Post on 11-May-2019
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAiM
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 78/PMK.06/2014
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
Mengingat
Menetapkan
bahwa dalam rangka menyikapi perkembangan kondisi danpraktik tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)dan meningkatkan iklim investasi serta melaksanakanketentuan Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, perlumenetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata CaraPelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara;
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Repubik Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,Tambahan Lembaran Negara Repubik IndonesiaNomor 5533);
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian NegaraSerta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon IKementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 25);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARAPELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA.
BAB I.
a J
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 2 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN,adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atasbeban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atauberasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang danbertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedomanserta melakukan pengelolaan BMN.
3. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenanganpenggunaan BMN.
4. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja ataupejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untukmenggunakan barang yang berada dalam penguasaannyadengan sebaik-baiknya.
5. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebutKementerian, adalah perangkat pemerintah yangmembidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
6. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara daninstansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untukmelaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945atau peraturan perundang-undangan lainnya.
7. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yangbertanggung jawab atas penggunaan BMN padaKementerian/Lembaga yang bersangkutan.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal di lingkunganKementerian Keuangan yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pengelolaan BMN.
9. Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidakdigunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMNdengan tidak mengubah status kepemilikan.
10. Sewa
&
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
10. Sewa adalah pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalamjangka waktu tertentu dan menerima imbalan uangtunai.
11. Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang dariPemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam jangkawaktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelahjangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembalikepada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
12. Kerja Sama Pemanfaatan, yang selanjutnya disingkatKSP, adalah pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalamjangka waktu tertentu dalam rangka peningkatanpenerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaanlainnya.
13. Bangun Guna Serah, yang selanjutnya disingkat BGS,adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak laindengan cara mendirikan bangunan dan/atau saranaberikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihaklain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telahdisepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanahbeserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnyasetelah berakhirnya jangka waktu.
14. Bangun Serah Guna, yang selanjutnya disingkat BSG,adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak laindengan cara mendirikan bangunan dan/atau saranaberikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannyadiserahkan untuk didayagunakan oleh pihak laintersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
15. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, yang selanjutnyadisingkat KSPI, adalah kerja sama antara pemerintah danbadan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktursesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Tender Pemanfaatan BMN, yang selanjutnya disebutTender, adalah pemilihan mitra guna pengalokasian hakpemanfaatan BMN melalui penawaran secara tertulisuntuk memperoleh penawaran tertinggi.
17. Penilai adalah pihak yang melakukan Penilaian secaraindependen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
18. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikansuatu opini nilai atas suatu objek Penilaian berupa BMNpada saat tertentu.
19. Pihak Lain adalah pihak-pihak selain Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Bagian -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedomanbagi Pengelola Barang dan Pengguna Barang/KuasaPengguna Barang dalam pelaksanaan Pemanfaatan BMN.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk terselenggaranyaPemanfaatan BMN yang tertib, terarah, adil, danakuntabel guna mewujudkan pengelolaan BMN yangefisien, efektif, dan optimal.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini mengatur tata carapelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada padaPengelola Barang dan Pengguna Barang.
(2) Pengaturan tata cara pelaksanaan Pemanfaatan BMNsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pihak pelaksana Pemanfaatan;
b. objek Pemanfaatan;
c jangka waktu Pemanfaatan;
d. penerimaan negara dari hasil Pemanfaatan;e. tata cara pelaksanaan Sewa, Pinjam Pakai, KSP
BGS/BSG, dan KSPI;
f. pengamanan dan pemeliharaan objek Pemanfaatan;g. penatausahaan Pemanfaatan; danh. sanksi.
Bagian Keempat
Prinsip Umum
Pasal 4
(1) Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidakmengganggu pelaksanaan tugas dan "fungsipenyelenggaraan pemerintahan negara.
(2) Pemanfaatan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
(2) Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikankepentingan negara dan kepentingan umum.
(3) Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubahstatus kepemilikan BMN.
(4) BMN yang menjadi objek Pemanfaatan harus ditetapkanstatus penggunaannya oleh Pengelola Barang/PenggunaBarang.
(5) Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biayapelaksanaan yang berkaitan dengan Pemanfaatan BMNdibebankan pada mitra Pemanfaatan.
(6) Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakanpenerimaan negara yang wajib disetorkan seluruhnya kerekening Kas Umum Negara.
(7) BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dilarangdijaminkan atau digadaikan.
Bagian Kelima
Bentuk Pemanfaatan
Pasal 5
Bentuk Pemanfaatan BMN berupa:a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. KSP;
d. BGS/BSG; dan
e. KSPI.
BAB II
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Kesatu
Pengelola Barang
Pasal 6
(1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang memilikikewenangan dan tanggung jawab:
a. menetapkan Pemanfaatan BMN dan perpanjanganjangka waktu Pemanfaatan BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. memberikan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6-
b. memberikan persetujuan atas usulan PemanfaatanBMN atau perpanjangan jangka waktu PemanfaatanBMN dalam bentuk:
1. Sewa;
2. Pinjam Pakai;
3. KSP; dan
4. KSPI,
yang berada pada Pengguna Barang;
c. menetapkan besaran Sewa BMN yang berada padaPengelola Barang;
d. menetapkan formula tarif Sewa BMN;
e. menetapkan besaran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan dari KSP BMN yang berada padaPengelola Barang;
f. memberikan persetujuan besaran kontribusi tetapdan pembagian keuntungan dari KSP BMN yangberada pada Pengguna Barang;
g. menetapkan besaran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan untuk KSP BMN penyediaaninfrastruktur yang berada pada Pengelola Barangoleh Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
h. menerima BMN yang akan dilakukan BGS/BSG dariPengguna Barang;
i. menetapkan besaran kontribusi tahunan dariBGS/BSG dan bagian objek BGS/BSG yangdigunakan untuk tugas dan fungsi PengelolaBarang/Pengguna Barang;
j. menetapkan formula dan/atau besaran pembagiankelebihan keuntungan dari KSPI;
k. menandatangani perjanjian Pemanfaatan BMN yangberada pada Pengelola Barang;
1. melakukan pembinaan, pengawasan danpengendalian atas pelaksanaan Pemanfaatan BMN;
m. melakukan penatausahaan BMN yang dilakukanPemanfaatan BMN;
n. melakukan penatausahaan atas hasil pelaksanaanPemanfaatan BMN;
o. melakukan penyimpanan dan pemeliharaandokumen Pemanfaatan BMN;
p. menetapkan
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-7-
p. menetapkan sanksi dan denda yang timbul dalampelaksanaan Pemanfaatan BMN berupa tanahdan/atau bangunan yang berada pada PengelolaBarang; dan
q. kewenangan dan tanggung jawab lainnya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuanganselaku Pengelola Barang sebagaimana dimaksud padaayat (1) secara fungsional dilaksanakan oleh DirekturJenderal.
(3) Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan dapatmenunjuk pejabat struktural di lingkungan DirektoratJenderal Kekayaan Negara untuk melaksanakankewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksudpada ayat (2).
Bagian Kedua
Pengguna Barang
Pasal 7
(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barangmemiliki kewenangan dan tanggung jawab:
a. mengajukan usulan persetujuan Pemanfaatan BMNdalam bentuk:
1. Sewa;
2. Pinjam Pakai;
3. KSP;
4. BGS/BSG; atau
5. KSPI,
yang berada dalam penguasaannya kepada PengelolaBarang.
b. melakukan Pemanfaatan BMN, setelah mendapatpersetujuan dari Pengelola Barang;
c. menerbitkan keputusan pelaksanaan danmenandatangani perjanjian Sewa, Pinjam Pakai, KSP,atau KSPI BMN yang berada pada Pengguna Barangsetelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang;
d. melakukan pembinaan, pengawasan danpengendalian atas pelaksanaan Pemanfaatan BMNyang berada dalam penguasaannya;
e. melakukan..
*v
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
8 -
e. melakukan penatausahaan BMN yang dimanfaatkanyang berada dalam penguasaannya;
f. melakukan penatausahaan atas hasil PemanfaatanBMN;
g. menyerahkan BMN yang akan dilakukan BGS/BSGkepada Pengelola Barang;
h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaandokumen pelaksanaan Pemanfaatan BMN yangberada dalam penguasaannya; dan
i. menetapkan sanksi dan denda yang timbul dalampelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada dalampenguasaannya.
(2) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barangdapat menunjuk pejabat struktural/fungsional dilingkungannya untuk melaksanakan sebagian wewenangdan tanggung jawab Pengguna Barang sebagaimanadimaksud pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Mitra Pemanfaatan
Pasal 8
(1) Mitra Pemanfaatan meliputi:
a. penyewa, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentukSewa;
b. peminjam pakai, untuk Pemanfaatan BMN dalambentuk Pinjam Pakai;
c. mitra KSP, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentukKSP;
d. mitra BGS/BSG, untuk Pemanfaatan BMN dalambentuk BGS/BSG; dan
e. mitra KSPI, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentukKSPI.
(2) Mitra Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memiliki tanggung jawab:
a. melakukan pembayaran uang Sewa, kontribusi tetapdan pembagian keuntungan KSP, kontribusi tahunanBGS/BSG, atau pembayaran bagian pemerintah ataspembagian kelebihan keuntungan sesuai denganperjanjian Pemanfaatan BMN dan ketentuanperaturan perundang-undangan;
b. menyerahkan.
*-l
c.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-9 -
menyerahkan kepada Pengelola Barang/ PenggunaBarang:
1. bagian kontribusi tetap dan kontribusipembagian keuntungan KSP berupa bangunanbeserta fasilitasnya; atau
2. hasil pelaksanaan BGS/BSG yang digunakansecara langsung untuk penyelenggaraan tugasdan fungsi pemerintahan;
melakukan pengamanan dan pemeliharaan atas BMNyang dilakukan Pemanfaatan dan hasil pelaksanaanPemanfaatan BMN;
d. mengembalikan BMN yang dilakukan Pemanfaatankepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang sesuaikondisi yang diperjanjikan; dan
e. memenuhi kewajiban lainnya yang ditentukan dalamperjanjian Pemanfaatan BMN.
BAB III
PIHAK PELAKSANA DAN OBJEK PEMANFAATAN BMN
Bagian Kesatu
Pihak Pelaksana Pemanfaatan BMN
Pasal 9
Pihak yang dapat melakukan Pemanfaatan BMN:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada PengelolaBarang;
b. Pengguna Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang,untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang.
Bagian Kedua
Objek Pemanfaatan BMN
Pasal 10
(1) Objek Pemanfaatan BMN meliputi:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan,yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
(2) Objek.
^
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 10-
(2) Objek Pemanfaatan BMN berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
(3) Dalam hal objek Pemanfaatan BMN berupa sebagiantanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud padaayat (2), luas tanah dan/atau bangunan yang menjadiobjek Pemanfaatan BMN adalah sebesar luas bagiantanah dan/atau bangunan yang dimanfaatkan.
BAB IV
PEMILIHAN DAN PENETAPAN MITRA PEMANFAATAN BMN
Bagian Kesatu
Prinsip Pemilihan Mitra
Pasal 11
Pemilihan mitra didasarkan pada prinsip-prinsip:a. dilaksanakan secara terbuka;b. sekurang-kurangnya diikuti oleh 3 (tiga) peserta;c. memperoleh manfaat yang optimal bagi Negara;d. dilaksanakan oleh panitia pemilihan yang memiliki
integritas tinggi, handal dan kompeten;e. tertib administrasi; danf. tertib pelaporan.
Bagian Kedua
Pelaksana Pemilihan
Pasal 12
(1) Pelaksana pemilihan mitra Pemanfaatan berupa KSP padaPengelola Barang atau BGS/BSG terdiri atas:
a. Pengelola Barang; dan
b. panitia pemilihan, yang dibentuk oleh PengelolaBarang.
(2) Pelaksana pemilihan mitra Pemanfaatan berupa KSP padaPengguna Barang terdiri atas:
a. Pengguna Barang; dan
b. panitia pemilihan, yang dibentuk oleh PenggunaBarang.
(3) Pengelola Barang/Pengguna Barang dapat membentuktim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaanpemilihan mitra Pemanfaatan.
Bagian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Bagian Ketiga
Mekanisme Pemilihan
Pasal 13
(1) Pemilihan mitra dilakukan melalui Tender.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1), dalam hal objek Pemanfaatan dalam bentuk KSPmerupakan BMN yang bersifat khusus, pemilihan mitradapat dilakukan melalui penunjukan langsung.
(3) BMN yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud padaayat (2) meliputi:
a. BMN yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. barang yang memiliki kompleksitas khusus sepertibandar udara, pelabuhan laut, kilang, instalasitenaga listrik, dan bendungan/waduk;
c. barang yang dikerjasamakan dalam investasi yangberdasarkan perjanjian, hubungan bilateral antarNegara; atau
d. BMN lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.(4) Penunjukan langsung mitra KSP atas BMN yang bersifat
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanoleh Pengguna Barang atas BMN yang berada padaPengguna Barang terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerjatertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Penunjukan langsung mitra KSP atas BMN yang bersifatkhusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanoleh Pengelola Barang atas BMN yang berada padaPengelola Barang terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerjatertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Tugas dan Kewenangan Pengelola Barang/ Pengguna Barang
Pasal 14
(1) Dalam pemilihan mitra Pemanfaatan KSP atau BGS/BSG,Pengelola Barang/Pengguna Barang memiliki tugas dankewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan
'-/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 12 -
a. menetapkan rencana umum pemilihan, termasuktetapi tidak terbatas pada persyaratan peserta calonmitra dan prosedur kerja panitia pemilihan;
b. menetapkan rencana pelaksanaan pemilihan, yangmeliputi:
1. kemampuan keuangan;2. spesifikasi teknis; dan
3. rancangan perjanjian;
c. menetapkan panitia pemilihan;
d. menetapkan jadwal proses pemilihan mitraberdasarkan usulan dari panitia pemilihan;
e. menyelesaikan perselisihan antara peserta calonmitra dengan panitia pemilihan, dalam hal terjadiperbedaan pendapat;
f. membatalkan Tender, dalam hal:
1. pelaksanaan pemilihan tidak sesuai ataumenyimpang dari dokumen pemilihan;
2. pengaduan masyarakat adanya dugaan kolusi,korupsi, nepotisme yang melibatkan panitiapemilihan ternyata terbukti benar;
g. menetapkan mitra; dan
h. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan dokumenpemilihan mitra.
(2) Selain tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dalam hal diperlukan, PengelolaBarang/Pengguna Barang dapat:
a. menetapkan tim pendukung; dan/atau
b. melakukan tugas dan kewenangan lain dalamkedudukannya selaku Pengelola Barang/PenggunaBarang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.
