Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19
Transcript of Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19
COVID-19 merupakan salah satu tantangan terbesar yang
dihadapi oleh seluruh negara dalam beberapa dekade dan
telah mengubah cara hidup dan bagaimana kita memandang
dunia. Interaksi sosial dan mata pencaharian kita sehari-hari
menjadi berbeda. Pandemi global telah memaksa kita semua
untuk beradaptasi demi bertahan hidup. Pandemi COVID-19 lebih dari krisis kesehatan global yang telah menewaskan
ratusan ribu orang; ini merupakan krisis kemanusiaan,
ekonomi, dan sosial yang menyebabkan resesi,
meningkatnya tingkat pengangguran, serta gelombang
disinformasi dan ketidakpastian.
Bekerja di 32 kabupaten di enam provinsi di Indonesia,
program MADANI yang didanai oleh USAID bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas, legitimasi, dan keberlanjutan
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di tingkat kabupaten/
kota. Selama pandemi COVID-19, OMS yang menjadi
Mitra Utama MADANI turut berperan dalam merespon
krisis, terutama dalam dalam mendukung komunitas
mereka. Inisiatif mereka terdiri dari berbagai kegiatan
seperti penggalangan dana dan memberikan dukungan sosial
untuk membantu mereka yang terdampak COVID-19,
menyediakan alat pelindung diri bagi anggota komunitas,
memberdayakan perempuan dan kelompok rentan lainnya
untuk memobilisasi, berkampanye tentang upaya
pencegahan COVID-19, dan memerangi informasi palsu
terkait COVID-19. Semua upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal
atau dilupakan dalam penanganan COVID-19. Selama bertahun-tahun, OMS telah mendukung
jutaan rakyat Indonesia untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan,
pendidikan, ekonomi, penanganan bencana, kekerasan, dan ketidaksetaraan, termasuk mendukung
Pemerintah Indonesia dalam mengatasi tantangan pembangunan. Hasil yang dicapai oleh mitra
OMS MADANI yang disajikan dalam newsletter ini, sekali lagi membuktikan bahwa masyarakat
sipil dan mobilisasi komunitas sangat penting dalam membangun kembali dan pemulihan paska
pandemi.
Mitra Utama MADANI Merespon
COVID-19
Masyarakat Sipil di Tengah Pandemi COVID-19
MADANI EDISI COVID-19, VOLUME 1
Mendidik Masyarakat Lokal dengan Media Sosial: Wong Solo Tukar Info COVID-19
2
Memerangi COVID-19 Melalui Tata Kelola Pemerintahan: Sebuah Cerita dari Sukabumi, Jawa Barat
3
Pasar Kita Mengubah Kehidupan Perempuan di Era COVID-19
4
Mendukung Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Sanggar Hijau dan 77 Lembaga Lingkungan Hidup Lainnya Membantu
Para Tukang Sampah dan Pemulung Saat Masa Darurat COVID-19
5
SAPA Institute Mendukung Perempuan di Kabupaten Bandung dalam Menghadapi Pandemi COVID-
6
Yayasan Paramitra Memastikan Tidak
Ada Kelompok Yang Terlupakan Saat
Pandemi COVID-19
7
Wallacea Bekerja Sama dengan Pemerintah Daerah Luwu Utara untuk Mendukung Penanggulangan
COVID-19
8
Berhadapan dengan Bencana di Tengah Pandemi: Sebuah Cerita dari
Luwu Utara, Sulawesi Selatan
9
AtmaGo dan MADANI Menyelenggarakan Webinar tentang Tanggapan Masyarakat Sipil terhadap
COVID-19
10
DAFTAR IS I
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 2
Mendidik Masyarakat Lokal dengan Media Sosial: Wong
Solo Tukar Info COVID-19
Konsorsium Pengawasan dan Pemberdayaan
Lembaga Publik (KOMPIP), di Kota Surakarta
(Yang juga dikenal dengan Solo), Jawa Ten-
gah, terlibat aktif dalam merespon COVID-
19. Usai membagikan masker kepada
masyarakat yang bekerja di pasar tradisional,
KOMPIP yang juga merupakan Mitra Utama
MADANI berinisiatif membuat grup
Facebook dengan nama “Wong Solo Tukar
Info COVID-19” (Masyarakat di Solo
Bertukar Informasi COVID-19). Kegiatan
grup Facebook ini diselenggarakan sebagai
jawaban atas minimnya pengetahuan dan
informasi seputar COVID-19 di Surakarta.
