Post on 15-Feb-2018
Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Latar Belakang
Pijakan Kebijakan
Konsep
Pelayanan Publik
Pelayanan Desa
Saat Ini
Permasalahan
Pelayanan Desa
Menuju Model
Inovasi Pelayanan
Desa
Model Inovasi
Pelayanan Desa
Lembaga Administrasi Negara
Gedung B Lt. 5
Jln. Veteran No. 10 Jakarta
Telepon 021 – 3868201
ext. 143 - 145
Email: yanlik@lan.go.id;
pipel.dian.lan@gmail.com
Facebook:
Pusat Inovasi Pelayanan Publik
One Stop Services di Desa Lebo
INTEGRITAS
PROFESIONAL
INOVATIF
PEDULI
i Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Pengarah:
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH, MA
Kania Damayanti, SE, MPP (Almh)
Dr. Basseng, M.Ed
Erfi Muthmainah, SS, MA
Reviewer:
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, SH, MA
Erfi Muthmainah, SS, MA
Penulis:
Ria Veriani, SIP, MPA
Marsono, SE, MM
Anggota Tim:
Menik Noviati, SE, M.Si
Witra Apdhi Yohanitas, S.Kom
Harditya Bayu Kusuma, S.Sos., M.Si
Teguh Henry Prayitno, S.IAN
Isni Kartika Larasati, S.Pd
Gunanto, S.Sos
Sundari Rachmasari, SAP
Ramelan
ii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Prolog
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku,
Tempat ayah dan bunda dan handai taulanku.
Tak mudah kulupakan, tak mudah bercerai,
Selalu kurindukan, desaku yang permai……….
iii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
SAMBUTAN
Pemberlakuan Asean Community 2015 menjadi tantangan
nyata yang harus dihadapi oleh Indonesia. Sistem pasar tunggal dan
liberasi ekonomi kawasan pun harus segera disikapi dengan langkah
antisipatif. Tantangan yang sudah ada di depan mata itu harus segera
kita jawab agar bangsa Indonesia mampu menjadi pemain di tengah
pergulatan pasar bebas kawasan. Salah satu hal yang bisa dilakukan
untuk menjawab tantangan itu adalah melakukan reformasi sektor
publik (public sector reform) khususnya di bidang inovasi pelayanan
publik (public services innovation).
Inovasi pelayanan publik dipandang perlu dilakukan agar
kinerja pelayanan bisa optimal. Hal ini tentunya juga berlaku di tingkat
Desa melalui pelayanan dasar yang akan dilakukan di tingkat desa.
terlebih lagi dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Inisiasi Model Inovasi Pelayanan Desa menjadi sangat
penting dalam menuju kemandirian desa.
Lembaga Administrasi Negara melalui Pusat Inovasi
Pelayanan Publik Kedeputian Bidang Inovasi Administrasi Negara
memiliki posisi strategis sebagai lembaga think tank dalam
melakukan berbagai upaya untuk mengakselerasi perubahan dalam
inovasi pelayanan publik.
Akhirnya, kami berharap agar Kapita Selekta Model Inovasi
Pelayanan Desa dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada
masyarakat pada umumnya, serta kementerian/lembaga,
pemerintah daerah baik provinsi kabupaten dan kota pada
khususnya, terlebih lagi bagi pemerintah desa.
Deputi Bidang
Inovasi Administrasi Negara
Tri Widodo Wahyu Utomo
iv Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
KATA PENGANTAR
Isu strategis terkait Model Inovasi Pelayanan Desa menjadi isu
strategis yang penting untuk diperbincangkan, terlebih lagi dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa. Undang-
Undang ini menjadi stimulus tersendiri bagi desa untuk
mengembangkan otonomi desa berdasarkan kewenangan lokal
berskala desa dan kewenangan berdasarkan hak asal usul.
Kemandirian desa dari segala sisi mutlak diperlukan demi
membangun Indonesia dari Pinggiran.
Kemandirian desa ini menjadi pemantik bagi kepala desa
untuk melakukan pembenahan dalam pelayanan desa. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan inovasi di dalam bidang pelayanan
desa.
Pusat Inovasi Pelayanan Publik berupaya memberikan
gambaran model inovasi pelayanan desa. Model ini diterapkan pada
pelayanan administratif dan non administratif di desa.
Harapan kami, semoga Kapita Selekta Model Inovasi
Pelayanan Desa dari Pusat Inovasi Pelayanan Publik dapat menjadi
khasanah baru bagi bangsa Indonesia khususnya di bidang Inovasi
Pelayanan Publik pemerintahan desa.
Plt. Kepala Pusat Inovasi Pelayanan Publik
B a s s e n g
v Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
UCAPAN TERIMA KASIH
Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara
menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terkira kepada
berbagai pihak yang membantu penyempurnaan penulisan kapita
Selekta ini.
1. Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia;
2. Bapak Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Kepala Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia periode 2012 – Juni
2015;
3. Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara atas bimbingan dan
arahan yang tiada henti;
4. Ibu Kania Damayanti (Almh) atas bimbingan di awal penulisan
paper Model Inovasi Pelayanan Desa;
5. Bapak Basseng sebagai Plt. Kapus (pada saat itu) atas bimbingan
dan arahannya;
6. Ibu Damayani Tyastianti sebagai Narasumber dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang
memperkaya khasanah tulisan mengenai standar pelayanan;
7. Ibu Lisbetty Tambunan sebagai Narasumber dari Kementerian
Dalam Negeri yang memperkaya khasanah tulisan mengenai
otonomi desa;
8. Bapak Ismail, Kepala Desa Sukamanah Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor sebagai Narasumber yang
memperkaya tulisan mengenai best practices pelayanan desa;
9. Bapak Amir Hamzah sebagai Narasumber yang mewakili elemen
masyarakat;
10. Camat Kecamatan Sidoarjo atas data dan informasi yang
diberikan sebagai informasi pembanding dan memperkuat
informasi dari desa;
11. Kepala Desa Lambang Sari Kecamatan Tambun Utara Kabupaten
Bekasi; Kepala Desa Lebo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo; Kepala Desa Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten
Pasuruan atas informasi dan data yang diberikan kepada tim
penulis;
vi Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
12. Lurah Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo;
Lurah Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang atas
data dan informasi yang diberikan sebagai informasi
pembanding, pelengkap menuju model inovasi pelayanan desa;
13. Informan sekunder lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
namun ada dalam setiap sumber di catatan kaki.
vii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Tim Penyusun i
Prolog ii
Sambutan iii
Kata Pengantar iv
Terima Kasih v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar viii
Latar Belakang 1
Pijakan Kebijakan 2
Konsep Pelayanan Publik 11
Pelayanan Desa Saat Ini 19
Permasalahan Pelayanan Desa 25
Menuju Model Inovasi Pelayanan Desa 28
Model Inovasi Pelayanan Desa 35
Penutup 40
Daftar Pustaka 41
viii Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
DAFTAR GAMBAR
NO. NAMA GAMBAR HAL
Gambar 1 Kewenangan Lokal Berskala Desa 5 Gambar 2 Tahapan Pengembangan Standar
Pelayanan 14
Gambar 3 Tahapan Pengembangan Standar
Pelayanan Desa 14
Gambar 4 Siklus Penyusunan Standar Pelayanan 15 Gambar 5 Contoh Model Inovasi Standar Pelayanan
Desa 16
Gambar 6 Standar Operasional Prosedur Desa Lebo
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo 17
Gambar 7 Contoh Maklumat Pelayanan Desa 18 Gambar 8 Klasifikasi Desa 20 Gambar 9 Peta Sebaran Desa Per Provinsi 20
Gambar 10 Kondisi Desa-desa Nasional per Provinsi 21 Gambar 11 Peta Sebaran Kondisi Desa Berdasarkan
Indeks Pembangunan Desa Tahun 2014 21
Gambar 12 SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat
Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Umur 27
Gambar 13 Pola Hubungan Pelayanan Desa yang
diharapkan 34
Latar Belakang
esa merupakan entitas masyarakat dan merupakan
isu yang penting untuk digarap1. Hal ini disebabkan
peran desa dewasa ini yang semakin penting,
tuntutan yang tinggi dari warga desa kepada
pemerintah, amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa, serta amanah Nawacita. Hal ini juga terkait
dengan alasan masa depan pemerintahan desa.
Agenda Prioritas (Nawacita) ke-3 dari Pemerintahan
Joko Widodo – Jusuf Kalla yaitu Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah – daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan. Pemerintahan Joko
Widodo berkeinginan untuk menciptakan 1000 desa inovatif
dengan membangun wilayah dari pinggiran.
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi mencanangkan Inovasi Desa berbasis Teknologi
Tepat Guna, misalnya penerapan teknologi surya di desa.
Inovasi yang ada selama ini lebih banyak muncul dari luar
desa. Inovasi seakan menjadi sesuatu yang dipaksakan,
tidak tumbuh menjadi program bottom up. Hal ini
disebabkan belum tersedianya Sumber Daya Manusia desa
yang kompeten dan sarana prasarana yang tidak
mendukung.
