Post on 12-Jul-2016
description
1
KATA PENGANTAR
Unit yang sedang mengalami masalah baik sistem refrigerasi rnaupun sistem tata udara,
apalagi jika unit tersebut merupakan unit yang vital untuk suatu proses industri baik
industri manufaktur, dll, atau untuk tujuan penyimpanan seperti gudang terefrigerasi, dll,
atau untuk tujuan kenyamanan seperti perhotelan, dll, harus segera ditangani secara cepat
dan tepat agar dapat normal dan pulih kembali dalam waktu yang singkat. Kerugian akibat
terhentinya proses produksi di industri atau terganggunya proses penyimpanan akan
sangat mahal. Demikian juga terganggunya kenyamanan di perkantoran atau industri
perhotelan akan berpengaruh pada kinerja dan prestasi kerja seseorang.
Mata kuliah Troubleshooting adalah merupakan mata kuliah yang penting diberikan agar
mahasiswa mendapat pengetahuan tentang cara-cara menemukan letak sumber kesalahan
atau kerusakan pada unit refrigerasi maupun tata udara yang sedang mengalami masalah
dan melakukan perbaikannya secara cepat dan tepat hingga unit tersebut normal dan pulih
kembali. Dalam hal ini mahasiswa harus dapat melakukan prosedur troubleshooting
dengan benar, mengenai gejala-gejala kesalahan, mengetahui letak sumber kesalahan,
mengetahui apa yang harus dilakukan, rnelakukan pemeriksaan dan aksi perbaikannya
serta perneriksaan tahap akhir secara cepat dan tepat.
Untuk mengambil mata kuliah ini maka diperlukan pengetahuan dasar sebelumnya ( pre-
requisite ) yaitu : mata kuliah seperti :
Termodinamika
Perpindahan Panas
mekanika Fluida
Dasar-dasar Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sistern-sistem Refrigerasi
Manajernen Perawatan
Dasar-dasar Perawatan
Praktek lnstalasi Air cooled dan Water cooled condensing unit trainer baik uniuk 1 maupun 2 evaporator
Praktek RefrigerasiTerapan.
Banyaknya matakuliah yang diperlukan sebelumnya adalah untuk menjamin bahwa
mahasiswa telah rnendapat pengetahuan dasar yang cukup untuk dapat mengikuti
matakuliah ini serara efektif dan efisien tanpa kesulitan serta dapat mengintegrasikan
pengetahuan yang didapat selama ini untuk kemudian dapat diterapkan di lapangan.
Harapan kami adalah agar pengetahuan ini berguna dan dapat diterapkan di lapangan dan
sebagai bekal dalam melakukan troubleshooting. Jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam
penulisan dan penyampaian, maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga
sangat mengharapkan masukan, kritik maupun saran agar penulisan ini dapat lebih
berguna.
Bandung,3l Maret2002
Hormat kami,
lr. Arda Rahardja Lukitobudi, M.Eng.
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar lsi
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Daftar Pustaka
Bagian I Troubleshooting Sistem Refrigerasi
Bab I Prosedur Troubleshooting
1.1 Pendahuluan
1.2 Prosedur Troubleshooting
1.2.1 Panyeban Masalah
1.2.2 Pengumpulan Data dan lnformasi
1.2.3 Analisa Data
1.2.4 Penentuan Aksi Perbaikan
1.2.5 Perbaikan
1.2.6 Pemeriksaan
Bab II Troubleshooting Kompresor
2.1 Pendahuluan
2.2 Tabel Troubleshooting Kompresor
2.3 Masalah-Masalah Umum Mekanik Dan Etektrik Pada Kompresor
2.4 Masalah-Masalah Mekanis
2.4.1 Seizure of Part
2.4.2 Noisy Operation
2.4.3 Over Heating
2.4.4 Failure to Pump
2.4.5 Failure of Seal
2.4.6 Masalah - Masalah Mekanis Yang Lain
2.4.7 Kompresor Screw Atau Helix
2.4.8 Konpresor Sentifugal
2.4.9 Masalah Kelistrikan
2.4.9.1 Kompresor Tak Mau Jalan
2.4.9.2 Kornpresor Mulai Jalan Tetapi Mendadak Mati
2.4.9.3 Kompresor Jalan Tak Mau Berhenti
Bab III Troubleshooting Evaporator dan Kondensor
3.1 Pendahuluan
3.2 Tabel Karta Troubleshooting Evaporator, Kondensor Dan Cooling Tower
3
3.3 Jenis-Jenis Evaporator Dan Troubleshootingnya
3.3.1 Troubleshooting Frost Problem
3.3.2 Troubleshooting Lack Of Capacity
3.3.3 Troutrleshooting Shell Type Evaporator
3.3.4 Troubleshooting Flooded Evaporator
3.4 Jenis-Jenis Kondensor Dan Troubleshootingnya
3.4.1 Troubleshooling Air Cooled Condenser
3.4.2 Troubleshooling Water Cooled Condenser
3.1.3 Troubleshooting Evaporative Condenser
3.4.4 Troubleshooting Cooling Tower
3.4.5 Troubleshooting Spray Pond
Bab lV Troubleshooting Metering Device dan Perpipaan
4.1 Pendahuluan
4.2 Troubleshooting Metering Device
4.2.1 Hand Expansion Valve
4.2,2 Pipa Kapiler
4.2.3 Float Valves
4.2.4 Automatic Expansion Valves
4.2.5 Thermostatic Expansion Valve
4.3 Masalah-masalah umurn
4.4 Bekerja terlalu bising
4.5 Masalah oil separator
4.6 Masalah Check Valve
4.7 Masalah-Masalah Saluran Liquid
4.8 Masalah Sight Glass
4.9 Masalah Suction Line
Bab V Troubleshooting Control System
5.1 Pendahuluan
5.2 Diagram Pengawatan Kontroller
5.3 Karta Troubleshooting Untuk Kontrol
5.4 Pemeriksaan Thermostat
5.5 Pemeriksaan Kipas Evaporator
5.6 Pemeriksaan Kipas Kondenser
5.7 Pemeriksaan Koil Ml
5.8 PemeriksaanKontrol Tekanan
5.9 Masalah-Masalah Lain
Bagian II Troubleshooting Sistem Tata Udara
Bab VI Troubleshooting Sistem Tata Udara
6.1 Pendahuluan
6.2 Persiapan-persiapan troubleshooting tata udara
6.2.1 Pendahuluan
6.2.2 Rencana Kerja
6.2.3 Karta Troubleshooting
4
Bab Vll Troubleshooting Electric Control
7.1 Pendahuluan
7.2 KartacTroubleshooting
7.3 Pemeriksaan Kontaktor
7.4 Prosedur A1 : Armatur, Trafo
7.5 Prosedur A2 : Koil-Koil, Relay-Relay, Dan Switch-Switch
Yang Tek Berfungsi
7.6 Prosedur B ; Sumber Daya
Bab Vlll Troubleshooting Pneumatic Contol
8.1 Pendahuluan
8.2 Perneriksaan Supply Udara Kontol
8.3 Perneriksaan Tekanan Output Dan Kebocoran
Bab IX Troubleshooting Rangkaian Refrigerasi pada Sistem Tata Udara
9.1 Pendahuluan
9.2 Pemeriksaan Awal
9.3 Pemeriksaan Tekanan Refrigeran
9.4 Pemeriksaan Isi Refrigeran
9.5 Pemeriksaan Kebocoran Refrigeran
9.6 Pemeriksaan Kompresor
9.7 Pemeriksaan Komponen-komponen Sisi Tekanan Tinggi
9.8 Pemeriksaan Komponen-komponen Sisi Tekanan Rendah
Bab X Troubleshooting Air Handling Unit dan Hydronic System
10.1 Pendahuluan
10.2 Masalah-masalah Hydronic Systems
1 0.3 Masalah-masalah Mekanis
1 0.4 Masalah-masalah Elektris
10.5 Masalah-masalah Udara dan Air
10.6 Masalah-masalah Kondensor dan Cooling Tower
1 0.7 Masalah-masalah AHU
10.8 Masalah-masalah pada Impeller, Sabuk, Motor Kipas, Kipas, Filter &
Pembersih Udara
1 0.9 Masalah-masalah Saluran Udara
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perawatan Yang Teratur Memperpanjang Life time peralatan
Gambar 2.1 Sistem Pelumasan Pada Kompresor Heliks/Screw
Gambar 3.1 Oil Skimmer System
Gambar 5.1 Wiring Diagram Dari Suatu Sistem Refrigerasi
Gambar 5.2 Skematik Diagram Dari Kontrot Listrik sistem Refrigerasi
Gambar 5.3 Starting Relay Pada Motor 1 phasa
Gambar 8.1 Kontrol Pneumatik Pada Saluran Udara Supply
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Karta 1.1 : Karta Troubleshooting Unit yang Tidak Mau Jalan 59
Lampiran 2 Karta 1.2 : Karta Troubleshooting Unit yang Mau Jalan Tetapi
tidak cukup Mendinginkan
60
Lampiran 3 Karta 1.3 : Karta Troubleshooting Unit yang Mengalami short
cycles
61
Lampiran 4 Tabel 2.l : Tabel Troubleshooting Kompresor 62
Lampiran 5 Tabel 2.2 : Tabel Masalah-Masalah Umum Mekanik Dan Elektrik
pada Kompresor
63
Lampiran 6 Tabel 3.1 : Table Troubleshooting Evaporator, Kondensor Dan
cooling Tower
67
Lampiran 7 Karta 5.1 : Karta Troubleshooting Untuk Kontrol 68
Lampiran 8 Karta 6.1 : Karta Troubleshooting 69
Lampiran 9 Karta 7.1 : Karta Troubleshooting 70
Lampiran 10 Karta 8.l : Karta Troubleshooting 71
Lampiran 11 Karta 9.1 : Karta Troubleshooting Untuk contoh Kasus Keluhan
Ruangan yang Tidak Cukup Dingin
72
Lampiran 12 Tabel 9.2 : Tabel Temperatur - Tekanan untuk R12,R22,R500,
RS02, R717
73
Lampiran 13 Tabel 9.3 : Pemeriksaan pada Kasus Kurang Dingin 74
Lampiran 14 Tabel 10.1 : Troubleshooting Kipas yang Berisik/ Bising 75
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Althouse, A.D., Turnquist, C.H., Bracciano, A.F., "Modern Refrigeration and Air Conditioning The Goodheart & Wilcox Co.lnc., Illinois, USA, 1982
2. Arora, C.P., Refrigeration and Air Conditioning ( in Sl units )", Tata Mc Graw Hill Publ. Co. Ltd, New Delhi, lndia, 1981
3. ASHRAE Handbook of Equipments, Atlanta USA, 1983
4. ASHRAE Handbook of Systerns, Atlanta USA, 1984
5. ASHRAE Handbook of Fundarnentals, Atlanta USA, 1985
6. ASHRAE Handbook of Refrigeration Systems and Applications, Atlanta USA, 1986
7. ASHRAE Handbook of HVAC Systems and Applications, Atlanta USA, 1987
8. Carrier Handbook of Air Conditioning System Design", Mc Graw Hill lnc., New York USA, 1985
9. Clifford, G.E., Heating Ventilating and Air Condilioning, Reston Publ. Co., 1984
10. Dossat, R.J., "Principles of Refrigeration - SlVersion", Second Edition, John Wiley & Sons, Canada, 1981
11. Jordan, R.C., Priester, G.B., Refrigeration and Air Conditioning', Second Edition, Prentice Hall International Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, USA, 1956
12. Mc Quiston, Faye C., Jerald D. Parker, Heating, Ventilating and Air Conditioning, Analysis and Design, John Wiley & Sons lnc., 1994
13. Pita, E.G., "Air Conditioning Principles and Systems", John Wiley & Sons lnc., New York USA, 1981
14. Stoecker, W.F. & Jones, J.W., Refrigeration and Air Conditioning", Mc Graw Hill, New York USA, 1994
15. Trane Handbook, Trane Air Conditioning Manual, Mc Gill/Jensen lnc., Minnesota USA, 1965
16. Wang, S.K., 'Handbook of Air Conditoning and Refrigeration", Mc Graw Hill lnc., New York, USA, 1993
17. Whitman, C.W., Johnson, W.M., "Refrigeration and Air Conditioning Technology - Concepts, Procedures and Troubleshooting Techniques, Second Edition, Delmar Publ. lnc., New York, USA, 1991
7
BAGIAN I
TROUBLESHOOTING SISTEM REFRIGERASI
Pada penulisan berikut ini akan dibagi menjadi dua Bagian, yaitu Bagian I yang
membahas mengenai Troubleshooting Sistem Reftigerasi dan Bagian II yang membahas
rnengenaiTroubleshooting Sistem Tata Udara. Pada Bagian I ini terdiri dari 5 Bab yaitu
yang membahas mengenai :
Prosedur Troubleshooting
Troubleshooting Kompresor
Troubleshooting Evaporator dan Kondensor
Troubleshootng Metering Devices dan Perpipaan
Troubleshoting Contol System
BABI
PROSEDUR TROUBLESHOOTING
1,1 Pendahuluan
Seperti yang telah kita kehhui, perawatan yang dilakukan secara sempurna dan teratur
akan sangat nembantu dalam nemperpanjang life time peralatan atau permesinan. Dan
bahkan dibawah suatu program perawatan yang sernpurna sekalipun, peralatan /
permesinan sering kali membutuhkan perbaikan atau troubleshooting jika ada masalah.
Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan mengenai prosedur troubleshooting.
Ganbar 1.1 Perawatan yang teratur memperpanjang life time peralatan
Waktu (t)
Kualitas Alat
30 %
100 %
50 %
1 2 3 4
8
Hal yang terpenting dalam troubleshooting adalah pendekatan logika-logika dalam
menangani segala masalah yang timbul dan kunci sukses dalam troubleshooting adalah
pengetahuan mengenai bagaimana suatu sistem refigerasi bekerja serta fungsi dari masing-
masing komponen yang ada dalam sistem, termasuk sistem kontol dan sistem kelistrikan
dalam sistem tersebut.
1.2 Prosedur Troubleshooting
Ada 6 urutan tahap dalam troubleshooting, yaitu :
1. Pernyataan masalah yang terjadi ( State the problem ) 2. Pengumpulan data ( collect the data ) 3. Analisa data { analyze the data ) 4. Penentuan langkah langkah perbaikan ( decide on an action ) 5. Melakukan aksi pabaikan ( perform the action ) 6. Periksa hasil yang terjadi ( check the result )
Enam tahap pendekatan logika dalam prosedur troubleshooting diatas sangat penting
untuk dipahami dan terbukti sebagai prosedur yang paling dapat diandalkan. Dalam
melakukan troubleshooting, harus tetap nemperhatikan safety, Safety dalam
troubleshooting meliputi bidang-bidang :
Mekanik
Listik
Kimia
Lingkungan
1.2.1 Pernyataan Masalah
Langkah pertama dalam troubleshooting adalah menyatakan masalah yang timbul secara
logis, apa yang menyebabkan seseorang atau pemilik meminta kita untuk memperbaiki
suatu sistem refrigerasi. Beberapa cara / saran diantaranya:
Menanyakan langsung kepada operator
Melihat pada buku log atau laporan kerja dari sistem dari waktu ke waktu
Hindari informasi yang datang dari orang kedua
Jika tidak ada operator yang menangani langsung terhadap sistem tersebut, siapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman.
1.2.2 Pengumpulan Data dan lnformasi
Pertama buatlah inspeksi secara rnenyeluruh terhadap sistem. Catat semua letak
komponen-komponen atau pipa-pipa yang tidak sesuai. Berikut ada beberapa saran atau
tanda-tanda yang dapat dibuat pegangan :
Karat di kompresor menandakan kemungkinan adanya kondisi baniir / flooding.
Tetesan oil menandakan kebocoran
Fittings yang kendur
lkatan yang kendur pada bulb TXV
Periksa narne plate kompresor:
9
Model dan nornor Seri. Type kompresor Type refrigerant Kapasitas pendinginan (TR )
Periksa name plate motor kompresor: Model dan nomor seri Daya kompresor Kecepatan, rpm Karakteristik listrik ( 1 atau 3, Y atau )
Jangan sekali-sekali mem-bypass satu atau beberapa switch atau alat control
Pengetahuan tentang cara kerja suatu sistem atau komponen akan sangat berharga sekali.
Lihat di lampiranKarta 1.1 untuk Troubleshooting unit yang tidak mau jalan di halaman
49, Karta 1.2 untuk Troubleshooting unit yang mau jalan tetapi tidak cukup mendinginkan
di halaman 50, dan Karta 1.3 untuk Troubleshooting unit yang mengalami short cycles di
halaman 51.
Salah satu cara yang cukup berguna disamping kita harus melihat atau mendeteksi :
Tekanan
Ternperatur
dan besaran-besaran listrik,
kita harus pula :
mendengarkan suara-suara bising yang tak biasa
rnelihat adanya getaran yang berlebihan
pembekuan di suciion line atau bahkan crankcase
crankcase yang berbusa dll.
Hal-hal diatas dapat mengarahkan kita untuk memecahkan masalah.
Disamping itu kita harus rnempunyai alat-alat (tools) dan instrumen (alat ukur) yang
lengkap, tetapi dari semua alat tersebut yang penting adalah :
Manifold gauge
Clamp on meter (tang ampere )
AVOmeter
Kunci rachet
Satu set kunci pas dan atau ring berbagai ukuran
Swaging dan flaring tool
Tube bender berbagai ukuran
Tube cuter ( + reamer )
Sisir sirip berbagai ukuran
Peralatan las gas
PornPa vakum
Charging cylinder
Berbagai macarn bentuk dan ukuran Tang dan Obeng, dll
10
1.2.3 Analisa Data
Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam troubleshooting. Beberapa cara yang
dapat digunakan adalah :
Mengetahui kondisi kerja yang normal, dimana kita harus belajar dari pengalaman mengenai kondisi-kondisi operasi yang seharusnya.
Ambil keputusan yang didasarkan atas semua kemungkinan-kemungkinan yang ada dan jangan hanya satu kemungkinan saja.
Banyak belajar dari mendengar pengalaman orang lain atau rnembaca buku-buku serta rnempelajarinya sehingga jika ada masalah atau situasi kondisi yang sama,
kita dapat menganalisa masalah dengan cepat dan tepat.
Keandalan dari perbaikan yang kita lakukan harus dapat dipertanggungjawabkan, apalagi jika system refrigerasi tersebut sangat vital untuk proses manufaktur atau
penghuni, seperti misalnya pabrik susu, pabrik es, ruang komputer, ruang sentral
telepon dlgital, dll
1.2.4 Penentuan Aksi Perbaikan
Setelah kita nenganalisa data secara cermat dari semua alternalif yang ada, kita dapat
menentukan aksi perbaikannya. Berikut ini adalah aksi secara umum yang dapat kita
lakukan, salah satu atau kombinasinya :
1. Pengaturan ulang (readjustment)
2. Membersihkan (cleaning)
3. Modifikasi (modification)
4. perbaikan (repair)
5. penggantian(replacement)
1.2.5 Perbaikan
Perbaikan biasanya tidak banyak memakan waktu, dibanding menemukan kesalahan. Kita
membutuhkan pengetahuan teknis yang benar, yang berhubungan dengan refrigerasi,
seperti misalnya :
Brazing and soldering
Pemvakuman dan dehidrasi.
Pengetesan tekanan
Pengetesan kebocoran
Pembersihan system
Buatlah gambar diagram sistem sebelum mulai mernperbaikinya. Hal ini penting untuk
pemasangan kembali nanti. Jika ada kornponen yang perlu diganti, hendaknya selalu
diperiksa secara terpisah.
11
1.2.6 Pemeriksaan
Jalankan sistem dengan berbagai kondisi beban yang berbeda, untuk memastikan bahwa
perbaikan tidak menghasilkan rnasalah-masalah yang baru.
Check out yang dapat dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan kebocoran seluruh sistem 2. Pemeriksaan isi refrigeran dengan melihat sight glass atau pressure gauge 3. Pemeriksaan oil level, jangan kekurangan atau bahkan kelebihan 4. Perneriksaan setting dari kompresor unloading 5. Pemeriksaan arus listrik pada saat beban penuh. 6. Pemeriksaan belt tension atau coupling alignment (untuk jenis open type) 7. Pencatatan kondisi-kondisi yang baru antaa lain :
Temperatur udara db dan wb masuk dan keluar evaporator
Temperatur air masuk dan keluar Watef Chiller.
Temperatur udara masuk dan keluar kondensor berpendingin udara
Temperatur udara db dan wb masuk dan keluar cooling tower
Volt-ampere motor-motor kompresor,fan, heater dll baik pada keadaan tanpa beban atau pada beban penuh.
12
BAB II
TROUBLESHOOTING KOMPRESOR
2.1 Pendahuluan
Suatu sistem reftigerasi atau tata udara masih akan dapat bekerja atau berjalan dengan
kondensor atau evaporator yang kurang beres atau bermasalah, tetapi sistem tersebut tidak
akan dapat bekerja jika kompresornya rusak. Jika kompresor rusak, maka semua sistem
akan macet. Masalah kompresor adalah masalah utama sehingga harus dibenahi segera.
Masalah kompresor ada dua jenis umum yaitu :
Yang bersifat mekanis.
Yang bersifat elektris.
dan penyebabnya sangat bervariasi terutama tergantung pada jenis kompresornya, apakah
torak, rotary, screw, scroll atau sentrifugal. Ke-empat jenis yang pertama adalah unit-unit
yang bersifat positive displacement sedangkan jenis yartg terakhir bersifat kinetic
displacement.
2.2 TabelTroubleshooting Kompresor
Lihat Tabel 2.1 di Lampiran halaman 52
2.3 Masalah-masalah Umum Mekanik dan Elektrik pada Kompresor
Lihat tabel 2.2 di Lampiran ( 4 halaman) halaman 53
2.4 Masalah-masalah Mekanis
Masalah-masalah mekanis dasar pada konpresor yang membutuhkan perbaikan-perbaikan
/ penggantian biasanya pada umumnya terbagi dalam lima kategori yailu :
1. Kemacetan bagian-bagian kompresor (seizure of part ) 2. Berisik/bising ( noisy operation ) 3. Terlarnpau panas (oveheating ) 4. Gagal untuk memompa (failure to pump ) 5. Kebocoran pada seal as kompresor untuk jenis open type ( failure of seal )
2.4.l Seizure of Parts
Salah satu masalah yang paling umum dijumpai adalah adanya kemacetan bagian-bagian
kompresor yang bergerak sehingga tidak dapat memompa atau menekan. Motor akan
mendengung dan akan terus mencoba untuk mulai bergerak. Jika kompresor dilengkapi
dengan thermal protection atau motor overload relay, maka kontroler ini akan mematikan
arus.
13
Jika kompresor jenis open type, buka sabuk atau koplingnya, dan coba untuk memutarnya
dengan tangan dengan membolak-balikkan arah putarannya. Pastikan dahulu dalam hal ini
bahwa sumber daya telah dimatikan.
