Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

11
COVID-19 merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh seluruh negara dalam beberapa dekade dan telah mengubah cara hidup dan bagaimana kita memandang dunia. Interaksi sosial dan mata pencaharian kita sehari-hari menjadi berbeda. Pandemi global telah memaksa kita semua untuk beradaptasi demi bertahan hidup. Pandemi COVID- 19 lebih dari krisis kesehatan global yang telah menewaskan ratusan ribu orang; ini merupakan krisis kemanusiaan, ekonomi, dan sosial yang menyebabkan resesi, meningkatnya tingkat pengangguran, serta gelombang disinformasi dan ketidakpastian. Bekerja di 32 kabupaten di enam provinsi di Indonesia, program MADANI yang didanai oleh USAID bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, legitimasi, dan keberlanjutan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di tingkat kabupaten/ kota. Selama pandemi COVID-19, OMS yang menjadi Mitra Utama MADANI turut berperan dalam merespon krisis, terutama dalam dalam mendukung komunitas mereka. Inisiatif mereka terdiri dari berbagai kegiatan seperti penggalangan dana dan memberikan dukungan sosial untuk membantu mereka yang terdampak COVID-19, menyediakan alat pelindung diri bagi anggota komunitas, memberdayakan perempuan dan kelompok rentan lainnya untuk memobilisasi, berkampanye tentang upaya pencegahan COVID-19, dan memerangi informasi palsu terkait COVID-19. Semua upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal atau dilupakan dalam penanganan COVID-19. Selama bertahun-tahun, OMS telah mendukung jutaan rakyat Indonesia untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan, pendidikan, ekonomi, penanganan bencana, kekerasan, dan ketidaksetaraan, termasuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mengatasi tantangan pembangunan. Hasil yang dicapai oleh mitra OMS MADANI yang disajikan dalam newsletter ini, sekali lagi membuktikan bahwa masyarakat sipil dan mobilisasi komunitas sangat penting dalam membangun kembali dan pemulihan paska pandemi. Mitra Utama MADANI Merespon COVID-19 Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19 MADANI EDISI COVID-19, V OLUME 1 Mendidik Masyarakat Lokal dengan Media Sosial: Wong Solo Tukar Info COVID-19 2 Memerangi COVID-19 Melalui Tata Kelola Pemerintahan: Sebuah Cerita dari Sukabumi, Jawa Barat 3 Pasar Kita Mengubah Kehidupan Perempuan di Era COVID-19 4 Mendukung Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Sanggar Hijau dan 77 Lembaga Lingkungan Hidup Lainnya Membantu Para Tukang Sampah dan Pemulung Saat Masa Darurat COVID-19 5 SAPA Institute Mendukung Perempuan di Kabupaten Bandung dalam Menghadapi Pandemi COVID- 6 Yayasan Paramitra Memastikan Tidak Ada Kelompok Yang Terlupakan Saat Pandemi COVID-19 7 Wallacea Bekerja Sama dengan Pemerintah Daerah Luwu Utara untuk Mendukung Penanggulangan COVID-19 8 Berhadapan dengan Bencana di Tengah Pandemi: Sebuah Cerita dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan 9 AtmaGo dan MADANI Menyelenggarakan Webinar tentang Tanggapan Masyarakat Sipil terhadap COVID-19 10 DAFTAR ISI

Transcript of Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Page 1: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

COVID-19 merupakan salah satu tantangan terbesar yang

dihadapi oleh seluruh negara dalam beberapa dekade dan

telah mengubah cara hidup dan bagaimana kita memandang

dunia. Interaksi sosial dan mata pencaharian kita sehari-hari

menjadi berbeda. Pandemi global telah memaksa kita semua

untuk beradaptasi demi bertahan hidup. Pandemi COVID-19 lebih dari krisis kesehatan global yang telah menewaskan

ratusan ribu orang; ini merupakan krisis kemanusiaan,

ekonomi, dan sosial yang menyebabkan resesi,

meningkatnya tingkat pengangguran, serta gelombang

disinformasi dan ketidakpastian.

