Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2
Click here to load reader
-
Upload
kareba-toraja -
Category
Documents
-
view
580 -
download
6
description
Transcript of Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2
![Page 1: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/1.jpg)
1
PANDUAN
PENATAAN DAN PERLINDUNGAN KEGIATAN PERMODALAN PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MPd)
I. LATAR BELAKANG
Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan (PNPM MPd), bersumber dari APBN dan APBD, yang dialokasikan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dana BLM tersebut dialokasikan, sejak pelaksanaan
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Tahun Anggaran 1998/1999, sampai berganti
nama menjadi PNPM MPd pada Tahun Anggaran 2007. Dana BLM tersebut, digunakan
untuk membiayai: (1) pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana dasar yang
dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi
masyarakat miskin/rumah tangga miskin, (2) peningkatan bidang pelayanan kesehatan
dan pendidikan, (3) pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat, (4) peningkatan
kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang
berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal, (5) penambahan permodalan
Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP), (6) pembangunan atau perbaikan
sarana dan prasarana yang berhubungan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana, serta (7) usulan kegiatan pengganti bagi lokasi kecamatan yang tidak memenuhi
kriteria untuk mengajukan dana SPP yang mencakup pembiayaan, penyediaan sarana atau
prasarana usaha, dan modal kerja yang dilakukan oleh kelompok usaha yang dikelola oleh
perempuan.
Pada prinsipnya, seluruh dana yang dialokasikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melalui mekanisme Bantuan Sosial (Bansos), adalah milik masyarakat. Namun demikian,
untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan terpeliharanya aset tersebut, Pemerintah
perlu menerbitkan kebijakan, agar dalam pengelolaan dimasyarakat tetap berjalan sesuai
dengan sasaran.
Kegiatan permodalan masyarakat dalam PNPM MPd yang dikenal sebagai kegiatan dana
bergulir, merupakan bagian dari Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM),
berupa fasilitasi penambahan modal kepada kelompok masyarakat dan dikelola secara
mandiri melalui kelembagaan-kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat. Kelembagaan
permodalan masyarakat yang hingga saat ini dibantu pembinaannya oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam bentuk bantuan teknis, telah
membuktikan bahwa masyarakat mampu mengelola, mengembangkan, melestarikan,
termasuk penyelesaian permasalahan yang ada dilapangan dengan tetap berpedoman
pada prinsip-prinsip PNPM MPd. Kelembagaan permodalan masyarakat ini diharapkan
berkembang menjadi lembaga penyalur atau pengelola program untuk masyarakat dari
berbagai sumber, baik dari Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan pihak lain
(swasta).
Untuk keberlanjutan pemanfaatan dana tersebut, perlu terus dikembangkan agar
menjamin kemudahaan akses masyarakat, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM)
memperoleh sumber pendanaan bagi kegiatannya, dalam rangka peningkatan
kesejahteraan. Untuk itu, dalam kerangka menjamin keberlanjutan pemanfaatan aset
permodalan masyarakat, serta sejalan dengan perwujudan visi Nawa Cita Pemerintah
Periode 2015 – 2019, khususnya visi ketiga yakni, “membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”, dan visi
ketujuh yaitu, “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan jalan menggerakkan sektor-
sektor ekonomi domestik strategis khususnya pada lokasi perdesaan”, maka diperlukan
kebijakan lanjutan, sebagai upaya perlindungan terhadap aset permodalan tersebut.
![Page 2: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Kebijakan ini diarahkan untuk memastikan agar pengelolaan dana bergulir tetap
menjunjung asas, “Dari Oleh dan Untuk Masyarakat (DOUM)”, konsisten terhadap prinsip-
prinsip yang telah dijalankan melalui PNPM MPd, pengelolaan akuntabel, serta
pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan dalam rangka keberlanjutan proses
pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dipandang perlu disusun sebuah panduan,
sebagai acuan dalam melindungi dan memastikan pelestarian aset permodalan
masyarakat agar manfaat dan hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
II. TUJUAN
Penerbitan panduan ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk menjadi pedoman penataan kepemilikan dan pengelolaan dana bergulir, dalam
rangka menjamin keberlanjutan dan pelestariannya;
2. Memberikan kepastian kepastian hukum pelestarian kegiatan permodalan
masyarakat;
