Post on 13-Mar-2019
Mengajar dengan Portofolio
Mengajar dengan Portofolio
Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd
PT Indeks, Jakarta2013
Praktis Dilaksanakan di Perguruan Tinggi, SMA, SMP, SD, dan Sederajat
Edisi RevisiCetakan Ke III
Mengajar dengan Portofolio:Praktis Dilaksanakan di Perguruan Tinggi, SMA, SMP, SD, dan SederajatEdisi Revisi
Penulis: Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. Pd Penata Letak: Sigit KesitKoordinator Editorial: Bambang SarwijiPenyelaras: Ria Dwi K.Pemodifi kasi Desain Sampul: Ria Dwi K.
Hak Cipta Bahasa Indonesia©2013, 2012, 2010, Penulis
PT IndeksPermata Puri Media Jl. Topaz Raya C2 No. 16Kembangan-Jakarta Barat 11610
All rights reserved. No part of this book may be reproduced or transmitted, in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopying, recording or by any information storage retrieval system, without permission in writing from the publisher or copyrights holder.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memind-ahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis mau-pun mekanis, termasuk memfotokopi, me rekam, atau dengan teknik perekaman lain-nya, tanpa seizin tertulis dari penerbit atau pemegang hak cipta.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
ISBN (10) 9 7 9 - 0 6 2 - 0 7 7 - 2 (13) 9 7 8 - 9 7 9 - 0 6 2 - 0 7 7 - 3
Cetakan pertama, 2010Cetakan kedua, 2012Cetakan ketiga, 2013
v
Sekapur Sirih
Buku yang berjudul “MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO“ ini merupakan hasil karya Dr. Yuliani Nurani Sujiono ilmuwan muda yang berkeinginan untuk berbagi pengalaman tentang hasil penelitian dari thesisnya pada Program Studi
Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana di Universitas Negeri Jakarta. Saya mengenal penulis cukup lama, tidak saja sebagai pembimbing thesis dan
disertasinya tetapi lebih dari itu sebagai salah satu mitra kerja selama memberikan layanan pendidikan dan pelatihan diberbagai instansi pemerintah dan swasta, utamanya pada bidang kajian teknologi pembelajaran. Berbekal pengalaman selama menjadi instruktur diklat itulah, Dr. Yuliani Nurani Sujiono terpicu dan terpacu untuk mengangkat salah satu model pembelajaran yang berbasis pengalaman kerja, yaitu dengan mengembangkan suatu model mengajar berbasis portofolio.
Buku ini sangat layak dibaca oleh para pendidik dan instruktur pelatihan mulai dari jenjang pendidikan awal di SD, SMP, SMA dan sederajat hingga pada pembelajaran di Perguruan Tinggi. Selain dibaca, tentu saja layak untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas masing-masing. Secara khusus penulis menjabarkan beberapa contoh proses mengajar dengan portofolio di Perguruan Tinggi (IKIP Jakarta saat itu) yang merupakan hasil thesisnya.
Didalam suasana akademik yang semakin beragam dewasa ini, begitu banyak model pembelajaran yang ditawarkan untuk dapat diterapkan demi keberhasilan belajar peserta di-dik. Buku ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk dapat menghargai perbedaan individual (individual diff erences) pada diri peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan mengandalkan kemauan dan kemampuan yang ada pada diri masing-masing peserta didik, maka diyakini bahwa potensi yang tersembunyi (the hidden potency) akan dapat menjadi po-tensi unggul yang teraktualisasikan, karena “ peserta didik adalah pebelajar aktif yang selalu mencari dan menemukan serta mampu membangun pengetahuannya sendiri”.
Selamat dan sukses, saya sampaikan pada penulis. Teruslah berkarya untuk mewujudkan masyarakat belajar Indonesia yang semakin kreatif dan dinamis, namun tetap rendah hati dan berakar pada jati diri sebagai bangsa yang bermartabat.
Jakarta, 2 Mei 2009Prof. Dr. M. Atwi Suparman, M.ScRektor Universitas Terbuka
vii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Ilahi Robbi atas selesainya buku yang berjudul ”MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO” yang merupakan pengembangan dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada berbagai jenjang pendidikan dan diklat kedinasan.
Kelahiran buku ini memang terinspirasi dari maraknya peristilahan tentang PORTOFOLIO yang berkembang dikalangan masyarakat belajar di Indonesia, seiring dengan program Sertifi kasi Guru yang diluncurkan oleh Pemerintah disemua jenjang pendidikan.
Serta merta penulis teringat bahwa ketika penulis lulus dari program Magister Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (saat itu masih dikenal dengan IKIP Jakarta) dengan judul tesis “Pengembangan Model Penugasan Portofolio”. Selanjutnya penelitian sejenis juga dilakukan pada beragam lembaga pendidikan, dengan harapan semakin banyak masyarakat belajar yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini. Diseminasi juga telah dilakukan melalui bantuan penelitian PNBP yang digulirkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta.
Selanjutnya, melalui daya upaya yang cukup melelahkan (diantara kesibukan sebagai Pembantu Dekan bidang Akademik di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2007-2011) penulis kembali meramu hasil penelitian tersebut, sehingga menjadi sebuah buku referensi yang kini hadir ditangan saudara dan saudari yang budiman.
Demi melengkapi kesempurnaan dari buku ini agar dapat dijadikan referensi oleh berbagai kalangan, maka telah dilakukan berbagai diskusi yang intensif untuk memantau efektivitas dalam penerapannya di jenjang persekolahan maupun diberbagai lembaga diklat kedinasan ataupun yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Dalam edisi revisi ini penulis mengucapkan terima kasih pada Tim Reviewer Universitas Negeri Jakarta, yaitu Prof. Dr. Martini Jamaris, MSc. Ed., Prof. Dr. B.P. Sitepu, Prof. Dr. Yetty Supriyati, MPd., Prof. Dr. Suryani, SH., dan Prof. Dr. Ilza Maryuni, MA. Semoga Tuhan YME membalas budi baik para guru besar yang amat sangat saya hormati dan banggakan. .
K A T A P E N G A N T A R
viii
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap buku ini dapat menjadi salah satu referensi dalam menciptakan pembelajaran inovatif. Selain itu, untuk tetap menjaga nilai keilmiahan dari buku ini, saran dan masukan yang positif dari pembaca tentu saja sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa datang. Terima kasih.
Jakarta, Mei 2013 Yuliani Nurani Sujiono
Kupersembahkan kepada guru-guruku yang telah mendidik diri ini dengan cinta kasih dan harapan
sejak dalam buaian hingga kini. Tanpa jasa, jerih payah, dan doa tulus yang selalu mereka lantunkan, diri ini
tidak akan pernah menjadi seperti ini.
xi
Sekapur Sirih ................................................................................ vKata Pengantar ............................................................................ viiDaftar Isi ....................................................................................... xiBAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO ...................................................... 1
Peristilahan Portofolio .................................................................................... 2Tujuan Portofolio ............................................................................................. 7Berbagai Jenis Portofolio ................................................................................ 9Karakteristik Portofolio yang Efektif ............................................................ 10Penggunaan Portofolio Dalam Pendidikan ................................................. 10
Portofolio sebagai Pengukur Kompetensi/Alat Akreditasi ................ 10Portofolio sebagai Model dan Strategi Pembelajaran ......................... 11Portofolio sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar ................................... 12
Hasil Penelitian Tentang Portofolio .............................................................. 13
BAB 2 SISTEM KREDIT SEMESTER ................................................... 17Pelaksanaan Sistem Kredit Semester ............................................................ 18Pembelajaran dalam Satuan Kredit Semester .............................................. 22
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN .................. 25Model Pembelajaran ....................................................................................... 26
Model Belajar Penemuan Bruner .......................................................... 27Model Belajar Bermakna Ausubel ......................................................... 28Fase dan Kejadian Belajar Gagne .......................................................... 28
Belajar Melalui Pengalaman ........................................................................... 31Teknik Penugasan Portofolio ......................................................................... 31
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER ....................................... 37Pembelajaran Penugasan Portofolio ............................................................. 38Pencapaian Penguasaan Peserta Didik terhadap Tujuan Pembelajaran ... 41Efektivitas Teknik Penugasan Portofolio ...................................................... 42Kelebihan dan Kelemahan Penugasan Portofolio ....................................... 45
Daftar Isi
xii
D A F T A R I S I
BAB 5 PENGEMBANGAN & PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO ................................................. 49
Tujuan Pengembangan Model ....................................................................... 50Dasar Pengembangan Model ......................................................................... 50Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran Penugasan Portofolio .... 53
1. Merumuskan Tujuan Akhir Pembelajaran ................................... 532. Membuat Bagan Analisis Tugas Belajar ........................................ 553. Mengidentifi kasi Perilaku dan Karakteristik Awal Peserta didik 574. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus/Indikator .............. 595. Mengembangkan Alat Evaluasi ..................................................... 606. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Penugasan Portofolio 617. Menyusun Program Pembelajaran ................................................ 628. Menyusun dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif ......................... 62
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN ................................................................. 65Pedoman bagi Pengajar................................................................................... 66Pedoman Penyusunan Bagi Peserta Didik ................................................... 70Pelaksanaan Program Penilaian .................................................................... 75Pedoman Pelaksanaan Program Monitoring .............................................. 85
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PPKHB DALAM AKREDITASI GURU ..... 89Rasional ............................................................................................................ 90Apa dan Mengapa PPKHB? .......................................................................... 91
Pengertian PPKHB ................................................................................. 92Dasar Hukum PPKHB ............................................................................ 92
Implementasi Penyelenggaraan PPKHB ..................................................... 92Pengalaman Kerja .................................................................................... 93
Hasil Belajar ..................................................................................................... 94Kualifi kasi Akademik .............................................................................. 94Pelatihan Guru ......................................................................................... 95Prestasi Akademik ................................................................................... 95
Penyelenggaraan PPKHB ............................................................................... 96Prosedur Penyelenggaraan ............................................................................. 96Sistem Pengajuan dan Penilaian .................................................................... 96Dokumen Portofolio ....................................................................................... 96Akreditasi ....................................................................................................... 98Akreditasi Guru ............................................................................................... 100
xiii
D A F T A R I S I
Standar Kompetensi Guru .............................................................................. 102Selayang Pandang Akreditasi Guru diberbagai Negara ...................... 105
Kompetensi Profesionalisme Guru ............................................................. 106Profesionalisme ........................................................................................ 116Peningkatan Kemampuan Profesional Guru ...................................... 117
Pengembangan Diri......................................................................................... 121Pengembangan Mutu Guru ............................................................................ 126
Penelitian .................................................................................................. 126Pengembangan Kompetensi ................................................................... 126Peningkatan Manajemen Mutu ............................................................. 127
Lampiran ..................................................................................... 129Glosarium .................................................................................... 157Indeks.. ........................................................................................ 161Daftar Pustaka ............................................................................. 163Tentang Penulis ............................................................................ 169
1
Hakikat Portofolio
B a b 11
“Sekolah vs. Kehidupan.
Disekolah Anda mendapat pelajaran, kemudian baru diberi ujian. Dalam kehidupan, Anda diberi ujian yang memberikan
pelajaran.”
Tom Bodett, penyiar radio dan penulis buku asal Amerika Serikat
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
2
PERISTILAHAN PORTOFOLIO
Idealnya, penyelenggaraan pendidikan tidak hanya difokuskan pada kegiatan pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge) saja dari pengajar kepada peserta didik, tetapi lebih pada upaya menghasilkan manusia terdidik yang mampu pula menerapkan, mengembangkan bahkan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru sebagai hasil rekayasa dari apa yang pernah didapat sehingga ia dapat mengoptimalkan segala kemampuan yang ada dirinya masing-masing.
Pada kenyataannya, sekarang ini banyak orang yang bergelar akademik, bahkan berderet gelarnya tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuan seperti yang diharapkan atau sesuai dengan gelar yang disandangnya. Di sisi lain, orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak bergelar sulit sekali untuk mendapatkan pengakuan dan atau pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut seringkali terdengar ucapan sindiran “gelar tidaklah selalu mencerminkan kemampuan dan perilaku seseorang”. Ironis sekali... memang!
Maraknya jual beli gelar di masyarakat merupakan salah satu indikasi bahwa sebagian masyarakat haus atau gila gelar, sehingga dengan menghalalkan berbagai cara mereka berusaha untuk mendapatkan gelar dengan cara yang paling mudah walaupun harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Umumnya oknum-oknum yang melakukan modus operandi demikian, didorong oleh keinginan untuk lebih dihargai di masyarakat ataupun karena gengsi ..., misalnya sudah menduduki jabatan tertentu tetapi tidak memiliki gelar apa-apa. Sedangkan untuk mengikuti pendidikan secara reguler tidak mungkin karena tidak ada waktu. Dalam kasus lain, mereka ingin mendapat gelar dengan cara yang instant, tidak mau susah-susah dan berlama-lama belajar, yaa... beli saja !!!
Untuk menghadapi dilema tersebut, perlu kiranya dipikirkan suatu sistem belajar bagi orang-orang yang karena keterbatasan waktu terpaksa tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur reguler tetapi ingin belajar dan mendapatkan gelar. Juga sistem yang dapat mengatur suatu bentuk pengakuan terhadap hasil belajar yang didapat dari pengalamannya dalam bekerja, sehingga mereka merasa dihargai dan mendapat kekhususan dibandingkan peserta didik yang belum berpengalaman, yang baru saja lulus dari sekolah menengah.
Salah satu alternatif bentuk pengukuran yang dapat digunakan dalam mengukur kompetensi seseorang yang hasil belajarnya melalui pengalaman adalah penyusunan portofolio. Melalui penyusunan portofolio diharapkan akan dapat diketahui dan diukur seberapa besar pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil dan belajar melalui pengalaman.
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
3
Saat ini pemerintah Indonesia sedang menggulirkan program PPKHB yang merupakan singkatan dari Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar yang utamanya diperuntukkan bagi guru-guru yang belum berijasah Strata 1 tetapi telah memiliki sejumlah pengalaman kerja dan atau hasil belajar yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, kursus ataupun kegiatan ilmiah lainnya, seperti seminar dan workshop yang relevan dengan bidang ilmu dan pekerjaannya.
Winter (1989: 3-5) menyatakan bahwa portofolio merupakan suatu rangkaian kerja untuk membahas atau mengkaji suatu permasalahan yang harus berisikan deskripsi tentang pengalaman yang dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang dibuat secara tertulis (Winter, 1989: 3-5). Hal ini didukung oleh Airasian yang menjelaskan bahwa rangkaian kerja portofolio diakui keberadaannya apabila terdapat pembahasan dari sebuah proses pengumpulan, penggabungan dan interpretasi informasi untuk mengambil keputusan (Herman, Gearhart dan Aschbacher, 1995: 2-5). Lebih lanjut Winter (1989: 3-5) mengemukakan bahwa portofolio yang baik haruslah berisikan sejumlah pengalaman belajar yang diformulasikan ke dalam suatu bentuk penyajian tentang topik tertentu. Portofolio hendaknya juga disertai dokumentasi atau kumpulan sumber bacaan yang dijadikan rujukan (Winter, 1989 : 3). Selain itu ia menambahkan bahwa penugasan portofolio umumnya diberikan sebagai tugas akhir dari suatu program pendidikan.
Kolb seperti yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2004 : 35) menegaskan bahwa portofolio termasuk belajar dengan mengalami secara langsung (learning by experience). Selanjutnya dijelaskan bahwa belajar dimana seseorang langsung berhubungan dengan kenyataan yang sebenarnya. Berbeda dengan belajar dimana seseorang peserta didik hanya membaca, mendengar dan berbicara atau menulis tentang realita tetapi tidak pernah berhubungan langsung dengan apa yang dibicarakan dalam proses belajarnya. Pada belajar dengan mengalami “learning by experience”, belajar bukan hanya melakukan observasi tentang gejala atau fenomena, tetapi juga berbuat sesuatu tentang apa yang diamatinya tersebut ataupun menerapkan teori yang dipelajari untuk memperoleh hasil yang benar.