Jika kompresor terlalu besar, buka sabuk atau koplingnya. Kemudian jalankan motorya.
Jika motor jalan maka berarti kompresornya yang macet Bongkarlah kompresor sesuai
instruksi manual dari pabrik.
Kompresor yang macet merupakan tanda, gejala adanya masalah kekurangan atau tidak
adanya pelumasan.
Penyebabnya antara lain :
Oil separator tidak berfungsi dengan baik
Adanya jebakan-jebakan oli di system
Tidak cukup oli pada system.
Kebanjiran refrigerant
Refrigerant sangat kurang.
2.4.2 Noisy Operation
Bising juga dapat merupakan pertanda adanya masalah pelumasan yang pada akhirnya
dapat memacetkan kompresor. Cegah dan hindari rusaknya kompresor lebih parah dengan
selalu rnendeteksi adanya kebisingan pada kompresor, serta memeriksa dan
memperbaikinya.
Suara bising ( rattling noise ) yang bergemeretak yang tejadi pada saat start saja
menandakan adanya liquid slugging pada kompresor. Slugging terjadi atau terbentuk dari
timbulnya atau mengalirnya liquid refrigerant kedalam crankcase kompresor selama
keadaan off cycle. Campuran antara liquid refrigeran dan oli akan menimbulkan busa, jika
tekanan crankcase tiba-tiba turun pada saat start . Suara gemeretak timbul saat busa-busa
melewati katup-katup kompresor. Jika reftigeran telah keluar semuanya dari crank case,
maka suara berisik akan hilang. Hal inidapat dicegah dengan memasang crank case heater
atau dengan sistem pump down.
Jika suara berisik atau gemeretak timbul justru setelah saat start, hal ini menandakan
adanya slugging di suction line yang mungkin disebabkan adanya over feeding pada
expamion valve.
Suara bising yang tidak biasanya juga terjadi jika ada baut-baut, pegas-pegas dan dudukan
kompresor tidak terikat dengan kencang atau justru terlalu kencang.
2.4.3 Overheating
Over heating pada kompresor juga merupakan masalah yang sering dijumpai. Untuk
konrpresor jenis open type, ada beberapa faktor yang rnempengaruhi.
Low temperature industrial compressor membutuhkan kepala silinder yang didinginkan
dengan air, juga pendingin oli yang didinginkan dengan air ( water cooled cylinder head
14
and water cooled oil cooler). Jika kotor, bersihkan dengan sikat kawat atau larutkan
dengan larutan asam. Ingat bahwa terlalu banyak asam beresiko akan merusakkan cooler.
Industrial compressor yang tak didinginkan dengan air pada kepala silinder dan oil
coolernya dapat mengalami overheating yang disebabkan oleh :
Beban terlalu besar (ditandai dengan tekanan suction yang tinggi)
Rasio kompresi yang tinggi
Tekanan head yang tinggi
Oil tevelyang rendah
Periksa operation manual untuk mengetahui kondisi operasi kompresor.
Kompresor hermetik dapat rnengalami overheating jika refrigerannya kurang. Kompresor
memompakan cukup reftigeran untuk mendinginkan diri sendiri.
2.4.4 Failure to Pump
Tanda- tanda gagal untuk mengkompresi pada kompresor jenis open type adalah:
tekanan suction yang tinggi
tekanan discharge yang rendah
kapasitas pendinginan berkurang atau bahkan hilang
head silinder terlalu panas
kompresor terus menerus bekerja
Penyebabnya bervariasi :
gasket silinder head bocor
katup-katup discharge dan suction bocor
cylinder unloading system tidak berfungsi, biasanya ditandai dengan rendahnya tekanan oli.
Kurangnya refrigerant pada kompresor hermetic.
2.4.5 Failure of Seal
Jika seal as kornpresor open type bocor maka akibatnya adalah :
reftigeran akan hilang
temperatur operasi terlalu tinggi
konsumsi daya terlalu tinggi
Jika tekanan crankcase kompresor lebih rendah dai tekanan atmosfer maka udara dan uap
air akan masuk ke sistem. Overheating pada kompresor juga merupakan pertanda adanya
kebocoran peda seal kompresor.
15
2.4.6 Masalah-masalah mekanis yang lain
Masalah masalah mekanis yang lain yang sering dijumpai adalah :
Getaran yang berlebihan
Gasket- gasket yang rusak atau bocor
Getaran getaran yang berlebihan dapat disebabkan oleh tidak seimbangnya poros engkol,
fly wheel atau kopling yang salah.
Etiminator vibrasi yang sudah tidak berfungsi juga dapat menyebabkan getaran yang
berlebihan, di samping pipa suction atau discharge yang terlalu kaku.
Gasket-gasket yang bocor juga dapat menyebatkan masalah yang serius seperti kebocoran
oli atau refiigeran yang pada akhirnya dapat merusakan kompresor.
Teriadinya slip pada sabuk kompresor open type juga menandakan kurang kencangnya
sabuk. Kelurusan kopling atau sabuk yang tidak benar, juga dapat menyebabkan beban
tambahan yang tidak seimbang pada motor dan shaft seal yang cepat rusak.
2.4.7 Kompresor Screw atau Helix
Masalah utama yang timbul pada kornpresor screw adalah masalah sistem pelumasan,
dimana oli dalam hal ini mempunyai banyak kegunaan, antara lain :
Melumasi bearing atau peluru-peluru as dan rotor
Mendinginkan lobe atau bagian-bagian kompresor
Mengisi atau menutup celah-celah antar lobe kompresor
Masalah-masalah dengan pelumasan tersebut biasanya berhubungan dengan :
Oil filter
Oil heater pada saat start
16
Jika oli terlalu kental, maka oil safety switch akan rnematikan kompresor, karena tak dapat
melalui oil filter dan tak dapat mengisi celah-celah antar lobe kompresor.
Jika oil filter kotor maka oli tak akan dapat mencapai kompresor.
Jika oli terlalu panas, akan pecah dan rusak.
Gambar 2.1 Sistem pelumasan pada kompresor heliks/screw
17
Masalah-masalah lain pada screw kompresor adalah :
Permukaan lobe kompresor rusak
Suction filter kotor
Kopling motor tidak benar
Oil separator tidak berfungsi
Bearing-bearing aus
2.4.8 Kompresor Sentrifugal
Seperti pada kompresor heliks, pada kompresor sentrifugal ini masalah lubrikasi
merupakan masalah yang vital. Disamping masalah lubrikasi, masalah pendinginan motor
juga penting, ada 2 macam :
Didinginkan dengan air
Didinginkan dengan refrigeran cair
pangaturan pre-rotation vanes juga sangat vital bagi kompresor sentrifugal. Jika
pengaturannya tidak tepat, akan menyebabkan sumber bising, surging, short cycle,
hunting, dan masalah temperatur. Pre-rotation vane pada pompa sentrifugal biasanya
diatur oleh motor damper piston pneumatik yang dikontol oleh thermostat dimana
sensornya menerima temperatur fluida pendingin.
Kadangkala kompresor sentrifugal dilengkapi oleh air purge system yaitu system
pembersih udara yang rnembersihkan refrigran atau sistem terhadap udara, uap air atau
gas-gas lain yang tidak dapat terkondensasi yang sangat mengganggu sistem sehingga
akan neningkatkan tekanan kondensasi, menurunkan kapasitas pendinginan, dan
meningkatkan daya yang dibutuhkan.
2.4.9 Masalah Kelistrikan
Masalah kelistrikan kompresor sering kali sukar dideteksi, misalnya :
Kompresor tidak mau jalan
Kompresor mulai jalan lalu kemudian mati segera
Kompresor jalan terus rnenerus tanpa henti
2.4.9.1 Kompresor Tak Mau Jalan
Masalah ini mungkin yang paling sering terjadi. Penyebabnya mungkin sederhana, seperti
:
switch yang terbuka
fuse yang putus
overload relay yang membuka
18
refrigeran yang terlalu sedikit
motor terbakar
stator motor terbakar
sistem control tidak bekerja
oil level terlalu sedikit di crankcase
startng relay atau kapasitor rusak
start winding terbakar, dll
Jika motor mendengung, maka penyebabnya mungkin adalah ( untuk motor 3 fasa )
putusnya salah satu fuse atau coil/winding atau kontak starter. Juga dapat disebabkan
karena tegangan listrik yang rendah.
2.4.9.2 Kompresor Mulai Jalan Tetapi Mendadak Mati
Istilah lain adalah Short cycling. Penyebab yang mungkin adalah :
low pressure switch di-set terlalu tinggi
high pressure switch di-set terlalu rendah
differential kontrol diset terlalu dekat
evaporator penuh dengan bunga es atau kotor
isi refrigeran terlalu sedikit atau justru terlalu banyak
kondensor ( air cooled/water cooled ) yang kotor menyebabkan tekanan tinggi
run kapasitor atau start kapasitor terbakar
2.4.9.3 Kompresor Jalan Tak Mau Berhenti
Penyebabyarrgmungkin :
kondensor kotor
beban terlalu tinggi
insulasi bocor
katup-katup kompresor bocor
unloading tak bekerja
juga system-sistem kontrol lainnya
19
BAB III
TROUBLESHOOTING EVAPORATOR DAN KONDENSOR
3.1 Pendahuluan
Komponen yang rusak dapat menyebabkan masalah mulai dari penurunan kapasitas
pendinginan hingga tak mau beroperasinya sistem dengan baik. Agar sistem bekerja
kembali dengan waktu perbaikan yang sesingkat mungkin, kita harus mengetahui
bagaimana rnencari pokok masalah penyebab kerusakan sesegera mungkin.
Pada bab ini akan dibahas gejala-gejala berkembangnya atau timbulnya masalah pada
evaporator dan kondensor, serta menjelaskan bagaimana rnengenali masalah-masalah dari
gejala-gejala yang ada. Juga menjelaskan mengenai penyebab masalah yang paling umum
dan aksi perbaikannya sehingga kita tidak saja mengetahui tempat kerusakan dan
perbaikan yang harus dilakukan, juga harus dipastikan agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
Berikut akan dibahas masalah-masalah dan aksi perbaikannya pada evaporator dan
kondensor serta cooling tower yang tertera pada tabel di berikut ini.
3.2 Tabel Karta Troubleshooting Evaporator, Kondensor dan Cooling Tower
Lihat tabel 3.1 di Lampiran halaman 58
3.3 Jenis-jenis Evaporator dan Troubleshootingnya
Menurut cara kerjanya secara ekspansi langsung, evaporator dibagi 2 macam :
Flooded evaporator
Dry expansion evaporafor ( DX coil )
Jika dilihat bentuk dan permukaannya, koil evaporator dibagi 3 macam :
1. Bare tube coil 2. Finned tube coil 3. Plate type coil
Jika dilihat dari konstruksinya evaporator dibagi :
1. shell and tube evaporator. 2. shell and coil evaporator 3. Baudelot evaporator ( digunakan untuk pendinginan susu ) dll. 4. Liquid Cooler
20
3.3.1 Troubleshooting Frost Problem
Masalah paling umum yang sering terjadi pada kerja evaporator adalah adanya bunga-
bunga es yang berlebihan pada permukaan coil atau pipa evaporator jenis:
Bare tube
finned tube
Plate type coil.
Hal ini timbul jika uap air di udara membeku pada permukaan- permukaan pipa evaporabr,
yang dapat terjadi jika temperatur permukaan pipa bertemperatur lebih rendah dari 0C (
temperatur titik beku air ).