Bekerja di 32 kabupaten di enam provinsi di Indonesia,

program MADANI yang didanai oleh USAID bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas, legitimasi, dan keberlanjutan

Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di tingkat kabupaten/

kota. Selama pandemi COVID-19, OMS yang menjadi

Mitra Utama MADANI turut berperan dalam merespon

krisis, terutama dalam dalam mendukung komunitas

mereka. Inisiatif mereka terdiri dari berbagai kegiatan

seperti penggalangan dana dan memberikan dukungan sosial

untuk membantu mereka yang terdampak COVID-19,

menyediakan alat pelindung diri bagi anggota komunitas,

memberdayakan perempuan dan kelompok rentan lainnya

untuk memobilisasi, berkampanye tentang upaya

pencegahan COVID-19, dan memerangi informasi palsu

terkait COVID-19. Semua upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal

atau dilupakan dalam penanganan COVID-19. Selama bertahun-tahun, OMS telah mendukung

jutaan rakyat Indonesia untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan,

pendidikan, ekonomi, penanganan bencana, kekerasan, dan ketidaksetaraan, termasuk mendukung

Pemerintah Indonesia dalam mengatasi tantangan pembangunan. Hasil yang dicapai oleh mitra

OMS MADANI yang disajikan dalam newsletter ini, sekali lagi membuktikan bahwa masyarakat

sipil dan mobilisasi komunitas sangat penting dalam membangun kembali dan pemulihan paska

pandemi.

Mitra Utama MADANI Merespon

COVID-19

Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID-19, VOLUME 1

Mendidik Masyarakat Lokal dengan Media Sosial: Wong Solo Tukar Info COVID-19

2

Memerangi COVID-19 Melalui Tata Kelola Pemerintahan: Sebuah Cerita dari Sukabumi, Jawa Barat

3

Pasar Kita Mengubah Kehidupan Perempuan di Era COVID-19

4

Mendukung Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Sanggar Hijau dan 77 Lembaga Lingkungan Hidup Lainnya Membantu

Para Tukang Sampah dan Pemulung Saat Masa Darurat COVID-19

5

SAPA Institute Mendukung Perempuan di Kabupaten Bandung dalam Menghadapi Pandemi COVID-

6

Yayasan Paramitra Memastikan Tidak

Ada Kelompok Yang Terlupakan Saat

Pandemi COVID-19

7

Wallacea Bekerja Sama dengan Pemerintah Daerah Luwu Utara untuk Mendukung Penanggulangan

COVID-19

8

Berhadapan dengan Bencana di Tengah Pandemi: Sebuah Cerita dari

Luwu Utara, Sulawesi Selatan

9

AtmaGo dan MADANI Menyelenggarakan Webinar tentang Tanggapan Masyarakat Sipil terhadap

COVID-19

10

DAFTAR IS I

Page 2: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 2

Mendidik Masyarakat Lokal dengan Media Sosial: Wong

Solo Tukar Info COVID-19

Konsorsium Pengawasan dan Pemberdayaan

Lembaga Publik (KOMPIP), di Kota Surakarta

(Yang juga dikenal dengan Solo), Jawa Ten-

gah, terlibat aktif dalam merespon COVID-

19. Usai membagikan masker kepada

masyarakat yang bekerja di pasar tradisional,

KOMPIP yang juga merupakan Mitra Utama

MADANI berinisiatif membuat grup

Facebook dengan nama “Wong Solo Tukar

Info COVID-19” (Masyarakat di Solo

Bertukar Informasi COVID-19). Kegiatan

grup Facebook ini diselenggarakan sebagai

jawaban atas minimnya pengetahuan dan

informasi seputar COVID-19 di Surakarta.