Pada hakikatnya semua orang adalah pebelajar yang selalu belajar dan belajar baik sengaja atau tidak disengaja melalui pengalaman disepanjang rentang kehidupannya. Kenyataan inilah yang menjadi salah satu pendorong untuk melakukan pengukuran terhadap sejumlah pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya. Pengukuran diperlukan untuk mengetahui seberapa efektifk ah belajar melalui pengalaman tersebut. Pengukuran terhadap hasil belajar yang terdahulu ( prior learning) adalah bagian terpenting dari perencanaan belajar yang akan datang. Pada dasarnya
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
4
belajar adalah kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan; Sedangkan pengukuran adalah kegiatan mengidentifi kasi pengetahuan yang telah diperoleh. Memperoleh dan mengukur hasil belajar adalah proses yang saling bergantung satu sama lain, hal ini sangat penting disadari karena pengukuran yang dilakukan secara kreatif akan mendorong kegiatan belajar yang selanjutnya. Dengan demikian, jika seseorang dihargai kemampuannya melalui pengukuran hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman, maka hal itu akan terus mendorongnya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kegiatan belajar dapat dibedakan antara belajar di sekolah ( classroom learning) dan belajar melalui pengalaman ( experiental learning). Belajar di sekolah merupakan perpaduan antara informasi ( information assimilation) yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) menerima informasi (melalui sumber-sumber simbolik seperti kuliah dan mem-
baca), (2) memadukan dan mengatur informasi sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip
umum dapat dipahami, (3) menerapkan prinsip umum dalam contoh yang spesifi k, dan (4) menerapkan prinsip umum kedalam suatu lingkungan yang baru.
Sedangkan belajar melalui pengalaman memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) melakukan dan mengamati, (2) memahami akibat dari tindakan yang dilakukannya dalam contoh yang spesifi k,(3) memahami prinsip-prinsip umum, dan (4) menerapkan prinsip-prinsip umum kedalam suatu lingkungan yang baru.
Hal penting yang membedakan antara belajar di sekolah dan belajar melalui pengalaman adalah lebih pada masukan ( input) daripada hasil ( outcome). Perbedaan yang lebih spesifi k lagi adalah perbedaan sumber informasi. Dalam belajar secara tradisional, sumbernya bersifat simbolik seperti kuliah atau membaca. Sedangkan sumber belajar melalui pengalaman adalah melakukan atau mengamati, yaitu sesuatu yang dilakukan pebelajar atau dengan melihat seseorang melakukan, lebih banyak daripada mendengar atau membaca tentang hal tersebut.
Selanjutnya Herman, Gearhart dan Ashbacher (1995 : 3) menjelaskan beberapa fungsi portofolio dalam proses pembelajaran di kelas yang dibandingkan dengan proses pembelajaran secara konvensional yang biasa dilakukan oleh pengajar. Portofolio yang digunakan di dalam kelas memiliki dua fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai suatu
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
5
bentuk penilaian dan sekaligus sebagai teknik pembelajaran yang akan membantu kesempurnaan dalam proses pembelajaran.
Freedman dalam Herman, Gearhart dan Aschbacher (1995 : 5) menambahkan bahwa banyak pertimbangan dan keuntungan potensial portofolio, khususnya jika dibandingkan dengan proses pem belajaran secara konvensional sebab portofolio berisikan hasil pembelajaran di kelas. Perbedaannya, tujuan pembelajaran secara konvensional berada dalam keterampilan yang terpisah-pisah, sedangkan rancangan portofolio yang baik berisikan gambaran kerja yang dapat diselesaikan peserta didik berdasarkan tujuan kurikulum secara berarti, khususnya yang menghendaki cara berfi kir yang kompleks dan penggunaan berbagai macam sumber rujukan. Alasan yang dikemukakannya adalah sebab hasil kerja atau penampilan peserta didik dalam tugas-tugasnya dapat memberikan bukti seberapa besar hasil kerja yang dapat diselesaikan oleh peserta didik tersebut.
Berhubungan dengan kegunaan teknik penugasan portofolio bagi pengajar dan peserta didik di kelas Freedman dalam Herman, Gearhart, Baker, Whitaker (1993 : 1) juga menyatakan bahwa teknik portofolio dapat mendukung kemahiran para pengajar dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan secara mendalam berbagai upaya agar peserta didiknya dapat maju dan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Gearhart, Herman, Baker dan Whitaker, 1993 : 6-8). Akhirnya, yang terpenting adalah bahwa melalui teknik penugasan portofolio peserta didik dapat merefl eksikan dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar, penilaian terhadap hasil belajar mereka dan juga cara belajar mereka sendiri. Lebih luas lagi portofolio dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya kepada orang tua dan lingkungannya terhadap prestasi belajar peserta didik.
Lebih dalam lagi Winter (1989 : 128) mengemukakan beberapa ciri yang mendasari penyusunan dan penyajian berkas portofolio, antara lain yaitu: (1) menunjukkan pengertian tingkat tinggi dari proses pembelajaran, dengan meng-
hubungkan antara pengalaman-pengalaman praktis dengan masalah-masalah teoritis;
(2) berisikan gagasan/ide dan argumentasi yang berkenaan dengan pendidikan disertai hasil penilaian yang kritis;
(3) dapat memberikan sumbangan terhadap masalah-masalah pendidikan dengan mendiskusikan tentang kekuatan dan batasan-batasan dari suatu topik yang dikaji;
(4) menunjukkan masalah dalam pendidikan yang berhubungan denagn lembaga pendidikan lainnya, selain hubungan antara guru dan murid saja;
(5) menunjukkan kritik dan pemikiran tentang satu aspek pendidikan yang dijadikan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
6
kajian; (6) menunjukkan standar dari suatu ciri penyajian secara tertulis dengan kemurnian
ekspresi, konsistensi logis dan struktur material dalam kerangka kerja yang terorganisir secara nyata.
Untuk itu portofolio yang baik membutuhkan rancangan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara berkesinambungan: (1) apakah tujuan penugasan portofolio itu, (2) tugas apa yang harus masuk dalam pengumpulan portofolio, (3) apa standar dan kriteria yang akan digunakan, (4) bagaimana dijaminnya kemantapan penetapan skoring dan penjurian, (5) apakah hasilnya valid untuk tujuan yang telah ditentukan, dan (6) bagaimana hasil-hasil itu digunakan.
Penugasan portofolio lebih mementingkan segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar. Hal ini relevan dengan pendekatan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar. Untuk itulah teknik penugasan portofolio ini sangat didukung oleh teori belajar cognitivistik yang pada inti pembahasannya menyatakan bahwa yang penting dalam belajar adalah prosesnya dan bukan hanya pada hasilnya. Apabila proses belajar berlangsung secara maksimal, maka besar kemungkinan yang didapat akan optimal pula.
Adapun portofolio yang dimaksudkan dalam buku ini, merupakan berkas pengkajian suatu permasalahan ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh. Portofolio menyerupai makalah yang biasa dipakai dalam suatu diskusi kelompok, tetapi portofolio memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan makalah biasa karena pada portofolio selain berisi bahasan lengkap dengan sederetan daft ar pustaka juga disertai fotocopy seluruh sumber bacaan yang secara langsung ataupun tidak langsung menunjang pengkajian topik dan dijadikan lampiran utama.
Dokumentasi berupa fotocopy sumber bacaan inilah yang menjadi ciri khusus dari penugasan portofolio, yang berguna untuk: (1) mengatasi kesalahpahaman yang terjadi pada saat pertanggungjawaban tugas
portofolio; (2) memperluas khasanah pengetahuan penyaji dan pemrasaran tentang topik yang
dikaji; (3) sebagai klipping yang sewaktu-waktu berguna untuk mata kuliah lain bahkan dapat
bermanfaat dalam penyusunan skripsi kelak.Untuk itu, berkaitan dengan istilah portofolio dapat dijabarkan beberapa defi nisi
tentang portofolio, yaitu:Portofolio adalah suatu koleksi pekerjaaan peserta didik yang menunjukkan segala •
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
7
usaha peserta didik, kemajuan dan pencapaian belajar dalam satu bidang tertentu atau lebih. Portofolio harus menunjukkan koleksi pekerjaan terbaik peserta didik atau usaha terbaiknya, contoh terbaik dari pengalaman kerjanya yang berhubungan dengan hasil belajar yang akan diukur, dan dokumen-dokumen yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kearah penguasaan hasil belajar yang diidentifi kasi (Paulson & Meyer dalam Winter, 1989 : 3)
Portofolio adalah deskripsi tentang pengalaman yang menghasilkan pengetahuan, •keterampilan dan kemampuan dari seseorang secara tertulis yang diajukan kepada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk mendapatkan penghargaan /pengakuan kredit untuk mata kuliah dalam program tersebut (Djanegara, 1992 : 1-3)
Portofolio adalah sejenis • klipping atau album foto yang menyimpan kemajuan dan kegiatan suatu program dan pesertanya, dan mempertunjukkannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan di dalam maupun di luar program (Cole, Ryan dan Kick, dalam Koretz, 1992 : 6)
Portofolio merupakan berkas pengkajian terhadap suatu permasalahan atau topik •tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh, yang dimulai dari proses pengumpulan, penggabungan dan interpretasi informasi untuk mengambil keputusan. Rancangan portofolio yang baik haruslah berisikan gambaran kerja yang dapat menghasilkan pngetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibuat secara tertulis dan dapat diselesaikan peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, khususnya yang menghendaki cara berpikir yang kompleks dengan penggunaan kumpulan berbagai macam sumber rujukan dalam bentuk klipping (Yuliani Nurani, 1996 : 140-141)
Portofolio yang dimaksud dalam program Pengakuan Pengalaman Kerja dan •Hasil Belajar ( PPKHB) adalah bukti fi sik atau dokumen yang menggambarkan pengalaman kerja dan hasil belajar pada satuan pendidikan serta berbagai pelatihan yang pernah diikuti oleh seorang guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).
TUJUAN PORTOFOLIO
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
8
Pemanfaatan portofolio dalam pendidikan dewasa ini telah semakin meluas. Hal ini didasari pada prinsip kebermaknaan dan humanisme, bahwa setiap orang yang belajar apakah itu anak-anak ataupun orang dewasa harus dapat menunjukkan apa yang telah mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan lebih daripada hanya dapat menyebutkan saja atau sebatas hanya berupa pengetahuan semata.
Pengukuran hasil belajar melalui portofolio, yang nota bene pengukuran hasil belajar melalui pengalaman haruslah memenuhi kompetensi dan standar tertentu. Dalam proses pembelajaran kompetensi dan standar tersebut akan tampak pada tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran. Kompetensi dan standar pada dasarnya adalah dua konsep yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Kompetensi menggambarkan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan, sedangkan standar adalah kualifi kasi seseorang dalam pekerjaan tersebut. Lebih jelas Burke (dalam Herman, Gearhert Aschbacher, (1995 : 2-5)) mengemukakan tentang keterkaitan antara kompetensi dan standar: “being able to perform whole work roles, to the standards expected in employment in real working environment ”.
Dapat melaksanakan keseluruhan tugas-tugas dari suatu pekerjaan • Melaksanakan berarti tidak hanya tahu tentang seluruh tugas-tugas pekerjaan tetapi
juga harus dapat melakukan keseluruhan tugas tersebut, lebih daripada memiliki keterampilan atau tugas-tugas pekerjaan yang sifatnya spesifi kSesuai dengan standar yang diharapkan dalam pekerjaan •
Tidak hanya standar pelatihan atau standar yang terpisah dari realitas industriDalam lingkungan pekerjaan yang sebenarnya •
Misalnya dengan seluruh tekanan-tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan dan variasi-variasi dari pekerjaan yang sebenarnya
Sedangkan standar adalah: “ Standarts are the means by which the model of competence is specifi ed in the current occupational context” ( Baker & Whitaker, 1993:6). Jadi standar adalah suatu alat dengan mana suatu model kompetensi ditentukan dalam konteks pekerjaan yang sedang berjalan. Standar dapat menggambarkan kompetensi sedemikian rupa, sehingga dapat dihubungkan dengan unjuk perbuatan.
Alasan lain digunakannya portofolio adalah karena portofolio dianggap sebagai suatu “authentic assessment“ atau “performance assessment” dalam proses pendidikan. Adapun yang dimaksudkan dengan authentic assessment adalah teknik evaluasi belajar yang sengaja dirancang agar penilaian yang diberikan kepada peserta didik dijamin keasliannya, kejujurannya dan hasilnya dapat terpercaya. Sedangkan “ performance assessment “ merupakan tuntutan perkembangan jaman , dimana pengukuran
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
9
performance dihubungkan dengan pengawasan terhadap terhadap penguasaan peserta didik terhadap kurikulum inti. (Baker & Whitaker 1993 : 7-8)
Selain itu, portofolio dapat meningkatkan proses pengukuran dengan me-nampakkan suatu tingkat keterampilan dan pemahaman peserta didik, mendukung tujuan pembelajaran, merefl eksikan perubahan dan pertumbuhan selama kurun waktu tertentu, mendorong refl eksi oleh peserta didik, guru dan orangtua, dan kemungkinan adanya kesinambungan dalam pendidikan dari waktu ke waktu
BERBAGAI JENIS PORTOFOLIO
Terdapat berbagai jenis portofolio dengan berbagai tujuan dan kepentingan yang beraneka ragam. Umumnya berbagai jenis portofolio tersebut dapat memenuhi sebagian atau keseluruhan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Berikut akan diuraikan beberapa jenis portofolio:
• Documentation Portfolio, Jenis ini dikenal juga dengan istilah “working portfolio” . Secara spesifi k pendekatan
ini meliputi koleksi pekerjaan selama kurun waktu tertentu yang memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan belajar peserta didik tentang hasil belajar yang telah diidentifi kasi. Koleksi akan menjadi lebih bermakna apabila terdapat butir khusus yang dipilih untuk mengarahkan pada pengalaman pendidikan atau tujuan tertentu • Process Portfolio,
Pendekatan ini mendokumentasikan seluruh segi dari tahapan proses belajar. Portofolio ini akan memperlihatkan bagaimana peserta didik terlibat dalam pengetahuan atau keterampilan yang spesifi k, dan kemajuan kearah penguasaan dasar maupun lanjutan. • Showcase Portfolio,
Jenis portofolio ini paling baik digunakan untuk evaluasi sumatif tentang penguasaan peserta didik terhadap hasil belajar kurikulum inti. Portofolio juga meliputi pekerjaan terbaik peserta didik yang ditentukan baik oleh guru maupun peserta didik. Jenis ini juga sesuai dengan perkembangan media audiovisual, termasuk hasil fotografi , rekaman elektronik mengenai pekerjaan peserta didik secara menyeluruh. Portofolio ini juga meliputi analisis tertulis dan refl eksi oleh peserta didik tentang proses pengambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan hasil pekerjaan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
10
yang akan dimasukkan.
KARAKTERISTIK PORTOFOLIO YANG EFEKTIF
Walaupun terdapat berbagai jenis pendekatan dalam pengembangan portofolio, namun ada beberapa karakteristik utama yang dapat menggambarkan keefektifan dari pemanfaatan portofolio, yaitu:
Secara jelas mencerminkan hasil belajar peserta didik yang diidentifi kasikan dalam 1. kurikulum inti, dimana peserta didik diharapkan mempelajarinyaMemusatkan perhatian pada pengalaman belajar peserta didik yang didasarkan 2. pada performance (performance-based learning experience), sama halnya dengan perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap kunci.Berisi tentang contoh-contoh pekerjaan yang meliputi seluruh pekerjaan dalam 3. kurun waktu tertentuBerisi pekerjaan tertentu yang mewakili berbagai alat pengukuran yang berbeda-4. beda.Berisi berbagai contoh pekerjaan dan evaluasi dari pekerjaan tersebut oleh peserta 5. didik, teman, guru, bahkan dimungkinkan adanya reaksi dari orangtua.
PENGGUNAAN PORTOFOLIO DALAM PENDIDIKAN
Istilah portofolio dalam pendidikan telah seringkali digunakan, tetapi dengan tujuan dan bentuk pelaksanaan yang berbeda-beda. Berikut akan dijabarkan penggunaan portofolio dalam pendidikan antara lain portofolio sebagai pengukur kompetensi/alat akreditasi, sebagai model dan strategi pembelajaran dan sebagai alat penilaian hasil belajar.