Halini biasanya disebabkan oleh :
1. Laju aliran udara yang rendah 2. uap air yang berlebihan pada udara yang bersirkulasi 3. katup ekspansi tidak berfungsi dengan baik 4. Setting alat / komponen kontrol tidak tepat
Laju aliran udara yang rendah biasanya disebabkan oleh :
Sabuk kipas evaporator slip atau putus
Filter udara tersumbat
Koil evaporator tersumbat
Sudu-sudu pada kipas sentifugal kotor/ tersumbat
Damper pada saluran udara rusak
Uap air yang berlebihan pada udara yang bersirkulasi dapat disebabkan oleh :
Udara luar yang sangat lembab masuk ke aliran yang bersirkulasi. Hal ini bisa disebabkan oteh tidak bekerjanya damper atau motor damper
Humidifier atau sistem cleaner atau sterillizer di-set terlalu tinggi sehingga uap air diberi terlalu banyak di aliran udara.
Katup ekspansi yang tidak berfungsi dengan baik dapat membanjiri coil evaporator
sehingga akan menimbulkan bunga-bunga es yang berlebihan pada koil evaporator.
Kondisi banjir ini akan nencegah temperatur mencapai titik cut out dari komponen kontrol
seperti thermostat, dll. Hal ini dapat menyebabkan kompresor bekerja terus-menerus tanpa
berhenti sehingga terjadi pengumpulan bunga es. Hal ini dapat dicegah dengan men-set
ulang superheat setting pada katup TXV (lakukan dengan hati-hati )
Kondisi ini juga dapat terjadi pada pipa kapiler selain katup ekspansi, yang biasanya
disebabkan karena refrigerant terlalu sedikit di sistem sehingga tekanannya menjadi terlalu
rendah dan menimbulkan akumulasi bunga es yang berlebihan di evaporator.
21
3.3.2 Troubleshooting Lack of Capacity
Masatah lain yang paling umum terjadi adalah rendahnya/kurangnya kapasitas
pendinginan. Hal ini dapat disebabkan oleh :
Laju aliran udara yang terhambat
Sirip-sirip evaporator rusak
Koli-koil evaporator kotor
Koli-koil evaporator terlalu kecil
Sirip-sirip koil yang rusak dapat diperbaiki dengan menggunakan sisir sirip.
Koil yang kotor dapat dibersihkan dengan penghisap debu atau dengan dicuci dengan
menggunakan air dan sabun atau dengan semprotan udara bertekanan tinggi.
Jika koil evaporator tertalu kecil, maka harus diganti dengan ukuran yang sesuai, sebelum
terlebih dahulu menghitung dan merancang dengan sangat teliti.
3.3.3 Troubleshooling Shell Type Evaporator
Pada evaporator jenis shell type, masalah yang timbul biasanya berupa :
Evaporator tidak mendinginkan air/fluida (menurunnya kapasitas pendinginan)
Drop tekanan air tetalu tinggi antara masukan dan keluaran
Teriadinya kebocoran di shell
Terjadinya kebocoran di pipa-pipa/coil di dalam shell
Menurunnya kapasitas pendinginan dapat disebabkan oleh :
Tidak berfungsinya katup ekspansi atau metering device yang lain, atau dapat juga dari komponen control yang lain.
Pelat-pelat pemisah ( baffle plates ) bocor atau jarak antar pelat tertalu lebar
Jika pelat-pelat pemisah baffle plates bocor atau jarak antar pelat tertalu lebar, maka fluida
yang akan didinginkan ( air, brine dll ) akan mem-bypass beberapa/banyak pipa/coil
dingin sehingga tentu akibatnya fluida kurang dingin dibandingkan dengan seharusnya.
Jika drop tekanan air terlalu tinggi maka evaporator tak dapat mendinginkan fluida ke
temperatur yang diinginkan. Drop tekanan pada evaporator merupakan indikasi yang baik
terhadap performansi sistem. Drop tekanan yang terlalu tinggi merupakan indikasi/gejala
adanya aliran air yang telalu besar/kencang. sebaliknya jika drop tekanan terlalu kecil dan
dibarengi dengan drop temperatur terlalu besar merupakan indikasi/gejala bahwa aliran
fluida terlalu kecil.
Jika terjadi kebocoran di shell, dan jika fluida yang didinginkan adalah air, maka hal ini
tak menimbulkan kerusakan yang berarti kecuali adanya tetesan/genanganair di lantai.
Perbaiki dan ganti gasket-gasket yang bocor atau perbaiki shell yang berlubang.
Jika terjadi kebocoran pada pipa-pipa koil, maka di samping refiigeran akan hilang' juga
yang lebih berbahaya, airl/fluida dapat masuk kedalam system refrigeran. Kebocoran ini
biasanya disebabkan karena pembekuan air/fluida, dimana air/fluida yang membeku akan
22
mengembang dan menghancurkan pipa-pipa koil. Gantilah pipa-pipa koil yang pecah atau
retakdengan memakai atat-alat yang benar dan lengkap.
Dalam hal ini perawatan air sangatlah diperlukan dan juga derajat kesadahan air harus
diperhatikan dan terus menerus diperiksa. Air yang kotor dan yang bersifat asam/garam
akan sangat merusak dan mempercepat terjadinya korosi dan atau kerak serta
menimbulkan banyak masalah.
3.3.4 TroubleshootingFloodedEvaporator
Masalah yang timbul pada flooded evaporator adalah adanya liquid refiigeran yang
mengalir masuk ke kompresor melalui saluran suction. Jika tidak terdapd accumulator,
maka hal ini akan dapat menyebabkan teriadinya liquid suction atau liquid slugging di
kompresor dan kompresor akan rusak.
Meskipun terdapat accumulator, masalah masih dapat timbul jika suatu perubahan besar
terjadi pada beban sehingga rnenyebabkan refrigeran mendidih dan sedikit cairan
refrigeran yang tertinggal di evaporator atau dengan perkataan lain evaporator akan
kering.
Hal ini biasanya disebabkan karena:
Beban Pendingin terlalu tinggi
Eliminator pada accumulator tersumbat
Perubahan beban yang sangat mendadak
Setting float valve yang tidak tepat
Masalah lain adalah oli tidak mau kembali ke crankcase kompresor. Dalam hal ini dapat
dipasang pompa oli atau oil skimmer system.
Masalah lain yang timbul adalah pada pipa-pipa flooded evaporator misalnya :
Bocor
Kotor
Drop tekanan yang tinggi
Drop tekanan yang terlalu rendah
23
Gambar 3.1 Oil skimmer system
3.4 Jenis-jenis Kondensor dan Troubleshootingnya
Kondensor dapat dibagi nenjadi :
Air cooled condenser
Water cooled condenser
Evaporative condenser
3.4.1 Troubleshooting Air Cooled Condenser
Masalah utama yang sering dijumpai antara lain :
tekanan head yang tinggi, sehingga akibatnya kapasitas Pendinginan turun
Hal ini disebabkan oleh :
temperatur udara sekitar terlalu tinggi
Laju aliran udara terhambat atau tersumbat
Jika coil bersih, laju aliran lancar, dan kecepatan kipas sudah tepat, tetapi jika tekanan
pada head terlalu tnggi, itu berarti ada udara atau gas-gas yang tak terkondensasi masuk ke
dalam sistem. Matikan kompresor dan periksa temperatur kondensor dan tekanan
dischargenya. Jika tekanannya lebih tinggi dari tekanan kondensasi pada temperatur
kondensor saat itu ( lihat table P&T refrigeran ), maka pasti ada udara atau gas yang tak
terkondensasi di dalam system.
24
3.4.2 Troubleshooting Water Cooled Condenser
Jenis-jenis water cooled kondensor adalah :
1. Tube in tube 2. Shell and coil 3. Shell and tube
Masalah yang sering ditimbulkan adalah :
Kondensor kotor, timbul kerak pada pipa-pipa, bahkan karat
Tekanan head tinggi
Design rangkaian perpipaan yang kurang tepat
Akibat dari semua ini adalah turunnya kapasitas pendinginan
3.4.3 Troubleshooting Evaporative Condenser
Masalah yang sering timbul pada evaporative condenser adalah :
Kipas tak beroperasi
Aliran udara tidak cukup mengalir
Koil tidak cukup mendapat semprotan air
Pipa-pipa dan spray nozzle kotor atau bahkan tersumbat
Drift eliminator tersumbat
3.4.4 TroubleshootjngCoolingTower
Jenis-jenis cooling tower :
1. Natural draft cooling tower :
Atmospheric
Hyperbolic ( Menggunakan efek carobong / chimney )
2. Mechanical draft cooling tower
Cross flow
Counter flow
Parallel flow
Masalah-masalah yang sering timbul pada cooling tower biasanya adalah :
1. Sistem perpipaan yang kotor 2. Tekanan head yang tinggi 3. Temperatur air yang keluar terlatu tinggi ( hangat )
Jika head pressure melebihi normal, periksa water cooled condenser.
Jika temperatur keluar cooling tower terlalu tinggi, dan semuanya yang lain berfungsi
dengan baik maka masalahnya ada pada cooling tower. Dalam hal ini pastikan bahwa
kondisj rancangan ( db, wb, laju aliran , dll ) tidak melebihi normal.
25
Pipa yang kotor juga akan mengurangi kapasitas pendinginan / efisiensi cooling tower. Di
samping itu juga akan menyumbat saringan-saringan dan permukaan-permukaan logam
akan cepat berkarat dll.
Kotoran-kotoran tersebut penyebabnya adalah tarjadinya pembentukan lumpur :
Lumut atau sejenisnya.
Bakteri ( legionaire desease disebabkan oleh bakteri legionella Sp )
Jamur (patogenik )
Jika ada program perawatan atau pencegahan yang sedini mungkin, maka hal-hal ini tak
akan terjadi.
3.4.5 Troubleshooting Spray Pond
Suatu spray pond adalah suatu kolam air yang sangat luas dan dangkal, yang akan
mendinginkan air hangat yang berasal dari water cooled condenser dengan cara evaporasi
atau penguapan, seperti halnya pada cooling tower. Unit ini terdiri dari jaringan pipa dan
spray nozzle yang terbentang diatas spray pond.
Pada hotel-hotel dan gedung bertingkat yang menggunakan spray pond sebagai pendingin
air, maka sering kali spray pond digunakan juga sebagai penghias taman (kolam dengan
air mancurnya ).
Spray pond sangat memerlukan program perawatan air yang mantap. Jika temperatur air
yang keluar dari wadah air pada spray pond tidak tepat maka harus diperiksa hal-hal
berikut:
Sistem bekerja tetap pada temperatur range rancangan dan aliran air rancangan.
Pompa tidak bekeria dengan baik dan efisien
Kotoran-kotoran dapat nrenyumbat pompa stainer, dan spray nozzle. Karena spray pond rnempunyai permukaan yang terbuka terhadap udara yang sangat luas, maka
dapat rnenimbulkan masalah yang sangat serius dibandingkan terhadap cooling
tower, misalnya: lumpur, debu, lumut, jamur, bakteri dll.
26
BAB IV
TROUBLESHOOTING METERING DEVICE DAN PERPIPAAN
Pendahuluan
Komponen kontrol laju aliran refngeran dan komponen-komponen lainnya pada sistem
refrigerasi harus dalam keadaan baik selamanya, karena jika tidak, maka sistem tidak
akan. seimbang. Perbaikannya akan banyak memakan waktu, banyak memakan biaya,
produksi terhenti (pada industri ), atau kegerahan ( pada sistem AC ).
