Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2

Post on 22-Dec-2015

580 views 6 download

description

Buku Panduan

Transcript of Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2

1

PANDUAN

PENATAAN DAN PERLINDUNGAN KEGIATAN PERMODALAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MPd)

I. LATAR BELAKANG

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM MPd), bersumber dari APBN dan APBD, yang dialokasikan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana BLM tersebut dialokasikan, sejak pelaksanaan

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Tahun Anggaran 1998/1999, sampai berganti

nama menjadi PNPM MPd pada Tahun Anggaran 2007. Dana BLM tersebut, digunakan

untuk membiayai: (1) pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang

dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi

masyarakat miskin/rumah tangga miskin, (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan

dan pendidikan, (3) pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat, (4) peningkatan

kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang

berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal, (5) penambahan permodalan

Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP), (6) pembangunan atau perbaikan

sarana dan prasarana yang berhubungan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca

bencana, serta (7) usulan kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi

kriteria untuk mengajukan dana SPP yang mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau

prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh

perempuan.

Pada prinsipnya, seluruh dana yang dialokasikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

melalui mekanisme Bantuan Sosial (Bansos), adalah milik masyarakat. Namun demikian,

untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan terpeliharanya aset tersebut, Pemerintah

perlu menerbitkan kebijakan, agar dalam pengelolaan dimasyarakat tetap berjalan sesuai

dengan sasaran.

Kegiatan permodalan masyarakat dalam PNPM MPd yang dikenal sebagai kegiatan dana

bergulir, merupakan bagian dari Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM),

berupa fasilitasi penambahan modal kepada kelompok masyarakat dan dikelola secara

mandiri melalui kelembagaan-kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat. Kelembagaan

permodalan masyarakat yang hingga saat ini dibantu pembinaannya oleh Pemerintah,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk bantuan teknis, telah

membuktikan bahwa masyarakat mampu mengelola, mengembangkan, melestarikan,

termasuk penyelesaian permasalahan yang ada dilapangan dengan tetap berpedoman

pada prinsip-prinsip PNPM MPd. Kelembagaan permodalan masyarakat ini diharapkan

berkembang menjadi lembaga penyalur atau pengelola program untuk masyarakat dari

berbagai sumber, baik dari Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan pihak lain

(swasta).

Untuk keberlanjutan pemanfaatan dana tersebut, perlu terus dikembangkan agar

menjamin kemudahaan akses masyarakat, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM)

memperoleh sumber pendanaan bagi kegiatannya, dalam rangka peningkatan

kesejahteraan. Untuk itu, dalam kerangka menjamin keberlanjutan pemanfaatan aset

permodalan masyarakat, serta sejalan dengan perwujudan visi Nawa Cita Pemerintah

Periode 2015 – 2019, khususnya visi ketiga yakni, “membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”, dan visi

ketujuh yaitu, “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan jalan menggerakkan sektor-

sektor ekonomi domestik strategis khususnya pada lokasi perdesaan”, maka diperlukan

kebijakan lanjutan, sebagai upaya perlindungan terhadap aset permodalan tersebut.

2

Kebijakan ini diarahkan untuk memastikan agar pengelolaan dana bergulir tetap

menjunjung asas, “Dari Oleh dan Untuk Masyarakat (DOUM)”, konsisten terhadap prinsip-

prinsip yang telah dijalankan melalui PNPM MPd, pengelolaan akuntabel, serta

pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan dalam rangka keberlanjutan proses

pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dipandang perlu disusun sebuah panduan,

sebagai acuan dalam melindungi dan memastikan pelestarian aset permodalan

masyarakat agar manfaat dan hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.