Kurangnya pengetahuan dan informasi

tentang COVID-19 dapat menimbulkan

tingkah laku dan tindakan kontra-produktif

yang membahayakan masyarakat selama

pandemi. Langkah kecil ini diharapkan dapat membantu banyak pihak untuk saling bertukar

informasi dan belajar.

Tiga bulan setelah grup diluncurkan, para anggota sudah mulai mendapatkan manfaatnya. Pada 6

Agustus 2020, Mas Aris, salah satu anggota grup Facebook Wong Solo, mengunggah sebuah

tulisan yang menyatakan bahwa ia diberhentikan

dari pekerjaannya karena krisis COVID-19 dan

mencari bantuan agar putranya dapat terus

melanjutkan studi di universitas. Keesokan

harinya, Universitas Slamet Riyadi (UNISRI)

mengulurkan tangan kepada Mas Aris untuk

membicarakan tentang peluang pendanaan bagi

studi sang buah hati. Dua hari kemudian, pada 8

Agustus, KOMPIP menerima pesan teks

WhatsApp yang menghangatkan hati dari Mas

Aris yang mengabarkan putranya dapat melanjutkan studinya di UNISRI.

“Alhamdulillah, setelah bertemu dengan pengurus Yayasan UNISRI… saya jelaskan bagaimana

kondisi saya, dan akhirnya yayasan UNISRI memberikan beasiswa 100% untuk anak saya (tanpa

biaya pendaftaran dll),” tulis Mas Aris.

’Dengan grup ini, saya tahu bagaimana rasanya

kalau kita melakukan swab test. Rasanya tidak

nyaman untuk membayangkan sebuah cottonbud

ditusukkan di dalam hidung saya. Dengan

pengetahuan ini, saya memilih untuk berhati-hati dan

mengambil langkah-langkah pencegahan termasuk

mematuhi protokol kesehatan, memakai masker

untuk melindungi diri dan orang lain ketika di

keramaian.’’ Tina Dewi, penggiat KOMPIP.

Page 3: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Memerangi COVID-19 Melalui Tata Kelola Pemerintahan:

Sebuah Cerita dari Sukabumi, Jawa Barat

Page 3

Di negara yang demokratis, terdapat tiga pilar utama untuk mendukung pembangunan

manusia dan sosial: pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Ketiga pilar tersebut

bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai tantangan dalam pembangunan, salah satunya

dalam memerangi pandemi COVID-19. Seperti yang terjadi di banyak daerah pedesaan

lainnya, ketika dilanda COVID-19, masyarakat lokal di Sukabumi (Jawa Barat) menghadapi

tantangan kesehatan dan ekonomi. Setelah mencermati apa saja yang dibutuhkan oleh

masyarakat setempat selama pandemi, Yayasan Sabadesa yang merupakan Mitra Utama

MADANI di Sukabumi, berinisiatif untuk

bekerja sama dengan perusahaan swasta dan

pemerintah desa untuk membantu masyarakat

dalam mengatasi dampak COVID-19. Sabadesa

bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten

Sukabumi, Bank BJB, dan perusahaan energi PT.

Hulu Migas Jawa Barat untuk merespon dan

mencegah COVID-19. Mereka mendistribusikan

1.000 paket bantuan kepada keluarga yang

terdampak COVID-19 di Sukabumi, terutama

bagi mereka yang teridentifikasi belum

mendapat dukungan dari pemerintah. Yayasan

Sabadesa juga berhasil mengadvokasi revisi

alokasi dana desa (APBDes) terkait program

Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2020, untuk memastikan BLT disalurkan berdasarkan kriteria

yang telah disepakati bersama melalui Musyawarah Desa.