Kurangnya pengetahuan dan informasi
tentang COVID-19 dapat menimbulkan
tingkah laku dan tindakan kontra-produktif
yang membahayakan masyarakat selama
pandemi. Langkah kecil ini diharapkan dapat membantu banyak pihak untuk saling bertukar
informasi dan belajar.
Tiga bulan setelah grup diluncurkan, para anggota sudah mulai mendapatkan manfaatnya. Pada 6
Agustus 2020, Mas Aris, salah satu anggota grup Facebook Wong Solo, mengunggah sebuah
tulisan yang menyatakan bahwa ia diberhentikan
dari pekerjaannya karena krisis COVID-19 dan
mencari bantuan agar putranya dapat terus
melanjutkan studi di universitas. Keesokan
harinya, Universitas Slamet Riyadi (UNISRI)
mengulurkan tangan kepada Mas Aris untuk
membicarakan tentang peluang pendanaan bagi
studi sang buah hati. Dua hari kemudian, pada 8
Agustus, KOMPIP menerima pesan teks
WhatsApp yang menghangatkan hati dari Mas
Aris yang mengabarkan putranya dapat melanjutkan studinya di UNISRI.
“Alhamdulillah, setelah bertemu dengan pengurus Yayasan UNISRI… saya jelaskan bagaimana
kondisi saya, dan akhirnya yayasan UNISRI memberikan beasiswa 100% untuk anak saya (tanpa
biaya pendaftaran dll),” tulis Mas Aris.
’Dengan grup ini, saya tahu bagaimana rasanya
kalau kita melakukan swab test. Rasanya tidak
nyaman untuk membayangkan sebuah cottonbud
ditusukkan di dalam hidung saya. Dengan
pengetahuan ini, saya memilih untuk berhati-hati dan
mengambil langkah-langkah pencegahan termasuk
mematuhi protokol kesehatan, memakai masker
untuk melindungi diri dan orang lain ketika di
keramaian.’’ Tina Dewi, penggiat KOMPIP.
Memerangi COVID-19 Melalui Tata Kelola Pemerintahan:
Sebuah Cerita dari Sukabumi, Jawa Barat
Page 3
Di negara yang demokratis, terdapat tiga pilar utama untuk mendukung pembangunan
manusia dan sosial: pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Ketiga pilar tersebut
bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai tantangan dalam pembangunan, salah satunya
dalam memerangi pandemi COVID-19. Seperti yang terjadi di banyak daerah pedesaan
lainnya, ketika dilanda COVID-19, masyarakat lokal di Sukabumi (Jawa Barat) menghadapi
tantangan kesehatan dan ekonomi. Setelah mencermati apa saja yang dibutuhkan oleh
masyarakat setempat selama pandemi, Yayasan Sabadesa yang merupakan Mitra Utama
MADANI di Sukabumi, berinisiatif untuk
bekerja sama dengan perusahaan swasta dan
pemerintah desa untuk membantu masyarakat
dalam mengatasi dampak COVID-19. Sabadesa
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
Sukabumi, Bank BJB, dan perusahaan energi PT.
Hulu Migas Jawa Barat untuk merespon dan
mencegah COVID-19. Mereka mendistribusikan
1.000 paket bantuan kepada keluarga yang
terdampak COVID-19 di Sukabumi, terutama
bagi mereka yang teridentifikasi belum
mendapat dukungan dari pemerintah. Yayasan
Sabadesa juga berhasil mengadvokasi revisi
alokasi dana desa (APBDes) terkait program
Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2020, untuk memastikan BLT disalurkan berdasarkan kriteria
yang telah disepakati bersama melalui Musyawarah Desa.