Portofolio sebagai Pengukur Kompetensi/Alat Akreditasi
Salah satu pengukuran yang dapat digunakan dalam mengukur kompetensi seseorang yang hasil belajarnya melalui pengalaman adalah dengan penyusunan portofolio. Pengukuran sebagai hasil belajar terdahulu ( prior learning) adalah hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menyusun suatu perencanaan pembelajaran. Untuk mengetahui kompetensi seorang peserta didik yang didapat sebagai hasil belajar di sekolah bukanlah hal yang terlalu sulit, karena umumnya segera setelah seseorang
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
11
menyelesaikan program belajarnya disuatu jenjang pendidikan tertentu mereka akan mendapat sertifi kat atau ijasah. Walaupun terkadang nilai dan angka yang tertera tidaklah selalu mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya dari peserta didik tersebut.
Hal ini berbeda dengan pengukuran hasil belajar yang didapat berdasarkan pengalaman (belajar dari pengalaman), dimana tidak ada sertifi kat ataupun ijasah. Namun secara profesional mereka-mereka ini dapat menunjukkan kemampuan kerja yang baik.
Dalam kasus-kasus yang demikianlah dibutuhkan suatu alat ukur yang dengannya akan dapat diketahui seberapa besar pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang yang didapat sebagai hasil belajar dari pengalaman. Diharapkan pengukuran yang demikian dapat dihargai setara dengan ijazah atau sertifi kat yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan formal.
Sebagai contoh seorang guru SD lulusan sekolah menengah yang telah mengajar selama lebih kurang 12 tahun. Ia berkeinginan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, tidak mungkin ia dihargai sama dengan lulusan Sekolah Menengah yang baru saja lulus dalam hal jumlah SKS yang harus ditempuhnya. Tentunya pengalaman mengajar selama 12 tahun harus dihargai sebagai hasil belajar dari pengalaman dan memberi nilai tambah untuknya. Lalu bagaimana cara memberikan pengakuan terhadap kasus yang demikian?
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi seseorang seperti kasus diatas adalah dengan menyusun berkas portofolio yang dapat menggambarkan kinerja mereka. Tentunya portofolio yang disusun harus dapat memenuhi kompetensi dan standar tertentu yang telah dibuat oleh Lembaga Pendidikan tempat mereka mengajukan pendaft aran sebagai peserta didik.
Portofolio sebagai Model dan Strategi Pembelajaran
Portofolio dapat pula dimanfaatkan model dan strategi pembelajaran. Hal ini sangat dimungkinkan karena apabila dilihat dari karakteristik portofolio, maka dapat di-golongkan kedalam metode resitasi atau metode pemberian tugas.
Dalam pelaksanaannya dengan sistem SKS dapat dibagi menjadi dua, yaitu:a. Secara penuh, Dimana kegiatan belajar terstruktur dan mandiri (80%) lebih mendominasi kegiatan
belajar tatap muka (20%). Peran pengajar hanya diawal dan diakhir kegiatan belajar sepanjang semester. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) seluruhnya
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
12
dilakukan melalui kegiatan terstruktur dan mandiri dan kemudian dilanjutkan dengan pertanggungjawaban tugas, yang dikenal dengan istilah kolokium dalam bentuk diskusi ilmiah, seminar simposium atau bentuk lain yang telah diatur oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
b. Secara tidak penuh, Dimana kegiatan belajar tatap muka, terstruktur dan mandiri dilakukan secara
berimbang (50%:50%). Peran pengajar masih lebih mendominasi dalam bentuk kegiatan tatap muka. Biasanya hanya dipilih beberapa Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)/indikator saja dari sekian jumlah TPK yang ada untuk dijadikan tugas portofolio. Pertanggungjawaban tugas dilakukan di akhir kegiatan belajar dalam bentuk diskusi kelompok dan dilanjutkan dengan diskusi paripurna.
Portofolio sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar
Portofolio juga dapat digunakan untuk mengukur hasil akhir dari suatu program pembelajaran. Portofolio yang bertujuan sebagai alat penilaian hasil belajar biasanya berbentuk sekumpulan hasil karya/hasil tugas belajar yang telah dilaksanakan oleh peserta didik sepanjang kurun waktu tertentu. Sejumlah hasil karya tersebut satu sama lain merupakan tugas yang saling berhubungan sehingga dapat membentuk karya yang utuh atau juga tidak.
Sebagai contoh peserta didik S1 yang mengambil mata kuliah desain pembelajaran, •hasil akhirnya berupa satu set program kegiatan pembelajaran yang merupakan hasil dari tugas pertama sampai tugas kesekian. Masing-masing komponen tugas saling berhubungan dan memberikan kontribusi terhadap hasil penilaian akhir, namun setiap komponen juga dapat diberi nilai.Contoh lainnya adalah portofolio berupa hasil tugas belajar/karya peserta •didik Taman Kanak-kanak berupa kumpulan klipping tugas yang telah berhasil dilakukannya selama rentang waktu tertentu. Misalnya untuk keterampilan motoriknya dimulai dari merobek kertas, melipat, menempel mungkin juga sampai dengan keterampilan yang lebih kompleks seperti menggunting dan membuat mozaik. Klipping tugas belajar inilah yang akan dijadikan dasar penilaian dan biasanya diberikan kepada orangtua masing-masing sebagai bukti dari hasil belajar peserta didik tersebut.
Atau dengan perkataan lain, penilaian portofolio sangat berhubungan dengan
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
13
pencapaian akhir dari suatu tujuan pembelajaran. Untuk itu apabila pengajar ingin mendapatkan hasil portofolio yang baik, maka ia harus memulainya dari perumusan tujuan pembelajaran yang jelas, dapat diamati dan diukur. Dapat diilustarasikan sebagai berikut: Apabila tujuan akhirnya adalah membuat sebuah boneka panda, maka tujuan pembelajaran umumnya harus dapat menggambarkan dengan jelas tentang boneka yang dimaksud, sehingga peserta didik tidak akan menafsirkannya dengan boneka lain yang mungkin mirip dengan boneka panda. Kemudian tujuan antaranya berupa tujuan pembelajaran khusus harus dapat dirumuskan dengan jelas, misalnya mulai dari bagaimana membuat bagian kepala, badan, anggota badan sampai dengan ekor boneka panda. Jadi jelaslah bahwa tugas portofolio bukanlah sekedar tugas yang bersifat basa-basi saja, tetapi memerlukan perencanaan yang sistematis sejak awal proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN TENTANG PORTOFOLIO
Portofolio sebagai salah satu bentuk penilaian dalam proses pembelajaran di kelas telah mengalami perkembangan pesat di Amerika Serikat sejak tahun 1990. Merujuk pada pendapat Freedman dalam Herman, Gearhart dan Aschbacher (1995: 2-5)., rancangan portofolio yang baik haruslah berisikan gambaran kerja yang dapat diselesaikan pelajar terhadap tujuan kurikulum secara berarti, khususnya yang menghendaki cara berfi kir yang kompleks dengan menggunakan berbagai sumber. Selain itu portofolio telah memberikan kesempatan kepada pelajar untuk dapat merefl eksikan dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar mereka sendiri, proses penilaian dan akhirnya cara belajar mereka sendiri.
RAND Institut sebagai bagian dari CRESST (Center for Research on Evaluation, Standart, and Student Testing) telah mengadakan evaluasi terhadap nilai reliabilitas dari implementasi program portofolio pada tahun 1991 – 92. Pada laporan awal dari RAND/CRESST yang berjudul: The Vermont Assessment Program: Interim Report on Implementation and Impact, 1991 – 92 School Year mendiskusikan pelaksanaan dan pengaruh yang muncul dari program tersebut. Hasilnya antara lain bahwa banyak pendidik di Vermont yang mengemukakan bahwa sebagai suatu bentuk inovasi portofolio sulit diterima pada tahun-tahun pertama diterapkannya. Tugas ini dianggap terlalu berat dan perlu adanya perbaikan program. Meskipun dirasakan berat, tetapi program tersebut memperoleh dukungan yang kuat ataupun respon yang positif. Bahkan setengah dari sekolah yang diteliti staff lokalnya telah mengembangkan portofolio di luar dua tingkat yang telah ditentukan oleh negara dan 13 % dari kepala sekolah mengatakan akan memberikan motivasi kepada guru-
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
14
guru untuk berpartisipasi dengan jalan mengikutkan guru-guru pada pelatihan-pelatihan portofolio. Apabila respon guru-guru pada tahun-tahun pertama rendah, maka pada tahun kedua dari penelitian ini menunjukkan adanya respon yang lebih baik atau adanya peningkatan dengan hasil yang lebih representatif. Mereka menyatakan bahwa portofolio memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran. Dari interpretasi portofolio, didapat bahwa portofolio dapat mendemonstrasikan berfikir logis peserta didik dan juga pemecahan masalah dibandingkan dengan tes standar secara konvensional. Jadi pada tahun kedua penilaian portofolio ini dilaksanakan secara lebih lancar, kepelatihan lebih sering diadakan, lebih efektif, semakin menunjukkan dampak yang lebih signifikan untuk guru dan murid walaupun kesulitan tetap ada.
Laporan ini juga merefl eksikan komponen evaluasi yang kedua, dimana RAND menguji kualitas informasi yang diperoleh melalui penilaian portofolio. Dari perhitungan derajat reliabilitas yang didapat adalah rendah. Hal ini dapat dipahami karena pemberian penilaian portofolio banyak mengandung unsur subyektif. Namun demikian fokus penilaian portofolio bukan pada dampak intervensi pendidikan program portofolio, tetapi pada alat evaluasi itu sebagai suatu sistem yang merupakan sarana dari perubahan dalam pembelajaran untuk melengkapi tradisi atau kontrol yang telah dimiliki selama ini.
Sedangkan derajat validitas dari penilaian portofolio dilakukan oleh Gearhart, Baker dan Whittaker (1992 : 1-2) dalam penelitiannya yang berjudul: Whose work is it ? A question for the validity of large – scale portfolio assessment. Tujuan dari penelitian ini untuk menggali keberartian penilaian portofolio pada pelajar-pelajar di sekolah dasar. Hasilnya menunjukkan bahwa sembilan dari guru-guru sekolah dasar menyatakan dukungan pembelajaran mereka. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan mereka meyiapkan tugas penulisan masing-masing 6 pelajar sebagai target. Penilaian guru-guru cenderung berkisar antara rentangan rendah sampai ke rata- rata.
Selanjutnya Gearhart, Baker & Whitaker (1992 : 40-41) dan kawan-kawan melaporkan hasil penelitian mereka yang berjudul: Writing Portfolio’s at Th e Elementary Level: A study of Methods for Writing Assessment. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk menguji keterlaksanaan penilaian kompetensi menulis peserta didik dengan penilaian holistik dan analitik tentang portfolio peserta didik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa apabila dibandingkan menulis secara konvensional, penilaian holistik terhadap kerja portofolio dan koleksi portofolio menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Selain itu penilaian portofolio juga dapat membedakan tingkat kelas dan perbedaan
BAB 1 HAKIKAT PORTOFOLIO
15
kompetensi peserta didik. Jadi dari ‘rating’ portofolio dapat mendemonstrasikan hasil yang mendukung pemanfaatannya, paling tidak nilai portofolio secara holistik untuk evaluasi menulis.
Sedangkan Linn (1993 : 21-22) dan kawan-kawan dalam laporan yang berjudul: Cross – State Comparability of Judgements of Student Writing: Result from the New Standard Project. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan perbandingan kinerja pada tugas-tugas yang berbeda. Sampel dari penelitian ini adalah sejumlah tugas peserta didik dan pakar-pakar baca yang akan menilai produk peserta didik pada tingkat elementary, middle school dan high school. Hasilnya menunjukkan bahwa skor korelasi yang dihasilkan oleh pembaca-pembaca antar negara bagian tergolong tinggi, untuk elementary diperoleh nilai 0,73 , middle school 0,80 dan high school 0,81. Dalam penelitian ini telah tercapai suatu konsensus pada semua tingakt pendidikan terhadap penyusunan penulisan (paper), tetapi belum ada konsesus tentang penilaian terhadap seperangkat standar penguasaan. Jelasnya adanya perbedaan kualitas setiap penilai, hal ini dikarenakan tidak adanya standar yang sama pada setiap negara bagian. Oleh karena itu perlu adanya diskusi untuk mencapai konsesus bersama untuk mendefi nisikan pokok-pokok yang akan dinilai.
Berikut ini adalah laporan yang ditulis oleh Aschbacher (1993 : 25-29) berjudul: Issues in Inovative Assessment for Classroom Practice: Barriers and Facilitators. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hambatan dan kemudahan dari implementasi kinerja di sekolah dengan konteks populasi berbeda yang dilakukan melalui survey dan observasi di 6 lokasi. Hasilnya menunjukkan hambatan yang dihadapi antara lain: fokus kegiatan pembelajaran ketimbang hasil pelajar; kesulitan untuk menspesifi kasikan kriteria untuk menilai pekerjaan pelajar; ketidakpastian penilaian; kurang waktu untuk belajar; merencanakan, mempraktekkan, menggunakan dan merefl eksikan; kebutuhan akan latihan dan dukungan; keengganan untuk berubah dan kurang rencana implementasi jangka panjang. Sedangkan kemudahan-kemudahannya antara lain: komitmen yang bertujuan untuk memperbaharui penilaian dan pembelajaran, merupakan bagian dari kelompok, dukungan administratif dan bantuan teknis yang terus menerus.
Selanjutnya akan dikaji penelitian yang berhubungan dengan teknik penugasan atau dikenal juga sebagai metode resitasi dalam belajar. Elliot dalam Sri Pudjiastuti (1991 : 61) meneliti metode resitasi yang diterapkan pada peserta didik sekolah menengah tingkat atas di Afrika yang mempelajari matematika. Tujuan penelitiannya ingin diketahui kemampuan peserta didik untuk dapat menuliskan hasil tugas di dalam kelas tanpa melihat pada buku tugas/pekerjaan rumah mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang menggunakan metode resitasi adalah 72. Meskipun tidak dijelaskan berapa
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
16
skor hasil belajar dengan metode lain, tetapi secara tegas dikemukakan bahwa dengan dengan metode tugas resitasi hasil belajar lebih baik. Sedangkan Pudjiastuti sendiri telah meneliti pengaruh strategi pembelajaran dengan menggunakan metode tugas resitasi kelompok dan resitasi perorangan pada peserta didik dengan latar belakang eksakta dan non eksakta. Hasilnya menunjukkan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik pada mata kuliah Pendidikan Kewiraan kawasan kognitif. Selanjutnya dijelaskan bahwa tugas resitasi perorangan memberikan pengaruh pada hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode tugas resitasi kelompok.
Penelitian lainnya tentang keefektifan model pembelajaran penugasan portofolio telah dilakukan oleh Yuliani Nurani (1996 : 135-136). Dalam tesisnya terbukti bahwa model pembelajaran penugasan portofolio merupakan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan satuan kredit semester ( SKS) yang berlaku bagi pelaksanaan proses pembelajaran di perguruan tinggi khususnya di Universitas Negeri Jakarta (IKIP). Mengingat semua komponen yang terdapat dalam SKS, yaitu pembelajaran tatap muka, terstruktur dan mandiri dapat diaplikasikan kedalam model pembelajaran portofolio yang terdiri dari emapat fase, yaitu fase pemberian tugas, pelaksanaan tugas, reses dan pertangungjawaban tugas. Selain itu terbukti dari uji keefektifan model pembelajaran bahwa manusia yang menggunakan model pembelajaran penugasan portofolio hasil belajarnya lebih tinggi dari peserta didik yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
17
Sistem Kredit Semester
B a b 2
“Kekuatan tidak datang dari kemampuan fi sik. Dia datang
dari kemauan yang tidak dapat ditaklukkan.”
Mahatma Gandhi (1869-1948), Filsuf India
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
18
PELAKSANAAN SISTEM KREDIT SEMESTER
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi telah diisyaratkan bahwa pendidikan tinggi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian (Pasal 2 ayat 1). Selain itu dijelaskan pula bahwa pendidikan tinggi bertujuan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional (Pasal 2 ayat 2).