3. Untuk menjadi dasar pembinaan oleh Pemerintah Daerah.
III. PEMANFAAT PANDUAN
1. Pemerintah Daerah;
2. Pemerintah Desa;
3. Pendamping Desa;
4. Pendamping Teknis
5. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat;
6. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;
7. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD);
8. Masyarakat.
IV. PENGERTIAN DAN ISTILAH
1. Permodalan masyarakat hasil PNPM MPd, yang selanjutnya dalam panduan ini disebut
dana bergulir adalah dana program yang berasal dari dana BLM sejak PPK hingga
menjadi PNPM Mandiri Perdesaan dan bersumber dari APBN dan APBD serta sumber
dana lain yang disalurkan oleh masyarakat melalui lembaga pengelola permodalan
masyarakat, dikelola dan dimiliki masyarakat melalui kerja sama desa, dan digunakan
untuk mendanai kegiatan ekonomi rumah tangga masyarakat miskin melalui
kelompok-kelompok yang bersifat pinjaman dalam satu wilayah kecamatan;
2. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah pelaksana kerja sama antar desa yang
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa;
3. Aset permodalan masyarakat adalah seluruh kekayaan (sumber daya) yang dimiliki
oleh pengelola permodalan masyarakat yang didapat dari hasil kegiatan permodalan
masyarakat;
4. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih
Kepala Desa dan bersifat mengatur.
V. KEPEMILIKAN ASET PERMODALAN MASYARAKAT/ DANA BERGULIR
A. Ketentuan Umum
1. Pada prinsipnya seluruh aset dana bergulir hasil PNPM MPd adalah milik
masyarakat desa dalam satu wilayah kecamatan, yang selanjutnya perlu diatur tata
kelola kepemilikan dalam rangka tertib administrasi dan pertanggungjawaban;
![Page 3: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/3.jpg)
3
2. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) Pasal 1 ayat (1), desa
didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Berdasarkan defenisi sebagaimana point 1.2., maka desa-desa berwewenang
merepresentasikan masyarakat desa dalam hal pengaturan kepemilikan atas asset
dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd;
4. Sesuai Pasal 26 UU Desa, Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan
Desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa. Atas dasar penugasan ini, Kepala Desa
berwewenang mewakili desa dalam kerangka pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan penataan kepemilikan dana bergulir;
5. UU Desa (Pasal 92) juga memberikan ruang bahwa desa dapat bekerjasama dengan
desa lainnya atau pihak ketiga. Kerja sama antar desa tersebut meliputi,
pengembangan usaha bersama yang dimiliki desa, kemasyarakatan dan pelayanan,
keamanan dan ketertiban. Pengambilan keputusan tentang pelaksanaan kerjasama
antar desa dilakukan dalam forum Musyawarah Antar Desa (MAD). Pelaksana
kerjasama antar desa adalah Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) yang dibentuk
melalui Peraturan Bersama Kepala Desa. Dalam menjalankan kerjasama dimaksud,
BKAD dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai kebutuhan untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
seperti pengelolaan dana bergulir.
B. Ketentuan Penetapan Kepemilikan Dana Bergulir
1. Penetapan tentang kepemilikan dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd dilakukan
melalui Musyawarah Antar Desa (MAD);
2. MAD dipimpin oleh Ketua BKAD dengan dibantu oleh Pemerintah Daerah sebagai
Pembina dan atau narasumber, dan Pendamping Desa selaku fasilitator kegiatan;
3. Peserta MAD adalah:
a. Perwakilan dari seluruh desa dalam satu wilayah kecamatan, dengan komposisi
terdiri dari Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan, lembaga lain
yang ada di desa dan tokoh masyarakat, dengan mempertimbangkan
keterwakilan perempuan. Perwakilan desa yang yang menjadi peserta dalam
MAD, diputuskan dalam Musyawarah Desa (Musdes) serta mendapatkan
mandate tertulis dari Kepala Desa;
b. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM MPd, selaku lembaga pengelola dana
bergulir selama pelaksanaan PNPM MPd;
c. Lembaga-lembaga keprograman lainnya sebagai mitra UPK, seperti Badan
Pengawas UPK, Tim Verifikasi dan lainnya. Setelah pelaksanaan PNPM MPd
berakhir, maka keberadaan dan keberlanjutan tugas lembaga-lembaga tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan, dan diputuskan melalui MAD;
d. Pemerintah Daerah, Camat, dan Pendamping Desa (Fasiltiator) bertindak
sebagai narasumber pada pelaksanaan MAD.