Sabadesa mendistribusikan paket bantuan di Sukabumi
©USAID MADANI/ Dokumentasi Sabadesa
Sabadesa berkolaborasi dengan Program CSR MUJ
USAID MADANI/ Dokumentasi Sabadesa
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 4
Pasar Kita Mengubah Kehidupan Perempuan di Era
COVID-19
“Ketika Anda memberdayakan perempuan, Anda memberdayakan masyarakat,” ujar Sri
Sulistiyani, Direktur Eksekutif Gerakan Peduli Perempuan Jember. Berangkat dari keyakinan
tersebut, GPP Jember (Mitra Utama MADANI di Jember) mendirikan Pasar Kita (“Our
Market”) pada tahun 2016 sebagai komunitas pasar mandiri yang bertujuan untuk memperbaiki
kondisi ekonomi perempuan dan meningkatkan tingkat kepercayaan diri perempuan untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Gerakan Pasar Kita diprakarsai karena
banyaknya korban KDRT yang terpaksa memilih bungkam karena secara finansial bergantung
pada pelaku kekerasan. Pada awalnya, Pasar Kita bermula dari sebuah grup WhatsApp yang
memfasilitasi anggotanya untuk melakukan transaksi bisnis satu sama lain. Namun, kini
jaringannya berkembang dan saat ini Pasar Kita memiliki 2.000 anggota dari Jember serta 32
grup WhatsApp: 31 grup untuk setiap kecamatan dan satu grup untuk para grosir di seluruh
kabupaten Jember. Inisiatif ini memainkan peran penting selama pandemi COVID-19 karena
aktivitas ekonomi melambat secara signifikan. Meski semua pasar dan toko tradisional tutup,
Pasar Kita masih bisa secara efektif mendukung anggotanya untuk membeli kebutuhan
sehari-hari dengan harga yang wajar dan juga menjual produknya.
©USAID MADANI/ Dokumentasi GPP Jember
©USAID MADANI/ Dokumentasi GPP Jember
Page 5
Mendukung Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Sanggar Hijau dan 77
Lembaga Lingkungan Hidup Lainnya Membantu Para Tukang
Sampah dan Pemulung Saat Masa Darurat COVID-19
Selama pandemi COVID-19, seluruh mata tertuju
pada para pahlawan yang bekerja di rumah sakit
yaitu dokter dan perawat. Namun terkadang kita
lupa bahwa ada orang-orang yang tak tampak yang
juga berperan penting dalam pandemi seperti ini.
Salah satunya mereka yang bekerja sebagai tukang
sampah dan pemulung dengan pekerjaan mereka
yang sama sekali tidak menarik dan kotor. Di
Indonesia, terdapat lebih dari 300.000 orang yang
bekerja sebagai pemulung dan diperkirakan terdapat
2,4 juta keluarga tukang sampah. Para pekerja ini
tidak dapat bekerja dari rumah dan tidak ada jaminan
bahwa mereka sepenuhnya terlindungi dari berbagai
virus. Mempertimbangkan hal tersebut, Mitra Utama
MADANI di Jombang yaitu Yayasan Sanggar Hijau dan 77 organisasi lingkungan hidup lainnya di Jawa Timur bekerja sama untuk
menyelenggarakan penggalangan dana bagi tukang sampah dan pemulung lokal. Bekerja sama
dengan Greenation Foundation dan Waste4Change, mereka telah mengumpulkan 150 juta
rupiah (US$10.000) untuk penyediaan alat pelindung diri dan bahan makanan bagi 761 tukang
sampah dan pemulung. Di Jombang, berkat kerja keras para pekerja seperti tukang sampah
dan pemulung yang terkadang luput dari perhatian, dan mereka termasuk ke dalam
kelompok yang rentan terpapar COVID-19, penyediaan peralatan perlindungan diri ini sangat
membantu untuk memastikan mereka dapat bekerja dengan aman dan mengakui pentingnya
kerja-kerja mereka bagi masyarakat.