Untuk meningkatkan pembelajaran ( instruction) di perguruan tinggi sejak tahun 1979 telah diberlakukan sistem penyelenggaraan proses pendidikan tinggi atas dasar system kredit semester ( SKS). Seiring dengan dikeluarkannya SK Mendikbud RI No. 0214/U/79 yang telah ditetapkan pada tanggal 8 Juni 1979 berisikan antara lain tentang: penggunaan system kredit semester dengan pengaturan standar beban belajar dan masa belajar untuk setiap jenjang dan jenis program secara lebih baik dan terarah (Depdikbud, 1983). Hal ini dipertegas kembali di dalam PP No. 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi bahwa administrasi pendidikan tinggi diselenggarakan dengan menerapkan sistem kredit semester (Pasal 9 ayat 1). Yakni, Selanjutnya tata laksana sistem kredit semester di perguruan tinggi inilah yang dijadikan rujukan bagi sekolah dasar dan menengah yang ikut melaksanakan sistem kredit semester tersebut. Berdasarkan acuan standar isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP), Depdiknas 2009 dijelaskan bahwa Sistem Kredit Semester ( SKS) adalah penyenggaraan pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester ( SKS) untuk menyatakan beban belajar mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggara program pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Satuan Kredit Semester ( SKS) adalah tataran penghargaan terhadap beban belajar atau pengalaman belajar mahasiswa yang diperolah selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per minggu. Perbedaan tataran untuk tugas terstruktur dan mandiri mempertimbangkan tingkat kedalaman kompetensi yang harus dicapai untuk masing-masing program ( BSNP, 2009)
Sistem kredit semester adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana beban studi peserta didik, beban kerja tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan program lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit semester. Banyaknya satuan kredit semester yang diberikan untuk mata kuliah/ pelajaran atau kegiatan proses belajar mengajar lainnya, adalah besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha menyelesaikan kegiatan akademik yang bersangkutan. Dalam satu kegiatan akademik diperhitungkan
BAB 2 SISTEM KREDIT SEMESTER
19
tidak hanya kegiatan tatap muka yang terjadwal tetapi juga kegiatan yang direncanakan (terstruktur) dan yang dilakukan secara mandiri (Slameto, 1991: 115).
Sistem kredit semester diterapkan agar memungkinkan lembaga pendidikan dapat melaksanakan penyajian program studi yang beraneka ragam dan luwes, serta agar dapat memberi kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik untuk memilih dan melaksanakan program studi, sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang dimiliki.
Meskipun SKS sudah lebih dari tiga dasa warsa diberlakukan di negeri ini, tetapi bagaimanapun dalam penyelenggaraannya di sana sini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Hal tersebut disebabkan bukan saja dari peserta didik yang belajar, tetapi juga oleh faktor pengajar sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Banyak pengajar yang belum mengetahui seluk beluk penyelenggaraan SKS ini, SKS bukan semata-mata penyampaian mata kuliah tetapi penjadwalan kegiatan belajar dan seharusnya tidak ada lagi program paket di dalamnya. Akibatnya sedikit sekali pengajar yang benar-benar dapat menerapkannya dalam mata kuliah yang dibinanya. Umumnya pengajar hanya memperhatikan salah satu komponen waktu belajar peserta didik dalam SKS, yaitu pertemuan tatap muka yang memang sudah terjadwal. Sedangkan kegiatan terstruktur biasanya digabungkan dengan pertemuan tatap muka dan waktu belajar mandiri sepenuhnya diserahkan kepada peserta didik yang mengambil mata kuliah/ pelajaran tersebut.
Sebagai contoh, perhitungan jumlah waktu belajar ideal yang seharusnya digunakan oleh peserta didik untuk mengikuti mata kuliah dengan bobot 2 SKS selama 1 semester (sebagai bandingan) adalah sebagai berikut:
Kuliah tatap muka = 16 (minggu) x 2 (sks) x 50 menit = 27 jam •Kuliah terstruktur = 16 (minggu) x 2 (sks) x 60 menit = 32 jam •Belajar mandiri = 16 (minggu) x 2 (sks) x 60 menit = 32 jam •
Jadi jumlah jam yang dipergunakan sepanjang 1 semester adalah 91 jam untuk mata kuliah dengan bobot 2 SKS. Apabila suatu mata kuliah berbobot 4 SKS, maka waktu ideal yang harus dipergunakan peserta didik selama 1 semester berjumlah 182 jam. Artinya untuk mata kuliah yang berbobot 4 SKS ia harus belajar minimal 4 jam setiap kali ada pertemuan mata kuliah tersebut di luar kuliah tatap muka yang sudah terjadwal.
Apabila peserta didik hanya menggunakan waktu kuliah tatap muka saja, maka dapat dibayangkan betapa banyak kekurangan waktu yang seharusnya dipenuhi sesuai dengan bobot SKS yang telah ditentukan. Padahal kuliah tatap muka itu hanya memenuhi sepertiga waktu yang ditentukan, sedangkan waktu terbanyak justru pada
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
20
kuliah terstruktur dan belajar mandiri. Lalu apa jadinya bila pengajar hanya mengontrol perkuliahan tatap muka saja dan dapatlah diperkirakan seberapa besar kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti mata kuliah tersebut.
Satuan kredit semester harus ditunjang oleh penjadwalan yang laik, kurikulum yang fl eksibel dan yang tak kalah pentingnya adalah penasehat akademik (PA) harus berperan. Selain itu kondisi kelas tidak boleh besar dalam arti jumlah peserta didik yang mengikuti perkuliahan dalam satu kelas.
Melihat kenyataan demikian, tampaklah bahwa kondisi ideal proses pembelajaran dengan satuan kredit semester tidaklah berjalan sebagaimana seharusnya. Kondisi ini merupakan tantangan bagi para pengembang model pembelajaran.
Mata kuliah yang berbobot empat SKS-pun, seringkali masih kekurangan waktu dikarenakan banyaknya jumlah pokok bahasan atau topik yang harus dibahas selama satu semester, sehingga yang seringkali dirasakan oleh hampir seluruh pengajar adalah betapa sulitnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan akan dimiliki peserta didik setelah mereka mengikuti mata kuliah/ pelajaran tersebut. Terlebih lagi apabila peserta didik dan pengajar hanya mengandalkan waktu kuliah tatap muka saja. Tentunya pengajar akan sangat direpotkan oleh dilema antara pencapaian tujuan dari sekian banyaknya topik dengan waktu belajar tatap muka yang terbatas.
Terkait dengan peran pengajar yang terpenting sesuai dengan konsep Teknologi Pendidikan yaitu bagaimana cara yang paling efektif dan efi sien agar terjadi proses belajar pada pembelajar. Untuk itu peserta didik perlu dibekali pengetahuan dan cara untuk belajar secara efektif dan efi sien dalam rangka mencapai tujuan akhir dari setiap mata kuliah/ pelajaran yang diikutinya.
Selama ini dalam perkuliahan tatap muka, peserta didik dan pengajar hanya mengandalkan teknik penyampaian isi pelajaran secara konvensional yaitu melalui ceramah yang biasanya divariasikan dengan tanya jawab. Teknik demikian memang cukup memadai untuk kondisi tertentu, tetapi dengan jumlah peserta didik yang banyak belum lagi materi yang padat teknik yang demikian terasa kurang memadai. Karena semakin banyak jumlah peserta didik dan semakin padatnya materi yang harus disampaikan semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan. Untuk itu pengajar tidak dapat lagi hanya mengandalkan kuliah tatap muka saja, melainkan harus mengatur waktu belajar lain di luar kuliah tatap muka dan mencari teknik tertentu untuk mengatasi kendala waktu tersebut.
Padahal apabila dikaji lebih mendalam banyak sekali kemungkinan-kemungkinan teknik pembelajaran yang dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik mata kuliah yang akan diajarkan. Dalam kondisi demikian daya kreativitas pengajar sangatlah diperlukan,
BAB 2 SISTEM KREDIT SEMESTER
21
apabila ia menginginkan peserta didiknya mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
Dampak lain yang dapat timbul adalah faktor kebosanan dalam diri peserta didik yang dapat berakibat pada berkurangnya motivasi, minat, dan gairah mereka untuk memperdalam mata kuliah secara menyeluruh dan mendalam. Peserta didik hanya belajar untuk mengejar nilai saja, bahkan ada sebagian peserta didik yang beranggapan yang penting lulus. Sehubungan dengan hal tersebut, di kalangan peserta didik singkatan SKS sering diganti dengan “sistem kebut semalam” yang juga berinisial SKS. Pada kenyataan demikian dapat dibayangkan bagaimana mutu keprofesionalan yang akan dihasilkan oleh calon-calon pendidik bangsa di masa mendatang.
Mayer dalam Seels dan Richey (1994 : 13) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman dan merupakan suatu proses. Sementara itu Nasution (1989 : 112) menegaskan bahwa cara yang terbaik untuk mengubah tingkah laku dalam belajar adalah dengan latihan dan reinforcement. Melalui latihan-latihan maka pengalaman akan bertambah dan dengan demikian pengetahuanpun akan bertambah pula.
Hal ini diperkuat oleh teori cognitivistik yang dikutip oleh Soekamto (1993 : 81) yang menyatakan bahwa belajar bukan sekedar pengalaman atau hasil belajar tetapi suatu proses. Belajar sebagai suatu proses merupakan kegiatan yang aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu proses belajar harus direncanakan secara terperinci dan sistematis, agar terjadi partisipasi aktif pada diri peserta didik. Hal ini sangat karena belajar adalah aktivitas pribadi yang harus dilakukan sendiri dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Pendapat lain tentang belajar dikemukakan oleh Gagne, Briggs & Wager (dalam Prawiradilaga, 2007 : 24) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal peserta didik. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik antara lain: kecerdasan, minat, bakat, kebutuhan, dan tujuan; sedangkan factor eksternal mencakup faktor-faktor yang berasal dari luar diri antara lain: lingkungan, situasi belajar, sarana dan prasarana. Winkel (1991 : 36) secara lebih tegas mendefi nisikan belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, sikap dan nilai ataupun keterampilan yang bersifat konstan dan berbekas pada diri peserta didik.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, maka jelaslah bahwa kegiatan belajar perlu direncanakan sehingga proses pembelajaran dapat menjadi suatu lingkungan yang
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
22
memungkinkan peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal.
Pembelajaran dalam pandangan modern, seperti yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (1990 : 2-3) merupakan proses sistematis yang setiap komponennya merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan belajar peserta didik. Mereka menganggap suatu pembelajaran efektif apabila berhasil mendorong peserta didik untuk belajar. Pandangan yang sama dikemukakan juga oleh Gagne dan Driscoll bahwa tujuan pembelajaran yang utama adalah mendorong agar peserta didik mau belajar. Agar mahsaiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka proses pembelajaran perlu dirancang dan dikembangkan sebaik mungkin agar terjadi tindak belajar yang efektif dan efi sien pada diri setiap peserta didik. Reigeluth (dalam Seels dan Richey 1994 : 34-35) telah menawarkan salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan melakukan pemilihan yang tepat terhadap strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan isi pelajarannya sebelum proses pembelajaran berlangsung. Semua ini akan tercermin dalam suatu rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh pengajar dan peserta didik. Hal ini didukung pula oleh pendapat Davies yang menyatakan bahwa proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh fungsi guru dalam menetapkan tujuan, menyusun strategi pembelajaran dan persiapan, penyusunan evaluasi keberhasilan.
Berdasarkan beberapa kendala yang dihadapi peserta didik dan pengajar dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, maka perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya. Untuk itu melalui pengembangan model pembelajaran ini akan dicobakan suatu bentuk model pembelajaran yang memenuhi penerapan sistem kredit semester ( SKS), dengan mengaktifk an dua komponen SKS yang selama ini jarang digunakan yaitu: kuliah terstruktur dan belajar mandiri.
Padahal apabila dikaji dari perhitungan jumlah waktu belajar ideal yang seharusnya digunakan untuk memenuhi setiap SKS dalam satu mata kuliah, jumlah jam belajar yang terbanyak adalah dari kedua komponen SKS yaitu kuliah terstruktur dan belajar mandiri.
PEMBELAJARAN DALAM SATUAN KREDIT SEMESTER
Kegiatan pembelajaran perlu direncanakan sehingga proses pembelajaran dapat menjadi suatu lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal.
Apabila dikaji dari perhitungan jumlah waktu belajar ideal yang seharusnya digunakan untuk memenuhi setiap SKS dalam satu mata kuliah, jumlah jam belajar
BAB 2 SISTEM KREDIT SEMESTER
23
yang terbanyak adalah dari kedua komponen SKS yaitu kuliah terstruktur dan belajar mandiri.
Pelaksanaan satuan kredit semester ( SKS) dalam kenyataan masih banyak me-nimbulkan permasalahan tentang bagaimana cara pelaksanaan SKS ini di perguruan tinggi. Untuk itu setiap pengajar yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar perlu memahami benar prinsip-prinsip, cara mengelola dan menterjemahkan SKS tersebut sehingga dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya.
Sistem Kredit Semester ( SKS) adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana beban studi peserta didik, beban tenaga pengajar dan beban penyelenggara program lembaga pendidikan dinyatakan dalam kredit. Sedangkan satuan kredit semester ( SKS) adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi peserta didik, besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta usaha untuk penyelenggaraan pendidikan bagi perguruan tinggi, khususnya bagi tenaga pengajar.
Adapun yang dimaksud dengan kredit adalah ukuran atau satuan beban belajar peserta didik yang ditentukan oleh jumlah jam perkuliahan tatap muka dalam kegiatan intrakurikuler dan kegiatan berupa pekerjaan atau tugas di rumah serta praktek/kerja lapangan sebagai kegiatan kokurikuler yang dilaksanakan per-minggu per-semester. Satuan beban belajar ini lazim disebut satuan kredit semester.
Tujuan umum penerapan SKS adalah agar perguruan tinggi dapat lebih memenuhi tuntutan pembangunan, karena di dalamnya dimungkinkan penyajian program pendidikan yang bervariasi dan fl eksibel, sehingga memberi kemungkinan lebih luas kepada peserta didik untuk memilih program menuju suatu rencana jenjang profesi tertentu yang dituntut oleh pembangunan.
Beberapa ciri sistem kredit, yaitu: (1) dalam sistem kredit tiap-tiap mata kuliah diberikan harga yang dinamakan bobot kredit, (2) banyaknya bobot kredit untuk mata kuliah yang berlainan tidak perlu sama dan (3) banyaknya bobot kredit untuk masing-masing mata kuliah ditentukan atas dasar besarnya usaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dinyatakan dalam program perkuliahan, praktikum, kerja lapangan, maupun tugas lainnya.
Berhubungan dengan penerapan SKS dalam kegiatan perkuliahan Slameto (1991: 115-116) menjelaskan bahwa besarnya beban studi peserta didik dinyatakan dalam nilai kredit semester suatu mata kuliah, yaitu sebagai berikut:
Nilai kredit semester untuk perkuliahan, • Untuk perkuliahan, nilai satuan kredit semester ditentukan berdasarkan beban
kegiatan yang meliputi 3 macam kegiatan per-minggu, yaitu: (1) 50 menit acara
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
24
tatap muka terjadwal dengan tenaga pengajar, (2) 60 menit acara kegiatan akademik terstruktur yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi direncanakan dengan baik oleh tenaga pengajar, dan (3) 60 menit acara kegiatan akademik mandiri, yaitu kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara mandiri untuk mendalami, mempersiapkan ataupun untuk tujuan lain yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya dalam bentuk membaca referensi.Selanjutnya dijelaskan bahwa suatu program semester yang berharga satu • SKS diselenggarakan setiap minggu selama satu semester sebagai berikut:
Jenis Kegiatan Lamanya
Kegiatan tatap muka terjadwal50 menit
Kegiatan akademik terstruktur, tidak terjadwal tetapi direncanakan oleh pengajar dan peserta didik melaksanakannya.
60 menit
Kegiatan akademik mandiri, yang dilaksanakan peserta didik atas inisiatif sendiri.
60 menit
Apabila melihat aturan bagaimana seharusnya SKS itu diterapkan di lapangan terutama yang berhubungan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk ketiga jenis kegiatan tersebut, maka dapat dilihat umumnya baik pengajar maupun peserta didik cenderung hanya mengandalkan kegiatan tatap muka terjadwal saja. Padahal kedua jenis kegiatan lainnya justru memiliki jumlah waktu yang lebih banyak dengan perincian kegiatan akademik terstruktur lamanya 60 menit dan kegiatan akademik mandiri lamanya 60 menit. Perhitungan tersebut didasari pada pelaksanaan SKS secara ideal.