Bagian Kelima
Panitia Pemilihan
Paragraf 1
Keanggotaan
Pasal 15
(1) Panitia pemilihan sekurang-kurangnya terdiri atas ketua,sekretaris, dan anggota.
(2) Keanggotaan
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 13 -
(2) Keanggotaan panitia pemilihan berjumlah gasalditetapkan sesuai kebutuhan, paling sedikit 5 (lima)orang, yang terdiri atas:
a. unsur dari Pengelola Barang dan dapatmengikutsertakan unsur dari unit kerja/instansi lainyang kompeten, untuk pemilihan mitra PemanfaatanKSP BMN pada Pengelola Barang;
b. unsur dari Pengguna Barang dan dapatmengikutsertakan unsur dari unit kerja/instansi lainyang kompeten, untuk pemilihan mitra PemanfaatanKSP BMN pada Pengguna Barang;
c. unsur dari Pengelola Barang dan Pengguna Barang,serta dapat mengikutsertakan unsur dari unitkerja/instansi lain yang kompeten, untuk pemilihanmitra BGS/BSG.
(3) Panitia pemilihan diketuai oleh:
a. unsur dari Pengelola Barang, untuk pemilihan mitraPemanfaatan KSP BMN pada Pengelola Barang atauBGS/BSG;
b. unsur dari Pengguna Barang, untuk pemilihan mitraPemanfaatan KSP BMN pada Pengguna Barang.
(4) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dilarang ditunjukdalam keanggotaan panitia pemilihan.
Paragraf 2
Persyaratan
Pasal 16
(1) Untuk ditetapkan sebagai panitia pemilihan, harusmemenuhi persyaratan:
a. memiliki integritas;
b. memiliki tanggung jawab dan pengetahuan teknisuntuk melaksanakan tugas;
c. memiliki pengetahuan yang memadai di bidangpengelolaan BMN;
d. mampu mengambil keputusan dan bertindak tegas;dan
e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan.
(2) Persyaratan
*i
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 14 -
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bsekurang-kurangnya meliputi:
a. berstatus Pegawai Negeri Sipil/anggota TentaraNasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesiadengan golongan paling rendah II /b atau yang setara;
b. tidak sedang menjalani hukuman disiplin; danc. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok
dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya.
Paragraf 3
Tugas dan Kewenangan
Pasal 17
(1) Tugas dan kewenangan panitia pemilihan meliputi:a. menyusun rencana jadwal proses pemilihan mitra
dan menyampaikannya kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang untuk mendapatkanpenetapan;
b. menetapkan dokumen pemilihan;c. mengumumkan pelaksanaan pemilihan mitra di
media massa nasional dan di websiteKementerian/Lembaga masing-masing;
d. melakukan penelitian kualifikasi peserta calon mitra;e. melakukan evaluasi administrasi dan teknis terhadap
penawaran yang masuk;
f. menyatakan Tender gagal;g. melakukan:
1. Tender dengan peserta calon mitra yang luluskualifikasi;
2. negosiasi dengan calon mitra dalam hal Tendergagal atau pemilihan mitra tidak dilakukanmelalui Tender;
h. mengusulkan calon mitra berdasarkan hasilTender/seleksi langsung/ penunjukan langsungkepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang;
i. menyimpan dokumen asli pemilihan; danj. membuat laporan pertanggungjawaban mengenai
proses dan hasil pemilihan kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang.
(2) Selain.
<?-/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 15-
(2) Selain tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dalam hal diperlukan, panitia pemilihandapat mengusulkan kepada Pengelola Barang/PenggunaBarang:
a. perubahan spesifikasi teknis; dan/atau
b. perubahan materi perjanjian.
Bagian Keenam
Calon Mitra
Pasal 18
(1) Dalam pemilihan mitra yang ditempuh melaluimekanisme Tender, calon mitra Pemanfaatan KSPdan/atau BGS/BSG wajib memenuhi persyaratankualifikasi sebagai berikut:
a. Persyaratan administratif sekurang-kurangnyameliputi:
1. berbentuk badan hukum;
2. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) danmemperoleh Surat Keterangan Fiskal (taxclearance) dari Kantor Pelayanan Pajak setempat;dan
3. menyampaikan dokumen penawaran besertadokumen pendukungnya.
b. Persyaratan teknis sekurang-kurangnya meliputi:1. cakap menurut hukum;
2. tidak masuk dalam daftar hitam pada pengadaanbarang/jasa Pemerintah;
3. memiliki domisili tetap dan alamat yang jelas;4. memiliki keahlian, pengalaman, dan kemampuan
teknis dan manajerial; dan
5. memiliki sumber daya manusia, modal,peralatan dan fasilitas lain yang diperlukandalam pelaksanaan pekerjaan.
(2) Pejabat/pegawai pada Kementerian/Lembaga atau pihakyang memiliki hubungan keluarga, baik dengan PengelolaBarang/Pengguna Barang, tim Pemanfaatan, maupunpanitia pemilihan, sampai dengan derajat ketiga dilarangmenjadi calon mitra.
Bagian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Bagian Ketujuh
Biaya
Pasal 19
(1) Pengelola Barang/Pengguna Barang menyediakan biayauntuk persiapan dan pelaksanaan pemilihan mitra yangdibiayai dari APBN, yang meliputi:a. honorarium personil organisasi pemilihan mitra;b. biaya pengumuman, termasuk biaya pengumuman
ulang;
c. biaya penggandaan dokumen; dand. biaya lainnya yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan pemilihan mitra.
(2) Honorarium personil organisasi pemilihan mitrasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berpedomanpada peraturan perundang-undangan di bidangpenganggaran.
Bagian Kedelapan
Tender
Paragraf 1
Umum
Pasal 20
Tender dilakukan untuk mengalokasikan hak PemanfaatanBMN kepada mitra yang tepat dalam rangka mewujudkanPemanfaatan BMN yang efisien, efektif, dan optimal.
Paragraf 2
Tahapan
Pasal 21
Tahapan Tender meliputi:
a. pengumuman;
b. pengambilan dokumen pemilihan;c. pemasukan dokumen penawaran;d. pembukaan dokumen penawaran;e. penelitian kualifikasi;
f. pemanggilan peserta calon mitra;g. pelaksanaan Tender; dan
h. pengusulan calon mitra.
Paragraf 3
A
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 17 -
Paragraf 3
Pengumuman
Pasal 22
(1) Panitia pemilihan mengumumkan rencana pelaksanaanTender di media massa nasional sekurang-kurangnyamelalui surat kabar harian nasional dan websiteKementerian/Lembaga.
(2) Pengumuman melalui media massa nasional dilakukanpaling sedikit 2 (dua) kali.
(3) Pengumuman sekurang-kurangnya memuat:
a. nama dan alamat Pengelola Barang/PenggunaBarang;
b. identitas BMN objek Pemanfaatan;c. bentuk Pemanfaatan;
d. peruntukan objek Pemanfaatan; dan
e. jadwal dan lokasi pengambilan dokumen pemilihan.
Paragraf 4
Pengambilan Dokumen Pemilihan
Pasal 23
(1) Peserta calon mitra dapat mengambil dokumen pemilihansecara langsung kepada panitia pemilihan dan/ataumengunduh dari website sesuai waktu dan tempat yangditentukan dalam pengumuman.
(2) Panitia pemilihan membuat daftar peserta calon mitrayang melakukan pengambilan dokumen pemilihan.
Paragraf 5
Pemasukan Dokumen Penawaran
Pasal 24
(1) Peserta calon mitra memasukkan dokumen penawarandalam jangka waktu dan sesuai persyaratan sebagaimanaditetapkan dalam dokumen pemilihan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen penawarantermasuk jenis dokumen yang diperlukan, ditetapkan olehPengelola Barang/Pengguna Barang.
Paragraf 6
*/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Paragraf 6
Pembukaan Dokumen Penawaran
Pasal 25
(1) Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secaraterbuka di hadapan peserta calon mitra pada waktu dantempat yang ditentukan dalam dokumen pemilihan.
(2) Pembukaan dokumen penawaran dituangkan dalam beritaacara yang ditandatangani oleh panitia pemilihan dan2 (dua) orang saksi dari peserta calon mitra yang hadir.
Paragraf 7
Penelitian Kualifikasi
Pasal 26
(1) Panitia pemilihan melaksanakan penelitian kualifikasiterhadap peserta calon mitra yang telah mengajukandokumen penawaran secara lengkap, benar, dan tepatwaktu untuk memperoleh mitra yang memenuhikualifikasi dan persyaratan untuk mengikuti TenderPemanfaatan.
(2) Hasil penelitian kualifikasi dituangkan dalam berita acarayang ditandatangani oleh panitia pemilihan.
Paragraf 8
Pemanggilan Peserta Calon Mitra
Pasal 27
Panitia pemilihan melakukan pemanggilan peserta calon mitrayang dinyatakan lulus kualifikasi untuk mengikutipelaksanaan Tender melalui surat tertulis dan/atau suratelektronik (e-mail).
Paragraf 9
Pelaksanaan Tender
Pasal 28
(1) Tender dilakukan untuk mengalokasikan hakPemanfaatan BMN berdasarkan spesifikasi teknis yangtelah ditentukan oleh Pengelola Barang/Pengguna Barangkepada mitra yang tepat dari peserta calon mitra yanglulus kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26ayat(l).
(2) Tender
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 19 -
(2) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sepanjang terdapat paling sedikit 3 (tiga)peserta calon mitra yang memasukkan penawaran.
(3) Hasil Tender dituangkan dalam berita acara yangditandatangani oleh panitia pemilihan dan calon mitraselaku pemenang Tender.
Paragraf10
Pengusulan dan Penetapan Mitra Pemanfaatan
Pasal 29
(1) Pengusulan pemenang Tender sebagai calon mitraPemanfaatan disampaikan secara tertulis oleh panitiapemilihan kepada Pengelola Barang/Pengguna Barangberdasarkan berita acara hasil Tender.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)melampirkan dokumen pemilihan.
Pasal 30
Pengelola Barang/Pengguna Barang menetapkan pemenangTender sebagai mitra Pemanfaatan berdasarkan usulanpanitia pemilihan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29ayat (1) dengan keputusan.
Bagian Kesembilan
Tender Gagal dan Tender Ulang
Paragraf 1
Tender Gagal
Pasal 31
(1) Panitia pemilihan menyatakan Tender gagal apabila:a. tidak terdapat peserta calon mitra yang lulus
kualifikasi;
b. ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidaksehat;
c. dokumen pemilihan tidak sesuai dengan PeraturanMenteri ini; atau
d. calon mitra mengundurkan diri.
(2) Terhadap Tender gagal, tidak diberikan ganti rugi kepadapeserta calon mitra.
Paragraf 2
AJ
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 20 -
Paragraf 2
Tender Ulang
Pasal 32
(1) Panitia pemilihan menyatakan Tender ulang apabila:a. Tender dinyatakan gagal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1); atau
b. peserta calon mitra yang mengikuti Tender kurangdari 3 (tiga) peserta.
(2) Terhadap Tender yang dinyatakan panitia pemilihansebagai Tender ulang, panitia pemilihan segeramelakukan pengumuman ulang di media massa nasionaldan website Kementerian/Lembaga.
(3) Dalam hal Tender ulang sebagaimana dimaksud padaayat (2) terdapat paling sedikit 3 (tiga) orang peserta calonmitra, proses dilanjutkan dengan mekanisme Tender.
Bagian Kesepuluh
Seleksi Langsung
Pasal 33
(1) Dalam hal setelah dilakukan pengumuman ulangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), pesertacalon mitra yang mengikuti Tender ulang terdiri atas2 (dua) peserta, maka panitia pemilihan menyatakanTender ulang gagal dan selanjutnya melakukan seleksilangsung.
(2) Seleksi langsung dilakukan dengan 2 (dua) calon mitrayang mengikuti Tender ulang sebagaimana dimaksudpada ayat (1).
(3) Tahapan seleksi langsung terdiri atas:
a. pembukaan dokumen penawaran;b. negosiasi;
c. pengusulan calon mitra kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang.
(4) Proses dalam tahapan seleksi langsung dilakukan sepertihalnya proses Tender sebagaimana dimaksud dalamPasal 21.
Pasal 34.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Pasal 34
(1) Negosiasi dilakukan terhadap teknis pelaksanaanPemanfaatan dan konsep materi perjanjian.
(2) Selain hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untukPemanfaatan BGS/BSG, negosiasi juga dilakukanterhadap porsi bagian pemerintah dari objek BGS/BSGyang dilakukan Pemanfaatan.
(3) Ketentuan umum pelaksanaan KSP atau BGS/BSG,termasuk perubahan yang mengakibatkan penurunankontribusi tetap dan pembagian keuntungan untukPemanfaatan KSP atau kontribusi tahunan untukPemanfaatan BGS/BSG dilarang untuk dinegosiasikan.
(4) Segala sesuatu yang dibicarakan dalam forum negosiasidan hasil negosiasi dituangkan dalam berita acaranegosiasi yang ditandatangani oleh panitia pemilihan danpeserta calon mitra.
Pasal 35
(1) Panitia pemilihan melakukan penelitian terhadap beritaacara negosiasi melalui cara perbandingan antara hasilnegosiasi masing-masing peserta calon mitra.
(2) Panitia pemilihan menyampaikan usulan peserta calonmitra dengan hasil negosiasi terbaik kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang untuk dapat ditetapkan sebagaimitra.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertaidengan dasar pertimbangan dan melampirkan dokumenpemilihan.
Bagian Kesebelas
Penunjukan Langsung
Pasal 36
(1) Dalam hal setelah dilakukan pengumuman ulangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), pesertacalon mitra yang mengajukan penawaran hanya terdiriatas 1 (satu) peserta, maka panitia pemilihan menyatakanTender ulang gagal dan selanjutnya melakukanpenunjukan langsung.
(2) Penunjukan langsung dilakukan terhadap 1 (satu) calonmitra yang mengikuti Tender ulang sebagaimanadimaksud pada ayat (1).
(3) Tahapan
H
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 22 -
(3) Tahapan penunjukan langsung terdiri atas:
a. negosiasi;
b. pengusulan calon mitra kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang.
(4) Proses dalam tahapan penunjukan langsung dilakukanseperti halnya proses seleksi langsung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 33.
Pasal 37
Ketentuan mengenai penunjukan langsung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (3) dan ayat (4), mutatismutandis berlaku untuk penunjukan langsung terhadap KSPatas BMN yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud dalamPasal 13 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5).
BAB V
SEWA
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 38
(1) Penyewaan BMN dilakukan dengan tujuan:
a. mengoptimalkan Pemanfaatan BMN yangbelum/tidak dilakukan penggunaan dalampelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraanpemerintahan negara;
b. memperoleh fasilitas yang diperlukan dalam rangkamenunjang tugas dan fungsi instansi PenggunaBarang; dan/atau
c. mencegah penggunaan BMN oleh pihak lain secaratidak sah.