Inisiatif pemerintah untuk memperkenalkan program
sering kali mengalami kegagalan. Inovasi sering diartikan
perubahan berbasis Teknologi Informasi. sehingga perlu
adanya spirit bersama bahwa membangun Pemerintahan
Desa itu menjadi sesuatu yang penting.
Selama ini kita menjumpai tantangan bahwa belum
ada model inovasi pelayanan desa sehingga Pusat Inovasi
1 Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model
Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31
Agustus 2015.
D
Background
Penciptaan
1000 desa
inovatif dari
wilayah
pinggiran
2 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Pelayanan Publik merasa perlu membuat telaah
kajian model inovasi pelayanan desa.
Pijakan Kebijakan
ndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Esensi otonomi
daerah pada hakikatnya adalah mendekatkan
pelayanan publik kepada masyarakat, termasuk di
dalamnya pemerintahan desa.
Desa merupakan struktur organisasi
pemerintahan paling rendah di Indonesia. Desa
memegang peranan dasar bagi pelayanan publik
langsung kepada masyarakat. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa menyebutkan bahwa desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia2. Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I
Pasal 1
U
Policy
Background
3 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia3.
Agar dapat menjalankan fungsi pemerintahan desa
sebagaimana mestinya, desa memiliki kewenangan desa.
Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa meliputi
kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat desa. Secara terperinci,
kewenangan Desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 20144
dan dijelaskan lebih lanjut di Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
20145 adalah sebagai berikut6:
1. Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul7: Sistem organisasi
masyarakat adat; Pembinaan kelembagaan masyarakat;
Pembinaan lembaga dan hukum adat; Pengelolaan tanah kas
desa; dan Pengembangan peran masyarakat desa
3 Ibid 4 Op.cit Pasal 19 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 6 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terdapat
perubahan Pasal 34 ayat (3) bahwa selain kewenangan sebagaimana dimaksud
pada kewenangan (1) dan (2), menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri menetapkan jenis
kewenangan desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal. 7 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa pada Pasal 2 disebutkan bahwa ruang
lingkup kewenangan berdasarkan hak asal usul desa meliputi: a) sistem
organisasi perangkat desa, b) sistem organisasi masyarakat desa, c) pembinaan
kelembagaan masyarakat, d) pembinaan lembaga dan hukum adat, e)
pengelolaan tanah kas desa, f) pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa
yang menggunakan sebutan setempat, g) pengelolaan tanah bengkok, h)
pengelolaan tanah pecatu, i) pengelolaan tanah titisara, dan j) pengembangan
peran masyarakat desa. Kemudian, Pasal 3 menyebutkan kewenangan
berdasarkan hak asal usul Desa adat meliputi: a) penataan sistem organisasi dan
kelembagaan masyarakat adat, b) pranata hukum adat, c) pemilikan hak
tradisional, d) pengelolaan tanah kas desa adat, e) pengelolaan tanah ulayat, f)
kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa adat, g) pengisian jabatan
kepala desa adat dan perangkat desa adat, dan h) masa jabatan kepala desa
adat.
4 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
2. Kewenangan lokal berskala desa8: Pengelolaan tambatan perahu;
Pengelolaan pasar desa; Pengelolaan tempat pemandian umum;
Pengelolaan jaringan irigasi; Pengelolaan lingkungan pemukiman
masyarakat desa; Pembinaan kesehatan masyarakat dan
pengelolaan pos pelayanan terpadu; Pengembangan dan
pembinaan sanggar seni dan belajar; Pengelolaan perpustakaan
desa dan taman bacaan; Pengelolaan embung desa; Pengelolaan
air minum berskala desa; dan Pembuatan jalan desa antar
pemukiman ke wilayah pertanian
3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud, Menteri dapat
menetapkan jenis kewenangan desa sesuai dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan lokal9: Tugas dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kewenangan lain
yang ditugaskan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota sesuai peraturan perUndang-
undangan.
Kewenangan lokal berskala desa berdasarkan Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 2015 meliputi:
a. Bidang Pemerintahan Desa;
8 Permen Desa, PDT, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 Pasal 5 menyebutkan
Kriteria Kewenangan Loka Berskala Desa meliputi a) Kewenangan yang
mengutamakan kegiatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat; b)
Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya di dalam
wilayah dan masyarakat desa yang mempunyai dampak internal desa; c)
Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan sehari-hari
masyarakat desa; d) Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa
desa; e) Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga (individu, organisasi kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, lembaga donor, dan perusahaan) yang telah diserahkan dan
dikelola oleh desa; dan f) Kewenangan lokal berskala desa yang telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. 9 Di beberapa literatur disebutkan terdapat 2 (dua) kewenangan. Misalnya paparan
dari Ismail, Kepala Desa Sukamanah berjudul Ekspose Kepala Desa Sukamanah
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor dan Damayani Tyastianti, Asisten
Deputi Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Publik III Kemenpan RB
berjudul Strategi Pengembangan Standar Pelayanan Desa dalam Diskusi Terbatas
“Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa” Pusat Inovasi
Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta: 31
Agustus 2015.
5 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
b. Pembangunan Desa;
c. Kemasyarakatan Desa; dan
d. Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Gambar 1
Kewenangan Lokal Berskala Desa
Kewenangan lokal berskala desa di bidang pemerintahan desa
meliputi:
a. Penetapan dan penegasan batas desa;
b. Pengembangan Sistem Administrasi dan Informasi Desa;
c. Pengembangan tata ruang dan peta sosial desa;
d. Pendataan dan pengklasifikasian tenaga kerja desa;
e. Pendataan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian dan
sektor non pertanian;
f. Pendataan penduduk menurut jumlah penduduk usia kerja,
angkatan kerja, pencari kerja, dan tingkat partisipasi angkatan
kerja;
g. Pendataan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan pekerjaan jenis pekerjaan dan status
pekerjaan;
h. Pendataan penduduk yang bekerja di luar negeri;
i. Penetapan organisasi pemerintah desa;
j. Pembentukkan Badan Permusyawaratan Desa;
Kewenangan Lokal Berskala
Desa
21 kewenangan Bidang
Pemerintahan Desa
4 Macam Kewenangan Bidang Pembangunan Desa:
Pelayanan Dasar Desa (8), sarpras desa (14),
pengembangan ekonomi lokal desa
(19), dan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan desa
4 Kewenangan Bidang
Kemasyarakatan Desa
12 Kewenangan Bidang
Pemberdayaan Masyarakat
6 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
k. Penetapan perangkat desa;
l. Penetapan BUM Des;
m. Penetapan APB Des;
n. Penetapan peraturan Desa;
o. Penetapan kerja sama antar desa;
p. Pemberian ijin penggunaan gedung pertemuan atau balai desa;
q. Pendataan potensi desa;
r. Pemberian ijin hak pengelolaan atas tanah desa;
s. Penetapan desa dalam keadaan darurat seperti kejadian bencana,
konflik, rawan pangan, wabah penyakit, gangguan keamanan, dan
kejadian luar biasa lainnya dalam skala desa;
t. Pengelolaan arsip desa; dan
u. Penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan lainnya sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat desa.
Kewenangan lokal berskala desa di bidang pembangunan desa
meliputi: a) Pelayanan dasar desa; b) Sarana dan Prasarana Desa; c)
Pengembangan ekonomi lokal desa; dan d) Pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan desa.
Kewenangan lokal berskala desa di bidang pelayanan dasar
desa meliputi:
a. Pengembangan pos kesehatan desa dan Polindes;
b. Pengembangan tenaga kesehatan desa;
c. Pengelolaan dan Pembinaan Posyandu (melalui layanan gizi untuk
balita, pemeriksaan ibu hamil, pemberian makanan tambahan,
penyuluhan kesehatan, gerakan hidup bersih dan sehat,
penimbangan bayi, dan gerakan sehat untuk lanjut usia);
d. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;
e. Pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat
adiktif di desa;
f. Pembinaan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini;
g. Pengadaan dan pengelolaan sanggar belajar, sanggar seni budaya,
dan perpustakaan desa; dan
h. Fasilitasi dan motivasi terhadap kelompok-kelompok belajar di
desa.
Kemudian kewenangan lokal berskala desa di bidang sarana
dan prasarana desa meliputi:
7 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
a. Pembangunan dan pemeliharaan kantor dan balai desa;
b. Pembangunan dan pemeliharaan jalan desa;
c. Pembangunan dan pemeliharaan jalan usaha tani;
d. Pembangunan dan pemeliharaan embung desa;
e. Pembangunan energi baru dan terbarukan;
f. Pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah;
g. Pengelolaan pemakaman desa dan petilasan;
h. Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;
i. Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala desa;
j. Pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;
k. Pembangunan dan pemeliharaan lapangan desa;
l. Pembangunan dan pemeliharaan taman desa;
m. Pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan saluran untuk
budidaya perikanan; dan
n. pengembangan sarana dan prasarana produksi di desa.