4. Agenda pokok MAD adalah:
a. Inventarisasi total keseluruhan dana bergulir dalam satu wilayah kecamatan,
termasuk bunga bank maupun surplus;
b. Pembahasan Peraturan Bersama Kepala Desa yang wajib menetapkan hal-hal
berikut:
![Page 4: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/4.jpg)
4
1) Dana bergulir hasil kegiatan PNPM MPd merupakan milik masyarakat, yang
diwakili oleh Pemerintah Desa (Kepala Desa). Untuk itu, dana bergulir
tersebut, dibagi secara merata kepada seluruh desa dalam satu wilayah
kecamatan, dengan ketentuan bahwa pembagian dimaksud hanya untuk
keperluan pencatatan sebagai aset/milik desa. Dengan demikian, tidak
ada proses pembagian dana secara fisik, atau tidak ada proses transfer dana
dari rekening UPK ke desa;
2) Dana bergulir yang telah dicatatkan sebagai aset desa, wajib diserahkan
pengelolaannya kepada Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) melalui Berita
Acara oleh setiap desa;
3) Sesuai ketentuan Pasal 92 ayat (5), dalam melaksanakan pembangunan
antar desa, BKAD dapat membentuk kelompok/ lembaga sesuai dengan
kebutuhan untuk mengelola dana bergulir tersebut secara teknis. Pada
konteks pelaksanaan PNPM MPd, lembaga yang dimaksud adalah UPK;
4) Lembaga pengelola sebagaimana dimaksud point 3), bertugas mengelola
keuangan dan administrasi, mengelola kegiatan permodalan masyarakat,
penguatan dan pembinaan kelompok peminjam, pengelolaan dokumen,
pengelolaan rekening bank, dan pelaporan keuangan. Komposisi
kepengurusan lembaga dimaksud disepakti dalam MAD, dengan minimal
terdiri dari 1 orang Ketua, 1 orang Sekretaris dan 1 orang Bendahara.
Penentuan komposisi dan jumlah pengurus ini dilakukan sesuai kebutuhan;
5) Dalam rangka pengembangan usaha antar desa, dana bergulir dapat
dijadikan modal untuk pembentukan BUM Desa dan atau BUM antar Desa
yang merupakan milik desa-desa dalam satu wilayah kecamatan;
6) Penetapan jenis kegiatan BUM Desa dan atau BUM antar Desa sebagaimana
dimaksud pada point 5), termasuk tentang lembaga pengelola, pembagian
surplus, operasional lembaga pengelola, pembinaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban serta hal-hal lainnya, diputuskan melalui MAD dan
dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa;
7) Ketentuan lain mengenai pembentukan dan tata kelola BUM Desa dan atau
BUM antar Desa, mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Kesepakatan kerjasama antar desa beserta AD/ART BKAD dikuatkan melalui
akta atau legalisasi notaris dan didaftarkan di pengadilan negeri setempat;
d. BKAD dapat melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya
termasuk Pemerintah Daerah, perusahaan swasta dan intitusi lain terkait
dengan pengembangan, peningkatan kapasitas, penambahan permodalan, audit
eksternal (akuntan publik dengan mempertimbangkan kemampuan
pendanaan), bantuan hukum dan lainnya;
e. Sumber pendanaan BKAD dalam menjalankan tugasnya, diperoleh dari Alokasi
dana kelembagaan, bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,
dukungan masyarakat dan pihak lain yang sifatnya tidak mengikat.
C. Ketentuan Pengelolaan Dana Bergulir
1. Pendanaan kegiatan dana bergulir melalui kelompok tidak bersifat individu, namun
dengan memprioritaskan kelompok yang memiliki anggota dengan kategori Rumah
Tangga Miskin (RTM).
