Post on 16-Oct-2021
PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS II B SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
SKRIPSI
Diajukan salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
ELI GUSPIYA
NIM : UB 150090
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahkan mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.‟‟1
1 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),421.
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyak terjadinya pelanggaran-
pelanggaran hukum di tengah masyarakat sehingga mereka dipidana dalam
penegakan hukum tersebut para narapidana diberikan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan beragama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Karena pembinaan keagamaan
memegang peran yang sangat penting untuk mengwujudkan cita-cita bangsa dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga hubungan kedamaian dan kerukunan antar umat beragama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berupa deskriptif
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh. Subjek penelitian ini adalah kepala Rutan, staf, pembimbing
keagamaan dan tahanan. Pengumpulan Data dilakukan dengan metode
observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa sangat perlu pembinaan
keagamaan diberikan kepada narapidana dalam meningkatkan kesadaran hukum
bagi mereka. Kemudian metode yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan
diantaranya adalah sholat berjama‟ah dan ceramah agama. Adapun kendala
dalam pembinaan agama narapidana adalah dengan mengatur pembinaan yang
lebih efektif, melakukan pemantauan aktivitas pembinaan sehingga didapatkan
bahwa pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum dapat
merubah prilaku Narapidana sesuai dengan perintah agama dan undang-undang
yang ada serta tujuan yang diharapkan oleh Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil‟alamin.
Akhirnya aku sampai di titik ini
Sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku, Tak henti-hentinya aku
mengucap syukur padaMu ya Rabb Serta shalawat dan salam pada idolaku Rasulullah
SAW dan para sahabat yang mulia
Semoga karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi
keluargaku tercinta. Kupersembahkan karya mungil ini kepada:
Belahan jiwaku Ibundaku tersayang(MISNAR ) dan untuk Ayahandaku tercinta (ALI
SUPI)
Yang telah memberikan segalanya untukku kepada adik-adikku (GIMNASTIAR, MIRA
OKTOPIYA, MUHAMMAD AZMIL) semoga adik-adikku tercinta dapat
menggapaikan keberhasilan juga di kemudian hari dan terima kasih tiada tara atas
segala support yang telah diberikan selama ini.
Kepada teman-teman seperjuangan khususnya BPI 2015, sahabat-sahabat seperjuangan
yang tak bisa tersebutkan satu persatu, suatu keindahan yang sangat mendalam di dalam
hidupku. Semoga atas segala pengorbanan dan perjuangan kita mendapatkan balasan
dari Allah SWT. dan semoga Allah memberi rahmat terhadap karya ini di kemudian
hari.
Kepada sahabat Seperjuanganku yang tak senasib HARBAYANTI walaupun dirimu
tidak sampai di titik ini tapi ku persembahkan karya mungil ku ini untk mu dan
terimaksih yang tiada tara atas semua motivasi dan kesabaran yan mendalam telah mau
bersama ku di waktu itu.
Tak lupa juga terima kasih kepada bapak Ruslan Abdul Gani (Pembimbing 1) danbapak
Edy Kusnadi (Pembimbing 2) yang telah banyak membantu dalam membimbing
skripsiku dengan sabar dan penuh keikhlasan. Tanpa bapak yang menuntun selama ini
mungkin ku tak bisa menyusun skripsi ini dengan baik dan benar. Terimakasih banyak
banyak dosen pembimbing terhebat.
Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan
di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima
kasih untuk semuanya.
Untuk bangsa dan Negara
Dan
Untuk almamater kebanggaan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi
dengan judul „‟Pembinaan Keagamaan Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci’’ dapat diselesaikan dengan baik Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW sang suri tauladan umat, beserta
keluarga dan sahabat juga pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Namun, semua itu dapat disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,MH, selaku pembimbing I dan Edy Kusnadi
S.Ag.,M.Phil. selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam
membimbing dan meluangkan waktunya hingga selesai penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. firhat Abbas M.Ag. selaku dosen pembimbing Akademik
3.Bapak Sya‟roni, S.Ag.,M.Pd. selaku ketua prodi Bimbingan Peyuluhan Islam (BPI)
dan ibu Neneng Hasanah S.Ag., M.Pd. selaku sekretari prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
4.Bapak Samsu S.Ag.,M.Pd.I.,Ph.D. selaku dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
5.Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
6.Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi MA, Ph.D sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan
Pengembangan pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai Wakil Rektor II
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadlillah
M.Pd. sebagai Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7.Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi.
8.Kepala perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berserta stafnya serta
kepala perpustakaan daerah Jambi.
9.Kepada Kepala Rutan, KA SUBSI Pelayanan Tahanan, KA Pengamanan Rutan,
Pengelola Pembinaan Kepribadian, staf, Petugas/Pegawai dan Narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
10. Kepada sahabat-sahabat, teman-teman senasib dan seperjuangan angkatan
2015 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dan semua pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, saran kepada penulis memberikan kenangan selama dibangku
kuliah. Semoga amal baiknya akan dicatat sebagai pahala di sisi-Nya.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini.. Disamping itu, disadari juga
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada
semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi
ini. Kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita
memohon kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah
SWT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
NOTA DINAS…………………………………………………………………………ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI……………….…………….iii
PENGESAHAN………………………………………………………………………iv
MOTTO………………………………………………………………………………..v
ABSTRAK…………………………………………………………………...….…....vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….….…..vii
KATA PENGANTAR………………………………………………….…….……..viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….………ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….……x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...xi
TRANSLITEASI…………………………………………………………………….xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….1
B. Permasalahan …………………………………………………………..5
C. Batasan Masalah…………………………………………………….....5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………6
E. Metode Penelitian…………………………………………………..….6
F. Kerangka Teori……………………………………………………….14
G. Studi Relevan…………………………………………………………22
BAB II PROFIL RUMAH TAHANAN NEGARA SUNGAI PENUH
KABUPATEN KERINCI A. Sejarah Singkat………………………………………………............26
B. Letak Geografis……………………………………………………….28
C. Tugas dan Fungsi Organisasi…………………………………….......31
D. Struktur Organisasi……………………………………………...……32
E. Visi, Misi dan Moto………………………………………………......34
F. Keadaan Warga Binaan…………………………………………........35
G. Sarana dan Prasarana…………………………………………...…….35
BAB III PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN
NEGARA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI.
A. Latar Belakang Pebinaan Agama Narapida ………...........................37
B. Tujuan Pembinaan Agama Narapida…………………………...……40
C. Metode Pembinaan Agama Narapida……………...………………...42
BAB IV SOLUSI DARI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBINAAN
AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA
BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA SUNGAI
PENUH KABUPATEN KERINCI.
A. Materi Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci………………………………………………………………..51
B. Kendala Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten
Kerinci………………………………………………………………..56
C. Upaya Mengatasi Kendala Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama Bagi Narapidana Di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci..................................................53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………...……………...68
B. Rekomendasi …………………………………………………...........69
C. Kata Penutup………………………………………………………….69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Truktur Bangunan Rumah Tahanan……………………………...………30
Tabel 2.2 : Struktrur Organisasi Rutan …………………………………….………..32
Tabel 2.3 : Latar Belakang Pendidikan Petugas Rutan………………………………60
Table 2.4 : Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rutan Negara Kelas II B S………..36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Pelaksanaan Sholat Berjama‟ah Narapidana…………………………..42
Gambar 3.2 : Pelaksanaan Ceramah Agama………………………………...……….44
Gambar 3.3 : Pelaksanaan Dialog Tanya Tawab…………………………...………..46
Gambar 3.4 : Pelaksanaan Bimbingan Demonstrasi Verbal…………...…………….48
.
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
` th
B zh
T `a
Ts gh
J f
Ch q
Kh k
D l
Dz m
R n
Z w
S h
Sy ؍
Sh y
Dh
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
aa Aa
uu
2 Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2014),136-137.
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salaah
Mir‟ah
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizaarat al-Tarbiyah
Mir‟at al-zaman
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Islam merupakan agama yang ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia
melaui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya mebawa ajaran-ajaran
yang bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan
manusia. Sumber ajarannya berlandaskan Al-Quran dan al-Hadist. Ajaran islam
meliputi semua asfek kehidupan dan mengatur hubungan seseorang hamba dengan
tuhan atau dengan sesama makhluk-Nya. Islam juga tidak membiarkan suatu
perbuatan mulia selain mengajak kepadanya, dan tidak membiarkan suatu perbutan
rendah selain menginkan bahayanya.3
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan ummatnya untuk
menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia sebagai
rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagian dan
kesejahteraan ummat manusia. Bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek
kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh. Usaha untuk menyebarluaskan Islam begitu pula untuk merealisir ajarannya
di tengah-tengah kehidupan ummat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang
dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
Sesuai dengan ajaran agama Islam yang tercantum dalam surat Al-Qashash ayat 77
yang berbunyi:
3 Yatim Abdullah. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an,(Jakarta : Amzah,2007),89.
“Dan carila pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (Q.S. Al-Qashash: 77)”4
Ajaran agama Islam tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi
pembentukan pribadi muslim, tetapi kalau diberikan dan diajarkan dengan cara yang
tidak baik, yakni tidak sesuai dengan tujuannya atau tidak sesuai dengan budaya atau
kultur dari masyarakatnya, maka efektivitas bimbingan Islam yang diberikan tidak
akan membekas apalagi mengesankan, bahkan tak jarang sangat membosankan bagi
pengkajinya. Sehingga kebanyakkan mereka jadi kurang menarik untuk
mempelajarinya. Ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
Allah untuk mengatur manusia di bumi, sudah barang tentu disesuaikan dengan
kondisi agar ajaran Islam yang didakwahkan mudah dilaksanakan. Secara umum
dakwah dalam pelaksanaannya agar cepat terorganisir dengan baik bila diiringi dengan
dakwah yang baik pula. Dengan ditunjang pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
para dai seperti halnya pada bidang-bidang pengetahuan lainnya.
Dokrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara
universal sebagai a moral, political, legal framework and as a guideline dalam
membangun dunia yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta
4 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 623.
perlakuan yang tidak adil.5Untuk mewujudkan keselarasan hubungan antara sesama
manusia seperti yang dimaksudkan diatas salah satunya dengan membentuk suatu
sistem hukum. Sistem hukum nasional yang mantap, yang bersumberkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945, memperhatikan kemajuan tatanan hukum yang
berlaku, yang mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan, serta mampu mengamankan dan
mendukung pembangunan nasional, yang didukung oleh aparatur hukum, sarana dan
prasarana yang memadai serta masyarakat yang taat hukum. Manusia sebagai makhluk
sosial dan sebagai anggota masyarakat mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam
mencakupi dan memenuhi kelangsungan hidupnya.6 Dalam menghadapi era modern
ini, agama bisa merupakan satu-satunya alat yang ampuh . oleh karena itu agama
mempunyai nilai kekinian, tetapi juga akan berdampak di hari kelak nanti. Sehingga
jika anak-anak muda telah menerima nilai-nilai yang baik di bangku sekolah, masjid,
atau di majlis ta‟lim, sementara kenyataan di luar justru berlawanan, mereka tidak
mudah begitu saja hanyut karena nilai yang telah diperoleh tadi tidak lagi menjadi
acuan hidup. Masalahnya, sekarang tergantung sejauh mana kemampuan para da‟i,
ustadz, atau kiai dan para pembimbing agama bisa menyampaikan ajaran agama agar
dapat di pahami oleh bahasa masyarakat luas. Demikian pula sejauh mana generasi
tua, termasuk orang tua dan para penguasa (pemerintah), mampu menciptakan suasana
yang mendukung perkembangan aktifitas dan penghayatan keagamaan, sehingga tidak
ada yang mempersempit, mempersulit, atau lebih lebih mencurigainya. Pengalaman
ajaran agama tentu bukan hanya dalam arti melaksanakan ibadah shalat dan puasa saja.
Namun, akan meliputi hubungan kepada Allah sang Pencipta yang di wujudkan dalam
bentuk ibadah-ibadah khusus.7 Salah satu langkah dan strategi pemerintah dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat yaitu adanya hak yang sama di
5 Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 93
6 Imam Leo Adi Chandra, Pola Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Dan Permasalahannya di
Lembaga Pemasyarakatan Mataram, (Mataram: Universitas Mataram, 2013), 4.
7 Chairul Anwar. Hakikat Manusia dan Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta :
Suka Press, 2014), 267.
mata hukum baik bagi warga negara biasa maupun narapidana. Setiap manusia harus
dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar yang
melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa sejak manusia dilahirkan. Setiap manusia sejak ia dilahirkan memiliki
kebebasan dan hak untuk diperlakukan sama tanpa diskriminasi apapun.
Dalam pembangunan masyarakat, islam telah siap menghadapi semua
keadaan. Untuk itu, Islam menggariskan dan menyeru kepada sistem yang terbaik
di tempuh. Kemudian menghimbau manusia untuk suka menganut sistem tersebut
serta diperingatkan mereka agar tidak menyalahinya, karena masing-masing akan
ada balasannya yang sempurna kelak di akhirat,. Sebagaimana Allah berfirman Q.S
Thaha : 82 yang berbunyi :
“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,beriman,
beramal saleh , kemudian tetap di jalan yang benar”(QS. :82 ).8
Berbagai macam kasus menyeret manusia untuk merasakan hidup dijeruji besi
atau penjara hingga disematkan kepada status narapidana. narapidana adalah orang
yang menjalani hukuman karena tindak pidana. Permasalahan yang kompleks dialami
narapidana, seperti hilangnya kemerdekaan, beban moral, terpisahnya dari keluarga
hingga hanya mampu beraktifitas dari balik jeruji besi. Adanya permasalahan yang
kompleks tersebut, narapidana membutuhkan seseorang yang dapat berkomunikasi
secara baik untuk memberikan pembinaan keagamaan, hingga mampu mengembalikan
dirinya kejalan yang benar atau insyaf.