Selanjutnya, kewenangan lokal berskala desa di bidang
pengembangan ekonomi lokal desa meliputi:
a. Pembangunan dan pengelolaan pasar desa dan kios desa;
b. Pengembangan dan pengelolaan tempat pelelangan ikan milik
desa;
c. Pengembangan usaha mikro berbasis desa;
d. Pendayagunaan keuangan mikro berbasis desa;
e. Pembangunan dan pengelolaan keramba jaring apung dan bagan
ikan;
f. Pembangunan dan pengelolaan lumbung pangan dan penetapan
cadangan pangan desa;
g. Penetapan komoditas unggulan pertanian dan perikanan desa;
h. Pengaturan pelaksanaan penanggulangan hama dan penyakit
pertanian dan perikanan secara terpadu;
i. Penetapan jenis pupuk dan pakan organik untuk pertanian dan
perikanan;
j. Pengembangan benih lokal;
k. Pengembangan ternak secara kolektif;
l. Pembangunan dan pengelolaan energi mandiri;
m. Pendirian dan pengelolaan BUM Des;
n. Pembangunan dan pengelolaan tambatan perahu;
o. Pengelolaan padang gembala;
8 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
p. Pengembangan wisata desa di luar rencana induk pengembangan
pariwisata kabupaten/kota;
q. Pengelolaan balai benih ikan;
r. Pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian
dan perikanan; dan
s. Pengembangan sistem usaha produksi pertanian yang bertumpu
pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Kewenangan lokal berskala desa di bidang kemasyarakatan
desa meliputi:
a. Membina keamanan, ketertiban, dan ketenteraman wilayah dan
masyarakat desa;
b. Membina kerukunan warga masyarakat desa;
c. Memelihara perdamaian, menangani konflik dan melakukan
mediasi di desa; dan
d. Melestarikan dan mengembangkan gotong royong masyarakat
desa.
Kewenangan lokal berskala desa di bidang pemberdayaan
masyarakat meliputi:
a. Pengembangan seni budaya lokal;
b. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi lembaga
kemasyarakatan dan lembaga adat;
c. Fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat (melalui kelompok tani,
nelayan, seni budaya, dan lain-lain);
d. Pemberian santunan sosial kepada keluarga fakir miskin;
e. Fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan, masyarakat
miskin, perempuan, masyarakat adat, dan difabel;
f. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi paralegal
untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat
desa;
g. Analisa kemiskinan secara partisipatif di di desa;
h. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih
dan sehat;
i. Pengorganisasian melalui pembentukkan dan fasilitasi kader
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
j. Peningkatan kapasitas melalui pelatihan usaha ekonomi desa;
k. Pendayagunaan teknologi tepat guna; dan
9 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
l. Peningkatan kapasitas masyarakat (melalui kader pemberdayaan
masyarakat desa, kelompok usaha ekonomi produktif, kelompok
perempuan, kelompok tani, kelompok masyarakat miskin,
kelompok nelayan, kelompok pengrajin, kelompok pemerhati dan
perlindungan anak, kelompok pemuda, dan kelompok lain sesuai
kondisi desa).
Kewenangan-kewenangan tersebut yang akan menjadi
kewenangan desa dan hal tersebut melekat pada tugas kepala desa.
Tugas kepala desa adalah menyelenggarakan pemerintahan desa,
melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa wewenang kepala desa terdiri dari: memimpin
penyelenggaraan desa, mengangkat dan
memberhentikan perangkat desa,
memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan dan aset desa, menetapkan
peraturan desa, menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),
membina kehidupan masyarakat desa,
membina trantib masyarakat desa,
membina dan meningkatkan perekonomian
desa, mengembangkan sumber
pendapatan desa, mengusulkan dan
menerima pelimpahan sebagian kekayaan
negara, mengembangkan kehidupan sosial
budaya masyarakat desa, memanfaatkan
teknologi tepat guna, mengkoordinasikan
bangdes secara partisipatif, mewakili desa
di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk
mewakilinya sesuai peraturan per-Undang-undangan; dan wewenang
lain sesuai ketentuan per-Undang-Undangan10.
10 Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu
Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi
Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31
Agustus 2015.
Lebih khusus lagi dijelaskan, seorang kepala desa berhak: mengusulkan struktur
organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa; mengajukan rancangan dan
menetapkan Peraturan Desa; menerima penghasilan tetap setiap bulan,
Lahirnya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 memberi
peluang lahirnya otonomi desa.
Desa dapat
menyelenggarakan
otonominya berdasarkan
kewenangan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala
desa.
10 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Pengaturan eksistensi desa melalui Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 mesti diakui memberi peluang bagi tumbuhnya otonomi
desa11. Otonomi desa ini bisa dijalankan dengan memperhatikan dua
kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala desa12. Kedua kewenangan ini yang
sepenuhnya dilakukan oleh desa. Dengan kewenangan tersebut,
diharapkan nantinya desa dapat mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, bisa berinovasi untuk desanya sendiri dengan
berdasarkan adanya Peraturan Desa yang diterbitkan. Jika tidak ada
Peraturan Desa, maka tidak berlaku otonomi desa. Dana desa yang
dicairkan juga ditujukan untuk melaksanakan kedua kewenangan
dimaksud.
Lebih lanjut ditegaskan Basseng, bahwa inovasi yang dapat
dijalankan intinya ada di kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala desa13. Inovasi akan terlihat dari
tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah serta mendapat jaminan kesehatan;
mendapatkan perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; serta
memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat
desa. Selanjutnya, kewajiban kepala desa: memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan UUD 1945, mempertahankan dan memelihara
keutuhan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika; meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa; memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
menaati dan menegakkan peraturan per-UU; melaksanakan kehidupan demokrasi
dan berkeadilan gender; melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang
akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
KKN; menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan;
menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; mengelola
keuangan dan aset desa; melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan desa; menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa;
mengembangkan perekonomian masyarakat desa; membina dan melestarikan
nilai sosial budaya masyarakat desa; memberdayakan masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan di desa; mengembangkan potensi SDA dan melestarikan
lingkungan hidup; dan memberikan informasi kepada masyarakat desa. 11 Amir Hamzah, Yayasan Layung Fajar Indonesia, “Peningkatan Pelayanan Kepada
Masyarakat Desa” disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 2015 12 Lisbetty B. Tambunan, dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam
Negeri, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi
Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015. 13 Basseng, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi
Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.
11 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Peraturan Desa nya, misalnya Peraturan Desa mengenai
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Perdes Wisata lokal
berskala desa. Harapannya ke depan, otonomi desa
terlihat dari seberapa besar sumber pendapatan desa yang
masuk. Pada dasarnya, inovasi desa terletak pada
bagaimana mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
desa.
Konsep Pelayanan Publik
ungsi dasar dari pemerintahan adalah memberikan
pelayanan publik. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik menyatakan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Pelayanan publik menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pelayanan tersebut terdiri dari pelayanan administrasi
umum, pelayanan barang publik dan jasa publik14.
Merujuk pada Undang-undang Pelayanan Publik,
setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan oleh
pemerintah desa, meliputi: Menyusun dan menetapkan
standar pelayanan; Menyusun, menetapkan, dan
mempublikasikan maklumat pelayanan; Menempatkan
14 Hal tersebut senada dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 5 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi
pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup
tersebut meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat
tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,
jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata, dan sektor strategis lainnya.
F
Pelayanan
Publik adalah
pelayanan
yang
ditujukan
untuk
masyarakat
baik secara
langsung
maupun tidak
langsung.
Public
Services
Concept
12 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
pelaksana yang kompeten; dan Menyediakan
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas
pelayanan publik yang mendukung terciptanya
iklim pelayanan yang memadai.
Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman
Standar Pelayanan Pasal 1 menyatakan bahwa
setiap penyelenggara pelayanan publik wajib
menetapkan dan menerapkan Standar
Pelayanan Publik untuk setiap jenis pelayanan.
Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
terukur15.
Dalam penyusunan, penetapan, dan
penerapan Standar Pelayanan dilakukan
dengan memperhatikan prinsip:
1. Sederhana. Standar pelayanan yang mudah
dimengerti, mudah diikuti, mudah
dilaksanakan, mudah diukur, dengan
prosedur yang jelas dan biaya terjangkau
bagi masyarakat maupun penyelenggara.
2. Partisipatif. Penyusunan standar pelayanan
dengan melibatkan masyarakat dan pihak
terkait untuk membahas bersama dan
mendapatkan keselarasan atas dasar
komitmen atau hasil kesepakatan.
3. Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam
standar pelayanan harus dapat
15 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (7)
dan Permenpan RB Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Bab II bagian Lampiran.
STANDAR
PELAYANAN DESA
AKUNTABEL
BERKELANJUT
AN
BERKEADILAN
TRANSPARANSI
PARTISIPATIF
13 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang
berkepentingan.
4. Berkelanjutan. Standar pelayanan harus terus-menerus dilakukan
perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi
pelayanan.
5. Transparansi. Standar pelayanan harus dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat.
6. Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan
yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang
berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan
kapabilitas fisik dan mental.
