Post on 10-Jul-2019
Welas AsihPAMERAN KALIGRAFI & SENI RUPA
Amar Abdillah | M. Taslim | Amien Noer Mochammad | Husain Sujana | Rispul | J. Hasanto | Mukhtarom | Ali Imron | Toyib BukhoeriAnwar Sanusi | Robert Nasrullah | Nugroho | Nurul Huda | Ahmad Sobirin | Masbukhin | Suhadi Gembot | Amir Husaini
Sujiwo Tejo | Nasirun | Midhan Anis | Muhamad Assiry | Nasrul Haqqi Firmansyah | Abdul GhaniDidik Sm | Toni | Irfan Ali Nasrudin | Bazrisal Al Bara | Sidiq Martowidjojo
Welas AsihAmar Abdillah | M. Taslim | Amien Noer Mochammad | Husain Sujana | Rispul | J. Hasanto | Mukhtarom | Ali Imron | Toyib Bukhoeri
Anwar Sanusi | Robert Nasrullah | Nugroho | Nurul Huda | Ahmad Sobirin | Masbukhin | Suhadi Gembot | Amir HusainiSujiwo Tejo | Nasirun | Midhan Anis | Muhamad Assiry | Nasrul Haqqi Firmansyah | Abdul Ghani
Didik Sm | Toni | Irfan Ali Nasrudin | Bazrisal Al Bara | Sidiq Martowidjojo
PECINTA KALIGRAF I
DAFTAR ISI
Salam Budaya : Robert Nasrullah
Pesta Cinta : Ammar Abdillah
Kata Pengantar : Midhan Anis
Welas Asih : Faried Wijdan Al Jufri
Halaman Gambar
Ucapan Terima kasih
4
5
6
8
10
44
PECINTA KALIGRAF I
SALAM BUDAYA
Sayangilah penduduk bumi niscaya kamu disayang yang di langit.
Pameran yang diselenggarakan komunitas Pencinta Kaligrafi ini sebagai usaha untuk memberi
tanda sekaligus aperisiasi cinta kasih. Dengan berbagai latar belakang perupa yang berbeda, pameran ini
menjadi media silaturrahmi banyak gagasan untuk membangun spirit kebersamaan.
Dari antraksi huruf-huruf yang elastis dan saling terkoneksi bertumpuk dalam banyak bentuk,
kaligrafi mengajak kita untuk bertahannus dalam belutan kemesraan penuh hikmah. Bahwa kita manusia
adalah jiwa yang sama-sama rindu akan cinta dan kedamaian. Kekayaan makna dari huruf, kata dan
kalimat yang diperkaya dengan gubahan rupa menyampaikan ekspresi rindu tersebut untuk senantiasa
terus kita rayakan dan lestarikan.
Hal ini menjadi penting bahwa seni yang universal menjadi penguat "welas asih" untuk menyatukan
manusia korban politik dan sosial kepada jiwa muthmainnah yang guyub dan gemar berkasih sayang.
Terima kasih.