Lembaga permasyarakatan atau rumah tahanan negara sungai penuh merupakan
tempat untuk mendidik narapidana untuk menjadi warga negara yang baik kemudian
di kembalikan ke masyarakat dan mempunyai hak-hak yang harus dilindungi dan
8 Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 1056.
diayomi. Adapun pembinaan keagamaan dilakukan oleh Orang yang aktif melakukan
pembinaan keagamaan kepada narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
Berdasarkan permasalahan ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
skripsi yang berjudul : Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat penulis ambi sebagai pokok
bahasan sebagai berikut : Bagaiman pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama bagi narapidana di rumah tahanan negara sungai penuh kebupaten kerinci ?
pokok masalah ini lebih jauh dapat di rumuskan dalam beberapa rumusan
permasalahan, yaitu :
1. Mengapa Perlu Pembinaan Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
Narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
2. Bagaimana Bentuk Pembinaan Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci?
3. Apa Kendala atau Faktor Penghalang dan Penghambat Pembinaan Agama dalam
Miningkatkan Kesadaran Beragama Narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas tentang pembinaan agama dalam meningkatkan
kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci juga bernama Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh yang terletak di
Kota Sungai Penuh.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengetahui pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragana
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ingin mengetahui kendala pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
c. Ingin mengetahui upaya pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
a. Untuk memberi penjelasan tentang perlunya pembinaan agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Untuk memperdalam pemahaman penulis mengenai pembinaan agama dalam
meningkatkan kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c. Untuk memberi informasi kepada pihak yang terkait, tentang perlunya
pembinaan agama dalam meningkatkan kesadaran beragama narapidana di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
E. Kerangka Teori
1. Pembinaan Keagamaan
a. Pengertian pembinaan keagamaan
Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari bahasa arab “bana”
yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan membentuk. Kemudian
mendapat awalan pe- dan –an sehingga menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.9 Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan
dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan.10
Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soemanto. Pembinaan adalah menunjuk
pada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.
Sedangkan menurut Masdar Helmy, pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-
usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas beragama
baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang
kemasyarakatan.11
Miftah Thoha mengatakan bahwa pembinaan adalh suatu tindakan, proses, hasil
atau pernyataan menjadi lebih baik.12
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan
untuk meningkatkan kualitas ke taqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, narapidana
dan anak didik pemasyarakatan.13
Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sabar, berencana, teratur, dan terarah serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan kepribadian dan memperbaiki pribadi kearah yang lebih baik lagi
dari pada sebelumnya.
9 Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2013), 152.
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edii ke 4
(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), 193.
11 Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: IAIN Semarang,2016) , 31.
12 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004) , 7.
13 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1)
b. Landasan Pembinaan Keagamaan
1. Al-Quran
Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT berupa wahyu yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Didalamnya terdapat ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad ajaran
yang terkandung dalam Al-Qu‟an itu terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan
dengan masalah keimanan yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan
amal yang disebut Syari‟ah.14
2. As-Sunnah
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran islam selain didasarkan pada
keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist juga didasarkan kepada pendapat
kesepakatan para sahabat.15
Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang
wajib mengikuti hadist, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau
wafat.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan/menentukan
Sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Qur‟an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi
seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada
Al-Qur‟an dan Sunnah.
Ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para Mujtahid tidak
boleh bertentangan dengan isi Al-Qur‟an an Sunnah. Karena itu ijtihad dipandang
14
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 67.
15 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, 72.
sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibtuhkan sepanjan masa setelah
Rasulullah Saw. Wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad ini dibidang pendidikan sejalan di
bidang pendidikan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin
urgen dan mendesak, tidak saj di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang
sistem dalam artian yang luas.16
2. Prilaku Beragama
a. Pengertian Prilaku Beragama
Pengertian prilaku beragama dapat dijabarkan dengan cara mengartikan
perkata. Kata prilaku dalam kamus besar bahasa indonesia yaitu tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau prilaku.17
Prilaku merupakan seperangkat perbuatan
atau tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian
dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang di yakini. Prilaku atau aktivitas yang ada
pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat
dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenainya, yaitu dorongan untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapaitujuan.18
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwandaminta, prilaku adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud dalam gerakan dan sikap yang muncul dalam perbuatan
yang nyata atau ucapan.19
Sedangkan kata beragama berasal dari kata dasar agama
yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Yang mempunyai arti sesuatu
(segala tindakan) yang berhubungan dengan agama.20
16
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),21.
17 Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (jakarta : balai
putaka, 2005), 859.
18 Bimo walgito, pengantar psikologi umum (yogyakarta : andi ofset, 2010),11
19 W.J.S. Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (jakarta : balai pusta, edisi 3, 2001), 7
20 Pusat pengembangan bahasa , kamus besar bahasa indonesia (jakarta : balai pustaka, 1990),11
Berdasarkan urain di atas prilaku beragama berarti segala tindakan perbuatan
atau ucapan yang dilakukan seseorang sedangkan perbuatan atau tindakan serta
ucapan tadi akan kaitannya dengan agama, semuanya di lakukan karena adanya
kepercayaan kepada tuhan dengan ajaran, kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan. Oleh karena itu dalam agama ada ajaran-ajaran yang
dilakukan bagi pemeluk-pemeluknya, bagi agam islam, ada ajaran yang harus
dilakukan dan ada pula yang berupa larangan. Ajaran-ajaran yang berupa perintah
yang harus di lakukan di antaranya adalah sholat, zakat, puasa, haji, menolong orang
lain yang sedang kesusahan dan masih banyak lagi. Sedangkan yang ada kaitannya
dengan larangan itu lagi banyak seperti, minum-minuman keras, judi, korupsi, main
perempuan dan lain-lain.
Oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak
aktivitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara mahkluk
agama dengan pencipta, maupun hubungan antara makhluk dengan sesama makhluk,
itu pada dasarnya itu sudah di atur oleh agama.21
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku
keagamaan adalah tanggapan atau reaksi nyata seseorang sebagai akibat dari
akumulasi pengalaman, pengalam sebagai respon yang di terimanya, yang diwujudkan
dalam bentuk ibadah keseharian seperti sholat, puasa, sabar, tawakkal, dan bergaul
dengan sesama.
b. Teori Kesadaran Hukum
Berbicara mengenai kesadaran hukum tidak terlepas dari indikator kesadaran
hukum. Indikator itu yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap kesadaran
hukum. Oleh karena itu, kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam
diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang
21
Agus sujanto, psikologi perkembangan (jakarta : rineka cipta, 1996),204
dikehendaki atau sepantasnya. Teori dalam faktor yang berpengaruh dikemukakan
oleh B.Kutschincky dalam Soerjono Soekanto, antara lain:22
1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum;
2. Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum;
3. Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum;
4. Pola-pola perikelakuan hukum.
Berkaitan dengan indikator diatas, Otje Salman menjelaskan indikator seperti
dibawah ini, antara lain:23
1. Indikator pertama adalah pengetahuan tentang hukum. Seseorang mengetahui
bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum
yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.
Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku
yang diperbolehkan oleh hukum.
2. Indikator yang kedua adalah pemahaman hukum, yaitu sejumlah informasi yang
dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Pemahaman
hukum disini adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan suatu peraturan dalam
hukum tertentu serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh
peraturan tersebu.
3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum, yaitu suatu kecenderungan untuk
menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai sesuatu
yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum tersebut ditaati. Seseorang disini
yang nantiya akan mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu
terhadap hukum.
4. Indikator yang keempat adalah pola perilaku, yaitu dimana seseorang atau dalam
suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku. Indikator ini
merupakan indikator yang paling utama, karena dalam indikator tersebut dapat
dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat, sehingga
seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku
hukum.
Secara menyeluruh, yang paling berpengaruh adalah terhadap pengetahuan
tentang isi, sikap hukum dan pola perikelakuan hukum. Pengetahuan yang dimilikinya
22 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, .159.
23 Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, (Bandung, 1993), 40-42.
kebanyakan diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari, sehingga kesadaran
hukum yang meningkat tergantung pada meningkatnya materi ilmu hukum yang
disajikan. Jadi, setiap indikator kesadaran hukum menunjukan taraf kesadaran hukum,
apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu hukum maka kesadaran hukum
yang dimiliki masih rendah. Pengertian dan pemahaman hukum yang berlaku perlu
dipertegas secara mendalam agar masyarakat dapat memiliki suatu pengertian terhadap
tujuan dari peraturan tersebut untuk dirinya sendiri dan masyarakat pada umumunya.
3. Narapidana
Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan arti bahwa : Narapidana adalah
orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana);
terhukum. Sementara itu, menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa
Narapidana adalah orang hukuman; orang buaian. Selanjutnya berdasarkan kamus
hukum narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani
pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di
pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang atau
terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan
dimana kemerdekaannya hilang.24
Narapidana adalah orang yang sedang menjalani
pidana hilang kemerdekaan didalam lembaga pemasyarakatan.25
Narapidana ialah Orang Hukuman; orang yang dimasukkan kedalam Lembaga
Pemasyarakatankarena telah dijatuhi Pidana oleh Pengadilan. Cuti Narapidana : cuti
24
http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-narapidana-dan-hak-hak.html, diakses
pada Tanggal 25 Agustus 2017 25
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
yang diberikan kepada narapidana karena alasan-alasan yang penting, misalnya : orang
tua meninggal/sakit keras, cuti diberikan selama 6 jam dan tidak boleh menginap serta
dikawal oleh petugas atau Polisi. Lihat Reglement Penjara LN 1917 No.708. 26
Sesuai
dengan Pasal 1 butir 32 KUHAP: Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.27
4. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Rumah Tahanan Negara (RUTAN) adalah bangunan untuk menempatkan
tersangka atau terdakwa selama masih dalam proses penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan dipengadilan negeri, pengadilan tinggi dan mahkamah agung.28
Penjara
ialah Rumah, gedung, bangunan tempat yang dipergunakan untuk mengurung orang
hukuman penjara.29
Penjara (gevangenis ; prison) :
1. Tempat narapidana harus menjalani pidana hilang kemerdekaan atau hilang
kebebasan, yang dijatuhan hakim terhadapnya;
2. Bangunan tempat narapidana menjalani pidananya-lembaga pemasyarakatan.30
Rumah Tahanan disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun
1995 Tentang Pemasyarakatan).31
Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat
tersebut di sebut dengan istilah penjara. Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan
26
Andi Hamzah,Kamus Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia 1986), 389-390
27 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1
28 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana..., 133
29 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia..., 460
30 Andi Hamzah, Kriminologi Hukum Pidana..., 116
31 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 3
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman).
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada tahun 1911 oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Rumah Penjara dengan sistem
Kepenjaraan diatur dalam OrdonantieOpde Voorwaardelijk in Vryjheld Stelling (1917
– 749, 1917 – 708, 10 Desember 1917). Setelah runtuhnya Kolonial Belanda dan
tercapainya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia sekaligus mewarisi sarana dan sistem
Kepenjaraan. Rumah Tahanan Negara Klas II.B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kerinci, berdiri di
atas tanah seluas lebih kurang 2.254 M2 dengan sertifikat hak pakai No. 2. Rumah
Tahanan Negara mempunyai tugas melaksanakan perawatan terhadap tersangka,
terdakwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.32
F. Metode penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang
hubungan masyarakat dengan mengkaji tentang pembinaan keagamaan dalam
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja. Jadi,
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya,
peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara acak, tapi ditentukan
32
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh, 2017.
sendiri oleh peneliti.33
Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis
secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.
Paradigma alamiah, menurut Lincoln dan Guba, peneliti mulai den gan asumsi
bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi
konteksnya sendiri. Selain itu, dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(construction). Dengan demikian tujuannya bukan memusatkan diri pada adaya
perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi.34
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi
yang alami. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.35
Melalui
pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas
sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
33
M. Nashihun Ulwan, Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive Sampling,
Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-
dengan-metode.html?m=1, diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
34Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 223-
224.
35Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 3.
Lokasi penelitian ini di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci, dengan alasan masih dihadapkan pada permasalahan pembinaan keagamaan
dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci, dan permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya, di samping kemudahan akses data dari lapangan.
b. Subjek Penelitian
subjek yang diteliti adalah narapida itu sendiri. Subjek dalam penelitian ini
sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau
diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data
yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi
melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya.36
Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian
ini adalah data tentang pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
36
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007), 87.
a) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b) Kendala pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran beragama
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
c) Upaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau
publikasi lainnya.37
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil
mengenai gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci,
seperti:
a) Historis dan geografis.
b) Struktur organisasi.
c) Keadaan personil.
d) Keadaan program kerja.
b. Sumber Data
Sumber data menguraikan sumber data yang digunakan dalam penelitian seperti
manusia, peristiwa dan dokumentasi.38
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini
adalah narapidana itu sendiri.
37
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, 91.
38Mohd. Arifullah, dkk, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa (Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi, 2010), 33.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
“Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan
pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera.”39
Observasi
dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk
memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Metode observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan, yang mana
peneliti melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian mengenai
pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, yang meliputi:
1) Bentuk pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana
di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
2) hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
3) sUpaya meningkatkan pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran
hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Wawancara
“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.”40
Wawancara terstuktur digunakan sebagai
instrumen pelengkap observasi untuk mengumpulkan data di lapangan tentang
pembinaan keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 156.
40Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.
c. Dokumentasi
“Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel
yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti,
legger, agenda dan sebagainya.”41
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-
catatan, dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Dokumentasi
penulis gunakan sebagai instrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan gambaran umum Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci, seperti:
1) Historis dan geografis.
2) Struktur organisasi.
3) Keadaan personil.
4) Keadaan program kerja.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data
mengalir, yang menurut Miles dan Huberman yang pada Prinsipnya kegiatan analisis
data ini dilakukan sepanjang kegiatan penelitian (during data collection), dan kegiatan
yang paling inti mencakup:
a. Reduksi Data
“Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data-data kasar yang muncul dari
catatan-catatan yang tertulis di lapangan.”42
Masalah pembinaan keagamaan dalam
41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 231.
42Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohedi
Rohidi, (Jakarta: UI Press, 2007), 16.
meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis
dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
b. Penyajian Data
“Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan kesimpulan.”43
Penyajian data mengenai masalah pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yang telah direduksi melalui bab-bab yang
sudah tersedia.
c. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.”44
Kesimpulan ini dapat dibuat setelah seluruh data dianalisis mengenai pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
43
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah… 17.
44, Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah… 19
tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam penelitian dilakukan
suatu teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat.45
Berikut penjelasannya:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan yang dikumpulkan. Melalui teknik ini, peneliti akan berusaha untuk
meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian dengan mengunjungi ke Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci pada waktu jam kerja agar peneliti
dapat menyelami „budaya” kerja personalia terkait dengan peran penyuluh agama
dalam meningkatkan prilaku beragama terhadap korban penyalahgunaan napza di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
b. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian
ini secara terperinci. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
permasalahan yang menonjol dalam penelitian dan berusaha mencari solusinya dengan
berpedoman pada literatur yang ada, misalnya pembinaan keagamaan dalam
45
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) 175.
meningkatkan kesadaran hukum narapida di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
c. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan
terhadap data itu.46
Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di
lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi
dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau
tinggi, orang kaya, pemerintah.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.47
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.
Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya
46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330.
47Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330-331.
untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analisis lainnya. Sedangkan,
triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan
secara logika.48
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek
kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang pembinaan
keagamaan dalam meningkatkan kesadaran hukum narapidana di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci dari sumber hasil observasi, wawancara
maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data
yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
d. Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan yang
merupakan suatu proses di mana seorang peneliti mengekspos serta
mengkonsultasikan hasil penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing,
dengan melakukan suatu diskusi dan konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk
menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin masih bersifat implisit. Melalui
teknik ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan saran konstruktif,
serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk mengembangkan dan
menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis yang muncul.
