Post on 23-Dec-2015
description
Laporan Praktikum Acara 6
“EVAPO-TRANSPIRASI”
(disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Tumbuhan)
Oleh :
Kelompok 8
1. Indra Sahfriana 090210103009
2. M. Abdullah Kamal 090210103047
3. Siska Suryaning 090210103057
4. Rizkhi Eka 090210103067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi tidak hanya tersusun dari lautan dan dan daratan saja. Kita tahu
bahwa di daratan, tidak hanya hewan yang hidup namun juga tumbuhan.
Tumbuhan dalam hidupnya selalu melakukan trasnpirasi, yakni proses
kehilangan air dari dalam tubuh tumbuhan dalam bentuk upa air. Uap air ini
akan menuju atmosfer dan ikut andil dalam sikuls air di bumi.
Namun ternyata tidak hanya tumbuhan yang mengalami penguapan air,
tetapi juga tanah, air dalam tanah dapat bergerak ke atmosfer dalam bentuk
auap air dan ikut andil dalam siklus air. Kedua proses evaporasi tanah dan
transpirasi tumbuhan, dapat kita sebut dengan evapotranspirasi.
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana
air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air
tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor
removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau,
sungai lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi
adalah vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada
transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya
melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang
diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya
sebagian kecil yang dimanfaatkan tanaman. Dalam bahasan kali ini kami akan
mengulas dan membuktikan bahwa evapotranspirasi memang terjadi di alam
sekitar kita.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Evapotranspirasi?
1.2.2 Bagaimana proses evapotranspirasi dapat terjadi?
1.2.3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi evapotranspirasi?
1.2.4 Mengapa evapotranspirasi harus terjadi?
1.2.5 Apa peranan evapotranspirasi bagi tumbuhan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Evapotranspirasi
1.3.2 Untuk mengetahui proses evapotranspirasi dapat terjadi
1.3.3 Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
evapotranspirasi
1.3.4 Untuk mengetahui alasan evapotranspirasi harus terjadi
1.3.5 Untuk mengetahui peranan evapotranspirasi bagi tumbuhan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Air Tanaman
Air adalah bahan yang paling penting untuk kelangsungan kehidupan di
permukaan bumi. Secara ekologi maupun fisiologi air telah menentukan
penyebaran pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Murdiyarso,
1991).Doorenbos dan Pruitt (1976) mendefinisikan kebutuhan air tanaman
sebagai tinggi air yang dibutuhkan untuk mengimbangi kehilangan air melalui
evapotranspirasi tanaman sehat, tumbuh di lahan yang luas pada kondisi air tanah
dan kesuburan tanah tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi
potensial pada lingkungan pertumbuhannya. Sedangkan Sasrodarsono dan Takeda
(1978) menyatakan bahwa kebutuhan air disebut juga evapotranspirasi. Dengan
mengabaikan jumlah air yang digunakan dalam kegiatan metabolisme maka
evapotranspirasi dapat disamakan dengan kebutuhan air tanaman.
Kebutuhan tanaman terhadap air untuk setiap fase pertumbuhan akan
berbeda, baik dalam satu jenis tanaman atau antar jenis. Sehingga sensitivitas
terhadap cekaman air juga akan berbeda-beda bagi setiap fase. Kekeringan atau
cekaman air akan terjadi pada saat kebutuhan air salah satu fase tidak
tercukupi.Menurut penelitian de Bruyn dan de Jager (1978) dalam Turyanti
(1995), pada tanaman pangan secara umum fase yang paling sensitif terhadap
cekaman air adalah fase pembungaan sekitar 70-92 hari setelah tanam, sedangkan
khusus untuk tanaman jagung sekitar 70-81 hari setelah tanam. Pada tanaman
kacang-kacangan, fase yang peka terhadap cekaman air adalah pada fase
pengisian polong.
Penurunan kandungan air pada tanaman akibat cekaman air akan menyebabkan
hilangnya tekanan turgor, layu, terhentinya perbesaran sel, penutupan stomata dan
penurunan laju fotosintesis. Jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan
kematian bagi tanaman karena protoplasma tanaman akan hancur (Murdiyarso,
1991).