(2) Penyewaan BMN dilakukan sepanjang tidak merugikannegara dan tidak mengganggu pelaksanaan tugas danfungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.
Bagian
S-ll
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 23 -
Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Sewa
Pasal 39
(1) Pihak yang dapat menyewakan BMN:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang, dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk BMN yang berada pada PenggunaBarang.
(2) Pihak yang dapat menyewa BMN meliputi:a. Badan Usaha Milik Negara;b. Badan Usaha Milik Daerah;c. Swasta;
d. Unit penunjang kegiatan penyelenggaraanpemerintahan negara; dan
e. Badan hukum lainnya.
(3) Pemerintah Daerah dapat diperlakukan sebagai penyewasepanjang BMN yang disewa digunakan tidak untukpenyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan daerah.
Bagian KetigaObjek Sewa
Pasal 40
(1) Objek Sewa meliputi BMN berupa:a. tanah dan/atau bangunan; danb. selain tanah dan/atau bangunan,yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
(2) Objek Sewa BMN berupa tanah dan/atau bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapatdilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
Bagian KeempatJangka Waktu Sewa
Pasal 41
(1) Jangka waktu Sewa BMN paling lama 5 (lima) tahun sejakditandatanganinya perjanjian dan dapat diperpanjangdengan persetujuan dari Pengelola Barang.
(2) Jangka..
*4
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 24 -
(2) Jangka waktu Sewa BMN sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapatdiperpanjang untuk:
a. kerja sama infrastruktur;
b. kegiatan dengan karakteristik usaha yangmemerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun;atau
c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.
(3) Jangka waktu Sewa dapat dihitung berdasarkanperiodesitas sewa.
Bagian Kelima
Besaran Sewa
Pasal 42
(1) Formula tarif/besaran Sewa ditetapkan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN berupa tanahdan/atau bangunan; atau
b. Pengguna Barang dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk BMN berupa selain tanah dan/ataubangunan.
(2) Besaran Sewa atas BMN untuk kerja sama infrastruktursebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf aatau untuk kegiatan dengan karakteristik usaha yangmemerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahunsebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf bdapat mempertimbangkan nilai keekonomian darimasing-masing jenis infrastruktur.
Bagian Keenam
Perjanjian Sewa
Pasal 43
Penyewaan BMN dituangkan dalam perjanjian yangditandatangani oleh penyewa dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada PengelolaBarang;
b. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang,untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang.
Bagian
-*/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 25 -
Bagian Ketujuh
Pembayaran Sewa
Pasal 44
(1) Pembayaran uang Sewa dilakukan secara sekaligus palinglambat 2 (dua) hari kerja sebelum penandatangananperjanjian.
(2) Pembayaran uang Sewa sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan cara menyetor ke rekening KasUmum Negara.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2), pelaksanaan Sewa di luar negeridengan pembayaran uang Sewa yang dilakukan di luarnegeri, pembayaran uang Sewa dilakukan secarasekaligus paling lambat 1 (satu) hari sebelumpenandatanganan perjanjian, dengan caramenyetorkannya ke rekening kas bendahara penerimaandi luar negeri.
(4) Dalam hal Sewa BMN yang dilaksanakan denganperiodesitas Sewa per hari dan per jam untuk masing-masing penyewa, pembayaran uang Sewa dilakukansecara sekaligus paling lambat sebelum penandatangananperjanjian.
(5) Pembayaran uang sewa sebagaimana dimaksud padaayat (4), dapat dilakukan dengan cara:
a. pembayaran secara tunai kepada pejabat pengurusBMN atau menyetorkannya ke rekening kasbendahara penerimaan di lingkungan PengelolaBarang/ Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;atau
b. penyetoran ke rekening kas bendahara penerimaan diluar negeri, untuk Sewa BMN yang berada di luarnegeri.
(6) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (1), penyetoran uang Sewa BMN untuk kerja samainfrastruktur dapat dilakukan secara bertahap denganpersetujuan Pengelola Barang.
(7) Pembayaran uang Sewa sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (3), dan ayat (5) dibuktikan denganmemperlihatkan bukti setor sebagai salah satu dokumenpada lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkandari perjanjian Sewa.
Bagian
SL
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Bagian Kedelapan
Periodesitas Sewa
Pasal 45
Periodesitas Sewa dikelompokkan sebagai berikut:
a. per tahun;
b. per bulan;
c. per hari; dan
d. per jam.
Bagian Kesembilan
Tata Cara Pelaksanaan Sewa
Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Sewamengikuti peraturan perundang-undangan di bidang SewaBMN.
BAB VI
PINJAM PAKAI
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 47
Pinjam Pakai dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. mengoptimalkan BMN yang belum atau tidak dilakukanpenggunaan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsiPengelola Barang/ Pengguna Barang; dan
b. menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahandaerah.
Pasal 48
Peminjam pakai dilarang untuk melakukan Pemanfaatan atasobjek Pinjam Pakai.
Bagian.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 27 -
Bagian Kedua
Pihak Pelaksana Pinjam Pakai
Pasal 49
(1) Pihak yang dapat meminjampakaikan BMN:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk BMN yang berada pada PenggunaBarang.
(2) Pihak yang dapat menjadi peminjam pakai BMN adalahPemerintah Daerah.
Bagian Ketiga
Objek Pinjam Pakai
Pasal 50
(1) Objek Pinjam Pakai meliputi BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan,yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.
(2) Objek Pinjam Pakai BMN berupa tanah dan/ataubangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
Bagian Keempat
Jangka Waktu Pinjam Pakai
Pasal 51
(1) Jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahundan dapat diperpanjang 1 (satu) kali.
(2) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 47.
(3) Dalam hal jangka waktu Pinjam Pakai akan diperpanjang,permintaan perpanjangan jangka waktu Pinjam Pakaidimaksud harus sudah diterima Pengelola Barang palinglambat 2 (dua) bulan sebelum jangka waktu Pinjam Pakaiberakhir.
(4) Dalam
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktuPinjam Pakai disampaikan kepada Pengelola Barangmelewati batas waktu sebagaimana dimaksud padaayat (3), proses Pinjam Pakai dilakukan dengan mengikutitata cara permohonan Pinjam Pakai baru.
Bagian Kelima
Perubahan Objek Pinjam Pakai
Pasal 52
(1) Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakaidapat mengubah BMN, sepanjang tidak melakukanperubahan yang mengakibatkan perubahan fungsidan/atau penurunan nilai BMN.
(2) Perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. tanpa disertai dengan perubahan bentuk dan/atau
konstruksi dasar BMN; atau
b. disertai dengan perubahan bentuk dan/ataukonstruksi dasar BMN.
(3) Perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a, dilakukan dengan syarat peminjam pakaimelaporkan kepada:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada padaPengguna Barang.
(4) Perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b, dilakukan dengan syarat:
a. telah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untukBMN yang berada pada Pengelola Barang;
b. telah mendapat persetujuan Pengguna Barang, untukBMN yang berada pada Pengguna Barang.
(5) Dalam hal perubahan BMN sebagaimana dimaksud padaayat (4) huruf b dilakukan terhadap BMN berupa tanahdan/atau bangunan, Pengguna Barang melaporkanperubahan tersebut kepada Pengelola Barang.
Bagian.
H
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 29 -
Bagian Keenam
Perjanjian Pinjam Pakai
Pasal 53
(1) Pelaksanaan Pinjam Pakai dituangkan dalam perjanjianyang bermeterai cukup serta ditandatangani olehpeminjam pakai dan:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada padaPengguna Barang.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. dasar perjanjian;
b. identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;c. jenis, luas, atau jumlah barang yang dipinjamkan;d. jangka waktu Pinjam Pakai;e. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu pinjaman; danf. hak dan kewajiban para pihak.
(3) Salinan perjanjian Pinjam Pakai sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b disampaikan kepada PengelolaBarang.
Bagian Ketujuh
Tata Cara Pelaksanaan Pinjam Pakai BMN Pada Pengelola Barang
Paragraf 1
Permohonan
Pasal 54
(1) Calon peminjam pakai mengajukan permohonanpersetujuan Pinjam Pakai kepada Pengelola Barang.
(2) Permohonan persetujuan Pinjam Pakai sekurang-kurangnya memuat:
a. pertimbangan yang mendasari permohonan PinjamPakai;
b. identitas peminjam pakai;
c. tujuan penggunaan objek Pinjam Pakai;d. rincian data objek Pinjam Pakai yang dibutuhkan;
dan
e. jangka waktu Pinjam Pakai.
(3) Dalam
ffi.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 30 -
(3) Dalam hal objek Pinjam Pakai berupa tanah dan/ataubangunan atau sebagian tanah dan/atau bangunan,rincian data objek Pinjam Pakai sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf d, termasuk luas dan lokasi tanahdan/atau bangunan.
Paragraf 2
Penelitian
Pasal 55
(1) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonanpersetujuan Pinjam Pakai dari calon peminjam pakai.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. kepastian belum atau tidak adanya penggunaan BMN;b. tujuan penggunaan objek Pinjam Pakai; danc. jangka waktu Pinjam Pakai.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadidasar persetujuan/penolakan permohonan persetujuanPinjam Pakai oleh Pengelola Barang.
Paragraf 3
Persetujuan
Pasal 56
(1) Pemberian persetujuan/penolakan oleh Pengelola Barangatas permohonan Pinjam Pakai dilakukan denganmempertimbangkan:
a. BMN yang dimohon dalam kondisi belum atau tidaksedang digunakan untuk tugas dan fungsi PengelolaBarang;
b. BMN yang dimohon akan digunakan untukmenunjang pelaksanaan penyelenggaraanpemerintahan daerah; dan
c. jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahunsejak ditandatanganinya perjanjian Pinjam Pakai.
(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padaayat (1), dalam hal Pengelola Barang:a. menyetujui permohonan Pinjam Pakai, Pengelola
Barang menerbitkan surat persetujuan; ataub. tidak menyetujui permohonan Pinjam Pakai, Pengelola
Barang memberitahukan secara tertulis kepada calonpeminjam pakai yang mengajukan permohonanpersetujuan Pinjam Pakai, disertai alasannya.
(3) Surat
a.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf a, sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas peminjam pakai;b. data objek Pinjam Pakai;
c. jangka waktu Pinjam Pakai; dan
d. kewajiban peminjam pakai.
Paragraf 4
Pelaksanaan
Pasal 57
(1) Pelaksanaan Pinjam Pakai BMN dituangkan dalamperjanjian Pinjam Pakai yang ditandatangani olehPengelola Barang dan peminjam pakai.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditindaklanjuti dengan penyerahan objek Pinjam Pakaidari Pengelola Barang kepada peminjam pakai yangdituangkan dalam berita acara serah terima.
(3) Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakai wajibmemelihara dan mengamankan objek Pinjam Pakaidengan biaya yang dibebankan pada peminjam pakai.
(4) Sebelum jangka waktu Pinjam Pakai berakhir, peminjampakai harus memberitahukan kepada Pengelola Barangakan mengakhiri atau memperpanjang Pinjam Pakai.
(5) Dalam hal Pinjam Pakai akan diperpanjang, peminjampakai mengajukan permohonan persetujuanperpanjangan jangka waktu Pinjam Pakai kepadaPengelola Barang.
(6) Pengajuan perpanjangan permohonan persetujuan PinjamPakai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilampiridengan:
a. surat persetujuan Pinjam Pakai sebelumnya dariPengelola Barang; dan
b. surat pernyataan dari peminjam pakai bahwa objekPinjam Pakai masih digunakan untuk menunjangpelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(7) Dalam hal Pinjam Pakai akan diakhiri oleh peminjampakai sebelum masa Pinjam Pakai berakhir, peminjampakai harus memberitahukan kepada Pengelola Barang.
(8) Dalam hal Pinjam Pakai berakhir, peminjam pakaimenyerahkan BMN objek Pinjam Pakai kepada PengelolaBarang yang dituangkan dalam berita acara serah terima.
Bagian..
<^,
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 32 -
Bagian Kedelapan
Tata Cara Pelaksanaan Pinjam Pakai BMN Pada Pengguna Barang
Paragraf 1
Permohonan
Pasal 58
(1) Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuanPinjam Pakai kepada Pengelola Barang berdasarkanpermohonan dari calon peminjam pakai dengan dilampiri:a. surat permohonan Pinjam Pakai dari calon peminjam
pakai;
b. surat pernyataan dari Pengguna Barang bahwapelaksanaan Pinjam Pakai tidak mengganggupelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraanpemerintahan Negara; dan
c. data objek Pinjam Pakai, antara lain kartu identitasbarang, untuk BMN yang memiliki kartu identitasbarang.
(2) Permohonan persetujuan Pinjam Pakai dari PenggunaBarang sekurang-kurangnya memuat:
a. pertimbangan yang mendasari permohonan PinjamPakai;
b. identitas peminjam pakai;
c. tujuan penggunaan objek Pinjam Pakai;
d. rincian data objek Pinjam Pakai yang dibutuhkan,termasuk luas dan lokasi tanah dan/atau bangunan;dan
e. jangka waktu Pinjam Pakai.
Paragraf 2
Penelitian
Pasal 59
(1) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonanpersetujuan Pinjam Pakai dari Pengguna Barangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 58.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. kepastian belum atau tidak adanya penggunaan BMN;b. tujuan penggunaan objek Pinjam Pakai; danc. jangka waktu Pinjam Pakai.
(3) Penelitian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 33 -
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadidasar persetujuan/penolakan permohonan persetujuanPinjam Pakai oleh Pengelola Barang.
Paragraf 3
Persetujuan
Pasal 60
(1) Pemberian persetujuan/penolakan oleh Pengelola Barangatas permohonan Pinjam Pakai dilakukan denganmempertimbangkan:
a. BMN yang dimohon dalam kondisi belum atau tidakdigunakan untuk tugas dan fungsi Pemerintah Pusat;
b. BMN yang dimohon akan digunakan untukmenunjang pelaksanaan penyelenggaraanpemerintahan daerah; dan
c. jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahunsejak ditandatanganinya perjanjian Pinjam Pakai.
(2) Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permohonansebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, Pengelola Barangmenerbitkan surat persetujuan Pinjam Pakai, yangsekurang-kurangnya memuat:a. identitas peminjam pakai;b. data BMN objek Pinjam Pakai;c. jangka waktu Pinjam Pakai; dand. kewajiban peminjam pakai.
(3) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonanPinjam Pakai, Pengelola Barang memberitahukan kepadaPengguna Barang, disertai alasannya.