G. Studi Relevan
Tinjauan pustaka atau tela‟ah pustaka atau dapat juga disebut landasan teori
merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah
penelitian. Dengan kata lain analisis teoritis tentang masalah yang diteliti, yang
dikaitkan dengan hasil-hasil peelitian yang telah ada dan atau hasil studi pustaka.
48
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 331-332.
Adapun setelah penulis melakukan studi ke pustaka, penulis menemukan
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, dari beberapa
penelitian tersebut, belum ada penelitian yang membahas secara khusus mengenai Pola
Pembinaan keagamaan Narapidana di RUTAN Kelas II B Sungai Penuh. Diantara
beberapa penelitian yang penulis temukan tersebut antara lain :
1. Skripsi Andi Saputro Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2015 dengan judul “ Sistem Pembinaan Anak Didik
Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Wonosari setelah
berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”.
Adapun hasil penelitian menjelaskan Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Wonosari berjalan dengan baik akan tetapi kurangnya
tenaga pembina yang Ahli dibidangnya sangat kurang. Sementara ini petugas
pembina masih dari staf petugas pembina untuk dewasa sama, yang
seharusnya petugas tersebut adalah Ahli menangani anak. Harus dibedakan
pembina anak dengan dewasa. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Wonosari menyesuaikan UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak.49
2. Skripsi Isnawati Mahasiswi Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan judul
“Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Samarinda” yang menjelaskan Tamping berperan aktif dalam
kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di lingkungan Rumah Tahanan
Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir olrh Tamping Masjid, proses
pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggungjawab bersama antara
pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan. Peran Tamping sebagai
Fasilitator antara Narapidana atau tahanan dengan petugas maupun antara
Narapidana atau tahanan dengan keluarga Narapidana cukup baik dan
dibangun atas dasar saling percaya, serta memfasilitasi Narapidana lainnya
agar tampil dan memiliki keahlian khusus dan juga dapat mempercepat
adaptasi dan pemulihan serta rehabilitasi para Narapidana sebelum diterjunkan
ke masyarakat.50
49
Andi Saputro, “ Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak” Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2015).
50Isnawati, “Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A
Samarinda” Skripsi Universitas Mulawarman, (2014).
3. Skripsi Nur Jayani Mahasiswi Universitas Negeri Semarang tahun 2013
dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara” yang menjelaskan tentang peranan petugas yang dibutuhkan
untuk membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan
yang sama.51
4. Skripsi Ati Mu‟jizati Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang tahun 2009 dengan judul “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam
Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam
(RSUI) Harapan Anda Tegal”.
Kesimpulan dari penulisan ini adalah adanya permasalahan psikosomatis
banyak dijumpai pada pasien dan keluarganya yang tingkat agamanya minim.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran bimbingan rohani Islam
di rumah sakit umum Islam Harapan Anda Tegal sangat besar yaitu: (1)
Menumbuhkan rasa sabar dan ikhlas pada diri pasien dan keluarganya sesuai
materi yang disampaikan (2)Memotivasi kesembuhan pasien (3)
Menumbuhkan rasa tenang pada diri pasien, serta menghilangkan rasa gelisah
pada diri pasien. Karena dengan adanya bimbingan rohani Islam pasien bisa
tersugesti, lebih tenang, lebih sabar dan mau berikhtiar serta bersemangat untuk
cepat sembuh selain itu pasien juga selalu mamasrahkan dirinya kepada Allah
SWT. Rekomendasi atau saran yang dapat di berikan bagi perawat rohani
adalah perlu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan tentang
teknik-teknik bimbingan rohani agar layanan yang diberikan lebih berkualitas.
Selain itu diperlukan juga penambahan personil petugas rohani dengan tenaga
profesional agar pelayanan yang diberikan lebih komprehensif dan
profesional.52
Sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan, penelitian 1-3 mempunyai
persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama melakukan penelitian di
51
Nur Jayani, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB Kabupaten Jepara” Skripsi
Universitas Negeri Semarang, (2013).
52Ati Mu‟jizati, Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Harapan Anda Tegal Tahun 2008, Skripsi (Semarang: Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009).
Rumah Tahanan Negara dan perbedaanya : Skripsi Andi Saputro membahas tentang
Sistem Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, Skripsi Isnawati membahas tentang Peran Tamping dalam Pembinaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang menjelaskan
Tamping berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan dan aktivitas Rohani di
lingkungan Rumah Tahanan Negara Kelas II A Samarinda yang dikoordinir oleh
Tamping Masjid, proses pembinaan dan aktivitas jasmani merupakan tanggung jawab
bersama antara pihak Rutan dan Tamping dan seluruh Penghuni Rutan dan skripsi Nur
Jayani membahas tentang Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB
Kabupaten Jepara yang menjelaskan peranan petugas yang dibutuhkan untuk
membimbing para narapidana agar tidak kembali melakukan perbuatan yang sama.
Sedangkan dalam Penelitian ini, penulis berusaha mengkaji Pembinaan keagamaan
Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kerinci yang
mempunyai tugas ganda Perawatan Tahanan dan Narapidana berdasarkan UU No. 12
Tahun 1995, Mencari faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan
Narapidana serta mengugkapkan upaya-upaya yang diakukan Rutan Sungai Penuh
dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi untuk menuju sistem yang baik.
BAB II
PROFIL RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS II B SUNGAI PENUH
KABUPATEN KERINCI
A. Sejarah Singkat Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Rumah Tahanan Negara (disingkat Rutan) adalah tempat tersangka atau
terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis di
bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen
Kehakiman). Rutan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila
perlu dapat dibentuk pula Cabang Rutan. Di dalam rutan, ditempatkan tahanan yang
masih dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.53
Rutan merupakan tahap akhir dari sistem peradilan pidana. Sistem peradilan
pidana sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan dan Rutan/Lembaga Pemasyarakatan. Sub-sistem Rutan sebagai sub-
sistem terakhir dari sistem peradilan pidana mempunyai tugas untuk melaksanakan
pembinaan terhadap terpidana khususnya pidana pencabutan kemerdekaan. Dengan
demikian berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai dalam sistem peradilan pidana
baik tujuan jangka pendek yaitu rehabilitasi dan resosialisasi narapidana, tujuan jangka
menengah untuk menekan kejahatan serta tujuan jangka panjang untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat di samping ditentukan/dipengaruhi oleh sub-sub sistem
peradilan pidana yang lain yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, selebihnya juga
sangat ditentu¬kan oleh pembinaan yang dilakukan Rutan sebagai pelaksanaan dari
pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya pidana penjara.54
53
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), 107
54 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Rutan sebagai wadah pembinaan narapidana yang berdasarkan sistem
pemasyarakatan berupaya untuk mewujudkan pemidanaan yang integratif yaitu
membina dan mengembalikan kesatuan hidup masyarakat yang baik dan berguna.
Dengan perkataan lain Rutan melaksanakan rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan
perlindungan baik terhadap narapidana serta masyarakat di dalam pelaksanaan
sistem pemasyarakatan. Dengan sistem pemasyarakatan sebagai dasar pola
pembinaan narapidana di Rutan diharapkan dapat berhasil dalam mencapai tujuan
resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana/narapidana, maka pada gilirannya
akan dapat menekan kejahatan dan pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan
sosial seperti tujuan sistem peradilan pidana (jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang). Dengan demikian keberhasilan sistem pemasyarakatan di dalam
pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana di Rutan akan berpengaruh pada
keberhasilan pencapaian tujuan sistem peradilan pidana.55
Salah satu rutan yang ada di Indonesia adalah rutan Sungai Penuh yang
masih ada sampai saat ini. Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh didirikan pada
Tahun 1911 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Setelah runtuhnya Belanda dan
tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945, Rumah Penjara
menjadi milik Pemerintahan Republik Indonesia sekaligus mewarisi saran dan
sistem Kepenjaraan. Pada tahun 1964 Rumah Penjara Sungai Penuh diganti
namanya menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai Penuh. Fisik
Bangunan kali renovasi sebagai berikut :
1. Renovasi permanent pada tahun 1964
2. Rehabilitasi berat pada tahun 1981/1982
3. Rehabilitasi berat pada tahun 1991/1992
4. Rehabilitasi Ringan pada tahun 1995/1996
5. Penambahan Blok serta bangunan Kantor Lantai II pada tahun 2003
55
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
6. Penambahan Blok Hunian Lantai II, Pembuatan Pagar tembok keliling dan
Rehabilitasi Blok Hunian yang terkena Bencana Alam Tahun 2005
7. Rehabilitasi ringan pada tahun 2008.56
Dengan adanya Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.03 UM.01.06 tahun
1983 dalam Pasal 1 menjelaskan bahwa : Lembaga Pemasyarakatan Klas III Sungai
Penuh ditetapkan sebagai Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh.
B. Letak Geografis Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh.
Wilayah daerah Kabupaten Kerinci berada di barat Provinsi Jambi terletak di
antara 1o 40
o lintang selatan sampai 20
o 26
o bujur timur sampai dengan lintang selatan
diantara 101o
08o bujur Timur sampai dengan 101
o 500
o bujur timur. Daerah ini
beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22oC. Kelembaban 84 Mm Hg dan mempunyai
ketinggian diantara 500 M – 1.500 M dari permukaan laut. Luas Wilayah Daerah
Lebih kurang 4.200 Km2 yang dikelilingi Bukit barisan dan Gunung Kerinci. Jarak
dengan kota Propinsi Jambi 408 Km.
Batas – Batas wilayah Kab. Kerinci :
1. Sebelah Utara : Kab. Solok
2. Sebelah Selatan : Kab. Merangin
3. Sebelah Timur : Kab. Bungo
4. Sebelah Barat : a. Kab. Bengkulu Utara
b. Kab. Pesisir Selatan57
Mata pencarian masyarakat Kerinci pada umumnya dibidang pertanian. Tradisi
yang masih dilaksanakan hingga kini adalah Kenduri Sko, yaitu penyucian dan
mengarak benda – benda pusaka yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Nuansa
masyarakat yang religius, pengaruh tokoh agama dan ketua adat dalam kehidupan
56
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
57 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
bermasyarakat sangat karismatik dan dominan dalam membangun masyarakat kerinci
yang “ Akhlaqul Karimah “ sehingga wilayah daerah Kerinci juga dijuluki “ SERAMBI
MADINAH “.58
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh merupakan Unit Pelaksanaan
Teknis yang bernaung dibawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia yang melaksanaan Perawatan Tahanan dan
Pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan Perawatan
Tahanan dan Pembinaan narapidana yang berbasis Sistem Pemasyarakatan, Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Mempunyai tugas ganda Perawatan
Tahanan dan Pembinaan Narapidana karena di Sungai Penuh/Kabupaten Kerinci tidak
terdapat Lembaga Pemasyarakatan. Dasar Pelaksanaan Pembinaan di Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh adalah Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan.
Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh terletak di jantung Kota
Sungai Penuh sebaga iIbu Kota Kabupaten Kerinci. Berdirinya diatas Tanah seluas
lebih kurang 2.245 M2 dengan sertifikat Hak Pakai No.2 dengan Batas– batas sebagai
berikut :
a. SebelahUtara : Berbatasan dengan Perumahan Kodim
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan STIE Yayasan Sakti
Alam Kerinci
c. Sebelah Barat : Berbatasandengan Hotel Matahari
d. SebelahTimur : Berbatasan dengan Jalan Raya. Jend.
Sudirman.59
58
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
59 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh dilihat dari jarak tempuh dengan UPT
Pemasyarakatan dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jambi sebagaiberikut :
1. LapasKlas II.B Bangko : 180 Km
2. LapasKlas II.B MuaraBungo : 265 Km
3. LapasKlas II.B MuaraTebo : 310 Km
4. LapasKlas I A Jambi : 418 Km
5. LapasKlas II.B Kuala Tungkal : 560 Km
Adapun Struktur Bangunan terdiri dari :
Tabel 2:1. Struktur Bangunan Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Tahun 2018.60
No Nama Bangunan Jumlah Ruang
1 Kamar Napi 10
2 Kamar Tahanan 3
3 Gedung Kantor 11
4 Sel 3
5 Ruang Keterampilan 1
6 Dapur 1
7 Gudang Dapur 2
60
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
8 Ruang Pendidikan 1
9 Ruang Musholla 1
10 Ruang Tamu 1
11 Perpustakaan 1
Tabel di atas menjelaskan bahwa data bangunan atau ruang penunjang yang ada
di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh sudah memenuhi kebutuhan
narapidana dan petugas yang ada didalamnya. Fasilitas dan bangunan yang lengkap
akan membuata petus dan terutamanya narapida merasa dihargai sehingga akan
berdampak pada kelancaran pembinaan narapida di dalamnya.
Setiap kamar di Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai Penuh berkapsitas 5-
10 orang. Jumlah Pegawai yang ada di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh adalah berjumlah 48 orang yang terdiri dari 7 orang jenis kelamin perempuan
dan 41 orang dengan jenis kelamin laki-laki.
C. Tugas dan Fungsi Organisasi
Sebagai salah satu instansi vertikal, Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan yaitu melaksanakan Perawatan Tahanan dan Pembinaan terhadap
Narapidana sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang- Undang
Pemasyarakatan. Tujuannya adalah agar Narapidana menyadari kesalahannya, tidak
melanggar hukum lagi, dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam rangka ikut
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Adapun tugas pokok dan fungsi utama Rumah Tahanan Negara Klas II B
Sungai Penuh dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tugas : Melaksanakan Perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai
dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Fungsi :
1. Melakukan Pelayanan Hukum
2. Melakukan Pemeliharaan keamanan dan tata tertib Rutan
3. Melakukan pengelolaan Rutan dan Urusan Tata Usaha.61
D. Struktur Organisasi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Gambar 2:2
STRUKTUR ORGANISASI RUTAN SUNGAI PENUH
MENURUT KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN RI
TANGGAL 20 SEPTEMBER 1985 No. M.04.PR.07.03 TAHUN 198562
61
Dokumen Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh ,2018.
62Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Kepala Rutan Sungai Penuh
Eko Arif Setiawan, AMD, IP, SH, MH
PETUGAS TU
Purnawanto, SH
Kasubsi
Pengelolaan
Yulius, ST
Kasubsi Pelayanan
Tahanan
Amra.S.IP
Kepala Kesatuan
Pengamanan
Saifuddin L., S.Ag
Keuangan Dan
Penyusun Anggaran
Ryka Efendra
AHMAD wafil
Emilia, H. S.HI
REG & Perawatan
Alpian
Jairul
Ulni Sepdia
Staf Keamanan
Edial
Iskandar D
Hasri Yeni
Pengelola SDP Okky Apriyanto, S.Sos
Pegawai dalam suatu organisasi merupakan motivator secara langsung sebagai
pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Lembaga pemasyarakatan sebagai instansi
pemerintah narapidana, diatur para pegawainya yang benar karena para pegawai pada
lembaga pemasyarakatan berhadapan langsung dengan para narapidana. Keadaan
pendidikan pegawai Rutan sebagai berikut:
1. Sarjana (S2) : 1 Orang
2. Sarjana (S1) : 11 Orang
3. SLTA : 23 Orang
4. SLTP : 1 Orang.63
Golongan pegawai negeri sipil Rutan Sungai Penuh adalah:
1. Golongan Iv/a : 1 Orang
2. Golongan III/d : 2 Orang
3. Golongan III/c : 5 Orang
4. Golongan III/b : 5 Orang
5. Golongan III/a : 5 Orang
6. Golongan II/d : 4 Orang
7. Golongan II/c : 2 Orang
63
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Kepegawaian
Ikhwan Hadi
PERLENGKAPAN
Bimo Endro
Tommy Darman K
PENY/BAN KUM
Aria Putra
Bimbingan Kerja
Budiman
Pembimbing
Kemasyrakatan Candra Jaya
1. Sunoto
2. Acep
3. Jovy
1. Antori
2. Akbar
3. Rasid
1. Djonny
2. Rolly
3. Verry
1.Ade Putra
2.Nasmul
3.Bambang
8. Golongan II/b : 10 Orang
9. Golongan II/a : 1 Orang.64
Pegawai Rumah Tahanan Negara klas II B Sungai Penuh jumlah : 48 Orang
dengan komposisi:
1. Petugas Pengamanan
Keamanan dan ketertiban dalam Rumah Tahanan Negara Klas II B Sungai
Penuh diatur dalam sistem regu yang bertugas secara bergeliran 4 regu penjagaan,
masing-masing terdiri dari 4 (empat) Orang petugas setiap regu.
2. Petugas Pelayanan Tahanan
Untuk melakukan administrasi dan perawatan, mempersiapkan pemberian
bantuan hukum dan penyuluhan bagi Tahanan serta juga berperan sebagai operator
sistem data base pemasyarakatan, perawatan dan pembinanaan kepribadian terdiri dari
8 orang.
3. Petugas Pengelolaan
Untuk melakukan pengurusan Keuangan, Perlengkapan, Rumah Tangga dan
Kepegawaian dilingkungan Rumah Tahanan Negara dengan jumlah 7 orang.
4. Petugas Tata Usaha
Untuk melakukan surat-menyurat dan kearsipan dengan jumlah 1 orang.65
E. Visi, Misi dan Motto Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
1. Visi
64
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
65Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Memberi Kepastian Perlindungan dengan Penegakkan Hukum serta Hak Asasi
Manusia Tahanan.
2. Misi
a. Melaksanakan Pelayanan, Perawatan dan Keamanan Tahanan sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi RUTAN Berkonsisten dan Berkesinambungan.
b. Melaksanakan Kelembagaan yang Profesional, Transparan dan Akuntabel.
3. Motto
ASRI :Aman
Sehat
Religius
Indah.
Untuk mewujudkan sasaran-sasaran tersebut diatas, telah ditetapkan 5 (lima)
program kerja sebagaiman dirumuskan dalam dokumen Rencana Kerja Tahunan dan
Penetapan Kinerja Tahunan, yaitu.
a. Perencanaan penganggaran dan pelaksanaan dalam kerangka pengeluaran jangka
menengah dan berbasis kinerja yang terintegrasi, tepat waktu dan akurat.
b. Pengelolaan Barang Milik Negara yang tepat waktu, terintegrasi dan akuntabel.
c. Pengelolaan Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran yang tepat waktu, terintegrasi
dan akuntabel.
d. Unit kerja yang memiliki SDM professional sesuai kebutuhan dan kaderisasi yang
berkesinambungan.
e. Pencapaian standar pelayanan prima dan target kinerja dengan administrasi yang
akuntabel.66
F. Keadaan Warga Binaan
66
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
Saat ini Jumlah penghuni per 03 Januari 2019 sebanyak 137 orang. Kemudian
Perkara yang menonjol rata-rata pebulan sebagai berikut:
1. Pencurian : 14 %
2. Narkotika dan Psikotropika : 44 %
3. Kesusilaan : 18 %
4. Korupsi : 12 %
5. lain lain : 12 %.67
Tabel 2.2. Jumlah Narapidana dan Tahanan di Rumah Tahanan Negara Kelas II
B Sungai Penuh bulan Maret 2019 :
No Status Tahanan/Narapidana Jumlah
1 Tahanan Penyidik (A.I) 1
2 Tahanan PenuntuT (A.II) 8
3 Tahanan Mengadili (A.III) 15
4 Tahanan Tingkat Banding (A.IV) 2
5 Tahanan Tingakat Kasasi (A.V) -
6 Narapidana lebih satu tahun (B.I) 93
67
Oki Apriyanto, pengelola SDP, Rekapitulasi Keadaan Isi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh,
2018
7 Narapidana 3 bln-1 Tahun (B.IIa) 10
8 Narapidana 1 hari-3 bulan (B.IIb) 5
9 Hukuman kurungan (B.III) 3
Jumlah 137
Sumber : Dokumen Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Maret 2019
G. Sarana dan Prasarana
Dalam proses pembinaan narapidana oleh Rutan dibutuhkan sarana dan
prasarana pedukung guna mencapai keberhasilan yang ingin dicapai. Sarana dan
prasarana tersebut meliputi:
1. Sarana Gedung Pemasyarakatan
Gedung Pemasyarakatan merupakan representasi keadaan penghuni di
dalamnya. Keadaan gedung yang layak dapat mendukung proses pembinaan yang
sesuai harapan. Di Indonesia sendiri, sebagian besar bangunan Rutan / Lembaga
Pemasyarakatan merupakan warisan kolonial, dengan kondisi infrastruktur yang
terkesan ”angker” dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan teralis besi
menambah kesan seram penghuninya.
2. Pembinaan Narapidana
Bahwa sarana untuk pendidikan keterampilan di Rutan/Lembaga
Pemasyarakatan sangat terbatas, baik dalam jumlahnya maupun dalam jenisnya, dan
bahkan ada sarana yang sudah demikian lama sehingga tidak berfungsi lagi, atau kalau
toh berfungsi, hasilnya tidak memadai dengan barang-barang yang diproduksikan di
luar (hasil produksi perusahan).
3. Petugas Pembinaan di Rutan
Petugas pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil yang menangangi
pembinaan narapidana dan tahanan di Rutan. Berkenaan dengan masalah petugas
pembinaan di Rutan, ternyata dapat dikatakan belum sepenuhnya dapat menunjang
tercapainya tujuan dari pembinaan itu sendiri, mengingat sebagian besar dari mereka
relatif belum ditunjang oleh bekal kecakapan melakukan pembinaan dengan
pendekatan humanis yang dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan mampu
berdaya cipta dalam melakukan pembinaan.68
Kegitan Rutinitas Narapidana
No Hari Waktu Kegiatan Pelaksana
1 Senin 07.00 - Selesai Upacar Bendera Pegawi Rutan
2 Selasa 10.00 - Selesai Ceramah Agama Pembimbing Agama
3 Rabu 10.00 - Selesai Senam Bersama Pegawai Rutan
4 Kamis 10.00 - Selesai Periksa Kesehatan Tim Kesahatan Rutan
5 Jum‟at 10.00 - Selesai Yasinan Bersama Pegawai Rutan
6 Sabtu/Minggu _ _ _
68
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018
BAB III
PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
A. Latar Belakang Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama di Rumah Tahan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Dalam tatanan kehidupan sosial, sebenarnya sudah terdapat aturan-aturan yang
diberlakukan agar setiap individu dapat hidup aman dan sejahtera. Akan tetapi pada
zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan
teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang
memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah
angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik
dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian
untuk orang lain dan tidak sedikit dari mereka terseret ke dalam penjara atau Lembaga
Pemasyarakatan karena perbuatan menyimpang yang mereka lakukan melanggar
hukum. Untuk menyikapi hal tersebut manusia dituntut untuk berusaha memegang
teguh nilai-nilai moral.69
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh serta
yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata
berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin akan
terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem
bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakkan
hukum.
Dalam sistem hukum indonesia dikenal hukum kepidanaan, yakni sistem aturan
yang mengatur semua perbuatan yang tidak boleh dilakukan (yang dilarang untuk
69 Amin Haedari, PembinaanAgama Di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang PembinaanAgama dan
Keagamaan, 2010),19.
dilakukan) yang disertai sanksi yang tegas bagi setiap pelanggar aturan pidana tersebut
serta tata cara yang harus dilalui bagi pihak yang berkompeten dalam penegakannya.70
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
pengertian Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta
cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.71
Perbuatan melanggar hukum tersebut disebabkan oleh sifat dan perilaku yang
tidak didasari oleh iman yang kuat sehingga bisa dikatakan merupakan suatu bukti
lemahnya iman seseorang terhadap allah s.w.t. karena keyakinan terhadap agama yang
menjadi bagian dari unsur kepribadian itu, akan mengatur sikap dan perilaku
seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau
menyelewengkan sesuatu bukan karena takut kemungkinan ketahuan hukuman
pemerintah atau masyarakat, tetapi karena ia takut kehilangan ridhanya yang
diyakininya.72
Oleh karena itu di sinilah pentingnya peranan suatu agama, dalam membentuk
iman yang kuat. Menurut dasar yang sedalam-dalamnya, agama menghendaki
persatuan umat manusia dalam persaudaraan. Agama islam adalah agama yang dibawa
dan disampaikan oleh nabi muhammad yang bersumber dari al-quran dan hadis, jadi
pelaksanaan pembinaan agama islam adalah proses pemberian bantuan terarah,
berkelanjutan dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
70 Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip dan Implementasi hukum di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 39-40 71
Uu No 12 Th 1995 Tentang Pemasyarakatan.
72 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental,( Jakarta: Gunung Agung2000).11.
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-quran dan hadis
rasulullah ke dalam dirinya.
Sehingga setelah internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-quran dan
hadis telah tercapai dan fitrah beragama telah berkembang secara optimal maka dapat
tercipta hubungan yang baik dengan allah, dengan manusia dan alam semesta sebagai
perwujudan dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi.73
Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah
laku yang berasal dari kekuatan ghaib. Emile Durkheim mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah agama biasanya mengajarkan beberapa hal
pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya. Ruang lingkup tersebut adalah
keyakinan dan sistem nilai. Keyakinan adanya suatu kekuatan yang mengatur dan
menciptakan alam dan seisinya. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari
kedekatan diri kepada tuhannya dengan cara menghambakan diri yaitu dengan cara
mentaati segala perintah dan menjauhi larangan tuhan. Sedangkan ruang lingkup yang
lain adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan atau alam semesta yang berkaitan
dengan keyakinannya. Islam adalah agama yang mempunyai ajaran luhur, dikatakan
ajaran yang lengkap menyeluruh dan sempurna karena ajarannya mencakup segala
dimensi kehidupan manusia, yaitu: dimensi spiritual, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
dimensi lainnya.74
Dengan pembinaan agama ini, diharapkan seorang narapida bisa sadar akan
perbuatan yang salah dan tidak mengulangi kejahatannya lagi, sehingga narapidana
bisa menambah wawasan agamanya, dan mengaplikasikan dalam kehidupan ditengah-
tengah masyarakat setelah narapida keluar dari lembaga permasyarakatan itu. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa secara khusus pembinaan melalui pendidikan agama
dalam hal ini khusus pembinaan-pembinaan agama islam dikalangan narapdana
hendaknya ditujukan kepada tercapainya:
73
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),23. 74
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. Pengantar Pendidikan (jakarta : rineka cipta, 2008),1.
1. Meningkatnya pengetahuan dikalangan narapidana.
2. Tumbuh dan berkembangnya kesadarauntuk melaksanakan ajaran-ajaran agama
islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan ibadah dan
akhlak.
3. Terwujudnya sikap dan suasana kejiwaan yang diliputi oleh nilai agama islam
seperti : sabar, tawwakal, mutmainah, pasrah, dan tidak putus.75
Berkaitan dengan pembinaa agama islam yang ada di lembaga pmasyarakatan,
pada umumnya sudah ada baik kegiatan yang dilakukan oleh lembaga
permasyarakatan, seperti : pengajian rutin, baca tulis al-quran, pelatihan zdikir dan
kultum seminggu sekali dan kegita-kegiatan lainnya.76
B. Tujuan Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
Manusia sebagai anggota komunitas dari suatu masyarakat mempunyai 2 (dua)
fungsi; individu dan sosial.77
Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia
berhak memenuhi kebutuhan pribadinya, seperti pendidikan kesehatan kebahagiaan
dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan individu, manusia harus mampu
mengoptimalkan peran sosial dimana manusia harus melakukan interaksi dengan
komunitas yang lain.
Secara prinsip, manusia pasti menginginkan kebahagiaan dan peningkatan taraf
hidup. Untuk mencapainya manusia harus melakukan aksi dan aktifitas yang kongkrit,
aksi yang efektif menciptakan dinamika dan selalu relevan dengan budaya dan kondisi
sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini manusia dituntut untuk saling
menyamakan persepsi dan kecocokan untuk mendapatkan sebuah hasil yang positif
yang bisa dinikmati oleh segenap masyarakat. Maka masyarakat membutuhkan aturan
baku yang berfungsi untuk mengatur laju dinamika yang ada. Sehingga dinamika
75
Mubaro, metodologi dakwah terhadap narapida(jakrta : proyek penerangan bimbingan dan
dakwah / khutbah agama islam pusat depertemen agama,1978),34.
76 Observasi, Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh, 25 desember 2018.
77 Fadlolan Musyaffa‟ Mu‟ti, Islam Agama Mudah (Tuban, Syauqi Press, 2007), 102.
masyarakat akan menjadi teratur, serasi dan seimbang sesuai keinginan bersama.
Agama dalam fungsinya sebagai pegangan hidup jelas bukanlah barang baru, akan
tetapi kecenderungan manusia meninggalkan agama senantiasa ada dalam kehidupan
manusia terutama ketika budaya hedonisme pandangan hidup yang menganggap
bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang menyakitkan menjadi anutan dan
kehidupan mencapai derajat yang serendah-rendahnya, maka agama biasanya tampil
sebagai sesuatu yang dibutuhkan.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar spiritual baik yang
memeluk agama atau yang belum beragama, oleh karena itu sadar atau tidak sadar
manusia akan merindukan Tuhan sang pencipta dan pelindungnya.78
Tujuan pembinaan agama dimaksudkan untuk membantu siterbina supaya
memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam memecahkan
problem dan juga membantu terbina agar dengan kesadaran serta kemampuannya
bersedia mengamalkan ajaran agamanya.79
Tujuan pembinaan agama bagi narapidana secara rinci dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa
dan mental.
2. Menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang mampu
memberikan manfaat bagi diri sendiri, lingkungan sosial dan alam sekitar.
3. Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetia kawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
4. Menghasilkan kecerdasan spiritual, sehingga muncul dan berkembang keinginan
untuk menaati perintah tuhan serta tabah menerima ujian-Nya.
78 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta, Bumi Aksara,2010) ,20. 79 Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam (Jakarta, Amzah 2010),39.
5. Menghasilkan potensi ilahi, sehingga ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.80
C. Metode Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Di
Rumah Tahan Negar Sngai Penuh Kabupaten Kerinci
[D]asar pembinaan agama Islam berdasarkan Peraturan Pemerintah No 31 Tahun
1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, sedangkan
tujuan pelaksanaan pembinaan agama Islam secara umum adalah memberikan bekal
dan menambah keimanan narapidana/tahanan agar dikemudian hari saat mereka sudah
keluar dari Rutan tidak mengulangi tindak kriminal yang pernah dilakukan.81
Secara teknis penggunaan metode dalam pembinaan agama narapidana yang
dilakukan telah diatur baik dalam peraturan pemerintah maupun keputusan menteri
kehakiman namun pelaksanaan tersebut cenderung disesuaikan dengan keadaan warga
binaan pemasyarakatan dan kemampuan pembimbing tersebut.
[T]ahanan adalah tempat tersangka dan terdakwa ditahan selama proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Sebagai
upaya dalam menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara
sehat dengan masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab, maka di dalam Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh dilaksanakan beberapa pembinaan agama Islam.
Pembinaan agama Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, terus menerus dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al- Qur‟an dan Hadis.82
Agar tercapai tujuan tersebut narapidana di tuntut untuk mengikuti program-
program pembinaan yang telah di tetapkan di Rumah Tahanan Neraga Sungai Penuh
selama masa tahanan berlangsung. Adapun pembinaan agama narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas IIB Sungai Peneuh Kabupaten Kerinci meliputi kegiatan
aebagai berikut :
80
Samsul Munir Amin, Bimbingan.... hlm. 43
81 Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
82 Amra, Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21 Desembwer 2018 .
Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
1. Pola Pembiasan Sholat Berjama‟ah
Sholat dhuhur berjama‟ah dilaksanakan atas peraturan atau perintah di Rutan
dan pelaksanaannya mendapatkan pantauan/pengawasan dari petugas, hal ini
dimaksudkan untuk memantau perkembangan perilaku warga binaan.
[S]holat Zduhur berjama‟ah dilaksanakan di masjid Rumah Tanhanan Negara
Sungai Penuh, dengan dipimpin sala satu petugas rutan. Selain sholat Zdhuhur yang
dikerjakan di masjid Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh para narapidana juga
dianjurkan untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama‟ah dikamar
masing-masing yang dipimpin oleh salah satu dari penghuni kamar tersebu.83
Gambar : 3.1. Pelaksaan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah.84
Kebiasaan sholat berjama‟ah di masjid hanya diperbolehkan pada waktu sholat
Zdhuhur, selain itu para narapidana dianjurkan sholat berjama‟ah di dalam sel masing-
masing. Kebijakan itu dibuat dengan dasar bahwa kegiatan para narapidana di luar sel
hanya pada siang hari, sedangkan pada malam hari para narapidana berada di dalam
83
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
84 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
sel dengan istirahat yang cukup untuk melaksanakan sholat dan makan. Diharapkan
kebiasaan sholat berjama‟ah dapat mendisiplinkan sholat pada waktunya, menjadikan
narapidana dapat mengatur diri dan membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah
SWT. Dilakukannya pembinaan sholat berjama‟ah adalah untuk menanamkan nilai
kedisiplinan agar para narapidana terbiasa melaksanakan ibadahnya, sehingga dengan
sendirinya kesadaran beragama akan tertanam pada jiwa mereka.
2. Ceramah Agama
Ceramah agama yaitu dilakukan pembimbing dengan tujuan memberikan
siraman rohani kepada narapidana dan juga nasehat-nasehat agama. Ceramah agama
ini dilakukan oleh petugas bimbingan dari luar dan dalam Rutan sendiri secara
bergiliran sesuai jadwal yang ditentukan, di bawah ini aktivitas ceramah agama di
Rutan Sungai Penuh:
Gambar : 3.2. Pelaksanaan Cerama Agama.85
85
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
Ceramah agama adalah suatu kegiatan pembinaan narapidana/tahanan yang di
sampaikan oleh seorang da‟i atau pembina agama agar mereka dapat mengetahui dan
memahami ilmu pengetahuan agama Islam sehingga dapat mengamalkan syari‟at
Islam dengan baik dan benar, dapat mendekatkan diri kepada Allah, serta menyesali
kesalahan yang telah diperbuat dan tidak mengulangi lagi.
[C]eramah agama dilaksanakan seminggu 1 kali, yaitu pada hari selasa pada
pukul 10.00 -11.00 pagi. Yang diikuti oleh semua narapidana/tahanan yang beragama
Islam, adapun pembinaan di lakukan oleh petugas rutan/ orang yang ditunjuk oleh
pihak rutan untuk membina narapidana.86
Hal tersebut juga dibenarkan oleh narapida lainnya yaitu, saudara Jhonifer dan
Donal yang mengatakan bahwa ceramah agama sangat membatu sekali terhadap kami
yang perlu akan bimbingan untuk mengahadapi kehidupan yang lebih baik lagi apabila
sudah bebas tahanan atau pun masa hukuman agar kami dapat hidup layak dan
berdampingan dengan manusia normal pada umumnya.87
Di samping kegiatan ceramah rutin terdapat juga ceramah yang disampaikan
pada kegiatan sholat jum‟at, Pada kesempatan ini cukup efektif oleh para khatib untuk
menyampaikan khutbahnya dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan
khususnya narapidana dan tahanan. Adapun yang bertugas menjadi khatib adalah
pegawai dari kementerian Agama Kabupaten Kerinci yang dijadwalkan secara
bergantian, dengan tema “belajar menjadi manusia yang bermanfaat‟‟ wawancara
dengan salah satu narapidana yaitu bpk. Budi.
Wawancara dengan Buya Hairul, pembimbing narapidana di Rutan Sungai
Penuh yang mengatakan bahwa: “Materi yang disampaikan yaitu materi-materi yang
berkaitan dengan pengetahuan agama dan materi-materi yang disesuaikan pada realita
yang ada.”88
86
Budi Reva, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
87 Jhonifer dan Donal . Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
88Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Dalam metode ini disampaikan pengetahuan yang dapat ditangkap, dipahami
atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan penghuni Rutan serta menanamkan
kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang telah disampaikan.
3. Dialog atau Tanya jawab
Metode dialog atau tanya jawab ini merupakan tindak lanjut dari metode
ceramah, ini dilaksanakan setelah pembina memberikan penjelasan terhadap materi
yang disampaikan kemudian warga binaan diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai materi tersebut yang telah dibahas, yang mereka anggap kurang jelas dan
sulit untuk dipahami. Ataupun sebaliknya, pembina memberikan pertanyaan kepada
warga binan seputar materi yang telah dijelaskan sebelumnya, lalau diharapkan
mereka dapat menjawab tanpa rasa malu dan takut akan salah dari jawaban yang
dilontarkan.
[C]ara ini dapat menjadi stimulus dan melatih mental mereka untuk berani
berbicara dan mengungkapkan pendapat di depan orang banyak.89
Di bawah ini tanya jawab berkaitan dengan bimbingan rohani Islam di Rutan
Sungai Penuh:
Gambar : 3.3. Pelaksanaan Dialog Tanya Jawab. 90
89Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
90 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
Pada dasarnya metode ini adalah sebagai kelanjutan dari metode ceramah,
dalam pelaksanaannya permasalahan yang kurang atau tidak dipahami penghuni Rutan
secara langsung dapat ditanyakan kepada pembimbing rohani.
Metode tanya jawab ini juga dilaksanakan seminggu 1 kali, yaitu pada hari selasa
pada pukul 13.00 samapai selesai yaitu setelah makan siang. Yang diikuti oleh
narapidana/tahanan beragama Islam yang masih belum jelas atau kurang jelas dengan
materi yang telah disampaikan sebelumnya, adapun pembinaan di lakukan oleh
petugas rutan/ orang yang ditunjuk oleh pihak rutan untuk membina narapidana.
dimaksudkan untuk membangkitkan minat serta perhatian para tahanan agar
memusatkan perhatiannya pada materi atau masalah yang disampaikan, di samping itu
untuk memberikan kesempatan kepada tahanan agar dapat mengutarakan hal-hal yang
kurang sepaham atau menanyakan tentang hal-hal yang dipahami sehingga tahanan
benar-benar mendapatkan tambahan pengetahuan yang lebih jelas. Metode ini
dipandang cukup efektif guna pelaksanaan pembinaan agama yang dapat menggugah
daya pikir para tahanan atau narapidana.
4. Metode Pemberian Tugas
Observasi penulis di mana metode ini digunakan khusus untuk tujuan agar
narapidana dapat mengulangi kembali materi yang disampaikan. Bentuk dari
pemberian tugas ini berupa tulisan dan hafalan yang diberikan oleh pembimbing
rohani kepada tahanan. Mereka diberikan tugas untuk menghapal bacaan wudhu,
shalat, niat puasa wajib, dan lain-lain pada saat pertemuan selanjutnya Para tahanan
akan dites satu persatu untuk mengetahui apakah mereka sudah hafal akan tugas yang
diberikan.91
5. Metode demonstrasi verbal
91
Observasi, 23 Desember 2018
Observasi penulis di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh di mana metode ini
digunakan ketika menyampaikan materi yang memang harus dipraktekkan, seperti
BTAQ (Baca Tulis Al-Qur‟an), cara shalat, cara berwudhu.92
Gambar : Gambar : Bimbingan dengan Metode Demostrasi Verbal. 93
Baca Tulis Al Qur‟an cara shalat, cara berwudhu, adalah sebagai tuntutan
umat Islam juga harus dipelajari dengan baik, kegiatan ini dilaksanakan setiap
hari setelah sholat ashar. Terlebih lagi kegiatan baca tulis Al-Qur‟an, kegiatan ini
dipimpin oleh salah seorang narapidana yang telah ditunjuk sebagai pembina baca
tulis Al-Qur‟an Metode yang digunakan sama dengan kegiatan mengaji pada taman
pendidikan Al Qur‟an, yaitu metode sema‟an dengan menghadap pembina satu persatu
secara bergantian. Yang menjadi nilai tambah adalah narapidana tidak hanya membaca
dan menulis akan tetapi juga menghafalkan surat-surat pendek.
92
Observasi, 24 Deseber 2018
93 Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh, 2018.
[D]alam pembinaan agama Islam pembina menggunakan beberapa metode
seperti ceramah dan tanya jawab, dan untuk menunjang pembinaan disediakan pula
buku-buku yang bertemakan Islami. Pembinaan agama Islam yang dilaksanakan di
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh telah berjalan dengan baik dan
lancar.94
Dari paparan di atas sudah jelas bahwa Pelaksanaan Pembinaan Agama Islam di
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh secara umum telah dilaksanakan oleh
pengelola (pegawai) dan pembina agama. Yang diarahkan pada pembentukan
kepribadian dan kemandirian para narapidana agar mempunyai akhlak mulia dan dapat
diterapkan juga pada kehidupan sehari-hari dan bahkan dapat di terapkan narapida
setelah bebas dari rumah tahan tersebut.
6. Pendekatan Langsung (Personal Approach)
Pendekatan langsung (personal approach), yaitu bimbingan yang diberikan
secara pribadi terhadap narapidana. Wawancara dengan Ustadz Bukhari, S.Pd.I,
pembimbing rohani bahwa: “melalui pendekatan ini pembimbing menggunakan dua
metode, yaitu: metode konseling dan metode bimbingan keagamaan. Dalam hal ini
metode konseling yang diterapkan di Rutan sangat efektif bagi tahanan atau
narapidana, ini bisa terlihat dari adanya interaksi yang baik antara pembimbing dan
tahanan. Dengan begitu akan membantu klien dalam memecahkan masalah. Metode
bimbingan keagamaan, yaitu melalui adanya penyuluhan secara langsung terhadap
narapidana atau tahanan.”95
Di mana pembimbing memanggil secara individu
narapidana untuk diberikan suatu bimbingan agama, agar mereka dapat meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Di mana dalam bimbingan keagamaan ini
diberikan materi-materi yang mencakup masalah keagamaan.
94
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
95Bukhari, Pembimbing Rohani Islam di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 28
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Menurut salah seorang narapidana bernama bapak Marsal Ali pembinaan agama
Islam di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh mempunyai manfaat yang
besar bagi narapidana, dikarenakan di dalam Rutan banyak waktu senggang sehingga
kegiatan pembinaanlah yang menjadi kegiatan tahanan dan narapidana sehari-hari.96
Hal serupa juga di benarkan oleh narapadina lain yaitu saudara Danil, Irwanto
dan Suratman yang mengatakan bahwa dengan adanya pendekatan langsung antara
pembimbing agama dan narapidana mereka merasa bahwa lebih leluasa bertanya dan
meceritakan hal-hal yang perlu diperbaiki dari masa yang kelam yang telah mereka
lakukan dan meminta solusi yang tepat dari pembimbing agama tanpa diketuhi oleh
narapida yang lain, dan hal yang demikian mebuat mereka merasa lebih baik dan
terbuka memita solusi atau pun pendapat dari pembimbing agama tetang hidup
mereka, agar apabila keluar dari rutah mereka merasa diterima dan dihargai antar
sesama.97
Dengan upaya-upaya yang telah peneliti paparkan pembinaan agama Islam di
Rumah tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh Kabupaten Kerinci dapat dikatakan
mencapai hasil yang baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan antusias warga binaan
dalam mengikuti setiap pembinaan dan dinilai dari sikap narapidana dengan
narapidana, narapidana dengan petugas Rutan yang sopan dan ramah.
96
Marsal Ali, Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
97 Danil, Irwanto, dan Suratman. Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
BAB IV
SOLUSI DARI BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBINAAN AGAMA
DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA NARAPIDA DI
RUMAH TAHANAN NEGARA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
A. Materi Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Materi pembinaan agama Islam secara keseluruhan sama dengan materi yang
diajarkan pada pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam sendiri adalah
pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang berdasar Islam, nilai-nilai ajaran
Islam sangat mewarnai dan mendasari seluruh proses pembinaa agama narapidana
itusendiri. Secaa garis besar Materi yang diberikan kepada narapida pada umumnya
meliputi akidah, syari‟at, dan akhlak.