Komponen dalam standar pelayanan sebagaimana diatur
dalam Undang-undang Nomor 25
Tahun 2009 dibedakan
menjadi dua bagian yaitu:
1. Komponen standar
pelayanan yang terkait
dengan proses
penyampaian pelayanan
(service delivery)
meliputi: Persyaratan;
Sistem, mekanisme, dan
prosedur; Jangka waktu
pelayanan; Biaya/tarif; Produk
pelayanan; dan Penanganan
pengaduan, saran, dan masukan.
2. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses
pengelolaan pelayanan di internal organisasi (manufacturing)
meliputi: Dasar hukum; Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas;
Kompetensi pelaksana; Pengawasan internal; Jumlah pelaksana;
Jaminan pelayanan; Jaminan keamanan dan keselamatan
pelayanan; dan Evaluasi kinerja pelaksana.
Untuk model pemerintahan desa, tahapan pengembangan
standar pelayanannya adalah mengidentifikasi kewenangan terlebih
dahulu, kemudian ditentukan jenis kewenangannya.
Komponen dalam
Standar Pelayanan:
Service Delivery
Manufacturing
14 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Gambar 2
Tahapan Pengembangan Standar Pelayanan16
Berikut contoh identifikasi kewenangan desa untuk
mengembangkan standar pelayanan:
Gambar 3
Tahapan Pengembangan Standar Pelayanan Desa17 18
16 Damayani Tyastianti, “Strategi Pengembangan Standar Pelayanan Desa”
disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Desa
Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31 Agustus 2015. 17https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1011&bih=688&
q=kewenangan+desa&oq=kewenangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0.4.4.
0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve1HQ#imgrc=lZfvKBQ5pXfK8M%3A (sumber
gambar 1) 18https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&source=hp&biw=1011&bih=688&
q=kewenangan+desa&oq=kewenangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0.4.4.
0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve1HQ#hl=id&tbm=isch&q=pelayanan+desa
&imgrc=mwBLmo9YBiFY4M%3A (sumber gambar 2)
IDENTIFIKASI KEWENANGAN
JENIS PELAYANAN
Kewenangan Desa
•Kewenangan berdasarkan hak asal usul: sistem organisasi perangkat desa, sistem organisasi masyarakat adat, pembinaan kelembagaan masyarakat, pembinaan lembaga dan hukum adat, pengelolaan tanah kas desa, pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa yang menggunakan sebutan setempat, pengelolaan tanah bengkok, pengelolaan tanah pecatu, pengelolaan tanah titisara, dan pengembangan peran masyarakat desa
•Kewenangan lokal berskala desa: bidang pemerintahan desa, pembangunan desa, kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
Jenis Pelayanan (menuju Otonomi Desa)
•Pengelolaan Tanah Desa
•Pemerintahan desa
•Pembangunan Desa
•Kemasyarakatan desa
•Pemberdayaan Masyarakat
•Pengelolaan Hukum Adat dan Masyarakat adat
15 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Adapun siklus penyusunan Standar Pelayanan dalam
pemerintahan desa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4
Siklus Penyusunan Standar Pelayanan19
Dalam model inovasi pelayanan desa, contoh standar
pelayanan desa antara lain sebagai berikut:
19 Ibid
Penyusunan Rancangan Standar Pelayanan
Pembahasan Rancangan Standar Pelayanan dengan Masyarakat
Penetapan Standar Pelayanan
Penetapan dan Penerapan Maklumat Pelayanan
Pemantauan dan Evaluasi
PER
BA
IKA
N B
ER
KELA
NJU
TAN
Musyaw
arah
Desa
16 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Gambar 5
Contoh Model Inovasi Standar Pelayanan Desa
Di desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo,
informasi mengenai standar pelayanan diwujudkan dalam bentuk
SOP Pelayanan Desa dan sudah ditempelkan di Ruang Pelayanan
Balai Desa. di Desa Lebo ini sistem pelayanan sudah menggunakan
one stop service (walaupun pelayanan masih bersifat administratif).
Penggunaan teknologi informasi juga belum memadai, sehingga
kebijakan penggunaan domain desa.id belum dilaksanakan oleh
Desa Lebo.
STANDAR PELAYANAN DESA XXX
Dasar Hukum
•Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
•Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
•Peraturan Desa Nomor .... tentang Pelayanan Desa
Waktu Pelayan
an
•6 Hari Kerja
•08.00 - 15.00 WIB
Jenis Pelayan
an
•Pelayanan Kependudukan: Pembuatan KTP, KK, Surat Keterangan Pindah, Surat Domisili
Biaya•Gratis
SDM
•Kepala Desa
•Sekretaris Desa
•Kaur Pelayanan
•Kaur Pembangunan
Pengawasan
•Kotak Saran
•Pengawasan langsung dari masyarakat
•SMS hotline di 08122100xxxx
17 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Gambar 6
Standar Operasional Prosedur Desa Lebo
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo 20
Sebelum menerapkan Standar Pelayanan, penyelenggara
diwajibkan untuk menyusun dan menetapkan Maklumat Pelayanan.
Maklumat Pelayanan merupakan pernyataan kesanggupan dan
kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai
dengan Standar Pelayanan. Tujuan pengembangan dan penerapan
Maklumat Pelayanan pada unit pelayanan adalah untuk membuat
pelayanan publik menjadi lebih responsif (kesesuaian antara
pelayanan dengan kebutuhan masyarakat), transparan (semua aspek
pelayanan seperti waktu, biaya, dan cara pelayanan, dapat dengan
mudah diketahui oleh pengguna pelayanan) dan akuntabel (aspek
pelayanan dan konteks penyelenggaraannya dapat
dipertanggungjawabkan dan dinilai oleh pengguna layanan)21.
20 Hasil visitasi kunjungan lapangan di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo pada tanggal 24 Agustus 2015 21 Agus Dwiyanto dalam Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Republik
Indonesia 2006. “Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Lebih lanjut
disampaikan bahwa isi Maklumat Pelayanan setidaknya menyangkut beberapa
hal sebagai berikut: 1) Nama Instansi yang memberikan pelayanan; 2) Alamat dan
Nomor telepon instansi yang dihubungi; 3) Hari dan Waktu Pelayanan; 4) Daftar
Pelayanan yang diberikan instansi; 5) Standar Pelayanan yang dapat diharapkan
oleh masyarakat; 6) Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat/pelanggan;
18 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Hal-hal yang perlu dimuat dalam Maklumat Pelayanan adalah22:
1. Pernyataan janji dan kesanggupan untuk melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.
2. Pernyataan memberikan pelayanan sesuai dengan kewajiban dan
akan melakukan perbaikan secara terus-menerus.
3. Pernyataan kesediaan untuk menerima sanksi, dan/atau
memberikan kompensasi apabila pelayanan yang diberikan tidak
sesuai standar.
Maklumat Pelayanan yang telah disusun wajib dipublikasikan
secara luas, jelas, dan terbuka kepada masyarakat, melalui berbagai
media yang mudah diakses oleh masyarakat.
Gambar 7
Contoh Maklumat Pelayanan Desa
7) Hal-hal yang menjadi hak pelanggan; 8) Hal-hal yang menjadi kewajiban
pelanggan; 9) Janji pemenuhan standar pelayanan dan konsekuensi bila standar
pelayanan tidak terpenuhi. 22 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan
MAKLUMAT PELAYANAN
Kami siap menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
Pemberian pelayanan dengan cara sederhana: mudah dilaksanakan dan biaya terjangkau
Merespon dengan cepat permintaan warga
Memiliki empati, rasa peduli, dan penuh perhatian terhadap warga
Menyiapkan petugas yang siap melayani
Kam
i ber
upay
a de
ngan
sun
gguh
-
sung
guh
untu
k:
19 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Dalam maklumat pelayanan ini terdapat kontrak pelayanan
(Citizens Charter) antara provider (yang memberikan layanan) dan
customer (yang dilayani). Citizens Charter ini memberikan informasi
janji pelayanan (ketepatan waktu, biaya, persyaratan, dll). Sehingga
diharapkan nantinya dengan adanya Citizens Charter ini akan ada
kepuasan utamanya bagi para customer (yang dilayani), dalam hal ini
kepada masyarakat desa.
Pelayanan Desa Saat Ini
ecara historis, desa merupakan cikal bakal terbentuknya
masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Desa
merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat-
istiadat, dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri. Desa
memiliki nilai kearifan lokal yang belum tentu dimiliki oleh masyarakat
perkotaan. Kearifan lokal masyarakat desa antar desa bisa berbeda
antara desa yang satu dengan desa lainnya. Kearifan lokal tersebut
antara lain gotong royong, kekeluargaan, peduli, jujur, saling
mengayomi, dan lain sebagainya. Kearifan lokal ini yang nantinya
dapat dijadikan modal besar untuk menjadi prasyarat model inovasi
pelayanan desa.
Jumlah desa di Indonesia saat ini mencapai 74.093 desa.
Berdasarkan peta persebaran desa di Indonesia, desa di Indonesia
terdiri dari23:
1. Desa Sangat Terbelakang: disadvantage village, akses terkait
public service rendah.
2. Desa yang Sedang Berkembang: desa yang mulai meninggalkan
keterbelakangan menuju desa mandiri.