Robert Nasrullah
4
PECINTA KALIGRAF I
PECINTA KALIGRAF I
Sungguh indah pesta cinta, penuh kidung tapi diamSeribu syair dan nadanya berdengung tapi diam
Ada muthrib dan penabuh, kegilaan makin kambuhDari malam hingga subuh bersenandung tapi diam
Langit rayakan kenduri, gugus bintang pun menariPara malaikat dan peri pun bergabung tapi diam
Semuanya hadir dari Maroko hingga MeraukeSemua larut dalam Bayati dan Degung tapi diam
Berwirid asma Sang Lahut, tapi tidak dengan mulutSaling jawab, saling sahut, saling sambung tapi diam
Anggur cinta yang tertuang membuat mabuk kepayangPuji syukur pun berngiang tak terhitung tapi diam
Tak terdengar huru hara dari hutan dan saharaKarena nafsu angkara tlah terpasung tapi diam
Berkatalah sang begawan, kemarilah wahai kawanAmbil piala dan cawan, jangan murung, tapi diam
Tak perlu kau membahana dengan faham dan wacanaHormatilah suasana yang berlangsung tapi diam
Kalau pun kau punya ujar, tak perlu kau berkoarSemua itu kan ku dengar dalam renung tapi diam
Mulutmu harus kau bungkam, pikirmu harus kau redamTak perlu kau simpan dendam yang menggunung tapi diam
Jangan kau kacaukan pesta dengan adu kata-kataJangan rencanakan kita 'tuk bertarung tapi diam
Jangan iri, jangan hasud, harapkan Badar dan UhudDi sini Fir'aun dan Namrud jadi kacung tapi diam
Mari duduklah sejenak, dengarkan Ammar bersajakTentang jiwa yang melenggak dan melambung tapi diam
PESTA CINTAAmmar Abdillah
5
PECINTA KALIGRAF I
"Awal agama adalah mengenal Allah (ma’rifatullah). Mengenal Allah adalah berlaku dengan akhlak (yang baik). Akhlak (yang baik) adalah menghubungkan tali kasih sayang (silaturahim). Dan silaturahim adalah memasukkan rasa bahagia di hati (sesama) saudara kita.” (Hadis yang dirangkai oleh Syekh Yusuf Makassari, ulama Nusantara dari Makasar.
Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Di penghujung dekade 80an dan awal 90an, ketika masih di bangku kelas 1 MTsN Borobudur (setara dengan SMP) saya belajar English Conversation dengan cara praktek langsung mengajak berkenalan dengan para pelancong Asing yang
berkunjung ke Candi Borobudur dengan model Back Packer yang mudah ditemui baik ketika naik bus
pulang pergi ke sekolah, maupun sambil jalan kaki dari terminal bus Borobudur menuju Candi Borobudur karena kebetulan sekolah saya hanya berada di sisi selatan Taman Candi yang dulu sempat menjadi salah satu dari 7 Keajaiban Dunia itu.
Setiap hari saya menghabiskan waktu di bus atau di saat berjalan melalui trotoar bersama bule-
bule yang datang dan pergi dari terminal bus ke Candi dan dari Candi ke terminal bus. Bahkan tidak
jarang saya masuk ke Area Wisata Candi untuk mencari kenalan baru yang bisa diajak "chit-chat" apa saja. Sering juga saya berlagak sok iyess menjelaskan beberapa cerita di balik Relief-relief yang terpajang di dinding candi yang berhasil saya tiru dari beberapa Guide Profesional yang kebetulan mengenal saya.
Dalam banyak pembicaraan, kata paling sering saya dengar sebagai apresiasi para pelancong Asing itu terhadap bangsa ini adalah bahwa masyarakat Indonesia nampak di mata mereka sebagai masyarakat yang "Friendly", "lost of smile" dan "cooperative".Tradisi ketimuran ini selain menjadi cirikhas bangsa kita, juga menjadi doktrin khusus bagi setiap individu yang bertumbuh dalam masyarakat kita baik di desa-desa maupun kota-kota ditambah pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang digunakan sebagai senjata ampuh menjinakkan warga negara. Bahkan setiap yang masuk di sekolah baru, perguruan Tinggi baru, Pegawai Pemerintah baru, akan mendapatkan Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) sebagai modal bagi pembentukan perilaku individu sekaligus kontrol Pemerintah terhadap siapa saja yang meningkatkan kemampuan diri dan berkiprah di dalam pelaksanaan pemerintahan negara ini di semua tingkatan.
Sampai pada titik dimana kepatuhan terhadap doktrin ketimuran itu memuai, yakni pada Kerusuhan Politik 1998 dimana Pemerintah yang Sah digulingkan oleh hampir seluruh elemen masyarakat yang dimotori oleh Mahasiswa. Sejak itu doktrin ini mulai ditinggalkan. Predikat Bangsa yang ramah bukan tidak disadari oleh setiap anak bangsa. Hampir setiap kepala terdoktrin sebuah idiom sakti, "Indonesia adalah bangsa yang ramah".