Namuco dan Ingram (1989) dalam Turyanti (1995) mengatakan bahwa stress
lingkungan, terutama air dan suhu, menyebabkan perubahan yang menggangu
kandungan air dalam biji dan menghasilkan penyusutan biji, pemudaran,
perusakan pematangan sehingga kualitas biji/bulir menurun. Penurunan hasil
produksi akan bergantung pada tingkat, lama dan intensitas stress air yang dialami
oleh tanaman dalam suatu periode pertumbuhannya. Periode kering yang disertai
oleh tidak adanya air efektif sehingga kedalaman tanah satu meter akan
menyebabkan penurunan hasil hingga nol.
De Datta (1971) dalam Zadry (1984) melaporkan bahwa untuk tanaman
padi keadaan air tanah yang optimum untuk mencapai produksi yang tinggi adalah
antara kapasitas menahan air maksimum dengan kapasitas lapang. Bila tegangan
air tanah kurang dari kapasitas lapang, maka produksi akan turun.
Ketersediaan Air Bagi Tanaman
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori di antara padatan tanah. Jika
tanah dalam keadaaan jenuh air, semua ruang pori akan terisi oleh air. Dalam
keadaan ini jumlah air yang disimpan dalam tanah merupakan jumlah air
maksimum disebut kapasitas penyimpanan air maksimum (Islami dan Utumo,
1995). Nilai kapasitas simpan ini tergantung pada jenis tanah dan zona perakaran.
Kadar air tersedia berbeda-beda untuk setiap tekstur tanah. Tanah yang bertekstur
pasir mempuanyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap atau
menahan air dan unsur hara. Sedangkan tanah yang bertekstur liat mempunyai
luas permukaan yang besar sehingga kemampuan tanah untuk menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi (Islami dan Utumo, 1995).
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus menerus diserap oleh
akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin mengering. Pada
suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga
tanaman menjadi layu (titik layu permanen).
Kandungan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut
total air tanah tersedia (TAW, Total Available Water). Titik kritis adalah batas
minimum air tersedia yang dipertahankan agar tidak habis mengering diserap
tanaman hingga mencapai titik layu permanen. Titik kritis ini berbeda untuk
berbagai jenis tanaman, tanah, iklim serta diperoleh berdasarkan penelitian di
lapangan (Benami dan Offen, 1984 dalam Yanwar , 2003).Kandungan air antara
kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily Available Water).
Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang tersedia dipengaruhi oleh
iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman
(Raes,1988)
Evapo-transpirasi adalah air yang hilang berupa uap air akibat terjadinya
peguapan oleh tanah dan penguapan melalui aktivitas tumbuhan tanah dan
penguapan melalui aktivitas tumbuhan (Transpirasi). Dalam ekonomi air evapo-
transpirasi ini memegang peranan yang cukup penting. Evaporasi dan transpirasi
merupakan suatu prosees kehilangan air dari tanah dan tanaman, tetapi keduanya
melalui jalur yang berbeda, namun demikian dapat dihitung sebagai suatu besaran.
Evaporasi dan transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam
ataupun dari lungkungan . Besarnya transpirasi yang berlangsung dalam satuan
waktu tertentu sulit dilakukan, karena mempunyai faktor yang tidak terukur.
Faktor itu misalnya Pada tanaman, faktor dalam yang mempengaruhi diantaranya
adalah banyak sedikitnya daun, banyak sedikitnya stomata, tersedianya air pada
tanah, luas daun tanaman, posisi letak daun, dan kegiatan fisiologis lainnya serta
kemampuan tanaman dalam proses Evaporasi. Sedangkan faktor luar diantaranya
suhu, cahaya, kelembapan, fluktuasi faktor cuaca dan tanah. Pada tanah faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya evapotranspirasi antara lain struktur tanah,
kandungan air dalam tanah, ada tidaknya tanaman yang menempati lahan, dan
lain-lain.