Sanggar Hijau mendistribusikan paket bantuan
©USAID MADANI/ Dokumentasi Sanggar Hijau
Sri Sulistiyani menyampaikan salah satu contoh dampak positif dari Pasar Kita sebagai berikut:
“Suatu sore, seorang ibu datang ke rumah saya. Dia berbicara tentang kondisi keluarganya
selama pandemi dan menangis. Dia mengatakan bahwa suaminya menyewa tanah untuk
menanam cabai. Mereka berharap agar bisa mendapat untung saat perayaan Idul Fitri di bulan
Mei ketika harga cabai biasanya tinggi. Tapi, kemudian terjadi pandemi. Mereka memiliki hasil
panen yang bagus dan melimpah, tetapi mereka tidak dapat menjualnya ke pasar. Tengkulak
membeli banyak cabai dengan harga yang sangat murah dan bahkan belum membayar.
Harganya sangat murah. Dia menangis, tidak tahu bagaimana menemukan solusinya. Setelah
mendengar tentang Pasar Kita dari tetangganya di bulan Mei lalu, ia berhasil menjual 84
kilogram cabai hanya dalam tiga hari. Sepuluh hari setelah bergabung dengan Pasar Kita, ibu itu
datang lagi ke rumah saya. Kali ini Ia menangis bahagia, karena berhasil menjual 340 kilogram
cabai hanya dalam waktu sepuluh hari dengan harga yang bagus setelah bergabung dengan
Pasar Kita. Ia dan suaminya berjanji akan mendukung petani lain untuk menjual produknya di
Pasar Kita, terutama untuk para perempuan.”
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 6
SAPA Institute Mendukung Perempuan di Kabupaten
Bandung dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah memicu berbagai
perubahan besar pada kondisi
perekonomian, termasuk meningkatnya
angka pengangguran dan runtuhnya berbagai
macam kegiatan bisnis. Sektor utama yang
terkena pandemi di Indonesia adalah
perdagangan, manufaktur, pariwisata dan
sektor informal, baik di perkotaan maupun
pedesaan. Isu yang sama juga menjadi
tantangan ekonomi bagi perempuan di
Indonesia yang merupakan bagian terbesar
dari angkatan kerja. Ketika Pembatasan
Sosial Skala Besar (PSBB) diberlakukan pada Maret 2020 karena COVID-19, banyak
perempuan kehilangan pekerjaan atau harus
menutup warung makan mereka. Beberapa
dari mereka adalah para ibu, beberapa dari
mereka adalah orang tua tunggal yang harus
menghidupi keluarganya sendiri. Selain
masalah ekonomi, masalah lain juga
memerlukan perhatian khusus yaitu
meningkatnya kekerasan terhadap
perempuan selama pandemi karena para
suami pelaku kekerasan yang kehilangan
pekerjaan harus tetap tinggal di rumah.
SAPA Institute mendistribusikan paket bantuan di Kabupaten Bandung
©USAID MADANI/Dokumentasi SAPA Institute
Salah satu Mitra Utama MADANI, yaitu Yayasan
Paramitra di Malang (Jawa Timur) tidak hanya
aktif menangani masalah pekerja anak, tetapi juga
menangani masalah sosial ekonomi lainnya
seperti pemberdayaan keluarga miskin,
penyelenggaraan program pendidikan informal,
pemberian kredit untuk masyarakat pedesaan,
pendampingan masyarakat pertanian, dan
sebagainya. Organisasi ini secara konsisten
mendukung kelompok-kelompok marjinal di
Jawa Timur selama bertahun-tahun. Sejak
pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, Paramitra telah melakukan sejumlah
tindakan untuk merespon keadaan darurat tersebut. Pertama, mereka membantu kelompok
marjinal dengan memberikan 100 paket bantuan pangan kepada kelompok pendukung para
penyandang disabilitas. Paramitra juga aktif mendorong kelompok penyandang disabilitas untuk mengesampingkan perbedaan dan bersatu melalui forum bersama di tingkat kabupaten. Bahkan,
Paramitra telah menginisiasi penggalangan dana serta kegiatan advokasi untuk mendukung para
penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya di Kabupaten Tuban dan Probolinggo
melalui Komite Mata Daerah. Selain mendukung para penyandang disabilitas, Paramitra juga
memberikan perhatian khusus kepada pekerja seks dan kelompok lanjut usia dengan kegiatan
edukasi tentang strategi pencegahan COVID-19 di Kota Malang, Tuban dan Probolinggo.