KATA PENGANTARMidhan AnisKetua Umum Komunitas Nasional Pencinta Kaligrafi
6
PECINTA KALIGRAF I
Demikian populernya sihir ini hingga "rasa" itu tidak lagi benar-benar terasa di hati. Ibarat kehidupan cinta yang sudah terlalu lama, berkarat, tak lagi indah, terlena dan patah.
Satu tim ekonom Italia, yang dipimpin oleh Stefano Bartolini, pada 2008 menemukan bahwa faktor paling kuat yang bertanggung jawab atas kebahagiaan manusia adalah menurunnya modal sosial di negara tersebut, yaitu melemahnya jaringan sosial dan interaksi yang seharusnya membuat kita tetap terhubung dengan orang lain. Tidak ada yang lebih buruk bagi kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis ketimbang kesepian sosial. Semakin terhubung kita dengan keluarga dan masyarakat, semakin besar kemungkinan kita mendapatkan kebahagiaan.
Beda antara ramah dan marah ternyata hanya pada posisi Bidak Ster dan benteng di papan catur. Sedikit dilukir, maka tampilan permainannya berubah total. Kalau dulu kemarahan, kebencian, caci maki, dan pertunjukan perselisihan jarang dipertontonkan, setelah posisi bidak dilukir semua itu menjadi tontonan setiap hari.
Ucapan Nabi yang Mulia Sayangilah siapa saja yang di bumi, niscaya kalian akan disayangi
Tuhan yang di langit seakan hanya suara sirine yang hilang tak membekas setelah mobil Ambulance
lewat. Semakin terbuka konektivitas antar manusia di segala penjuru dunia, makin hilang adab kesopanan dan tradisi ketimuran dari benak bangsa kita. Digantikan hoax, caci maki, saling mencela, saling melecehkan, intoleransi, kebengisan dan kebrutalan dalam tampilan telanjang tanpa penutup meski transparan.
Keprihatinan kami para Seniman Nasional Pencinta Kaligrafi menyatu bersama para Guru kami, dan para Maestro Senirupa Kaligrafi setanah air yang berkenan membersamai kami, bersepakat menggelar sebuah PAMERAN SENIRUPA KALIGRAFI bekerjasama dengan Bentara Budaya Balai Sudjatmoko Surakarta bertajuk WELAS ASIH.
Selamat mengukir, memupuk, membangun dan mempererat kembali tali kasih yang dibentangkan Allah Tuhan Pencipta Alam semesta sebagai upaya mengajak anak bangsa membangun kembali Persatuan dan Kesatuan demi tegaknya Negara dan Bangsa tercinta Indonesia. Selamat menikmati karya-karya yang tersaji dalam Pameran yang kami gelar tanggal 22-27 Mei 2019.
7
PECINTA KALIGRAF I
Di antara 99 nama agung Allah (Asmaul Husna), al-Rahman dan al-Rahim adalah yang paling sering disebut setiap hari oleh umat muslim. Rahman dan Rahim adalah dua sifat Allah yang disebutkan dalam Basmalah sebagai sifat Allah. Al-Rahman dan al-Rahim – keduanya berasal dari kata rahmah (welas-asih) – adalah sifat-sifat diatributkan kepada nama “Allah”. Nama “Allah” itu merangkum 99 nama/sifat Tuhan (al-ism al-jami’).
Kanjeng Nabi Saw. diutus “hanya” utk menyempurnakan akhlak. Dan inti akhlak, adalah bersikap welas asih kepada sesama makhluk Tuhan. Tanpa welas asih di dalam hati, Nabi sekali pun – seperti kata beliau sendiri – tidak akan dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik. Kedamaian batin bertalian dengan welas asih. Semua agama besar memiliki pesan yang sama – kasih, welas asih, pengampunan. Kita membutuhkan cara duniawi untuk mengangkat welas asih. Bagi orang-orang yang memiliki agama dan tulus dan serius di dalamnya, agama punya daya dahsyat untuk meningkatkan keampuhan dan kemujaraban welas asih.