1. Akidah
Akidah adalah aspek keyakinan terhadap keyakinan Islam, yaitu berupa rukun
iman (iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, para Rasul dan Nabi, tentang hari
akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah). Akidah merupakan fondasi utama
dalam ajaran Islam, karena merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan
seseorang yang wajib dimiliki untuk dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah
laku sehari-hari. Akidah secara umum ialah sesuatu yang dianut oleh manusia dan
diyakininya, berwujud agama atau lainnya. Sedangkan Akidah muslim adalah suatu
agama yang dianut oleh orang muslim dengan perantaraan dalil-dalil yang yakin (Al-
Quran dan As-Sunnah).
2. syariat
Syariat ialah apa-apa yang disyariatkan atau dimestikan oleh agama atau lainnya
bagi seseorang untuk di laksanakan, berupa peraturan dan hukum-hukum sebagai
manifestasi atau konsekuensi dari akidah.
Syariat Islam adalah sistema norma ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan
alam lainnya. Kaidah syariat Islam ini secara garis besar di bagi menjadi dua bagian
yaitu :
a. kaidah idabah
Kaidah ibadah, yaitu tatacara/aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual
langsung antara hamba dengan tuhannya, tatacaranya telah ditentukan dalam al-Quran
dan Sunnah Rasul. Diantaranya bersuci, shalat, zakat, puasa dan haji.
c. kaidah mu‟amalah
Kaidah mu‟amalah, yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam.
3. Akhlak
Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta,
membuat, menjadikan. Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat. Khalqun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan. Secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat,
atau sistem perilaku yang dibuat oleh manusia.
Akhlak Islam adalah akhlak dalam kehidupan sehari-hari, akhlak yang baik
atau akhlakul karimah adalah sistem nilai yang menjadi asas perilaku yang bersumber
dari Al-Quran, As-Sunnah, dan nilai-nilai alamiah (sunnatullah).
a. Pertama perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Misalkan kita mengatakan
bahwa A termasuk orang yang taat beribadah, maka sikap taat beribadah itu
dilakukannya di manapun dia berada.
b. Kedua perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran, bukan berarti tidak sadar, hilang ingatan, tidur, atau gila.
c. Ketiga Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, dilakukan atas dasar
kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
d. Keempat Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya,bukan mainmain atau karena bersandiwara. Kelima, akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena
ingin dipuji orang atau ingin mendapat suatu pujian. 98
Penggunaan metode yang tepat dalam penyampaian materi pembinaa agama
bagi narapidana akan memudahkan daya tangkap dan daya serap, dalam menerima
pengajara dan pembinaan akan mudah diterima para narapida apabila metode yang
digunakan dalam menyampaikan materi pembinaan agama sesuai dengan daya
kemampuan narapida.
Adapun Macam-macam metode dalam penyampaian materi pembinaan
keagamaan ialah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Ceramah atau disebut juga mauidzah Khasanah merupakan metode
pembelajaran yang menekankan pada pemberian dan penyampaian informasi pada
narapida. Metode ceramah disebut juga metode memberitahukan yakni
menyampaikan sejumlah keterangan atau fakta-fakta, dimaksud untuk menjelaskan
atau menguraikan kepada narapidana mengenai suatu masalah, seperti menjelaskan
tentang hubungan manusia dengan Allah S.W.T, hubungan manusia dengan manusia,
dan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan sekitar.
[M]etode ceramah cocok digunakan untuk menyampaikan materi yang sulit
disampaikan dengan cara lain seperti menjelaskan ayat al- Qur‟an, hadits, keimanan
dan sejarah islam. Metode ceramah baik untuk mengembangkan minat, hasrat,
antusiasme, dan apresiasi narapida terhadap ilmu pengetahuan.99
Hal tersebut juga dibenarkan oleh ketiga saudari narapidana yang lainnya yaitu
Ermila , Lusi Indriyani, dan Sunarti yang mengatakan bahwa ceramah agama dapat
98
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 28
Desember 2018 Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis
99 Maaidi Anda, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 28
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
membantu mereka dalam menyadari hal-hal yang salah yang pernah mereka buat
melalui mendengar ceramah agama yang diberkan pemmbing dan menuju kehidupan
yang lebih baik lagi.100
Dari paparan diatas menunujukkan bahwa metode ceramah agama adalah suatu
kegiatan pembinaan narapidana/tahanan yang di sampaikan oleh seorang da‟I atau
pembina agama agar mereka dapat mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan
agama Islam sehingga dapat mengamalkan syari‟at Islam dengan baik dan benar, dapat
mendekatkan diri kepada Allah, serta menyesali kesalahan yang telah diperbuat dan
tidak mengulangi lagi.
b. Metode Pembiasaan
Secara etimologi dari kata “biasa” yang berarti sesuatu yang sengaja dilakukan
secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaannya, sehingga
pembiasaan dapat diartikan dengan membuat sesuatu atau menjadi terbiasa. Pada
hakekatnya pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan baik
narapida maupun pembimbing keagamaan yang bertujuan untuk menumbuhkan
kebiasaan yang baik dan membentuk jiwa yang berkarakter positif.
[M]etode pembiasaan ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali
dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja di lakukan berkali-kali supaya
asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Metode pembiasaan
digunakan dalam pengulangan membaca Al- Qur‟an setiap selesai melakukan sholat
berjama‟ah, maupan selesai melakukn sholat lima waktu baik di masjid rumah tahanan
maupun di kamar masing-masing narapida.101
Diharapkan kebiasaan membaca Al- quran setelah sholat berjama‟ah dapat
mendisiplinkan narapidana dalam menjalankan peraturan yang ada, menjadikan
narapidana dapat mengatur diri dan membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah
SWT. Dilakukannya pembinaan membaca Al-quran setelah sholat berjama‟ah adalah
untuk menanamkan nilai kedisiplinan agar para narapidana terbiasa melaksanakan
100
Ermila , Lusi Indriyani, dan Sunarti, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
101 Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
28 Desember 2018 Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
ibadahnya, sehingga dengan sendirinya kesadaran beragama akan tertanam pada jiwa
mereka.
d. Metode Pendampingan
Pola merupakan sistem atau cara kerja dalam bentuk dan struktur yang tetap.
Sedangkan pendampingan berarti mendampingi atau suatu kegiatan menolong yang
karena suatu sebab butuh didampingi dan sering di sebut juga dengan pembinaan.
Pendampingan merupakan proses interaksi timbal balik antara Pembina dengan
narapidana yang didampingi yang bertujuan memotivasi dan mengorganisir dalam
mengembangkan sumber daya dan potensi orang yang didampingi dan tidak
menimbulkan ketergantungan terhadap orang yang mendampingi.
[J]adi metode pendampingan adalah model atau suatu peraturan dalam suatu
aktivitas yang dilakukan dan dapat berupa pembinaan, pengajaran, pengarahan dan
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh narapida dengan menempatkan
tenaga pendamping sebagai fasilitator dan komunikator. Adapun pendampingan yang
dilakukan pembimbing terhadap narapida ialah pengajian rutin yang dilakukan setiap
pagi jumat.seperti yasinan bersama, mendengarkan ceramah agama baik yang
diberikan oleh petugas rutan itu sendiri maupun da‟I yang di datangkan dari luar
rumah tahanan Negara sungai penuh102
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pendampingan ini
mengajarkan kepada narapidana untuk selalu taat kepada Allah, dengan metode
pendampingan ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada narapidana agar
dapat membedakan antara perbuatan baik dan buruk.
e. Metode pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk
meyakinkan bahwa semua kegiatan pembinaan terlaksana seperti yang direncanakan
dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila
ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan dalam
pembinaan keagamaan.
102
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
28 Desember 2018 Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk
mengevaluasi kinerja baik petus maupun narapidan dalam suatu organisasi guna
menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki Metode pembinaan
agama Islam yang berada di Lapas/Rutan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Rutin, 2.
Khusus. Metode rutin merupakan kegiatan harian yang dikerjakan secara terus
menerus namun terprogram dengan pasti dan terjadwal. Beberapa kegiatan diantaranya
seperti: melaksanakan ibadah sholat lima waktu, sholat jum‟ah, baca tulis Al-Qur‟an,
ceramah Islam mingguan. Sedangkan metode khusus merupakan kegiatan harian yang
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, beberapa kegiatan diantaranya seperti:
pesantren kilat, peringatan hari-hari besar agama islam, tablig akbar.103
Menurut salah seorang narapidana mengatakan pembinaan agama Islam di
Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai penuh mempunyai manfaat yang besar bagi
narapidana, dikarenakan di dalam Rutan banyak waktu senggang sehingga kegiatan
pembinaanlah yang menjadi kegiatan tahanan dan narapidanasehari-hari.104
B. Kendala Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama
Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
Setelah penulis melakukan penelitian di Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh, maka dalam pelaksanaan pembinaan agama dalam meningkatkan
kesadaran beragama narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh terdapat
beberapa Kendala dalam pembinaan agama narapidana di Rumah Tahanan Negara
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya Jumlah Pembimbing
103
Observasi, rumah tahan neraga Kelas II B Sungai penuh, 28 desember 2018.
104 Maidi Anda, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 28
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Proses pemasyarakatan yang dilaksanakan dengan pembinaan dan bimbingan
Narapidana tidak dapat berhasil dengan baik tanpa didukung oleh petugas
pembina/pembimbing yang memadai, baik dan segi kualitas maupun kuantitas.
Menurut kepala Rutan Sungai Penuh mengatakan bahwa:
[K]urangnya kuantitas petugas pembina/pembimbing menyebabkan pelaksanaan
tugas pembinaan dan bimbingan (proses pemasyarakatan) kurang berjalan dengan baik
dan optimal.”105
Mengenai kualitas para petugas pembina dan pembimbing, erat kaitannya atau
bahkan sangat tergantung dari jenis serta tingkat pendidikan yang dimilikinya, baik
pendidikan formal maupun non formal. Agar pelaksanaan proses pemasyarakatan
dapat berjalan dengan baik dan optimal maka, perlu meningkatkan kualitas maupun
kuantitas para pembina/pembimbingnya, sehingga hasil/manfaatnya dapat menunjang
ide dan tujuan sistem pemasyarakatan.
[J]umlah tenaga pembina yang dirasa kurang dibandingkan dengan jumlah
narapidana dan tahanan, juga menjadi salah satu kendala dalam proses pembinaan
agama pada pelaksanaannya pembina juga harus mebagi jadwal pembiaan yaitu
melakukan pembinaan kepada narapidana dan tahanan, menjadikan pembinaan
menjadi kurang efektif.106
Unsur manajemen merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pelaksanaan proses permasyarakatan. Pengelolaan manajemen yang baik
mencerminkan kemampuan dan keterampilan pengelolaan (managerial skill) dari
pimpinan maupun staf dalam melaksanakan tugasnya. Demikian pula dengan
mekanisme kerja yang merupakan hubungan tugas antara pimpinan dan staf
hendaknya mampu dilaksanakan secara berdaya guna agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan dengan baik dan lancar, serta disiplin dan kemampuan yang perlu dimiliki
105
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 31 Desember
2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
106 Budi Reva, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 10 januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
semua petugas pemasyarakatan, kemauan, keteladanan dan sikap terpuji dari para
petugas dalam meningkatkan kualitas bagi warga binaan.
Di Rutan Sungai Penuh, hak asasi bidang keagamaan dalam bentuk pelaksanaan
ibadah bagi narapidana sesuai dengan agama dan kepercayaannya, di samping
merupakan kewajiban dari narapidana, juga merupakan hak bagi narapidana dan sudah
didapatkan dan menurut ajaran Islam hal ini sudah sepantasnya didapatkan narapidana.
Pelaksanaan ibadah bagi narapidana menurut agama maupun keyakinannya itu dapat
dilaksanakan sebagai mana mestinya. Dari pelaksanaan ibadah ini, dapat di katakan
toleransi beragama di Rutan Sungai Penuh cukup tinggi, Karena setiap narapidana
diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadahnya masing-masing, tanpa ada yang
saling memaksa atau mengganggu yang lain.
2. Dana, Sarana dan Prasarana yang masih Kurang
Sarana dan prasarana merupakan salah-satu faktor yang memegang peranan dan
tidak dapat diabaikan dalam melaksanaan proses pembinaan agama bagi Narapidana.
Sarana dan prasarana yang masih kurang tidak saja menghambat jalannya pelaksanaan
proses pembinaan agama tersebut, tetapi akibatnya juga sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan atau efektifitasnya.
[K]urangnya peralatan atau fasilitas baik dalam jumlah dan mutu juga
banyaknya peralatan yang rusak menjadi salah satu faktor penghambat kelancaran
proses pelaksanaan pembinaan terhadap Narapidana dan Tahanan karena dari
semuanya hal tersebut tidak tertutup kemungkinan faktor tersebut menjadi penyebab
tidak aman dan tertibnya keadaan didalam penjara. Hal ini terjadi karena berdasarkan
Tugas Pokok dan Fungsi, Rumah Tahana Negara Kelas II Sungai Penuh ini bukan
untuk Narapidana tetapi untuk Tahanan. Sehingga Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh mempunyai Tugas Ganda Perawatan Tahanan dan Pembinaan
Narapidana karena di Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci tidak Terdapat Lembaga
Pemasyarakatan. Tidak hanya itu Penempatan Narapidana di Lembaga Pemasyarakan
yang mengalami Over Capacity maka atas kebijakan Pemerintah Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh juga bertindak sebagai Lembaga Pemsyarakatan.107
107
Saifuddin Lutfi, Kepala Pengamanan Rumah Tahanan. Wawancara dengan Penulis, 31
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Anggaran/dana dalam pelaksanaan proses pembinaan agama merupakan faktor
yang mutlak sangat diperlukan. Proses pembinaan agama narapidana yang diwujudkan
melalui pembinaan dan bimbingan Narapidana tidak dapat berjalan tanpa didukung
oleh anggaran/dana.
[D]i sisi lain, masalah anggaran/dana yang kurang mencukupi selalu menjadi
kendala (hambatan), sehingga pelaksanaan proses pembinaan agama tidak bisa
berjalan dengan baik dan optimal. Tidak optimalnya pelaksanaan proses
pemasyarakatan (pembinaan dan bimbingan), selain akan merugikan para Narapidana,
dapat juga menurunkan citra lembaga pemasyarakatan sebagai tempat
memperbaiki/merehabilitasi Narapidana108
Hal ini membuktikan bahwa, dalam pelaksanaan proses pembinaan agama bagi
Narapidana, anggaran/dana yang memadai mutlak sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
apabila hal ini tidak mendapat perhatian maka selain menghambat pelaksanaan proses
pembinaan agama, juga hasil atau manfaatnya tidak dapat menunjang ide dan
mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan sebagaimana diharapkan.