Paragraf 4
Pelaksanaan
Pasal 61
(1) Pelaksanaan Pinjam Pakai BMN yang berada pada, viaxv^anaau mjjcun ranai dmin yang oeraaa pada
Pengguna Barang dituangkan dalam perjanjian PinjamPakai antara Pengguna Barang dengan peminjam pakai.Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakai wajibmemelihara dan mengamankan objek Pinjam Pakaidengan biaya yang dibebankan pada peminjam pakai.Sebelum jangka waktu Pinjam Pakai berakhir, peminjampakai harus memberitahukan kepada Pengguna Barangakan mengakhiri atau memperpanjang Pinjam Pakai.
(4) Dalam
(2)
(3)
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 34 -
(4) Dalam hal Pinjam Pakai akan diperpanjang, PenggunaBarang mengajukan permohonan persetujuanperpanjangan jangka waktu Pinjam Pakai kepadaPengelola Barang berdasarkan permohonan peminjampakai.
(5) Pengajuan permohonan persetujuan perpanjangan PinjamPakai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilampiridengan:
a. surat persetujuan Pinjam Pakai sebelumnya dariPengelola Barang;
b. surat pernyataan dari peminjam pakai bahwa objekPinjam Pakai masih digunakan untuk menunjangpelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah;dan
c. surat pernyataan dari Pengguna Barang bahwapelaksanaan Pinjam Pakai tidak mengganggupelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraanpemerintahan negara, dalam hal Pinjam Pakaidilaksanakan oleh Pengguna Barang.
(6) Dalam hal Pinjam Pakai akan diakhiri sebelum masaPinjam Pakai berakhir, peminjam pakai harusmemberitahukan kepada Pengguna Barang.
(7) Dalam hal Pinjam Pakai berakhir, dilakukan serah terimaBMN objek Pinjam Pakai dari peminjam pakai kepadaPengguna Barang, yang dituangkan dalam berita acaraserah terima.
(8) Dalam hal Pinjam Pakai berakhir sebagaimana dimaksudpada ayat (7), Pengguna Barang melaporkan kepadaPengelola Barang.
BAB VII
KERJA SAMA PEMANFAATAN
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 62
(1) KSP BMN dilaksanakan dalam rangka:a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN;
dan/atau
b. meningkatkan penerimaan negara.
(2) KSP
<?,
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
(2) KSP atas BMN dilaksanakan dengan ketentuan tidaktersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara untuk memenuhi biayaoperasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yangdiperlukan terhadap BMN.
(3) Tanah, gedung, bangunan, sarana dan fasilitas yangdibangun oleh mitra KSP merupakan hasil KSP yangmenjadi BMN sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuaiperjanjian atau pada saat berakhirnya perjanjian.
(4) Biaya persiapan KSP yang dikeluarkan Pengelola Barangatau Pengguna Barang sampai dengan penunjukan mitraKSP dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.
(5) Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah ditetapkannyamitra KSP dibebankan pada mitra Pemanfaatan.
(6) Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman mitraKSP, dibebankan pada mitra KSP dan tidakdiperhitungkan dalam pembagian keuntungan.
(7) Pengelola Barang/ Pengguna Barang melakukanpengawasan atas pelaksanaan KSP oleh mitra KSPterhadap BMN yang berada pada PengelolaBarang/Pengguna Barang.
Bagian Kedua
Pihak Pelaksana KSP
Pasal 63
(1) Pihak yang dapat melaksanakan KSP adalah:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang, dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk BMN yang berada pada PenggunaBarang.
(2) Pihak yang dapat menjadi mitra KSP BMN meliputi:a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau
c. Swasta, kecuali perorangan.
Bagian.
£
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 36 -
Bagian Ketiga
Objek KSP
Pasal 64
(1) Objek KSP meliputi BMN berupa:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
(2) Objek KSP BMN berupa tanah dan/atau bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapatdilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
Bagian Keempat
Hasil KSP
Pasal 65
(1) Tanah, gedung, bangunan, sarana, dan fasilitasnya yangdiadakan oleh mitra KSP merupakan hasil KSP.
(2) Sarana berikut fasilitas hasil KSP sebagaimana dimaksudpada ayat (1), antara lain:
a. peralatan dan mesin;
b. jalan, irigasi, danjaringan;
c. aset tetap lainnya; dan
d. aset lainnya.
(3) Hasil KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadibagian dari pelaksanaan KSP.
(4) Hasil KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadiBMN sejak diserahkan kepada Pemerintah sesuaiperjanjian atau pada saat berakhirnya perjanjian.
Pasal 66
Dalam pelaksanaan KSP, mitra KSP dapat melakukanperubahan dan/atau penambahan hasil KSP setelahmemperoleh persetujuan Pengelola Barang dan dilakukanaddendum perjanjian KSP.
Bagian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 37 -
Bagian Kelima
Jangka Waktu KSP
Pasal 67
(1) Jangka waktu KSP BMN paling lama 30 (tiga puluh) tahunsejak perjanjian KSP ditandatangani dan dapatdiperpanjang.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakberlaku dalam hal KSP atas BMN dilakukan terhadappenyediaan:
a. infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan laut,sungai dan/atau danau, bandar udara, terminal,dan/atau jaringan rel dan/atau stasiun kereta api;
b. infrastruktur jalan meliputi jalan jalur khusus, jalantol, dan/atau jembatan tol;
c. infrastruktur sumber daya air meliputi saluranpembawa air baku dan/atau waduk/bendungan;
d. infrastruktur air minum meliputi bangunanpengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringandistribusi, dan/atau instalasi pengolahan air minum;
e. infrastruktur air limbah meliputi instalasi pengolahair limbah, jaringan pengumpul dan/atau jaringanutama, dan/atau sarana persampahan yang meliputipengangkut dan/atau tempat pembuangan;
f. infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringantelekomunikasi;
g. infrastruktur ketenagalistrikan meliputi pembangkit,transmisi, distribusi dan/atau instalasi tenaga listrik;dan/atau
h. infrastruktur minyak dan/atau gas bumi meliputiinstalasi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,transmisi, dan/atau distribusi minyak dan/atau gasbumi.
(3) Jangka waktu KSP BMN untuk penyediaan infrastruktursebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 50(lima puluh) tahun sejak perjanjian KSP ditandatanganidan dapat diperpanjang.
Pasal 68.
^
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 38 -
Pasal 68
(1) Perpanjangan jangka waktu dilakukan dengan cara mitraKSP mengajukan permohonan persetujuan perpanjanganjangka waktu KSP paling lambat 2 (dua) tahun sebelumjangka waktu berakhir.
(2) Perpanjangan jangka waktu dilaksanakan denganpertimbangan:a. sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan
fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara; danb. selama pelaksanaan KSP terdahulu, mitra KSP
mematuhi peraturan dan perjanjian KSP.
Bagian KeenamPerjanjian KSP
Pasal 69
(1) Pelaksanaan KSP dituangkan dalam perjanjian KSPantara Pengelola Barang/Pengguna Barang dengan mitraKSP setelah diterbitkan keputusan pelaksanaan KSP oleh:a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang; ataub. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang, setelah mendapat persetujuanPengelola Barang.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditandatangani oleh mitra KSP dan:a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang; ataub. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang.
(3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sekurang-kurangnya memuat:a. dasar perjanjian;b. identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;c. objek KSP;d. hasil KSP berupa barang, jika ada;e. peruntukan KSP;f. jangka waktu KSP;g. besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
serta mekanisme pembayarannya;h. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam
perjanjian;i. ketentuan mengenai berakhirnya KSP;j. sanksi; dank. penyelesaian perselisihan.
(4) Perjanjian y^T J
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 39 -
(4) Perjanjian KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dituangkan dalam bentuk Akta Notariil.
(5) Penandatanganan perjanjian KSP dilakukan setelah mitraKSP menyampaikan bukti setor pembayaran kontribusitetap pertama kepada Pengelola Barang/ Pengguna Barang.
(6) Bukti setor pembayaran kontribusi tetap pertamasebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan salahsatu dokumen pada lampiran yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari perjanjian KSP.
Bagian Ketujuh
Kontribusi Tetap dan Pembagian Keuntungan
Pasal 70
(1) Penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra KSPselama jangka waktu KSP, terdiri atas:
a. kontribusi tetap; dan
b. pembagian keuntungan KSP.
(2) Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungansebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh:a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengelola Barang;
b. Pengguna Barang dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk BMN yang berada pada PenggunaBarang.
(3) Dalam hal KSP BMN berupa tanah dan/atau bangunandan sebagian tanah dan/atau bangunan, sebagiankontribusi tetap dan pembagian keuntungannya dapatberupa bangunan beserta fasilitasnya yang dibangundalam satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuksebagai objek KSP.
(4) Besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya sebagai bagiandari kontribusi tetap dan pembagian keuntungansebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling banyak 10%(sepuluh persen) dari total penerimaan kontribusi tetapdan pembagian keuntungan selama masa KSP.
(5) Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan KSP BMN berupa tanah dan/atau bangunandan sebagian tanah dan/atau bangunan ditetapkan darihasil perhitungan tim yang dibentuk oleh PengelolaBarang, berdasarkan dan/atau mempertimbangkan hasilPenilaian.
(6) Besaran
&
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-40 -
(6) Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan KSP BMN berupa selain tanah dan/ataubangunan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yangdibentuk oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkanPengelola Barang, berdasarkan dan/ataumempertimbangkan hasil Penilaian.
Bagian Kedelapan
Penghitungan Kontribusi Tetap
Pasal 71
(1) Kontribusi tetap merupakan hasil perkalian dari:
a. besaran persentase kontribusi tetap; danb. nilai wajar BMN yang menjadi objek KSP.
(2) Besaran persentase kontribusi tetap sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a ditentukan oleh PengelolaBarang dari hasil perhitungan tim berdasarkan dan/ataumempertimbangkan hasil Penilaian.
(3) Nilai wajar BMN dalam rangka KSP sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b berdasarkan:
a. hasil Penilaian oleh Penilai pemerintah, untuk BMNberupa tanah dan/atau bangunan;
b. hasil Penilaian oleh tim yang dibentuk PenggunaBarang, untuk BMN selain tanah dan/ataubangunan.
(4) Dalam hal terdapat nilai BMN yang berbeda dengan nilaiwajar hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf a, dalam rangka Pemanfaatan BMN digunakan nilaiwajar hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf a.
Pasal 72
(1) Besaran konstribusi tetap pelaksanaan KSP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf a yang telahditentukan, meningkat setiap tahun dihitung berdasarkankontribusi tetap tahun pertama dengan memperhatikanestimasi tingkat inflasi.
(2) Besaran peningkatan kontribusi tetap sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam persetujuanpelaksanaan KSP dan dituangkan dalam perjanjian KSP.
Bagian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-41 -
Bagian Kesembilan
Penghitungan Pembagian Keuntungan
Pasal 73
(1) Perhitungan pembagian keuntungan dilakukan denganmempertimbangkan:a. nilai investasi pemerintah;b. nilai investasi mitra KSP; danc. risiko yang ditanggung mitra KSP.
(2) Perhitungan pembagian keuntungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh Pengelola Barangdari hasil perhitungan tim berdasarkan dan/ataumempertimbangkan hasil Penilaian.
(3) Besaran nilai investasi pemerintah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a didasarkan pada nilaiwajar BMN yang menjadi objek KSP.
(4) Besaran nilai investasi mitra KSP sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b didasarkan pada estimasi investasidalam proposal KSP.
Pasal 74
(1) Besaran pembagian keuntungan dapat ditinjau kembalioleh Pengelola Barang dalam hal realisasi investasi yangdikeluarkan oleh mitra KSP lebih rendah dari estimasiinvestasi sebagaimana tertuang dalam perjanjian.
(2) Realisasi investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan dari hasil audit yang dilakukan oleh auditorindependen.
Pasal 75
(1) KSP atas BMN dapat dilakukan untukmengoperasionalkan BMN.
(2) KSP operasional atas BMN sebagaimana dimaksud padaayat (1) bukan merupakan Penggunaan BMN YangDioperasikan oleh Pihak Lain.
(3) Dalam hal mitra KSP hanya mengoperasionalkan BMN,bagian keuntungan yang menjadi bagian mitra KSPditentukan oleh Pengelola Barang berdasarkan persentasetertentu dari besaran keuntungan yang diperoleh mitraKSP terkait pelaksanaan KSP.
(4) Ketentuan
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 42 -
(4) Ketentuan lebih lanjut atas pelaksanaan KSPsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganKeputusan Menteri Keuangan yang ditandatangani olehDirektur Jenderal atas nama Menteri Keuangan.
Pasal 76
(1) Dalam hal mitra KSP BMN untuk penyediaaninfrastruktur berbentuk Badan Usaha MilikNegara/Daerah, kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 70%(tujuh puluh persen) dari hasil perhitungan tim KSP.
(2) Penetapan kontribusi tetap dan pembagian keuntungansebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan padakondisi keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah danhasil analisis kelayakan bisnis KSP oleh Pengelola Barang
(3) Besaran penetapan kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh Pengelola Barang denganmempertimbangkan usulan Pengguna Barang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran penetapankontribusi tetap dan pembagian keuntungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan MenteriKeuangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderalatas nama Menteri Keuangan.
Bagian Kesepuluh
Pembayaran Kontribusi Tetap dan Pembagian Keuntungan
Pasal 77
(1) Pembayaran kontribusi tetap tahun pertama ke rekeningKas Umum Negara oleh mitra KSP harus dilakukan palinglambat 2 (dua) hari kerja sebelum penandatangananperjanjian KSP.
(2) Pembayaran kontribusi tetap tahun berikutnya kerekening Kas Umum Negara harus dilakukan palinglambat tanggal 31 Maret setiap tahun sampai denganberakhirnya perjanjian KSP.
(3) Pembayaran kontribusi tetap sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan bukti setor.
Pasal 78.
Si
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-43 -
Pasal 78
(1) Pembagian keuntungan hasil pelaksanaan KSP tahunsebelumnya harus disetor ke rekening Kas Umum Negarapaling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya, dandilakukan setiap tahun sampai dengan berakhirnyaperjanjian KSP.
(2) Pembayaran pembagian keuntungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh mitra KSPberdasarkan persetujuan Pengelola Barang.
Bagian Kesebelas
Berakhirnya KSP
Pasal 79
(1) KSP berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu KSP sebagaimanatertuang dalam perjanjian;
b. pengakhiran perjanjian KSP secara sepihak olehPengelola Barang dan/atau Pengguna Barang;
c. berakhirnya perjanjian KSP;
d. ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, dapat dilakukan dalam hal mitra KSP:
a. tidak membayar kontribusi tetap selama 3 (tiga)tahun berturut-turut;
b. tidak membayar pembagian keuntungan selama 3(tiga) tahun berturut-turut sesuai perjanjian KSP;atau
c. tidak memenuhi kewajiban selain sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b sebagaimanatertuang dalam perjanjian KSP.