Pada ulang tahun ke-50 kelahiran PBB di New York, 22-24 Oktober 1995, diadakan sebuah jajak pendapat tentang nilai-nilai kemanusiaan apa saja yang sama pada semua bangsa dan negara. Berdasar riset tersebut, nilai kemanusiaan yang muncul adalah: Kedamaian, Kesatuan, Kesederhanaan, Kasih, Sayang, Kejujuran, Rendah Hati, Tanggung jawab, Tenggang Rasa, Kebebasan, & Cinta. Karen Armstrong, pengkaji terbaik agama abad ini menyebut semua nilai itu dengan satu kata: Confession (Welas Asih).Welas asih (compassion) merupakan inti kehidupan religius dan moral. Welas asih adalah sarana memuliakan hakikat manusia untuk saling menghargai, menyayangi, dan menjunjung harkat dan martabat manusia.Saat welas asih mengejawantah dalam kehidupan maka keadaban, keadilan sosial, dan kemakmuran akan mewujud.
“ Welas Asih adalah sihir yang terkuat di dunia.”
Kata Dumbledore dalam Lakon Harry Potter
Dalai Lama dalam khutbahnya :
“Agama apa pun yang bisa membuat Anda Lebih welas asih, lebih berpikiran sehat, lebih
objektif dan adil, lebih menyayangi, lebih manusiawi, lebih punya rasa tanggungjawab, lebih
beretika, agama yang punya kualitas seperti yang saya sebut adalah agama terbaik,"
WELAS ASIHFaried Wijdan Al Jufri
8
Hawa panas kebencian di segala matra akhir-akhir ini sungguh saru dan kelewat batas. Nyaris tiada jeda, selama 24 jam dalam sehari, orang saling melepaskan syahwat kebencian yang membuat mereka alpa segalanya-galanya dan hingga akhirnya sifat-sifat noninsani yang menguasai.
Intensitas dan muatan kebenciannya benar-benar over dosis. Apa pun argumentasi mereka, tanpa kita sadari, laku dan tingkah para pecandu dan penyembur kebencian mengancam kerukunan dan persatuan. Secara fitrah, semua manusia memiliki watak welas asih.
Namun, mengejewantahkannya memang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan, yakni 'pengorbanan' yang sejatinya berkelindan dengan keluhuran budaya. Kebudayaan merupakan kerja intelektual yang mengantarkan seseorang menuju taraf insani. Taraf kemanusiaan utama.Saat manusia berada dalam posisi itu, ia akan mampu berpikir jernih, tidak hanya akal namun juga nurani. Kejernihan dalam berpikir inilah yang kemudian mengantarkan manusia mampu membaca gejala. Sebuah kerja peradaban menuju keadaban bangsa. Bangsa yang terpenuhi oleh prinsip tindakan memanusiakan manusia.
Pelaku seni dari kalangan pelukis, perupa, dan kaligrafer selalu memiliki cara untuk menyampaikan pesan dan perasaan yang mereka alami dalam berbagai media, baik itu melalui lukisan dan kaligrafi Arab. Seperti yang ada dalam pameran bertema “WELAS ASIH” yang diselenggarakan selama seminggu di Balai Soedjatmoko, Jl. Sriwedari Surakarta. Pameran tunggal ini digagas Komunitas PEKA (Pencinta Kaligrafi).