II. TUJUAN

Penerbitan panduan ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk menjadi pedoman penataan kepemilikan dan pengelolaan dana bergulir, dalam

rangka menjamin keberlanjutan dan pelestariannya;

2. Memberikan kepastian kepastian hukum pelestarian kegiatan permodalan

masyarakat;

3. Untuk menjadi dasar pembinaan oleh Pemerintah Daerah.

III. PEMANFAAT PANDUAN

1. Pemerintah Daerah;

2. Pemerintah Desa;

3. Pendamping Desa;

4. Pendamping Teknis

5. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat;

6. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;

7. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD);

8. Masyarakat.

IV. PENGERTIAN DAN ISTILAH

1. Permodalan masyarakat hasil PNPM MPd, yang selanjutnya dalam panduan ini disebut

dana bergulir adalah dana program yang berasal dari dana BLM sejak PPK hingga

menjadi PNPM Mandiri Perdesaan dan bersumber dari APBN dan APBD serta sumber

dana lain yang disalurkan oleh masyarakat melalui lembaga pengelola permodalan

masyarakat, dikelola dan dimiliki masyarakat melalui kerja sama desa, dan digunakan

untuk mendanai kegiatan ekonomi rumah tangga masyarakat miskin melalui

kelompok-kelompok yang bersifat pinjaman dalam satu wilayah kecamatan;

2. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah pelaksana kerja sama antar desa yang

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa;

3. Aset permodalan masyarakat adalah seluruh kekayaan (sumber daya) yang dimiliki

oleh pengelola permodalan masyarakat yang didapat dari hasil kegiatan permodalan

masyarakat;

4. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih

Kepala Desa dan bersifat mengatur.

V. KEPEMILIKAN ASET PERMODALAN MASYARAKAT/ DANA BERGULIR

A. Ketentuan Umum

1. Pada prinsipnya seluruh aset dana bergulir hasil PNPM MPd adalah milik

masyarakat desa dalam satu wilayah kecamatan, yang selanjutnya perlu diatur tata

kelola kepemilikan dalam rangka tertib administrasi dan pertanggungjawaban;

3

2. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) Pasal 1 ayat (1), desa

didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

3. Berdasarkan defenisi sebagaimana point 1.2., maka desa-desa berwewenang

merepresentasikan masyarakat desa dalam hal pengaturan kepemilikan atas asset

dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd;

4. Sesuai Pasal 26 UU Desa, Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan

Desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa. Atas dasar penugasan ini, Kepala Desa

berwewenang mewakili desa dalam kerangka pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan penataan kepemilikan dana bergulir;

5. UU Desa (Pasal 92) juga memberikan ruang bahwa desa dapat bekerjasama dengan

desa lainnya atau pihak ketiga. Kerja sama antar desa tersebut meliputi,

pengembangan usaha bersama yang dimiliki desa, kemasyarakatan dan pelayanan,

keamanan dan ketertiban. Pengambilan keputusan tentang pelaksanaan kerjasama

antar desa dilakukan dalam forum Musyawarah Antar Desa (MAD). Pelaksana

kerjasama antar desa adalah Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) yang dibentuk

melalui Peraturan Bersama Kepala Desa. Dalam menjalankan kerjasama dimaksud,

BKAD dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai kebutuhan untuk menjalankan

kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

seperti pengelolaan dana bergulir.

B. Ketentuan Penetapan Kepemilikan Dana Bergulir

1. Penetapan tentang kepemilikan dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd dilakukan

melalui Musyawarah Antar Desa (MAD);

2. MAD dipimpin oleh Ketua BKAD dengan dibantu oleh Pemerintah Daerah sebagai

Pembina dan atau narasumber, dan Pendamping Desa selaku fasilitator kegiatan;

3. Peserta MAD adalah:

a. Perwakilan dari seluruh desa dalam satu wilayah kecamatan, dengan komposisi

terdiri dari Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan, lembaga lain

yang ada di desa dan tokoh masyarakat, dengan mempertimbangkan

keterwakilan perempuan. Perwakilan desa yang yang menjadi peserta dalam

MAD, diputuskan dalam Musyawarah Desa (Musdes) serta mendapatkan

mandate tertulis dari Kepala Desa;

b. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM MPd, selaku lembaga pengelola dana

bergulir selama pelaksanaan PNPM MPd;

c. Lembaga-lembaga keprograman lainnya sebagai mitra UPK, seperti Badan

Pengawas UPK, Tim Verifikasi dan lainnya. Setelah pelaksanaan PNPM MPd

berakhir, maka keberadaan dan keberlanjutan tugas lembaga-lembaga tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan, dan diputuskan melalui MAD;

d. Pemerintah Daerah, Camat, dan Pendamping Desa (Fasiltiator) bertindak

sebagai narasumber pada pelaksanaan MAD.