3. Desa Mandiri: desa yang mampu mengelola sendiri, adanya
aktivitas ekonomi untuk menopang masyarakat desa.
23 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan
Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,
disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local
Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tanggal 8 September 2015
S
20 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Gambar berikut ini mendeskripsikan peta sebaran desa
menurut provinsi di Indonesia. Nampak bahwa jumlah desa di Pulau
Jawa lebih banyak dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia.
Gambar 9
Peta Sebaran Desa Per Provinsi24
Gambar tersebut mengindikasikan gambaran persebaran desa-
desa di Indonesia. Jumlah desa di Pulau Jawa lebih banyak
dibandingkan dengan desa-desa di tempat lain. Lebih kurang 22.000
jumlah desa di Pulau Jawa dengan luas Pulau Jawa yang lebih kecil
dibandingkan 4 (empat) pulau besar yang lain. Sehingga bisa
dibayangkan padatnya Pulau Jawa dibandingkan dengan pulau yang
lain.
24 Ibid
Desa Sangat Terbelakang
Desa yang Sedang
BerkembangDesa Mandiri
Gambar 8 Klasifikasi Desa
21 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Penyebaran dari skala nasional juga bisa terlihat dari
prosentase desa mandiri dan berkembang lebih banyak di Pulau Jawa
dan Bali (seperti gambar di bawah ini). Sedangkan desa tertinggal
lebih banyak di Provinsi Papua yaitu mencapai 91 % dari total desa di
Provinsi Papua.
Gambar 10: Kondisi Desa-desa Nasional per Provinsi25
Gambar 11: Peta Sebaran Kondisi Desa Berdasarkan Indeks
Pembangunan Desa Tahun 201426
25 Ibid 26 Ibid
22 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Desa sebagai struktur organisasi
pemerintahan paling rendah di Indonesia
memegang peranan dasar bagi pelayanan
publik langsung kepada masyarakat. Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
menyebutkan beberapa hal terkait dengan
pelayanan, diantaranya Pasal 4 butir f yang
menyatakan bahwa pengaturan desa
bertujuan meningkatkan pelayanan publik
bagi warga masyarakat desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan
umum; Pasal 7 ayat (3) butir c tentang
penataan desa dimaksudkan untuk
mempercepat proses pelayanan publik,
selanjutnya Pasal 67 ayat (2) butir e bahwa
desa berkewajiban memberikan dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
desa, juga Pasal 68 ayat (1) butir b bahwa
masyarakat desa berhak memperoleh
pelayanan yang sama dan adil.
Pelayanan desa terdiri dari pelayanan
yang bersifat administratif dan pelayanan non
administratif. Pelayanan yang bersifat
administratif terdiri dari: 1) Administrasi
Umum; 2) Administrasi Penduduk; 3)
Administrasi Keuangan; 4) Administrasi
Pembangunan; 5) Administrasi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD); dan 6)
Administrasi lainnya27.
27 Tony Murdiyanto Hidayat, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis
Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa, Pusat Inovasi Pelayanan
Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus
2015.
Gambaran
Pelayanan
Administratif
Desa
PADMA adalah
Pelayanan
Administrasi
Terpadu Tingkat
Desa di
Kabupaten
Sragen.
23 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Jenis Pelayanan Administratif Desa
Pada bagian lain, pelayanan administratif di
desa terdiri dari Surat Pengantar KTP (baru dan
perpanjangan); Kartu Keluarga (baru atau
perubahan); Surat Keterangan Domisili; Domisili
Haji; Surat Pengantar Surat Keterangan Catatan
Kepolisian; Pengantar Surat Pindah/Datang;
Pengantar Surat Keterangan Tidak Mampu; Surat
Pengantar Nikah/Cerai; Pengantar Surat
Keterangan Kelahiran/Kematian; Surat Pengantar
Mutasi PBB; Surat Pengantar Keterangan Usaha;
Surat Pengantar Keterangan Waris; dll28.
Pelayanan non administratif dalam
pemerintahan desa terkait dalam pemberdayaan
masyarakat yang dibreakdrown ke dalam kegiatan
dan program, diantaranya29:
28 Hasil visitasi dan elaborasi dari berbagai sumber di Desa Lambang Sari
Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi; Desa Lebo Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo; Desa Masangan Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan,
Kelurahan Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; dan Kelurahan
Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. 29 Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu
Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi
Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31
Agustus 2015.
1. Administrasi Umum
2. Administrasi Penduduk
3. Administrasi Keuangan
4. Administrasi Pembangunan
5. Administrasi Badan
Permusyawaratan Desa
6. Administrasi Lainnya
Gambaran
Pelayanan Non
Administratif
Desa
24 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
1. Bidang Pendidikan: adanya sekolah
PAUD, TPA
2. Kesehatan Masyarakat: Desa Siaga,
Posyandu, Jamban Bergulir, Sarana
Air Bersih
3. Ekonomi Masyarakat: adanya BUM
Des sarana air bersih, simpan pinjam perempuan (SPP), dan Pasar
Desa
4. Partisipasi Masyarakat, ada dua (2) program unggulan desa
Sukamanah yang bisa dijadikan model untuk desa yang lain yaitu:
a. Program Geser (Gerakan Sebungkus Rokok) yaitu suatu
program yang dilaksanakan dari menyisihkan uang senilai
sebungkus rokok untuk membiayai pembangunan solokan
pasar di Pasar Pasir senilai ± 40 juta rupiah;
b. Program Gemar Membangun yaitu program gotong royong yang
dilaksanakan masyarakat dalam membangun irigasi solokan
Ciberok sehingga terkumpul dana sebesar ± 90 juta rupiah
5. Lembaga Kemasyarakatan: Karang Taruna, Kelompok Tani
6. Keamanan dan Ketertiban: adanya Poskamdes dan Poskamling
7. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Jenis Pelayanan Non Administratif
Bidang Pendidikan
Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang Ekonomi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat
Lembaga Kemasyarakatan
Keamanan dan Ketertiban
Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga
Rapat Desa Cikawung
25 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Permasalahan Pelayanan Publik Di Desa
embangunan antar desa di Indonesia belum merata. Terbukti
masih adanya desa dalam status desa tertinggal, desa yang
sedang berkembang, sampai dengan desa mandiri. Gradasi
klasifikasi desa tersebut sangat terlihat. Beberapa hal yang
mendasarinya adalah karena masih adanya beberapa isu strategis
dalam pembangunan desa. Isu strategis tersebut diantaranya30:
1. Masih tingginya keterisolasian daerah perdesaan;
2. Keterbatasan ketersediaan pelayanan umum dan pelayanan dasar
minimum di perdesaan;
3. Masih rendahnya ketersediaan infrastruktur pendukung
produktivitas perdesaan;
4. Kemiskinan, pengangguran, dan kerentanan ekonomi masyarakat
desa;
5. Berkurangnya lahan usaha untuk kemandirian desa;
6. Kerentanan sumber daya alam dan lingkungan hidup perdesaan;
7. Belum optimalnya peran kelembagaan desa dalam perencanaan
dan pembangunan desa;
8. IPD mengklasifikasikan jumlah desa tertinggal sebanyak 19.944
desa (26,92 %), desa berkembang sebanyak 51.127 desa (69 %),
dan desa mandiri sebanyak 3.022 desa (4,08 %).
Isu strategis dimaksud tentunya juga berkontribusi terhadap
pemberian pelayanan desa, terutama pelayanan publik kepada
masyarakat desa, apalagi dengan cairnya dana desa yang jumlahnya
besar. Beberapa permasalahan pelayanan publik yang dihadapi oleh
pemerintahan desa antara lain31:
1. Sebagian besar bahkan hampir seluruh pelayanan publik di desa
berupa pemberian rekomendasi (pengantar) yang proses
30 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan
Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,
disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local
Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tanggal 8 September 2015 31 Dielaborasi dari berbagai sumber oleh Pusat Inovasi Pelayanan Publik. 2015.
P
26 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
penyelesaiannya berada pada tingkat kecamatan dan dinas
terkait. Hasil visitasi ke Desa Lambang Sari, Desa Masangan, dan
Desa Lebo menyebutkan bahwa tidak ada pelayanan publik yang
selesai di desa, sifatnya hanya sebagai pengantar. Misalnya
pengantar pembuatan KTP, KK, ijin usaha, surat keterangan
kelahiran, dan lain-lain.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persyaratan
administratif dalam pengurusan kegiatan tertentu, misalnya dalam
pembuatan KTP. Padahal persyaratan tersebut sudah
terinformasikan di Ketua RT masing-masing atau bahkan
terpasang di Balai Desa, misal di Desa Masangan. Terkadang juga
masyarakat enggan untuk mengurus sendiri karena birokrasi yang
panjang dan bertele-tele, sehingga memakan waktu yang lama.
3. Masih banyaknya administrasi desa yang bersifat manual, belum
di-back up dengan teknologi informasi. Beberapa tempat masih
mengandalkan administrasi menggunakan buku atau tulisan di
papan sehingga belum terdokumentasikan dengan baik, misalnya
di Desa Lambang Sari dan Desa Masangan.
