Post on 03-Nov-2020
Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran
Al Quran Hadits di MI Nurul Islam Rempoa
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Tri Mudrikah
1113011000117
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
i
ABSTRAK
TRI MUDRIKAH (1113011000117): Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam
Pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul Islam Rempoa, Skripsi, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui dan mengungkapkan tentang bagaimana
pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam
Rempoa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitaif menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan reward dan punishment dalam
pembelajaran Al Quran Hadits kelas I MI Nurul Islam Rempoa dilakukan untuk memotivasi
siswa dalam pembelajaran berlangsung, mengajarkan rasa tanggung jawab atas apa yang telah
dilakukan, dan membiasakan disiplin. Bentuk-bentuk reward terbagi dua yaitu non materi seperti
senyuman, acungan jempol, dan tepuk tangan. Reward materi berupa pemberian permen, pensil,
kertas gambar, dan bintang.
Sedangkan bentuk punishment yaitu hukuman prevensif yaitu dengan menerapkan tata
tertib dan hukuman represif yaitu pemberian hukuman yang dilakukan siswa. Seperti Jika siswa
berkata tidak sopan diberikan sanksi mengucapkan kalimat istighfar sebanyak 10 sampai 100 kali
dan diambil bintang kebaikannya/ bintang prestasinya. Pelanggaran lain yaitu jika tidak mau
mengikuti arahan guru maka diberikan sanksi berdiri di depan kelas ketika sedang belajar bahkan
dikeluarkan dari dalam kelas. terlambat maka diberikan hukuman berdoa sendiri sambil berdiri
didepan kelas.
Kata Kunci: Reward, Punishment, Pembelajaran Al Quran Hadits
ii
ABSTRACT
TRI MUDRIKAH (1113011000117): Implementation of Reward and Punishment in
Learning Al Quran Hadith at MI Nurul Islam Rempoa, Thesis, Department of Islamic
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this study is to find out and reveal about how the implementation of
reward and punishment in learning the Koran in MI Nurul Islam Rempoa. In this study the
authors used qualitative research using qualitative descriptive methods.
The results of this study indicate that the implementation of reward and punishment in
learning Al Quran Hadith class I MI Nurul Islam Rempoa is done to motivate students in
learning takes place, teach a sense of responsibility for what has been done, and familiarize
discipline. The forms of reward are divided into two, namely non-material such as smiles,
thumbs up, and applause. Material rewards in the form of giving candy, pencils, drawing paper,
and stars.
Whereas the form of punishment is the preventative punishment, which is by applying
order and repressive punishment, namely giving the punishment by the students. Like If students
say impolite, they are given sanction to say istighfar sentence 10 to 100 times and their kindness
/ achievement star is taken. Another violation is that if they do not want to follow the teacher's
direction, they are given sanctions standing in front of the class while they are learning and even
being excluded from the classroom. it is too late to be given the sentence of praying alone while
standing in front of the class.
Keywords: Reward, Punishment, Learning Al Quran Hadith
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat yang maha pengasih dan mahapenyayang atas
segala anugrah nikmat, limpahan rahmat dan hamparan taufiqserta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah yang berbentuk skripsi ini dengan baik.
Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad
SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa menjalankan
sunah-sunahnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan skripsi ini
penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Berkat
kaerja keras, doa dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, akhirnya
penyelesaian skripsi ini semua dapat teratasi. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Terima kasih luar biasa kepada Ayahanda tercinta Sukirman dan Ibunda tersayang Kartini,
dan keluarga yang telah mencurahkan cinta luar biasa, doa, dukungan baik moril maupun
materiil
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Dr. Abdul Haris, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
5. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
6. Heny Narendrany Hidayati, S.Ag., M.Pd., dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh
kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun serta menyelesaikan
skripsi ini.
7. Dr. Zaimudin, MA dosen pembimbing akademik yang selalu menasehati penulis.
8. Kepada Kepala Madrasah MI Nurul Islam Rempoa Hj. Nur Amaliah, S.Ag., yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengdakan penelitian di madrasah yang ibu
pimpin.
iv
9. Kepada guru mata pelajaran Al Quran Hadits kelas I MI Nurul Islam Rempoa, Syarifah
Hidayah, S.Pd,I., Izza Umami, S. Sos. I, Siti Alimah, S.Psi. yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian di kelas.
10. Dosen-dosen civitas akademika Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal masuk kuliah hingga bisa menyelesaikan
skripsi ini dan staf-staf/ karyawan yang membantu proses administrasi penulis.
11. Sahabat-sahabat Keluarga Besar Pendidikan Agama Islam angkatan 2013,, shalikah
Sambalado Kost, dan sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan saran dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tiada dapat penulis membalas jasa baik mereka selain untaian doa, semoga Allah SWT
berkenan membalas kebaikan mereka dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda serta
keberkahan hidup di dunia dan di akhirat, Amiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat dan dapatdijadikan rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.
Jakarta, 27 Desember 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ....................................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................................................. 9
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................................ 11
A.Pembelajaran Al Qur’an hadits .......................................................................................... 11
1. Pembelajaran Al Qur’an ................................................................................................. 11
2. Pembelajaran Hadits ....................................................................................................... 12
3. Pengertian Pembelajaran Al Qur’an Hadits ................................................................... 13
4. Tujuan Pembelajaran Al Qur’an Hadits ......................................................................... 13
5. Materi Pembelajaran Al Qur’an Hadits .......................................................................... 14
6. Fungsi Pembelajaran Al Qur’an Hadits ......................................................................... 15
7. Strategi Pembelajaran Al Qur’an Hadits ....................................................................... 16
8. Pendekatan Pembelajaran Al Qur’an Hadits .................................................................. 17
9. Evaluasi Pembelajaran Al Quran Hadits .......................................................................20
10. Metode Pembelajaran Al Quran Hadits .........................................................................21
11. Media Pembelajaran Al Quran Hadits ............................................................................24
B. Reward dan Punishment .................................................................................................... 25
vi
1. Reward dan Puishment Menurut B.F Skinner ................................................................ 25
C. Hasil Penelitian Yang Relevan .......................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 39
A.Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................ 39
B. Latar Penelitian (Setting) ................................................................................................... 39
C. Metode Penelitian .............................................................................................................. 39
D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................................... 40
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................................................ 45
F. Teknik Analisis Data.......................................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 50
A.Deskripsi Data .................................................................................................................... 50
B. Pembahasan........................................................................................................................ 69
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................................... 79
A.Kesimpulan ........................................................................................................................ 79
B. Saran ................................................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 81
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 83
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Kisi-Kisi Observasi Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al
Quran Hadits ................................................................................................................................. 41
TABEL 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadits ............................................................................................................................................ 43
TABEL 4.1 Pembelajaran Al Quran Hadits ................................................................................. 59
TABEL 4.2 Pujian ........................................................................................................................ 61
TABEL 4.3 Penghormatan ........................................................................................................... 62
TABEL 4.4 Hadiah ...................................................................................................................... 63
TABEL 4.5 Dampak Pemberian Reward ..................................................................................... 64
TABEL 4.6 Hukuman Preventif................................................................................................... 65
TABEL 4.7 Hukuman Represif .................................................................................................... 66
TABEL 4.8 Dampak Pemberian Punishment .............................................................................. 68
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 Pembelajaran Al Qur’an Hadits di Kelas 1B ....................................................... 51
GAMBAR 4.2 Pemberian Reward berupa Bintang Kebaikan di Kelas 1B ................................. 55
GAMBAR 4.3 Pemberian Reward berupa Makanan di Kelas 1C ............................................... 56
GAMBAR 4.4 Kegiatan Mengurutkan Potongan Surah Al Fatihah ............................................ 74
GAMBAR 4.5 Hasil Kerja Kelompok ......................................................................................... 75
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Lembar Angket Penelitian Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam
Pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam ........................................................................ 83
LAMPIRAN 2 Wawancara Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadis di MI Nurul Islam ............................................................................................................... 86
LAMPIRAN 3 Foto Pembelajaran Al Quran Hadits di Kelas ................................................... 110
LAMPIRAN 4 Instrumen Penilaian Observasi dalam Materi QS AL Fatihah.......................... 111
LAMPIRAN 5 Profil Madrasah ................................................................................................. 114
LAMPIRAN 6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Al Quran Hadits ......................................... 116
LAMPIRAN 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ...................................... 126
LAMPIRAN 8 Uji Referensi ..................................................................................................... 132
LAMPIRAN 9 Biodata Penulis ................................................................................................. 136
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pastilah senantiasa membutuhkan pendidikan dalam
hidupnya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Untuk itu seluruh komponen
bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu
tujuan Negara Indonesia.
Pendidikan yang berfungsi untuk memanusiakan manusia, sangat
berperan aktif untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia agar menjadi pribadi yang cerdas dan berakhlak mulia. Dengan
meningkatnya sumber daya manusia, pastilah menjadi modal utama
berkembangnya suatu bangsa dan negara. Sehingga baik pemerintah maupun
masyarakat pada umumnya sudah sadar betul tentang pentingnya pendidikan
bagi anak-anak generasi penerus bangsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.1 Dalam bahasa
inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya
memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to
evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.2
Tidak bisa dipungkiri pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. seseorang yang berpendidikan berarti ia memiliki ilmu
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2010), h. 10 2 Ibid.
2
pengetahuan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan kedudukan orang yang mempunyai
pengetahuan, yaitu pada QS. Al Mujadallah: 11
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al
Mujadallah: 11).3
Pendidikan akan berlangsung sepanjang hayat dan tidak satu orangpun
yang tidak mengalaminya. Dalam pendidikan Islam landasan dari
pendidikannya adalah Al-Qur’an-Hadis, dalam arti keduanya merupakan
sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya
berada di setiap unsur tersebut. Penyikapan terhadap kedua sumber utama
dalam Islam tidak hanya pada tingkat mampu untuk membaca, menulis atau
menghafalkanya saja, sebaiknya umat Islam juga mampu untuk mengartikan
Al Qur’an dan Hadits sehingga bisa memahami kandungan Al Qur’an dan
Hadits. Perintah mengenai mempelajari al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW telah tercantum dalam al-
Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5.
3 Al Qur’an dan Terjemahnya
3
Pentingnya akan mempelajari al-Qur’an maka tidak jauh pula
pentingnya dalam mencari guru atau pengajarnya pula, dimana seorang
pengajar al-Qur’an tentunya memiliki perbedaan dengan seorang pengajar
ilmu-ilmu umum, atau dengan kata lain pengajar al-Qur’an memiliki syarat
kriteria tersendiri sehingga dalam proses pembelajarannya dapat
menghasilkan sebuah asupan berupa ilmu al-Qur’an, baik dari segi mahir
dalam kemampuan membacanya, menulisnya bahkan menafsirkannya, karena
kemampuan seorang guru dapat berpengaruh besar terhadap kualitas dari
peserta didiknya.
Al Qur’an dan Hadits juga merupakan sumber utama umat Islam
dalam menjalankan Ibadah. Sehingga, pemahaman terhadap dua sumber
utama umat Islam adalah suatu keharusan bagi umat Islam. Usaha dalam
melakukan paham-paham tersebut akan lebih mengena apabila dimulai sejak
usia dini. Mata pelajaran Al Qur’an Hadits adalah unsur mata pelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) pada jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah dan Aliyah yang meberikan pendidikan kepada siswa supaya bisa
memahami isi kandungan dari Al Qur’an dan Hadits dan penerapan nilai-nilai
Al Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.4
Mata pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah
satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis Al-Qur’an dan hadis dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat
pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari
surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.
Oleh sebab itu, siswa Madrasah Ibtidaiyah dari kelas 1 sampai dengan
kelas 6 harus memiliki kemempuan membaca dan menulis Al Quran dan
4Moh. Haitami Salim, dkk., Edisi Revisi Pembelajaran Al Qur’an Hadits, (Pontianak: IAIN
Pontianak Press,2017), h. 1-2
4
hadis dengan benar. Namun, di MI Nurul Islam masih dijumpai beberapa
siswa yang memiliki kemampuan membaca yang kurang. Sehingga, pada
mata pelajaran Al Quran Hadits mengalami kesulitan atau kendala dalam
proses belajarnya. Hal ini bisa terlihat pada saat proses pembelajaran Al
Quran Hadits di kelas 1b yaitu pada saat ada kerja kelompok. Pada saat itu
tugas dari setiap kelompok yaitu menyusun potongan surah Al Fatihah
menjadi runtut. Terlihat ada beberapa kelompok yang anggotanya belum
lancar dalam membaca Al Qur’an. Akibatnya siswa yang belum lancer dalam
mebaca Al Qur’an tersebut hanya bisa melihat temannya mengerjakan tugas
kelompoknya dan belum mampu untuk memberikan kontribusi kepada
kelompoknya tersebut. Sehingga kelompok tersebut mengumpulkan hasil
kerja kelompoknya pada urutan terakhir.5
Secara substansial mata pelajaran Al Quran Hadis memiliki peranan
dalam memberikan motivasi bagi siswa untuk mencintai kitab sucinya,
mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Pembelajaran Al Quran Hadits di MI juga bertujuan untuk
membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada
isi kandungan ayat Al-Qur’an dan Hadis. Di MI Nurul Islam pengamalan dari
hadis bisa terlihat pada saat ada siswa yang minum atau makan sambil berdiri
maka dengan spontan guru maupun siswa yang lainnya langsung
membacakan hadis دُ كُمْ قاا ئِم لا ياشْرا بانَّ أاحا dan dengan spontan juga siswa
tersebut langsung menyadarinya sebab dibacakan hadits tersebut lalu siswa
tersebut langsung duduk ketika makan atau minum.6 Selain itu, ada juga
pengamalan tentang hadits menjaga kebersihan, di MI Nurul Islam
5 Hasil Observasi Langsung pada 7 Agustus 2018
6 Hasil observasi langsung pada 13 November 2018
5
diberlakukan aturan bagi siswa yang membuang sampah sembarangan maka
akan dikenakan denda sebesar Rp 5000,-7
Pada pembelajaran guru juga dituntut untuk mampu memberikan
motivasi belajar kepada siswanya dan menemukan berbagai metode belajar
bagaimana belajar yang tidak membosankan dan efektif agar siswanya tertarik
untuk mengikuti pembelajaran dan perencanaan pembelajaran yang dirancang
oleh guru bisa berjalan sesuai harapan. Namun, dalam pembelajaran bukan
hanya guru yang memiliki tanggung jawab untuk mensukseskan jalannya
proses pembelajaran melainkan siswa juga harus memiliki tanggung jawab
untuk mengikuti arahan dan bimbingan dari guru agar proses pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam proses pembelajaran masih dijumpai siswa yang tidak
mengikuti arahan atau bimbingan dari guru.8 Sehingga timbul kegaduhan
dalam kelas dan konsentrasi siswa yang lain dalam belajar menjadi terganggu.
Selain itu masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menulis maupun
membaca Al Quran. Dari adanya penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh siswa guru memberikan reaksi yaitu meberikan hukuman atau
punishment pada siswa tersebut. Dalam proses pendidikan hukuman atau
punishment ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja
oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya).9 Contohnya hal ini terjadi
pada siswa yang tidak mau memperhatikan guru yang sedang menjelaskan,
siswa tersebut harus berdiri di depan kelas dan menghadap ke papan tulis atau
membelakangi siswa lain dalam jangka waktu kurang lebih 15 menit dan
apabila dalam waktu yang telah ditentukan, siswa tersebut belum bisa
memperhatikan dengan baik dan masih menimbulkan kegaduhan maka siswa
7 Dokumentasi Pembelajaran Al Qur’an hadits Kelas 1b MI Nurul Islam Rempoa, Selasa 21 Januari
pkl. 08.15 WIB.
8 Dokumentasi pembelajaran Al Quran Hadits kelas 1c MI Nurul Islam Rempoa, Selasa 23 Juli 2019
pukul 8.15 WIB 9 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 186
6
tersebut harus dikeluarkan dari kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, bagi siswa yang melanggar kesepakatan kelas atau aturan kelas
pada saat belajar maka mereka harus menerima konsekuensi dari
perbuatannya seperti dikurangi bintang kebaikannya,hal ini terjadi pada siswa
kelas 1b yang bernama Gandhi dan Aflah, mereka harus dikurangi bintang
kebaikannya sebanyak 5 buah karena bertengkar pada saat belajar, selain itu
ada Alvyn yang bercanda pada saat belajar maka ia harus dikurangi bintang
kebaikannya sebanyak 5 buah, diberikan tugas tambahan, bagi siswa yang
keluar dari tempat duduk maka harus menulis istighfar sebanyak 5 baris di
bukunya sesuai dengan kespakatan kelas, dan dikurangi waktu istirahatnya.10
Tujuan hukuman adalah sebagai alat pendidikan di mana hukuman
yang diberikan harus dapat mendidik dan menyadarkan peserta didik.
Menurut Langeveld memberikan pedoman hukuman sebagai berikut:
1. Punitur, qunnia no peccatum, yang artinya dihukum karena peserta
didik memang bersalah
2. Punitur no peccatum, yang artinya dihukum karena agar peserta
didik tidak lagi berbuat kesalahan.11
Pemberian hukuman juga memiliki kekurangan yaitu apabila hukuman
yag diberikan tidak efektif, maka akan membangkitkan susasana rusuh, takut
dan kurang percaya diri.12
Hal ini terjadi ketika ketika siswa yang mendapat
hukuman harus dikeluarkan dari kelas dan siswa tersebut tidak mau
dikeluarkan dari kelas maka suasana di kelas menjadi rusuh dan konsentrasi
dari siswa yang lain menjadi terpecah karena ada siswa yang membuat
kerusuhan tersebut. Namun, masih ada siswa yang sudah mendapatkan
hukuman dikeluarkan dari kelas masih belum jera terhadap hukuman yang
telah diberikan kepadanya. Selain itu ada dari siswa perempuan yang menjadi
10 Hasil Observasi Langsung Pada 26 November 2018
11 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 169
12 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.
133
7
takut ataupun menangis ketika mendpat hukuman dikeluarkan dari kelas
ketika dia tidak mengikuti aturan kelas ketika belajar.
Selain kekurangan dari hukuman, terdapat juga kelebihannya yaitu
apabila hukuman dijalankan dengan benar hukuman akan menjadikan
perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan siswa. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari salah satu siswa yang mendapatkan hukuman ketika dia
mendapatkan hukuman dikeluarkan dari kelas maka dampaknya dia tidak
mendapatkan nilai pada saat penilaian atau nilainya buruk, maka siswa
tersebut belajar lagi untuk mengejar ketertinggalannya. Hal ini terjadi ketika
ada siswa yang dikurangi bintangnya, setelah mendapat hukuman dia menjadi
jera dan memperbaiki tingkah lakunya agar tidak mendapatkan hukuman
kembali.
Sebaliknya, dari pemberian punishment kepada siswa yang tidak bisa
mengikuti arahan guru, maka guru juga memberikan reward atau imbalan
bagi siswa. Maksud dari ganjaran yang diberikan guru kepada siswanya yaitu
alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena
perbuatan atau pekerjaannya yang mendapatkan penghargaan. Dan umumnya
anak-anak mengetahui bahwa pekerjaan atau perbuatannya yang
menyebabkan ia mendapat ganjaran itu baik. 13
contohnya yang dialami oleh
siswa yang bernama Aisha di kelas 1b dia mendapatkan nilai 100 dan
mendapatkan tambahan bintang untuk kelompoknya yang telah menjadi juara
1 dalam perlombaan untuk mengurutkan potongan ayat QS Al fatihah menjadi
runtut dan sempurna.14
Pemberian ganjaran juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaanya. Kelebihan dari pemberian ganjaran diantaranya yaitu
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk
melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif dan dapat menjadi
13 Ngalim Purwanto, op.cit., h. 182
14 Hasil Observasi langsung pada 7 Agustus 2018
8
pendorong bagi anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah
memperoleh ganjaran dari gurunya. Proses ini sangat besar peranannya dalam
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.15
Hal ini terjadi pada siswa
kelas 1b mereka berusaha untuk berbuat baik agar bintang kebaikannya setiap
hari selalu bertambah. Dan kekurangan dari pemberian ganjaran yang berupa
materi adalah siswa menjadi malas belajar ketika mengetahui pada saat
pembelajaran tidak diberikan hadiah/ reward dalam pembelajaran, selain itu
pemberian hadiah berupa materi juga memerlukan biaya yang lebih banyak.