2. Ketentuan tentang tata cara pendanaan kegiatan dana bergulir ditetapkan oleh
BKAD melalui MAD dengan tahapan sebagai berikut:
a. Kelompok mengajukan usulan/proposal kepada lembaga pengelola;
b. Lembaga pengelola melakukan telaah dan verifikasi adminitrasi atas usulan
proposal dan diajukan kepada Tim Verifikasi;
![Page 5: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/5.jpg)
5
c. Tim Verifikasi melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan kebenaran
usulan/proposal dan menetapkan layak tidaknya didanai;
d. Tim Pendanaan menetapkan keputusan pendanaan bersama lembaga pengelola
dan Tim Verifikasi serta disahkan oleh BKAD melalui MAD dalam bentuk berita
acara yang ditandatangani oleh Camat, yang memuat daftar kelompok dan
jadwal pendanaan kelompok. Selanjutnya Tim Pendanaan membuat surat
perintah pembayaran pendanaan kepada lembaga pengelola sesuai
rencana/jadwal pendanaan kelompok;
e. Badan Pengawas secara berkala melakukan pemeriksaan dan memastikan
terjadinya proses pendanaan kegiatan dana bergulir sesuai dengan ketentuan,
mencakup pemeriksaan di lembaga pengelola dan kelompok serta melaporkan
hasil pengawasan kepada BKAD;
f. Setiap pendanaan pinjaman dibuat perjanjian pinjaman antara lembaga
pengelola dan pengurus kelompok dengan diketahui oleh Tim Pendanaan, dan
dilampiri kartu pinjaman dan kartu anggota.
3. Penetapan besaran jasa pinjaman Simpan Pinjam untuk kelompok Perempuan
(SPP) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), diperhitungkan dengan memperhatikan
suku bunga pinjaman bank pemerintah atau pemerintah daerah, usaha kelompok,
kebutuhan minimal operasional kegiatan dan kondisi masyarakat yang dituangkan
dalam berita acara penetapan oleh MAD dan ditinjau ulang setiap tahunnya;
4. Denda atas keterlambatan pembayaran dan sanksi lainnya ditetapkan oleh MAD;
5. Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW) diberikan hanya kepada kelompok
yang telah mengembalikan, tanpa pernah menunggak selama jangka waktu
pinjaman dengan besaran ditetapkan oleh MAD, berdasarkan jumlah jasa pinjaman
yang diterima dari kelompok tersebut;
6. Jangka waktu pinjaman ditentukan sebagai berikut, untuk pendanaan kelompok
dengan fungsi channeling maksimal 18 bulan dan kelompok executing maksimal
36 bulan;
7. Besaran pinjaman diatur sebagai berikut:
a. Kelompok “Pemula” hanya dapat memperoleh pinjaman kelompok maksimal
Rp. 15 juta per kelompok dan Rp 1 juta per anggota;
b. Kelompok “Berkembang” diperbolehkan mendapat pinjaman kelompok
maksimal Rp.50 Juta dan memiliki simpanan aktif dari anggota;
c. Kelompok “Matang” dapat memperoleh pinjaman lebih dari Rp. 50 juta dengan
batas maksimal 150 juta;
d. Kelompok “Excuting” yang telah ditetapkan dalam MAD dapat mengajukan
pinjaman sampai dengan Rp. 250 juta.