4. Sulitnya mengakomodir seluruh keinginan masyarakat. Program
pemberdayaan masyarakat dengan anggaran yang besar, maka
memunculkan banyaknya tarik ulur dalam penentuan program,
sehingga akan ada keinginan masyarakat yang tidak terakomodir.
5. Keterbatasan sarana dan prasarana desa. Keterbatasan ini yang
memunculkan minimnya sarana prasarana pelayanan publik yang
ditujukan untuk masyarakat desa.
6. Rendahnya kapasitas SDM kepala desa dan perangkat desa.
Kompetensi kepala desa menjadi ujung tombak maju atau
mundurnya sebuah desa. Permasalahan di sini adalah masih
jarangnya kepala desa yang kompeten32. Sebagai informasi awal,
gambaran mengenai kualitas SDM aparatur desa dari sisi tingkat
pendidikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
32 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
disampaikan dalam Diskusi Terbatas “Pengelolaan Dana Desa” yang
diselenggarakan oleh Pusat Inovasi Tata Pemerintahan, Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia, 9 Juli 2015
27 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Gambar 12
SDM Kepala Desa/Lurah dari Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin,
dan Umur33
Data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi tersebut di atas memberikan informasi bahwa dari
sisi tingkat pendidikan, ada sebanyak 829 kepala desa/lurah yang
tidak pernah sekolah. Ini menjadi fakta yang tidak bisa terelakkan.
Kemungkinan besar kepala desa/lurah yang bersangkutan bisa
memimpin tetapi dari sisi kecakapan dalam administratif lain,
kemampuan menghasilkan ide-ide tentu akan berbeda dengan
kepala desa yang berpendidikan minimal SMP atau sederajat
sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 112 Tahun
2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.
Menjadi pekerjaan rumah bersama untuk Membangun
Indonesia dari Pinggiran bahwa penguatan kapasitas dan
kelembagaan di tingkat desa dalam peningkatan kualitas pelayanan
publik di desa. Tugas pendamping desa dalam pemanfaatan dana
desa utamanya bagi pelayanan desa juga dipentingkan agar
pelayanan di tingkat desa menjadi lebih optimal.
33 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia: Perubahan
Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang Desa,
disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local
Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tanggal 8 September 2015
28 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Menuju Model Inovasi Pelayanan Desa
ntuk mengembangkan Inovasi Pelayanan Desa, banyak hal
perlu dipertimbangkan. Misalnya dari segi kelembagaan,
apakah desa akan menjadi UPT pelayanan publik di daerah
atau tidak. Untuk itu, perlu banyak pembenahan diantaranya: 1)
Kebutuhan untuk mengeluarkan Peraturan Bupati tentang
pelimpahan wewenang kepala desa; 2) Penguatan Sumber Daya
Manusia, Anggaran, Sarana Prasarana Desa; 3) Mekanisme
Koordinasi hubungan kerja tentang pemberian layanan sendiri
tentang SKPD terkait; 4) Identifikasi pelayanan yang sudah ada di
desa yang akan diperkuat, bukan sekedar pengantar/rekomendasi34.
Selama ini kita menjumpai tantangan bahwa belum adanya model
inovasi pelayanan desa.
Tri Widodo menyampaikan bahwa ada wacana untuk
mengembangkan model inovasi pelayanan desa dalam bentuk desa
tematik. Dengan adanya desa tematik tersebut, pelayanan desa akan
terdorong dengan sendirinya. Misal Desa Wisata Pulesari yaitu desa
wisata dengan basis tanaman salak. Untuk perwujudan desa tematik
ini tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan karena
perlunya sinergitas antar stakeholders. Misalnya Dinas Pertanian
untuk mendorong salak sebagai media edukasi; Dinas Perdagangan,
Perindustrian, Koperasi dan UKM untuk membuat inovasi makanan
olahan dari salak misalnya dijadikan jus, keripik, selai, dan
sebagainya; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk
pengembangan food court, dan sebagainya.
Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Kedeputian Inovasi
Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia mencoba memberikan ide inovasi bagi pelayanan publik
pemerintahan desa agar mampu mengembangkan model inovasi
pelayanan desa yang diharapkan.
34 Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi
Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik, Jakarta: 31 Agustus 2015.
U
29 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
1. Delivery pelayanan dengan one stop service.
Pelayanan terpadu satu pintu telah diamanatkan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Dalam Undang-Undang ini dikhususkan untuk pelayanan perijinan
dan non perijinan. Dalam hal pelayanan desa, kita berusaha
mengadopsi sistem pelayanan terpadu satu pintu.
PTSP bertujuan 1) memberikan perlindungan dan kepastian
hukum kepada masyarakat; 2) memperpendek proses pelayanan; 3)
Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah,
transparan, pasti, dan terjangkau; dan 4) Mendekatkan dan
memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat. PTSP
dilaksanakan dengan prinsip: keterpaduan, ekonomis, koordinasi,
pendelegasian atau pelimpahan wewenang, akuntabilitas, dan
aksesibilitas35.
2. Delivery informasi desa ke dalam domain nasional desa.id.
Gerakan Desa Membangun (GDM) merupakan gerakan kolektif
desa—pemerintah desa dan masyarakat desa—untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam aktivitas tata kelola
sumberdaya dan pelayanan publik di desa. UU No 6 Tahun 2014 telah
memberikan kewenangan besar pada desa dalam bentuk wewenang
berdasar hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Untuk
melaksanakan kewenangannya, pemerintah desa wajib
memiliki Sistem Informasi Desa yang menjamin rencana dan
pelaksanaan pembangunan desa dapat dipantau oleh masyarakat
desa.
Program desa.id dibuat dengan program seramah mungkin
kepada pengguna pelayanan. Pelayanan ini dapat diakses melalui
telepon pintar (smartphone). Aplikasi desa.id ini memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
a. Menyebarluaskan isu-isu pedesaan;
b. Mempromosikan potensi dan produk unggulan desa;
35 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal 2 dan 3.
30 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
c. Pemerintah desa mampu mengambil kebijakan
dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes) maupun
Surat Keputusan Kepala Desa (SK Kades) secara
tepat karena merujuk basis data sumber daya
yang akurat;
d. Menyelenggarakan pelayanan publik terutama
pelayanan administrasi secara prima;
e. Melaksanakan keterbukaan informasi publik (KIP);
f. Memantau rencana dan pelaksanaan
pembangunan desa melalui sistem informasi
desa;
g. Aplikasi/sistem yang mendukung pengelolaan
informasi dan penyelenggaraan pelayanan publik
yang berjalan dalam platform telepon pintar
(smartphone)
Beberapa desa di Indonesia telah
menggunakan media komunikasi untuk mendukung
komunikasi dan pertukaran informasi antar desa
dengan jarak geografis sangat jauh. Penyebarluasan
konten desa melalui web ini mampu mengangkat
peristiwa dan potensi desa ke ruang publik bahkan
menjadi diskursus baru dalam tata kelola desa,
seperti:
a. Desa Mandalamekar (mandalamekar.desa.id di
Tasikmalaya),
b. Desa Melung (melung.desa.id di Banyumas),
c. Desa Ciburial (ciburial.desa.id Bandung),
d. Desa Garawastu (garawastu.desa.id di
Majalengka),
e. Desa Panjalu (panjalu.desa.id di Ciamis),
f. Desa Harapan Jaya (harapanjaya.desa.id di
Indragiri Hilir),
g. Desa Hanura (hanura.desa.id di Pesawaran),
h. Desa Ciendeur (ciendeur.desa.id di Cianjur), dan
i. Gampong Cot Baroh (gampongcotbaroh.desa.id di
Pidie).
Desa
Mandalamekar
Desa Melung
Desa Ciburial
Desa Garawastu
Desa Harapan Jaya
DESA.ID
31 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Selain ditampilkan dalam desa.id tersebut, informasi
desa juga ditampilkan dalam lobi balai desa secara
elektronik. Harapan ke depan, sistem pelayanan publik akan
terkoneksi secara online di 3500 desa36.
Di sisi lain, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi telah meluncurkan website desa
online melalui situs indonesiamembangun.id pada bulan
Desember 2014. Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi
menyatakan bahwa di era modern yang serba memanfaatkan
kecanggihan teknologi seperti dewasa ini, potensi desa sudah
selayaknya dipublikasikan melalui website dengan jaringan
online di 5000 desa. Hal ini sejalan dengan agenda prioritas
pembangunan dalam konsep Nawa Cita Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yakni membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan Desa dalam kerangka Negara kesatuan. Dengan
tersedianya fasilitas sistem informasi Desa online, maka akan
terjadi sistem checks and balances dalam aspek tata kelola
Desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan. Pemerintah desa wajib menginformasikan
perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan, termasuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) kepada
masyarakat desa melalui layanan informasi umum dan
melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1
(satu) tahun sekali37.