Sabadesa mendistribusikan paket bantuan di Sukabumi

©USAID MADANI/ Dokumentasi Sabadesa

Sabadesa berkolaborasi dengan Program CSR MUJ

USAID MADANI/ Dokumentasi Sabadesa

Page 4: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 4

Pasar Kita Mengubah Kehidupan Perempuan di Era

COVID-19

“Ketika Anda memberdayakan perempuan, Anda memberdayakan masyarakat,” ujar Sri

Sulistiyani, Direktur Eksekutif Gerakan Peduli Perempuan Jember. Berangkat dari keyakinan

tersebut, GPP Jember (Mitra Utama MADANI di Jember) mendirikan Pasar Kita (“Our

Market”) pada tahun 2016 sebagai komunitas pasar mandiri yang bertujuan untuk memperbaiki

kondisi ekonomi perempuan dan meningkatkan tingkat kepercayaan diri perempuan untuk

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Gerakan Pasar Kita diprakarsai karena

banyaknya korban KDRT yang terpaksa memilih bungkam karena secara finansial bergantung

pada pelaku kekerasan. Pada awalnya, Pasar Kita bermula dari sebuah grup WhatsApp yang

memfasilitasi anggotanya untuk melakukan transaksi bisnis satu sama lain. Namun, kini

jaringannya berkembang dan saat ini Pasar Kita memiliki 2.000 anggota dari Jember serta 32

grup WhatsApp: 31 grup untuk setiap kecamatan dan satu grup untuk para grosir di seluruh

kabupaten Jember. Inisiatif ini memainkan peran penting selama pandemi COVID-19 karena

aktivitas ekonomi melambat secara signifikan. Meski semua pasar dan toko tradisional tutup,

Pasar Kita masih bisa secara efektif mendukung anggotanya untuk membeli kebutuhan

sehari-hari dengan harga yang wajar dan juga menjual produknya.

©USAID MADANI/ Dokumentasi GPP Jember

©USAID MADANI/ Dokumentasi GPP Jember

Page 5: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Page 5

Mendukung Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Sanggar Hijau dan 77

Lembaga Lingkungan Hidup Lainnya Membantu Para Tukang

Sampah dan Pemulung Saat Masa Darurat COVID-19

Selama pandemi COVID-19, seluruh mata tertuju

pada para pahlawan yang bekerja di rumah sakit

yaitu dokter dan perawat. Namun terkadang kita

lupa bahwa ada orang-orang yang tak tampak yang

juga berperan penting dalam pandemi seperti ini.

Salah satunya mereka yang bekerja sebagai tukang

sampah dan pemulung dengan pekerjaan mereka

yang sama sekali tidak menarik dan kotor. Di

Indonesia, terdapat lebih dari 300.000 orang yang

bekerja sebagai pemulung dan diperkirakan terdapat

2,4 juta keluarga tukang sampah. Para pekerja ini

tidak dapat bekerja dari rumah dan tidak ada jaminan

bahwa mereka sepenuhnya terlindungi dari berbagai

virus. Mempertimbangkan hal tersebut, Mitra Utama

MADANI di Jombang yaitu Yayasan Sanggar Hijau dan 77 organisasi lingkungan hidup lainnya di Jawa Timur bekerja sama untuk

menyelenggarakan penggalangan dana bagi tukang sampah dan pemulung lokal. Bekerja sama

dengan Greenation Foundation dan Waste4Change, mereka telah mengumpulkan 150 juta

rupiah (US$10.000) untuk penyediaan alat pelindung diri dan bahan makanan bagi 761 tukang

sampah dan pemulung. Di Jombang, berkat kerja keras para pekerja seperti tukang sampah

dan pemulung yang terkadang luput dari perhatian, dan mereka termasuk ke dalam

kelompok yang rentan terpapar COVID-19, penyediaan peralatan perlindungan diri ini sangat

membantu untuk memastikan mereka dapat bekerja dengan aman dan mengakui pentingnya

kerja-kerja mereka bagi masyarakat.