Sumber-sumber masalah yang penting pada umumnya adalah :
1. perubahan-perubahan besar pada system 2. hasil pekerjaan pada service terakhir 3. cuaca-cuaca yang ekstrim 4. komponen-komponen tambahan pada sistem yang baru terpasang
Perubahan-perubahan besar yang dilakukan untuk memperbaiki suatu masalah dapat
menciptakan masalah yang baru yang tak diharapkan atau diperkirakan. Misalnya
pemasangan oli separator pada sistem akan rnenghasilkan banyak tertampungnya oli pada
crankcase kompresor, sehingga sebagian harus dibuang.
Hal yang sama juga terjadi pada sistsm yang baru kita pasang, banyak sekali kornponen-
komponen tambahan atau kita modifikasi sistem perpipaannya yang tak diperhitungkan
sehingga jauh berbeda dengan kondisi rancangan, hal ini juga akan mengganggu atau
merusak sistem.
Hal yang sama juga terjadi jika kita hendak mempabaiki atau merawat/rnen-service, kita
harus selalu memeriksa hasil perbaikan atau perawatan yang dilakukan. Periksa
kebocoran-kebocoran, hasil pengelasan, sisa-sisa timah dan kerak-kerak serta bram-bram
hasil swagging dan flaring yang masuk ke system.
Hal yang sama dapat terjadi jika kondisi cuaca tiba-tiba berubah ekstrim. Misalnya
ternperatur udara luar turun tiba-tiba pada titik yang sangat rendah sehingga akan
menyebabkan tekanan head yang rendah juga (perlu dipasang DPR)
Sumber-sumber informasi dalam troubleshooting metering device antara lain :
1. Melihat, mendengar, mencium, meraba akan sesuatu yang kelihatannya tidak beres 2. Membaca tekanan-tekanan dan ternperatur-temperatur sistem yang pada akhirnya
dapat diplot pada diagram P-H, kemudian dianalisis
3. Literatur, service manual, operation manual, maintenance manual, dll 4. oli level sight glass pada crankcase kompresor atau refigeran level sight glass pada
system.
27
4.2 Troubleshooting Metering Device
Ada 4 macan metoda yang digunakan pada komponen kontrol laju aliran refrigeran, yaitu
pengontrolan laju aliran refrigeran yg berdasrkan pada :
1. Volune tetap ( HXV, capillary tube ) 2. Level refrigeran cair di evaporator (Low side float valve LSFV, High side float
valve HSFV)
3. Tekanan pada sisi rendah dari sistem (AXV ) 4. Ternperatur superheat refiigeran pada akhir evaporator ( TXV, TEXV, EXV )
4.2.1 Hand Expansion Valve
Digunakan pada kondisi beban yang sangat konstan. Jika terdapat banyak bunga es, dan
bunga es rnencair pada saat katup dibalut dengan kain hangat maka filter dryer harus
dibersihkan atau diganti, serta sistem harus dikeringkan.
4.2.2 Pipa Kapiler
Sama dengan HXV, pipa kapiler hanya digunakan pada kondisi beban yang relatif
konstan. Es dan benda-benda asing dapat menyumbat pipa kapiler, juga bengkokan-
bengkokan dan lekukan-lekukan pada pipa kapiler. Ganti pipa kapiler dengan diameter
dan panjang yang sama, serta ganti pula filer dryernya ( untuk sistem dengan pipa kapiler
sebaiknya tidak rnenggunakan liquid receiver)
4.2.3 Float Valves
Kebocoran sering terladi pada froat valves. Disarnping itu, pelampung yang berkulit tipis
sering kali bocor, sehingga tenggelam dan mengganggu keseimbangan sistem. Gantj float
valves dengan yang baru.
4.2.4 Automatic Expansion Valves
Katup tersebut dirancang untuk menjaga tekanan yang konstan pada evaporator, jika pada
beban normal evaporator tidak seluruhnya rnembeku, maka atur atau buka katup lebih
lebar dengan mengatur adjusling screw. Sebaliknya jika pada beban normal, evaporator
membeku hingga mencapai suction line maka tutup katup lebih kecil dan jika sudah
minimum maka masalahnya adalah refiigeran terlalu banyak.
4.2.5 Thermostatic Expansion Valve
Paling banyak dan umum digunakan, karena :
1. Paling mudah diatur 2. Menutup laju aliran refigeran saat off-cycle
28
3. Secara otomatis, mengatur laju aliran refrigran berdasakan superheat pada keluaran evaporator.
Jika pengaturan derajad superheat terpaksa diperlukan, lakukan dengan sangat hati-hati
pada step-by-step berikut ini :
Ukur temperatur suction line dimana bulb berada, dengan sangat teliti
Tentukan tekanan suction line dimana bulb berada dengan cara berikut: Tambahkan pressure gauge pada katup service suction kompresor, dan perkirakan
drop tekakan antara tekanan pada katup service suction kompresor dengan tekanan
pada suclion line dimana bulb berada. Atau jika TXV tersebut jenis eksternal
equalizer, maka pasang pressure gauge pada TXV tersebut dan tentukan tekanan
suction line dimana bulb itu berada .
Dengan menggunakan karta tekanan-temperatur unfuk refrigeran yang dipakai, tentukan temperature saturasi evaporator yang berhubungan dengan tekanan
suction line. Superheat merupakan perbedaan antara temperatur suction line
dengan temperatur saturasi evaporator.
Untuk mengubah supaheat setting, putar jarum jam untuk menaikan superheat dan putar berlawanan arah jarum jam unfuk menurunkan superheat.
4.3 Masalah-masalah Umum
Masalah-masalah yang sering dijumpai dan yang sering salah tuduh pada expansion valve
:
1. Refrigeran terlalu banyak, akan menghasilkan tekanan head yang tinggi dan kapasitas yang rendah
2. Refrigeran terlalu sedikit kapaitas juga akan menurun. 3. Tekanan head yang tinggi 4. Kompresi yang rendah, menurunkan kapasitas dan menghasilkan superheat yang
lebih tinggi dari normal.
5. Ada udara atau gas-gas yang tak terkondensasi akan rnenghasilkan tekanan head yang tinggi
Keluhan : " unit tidak tidak dingin " dan ' unit tak mau berhenti " menandakan bahwa isi
refigeran kurang atau hilang atau tersumbat. Periksa hal tersebut dengan memasang
pressure gauge pada suction line. Jika tekanan di bawah normal, maka isi reftigeran
kurang. Jika vakum maka expansion valve tersumbat atau penyetelan tidak tepat, low
pressure control tidak bekerja, liquid line sol-valve tertutup, filter dryer tersumbat, strainer
tersumbat, dll. Jika tekanan menunjukkan lebih tinggi dari normal, maka expansion valve
mungkin rusak atau macet dalam keadaan membuka, sehingga reftigeran terlalu cepat
masuk ke evaporator dan membanjiri evaporator, suction line atau bahkan kompresor.
Keluhan : " unit tidak dingin, unit mengalami short-cycle, menandakan bahwa sistem
terlalu sedikit refiigeran sehingga low pressure control akan men-short-cycle unit. lndikasi
lain bahwa reftigeran terlalu sedikit adalah hangat pada liquid line atau receiver.
Gelembung-gelembung juga akan terlihat pada sight glass. Jika refrigeran terlalu banyak
maka high pressure control akan men-short-cycle unit.
Keluhan : " temperatur ruang tinggi ', menandakan adanya masalah pada metering device,
atau system perpipaannya. Jika TXV rusak, tekanan evaporator terlatu rendah. Jika
sensing bulb kehilangan isi refrigeran, maka valve akan menutup. Jika katup atau inlet
29
strainer tersumbat maka kapasitas akan menurun dan akibatnya evaporator mempunyai
superleat yang sangat tinggi.
Jika setting superheat tedalu tinggi, maka kapasitas evaporator juga akan akan berkurang.
Jika sistem perpipaannya tidak benar, misalnya pipa refigeran terlalu kecil ( salah
rancangan ), maka drop tekanan menjadi besar dan kapasitas akan berkurang.
4.4 Bekerja Terlalu Bising
Noise atau bising dapat dikurangi dengan memasang mufler pada discharge line atau
vibration eliminator. Kornpresor yang bising disebabkan karena memompa oli keluar dari
crankcase sehingga kurang pelumasan di kompresor.
Periksa oli level di kompresor dan periksa pula apakah ada jebakan-jebakan oli disucton
line. Apakah suction line memiliki kemiringan ( pitch down ) yang benar menuju ke
kompresor ( untuk evaporator yang berada lebih tinggi dari kornpresor, dan suction line
yang panjang ), sudut pitch down maks = 5. Jika evaporator berada di sebelah bawah
kompresor, harus kita perhatikan dengan benar ukuran-ukuran pipa terutama ukuran
risernya ( 4-6 kali diameter pipa suction )
4.5 MasalahOilSeparator
Oli separator kadang-kadang dilengkapi dengan katup apung yang mernbuka pada waktu-
waktu tertentu jika oli mencapai ketinggian tertentu.
Temperatur saluran oli balik biasanya sedikit lebih tinggi dari temperatur ruang. Jika
tenperatur oli balik sama dengan temperatur discharge, maka katup apung macet dalam
keadaan terbuka. Periksa kemacetan brsebut, apakah kotor atau ada benda-benda asing
yang menyebabkan katup membuka terus.
Jika kompresor terbakar maka oli separator dapaat rusak berat ( karena asam ).
Jika katup dalam keadaan baik, maka kompresor mungkin terlalu banyak memornpa oli,
yang mungkin disebabkan oleh rusaknya ring piston, terlalu banyak oli di kompresor atau
cairan refrigeran masuk ke crankcase kompresor.
Jika temperatur saluran oli balik sama dengan temperatur ruang, maka sedikit atau tak ada
oli yang balik ke kompresor. Halini mungkin disebabkan karena katup tersumbat kotoran.
Jika temperatur saluran oli balik lebih rendah dari temperatur ruang maka cairan refrigeran
telah mengumpul di oil separator dan refrigeran yang rnendidih akan mendinginkan oli (
kalor diserap oleh refrigeran ). Pencegahan terhadap hal tersebut misalnya dengan
mengisolasi oli sepaator dan nemasang heater di dinding separator atau menempatkan
separator dimana temperatur sekitar lebih tinggi dan temperatur liquid receiver pada
kedaan off-cycle. Cairan refrigeran juga terbentuk jika saluran discharge sangat panjang.
30
4.6 Masalah Check Valve
Slugging dapat terjadi jika refrigeran rnengalir balik dai receiver ke kompresor pada saat
off-cycle dan temperaturnya lebih rendah dari riceiver. Pencegahan terhadap masalah ini
adalah dengan memasang check valve.
Jika check valve macet maka bongkar check valve dan bersihkan
Jika katup bocor maka periksa dudukan katup. Biasanya dudukan katup tersebut dari
nylon atau teflon. Lihat apakah terdapat guratan-guratan, dll.
Jika katup tak dapat diperbaharui, sebaiknya diganti.
4.7 Masalah-masalah Saluran Liquid
Secara umum masalah pada liquid line adalah temperatur terlalu panas atau terlalu dingin.
Jika terlaulu panas, ada 2 alasan, yaitu :
Sistem terlalu banyak refrigeran atau justru sedikit refrigeran
Terlalu banyak beban
Jika sistem terlalu banyak refrigeran, terlebih pada air cooled condenser, maka akan
mengurangi luas permukaan condenser yang efektif sehingga akan meningkatkan
temperafur refrigeran.
Jika sistem terdapat gas-gas yang tak terkondensasi atau udara, maka luas efektif
permukaan kondensa juga berkurang dan liquid line akan rneningkat temperaturnya.
Jika sistem terlalu sedikit reftigeran, rnaka gas discharge akan dapat menembus sedikit
cairan yang ada di kondenser dan mencapai liquid line sehingga liquid line akan
meningkat temperatumya
Jika liquid line berembun atau bahkan terdapat bunga es maka hal tersebut menandakan
adanya hambatan-hambatan atau sumbatan yang dapat dianggap sebagai expansion valve.