4. Agenda pokok MAD adalah:

a. Inventarisasi total keseluruhan dana bergulir dalam satu wilayah kecamatan,

termasuk bunga bank maupun surplus;

b. Pembahasan Peraturan Bersama Kepala Desa yang wajib menetapkan hal-hal

berikut:

4

1) Dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd merupakan milik masyarakat, yang

diwakili oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa). Untuk itu, dana bergulir

tersebut, dibagi secara merata kepada seluruh desa dalam satu wilayah

kecamatan, dengan ketentuan bahwa pembagian dimaksud hanya untuk

keperluan pencatatan sebagai aset/milik desa. Dengan demikian, tidak

ada proses pembagian dana secara fisik, atau tidak ada proses transfer dana

dari rekening UPK ke desa;

2) Dana bergulir yang telah dicatatkan sebagai aset desa, wajib diserahkan

pengelolaannya kepada Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) melalui Berita

Acara oleh setiap desa;

3) Sesuai ketentuan Pasal 92 ayat (5), dalam melaksanakan pembangunan

antar desa, BKAD dapat membentuk kelompok/ lembaga sesuai dengan

kebutuhan untuk mengelola dana bergulir tersebut secara teknis. Pada

konteks pelaksanaan PNPM MPd, lembaga yang dimaksud adalah UPK;

4) Lembaga pengelola sebagaimana dimaksud point 3), bertugas mengelola

keuangan dan administrasi, mengelola kegiatan permodalan masyarakat,

penguatan dan pembinaan kelompok peminjam, pengelolaan dokumen,

pengelolaan rekening bank, dan pelaporan keuangan. Komposisi

kepengurusan lembaga dimaksud disepakti dalam MAD, dengan minimal

terdiri dari 1 orang Ketua, 1 orang Sekretaris dan 1 orang Bendahara.

Penentuan komposisi dan jumlah pengurus ini dilakukan sesuai kebutuhan;

5) Dalam rangka pengembangan usaha antar desa, dana bergulir dapat

dijadikan modal untuk pembentukan BUM Desa dan atau BUM antar Desa

yang merupakan milik desa-desa dalam satu wilayah kecamatan;

6) Penetapan jenis kegiatan BUM Desa dan atau BUM antar Desa sebagaimana

dimaksud pada point 5), termasuk tentang lembaga pengelola, pembagian

surplus, operasional lembaga pengelola, pembinaan, pengawasan dan

pertanggungjawaban serta hal-hal lainnya, diputuskan melalui MAD dan

dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa;

7) Ketentuan lain mengenai pembentukan dan tata kelola BUM Desa dan atau

BUM antar Desa, mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Kesepakatan kerjasama antar desa beserta AD/ART BKAD dikuatkan melalui

akta atau legalisasi notaris dan didaftarkan di pengadilan negeri setempat;

d. BKAD dapat melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya

termasuk Pemerintah Daerah, perusahaan swasta dan intitusi lain terkait

dengan pengembangan, peningkatan kapasitas, penambahan permodalan, audit

eksternal (akuntan publik dengan mempertimbangkan kemampuan

pendanaan), bantuan hukum dan lainnya;

e. Sumber pendanaan BKAD dalam menjalankan tugasnya, diperoleh dari Alokasi

dana kelembagaan, bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,

dukungan masyarakat dan pihak lain yang sifatnya tidak mengikat.

C. Ketentuan Pengelolaan Dana Bergulir

1. Pendanaan kegiatan dana bergulir melalui kelompok tidak bersifat individu, namun

dengan memprioritaskan kelompok yang memiliki anggota dengan kategori Rumah

Tangga Miskin (RTM).