9
PECINTA KALIGRAF I
Amar AbdillahJati Nata70x70 : oil on canvas
10
Husain SujanaKeselarasan100x70 : acrylic on canvas : 2018
11
M.TaslimDemi Waktu60x80 : acrylic on canvas : 2019
12
13
Irfan Ali NasrudinAl i'tirof ( Dzikir sebuah pengakuan )60x50 2003
J.HasantoGunungan Bersyahadat80x60 : acrylic on canvas : 2019
14
MukhtaromYa Wadud40x50 : acrylic on canvas : 2019
15
Ali ImronAsmaradhana
80x60 : oil on canvas : 2018
16
Toyib BukhoeriAsmaul Husna
122cm : Acrylic on canvas : 2019
17
Anwar Sanusi Ingat lima sebelum lima : 80x80 : Acrylic on canvas 2018
18
Robert NasrullahSemangat
60x60 Acrylic on canvas2019
19
Nurul HudaKebaikan
50x60Acrylic on canvas
20
MasbukhinSebab akibat
60x100Acrilic on canvas2019
21
Suhadi Gembot Bawor munggah kaji90x230 Acrylic on canvas 2019
22
Amir HusainiAr Rahman Ar Rahim
Acrylic on canvas 50x40 2019
23
Sujiwo TejoPelukismu “.....” Siapa Gerangan?
70x90 cm ,oil on canvas , Ramadhan 1440
24
Sujiwo TejoNgiau Kucing di Dzikirku60 x 60 cm, oil on canvas, Ramadhan 1440
25
Sujiwo TejoWajah2 Leluhur
70x90 cm, oil on canvas, Ramadhan 1440
26
Sujiwo TejoSajadah Panjang
70x100 cm, oil on canvas, Ramadhan 1440
27
Sujiwo TejoPenjemputan70x100 cm, oil on canvas, Ramadhan 1440
28
NasirunImaji Perjalananize : 90 x 177 cm , Oil On Canvas
29
30
ToniSandal Jepit40x40 Acrylic on canvas 2019
Ahmad SobirinAl - Amin 30x40 Acrylic on canvas 2019
31
Amien Noer MochammadSenja di Istambul
60x90 acrylic on canvas 2019
32
Sidik MartowijojoWelas Asih Berbuah Kebajikan30x60 , Tinta diatas kertas
33
Midhan AnisKasih Abadi Sang SufiAcrylic On Canvas 60x80 cm
34
Muhamad Asyiri Rahasia Alif lam mim
80x80 Acrylic on canvas
35
Nasrul Haqqi FirmansyahMemulai dengan Kasih Sayang
Oil on Canvas 80x70 2019
36
Abdul Ghani Berlemahlembutlah 100 x 130cm Acrilic on canvas 2019
37
Didik SMAnugerah ( QS An Nami 40)
150 X 100 Oil on canvas 2019
38
39
Bazrizal AlbaraPermulaanGemstone
40
Husain SujanaAs-Shaff 0120 x 27 x 55 Gemstone ( panca warna )
41
Nugrohoibugemstone 17x 28 x12 2019
42
RispulHanya Allah yang taukawat : variable dimension
Terima kasih kepada :
- Bentara Budaya Solo, Kompas, MANPK, Sebagai sponsor acara
- Prof.DR.H. Mudofir. S.Ag.M.Pd. yang telah berkenan membuka acara
- Gus Karim, yang telah berkenan memberikan orasi budaya dan doa
- Amar Abdillah - M. Taslim - Amien Noer Mochammad - Husain Sujana
Rispul - J. Hasanto - Mukhtarom - Ali Imron - Toyib Bukhoeri - Anwar Sanusi
Robert Nasrullah - Nugroho - Nurul Huda - Ahmad Sobirin - Masbukhin
Suhadi Gembot - Amir Husaini - Sujiwo Tejo - Nasirun - Midhan Anis
Muhamad Assiry - Nasrul Haqqi Firmansyah - Abdul Ghan - Didik Sm - Toni
Irfan Ali Nasrudin - Bazrisal Al Bara - Sidiq Martowidjojo yang telah berkenan
berpartisipasi dalam acara pameran
PECINTA KALIGRAF I
43
PECINTA KALIGRAF I