Dan kekurangan dari pemeberian hukuman yaitu dapat menimbulkan
dampak negatif apabila seorang guru melakukannya secara berlebihan,
sehingga mungkin bisa mengakibatkan murid menjadi merasa bahwa dirinya
lebih tinggi dari teman-temanya. 16
Hal ini terjadi ketika proses pembelajaran
Al Quran Hadits sedang berlangsung kelompok yag mendapatkan pemberian
ganjaran berupa tambahan bintang untuk kelompoknya merasa dirinya lebih
pintar dan ada salah satu dari anggota kelompok tersebut mengejek kelompok
lain yang tidak mendapat tambahan bintang dari gurunya.17
Dengan menggunakan Reward (ganjaran) dan punishment (hukuman)
kegiatan belajar akan menjadi lebih menyenangkan, terkendali, dan bervariasi.
Sehingga dengan suasana belajar yang seperti itu, motivasi belajar siswa akan
meningkat dan prestasi siswa pun akan semakin baik.
Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih dalam tentang reward dan punishment yang diterapkan dalam
pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam. Penelitian ini berjudul
“Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadis di MI Nurul Islam.”
15 Armai Arif, op.cit, h, 128
16 Ibid., h. 129
17 Hasil Observasi langsung pada 7 Agustus 2018
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditemukan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Adanya sekitar 10% siswa yang sering berbuat kegaduhan sehingga
mengganggu proses pembelajaran yang berakibat kepada rendahnya
kemampuan siswa menyerap materi pembelajaran.
2. Belum ditemukannya reward dan punishment yang efektif.
3. Masih rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran Al Quran
Hadis pada siswa.
4. Masih ada beberapa siswa yang belum lancar dalam membaca al Quran.
5. Masih ada beberapa siswa yang belum lancer dalam menulis huruf
Hijaiyah
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah, penulis membuat batasan masalah, yaitu:
1. Reward dan punishment yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran Al Qur’an Hadits yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pelaksanaan pembelajaran di MI Nurul Islam.
3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas I MI Nurul Islam.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran Al
Quran Hadis di MI Nurul Islam?
2. Apa faktor yang mendukung dan menghambat reward dan punishment
dalam pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam?
10
E. Tujuan Penelitian
Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk megetahui dan
mengungkapkan tentang bagaimana pelaksanaan reward dan punishment
dalam pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam.
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut:
1. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi dunia
pendidikan secara umum dan bagi secara khusus MI Nurul Islam dalam
meningkatkan kualitas Al Qur’an Hadis.
2. Memberikan sikap dan pandangan positif terhadap pembelajaran Al Quran
Hadis dengan menerapkan reward dan punishment kepada siswa.
3. Sebagai bahan masukan guru maupun calon guru agar dapat memberikan
bimbingan yang tepat kepada peserta didik agar dalam proses
pembelajaran Al Quran Hadis, peserta didik dapat meningkatan
konsentrasi serta minatnya dalam pembelajaran yang berlangsung.
4. Menjadi bahan rujukan bagi para pembaca dalam mengembangkan
pembelajaran bagi siswa/siswi.
5. Memperkaya keilmuan dalam bidang pendidikan bagi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terutama pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Menambah wawasan dan pengetahuan bidang pendidikan Islam bagi
penulis sehingga dapat menjadi modal untuk mempersiapkan diri sebagai
generasi penerus dalam pendidikan.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Al Quran Hadits
1. Pembelajaran Al Quran
Al Qur’an ialah wahyu Allah yang dibukukan, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai suatu
mukjizat. Bagi yang membacanya akan bernilai ibadah. Setiap
orang Islam merasa terpanggil untuk mempelajarinya.
Isi dari pengajaran Al Qur’an meliputi:
a. Pengenalan huruf hijaiyah
b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan
sifat-sifat huruf.
c. Bentuk dan fungsi tanda baca
d. Bentuk dan fungsi tanda berhenti (waqaf).
e. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam
irama dan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam
Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham.
f. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca Al
Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.1
Pengajaran Al Qur’an tidak bisa disamakan dengan
pengajaran membaca-menulis di sekolah dasar, karena dalam
pengajarannya, anak-anak belajar huruf-huruf dan kata-kata yang
tidak dipahami artinya. Yang paling penting dalam pengajaran
membaca al Qur’an adalah keterampilan membaca Al Qur’an
dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun Ilmu Tajwid.
1 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.
91
12
Pembelajaran al-Qur’an pada tingkat pertama berisi
pengenalan huruf-huruf hijāīyah dalam satu kata atau kalimat.
Selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan tanda baca. Oleh
sebab itu untuk melatih dan membiasakan mengucapkan huruf
Arab dengan makhrajnya yang benar pada tingkat permulaan,
akan membantu mempermudah mengajarkan tajwid pada tingkat
membaca. Mengucapkan huruf dan kalimat Arab tidak mudah
pada anak-anak, sehingga perlu latihan dan pembiasaan. 2
Tujuan pembelajaran Al Qur’an yang diungkapkan oleh
prof. Dr. Mahmud Yunus adalah sebagai berikut: 1) agar pelajar
dapat membaca Al Qur’an dengan fasih dan betul menurut tajwid.
2) agar pelajar dapat membiasakan Al Qur’an dalam
kehidupannya. 3) memperkaya pembendaharaan kata-kata dan
kalimat-kalimat yang indah dan menarik hati.3
2. Pembelajaran Hadits
Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW, baik merupakan perkataan, perbuatan,
ketetapan, ataupun sifat fisik/kepribadian. Pada madrasah model
sekarang, materi pembelajaran hadis yang yang dipakai adalah
sistem judul atau masalah. Masalah apa yang akan dibicarakan
pada suatu tingkatan perguruan, digariskan dalam GBPP-nya.
Untuk masalah ini disusun buku murid yang haditsnya dikutip dari
buku-buku yang sudah disusun oleh para Muhaddisin. Dan uraian
atau orientasi keterangan isi hadits, bergantung pada tujuan
pengajaran hadits itu sendiri.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran hadits adalah
orang mengerti akan ajaran Islam yang berhubungan dengan
2Andi Anirah, OPTIMALISASI METODOLOGI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DALAM
MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SANTRI (Studi Kasus Tk/Tpa Agung Darussalam Palu),
ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 3 No. 1 Juni 2015, h.3
3 Muhammad Aman Ma’mun, “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an”, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 4, No. 1, 2018, h. 56-57
13
masalah yang dibicarakan. Setiap masalah yang dibicarakan dalam
arti dan maksud hadits, hendaknya selalu berorientasi kepada
kenyataan dan kebutuhan pada waktu tertentu. Isi hadits harus
diusahakan dapat mengikuti kenyataan dan merangkul kenyataan
itu sesuai dengan prinsip ajaran yang terkandung dalam hadits itu.
3. Pengertian Pembelajaran Al Quran Hadits
Al-Qur’an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam,
dalam arti keduanya merupakan sumber akidah-akhlak,
syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di
setiap unsur tersebut.4
Menurut Zakiah Daradjat bidang studi/ pembelajaran Al
Qur’an Hadist merupakan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayat-ayat
Al Qur’an dan hadits-hadits tertentu, yang sesuai dengan
kepentingan siswa menurut tingkat-tingkat madrasah yang
bersangkutan, sehingga dapat dijadikan pokok-pokok Al Qur’an
dan Al Hadits dan menarik hikmah yang terkandung di dalam
keseluruhan.5
4. Tujuan Pembelajaran Al Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah
salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur’an dan hadis dengan benar, serta
hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti
atau makna secara sederhana dari surat- surat pendek tersebut dan
hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.6
Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah
bertujuan untuk:
4KMA RI Nomor 165 Tahun 2014, h. 37
5Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.
173
6 KMA RI Nomor 165 Tahun 2014, h. 39
14
a. memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam
membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Al-
Qur’an dan Hadits;
b. memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan
ayat-ayat Al-Qur’an-Hadits melalui keteladanan dan pembiasaan;
c. membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan
berpedoman pada isi kandungan ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam sebuah jurnal karya Purnadi Putra dan Idawati bahwa
tujuan pembelajaran Al Qur’an Hadits adalah untuk memberikan
kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis,
membiasakan dan menggemari Al Qur’an dan Hadits serta
menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan
ayat-ayat Al Qur’an Hadits untuk mendorong, membina dan
membimbing akhlaq dan perilaku peserta didik agar berpedoman isi
kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits.7
5. Materi Mata Pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah
Untuk ruang lingkup materi/bahan mata pelajaran Al-Qur’an-
Hadis di Madrasah Ibtidaiyah kelas I, meliputi:
a. Mengenal Q.S. al-Fatihah (1), an- Naas (114), al-Falaq (113),
al-Ikhlas (112), dan al-Lahab (111).
b. Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya (fathah,
kasrah dan dhammah).
c. Mengenal Q.S. an-Nasr (110) dan Quraisy (106).
d. Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya (fathatain,
kasratain, dhammatain, sukun dan tasydid).
e. Mengetahui arti hadis tentang kebersihan secara sederhana
riwayat Muslim.
7 Purniadi Putra dan Idawati, “Telaah Kurikulum dalam Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits di
Madrasah Ibtidaiyah”, Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 3, No. 2, 2017, h. 110
15
f. Memahami isi kandungan hadis tentang kebersihan secara
sederhana riwayat Muslim dari Abu Malik al- Asy’ari.
6. Fungsi Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Mata Pelajaran/ Pembelajaran Al Qur’an Hadits pada
Madrasah Ibtidiyah berfungsi:
a. Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik membaca dan
menulis Al Qur’an- Hadits.
b. Mendorong, membimbing dan membina kemampuan dan
kegemaran untuk membaca Al Qur’an Hadits.
c. Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits dalam
perilaku peserta didik sehari-hari.
d. Memberikan bekal pengetahuan utuk mengikuti pendidikan pada
jenjang yang setingkat lebih tinggi (MTs).8
Menurut Zakiah Dardjat dalam bukunya yang berjudul Metodik
Khusus dalam Pengajaran Agama Islam bahwa fungsi bidang studi Al
Qur’an Hadits adalah:
a. Membimbing siswa ke arah pengenalan, pengetahuan, pemahaman
dan kesadaran untuk mengamalkan kandungan ayat-ayat suci Al
Qur’an dan Al Hadits.
b. Menunjang bidang studi lain dalam kelompok pengajaran agama
Islam.
8 Ibid., h. 110
16
c. Merupakan mata rantai dalam pembinaan kepribadian siswa kea
rah pribadi utama menurut norma-norma agama.9
7. Strategi Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Strategi belajar mengajar Al Qur’an Hadits merupakan cara-
cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan maateri pembelajaran Al Qur’an Hadits, sehingga akan
memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di akhir
pembelajaran.
Ada beberapa macam, strategi belajar mengajar Al Qur’an
Hadits, yaitu:
a. Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung adalah strategi
menempatkan guru sebagai sumber belajar, dan cukup efektif
digunakan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
keterampilan secara langkah demi langkah. Contoh: ceramah,
demonstrasi. Strategi pembelajaran ini merupakan pembelajaran
yang banyak diarahkan oleh guru.
b. Strategi pembelajaran tidak langsung
Menurut Abdul Majid pembelajaran tidak langsung
berpusat pada peserta didik, di mana siswa aktif membangun
pengetahuaan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Strategi
pembelajaran ini merupakan strategi untuk mengembangkan
inisiatif peserta didik secara individual, rasa percaya diri, dan
pengembangan diri peserta didik. Strategi ini dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat
9Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.
174
17
keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan,
melakukan refleksi, dan melakuakn tindakan yang bermanfaat.10
8. Pendekatan Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Secara garis besar ada dua pendekatan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-
centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student- centred approaches). Dalam pendekatan yang berpusat pada
guru, guru menjadi komponen yang paling penting dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Peran guru sangat dominan
pada pendekatan ini. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu
dapat dikuasai dengan baik. Dalam pendekatan yang berpusat pada
siswa ditekankan bahwa setiap siswa yang belajar memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lain.11
Selain itu, dalam pembelajaran Al Qur’an Hadits pendekatan-
pendekatan yang dapat digunakan adalah: pendekatan tujuan dan
pendekatan struktural. Pendekatan tujuan adalah pendekatan yang
digunakan karena didasari oleh pemikiran bahwa setiap kegiatan
pembelajaran, yang harus ditetapkan terlebih dahulu adalah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran
Al Qur’an Hadits, maka selanjutnya dapat ditentukan metode dan
teknik pengajaran yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Pendekatan structural adalah adalah pendekatan yang
dilandasi oleh pemikiran bahwa Al Qur’an Hadits dinarasikan dalam
bahasa Arab, yang memiliki kaidah, norma, dan aturannya sendiri,
khususnya dalam membaca dan menulisnya. Atas dasar itu, maka
10 Purniadi Putra dan Idawati, loc. cit. h. 113
11Moh. Haitami Salim, dkk., Edisi Revisi Pembelajaran Al Qur’an Hadits, (Pontianak: IAIN
Pontianak Press,2017), h. 6
18
pembelajaran Al Qur’an Hadits menekankan pada penguasaan kaidah-
kaidah pembacaan dan penulisan Al Qur’an-Hadits dalam bahasa
Arab. 12
Sedangkan menurut Departemen Agama menyajikan beberapa
pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajara Al
Qur’an Hadits, yaitu:
a. Pendekatan keimanan
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan
menekankan pada pengolahan rasadan kemampuan beriman
melalui pengembangan spiritual dalam menerima, menghayati,
menyadari, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam,
sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur’an Hadits dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pendekatan pengamalan
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan
menekankan aktivitas peserta didik untuk menemukan dan
memaknai pengalamannya sendiri dalam menrima dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam, terutama yang
tertuang dalam Al Qur’an dan Hadits, dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Pendekatan pembiasaan
Proses pembelajaran ini dikembangkan dengan
memberikan peran terhadap lingkungan belajar, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, dalam membangun sikap mental dan
membangun masyarakat yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits,
dengan melihat kesanggupan siswa dalam mengamalkan dan
12 Ibid., h.7
19
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an dan
Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pendekatan rasional
Proses pembelajaran dengan menekankan fungsi rasio
(akal) peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan
kecerdasan intelektualnya dalam memahami dan mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an Hadits dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pendekatan emosional
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan
menekankan kecerdasan emosional peserta didik dalam memahami
dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’an
dan Hadits.
f. Pendekatan fungsional
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan
menekankan untuk memberikan peran terhadap kemampuan
peserta didik dalam menggali, menemukan dan menunjukkan nilai-
nilai fungsi tuntunan dan ajaran sebagaimana yang terkandung
dakam Al Qur’an dan Hadits.
g. Pendekatan keteladanan
Proses pembelajaran yang dikembangkan dengan
memberikan peranan figure personal sebagai contoh nyata dari
pengejawantahan nilai-nilai yang dikandung dalam Al Qur’an dan
Hadits,dengan tujuan agar peserta didik dapat secara langsung
melihat, merasakan, menyadari, menerima, kemudian
mempraktikannya sendiri. 13
13 Ibid., h. 8-10
20
9. Evaluasi Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Dalam buku Karya Dr. Sudaryono yang berjudul Pengantar
Evaluasi Pendidikan bahwa evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mengukur efektivitas system pembelajaran
secara keseluruhan.14
Evauasi pembelajaran dilakukan agar mengetahui keefektifan
dan efisiensi semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran.
Begitu juga ketika peserta didik selesai mengikuti proses
pembelajaran, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil
yang dicapai.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran
adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan pembelajaranpada siswa sehingga dapat
diupayakan tidak lanjutnya.15
Evaluasi pembelajaran tidak hanya berguna untuk peserta
didik namun juga untuk guru. Penialian hasil belajar bagi peserta
didik untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan belajar, sedangkan
bagi guru untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan dalam
mengajar.
Tujuan dan manfaat hasil penialian peserta didik secara
esensial adalah untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam
pembelajaran dan keberhasilan guru dalam pembelajaran.
14
Sudaryono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2014), h. 5
15 Ibid., h. 22
21
10. Metode Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Metode pembelajaran adalah sebuah cara yang dipakai oleh
seorang pendidik dalam mengadakan hubungan dengan seorang
siswa pada saat berlangsungnya proses pengajaran.16
Metode pengajaran terdiri atas teknik atau prosedur yang
menjamin siswa mencapai tujuan. Peranan metode pengajaran lebih
penting apabila guru mengajar siswa yang berbeda dari segi
kemampuan, pencpaian kecenderungan, serta minat. Hal tersebut
karena guru harus memikirkan metode tidak saja harus menguasai
berbagai kaidah mengajar tetapi yang lebih penting adalah
mengintegrasikan serta menyusun kaidah-kaidah itu untuk
membentuk metode pengajaran yang paling berkesan dalam
pengajarannya. Berbagai macam metode pembelajaran ini sebagai
berikut:
a. Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan
oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung
di hadapan peserta didik.
b. Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang
dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
metode ceramah.
c. Metode diskusi adalah bertukar informasi, pendapat dan unsur-
unsur pengalaman secara teratur untuk memecahkan pemasalahan,
menjawab pertanyaan menambahnya pemahaman pengetahuan
siswa.
d. Metode pemberian tugas adalah proses yang terjadi guru
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan.
16 Arip Widodo, dkk, Metode Pembelajaran Membaca Al- Qur’an Anak Usia 7-13 tahun di TPQ Al
Falah 2 Desa SerangKulon Blok 01 RT 01 RW 01 Kecamatan Babakan Kabupaten Corebon, Jurnal Al
Tarbawi Al Haditsah Hal 1 No 2 ISSN 2407 – 6805, h. 8
22
e. Metode kerja kelompok adalah murid saling bekerjasama untuk
membahas atau memecahkan suatu masalah.17
Selain itu ada juga metode mengajarkan Al Quran kepada
anak. Berikut ini adalah metode mengajarkan Al Quran kepada anak:
a. Metode mendidik al-Qur’an anak usia 7-10 tahun
Ketika anak berusia 7-10 tahun anak lebih membutuhkan
didikan dan dorongan dari pada pukulan dan celaan. Pada tahapan
ini kita dapat memotivasi anak dengan memberi hadiah atas
keberhasilannya atau atas tingkah lakunya yang baik. Hadiah
dapat berupa kaset yang mengajarkan al-Qur’an secara sempurna
yang berisi cara membaca al-Qur’an secara tartil untuk
memotivasi anak sehingga ia dapat mempelajarinya. Kemudian
selain pemberian beberapa hadiah, kita juga harus memuji anak
atas tindakannya setiap kali berinteraksi dengan al-Qur’an secara
baik. Jangan lupa bahwa ia masih kanak-kanak, kesalahan-
kesalahan masih bisa ia lakukan. Andai kesalahannya harus
dipertanggung jawabkan tentu pada usia ini amal perbuatannya
sudah dicatat. Namun ternyata pencatatan masih belum dimulai
hingga anak mencapai akil baligh. Penting juga menjelaskan
kepada anak terkait pentingnya al-Qur’an bagi kaum muslimin
dan jagat raya kepada anak. Kemudian kita juga harus
menceritakan berbagai kisah di dalam al-Qur’an dengan cara
yang sesuai dengan tahapan usia anak. Pada tahapan ini kita bisa
tuturkan kisah-kisah sperti kisah manusia sejak adam, Qobil dan
Habil, nabi Nuh, dan sebagainya. Bisa juga kisahnya disertai
dengan tulisan yang jelas untuk anak yang bisa dibaca dan dihafal
17
Millata Zamana dan Siti Rahmah, Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di
MIN Rukoh Banda Aceh, Jurnal Tunas Bangsa Vol 5, No. 2 Agustus 2018, h. 224
23
secara langsung supaya anak bisa mengulangi bacaannya dari
waktu ke waktu.
b. Metode mendidik al-Qur’an anak usia 11-13 tahun
Pada dasarnya anak pada tahap usia 11-13 tahun
kemampuan seoranga anak akan semakin bertambah dengan
sendirinya seiring dengan pertambahan usia dan kemampuan-
kemampuannya dalam berinteraksi dengan al-Qur’an juga akan
semakin berkembang pula. Pada tahapan ini pula, lingkungan
sosial anak akan semakin berkembang dan semakin luas dan ia
akan semakin bersemangat dalam membina hubunganhubungan
sosial, disamping ikatannya dengan teman dan kawan juga
meningkat. Hal ini dapat kita manfaatkan sebagai kondisi dimana
untuk terus diberi sebuah dorongan atau semangat yang menuju
kepada hal-hal yang positif tentunya. Pada tahapan usia ini,
beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam memberikan sebuah
trik terkait dengan pembelajaran Al-Qur’an ialah seperti berikut;
1. Memotivasi anak dengan memberikan sebuah Cerita atau kisah
mengenai mukzizat dari al-Qur’an. Dimana hal ini bisa dilakukan
atau diceritakan dengan beberapa kisah dari para sahabat Nabi atu
juga cerita atau kisah dari para Ilmuan Muslim seperti Harun
Yahya, Yahya Al-Ghautsan, dan lain sebagainya terkait berbagai
Mukjizat yang terkandung dalam al-Qur’an. 2. Mengadakan
sebuah Musabaqoh, dimana hal ini dilakukan dengan
memperhatikan unsur-unsur didalamnya, seperti Unsur Usia
peserta Lomba, Unsur Jenis lomba, dan Unsur lainnya. 3.