Terakhir, mereka telah mendistribusikan peralatan pencegahan penularan COVID-19 di Malang,
seperti hand sanitizer, masker, dan fasilitas cuci tangan. Kegiatan yang dilakukan oleh Paramitra
hanyalah salah satu contoh inspiratif tentang bagaimana organisasi masyarakat sipil dapat
memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang terlupakan dalam menangani dampak pandemi
COVID-19.
Page 7
Yayasan Paramitra Memastikan Tidak Ada Kelompok Yang
Terlupakan Saat Pandemi COVID-19
©USAID MADANI/Dokumentasi Yayasan Paramitra ©USAID MADANI/Dokuementasi Yayasan Paramitra
©USAID MADANI/Dokumentasi Yayasan Paramitra
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 8
Penyebaran dan dampak pandemi global COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya
telah mengubah berbagai aspek kehidupan di Indonesia, terutama cara kita bekerja dan
berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi negara. Luwu Utara, sebuah kabupaten yang
terletak 532 kilometer dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, juga tak luput dari pergolakan
yang disebabkan oleh pandemi. Terlepas dari kenyataan bahwa lokasi kabupaten Luwu Utara
cukup menantang karena banyaknya penduduk yang tinggal di daerah pegunungan terpencil,
Mitra Utama MADANI Wallacea, telah memulai beberapa kegiatan untuk membantu
masyarakat setempat menghadapi COVID-19. Selain itu, Wallacea secara resmi telah ditunjuk
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di Luwu Utara untuk bergabung
dengan Gugus Tugas COVID-19 untuk mengoordinasikan aksi tanggap darurat COVID-19.
Organisasi tersebut sejauh ini telah mendistribusikan 3.800 masker dan hand sanitizer kepada
masyarakat setempat, mengadakan lokakarya tentang cara membuat hand sanitizer yang aman,
dan secara aktif meningkatkan kesadaran publik dengan memberikan informasi yang akurat
tentang COVID-19 kepada penduduk setempat. Wallacea juga mengajak masyarakat untuk
mengikuti rapid test gratis yang disediakan oleh pemerintah daerah, terutama bagi mereka yang
bekerja di pasar tradisional.
Wallacea Bekerja Sama dengan Pemerintah Daerah Luwu
Utara untuk Mendukung Penanggulangan COVID-19
©USAID MADANI/Dokumentasi Wallacea ©USAID MADANI/Dokumentasi Wallacea
Berhadapan dengan Bencana di Tengah Pandemi: Sebuah
Cerita dari Luwu Utara, Sulawesi Selatan
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 9
“Jalanan tertutup lumpur dan pasir. Saya melihat begitu
banyak orang berlarian menyelamatkan diri. Semua
rumah terkubur lumpur. Sulit mencari celah karena
jalan menuju Kantor Bupati atau bangunan perkantoran
lain terhalang lumpur,” ujar Pak Sahaka, Koordinator
Lapangan MADANI di Kabupaten Luwu Utara.
Pagi hari, 13 Juli 2020, Pak Sahaka sedang dalam
perjalanan menuju Masamba, ibu kota Luwu Utara di
ujung utara Provinsi Sulawesi Selatan. Hujan deras pada
malam sebelumnya menyebabkan sungai Masamba,
Rongkong, dan Mely meluap, mengakibatkan banjir
bandang yang menewaskan sedikitnya 38 orang,
melukai ratusan orang lainnya, dan mengubur rumah
serta fasilitas umum dalam timbunan lumpur. Tanah longsor juga memblokir akses ke kota Masamba dan beberapa desa setempat.