(3) Pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dapat dilakukan oleh Pengelola Barang dan/atauPengguna Barang secara tertulis tanpa melaluipengadilan.
Pasal 80
(1) Paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka waktu KSPberakhir, mitra harus melaporkan akan mengakhiri KSP.
(2) Berdasarkan
SCJ
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 44 -
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud padaayat (1), Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barangmeminta auditor independen/aparat pengawasan internpemerintah untuk melakukan audit atas pelaksanaanKSP.
(3) Auditor independen/ aparat pengawasan internpemerintah menyampaikan hasil audit kepada PengelolaBarang dan/atau Pengguna Barang.
(4) Hasil audit auditor independen/aparat pengawasan internpemerintah yang disampaikan kepada Pengelola Barangdan/atau Pengguna Barang selanjutnya disampaikankepada mitra KSP.
(5) Mitra KSP menindaklanjuti hasil audit yang disampaikanoleh auditor independen/aparat pengawasan internpemerintah dan melaporkannya kepada PengelolaBarang/Pengguna Barang.
(6) Serah terima objek KSP dilakukan paling lambat padasaat berakhirnya jangka waktu KSP dan dituangkandalam berita acara serah terima.
(7) Mitra KSP tetap berkewajiban menindaklanjuti hasil auditdalam hal terdapat hasil audit yang belum selesaiditindaklanjuti oleh mitra setelah dilakukannya serahterima sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
(8) Pengguna Barang melaporkan pengakhiran KSP danpenyerahan objek KSP sebagaimana dimaksud padaayat (6) kepada Pengelola Barang paling lambat 1 (satu)bulan setelah penyerahan.
Pasal 81
(1) Pengakhiran perjanjian KSP secara sepihak oleh PengelolaBarang dan/atau Pengguna Barang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) huruf b, dilaksanakandengan tahapan:
a. Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barangmenerbitkan teguran tertulis pertama kepada mitraKSP;
b. dalam hal mitra KSP tidak melaksanakan tegurandalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalendersejak diterbitkan teguran tertulis pertama, PengelolaBarang dan/atau Pengguna Barang menerbitkanteguran tertulis kedua;
c. dalam
Si
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-45 -
c. dalam hal mitra KSP tidak melaksanakan tegurankedua dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) harikalender sejak diterbitkan teguran tertulis kedua,Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barangmenerbitkan teguran tertulis ketiga yang merupakanteguran terakhir;
d. dalam hal mitra KSP tidak melaksanakan teguranketiga dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) harikalender sejak diterbitkan teguran tertulis ketiga,Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barangmenerbitkan surat pengakhiran KSP.
(2) Mitra KSP harus menyerahkan objek KSP kepadaPengelola Barang dan/atau Pengguna Barang dalamjangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelahmenerima surat pengakhiran KSP sebagaimana dimaksudpada ayat (1).
Bagian Kedua Belas
Tata Cara Pelaksanaan KSP BMN
Yang Berada Pada Pengelola Barang
Paragraf 1
Tahapan
Pasal 82
Tahapan pelaksanaan KSP atas BMN yang berada padaPengelola Barang meliputi:
a. inisiatif atau permohonan;b. penelitian administrasi;
c. pembentukan tim dan Penilaian;d. perhitungan besaran penerimaan negara dari KSP
berupa kontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan;
e. pemilihan mitra;
f. penerbitan Keputusan;
g. penandatanganan perjanjian; danh. pelaksanaan.
Paragraf 2.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 46-
Paragraf 2
Inisiatif atau Permohonan KSP
Pasal 83
KSP atas BMN yang berada pada Pengelola Barang dapatdilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Pengelola Barang; ataub. permohonan dari Pihak Lain.
Pasal 84
(1) Inisiatif Pengelola Barang terhadap KSP atas BMNsebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a,dituangkan dalam bentuk rekomendasi KSP BMN.
(2) Inisiatif Pengelola Barang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat berasal dari rencana kebutuhan yangdisampaikan oleh Pengguna Barang/Kuasa PenggunaBarang.
Pasal 85
(1) Permohonan dari Pihak Lain sebagaimana dimaksuddalam Pasal 83 huruf b, diusulkan kepada PengelolaBarang yang sekurang-kurangnya memuat:
a. latar belakang permohonan;
b. rencana peruntukan KSP;c. jangka waktu KSP; dan
d. usulan besaran penerimaan negara dari KSP.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilengkapi dengan:
a. data BMN yang direncanakan untuk dilakukanKSP;
b. data pemohon KSP;
c. proposal rencana usaha KSP;
d. informasi lainnya berkaitan dengan usulan KSP,antara lain informasi mengenai:
1. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah danpenataan kota; dan
2. bukti kepemilikan atau dokumen yangdipersamakan.
(3) Kelengkapan informasi sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf d tidak diberlakukan untuk KSP dalamrangka mengoperasionalkan BMN.
Paragraf 3 S.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 47 -
Paragraf 3
Penelitian Administrasi
Pasal 86
Pengelola Barang melakukan penelitian administrasi atasdokumen BMN yang akan dilakukan KSP, meliputi:
a. bukti kepemilikan atau dokumen yang dipersamakan;b. dokumen pengelolaan BMN; dan
c. dokumen penatausahaan BMN.
Paragraf 4
Pembentukan Tim dan Penilaian
Pasal 87
Dalam hal hasil penelitian administrasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 86, BMN dapat dilakukan KSP,Pengelola Barang:
a. membentuk tim KSP; dan
b. menugaskan Penilai untuk melakukan Penilaian BMNyang akan dilakukan KSP guna mengetahui nilai wajaratas BMN bersangkutan.
Pasal 88
(1) Dalam hal BMN dapat dilakukan KSP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 87, maka Pengelola Barangmembentuk tim KSP.
(2) Tim KSP dapat mengikutsertakan instansi/lembagateknis yang berkompeten.
(3) Tugas tim KSP meliputi:
a. menyiapkan rincian kebutuhan bangunan danfasilitas yang akan ditenderkan dalam hal KSPberdasarkan inisiatif Pengelola Barang dan bukandalam rangka mengoperasionalkan BMN;
b. menghitung besaran penerimaan negara dari KSPberdasarkan dan/atau mempertimbangkan hasilpenilaian;
c. menyiapkan perjanjian KSP;
d. menyiapkan berita acara serah terima objek KSPdari Pengelola Barang kepada mitra KSP; dan
e. melaksanakan kegiatan lain yang ditugaskan olehPengelola Barang.
Pasal 89 S.J
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 48 -
Pasal 89
(1) Dalam rangka menentukan kelayakan bisnis KSP atasinisiatif atau permohonan pihak lain, Pengelola Barangdapat menugaskan Penilai untuk:
a. melakukan analisis penggunaan atas BMN yangakan dilakukan KSP; atau
b. melakukan analisis kelayakan bisnis atas proposalKSP.
(2) Penilai menyampaikan laporan penilaian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 87 huruf b dan laporan analisissebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada PengelolaBarang sebagai bagian dalam menentukanpelaksanakan KSP.
Paragraf 5
Perhitungan Besaran Penerimaan Negara Dari KSPBerupa Kontribusi Tetap Dan Persentase Pembagian Keuntungan
Pasal 90
(1) Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan dihitung oleh tim KSP berdasarkandan/atau mempertimbangkan laporan penilaian nilaiwajar BMN dan laporan analisis sebagaimanadimaksud dalam Pasal 89 ayat (1).
(2) Penghitungan besaran kontribusi tetap dan persentasepembagian keuntungan oleh tim KSP sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai denganketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 71 sampaidengan Pasal 76.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (2), dalam hal terdapat usulan besarankontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan yang diajukan oleh Pihak Lain lebih besardari hasil perhitungan tim KSP, besaran kontribusitetap dan persentase pembagian keuntungan yangditetapkan dalam persetujuan KSP adalah sebesarusulan besaran kontribusi tetap dan persentasepembagian keuntungan dari Pihak Lain.
(4) Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagiankeuntungan yang ditetapkan Pengelola Barangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan nilailimit terendah dalam pelaksanaan pemilihan mitra KSP.
Paragraf 6 */
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-49 -
Paragraf 6
Pemilihan Mitra KSP
Pasal 91
Pemilihan mitra KSP dilakukan oleh panitia pemilihansebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 berdasarkanketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampaidengan Pasal 37.
Paragraf 7Penerbitan Keputusan Pelaksanaan KSP
Pasal 92
(1) Pengelola Barang menerbitkan keputusan pelaksanaanKSP.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sekurang-kurangnya meliputi:
a. objek KSP;
b. peruntukan KSP;
c. penerimaan negara dari KSP;
d. identitas mitra KSP; dan
e. jangka waktu KSP.
Paragraf 8
Penandatanganan Perjanjian
Pasal 93
(1) Penandatanganan perjanjian KSP dilakukan oleh parapihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejaktanggal berlaku keputusan pelaksanaan KSP.
(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejakkeputusan pelaksanaan KSP ditetapkan tidakditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjianKSP, keputusan pelaksanaan KSP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 92 batal demi hukum.
(3) Penandatanganan perjanjian sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilakukan setelah mitra KSPmenunjukkan bukti pembayaran kontribusi tetaptahun pertama.
Paragraf 9
#„4
cjgiKtfa
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
Paragraf 9
Pelaksanaan KSP
Pasal 94
(1) Mitra KSP harus melaksanakan KSP sebagaimanaditentukan dalam perjanjian KSP.
(2) Dalam hal KSP bukan dalam rangkamengoperasionalkan BMN, pada saat pembangunanselesai dilaksanakan, mitra KSP:
a. menyerahkan bangunan hasil KSP besertafasilitasnya yang merupakan bagian dari kontribusitetap dan pembagian keuntungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 70 ayat (3);
b. dapat langsung mengoperasionalkan hasil KSPyang dibangun sesuai dengan perjanjian KSP.
Bagian Ketiga belas
Tata Cara Pelaksanaan KSP BMNYang Berada Pada Pengguna Barang
Paragraf 1Tahapan
Pasal 95
Tahapan pelaksanaan KSP atas BMN yang berada padaPengguna Barang meliputi:
a. permohonan;
b. penelitian administrasi;
c. pembentukan tim dan Penilaian;
d. perhitungan besaran kontribusi dan persentasepembagian keuntungan;
e. persetujuan;
f. pemilihan mitra;
g. penerbitan Keputusan;
h. penandatanganan perjanjian; dani. pelaksanaan.
Paragraf 2
sj
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 51 -
Paragraf 2
Permohonan
Pasal 96
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95huruf a diajukan oleh Pengguna Barang untukmemperoleh persetujuan dari Pengelola Barang dengandisertai:
a. pertimbangan yang mendasari usulan KSP;
b. data calon mitra KSP;
c. proposal rencana usaha KSP;
d. data BMN yang akan dijadikan objek KSP;
e. usulan besaran kontribusi tetap dan persentasepembagian keuntungan pelaksanaan KSP;
f. jangka waktu KSP; dan
g. surat pernyataan dari Pengguna Barang yangmemuat bahwa:
1. BMN yang akan menjadi objek KSP tidaksedang digunakan dalam rangkapenyelenggaraan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga; dan
2. pelaksanaan KSP BMN tidak akanmengganggu pelaksanaan tugas dan fungsiKementerian/ Lembaga;
(2) Dalam hal Pengguna Barang mengusulkan penetapanmitra KSP melalui mekanisme penunjukan langsung,permohonan Pengguna Barang disertai data calon mitraKSP yang meliputi:
a. nama
b. alamat;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. bentuk kelembagaan, jenis kegiatan usaha,fotokopi Surat Izin Usaha/Tanda Izin Usaha atauyang sejenis untuk calon mitra KSP yangberbentuk badan hukum/badan usaha.
Paragraf 3.
^
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
52
Paragraf 3
Persetujuan
Pasal 97
(1) Persetujuan atas permohonan KSP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) diberikan olehPengelola Barang berdasarkan laporan tim KSP denganmempertimbangkan hasil penilaian.
(2) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujuipermohonan KSP tersebut, Pengelola Barangmemberitahukan kepada Pengguna Barang disertaidengan alasannya.
(3) Pemberian persetujuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan oleh Pengelola Barang denganmenerbitkan surat persetujuan yang sekurang-kurangnya memuat:
a. objek KSP;
b. peruntukan KSP;
c. nilai BMN yang menjadi objek KSP sebagaibesaran nilai investasi pemerintah;
d. minimal besaran kontribusi tetap;e. minimal persentase pembagian keuntungan; danf. jangka waktu KSP.
(4) Surat persetujuan KSP dari Pengelola Barang bataldemi hukum apabila dalam jangka waktu 1 (satu)tahun sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti denganpenandatanganan surat perjanjian KSP.
Pasal 98
Ketentuan pelaksanaan KSP BMN yang berada padaPengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85sampai dengan Pasal 94 mutatis mutandis berlaku untukpelaksanaan KSP BMN yang berada pada Pengguna Barang.
Bagian.
