Post on 20-Nov-2021
1
PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Annisa Julianti
Jl. Mampang Prapatan XI Tegal Parang, Jakarta Selatan
annisa_julianti@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK
Virus Covid-19 yang sedang dihadapi dunia dan termasuk Indonesia menimbulkan banyak
dampak. Pandemi Covid-19 mengubah kebiasaan berbelanja masyarakat yang dapat
mengarah ke pembelian impulsif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan
pembelian impulsif antara pria dan wanita saat pandemi Covid-19. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan alat pengumpul data berupa
kuesioner yang berisi skala pembelian impulsif. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dengan subjek berjumlah 86 orang, yang terdiri dari 43 responden pria
dan 43 responden wanita, berusia minimal 20 tahun, dan telah menikah. Hasil uji reliabilitas
skala pembelian impulsif dengan teknik alpha cronbach diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,843. Analisis data yang digunakan yaitu independent sample t-test dengan bantuan
SPSS. Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan
pada pembelian impulsif antara pria maupun wanita saat pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut
dinyatakan dengan nilai sig. 0,116 (<0,05) dengan nilai t-hitung sebesar -1,588.
Kata Kunci: Pembelian Impulsif, Jenis Kelamin, Covid-19.
PENDAHULUAN
Penyebaran covid-19 yang begitu cepat berdampak bagi seluruh aktivitas masyarakat.
Perilaku konsumen di seluruh dunia mendadak berubah semenjak terjadinya pandemi covid-
19. Salah satu dampak yang dirasakan adalah keputusan dan perilaku pembelian. Semenjak
adanya pandemi covid-19, fenomena perpindahan ke transaksi daring tidak dapat dihindari
(Marshal dalam Iskandar, 2020). Pembayaran dengan metode chasless, contactless delivery,
dan pilihan produk yang lengkap, membuat masyarakat merasa lebih aman dan nyaman
melakukan pembelanjaan, tanpa khawatir akan resiko paparan virus jika meninggalkan rumah
(Iskandar, 2020).
Konsumen akan lebih berfokus pada produk-produk yang memiliki nilai bagi
kehidupannya. Konsumen akan cenderung mengenyampingkan ego atau hedonisme mereka.
Produk-produk kebutuhan sanitasi, seperti tisu, sabun, atau pencuci barang akan menjadi
barang yang mulai disasar oleh konsumen baik saat atau pasca krisis (Hafidh, 2020). Selain
itu, produk kesehatan seperti makanan sehat, suplemen, atau minuman-minuman kaya gizi
2
akan menjadi hal yang paling dicari oleh konsumen (Hafidh, 2020). Sebuah survei
melaporkan sebanyak 36,3% responden usia 30-35 tahun melakukan belanja lebih dari 5 kali
dalam tiga bulan, sedangkan responden usia 49-55 tahun hanya 15% dari responden yang
berbelanja sebanyak lebih dari 5 kali dalam sebulan (Fauzia, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Leonard Lee menjelaskan jenis-jenis produk yang
menarik bagi konsumen ketika mereka kehilangan kontrol, ditemukan bahwa konsumen akan
mengimbangi hilangnya kontrol yang dirasakan dengan membeli produk berguna yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar atau menyelesaikan tugas (dalam Harahap,
2020). Konsumen dengan tingkat stres tinggi cenderung melakukan pembelian secara
impulsif (Widiyarti, 2020). Konsumen berpikir jika mereka tidak membeli barang pada saat
itu mereka mungkin akan kehilangan seluruhnya sehingga dapat memunculkan perilaku
pembelian yang tidak direncanakan atau biasa disebut dengan pembelian impulsif (impulsive
buying). Sejalan dengan pernyataan Rook dan Gardner (dalam Kahle, 2000), pembelian
impulsif disebut juga sebagai pembelian yang tidak direncanakan adalah ketika seseorang
membeli dengan pengambilan keputusan yang relatif cepat dan mengalami dorongan spontan
untuk membeli.