Sanggar Hijau mendistribusikan paket bantuan

©USAID MADANI/ Dokumentasi Sanggar Hijau

Sri Sulistiyani menyampaikan salah satu contoh dampak positif dari Pasar Kita sebagai berikut:

“Suatu sore, seorang ibu datang ke rumah saya. Dia berbicara tentang kondisi keluarganya

selama pandemi dan menangis. Dia mengatakan bahwa suaminya menyewa tanah untuk

menanam cabai. Mereka berharap agar bisa mendapat untung saat perayaan Idul Fitri di bulan

Mei ketika harga cabai biasanya tinggi. Tapi, kemudian terjadi pandemi. Mereka memiliki hasil

panen yang bagus dan melimpah, tetapi mereka tidak dapat menjualnya ke pasar. Tengkulak

membeli banyak cabai dengan harga yang sangat murah dan bahkan belum membayar.

Harganya sangat murah. Dia menangis, tidak tahu bagaimana menemukan solusinya. Setelah

mendengar tentang Pasar Kita dari tetangganya di bulan Mei lalu, ia berhasil menjual 84

kilogram cabai hanya dalam tiga hari. Sepuluh hari setelah bergabung dengan Pasar Kita, ibu itu

datang lagi ke rumah saya. Kali ini Ia menangis bahagia, karena berhasil menjual 340 kilogram

cabai hanya dalam waktu sepuluh hari dengan harga yang bagus setelah bergabung dengan

Pasar Kita. Ia dan suaminya berjanji akan mendukung petani lain untuk menjual produknya di

Pasar Kita, terutama untuk para perempuan.”

Page 6: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 6

SAPA Institute Mendukung Perempuan di Kabupaten

Bandung dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 telah memicu berbagai

perubahan besar pada kondisi

perekonomian, termasuk meningkatnya

angka pengangguran dan runtuhnya berbagai

macam kegiatan bisnis. Sektor utama yang

terkena pandemi di Indonesia adalah

perdagangan, manufaktur, pariwisata dan

sektor informal, baik di perkotaan maupun

pedesaan. Isu yang sama juga menjadi

tantangan ekonomi bagi perempuan di

Indonesia yang merupakan bagian terbesar

dari angkatan kerja. Ketika Pembatasan

Sosial Skala Besar (PSBB) diberlakukan pada Maret 2020 karena COVID-19, banyak

perempuan kehilangan pekerjaan atau harus

menutup warung makan mereka. Beberapa

dari mereka adalah para ibu, beberapa dari

mereka adalah orang tua tunggal yang harus

menghidupi keluarganya sendiri. Selain

masalah ekonomi, masalah lain juga

memerlukan perhatian khusus yaitu

meningkatnya kekerasan terhadap

perempuan selama pandemi karena para

suami pelaku kekerasan yang kehilangan

pekerjaan harus tetap tinggal di rumah.

SAPA Institute mendistribusikan paket bantuan di Kabupaten Bandung

©USAID MADANI/Dokumentasi SAPA Institute

Page 7: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Salah satu Mitra Utama MADANI, yaitu Yayasan

Paramitra di Malang (Jawa Timur) tidak hanya

aktif menangani masalah pekerja anak, tetapi juga

menangani masalah sosial ekonomi lainnya

seperti pemberdayaan keluarga miskin,

penyelenggaraan program pendidikan informal,

pemberian kredit untuk masyarakat pedesaan,

pendampingan masyarakat pertanian, dan

sebagainya. Organisasi ini secara konsisten

mendukung kelompok-kelompok marjinal di

Jawa Timur selama bertahun-tahun. Sejak

pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, Paramitra telah melakukan sejumlah

tindakan untuk merespon keadaan darurat tersebut. Pertama, mereka membantu kelompok

marjinal dengan memberikan 100 paket bantuan pangan kepada kelompok pendukung para

penyandang disabilitas. Paramitra juga aktif mendorong kelompok penyandang disabilitas untuk mengesampingkan perbedaan dan bersatu melalui forum bersama di tingkat kabupaten. Bahkan,

Paramitra telah menginisiasi penggalangan dana serta kegiatan advokasi untuk mendukung para

penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya di Kabupaten Tuban dan Probolinggo

melalui Komite Mata Daerah. Selain mendukung para penyandang disabilitas, Paramitra juga

memberikan perhatian khusus kepada pekerja seks dan kelompok lanjut usia dengan kegiatan

edukasi tentang strategi pencegahan COVID-19 di Kota Malang, Tuban dan Probolinggo.