Umumnya air yang masuk ke dalam tanah dan tumbuhan akan hilang melalui
proses penguapan, dan hanya 2 % air yang diserap oleh akar akan dipakai
membentuk lebih banyak materi tumbuhan. Pada prinsipnya, air akan
meninggalkan tumbuhan melalui tiga cara, diantaranya melalui proses Transpirasi,
yaitu bagian yang paling mendiominasi dari penguapan air atau evaporasi. Dalam
daun air akan diuapkan dari dinding sel keruang antar sel. Dari sini didifusikan
keluar ke udara melalui lubang kecil di daun yang disebut stomata atau mulut
daun. Stomata – stomata ini akan terbuka pada siang hari dan menutup pada
malam hari. Fungsi utama stomata ini adalah untuk proses pertukaran gas antara
tumbuhan dan udara.
Jenis tumbuhan yang berbeda memerlukan jumlah air yang berbeda pula untuk
pertumbuhannya perbandingan antara produktivitas bersih dengan air yang di
transpirasikan merupakan efisiensi transpirasi dari tumbuhan. Biasanya
dinyatakan sebagai berat air yang ditranspirasikan dalam gram untuk
menghasilkan 1 gram berat organik kering. Misalnya efisiensi transpirasi dari
gandum adalah 507, kentang 408, dan tanaman di daerah kering adalah 250
(Pramudia, A.1989).
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut
evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup
banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat
faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit
daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi
tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor
dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan
proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak
jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan.
Evapotranspirasi adalah jumlah dari beberapa unsur seperti terlihat dalam
persamaan matematik dibawah ini.
ET = T + It + Es + Eo
Keterangan :
T : Transpirasi
It : Intersepsi total
Es : Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan lainnya
Eo : Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau dan waduk
Untuk tegakan hutan Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur
vegetasi diabaikan maka ET = Es.
Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanah mineral. Nilai Es
kecil dibawah tegakan hutan karena serasah dan tumbuhan menghalangi radiasi
matahari mencapai permukaan tanah mineral hutan dan mencegah gerakan udara
di atasnya. Es bertambah besar dengan makin berkurangnya tumbuhan dan jenis
penutup tanah lainnya.
Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar sesuai dengan yang
diperlukan tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang paling praktis, perhitungan
pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk memilih
jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh dengan baik di bawah kondisi curah
hujan yang tidak menentu. Perhitungan keperluan air irigasi untuk suatu tanaman
juga didasarkan pada besarnya evaportanspirasi vegetasi yang akan ditanam.
Faktor-faktor Penentu evapotranspirasi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya
evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi
potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh
faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi
tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap
evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut
pada PET.
Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari
dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan
meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin
bertambah besar.
Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosíntesis.
Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-
batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun)
dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap vegetasi
yang bersangkutan.
Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung berkaitan dengan
intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun demikian perlu dikemukakan
bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu daun dan bukan suhu
udara disekitar daun(Allen, G. R, L. S. Pereira, D. Raes dan M. Smith. 1998).
Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air
yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar
pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan dengan pengaruh
radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju ET adalah lebih kecil.
Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk
berlangsungnya ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi, demikian seterusnya
sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak bahwa pengaruh
fisiologi tanaman terhadap ET adalah dominan. Namur demikian proses terbuka
dan tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama waktu
penyinaran (suhu udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka
dan menutupnya stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu
memperpanjang lama waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang
menyebabkan proses ET terjadi terutama pada siang hari dan berkurang secara
drastis pada malam hari(Murdiyarso, Daniel. 1991).
Kelembaban tanah juga mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya
evapotranspirasi. Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan
sedang tidak kekurangan suplai air. Dengan kata lain evapotranspirasi potensial
berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar antara titik wilting point
dan field capacity.
Pengukuran Evapotranspirasi
1. Panci Evaporasi
Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan Panci
untuk mendapatkan angka indeks potensial evapotranspirasi. Cara perhitungan ini
memerlukan statu angka koefisien yang harus dievaluasi tingkat ketepatannya.