Berbagai penelitian mengenai pembelian impulsif yang terkait dengan jenis kelamin
telah dilakukan. Pembelian impulsif seseorang dibedakan melalui pemilihan produk terkait
dengan peran gender seseorang dimana peran gender maskulin lebih memilih produk-produk
berdasarkan fungsinya, sedangkan pada individu dengan peran gender feminin lebih
berdasarkan pada kenyamanan emosional yang dimunculkan oleh produk tersebut (Dittmar
Ditmar, Beattie, & Friese, 1995). Wanita dianggap lebih cenderung melakukan pembelian
impulsif dibandingkan pria (Rook dalam Kacen, 2007). Seperti yang dinyatakan oleh Lin dan
Lin (2003) bahwa wanita cenderung lebih impulsif dalam berbelanja daripada pria. Namun
adanya perbedaan anggapan dan dilihat dari situasi pandemi saat ini, terjadi perubahan
perilaku membeli yang menunjukkan bahwa pria juga memungkinkan lebih cenderung
melakukan pembelian impulsif daripada wanita.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 71% wanita lebih khawatir mengenai
Covid-19 daripada pria (60%). Lebih lanjut hasil tersebut memengaruhi bagaimana mereka
berbelanja. Beberapa survei melaporkan bahwa ada beberapa perbedaan menarik antara pria
dan wanita dalam menanggapi krisis, dimana secara keseluruhan berdampak pada pria lebih
besar daripada wanita berkaitan dengan di mana, bagaimana dan apa yang mereka beli (Petro,
2020). Sebanyak 40% pria setuju bahwa berita mengenai covid-19 memengaruhi produk apa
yang mereka beli, sedangkan wanita sebanyak 34%. Produk yang lebih banyak dibeli oleh
3
pria adalah produk grosir (22%), produk perawatan pribadi (14%), produk kesehatan dan
rumah tangga (13%) dan produk kecantikan (7%). Sedangkan wanita lebih rendah dalam
pembelian produk grosir (17%), produk perawatan pribadi (13%), produk kesehatan dan
rumah tangga (11%), dan produk kecantikan (6%). Pembelanjaan secara daringpun
meningkat, karena mereka lebih jarang berbelanja ke toko untuk menghindari kerumunan.
Survei melaporkan bahwa sebanyak 24% konsumen pria mengakui adanya peningkatan
frekuensi berbelanja daring dibanding wanita (18%) (Petro, 2020).
Jenis kelamin menjadi karakteristik demografis yang sangat perlu untuk dibahas
karena terbukti bahwa pria dan wanita memproses informasi secara berbeda (Peter & Olson,
2005), membeli barang yang berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Wanita melakukan
pembelian impulsif karena adanya peran afeksi, sedangkan pria lebih mengandalkan sisi
kognisi (Kacen & Lee, 2002). Jadi sangat mungkin adanya perbedaan antara pria dan wanita
dalam mengambil keputusan membeli dan melakukan pembelian impulsif. Oleh karena
adanya perbedaan tersebut, peneliti tertarik untuk menguji apakah ada perbedaan antara pria
dan wanita dalam pembelian impulsif?
TELAAH PUSTAKA
Pembelian impulsif adalah pembelian yang bersifat tidak direncanakan atau tiba-tiba
dan langsung terjadi setelah mengalami dorongan spontan untuk membeli (Hawkins &
Mothersbaugh, 2010). Menurut Mowen dan Minor (2002), impulsive buying adalah suatu
desakan hati yang tiba-tiba dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung
tanpa banyak memperhatikan konsekuensi yang akan didapat pasca pembelian. Aspek-aspek
pembelian impulsif menurut Verplanken dan Herabadi (2001) terdiri dari dua aspek yaitu
aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mencakup pertimbangan, pikiran, dan
perencanaan pada kegiatan membeli dimana kurangnya pada unsur pertimbangan dan unsur
perencanaan dalam pembelian yang dilakukan dan kurang memikirkan tentang harga dan
guna barang. Selain itu, pembelian biasanya tidak direncanakan sebelumnya. Aspek afektif
meliputi dorongan emosional yang secara serentak meliputi perasaan senang dan gembira
setelah membeli tanpa perencanaan, setelah itu secara tiba-tiba muncul perasaan atau hasrat
untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati yang sifatnya berkali-kali atau
kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena telah membelanjakan
uang hanya untuk memenuhi keinginannya. Faktor-faktor yang memengaruhi pembelian
impulsif adalah dorongan untuk berbelanja, emosi positif, emosi negatif, melihat-lihat toko,
4
kesenangan belanja, ketersediaan waktu, ketersediaan uang, kecenderungan pembelian
impulsif (Beatty & Ferrel, 1998). Sedangkan menurut Solomon (2011), faktor-faktor seperti
contoh produk, kemasan atau tampilan produk, lokasi atau tempat media atau toko, dan
materi promosi dalam toko juga dapat memengaruhi pembelian impulsif.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penggunaan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu untuk menguji perbedaan pembelian impulsif ditinjau dari jenis kelamin,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berusia minimal 20 tahun dan
telah menikah. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 86 partisipan, yaitu 43 partisipan pria
dan 43 partisipan wanita. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik Pengumpulan Data
Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode angket atau kuesioner yang
disusun dalam bentuk googleform. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari data diri
partisipan, dan Skala Pembelian Impulsif. Data diri partisipan terdiri dari jenis kelamin, usia,
jumlah anak, dan pekerjaan.