Apabila kondisi seperti di atas tetap berlangsung, maka dapat dibayangkan betapa repotnya peserta didik dan pengajar dalam menyerap isi perkuliahan yang diharapkan akan dapat dicapai di akhir semester dan yang lebih penting lagi adalah daya nalar dan kemandirian peserta didik tidak akan berkembang bahkan hal ini akan mengurangi kreativitas mereka dalam mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukan mereka dalam rangka pengembangan diri pribadi.
Sebenarnya tidak ada alasan kurangnya waktu yang selalu dikaitkan dengan padatnya isi perkuliahan yang harus diberikan, asalkan pengajar dan peserta didik mau berbuat kreatif dan menempatkan waktu belajar dalam SKS tersebut pada porsi yang tepat.
25
Portofolio SebagaiModel Pembelajaran
B a b 3
“Berpikirlah 100 kali sebelum Anda mengambil keputusan. Tapi sekali keputusan telah diambil, jagalah
keputusan itu.”
Muhammad Ali Jinnah (1876-1948), Politikus dan Pendiri Pakistan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
26
MODEL PEMBELAJARAN
Hingga saat ini telah cukup banyak model- model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Model- model tersebut dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu dan bertolak dari landasan teori belajar tertentu, serta mempersyaratkan adanya kondisi-kondisi tertentu pula.
Secara etimologis, istilah model berasal dari bahasa latin yaitu modulus atau modul yang mempunyai pengertian kecil; sesuai dengan istilah yang digunakan dalam penelitian pengembangan, model merujuk kepada 2 hal, yaitu: (1) contoh atau sesuatu yang ditiru dan (2) bentuk, pola atau rancangan. Selain itu, Horton seperti dikutip oleh Suriasumantri (1986: 23) mengemukakan bahwa model bersifat menjelaskan hubungan berbagai komponen, aksi dan reaksi serta sebab akibat . Lebih jelas lagi model biasanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat: (1) menggambarkan sesuatu, (2) menjelaskan suatu proses, (3) mengkaji atau menganalisis sesuatu sistem, (4) menggambarkan dari suatu situasi, dan (5) bersifat memprediksi sesuatu keputusan yang akan diambil.
Penelitian survey Miarso (1989 : 70) menunjukkan adanya empat klasifi kasi model berdasarkan tujuannya, yaitu: model untuk peningkatan kemampuan pengajar, pembuatan produk pembelajaran, peningkatan sistem serta model untuk peningkatan organisasi. Mengacu pada penelitian Miarso tersebut, dalam kegiatan pengembangan ini model pembelajaran yang dimaksud termasuk dalam kategori model yang bersifat preskripsi untuk peningkatan kemampuan pengajar. Aktivitas model ini berfokus pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, sensitivitas dan teknik pembelajaran yang digunakan. Selain itu model ini dibuat khusus untuk kegunaan seorang tenaga pengajar untuk keperluan di kelas.
Sedangkan berdasarkan taksonomi model pengembangan pembelajaran yang disusun oleh Gustafson yang dikutip oleh Soekamto (1993 : 12-15), model pembelajaran yang akan dikembangkan ini termasuk model yang berorientasi pada kelas. Asumsinya bahwa telah ada pengajar, peserta didik, kurikulum dan fasilitas tertentu akan tetapi pengajar merasakan adanya suatu kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas pembelajarannya. Selain itu dalam proses pengembangan semacam ini pengajar dapat bekerja sendiri tenpa perlu adanya suatu tim khusus. Ditambahkan pula bahwa model yang berorientasi pada kelas sangat penting bagi pengajar yang mempunyai anggapan bahwa tugas mereka adalah mengejar dan peserta didiknya memerlukan pembelajaran yang baik, benar serta bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
Dalam pengembangan model pembelajaran ini tidak hanya dipikirkan tentang isi atau informasi apa yang akan disajikan, tetapi yang lebih utama adalah memikirkan
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
27
bagaimana memperlancar proses belajar serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Untuk itu akan dikaji beberapa teori belajar sebagai pengetahuan dasar yang komprehensif serta penerapannya dalam pengembangan model pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka akan dikaji beberapa teori belajar yang dianggap mendukung kegiatan pengembangan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk itu akan dikaji teori-teori belajar dari tiga tokoh yang mendasarkan teorinya pada model- model pembelajaran kognitif, mereka adalah Jerome Bruner dengan model belajar penemuan, David Ausubel dengan model belajar bermakna dan Robert M. Gagne dengan fase-fase belajar dan kejadian-kejadian instruksional.
Ketiga teori ini akan dijadikan landasan bagi pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Model Belajar Penemuan Bruner
Menurut Bruner (dalam Dahar, 1989 : 98-99) inti belajar adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Pendekatannya terhadap belajar ada dua asumsi yaitu: (1) perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif, artinya orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif; (2) orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya.
Selanjutnya Bruner yang dikutip oleh Dahar (1989 : 101) mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan: (1) memperoleh informasi baru; (2) transformasi informasi; dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Lebih dalam dijelaskan bahwa belajar penemuan ( discovery learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh peserta didik dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil lainnya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
28
Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan dapat membangkitkan ke-ingintahuan peserta didik, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban yang dicari dan menimbulkan rasa puas pada diri peserta didik. Selain itu pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta peserta didik untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja.
Model Belajar Bermakna Ausubel
Sejalan dengan pendapat di atas, Ausubel (dalam Dahar, 1989 : 111) menyatakan bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Selanjutnya, Ausubel (dalam Dahar, 1989 : 112) juga mengemukakan tentang prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna sebagai berikut: materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial yang tergantung pada dua faktor, yaitu: (1) suatu materi harus memiliki kebermaknaan logis, (2) gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif seseorang dengan memperhatikan pengalaman, tingkat perkembangan, intelegensia dan usia seseorang.
Inti teori belajarnya adalah agar terjadi belajar bermakna, konsep atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Untuk menerapkan teori Ausubel (dalam Dahar, 1989 : 117-118) dalam proses pembelajaran, ada satu konsep ataupun prinsip yang menarik yaitu pengatur awal ( advance organizer) pada awal pelajaran yang dilakukan untuk: (1) mengarahkan peserta didik ke materi yang akan dipelajari, (2) menolong peserta didik untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk menanamkan pengetahuan baru, (3) menyiapkan mental agar peserta didik siap menerima informasi baru, biasanya ini disajikan sebelum materi baru tersebut.
Fase dan Kejadian Belajar Gagne
Gagne dalam Dahar (1989 : 28) mengemukakan dalam suatu tindakan belajar terdapat delapan fase belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh orang yang peserta didik ataupun pengajar. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran peserta didik yang belajar. Di bawah ini akan diuraikan hubungan antara fase-fase dan kejadian belajar. Setiap fase diberi nama,
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
29
dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak yang menunjukkan proses internal utama, yaitu kejadian-kejadian belajar yang berlangsung selama fase itu.
FASE BELAJARKEJADIAN-KEJADIAN
BELAJARBELAJAR SEBAGAI PROSES KOGNITIF
HARAPAN
PERHATIAN PERSEPSI SELEKTIF
KODING MASUK PENYIMPANAN
PENYIMPANAN MEMORI
PEMANGGILAN
TRANSFER
PEMBERIAN RESPON
REINFORCEMENT
Fase Motivasi
Fase Pengenalan
Fase Perolehan
Fase Retensi
Fase Pemanggilan
Fase Generalisasi
Fase Penampilan
Fase Umpan Balik
1. Mengaktifkan motivasi.
2. Memberitahu tujuan-tujuan belajar.
3. Mengarahkan perhatian.
4. Merangsang ingatan.
5. Menyediakan bimbingan.
6. Melancarkan retensi
7. Melancarkan transfer belajar
8. Memperlihatkan umpan balik memberikan umpan balik
Memperoleh informasi baru
Transformasi informasi
Menguji relevansi ketepatan pengetahuan
HUBUNGAN ANTARA FASE-FASE DAN KEJADIAN BELAJARDISERTAI DENGAN BELAJAR SEBAGAI PROSES KOGNITIF
(Modifi kasi dari Pendapat Gagne dan Bruner dalam Dahar (1989 : 141-143)
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
30
Berikut akan dijelaskan fase belajar dan kejadian belajar yang menyertainya:a. Fase Motivasi Kejadian belajar: (a) mengaktifk an motivasi atau kegiatan memotivasi peserta didik
untuk belajar, misalnya dengan mengemukakan kegunaan pelajaran tersebut; (b) memberitahu tujuan-tujuan belajar yang berguna untuk membantu memusatkan perhatian peserta didik terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.
b. Fase pengenalan Kejadian belajar: mengarahkan perhatian, terdapat dua bentuk perhatian yang
berfungsi: (a) membuat peserta didik siap menerima stimulus-stimulus; (b) persepsi selektif yaitu dengan cara memberikan penekanan pada ucapan atau menggarisbawahi suatu kata atau kalimat yang harus menjadi pusat perhatian peserta didik.
c. Fase Perolehan Kejadian belajar: (a) merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau; (b)
menyediakan bimbingan belajar dengan jalan mengkaitkan informasi baru dengan pengalaman peserta didik.
d. Fase Retensi dan Fase Pemanggilan Kejadian belajar: penyimpanan memori dan pemanggilan kembali memori tersebut.
Agar isi pelajaran dapat bertahan lama ( retensi) dalam memori peserta didik dapat dilakukan dengan cara sering mengulangi pelajaran, memperbanyak contoh dan latihan soal dan menyajikan kembali pengetahuannya pada presentase diskusi.
e. Fase Generalisasi Kejadian belajar: melancarkan transfer belajar yaitu dengan cara menerapkan apa
yang telah dipelajari pada situasi baru melalui tugas pemecahan masalah ataupun dalam diskusi kelompok.
f. Fase Penampilan Kejadian belajar: memperlihatkan penampilan atau hasil belajar untuk mengetahui
seberapa besar tujuan belajar telah tercapai. Kegiatan ini dapat dilakukan sesegera mungkin sepanjang proses pembelajaran.
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
31
g. Fase Umpan Balik Kejadian belajar: pemberian reinforcement/penguatan yang didapat dari umpan
balik yang dapat dilakukan dengan pemberian tes ataupun dengan mengamati perilaku peserta didik.
Berdasarkan uraian dari ketiga tokoh teori belajar kognitif di atas dapat disimpulkan bahwa dalam belajar penemuan, pengajar tidak begitu mengendalikan proses pem-belajaran peserta didik di kelas. Pengajar hendaknya lebih mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Sedangkan penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar suatu bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip itu pada situasi baru.
BELAJAR MELALUI PENGALAMAN
Melalui penyusunan berkas portofolio telah mengajarkan kepada peserta didik untuk dapat merefl eksikan dan bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya, menilai hasil belajar mereka sendiri dan juga mengatur cara belajar mereka sendiri. Merujuk pada hasil akhir berkas portofolio sangatlah cocok digunakan sebagai tugas akhir dari suatu program pembelajaran, karena portofolio berisikan tentang pengalaman untuk dapat menghasilknan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan peserta didik secara tertulis.
Dengan perkataan lain, berkas pengkajian portofolio berisikan sejumlah pe-ngalaman belajar yang diformulasikan kedalam suatu bentuk penyajian tentang topik tertentu disertai dengan dokumentasi atau kumpulan sumber rujukan berupa klipping. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Kolb (dalam Siregar dan Nara, 2004 : 35) yang menyatakan bahwa portofolio termasuk belajar dengan mengalami secara langsung (learning by experience).
TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
Teknik pembelajaran berdasarkan klasifi kasi Miarso (1989 : 70) dibagi menjadi tiga, yaitu: teknik primer, teknik sekunder, dan teknik tertier. Mengacu pada klasifi kasi tersebut, maka teknik penugasan yang dimaksudkan dalam pengembangan ini termasuk dalam teknik primer atau teknik yang dapat dipakai tersendiri tanpa dikombinasikan dengan teknik lain. Roestiyah dan Soeharto (1985 : 160-162) mengistilahkan teknik penugasan ini dengan metode resitasi atau metode tugas belajar. Gafur (1989 : 108)
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
32
menyebutkan resitasi adalah kegiatan berupa penyampaian laporan kepada teman sekelas atau kelompok mengenai suatu informasi yang diperoleh dari studi individu atau kelompok. Sedangkan Slameto (1991 : 115), menuliskan bahwa pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam rentangan waktu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan (dilaporkan) kepada guru/instruktur. Selanjutnya dalam penelitian pengembangan ini akan digunakan istilah teknik penugasan.
Teknik penugasan adalah suatu penyampaian dimana peserta didik diberi suatu persoalan atau problema ataupun topik tertentu yang harus dibahas, diselesaikan/dikuasai dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati antara pengajar dan peserta didik. Teknik penugasan ini bertujuan untuk:1. memberikan kesempatan yang berharga bagi peserta didik untuk belajar dan
berkarya sendiri sesuai dengan kemampuannya;2. membimbing peserta didik melalui jalan yang tepat sehingga kegagalan-kegagalan
dapat dikurangi.
Adapun manfaat yang didapat diambil dari teknik penugasan ini antara lain: (1) hasil belajar peserta didik lebih mantap dan bertahan lama; (2) pengalaman peserta didik lebih terintegrasi dengan menggunakannya dalam situasi-
situasi yang berbeda atau masalah yang baru; (3) peserta didik terangsang untuk berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, bertanggung
jawab dan berdiri sendiri; (4) membangkitkan minat dan motivasi dalam belajar.
Dalam teknik penugasan terdapat 3 (tiga) fase, yaitu: fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas dan fase pertanggungjawaban tugas. Sedangkan dalam buku ini yang merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan Yuliani Nurani (1996 : 140-142), teknik penugasan yang dimaksud terdiri dari 4 (empat) fase, yaitu: (1) fase pemberian tugas, dengan aktivitasnya adalah pengajar memberikan tugas kepada peserta didiknya termasuk berbagai informasi tentang prosedur kerja yang akan dilaksanakan; (2) fase pelaksanaan tugas, dengan aktivitasnya adalah peserta didik melaksanakan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikannya; (3) fase reses (tugas terstruktur dan belajar mandiri) dengan aktivitasnya adalah melaksanakan tugas di luar jadwal perkuliahan tatap muka, tetapi kegiatan tugas belajar tersebut memang sengaja dirancang dan dikembangkan oleh pengajar dan juga dilakukan monitoring kegiatan belajar terhadap kemajuan pelaksanaan tugas peserta didik secara bertahap; (4) fase pertanggungjawaban
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
33
tugas, dengan aktivitasnya adalah peserta didik mempertanggungjawabkan tugas yang telah dilaksanakannya kepada pengajar dan teman lainnya.
Selanjutnya Djajadisastra (1992 : 16) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian tugas, yaitu: (1) tugas yang akan diberikan berhubungan erat dengan isi pelajaran yang akan atau sedang dibahas; (2) tugas yang diberikan dapat memperkaya pengalaman baik di kelas, di rumah, ataupun di masyarakat; (3) tugas bermanfaat secara nyata bagi peserta didik, dan (4) tugas dapat mendorong peserta didik untuk belajar secara terus menerus.
Berdasarkan uraian terdahulu, maka jelaslah bahwa teknik penugasan tidak hanya sekedar memberikan latihan atau pekerjaan kepada peserta didik, melainkan dengan pemberian tugas-tugas tersebut diharapkan akan dapat membantu tercapainya tujuan belajar yang telah ditentukan. Selain itu tugas-tugas yang diberikan tersebut berfungsi untuk mengarahkan dan membimbing proses belajar peserta didik agar diperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu tugas-tugas yang dilakukan oleh peserta didik perlu jelas baik tujuan maupun prosedur kerjanya, batas waktu yang diebrikan maupun penilaian terhadap hasil kerja peserta didik.
Secara umum teknik penugasan yang diterapkan di kelas dapat menciptakan proses belajar yang berulang-ulang bagi diri peserta didik yang melaksanakan tugas, yaitu: (1) membaca untuk memahami isi pelajaran yang digunakan, (2) menjelaskan sesuatu yang telah dipahami ke dalam bentuk tulisan atau laporan,
dan (3) menyampaikan hasil tugas dalam penyajian diskusi kelompok kecil dan diskusi
kelas yang memungkinkan peserta didik belajar dari tanggapan-tanggapan yang muncul baik dari sesama peserta didik ataupun dari pengajarnya.