8. Jadwal pengembalian ditentukan sesuai dengan siklus usaha dan kemampuan
kelompok, yaitu bulanan, triwulan dan semesteran. Khusus kelompok executing
jadwal pengembalian dapat ditentukan sesuai dengan kesepakatan antara lembaga
pengelola dan kelompok dengan angsuran pokok minimal jangka waktu 12 bulan;
9. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola dana bergulir
dipertangungjawabkan paling kurang satu kali dalam setahun kepada BKAD dan
Desa-Desa melalui MAD pertanggungjawaban;
10. Pengelolaan Rekening Bank diatur sebagai berikut:
a. Seluruh rekening bank di buka pada Bank Pemerintah dan atau Pemerintah
Daerah;
![Page 6: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/6.jpg)
6
b. Rekening Bank Operasional lembaga pengelola (UPK pada konteks PNPM MPd)
adalah rekening yang digunakan untuk menampung dana yang terkait dengan
pembiayaan operasional lembaga pengelola, dengan spesimen pembukaan
rekening minimal 2 orang pengurus lembaga pengelola;
c. Rekening Pengembalian SPP dan UEP adalah rekening yang digunakan untuk
menampung seluruh pengembalian yang berasal dari kelompok dengan
spesimen pembukaan rekening terdiri dari salah satu Pengurus BKAD, Ketua
Tim Pendanaan dan Ketua Badan Pengawas;
d. Rekening BKAD di kecamatan adalah rekening yang menampung dana alokasi
kelembagaan yang berasal dari hasil pembagian surplus dan sumber-sumber
lain yang dikelola secara mandiri oleh BKAD dengan spesimen pembukaan
rekening terdiri dari tiga unsur yaitu Ketua BKAD, Bendahara BKAD dan salah
satu Kepala Desa/lurah;
e. Seluruh pengelolaan rekening, proses administrasi dan pelaporan yang berasal
dari rekening Operasional dan Rekening Pengembalian SPP dan UEP dilakukan
oleh lembaga pengelola dana bergulir (UPK pada konteks PNPM MPd).
11. Biaya operasional lembaga pengelola (termasuk amortisasi dan penyusutan aktiva
tetap) maksimal 75% dari penerimaan jasa pinjaman bulan berjalan;
12. Pendanaan inventaris dan aktiva lainnya ditetapkan melalui MAD. Terhadap
inventaris dan aktiva tetap yang masih mengunakan atas nama pribadi/
perseorangan agar dilakukan evaluasi oleh BKAD untuk memastikan kepemilikan
atau mengambil keputusan terhadap keberlanjutan penggunaan;
13. Inventaris dan aktiva tetap yang diperoleh dari kegiatan dana bergulir merupakan
bagian kepemilikan BKAD yang digunakan untuk menunjang kegiatan permodalan
masyarakat;
14. Pengelolaan surplus kegiatan permodalan masyarakat oleh lembaga pengelola
ditentukan sebagai berikut :
a. Surplus adalah seluruh pendapatan dikurangi seluruh biaya termasuk biaya
penyusutan dalam satu tahun setelah dilaksanakan tutup buku dan telah
diterima pertangungjawaban pengelolaannya oleh BKAD melalui MAD;
b. Perhitungan surplus mempertimbangkan risiko pinjaman SPP dan UEP dalam
laporan kolektibilitas.
c. Penggunaan surplus dan prosentasinya diputuskan melalui MAD, dengan
prioritas penggunaan adalah untuk:
1) Penambahan modal;
2) Dana sosial, melalui perencanaan penggunaan yang disampaikan kepada
MAD;
3) Penguatan kelembagaan yang ditetapkan dan dikelola oleh BKAD di
kecamatan. Terhadap pengelolaan dana penguatan kelembagaan, MAD
menugaskan secara khusus Badan Pengawas untuk melakukan
pemeriksaan dan melaporkan kepada MAD;
4) Seluruh alokasi surplus yang digunakan untuk dana sosial dan penguatan
kelembagaan dipisahkan pengelolaannya dari kegiatan permodalan
masyarakat.
15. Dalam hal terjadi pemekaran wilayah kecamatan pembagian aset dan inventaris
termasuk permodalan di tetapkan melalui MAD;
16. Penyelesaian permasalahan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan dana oleh
pengelola maupun oleh pengurus kelompok diselesaikan melalui musyawarah dan
mufakat, jika tidak tercapai kesepakatan atau wanprestasi/cedera janji atas
kesepakatan maka diselesaikan melalui jalur hukum;
![Page 7: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/7.jpg)
7
17. Format administrasi dan pelaporan keuangan mengunakan sistem pencatatan
double entries dan atau diputuskan melalui MAD;
18. Kegiatan dana bergulir dalam bentuk pendanaan UEP dapat dialihkan menjadi
pendanaan untuk SPP dan dana SPP tetap;
19. Tata kelola pengelolaan dan kelembagaan dituangkan secara tertulis dalam standar
operasional dan prosedur yang ditetapkan oleh BKAD melalui MAD;
20. Kelompok pemanfaat yang didanai dengan dana bergulir, mengacu ketentuan
sebagai berikut:
a. Jenis Kelompok dalam kegiatan permodalan masyarakat adalah Kelompok
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan dana UEP untuk mendanai kelompok
simpan pinjam campuran, kelompok usaha bersama dan kelomppok aneka
usaha.