Melakukan sebuah pengawasan dimana pengawasan ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, baik berupa pengawasan yang
24
sifatnya Pengamatan maupun pengawasan yang berbentuk tulisan
atau lembar pencatatan.18
11. Media Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, tetapi dengan
guru berposisi sebagai penggiat dalam proses optimalisasi diri siswa
untuk mengahsilkan perubahan perilaku yang relatif permanent.
Dengan posisi sebagai penggiat, guru harus mampu merencana dan
mencipta sumber-sumber belajar lainnya segingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru
disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan
dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik,
biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran”. 19
Menurut Rudi Bretz membagi media berdasarkan indera yang
terlibat, sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari
setiap media, yaitu suara, visual, dan gerak. Unsur suara adalah unsur
yang melibatkan indera pendengaran. Unsur visual adalah unsur yang
melibatkan indera penglihatan.
Taksonomi media berdasarkan indera yang terlibat adalah :
a. Media audio
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara.
Jenis-jenis media yang termasuk media ini adalah program radio
dan program media rekam (software), yang disalurkan melalui
hardware seperti radio dan alat-alat perekam lainnya.
b. Media visual
18
Arip Widodo,op.cit., h. 8-10
19
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran ;Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Referensi GP, 2013),
h. 5
25
Media visual yaitu media yang hanya melibatkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-
verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Jenis
media visual yang pertama dan kedua bisa dibuat dalam bentuk
media cetak seperti buku, majalah, Koran, modul, komik, poster
dan atlas, bisa juga dibuat dalam bentuk tayangan, yakni melalui
projectable aids atau alat-alat yang mampu memproyeksikan
pesan-pesan visual seperti digital projector (LCD atau Infocus)
c. Media audio visual
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Media
audio visual dapat disajikan dalam bentuk film documenter,film
drama, dan lain-lain,
d. Multimedia
Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera
dalam sebuah proses pembelajaran. Yang termasuk dalam media
ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara
langsung bisa melalui computer dan internet, bisa juga melalui
pengalaman berbuat contohnya karyawisata dan pengalaman
terlibat contohnya bermain peran. 20
B. Reward dan Punishment
1. Reward dan Punishment menurut B.F Skinner
BF Skinner merupakan salah satu ahli behaviorisme yang
terkenal. Skinner termasuk ke dalam aliran behaviorisme modern yang
menulis secara ekstensif tentang anak yang dikendalikan dengan suatu
sistem dari penghargaan dan hukuman. Skinner identik dengan teori
20 Ibid., h. 55-57
26
stimulus-respons dan operant conditioning. Unsur-unsur dasar dari
teori stimulus-respons meliputi bala bantuan, hukuman, operant
conditioning, dan mengurangi perilaku yang tidak baik.
Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan
perilaku. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar
tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul yakni
operant conditioning (kondisioning operan). Operant conditioning atau
pengkondisian suatu operant yang dapat mengakibatkan prilaku
tersebut terulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan
mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik
memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan
pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi anak untuk berpikir
dan berimajinasi.
Skinner setuju dengan rewad atau dalam bahasanya
reinforcement, Skinner berbeda dengan pendukung behavioristik
lainnya, ia tidak setuju dengan hukuman, Skinner lebih percaya
dengan apa yang disebutnya dengan penguat negatif. Penguat negatif
tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaanya terletak bila hukuman
harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon akan muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
27
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin
kuat. Hukuman terkadang menghalangi perilaku positif dari objek
yang mendapat hukuman.21
Dalam Kamus Besar Bahasa Indobesia disebutkan, bahwa
ganjaran/ reward adalah 1. Hadiah (sebagai pembalas jasa); 2.
Hukuman; balasan. Sementara itu, dalam bahasa arab “ganjaran”
disitilahkan dengan kata “tsawab” , bisa juga berarti “ pahala, upah
dan balasan. Kata tsawab” tersebut terdapat dalam surah Ali Imran
ayat 145, 148 dan 195, surah An-Nisa ayat 134, surah Al Kahfi ayat
31, dan surah Al-Qashash ayat 80 dan berdasarkan ayat-ayat tersebut,
kata “tsawab” diterjemahkan kepada balasan yang baik.
Menurut Muhammad bin Jamil Zaim yang dikutip dari buku
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam karanga Armai
Arief, ganjaran merupakan asal dan selamanya harus didahulukan,
karena terkadang ganjaran tersebut lebih baik pengaruhnya dalam
usaha perbaikan daripada celaan atau sesuatu yang menyakitkan.22
Menurut Ngalim Purwanto ganjaran adalah salah satu alat
pendidikan. Maksudnya adalah ganjaran itu ialah sebagai alat untuk
mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena
perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Dan yang paling
penting bukanlah hasil dari ganjaran yang dicapai oleh seorang anak,
melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidik bertujuan
membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras
kepada anak itu.23
21 Dwi Wahyuni, Teori Burrhus Frederic Skinner dan Analisis Behaviorisme, Journal of Education, 2019, h. 1-5.
22
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.
127
23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 182
28
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
ganjaran/reward adalah segala sesuatu penghargaan atau apresiasi
yang diberikan oleh guru/pendidik kepada anak didiknya karena telah
melakukan atau mendapatkan hasil yang baik dengan tujuan agar anak
didiknya senantiasa melakukan hal-hal yang baik.
Untuk menentukan jenis ganjaran apakah yang baik untuk
diberikan kepada peserta didik itu buakanlah hal yang sulit. Ada
beberapa contoh atau beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik
yang merupakan ganjaran bagi peserta didiknya,yaitu:
a) Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu
jawaban yang diberikan oleh peserta didik.
b) Guru memberikan pujian kepada peserta didik, seperti: “Rupanya
sudah baik tulisanmu, Min. Kalau kamu terus berlatih, tentu akan
lebih baik lagi.” Pujian diberikan agar anak lebih bersemangat
dalam belajar. Penggunaan teknik ini juga dilakukan oleh
Rasulullah SAW ketika memuji cucu beliau Hasan dan Husein
yang menunggangi punggungnya seraya berkata, “Sebaik-baik
unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah
kalian”. (HR. Ath Thabrani dari Jabir ra)24
c) Pekerjaan juga bisa menjadi suatu ganjaran. Contohnya, “Engkau
akan segera saya beri soal yang lebih sulit sedikit, Ali, karena
yang nomor 3 ini rupanya terlalu mudah engkau kerjakan.”
d) Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.
Misalnya, “Karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik dan
cepat selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan sebuah
cerita yang bagus sekali.”
24 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2011), h. 272
29
e) Ganjaran juga dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, penggaris
danyang lainnya. Tetapi dalam hal ini guru harus berhati-hati dan
bijaksana sebab dengan benda-benda itu, mudah sekali ganjaran
berubah menjadi “upah” bagi murid-murid.
f) Memandang dan tersenyum. Hal ini kadang dianggap sepele,
namun ia menunjukkan cinta dan kasih saying. Pandangan yang
lembut disertai dengan senyman dapat meningkatkan motivasi
belajar anak.25
g) Menuliskan namanya di papan. Hal ini dapat dilakukan guur
dengan memasang papan pengumuman di tempat yang mudah
dilihat. Di papan tersebut ditulis nama-nama anak sesuai
kelebihannya. Pengumuman ini bisa dijadikan motivasi bagi siswa
yang lainnya untuk mencontoh mereka sehingga nama mereka
juga akan ditulis di papan pengumuman tersebut.
h) Mununjukkan kebaikannya. Ketika siswa mampu dengan baik
menerangkan suatu pelajaran di depan kelas, pendidik dapat
menepuk bahunya atau dengan memujinya. Hal ini akan
memotivasi anak didik untuk belajar lebih giat lagi.
i) Wejangan. Penghargaan pada seorang anak yang baik bisa juga
berupa wejangan. Hal ini bisa dijadikaan motivasi bagi anak itu
sendiri maupun anak-anak yang lain sehingga mereka pun
mencontoh kesungguhan dan akhlaknya. 26
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan seorang pendidik
dalam memberikan sebuah ganjaran, yaitu:
25 Ibid.
26
Ibid, h. 272-273
30
a) Untuk memberikan ganjaran yang pedagogis kepada peserta didik
maka guru harus menganal betul-betul muridnya dan tahu cara
mengahrgai dengan tepat, karena ganjaran yang salah dan tidak
tepat dan menyebabkan dampak yang tidak diinginkan.
b) Ganjaran yang diberikan kepada seorang peserta didik sebaiknya
jangan menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang
lain yang tidak diberikan ganjaran.
c) Dalam memberikan ganjaran sebaiknya harus hemat. Terlaluu
sering memberikan ganjaran akan menjadi hilang arti sari ganjaran
itu sebagai alat pendidikan.
d) Jangan memberi ganjaran dengan menjanjikan terlebih dahulu
sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi
ganjaran yang diberika kepada seluruh siswa.
e) Pendidik juga harus berhati-hati dalam memberikan ganjaran,
jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterima
atau dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah
dilakukannnya.27
Penguatan positif ( seperti angka positif) memiliki penambahan
atau penampakan stimulus. Penguatan negataif ( seperti angka
negative) memiliki pengurangan atau penghilangan stimulus. Dalam
kedua kasus ini, prilaku biasanya muncul kembali dalam situasi yang
mirip. Skinner mencatat bahwa suatu peristiwa negative adalah
penguat negative yang terjadi hanya ketika penghapusannya
meningkatkan kinerja suatu respon. Contoh, jika anda sedang
berbicara dengan telepon dan anda menutup pintu untuk mengurangi
kebisingan yang ditimbulkan oleh bunyi CD player saudara
27
Ngalim, op.cit.,, h. 184
31
anda,stimulus ( kebisingan ) dihilangkan dengan adanya respon (
menutup pintu).
Ada kemungkinan yang meningkat pada masa mendatang,
anda akan melakukan prilaku hal yang sama ( menutup pintu lagi).
Dalam analisis Skinner bahawa ” penguat negative mengokohkan
prilaku yang dapat mengurangi atau membatasi nya”. Penguat positive
maupun negative berfungsi meningkatkan prilaku. Penguat negative
tidak semestinya disalah tafsirkan dengan hukuman, namun bagaimana
juga hal itu dapat mengurangi prilaku negative.
Penguatan negative dapat terjadi dalam berbagai keadaan.
Penting adanya beberapa peristiwa agar prinsip ini bekerja. Karena
anda ingin menghindari membangun peristiwa penting dalam ruangan
kelas. Prosedur ini semestinya sering digunakan dalam program
pendidikan nasional. Namun bagaimanapun juga sangatlah penting
memahami konsep dan dampaknya secara potensial kuat terhadap
perilaku.28
Ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak setuju dengan
hukuman yaitu pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku
bersifat sangat sementara, dampak psikologis yang buruk mungkin
akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman
berlangsung lama, dan hukuman mendorong si terhukum mencari cara
lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan
hal-hal lain yang kadang kala lebih buruk dari pada kesalahan yang
diperbuatnya.
Menurut Skinner hukuman yang baik (operant negative) adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya, misalnya anak
28 Jamridafrizal, Teori Belajar Behaviorisme dan Implikasunya dalam Praktek Pendidikan, h. 15.
32
perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari
kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-
kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru akan berakibat buruk bagi
anak. Satu hal yang perlu dicatat mengenai penguat, yang positif
maupun yang negatif, bahwasanya keduanya bisa dikondisikan.29
Menurut Skinner meniadakan adanya penguatan positif adalah
sebuah hukuman. Hukuman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diartikan dengan: “1. Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada
orang-orang yang melanggar undang-undang dsb; 2. keputusan yang
dijatuhkan oleh hakim; 3. Hasil atau akibat menghukum.
Menurut Ali Imron dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Peserta Didik Berbasis Sekolah, hukuman adalah suatu sanksi yang
diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran atau aturan-
aturan yang telah ditetapkan. 30
Menurut Ngalim Purwanto, Hukuman ialah penderitaan yang
diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua,
guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan
atau kesalahan.31
Menurut Haryanto Al-Fandi dalam bukunya yang berjudul
Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, hukuman adalah
beberapa stimulus atau kejadian yang bilamana ditampilkan akan
melemahkan kekuatan respons atau menurunkan/mengurangi frekuensi
munculnya respons.32
29 Dwi Wahyuni, Teori Burrhus Frederic Skinner dan Analisis Behaviorisme, Journal of Education, 2019, h. 1-5.
30
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,2011), h. 169
31
Ngalim. op.cit., h. 186
32
Haryanto Al-Fandi., op.cit., h. 270
33
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman/
punishment adalah sanksi yang diberikan oleh guru kepada anak didik karena
telah melakukan perbuatan yang melanggar aturan.
Salah satu ahli yang setuju dengan adanya hukuman yaitu Guthrie.
Azaz belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontinguiti, yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan,pada waktu
timbul kembali cenderung akan ddikuti oleh gerakan yang sama.
Guthrie juga menggunakan variable hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan anatar stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap.
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada
saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.33
Menurut Guthrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan
antara stimulus dan respon. Guthrie yakin bahwa respon-respon tidak
perlu diberi imbalan untuk dapat dipelajari. Mekanisme pokoknya
adalah kontinguitas atau pemasangan yang tepat pada wakktunya
antara stimulus dan respons. Guthrie berpendapat bahwa hukuman itu
baik dan tidak pula buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada
apakah hukuman itu menyebabkan murid belajar atau tidak. Guthri
berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat dirubah, tingkah laku
jelek dapat dirubah menjadi baik. Teori Guthrie berdasarkan atas
model penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain. Response satu
33
11006nh.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1
34
situasi cenderung diulang manakala individu menghadapi situasi yang
sama, inilah yang disebut dengan asosiasi.
Menurut Guthrie setiap situasi belajar merupakan gabungan
berbagai stimulus (dapat internal dan eksternal) dan respon.dalam
situasi tertentu banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak
respon. Asosiasi tersebut dapat benar dan dapat salah juga. 34
Tujuan hukuman adalah sebagai alat pendidikan di mana
hukuman yang diberikan harus dapat mendidik dan menyadarkan
peserta didik.35
Ada beberapa teori-teori tentang hukuman, antara lain:
a) Teori pembalasan
Menurut teori ini, hukuman diberikan sebagai pembalasan
dendam terhadap pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.
Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di
sekolah.
b) Teori perbaikan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi
kejahatan. Jadi, maksud hukumanitu ialah memperbaiki si
pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.
c) Teori perlindungan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi
masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan
adanya hukuman, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-
kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar.
d) Teori ganti kerugian
Menurut teori ini, diadakan untuk mengganti kerugian-
kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau
pelanggaran itu.
34
Familus, Teori Belajar Aliran Behavioristik serta Implikasinya dalam Pembelajaran, h. 103
35 Ali. loc.cit.
35
e) Teori menakut-nakuti
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan
perasaan takut kepada si pelanggar akibat dari perbuatannya yang
melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan
itu dan mau meninggalkannya.36
Macam-macam hukuman menjadi dua macam, yaitu:
a) Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan
maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini
dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran.
b) Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena
adanya pelanggaran yang telah dilakukan. Hukuman ini dilakukan
setelah terjadi pelanggaran.37
Contohnya antara lain: menunjukkan
wajah masam, teguran keras, menghentikan perbuatan anak,
memalingkan wajah, mendiamkan, cercaan, hukuman orangtua,
dan pukulan ringan.38
Ada beberapa syarat-syarat yang harus diperhatikan pendidik
dalam memberikan hukuman, antara lain:
a) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih dan
sayang.
b) Harus didasarkan kepada alasan “keharusan”.
c) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
d) Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak
didik.
e) Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.39
36Ngalim, op. cit., h. 187-188
37
Ibid, h. 189
38
Haryanto Al-Fandi., op.cit., h. 274-275
39 Armai, op.cit., h. 131
36
C. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Skripsi yang disusun oleh Panji Romdani (107011003556),
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan jurusan PAI, dengan judul “Pengaruh
Reward dan Punishment terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran di SD Islam Al Fajar Villa
Nusa Indah Bekasi” pada tahun 2014. Pada skripsi tersebut Panji
Romdani menjelaskan bahwa mengajar pelajaran Al Quran
menggunakan reward dan punishment telah menunjukkan
pengaruh yang nyata atau dapat diandalkan sebagai metode yang
baik untuk mengajarkan bidang studi al Quran yang baik pada
tingkat Sekolah Dasar Islam. Penerapan reward dan punishment
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar
Al Quran siswa. Terbukti dari nilai rata-rata hasil belajar siswa
tiap siklusnya yaitu pada siklus I rata-rata hasil pretest 53,80 dan
nilai postest sebesar 71,60. Ini berarti ada peningkatan nilai rata-
rata sebesar 17,80. Begitu juga pada siklus II, hasil belajar siswa
mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata pretest sebesar
58,20 dan nilai postest sebesar 78,60. Sehingga pada siklus ini
terjadi peningkatan nilai rata-rata 20,40.
2. Skripsi yang disusun oleh Ratu Sobariah (107011003556),
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan jurusan PAI, dengan judul “Pelaksanaan
Reward dan Punishment dalam Pengaruhnya terhadap Motivasi
Belajar PAI Siswa di Kelas III SDIT Mitra Mendidik Anak
Bekasi” pada tahun 2017. Pada skripsi tersebut Ratu Sobariah
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif dan pengaruh
negatif dalam pelaksanaan reward dan punishment dalam
pembelajaran PAI. Pengaruh positif dari penerapan reward
37
adalah meningkatnya semangat siswa dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih siap dalam menghadapai
ulangan. Suasana kelas menjadi lebih baik, siswa lebih
memperhatikan guru ketika sedang diajar, siswa juga gembira
ketika mendapat hadiah. Dan pengaruh negatif penerapan reward
adalah beberapa siswa menganggap sebagai upah sehingga jika
tidak ada hadiah menjadi malas. Ada siswa yang iri dan bersaing
pada siswa yang mendapat hadiah. Pengaruh positif dari
penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk lebih
disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebih baik. Pengaruh
negatif penerapan punishment adalah membuat beberapa siswa
menjadi penakut dan pemalu.