Biasanya berupa filter dryer atau strainer yang tersumbat. Hal tersebut juga dapat terjadi
jika sol-valve bocor.
4.8 Masalah Sight Glass
Jika evaporator yang penuh bunga es tiba-tiba defrost dan unit tetap jalan, maka sistem
kemungkinan mengandung uap air ( menyumbat di expansion valve ). Jika sistem terlalu
banyak mengandung uap air maka bongkar sistem, periksa kebocoran, ganti filter dyrer (
jenuh ) dan ganti sight glassnya.
Jika terlalu banyak oli di sistem, maka indikator di sight glass akan rusak. Alkohol juga
akan merusak indikator. Juga leak detektor jenis zat wana akan merusak indikator,
sehingga warna indikator juga akan berubah. Asam juga dapat merusak indikator dimana
zat asam terbentuk pada saat kompresor terbakar. Disamping itu oli
kompresor juga rusak jika bercarnpur asam dan menjadi sangat korosif.
31
4.9 Masalah Suction Line
Jika suction line membeku hal itu berarti bahwa reftigeran yang berasal dari evaporator
masih mempunyai kemampuan untuk mendinginkan. Jika sistem adalah untuk temperatur
yang sangat rendah, maka beku dan embun pada suction line adalah hal yang wajar, tetapi
untuk system-sistem AC hal tersebut harus diperhatikan lebih lanjut jika pengalaman
tersebut diabaikan, misal untuk sistem temperatur sangat rendah kita mulai mengeset
superheat TXV sehingga beku dan embun di suction line hilang maka hal tersebut artinya
hanya sebagian kecil evaporator saja yang efektif, sehingga kapasitas evaporator akan
turun drastis. Untuk memastikan seting superheat gunakan pernbacaan Tekanan-
Ternperatur dan mengetahui jenis sistemnya. Bulb thermal yang kendur pada TXV juga
akan mengacaukan control TXV.
32
BAB V
TROUBLESHOOTING CONTROL SYSTEM
5.1 Pendahuluan
Setiap komponen pada sislem refrigerasi ( kompresor, kondenser, evaporator dan metering
device ) mempunyai alat / sistem kontrol kerja atau operasi sistem dan hasil ouputnya,
Hampir semua alat kontrol digerakkan oleh listrik dan udara ( pneumatik ). Sebagian atau
beberapa digerakkan oleh kondisi sistem seperti tekanan refrigeran gas atau cair, atau oleh
ekspansi atau kontraksi dari sensor metal atau logam karena perubahan temperatur.
Sistem kontol sangat kritis terhadap kerja dan perlindungan sistem refrigerasi. Tak
berfungsinya sistem control sering kali menjadi penyebab kegagalan sistem.
Berikut akan dibahas keluhan-keluhan umum seperti kompresor tak jalan, ruang terlalu
hangat, serta melihat masalah-masalah yang ada pada berbagai kornponen dan alat-alat
kontrol. Dari bab ini diharapkan dapat dipelajari keluhan-keluhan tentang masalah kontrol
yang paling sering dikemukakan dan paling umum, penyebabnya, perbaikannya dan
pencegahannya.
Salah satu contoh pada kontrol sistem refrigerasi adalah jika lampu pada panel starter tak
menyala yang menandakan adanya aliran, tetapi kontaktor terbuka dan semua komponen
sistem sudah diperiksa dan bekerja dengan baik, maka hanya ada satu masalah, yaitu
sistem kontrolnya.
5.2 Diagram Pengawatan Konfoller
Troubleshooting refrigeration confrol system dapat mudah dilakukan jika rnembaca
diagram pengawatannya. Diagram pengawatan biasanya terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian rangkaian kontrolnya ( biasanya 24 V - 1 10 V, 1 Phasa ) dan bagian rangkaian
sumber dayanya ( tegangannya 240 V, 1 phasa atau 3 phasa atau 480 V, 3 phasa ). Gambar
5.1 dan gambar 5.2 berikut adalah gambar wiring diagram dan skematik diagram kontrol
listrik dari suatu sistem refrigerasi.
5.3 Karta Troubleshooting untuk Kontrol
Lihat karta 5.1 pada Lampiran halaman 59
5.4 Pemeriksaan Thermostat
Pada saat thennostat di ruang panas memerintahkan untuk memulai pendinginan maka
kontak thermostat akan menutup sehingga hal ini akan menggerakkan dan nembuka liquid
sol-valve. Akibatnya cairan refrigeran masuk dan menaikan tekanan evaporator sehingga
kontak low pressure kontrol akan nenutup. Karena kontak high pressure control selalu
dalam keadaan menutup pada saat sebelum start awal maka hal ini akan menggerakkan
33
coil startor kompresor M1, sehingga starter akan nenutup auxillary contact dan main
contact dari motor kompresor dan akhirnya kompresor akan mulai bekerja.
Mulailah troubleshooting sistem kontrol dengan pertama kali memeriksa thermostat
Kemudian lanjutkan langkah-langkah berikutnya secara sistematis. Jika thermostat tidak
bekerja seperti seharusnya, periksa seting-seting dan pengaturannya. Jika rusak maka
harus diganti. Jika datam keadaan baik, periksa tegangan listriknya. Jika tegangan listrik
tidak benar, periksa rangkaian kontrolnya. Pada rangkaian kontrol tegangan rendah, daya
berasal dari aliran tegangan tinggi melalui transformer. Periksa lilitan sekunder, fuse,
pengaratan thermostat, lilitan utama/primer. Jika fuse terbakar, periksa apakah terdapat
hubung singkat.
Jika thermostat sudah mencapai setting pendinginan yang diinginkan maka thermostat
akan memutuskan arus ke sol-valve. Hal ini menyebabkan aliran refrigeran ke expansion
valve terhenti, Pada saat yang sama kontrol relay akan mati tetapi koil starter tetap bekerja
melalui dual pressure control HLP, Oil pressure switch dan auxiliary starter contact .
Kompresor akan tetap bekerja hingga refrigeran di koil evaporator terpompa keluar. Hal
ini yang disebut dengan sistem pump down. Tekanan suction akan turun, hingga mencapai
titik cut-out pada low pressure switch, kemudian kontaktor tekanan suction akan terbuka
dan mematikan koil starter,dan membuka rangkaian kompresor. Pada saat yang sama
auxillary starter.kontak akan membuka. Kompresor akan berhenti dan akan bekerja
kembali saat thermostat menginginkan pendinginan kembali.
Control relay dan auxillary contact gunanya untuk mencegah short-cycle pada saat sol-
valve tertutup (juga pada saat terjadi kebocoran pada katup-katup kompresor, sehingga
low pressure switch akan membuka dan menutup arus ke kompresor berulang-ulang )
34
Gambar 5.1 Wiring diagram dari suatu sistem refrigerasi
Gambar 5.2 Skematik diagram dari kontrol listrik sistem refrigerasi tersebut di atas
35
5.5 Pemeriksaan Kipas Evaporator
Periksa kerja kipas evaporator, rangkaian kontrol untuk motor kipas, kemudian motor
kipas itu sendiri dan pengawatannya. Jika kipas bekerja, periksa tegangan sol-valve.
Tegangan harus beeharga 85% dari harga name plate. Jika terlalu rendah, maka sol-valve
tidak bekerja. Periksa sol-valve dan gerakannya. Kadangkala batang dan armaturnya
macet atau koil sol-valve terbakar. Penggantian sol-valve harus dilakukan dengan sangat
hati-hati, sistem harus di pump down, sebaiknya tidak dilakukan jika tidak perlu.
Jika tekanan differensial refrigeran antara inlet dan outlet sol-valve lebih besar dari
seharusnya, maka katup tak akan rnembuka biarpun ada aliran listrik. Periksa kipas
kondensor atau temperatur yang terlalu tinggi yang masuk ke water cooled condensor. Jika
perlu, ganti dengan ukuran yang lebih besar. Jika sol-valve bekerja, periksa control relay,
pertama-pertama periksa tegangan koil, terminal dan pengawatannya, juga kontak-kontak
relay. Cara pemeriksaan kontak relay adalah dengan menempatkan larnpu diantara kedua
terminal. Jika relay bekerja maka periksa kipas kondensor.
5.6 Pameriksaan Kipas Kondenser
Periksa kerja kipas kondenser, rangkaian kontrol untuk kipas kondenser, kemudian motor
kipas, terminal-terminal dan pengawatannya. Jika kipas bekerja, periksa apakah motor
kompresor bekerja . Jika kontak koil M1 tertarik kedalam, maka masalahnya terletak (
pada sistem motor kompresor. Jika kontak tidak terrtarik ke dalam, periksa koilM1.
5.7 Pemeriksaan Koil M1
Periksa koil dengan ohmmeter, jika tahanannya tak terhingga, koil ada yang putus. Jika
tahanannya kecil ( 0-2 ohm ), koil terhubung singkat atau grounded. Periksa pula overload
relay ( kontak-kontaknya ). Jika semua bekerja dengan baik, periksa kontrol tekanan.
5.8 Pemeriksaan Kontol Tekanan
Periksa mula-mula low pressure switch dan tekanan suction. Jika tekanannya terlalu
rendah, periksa evaporator dan komponen lain di suction line. Jika tekanannya normal,
maka low pressure switch harus diganti. Kemudian dengan cara yang sama periksa high
pressure switch dan tekanan dischage.
Periksa kondenser dan komponen lain di discharge line atau liquid line. Jika tekanannya
normal, maka high pressure switch harus diganti, Jika high pressure switch tertutup,
periksa oil-safety delay switch dan tekanan oli di crankcase kompresor. Periksa pula
pengawatannya.
Jika semua bekerja dengan baik dan kompresor tetap tidak mau bekerja, maka periksa
thermistor yang ada di dalam koil rnotor.
36
5.9 Masalah-masalah Lain
Masalah-masalah lain yang sering kali ada misalnya pada:
1. Evaporator defrosting control
Dengan jenis-jenis sebagai berikut :
Hotgas
electric heat
hot water spray
2. Kontrol Pneumatik
Jika sistem defrost menggunakan sistem hot gas, maka pada suction line harus dipasang
accumulator untuk mencegah terjadinya liquid slugging pada kompresor, Timer pada
sistem defost juga harus diperiksa dengan baik.
Jika sudah selesai mengerjakan troubleshooting maka kita harus mencatat semua data-data
yang baru, komponen-komponen yang diganti, keluhan, masalah dan pemecahannya,
tekanan, temperatur dan data-data kelistrikan yang baru.
Kadangkala pada kompresor hermetik untuk refrigerasi domestik kurang dai 5 HP, motor
yang dipakai adalah ber-phasa tunggal, dimana lilitannya terdiri dari lilitan start dan lilitan
run. Kontrol untuk motor jenis ini adalah :
Relay arus
Relay tegangan ( potensial relay )
Relay hot-wire
Relay semikonduktor
Periksa apakah relay-relay tersebut bekerja dengan baik, juga dengan run / start capasitor
jika ada.
