Post on 10-Aug-2015
Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
A. Pengertian Pemeriksaan Fisik atau Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan
akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. pemeriksaan fisik pada bayi dapat
dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat
sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di
lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat )
dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
B. Tujuan dari Pemeriksaan Fisik
Tujuan Dari Pemeriksaan Fisik adalah :
1. Untuk menentukan status kesehatan klien
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
4. Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan
segera.
5. Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pada Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila
suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan, antara lain :
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah
kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir bicara
lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
C. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan .
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan .
3. Pastikan pencahayaan baik.
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi
telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan
cepat.
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
D. Peralatan dan Perlengkapan :
a. Kapas alkohol dalam tempatnya.
b. Bak instrumen
c. Handscoon
d. Tissue dalam tempatnya
e. Senter
f. Termometer
g. Stetoskop
h. Tongs patel
i. Selimut bayi
j. Bengkok
k. Timbangan bayi
l. Selimut bayi
m. Bengkok
n. Timbangan bayi
o. Pita ukur/metlin
p. Timer
q. Pengukur panjang badan
r. Buku catatan
E. Prosedur Pelaksanaan:
1. Penilaian Apgar score
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas,
kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Caranya:
a. Lakukan penilaian apgar Score dengan cara menjumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju
jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit.
b. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut :
Adaptasi baik : skor 7-10
Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
Asfiksia berat : skor 0-3
Tabel Penilaian Apgar Score
TANDA 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada ≤100 ≥100
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstermitas fleksi sedikit Gerakan Aktif
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Melawan
Warna KulitSeluruh tubuh
biru / pucat
Tubuh Kemerahan,
Ekstermitas Atas Biru
Seluruh tubuh
kemerahan
2. Pengukuran Antropometri
a. Lakukan Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat badan
normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature
dan apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
b. Lakukan Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan
kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang
badan normal adalah 45-50 cm
c. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Lingkar
kepala normal adalah 33-35 cm.
d. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan
melalui kedua puting susu). Lingkar dada normal adalah 30 -33 cm. Apabila diameter kepala
lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami Hidrocephalus. Dan apabila
diameter kepala lebih kecil 3 cm dari dada maka bayi mengalami Microcephalus.
e. Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA)
Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada BBL belum mencerminkan keadaan tumbuh
kembang bayi.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi
preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal
kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang
cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior
dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
2. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri.
Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin.
Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
3. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata
Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian
sebagai kekeruhan pada kornea
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
4. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi
harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada
obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan
adanya sifilis congenital.
Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan.
5. Mulut
Lakukan Inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut.
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar
mulut)
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak.
Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat
Epistein’s pearl atau gigi.
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote).
6. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka pendengarannya baik,
kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.
7. Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik.
Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.
8. Dada, Paru dan Jantung
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan bayi
yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara
40-60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic
breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada premature ada henti nafas
yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi jantung.
Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk menlai
frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 x /
menit.
9. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan
Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada tali
pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat dan lain-lain.
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten.
Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1
cm di bawah arkus kosta kiri.
Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai bayidi lipat agar otot-
otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat di raba setinggi
umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm.
Adanya pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau
trombosis vena renalis
10. Ekstermitas Atas
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan.
11. Ekstermitas Bawah
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
12. Spinal
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra
13. Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra.
Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
14. Anus dan Rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar
kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
15. Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi.
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
Periksa adanya pembekakan
Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas
atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan).
Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah yang
banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan.
16. Refleks-Refleks
Pemeriksaan
RefleksCara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi Patologis
Berkedip Sorotkan cahaya ke
mata bayi.
Dijumpai pada tahun
pertama
Jika tidak di jumpai
menunjukkan
kebutaan.
Tanda babinski Gores telapak kaki
sepanjang tepi luar, di
ulai dari tumit
Jari kaki mengembang
dan ibu jari kaki
dorsofleksi, di jumpai
sampai umur 2 tahun.
Bila pengembangan
jari kaki dorsofleksi
setelah umur 2 tahun
adanya tanda lesi
ekstrapiramidal.