Manusia dihadapai manusi lainnya memiliki hak yang sama untuk hidup, sehat,
dihargai dan lain sebagainya. Masalah hak asasi manusia belakangan ini menjadi
sesuatu yang hangat dibicarakan. Hal ini berkaitan dengan semakin menguatnya
tuntutan perlindungan hak-hak asasi dari warga masyarakat yang menyangkut berbagai
kepentingan mereka. Menguatnya tuntutan akan perlindungan hak asasi manusia itu
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global, yaitu dengan munculnya berbagai
kesepakatan-kesepakatan internasional yang menjamin perlindungan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam berbagai dimensi dan Pembinaan dan
bimbingan terhadap Narapidana merupakan faktor utama dalam pelaksanaan proses
pemasyarakatan.
[B]antuan/kerjasama dengan instansi lain tersebut antara lain, seperti
Departemen Tenaga Kerja, Departernen Kesehatan, Departemen Sosial, dan
Departemen Agama. Dengan adanya bantuan/kerjasama dengan instansi-instansi
108
Amra, Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
tersebut sangat membantu atau menunjang dalam pelaksanaan tugas pemasyarakatan
(pembinaan dan bimbingan) bagi Narapidana.109
Bantuan dari intansi lain ini sangat bermanfaat untuk mendukung realisasi kerja
Rutan Sungai Penuh.
3. Kualitas Dan Kuantitas Pembimbing
Adanya suatu usaha yang harus dilakukan agar kualitas dari para petugas atau
pu pembimbing Rumah Tahanan Negara mampu menjawab segala masalah dan
tantangan yang selalu ada dan muncul terutama mengenai permasalahan pembinaan
agama narapidana dilingkungan Rumah Tahanan Negara disamping penguasaan
terhadap tugas-tugas yang rutin. Oleh sebab itu, maka ada baiknya untuk melihat
dalam tabel berikut ini yang berhubungan dengan Latar Belakang Pendidikan dari
para Petugas/pegawai dari Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
Berikur ini :
Tabel 2:3. Latar Belakang Pendidikan Petugas/Pegawai Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh tahun 2019110
No Pendidikan Jumlah
1 Sekolah Dasar (SD) -
2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) -
3 Sekolah Menengah Atas (SMA) 27
4 Sekoalah Menengah Kejuruan (SMK) 1
5 Diploma- 3 (D3) 1
6 Diploma- 1 (D1) 1
7 Strata-1 (S1) 17
109
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
110Dokumensi Keadaan Isi Rutan di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh. 10 januari
2019
8 Strata-2 (S2) 1
Jumlah 48
Sebagaimana yang telah diutarakan tentang Latar Belakang Pendidikan
Petugas/Pegawai di Rumaha Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh maka dapat
dilihat bahwa paling dominan latar belakang pendidikan dari para petugas/pegawai
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang bertugas di bagian Administrasi dan pengamanan.
[B]erkaitan dengan kuantitas para petugas/pembina yang masih kurang,
dilakukan dengan upaya meningkatkan kemampuan/keterampilan mereka melalui
pendidikan dan pelatihan-pelatihan (diklat)111
Kurangnya kualitas/jumlah petugas di Lingkuan Rutan, juga harus perlu menjadi
perhatian yang khusus agar dapat melakukan pembinaan terhadap para
Narapidana/Tahanan secara maksimal. Dalam hal kekurangan terhadap
kualitas/jumlah petugas tersebut, dapat juga diatasi dengan menambah petugas yang
ada dengan cara pengrekrutan para petugas berdasarkan ketentuan yang berlaku dan
juga bisa diatasi dengan jalan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dari Para
petugas/pegawai, sehingga nantinya tidak menjadi suatu faktor penghambat atau
bahkan menjadi ancaman bagi pembinaan dan keamanan/ketertiban.
Selain itu kurangnya jumlah petugas Rutan jika di banding dengan jumlah
Narapidana/Tahanan tidak sebanding karena jumlah Petugas Rutan Kelas II B Sungai
Penuh hanya 48 orang yang terdiri dari 41 orang petugas/pegawai dengan jenis
kelamin laki-laki dan 7 orang petugas/pegawai dengan jenis kelamin perempuan
sedangkan jumlah Narapidana/Tahanan hingga 03 januari 2019 sebanyak 136 orang
Narapidana/Tahanan yang ada di Rumah Tahanan Neraga Kelas II B Sungai Penuh.112
111
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 10 januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
112 Dokumensi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh. 10 januari 2019
4. Ragam Program atau metode Pembinaan agaama
Kualitas dari bentuk-bentuk program dari pembinaan tidak semata-mata
dicantumkan oleh anggaran ataupun sarana dan fasilitas yang tersedia. Diperlukan
program-program kreatif tetapi tidak mengeluarkan biaya yang terlalu mahal dalam
pelaksnaannya dan mudah cara kerjanya serta memiliki dampak yang edukatif yang
optimal bagi warga binaan pemasyarakatan. Seperti di rumah tahanan negara kelas ii
b sungai penuh adanya perpustakaan bernuansa islam yaitu kebanyakan buku disana
ialah bacaan yang berbau agama . Tetapi dalam hal ini ragam program dirasakan
kurang karena keterbatasan keahlian pembina dalam menjalankan dan fasilitas yang
kurang memadai.
[P]emahaman dan pengetahuan kami selaku narapida juga sangat terbatas untuk
mencerna materi yang di sampaikan oleh Pembina agama karena kami berasal dari
berbagai tingkat pendidikan yang berbeda-beda, sehingga besar kemungkinan materi
yang di sampaikan oleh pembina kurang bisa diterima secara merata.113
Kegiatan pembinaan agama di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh
tidak dapat berjalan dengan lancar karena kuranganya sarana prasaran dan juga metode
atau pun cara dalam meberikan Pembina tidak semua bisa diserap oleh narapidana
karena berdasarkan latar pendidikan yang berbeda.
5. Sarana atau Fasilitas Pembinaan
Sarana dan prasarana merupkan suatu hal yang sangat penting dalam mencapai
suatu tujuan yang diharapkan. Karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang ada
maka pembinaan agama tidak akan berjalan dengan maksimal. Jika dibanding dengan
jumlah Narapidana dan Tahanan, seperti keterbatasan Gedung, minimnya peralatan
olah raga, peralatan kesehatan, dan fasilitas seperti al-quran, perlengkapan sholat, dan
ruang khusus pembinan keagamaan. padahal peralatan tersebut sangat dibutuhkan, dan
keterbatasan serta perlengkapan lainnya. Oleh karena itu diperlukan penambahan
113
Marsal Ali, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 10 januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
sarana dan prasarana demi kelancaran pembinaan Narapidana/Tahanan dan
tercapainya tujuan pembinaan.114
6. Kesejahteraan Petugas Pembina
Tidak dapat dipungkuri, bahwa bahwa faktor kesejahteraan para petugas atau
Pembina pemasyarakatan memang masih memprihatinkan, namun jangan sampai
faktor kesejahteraan tersebut menjadi penyebab lemahnya proses pembinaan agama
dan keamanan/ketertiban di Lingkungan Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh. Sebab
kesejahteraan yang diberikan kepada para petugas di Rumah Tahanan Negara Kelas II
B Sungai Penuh harus dapat dimaklumi dan disyukuri, karena pada prinsipnya
manusia tersebut tidak akan pernah puas dan cukup dengan jumlah atau nilai
berapapun yang diberikan untuk tingkat suatu kesejahteraan, tidak hanya itu belum
adanya jaminan keselamatan bagi para petugas Pemasyarakatan dalam melaksanakan
tugas.115
C. Upaya Mengatasi Kendala Pembinaan Agama Dalam Meningkatkan
Kesadaran Beragama Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
Kebanyakan pada masa sekarang ini begitu banyak permasalahan yang terjadi di
Rumah Tahanan Negara, terlebih lagi permasalahan tantang pembinaan agama.
Masalah ini tidak dapat dibiarkan begitu saja walaupun dengan alasan keterbatasan
dana dan Sumber Daya Manusia, tanpa upaya untuk menanggulangi segera mungkin
karena salah satu prinsip Pemasyarakatan adalah tidak boleh membuat kondisi
seseorang (Narapidana/Tahanan) menjadi lebih buruk dari sebelumnya oleh sebab itu
adapun upaya mengatasi kendala pembinaan agama bagi narapidana di Rumah
Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci adalah:
114
Dokumensi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh. 10 januari 2019.
115 Dokumensi Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh. 10 januari 2019.
1. Mengatur Pembinaan yang Lebih Efektif
Rutan sudah aktif untuk mengatur tentang materi yang harus disesuaikan dengan
kultural warga binaan yang ada di sana, terutama warga binaan yang menderita
tekanan di dalam Rutan kurang begitu meringankan beban mereka yang sedang
mengalami kecemasan dan rasa tertekan berada dalam Rutan. Wawancara dengan
Buya Jairul sebagai tupoksi pembinaan kepribadian mengatakan:
[pe]mbinaan agama bisa memiliki pengaruh yang besar apabila dilakukan
dengan perencanaan dan terstruktur dengan baik, karena dengan adanya pembinaan
agama dapat membantu menangani rasa cemas dan rasa tertekan saat berada di
Rutan.116
Pada dasarnya pelaksanaan pembinaan agama terhadap warga binaan
pemasyarakatan merupakan tugas dan kewajiban dari pembinaan umat Islam pada
umumnya. Bahkan bisa jadi mereka di tempat sebagai prioritas utama, sebab mereka
secara khusus sedang mengalami kegoncangan rohani (spiritual). Tindakan kriminal
atau pelanggaran hukum yang mererka lakukan tentu tidak semata-mata di latar
belakangi oleh tuntunan kebutuhan yang bersifat materi (jasmani), akan tetapi banyak
di antara munculnya tindakan dan perilaku kriminal dipengaruhi oleh kondisi rohani
yang tidak stabil, atau tidak mendapat bimbingan dan pembinaan secara terus menerus,
oleh karena itu pelaksanaan pembinaan agama terhadap warga binaan pemasyarakatan
semestinya mendapatkan perhatian khusus bagi setiap umat Islam yang berada di
Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh.
[P]embinaan agama adalah proses pemberian bantuan dan arahan yang
membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi rohani yang diberikan oleh
pembimbing agar dapat memahami dan mengamalkan agama Islam sehingga memilih
jalan hidupnya sesuai dengan norma agama Islam yang dilaksananakan di rutan.
Pengukuran pengaruh pembinaan agama terdiri dari aspek pembimbing pembinaan
agama, metode pembinaan agama , dan materi pembinaan agama.117
116
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, Wawancara dengan Penulis, 10 Januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
117 Jairu Tupoksi Pembinaan Kepribadian, Wawancara dengan Penulis, 18 Mei 2017. Kabupaten
Kerinci. Wawancara Tertulis.
Tetapi harus diakui bahwa pembinaan agama bukanlah satu-satunya pembinaan
yang diberikan kepada mereka. Karena motivasi teman serta dorongan dari keluarga
serta pembinaan lain yang ada, dapat membantu mereka ke arah perbaikan kondisi
yang stabil.
2. Melakukan Pemantauan Aktivitas Pembinaan
Ajaran agama Islam tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi
pembentukan pribadi muslim, tetapi kalau diberikan dan diajarkan dengan cara yang
tidak baik, yakni tidak sesuai dengan tujuannya atau tidak sesuai dengan budaya atau
kultur dari masyarakatnya, maka efektivitas pembinaan agama yang diberikan tidak
akan membekas apalagi mengesankan, bahkan tak jarang sangat membosankan bagi
pengkajinya. Sehingga kebanyakkan mereka jadi kurang menarik untuk
mempelajarinya. Ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
Allah untuk mengatur manusia di bumi, sudah barang tentu disesuaikan dengan
kondisi agar ajaran Islam yang didakwahkan mudah dilaksanakan. Secara umum
dakwah dalam pelaksanaannya agar cepat terorganisir dengan baik bila diiringi dengan
dakwah yang baik pula. Dengan ditunjang pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
para dai seperti halnya pada bidang-bidang pengetahuan lainnya.
Pembinaan agama, yang menggunakan pendekatan-pendekatan dan motivasi
yang bersumber dari kitab suci dan hadits Nabi, dapat dijadikan solusi yang tepat
untuk menaggulangi gangguan jiwa yang dialami oleh manusia sebagai akibat tressor
kehidupan.
[W]aktu yang dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan agama adalah setiap hari
Jum‟at setelah shalat subuh oleh ustadz dari luar rutan dan setiap hari setelah shubuh
diisi oleh penceramah dari dalam rutan.118
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan ummatnya untuk
menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia sebagai
rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagian dan
118
Jairul, Tupoksi pembinaan kepribadian di rutan Sungai Penuh Wawancara dengan Penulis, 10
Januari 2019. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
kesejahteraan ummat manusia. Bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek
kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh. Usaha untuk menyebarluaskan Islam begitu pula untuk merealisir ajarannya
di tengah-tengah kehidupan ummat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang
dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam.
Manfaat adanya pemantauan adalah untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan dan pemahaman warga binaan terhadap nilai-nilai keislaman.
Wawancara dengan kepala Rutan Sungai Penuh yang mengatakan bahwa:
Pemantauan yang intensif dari petugas pembimbing pembinaan agama dapat
berakibat dalam hal pelaksanaan program bimbingan di lapangan, karena pemantauan
di lapangan dapat diketahui berapa banyak warga binaan yang ikut, materi yang
disampaikan, dan keefektifan pembinaan119
Dengan adanya pemantauan maka akan diketahui apa saja kendala-kendala yang
ada terjadi pada saat pembiaan agama, setelah diketahui kendala tersebut dengan
segera dicarikan solusinya.
3. Menambah Jumlah Pembina Atau Pendidik Agama
Kurangnya tenaga pembina di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh
harus diatasi dengan berbagai cara untuk dapat menuju suatu pembaruan Sistem
Pembinaan yang lebih baik.
Dalam hal ini pembina atau pegawai Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh yang yang berawal dari proses rekruitment atau penerimaan untuk pembina atau
pegawai. Selain itu terhadap seluruh petugas dalam jajaran organisasi Rutan diberikan
arahan, sehingga dapat melaksanakan tugas pembinaan dengan baik dan benar sesuai
dengan fungsi yang telah tetapkan. Disamping itu perlu mengikut sertakan petugas
pembinaan agama dalam Pelatihan Dasar tentang Pembinaan keagamaan secara
berkala, yang bertujuan pembinaan agama narapida berjalan dengan baik dan efektif
sehingga terciptanya Kesadaran dan Tanggungjawab penuh terhadap tugas-tugas yang
119
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 15 Januari 2019.
Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
dibebanka. Penambahan pegawai terutama petugas pembinaan agama hingga
mencapai idealnya 7 sampai 9 oarang.