<SA
MENTERI KEUANGANREPUBLIKINDONESIA
- 53 -
Bagian Keempat belas
Perpanjangan Jangka Waktu
Paragraf 1
Perpanjangan Jangka Waktu KSP BMNYang Berada Pada Pengelola Barang
Pasal 99
Perpanjangan jangka waktu KSP atas BMN yang beradapada Pengelola Barang dilakukan dengan mekanismesebagai berikut:
a. Permohonan perpanjangan jangka waktu, diajukan olehmitra KSP kepada Pengelola Barang paling lambat 2(dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu KSP,dengan melampirkan antara lain:
1. surat permohonan perpanjangan KSP;
2. proposal perpanjangan KSP;
3. data dan kondisi objek KSP; dan
4. bukti penyetoran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
b. Pengelola Barang meneliti permohonan sebagaimanadimaksud pada huruf a, termasuk melakukan evaluasikelayakan perpanjangan pelaksanaan KSP yang telahberlangsung.
c. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada huruf b, usulan perpanjangan jangkawaktu KSP dapat disetujui, Pengelola Barang:
1. membentuk tim KSP; dan
2. menugaskan Penilai untuk melakukanpenghitungan nilai BMN yang akan dijadikanobjek KSP, besaran kontribusi tetap, danpersentase pembagian keuntungan KSP.
d. Dalam rangka menentukan kelayakan perpanjanganjangka waktu pelaksanaan KSP sebagaimana dimaksudpada huruf a, Pengelola Barang dapat menugaskanpenilai untuk melakukan analisis kelayakanperpanjangan pelaksanaan KSP.
e. Tugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf cantara lain:
1. menyiapkan perjanjian perpanjangan KSP;i
2. menghitung
<*. /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -
2. menghitung besaran kontribusi tetap danpersentase pembagian keuntungan KSPberdasarkan dan/atau denganmempertimbangkan hasil Penilaian;
3. melaksanakan kegiatan lain yang ditugaskan olehPengelola Barang.
f. Penilai menyampaikan laporan penilaian yangmerupakan hasil pelaksanaan tugas sebagaimanadimaksud pada huruf c dan huruf d, kepada PengelolaBarang.
g. Tim KSP menyampaikan laporan pelaksanaan tugaskepada Pengelola Barang.
h. Dalam hal berdasarkan laporan hasil pelaksanaantugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf g,permohonan perpanjangan jangka waktu KSP tidakdapat disetujui, Pengelola Barang menyampaikan suratpemberitahuan penolakan kepada mitra KSP disertaidengan alasannya.
i. Dalam hal berdasarkan laporan hasil pelaksanaantugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf g,permohonan perpanjangan jangka waktu KSP dapatdisetujui, Pengelola Barang menerbitkan suratpersetujuan perpanjangan jangka waktu KSP kepadamitra KSP.
j. Berdasarkan persetujuan perpanjangan jangka waktuKSP dari Pengelola Barang sebagaimana dimaksudpada huruf i, tim KSP menyusun perjanjianperpanjangan KSP sekaligus menyiapkan hal-hal teknisyang diperlukan.
k. Perpanjangan jangka waktu KSP berlaku pada saatpenandatanganan perjanjian KSP antara PengelolaBarang dengan mitra KSP dilakukan.
Paragraf 2Perpanjangan Jangka Waktu KSP BMN yang berada pada Pengguna Barang
Pasal 100
Perpanjangan jangka waktu KSP BMN yang berada padaPengguna Barang dilakukan dengan mekanisme sebagaiberikut:
a. Pengguna Barang melakukan penelitian administrasiatas permohonan perpanjangan jangka waktu KSP yangdisampaikan oleh mitra KSP.
b. Dalam
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
55
b. Berdasarkan hasil penelitian administrasi sebagaimanadimaksud pada huruf a, Pengguna Barang mengajukanpermohonan persetujuan perpanjangan jangka waktuKSP kepada Pengelola Barang.
c. Permohonan perpanjangan jangka waktu KSP diajukanoleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang palinglambat 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangkawaktu KSP, dengan melampirkan:
1. surat usulan permohonan perpanjangan KSP;
2. Proposal perpanjangan KSP;
3. data dan kondisi objek KSP; dan
4. bukti penyetoran kontribusi tetap dan pembagiankeuntungan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
d. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimanadimaksud pada huruf a, usulan perpanjangan jangkawaktu KSP dapat disetujui, Pengelola Barang
1. membentuk tim KSP; dan
2. menugaskan Penilai untuk melakukanpenghitungan nilai BMN yang akan dijadikanobjek KSP, besaran kontribusi tetap, danpersentase pembagian keuntungan KSP.
e. Dikecualikan dari ketentuan huruf d, dalam hal BMNyang akan menjadi objek KSP berupa selain tanahdan/atau bangunan, pembentukan tim KSP dilakukanoleh Pengguna Barang, dan dapat melibatkan PengelolaBarang.
f. Dalam rangka menentukan kelayakan perpanjanganjangka waktu pelaksanaan KSP sebagaimana dimaksudpada huruf d, Pengelola Barang dapat menugaskanPenilai untuk melakukan analisis kelayakanperpanjangan pelaksanaan KSP.
g. Tugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf e,antara lain:
1. menyiapkan perjanjian perpanjangan KSP;2. menghitung besaran kontribusi tetap dan
persentase pembagian keuntungan KSPberdasarkan dan/atau denganmempertimbangkan hasil Penilaian;
3. melaksanakan kegiatan lain yang ditugaskan olehPengelola Barang.
h. Penilai.
SLH
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 56 -
h. Penilai menyampaikan laporan Penilaian yangmerupakan hasil pelaksanaan tugas kepada PengelolaBarang.
i. Tim KSP menyampaikan laporan pelaksanaan tugaskepada Pengelola Barang.
j. Dalam hal berdasarkan laporan hasil pelaksanaantugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf i,permohonan perpanjangan jangka waktu KSP tidakdapat disetujui, Pengelola Barang menyampaikan suratpemberitahuan penolakan perpanjangan jangka waktupelaksanaan KSP kepada Pengguna Barang disertaidengan alasannya.
k. Dalam hal berdasarkan laporan hasil pelaksanaantugas tim KSP sebagaimana dimaksud pada huruf i,permohonan perpanjangan jangka waktu KSP dapatdisetujui, Pengelola Barang menerbitkan suratpersetujuan perpanjangan jangka waktu KSP kepadaPengguna Barang.
1. Berdasarkan persetujuan perpanjangan jangka waktuKSP sebagaimana dimaksud pada huruf k, tim KSPpada Pengguna Barang menyusun perjanjianperpanjangan jangka waktu KSP sekaligus menyiapkanhal-hal teknis yang diperlukan.
n. Perpanjangan jangka waktu KSP berlaku pada saatpenandatanganan perjanjian KSP antara PenggunaBarang dengan mitra KSP dilakukan.
Pasal 101
(1) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujuipermohonan perpanjangan jangka waktu KSP, objekKSP beserta sarana berikut fasilitasnya diserahkankepada Pengelola Barang/Pengguna Barang pada saatberakhirnya jangka waktu KSP sebagaimana diaturdalam perjanjian KSP.
(2) Penyerahan objek KSP beserta sarana danprasarananya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilakukan dengan berita acara serah terima antaramitra KSP dengan Pengelola Barang/Pengguna Barang.
BAB VIII
<^
/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 57 -
BAB VIII
BANGUN GUNA SERAH/BANGUN SERAH GUNA
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 102
(1) BGS/BSG dilakukan dengan pertimbangan:
a. Pengguna Barang memerlukan bangunan danfasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahannegara untuk kepentingan pelayanan umumdalam rangka penyelenggaran tugas dan fungsi;dan
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia danadalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarauntuk penyediaan bangunan dan fasilitastersebut.
(2) Bangunan dan fasilitasnya yang menjadi bagian hasildari pelaksanaan BGS/BSG harus dilengkapi denganIzin Mendirikan Bangunan (1MB) atas nama PemerintahRepublik Indonesia.
(3) Biaya persiapan BGS/BSG yang dikeluarkan PengelolaBarang atau Pengguna Barang sampai denganpenunjukan mitra BGS/BSG dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(4) Biaya persiapan BGS/BSG yang terjadi setelahditetapkannya mitra BGS/BSG dibebankan pada mitraBGS/BSG.
(5) Penerimaan BGS/BSG merupakan penerimaan Negarayang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening KasUmum Negara.
(6) Penetapan status penggunaan hasil dari pelaksanaanBGS/BSG dilakukan setelah objek dan/atau hasilBGS/BSG diserahkan kepada Pengelola Barang.
(7) Besarnya bagian objek BGS/BSG yang digunakanuntuk tugas dan fungsi ditetapkan oleh PengelolaBarang/Pengguna Barang.
(8) Mitra.
*/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -
(8) Mitra BGS/BSG yang telah ditetapkan, selama jangkawaktu pengoperasian:
a. wajib membayar kontribusi tahunan ke rekening KasUmum Negara setiap tahun, yang besarannyaditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yangdibentuk oleh pejabat yang berwenang;
b. wajib memelihara objek BGS/BSG; danc. dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau
memindahtangankan:1. tanah yang menjadi objek BGS/BSG;2. hasil BGS yang digunakan langsung untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi PemerintahPusat/Daerah; dan/atau
3. hasil BSG.
Bagian Kedua
Pihak Pelaksana BGS/BSG
Pasal 103
(1) Pihak yang dapat melakukan BGS/BSG adalahPengelola Barang.
(2) Pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG meliputi:a. Badan Usaha Milik Negara;b. Badan Usaha Milik Daerah;c. Swasta kecuali perorangan; dan/ataud. Badan Hukum lainnya.
(3) Dalam hal mitra BGS/BSG sebagaimana dimaksudpada ayat (2) membentuk konsorsium, mitra BGS/BSGharus membentuk badan hukum Indonesia sebagaipihak yang bertindak untuk dan atas nama mitraBGS/BSG dalam perjanjian BGS/BSG.
Bagian Ketiga
Objek BGS/BSG
Pasal 104
(1) Objek BGS/BSG meliputi:
a. BMN berupa tanah yang berada pada PengelolaBarang; atau
b. BMN berupa tanah yang berada pada PenggunaBarang.
(2) Dalam
<f.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 59 -
(2) Dalam hal BMN berupa tanah yang statuspenggunaannya berada pada Pengguna Barangsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan telahdirencanakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsiPengguna Barang yang bersangkutan, dapat dilakukanBGS/BSG setelah terlebih dahulu diserahkan kepadaPengelola Barang.
Bagian Keempat
Hasil BGS/BSG
Pasal 105
(1) Gedung, bangunan, sarana, dan fasilitasnya yangdiadakan oleh mitra BGS/BSG merupakan hasilBGS/BSG.
(2) Sarana dan fasilitas hasil BGS/BSG sebagaimanadimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. peralatan dan mesin;
b. jalan, irigasi, dan jaringan;
c. aset tetap lainnya; dan
d. aset lainnya.
(3) Gedung, bangunan, sarana dan fasilitas sebagaimanadimaksud pada ayat (1) menjadi BMN sejak diserahkankepada pemerintah sesuai perjanjian atau pada saatberakhirnya perjanjian.
Pasal 106
Dalam pelaksanaaan BGS/BSG, mitra BGS/BSG dapatmelakukan perubahan dan/atau penambahan hasilBGS/BSG setelah memperoleh persetujuan PengelolaBarang dan dilakukan addendum perjanjian BGS/BSG.
Bagian Kelima
Bentuk BGS/BSG
Pasal 107
BGS/BSG BMN dilaksanakan dengan bentuk:
a. BGS/BSG BMN atas tanah yang berada pada PengelolaBarang;
b. BGS/BSG BMN atas tanah yang berada pada PenggunaBarang.
Bagian ...fi,J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
Bagian Keenam
Pemilihan dan Penetapan Mitra BGS/BSG
Pasal 108
Pemilihan mitra BGS/BSG dilakukan melalui Tender.
Pasal 109
Tender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108, dilakukandengan mekanisme sebagai berikut:
a. rencana Tender diumumkan di media massa nasionalsebelum pelaksanaan Tender;
b. Tender dapat dilanjutkan pelaksanaannya sepanjangterdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra yangmemasukkan penawaran;
c. dalam hal calon mitra yang memasukkan penawarankurang dari 3 (tiga) peserta, dilakukan pengumumanulang di media massa nasional; dan
d. dalam hal setelah pengumuman ulang:1. terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon mitra,
proses dilanjutkan dengan mekanisme Tender;2. terdapat kurang dari 3 (tiga) peserta calon mitra,
proses dilanjutkan dengan mekanisme:a) seleksi langsung, untuk calon mitra yang hanya
2 (dua) peserta; atau
b) penunjukan langsung, untuk calon mitra yanghanya 1 (satu) peserta.
Pasal 110
Hasil pemilihan mitra BGS/BSG sebagaimana dimaksuddalam Pasal 109 ditetapkan oleh Pengelola Barang.
Bagian KetujuhJangka Waktu BGS/BSG
Pasal 111
(1) Jangka waktu BGS/BSG paling lama 30 (tiga puluh)tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani.
(2) Jangka waktu BGS/BSG sebagaimana dimaksud padaayat (1) hanya berlaku untuk 1 (satu) kali perjanjian dantidak dapat dilakukan perpanjangan.
Bagian
"V
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-61 -
Bagian Kedelapan
Perjanjian BGS/BSG
Pasal 112
(1) Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam perjanjian.
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditandatangani antara Pengelola Barang dengan mitraBGS/BSG.
(3) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sekurang-kurangnya memuat:
a. dasar perjanjian;
b. identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
c. objek BGS/BSG;
d. hasil BGS/BSG;
e. peruntukan BGS/BSG;
f. jangka waktu BGS/BSG;
g. besaran kontribusi tahunan serta mekanismepembayarannya;
h. besaran hasil BGS/BSG yang digunakan langsunguntuk tugas dan fungsi PengelolaBarang/ Pengguna Barang;
i. hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalamperjanjian;
j. ketentuan mengenai berakhirnya BGS/BSG;k. sanksi; dan
1. penyelesaian perselisihan.
(4) Perjanjian BGS/BSG sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dituangkan dalam bentuk Akta Notariil.
(5) Penandatanganan perjanjian BGS/BSG dilakukansetelah mitra BGS/BSG menyampaikan bukti setorpembayaran kontribusi tahunan pertama kepadaPengelola Barang.
(6) Bukti setor pembayaran kontribusi tahunan pertamasebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan salahsatu dokumen pada lampiran yang menjadi bagiantidak terpisahkan dari perjanjian BGS/BSG.
(7) Perubahan kepemilikan atas mitra BGS/BSG dapatdilakukan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaanBGS/BSG.
(8) Perubahan materi perjanjian BGS/BSG harusmendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
Bagian
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -
Bagian Kesembilan
Kontribusi Tahunan, Hasil BGS/BSG Yang DigunakanLangsung untuk Tugas dan Fungsi Pemerintahan,
Penghitungan dan Pembayarannya
Pasal 113
(1) Mitra wajib membayar kontribusi tahunan melaluipenyetoran ke Rekening Kas Umum Negara sebagaipenerimaan negara dari pelaksanaan BGS/BSG.
(2) Besaran kontribusi tahunan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dihitung oleh tim yang dibentuk olehPengelola Barang.
Pasal 114
(1) Besaran kontribusi tahunan merupakan hasil perkaliandari besaran persentase kontribusi tahunan dengannilai wajar BMN yang akan dilakukan BGS/BSG.
(2) Besaran persentase kontribusi tahunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PengelolaBarang berdasarkan perhitungan Penilai.
(3) Nilai wajar BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditentukan berdasarkan hasil Penilaian oleh Penilaipemerintah.
(4) Dalam hal terdapat nilai BMN yang berbeda dengan nilaiwajar hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat(3), dalam rangka BGS/BSG BMN digunakan nilai wajarhasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Besaran kontribusi tahunan pelaksanaan BGS/BSGsebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telahditetapkan, meningkat setiap tahun dihitungberdasarkan kontribusi tahunan tahun pertamadengan memperhatikan tingkat inflasi.