Menurut Eff endi (1985 : 37) tanggapan-tanggapan yang diperoleh dari hasil komunikasi yang ditimbulkan dalam diskusi yang bersifat khusus dapat meningkatkan pengetahuan, sikap yaitu sikap menerima dan menolak, dapat meningkatkan keterampilan dalam beragumentasi serta dapat mengintrospeksi diri tentang penguasaan isi pelajaran yang didiskusikan. Selanjutnya ia menambahkan bahwa terdapat 3 tahap intra komunikasi, yaitu: (1) Persepsi, yaitu penginderaan terhadap tanggapan yang muncul, (2) Ideasi, yaitu mengadakan seleksi dari beberapa tanggapan yang sudah dan belum diketahui dan (3) Transmisi, yaitu hasil konsepsi yang sistematis dan logis agar percaya pada diri sendiri. Akhirnya, melalui intra komunikasi tersebut peserta didik akan belajar menerima pengetahuan dari lingkungan sekitarnya, mengorganisasikannya dan kemudian akan merasa memiliki sesuatu dalam dirinya, yaitu kemampuan baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
34
Sungguhpun belajar merupakan aktivitas pribadi, tetapi strategi pembelajaran dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Dalam penelitian pengembangan ini teknik penugasan ini akan digunakan strategi pembelajaran secara berkelompok. Melalui cara belajar berkelompok diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas belajar, karena setiap anggota kelompok memperoleh pengetahuan dari anggota yang lain dengan cara mendiskusikan hal-hal yang masih meragukan. Dalam diskusi diharapkan semua anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk bicara sehingga setiap anggota kelompok dapat dirangsang untuk berfi kir kritis dan argumentatif dalam belajar. Romiszowski (1984 : 1-4) mengemukakan beberapa keuntungan dari kerja kelompok, yaitu: (1) memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sosial, seperti kerja sama dan mempertebal nilai-nilai sosial, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, (3) meningkatkan keakraban hubungan pengajar – peserta didik dan antar peserta didik, (4) mengembangkan kepribadian, karena perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi antar individu, dan (5) meningkatkan kreativitas dalam belajar.
Berhubungan dengan kegunaan teknik penugasan portofolio bagi pengajar dan peserta didik di kelas (Herman, Gearhart, Whitaker dan Aschbacher (1993 : 1) juga menyatakan bahwa teknik portofolio dapat mendukung kemahiran pengajar-pengajar dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan secara mendalam berbagai upaya agar peserta didiknya dapat maju dan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Akhirnya, yang terpenting adalah bahwa melalui teknik penugasan portofolio peserta didik dapat merefl eksikan dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar, penilaian terhadap hasil belajar mereka dan juga cara belajar mereka sendiri. Lebih luas lagi portofolio dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya kepada orang tua dan lingkungannya terhadap prestasi belajar peserta didik.
Lebih dalam lagi Winter (1989 : 6-8) mengemukakan beberapa ciri yang mendasari penyusunan dan penyajian berkas portofolio, antara lain yaitu: (1) menunjukkan pengertian tingkat tinggi dari proses pembelajaran, dengan menghubungkan antara pengalaman-pengalaman praktis dengan masalah-masalah teoritis; (2) berisikan gagasan/ide dan argumentasi yang berkenaan dengan pendidikan disertai hasil penilaian yang kritis; (3) dapat memberikan sumbangan terhadap masalah-masalah pendidikan dengan mendiskusikan tentang kekuatan dan batasan-batasan dari suatu topik yang dikaji; (4) menunjukkan masalah dalam pendidikan yang berhubungan denagn lembaga pendidikan lainnya, selain hubungan antara guru dan murid saja; (5) menunjukkan kritik dan pemikiran tentang satu aspek pendidikan yang dijadikan kajian; (6) menunjukkan standar dari suatu ciri penyajian secara tertulis dengan kemurnian ekspresi, konsistensi logis dan struktur material dalam kerangka kerja yang terorganisir secara nyata.
BAB 3 PORTOFOLIO SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
35
Untuk itu portofolio yang baik membutuhkan rancangan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara berkesinambungan: (1) apakah tujuan penugasan portofolio itu, (2) tugas apa yang harus masuk dalam pengumpulan portofolio, (3) apa standar dan kriteria yang akan digunakan, (4) bagaimana dijaminnya kemantapan penetapan skoring dan penjurian, (5) apakah hasilnya valid untuk tujuan yang telah ditentukan, dan (6) bagaimana hasil-hasil itu digunakan.
Penugasan portofolio lebih mementingkan segi proses dan bukan hanya sekedar
hasil belajar. Hal ini relevan dengan pendekatan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar. Untuk itulah teknik penugasan portofolio ini sangat didukung oleh teori belajar cognitivistik yang pada inti pembahasannya menyatakan bahwa yang penting dalam belajar adalah prosesnya dan bukan hanya pada hasilnya. Apabila proses belajar berlangsung secara maksimal, maka besar kemungkinan yang didapat akan optimal pula.
Sedangkan portofolio yang dimaksudkan dalam buku ini akan dijelaskan sebagai berikut: Portofolio merupakan berkas pengkajian suatu permasalahan ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh. Portofolio menyerupai makalah yang biasa dipakai dalam suatu diskusi kelompok, tetapi portofolio memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan makalah biasa karena pada portofolio selain berisi bahasan lengkap dengan sederetan daft ar pustaka juga disertai fotocopy seluruh sumber bacaan yang secara langsung ataupun tidak langsung menunjang pengkajian topik dan dijadikan lampiran utama.
Dokumentasi berupa fotocopy sumber bacaan inilah yang menjadi ciri khusus dari penugasan portofolio, yang berguna untuk: (1) mengatasi kesalahpahaman yang terjadi pada saat pertanggungjawaban tugas portofolio; (2) memperluas khasanah pengetahuan penyaji dan pemasaran tentang topik yang dikaji; (3) sebagai klipping yang sewaktu-waktu berguna untuk mata kuliah lain bahkan dapat bermanfaat dalam penyusunan skripsi kelak.
Penugasan portofolio dalam kegiatan buku ini sangat berhubungan dengan topik-topik yang dikaji dalam mata kuliah atau mata pelajaran setelah dijabarkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun bentuk penerapannya termasuk dalam bagian penyajian dari keseluruhan urutan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, penyajian dan penutup.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
36
TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
FASE I:PEMBERIAN TUGAS
KEGIATAN PENGAJAR:- pengenalan- informasi tugas
KEGIATAN PESERTA DIDIK:- pembagian kelompok- pemilihan topik
FASE II:PELAKSANAAN TUGAS
KEGIATAN PENGAJAR:- sebagai nara sumber- monitoring minimal 1 kali seminggu
KEGIATAN PESERTA DIDIK:- menyusun berkas portofolio
FASE III:RESES (TERSTRUKTUR & MANDIRI)
KEGIATAN PENGAJAR:- monitoring kegiatan belajar- nara sumberKEGIATAN PESERTA DIDIK:- Aktivitas Individu:- mencari & menemukan sumber bacaan- Aktivitas kelompok:- menyusun portofolio- menyusun klipping- diskusi kelompok kecil- menyiapkan penyajian berkas portofolio
FASE IV:PERTANGGUNGJAWABAN TUGAS
KEGIATAN PENGAJAR:- sebagai moderator- sebagai evaluasiKEGIATAN PESERTA DIDIK:- diskusi penyajian berkas portofolio di kelas- memperbaiki, menyempurnakan dan mengumpulkan berkas portofolio
Bagan Modifi kasiMetode resitasi dengan modifi kasi penemuan oleh Yuliani Nurani (1996 : 43)
pada fase reses (tugas terstruktur dan belajar mandiri)
37
Formulasi Model Pembelajaran Penugasan Portofolio dalam Sistem Kredit Semester
B a b 4
37
“Ide yang datang tepat pada waktunya lebih kuat daripada kekuatan gabungan tentara di
seluruh dunia.”
Isaac Newton (1642-1727), Ilmuwan Inggris
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
38
PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
Idealnya penyelenggaraan program pendidikan di perguruan tinggi dan atau lembaga pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan satuan kredit semester yang terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara kontinyu dan berkesinambungan. Adapun ketiga komponen tersebut adalah: (1) kegiatan tatap muka terjadwal, (2) kegiatan kuliah terstruktur dan (3) kegiatan belajar mandiri. Agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik, maka perlu adanya usaha yang maksimal untuk melaksanakan satuan kredit semester ini sesuai dengan porsi yang sebenarnya. Ketiga komponen kegiatan tersebut harus dilaksanakan sepenuhnya tanpa adanya ketergantungan terhadap salah satu komponennya saja, misalnya hanya mengandalkan kuliah tatap muka terjadwal seperti seperti yang selama ini sering terjadi.
Sistem pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio disusun berdasarkan teori-teori belajar khususnya teori belajar kognitivistik dan prinsip-prinsip pembelajaran khususnya prinsip yang berkaitan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar.
Merujuk pada teori belajar penemuan yang tergolong dalam kelompok model pembelajaran kognitif, inti dari belajar adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Selain itu belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru; (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Teori belajar penemuan ini sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh peserta didik dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Artinya berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Kebermaknaan dalam belajar hanya akan terjadi bila peserta didik mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya. Artinya belajar bermakna merupakan proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Selain teori belajar seperti yang dikemukakan di atas, pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio juga dibangun atas dasar prinsip-prinsip pem-belajaran khususnya yang berkaitan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar. Dalam penelitian pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio ini akan didukung oleh beberapa prinsip pembelajaran yang dianggap paling relevan dengan situasi dan kondisi yang akan dikembangkan.
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER
39
Belajar merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan kondisi internal peserta didik. Sebaliknya proses pembelajaran yang efektif terjadi apabila berhasil mendorong peserta didik untuk mau belajar. Untuk itulah perlu diperhatikan adanya prinsip pembelajaran yang berhubungan dengan motivasi belajar pada diri setiap peserta didik baik motivasi yang berasal dari dalam diri individu dan motivasi yang berasal dari luar diri individu.
Termotivasi tidaknya seseorang peserta didik dalam belajar sangat berhubungan dengan kebermaknaan isi pelajaran yang diterimanya dan faktor paling penting dalam mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Jadi agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif peserta didik. Prinsip kebermaknaan dalam belajar akan diperoleh oleh peserta didik dengan cara melakukan atau dengan perkataan lain belajar sambil melakukan aktivitas. Selain itu hasil belajar haruslah benar-benar bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik tersebut.
Agar terjadi keefektifan dalam proses pembelajaran, maka perlu diterapkannya prinsip keterlibatan langsung dalam belajar. Caranya antara lain dengan mengadakan pengaturan awal ( advance organizer) yaitu berupa persiapan dalam belajar atau pengaturan awal proses pembelajaran; misalnya melalui informasi lisan tentang tujuan sebelum proses belajar dimulai atau dapat pula melalui pembahasan kontrak kuliah. Diharapkan dengan mengajak peserta didik membahas tentang tujuan kegiatan belajar, tugas yang akan dilaksanakan dan sistem evaluasi yang akan digunakan berarti peserta didik akan terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
Selain itu, agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efi sien seorang pengajar perlu melakukan pemilihan yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan isi pelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan berkaitan dengan isi pelajaran yang akan disampaikan perlu diperhatikan prinsip pemindahan dalam belajar ( transfer of training). Berdasarkan prinsip ini, belajar pada pokoknya memperoleh respon yang tepat, yang apabila telah menguasai suatu komponen maka dapat dipindahkan untuk kemampuan lain. Atau dengan perkataan lain, belajar dianggap berhasil apabila pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan/dipakai atau bermanfaat dalam berbagai situasi nyata kehidupan peserta didik.
Selain beberapa prinsip pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, terdapat satu prinsip yang dianggap sangat sesuai dengan model pembelajaran penugasan portofolio yaitu prinsip pengulangan dan latihan. Pengulangan ( repetition) sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena semakin banyak diulang akan semakin terampil peserta didik yang belajar.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
40
Portofolio yang dimaksudkan dalam buku ini adalah berkas pengkajian terhadap suatu topik atau permasalahan secara mendalam dan menyeluruh, dimulai dari proses pengumpulan informasi, proses penggabungan dan interpretasi terhadap informasi yang berhasil dikumpulkan dan proses pengambilan keputusan berupa penyusunan berkas portofolio lengkap disertai pendokumentasian sumber rujukan dalam bentuk klipping yang dijadikan lampiran.
Sedangkan model pembelajaran penugasan portofolio dikembangkan dan disusun dengan mengadaptasi model rancangan pembelajaran yang dibuat oleh Dick dan Carey (1990 : 2-10). Pada model ini produknya tidak berhenti sampai disusunnya cetak biru ( blue print), tetapi terus sampai ke tahap pengembangan bahan belajar, teknik pembelajaran dan evaluasinya. Ciri khusus yang membedakan model pembelajaran penugasan portofolio dengan model yang disusun oleh Dick dan Carey (1990 : 2-10) adalah pada strategi pembelajarannya. Khusus untuk pemaparan dalam buku ini strategi pembelajarannya dikembangkan sesuai dengan karakteristik penugasan portofolio.
Melalui tugas-tugas yang diberikan, seperti yang dilakukan dalam buku ini berupa penugasan portofolio yang dilaksanakan dalam 4 fase, yaitu fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan belajar mandiri) serta fase pertanggungjawaban tugas; maka jelaslah bahwa dalam pengembangan model pembelajaran portofolio ini benar-benar telah berhasil menerapkan satuan kredit semester (sks) sesuai dengan porsi sebagaimana seharusnya.
Atau dengan perkataan lain, pada model pembelajaran penugasan portofolio ini tidak saja merencanakan pertemuan tatap muka terjadwal saja, tetapi juga melaksanakan kegiatan terstruktur dan kegiatan belajar mandiri yang sengaja dirancang dan dikembangkan secara sistematis.
Kelebihan dari penerapan model pembelajaran penugasan portofolio ini adalah dapat diterapkannya sistem kredit semester secara tepat. Artinya peserta didik dan pengajar tidak hanya mengandalkan pertemuan tatap muka saja, tetapi juga mampu mengaktifk an komponen kuliah terstruktur dan komponen belajar mandiri pada saat peserta didik mencari dan menemukan sumber belajarnya sebagai penerapan fase pelaksanaan tugas dan fase reses. Kemudian pada saat mereka mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan tugas yang telah dilaksanakannya.
Secara psikologis model pembelajaran penugasan portofolio ini adalah dapat membangkitkan motivasi, minat, dan gairah peserta didik untuk mendalami topik-topik yang menjadi kajian dalam mata kuliah. Hal penting lainnya melalui proses pembelajaran demikian peserta didik akan merasa lebih puas dan pengetahuannya menjadi lebih bermakna, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER
41
daya nalar, kreativitas dan berfi kir bebas, memperdalam tingkat penguasaan dan mengembangkan bahan yang telah dipelajari serta memupuk tanggung jawab pada diri sendiri.
Setelah model pembelajaran dikembangkan, maka sebaiknya dilakukan pengujian model pembelajaran untuk melihat efektivitasnya di lapangan.
PENCAPAIAN PENGUASAAN PESERTA DIDIK TERHADAP TUJUAN PEMBELAJARAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam keseluruhan aspek tingkah laku.
Merujuk pada teori kognitif yang mendasari pengembangan model pembelajaran ini, jelaslah bahwa belajar bukan hanya sekedar pengalaman atau hasil belajar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana proses pencapaian tujuan belajar tersebut. Artinya belajar sebagai suatu proses merupakan kegiatan yang aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, dalam pengembangan model ini proses belajar sengaja dirancang dan dikembangkan secara sistematis melalui teknik pembelajaran penugasan portofolio agar terjadi partisipsi aktif pada diri masing-masing peserta didik yang belajar. Mengingat belajar adalah aktivitas pribadi yang harus dilakukan sendiri dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Pada tahap awal setelah peserta didik mengikuti beberapa kali perkuliahan tatap muka yang dalam pengembangan ini diistilahkan dengan masa orientasi, selanjutnya peserta didik akan diberikan kesempatan memilih topik yang akan dijadikan berkas pengkajian portofolio disertai beberapa contoh kasus yang harus dipecahkan dan implementasinya dalam proses pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya.