3. Tesis yang disusun oleh Siswati, Mahmud Alpusari, dan
Zufriandy, dari FKIP Universitas Riau, Pekanbaru dengan judul
“Hubungan Pemberian Reward dengan Motivasi Belajar Siswa
SD kelas V Gugus Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru
menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara pemberian reward dengan motivasi belajar siswa SD kelas
V gugus 1 Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, dilihat bahwa
thitung > ttabel atau 9,925 > 1,983. Hubungan pemberian reward
dengan motivasi belajar siswa berada pada tingkat hubungan
kuat karena rxy sebesar 0,7044 yang masuk pada rentang
koefisien 0,60 - 0,799. Besar sumbangan atau kontribusi
pemberian reward dengan motivasi belajar siswa SD kelas V
gugus 1 Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru adalah 49,7%. Hal
ini berarti bahwa pemberian reward merupakan sebagian factor
yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan masih
terdapat 50,3% factor lain yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa.
38
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Nurul Islam yang beralamat di
Jln. Pahlawan No.9 Rempoa – Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2018 s/d Agustus 2019.
B. Latar Penelitian (Setting)
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam
Rempoa yang merupakan sekolah yang bertempat di Tangerang
Selatan dan terakreditasi A.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan
pengamatan langsung ke lokasi yang dijadikan objek penelitian yang
berorientasi pada temuan atau gejala yang bersifat alami. Penelitian ini
menggambarkan proses pelaksanaan reward dan punishment dalam
pembelajaran Al Quran Hadits di kelas I MI Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Islam Rempoa1
C. Metode Penelitian
Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegiatan tertentu.2 Metode
penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk
menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.3 Jenis
penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitaif
menggunakan metode deskriptif kualitatif
1 Hasil observasi langsung pada 4 Februari 2019.
2 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
2.
3 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 36.
40
Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya yang berjudul
Penelitian Kualitatif Dasar Dasar “Penelitian Kualitatif adalah
penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan
konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti
tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati”.4
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.5
Pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan mengenai
pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran Al Quran
Hadits di MI Nurul Islam yang difokuskan pada kelas 1.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tiga
prosedur sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan
keterangan yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan
terhadap pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran
Al-Quran Hadits di sekolah. Agar penelitian lebih terarah, peneliti
terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrument penelitian, di mana
kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi acuan membuat pedoman
observasi, pedoman wawancara serta kuesioner/angket, guna
dalam mencari informasi maupun data yang peneliti butuhkan
dapat tercapai. Berikut kisi-kisi observasi pada pelaksanaan
reward dan punishment dalam pembelajaran Al Quran Hadis:
4 Samiaji Sarosa, op.cit., h. 7.
5 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 54.
41
Tabel 3.1
Kisi-kisi Observasi Pelaksanaan Reward dan
Punishment dalam Pembelajaran Al Quran Hadis
No. Objek Pengamatan Indikator
1. Pelaksanaan reward dan
punishment dalam
pembelajaran Al Quran
Hadis
1.1 Macam-macam
reward/ punishment
yang diperoleh siswa
1.2 Kendala/ hambatan
1.3 Dampak pemberian
reward/ punishment
2. Pelaku pembelajaran
reward dan punishment
dalam pembelajaran Al
Quran Hadis
2.1 Guru mata pelajaran
Al Quran Hadis
2.2 Peserta didik
3 Implikasi Reward dan
Punishment dalam
Pembelajaran Al Quran
Hadis
3.1 Siswa lebih
termotivasi dalam
belajar
3.2 Berkurangnya
pelanggaran
kesepakatan kelas/
aturan kelas
2. Wawancara (interview), yaitu alat pengumpul informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab
secara lisan pula. Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya yang
berjudul Penelitian Kualitatif Dasar Dasar wawancara
didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan
42
tujuan tertentu.6 Wawancara dalam pengumpulan data pada
penelitian ini, peneliti meawancarai guru Al Quran Hadist dalam
rangka menggali informasi tentang pelaksanaan reward dan
punishment dalam pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul
Islam. Kemudian peneliti mewawancarai kepala madrasah untuk
mendapatkan informasi tentang pelaksanaan reward dan
punishment dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru Al
Quran Hadits serta efektivitas pelaksanaan reward dan punishment
yang dilakukan oleh guru Al Qur’an Hadits khususnya kelas 1.
Serta peneliti mewawancarai peserta didik sebagai salah satu
faktor berjalannya reward dan punishment, di mana peneliti
mendapatkan informasi tentang proses dalam pelaksanaan reward
dan punishment. Instrument penelitian pada wawancara, peneliti
memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pelaksanaan
reward dan punishment dalam pembelajaran Al Quran Hadis.
3. Dokumentsi, yaitu memperoleh data yang didokumentasikan oleh
pihak sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik ini
meliputi: data tentang guru, sarana dan prasarana, serta
pelaksanaan pembelajaran Al Quran Hadits khususnya kelas 1 di
Mi Nurul Islam.
4. Angket atau kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.7 Angket
atau kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi peserta didik. Teknik ini dipilih peneliti untuk
memperkuat data lain selain dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang dikumpulkan dalam penelitian, sehingga data
6 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 45.
7 Sugiyono, op.cit., h. 142
43
yang telah terkumpul dapat mengungkapkan atau memberikan
informasi yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian.
Instrumen angket yang digunakan, penulis memberikan
pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dimana pertanyaan yang
diberikan alternatif jawabannya sesuai dengan keinginan
responden terkait dengan pelaksanaan reward dan punishment
dalam pembelajaran Al Quran Hadis. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel kisi-kisi instrument penelitian di bawah ini:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Angket Reward dan Punishment dalam
Pembelajaran Al Quran Hadis
No
.
Pertanyaan/
Pernyataan
Indikator Butir soal
Al Quran Hadits
1 Pembelajaran
Al Quran
Hadits
1.1 Peserta didik mampu
membaca dan menulis
Al Quran dan hadits
dengan baik
1.2 Peserta didik mampu
menghafal surat-surat
pendek dalam Al-
Qur’an
1.3 Peserta didik mampu
memahami arti atau
makna secara
sederhana dari surat-
1
2
3,4
44
surat pendek tersebut
dan hadis-hadis
tentang akhlak terpuji
1.4 Peserta didk mampu
mengamalkan surat-
surat pendek tersebut
dan hadis-hadis
tentang akhlak terpuji
dalam kehidupan
sehari-hari
5
Reward/ Ganjaran
2 Pujian 2.1 guru memberikan
pujian (tersenyum,
memberikan acungan
jempol, memberikan
tepuk tangan)
6, 7, 8
3 Penghormata
n
3.1 guru mengumumkan
prestasi siswa
9
4 Hadiah 4.1 memberi nilai bagus,
memberi hadiah
10, 11, 12,
13
5 Dampak 5.1siswa lebih senang dan
termotivasi
14, 15
Punishment/ Hukuman
5 Hukuman
preventif
5.1Menyampaikan
peraturan/ kesepakatan
16
6 Hukuman 6.1Menegur, memberi 17, 18, 19,
45
refresif hukuman, memberi
rasa kecewa, memberi
tugas tambahan,
mengurangi bintang
kebaikan yang dimiliki
siswa
20, 21, 22
7 dampak 7.1 malu dan menyesal
dan menyadari
kesalahan setelah
mendapatkan hukuman
23, 24, 25
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, diperlukan pemeriksaan keabsahan data.
Berikut beberapa teknik pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data:
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci.8 Peneliti tidak boleh terpaku
oleh keadaan yang “tampak atau ditampakkan”, karena di
belakang itu tersembunyi kondisi lain yang sesungguhnya. Dalam
kaitan itu peneliti hendaklah mau, mampu, dan selalu
meningkatkan ketekunan dalam menelusuri suatu fenomena sosial
secara holistic, sehingga terkumpul data dan informasi yang
8 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kulaitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. Ke-
30, h. 329
46
sesungguhnya, dan dalam konteks situasi sosial yang sebenarnya.9
Peneliti melakukan pengamatan dengan teliti secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
2. Confirmability/Objektivitas
Confirmability atau objektivitas dalam penelitian kualitatif
berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat, didengar,
ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia,
tidak dibuat-buat atau direka-reka.10
Konfirmabilitas merupakan
proses mengacu pada hasil penelitian. Apabila konfimabilitas ini
menunjukkan data cukup koheren, maka temuan penelitian
dipandang memenuhi syarat, namun bila tidak cukup koheren,
maka temuan dianggap gugur dan peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data.11
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik ini meliputi: sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber
yaitu, membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian. Hal ini dapat dicapai dengan lima cara
yaitu, pertama, membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara. Kedua, membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi. Ketiga, membandingkan apa yang dikatakan orang-
9 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), Cet. 1, h. 394.
10 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, loc. cit., h. 76.
11 Ibid., h. 77.
47
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu. Keempat, membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang seperti kepala madrasah, wakamad bidang kurikulum,
wakamad bidang kesiswaan, guru dan juga staf. Kelima,
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.12
Peneliti dapat mengecek data maupun mendapatkan data
melalui teknik triangulasi, yakni dengan membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Pengamatan yang
dilakukan peneliti melalui observasi lapangan dalam hal
pelaksanaan pembelajaran Al Quran Hadits, sedangkan
wawancara, peneliti mewawancarai guru Al Quran Hadits, kepala
madrasah, serta peserta didik mengenai pembelajaran Al Quran
Hadits. Serta kuesioner yang peneliti bagikan pada responden
yaitu peserta didik sebagai pelaksana pembelajaran Al Quran
Hadits.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data merupakan suatu proses
penyelidikan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara,
catatatn lapangan, material-material lain yang dikumpulkan untuk
meningkatkan pemahaman sendiri tentang data dan kemungkinan
untuk mepresentasikan apa yang telah ditemukan pada orang-orang
lain.13
Analisis yang digunakan pada penelitin kualitatif adalah dengan
12 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kulaitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.
Ke-30, h. 331
13
Ruslam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 230
48
model analisis data mengalir. Dalam penelitian digunakan teknik
anaisi sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peneliti membuat catatan yang
dikumpulkan melalui observasi pada proses pembelajaran Al
Quran Hadits, wawancara kepada guru Al Quran Hadits, kepala
madrasah, dan peserta didik, serta studi dokumentasi. Data-data
tersebut dikumpulkan dan dianalisis kemudian disesuaikan dengan
perumusan masalah penelitian.
2. Reduksi Data
Reduksi data yakni proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni
dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Proses reduksi
data meliputi langkah penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan,
pengabtraksian, dan pentransformasian data mentah yang telah
diperoleh dari hasil penelitian. Setelah data mengenai kedisiplinan
siswa terkumpul, peneliti menyeleksi data yang benar-benar
dibutuhkan dan memfokuskannya. Kemudian hasil dari berbagai
data tersebut disederhanakan dan dijadikan sebagai data mentah.
3. Penyajian Data
Bentuk penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian
kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang
lebar tentang temuan penelitian. Penggunaan gambar, bagan dan
tabel ini dapat memperkuat data deskriptif dan mempermudah
pembaca dalam memahami isi penelitian.14
Selain peneliti
menjabarkan data secara deskriptif, peneliti juga memperkuat data
dengan menyertai gambar dan tabel. Gambar dapat memperjelas
14 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, h. 71.
49
pelaksanaan/pemberian reward dan punishment yang dilakukan
atau diberikan oleh guru Al Quran Hadits, dan tabel dapat
memperjelas kisi-kisi instrument penelitian dan penjabaran hasil
yang diperoleh melalui kuesioner.
4. Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan pengumpulan data, reduksi data, dan
penyajian data maka langkah selanjutnya adalah meenarik
kesimpulan, dan biasanya kesimpulan awal masih sangat kabur
sehingga perlu dikaji ulang. Dalam hal ini, setelah peneliti
mereduksi dan menyajikan data selanjutnya peneliti menarik
kesimpulan dari hasil penelitian. Penarikan kesimpulan ini berisi
uraian jawaban berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam hasil penelitian dan pembahasan ini yaitu mendeskripsikan hasil-
hasil temuan yang peneliti temukan di tempat penelitian, yang diawali dengan
mendeskripsikan data melalui observasi, wawancara, kuesioner, kemudianyang
terakhir dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat disampaikan
oleh peneliti sesuai dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di tempat penelitian.
Analisis yang dilakukan peneliti berdasarkan instrument yang ada telah ditetapkan
sebelum melakukan penelitian ke tempatpenelitian. Peneliti memfokuskan
penelitian ini pada observasi, pendalaman wawancara, kuesioner dan juga
dokumentasi, sehingga pada pembahasan ini berisi analisis dan deskripsi dari
peneliti.
A. Deskripsi Data
1. Data Observasi
a. Tempat Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam
Pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul Islam
Pada observasi ini, peneliti melakukan observasi di kelas I
(Satu) yang terletak di lantai satu. Kelas-kelas tersebut sudah
difasilitasi dengan papan tulis, kursi, meja, loker, lemari (pojok baca),
dan AC. Sistem tempat duduk diacak antara perempuan dan laki-laki.
Untuk loker terdapat di dalam kelas dan rak sepatu terdapat di luar
kelas. Suasana pra pembelajaran kondusif, guru mempersilahkan
peserta didik untuk merapihkan masing-masing posisi duduknya.
Setelah peserta didik telah rapih dengan posisi duduk, lalu mereka
menjawab salam pembuka dari pembimbing. Sebelum memulai
51
pembelajaran, guru pembimbing menanyakan kesiapan peserta didik
dan bertanya adakah yang belum hadir atau berhalangan hadir.
Alokasi waktu untuk pembelajaran Al Quran Hadits sebanyak
2 jam pelajaran dalam satu kali pertemuan dalam seminggu. Dalam
pembelajaran Al Quran Hadits di kelas, guru biasanya menggunakan
metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan, seperti ceramah,
bernyanyi, tanya jawab, praktik, menempel/ menyusun potongan ayat.
Dalam mengawali kegiatan pembelajaran Al Qur’an Hadits
yang berlangsung selama 2 jam pembelajaran. Guru memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengabsen atau mengecek kehadiran siswa di
dalam kelas, setelah itu guru mengulang materi pembelajaran pada
pertemuan sebelumnya, yaitu dengan meghafalkan surat-surat yang
sudah dipelajari dipimpin oleh guru. Dan setelah itu guru
menginformasikan bahwa siswa akan memepelajari materi baru.
Gambar 4.1
Pembelajaran Al Qur’an Hadits di Kelas 1 B
52
Pada pembelajaran Al Qur’an Hadits guru melaksanakan atau
memberikan reward dan punishment kepada siswa untuk
mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa dalam belajar. Siswa
berlomba-lomba untuk mendapatkan reward dari guru pada saat
pembelajaran berlangsung. Dan mereka juga menghindari punishment
pada saat pembelajaran.
b. Pelaku Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran
Al Quran Hadits di MI Nurul Islam
1) Peserta Didik
Peserta didik di kelas I A berjumlah 28 peserta didik.
Terdiri Dari 44 laki-laki dan 44 perempuan. Dan peserta didik di
kelas I B berjumlah 28 peserta didik. Terdiri dari 13 laki-laki dan
15 perempuan. Serta peserta didik di kelas I C berjumlah 28
peserta didik. Terdiri dari 14 laki-laki dan 14 perempuan.
Pendidikan di MI Nurul Islam, dalam kesehariannya menggunakan
seragam dan jilbab bagi peserta didik perempuan.
2) Guru Mata Pelajaran Al Quran Hadits
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Nurul Islam
dibimbing oleh tiga orang guru diantaranya, Ibu Izza Umami, S.
Sos.I, beliau telah mengajar di MI Nurul Islam sejak tahun 2012.
Beliau merupakan guru Al Quran Hadits yang membimbing
peserta didik dengan grade A. Kemudian Ibu Syarifah Hidayah, S.
Pd.I, beliau telah mengajar di MI Nurul Islam sejak tahun 1997.
Beliau merupakan guru mapel Al Qur’an Hadits yang
membimbing peserta didik dengan grade B. Serta Ibu Siti Alimah,
S.Psi telah mengajar sejak tahun 2011. Beliau merupakan guru
maple Al-Quran Hadits yang membimbing peserta didik dengan
grade C.
53
c. Aktivitas Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadits di MI Nurul Islam
Pada pembahasan ini peneliti membahas tentang aktivitas
pelaksanaan pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul Islam pada
kelas I A. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengabsen siswa dan
menanyakan siapa yang tidak hadir, misalkan materi awal baca dulu
awal, lalu dihafal, lalu dilanjukan menulis ayatnya tetapi masih banyak
yang belum lancar untuk menulis huruf arabnya karena masih banyak
yag ngajinya belom Al Qur’an, terus yang Al Quran juga paling
beberapa. Terus saat belajar juga diselipkan motivasi atau nasihat
untuk anak-anak agar semangat belajar.
Sedangkan aktivitas pada grade B tidak jauh berbeda dengan
grade A. Diawali dengan mengabsen siswa bertanya siapa yang tidak
hadir lalu kita riview pelajaran kemarin, terus setelah itu dipelajaran
selanjutnya kita baca berulang-ulang suratnya atau materinya, terus
kita jelasin azbabun nuzulnya, ada berapa ayat, turunnya dimana, terus
setelah itu kita tulis per ayat terus dilanjutkan latihan
Aktivitas pada grade C tidak jauh berbeda dengan grade A dan
grade B, diawali dengan salam, lalu mengabsen semua anak-anak
ditanyakan siapa yang tidak hadir dilanjutkan tepuk semangat,
menanyakan kabar, menanyakan sudah sarapan apa belum,
menanyakan materi minggu kemarin/ meriview materi pada pertemuan
sebelumnha, bernyanyi, memeriksa buku pelajaran, lalu menanyakan
siapa yang menyiapkan buku pelajaran, menanyakan jam berapa
menyiapkan bukunya, misalkan ada PR ditanyakan siapa yang
membantu mengerjakan PR, lalu memulai materi baru.
2. Data Wawancara
a. Wawancara Guru Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits
54
1) Ibu Izza Umami
Menurut Ibu Izza Umami, pembelajaran Al Quran Hadits
di kelas 1A masih terfokus kepada guru. Pada pembelajarannya
menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan praktik. Dalam
pembelajaran Al Quran Hadits masih ditemukan beberapa
hambatan, diantaranya masih ada beberapa siswa yang masih
kesulitan untuk menulis dalam huruf arab/ menuliskan ayat dari
materi yang diajarkan, selain itu masih ditemukan beberapa siswa
yang belum lancer dalam membaca Al Quran. Namun pada saat
pembelajaran guru menyisipkan motivasi atau nasihat untuk anak-
anak agar semangat belajar.
Dalam pembelajaran Al Quran Hadits juga ada pelaksanaan
reward dan punishment bagi siswa. Contoh reward/ penguatan
positif yang diberikan yaitu Bintang prestasi dan bintang kebaikan.
Bintang prestasi diberikan pada saat pembelajaran sedang
berlangsung, sedangkan bintang kebaikan diberikan pada saat
anak melakukan akhlak terpuji, baik kepada guru maupun teman
sekelasnya. Sementara pengauatan negatif dalam pembelajaran Al
Quran Hadits yang diberikan kepada siswa yaitu diambil bintang
kebaikan atau bintang prestasinya, lalu mengucap kalimat istighfar
jika melakukan akhlak tercela.
Namun dalam pelaksanaan reward ditemukan beberapa
akibat/ dampak yang kurang baik diantaranya pemberian reward
berupa bintang dapat menimbulkan kecemburuan bagi siswa lain
sehingga siswa yang tidak mendapat bintang tersebut berlaku
curang dengan cara mengambil bintang milik temannya yang
mendapatkan bintang tersebut. Selain itu guru juga harus selalu
menyiapkan stok bintang. Ibu Syarifah Hidayah
55
Menurut Ibu Syarifah Hidayah, pembelajaran Al Quran
Hadits di kelas 1B tidak terfokus pada guru, namun juga pada
siswa. Hal ini dikarenakan agar siswa tidak jenuh ketika sedang
belajar. Pada pembelajarannya menggunakan metode ceramah,
demonstrasi, hafalan, diskusi dan menceritakan kisah-kisah sesuai
dengan materi, menempel potongan-potongan ayat. Dalam
pembelajaran Al Quran Hadits masih ditemukan beberapa
hambatan, diantaranya masih ada beberapa siswa yang masih
kesulitan untuk menulis dalam huruf arab/ menuliskan ayat dari
materi yang diajarkan, selain itu masih ditemukan beberapa siswa
yang belum lancar dalam membaca Al Quran.