2. Ketentuan tentang tata cara pendanaan kegiatan dana bergulir ditetapkan oleh

BKAD melalui MAD dengan tahapan sebagai berikut:

a. Kelompok mengajukan usulan/proposal kepada lembaga pengelola;

b. Lembaga pengelola melakukan telaah dan verifikasi adminitrasi atas usulan

proposal dan diajukan kepada Tim Verifikasi;

5

c. Tim Verifikasi melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan kebenaran

usulan/proposal dan menetapkan layak tidaknya didanai;

d. Tim Pendanaan menetapkan keputusan pendanaan bersama lembaga pengelola

dan Tim Verifikasi serta disahkan oleh BKAD melalui MAD dalam bentuk berita

acara yang ditandatangani oleh Camat, yang memuat daftar kelompok dan

jadwal pendanaan kelompok. Selanjutnya Tim Pendanaan membuat surat

perintah pembayaran pendanaan kepada lembaga pengelola sesuai

rencana/jadwal pendanaan kelompok;

e. Badan Pengawas secara berkala melakukan pemeriksaan dan memastikan

terjadinya proses pendanaan kegiatan dana bergulir sesuai dengan ketentuan,

mencakup pemeriksaan di lembaga pengelola dan kelompok serta melaporkan

hasil pengawasan kepada BKAD;

f. Setiap pendanaan pinjaman dibuat perjanjian pinjaman antara lembaga

pengelola dan pengurus kelompok dengan diketahui oleh Tim Pendanaan, dan

dilampiri kartu pinjaman dan kartu anggota.

3. Penetapan besaran jasa pinjaman Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan

(SPP) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), diperhitungkan dengan memperhatikan

suku bunga pinjaman bank pemerintah atau pemerintah daerah, usaha kelompok,

kebutuhan minimal operasional kegiatan dan kondisi masyarakat yang dituangkan

dalam berita acara penetapan oleh MAD dan ditinjau ulang setiap tahunnya;

4. Denda atas keterlambatan pembayaran dan sanksi lainnya ditetapkan oleh MAD;

5. Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) diberikan hanya kepada kelompok

yang telah mengembalikan, tanpa pernah menunggak selama jangka waktu

pinjaman dengan besaran ditetapkan oleh MAD, berdasarkan jumlah jasa pinjaman

yang diterima dari kelompok tersebut;

6. Jangka waktu pinjaman ditentukan sebagai berikut, untuk pendanaan kelompok

dengan fungsi channeling maksimal 18 bulan dan kelompok executing maksimal

36 bulan;

7. Besaran pinjaman diatur sebagai berikut:

a. Kelompok “Pemula” hanya dapat memperoleh pinjaman kelompok maksimal

Rp. 15 juta per kelompok dan Rp 1 juta per anggota;

b. Kelompok “Berkembang” diperbolehkan mendapat pinjaman kelompok

maksimal Rp.50 Juta dan memiliki simpanan aktif dari anggota;

c. Kelompok “Matang” dapat memperoleh pinjaman lebih dari Rp. 50 juta dengan

batas maksimal 150 juta;

d. Kelompok “Excuting” yang telah ditetapkan dalam MAD dapat mengajukan

pinjaman sampai dengan Rp. 250 juta.

8. Jadwal pengembalian ditentukan sesuai dengan siklus usaha dan kemampuan

kelompok, yaitu bulanan, triwulan dan semesteran. Khusus kelompok executing

jadwal pengembalian dapat ditentukan sesuai dengan kesepakatan antara lembaga

pengelola dan kelompok dengan angsuran pokok minimal jangka waktu 12 bulan;

9. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola dana bergulir

dipertangungjawabkan paling kurang satu kali dalam setahun kepada BKAD dan

Desa-Desa melalui MAD pertanggungjawaban;

10. Pengelolaan Rekening Bank diatur sebagai berikut:

a. Seluruh rekening bank di buka pada Bank Pemerintah dan atau Pemerintah

Daerah;