Pengukuran pembelian impulsif dalam penelitian ini mengadaptasi skala pembelian
impulsif yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001) yang mengacu pada dua
aspek pembelian impulsif yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Skala pembelian impulsif ini
terdiri dari 20 aitem yaitu 12 aitem bersifat favorable dan 8 aitem bersifat unfavorable. Skala
pembelian impulsif dalam penelitian ini mengacu pada skala likert lima tingkat, yaitu
bergerak dari Sangat Sesuai, Sesuai, Netral, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teknik independent
sample t-test dengan bantuan program SPSS. Teknik tersebut digunakan untuk menguji
perbedaan pembelian impulsif sebagai variabel terikat yang ditinjau dari jenis kelamin
sebagai variabel bebas.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas
Hasil uji daya diskriminasi aitem pada skala pembelian impulsif dari 20 aitem yang
diuji coba terdapat 12 aitem yang baik dan 8 aitem yang gugur. Dari 12 aitem yang memiliki
daya diskriminasi yang baik tersebut memiliki korelasi total aitem dari 0,317 sampai dengan
0,642. Hasil uji reliabilitas dengan teknik alpha cronbach diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,843 pada skala pembelian impulsif. Hal tesebut menunjukkan bahwa alat ukur
dalam penelitian ini memiliki stabilitas yang tinggi (reliabel).
Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis
Hasil uji normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada skala pembelian
impulsif dan jenis kelamin menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,200* (p≥0,05). Hal
tersebut berarti data terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa variabel
jenis kelamin dan pembelian impulsif memiliki taraf signifikansi sebesar 0,293 (p>0,05). Hal
tersebut berarti variabel jenis kelamin dan pembelian impulsif mempunyai variasi populasi
yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas di atas, hal ini
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki syarat untuk dianalisis menggunakan
analisis independent sample t-test.
Hasil uji hipotesis diperoleh nilai t-hitung sebesar -1,588, dengan taraf signifikansi
sebesar 0,116 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada pembelian impulsif antara pria dan wanita. Rata-rata kecenderungan pembelian impulsif
pria sebesar 28,49 dan rata-rata pembelian impulsif wanita sebesar 30,70.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan melihat identitas subjek dengan menggunakan
perhitungan rerata empirik pada setiap variabel. Karakteristik subjek yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, jumlah anak, dan pekerjaan. Rerata empirik
deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah % Rerata Empirik
Pria
Wanita
43
43
50%
50%
28,49
30,70
Total 86 100% -
6
Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dengan
jenis kelamin wanita dalam penelitian ini memiliki rerata empirik yang lebih tinggi daripada
subjek pria pada variabel pembelian impulsif.
Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Rentang Usia
Kelompok Usia Jumlah % Rerata Empirik
Dewasa awal (20-40 tahun)
Dewasa madya (41-65 tahun)
Dewasa akhir (>65 tahun)
53
31
2
61,7%
36%
2,3%
31,36
26,74
27,00
Total 86 100% -
Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dalam
kelompok usia dewasa awal (20-40 tahun) dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling
tinggi daripada kelompok usia lainnya pada variabel pembelian impulsif.
Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jumlah Anak
Jumlah Anak Jumlah % Rerata Empirik
Belum memiliki anak
1 anak
2 anak
3 anak
>3 anak
12
23
36
13
2
14%
26,7%
41,9%
15,1%
2,3%
29,42
31,09
29,11
29,23
24,50
Total 86 100% -
Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang
memiliki satu anak dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada
kelompok subjek lainnya pada variabel pembelian impulsif.