Terakhir, mereka telah mendistribusikan peralatan pencegahan penularan COVID-19 di Malang,

seperti hand sanitizer, masker, dan fasilitas cuci tangan. Kegiatan yang dilakukan oleh Paramitra

hanyalah salah satu contoh inspiratif tentang bagaimana organisasi masyarakat sipil dapat

memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang terlupakan dalam menangani dampak pandemi

COVID-19.

Page 7

Yayasan Paramitra Memastikan Tidak Ada Kelompok Yang

Terlupakan Saat Pandemi COVID-19

©USAID MADANI/Dokumentasi Yayasan Paramitra ©USAID MADANI/Dokuementasi Yayasan Paramitra

©USAID MADANI/Dokumentasi Yayasan Paramitra

Page 8: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 8

Penyebaran dan dampak pandemi global COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya

telah mengubah berbagai aspek kehidupan di Indonesia, terutama cara kita bekerja dan

berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi negara. Luwu Utara, sebuah kabupaten yang

terletak 532 kilometer dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, juga tak luput dari pergolakan

yang disebabkan oleh pandemi. Terlepas dari kenyataan bahwa lokasi kabupaten Luwu Utara

cukup menantang karena banyaknya penduduk yang tinggal di daerah pegunungan terpencil,

Mitra Utama MADANI Wallacea, telah memulai beberapa kegiatan untuk membantu

masyarakat setempat menghadapi COVID-19. Selain itu, Wallacea secara resmi telah ditunjuk

oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Luwu Utara untuk bergabung

dengan Gugus Tugas COVID-19 untuk mengoordinasikan aksi tanggap darurat COVID-19.

Organisasi tersebut sejauh ini telah mendistribusikan 3.800 masker dan hand sanitizer kepada

masyarakat setempat, mengadakan lokakarya tentang cara membuat hand sanitizer yang aman,

dan secara aktif meningkatkan kesadaran publik dengan memberikan informasi yang akurat

tentang COVID-19 kepada penduduk setempat. Wallacea juga mengajak masyarakat untuk

mengikuti rapid test gratis yang disediakan oleh pemerintah daerah, terutama bagi mereka yang

bekerja di pasar tradisional.

Wallacea Bekerja Sama dengan Pemerintah Daerah Luwu

Utara untuk Mendukung Penanggulangan COVID-19

©USAID MADANI/Dokumentasi Wallacea ©USAID MADANI/Dokumentasi Wallacea

Page 9: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Berhadapan dengan Bencana di Tengah Pandemi: Sebuah

Cerita dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 9

“Jalanan tertutup lumpur dan pasir. Saya melihat begitu

banyak orang berlarian menyelamatkan diri. Semua

rumah terkubur lumpur. Sulit mencari celah karena

jalan menuju Kantor Bupati atau bangunan perkantoran

lain terhalang lumpur,” ujar Pak Sahaka, Koordinator

Lapangan MADANI di Kabupaten Luwu Utara.

Pagi hari, 13 Juli 2020, Pak Sahaka sedang dalam

perjalanan menuju Masamba, ibu kota Luwu Utara di

ujung utara Provinsi Sulawesi Selatan. Hujan deras pada

malam sebelumnya menyebabkan sungai Masamba,

Rongkong, dan Mely meluap, mengakibatkan banjir

bandang yang menewaskan sedikitnya 38 orang,

melukai ratusan orang lainnya, dan mengubur rumah

serta fasilitas umum dalam timbunan lumpur. Tanah longsor juga memblokir akses ke kota Masamba dan beberapa desa setempat.

