diduga ada Kaitan dengan Malnutrisi dengan Keadaan Normal (Gibson, 1990)
Hepatomegali, splenomegali (biasanya ada penyakit lain)
Tak teriritasi, paresesia, pada keadaan berat tidak bisa berjalan, refleks lutut dan umit menurun/ hilang
Sistem gastrointestinal: tak ada massa yang teraba
Sistem saraf: stabil, refleks normal
TANDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALNUTRISI
KEADAAN NORMAL
Kekurangan Energi Protein (KEP)
Kekurangan Energi Protein (KEP)Definisi
Keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG)
Gejala klinis KEP ringan dan sedang hanya menunjukkan kurus.
Gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor (Depkes RI, 1999)
Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): MARASMUS
Sangat kurus: terjadi atrofi otot, sehingga lemak subkutan sangat rendah, bhkan sampai tidak ada
Kulit keriput Old face Cengeng, rewel Sering disertai diare kronik
atau konstipasi, serta penyakit kronik
Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): MARASMUS
Wajah
Rambut
Iga gambang
Atrofi ototLemak SK <<
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): MARASMUS
Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): KWASHIORKOR
Oedema, pada umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki
Wajah membulat dan sembab (moon face)
Otot-otot mengecil (muscle wasting) Cengeng, rewel, apatis Anoreksia Hepatomegali Sering disertai infeksi, anemia,
diare/ mencret Rambut kusam dan mudah dicabut Crazy pavement dermatosis Pandangan mata tampak sayu
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): MARASMIC-KWASHIORKOR
Gambar Tanda-Tanda Klinis Kekurangan Energi Protein (KEP): MARASMIC-KWASHIORKOR
Anemia Gizi Besi Definisi:
Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang daripada harga normal.
Tanda klinis:Gejala/tanda yang dapat dilihat: - Lelah, lesu, lemah, letih, lalai (5S)- Bibir tampak pucat- Nafas pendek- Lidah licin- Denyut jantung meningkat- Susah buang air besar- Nafsu makan berkurang- Kadang-kadang pusing- Mudah mengantuk
Anemia Gizi Besi Metode penentuan
Deteksi AGB melalui pemeriksaan (inspeksi) terhadap target organ: mata, kuku, bibir, lidah
Interpretasi:Apabila dalam pemeriksaan fisik pada klien target organ banyak mengalami perubahan sesuai dengan tanda-tanda klinis AGB, maka ada petunjuk bahwa kemungkinan besar klien menderita AGB.
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)Definisi
Beberapa keadaan yang disebabkan karena tubuh kekurangan Yodium (I).
Akibat GAKY (Pudjiaji, 1997):4. Pembesaran kelenjar gondok5. Pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, lahir mati,
kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian pranatal, melahirkan bayi kretin.
6. Pada anak-anak: pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik.
7. Pada orang dewasa: pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, gangguan mental.
8. Pada tingkat berat mengakibatkan cacat fisik dan mental seperti tuli, bisu-tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan lemah, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu.
Gondok (Goiter)Definisi
Pembesaran kelenjar gondok secara endemik dan tidak berhubungan dengan radang atau kanker. Penyebab: intake iodine dalam diit rendah, infeksi kelenjar thyroid, hyperthyroidisme.
Klasifikasi: Gondok Biasa (Simple Goiter) Gondok Toksik (Toxic Goiter)
Symptom: Pembesaran tiroid mulai dari yang paling kecil hingga besar,
pembengkakan leher Kesulitan berhapas atau berbunyi karena tekanan pada trakea (jarang) Kesulitan menelan karena tekanan pada esofagus Distensi urat leher dan pusing saat kedua lengan diangkat di atas kepala BMR menurun pada gondok biasa dan meningkat pada gondok toksik
Gondok Toksik (Toxic Goiter) Penyebab: Sekresi Tiroksin yang berlebihan (Robert James)
Penyebab sekresi tiroksin yang berlebihan ini tidak jelas. Pada beberapa kasus disebabkan karena peningkatan
stimulasi kelenjar pituitari. Tanda klinis:
-denyut jantung cepat-tremor
-keringat berlebih-nafsu makan meningkat-kehilangan berat badan
-lemah-pegal-pegal
-Mata melotot dan tersembul keluar
Gondok (Goiter)
Metode penentuan gondok:1. Inspeksi/pengamatan
Sebagai alat untuk menduga apaka ada pembesaran/tidak
2. Palpasi/perabaanUntuk mengkonfirmasi apakah pembesaran betul-betul pembesaran kelenjar gondok
Gondok (Goiter)Urutan pemeriksaan kelenjar gondok:1. Klien berdiri tegak/duduk menghadap pemeriksa2. Pemeriksa melakukan pengamatan di daerah leher depan bagian
bawah, terutama pada lokasi kelenjar gondoknya3. Mengamati apakah ada pembesaran kelenjar gondok (grade II
atau III)4. Jika bukan pembesaran kelenjar gondok, klien diminta posisi
tengadah dan menelan ludah5. Pemeriksa berdiri di belakang klien dan melakukan palpasi. Dua
jari telunjuk dan dua jari tengah diletakkan pada masing-masing lobus dan kelenjar gondok. Kemudian melakukan pelpasi dengan meraba.