Moro’s Ubah posisi dengan
tiba-tiba atau pukul
meja/tempat tidur.
Lengan Ekstensi, jari-
jari mengembang
kepala terlempar ke
belakang, tungkai
sedikit ekstensi, lengan
kembali ke tengah
dengan tangan
menggenggam tulang
belakang dan
ekstermitas bawah
ekstens. Lebih kuat
selama 2 bulan
Refleks yang
menetap lebih 4
bulan adanya
kerusakan otak,
respon tidak simetris
adanya hemiparesis,
fraktur klavikula, atau
cidera fleksus
brachialis. Tidak ada
respons ekstermitas
bawah adanya
dislokasi pinggul atau
menghilang pada umur
3-4 bulan.
cidera medulla
spinalis.
Mengenggam
(palmar grap’s)
Letakkan jari di telapak
tangan bayi dari sisi
ulnar, jika refleks
lemah atau tidak ada
berikan bayi botol atau
dot, karena mengjisap
akan mengeluarkan
refleks.
Jari-jari bayi
melengkung di sekitar
jari yang di letakkan di
telapak tangan bayi dari
sisi ulnar, refleks ini
menghilang dari umur
3-4 bulan.
Fleksi yang tidak
simetris menunjukkan
adanya paralysis,
refleks menggenggam
yang menetap
menunjukkan
gangguan serebral
Rooting Gores sudut mulut bayi
garis tengah bibir.
Bayi memutar kea rah
pipi yang di gores,
refleks ini menghilang
pada umur 3-4 bulan.
Tetapi bias menetap
sampai umur 12 bulan
khususnya selama tidur.
Tidak adanya reflek
menunjukkan adanya
gangguan neurology
berat
Kaget (startle) Bertepuk tangan
dengan keras.
Bayi mengekstensi dan
memfleksi lengan
dalam berespon
terhadap suara yang
keras tangan tetap
rapat, refleks ini akan
menghilang setelah
umur 4 bulan.
Tidak adanya refleks
menunjkkan adanya
gangguan
pendengaran
Menghisap Berikan bayi botol dan
dot.
Bayi menghisap dengan
kuat dalam berespons
terhadap stimulasi,
reflek ini menetap
selama masa bayi dan
mungkin terjadi selama
tidur tanpa stimulasi
Reflek yang lemah
atau tidak ada
menunjukkan
kelambatan
perkembangan atau
keadaan neurologi
yang abnormal
Pemeriksaan Fisik Bayi
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru
lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit. Sebclum melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Penilaian Apgar Score
Pemeriksaan ini bertujuan menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan
tonus otot, kemampuan refieks dan warna kulit.
Cara:
1. Lakukan penilaian Apgar score dengan cara jumlahkan hasil penilaian tanda, seperti
laju jantung, kemampuan bernapas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan
warna kulit.
2. Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang : skor 4-h
c. Asfiksia berat : skor 0-3
Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan
amnion, seperti jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami
polihidramnion atau disebut hidramnion, sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml
maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan plasenta bertujuan untuk menentukan keadaan/kondisi plasenta. Pemeriksaan ini
meliputi ada tidaknya pengapuran, nekrosis, berat dan jumlah korion. Pemeriksaan ini
penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
Pemeriksaan Tali pusat
Pemeriksaan tali pusat bertujuan menilai ada tidaknya kelainan dalam tiali pusat, seperti ada
tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat, dan lain-lain.
Cara:
1. Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada
2. Lakukan penilaian hasil pengukuran:
Berat badan normal adalah 2500-3500 gram, apabila berat badan kurang dari 2500
gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi
dise°but macrosomia.
Panjang badan normal adalah 45-50 cm.
Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari
lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih
kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcephalus.
Pemeriksaan Kepala
Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah kepala.
2. Lakukan penilaian pada bagian tersebut, diantaranya:
Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir asimetri atau
tidak.
Ada tidaknya caput succedaneum, yaitu edema pada kulit kepala, lunak dan tidak
berfiuktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam
beberapa hari.