PET = CeEp
Keterangan :
Ce = angka koefisien panci
Ep = evaporasi panci (mm/hari)
Standar panci yang umum digunakan adalah Panci Evaporasi klas A dengan
ukuran diameter 122 cm dan kedalaman 25 cm. Dalam pemakaiannya kedalaman
air dipertahankan antara 18 hingga 20 cm dan pengukuran dilakukan secara luas
untuk memprakirakan besarnya evaporasi danau atau badan air lainnya dengan
angka koefisien (Ce) ditentukan antara 0,50 hingga 0,80. Angka koefisien panci
tahunan rata-rata yang biasa digunakan adalah 0,70 hingga 0,75, terutama untuk
tempat-tempat yang Belum pernah digunakan sebagai tempat percobaan(Usman.
1996).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Acara : Evapo-transpirasi
3.2 Waktu dan Tempat : Rabu, 09 November 2011; Laboratorium Biologi
3.3 Alat dan Bahan
Alat:
1. Bak plastik dengan ukuran tertentu
2. Timbangan
Bahan:
1. Tanah
2. Air
3.4 Cara Kerja
Mengisi bak plastik dengan tanah yang telah ditumbuhi oleh suatu vegetasi tertentu
Menyiram vegetasi yang telah stabil dengan sejumlah air tertentu
Menimbang pada kondisi setelah penyiraman tadi
Menimbang kembali setelah seperempat atau setengah jam kemudian
Membandingkan percobaan dengan bak yang hanya diisi oleh tanah yang diambil dari tempat yang sama dengan percobaan diatas
Mengambil percobaan dari percobaan tersebut
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Variabel Berat Perlakuan Berat Selisih
Tanah dan
Tumbuhan+Air
597,4 gram Dibiarkan 15
menit
592,6 gram 4,8 gram
Kontrol Tanah
+Air
466,5 gram Dibiarkan 15
menit
466,5 gram 0
Ket: evapotranspirasi tidak terjadi dikarenakan air dalam kontrol tanah tidak
berkurang.
4.2 Pembahasan
Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan.
Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari
kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Transpirasi dan evaporasi
dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air.
Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut
evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi
evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti.
Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air
dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi.
Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah
diadakan.
Praktikum kami kali ini adalah mengenai evapotranspirasi, dimana tujuan
kami melakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu evapotransporasi,
bagaimana evapotranspirasi dapat terjadi, factor apa yang mempengaruhi
evapotranspirasi dan peranan apa yang dimiliki evapotranspirasi pada tanaman.
Pada percobaan kali ini kami memakai sampel tanah gedung biologi fakultas
FKIP universitas Jember dan tumbuhan yang ada disekitarnya, mula-mula kami
mengambil tanah dan disiran air, kemudian ditimbang beratnya. Lau tanah
tersebut kami biarkan selama 15 menit. Dilain pihak, kami juga mengambil tanah
dan tumbuhan, kami siram air dan kami timbang beratnya, lalu sama seperti tanah
di atas, kami biarkan 15 menit. Setelah 15 menit, berat dari tumbuhan dan tanah
yang kami cobakan mengalami penurunan yakni sekitar 4,8 gram, sedangkan
tanah setelah 15 menit, ditimbang, memiliki berat yang tetap. Hal ini berarti tidak
ada pengurangan air dari tanah pertama.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami dapatkan, dapat dikatakan
bahwa tumbuhan yang ada pada tanah menunjukkan penurunan berat, yang berarti
selisih berat tersebut merupakan berat air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan.
Kita tahu bahwa tumbuhan melakukan transpirasi, selama tumbuhan itu hidup.
Transpirasi sendiri merupakan hilangnya air dalam bentuk uap air dari batang dan
daun tumbuhan hidup. Jumlah yang mengalami penguapan air dari batang
sangatlah sedikit, kehilangan air terbesar dari proses transpirasi terjadi melalui
daun(Lakitan, Benyamin. 2010).
Namun dalam praktikum kali ini evaporasi tidak terjadi, karena tanah yang
kami beri air dan kami biarkan selama 15 menit, tidak menunjukkan pengurangan
berat sama sekali, hal ini berarti pada tanah perlakuan kami tidak terjadi
evaporasi.