Pada dasarnya belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Teori ini akan diterapkan dalam pengembangan dan diimplementasikan dalam teknik penugasan portofolio. Tahap memperoleh informasi baru dijabarkan dalam fase pemberian tugas, tahap transformasi informasi dijabarkan dalam fase pelaksanaan tugas dan fase reses (tugas terstruktur dan belajar mandiri) serta tahap menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dijabarkan dalam fase pertanggungjawaban tugas.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
42
Inti dari teknik penugasan portofolio adalah keaktifan dan kreativitas dari peserta didik untuk berusaha mencari dan menemukan sendiri sumber belajar yang relevan dengan tugas yang diberikan kepadanya. Melalui penugasan portofolio diharapkan peserta didik akan terangsang untuk lebih mendalami isi dari mata kuliah atau mata pelajaran yang telah dijabarkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan akan dapat dicapai setelah mereka mengikuti pembelajaran.
Pada model pembelajaran penugasan portofolio yang diterapkan di kelas dapat menciptakan proses yang berulang-ulang pada diri peserta didik yang berlajar, yaitu (1) pada saat pengajar menjelaskan garis besar topik yang akan dikaji, (2) saat peserta didik membaca dan memahami isi dari sumber rujukan yang dipilih, (3) pada saat menyusun berkas pengkajian portofolio berdasarkan apa yang telah dipahami ke dalam bentuk tulisan atau laporan, (4) pada saat pertanggungjawaban tugas berupa penyajian berkas portofolio di kelas dan (5) pada saat peserta didik mempersiapkan diri mengikuti ujian sumatif
Hasil nyata berupa satu set berkas pengkajian portofolio lengkap yang berhasil diselesaikan peserta didik diakhir program pembelajaran dapat merupakan bukti bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti orangtua, pengajar dan masyarakat belajar umumnya bahwa telah terjadi proses belajar mencari dan menemukan pengetahuan pada diri peserta didik.
Hal ini sejalan dengan teori-teori yang membahas tentang belajar penemuan ( discovery learning) yang dikemukan oleh Bruner, belajar bermakna (Ausubel) dan sesuai pula dengan fase-fase belajar yang terjadi dalam peristiwa belajar ( learning event) yang dikemukakan oleh Gagne serta prinsip-prinsip pembelajaran terutama yang berhubungan dengan pemindahan dalam belajar ( transfer of training), prinsip pengulangan ( repetition) dan prinsip pemberian latihan (exercise) seperti yang disarankan oleh Filbeck dalam Suparman (2004 : 18-30).
EFEKTIVITAS TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
Pada kenyataan yang terjadi dalam praktek pembelajaran sehari-hari di kelas, aktivitas belajar mengajar lebih banyak bersifat monoton. Melalui teknik penyajian konvensional seperti ceramah yang divariasikan dengan tanya jawab saja. Hal ini tentu saja sangat membosankan bagi sebagian besar peserta didik. Selain itu pada kondisi demikian pengajar seolah-olah dituntut untuk menjadi orang yang maha tahu dan serba hebat. Padahal dengan semakin derasnya arus informasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, peran seorang pengajar bukan lagi hanya sebagai pentransfer ilmu saja
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER
43
tetapi lebih berfungsi sebagai organisatoris yang bertindak sebagai pengelola proses pembelajaran. Lebih dari pada itu dalam kondisi pembelajaran yang demikian daya penalaran, kreativitas dan kesempatan peserta didik untuk berfi kir bebas menjadi terhambat karena peserta didik lebih banyak bersikap menunggu dan menerima informasi dari pengajar saja. Dalam kaitannya dengan hal tersebut dikenal adanya istilah D3C (datang, duduk, diam, catat).
Padahal dengan tersebarnya sumber-sumber belajar di lingkungan baik di dalam maupun di luar kampus, sangatlah mungkin bagi peserta didik untuk belajar mencari dan menemukan sendiri bahan-bahan belajar yang diperlukan dan berhubungan dengan mata kuliah atau mata pelajaran yang diambilnya. Kegiatan belajar yang demikian akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.
Apabila dibandingkan dengan teknik pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan oleh pengajar, maka terdapat beberapa perbedaan yang mendasar di antara keduanya.
Pertama
Dipandang dari segi proses belajar yang dialami oleh peserta didik: pada teknik portofolio terjadi proses belajar berulang-ulang yang merupakan perwujudan dari 3 kegiatan dalam satuan kredit semester, yaitu: pertemuan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan belajar mandiri sedangkan pada teknik pembelajaran konvensional proses belajar cenderung hanya mengandalkan pertemuan tatap muka saja.
Kedua
Dipandang dari segi kegiatan belajar peserta didik: pada teknik pembelajaran portofolio terdapat 4 fase kegiatan belajar yang harus dilaksanakan, yaitu berupa kegiatan dalam fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggungjawaban tugas, sedangkan pada teknik pembelajaran konvensional kegiatan belajar umumnya hanya berorientasi pada pemberian isi materi pembelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab,
Ketiga
Dipandang dari segi aktivitas peserta didik: pada teknik pembelajaran portofolio semua aktivitas lebih banyak berpusat pada peserta didik ( student centered) melalui pendekatan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
44
mencari dan menemukan sendiri ( inquiry and discovery learning), sedangkan pada teknik pembelajaran konvensional pengajar lebih berperan dalam memberikan informasi dengan cara menjelaskan, menguraikan ataupun meggambarkan sesuatu, sehingga aktivitas lebih berpusat pada pengajar yang mengajar (teacher centered) melalui pendekatan ekspositori ( expository learning).
Keempat
Dipandang dari segi pemahaman terhadap pengetahuan yang dipelajari peserta didik: pada teknik pembelajaran portofolio isi pelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik berusaha mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan belajarnya, sedangkan pada teknik pembelajaran konvensional isi pelajaran menjadi kurang bermakna karena peserta didik lebih banyak menunggu informasi dari pengajar.
Kelima
Dipandang dari segi penilaian terhadap hasil belajar: pada teknik pembelajaran portofolio hasil belajar dinilai dari evaluasi formatif dan sumatif sepanjang proses pembelajaran yang berbentuk tes tertulis, berkas portofolio yang berhasil diselesaikan peserta didik dan penampilan kinerja peserta didik pada saat mempertanggungjawabkan tugas mereka dalam diskusi di kelas, sedangkan pada teknik pembelajaran konvensional umumnya penilaian hanya dilaksanakan pada pertengahan dan akhir kegiatan belajar berupa evaluasi sumatif.
Sebagaimana telah dikemukakan, maka pada pembahasan selanjutnya teknik pembelajaran yang akan dikembangkan didasarkan pada beberapa model belajar penemuan dan kebermaknaan melalui teknik penugasan portofolio
Penugasan portofolio merupakan cara penyajian materi pembelajaran dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di luar jadwal perkuliahan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan (dilaporkan) kepada pengajar dan teman-temannya. Melalui penugasan portofolio ini, diharapkan peserta didik dapat: (1) memperdalam materi pembelajaran, (2) memperkembangkan materi yang telah dipelajari, (3) meningkatkan kemampuan sampai menghasilkan sesuatu sebagai tindak lanjut atau sebagai aplikasi materi perkuliahan yang sudah diperoleh dan (4) memupuk minat dan rasa tanggung jawab peserta didik. Jelasnya
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER
45
penugasan portofolio ini dapat mendorong inisiatif dan dapat meningkatkan kadar hasil belajar peserta didik.
Berpedoman pada inti model- model pembelajaran kognitif yang menyatakan: “Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”, Suparno (2001 : 140-141) inilah pengembangan teknik pembelajaran penugasan portofolio dikembangkan. Ber dasarkan hasil penelitian (Yuliani Nurani, 1996 : 143) telah membuktikan bahwa teknik penugasan portofolio lebih efektif dibandingkan dengan teknik pembelajaran lain Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran penugasan portofolio memang sengaja dipilih, dirancang dan dikembangkan secara sistematis sejak awal kegiatan pengembangan dengan patokan pada situasi dan kondisi, karakteristik peserta didik yang belajar serta jenis pembelajaran yang diberikan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENUGASAN PORTOFOLIO
Berdasarkan hasil penelitian Yuliani Nurani (1996 : 144) pada sejumlah peserta didik Universitas Negeri Jakarta yang mengikuti mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan penerapannya pada mata kuliah Psikologi Perkembangan pada tahun 2008 dan mata kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini pada tahun 2009, ternyata terdapat kelebihan dan kelemahan dalam penerapan model pembelajaran portofolio. Hal ini perlu menjadi pertimbangan khusus bagi pengajar yang akan menggunakan model ini dalam kegiatan pembelajarannya.
Kelebihannya, tugas portofolio yang diberikan kepada peserta didik ternyata bermanfaat dalam hal:
menantang dan membangkitkan semangat untuk belajar •membantu dalam memahami tugas dan isi perkuliahan yang diberikan •dengan mengumpulkan dan mengkaji berbagai sumber rujukan dapat menambah •wawasan dan kompetensi peserta didikmenyebabkan timbulnya motivasi untuk mendalami isi perkuliahan •diskusi portofolio sangat menyenangkan dan menarik •peserta didik akan terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok kecil •maupun di kelas bahkan didalam suatu seminarbelajar sesuatu yang berharga tentang bagaimana proses penyusunan karya ilmiah •atau skripsi khususnya bagi peserta didik di Perguruan Tinggi
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
46
Sedikit Kelemahannya…, selain bermanfaat, ternyata terdapat juga beberapa kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran penugasan portofolio, yaitu:
terbatasnya alokasi waktu yang tersedia dalam penyusunan dan penyempurnaan •berkas portofolio, umumnya peserta didik masih mengkaitkan dengan banyaknya tugas-tugas dalam mata kuliah lain.Minimnya tempat-tempat seperti perpustakaan atau pusat sumber belajar yang •dapat dimanfaatkan dalam memperoleh sumber rujukan atau sumber informasi baik dari media elektronik maupun non elektronik.Jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam menyusun berkas portofolio dianggap •cukup besar.
Untuk mengatasi berbagai kelemahan yang mungkin akan terjadi, maka terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Peserta didik, Pengajar, dan Lembaga agar proses pembelajaran dalam berhasil dengan baik, yaitu:
Bagi Peserta didik,
Mereka yang mendapatkan tugas portofolio seharusnya menyadari bahwa ia memang harus mampu mengorganisasikan dirinya dalam suasana belajar yang teratur, terjadwal dan bermotivasi tinggi, disamping mempunyai kemampuan dasar sebagai landasan berpikirnya. Tanpa itu semua sulit bagi peserta didik untuk berhasil dalam menyelesaikan tugas portofolio mereka yang tentu saja berhubungan dengan nilai yang mereka dapatkan dalam mata kuliah yang diambil.
Bagi Pengajar,
Pengajar sebagai fasilitator, moderator dan evaluator dalam proses pembelajaran di kelas haruslah benar-benar memahami prosedur kerja yang benar dalam menerapkan teknik pembelajaran portofolio di kelas. Selain itu karena teknik pembelajaran portofolio sangat berhubungan dengan sejumlah tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, maka pengajar perlu menyediakan waktu yang cukup untuk mengoreksi dan mengembalikan tugas sebagai umpan balik tepat pada waktunya. Hal ini sesuai dengan prinsip motivasi dalam belajar dan prinsip pemberian umpan balik sesegera mungkin ( immediate feedback)
BAB 4 FORMULASI MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM SISTEM KREDIT SEMESTER
47
Bagi Lembaga Pendidikan, Perlu menyediakan berbagai sarana dan prasaran penunjang kegiatan pembelajaran •dengan menggunakan teknik portofolio ini, seperti penyediaan berbagai sumber belajar yang bervariasi dan relevan dengan perubahan dan perkembangan jaman sehingga dapat dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri. Fasilitas berupa buku, jurnal ataupun informasi yang dapat dijaring melalui internet merupakan penunjang yang sangat berarti bagi keberhasilan teknik pembelajaran ini.perlu adanya pedoman khusus yang mengatur penyelenggaraan pembelajaran yang •menggunakan teknik penugasan portofolio ini, apalagi bila dihubungkan dengan penerapan sistem kredit semester. Pertimbangan lain adalah apakah teknik ini akan digunakan secara penuh atau sebagian saja dari proses pembelajaran selama satu semester.
Pengembangan danPenerapan Model Pembelajaran PenugasanPortofolio
B a b 5
“Karya besar tidak dikerjakan oleh dorongan, tapi oleh rangkaian hal-hal
yang dibawa bersama-sama.”
Vincent van Gogh (1853-1890), Pelukis Belanda
49
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
50
Sistem yang digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran penugasan portofolio dilakukan melalui tahapan pengkajian teori-teri belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendukung prosedur pengembangan model pembelajaran dan tahapan prosedur pnegembangan model pembelajaran.
TUJUAN PENGEMBANGAN MODEL
Proses pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang bersistem terdiri atas rangkaian yang memiliki saling ketergantungan dan berjalan sebagai suatu kesatuan kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penugasan portofolio termasuk salah satu bentuk teknik dalam strategi pembelajaran, sedangkan strategi pembelajaran sendiri merupakan satu komponen rencana pembelajaran agar didapat hasil yang optimal. Semua komponen rencana pembelajaran harus dirancang dan dikembangkan secara maksimal agar didapat hasil yang optimal, termasuk didalamnya pengembangan strategi pembelajaran dengan teknik penugasan portofolio.
Adapun tujuan dari pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio ini adalah mengembangkan suatu bentuk model pembelajaran yang sesuai dengan satuan kredit semester ( SKS) dalam rangka mencapai tujuan akhir dari suatu mata kuliah.
DASAR PENGEMBANGAN MODEL
Untuk mengembangkan suatu model pembelajaran selalu didasari pada teori-teori belajar tertentu serta didukung oleh prinsip-prinsip pembelajaran yang relevan dengantujuan model pembelajaran yang akan dikembangkan.
Model pembelajaran penugasan portofolio dikembangkan berdasarkan pada teori-teori belajar khususnya teori belajar kognitifi stik yang berintikan bahwa berusha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainnya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Selian itu pengemabngan model pembelajaran penugasan portofolio didukung pula oleh prinsip-prinsip pembelajran khususnya prinsip yang berkaitan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar.
Salah satu cara belajar yang tergolong dalam kelompok teori belajar kognitifi stik adalah belajar melalui penemuan ( discovery learning). Inti dari teori belajar penemuan adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh peserta didik dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
51
Selain itu dalam teori belajar penemuan terjadinya proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Melalui belajar penemuan diharapkan pengetahuan yang diterima oleh peserta didik menjadi benar-benar bermakna. Belajar bermakna merupakan proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif sesorang. Jadi kebermaknaan dalam belajar hanya terjadi bila peserta didik secara aktif mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya.
Masih berhubungan dengan model pembelajaran kognitif, dapat dijelaskan bahwa tindak belajar atau peristiwa belajar terdiri atas 8 (delapan) fase. Fase-fase itu merupakan kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh peserta didik yang belajar. Fase-fase ini juga dihubungkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran peserta didik yang belajar. Adapun fase-fase tersebut adalah fase motivasi, pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan dan umpan balik. (Dahar, 1989 : 141-143)
Melalui pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio diharapkan akan terjadi proses belajar mengajar yang berulang-ulang pada diri setiap peserta didik yang belajar. Untuk itu, selain diterapkannya beberapa teori belajar seperti yang telah dikemukakan diatas, didalam mengembangkan model pembelejaran portofolio akan digunakan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran khususnya yang relevan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar sesuai dengan situasi dan kondisi dimana model pembeljaran ini akan digunakan.