3. Peningkatan kualitas SDM Aparatur Desa
Peningkatan kualitas pelayanan publik tentu saja harus
diiringi dengan peningkatan kualitas SDM aparatur desa, baik
36 Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun Indonesia:
Perubahan Paradigmatik Perspektif Pembangunan Dalam Undang-Undang
Desa, disampaikan dalam Seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan
Local Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia, tanggal 8 September 2015 37 Disarikan dari http://www.beritasatu.com/kesra/233582-dorong-egoverment-
desa-marwan-luncurkan-desa-online.html diakses tanggal 7 Oktober 2015 pukul
10.35 WIB.
Desa Cieundeur
Desa Hanura
Gampong Cot
Baroh
Pada saat ditelusuri
tanggal 22
Desember 2015 jam
11.05 a.m. Desa
Panjalu dengan
alamat
panjalu.desa.id
tidak dapat diakses.
DESA.ID
32 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
dari kepala desa maupun dari perangkat desanya. Hipotesis awalnya,
semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak program kreatif
dan inovatif yang mampu dihasilkan. Outcomenya semakin tinggi
kualitas pelayanan yang dihasilkan.
Peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintahan desa dapat
dilakukan melalui Bimbingan Teknis ataupun pendampingan.
Pendampingan desa sebagaimana yang diprogramkan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tahun ini
masih dalam tahapan pendaftaran tenaga pendamping secara
online38. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Pendampingan Desa, bahwa pendampingan desa adalah kegiatan
untuk melakukan tindakan pemberdayaan masyarakat melalui
asistensi, pengorganisasian, pengarahan, dan fasilitasi desa.
Harapannya untuk masa yang akan datang, desa memiliki tenaga
yang ahli di bidang teknologi informasi, penganggaran, dan
administrasi lainnya. Tantangan ke depan semakin tinggi sehingga
membutuhkan kreativitas dan keaktifan untuk berinovasi dalam
mengembangkan dirinya sendiri.
Pusdiklat Kemendagri
Regional Yogyakarta pada
tahun 2015 membuat sebuah
model inovasi bidang diklat
yaitu mobile training dimana
tenaga pengajar dan
penyelenggara mendatangi
desa39. Diklat langsung
praktek di lapangan. Metode
ini bisa membantu
meningkatkan kualitas SDM
aparatur desa dengan cakupan
peserta yang lebih banyak.
38 http://pendamping.kemendesa.go.id/ 39 Suroyo, Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta, Proyek Perubahan
“Percepatan Pencapaian Cakupan Peserta Diklat Melalui Penyelenggaraan Diklat
Model Mobile Training di Pusdiklat Kementerian Dalam Negeri Regional
Yogyakarta” (hasil validasi).
33 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Mobile training ini diharapkan dapat menjangkau seluruh desa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kearifan Lokal Masyarakat Desa
Kearifan lokal merupakan suatu bentuk
warisan budaya Indonesia. Kearifan lokal
terbentuk sebagai proses interaksi antara
manusia dengan lingkungannya dalam rangka
memenuhi berbagai kebutuhannya. Proses-
proses terbentuknya kearifan lokal sangat
bergantung kepada potensi sumberdaya alam
dan lingkungan serta dipengaruhi oleh
pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat
setempat terhadap alam dan lingkungannya.
Kearifan lokal berbeda-beda di setiap
daerah dan di dalamnya terkandung berbagai
norma dan nilai religius tertentu. Namun pada
dasarnya proses kearifan lokal berjalan selaras dengan alam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Edmund Woga bahwa secara substantif,
kearifan lokal berorientasi pada keseimbangan dan harmoni
manusia, alam, dan budaya; kelestarian dan keragaman alam dan
kultur; konservasi sumberdaya alam dan warisan budaya;
penghematan sumberdaya yang bernilai ekonomi; moralitas dan
spiritualitas40.
5. Dynamic database warga desa
Pengelolaan database warga desa dilakukan secara dinamis,
akurat, cepat, dan akuntabel. Misalnya data mengenai kelahiran
maupun kematian, dengan memasukkan NIK dapat terlacak dengan
baik. Hal ini merupakan persyaratan mendasar karena akan
berimplikasi pada alur pelayanan lain yang dibutuhkan oleh warga,
misalnya untuk pembuatan KTP, surat keterangan tidak mampu,
surat pengantar persyaratan pendirian usaha dan lain sebagainya.
40 https://fikafatiaqandhi.wordpress.com/2012/05/07/pentingnya-kearifan-lokal-
masyarakat-dalam-pengelolaan-sumberdaya-alam-dan-lingkungan-di-pedesaan/
34 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Pengarusutamaan e-government melalui pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pemberian pelayanan
publik ini menjadi kunci penentu keberhasilan pelayanan publik ke
depan. Sehingga
diharapkan dengan sistem
yang baik akan
memunculkan kinerja
organisasi pelayanan publik
yang lebih baik.
Prasyarat ini yang
nantinya akan menjadi
model inovasi pelayanan
desa sehingga di masa yang
akan datang akan
membentuk sebuah pola
hubungan dalam model inovasi pelayanan desa yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 13
Pola Hubungan Pelayanan Desa yang diharapkan
•Membawa kelengkapan administratif
Masyarakat Desa
•KTP
•Kartu Keluarga
•Akte Kelahiran
•Surat Keterangan Tidak Mampu
•Surat Keterangan Domisili
•Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah
•Surat Keterangan Kematian
•Ijin Keramaian
•Ijin HO
Kantor Desa (Pelayanan Selesai
di Desa)
35 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Model Inovasi Pelayanan Desa
odel inovasi pelayanan desa yang diharapkan untuk masa
yang akan datang adalah pelayanan yang cepat, efisien,
mudah, dan murah. Diharapkan kemandirian desa di masa
yang akan datang akan bisa melahirkan kemandirian
dalam pelayanan di desa tidak hanya sebatas pemberian pengantar,
meskipun ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Model inovasi
pelayanan desa yang diharapkan dalam paper ini adalah
mendekatkan pelayanan desa dari pelayanan desa yang hanya
bersifat pengantar menjadi pelayanan yang sifatnya langsung
diterima oleh warga masyarakat.
Tim Pusat Inovasi Pelayanan Publik berupaya mengidentifikasi
beberapa jenis pelayanan administratif yang nantinya bisa
diselesaikan di tingkat desa meliputi Pelayanan Pembuatan KTP, KK,
Akte Kelahiran, Surat Keterangan Tidak Mampu, Surat Keterangan
Domisili, Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah, Surat Keterangan
Kematian, Ijin Keramaian, dan Ijin HO. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan prasyarat menuju kemandirian desa dalam pelayanan
publik dapat dideskripsikan dalam beberapa jenis pelayanan sebagai
berikut:
1. Pelayanan Administratif
a. Pelayanan KTP dan Kartu Keluarga
Dalam pemberian
pelayanan KTP (baru atau
perpanjangan) dan Kartu
Keluarga (KK),
persyaratan yang harus
dipenuhi adalah surat
pengantar dari RT dan RW,
KTP lama, dan KK lama.
Sudah adanya data kependudukkan tersentral di server
Kementerian Dalam Negeri sangat memungkinkan jika akan
diberikan pelayanan KTP dan KK secara langsung di tingkat
desa. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah ketersediaan
M
36 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
jaringan internet dan SDM aparatur desa yang menguasai
teknologi informasi.
b. Pelayanan Akte Kelahiran
Pemberian pelayanan pembuatan
akte kelahiran dapat dilaksanakan di
tingkat desa. Persyaratan yang harus
dipenuhi adalah surat keterangan
lahir dari bidan/dokter/Rumah Sakit,
pengantar RT dan RW, serta adanya
saksi dari warga sekitar. Integrasi
dari sistem kependudukan ini yang
memungkinkan adanya data yang
menyeluruh sehingga pelayanan
pembuatan akte kelahiran di tingkat
desa menjadi dimungkinkan.
c. Pelayanan Pemberian Surat Keterangan Tidak Mampu
Pemberian surat keterangan tidak
mampu dapat dilaksanakan
dengan syarat adanya pengantar
dari RT dan RW. Surat ini bisa
menjadi rujukan untuk berobat ke
rumah sakit, pencarian beasiswa
pendidikan, dll. Integritas RT dan
RW diperlukan agar sistem ini bisa
berjalan dengan baik.
37 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
d. Pelayanan Pemberian Surat Keterangan Domisili
Pemberian pelayanan surat
keterangan domisili dapat
dilaksanakan dengan
prasyarat yaitu lamanya
berdomisili di tempat
tersebut, keterangan
pengantar dari RT dan RW
setempat.
e. Pelayanan Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah
Pernyataan Sudah/Belum Menikah ke depannya cukup sampai
dengan tingkat desa. Saksi dari keluarga, warga sekitar,
maupun RT dan RW menjadi kunci bagi pelayanan pemberian
Surat Keterangan Sudah/Belum Menikah.