Dalam pembelajaran Al Quran Hadits juga ada pelaksanaan
reward dan punishment bagi siswa. Contoh reward yang diberikan
yaitu Bintang dan juga ada nilai. Sementara punishment dalam
pembelajaran Al Quran Hadits yang diberikan kepada siswa yaitu
diambil bintangnya dan siswa yang tidak tertib saat belajar disuruh
berdiri di depan kelas.
Gambar 4.2
Pemberian Reward berupa Bintang Kebaikan di Kelas 1B
Namun dalam pelaksanaan reward ditemukan beberapa
akibat/ dampak yang kurang baik diantaranya pemberian reward
berupa bintang dapat menimbulkan kecemburuan bagi siswa lain.
56
Selain itu guru juga harus selalu menyiapkan stok bintang.
Sedangkan dalam pelaksanaan punishment masih ada beberapa
siswa yang tidak jera ketika sudah diberikan punishment oleh
gurunya.
2) Ibu Siti Alimah
Menurut Ibu Siti Alimah, pembelajaran Al Quran Hadits di
kelas 1C masih terfokus kepada guru. Pada pembelajarannya
menggunakan metode ceramah, bernyanyi, tepuk tangan, dan tanya
jawab. Dalam pembelajaran Al Quran Hadits masih ditemukan
beberapa hambatan, diantaranya masih ada beberapa siswa tidak
mengenal huruf arab, tidak mengaji, dan tidak diulang-ulang ketika
di rumah/ tidak belajar Al Quran Hadits ketika dirumah .
Dalam pembelajaran Al Quran Hadits juga ada pelaksanaan
reward dan punishment bagi siswa. Contoh reward yang diberikan
yaitu permen, makanan, pensil, kertas gambar dan bintang.
Sementara punishment dalam pembelajaran Al Quran Hadits yang
diberikan kepada siswa yaitu cabut bintang, mengucap istighfar
dari mulai 10 kali sampai 100 kali sesuai pelanggaran yang
dilakukan.
Gambar 4.3
Pemberian Reward berupa Makanan di Kelas 1C
57
b. Wawancara Peserta Didik
Peneliti melakukan wawancara kepada peserta didik dengan
cara random, sampai peneliti menemukan titik jenuh. Kesimpulan
yang peneliti dapat ialah, dalam proses pembelajaran Al-Quran Hadits
siswa lebih senang dengan adanya pemberian reward karena dengan
adanya reward siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan
bagi siswa yang belum mendapatkan reward mereka akan berusaha
untuk belajar lebih giat lagi agar bisa di pembelajaran selanjutnya akan
mendapatkan reward dari guru. Sedangkan dengan adanya pemberian
punishment siswa menjadi lebih disiplin dan berusaha untuk
menghindari punishment tersebut. Dengan adanya punishment tersebut
anak menjadi jera dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
c. Wawancara Orang Tua Peserta Didik
Peneliti melakukan wawancara kepada orang tua peserta didik
kesimpulan yang peneliti dapat ialah, orang tua sangat berperan
penting bagi pendidikan anaknya. Anak sangat membutuhkan
perhatian dari orang tuanya untuk keberhasilan pendidikan anak. Hal
ini terbukti dari seorang anak harus selalu ditemani orang tuanya pada
saat belajar dan bahkan ada yang tidak mau belajar jika tidak ada PR.
Sehingga, orang tua sangat berperan penting terhadap anaknya agar
selalu memotivasi anaknya agar giat belajar. Selain itu orang tua juga
perlu memberikan reward kepada anaknya agar anak termotivasi
untuk selalu semangat belajar dan bisa menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya. Namun, orang tua juga perlu menghindari pemberian
reward dengan menjanjikan reward terlebih dahulu sebelum anak-
anaknya menunjukan prestasinya karena hal ini akan berdampak
negative apabila apa yang sudah dijanjikan kepada anaknya tidak bisa
58
dipenuhi oleh orang tuanya. Selain itu, orang tua juga perlu
memberikan punishment kepada anaknya ketika seorang anak telah
melakukan kesalahan contohnya seperti menegur anaknya ketika lupa
salat. Namun, orang tua juga harus selalu mempertimbangkan
punishment yang sesuai bagi kesalahan anaknya karena punishment
diberikan dengan tujuan agar anak jera terhadap perilaku yang tidak
baik yang telah dilakukannya.
3. Data Dokumentasi
Dokumen yang peneliti gunakan di antaranya kurikulum, silabus,
dan RPP. Kurikulum, merupakan rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran Al-Quran Hadits, kemudian silabus
merupakan rencana pembelajaran Al-Quran Hadist MI Nurul Islam
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, indikator,
kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber belajar. Sedangkan
RPP, rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun untuk setiap
kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.
4. Data kuesioner
Pada deskripsi data ini, peneliti menjelaskan tentang pendapat
peserta didik dalam proses pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul
Islam. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada peserta didik
disajikan dalam table-tabel dengan menggunakan teknik deskriptif
presentase hasil kuesioner. Adapun hasil yang diperoleh melalui kuesioner
adalah sebagai berikut
59
Tabel 4.1
Pembelajaran Al Quran Hadits
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Saya mampu membaca dan menulis Al
Quran dan hadits dengan baik
a. Ya
b. Tidak
68
2
97,1 %
2,9 %
2 Saya mampu menghafal surat-surat
pendek dengan baik
a. Ya
b. Tidak
69
1
98,6 %
1,4 %
3 Saya mampu memahami arti dari
surat-surat pendek
a. Ya
b. Tidak
66
4
94,3 %
5,7 %
4 Saya mampu memahami hadis-hadis
tentang akhlak terpuji
a. Ya
b. Tidak
67
3
95,7 %
4,3 %
5 Saya mengerjakan perintah dari Al
Quran (surat-surat pendek) dan hadits-
hadits tentang akhlak terpuji
a. Ya
66
94,3%
60
b. Tidak 4 5,7 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (97,1 %)
siswa menyatakan bahwasannya siswa mampu membaca dan menulis Al
Quran dan hadits dengan baik, dan sebanyak (2,9%) menyatakan tidak
mampu membaca dan menulis Al Quran dan hadits dengan baik.
Kemudian untuk pertanyaan nomor dua dapat dikemukakan bahwa
sebanyak (98,6 %) siswa mampu menghafal surat-surat pendek dengan
baik, dan sebanyak (1,4%) siswa tidak mampu menghafal surat-surat
pendek dengan baik. Kemudian untuk pertanyaan nomor tiga dapat
dikemukakan bahwa sebanyak (94,3 %) siswa mampu memahami arti dari
surat-surat pendek, dan sebanyak (5,7 %) siswa tidak mampu memahami
arti dari surat-surat pendek. Kemudian untuk nomor empat dapat
dikemukakan bahwa sebanyak (95,7 %) siswa mampu memahami hadis-
hadis tentang akhlak terpuji dan sebanyak (4,3%) siswa tidak mampu
memahami hadis-hadis tentang akhlak terpuji. Kemudian untuk
pertanyaan nomor lima dapat dikemukakan bahwa sebanyak (94,3%)
siswa mampu mengerjakan perintah dari Al Quran (surat-surat pendek)
dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji, dan sebanyak (5,7%) siswa tidak
mampu mengerjakan perintah dari Al Quran (surat-surat pendek) dan
hadits-hadits tentang akhlak terpuji. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa
mampu menghafal surat-surat pendek dengan baik.
61
Tabel 4.2
Pujian
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Guru tersenyum ketika siswa berlaku
sopan dan baik
a. Ya
b. Tidak
69
1
98,6 %
1,4%
2 Guru memberikan acungan jempol
kepada siswa yang menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas
dengan baik
a. Ya
b. Tidak
65
5
92,9 %
7,1 %
3 Guru memberikan tepuk tangan
kepada siswa/kelompok yang
menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas dengan baik
a. Ya
b. Tidak
62
8
89, 6 %
11, 4 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (98,6 %) siswa
menyatakan bahwasannya Guru tersenyum ketika siswa berlaku sopan dan
baik , dan sebanyak (1,4%) menyatakan bahwa Guru tidak tersenyum ketika
siswa berlaku sopan dan baik. Kemudian untuk pertanyaan nomor tujuh dapat
dikemukakan bahwa sebanyak (92,9 %) Guru memberikan acungan jempol
kepada siswa yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan
baik, dan sebanyak (7,1%) Guru tidak memberikan acungan jempol kepada
siswa yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan baik.
62
Kemudian untuk pertanyaan nomor delapan dapat dikemukakan bahwa
sebanyak (89,6%) Guru memberikan tepuk tangan kepada siswa/kelompok
yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan baik, dan
sebanyak (11,4 %) Guru tidak memberikan tepuk tangan kepada
siswa/kelompok yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa Guru tersenyum ketika siswa berlaku sopan
dan baik.
Tabel 4.3
Penghormatan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (P)
1 Guru mengumumkan siswa/
kelompok yang paling cepat
selesai dan benar dalam
mengerjakan tugas
a. Ya
b. Tidak
94
6
91,4 %
8,6 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (91,4%) siswa
menyatakan bahwasannya Guru mengumumkan siswa/ kelompok yang paling
cepat selesai dan benar dalam mengerjakan tugas, dan sebanyak (1,4%)
menyatakan bahwa Guru tidak mengumumkan siswa/ kelompok yang paling
cepat selesai dan benar dalam mengerjakan tugas. Hal ini dapat dilihat bahwa
Guru mengumumkan siswa/ kelompok yang paling cepat selesai dan benar
dalam mengerjakan tugas.
63
Table 4.4
Hadiah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosenta
se (P)
1 Guru memberikan nilai yang bagus
kepada siswa yang menjawab pertanyaan
dengan benar
a. Ya
b. Tidak
69
1
98,6 %
1,4 %
2 Guru memberikan hadiah kepada siswa
yang menjawab pertanyaan dengan
benar/ mengerjakan tugas dengan baik
a. Ya
b. Tidak
69
1
98,6 %
1,4 %
3 Guru menambah bintang kebaikan bagi
siswa yang berperilaku sopan atau
mematuhi aturan
a. Ya
b. Tidak
70
0
100 %
0 %
4 Guru memberikan waktu istirahat yang
lebih lama kepada siswa yang
mengerjakan tugas dengan baik
a. Ya
b. Tidak
46
14
80 %
20 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (98,6%) siswa
menyatakan bahwasannya Guru memberikan nilai yang bagus kepada siswa
yang menjawab pertanyaan dengan benar, dan sebanyak (1,4%) menyatakan
bahwa Guru tidak memberikan nilai yang bagus kepada siswa yang menjawab
64
pertanyaan dengan benar. Kemudian untuk pertanyaan nomor sebelas dapat
dikemukakan bahwa sebanyak (98,6 %) Guru memberikan hadiah kepada
siswa yang yang menjawab pertanyaan dengan benar/ mengerjakan tugas
dengan baik, dan sebanyak (1,4%) Guru tidak memberikan hadiah kepada
siswa yang yang menjawab pertanyaan dengan benar/ mengerjakan tugas
dengan baik. Kemudian untuk pertanyaan nomor dua belas dapat
dikemukakan bahwa sebanyak (100%) Guru memberikan tambahan bintang
kebaikan bagi siswa yang berperilaku sopan atau mematuhi aturan, dan
sebanyak (0%) Guru tidak memberikan tambahan bintang kebaikan bagi
siswa yang berperilaku sopan atau mematuhi aturan. Kemudian untuk
pertanyaan nomor tiga belas dapat dikemukakan bahwa sebanyak (80%) Guru
memberikan waktu istirahat yang lebih lama kepada siswa yang mengerjakan
tugas dengan baik, dan sebanyak (20%) Guru tidak memberikan waktu
istirahat yang lebih lama kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan baik.
Hal ini dapat dilihat bahwa Guru memberikan tambahan bintang kebaikan
bagi siswa yang berperilaku sopan atau mematuhi aturan.
Tabel 4.5
Dampak
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Saya merasa senang ketika diberikan
hadiah pada saat belajar
a. Ya
b. Tidak
65
5
92,9 %
7,1 %
2 Saya lebih bersemangat lagi dalam
belajar setelah mendapatkan hadiah/
melihat teman mendapatkan hadiah
a. Ya
62
88,6 %
65
b. Tidak 8 11,4 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (92,9%) siswa
menyatakan bahwasannya siswa merasa senang ketika diberikan hadiah pada
saat belajar, dan sebanyak (7,1%) menyatakan bahwa siswa tidak merasa
senang ketika diberikan hadiah pada saat belajar. Kemudian untuk pertanyaan
nomor lima belas dapat dikemukakan bahwa sebanyak (88,6 %) siswa lebih
bersemangat lagi dalam belajar setelah mendapatkan hadiah/ melihat teman
mendapatkan hadiah, dan sebanyak (11,4%) siswa tidak lebih bersemangat
lagi dalam belajar setelah mendapatkan hadiah/ melihat teman mendapatkan
hadiah.
Tabel 4.6
Hukuman Preventif
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Guru menyampaikan aturan/kesepakatan
kelas dalam belajar
a. Ya
b. Tidak
63
7
90 %
10 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (90 %) siswa
menyatakan bahwasannya Guru menyampaikan aturan/kesepakatan kelas
dalam belajar, dan sebanyak (10%) menyatakan bahwa Guru tidak
menyampaikan aturan/kesepakatan kelas dalam belajar.
66
Tabel 4.7
Hukuman Represif
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Guru menegur siswa yang melanggar
aturan/kesepakatan kelas
a. Ya
b. Tidak
56
14
80 %
20 %
2 Guru memberikan hukuman kepada
siswa yang melanggar aturan
a. Ya
b. Tidak
57
13
81,4 %
18,6 %
3 Guru memberikan reaksi kecewa
(misalnya menggelengkan kepala)
kepada siswa yang melanggar aturan
a. Ya
b. Tidak
52
18
74,3 %
25,7 %
4 Guru memberikan tugas tambahan
kepada siswa yang melanggar aturan/
tidak mngerjakan tugas dengan baik
a. Ya
b. Tidak
40
20
71,4 %
28,6 %
5 Guru mengurangi bintang kebaikan
kepada siswa yang tidak
mengerjakan tugas dengan baik atau
melanggar aturan
a. Ya
b. Tidak
60
10
85,7 %
14,3 %
6 Guru mengurangi waktu istirahat
67
bagi siswa yang tidak mengerjakan
tugas dengan baik
a. Ya
b. Tidak
52
18
74,3 %
25,7 %
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (80 %) siswa
menyatakan bahwasannya Guru menegur siswa yang melanggar aturan/
kesepakatan kelas, dan sebanyak (20 %) menyatakan bahwa Guru tidak
menegur siswa yang melanggar aturan/ kesepakatan kelas. Kemudian untuk
pertanyaan nomor delapan belas dapat dikemukakan bahwa sebanyak
(81,4%) Guru memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar aturan,
dan sebanyak (18,6%) Guru tidak memberikan memberikan hukuman kepada
siswa yang melanggar aturan. Kemudian untuk pertanyaan nomor Sembilan
belas dapat dikemukakan bahwa sebanyak (74,3%) Guru memberikan reaksi
kecewa (misalnya menggelengkan kepala) kepada siswa yang melanggar
aturan, dan sebanyak (25,7 %) Guru tidak memberikan memberikan reaksi
kecewa (misalnya menggelengkan kepala) kepada siswa yang melanggar
aturan. Kemudian untuk pertanyaan nomor dua puluh dapat dikemukakan
bahwa sebanyak (85,7%) Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa
yang melanggar aturan/ tidak mengerjakan tugas dengan baik, dan sebanyak
(14,3%) Guru tidak memberikan tugas tambahan kepada siswa yang
melanggar aturan/ tidak mengerjakan tugas dengan baik. Kemudian untuk
nomor dua puluh satu dikemukakan sebanyak (85,7%) Guru mengurangi
bintang kebaikan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik
atau melanggar aturan, dan sebnyak (14,3%) Guru tidak mengurangi bintang
kebaikan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik atau
melanggar aturan. Kemudian untuk pertanyaan nomor dua puluh dua
sebanyak (74,3%) Guru mengurangi waktu istirahat bagi siswa yang tidak
68
mengerjakan tugas dengan baik, dan sebanyak (25,7%) Guru tidak
mengurangi waktu istirahat bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan
baik.
Tabel 4.8
Dampak
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
(P)
1 Saya menyadari kesalahan saya, setelah
diberikan hukuman oleh guru dan akan
berusaha memperbaikinya
a. Ya
b. Tidak
67
3
95,7 %
4,3 %
2 Saya malu kepada teman-teman ketika
mendapatkan hukuman
a. Ya
b. Tidak
61
9
87,1 %
12,9 %
3 Saya menyesal setelah mendapatkan
hukuman dari guru
a. Ya
b. Tidak
63
7
90%
10%
Berdasarkan data di atas dikemukakan bahwa sebanyak (95,7 %) siswa
menyadari kesalahan setelah diberikan hukuman oleh guru dan akan berusaha
memperbaikinya, dan sebanyak (4,3%) siswa tidak menyadari kesalahan
setelah diberikan hukuman oleh guru dan akan berusaha memperbaikinya.
Kemudian untuk pertanyaan nomor dua puluh empat dapat dikemukakan
bahwa sebanyak (87,1 %) siswa malu kepada teman-teman ketika
mendapatkan hukuman, dan sebanyak (12,9%) siswa tidak malu kepada
69
teman-teman ketika mendapatkan hukuman. Kemudian untuk pertanyaan
nomor dua puluh lima dapat dikemukakan bahwa sebanyak (90%) siswa
menyesal setelah mendapatkan hukuman dari guru, dan sebanyak (10%) siswa
tidak menyesal setelah mendapatkan hukuman dari guru.
B. Pembahasan
1. Penerapan Reward dan Punihment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadits di MI Nurul Islam
a. Pelaksanaan Reward
Berdasarkan data wawancara, yang diperoleh peneliti
penerapan penguatan positif/ reward yang dilakukan adalah
pemberian bintang prestasi, bintang kebaikan, nilai, permen, pensil,
dankertas gambar.
Berdasarkan data kuesioner, penerapan reward/ penguatan
positif yang dilakukan adalah Guru tersenyum ketika siwa berlaku
baik dan sopan, Guru memberikan acungan jempol kepada siswa yang
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan baik, Guru
memberikan tepuk tangan kepada siswa/kelompok yang menjawab
pertanyaan atau mengerjakan tugas dengan baik, Guru mengumumkan
siswa/ kelompok yang paling cepat selesai dan benar dalam
mengerjakan tugas, Guru memberikan nilai yang bagus kepada siswa
yang menjawab pertanyaan dengan benar, Guru memberikan hadiah
kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar/ mengerjakan
tugas dengan baik, Guru menambah bintang kebaikan bagi siswa yang
berperilaku sopan atau mematuhi aturan, dan Guru memberikan waktu
istirahat yang lebih lama kepada siswa yang mengerjakan tugas
dengan baik.
70
b. Pelaksanaan Punishment
Berdasarkan data wawancara, penerapan punishment yang
dilakukan adalah diambil bintang kebaikan atau bintang prestasinya, lalu
mengucap kalimat istighfar jika melakukan akhlak tercela, siswa yang
tidak tertib saat belajar disuruh berdiri di depan kelas.