(6) Besaran kontribusi tahunan ditetapkan dalampersetujuan pelaksanaan BGS/BSG dan dituangkandalam perjanjian.
(7) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dalam hal terdapat usulan besarankontribusi tahunan yang diajukan oleh calon mitraBGS/BSG lebih besar dari hasil perhitungan yangdilakukan oleh penilai pemerintah, besaran kontribusitahunan yang ditetapkan dalam persetujuanpelaksanaan BGS/BSG dan dituangkan dalamperjanjian adalah sebesar usulan besaran kontribusitahunan dari calon mitra BGS/BSG.
Pasal 115..
A
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 63 -
Pasal 115
(1) Pembayaran kontribusi tahunan pertama ke RekeningKas Umum Negara oleh mitra BGS/BSG harusdilakukan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelumpenandatanganan perjanjian BGS/BSG.
(2) Pembayaran kontribusi tahunan tahun berikutnya keRekening Kas Umum Negara harus dilakukan palinglambat tanggal 31 Maret setiap tahun sampai denganberakhirnya perjanjian BGS/BSG.
(3) Pembayaran kontribusi tahunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan denganbukti setor.
Pasal 116
(1) Dalam jangka waktu pengoperasian BGS/BSG, palingsedikit 10% (sepuluh persen) dari hasil BGS/BSGharus digunakan langsung oleh Pengguna Baranguntuk penyelenggaraan tugas dan fungsipemerintahan.
(2) Besaran hasil BGS/BSG yang digunakan langsungsebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan olehPengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan yangdilakukan oleh tim yang dibentuk oleh PengelolaBarang.
(3) Penyerahan bagian hasil BGS/BSG yang digunakanlangsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan dalamperjanjian BGS/BSG.
(4) Penetapan penggunaan BMN hasil BGS/BSG yangdigunakan langsung sebagaimana dimaksud padaayat (1), dilakukan oleh Pengelola Barang.
(5) Berdasarkan penetapan Pengelola Barang sebagaimanadimaksud pada ayat (4), Pengguna Barang berwenangmelakukan pengelolaan BMN tersebut sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangpengelolaan BMN.
Bagian
s.lt
(1]
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -
Bagian Kesepuluh
Berakhirnya BGS/BSG
Pasal 117
BGS/BSG berakhir dalam hal:
a. berakhirnya jangka
b.
c.
d.
a.
b.
sebagaimana tertuangBGS/BSG;
pengakhiran perjanjian BGS/BSG secara sepihakoleh Pengelola Barang;berakhirnya perjanjian BGS/BSG;ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Pengakhiran BGS/BSG sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b, dapat dilakukan dalam hal mitraBGS/BSG tidak memenuhi kewajiban sebagaimanatertuang dalam perjanjian dan ketentuan dalamPeraturan Menteri ini, antara lain:
mitra BGS/BSG terlambat membayar kontribusitahunan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut;atau
mitra BGS/BSG tidak membayar kontribusitahunan sebagaimana ditentukan dalamperjanjian BGS/BSG sebanyak 3 (tiga) kaliberturut-turut.
(3) Pengakhiran BGS/BSG sebagaimana dimaksud padaayat (2) dapat dilakukan oleh Pengelola Barang secaratertulis tanpa melalui pengadilan.
Pasal 118
(1) Pengakhiran perjanjian BGS/BSG secara sepihak olehPengelola Barang sebagaimana dimaksud dalamPasal 117 ayat (1) huruf b, dilaksanakan dengantahapan:
a. Pengelola Barang menerbitkan teguran tertulispertama kepada mitra BGS/BSG;
b. dalam hal mitra BGS/BSG tidak melaksanakanteguran dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) harikalender sejak diterbitkan teguran tertulispertama, Pengelola Barang menerbitkan tegurantertulis kedua;
waktu
dalamBGS/BSGperjanjian
c. dalam.
SL•I
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-65 -
c. dalam hal mitra BGS/BSG tidak melaksanakanteguran kedua dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)hari kalender sejak diterbitkan teguran tertuliskedua, Pengelola Barang menerbitkan tegurantertulis ketiga yang merupakan teguran terakhir;
d. dalam hal mitra BGS/BSG tidak melaksanakanteguran ketiga dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)hari kalender sejak diterbitkan teguran tertulisketiga, Pengelola Barang menerbitkan suratpengakhiran BGS/BSG.
(2) Setelah menerima surat pengakhiran BGS/BSGsebagaimana pada ayat (1) dalam jangka waktu palinglama 30 (tiga puluh) hari, mitra BGS/BSG wajibmenyerahkan objek BGS/BSG kepada Pengelola Barang.
(3) Pengelola Barang meminta aparat pengawasan internpemerintah untuk melakukan audit atas objekBGS/BSG yang diserahkan oleh mitra BGS/BSG.
(4) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditujukanuntuk memeriksa:
a. kesesuaian jumlah dan kondisi objek BGS/BSGantara yang akan diserahkan dengan perjanjianBGS/BSG;
b. kesesuaian bangunan dan fasilitas hasil BGS/BSGantara yang akan diserahkan dengan perjanjianKSP; dan
c. laporan pelaksanaan BGS/BSG.
(5) Aparat pengawasan intern pemerintah melaporkanhasil audit kepada Pengelola Barang dengan tembusankepada mitra BGS/BSG.
(6) Mitra BGS/BSG menindaklanjuti seluruh hasil audityang disampaikan oleh aparat pengawasan internpemerintah dan melaporkannya kepada PengelolaBarang.
(7) Serah terima objek BGS/BSG dilakukan paling lambatpada saat berakhirnya jangka waktu BGS/BSG dandituangkan dalam berita acara serah terima.
(8) Mitra tetap berkewajiban menindaklanjuti hasil auditdalam hal terdapat hasil audit yang belum selesaiditindaklanjuti oleh mitra setelah dilakukannya serahterima sebagaimana dimaksud pada ayat (7).
(9) Pengakhiran sepihak BGS/BSG tidak menghilangkankewajiban mitra BGS/BSG untuk memenuhikewajibannya sebagaimana tertuang dalam perjanjianBGS/BSG.
Bagian
s.
{
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-66-
Bagian Kesebelas
Tata Cara Pelaksanaan BGS/BSGAtas BMN Berupa Tanah Yang Berada Pada Pengelola Barang
Paragraf 1
Tahapan
Pasal 119
Tahapan pelaksanaan BGS/BSG atas BMN yang beradapada Pengelola Barang meliputi:a. inisiatif atau permohonan;b. penelitian administrasi;c. pembentukan tim dan Penilaian;d. perhitungan besaran penerimaan negara berupa
kontribusi tahunan dan persentase hasil BGS/BSGyang digunakan langsung untuk tugas dan fungsipemerintahan;
e. pemilihan mitra;
f. penerbitan Keputusan;g. penandatanganan perjanjian; danh. pelaksanaan.
Paragraf 2
Inisiatif atau Permohonan
Pasal 120
BGS/BSG atas BMN yang berada pada Pengelola Barangdapat dilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Pengelola Barang; ataub. permohonan dari Pihak Lain.
Pasal 121
(1) Inisiatif Pengelola Barang atas BGS/BSG BMNsebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 huruf aBMN118^11 dalam bentuk rek°mendasi BGS/BSG
(2) Inisiatif Pengelola Barang sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat berasal dari rencana kebutuhan yangdisampaikan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Pasal 122
<S*-{
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-67 -
Pasal 122
(1) Permohonan dari Pihak Lain sebagaimana dimaksuddalam Pasal 120 huruf b, diusulkan kepada PengelolaBarang yang memuat:
a. latar belakang permohonan;
b. rencana peruntukan BGS/BSG;
c. jangka waktu BGS/BSG;
d. usulan besaran kontribusi tahunan; dan
e. usulan persentase hasil BGS/BSG yangdigunakan langsung untuk tugas dan fungsipemerintahan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilengkapi dengan:
a. data BMN yang diajukan untuk dilakukanBGS/BSG;
b. data pemohon BGS/BSG;
c. proposal rencana usaha BGS/BSG;
d. informasi lainnya berkaitan dengan usulanBGS/BSG, antara lain informasi mengenai:1. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan
penataan kota; dan
2. bukti kepemilikan atau dokumen yangdipersamakan.
Paragraf 3
Perhitungan Besaran Kontribusi Tahunan,Dan Persentase Hasil BGS/BSG Yang Digunakan Langsung
Untuk Tugas dan Fungsi Pemerintahan
Pasal 123
(1) Besaran kontribusi tahunan dihitung oleh timBGS/BSG berdasarkan dan/atau mempertimbangkanlaporan penilaian nilai wajar BMN dan laporan analisisdari Penilai.
(2) Penghitungan hasil BGS/BSG yang digunakanlangsung untuk tugas dan fungsi pemerintahan,dilakukan oleh tim BGS/BSG sesuai ketentuansebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang dapatmenugaskan Penilai untuk melakukan perhitunganhasil BGS/BSG yang digunakan langsung untuk tugasdan fungsi pemerintahan.
(4) Besaran.
**/
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 68 -
(4) Besaran kontribusi tahunan dan hasil BGS/BSG yangdigunakan langsung untuk tugas dan fungs!pemerintahan yang ditetapkan Pengelola Barangmerupakan nilai limit terendah dalam pelaksanaanpemilihan mitra.
Paragraf 4
Pelaksanaan BGS/BSG
Pasal 124
(1) Mitra BGS/BSG harus melaksanakan pembangunangedung dan fasilitasnya sebagaimana ditentukan dalamperjanjian BGS/BSG.
(2) Dalam hal mitra selesai melaksanakan pembangunan:Mitra harus menyerahkan hasil BGS/BSG yangdigunakan langsung untuk penyelenggaraan tugasdan fungsz pemerintahan sebagaimanadiperjanjikan kepada Pengelola Barang;mitra dapat langsung mengoperasionalkan hasilBGS- yang dibangun sesuai dengan perjanjian
dalam hal yang dilaksanakan BSG:1. mitra harus menyerahkan hasil BSG kepada
Pengelola Barang setelah selesai pembangunan;2. hasil BSG yang diserahkan kepada Pengelola
Barangditetapkan sebagai BMN;
Pasal 125
Ketentuan mengenai pelaksanaan KSP BMN sebagaimanadimaksud dalam Pasal 83 sampai dengan Pasa £"usmutandis berlaku untuk pelaksanaan BGS/BSG yangberada pada Pengelola Barang. Y g
Bagian Kedua Belas
Tata Cara Pelaksanaan BGS/BSGAtas BMN Yang Berada Pada Pengguna Barang
Pasal 126
(1) BMN berupa tanah yang berada pada Pengguna Baranedapat dilakukan BGS/BSG berdasarkan: ga. inisiatif Pengguna Barang; ataub. permohonan dari Pihak Lain.
(2) Inisiatif <$-(71
a.
c.
V
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-69 -
(2) Inisiatif Pengguna Barang atas pelaksanaan BGS/BSGBMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,disampaikan dalam bentuk surat permohonanpelaksanaan BGS/BSG yang ditujukan kepadaPengelola Barang.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dapat berasal dari permohonan Pihak Lain.
Pasal 127
(1) Pengguna Barang mengajukan permohonanpersetujuan BGS/BSG kepada Pengelola Barang yangmemuat:
a. latar belakang permohonan;
b. rencana peruntukan BGS/BSG;
c. jangka waktu BGS/BSG;
d. usulan besaran kontribusi tahunan; dan
e. usulan persentase hasil BGS/BSG yangdigunakan langsung untuk tugas dan fungsipemerintahan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disertai:
a. data BMN yang diajukan untuk dilakukanBGS/BSG;
b. data pemohon BGS/BSG;
c. proposal BGS/BSG;
d. data BMN yang akan dilakukan BGS/BSG;
e. surat pernyataan dari Pengguna Barang yangmemuat bahwa:
1. BMN yang akan dilakukan BGS/BSG tidaksedang digunakan dalam rangkapenyelenggaraan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga; dan
2. Pelaksanaan BGS/BSG BMN tidak akanmengganggu pelaksanaan tugas dan fungsiKementerian/Lembaga;
f. informasi lainnya berkaitan dengan usulanBGS/BSG, antara lain informasi mengenai:
1. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah danPenataan kota;
2. bukti kepemilikan atau dokumen yangdipersamakan.
(3) Dalam.^ /
(3)
(4)
(1)
(4)
(1)
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 70-
Dalam hal permohonan BGS/BSG yang diajukan olehPengguna Barang bukan berdasarkan permohonan danpemohon BGS/BSG, maka permohonan BGS/BSGkepada Pengelola Barang tidak perlu disertai datapemohon BGS/BSG sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b. p
Berdasarkan permohonan Pengguna Barang, PengelolaBarang melakukan penelitian administrasi atas BMNyang akan dilakukan BGS/BSG, termasuk tetapi tidakterbatas pada:
a. permohonan BGS/BSG;b. dokumen objek BGS/BSG; danc penetapan status penggunaan.
Pasal 128
Berdasarkan hasil penelitian administrasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 127 ayat (4), Pengelola Barangr^mo?^ disetuJui atau tidaknya permohonanoLro/ BSG.
(2) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujuipermohonan BGS/BSG, Pengelola Barangmemberitahukan kepada Pengguna Barang dengandisertai alasannya.
(3) nr^n Penge!oIa baran§ menyetujui permohonanBGS/BSG, Pengelola barang menerbitkan surat yangmemuat bahwa Pengelola Barang menyetujui dankewajiban dari Pengguna Barang untuk menyerahkanBMN yang akan dijadikan sebagai objek BGS/BSGkepada Pengelola Barang. 7
X^ fT ya,ng akan dlJ'adlk^ sebagai objekBGS/BSG dilakukan dengan berita acara serah terima.
Pasal 129
™ZntUT rmSian kebutuhan bangunan dan fasilitasyang akan dibangun di atas objek BGS/BSGditentukan bersama antara Pengelola Barang danPengguna Barang. s
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan KSP BMNPasaf9T"nat ,imakSUd ?lam PaSal 83 SamPai denganBG tmtr It mUtandlS bCrlaku Untuk PelaksanaanBGS/BSG BMN atas tanah yang berada pada PenggunaBarang yang sudah diserahkan oleh Pengguna Barangkepada Pengelola Barang. ^arang
BAB IX
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-71 -
BAB IX
KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 130
(1) KSPI dilakukan dengan pertimbangan:
a. dalam rangka kepentingan umum dan/ataupenyediaan infrastruktur guna mendukung tugasdan fungsi pemerintahan;
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia danadalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarauntuk penyediaan infrastruktur; dan
c. termasuk dalam daftar prioritas proyek programpenyediaan infrastruktur yang ditetapkanpemerintah.