Hari itu Pak Sahaka dalam perjalanan menemui Mitra Utama MADANI Wallacea di Luwu Utara

untuk memfasilitasi kegiatan penilaian awal kapasitas organisasi. Kegiatan ini merupakan langkah

pertama dalam rencana pengembangan kapasitas untuk memperkuat kemampuan Wallacea dalam

mencapai misi mereka dan pembangunan komunitas lokal dalam aktivitas mereka dengan lebih

efektif. Pak Sahaka yang telah bekerja lebih dari 10 tahun mengenai pemerintahan lokal di Luwu

Utara, saat berhasil menghubungi anggota Wallacea, beliau dan organisasi tersebut memutuskan

untuk bekerja sama membantu masyarakat setempat. “Tidak ada sinyal, tidak ada listrik, dan tidak

ada air bersih. Kondisinya kacau sekali dan kami perlu mengevakuasi begitu banyak orang ke tempat

yang lebih aman. Ada yang masih di pegunungan,” cerita Pak Sahaka. Situasi tersebut cukup

menantang karena bencana ini terjadi di tengah pandemi COVID-19. Protokol social distancing sulit

dilakukan dengan jarak yang tepat karena banyaknya jumlah orang yang perlu dievakuasi, para

korban bencana kurang memiliki alat pelindung diri seperti masker, dan sulit menjangkau fasilitas

medis yang mendukung. Bahkan pemerintah daerah harus menempatkan korban di tenda atau di

dalam gedung-gedung pemerintah daerah, ditambah adanya kekhawatiran tentang akses ke fasilitas

sanitasi, kebutuhan untuk memastikan kebersihan yang baik, dan penyebaran COVID-19.

Dengan sumber daya yang terbatas, Pak Sahaka, Wallacea, dan OMS lokal lainnya telah bekerja

sama untuk membangun unit tanggap darurat bencana, mengidentifikasi jumlah rumah dan

peternakan yang terkena dampak banjir, memantau kondisi sungai, menyediakan makanan dan obat-

obatan untuk penduduk setempat, dan merancang sebuah sistem pelaporan komunitas. Pekerjaan

ini masih berlangsung dua minggu kemudian. Wallacea dan Pak Sahaka juga aktif bekerja sama

dengan pemerintah daerah, terutama dengan Bupati Luwu Utara, Ibu Indah Putri Indriani dalam

mengantisipasi dampak bencana dan membantu masyarakat dan memastikan kegiatan tanggap

bencana dilakukan sesuai dengan protokol COVID-19. Menangani bencana alam pada saat pandemi

memang menantang, tetapi Luwu Utara membuktikan bahwa kolaborasi antara masyarakat sipil dan

pemerintah dapat membantu proses pemulihan bagi masyarakat yang terdampak.

Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani menerima donasi dari staf MADANI

@USAID/Dokumentasi Sahaka

Page 10: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 10

AtmaGo dan MADANI Menyelenggarakan Webinar tentang

Tanggapan Masyarakat Sipil terhadap COVID-19

MADANI dan platform komunikasi digital AtmaGo mengadakan webinar pada 12 Agustus

2020 bertajuk “Peran Masyarakat Sipil dalam Merespon COVID-19” yang diikuti lebih dari 90

peserta. Acara ini didukung oleh USAID melalui kemitraan antara MADANI Civil Society Support

Initiative dan Atma Connect yang mengelola platform AtmaGo online untuk komunikasi dan

muatannya yang berpusat pada komunitas, dan forum untuk berbagi informasi tentang COVID-

19 di Indonesia.