Berdasarkan data angket, penerapan punishment yang dilakukan
adalah Guru menyampaikan aturan/kesepakatan kelas dalam belajar untuk
mencegah adanya pelanggaran aturan/kesepakatan kelas, Guru menegur
siswa yang melanggar aturan/kesepakatan kelas, Guru memberikan
hukuman kepada siswa yang melanggar aturan, Guru memberikan reaksi
kecewa (misalnya menggelengkan kepala) kepada siswa yang melanggar
aturan, Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa yang melanggar
aturan/ tidak mngerjakan tugas dengan baik, Guru mengurangi bintang
kebaikan kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik atau
melanggar aturan, dan Guru mengurangi waktu istirahat bagi siswa yang
tidak mengerjakan tugas dengan baik
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Reward dan
Punihment dalam Pembelajaran Al Quran Hadits di MI Nurul Islam
Faktor yang mendukung terjadinya pelaksanaan reward dan
punishment adalah respon siswa yang ditunjukkan saat siswa menerima
atau setelah menerima reward ataupun punishment, adanya dukungan dari
guru dan orangtua. Setelah adanya reward ataupun punishment siswa
menjadi lebih aktif dan lebih disiplin dalam mengikuti pembelajaran Al
Quran Hadits
71
Faktor penghambat yang terjadi pada pelaksanaan reward dan
punishment adalah kesiapan kelengkapan dalam meberikan reward
(bintang, permen, pensil, dan kertas gambar), keterbatasan waktu dalam
menyiapkan kelengkapan reward mengingat tugas guru yang banyak,
siswa yang kurang menghargai pemberian reward dan protes ketika
mendapat punishment.
3. Perencanaan Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Sebagaimana dalam KMA No. 165 tahun 2014 menyatakan bahwa
Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus. RPP mencakup: a) data sekolah, matapelajaran, dan
kelas/semester; b) materi pokok; c) alokasi waktu; d) tujuan pembelajaran,
KD dan indikator pencapaian kompetensi; e) materi pembelajaran; metode
pembelajaran; f) media, alat dan sumber belajar; g) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran; dan h) penilaian otentik. Setiap guru di setiap
satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru
tersebut mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara guru Al Quran Hadits menyatakan
bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat pada saat rapat
kerja sebelum kegiatan semester ini dimulai, jadi ketika mengajar sudah
tidak di buat RPP lagi dan agar dalam pembelajaran Al-Quran Hadits
dapat berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan dan tujuan
pembelajaran Al-Quran Hadits dapat tercapai.1
1 Syarifah Hidayah, Guru Al Quran Hadits MI Nurul Islam Rempoa, wawancara 5 Agustus 2019
72
Berdasrkan hasil dokumentasi RPP yang dibuat oleh guru sudah
mencakup: a) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; b) materi
pokok; c) alokasi waktu; d) tujuan pembelajaran, KD dan indikator
pencapaian kompetensi; e) materi pembelajaran; metode pembelajaran; f)
media, alat dan sumber belajar; g) langkah-langkah kegiatan
pembelajaran; dan h) penilaian otentik.2
4. Proses Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Sebagaimana dalam KMA No. 165 tahun 2014 menyatakan bahwa
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang
sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;
mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang
akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan menyampaikan garis besar
cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
Berdasarkan hasil wawancara pada pembelajaran Al-Quran Hadits
guru meriview pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar siswa
tidak lupa materi pembelajaran sebelumnya dan guru juga bisa mengetahui
siapa saja yang sudah benar-benar menguasai materi tersebut dan siapa
yang belum menguasai materi tersebut. 3
2 Hasil pengamatan dan Penelususran Dokumen melalui Arsip tertulis di MI Nurul Islam, pada 6
Agustus 2019 3 Syarifah Hidayah, Guru Al Quran Hadits MI Nurul Islam Rempoa, wawancara 5 Agustus 2019
73
Berdasarkan hasil observasi, guru menyiapkan peserta didik
dengan mengabsen siswa dilanjutkan dengan bertanya tentang materi
pelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya lalu menyampaikan
garis besar materi pelajaran yang akan dipelajari pada hari tersebut.4
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, me-nyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari
informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi,
dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang
bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar
peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan,
selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan
latihan lanjutan kepada peserta didik. Dalam setiap kegiatan guru harus
memerhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti,
kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain
yang tercantum dalam silabus dan RPP.
Berdasarkan hasil observasi, berikut ini adalah kelima kegiatan
belajar yang dilakukan guru:
a. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka pelajaran dengan
melafalkan bersama-sama dengan siswa surah-surah yang telah di
4 Observasi mengajar di kelas 1C MI Nurul Islam Rempoa, 30 Juli 2019
74
pelajari pada pertemuan sebelumnya lalu dilanjutkan dengan
menjelaskan asbabun nuzul surah tersebut.5
b. Menanya
Dalam kegiatan ini guru menanyakan kembali asbabun nuzul surah
yang telah dilafalkan. Anak-anak yang sudah menguasai materi
berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam kegiatan
ini siswa ditugaskan untuk mengurutkan potongan surah al fatihah
secara berkelompok, dalam pengerjaannya mereka bisa membaca
surah al fatihah yang sudah runtut dalam buku paket ataupun dalam juz
amma.
Gambar 4.4
Kegiatan Mengurutkan Potongan Surah Al Fatihah
5 Izza Umami, Guru Al Quran Hadits MI Nurul Islam Rempoa, wawancara 5 Agustus 2019
75
d. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah para siswa membacakan surah al faithah
tersebut yang stelah disusun secara runtut dan menunjukan kepada
teman-temannya hasil dari kerja kelompoknya.
Gambar 4.5
Hasil Kerja kelompok
5. Metode Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Metode merupakan alat penting untuk merealisasikan keberhasilan
sebuah pelajaran. Oleh karena itu pemilihan metode yang sesuai dengan
situasi dan kondisi peserta didik harus diperhatikan. Penggunaan metode
yang tepat dalam pembelajaran Al Quran Hadits memudahkan siswa
untuk cepat menguasai materi pembelajaran. Masing-masing peserta didik
memiliki pengalaman yang beragam dan latar belakang yang berbeda-
beda, sehingga metode yang digunakan peserta didik satu belum tentu
sama dengan peserta didik lainnya. Maka dari itu, guru menggunakan
76
berbagai metode pembelajaran agar yang sesuai tipe belajar anak. Karena
setiap peserta didik yang menggunakan suatu metde tertentu belum tentu
dapat ditiru oleh peserta didik lainnya.
Berdasarkan wawancara dengan guru Al Quran Hadits pada
pembelajaran Al Quran Hadits sudah menggunakan beberapa metode
seperti ceramah, demostrasi, tanya jawab, diskusi, menenempel potongan
ayat. Dan metode yang paling mereka suka ketika sedang belajar yaitu
metode diskusi secara berkelompok. Karena dari metode ini siswa akan
berlomba-lomba untuk menajdi kelompok terbaik pada saat pembelajaran
sedang berlangsung.6
6. Media Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Fasilitas merupakan salah satu yang menunjang keberhasilan
pembelajaran Al-Quran Hadits pada peserta didik, dengan demikian
pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran Al-Quran Hadits harus
dilakukan. Berdasarkan observasi fasilitas MI Nurul Islam sudah
memadai. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan fasilitas ruang kelas
yang terdapat loker, dimana loker tersebut digunakan siswa untuk
menaruh kebutuhan siswa ketika sedang belajar seperti juz amma,
gunting, kertas origami, lem, pensil warna, buku PIS (Panduan Ibadah
Siswa), alat solat, selain itu guru juga selalu menyediakan kertas HVS.
Selain failitas tersebut, sekolah juga menambahkan muatan local BTQ
untuk menunjang kemampuan baca tulis Al Quran siswa. Ada juga
program mingguan yaitu tadarus bersama di setiap hari selasa dan rabu.
Kegiatan ini juga ikut berperan penting dalam kemampuan anak dalam
membaca Al Quran. Serta pada hari kamis ada program untuk
6 Syarifah Hidayah, Guru Al Quran Hadits MI Nurul Islam Rempoa, wawancara 5 Agustus 2019
77
menghafalkan mufrodat. Program ini siswa diwajibkan untuk menuliskan
hadits dan artinya lalu dihafalkan setiap hari kamis. 7
7. Materi Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Materi pelajaran merupakan bagaian yang terpenting dalam proses
pembelajaran, dimana pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran
merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan dokemntasi yang
dilakukan peneliti Materi pembelajaran Al-Quran Hadits sudah tercantum
dalam RPP yang dibuat oleh guru dan sesuai degan buku paket yang
digunakan oleh siswa. Keberhasilan pembelajaran Al Quran Hadits tidak
hanya dari materi atau metode yang telah disusun dalam RPP saja, namun
faktor lain seperti lingkungan, fasilitas sekolah, guru serta peserta didik
pun ikut berperan dalam terlaksananya pembelajaran Al Quran Hadits.
Maka hal tersebut berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan pembelajaran
Al Quran Hadits serta hasil pembelajaran Al Quran hadits yang dicapai
oleh siswa.8
8. Evaluasi (Penilaian) Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Evaluasi (Penilaian) merupakan terpenting dari proses
pembelajaran Al Quran Hadits. Evaluasi (penilaian) dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi Al Quran
Hadits. Pada pembelajaran Al Quran Hadits dilakukan penilaian afektif,
kognitif serta psikomotorik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru melakuakan
penilaian afektif biasanya menggunakan penilaian observasi kepada anak.
7 Hasil Pengamatan dan Penelusuran Dokumen melalui Arsip tertulis di MI Nurul Islam Rempoa, pada
6 Agustus 2019 8 Hasil Pengamatan dan Penelusuran Dokumen melalui Arsip tertulis di MI Nurul Islam Rempoa, pada
6 Agustus 2019
78
Untuk penilaian kognitif ada penilaian harian, penilaian harian bersama,
penilaian akhir semester. Untuk penilaian psikomotorik guru melakukan
penilaian produk dari siswa. 9
9. Implikasi Pembelajaran Al Qur’an Hadits
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran Al
Quran Hadits yang dilakukan di MI Nurul Islam berjalan dengan baik
yaitu, terdapat peserta didik yang dapat membaca Al Quran dengan baik
bahkan ada yang mampu menghafal Al-Quran dengan baik dan benar. Jika
dilihat dari kemampuan peserta didik dalam membaca Al-Quran, peserta
didik dapat membaca Al-Qur‟an dengan lancar begitupun saat peserta
didik melafalkan ayat. Selain itu peserta didik dapat melafalkan ayat Al-
Quran dengan tepat, dari segi melafalkan makharijul huruf maupun
hukum tajwid pada saat membaca Al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran Al Quran Hadits telah berjalan dengan baik.
9 Hasil Pengamatan dan Penelusuran Dokumen melalui Arsip tertulis di MI Nurul Islam Rempoa, pada
6 Agustus 2019
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis data yang diperoleh berdasarkan penelitian
mengenai pelaksanaan reward dan punishment dalam pembelajaran Al Quran
Hadits di MI Nurul Islam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, penerapan reward dan punishment pada siswa kelas I MI
Nurul Islam yaitu sebagai berikut:
1. Metode reward, pada metode ini hal yang diterapkan:
a. Pemberian hadiah bagi siswa berupa senyuman, acungan jempol, dan
tepuk tangan.
b. Pemberian hadiah bagi siswa berupa benda seperti permen, pensil,
kertas gambar, dan bintang.
2. Metode punishment pada metode ini hanya menerapkan adalah :
a. Teori hukuman prevensif yaitu dengan menerapkan tata tertib.
b. Teori hukuman represif yaitu pemberian hukuman yang dilakukan
siswa. Jika siswa berkata tidak sopan diberikan sanksi mengucapkan
kalimat istighfar sebanyak 10 sampai 100 kali dan diambil bintang
kebaikannya/ bintang prestasinya. Pelanggaran lain yaitu jika tidak
mau mengikuti arahan guru maka diberikan sanksi berdiri di depan
kelas ketika sedang belajar bahkan dikeluarkan dari dalam kelas.
terlambat maka diberikan hukuman berdoa sendiri sambil berdiri
didepan kelas.
Kedua, pengaruh positif dan negatif dari metode reward dan
punishment dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai
berikut:
80
1. Pengaruh positif dari penerapan reward adalah meningkatkannya
semangat siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa lebih
siap dalam menghadapi ulangan. Suasana kelas menjadi lebih baik, siswa
lebih memperhatikan guru ketika sedang diajar. Siswa juga gembira ketika
mendapatkan hadiah.
2. Pengaruh negatif dari penerapan reward adalah beberapa siswa
menganggap sebagai upah sehingga jika tidak ada hadiah menjadi malas.
Adanya siswa yang iri dan bersaing pada siswa yang mendapat hadiah.
3. Pengaruh positif dari penerapan punishment adalah siswa terdorong untuk
lebih disiplin sehingga perilaku siswa menjadi lebi baik.
4. Pengaruh negatif dari penerapan punishment adalah membuat beberapa
siswa menjadi penakut dan terganggu ketika belajar.
B. Saran
1. Bagi guru kelas untuk selalu meningkatkan metode pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar dengan mencari dan menggali lebih dalam dari berbagai media,
sehingga dapat memberikan pelajaran yang baik untuk memotivasi siswa dalam
meningkatkan prestasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya, ada baiknya memperkaya aspek-aspek yang lain agar
hasil yang didapat lebih banyak, karena penelitian ini sangat jauh dari sempurna
3. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik yang
bersekolah di MI Nurul Islam dapat meningkatkan motivasi belajar
dengan adanya reward dan punishment dalam pembelajaran.
4. Bagi orangtua siswa, ada baiknya pemberian reward tidak menjanjikan
sesuatu terlebih dahulu kepada anak sebelum menunjukkan prestasinya,
dan pemberian punishment sebaiknya yang akan menimbulkan keinsyafan
kepada anak.
5. Bagi sekolah, sebagai usaha untuk melakukan dan perbaikan kinerja guru
dan sekolah kearah profesionalisme dan inovasi pembelajaran.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Ruslam. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2016
Al-Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis. Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2011.
Aman Ma’mun, Muhammad. “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, 2018.
Anirah,Andi. OPTIMALISASI METODOLOGI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK SANTRI (Studi Kasus
Tk/Tpa Agung Darussalam Palu). ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 3
No. 1 Juni 2015
Arief, Armai Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arip Widodo, dkk, Metode Pembelajaran Membaca Al- Qur’an Anak Usia 7-13 tahun
di TPQ Al
Daradjat, Zakiah Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2000
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara,2011.
J. Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kulaitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2016, Cet. Ke-30
Jurnal Al Tarbawi Al Haditsah Hal 1 No 2 ISSN 2407 – 6805. Madrasah Ibtidaiyah”,
Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 3, No. 2, 2017.
KMA Nomor 165 Tahun 2014.
Millata Zamana dan Siti Rahmah, Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits di MIN Rukoh Banda Aceh, Jurnal Tunas Bangsa Vol 5, No. 2 Agustus
2018.
Moh. Haitami Salim, dkk., Edisi Revisi Pembelajaran Al Qur’an Hadits. Pontianak:
IAIN Pontianak Press,2017
82
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran ;Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Referensi
GP, 2013.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Purnadi Putra dan Idawati, “Telaah Kurikulum dalam Mata Pelajaran Al Qur’an
Hadits di Falah 2 Desa SerangKulon Blok 01 RT 01 RW 01 Kecamatan
Babakan Kabupaten Corebon,
Purwanto, Ngalim Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya,
2005.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sudaryono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia. 2014
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2010.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, Cet. 1.
83
Lampiran 1. Lembar Angket Penelitian Pelaksanaan Reward dan
Punishment dalam Pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam
ANGKET PENELITIAN
Angket Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al Quran
Hadis di MI Nurul Islam
Petunjuk:
1. Pada kuesioner ini terdapat 25 pertanyaan, pertimbangkan baik-baik setiap
pertanyaan dan berikan jawaban yang benar-benar sesuai dengan keadaan di
madrasah.
2. Mohon mengisi kuesioner dengan jawaban jujur.
3. Berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan di madrasah.
4. Jawaban jangan terpengaruh oleh pernyataan lain.
5. Setelah diisi mohon kumpulkan kembali kuesioner kepada petugas pengumpul
kuesioner.
No. Aspek yang diamati Ya Tidak
Pembelajaran Al Quran Hadits
1. Saya mampu membaca dan menulis Al Quran dan
hadits dengan baik
2. Saya mampu menghafal surat-surat pendek dengan
baik
3. Saya mampu memahami arti dari surat-surat pendek
4. Saya mampu memahami hadis-hadis tentang akhlak
terpuji
5. Saya mengerjakan perintah dari Al Quran (surat-surat
pendek) dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji
Reward/Ganjaran
6. Guru tersenyum ketika siswa berlaku sopan dan baik
84
7. Guru memberikan acungan jempol kepada siswa
yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
dengan baik
8 Guru memberikan tepuk tangan kepada
siswa/kelompok yang menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas dengan baik
9. Guru mengumumkan siswa/ kelompok yang paling
cepat selesai dan benar dalam mengerjakan tugas
10. Guru memberikan nilai yang bagus kepada siswa
yang menjawab pertanyaan dengan benar
11. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang
menjawab pertanyaan dengan benar/ mengerjakan
tugas dengan baik
12. Guru menambah bintang kebaikan bagi siswa yang
berperilaku sopan atau mematuhi aturan
13. Guru memberikan waktu istirahat yang lebih lama
kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan baik
14. Saya merasa senang ketika diberikan hadiah pada
saat belajar
15. Saya lebih bersemangat lagi dalam belajar setelah
mendapatkan hadiah/ melihat teman mendapatkan
hadiah
Punishment/ Hukuman
16. Guru menyampaikan aturan/kesepakatan kelas dalam
belajar
17. Guru menegur siswa yang melanggar
aturan/kesepakatan kelas
18. Guru memberikan hukuman kepada siswa yang
melanggar aturan
19. Guru memberikan reaksi kecewa (misalnya
menggelengkan kepala) kepada siswa yang
melanggar aturan
85
20. Guru memberikan tugas tambahan kepada siswa
yang melanggar aturan/ tidak mngerjakan tugas
dengan baik
21. Guru mengurangi bintang kebaikan kepada siswa
yang tidak mengerjakan tugas dengan baik atau
melanggar aturan
22. Guru mengurangi waktu istirahat bagi siswa yang
tidak mengerjakan tugas dengan baik
23. Saya menyadari kesalahan saya, setelah diberikan
hukuman oleh guru dan akan berusaha
memperbaikinya
24. Saya malu kepada teman-teman ketika mendapatkan
hukuman
25. Saya menyesal setelah mendapatkan hukuman dari
guru
86
Lampiran 2. Wawancara Pelaksanaan Reward dan Punishment
dalam Pembelajaran Al Quran Hadis di MI Nurul Islam
HASIL WAWANCARA
Wawancara Pelaksanaan Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Al
Quran Hadis di MI Nurul Islam
Informan: Siti Alimah, S. Psi.
Jabatan: Guru Mata Pelajaran Al Quran Hadits 1C
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada pelaksanaan reward dan
punishment dalam pembelajar Al Quran
Hadits?
Untuk di kelas ini ada.
2 Apa saja reward yang pernah diberikan
kepada siswa dalam pembelajar Al Quran
Hadits?
Permen, pensil, kertas
gambar dan bintang
3 Bagaimana respon siswa ketika mendapat
reward tersebut?
Responnya mereka
sangat senang dan
menjadi lebih baik lagi,
serta kebaikannya
menular ke siswa yang
lain.
4 Apa saja punishment yang pernah diberikan
kepada siswa dalam pembelajar Al Quran
Hadits?
Ada cabut bintang,
mengucap istighfar dari
mulai 10 kali sampai 100
kali sesuai pelanggaran
yang dilakukan
5 Bagaimana reaksi siswa setelah mendapat
hukuman?
Jera dan trauma tidak
akan melakukan lagi
pelanggaran itu, karena
menurut mereka cabut
bintang adalah sesuatu
87
yang menyakitkan.
6 Apa saja kendala/hambatan yang didapat pada
saat pemberian reward dalam pembelajar Al
Quran Hadits?
Untuk hambatannya
dalam mengajar tidak
mengenal huruf arab,
tidak ngaji, dan tidak
diulang-ulang.
7 Apa saja metode pembelajaran yang ibu
gunakan pada saat pembelajaran Al Qur’an
hadits?
Ada bernyanyi, tepuk
tangan, Tanya jawab,
ceramah, dan praktik.