Kemudian rerata empirik deskripsi subjek berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4.
Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah % Rerata Empirik
Bekerja
Tidak Bekerja
66
20
76,7%
23,3%
29,62
29,50
Total 86 100% -
7
Berdasarkan rerata empirik pada tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang
bekerja dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada kelompok subjek
tidak bekerja pada variabel pembelian impulsif.
PEMBAHASAN
Hasil uji hipotesis dengan teknik independent sample t-test menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,116 (p<0,05) dengan t-hitung sebesar -1,588. Hal tersebut berarti
hipotesis penelitian ini ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan
wanita dalam pembelian impulsif pada saat pandemi covid-19. Menurut Wansink (dalam
Tooy, 2015), pembelian impulsif sangat berhubungan erat dengan refleks atau respon
terhadap rangsangan eksternal yaitu faktor lingkungan dan atau faktor internal yaitu
rangsangan dari diri sendiri (mood, emosi, dan keinginan yang tak tertahankan). Kondisi
yang memadai, akan memungkinkan konsumen untuk membeli barang secara impulsif.
Namun, tuntutan kebutuhan tetap menjadi pertimbangan dalam keputusan membeli
(Renanita, 2017). Hasil penelitian Ali dan Hasnu (2013) menunjukkan bahwa jenis kelamin
tidak memengaruhi individu untuk melakukan pembelian impulsif. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tooy (2015) juga menunjukkan tidak adanya perbedaan pada pembelian
impulsif antara wanita dan pria dilihat dari proses afektif dan proses kognitif. Sejalan dengan
pendapat Verplanken dan Herabadi (2001) bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian
yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
Pembelian impulsif tidak hanya pada pengaruh pemasaran, tapi juga pada berbagai macam
karakteristik individu (Tooy, 2015). Wanita dinilai lebih terpengaruh oleh alasan
emosionalnya, sementara pria lebih dipengaruhi oleh alasan fungsi dan instrumen (Kacen &
Lee, 2002). Namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa wanita terbukti memiliki
pembelian yang tererncana daripada pria (Mai, dkk, 2003). Seperti yang dinyatakan oleh
Coley dan Burgess (2003) bahwa pembuatan keputusan dalam pembelian impulsif
dipengaruhi oleh masalah kognisi dan afeksi dalam diri seseorang. Pembelian impulsif pada
dasarnya dilakukan oleh banyak orang untuk mengurangi perasaan negatif atau membuat diri
merasa lebih baik (Silvera, Lavack, & Kropp, 2008). Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi
saat ini dimana pandemi covid-19 memberikan banyak dampak bagi masyarakat, salah
satunya menimbulkan perasaan negatif. Oleh karena itu, baik pria maupun wanita sama-sama
memungkinkan untuk melakukan pembelian impulsif. Ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan hasil penelitian selain jenis kelamin. Ada pula faktor-faktor lain
yang mungkin memengaruhi perilaku pembelian impulsif seperti jenis barang yang dibeli,
8
tempat berbelanja, pendapatan, gaya hidup, media perbelanjaan, dan lain-lain yang tidak
dibahas secara khusus dalam penelitian ini.
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa subjek
dengan jenis kelamin wanita dalam penelitian ini memiliki rerata empirik lebih tinggi
daripada subjek pria pada variabel pembelian impulsif. Meskipun hasil uji beda menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam pembelian impulsif,
namun hasil perhitungan rerata empirik menunjukkan nilai rata-rata pembelian impulsif
wanita lebih tinggi daripada pria, yaitu 30,70 pada wanita dan 28,49 pada pria. Seperti yang
dinyatakan oleh Lin dan Lin (2003) bahwa wanita cenderung lebih impulsif dalam berbelanja
daripada pria.