38 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
f. Pelayanan Surat Keterangan Kematian
Pemberian surat pernyataan
keterangan kematian dari desa
setelah mendapat visum kepastian
dari dokter, surat pengantar dari RT
dan RW serta menyertakan Kartu
Keluarga. Surat keterangan kematian
ini dapat digunakan sebagai bahan
pengantar untuk pengurusan Pensiun
bagi PNS, pengurusan klaim
asuransi, dan sebagai dasar
pembagian waris (jika diperlukan).
g. Ijin Keramaian
Selama ini, proses ijin keramaian sampai dengan tingkat
kecamatan dan polsek. Ke depannya jika skala keramaian
hanya lokal desa cukup ijin dari desa dengan persetujuan dari
kepolisian yang berada di tingkat desa. Namun, alasan
penyelenggaraan ijin harus jelas disertakan.
h. Ijin HO (Hinder Ordonantie atau Ijin Gangguan)
Pemberian ijin HO dapat diselesaikan pada tingkat desa untuk
kegiatan industri yang sifatnya kecil, dengan syarat ada
pengantar dari RT/RW, fotokopi surat tanah, NPWP, akte
pendirian, tanda pelunasan PBB, serta pernyataan tidak
berkeberatan dari tetangga. Persyaratan lain yang harus
dilakukan adalah tidak mencemari lingkungan sekitar kawasan
industri.
2. Pelayanan Non Administratif
Pelayanan desa yang bersifat non administratif lebih kepada
pelayanan desa yang bersifat pemberdayaan masyarakat.
Pelayanan pemberdayaan masyarakat ini meliputi beberapa
bidang yaitu bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi
masyarakat, kemasyarakatan, serta bidang keamanan dan
ketertiban. Masing-masing bidang mengurusi berbagai pelayanan
tertentu.
39 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
a. Pelayanan Bidang Pendidikan
Pelayanan yang memungkinkan di bidang pendidikan
misalnya pendirian sekolah PAUD, TPA. Di Jepang, desa
mempunyai otonomi untuk mengatur sekolah dari tingkat SMP,
SD, TK, dan PAUD41. Di Indonesia, walaupun tidak setinggi di
Jepang, bisa mengadopsi untuk mengelola pendidikan sampai
dengan tingkat SD.
b. Pelayanan Bidang Kesehatan
Pelayanan bidang kesehatan masyarakat di desa dapat
berupa desa siaga, posyandu, jamban bergulir, penyediaan
sarana air bersih, dan bidan desa. Sistem kesehatan
masyarakat di Jepang terintegrasi dengan sangat baik dan lebih
mengutamakan aspek promotif dan preventif; Fungsi
kelembagaan pemerintah dan kelembagaan masyarakat
dimaksimalkan; Pendidikan Perilaku Hidup Sehat dimulai sejak
usia sekolah; Pembagian tugas dan fungsi terkait petugas
kesehatan sangat tegas dan jelas; dan Masyarakat Desa mudah
mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan medis yang
berkualitas42. Ke depan, Indonesia dapat mengadopsi sistem
kesehatan masyarakat seperti pola di Jepang tersebut.
c. Pelayanan Bidang Ekonomi Masyarakat
Penguatan pelayanan pada bidang ekonomi masyarakat
dapat dilakukan dengan pengadaan Badan Usaha Milik Desa,
koperasi simpan pinjam desa, dan pasar desa. Negara Brunei
Darussalam memperkuat kelembagaan ekonomi desa dengan
menciptakan semboyan one village one product. Jika Indonesia
bisa mengadopsi inovasi tersebut, maka kemajuan ekonomi
masyarakat dapat meningkat. Hal ini tentu saja mendukung
program Nasional 1000 Desa Inovasi dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
41 Hiroshi Inamaya dalam seminar Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local
Administration Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tanggal 8 September 2015 42 Drs. Haryamin, Apt, M.Kes dalam
http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/003/news/general/120704.
html
40 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
d. Pelayanan Bidang Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban
Inovasi pelayanan bidang kemasyarakatan, keamanan
dan ketetiban diantaranya lebih menggiatkan karang taruna,
arisan warga, program pertahanan sipil (Hansip), siskamling,
dan sebagainya. Apalagi jika ingin mengeluarkan ijin keramaian
tingkat desa, maka inovasi dalam bidang keamanan dan
ketetiban ini menjadi tulang punggung utama.
Penutup
esa dengan beberapa fenomena di dalamnya, sudah
saatnya mempunyai kewenangan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat langsung. Apalagi dengan
adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa
dimana ada keleluasaan otonomi desa berdasarkan kewenangan hak
asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa. Otonomi desa ini yang
dapat memunculkan beberapa model pelayanan yang dapat diinisiasi
langsung oleh desa sehingga akan memunculkan kemandirian desa.
Pelayanan desa yang selama ini sebagian besar dan bahkan
seluruhnya hanya bersifat pengantar saja sehingga ke depan
diupayakan agar ditingkatkan kualitasnya. Hal ini dibarengi dengan
peningkatan kapasitas internal baik dari sisi SDM aparatur maupun
prasarana pendukungnya, misalnya dengan memperkaya content IT
dalam pelaksanaan pekerjaan di pemerintahan desa. Pada akhirnya,
kemandirian nasional yang dicita-citakan oleh negara dapat terwujud
dari pinggiran. Akhirnya, Membangun Indonesia dari pinggiran dapat
terwujud.
D
41 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto dalam Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Republik Indonesia 2006. “Strategi Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik”.
Amir Hamzah, Yayasan Layung Fajar Indonesia, “Peningkatan
Pelayanan Kepada Masyarakat Desa” disampaikan dalam
Diskusi Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik
Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 2015
Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, “Desa Membangun
Indonesia: Perubahan Paradigmatik Perspektif Pembangunan
Dalam Undang-Undang Desa”, disampaikan dalam Seminar
Indonesia – Jepang: Indonesia – Japan Local Administration
Seminar, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,
tanggal 8 September 2015
Basseng, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa Pusat Inovasi
Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.
Damayani Tyastianti, “Strategi Pengembangan Standar Pelayanan
Desa” disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model
Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik,
Jakarta: 31 Agustus 2015.
Hiroshi Inamaya dalam seminar Indonesia – Jepang: Indonesia –
Japan Local Administration Seminar, Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia, tanggal 8 September 2015
Ismail, Kepala Desa Sukamanah, disampaikan dalam Diskusi
Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik
Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus
2015.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, disampaikan dalam Diskusi Terbatas
“Pengelolaan Dana Desa” yang diselenggarakan oleh Pusat
Inovasi Tata Pemerintahan, Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, 9 Juli 2015
Lisbetty B. Tambunan, dari Dirjen Bina Pemerintahan Desa
Kementerian Dalam Negeri, disampaikan dalam Diskusi
Terbatas Isu Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik
Pemerintahan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga
42 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Administrasi Negara Republik Indonesia tanggal 31 Agustus
2015.
Suroyo, Pusdiklat Kemendagri Regional Yogyakarta, Proyek
Perubahan “Percepatan Pencapaian Cakupan Peserta Diklat
Melalui Penyelenggaraan Diklat Model Mobile Training di
Pusdiklat Kementerian Dalam Negeri Regional Yogyakarta”
(hasil validasi).
Tony Murdiyanto Hidayat, disampaikan dalam Diskusi Terbatas Isu
Strategis Model Inovasi Pelayanan Publik Pemerintahan Desa,
Pusat Inovasi Pelayanan Publik Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia tanggal 31 Agustus 2015.
Tri Widodo Wahyu Utomo dalam Diskusi Terbatas Isu Strategis Model
Inovasi Pelayanan Desa Pusat Inovasi Pelayanan Publik,
Jakarta: 31 Agustus 2015.
Peraturan Perundangan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pasal
2 dan 3.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan
Lokal Berskala Desa
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pedoman Standar Pelayanan
43 Kapita Selekta Model Inovasi Pelayanan Desa – Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Sumber Internet:
Drs. Haryamin, Apt, M.Kes dalam
http://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/003/news
/general/120704.html
https://fikafatiaqandhi.wordpress.com/2012/05/07/pentingnya-
kearifan-lokal-masyarakat-dalam-pengelolaan-sumberdaya-
alam-dan-lingkungan-di-pedesaan/
Disarikan dari http://www.beritasatu.com/kesra/233582-dorong-
egoverment-desa-marwan-luncurkan-desa-online.html diakses
tanggal 7 Oktober 2015 pukul 10.35 WIB.
http://pendamping.kemendesa.go.id/
https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&sour
ce=hp&biw=1011&bih=688&q=kewenangan+desa&oq=kewe
nangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0
.4.4.0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve
1HQ#imgrc=lZfvKBQ5pXfK8M%3A
https://www.google.co.id/search?hl=id&site=imghp&tbm=isch&sour
ce=hp&biw=1011&bih=688&q=kewenangan+desa&oq=kewe
nangan+desa&gs_l=img.3..0i24l8.1331.4660.0.5185.15.11.0
.4.4.0.87.788.11.11.0....0...1ac.1.64.img..0.15.808.hI5nAUve
1HQ#hl=id&tbm=isch&q=pelayanan+desa&imgrc=mwBLmo9Y
BiFY4M%3A
Kunjungan Langsung:
Hasil visitasi dan elaborasi dari berbagai sumber di Desa Lambang
Sari Kecamatan Tambun Utara Kabupaten Bekasi; Desa Lebo
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; Desa Masangan
Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan, Kelurahan Sidokumpul
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo; dan Kelurahan
Kepanjen Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.