Evaporasi sendiri merupakan proses perubahan molekul di dalam keadaan
cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air)( Nasir,
A.2002).
Keadaan ini dapat terjadi, karena pada saat itu, cuaca mendung dan gerimis,
sehingga kelembaban tinggi, dan cahaya matahari sedikit, akibatnya air dalam
tanah yang kami beri perlakuan tidak mengalami penguapan ke udara dalam
bentuk uap air. Evaporasi sendiri dapat terjadi apabila air dari dalam tanah
menguap ke udara dalam bentuk uap air dan disertai pula oleh air yang menguap
dari dalam tubuh tumbuhan akibat transpirasi yang terjadi, sehingga total jumlah
evapotranspirasi atau total jumlah air yang dievaporasikan adalah jumlah air yang
ditranspirasikan dan jumlah air yang dievaporasikan.
Namun dalam praktikum kali ini, yang kami dapatkan hanya jumlah air yang
ditranspirasikan oleh tumbuhan, sehingga percobaan kami kali ii mengenai
evapotranspirasi adalah gagal.
Proses evapotranspirasi sendiri dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa factor, seperti: faktor-faktor meteorologi, faktor fisiologi tanaman dan
unsur tanah. Factor meteorology seperti :
Radiasi panas matahari
Pengaruh radiasi panas matahari adalah melalui proses fotosíntesis. Dalam
mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-
batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas
(daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari
terhadap vegetasi yang bersangkutan (Chang, J. H. 1974). Selain itu,
radiasi panas matahari dapat mempercepat proses evaporasi atau
menguapnya air tanah dari dalam tanah yang bersangkutan, karena
semakin banyak intensitas radiasi panas matahari, maka kelembaban di
lingkungan berkurang adan air dalam tanah akan lebih mudah menguap
dari dalam tanah ke udara dalam bentuk uap air.
Suhu
Intensitas cahaya matahari yang terus-menerus dapat meningkatkan suhu
lingkungan dan menurunkan kelembaban lingkungan, sehingga proses
transpirasi dari dalam tumbuhan akan semakin cepat berlangsung (untuk
tumbuhan, proses transpirasi yang terjadi akibat peningkatan suhu
lingkungan ditujukan untuk pendinginan organ-organ tumbuhan yakni
dengan jalan meningkatkan kelembaban di sekitar lingkungan tumbuhan)
Kelembaban atmosfer
kelambaban sangat berperan penting dalam hal evapotranspirasi, karena
kelembaban yang tinggi akan menghambat proses evapotranspirasi,
sedangkan apabila kelembaban rendah maka proses evapotransporasi akan
berjalan sangat cepat.
Angin
Pengaruh angin adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang
keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar
pula laju evapotranspirasi yang dapat terjadi.
Ketersediaan air dalam tanah
Ketersediaan atau daya tampung air dalam tanah, dapat menjadi factor
yang sangat menentukan berapa banyak air yang dapat
dievapotranspirasikan baik oleh tanaman, maupun oleh tanah.
Tekanan Udara
Ketinggian suatu tempat
(Yanwar, M. J. P. 2003)
Selain itu terdapat pula factor-faktor dalam tanaman yang mempengaruhi proses
evapotranspirasi yang terjadi:
Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi
a. Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata
karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit
transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih
lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air
ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata
Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata
dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
b. Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi
oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit
terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata
c. Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar
evapotranspirasi.
d. Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai
mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi
apabila persediaan air terbatas
e. Membuka dan menutupnya stomata. Membuka dan menutupnya
stomata berpengaruh terhadap proses transpirasi karena semakin lebar
membukanya stomata maka semakin besar kemungkinan terjadinya proses
penguapan air dari daun tumbuhan. Membuka dan menutupnya stomata
tersebut dipengaruhi oleh cahaya matahari, adanya kalium, klorida, asam
malat, asam absisat, konsentrasi CO2 , dan kekurangan air.