8 Bagaimana langkah-langkah pembelajaran
yang dilakukan pada saat pembelajaran
dilakukan?
Pertama mengucap
salam, lalu mengabsen
dilanjutkan tepuk
semangat, menanyakan
kabar, menanyakan
sudah sarapan apa
belum, karena sarapan
juga sangat berpengaruh
terhadap belajar anak,
menanyakan materi
minggu kemarin,
bernyanyi, memeriksa
buku pelajaran, lalu
menanyakan siapa yang
menyiapkan buku
pelajaran, menanyakan
jam berapa menyiapkan
bukunya, misalkan ada
PR ditanyakan siapa
yang membantu
mengerjakan PR, lalu
memulai materi baru.
9 Lalu jika ada anak yang lupa membawa buku
pelajaran apa konsekuensinya?
Anak yang lupa
membawa buku
pelajaran mendapat
hukuman cabut bintang,
misal tidak membawa
buku paket dan buku
88
tulis maka 2 bintang
yang akan dicabut,
namun jika hanya salah
satu maka hanya satu
bintang yang dicabut.
Dan mereka sudah
terbiasa seperti itu.
Selain itu apabila buku
pelajaran yang
menyiapkan bukan anak
itu sendiri juga mereka
terkena hukuman untuk
cabut bintang juga.
10 Apakah pernah pembelajaran yang ibu
lakukan dilaksanakan di luar kelas?
Pernah.
11 Bagaimana langkah-langkah pembelajaran
yang ibu lakukan ketika dilakukan di luar
kelas?
Langkah-langkahnya
yaitu mereka diajarkan
cara menggunakan alat,
apa saja yang perlu
diperhatikan, lalu lanjut
ke materi. Sehingga
siswa bisa
menyimpulkan materi
pembelajarannya?
12 Bagaimana pendekatan pembelajaran yang ibu
lakukan pada saat pembelajaran?
Pembelajaran yang saya
lakukan tidak terfokus
pada guru, namun juga
pada siswa. Jadi agar
pembelajaran tidak
monoton
13 Apakah pernah mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari?
Sering, contohnya di
kelas ini diberlakukan
aturan bagi siswa yang
membuang sampah pada
tempat sampah maka
harus dikenakan denda
Rp 5000.
89
90
Informan: Syarifah Hidayah, S. Pd. I
Jabatan: Guru Mata Pelajaran Al Quran Hadits 1B
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada pelaksanaan reward dan
punishment dalam pembelajar Al
Quran Hadits?
Pasti ada.
2 Apa saja reward yang pernah
diberikan kepada siswa dalam
pembelajar Al Quran Hadits?
Bintang, nilai.
3 Bagaimana respon siswa ketika
mendapat reward tersebut?
Responnya mereka sangat
senang.
4 Apa saja punishment yang pernah
diberikan kepada siswa dalam
pembelajar Al Quran Hadits?
misalkan kalau anak yang tidak
tertib saat belajar disuruh berdiri
di depan kelas
5 Bagaimana reaksi siswa setelah
mendapat hukuman?
Jera tapi cuma beberapa menit
nanti ngga tertib lagi.
6 Apa saja kendala/hambatan yang
didapat pada saat pemberian reward
dalam pembelajar Al Quran Hadits?
Untuk hambatannya biasanya
kehabisan bintang, jadi harus
selalu siapin bintangnya setiap
hari. Selain itu ada tipe anak
yang tidak mau kalah dengan
temannya, sehigga jika
kelompok anak tersebut tidak
menang kelompoknya jadinya
nangis. Namun, lama kelamaan
setelah dikasih pengertian dia
bisa menrima kekalahan.
7 Apa saja metode pembelajaran yang
ibu gunakan pada saat pembelajaran
Al Qur’an hadits?
Ada ceramah, demonstrasi,
hafalan, diskusi dan
menceritakan kisah-kisah sesuai
dengan materi, menempel
potongan-potongan ayat.
91
92
Informan: Izza Umami, S. Sos.I
Jabatan: Guru Mata Pelajaran Al Quran Hadits 1A
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apakah ada pelaksanaan reward
dan punishment dalam pembelajar
Al Quran Hadits?
Pastinya ada.
2 Apa saja reward yang pernah
diberikan kepada siswa dalam
pembelajar Al Quran Hadits?
Bintang prestasi dan bintang
kebaikan. Bintang prestasi itu
dikasih saat belajar kaya stiker/
stempel itu, bintang kebaikan
dikasih saat dia berperilaku baik,
tertib, baik sama temannya.
3 Bagaimana respon siswa ketika
mendapat reward tersebut?
Responnya mereka pasti senang
ya, tapi kadang ada yang iri terus
ambil bintang milik temannya.
4 Apa saja punishment yang pernah
diberikan kepada siswa dalam
pembelajar Al Quran Hadits?
Misalnya diambil bintangnya,
mengucap istighfar.
5 Bagaimana reaksi siswa setelah
mendapat hukuman?
Ada yang jera, tapi kadang ada
yang masih tidak jera dan tidak
tertib lagi.
6 Apa saja kendala/hambatan yang
didapat pada saat pemberian
reward dalam pembelajar Al Quran
Hadits?
Untuk hambatannya dalam
mengajar tidak mengenal huruf
arab, tidak ngaji, dan tidak
diulang-ulang.
7 Apa saja metode pembelajaran
yang ibu gunakan pada saat
pembelajaran Al Qur’an hadits?
Ada ceramah yang pasti,
demonstrasi dan praktik.
8 Bagaimana langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan pada
saat pembelajaran dilakukan?
Pertama misalkan materi awal
baca dulu awal, lalu dihafal, lalu
dilanjukan menulis ayatnya tetapi
masih banyak yang belum lancer
93
94
Informan: Siswa MI Nurul Islam (Aisha Azeema Rahman)
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa kamu suka pelajaran Al Quran
Hadits?
suka bu.
2 Mengapa dan berikan alasannya? karena gampang
3 Apakah kamu suka mengikuti
pelajaran Al Quran Hadits dari
awal sampai akhir?
suka bu, apalagi kalau lomba
nanti bisa dapat hadiah dan
dapat tambahan bintang
4 Apakah kamu kesulitan ketika
belajar Al Quran Hadits?
tidak bu.
5 Apakah kamu pernah diberikan
hadiah/ reward dan punishment/
hukuman dalam pembelajar Al
Quran Hadits?
pernah dikasih hadiah waktu itu
pas kelompok aku menang
mengurutkan potongan-
potongan surah Al Fatihah, terus
pernah lagi tapi lupa.
6 Apa saja reward yang pernah
diberikan dari guru dalam
pembelajar Al Quran Hadits?
Paling makanan, tepuk tangan.
7 Bagaimana perasaan kamu ketika
mendapat reward tersebut?
Senang, tapi kadang nadira kaya
iri gitu kalau aku menang.
8 Apa yang kamu lakukan setelah
mendapat reward tersebut?
Aku belajar lagi pas udah
menang.
9 Apa saja punishment yang pernah
kamu dapatkan pada saat
pembelajaran Al Quran Hadits?
Aku ngga pernah dihukum.
10 Apa perasaan kamu ketika teman
kamu mendapat hadiah, tetapi
kamu tidak mendapatkannya?
Aku sedih, tapi aku belajar lagi
setelah itu biar nanti bisa
menang lagi.
11 Apakah orang tua kamu mengajari
kamu ketika belajar?
iya bu. Kadang sama umi
kadang sama abi.
12 Apakah kamu mengulang pelajaran iya kalau ada PR
95
yang diberikan oleh guru?
Rempoa, 19 Agustus 2019
Narasumber
Siswa MI Nurul Islam
Aisha Azeema Rahman
96
Informan: Siswa MI Nurul Islam (Abbrar Mahsya Arrasy Rais )
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No. Pertanyaan Jawaban
1 Apa kamu suka pelajaran Al Quran
Hadits?
suka bu.
2 Mengapa dan berikan alasannya? karena bisa dapat hadiah
3 Apakah kamu suka mengikuti
pelajaran Al Quran Hadits dari
awal sampai akhir?
suka bu
4 Apakah kamu kesulitan ketika
belajar Al Quran Hadits?
iya kalau nulis arab sama
bacanya.
5 Apa saja punishment yang pernah
kamu dapatkan pada saat
pembelajaran Al Quran Hadits?
Aku ngga pernah dihukum.tapi
aku sering ketinggalan kalau nulis
terus nanti bu guru bilang
nulisnya jangan sambil ngobrol
kalo ngga becanda. Terus kalau
belum selesai nulis pas istirahat
belum boleh istirahat.
6 Apakah kamu mengamalkan apa
yang diajarin bu guru tentang
hadits-hadits atau ayat Al Qur’an?
iya, mengamalkan. Tapi kadang
lupa.
7 Apa saja yang ibu guru lakukan
ketika kamu memperhatikan
pembelajaran?
ibu guru bilang pintar, terus aku
dapat bintang kebaikan.
8 Apa saja yang ibu guru lakukan
ketika kamu atau teman kamu tidak
memperhatikan pembelajaran
ketika ibu guru menjelaskan
pelajaran?
biasanya temen aku disuruh
berdiri menghadap papan tulis,
kalau masih tidak tertib,
dikeluarkan dari kelas biar ngga
ganggu yang lagi belajar, terus
kalau yang nulisnya lama atau
ngga selesai waktu istirahnya
dikurangi.
9 Apakah orang tua kamu mengajari
kamu ketika belajar?
iya bu. Sama umi.
97
10 Apakah kamu mengulang pelajaran
yang diberikan oleh guru?
iya belajar lagi di rumah sama
umi.
Rempoa, 19 Agustus 2019
Narasumber
Siswa MI Nurul Islam
Abbrar Mahsya Arrasy
98
Informan: Orangtua Siswa MI Nurul Islam ( umi abbrar)
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No Pertanyaan Jawaban
1 bagaimana bentuk perhatian ibu
sebagai orang tua ketika dirumah
dalam hal pendidikan?
ya misalkan nanya tentang PR,
atau misalkan belajar apa ketika
di sekolah, ya kaya gitu kya
orangtua umumnya
2 apakah ibu selalu menemani anak ibu
pada saat belajar?
selalu, karena kalau tidak
ditemani anaknya teriak-teriak
mulu. Jadi disamping
ngedampingin, ngeliatin juga, ya
pokoknya harus nemenin terus.
3 pernahkah ibu memberi motivasi
kepada anak agar semangat belajar?
kalau untuk motivasi setiap hari
kali ya. Soalnya dia kan
orangnya harus sering-sering
dipuji kalau Abbrar. Jadi kalau
misalkan Abbrar ngga ada PR aja
nih dia ngga mau belajar. Jadi
ngga termotivasi tuh, jadi kalau
misalkan ada PR tiap hari nih, ya
Alhamdulillah termotivasi. Dan
pas belajar sambil ngajarin saya
sambil menyelipkan nasihat ke
anaknya, misalkan ini harus
begini ka.
4 Apakah Ibu menyediakan seluruh iya.
99
fasilitas sekolah untuk anak?
5 Apa hambatan yang dialami ketika
mengajari anak?
ada. Jadi, mau dia itu kalau
diajarin harus sesuai dengan cara
guru. Jadi misalkan gurunya
ngasih cara gini nih, kalau
misalkan saya ngasihnya beda
maka dia akan marah, karna dia
harus plek-plek an gurunya harus
dipake. Jadi kadang saya suka
nanya sama gurunya kan
misalnya caranya ini gimana jadi
di rumah sama. Kalau Abbrar
kita bedain dikit aja pasti dia
marah. Nanti dia jawabnya kata
bu guru ngga begitu, pasti
jawabannya gitu
6 pernahkah ibu memberikan reward
atau punishment kepada anak?
kalau saya jarang ya. Tapi kalau
Abinya iya.
7 Contoh pemberian reward atau
punishmentnya dalam bentuk apa?
misalkan kalau kaka nilai bagus
deh ngga usah ranking dijanjiin
sama Abinya kita pergi kemana,
pokonya kalau Abbrar ad
aiming-imingnya. Kalau saya
justru ngga. Karena saya ngga
pernah janjiin anak takutnya
kalau misalkan kita udah janjiin
kita ngga punya nanti jadi
100
masalah. Karena kan Abbrar tipe
anak yang kalau dijanjiin harus,
ngga mau ngerti mau ada mau
ngga harus diturutin.
8 Pernahkan memberikan punishment
kepada anak ketika melakukan
kesalahan di depan umum?
kalau di depan umum langsung
marahin ngga si ya. Tapi paling
Cuma negurnya agak kenceng
aja misalkan kak, kya gitu. Tapi
kalau buat marahin yang kaya
gitu ngga si. Paling nanti kalau
udah di rumah awas ya!.
9 bagaimana cara mengatasi anak ketika
anak marah di depan umum?
Di diemin. Terus dia tahu kalau
misalkan Uminya marah, tapi
dianya ngomong terus,
ngambeknya diterusin ngga
berenti tapi dia tau kalau Uminya
marah, sampai rumahpun dia tau
juga. Tapi pas nyampe rumah
nanti dia bilang ini ini ini, tapi
emang dia tipenya kalau udah
marah gamau diem sampai kita
mau nurutin dia kalau udah
ngambek.
10 Lalu, untuk ngajinya bagaimana? tadinya dia kan TPA, tapi
semenjak saya berenti ngajar,
jadi anak-anak tuh umi aja udah
ngga ngajar, jadi dia pada ngga
101
mau berangkat ngaji. Untungnya
kakeknya kalau habis maghrib
semua cucunya dibimbing,
memang cara pengajarannya
ngga sama kaya di tpa, kalau dia
caranya kaya saya jaman dulu,
maksudnya baca juz 30 nih juz
amma-nya sampai dia bisa
banget baru dilanjut, jadi caranya
kaya pengafalan jenisnya. Jadi
memang buat kenal huruf ya
susah, tapi kalau buat
penghafalan cepet. Karena kan
setiap hari diulang terus sampai
dia bisa baru dilanjut ke surat
berikutnya.
11. Lalu, sekarang ngajinya sudah sampai
apa?
kayanya udah sampai Ad-Duha.
Karena kan sempet berenti nih
karena kakeknya kemaren jalan-
jalan ke Bandung. Jadi ngajinya
libur.
12. Apakah bacanya dia belom lancar? kalau ke hurufnya belum. Jadi
dia belum lancer saat baca huruf
yang sambung. Tapi kalau
misalkan buat hafalan surat ini
misalkan dia lancer
13. pernahkah memberikan reward secara awalnya ngga, jadi dia misalkan
102
langsung, misalkan seperti pujian? nanya nih, nilai aku berapa mi?
ngga langsung saya kasih, karena
kalau misalkan langsung saya
kasih Abbrar itu orangnya
gampang puas. Kalau misalkan
udah dapet segitu, dia bangga
dengan hasil sekarang yaudah
gitu. Makanya kalau saya ngga,
nih kaka sebenernya kaka itu
bisa, saya ngomongin. Cuma
karena kaka ngga teliti jadinya
kaka kurang nilainya. Tapi aku
bagus ngga mi? sebenernya
bagus. Kalau misalkan Abinya
kan langsung, gini dong naik
langsung, dia bangga, langsung
ngga mau ada usaha lagi. Kalau
saya kan tau tipe dia kaya begitu
jangan langsung dikasih pujian
yang tinggi, ntar dia udah males.
Aku kan udah bagus, selalu
begitu.
14. kalau misalkan hukuman untuk
nilai yang turun ngga ya. Karena
kan memang anak-anak kan pasti
begitu. Ya paling cuma
dinasihatin aja. Kaya misalkan
kalau di rumah ada dua ya, jadi
103
memang abangnya jauh banget
disbanding dia, ya paling saya
Cuma bilang ya contoh abang,
yang ngga banyak maen, tapi
mau belajar, Cuma gitu aja.
15. Pernahkah membandingkan antara
anak yang satu dengan yang lain?
kalau bandingin si ngga. Karena
saya tau tipe dia ngga mau.
Paling Cuma pasti kaka bisa
kaya abang. Kalau kaka maukaya
gini dirubah belajarnya, gitu
paling. Karena diluar udah
banyak yang ngebandingin, kaya
neneknya, kakeknya, bilang
misalkan kaya abang dong,
abang aja bisa gini, gini. Dia itu
udah males dengerin yang kaya
gitu, yang ada dia tinggal.
Makanya saya ngga mau
dirumah juga begitu. Kasihan
dianya.
Rempoa, 19 Agustus 2019
Narasumber
Wali Murid MI Nurul Islam
Umi Abbrar
104
Informan: Orangtua Siswa MI Nurul Islam ( ummi aisha)
Tempat wawancara: MI Nurul Islam
No Pertanyaan Jawaban
1 bagaimana bentuk perhatian ibu
sebagai orang tua ketika dirumah
dalam hal pendidikan?
ya misalkan nanya tentang PR,
atau misalkan belajar apa ketika
di sekolah, ya kaya gitu kya
orangtua umumnya
2 apakah ibu selalu menemani anak
ibu pada saat belajar?
selalu, karena kalau tidak
ditemani anaknya teriak-teriak
mulu. Jadi disamping
ngedampingin, ngeliatin juga, ya
pokoknya harus nemenin terus.
3 pernahkah ibu memberi motivasi
kepada anak agar semangat belajar?
kalau untuk motivasi setiap hari
kali ya. Soalnya dia kan
orangnya harus sering-sering
dipuji kalau Abbrar. Jadi kalau
misalkan Abbrar ngga ada PR
aja nih dia ngga mau belajar.
Jadi ngga termotivasi tuh, jadi
kalau misalkan ada PR tiap hari
nih, ya Alhamdulillah
termotivasi. Dan pas belajar
sambil ngajarin saya sambil
menyelipkan nasihat ke anaknya,
misalkan ini harus begini ka.
4 Apakah Ibu menyediakan seluruh iya.
105
fasilitas sekolah untuk anak?
5 Apa hambatan yang dialami ketika
mengajari anak?
ada. Jadi, mau dia itu kalau
diajarin harus sesuai dengan cara
guru. Jadi misalkan gurunya
ngasih cara gini nih, kalau
misalkan saya ngasihnya beda
maka dia akan marah, karna dia
harus plek-plek an gurunya
harus dipake. Jadi kadang saya
suka nanya sama gurunya kan
misalnya caranya ini gimana jadi
di rumah sama. Kalau Abbrar
kita bedain dikit aja pasti dia
marah. Nanti dia jawabnya kata
bu guru ngga begitu, pasti
jawabannya gitu
6 pernahkah ibu memberikan reward
atau punishment kepada anak?
kalau saya jarang ya. Tapi kalau
Abinya iya.
7 Contoh pemberian reward atau
punishmentnya dalam bentuk apa?
misalkan kalau kaka nilai bagus
deh ngga usah ranking dijanjiin
sama Abinya kita pergi kemana,
pokonya kalau Abbrar ad
aiming-imingnya. Kalau saya
justru ngga. Karena saya ngga
pernah janjiin anak takutnya
kalau misalkan kita udah janjiin
kita ngga punya nanti jadi
106
masalah. Karena kan Abbrar tipe
anak yang kalau dijanjiin harus,
ngga mau ngerti mau ada mau
ngga harus diturutin.
8 Pernahkan memberikan punishment
kepada anak ketika melakukan
kesalahan di depan umum?
kalau di depan umum langsung
marahin ngga si ya. Tapi paling
Cuma negurnya agak kenceng
aja misalkan kak, kya gitu. Tapi
kalau buat marahin yang kaya
gitu ngga si. Paling nanti kalau
udah di rumah awas ya!.
9 bagaimana cara mengatasi anak
ketika anak marah di depan umum?
Di diemin. Terus dia tahu kalau
misalkan Uminya marah, tapi
dianya ngomong terus,
ngambeknya diterusin ngga
berenti tapi dia tau kalau
Uminya marah, sampai
rumahpun dia tau juga. Tapi pas
nyampe rumah nanti dia bilang
ini ini ini, tapi emang dia tipenya
kalau udah marah gamau diem
sampai kita mau nurutin dia
kalau udah ngambek.