b. Fungsi Kelompok permodalan masyarakat dibedakan menjadi:
1) Kelompok Chanelling (penyalur) adalah kelompok yang hanya menyalurkan
pinjaman dari lembaga pengelola dana bergulir kepada pemanfaat tanpa
mengubah persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga
pengelola;
2) Kelompok Executing (pengelola) adalah kelompok yang mengelola pinjaman
dari lembaga pengelola dana bergulir secara mandiri sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh kelompok, selanjutnya memberikan
pelayanan kepada pemanfaat sesuai dengan kesepakatan antara kelompok
dan pemanfaat.
c. Katagori kelompok dinilai berdasarkan penilaian lembaga pengelola dana
bergulir sesuai hasil penilaian terhadap perkembangan dan kesiapan kelompok
dalam mengelola pinjaman permodalan masyarakat,yang dikatagorisasikan
menjadi kelompok pemula, kelompok berkembang dan kelompok matang;
VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Peran Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan masyarakat, menjalankan fungsi
pembinaan dan pelayanan masyarakat termasuk melakukan monitoring terhadap
pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kegiatan dana bergulir, yang dapat
dilakukan melalui:
1. Dukungan regulasi daerah sebagai bagian dari payung hokum;
2. Dukungan pendanaan peningkatan kapasitas pelaku;
3. Penambahan permodalan yang tidak mengikat dan bersifat hibah;
4. Pencegahan dan penyelesaian terhadap tindakan yang merugikan masyarakat;
5. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan penyediaan bantuan hukum;
6. Fasilitasi kerjasama dengan pihak lain terkait pengembangan kegiatan permodalan
masyarakat;
7. Penyediaan bantuan teknis;
8. Penyediaan pendamping profesional;
9. Pembinaan adiminstrasi.
Pelaksanaan pembinaan oleh Pemerintah Daerah dalam pengelolaan dana bergulir
dilatarbelakangi untuk menata dan mengembangkan kelambagaan permodalan
masyarakat. Dengan demikian kondisi perguliran dana yang terjadi saat ini menjadi dasar
bagi langkah-langkah pembinaan agar kegiatan permodalan masyarakat tetap lestari dan
menjadi dasar terselenggaranya kerjasama antar Desa.
Masyarakat diberikan akses serta didorong secara aktif untuk melakukan pengawasan dan
pemantauan terhadap pengelolaan dana bergulir. Pengawasan masyarakat perlu didahului
dengan membangun kesadaran akan hak dan pengetahuan serta ketrampilan untuk
![Page 8: Panduan Penataan Permodalan Pasca PNPM-MPd (Signed)_2](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100501/55cf9036550346703ba3f8f0/html5/thumbnails/8.jpg)
8
melaporkan semua penyimpangan yang terjadi. Masyarakat dalam hal ini termasuk
kelompok penerima manfaat, LSM, media dan sebagainya.
VII. P E N U T U P
Panduan ini digunakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan kelembagaan
masyarakat sebagai acuan pelaksanaan fasilitasi terkait dengan pengelolaan, pelestarian,
pemanfaatan dan pengembangan kegiatan dana bergulir. Panduan ini bersifat kebijakan
pokok yang dapat dilengkapi dan dikembangkan sesuai dengan kondisi diwilayah masing-
masing dan menjadi dasar lebih lanjut pada penyusunan regulasi daerah dalam rangka
perlindungan. Bagi daerah yang telah memiliki regulasi daerah namun tidak sesuai dengan
petunjuk teknis ini maka dilakukan penyesuaian.
Jakarta, 27 Maret 2015 A.n. Menteri Desa, PDT dan
Transmigrasi
Plt. Direktur Jenderal Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP
NIP. 19650530 199103 1 002