(Usman. 1996)
Dalam hal ini peranan evapotranspirasi adalah penting bagi tanaman,
yakni berhubungan erat dengan ketersediaan air bagi tanaman. Kita tahu bahwa
air merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tanaman, evapotranspirasi yang
berlebihan di komunitas tanaman, dan ketersediaan air yang tidak banyak, dapat
mengancam kelangsungan hidup komunitas tanaman yang ada, karena tumbuhan
tidak dapat menyerap air dalam bentuk uap air. Sehingga tumbuhan kekurangan
air, dan tumbuhan dapat menjadi layu. Namun pada beberapa jenis tumbuhan
yang hidup di daerah dengan suhu, yang ekstrem dan keadaan tanah yang tidak
dapat menyimpan air terlalu banyak, telah beradaptasi dengan baik, sehingga
kekurangan air dari tumbuhan akibat evapotranspirasi dapat dihindarkan.
BAB 5. KESIMPULAN
Evapo-transpirasi adalah air yang hilang berupa uap air akibat terjadinya
peguapan oleh tanah dan penguapan melalui aktivitas tumbuhan tanah dan
penguapan melalui aktivitas tumbuhan (Transpirasi). Dalam ekonomi air
evapo-transpirasi ini memegang peranan yang cukup penting. Evaporasi
dan transpirasi merupakan suatu prosees kehilangan air dari tanah dan
tanaman, tetapi keduanya melalui jalur yang berbeda, namun demikian
dapat dihitung sebagai suatu besaran
Proses evapotranspirasi dapat terjadi melalui proses penguapan air dari
dalam tanah menjadi uap air di dalam atmosfer dan prose penguapan air
dalam bentuk uap air dari dalam tumbuhan
Factor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah: factor
meteorology : radiasi panas matahari , Suhu, kelembaban atmosfer, Angin,
Ketersediaan air dalam tanah, Tekanan Udara, Ketinggian suatu tempat.
Factor tanaman: Penutupan stomata, Jumlah dan ukuran stomata, Jumlah
daun, Penggulungan atau pelipatan daun, Membuka dan menutupnya
stomata.
evapotranspirasi adalah penting bagi tanaman, yakni berhubungan erat
dengan ketersediaan air bagi tanaman. Semakin banyak evapotranspirasi
yang terjadi namun tidak diimbangi dengan ketersediaan air dalam tanah,
maka dapat membahayakan kelangsungan hidup suatu vegetasi yang
bersangkutan
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. R, L. S. Pereira, D. Raes dan M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration; Guidelines for Computing Crop Water Requirements. Irrigation and Drainage Paper 56. FAO: Rome.
Boer, R., Irsal Las, dan Ahmad Bey. 1990. Metode Klimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIIPA IPB: Bogor.
Chang, J. H. 1974. Climate and Agricultur: an Ecological Survey. Third Edition. University of Hawai. ALDINE publishing Company: Chicago.
Doorenbos, R.J. dan W.O. Pruit. 1976. Agrometeorological Field Station Irrigation and Drainage Paper no 27. FAO: Rome.
Haan, C. T. 1977. Statistical Method in Hydrology. The Iowa State University Press: Ames.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. PT. Dunia Pustaka Jaya: Jakarta.
Islami, Titiek dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press: Semarang.
Jackson, I. J. 1977. Climate,Water, and Agriculture in Tropik. Longman: London.
Lakitan, Benyamin. 2010. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia
Murdiyarso, Daniel. 1991. Hubungan Air Tanaman; Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sasrodarsono, S. dan K. Takeda. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita: Jakarta.
Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2011. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Unej: Jember
Turyanti, Ana. 1995. Sebaran Indeks Kekeringan Wilayah Jawa Barat. Skripsi.
Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB: Bogor.
Usman. 1996. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi
Terhadap Perubahan Iklim. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB: Bogor.
Yanwar, M. J. P. 2003. Teknik Irigasi Permukaan. Diktat Kuliah. Program Stuudi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air. Fateta: IPB.
Zadry. 1984. Evaluasi Terhadap Kekeringan Bagi Landras Padi Gogo. Tesis. Pasca Sarjana: IPB