Selama lima bulan terakhir, AtmaGo telah menjalankan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas

dengan dukungan dari USAID mengenai literasi digital dan jurnalisme warga untuk memperkuat

suara masyarakat terkait COVID-19 di lebih dari 110 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Webinar ini diselenggarakan untuk mengumumkan dan berbagi cerita tentang pemenang

kontes menulis AtmaGo untuk “Kisah Komunitas Melawan COVID-19”. Kontes tersebut

mendorong komunitas yang dijangkau oleh platform AtmaGo untuk berbagi pengalaman atau

praktik-praktik baik mereka merespon COVID-19 dan diikuti lebih dari 160 peserta, dengan

lima orang pemenang sebagai berikut:

• Sri Sulistiyani, “PASAR KITA, Mengukir Kisah Sukses Para Perempuan di masa Pandemi

COVID-19” (Silakan membaca kisah lengkapnya di halaman sebelumnya)

• Yudi Wijanarko, “Kisah Para Pengubur Jenazah Positif COVID-19”

• Ayu Prawitasari, “Aksi Wanita Tani Mandiri Menghadapi Pandemi”

• Fafa Siregar, “Dana Desa Fasilitasi Belajar Daring Menuju Desa Cerdas”

• Nensi Indri, “Biaya Kuota Mahal, Warga Sediakan Wifi Gratis untuk Para Pelajar”

Page 11: Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19

Page 11

Selama webinar, juara pertama dan juara kedua kontes ini mempresentasikan cerita mereka dan

alasan mengapa mereka ingin membagikannya di aplikasi AtmaGo. Ibu Sulis yang merupakan

pemenang pertama percaya bahwa berbagi praktik yang baik akan membantu komunitas untuk

melihat bahwa mereka memiliki banyak kesempatan untuk berbuat baik, dan dalam hal ini,

menulis tentang hal tersebut di AtmaGo tidak dikenakan biaya dan bebas dari iklan. Ibu Sulis

adalah seorang aktivis perempuan yang rendah hati dan direktur eksekutif Gerakan Peduli

Perempuan Jember, salah satu Mitra Utama MADANI di Jember, Jawa Timur.

Juara kedua diraih oleh Yudi Wijanarko dari Boyolali (Jawa Tengah) yang juga merupakan

Koordinator Lapangan MADANI di Boyolali. Yudi melaporkan dengan baik kisah tentang para

relawan penggali kuburan untuk korban COVID-19 di Boyolali. Kisah dan kontribusi mereka

hampir tidak terekspos, meskipun pantas mendapatkan banyak penghormatan dari publik karena

meskipun mereka mengetahui bahwa pekerjaan mereka itu berisiko tinggi, mereka melakukannya

secara sukarela. Ketika pemerintah daerah ingin memberikan tunjangan, mereka justru meminta

tunjangan tersebut disumbangkan kepada anak yatim piatu, karena mereka juga merupakan bagian dari Paguyuban Anak Yatim (PAYB) di Boyolali. Kisah tersebut menyoroti bagaimana

keyakinan pada kemanusiaan dapat kembali terbangun melalui kisah-kisah individu yang inspiratif.

Kepala Seksi Luar Negeri Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ibu Bungsu Non Itah (Ibu

Noni) menegaskan bahwa kemitraan multi-sektor seperti yang dibahas oleh peserta kontes ini

sangat penting dalam menyikapi COVID-19. “Lomba menulis ini menunjukkan kerjasama yang

kuat dari berbagai pihak untuk kebaikan Indonesia dalam menyikapi COVID-19. Saya sangat

senang dengan kolaborasi antara USAID-MADANI dan AtmaGo. Rugi kalau kita tidak bisa lebih

baik dari kemarin, dan beruntungnya kita karena bisa melanjutkan kerjasama ini untuk masa

depan,” ujar Ibu Noni.

Webinar ini diadakan tidak hanya untuk merayakan para pemenang kontes menulis tetapi juga

merayakan kisah-kisah inspiratif dari semua peserta kontes. MADANI dan AtmaGo akan terus

mendorong komunitas untuk menulis tentang peran mereka dalam menanggapi COVID-19

melalui platform AtmaGo dan untuk terus berbagi tentang tantangan, praktik-praktik terbaik,

dan cerita-cerita yang inspiratif.

DISCLAIMER

This newsletter is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of FHI 360 and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.