(2) Mitra KSPI yang telah ditetapkan, selama jangka waktuKSPI:
a. dilarang menjaminkan, menggadaikan, ataumemindahtangankan BMN yang menjadi objekKSPI;
b. wajib memelihara objek KSPI dan barang hasilKSPI; dan
c. dapat dibebankan pembagian kelebihankeuntungan sepanjang terdapat kelebihankeuntungan yang diperoleh dari yang ditentukanpada saat perjanjian dimulai (clawback).
(3) Mitra KSPI harus menyerahkan objek KSPI dan baranghasil KSPI kepada pemerintah pada saat berakhirnyajangka waktu KSPI sesuai perjanjian.
(4) Barang hasil KSPI menjadi BMN sejak diserahkankepada pemerintah sesuai perjanjian.
Bagian Kedua
Pihak Pelaksana KSPI
Pasal 131
(1) Pihak yang dapat melaksanakan KSPI adalah:
a. Pengelola Barang, untuk BMN berupa tanahdan/atau bangunan yang berada pada PengelolaBarang;
b. Pengguna ^^ /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -
b. Pengguna Barang, dengan persetujuan PengelolaBarang, untuk:
1. BMN berupa tanah dan/atau bangunan2. BMN sebagian tanah dan/atau bangunan yang
masih digunakan oleh Pengguna Barang;dan/atau
3. BMN selain tanah dan/atau bangunan.
(2) Pihak yang dapat menjadi mitra KSPI terdiri atas:a. perseroan terbatas;
b. Badan Usaha Milik Negara;c. Badan Usaha Milik Daerah; dan/ataud. koperasi.
Bagian Ketiga
Objek KSPI
Pasal 132
Objek KSPI meliputi:
a. BMN berupa tanah dan/atau bangunan pada PengelolaBarang/Pengguna Barang;
b. BMN atas sebagian tanah dan/atau bangunan yangmasih digunakan oleh Pengguna Barang; atau
c. BMN selain tanah dan/atau bangunan.
Bagian Keempat
Jangka Waktu
Pasal 133
(1) Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahundan dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan jangka waktu KSPI hanya dapatdilakukan apabila terjadi government force majeureseperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkanoleh terjadmya krisis ekonomi, politik, sosial, dankeamanan.
Bagian
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-73 -
Bagian Kelima
Pembagian Kelebihan Keuntungan
Pasal 134
(1) Pembagian kelebihan keuntungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 130 ayat (2) huruf c ditetapkanoleh Pengelola Barang.
(2) Bagian kelebihan keuntungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) yang menjadi hak pemerintah seluruhnyadisetorkan ke Rekening Kas Umum Negara.
Bagian Keenam
Tata Cara KSPI
Pasal 135
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan KSPIdiatur dengan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
BABX
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN
Bagian Kesatu
Pengamanan
Pasal 136
(1) Mitra Pemanfaatan wajib melakukan pengamanan danpemeliharaan atas BMN objek Pemanfaatan.
(2) Dalam hal Pemanfaatan BMN berupa KSP, BGS, danKSPI, mitra Pemanfaatan harus melakukanpengamanan dan pemeliharaan atas barang hasilPemanfaatan BMN berdasarkan perjanjian.
(3) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) ditujukan untuk mencegah terjadinyapenurunan fungsi dan hilangnya BMN objekPemanfaatan dan hasil Pemanfaatan BMN.
(4) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) ditujukan untuk menjaga kondisi danmemperbaiki BMN objek Pemanfaatan dan hasilPemanfaatan BMN agar selalu dalam keadaan baik dansiap untuk digunakan secara berdaya guna danberhasil guna.
(5) Perbaikan<*7
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
74
(5) Perbaikan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (4)harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat padasaat berakhirnya jangka waktu Pemanfaatan.
(6) Seluruh biaya pengamanan dan pemeliharaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)menjadi beban mitra Pemanfaatan.
Pasal 137
(1) Mitra Pemanfaatan dilarang mendayagunakan BMNobjek Pemanfaatan selain untuk peruntukanPemanfaatan sesuai perjanjian.
(2) Mitra Pemanfaatan dilarang menjaminkan ataumenggadaikan BMN objek Pemanfaatan.
BAB XI
PENATAUSAHAAN
Pasal 138
(1) Pengelola Barang melakukan penatausahaan ataspelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada padaPengelola Barang.
(2) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukanpenatausahaan atas pelaksanaan Pemanfaatan BMNyang berada pada Pengguna Barang/Kuasa PenggunaBarang sesuai jenjang kewenangan.
Pasal 139
(1) Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjutpersetujuan KSP kepada Pengelola Barang dengandilampiri dokumen:
a. penetapan mitra KSP;
b. berita acara pemilihan mitra KSP ataupenunjukan langsung mitra KSP;
c. perjanjian KSP; dan
d. berita acara serah terima objek KSP.(2) Dalam hal tidak dilakukan penandatanganan
perjanjian KSP dan serah terima objek KSP dalamwaktu 1 (satu) tahun setelah diterbitkan persetujuanKSP, Pengguna Barang menyampaikan kepadaPengelola Barang bahwa KSP tidak dilaksanakanbeserta alasannya.
Pasal 140
S^
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 75-
Pasal 140
(1) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barangmenyampaikan laporan perkembangan pelaksanaanPemanfaatan BMN kepada Pengelola Barang sesuaiperaturan di bidang penatausahaan BMN.
(2) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barangmengungkapkan informasi mengenai objek PemanfaatanBMN ke dalam Laporan Barang Pengguna/KuasaPengguna sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 141
(1) Kecuali Pemanfaatan BMN berupa Sewa denganperiodesitas bulan, hari, dan jam, mitra PemanfaatanBMN melaporkan secara tertulis penyetoranpenerimaan negara bukan pajak atas pelaksanaanPemanfaatan BMN sesuai perjanjian dengan dilampiribukti penyetoran penerimaan negara bukan pajak:a. kepada Pengelola Barang, untuk BMN yang berada
pada Pengelola Barang; ataub. kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang, untuk BMN yang berada pada PenggunaBarang/ Kuasa Pengguna Barang.
(2) Bukti penyetoran penerimaan negara bukan pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakandokumen sumber pelaksanaan penatausahaanPemanfaatan BMN.
BAB XII
SANKSI
Bagian Kesatu
Denda
Pasal 142
(1) Dalam hal mitra KSP terlambat melakukanpembayaran atau melakukan pembayaran namun tidaksesuai dengan ketentuan atas kontribusi tetapdan/atau pembagian keuntungan KSP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 70 sampai dengan Pasal 78pada waktu yang telah ditentukan sebagaimanaperjanjian, mitra KSP wajib membayar denda palingsedikit 3% (tiga persen) per bulan dari jumlahkewajiban yang masih harus dibayarkan oleh mitraKSP.
(2) Jangka
<*T
(2)
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 76-
Jangka waktu keterlambatan dihitung secara bulatdalam periode bulan.
(3) Pembayaran denda sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui penyetoran ke Rekening KasUmum Negara.
Pasal 143
(1) Dalam hal mitra BGS/BSG terlambat melakukanpembayaran atau melakukan pembayaran namun tidaksesuai dengan ketentuan atas kontribusi tahunansebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 sampaidengan Pasal 115 pada waktu yang telah ditentukansebagaimana perjanjian, mitra BGS/BSG dikenakandenda paling sedikit sebesar 3% per bulan dari jumlahkewajiban yang masih harus dibayarkan oleh mitraIYOJF.
(2) Jangka waktu keterlambatan dihitung secara bulatdalam periode bulan.
(3) Pembayaran denda sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan melalui penyetoran ke Rekening KasUmum Negara.
Pasal 144
(1) Dalam hal BMN yang dimanfaatkan tidak dipeliharadengan baik sesuai ketentuan pada perjanjian, mitramelakukan memperbaiki sampai pada kondisi sesuaidengan yang diperjanjikan.
(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harussudah selesai dilaksanakan paling lambat pada saatberakhirnya masa Pemanfaatan.
Pasal 145
(1) Dalam hal BMN yang dimanfaatkan hilang selamapelaksanaan masa Pemanfaatan akibat kesalahan ataukelalaian mitra Pemanfaatan dalam pengamanan objekPemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal136, mitra wajib mengganti objek Pemanfaatan danhasil Pemanfaatan BMN dengan barang yang sama ataubarang yang sejenis dan setara.
(2) Penggantian BMN sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus sudah selesai dilaksanakan palinglambat pada saat berakhirnya Pemanfaatan BMN.
Pasal 146
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 77 -
Pasal 146
(1) Dalam hal perbaikan dan/atau penggantian BMNsebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 tidak dapatdilakukan, mitra membayar biaya perbaikan dan/ataupenggantian tersebut secara tunai.
(2) Penentuan besaran biaya sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada padaPengelola Barang;
b. Pengguna Barang, untuk BMN yang berada padaPengguna Barang:
(3) Pembayaran biaya sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dengan cara menyetorkan keRekening Kas Umum Negara paling lama 1 (satu) bulanterhitung sejak adanya penetapan sebagaimanadimaksud pada ayat (2).
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 147
(1) Mitra dikenakan sanksi administratif berupa suratteguran dalam hal:
a. belum melakukan perbaikan dan/ataupenggantian sebagaimana dimaksud dalam Pasal136 pada saat berakhirnya Pemanfaatan;
b. belum menyerahkan BMN objek Pemanfaatandan/atau atau hasil Pemanfaatan pada saatberakhirnya Pemanfaatan.
(2) Dalam hal perbaikan, penggantian, dan/ataupenyerahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)belum dilakukan terhitung 1 (satu) bulan sejakditerbitkannya surat teguran sebagaimana dimaksudpada ayat (1), mitra dikenakan sanksi administratifberupa surat peringatan.
(3) Dalam.
^7
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 78-
(3) Dalam hal perbaikan, penggantian, dan/ataupenyerahan BMN belum dilakukan terhitung 1 (bulan)sejak diterbitkannya surat peringatan sebagaimanadimaksud pada ayat (2), mitra dikenakan sanksiadministratifberupa denda, dengan ketentuan:a. sebesar 2% (dua persen) per hari dari nilai
perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal136;
b. sebesar 2% (dua persen) per hari dari nilaipenggantian dimaksud dalam Pasal 136; dan/atau
c sebesar 110% (seratus sepuluh persen) dari tarifsewa sesuai ketentuan yang berlaku yang dihitungdengan menggunakan periode sewa harian sesuaiketerlambatan penyerahan BMN.
Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) palingbanyak:
a. sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilaiperbaikan; dan/atau
b. sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilaipenggantian.
(4)
Pasal 148
Dalam hal denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147ayat (3) dan ayat (4) tidak dilunasi mitra Pemanfaatan, makapenyelesaiannya diserahkan kepada Panitia Urusan PiutangNegara (PUPN) sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Pasal 149
(1) Pengelola Barang/ Pengguna Barang mengenakandenda kepada mitra atas pelanggaran yang dilakukanselain dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 147 dalam batas kewenangan masing-masingberdasarkan perjanjian sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.
(2) Pembayaran dan penyelesaian denda sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mutatis mutandis berlakuketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 147 danPasal 148.
Pasal 150.
a.V
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 79 -
Pasal 150
(1) Tata cara pelaksanaan pemanfaatan BMN dilakukandengan berpedoman pada Modul Pemanfaatan BMN.
(2) Modul Pemanfaatan BMN sebagaimana dimaksud padaayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal KekayaanNegara atas nama Menteri Keuangan
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 151
(1) Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaanPemanfaatan BMN berupa sebagian tanah dan/ataubangunan dan selain tanah dan/atau bangunansetelah diberikannya persetujuan oleh Pengelola Baranghingga saat penandatanganan perjanjian sepenuhnyamenjadi tanggung jawab Pengguna Barang.
(2) Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaanPemanfaatan BMN setelah penandatanganan perjanjiansepenuhnya menjadi tanggung jawab para pihak dalamperjanjian Pemanfaatan bersangkutan.
(3) Pemanfaatan atas BMN yang sudah dilaksanakannamun belum memperoleh persetujuan MenteriKeuangan harus ditinjau ulang dan dilakukan auditoleh aparat pengawas fungsional sesuai ketentuanperaturan perundangan.
(4) Rekomendasi hasil peninjauan ulang dan audit yangdilakukan oleh aparat pengawas fungsionalsebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajibditindaklanjuti oleh Pengguna Barang sebagaimanamestinya.
Pasal 152.
0.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
-80-
Pasal 152
Penilai dibagi menjadi 2 (dua):
a. Penilai Pemerintah, yakni Pegawai Negeri di lmgkunganpemenntah yang memiliki kualifikasi dan kemLpuanmelakukan kegiatan penilaian sesuai dengan bidangdan keahhan yang dimiliki; 8
b. Penilai Publik atau Penilai eksternal, yakni orangperseorangan selain Pegawai Negeri yang memilikikualifikasi dan kemampuan melakukan kegiatanPenilaian sesuai dengan bidang dan keahlian yang
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 153
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:a. usulan Pemanfaatan BMN yang telah diajukan
oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barangdan belum memperoleh persetujuan PengelolaBarang, proses selanjutnya mengikuti ketentuandalam Peraturan Menteri ini;
usulan Pemanfaatan BMN yang telah diajukanoleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barangdan telah memperoleh persetujuan PengelolaBarang serta belum dilaksanakan, namunterdapat revisi data yang diajukan oleh PenggunaBarang/Kementerian/Lembaga dimaksud, dapatditerbitkan persetujuan baru berdasarkanketentuan dalam Peraturan Menteri ini dandikategonkan telah memenuhi syarat danketentuan yang diatur dalam Peraturan Menterimi;
c. pelaksanaan.
SIV
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
- 81 -
c. pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang sedangberlangsung sesuai dengan ketentuan dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara PelaksanaanPenggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan DanPemindahtanganan Barang Milik Negaradinyatakan tetap berlaku hingga berakhirnyajangka waktu Pemanfaatan.
(2) Pelaksanaan perpanjangan Pemanfaatan BMN ataspelaksanaan Pemanfaatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c mengikuti ketentuan dalamPeraturan Menteri ini.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 154
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuanmengenai pemanfaatan BMN sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara,dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 155
Tata cara penghitungan kontribusi tetap dan/ataupembagian keuntungan untuk KSP dan BGS/BSG dalampenataan pemanfaatan BMN di lingkungan TNImenggunakan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 156
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar.
S.
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam BeritaNegara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 30 April 2014
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
Diundangkan di JakartaPada tanggal 30 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ...2014.. NOMOR .5.8.9...
Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUM
KEPALA B^IjflrrD^fog^ENTERIAN
BIRO UMUM ' <1GIARTQy
NIP 195^04201984021001y
c