6

b. Rekening Bank Operasional lembaga pengelola (UPK pada konteks PNPM MPd)

adalah rekening yang digunakan untuk menampung dana yang terkait dengan

pembiayaan operasional lembaga pengelola, dengan spesimen pembukaan

rekening minimal 2 orang pengurus lembaga pengelola;

c. Rekening Pengembalian SPP dan UEP adalah rekening yang digunakan untuk

menampung seluruh pengembalian yang berasal dari kelompok dengan

spesimen pembukaan rekening terdiri dari salah satu Pengurus BKAD, Ketua

Tim Pendanaan dan Ketua Badan Pengawas;

d. Rekening BKAD di kecamatan adalah rekening yang menampung dana alokasi

kelembagaan yang berasal dari hasil pembagian surplus dan sumber-sumber

lain yang dikelola secara mandiri oleh BKAD dengan spesimen pembukaan

rekening terdiri dari tiga unsur yaitu Ketua BKAD, Bendahara BKAD dan salah

satu Kepala Desa/lurah;

e. Seluruh pengelolaan rekening, proses administrasi dan pelaporan yang berasal

dari rekening Operasional dan Rekening Pengembalian SPP dan UEP dilakukan

oleh lembaga pengelola dana bergulir (UPK pada konteks PNPM MPd).

11. Biaya operasional lembaga pengelola (termasuk amortisasi dan penyusutan aktiva

tetap) maksimal 75% dari penerimaan jasa pinjaman bulan berjalan;

12. Pendanaan inventaris dan aktiva lainnya ditetapkan melalui MAD. Terhadap

inventaris dan aktiva tetap yang masih mengunakan atas nama pribadi/

perseorangan agar dilakukan evaluasi oleh BKAD untuk memastikan kepemilikan

atau mengambil keputusan terhadap keberlanjutan penggunaan;

13. Inventaris dan aktiva tetap yang diperoleh dari kegiatan dana bergulir merupakan

bagian kepemilikan BKAD yang digunakan untuk menunjang kegiatan permodalan

masyarakat;

14. Pengelolaan surplus kegiatan permodalan masyarakat oleh lembaga pengelola

ditentukan sebagai berikut :

a. Surplus adalah seluruh pendapatan dikurangi seluruh biaya termasuk biaya

penyusutan dalam satu tahun setelah dilaksanakan tutup buku dan telah

diterima pertangungjawaban pengelolaannya oleh BKAD melalui MAD;

b. Perhitungan surplus mempertimbangkan risiko pinjaman SPP dan UEP dalam

laporan kolektibilitas.

c. Penggunaan surplus dan prosentasinya diputuskan melalui MAD, dengan

prioritas penggunaan adalah untuk:

1) Penambahan modal;

2) Dana sosial, melalui perencanaan penggunaan yang disampaikan kepada

MAD;

3) Penguatan kelembagaan yang ditetapkan dan dikelola oleh BKAD di

kecamatan. Terhadap pengelolaan dana penguatan kelembagaan, MAD

menugaskan secara khusus Badan Pengawas untuk melakukan

pemeriksaan dan melaporkan kepada MAD;

4) Seluruh alokasi surplus yang digunakan untuk dana sosial dan penguatan

kelembagaan dipisahkan pengelolaannya dari kegiatan permodalan

masyarakat.

15. Dalam hal terjadi pemekaran wilayah kecamatan pembagian aset dan inventaris

termasuk permodalan di tetapkan melalui MAD;

16. Penyelesaian permasalahan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan dana oleh

pengelola maupun oleh pengurus kelompok diselesaikan melalui musyawarah dan

mufakat, jika tidak tercapai kesepakatan atau wanprestasi/cedera janji atas

kesepakatan maka diselesaikan melalui jalur hukum;

7

17. Format administrasi dan pelaporan keuangan mengunakan sistem pencatatan

double entries dan atau diputuskan melalui MAD;

18. Kegiatan dana bergulir dalam bentuk pendanaan UEP dapat dialihkan menjadi

pendanaan untuk SPP dan dana SPP tetap;