Hari itu Pak Sahaka dalam perjalanan menemui Mitra Utama MADANI Wallacea di Luwu Utara
untuk memfasilitasi kegiatan penilaian awal kapasitas organisasi. Kegiatan ini merupakan langkah
pertama dalam rencana pengembangan kapasitas untuk memperkuat kemampuan Wallacea dalam
mencapai misi mereka dan pembangunan komunitas lokal dalam aktivitas mereka dengan lebih
efektif. Pak Sahaka yang telah bekerja lebih dari 10 tahun mengenai pemerintahan lokal di Luwu
Utara, saat berhasil menghubungi anggota Wallacea, beliau dan organisasi tersebut memutuskan
untuk bekerja sama membantu masyarakat setempat. “Tidak ada sinyal, tidak ada listrik, dan tidak
ada air bersih. Kondisinya kacau sekali dan kami perlu mengevakuasi begitu banyak orang ke tempat
yang lebih aman. Ada yang masih di pegunungan,” cerita Pak Sahaka. Situasi tersebut cukup
menantang karena bencana ini terjadi di tengah pandemi COVID-19. Protokol social distancing sulit
dilakukan dengan jarak yang tepat karena banyaknya jumlah orang yang perlu dievakuasi, para
korban bencana kurang memiliki alat pelindung diri seperti masker, dan sulit menjangkau fasilitas
medis yang mendukung. Bahkan pemerintah daerah harus menempatkan korban di tenda atau di
dalam gedung-gedung pemerintah daerah, ditambah adanya kekhawatiran tentang akses ke fasilitas
sanitasi, kebutuhan untuk memastikan kebersihan yang baik, dan penyebaran COVID-19.
Dengan sumber daya yang terbatas, Pak Sahaka, Wallacea, dan OMS lokal lainnya telah bekerja
sama untuk membangun unit tanggap darurat bencana, mengidentifikasi jumlah rumah dan
peternakan yang terkena dampak banjir, memantau kondisi sungai, menyediakan makanan dan obat-
obatan untuk penduduk setempat, dan merancang sebuah sistem pelaporan komunitas. Pekerjaan
ini masih berlangsung dua minggu kemudian. Wallacea dan Pak Sahaka juga aktif bekerja sama
dengan pemerintah daerah, terutama dengan Bupati Luwu Utara, Ibu Indah Putri Indriani dalam
mengantisipasi dampak bencana dan membantu masyarakat dan memastikan kegiatan tanggap
bencana dilakukan sesuai dengan protokol COVID-19. Menangani bencana alam pada saat pandemi
memang menantang, tetapi Luwu Utara membuktikan bahwa kolaborasi antara masyarakat sipil dan
pemerintah dapat membantu proses pemulihan bagi masyarakat yang terdampak.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani menerima donasi dari staf MADANI
@USAID/Dokumentasi Sahaka
MADANI EDISI COVID -19, Volume 1 Page 10
AtmaGo dan MADANI Menyelenggarakan Webinar tentang
Tanggapan Masyarakat Sipil terhadap COVID-19
MADANI dan platform komunikasi digital AtmaGo mengadakan webinar pada 12 Agustus
2020 bertajuk “Peran Masyarakat Sipil dalam Merespon COVID-19” yang diikuti lebih dari 90
peserta. Acara ini didukung oleh USAID melalui kemitraan antara MADANI Civil Society Support
Initiative dan Atma Connect yang mengelola platform AtmaGo online untuk komunikasi dan
muatannya yang berpusat pada komunitas, dan forum untuk berbagi informasi tentang COVID-
19 di Indonesia.