Gambar 5.3 Starting relay pada motor 1 phasa
37
BAGIAN II
TROUBLESHOOTING SISTEM TATA UDARA
Pada Bagian II ini terdiri dari 5 Bab yaitu yang membahas mengenai :
Troubleshooting Sistem Tata Udara
Troubleshooting Electric Control
Troubleshooting Pneumatic Control
Troubleshooting Rangkaian Refrigerasi pada Sistem Tata Udara
Troubleshooting Air Handling Unit dan Hydronic System
BAB VI
TROUBLESHOOTING SISTEM TATA UDARA
6.1 Pendahuluan
Tugas dari seorang troubleshooter sistem tata udara sangat penting karena menyangkut
masalah-masalah kenyamanan, proses produksi, peralatan-peralatan komputer, dll yang
sangat dipengauhi oleh bekerja tidaknya sistem tata udara tersebut. Kegagalan terhadap
sistem tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang tak terbilang jumlahnya, apalagi jika
menyangkut terhentinya proses produksi di industri-industri, lenyapnya data-data penting
pada komputer, gangguan kenyamanan pada kantor-kantor, hotel-hotel, restoran-restoran,
supermarket-supermaket, dll.
Ada hubungan antara indeks kenyamanan dari suatu ruangan dengan prestasi kerja dari
penghuni ruang tersebut, jika ruang tersebut nyaman dan menyenangkan, dalam arti
bahwa suasana ruang sangat mendukung terhadap aktivitas kerja ( missal dalam pabrik,
industri, dll) maka prestasi kerja akan meningkat. Jika sebaliknya terjadi maka
prestasi kerja akan menurun.
6.2 Persiapan-persi apan Troubleshooting Tata Udara
6.2.1 Pendahuluan
Pada troubleshooting sistem tata udara, harus digunakan pendekatan sistematik dan cara-
cara logika serta pengetahuan tentang tata udara, baik sistem maupun kornponen-
komponennya.
Dalam troubleshooting tata udara, diperlukan adanya peralatan berikut :
1 setkunci pas dan atau ring berbagai ukuran
kunci ratchet
1 set obeng ( lurus dan bintang ) dan
38
1 set tang
1 set peralatan las gas +tabung ( propana dan ahu oksigen/acetylene ) dan solder
thermometer digital
hygrometer digital
1 set manifold gage ( untuk membuang / rnengisi dan menganalisa sistem )
Pompa vakum
detektor kebocoran ( halide torch dan electronic )
flow meter ( salah satu ) jenis : pitot tube ( + inclined anemometer ) rotating vane { + stop watch ) hot wire anemometer
Multimeter
Kabel listrik dan konektor
pressure gage ( untuk memeriksa kontroler pneumatik )
berbagai jenis reftigeran beserta oli-nya
sling psikrometer
sisir sirip
Warna tabung standar unfuk beberapa refrigeran :
Refrigeran Warna Tabung
R 11 Orange
R 12 putih
R 22 Hijau
R 113 Ungu tua
R 114 Biru
R 500 Kuning
R 502 Orchid / marun
R 717 Perak
Keluhan yang biasanya timbul adalah :
tidak dingin
tidak cukup dingin
terlalu dingin
terlalu kering
terlalu lembab
bau
aliran udara terlalu kencang
terlalu bising
atau dengan sedikit latar belakang teknis, misalnya ;
unit tidak jalan
unit jalan kemudian nendadak mati
unit short-cycle
unit jalan tetapi tak cukup mendinginkan
39
6.2.2 Rencana Kerja
Pengetahuan dasar tentang system-sistem tata udara mutlak diperlukan, disamping
pengetahuan nengenai peralatan-peralatan dan komponen-komponen dari air handling unit
/ sistem tata udara tersebut.
Ada dua cara dalam melakukan troubleshooting tersebut:
pemeriksaan awal dilakukan secara rutin
pemeriksaan lanjutan dilakukan lebih detail dan sistematis
Setelah mengumpulkan semua data yang diperlukan, mulailah dengan pemeriksaan awal
sebagai berkut (berurutan):
Pemeriksaan thermostat setting
pemeriksaan sumber daya atauu switch
pemeriksaan tegangan
pemeriksaan diagram pengamatan
pemeriksaan terminal-terminal listrik dan sambungan-sambungan
Perneriksaan lanjutan yang lebih detil dapat dimulai berdasarkan fungsi dan masing-
masing komponen yang terdiri dari subsistem-subsistem sbb :
control
kompresor dan motor
kondensor
evaporator dan expansion valve
sistem distribusi air dan udara
Berikut adalah sebuah contoh kerja dari, misalnya : ' unit tak cukup rnendinginkan ', yang
paling sering ditemukan. Pertama yang harus diketahui adalah apakah hal tersebut
melibatkan semua-ruang atau hanya beberapa ruang. Jika semua ruang terlibat maka
mungkin penyebabnya adalah :
peralatan unit pendinginan
sistem control
Pada sistem sentral, periksa apakah terdapat udara supply yang cukup jika tidak maka
penyebab yang mungkin adalah:
.
1. filter ( udara ) kotor atau tersumbat 2. blower utama tak bekerja atau kecepatannya tidak tepat 3. peralatan pendingin tidak bekerja pada kapasitas penuh :
kompresor tak bekerja penuh
refigeran kurang
koil evaporator penuh bunga es / kondensor kotor
4. udara bocor atau ter-bypass pada sistem distribusinya 5. pompa air tak bekerja
40
Jika semua hal diatas sudah diperiksa dan masalahnya tetap ada, maka kita harus beralih
kepada system kontrolnya, yang akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut.
Hal-hal berikut tanpa disadari juga dapat menimbulkan keluhan-keluhan yang tidak benar
:
faktor psikologis : stress, dll
faktor kesehatan : sedang sakit
faktor aktivitas / gerak yang berubah
kondisi udara luar berubah ekstrim
6.2.3 Karta Troubleshooting
Lihat karta 6.1 di Lampiran halaman 60
41
BAB VII
TROUBLESHOOTING ELECTRIC CONTROL
7.1 Pendahuluan
Dalam troubleshooting sistem tata udara maupun sistem refrigerasi, harus diingat bahwa
faktor keamanan harus selalu dijaga karena pekerjaan tersebut berhubungan dengan listrik
tegangan sedang, bagian-bagian mekanis yang bergerak dan fluida-fluida / gas-ga yang
bertekanan. Terlebih lagi dalam troubleshooting kontrol elektrik atau sistem-sistem
berefrigeran R - 717 ( amoniak ) dan Hidrokarbon.
Pada pelajaran ini akan dibahas prosedur-prosedur troubleshooting yang sistematis yang
melibatkan system control elektrik yang sangat kritis terhadap kerja unit A / C. Dengan
nembahas hanya sebuah keluhan yang sering dikemukakan dan menyimak lebih jauh
masalah-masalah melalui berbagai kontrol dan komponen-konponen sistem secara
berurutan, diharapkan kita mulai mengerti logika dibalik troubleshooting sistem A / C dan
dapat merancang pola / logika troubleshooting untuk keluhan-keluhan yang lain.
7.2 KartaTroubleshooting
Lihat karta 7.1 di Lampiran halaman 61
7.3 Pemeriksaan Kontaktor
Set thermostat pada posisi 'cool ", kemudian nyalakan dayanya dan lihat apakah kontak-
kontak menarik masuk. Kemudian ikuti karta troubleshooting yang ada. Masalah yang
timbul terletak pada :
rangkaian kontrolnya atau
rangkaian motor
Jika kontak terbuka dan setting thermostat pada posisi 'cool ', maka masalahnya terletak
pada rangkaian control ( lihat prosedur Al atau A2 ). Dan jika kontak menutup, maka
masalahnya terletak pada rangkaian daya ke motor kompresor ( lihat prosedur B ).
Jika starter / kontaktor motor terletak pada ruang yang bising sedangkan harus diperiksa
apakah koil kontaktor / armatur mendengung atau tidak, maka cara lain adalah dengan
menempelkan ujung obeng (screwdriver) pada penutup kontaktor dan rasakan getarannya.
7.4 Prosedur A1 : Armatur, Trafo
Jika koil kontaktor mendengung dan tidak menutup, hal ini berarti bahwa ada sedikit
sekali arus yang mengalir ke kontaktor dan arus tersebut tidak cukup kuat untuk menutup
kontak.
42
Hal ini dapat disebabkan oleh :
Armatur kontaktor macet atau terharnbat atau ada mekanisme komponen yang patah
Trafo rangkaian kontrol tidak tepat ukurannya ( terlalu rendah )
Resistansi pada pengawatan rangkaian control terlalu tinggi
Tegangan ke koil primer dari trafo terlalu rendah
Resistansi pada pengawatan rangkaian kontol yang terlalu tinggi akan menyebabkan drop
tegangan. Resistansi yang tinggi dapat disebabkan oleh :
Hubungan / kontak-kontak yang kendur, periksa semua terminal / sekrup / penghubung konektor
Pengawatan yang salah pada rangkaian kontrol ( kawat terlalu kecil )
Rangkaian terlalu panjang terhadap ukuran kawat dan arus listrik
Kontak-kontak yang terbakar / korosi pada kontroler-kontroler dalam sistem (thermostat relay, switch tekanan, dll)
7.5 ProsedurA2: Koil-koil, Relay-relay dan Switch-switch yang tak Berfungsi
Ada 3 alasan dimana koil kontaktor tak teraliri arus :
Rangkaian control tak dialiri listik
Sebuah switch pada rangkaian kontrol terbuka
Koil itu sendiri terbuka
Periksa : tegangan ke koil, tegngan pada trafo, fuse, terminal-terminal / switch-switch,
relay-relay, overload. Jika semua berfungsi dengan baik dab kompresor masih belum
bekerja, maka masalahnya terdapat pada : thermostat, high low pressure switch, oil
pressure switch.
Cara pemeriksaan low pressure switch adalah sbb : matikan sumber arus. Buka salah satu
kawat / terminal dari low pressure switch. Kemudian periksa dengan ohm meter dengan
menghubungkannya dengan ke 2 terminal. Jika switch terbuka, periksa tekanan suction
refrigeran. Jika tekanan suction benar, maka switch harus diatur ulang atau diganti. Jika
tidak, maka rangkaian refrigerasinya yang tidak benar / berfungsi.
Dengan cara yang sama periksa high pressure switch.
Jika high low pressure switch berfungsi maka periksa oil presure switch dengan cara yang
sama pada pemeriksaan low pressure switch. Jika switch terbuka, maka atur ulang
settingnya atau ganti. Pada pemeriksaan high / low pressure switch dan oil pressure
switch, periksa lebih dahulu apakah komponen-komponen tersebut dilengkapi dengan
reset buton.
Jika oil pressure switch berfungsi, periksa pengawatan rangkaian dan .rnotor kompresor.
Motor kompresor biasanya dilengkapi dengan komponen thermostatik seperti bimetal,
thermostat dll. Dalam pemeriksaan thermostat motor kompresor, tunggu hingga
kompresor benar-benar dingin sehingga thermostat me-reset secara otomatis.
43
7.6 Prosedur B : Sumber Daya
Jika kontaktor utama dan starter rnotor berfungsi maka masalahnya adalah pada power
supply. Periksa :
Tegangan keluaran dari kontaktor, tegangan keluaran dari overload relay, pangawatan
rangkaian motor kompresor. pada motor 3 phasa, periksa terminal-terminal dan
kemungkinannya jika terhubung dengan tanah dengan rnenggunakan mega ohm-meter.
Jika motor 3 phasa ter-grounded, maka resistansinya < = 6
10 . Pada motor phasa tunggal, periksa kontakstart winding, relay-relay motor, kapasitor.
44
BAB VIII
TROUBLESHOOTING PNEUMATIC CONTROL
8.1 Pendahuluan
Masalah yang timbul biasanya berupa : kontrol pada sistem menjadi tidak stabil- Pada
sistem tata udara, dua macam ketidakstabilan system control yang dapat terjadi adalah:
peralatan kelihatan berfungsi dengan normal, tetapi temperatur ruang bervariasi lebih dari + 2 C
temperatur ruang tetap berada pada variasi + 2 C, tetapi sistem mengalami short-cycling secara tak terkendali.