19. Tata kelola pengelolaan dan kelembagaan dituangkan secara tertulis dalam standar

operasional dan prosedur yang ditetapkan oleh BKAD melalui MAD;

20. Kelompok pemanfaat yang didanai dengan dana bergulir, mengacu ketentuan

sebagai berikut:

a. Jenis Kelompok dalam kegiatan permodalan masyarakat adalah Kelompok

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan dana UEP untuk mendanai kelompok

simpan pinjam campuran, kelompok usaha bersama dan kelomppok aneka

usaha.

b. Fungsi Kelompok permodalan masyarakat dibedakan menjadi:

1) Kelompok Chanelling (penyalur) adalah kelompok yang hanya menyalurkan

pinjaman dari lembaga pengelola dana bergulir kepada pemanfaat tanpa

mengubah persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga

pengelola;

2) Kelompok Executing (pengelola) adalah kelompok yang mengelola pinjaman

dari lembaga pengelola dana bergulir secara mandiri sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh kelompok, selanjutnya memberikan

pelayanan kepada pemanfaat sesuai dengan kesepakatan antara kelompok

dan pemanfaat.

c. Katagori kelompok dinilai berdasarkan penilaian lembaga pengelola dana

bergulir sesuai hasil penilaian terhadap perkembangan dan kesiapan kelompok

dalam mengelola pinjaman permodalan masyarakat,yang dikatagorisasikan

menjadi kelompok pemula, kelompok berkembang dan kelompok matang;

VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Peran Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan masyarakat, menjalankan fungsi

pembinaan dan pelayanan masyarakat termasuk melakukan monitoring terhadap

pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kegiatan dana bergulir, yang dapat

dilakukan melalui:

1. Dukungan regulasi daerah sebagai bagian dari payung hokum;

2. Dukungan pendanaan peningkatan kapasitas pelaku;

3. Penambahan permodalan yang tidak mengikat dan bersifat hibah;

4. Pencegahan dan penyelesaian terhadap tindakan yang merugikan masyarakat;

5. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan penyediaan bantuan hukum;

6. Fasilitasi kerjasama dengan pihak lain terkait pengembangan kegiatan permodalan

masyarakat;

7. Penyediaan bantuan teknis;

8. Penyediaan pendamping profesional;

9. Pembinaan adiminstrasi.

Pelaksanaan pembinaan oleh Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dana bergulir

dilatarbelakangi untuk menata dan mengembangkan kelambagaan permodalan

masyarakat. Dengan demikian kondisi perguliran dana yang terjadi saat ini menjadi dasar

bagi langkah-langkah pembinaan agar kegiatan permodalan masyarakat tetap lestari dan

menjadi dasar terselenggaranya kerjasama antar Desa.

Masyarakat diberikan akses serta didorong secara aktif untuk melakukan pengawasan dan

pemantauan terhadap pengelolaan dana bergulir. Pengawasan masyarakat perlu didahului

dengan membangun kesadaran akan hak dan pengetahuan serta ketrampilan untuk

8

melaporkan semua penyimpangan yang terjadi. Masyarakat dalam hal ini termasuk

kelompok penerima manfaat, LSM, media dan sebagainya.

VII. P E N U T U P

Panduan ini digunakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan kelembagaan

masyarakat sebagai acuan pelaksanaan fasilitasi terkait dengan pengelolaan, pelestarian,

pemanfaatan dan pengembangan kegiatan dana bergulir. Panduan ini bersifat kebijakan

pokok yang dapat dilengkapi dan dikembangkan sesuai dengan kondisi diwilayah masing-

masing dan menjadi dasar lebih lanjut pada penyusunan regulasi daerah dalam rangka

perlindungan. Bagi daerah yang telah memiliki regulasi daerah namun tidak sesuai dengan

petunjuk teknis ini maka dilakukan penyesuaian.

Jakarta, 27 Maret 2015 A.n. Menteri Desa, PDT dan

Transmigrasi

Plt. Direktur Jenderal Pembangunan

dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP

NIP. 19650530 199103 1 002