Selama lima bulan terakhir, AtmaGo telah menjalankan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas
dengan dukungan dari USAID mengenai literasi digital dan jurnalisme warga untuk memperkuat
suara masyarakat terkait COVID-19 di lebih dari 110 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Webinar ini diselenggarakan untuk mengumumkan dan berbagi cerita tentang pemenang
kontes menulis AtmaGo untuk “Kisah Komunitas Melawan COVID-19”. Kontes tersebut
mendorong komunitas yang dijangkau oleh platform AtmaGo untuk berbagi pengalaman atau
praktik-praktik baik mereka merespon COVID-19 dan diikuti lebih dari 160 peserta, dengan
lima orang pemenang sebagai berikut:
• Sri Sulistiyani, “PASAR KITA, Mengukir Kisah Sukses Para Perempuan di masa Pandemi
COVID-19” (Silakan membaca kisah lengkapnya di halaman sebelumnya)
• Yudi Wijanarko, “Kisah Para Pengubur Jenazah Positif COVID-19”
• Ayu Prawitasari, “Aksi Wanita Tani Mandiri Menghadapi Pandemi”
• Fafa Siregar, “Dana Desa Fasilitasi Belajar Daring Menuju Desa Cerdas”
• Nensi Indri, “Biaya Kuota Mahal, Warga Sediakan Wifi Gratis untuk Para Pelajar”
Page 11
Selama webinar, juara pertama dan juara kedua kontes ini mempresentasikan cerita mereka dan
alasan mengapa mereka ingin membagikannya di aplikasi AtmaGo. Ibu Sulis yang merupakan
pemenang pertama percaya bahwa berbagi praktik yang baik akan membantu komunitas untuk
melihat bahwa mereka memiliki banyak kesempatan untuk berbuat baik, dan dalam hal ini,
menulis tentang hal tersebut di AtmaGo tidak dikenakan biaya dan bebas dari iklan. Ibu Sulis
adalah seorang aktivis perempuan yang rendah hati dan direktur eksekutif Gerakan Peduli
Perempuan Jember, salah satu Mitra Utama MADANI di Jember, Jawa Timur.
Juara kedua diraih oleh Yudi Wijanarko dari Boyolali (Jawa Tengah) yang juga merupakan
Koordinator Lapangan MADANI di Boyolali. Yudi melaporkan dengan baik kisah tentang para
relawan penggali kuburan untuk korban COVID-19 di Boyolali. Kisah dan kontribusi mereka
hampir tidak terekspos, meskipun pantas mendapatkan banyak penghormatan dari publik karena
meskipun mereka mengetahui bahwa pekerjaan mereka itu berisiko tinggi, mereka melakukannya
secara sukarela. Ketika pemerintah daerah ingin memberikan tunjangan, mereka justru meminta
tunjangan tersebut disumbangkan kepada anak yatim piatu, karena mereka juga merupakan bagian dari Paguyuban Anak Yatim (PAYB) di Boyolali. Kisah tersebut menyoroti bagaimana
keyakinan pada kemanusiaan dapat kembali terbangun melalui kisah-kisah individu yang inspiratif.
Kepala Seksi Luar Negeri Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ibu Bungsu Non Itah (Ibu
Noni) menegaskan bahwa kemitraan multi-sektor seperti yang dibahas oleh peserta kontes ini
sangat penting dalam menyikapi COVID-19. “Lomba menulis ini menunjukkan kerjasama yang
kuat dari berbagai pihak untuk kebaikan Indonesia dalam menyikapi COVID-19. Saya sangat
senang dengan kolaborasi antara USAID-MADANI dan AtmaGo. Rugi kalau kita tidak bisa lebih
baik dari kemarin, dan beruntungnya kita karena bisa melanjutkan kerjasama ini untuk masa
depan,” ujar Ibu Noni.
Webinar ini diadakan tidak hanya untuk merayakan para pemenang kontes menulis tetapi juga
merayakan kisah-kisah inspiratif dari semua peserta kontes. MADANI dan AtmaGo akan terus
mendorong komunitas untuk menulis tentang peran mereka dalam menanggapi COVID-19
melalui platform AtmaGo dan untuk terus berbagi tentang tantangan, praktik-praktik terbaik,
dan cerita-cerita yang inspiratif.
DISCLAIMER
This newsletter is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of FHI 360 and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.