4. Harus lebih mengoptimalkan motivasi bagi para Narapidana/Tahanan
Motivasi didalam melaksanakan program-program pembinaan agama yang telah
ditentukan oleh setiap Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara yang ada di
Indonesia terutama Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh. Motivasi bagi
Narapidana/Tahanan sangat perlu, karena tanpa adanya motivasi ataupun kemauan
yang keras dari para Narapidana/Tahanan dalam menerima program-program
pembinaan agama yang ada, walau program pembinaanya sebaik apapun dan didukung
oleh Pembina atau petuas yang berkualitas, maka program pembinaan agama tersebut
tidak akan menghasilkan sesuatu perubahan yang baik bagi Narapidana/Tahanan yang
bersangkutan. Sebaliknya, bila ada motivasi bagi Narapidana/Tahanan, maka ia dapat
memperbaiki diri dalam melakukan suatu tindakan dengan penuh kesadaran dan
tanggungjawab.
5. Harus adanya Peningkatan Kerjasama
Kerjasama dengan instansi tertentu baik yang berkaitan langsung maupun tidak
langsung untuk menunjang kegiatan-kegiatan atau program pembinaan agama di
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh seperti instansi Penegak Hukum
yaitu POLRI, Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri. Instansi Lainnya seperti
DINKES, DEPNAKER, DEPERINDAG, DEPAG, DEPDIKNAS, PEMDA,
DEPTRANS. Serta Pihak Swasta Seperti Perorangan, Kelompok, LSM, dan
Perusahaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap pembinaan
agama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlunya pembinaan agama bagi narapidana adalah bertujuan untuk membentuk
narapidana menjadi manusia yang seutuhnya, menyadari kesalahan memperbaiki
diri dan tidan mengulangi kesalahan yang sama ataupun tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali dilingkungan masyarakat, patuh terhadap agama dan
undang-undang yang ada.
2. Bentuk pembinaan agama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci dilakukan dengan pola pesantren yang di dalamnya ada
berbagai kegiatan antara lain ceramah, khotmil Qur‟an, praktek ibadah, dan
bimbingan baca tulis Al Qur an. Selain itu seluruh wargabinaan diwajibkan
melaksanakan solat lima waktu berjamaah. Upaya pembinaan agama terhadap
warga binaan yang dilaksanan dengan metode yang ada. Sudah diupayakan oleh
pihak Rutan atau petugas pembimbing agama, meskipun belum maksimal, karena
keterbatasan petugas bimbingan dan waktu. Semua pembinaan dan bimbingan yang
dilakukan pihak Rutan adalah merupakan bagian dari pembinaan agama yang
membantu para warga binaan pemasyarakatan kembali kepada jalan yang diridhoi
oleh Allah SWT.
3. Kendala pembinaan agama bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci adalah jumlah pembimbing yang belum memadai sarana,
prasarana dan dana yang masih terbatas untuk pelaksanaan pembinaan agama bagi
narapidana yang lebih baik lagi. Upaya meningkatkan pembinaan agam bagi
narapidana di Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yaitu
meningkatkan pengelolan pembinaan agama bagi narapidana yang lebih efektif dan
melakukan pematauan terhadap kegiatan tersebut.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Dalam upaya perlindungan terhadap narapidana, dihimbau kepada pemerintah
melalui Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci agar
memberikan perhatian khusus dalam hal biaya demi memenuhi kebutuhan
narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan. Demikian pula meningkatkan
kompetensi petugas lembaga pemasyarakatan yang berkaitan dengan kesehatan
terhadap kepentingan, kesetaraan dan keadilan narapidana.
2. Diharapkan agar dilakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan atau untuk sementara agar Menteri Hukum dan HAM RI
mengeluarkan Peraturan Pemerintah melalui Dirjen Pemasyarakatan untuk
menerbitkan Juklak atau Juknis yang mengatur secara khusus Hak-hak Narapidana.
3. Narapidan perlu mendapatkan hak lahir dan batin selama di Rumah Tahanan
Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, termasuk pengembangan bakat selama
berada di sana dan pihak Rumah Tahanan Negara Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
perlu memperhatikan hak-hak tersebut.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan Syukur Alhamdullilah kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini walau dalam bentuk yang sederhana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum tentu sempurna baik dari isinya
maupun dari segi bahasanya. Dalam hal ini penulis selalu berlapang dada dengan
senang hati menerima tegur sapa dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Dalam hal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah berpartisipasi membimbing penyelesaian skripsi
ini.
Jika terdapat kesalahan terlebih dahulu penulis mohon maaf yang sedalam-
dalamnya, akhir kata penulis mendo‟akan semoga kita selalu dilindungi Allah SWT,
Amin Ya Robbalalamin.
Wassalam
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Aksara,
2013.
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta: PT Raja Grafindo,
2011.
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2013.
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.
Ali Zaenudin, Sosiologi Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2013.
Andi Hamzah,Kamus Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia 1986.
Chairul Anwar. Hakikat Manusia dan Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis,
Yogyakarta : Suka Press, 2014.
Dokumentasi Rumah Tahanan Negara Klas IIB Sungai Penuh, 2018
Imam Leo Adi Chandra, Pola Pelaksanaan Hak-Hak Narapidana Dan
Permasalahannya di Lembaga Pemasyarakatan Mataram, Mataram:Universitas
Mataram, 2013.. Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip dan Implementasi hukum di Indonesia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, Semarang: IAIN
Semarang,2016.
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004.
Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Bandung, 1993.
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1 ayat (1)
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam Jakarta, Amzah 2010.
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta: Raja
Wali1982.
Sudikno Mertokusumo, Artikel hukum: Kesadaran Hukum Sebagai Landasan Untuk
Memperbaiki Sistem Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 3
Umar Tirtarahardja dan La Sulo. Pengantar Pendidikan , jakarta : rineka cipta, 2008.
Yatim Abdullah. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Amzah,2007.
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
B. Skipsi
Andi Saputro, “Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Wonosari setelah berlakunya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015. Isnawati, “Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara
Kelas II A Samarinda” Skripsi Universitas Mulawarman, 2014. Nur Jayani, “Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rutan Kelas IIB Kabupaten
Jepara” Skripsi Universitas Negeri Semarang,2013.
Ati Mu‟jizati, Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Memelihara Kesabaran Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Harapan Anda Tegal Tahun
2008, Skripsi (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang,
2009.
C. Website
http://handarsubhandi.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-narapidana-dan-hak-
hak.html, diakses pada Tanggal 25 Agustus 2018
Hukum, tersedia di websitehttp://www.sudiknoartikel.blogspot.com /, diakses tanggal
9 Oktober 2018.
M. Nashihun Ulwan, Teknik Pengambilan Sampel Dengan Metode Purposive
Sampling, Internet, diakses melalui alamat http:www.portal-
statistik.com/2014/02/teknik-pengambilan-sampel-dengan-metode.html?m=1,
diakses pada tanggal 4 Maret 2018.
D. Wawancara
Eko Arif Setiawan, Kepala Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis. Amra, Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 21
Desembwer 2018 . Kabupaten Kerinci. Cacatan Penulis.
Jairul, Tupoksi Pembinaan Kepribadian, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Saifuddin Lutfi, Kepala Pengamanan Rumah Tahanan. Wawancara dengan Penulis, 31
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Bukhari, Pembimbing Rohani Islam di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Budi Reva, Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Marsal Ali, Narapidana di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Maaidi Anda, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Danil, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis, 25
Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Irwanto, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Suratman, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Ermila, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Lusi Indriyani, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan
Penulis, 28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Sunarti, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
28 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Jhonifer, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
Donal, narapidana Narapidana, di Rutan Sungai Penuh, Wawancara dengan Penulis,
25 Desember 2018. Kabupaten Kerinci. Wawancara Tertulis.
CURRICULUM VITE
Nama : Eli Guspiya
Tempat Tanggal Lahir: Kerinci, 25 – Agustus - 1997
Nim : Ub.150090
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alat Asal : Kerinci
No. Telepon : 085382528158
E-Mail : ellyguspiya@Gmail.Com
Alamat Sekarang : Mendalo Asri
JENJANG PENDIDIKAN
Tanun 2002 – 2008 : SDN 312/III Talang Kemulun
Tahun 2008 – 2011 : MTsN Seleman
Tahun 2011 – 2014 : MAN 3 Sungai Penuh
Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
JADWAL PENELITIAN.
No Kegiatan
2019
Desembr Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penulisan Draf
Proposal x x
2. Konsultasi
Dengan Ka.
Jur/Prodi &
Lainnya Untuk
Fokus
Penelitian
x
3. Revisi Draf
Proposal x
4. Proses
Seminar
Proposal
x
5. Revisi Draf
Proposal
Setelah
Seminar
x
6. Konsultasi
Dengan
Pembimbing
x
7. Koleksi Data x x x x x
8. Analisa Dan
Penulisan Draf
Awal Skripsi
x x x
9. Draf Awal
Dibaca
Pembimbing
x
10. Revisi Draf
Awal x x
11. Penulisan Draf
Dua x x x x
12. Draf Dua
Dibaca
Pembimbing
X
13. Revisi Draf
Dua x
14. Draf Dua
Revisi Dibaca
Pembimbing
x
15. Penulisan Draf
Akhir x x x
16. Draf Akhir
Dibaca
Pembimbing
x
17. Ujian
Munaqashah x
18. Revisi Skripsi
Setelah Ujian
Munaqashah
x x
19. Penggandaan
Laporan X
20. Mengikuti
Wisuda
X
Catatan : Jadwal Berubah Sesuai Waktu
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
PEMBINAAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
BERAGAMA BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KELAS II B SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI.
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. -Sejarah Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
- Dokumentasi
- Wawancara
- Dokumen Rutan
- Pengurus/Kepala
Rutan
2. -Letak Geografis Rumah
Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Setting
- Dokumen Geografis
- Pengrus Atau
Pengelola Rutan
3. -Struktur Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
- Dokumentasi - Bagan Struktur
Organisasi Rutan
4. -Visi dan Misi Rumah
Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci. .
- Dokumentasi - Dokumen Visi Misi
Rutan
5. -Tenaga Pembimbing atau
Pengelola Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting
- Kepala Rutah
/Pengurus Ruan
- Dokumen Rutan
6. -Betuk Pembinaan Agama
di Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting.
- Kepala,Pembimbing
Agama, dan
Kabupaten Kerinci. Narapidana.
- Dokumen Rutan.
7. -Metode Pembinaan Agama
Narapidana di Rumah
Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
- Wawancara - Wawancara Dengan
Pembimbing Agama,
Petugas Rutan, Dan
Narapidana
A. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. -Letak Geografis Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
- Keadaan Letak Geografis
2. -Sarana dan Prasarana Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
- Sarana Dan Prasarana Ruta
Seperti : - Kelengkapan
Pasilitas Narapidana
3. -Metode Pembinaan Agama
Narapidana
- Metode pembinaan agama
- Materi pembinaan agama.
- Tujuan pembinaan agama.
B. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumentasi
1. -Sejarah Rumah Tahanan Negara
Kelas Ii B Sungai Penuh Kabupaten
Kerinci.
- Data Dokumentasi Tentang
Sejara dan Perkembangan
Rutan
2. -Letak Geografis Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
- Data Dokumentasi letak
Geografis Rutan.
3. -Struktur Organisasi Rumah - Data Dokumentasi Tentang
Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
Strukur Organisasi Rutan
4. -Visi dan Misi Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci. .
- Data Tentang visi dan misi
5. -Tenaga Pembimbing atau
Pengelola Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
- Daftar Nama Pembimbing
Atau Pengurus
- Jumlah Narapidana
6. -Keadaan Sarana Dan Prasarana
Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
- Data Dokumentasi Tentang
Sarana Dan Prasarana Yang
Diiliki Rutan
C. Butir-Butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data & Substansi
Wawancara
1.
2.
3.
- Sejarah Rumah Tahanan Negara
Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
-Letak Geografis Rumah Tahanan
Negara Kelas II B Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci.
-Sarana Dan Prasarana Rumah
Tahanan Negara Kelas II B Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci.
KEPALA ATAU PEGAWAI
RUTAN DAN
NARAPIDANA
- Bagaimana sejarah berdirinya
rutan?
- Kapan dan oleh siapa rutan di
dirikan?
- Bagaimana perkembangan
rutan hingga saat inin?
- Bisa dijelaskan letak geografis
rutan?
- apa saja sarana dan prasarana
yang ada di rutan ?
- apakah sarana dan prasana
yang disedia sudah memenuhi
kebutuhan narapidana ?
- apakah sarana dan prasara
yang disedikan sudah sudah
memenuhi kebutuhann
narapidana dalam pembinaan
agama ?
4. - Pembinaan Agama Narapidana Di
Rumah Tahanan Negara Kelas Ii B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
- Apa metode pembinaan agama
di rutan?
- Materi apa yang disampaikan
dalam pembinaan agama
narapidana ?
- Apa tujuan pembinaan agama
narapidana ?
5. Kendala dan upaya pembinaan
agama dalam meningkatkan
kesadaran hukum narapida di
Rumah Tahanan Negara Kelas II B
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
- Apa saja kendala yang dialami
narapidana dalam pembinaan
agama di rutan?
- Dan apa saja upaya yang di
lakukan pembinaan agama
narapidana?
Informen Penelitian
Pembinaan Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Bagi Narapidana di
Rumah Tahanan Negara Kelas II B Sungai Penuh Kabupaten Kerinci.
No. Nama Jabatan
1. Eko Arif Setiawan, AMD, IP, SH,
MH
Kepala Rutan Sungai Penuh,
2. Amra, S.IP
Kasi Pelayanan Rutan Sungai Penuh,
3. Jairul
Tupoksi Pembinaan Kepribadian
4. Saifuddin Lutfi
Kepala Pengamanan Rumah Tahanan.
5. Bukhari, S.Pd.I
Pembimbing Rohani
6. Budi Reva
Narapidana
7. Marsal Ali
Narapidana
8. Maaidi Anda
Narapidana
8
Danil
Narapidana
9
Irwanto
Narapidana
10
Suratman
Narapidana
11
Ermila
Narapidana
12
Lusi Indriyani
Narapidana
13 Sunarti
Narapidana
14
Jhonifer
Narapidana
15
Donal Narapidana
DOKUMENTASI
Wawancara Bersama Petugas Pengelolaan Data Rutan
Wawancara Bersama Tupoksi Pembinaan Kepribadian Narapidana
Lokasi Penelitaan Rumah Tahanan Neraga Kelas II B Sunagi Penuh Kabupaten Kerinci
Wawanca Dengan Kasi Pelayanan Rutan
Wawancara Dengan Pembimbing Agama Narapidana
Wawancara Dengan Tamping Rutan
Poto Bersama Narapidana
KEGIATAN PEMBINAAN AGAMA NARAPIDA