10 Lalu, untuk ngajinya bagaimana? tadinya dia kan TPA, tapi
semenjak saya berenti ngajar,
jadi anak-anak tuh umi aja udah
ngga ngajar, jadi dia pada ngga
107
mau berangkat ngaji. Untungnya
kakeknya kalau habis maghrib
semua cucunya dibimbing,
memang cara pengajarannya
ngga sama kaya di tpa, kalau dia
caranya kaya saya jaman dulu,
maksudnya baca juz 30 nih juz
amma-nya sampai dia bisa
banget baru dilanjut, jadi
caranya kaya pengafalan
jenisnya. Jadi memang buat
kenal huruf ya susah, tapi kalau
buat penghafalan cepet. Karena
kan setiap hari diulang terus
sampai dia bisa baru dilanjut ke
surat berikutnya.
11. Lalu, sekarang ngajinya sudah
sampai apa?
kayanya udah sampai Ad-Duha.
Karena kan sempet berenti nih
karena kakeknya kemaren jalan-
jalan ke Bandung. Jadi ngajinya
libur.
12. Apakah bacanya dia belom lancar? kalau ke hurufnya belum. Jadi
dia belum lancer saat baca huruf
yang sambung. Tapi kalau
misalkan buat hafalan surat ini
misalkan dia lancar
13. pernahkah memberikan reward awalnya ngga, jadi dia misalkan
108
secara langsung, misalkan seperti
pujian?
nanya nih, nilai aku berapa mi?
ngga langsung saya kasih,
karena kalau misalkan langsung
saya kasih Abbrar itu orangnya
gampang puas. Kalau misalkan
udah dapet segitu, dia bangga
dengan hasil sekarang yaudah
gitu. Makanya kalau saya ngga,
nih kaka sebenernya kaka itu
bisa, saya ngomongin. Cuma
karena kaka ngga teliti jadinya
kaka kurang nilainya. Tapi aku
bagus ngga mi? sebenernya
bagus. Kalau misalkan Abinya
kan langsung, gini dong naik
langsung, dia bangga, langsung
ngga mau ada usaha lagi. Kalau
saya kan tau tipe dia kaya begitu
jangan langsung dikasih pujian
yang tinggi, ntar dia udah males.
Aku kan udah bagus, selalu
begitu.
14. kalau misalkan hukuman untuk
nilai yang turun ngga ya. Karena
kan memang anak-anak kan
pasti begitu. Ya paling cuma
dinasihatin aja. Kaya misalkan
kalau di rumah ada dua ya, jadi
109
memang abangnya jauh banget
disbanding dia, ya paling saya
Cuma bilang ya contoh abang,
yang ngga banyak maen, tapi
mau belajar, Cuma gitu aja.
15. Pernahkah membandingkan antara
anak yang satu dengan yang lain?
kalau bandingin si ngga. Karena
saya tau tipe dia ngga mau.
Paling Cuma pasti kaka bisa
kaya abang. Kalau kaka
maukaya gini dirubah
belajarnya, gitu paling. Karena
diluar udah banyak yang
ngebandingin, kaya neneknya,
kakeknya, bilang misalkan kaya
abang dong, abang aja bisa gini,
gini. Dia itu udah males
dengerin yang kaya gitu, yang
ada dia tinggal. Makanya saya
ngga mau dirumah juga begitu.
Kasihan dianya.
Rempoa, 19 Agustus 2019
Narasumber
Wali Murid Siswa MI Nurul Islam
Umi Aisha
110
Lampiran 3. Foto Pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas
Pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas
111
Lampiran 4 Instrumen penilaian Observasi dalam Materi QS AL Fatihah
Instrumen penilaian Observasi dalam Materi QS AL Fatihah
No Nama Catatan
Perilaku
Catatan Guru
1 Sakinah masih kurang
fokus pada
saat
pembelajaran,
masih kurang
lancar dalam
menulis huruf
arab
Memberikan teguran, Menunjukan wajah
tidak menyenangkan atau berkata Ibu tidak
suka kepada siswa yang tidak
memperhatikan pada saat belajar,
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
2 Nabil masih lama
dalam
menulis huruf
arab
meberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
3 Kaila masih lama
dalam
menulis huruf
arab
meberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
4 Elvano masih tidak
bisa fokus
dalam
pembelajaran
serta sering
memberikan teguran, menyuruh siswa
untuk mengucap istighfar sebanyak 10
kali, menasihati untuk sering berlatih
menulis huruf arab dan copot bintang
112
berjalan-jalan
ketika guru
sedang
menjelaskan
prestasi.
5 Al Faras masih lama
dalam
menulis huruf
arab
meberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
6 Zacky masih lama
dalam
menulis huruf
arab
memberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
7 Belvania masih harus
dieja ketika
menulis
meberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
8 Najla masih lama
dalam
menulis huruf
arab
meberikan teguran, menasihati untuk
sering berlatih atau belajar untuk membaca
dan menulis terutama huruf hijaiyah di
rumah, dan memberikan tugas tambahan
mendapat tugas tambahan berupa menulis
QS Al Fatihah dan dikumpulkan pada
113
minggu selanjutnya atau pertemuan
berikutnya.
114
Lampiran 5. Profil Madrasah
PROFIL MADRASAH
A. IDENTITAS MADRASAH
Nama Madrasah : MI Nurul Islam Rempoa
Alamat Madrasah : Jl. Pahlawan No. 9 Rempoa- Ciputat Timur
Telp : (021) 7402725
B. SARANA PENDUKUNG DAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
No Sarana Pendukung KET**
1 Ruang Belajar/Kelas
2 Ruang Kepala Madrasah
3 Ruang Tata Usaha
4 Ruang Guru
5 Ruang Lab Komputer
6 Musola
7 Ruang Perpustakaan
8 Kamar Mandi
9 Kantin
10 Ruang UKS
11 Lapangan Upacara/Olahraga
No KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KET**
1 Seni Tari (Ratoe Jaro)
2 Pramuka
3 Tilawah
4 Futsal
5 Drumb Band
115
116
Lampiran 6 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR AL QURAN
HADITS
AKTIVITAS BELAJAR AL QURAN HADITS
1. Kelas : 1C
2. Hari/Waktu : 07.15 s/d 08.25
NO ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-
masing siswa
Siswa dan siswi duduk secara
berkelompok dalam satu kelas
menjadi 5 kelompok
2. Kesiapan menerima
pelajaran
Guru meminta siswa untuk
mengeluarkan buku dan
membuka alat tulis
II Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan guru Siswa yang mengetahui jawaban
dari pertanyaan guru tentang
materi yang dipelajari pada
pembelajaran sebelumnya
langsung menjawab pertanyaan
tersebut, namun bagi siswa yang
tidak mengetahui jawabannya
maka hanya diam.
2. Mendengarkan penjelasan
tentang kompetensi yang
hendak dicapai
Ada beberapa siswa yang belum
mengerti kompetensi yang
dicapai
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi
117
pelajaran
1. Memperhatikan
penjelasan materi
pelajaran
Ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh guru
2. Bertanya saat proses
pembelajaran
Ada siswa yang mengajukan
pertanyaan sesuai dengan materi
yang sedang diajarkan
3. Interaksi antar siswa Interaksi antas siswa berjalan
dengan baik. Namun ada
beberapa siswa yang mengobrol
ataupun becanda ketika
diperintah untuk berdiskusi
menyelesaikan tugas. Bahkan
ada yang hanya berdiam diri
karena belum memahami
materinya.
4. Interaksi antara siswa-
guru, siswa-mata
pelajaran
Interaksi siswa dngan guru baik
dalam memberi pemahaman
materi. Guru menegur siswa
ataupun memberi sanksi berupa
copot bintaang bagi siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan
guru.
B. Pendekatan/Strategi
Belajar
1. Keterlibatan dalam
kegiatan belajar
Guru menggunakan strategi
demonstrasi. Pertama guru
melafalkan ayat, lalu siswa
118
mengikuti kemudian siswa
diperintahkan untuk menjawab
pertanyaan berkaitan dengan
materi tersebut.
2. Mengemukakan
pendapat ketika diberi
kesempatan
Ada beberapa siswa yang
berpendapat berbeda ketika guru
bertanya
3. Mencatat penjelasan
yang disampaikan guru
Semua siswa mencatat materi
yang diberikan guru, namun ada
beberapa siswa yang masih
memmerlukan waktu yang lama
dalam mencatat materi
4. Mengikuti proses
pembelajaran
Siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik
namun ada beberapa siswa yang
tidak mendengarkan penjelasan
guru dan mengobrol serta belum
selesai mengerjakan tugas sesuai
dengan waktu yang telah
ditentukan oleh guru
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/ Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa
dan media
pembelajaran yang
digunakan guru
Siswa lebih mudah memahami
materi pembelajaran ketika guru
menggunakan media
pembelajaran
2. Tertarik pada materi Siswa sangat antusias ketika
119
yang disajikan dengan
media pembelajaran
pembelajaran menggunakan
media yang interaktif
3. Ketekunan dalam
mempelajari sumber
belajar yang ditentukan
guru
Siswa memahami materi dari
media yang dijadikan sumber
pengajaran
D. Penilaian proses
1. Mengerjakan
tugas/latihan yang
diberikan guru
Semua siswa mengrjakan tugas
yang diberikan oleh guru namun
ada siswa yang belum selesai
mengerjakan tugas karena waktu
pembelajaran sudah berakhir
2. Menjawab pertanyaan
guru dengan benar
Ada beberapa siswa belum
mampu menjawab semua
pertanyaan dari guru
E. Penggunaan Bahasa
1. Mengemukakan
pendapat
Siswa menggunakan bahasa
yang sopan ketika berpendapat
2. Mengajukan
pertanyaan
Siswa menggunakan bahasa
yang baik ketika bertanya
IV Penutup
Keterlibatan dalam memberi
Rangkuman/ kesimpulan
Ada beberapa siswa menjawab
pertanyaan dengan tepat ketika
diminta memberikan kesimpulan
dari materi pembelajaran
120
121
AKTIVITAS BELAJAR AL QURAN HADITS
1. Kelas : 1B
2. Hari/Waktu : 07.15 s/d 08.25
NO ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI
I Pra Pembelajaran
1. Tempat duduk masing-
masing siswa
Siswa dan siswi duduk secara
berkelompok dalam satu kelas
menjadi 5 kelompok
2. Kesiapan menerima
pembelajaran
Guru meminta siswa untuk
mengeluarkan buku dan
membuka alat tulis
II Kegiatan Membuka Pelajaran
1. Menjawab pertanyaan
guru
Siswa yang mengetahui jawaban
dari pertanyaan guru tentang
materi yang dipelajari pada
pembelajaran sebelumnya
langsung menjawab pertanyaan
tersebut, namun bagi siswa yang
tidak mengetahui jawabannya
maka hanya diam. Dan bagi
siswa yang mempu menjawab
pertanyaan dari mendapat pujian
dari guru
2. Mendengarkan
penjelasan tentang
kompetensi yang hendak
dicapai
Ada beberapa siswa yang belum
mengerti kompetensi yang
dicapai
III Kegiatan Inti Pembelajaran
122
A. Penjelasan materi pelajaran
1. Memperhatikan
penjelasan materi
pelajaran
Ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh guru lalu guru
menegur siswa tersebut dan
dicabut bintang kebaikannya
2. Bertanya saat proses
pembelajaran
Ada siswa yang mengajukan
pertanyaan sesuai dengan materi
yang sedang diajarkan
3. Interaksi antar siswa Interaksi antar siswa berjalan
dengan baik. Namun ada
beberapa siswa yang mengobrol
ataupun becanda ketika
diperintah untuk berdiskusi
menyelesaikan tugas. Bahkan
ada yang hanya berdiam diri
karena belum memahami
materinya. Bagi kelompok yang
mampu mengerjakan tugas
dengan benar dan waktu tercepat
mendapat hadiah berupa kado
dan mendapat nilai 100
4. Interaksi antara siswa-
guru, siswa-mata
pelajaran
Interaksi siswa dngan guru baik
dalam memberi pemahaman
materi. Guru menegur siswa
ataupun memberi sanksi berupa
copot bintang bagi siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan
123
guru.
B. Pendekatan/Strategi
Belajar
1. Keterlibatan dalam
kegiatan belajar
Guru menggunakan strategi
demonstrasi. Pertama guru
melafalkan ayat, lalu siswa
mengikuti kemudian siswa
diperintahkan untuk menjawab
pertanyaan berkaitan dengan
materi tersebut. Lalu
menggunakan strategi menyusun
potongan ayat untuk dirangka
menjadi surah yang utuh namun
ada beberapa siswa tidak ikut
serta dalam mengerjakan tugas
kelompok karena belum lancar
dalam membaca Al Quran
2. Mengemukakan pendapat
ketika diberi kesempatan
Ada beberapa siswa yang
berpendapat berbeda ketika guru
bertanya
3. Mencatat penjelasan yang
disampaikan guru
Semua siswa mencatat materi
yang diberikan guru, namun ada
beberapa siswa yang masih
memerlukan waktu yang lama
dalam mencatat materi
4. Mengikuti proses
pembelajaran
Siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik
namun ada beberapa siswa yang
124
tidak mendengarkan penjelasan
guru dan mengobrol serta belum
selesai mengerjakan tugas sesuai
dengan waktu yang telah
ditentukan oleh guru
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/ Sumber
Belajar
1. Interaksi antara siswa dan
media pembelajaran yang
digunakan guru
Siswa lebih mudah memahami
materi pembelajaran ketika guru
menggunakan media
pembelajaran
2. Tertarik pada materi yang
disajikan dengan media
pembelajaran
Siswa sangat antusias ketika
pembelajaran menggunakan
media yang interaktif
3. Ketekunan dalam
mempelajari sumber
belajar yang ditentukan
guru
Siswa memahami materi dari
media yang dijadikan sumber
pengajaran
D. Penilaian proses
1. Mengerjakan
tugas/latihan yang
diberikan guru
Semua siswa mengrjakan tugas
yang diberikan oleh guru namun
ada siswa yang belum selesai
mengerjakan tugas karena waktu
pembelajaran sudah berakhir
2. Menjawab pertanyaan
guru dengan benar
Ada beberapa siswa belum
mampu menjawab semua
pertanyaan dari guru
125
126
Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : MI Nurul Islam
Kelas/Semester : I / 1
Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadits
Materi : Aku Cinta Al-Qur’an
Pembelajaran ke : 2 (Surat Al Fatihah)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
KI-3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
KI-4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
B. Kompetensi Dasar (KD)
1.1. Menerima Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaas
(112), dan al-Lahab (111) sebagai firman Allah SWT
1.2. Membiasakan melafalkan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq
(113), al-Ikhlaas (112), dan al-Lahab (111) sehari-hari
1.3. Meyakini bahwa mempelajari al Qur’an adalah ibadah
2.1. Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan
127
3.1. Mengenal ayat Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-
Ikhlaas (112), dan al-Lahab (111)
4.1. Melafalkan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-
Ikhlaas (112), dan al-Lahab (111) secara benar dan fasih
4.2. Menghafalkan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-
Ikhlaas (112), dan al-Lahab (111) secara benar
C. Indikator Pembelajaran
1. Menyebutkan urutan surat al fatihah secara benar
2. Melafalkan surat al Fatihah secara benar dan fasih
3. Menghafalkan surat al Fatihah secara benar
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melalui proses mengamati, menanyakan, mengeksplorasikan,
mensosisasikan, dan mengkomunikasikan pembelajaran peserta didik mampu
melafalkan surat al fatihah dan menghafalkan secara benar dan fasih dan
meyakini bahwa mempelajari al-Qur’an adalah ibadah serta memiliki perilaku
mencintai al-Qur’an Hadits
E. Materi Pokok
F. Proses Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdo’a
bersama
b. Guru menyapa, memeriksa kehadiran dan kerapian peserta didik
c. Guru memberikan motivasi peserta didik dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran
128
d. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan
mengaitkan dengan macam-macam akhlak terpuji
e. Guru mempersiapkan alat peraga Media/alat peraga/alat bantu bisa
berupa tulisan manual di papan tulis, kertas karton (tulisan yang
besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga menggunakan
multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
f. Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok yang masing-masing
anggotanya 6 orang.
2. Kegiatan Inti
a. Peserta didik memperhatikan guru melafalkan surat al fatihah ayat per ayat
dengan seksama
b. Peserta didik menirukan lafal yang diucapkan guru secara berulang ulang
dengan semangat
c. Peserta didik mengulang-ulang melafalkan surat al fatihah per individu,
perkelompok dan bersama-sama
d. Guru memberi penguatan terhadap lafal yang diucapkan anak secara
berulang dengan menunjukan kartu ayat per ayat
e. Setiap kelompok dibagikan kartu potongan ayat QS al Fatihah untuk
mengurutkan sesuai urutannya agar menjadi rangkaian QS al Fatihah yang
runtut.
f. Peserta didik menempelkan kartu yang telah dibagikan agar menjadi urutan
QS al Fatihah yang runtut.
g. Kelompok yang telah selesai mengurutkan ptongan QS al Fatihah secara
benar maka hasil dari kerja kelompoknya di bawa ke depan kelas, lalu
mereka membacakan QS al Fatihah bersama-sama.
h. Guru memberikan hadiah berupa bintang bagi kelompok yang bisa
mengurutkan potongan QS. Al Fatihah secara sempurna dan hasil kerja
kelompoknya diberi nilai 100 jika benar semua.
3. Penutup
a. Guru melaksanakan penilaian secara lisan
b. Guru merefleksi dengan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari
kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan perbaikan
c. Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran
d. Pembelajaran ditutup dengan membaca hamdalah dan do’a serta salam
129
G. Penilaian
1. Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan individu
menjawab pertanyaan pada kolom “ayo berlatih”
Rubrikasi
Guru memerintakan peserta didik untuk mendemotrasikan menghafal surat al
Fatihah dan menarik garis bagi yang sudah hafal ke gambar wajah ceria ,
dan yang belum hafal tarik garis ke gambar wajah sedih kemudian masukan
ke kolom penilaian tingkat kelancarannya dan masukan ke format penilaian
di bawah ini
Rubrik penilaian
No Aspek Kriteria
1 2 3 4
Kriteria penilaian :
Skor nilai :
4 : sangat hafal = hafal huruf-huruf hijaiyah dan tanda baca dengan
mahrajnya
3 : hafal = hafal huruf hijaiyah dan tanda bacanya
2 : kurang hafal = hafal beberapa huruf hijaiyah dan tanda bacanya
1 : belum hafal = belum hafal
Nilai akhir = perolehan nilai x 100
Jumlah skor
1. Guru mengadakan penilaian sikap peserta didik terhadap kebiasaan
melafaalkan surat al fatihah
130
Penilaian sikap (afektif )
No uraian Nilai sikap
1 2 3 4
1
2
3
4
5
Kriteria penilaian :
Skor nilai 4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : pernah
Nilai akhir = perolehan nilai x 100
Jumlah skore
3. Guru memberikan penilaian terhadap peserta didik menjawab “tugasku”
didampingi orang tua untuk mengisi format pengamatan membaca surat al
fatihah ketika sholat
Format Penilaian
No uraian Nilai sikap
1 2 3 4
1
131
132
133
134
135
136
BIODATA PENULIS
Tri Mudrikah, lahir di Wonosobo, 01 Mei
1995 anak ketiga dari empat bersaudara, sebagai anak
perempuan satu-satunya keluarga Bapak Sukirman dan
Ibu Kartini.
Pendidikan penulis dimulai dari TK Pertiwi
selama 1 tahun selesai pada tahun 2000. Kemudian,
penulis melanjutkan di SDN 2 Somogede dan lulus
pada tahun 2007. Setelah itu, Penulis melanjutkan di
SMPN 2 Wadaslintaang dan lulus pada tahun 2010 dan
di SMAN 1 Wadaslintang lulus pada tahun 2013.
Di masa menempuh pendidikan jenjang sekolah atas, penulis aktif berorganisasi
sebagai Anggota Dewan Ambalan Pramuka pada priode 2012/2013.
Pendidikan terakhir penilis ditempuh di Strata 1 (S1) mulai tahun 2013 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.