Ada tidaknya cephal haematum, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tanpak
pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum. Cirinya konsistensi lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyeberangi sutura dan
apabila menyeberangi sutura kemungkinan mengalami fraktur tulang tengkorak.
Cephal haematum dapat hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan
Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala
tanpak asimetris, scring diraba terjadi fiuktuasi dan edema.
Adanya fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari tangan. Fontanel
posterior akan dilihat proses penutupan setelah umur 2 bulan dan fontanel anterior
menutup saat usia 12-18 bulan.
Pengukuran Fontanel dan Sutura Sumber: Wong, DL, 1996
Penatalaksaan
Mata Cara:
1. Lakukan inspeksi daerah mata.
2. Tentukan penilaian ada tidaknya kelainan, seperti:
Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna), dengan cara
menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.
Kebutaan, seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang.
Sindrom Down, ditemukan epicanthus melebar.
Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea.
Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
Pemeriksaan Telinga
Cara:
Bunyikan bel atau suara, apabila terjadi reflek terkejutmaka pendengarannya baik, kemdian
apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
Pemeriksaan Hidung
Cara:
1. Amati pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung, atau ensefalokel yang menojol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping
hidung akan menujukkan gangguan pada paru.
2. Amati mukosa lubang hidung, apabila terdapat sekret mukopurulen dan berdarah
perlu,dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.
Pemeriksaan Mulut
Cara:
1. Lakukan inspeksi adanya kista yang ada pada mukosa mulut.
2. Amati warna, kemampuan refieks menghisap. Apabila lidah menjulur keluar dapat
dinilai adanya kecacatan kongenital.
3. Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi bisanya disebut sebagai
Monilia albicans.
4. Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
Pemeriksaan pada Leher
Cara:
Amati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan
terjadi kelainan pada tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
Pemeriksaan Dada, Paru, dan Jantung
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk dada:
Apabila tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika.
Yernapasan bayi normal pada umumnya dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-60 kali per menit,
perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing di mana
pola pernapasan pada neonatus terutama pada prematur ada henti napas yang
berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.
2. Lakukan palpasi daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan
cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung.
3. Lakukan auskultasi paru dan jantung dc:ngan menggunakan stetoskop untuk menilai
frekuensi, dan suara napas/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160
kali per menit. Suara bising sering ditemukan pada bayi, apabila ada suara bising usus pada
daerah dada menunjukkan adanya hernia diafragmatika.
Pemeriksaan Abdomen
Cara:
1. Lakukan inspeksi bentuk abdomen. Apabila abdomen membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut, dan adanya
kembung.
2. Lakukan auskultasi adanya bising usus.
3. Lakukan perabaan hati. Umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa
teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
4. Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar
otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilikus diantiara garis tc;ngah dan tepi perut. Bagian ginjal dapat diraba
sekitar 2-3 cm, adaya peembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,
kelainan bawaan atau trombosis vena renalis.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Cara:
1. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap, raba sepanjang tulang bclakang untuk mencari
ada tidaknya kelainan, seperti skoliosis, meningokel, spina bifida, dan lain-lain.
2. Amati pcrgerakan ekstremitas. Untuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan,
dan kelainan bentuk jari.
Pemeriksaan Genetalia
Cara:
1. Lakukan inspeksi pada genitalia wanita, seperti keadaan labiominora, labio mayora,
lubang uretra dan lubang vagina.
2. Lakukan inspeksi pada genitalia laki-laki, sepe°.rti keadaan penis, ada tidaknya
hipospadia (defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penis), dan
epispadia (defek pada dorsum penis).
Pemeriksaan Anus dan Rektum
Cara:
1. Lakukan inspeksi pada anus dan rektum, untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau posisi anus.
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya mekonium (umumnya keluar pada 24 jam) apabila
ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka kemungkinan adanya mekonium
plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
Pemeriksan Kulit
Cara:
1. Lakukan inspeksi ada tidaknya verniks kaseosa (zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi yang
c;ukup bulan).
2. Lakukan inspeksi ada tidaknya lanugo (rambut halus yang terdapat pada punggung
bayi). hanugo ini jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi
cukup bulan. (Corry S Matondang dkk, 2000)