Contoh dibawah ini termasuk dalam kategori yang pertama . Tetapi terlebih dahulu kita
harus pastikan bahwa pneumatic thermostat bekerja dengan baik. Caranya adalah dengan
melihat karakteristik temperatur dengan menempatkan suatu. recording thermometer persis disebelah thermostat Misalnya ditemukan suatu kasus dimana thermostat suatu
ruang tidak mengatur temperatur ruang disekitar + 2 C pada 23 C, katakan sekitar 17 C
dan 29 C. Reaksi pertarna dari kita mungkin akan mengkalibrasi thermostat. Tetapi
masalahnya mungkin tidak terletak pada kalibrasi thermostat tetapi misalnya pada loop
kontrol yang lain.
Loop control secara umum:
1. Variable terkontol [ temperatur ] dari suatu medium terkontrol [ udara ruang ] diukur oleh kontroler [thermostat]
2. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan set point [ thermostat setting ] yang telah di set di / pada kontroler
3. Berdasarkan dari hasil perbandingan tersebut, suatu sinyal dikirimkan melalui suatu rangkaian kontol [perpipaan preumatik ] ke peralatan terkontol [motor
damper]
4. Peralatan terkontrol kemudian akan mengatur variable yang termanipulasi [campuran udara panas dan dingin ke ruang] yang akan menyebabkan perubahan-
perubahan pada variable yang terkontrol [temperatur ruang ]
Gambar 8.1 Kontrol pneumatik pada saluran udara supply
45
Seperti yang terlihat pada diagram loop tersebut, maka kerusakan yang terjadi pada alat /
komponen pada loop tersebut akan menyebabkan tak berfungsinya sebagian atau seluruh
sistem proses kontrol. Sebagai tambahan, pastikan pula bahwa sistem pendingin / pemanas
berfungsi dengan baik, karena kadang-kadang bisa terjadi bahwa gejala-gejala yang timbul
mirip dengan gejala-gejala bahwa sistem kontrol pneumatik yang kurang berfungsi dengan
baik, padahal masalah terletak pada sistem pendinginnya.
8.2 Pemeriksaan Supply Udara Kontrol
Supply udara kontrol jika tertangani dengan benar, sering terdeteksi adanya :
Uap air/ air yang terkondensasi
Oli
kotoran-kotoran
Jika demikian halnya, bersihkan thermostat dan sistem perpipaan pneumatiknya. Biasanya
air compressor sudah dilengkapi dengan peralatan moisture removal seperti :
cantidge-type filter dryer
refrigerated compresed air dryer
Refrigerated air dryer ini biarpun kecil dan kompak bisa mengalami kerusakan yang sama
seperti system refrigerasi yang lain. Alat ini dipakai untuk air compressor dengan
kapasitas-kapasitas yang besar.
Jika tidak dilengkapi dengan alat-alat tersebut diatas, maka cara yang sederhana adalah
dengan menekan udara lebih besar lagi kemudian pada ujung pipa kita buka dan kita
pasang suatu nozzle sehingga uap air yang telah terkondensasi karena ditekan akan keluar
melalui nozzle. Cara lain adalah dengan menggunakan gas R 22, karena R - 22 memiliki sifat menyerap uap air yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengambil uap air
dalam sistem, tetapi terdapat bahaya ( merusak lapisan ozon ).
Lakukan ke dua cara diatas dengan hati-hati, bypass lebih dahulu semua alat-alat/
komponen kontol (terutama yang sensitif terhadap udara bertekanan ) dengan pipa
fleksibel, kemudian tekan udara dalam sistem perpipaan tersebut atau aliri dengan R-22.
Cara membuang oli juga dapat dilakukan dengan menggunakan R-22, karena R - 22
bersifat menyerap oli yang tinggi. Sumber adanya oli di sistem adalah pada crankcase air
compressor. Saat ini sudah dipasarkan oil free air compressor , sehingga tidak ada masalah tersebut. Kotoran bisa timbul pada sistem jika filter udara air compressor " sudah tak berfungsi atau karena lokasi penempatan yang tidak tepat.
Indikasi yang terbaik terhadap kontaminasi sistem pneumatik adalah pada ujung terjauh
dari sistem perpipaan, apakah ada oli, kotoran-kotoran atau air.
Pemeriksaan berikut adalah pada tekanannya. Tekanan dalam sistem harus selalu konstan
dan uniform pada harga tertentu. Untuk itu harus diperiksa air regulator, air pressure
reducing valve.
Lihat Karta 8.1 : untuk kontol yang tidak stabil di Lampiran halaman 61
Pemeriksaan lanjutannya adalah pada tekanan ouput thermostat.
46
8.3 Pemeriksaan Tekanan Output dan Kebocoran
Untuk memeriksa tekanan output thermostat, hubungkan test gage ke port yang benar pada
thermostat. Kemudian putar thermostat dial/knob hingga akhir range, kemudian putar
balik kembali. Amati apakah tekanan gage bergerak antara ke dua max. dan min. Jika
tekanan gage tidak bervariasi selama menjalani test tersebut atau bervariasi secara
sporadis, maka masalahnya teletak pada mekanisme thermostat.
47
BAB IX
TROUBLESHOOTING RANGKAIAN REFRIGERASI PADA
SISTEM TATA UDARA
9.1 Pendahuluan
Setiap komponen pada suatu sistem tata udara merniliki hubungan timbal balik dengan
komponen lainnya di dalam sistem. Jika salah satu kornponen didalam sistem tidak
bekerja maka seluruh sistem akan gagal bekerja dengan baik. Atau jika sistem tetap
berjalan maka sistem bekerja pada kapasitas yang berkurang.
Pada bab ini akan dibahas mengenai rangkaian refrigerasi, bagaimana mengusut masalah
yang disebabkan oleh rangkaian refrigerasi. Sebagai contoh kasus umum kita akan
membahas masalah "tidak cukup dingin" pada unit yang cukup besar kapasitas beban
pendinginnya dimana sebelumnya unit cukup rnendinginkan.
9.2 Pemeriksaan Awal
Misal kasus keluhan yang haus ditangani adalah tidak cukup dingin" pada ruangan yang
dikondisikan. Pertama yang harus diperiksa adalah thermostat periksa settingnya. Jika
tidak ada masalah, periksa temperatur dan RH ruang, pastikan sesuai dengan rancangan
dan bukan karena keluhan yang sifatnya psikologis. Setelah itu ukur temperatur chilled
water dari water chiller atau udara keluaran koil evaporator. Jika lebih tinggi dari yang
seharusnya, maka masalahnya adalah terletak pada rangkaian refrigerasi atau rangkaian
kontrolnya. Jika temperatur chilled water di chiller tak bermasalah, tetapi temperatur
ruang terlalu tinggi, maka masalahnya adalah pada sistem distribusi udara.
Marilah kita melihat kasus di atas dimana unit air conditioning tidak dapat nenangani
beban ruang dan ruang tidak cukup dingin. Meskipun demikian sistem tersebut biasa
berfungsi normal pada kondisi cuaca dan kondisi beban ruang tertentu. Pemeriksaan
temperatur udara dan air nenunjukan sedikit lebih tinggi dari yang seharusnya. Jika laju
aliran udara supply atau air cukup, maka unit refrigerasi dari sistem airconditioning tidak
cukup mendinginkan sehingga harus diperiksa dan diperbaiki.
Periksa unit dan untuk itu dapat menggunakan karta berikut untuk membantu mencari
masalah yang ada. Hal ini dapat dimulai dengan nemeriksa isi refrigeran kemudian periksa
condensing unitnya dan komponen lainnya.
Lihat karta 9.1 karta troubleshootng untuk contoh kasus keluhan ruangan yang tidak cukup
dingin di Lampiran halaman 62.
9.3 Pemeriksaan Tekrnan Refrigeran
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam troubleshooting ini, yang paling efektif
adalah menggunakan tekanan kerja pada rangkaian refrigerasi. Pasang manifold gage ke
48
katup-katup servis dimana selang-selangnya di-purging terlebib dahulu, kemudian
jalankan sistemnya. Baca tekanan suction dan tekanan discharge/headnya.
Head pressure atau discharge pressure adalah tekanan refrigeran di saluran discharge,
condenser, receiver dan saluran liquid. Pada air cooled atau water cooled condensing unit
tekanan discharge akan meningkat jika temperatur udara sekitar atau temperatur air masuk
kondensor meningkat.
Penyebab tekanan discharge rendah adalah :
isi refrigeran rendah
katup ekspansi macet dalan keadaan membuka
katup-katup kompresor bocor atau rusak
tenperatur udara sekitar rendah
temperatur air masuk kondensor water cooled rendah
air yang masuk ke kondensor water cooled terlalu banyak
laju diran udara terlalu tinggi
Penyebab narknya tekanan discharge :
ada non condensable gas di system
ada udara di perpipaan air
sabuk kipas kondensor putus atau kendor
laju aliran udara atau air yang rendah
kondensor kotor
ada kerak/tersumbat pada pipa water cooled condenser
isi refrigeran terlalu banyak
temperatur sekitar terlalu tinggi
temperatur air pada unit water cooled condenser terlalu tinggi
Back pressure atau suction pressure adalah tekanan di evaporator, saluran suction dan
crankcase kompresor. Beban evaporator yang rendah menyebabkan tekanan dan
temperatur suction rendah, sebaliknya beban ruangan yang tinggi menyebabkan tekanan
suction tinggi. Jika tekanan suction dan tekanan discharge tinggi, maka kondensor tidak
melepas panas dengan baik ( lihat langsung ke bagian kondensor di karta )
Penyebab tekanan suction rendah :
kipas lidak bekerja sempurna
sabuk blower AHU putus atau kendor
blade kipas atau roda blower patah
motor blower rusak atau overload
evaporator kotor
filter udara kotor
isi refrigeran terlalu sedikit
katup ekspansi rusak atau macet
katup TXV tersumbat
setting superheat TXV tidak tepat/terlalu tinggi
isi bulb TXV berkurang atau bahkan hilang
katup apung macet atau tidak tepat pengaturannya
49
aliran udara evaporator short circuit atau terganggu
perpipaan refrigeran tersumbat
liquid line strainer filter dryer tersumbat
suction line filter tersumbat
solenoid valve tertutup sebagian
saluran udara tersumbat
oli terlalu banyak tersirkulasi
putaran roda blower tidak benar
Penyebab tekan suction tinggi :
katup ekspansi mengalami over feed/banjir
katup suction bocor atau patah
katup discharge bocor
low pressurestat tidak berfungsi
9.4 Pemeriksaan lsi Refrigeran
Isi refrigeran yang terlalu sedikit atau justru telalu banyak akan menyebabkan pendinginan
akan berkurang. Periksa apakah ada gelembung uap refrigeran di liquid line sight glass.
Gelembung uap refrigeran dapat berarti sistem kekurangan refiigeran atau liquid line
tersumbat (oleh kotoran, filter dryer tersumbat, katup outlet receiver tertutup sebagian ).
Kadangkala saluran liquid terasa panas. Faktor tersebut dapat rnengakibatkan terjadinya
gas refrigeran mengalami flashing, gelernbung-gelembung di sight glass dan efek
pendinginan yang berkurang di evaporator. Jika refrigeran kurang maka harus ditambah.
Sistem yang cukup terisi refrigeran, maka di sight glass terlihat jernih atau ada sedikit
intermittent gelembung-gelembung kecil refiigeran. Sebagai aturan, tidak lebih dari 15 %
dari kondensor yang terbanjiri oleh ref