6. Menentukan diagnosis apakah klien menderita gondok atau tidak dengan kriteria: (a) jika salah satu atau kedua lobus kelenjar < ruas terakhir ibu jari klien = normal. (b) Jika salah satukedua lobus > ruas terakhir ibu jari klien = gondok
Gondok (Goiter)
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan dalam melakukan palpasi gondok:
2. Cahaya cukup menerangi bagian leher klien
3. Posisi mata pemeriksa sejajar dengan leher klien saat mengamati kelenjar gondok
4. Palpasi tidak dilakukan terlalu keras/lemah
Klasifikasi Pembesaran Kelenjar Gondok1. Grade 0 (Normal)
Jika dengan inspeksi tidak terlihat baik datar maupun tengadah maksimal dan dengan palpasi tidAk teraba
3. Grade IADengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan palpasi terasa > dari ruas terakhir ibu jari klien
5. Grade IBInspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah maksimal, dan dengan palpasi terasa > Grade IA
7. Grade IIDengan inspeksi terlihat dengan posisi datar, dan dengan palpasi > Grade IB
9. Grade IIIKelenjar gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak ≥ 6m
Gambar Tanda Klinis Gondok
KretinKretin terdapat di daerah gondok endemik: Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi pada usia kandungan atau
tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan hipotiroidisme
Kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan: a. Retardasi mentalb. Gangguan pendengaran sampai bisu-tulic. Gangguan neuromotor: gangguan bicara, cara jalan dlld. Hipotiroidi dengan gejala mixedoma (pada hipotiroidisme berat),
cebol (stunted growth) dan osifikasi terlambat, pada pemeriksaan darah kadar hormon tiroid rendah
Definisi (Depkes RI, 1986): Keadaan seseorang yang lahir di daerah endemik dan memiliki 2 atau lebih keadaan berikut:
10. Perkembangan mental terhambat11. Pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli12. Perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya
khas, mata juling, gangguan bicara sampai bisu dan refleks fisiologi yang meninggi
Gambar Tanda Klinis Kretin
Gambar Tanda Klinis Kretin
Kekurangan Vitamin A (KVA) Definisi:
Kondisi yang diakibatkan kekurangan vitamin AYang utama menyebabkan penyakit mata (xeropthalmia)Xeropthalmia merupakan penyebab utama kebutaan pada anak usia 2-3 tahun
Gejala1. Keadaan reversible (dapat sembuh)
Contoh: buta senja (hemerolophia), serosis konjunctiva, serosis kornea, bercak bitot2. Keadaan irreversible (sulit sembuh)
Contoh: ulcerasi kornea, keratomalasia
Klasifikasi KVA1. XN: buta senja (nigth blindess only)2. X1A: conjunctiva mengering/conjunctiva serosis3. X1B: bercak bitot dan conjunctiva mengering (bitot spot
ditambah conjunctiva serosis)4. X2: kornea mengering/serosis5. X3A: ulserasi kornea dan kornea mengering 6. X3B: ketaromalasia7. XS: parut kornea (cornea scars)8. XF: xeropthalmia fundus
X1A s/d X2 bersifat reversibleX3A s/d XF bersifat irreversible
Deteksi KVA dilakukan dengan inspeksi/pemeriksaan terhadap mata
Tanda Klinis KVA
Tanda Klinis KVA
Tanda Klinis KVA
Indikator Kesehatan Masyarakat
ANEMIA GIZI BESITingginya prevalensi anemia di Indonesia: Ibu hamil (63,5%) Anak balita (55,5%) Anak usia sekolah 6-12 tahun (25-35%) Wanita dewasa (30-40%) Pekerja berpenghasilan rendah (30-40%) Pria dewasa (20-3-%)
Indikator Kesehatan Masyarakat
KEKURANGAN VITAMIN A Bercak bitot dengan konjungtiva mengering >
0,50% Kornea mengering/ulserasi
kornea/keratomalasia > 0,01 % Parut kornea > 0,05%, dari total yang
diperiksa
Indikator Kesehatan Masyarakat
GAKYKlasifikasi daerah endemis gondok berdasarkan
prevalensi TGR: < 5% (normal) 5,0-19,9% (ringan) 20,0-29,9% (sedang) ≥ 30% (berat)
Keunggulan Pemeriksaan Klinis
Relatif murah Tidak memerlukan tenaga khusus,
tenaga paramedis dapat dilatih Sederhana, cepat, mudah
diinterpretasikan Tidak memerlukan peralatan yang
rumit
Keterbatasan Pemeriksaan Klinis Beberapa gejala klinis sulit terdeteksi Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada
KEP ringan dan sedang. Gejala klinis yang sama adakalanya disebabkan bukan hanya oleh satu macam kekurangan zat gizi saja atau bukan karena faktor gizi
Adanya gejala klinis yang bersifat multiple Gejala klinis dapat terjadi pada permulaan
kekurangan zat gizi atau pada saat akan sembuh Adanya variasi gejala klinis yang timbul
Agar kesimpulan lebih tepat dan baik, maka pemeriksaan klinis harus dipadukan dengan antropometri, labolatorium dan survey konsumsi makanan.
Terima Kasih