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan kelompok usia menunjukkan bahwa
subjek dalam kelompok usia dewasa awal (20-40 tahun) dalam penelitian ini memiliki rerata
empirik paling tinggi daripada kelompok usia lainnya pada variabel pembelian impulsif. Hal
ini berarti individu dewasa awal lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian
impulsif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wood (dalam Nguyen & Cakanlar, 2016) bahwa
pembelian yang tidak direncanakan dipengaruhi oleh karakteristik personal yaitu usia, dan
meningkat pada masa dewasa awal. Kebutuhan dan keinginan individu berubah seiring
dengan perubahan usianya. Rasa penasaran dan ingin mencoba sesuatu yang baru membuat
individu muda menjadi lebih impulsif (Kotler, 2004). Semakin tua usia seseorang maka
semakin kurang impulsif pembeliannya (Kacen & Lee, 2002; Mai, dkk, 2003). Semakin
dewasa usia seseorang, semakin memiliki kecenderungan untuk melakukan perencanaan
ketika akan berbelanja (Resha dalam Fauzia, 2019).
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan jumlah anak menunjukkan bahwa subjek
yang memiliki satu anak dalam penelitian ini memiliki rerata empirik paling tinggi daripada
kelompok subjek lainnya pada variabel pembelian impulsif. Hal ini berarti individu yang
memiliki satu anak lebih memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian impulsif. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh kebutuhan yang belum sebanyak individu yang memiliki lebih dari
satu anak. Hal ini sejalan dengan nilai rerata empirik yang paling rendah dimiliki oleh
kelompok subjek yang memiliki anak lebih dari tiga. Individu yang telah menikah memiliki
tanggung jawab keluarga yang lebih dibandingkan individu yang belum menikah (Santrock,
2002), terlebih adanya kehadiran seorang anak yang menerima perhatian lebih dari orang
tuanya.
Hasil analisis deskriptif subjek berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa subjek
yang bekerja dalam penelitian ini memiliki rerata empirik tertinggi daripada kelompok subjek
9
yang tidak bekerja pada variabel pembelian impulsif. Hal ini berarti individu yang bekerja
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan pembelian impulsif. Hal ini sangat
logis karena berkaitan dengan penghasilan. Pembelian impulsif erat kaitannya dengan uang
yang dimiliki seseorang. Seperti yang dinyatakan Tinne (2010) bahwa ketersediaan uang
merupakan salah satu faktor situasional yang menjadi fasilitator dalam proses pembelian
impulsif, karena meningkatkan daya beli individu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pria maupun wanita dalam pembelian impulsif pada saat pandemi Covid-19. Maka
dapat disimpulkan bahwa pria maupun wanita memiliki kecenderungan membeli secara
impulsif. Setiap individu memiliki proses afektif dan proses kognitif yang memengaruhi
individu melakukan pembelian impulsif. Banyak faktor lainnya yang memengaruhi
pembelian impulsif, namun tidak dibahas dalam penelitian ini.
Saran
Bagi Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam meminimalisir maupun
mencegah terjadinya pembelian impulsif. Oleh karena itu penting bagi subjek agar dapat
mengontrol perilaku berbelanja, misalnya menyusun daftar belanja, dan membeli barang
sesuai kebutuhan.
Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan lebih memahami tentang pembelian impulsif jika dilihat dari
jenis kelamin. Lebih menyadari apa yang harus dan butuh dibelanjakan, karena hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pria maupun wanita memiliki kemungkinan untuk
melakukan pembelian impulsif.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini terbatas meneliti pembelian impulsif secara umum, tidak terfokus pada
suatu produk tertentu dan tidak membahas khusus penyebab lainnya. Saran untuk penelitian
10
selanjutnya dapat dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya, seperti variabel usia,
pendapatan, pendidikan, metode pembelian, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A., & Hasnu, S. (2013). An analysis of consumers’ characteristics on impulse buying:
evidence from Pakistan. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In
Business. Vol 5 (2).
Beatty, S.E., & Ferrel, M.F. (1998). Impulsive buying: modeline its precursors. Journal of
Retailing. 74 (2), 169-191.
Coley, A. & Burgess, B. (2003). Gender Differences in Cognitive and Affective Impulse
Buying. Journal of Fashion Marketing and Management, Vo. 7 No. 3, 282-295.
Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols; objects
and decisions consideration in impulse purcahses. Journal of Economic Psychology,
16(3), 491–511
Fauzia, M. (2019). Perempuan Indonesia belanja online: impulsif hingga tergiur gratis
ongkir, diakses dari:
https://money.kompas.com/read/2019/04/04/123029126/perempuan-indonesia-
belanja-online-impulsif-hingga-tergiur-gratis-ongkir?page=all
Hafidh. (2020). 4 perubahan perilaku konsumen saat pandemi corona, diakses dari:
https://www.jurnal.id/id/blog/perubahan-perilaku-konsumen-saat-pandemi-corona/
Harahap, D.A. (2020). Virus corona dan panic buying yang impulsif.
https://www.researchgate.net/publication/340453297.
Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer behavior: Building marketing
strategy (11th ed.). New York: McGraw-Hill Irwin.
Iskandar. (2020). Dampak covid-19, belanja makanan dan minuman online naik 143 persen
di Indonesia, diakses dari: https://www.liputan6.com/tekno/read/4232324/dampak-
covid-19-belanja-makanan-dan-minuman-online-naik-143-persen-di-indonesia
Kacen, J. J. & Hess, J. D. (2007). The comparative influence of consumer, producer, and
retailer factors on impulsive buying. Journal of consumer psychology.
Kacen, J. & Lee, J.A.( 2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying
Behavior. Journal of Consumer Psychology, 12 (2), 163-176.
Kahle, L.R. (2000). Cross-national consumer psychographics. New York: International
Business Press.
Kotler, P. (2004). Manajemen pemasaran, edisi milenium. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Lin, C.H., & Lin, M. (2005). An exploration of Taiwanese adolescencts’ impulsive buying
tendencies. Adolescene. 40, 154.
11
Mai, N.T.T, Jung, K., Lantz G., & Loeb S.B. (2003). An Exploratory Investigation into
Impulse Buying Behavior in a Transitional Economy: a Study of Urban Consumers in
Vietnam. Journal of International Marketing, Special Issue on Marketing in
Tranbsitional Economies, Vol. 11, no. 2, 13-35.
Mowen, J. C., & Minor, M. (2002) Perilaku konsumen (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Peter, J. P & Olson, J. C. (2005). Consumen behavior & marketing staregy. seventh
edition. New York: Mc Grawhill Company.
Petro, G. (2020). Coronavirus and shopping behavior:men and women react differently,
diakses dari: https://www.forbes.com/sites/gregpetro/2020/03/13/coronavirus-and-
shopping-behavior-men-and-women-react-differently/#19cbc994737a
Renanita, T. (2017). Kecenderungan pembelian impulsif online ditinjau dari penjelajahan
website yang bersifat hedonis dan jenis kelamin pada generasi Y. Jurnal Indigenous.
Vol 2. No.1, 1-6.
Santrock, J.W. (2002). Psikologi perkembangan, jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Silvera, D. H., Lavack A.M. & Kropp F. (2008). Impulse buying: the role of affect, social
influence, and subjective wellbeing. Journal of Consumer Marketing, 25/1, pp. 23-33.
Solomon, M. R. (2011). Consumer behavior. New Jersey: Pearson.
Tinne, W.S. (2010). Impulsive purchasing: a literature overview. ASA University Review. 4
(2), 65-73.
Tooy, S. M. (2015). Analisis Perbedaan Perilaku Impulse Buying Konsumen Laki-Laki dan
Perempuan Berdasarkan Proses Afektif dan Kognitif. Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen. Vol. 3. No.2, 111-126.
Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying tendency:
feeling and no thinking. European Journal of Personality. 15, S71-S83.
Wathani, F. (2008). Perbedaan kecenderungan pembelian impulsif produk pakaian ditinjau
dari peran gender. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi, Universitas
Sumatera Utara.
Widiyarti, Y. (2020). Belanja impulsif, pelarian dari kecemasan pada covid-19., diakses dari:
https://gaya.tempo.co/read/1327098/belanja-impulsif-pelarian-dari-kecemasan-pada-
covid-19/full&view=ok.
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE
BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Nomor Pengunggahan
SURAT KETERANGANNomor: 75/PERPUS/UG/2020
Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : Annisa JuliantiNomor Penulis : 140395Email Penulis : annisa_julianti@staff.gunadarma.ac.idAlamat Penulis : Mampang Prapatan
Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FPSI/PA/PENELITIAN/75/2020Judul Penelitian : PEMBELIAN IMPULSIF SAAT PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI JENIS KELAMINTanggal Penyerahan : 17 / 08 / 2020
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.
Dicetak pada: 17/08/2020 14:32:37 PM, IP:114.5.218.213 Halaman 1/1