Sesuai dengan tujuan utama dikembangkannya model pembelajaran penugasan portofolio yang timbulnya keaktifan dan kebermaknaan dalam belajar, maka prinsip pembelajaran yang utama adalah diterapkannya prinsip pemindahan dalam belajar (transfer of learning). Belajar dianggap berhasil apabila pengetahuan diperoleh dapat digunakan/diapakai ataupun bermanfaat dalam berbagai situasi nyata dalam kehidupan peserta didik, karena prinsip ini beranggapan bahwa belajar pada pokoknya memperoleh respon yang tepat. Artinya apabila telah menguasai suatu kemampuan maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
Agar pemindahan dalam belajar dapat bertahan lama dan terinternalisasi dalam diri peserta didik, maka diperlukan adanya prinsip pembelajaran berupa pengulangan dan latihan. Bagaimanapun proses pengulangan ( repetition) dan latihan (training) sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena terampil tidaknya peserta didik dalam belajar sangat tergantung pada sering tidaknya ia mengulang dan mengingat kembali pengetahuan yang pernah didapatdan dapat melakukan aktivitas berupa latihan-latihan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
52
Selain kedua prinsip pembelajaran yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka agar terjadi keefektifan dalam proses pembelajaran bagaimanapun perlu adanya keterlibatan secara langsung sepanjang proses pembelajaran. Prinsip keterlibatan langsung dalam belajar ini dapat dilakukan dengan mengadakan pengaturan awal ( advance organizer), berupa persiapan belajar atau pengaturan kegiatan yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran; misalnya melalui penjelasan singkat disertai beberapa contoh ilustrasi tentang tujuan belajar atau dapat pula melalui pembahasan kontrak kuliah antara pengajar dan peserta didik. Informasi yang didapat pada awal proses pembelajaran ini secara tidak langsung akan memotivasi peserta didik agar dapat melaksanakan kegiatan belajarnya dan bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri.
Selanjutnya untuk mempertahankan kondisi belajar peserta didik agar meraka terdorong untuk mau belajar, perlu diperhatikan adanya kondisi eksternal dan kondisi internal yang akan mempengaruhi proses belajar. Kondisi belajar seseorang sangat tergantung pada tinggi rendahnya motivasi yang dimilikinya. Untuk itu perlu dicarikan jalan agar peserta didik yang belajar dapat termotivasi dan mempertahankan motivasinya tersebut. Motivasi seseorang dalam belajar berhubungan erat dengan kebermaknaan ini pelajaran yang diterimanya, apabila ia merasa pengetahuan yang diserapnya berguna bagi dirinya maka ia lebih terdorong untuk mengetahuinya lebih lanjut. Untuk itu isi pelajaran yang diberikan harus selalu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah pernah diketahui oleh mehasiswa tersebut. Selain itu, peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beraktivitas atau belajar dengan cara melakukan ( learning by doing) melalui tugas-tugas yang relevan dengan tujuan belajarnya.
Melalui tugas-tugas yang diberikan, seperti yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini, yaitu berupa penugasan portofolio yang dilaksanakan dalam 4 fase. Fase pertama merupakan pemberian tugas, fase berikutnya fase pelaksanaan tugas, fase reses (belajar terstruktur dan mandiri) dan terakhir berupa fase pertanggung jawaban tugas.
Diharapkan teknik penugasan portofolio yang diterapkan di dalam kelas ini akan menciptakan proses yang berulang-ulang pada diri peserta didik yang belajar.
Model pembelajaran penugasan portofolio dalam penelitian ini dikembangkan dan disusun dengan mengadaptasi model rancangan pembelajaran yang dibuat oleh Dick & Carey (1990 : 2-3). Pada model ini produknya tidak hanya terhenti sampai disusunnya cetak biru ( blue print), tetapi terus sampai ke tahap pengembangan program pembelajaran, teknik dan bahan belajar serta evaluasinya.
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
53
Perbedaan antara model portofolio dengan model Dick & Carey (1990 : 2-3) adalah langkah pengembangan strategi pembelajarannya dikembangkan sesuai dengan ka rak-teristik hakikat penugasan portofolio.
Setelah model pembelajarn dikembangkan maka selanjutnya akan dilakukan pengujian model pembelajaran untuk melihat efektivitasnya dilapangan. Model yang digunakan adalah model pengujian lapangan seperti yang direkomendasikan oleh Borg dan Gall (1983 : 772-785).
Adapun langkah-langkah yang akan dilalui dalam pengembangan model pembelajaran portofolio yang dapat dilihat pada prosedur pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio.
PROSEDUR PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
Agar diperoleh model pembelajaran penugasan portofolio yang efektif dan efi sien, maka seorang pengembang pembelajaran perlu mengikuti prosedur berikut ini:
1. Merumuskan Tujuan akhir pembelajaran
Langkah awal dalam proses pembelajaran yang terpenting adalah kegiatan merumuskan tujuan akhir pembelajaran atau tujuan instruksional umum (TIU). Tujuan akhir inilah yang akan menentukan bahan belajar yang akan disampaikan; menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Saat ini dengan peristilahan yang berbeda tetapi bermakna sama, TIU dapat juga disebut dengan kompetensi dasar (KD).
Dalam penelitian ini TIU disesuaikan dengan kurikulum yang telah disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Pusat Kurikulum-Balitbang tingkat Pusat dan dikaji ulang oleh tim pengembang kurikulum MKDK di Universtias Negeri Jakarta dengan Fakultas Ilmu Pendidikan sebagai penanggung jawab.
TIU merupakan tujuan akhir proses pembelajaran yang berisikan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti perkuliahan (Suparman, 2004 : 89). Tujuan akhir pembelajaran pada peneliatian ini dikelompokan kedalam tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik.
Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah setelah mengikuti
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
54
secara aktif kegiatan proses pembelajaran yang diharapkan akan dapat menyusun berkas pengkajian dalam bentuk protofolio tentang topik-topik yang berhubungan dengan hakikat belajar dan pembelajaran dengan berbagai unsur pendekatannya serta implikasinya dalam melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran.
Contoh Rumusan:
Mata Kuliah : Teori Belajar dan PembelajaranBobot : 4 SKSSasaran : Peserta didik semester 3TIU/Kompetensi Dasar : Setelah mengikuti secara aktif kegiatan perkuliahan mahasiswa S1 IKIP Jakarta
yang mengambil mata kuliah teori belajar dan pembelajaran diharapkan akan dapat menyusun berkas pengkajian dalam bentuk portofolio dari berbagai topik dan implikasinya dalam proses pembelajaran.
Contoh Rumusan:
Mata Kuliah : Pengembangan Kognitif Anak Usia DiniBobot : 2 SKSSasaran : Peserta didik semester 2TIU/ Kompetensi Dasar: Setelah mengikuti mata kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, peserta
didik akan dapat merancang strategi dan program stimulasi yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan kognitif di berbagai lingkungan pendidikan.
Latihan:
Coba Anda rumuskan! tujuan mata kuliah/pelajaran yang Anda kelola, dengan ketentuan rumusan sebagai berikut:
Merupakan target akhir dari mata kuliah/pelajaran •Mengandung beberapa kompetensi khusus •Hasil belajar harus dapat diukur dan diamati •
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
55
Mata Kuliah/ Pelajaran : ………………………………………………..Sasaran : ………………………………………………..TIU/Standar Kompetensi :.…………………………………………….…
………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………….
2. Membuat Bagan Analisis Tugas Belajar
Analisis tugas belajar bertujuan untuk menentukan berbagai kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Dick dan Carey, 1990). Analisis tugas belajar dalam penelitian ini dilakukan melalui kombinasi dari ketiga pendekatan, yaitu: hierarki, kelompok dan prosedural (Suparman, 2004 : 121-129)
Analisis tugas belajar dilakukan dengan cara menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang disusun secara logis dan sistematis. Dalam pembelajaran, analisis tugas belajar merupakan jembatan antara tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum, oleh karena itulah analisis tugas belajar sangat diperlukan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifi kasi perilaku-perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir, sehingga dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.
Analisis tugas belajar dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) menjelaskan hakikat belajar dan pembelaja-ran; (2) membedakan berbagai model pembelajaran.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
56
Contoh Bagan Analisis Instruksional:
TIU / KOMPETENSI DASARSetelah mengikuti secara aktif kegiatan perkuliahan, peserta didik diharapkan akan dapat menelaah konsep dasar pengembangan kognitif pada anak usia dini, merancang strategi yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan kognitif melalui penerapan berbagai unsur dan pendekatan serta klasifi kasi perkembangan kognitif guna memberikan stimulasi yang tepat pada anak diberbagai lingkungan pendidikan.
Kurikulum KB Kurikulum TK Kurikulum SD Kurikulum TPA
Dapat menelaah pengembangan kognitif pada kurikulum di lembaga pendidikananak usia dini
Bayi:lahir-6 bulan
Bayi: 7-12 bulan
Anak: 1 tahun
Anak:2 tahun
Anak: 3-5 tahun
Anak: 6- 8 tahun
Dapat mengidentifi kasi karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini
Dapat menjelaskan 6 teori perkembangan kognitif
Dapat menjelaskan hakikat pengembangan kognitif
(Sujiono, Pengembangan Metode Penugasan Portofolio pada Mata Kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini,
Penelitian. Jakarta 2009:63)
Latihan
Coba Anda rumuskan! bagan analisis instruksional untuk mata kuliah/pelajaran yang Anda kelola, dengan ketentuan rumusan sebagai berikut:• Menjabarkan kompetensi umum menjadi kompetensi khusus• Menentukan keterkaitan antara kompetensi yang ada• Menyusun peta kompetensi satu mata kuliah/pelajaran
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
57
TIU / KOMPETENSI DASARSetelah mengikuti mata kuliah/ pelajaran, peserta didik................................................................................................................................................................................
................... ................... ...................
...................
...................
...................
Catatan: Bagan latihan di atas yang berisi kotak-kotak kompetensi hanyalah contoh belaka, sangat mungkin bagan yang anda buat tidak sama bentuknya. Bentuk bagan tergantung pada hubungan dari setiap kompetensi yang ada dalam suatu mata kuliah/pelajaran.
3. Mengidentifi kasi Perilaku dan Karakteristik awal Peserta didik
Identifi kasi perilaku dan karateristik awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai di akhir proses (Suparman, 2004 : 146-147). Langkah ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan latar belakang pendidikan atau dafatar mata kuliah yang telah diambil dan dikuasai oleh peserta didik sebagai mata kuliah prasyarat.
Sebagai contoh: Peserta didik yang akan mengikuti mata kuliah Belajar dan Pembelajaran adalah mereka yang sudah mengambil dua mata kuliah prasyarat yaitu Pengantar Pendidikan dan Psikologi perkembangan yang dapat diketahui melalui kartu hasil studi (KHS) setiap peserta didik. Selain itu juga dilakukan tes awal untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan prasyarat yang telah dimiliki peserta didik
Sebagai hasil akhir dari langkah ketiga ini adalah penentuan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik pada analisis tugas belajar yang telah disusun. Ternyata hasil tes awal menunjukkan bahwa perilaku terendah sampai tertinggi relatif belum dikuasai sehingga perlu diajarkan secara berurutan dan keseluruhan sesuai dengan analisis tugas belajar.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
58
Contoh Garis Batas Perilaku Peserta Didik ( Entri Behavior Line—EBL)
TIU / KOMPETENSI DASARSetelah mengikuti secara aktif kegiatan perkuliahan, peserta didik diharapkan akan dapat
menelaah konsep dasar pengembangan kognitif pada anak usia dini, merancang strategi yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan kognitif melalui penerapan berbagai unsur dan pendekatan serta klasifi kasi perkembangan kognitif guna memberikan stimulasi yang
tepat pada anak diberbagai lingkungan pendidikan.
Kurikulum KB Kurikulum TK Kurikulum SD Kurikulum TPA
Dapat menelaah pengembangan kognitif pada kurikulum di lembaga pendidikananak usia dini
Bayi:lahir-6 bulan
Bayi: 7-12 bulan
Anak: 1 tahun
Anak:2 tahun
Anak: 3-5 tahun
Anak: 6- 8 tahun
Dapat mengidentifi kasi karakteristik perkembangan kognitif anak usia dini
Dapat menjelaskan 6 teori perkembangan kognitif
Dapat menjelaskan hakikat pengembangan kognitif
EBL 1: Artinya belum ada satupun kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta didik.EBL 2: Artinya kompetensi 1 dan 2 sudah dikuasai oleh peserta didik dan pengajar hanya perlu mereview kembali. Selanjutnya pengembangan indikator mulai dari kompetensi 3 dan seterusnya.
EBL 2
EBL1
(Sujiono, Pengembangan Metode Penugasan Portofolio pada Mata Kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Penelitian. Jakarta 2009:63)
4.1
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
4.2 4.3 4.4
4.14
3
2
1
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
59
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus/Indikator
Perumusan tujuan pembelajaran khusus sangatlah penting, karena tujuan inilah yang akan menjadi tolok ukur dari semua kegiatan pembelajaran. Menurut Dick dan Carey (1990 : 31-32) tujuan-tujuan pembelajaran khusus merupakan komponen kunci suatu program. Rumusan tujuan inilah yang merupakan petunjuk bagi upaya pemilihan materi, penstrukturan kegiatan pembelajaran, menjadi referensi pada saat mengembangkan instrument evalauasi. Selain itu merupakan acuan bagi penyusunan tes dan pemilihan bahan belajar. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus inilah yang akan menentukan efektivitas pembelajaran (Suparman, 2004 : 158-159). Istilah TPK saat ini dapat diidentikkan dengan istilah indikator.
Tujuan pembelajaran Khusus (TPK) merupakan perilaku-perilaku khusus yang akan diajarkan. TPK disusun berdasarkan hasil akhir analisis tugas belajar yang kemudian dirumuskan kedalam kalimat yang kelas, pasti, dapat diukur dan dapat diamati. Agar didapat hasil rumusan tujuan pembelajaran yang memadai, (Suparman, 2004 : 163-169)) menyarankan pemakaian format rumusan ABCD ( Audience, Behavior, Condition, Degree) sebagai unsur-unsurnya.
Dick dan Carey (1990: 32-34) merekomendasikan adanya tiga komponen pokok yang harus ada pada setiap rumusan tujuan pembelajaran, yaitu deskripsi tentang apa yang seharusnya diperbuat oleh peserta didik setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, kondisi atau keadaan yang menjadi syarat munculnya perilaku yang diinginkan, serta kriteria yang akan dipakai untuk menilai perubahan tingkat kemampuan peserta didik. Sedangkan Gagne dan Briggs dalam Gafur (1989:66-69) merekomendasikan lima komponen tujuan yang sedapat-dapatnya diusahakan ada pada setiap rumusan TPK, yaitu situasi atau kondisi pada saat stimulus diberikan, kata kerja penunjuk kapabilitas dari apa yang dipelajari, ruang lingkup materi yang akan dibahas, bentuk tindakan kerja yang dituntut, serta kendala dan pendukung tercapainya tujuan itu.
Contoh Rumusan:
Mata Kuliah : Pengembangan Kognitif Anak Usia DiniBobot : 2 SKSPokok Bahasan : Teori Pengembangan KognitifTIK/ Indikator : Pada akhir perkuliahan, peserta didik semester 2 akan dapat mengkaji
berbagai teori perkembangan kognitif sesuai dengan 4 mahzab dalam pendidikan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
60
Latihan:
Coba Anda rumuskan! Tujuan Instruksional Khusus/TIK dari mata kuliah/pelajaran yang Anda kelola, dengan rumusan sebagai berikut:
Menggunakan kata kerja operasional •Berorientasi pada hasil belajar •Berorientasi pada sasaran •Hanya menggunakan satu kata kerja operasional •
Mata Kuliah/ Pelajaran : ...........................................................................................Pokok Bahasan : ...........................................................................................TIK/Indikator : ..................................................................................................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
5. Mengembangkan Alat Evaluasi
Menurut Suparman (2004 : 175-178) kriteria pokok yang menandai perolehan kemam-puan adalah apabila peserta didik dapat menemukan sendiri generalisasi atau antitesa dari apa yang dipelajari sehingga menjadi suatu bentuk kemampuan baru.
Sehubungan dengan hakikat kemampuan yang diharapkan akan dimiliki oleh peserta didik, maka dua jenis alat evaluasi yang telah disiapkan, yaitu tes dan non tes. Tes hasil belajar ini akan digunakan dalam tes awal ( pre test) dan tes akhir ( post test), kemudian akan dibandingkan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik sebelum dan setelah mengikuti kegiatan belajar.
Alat evaluasi yang akan dikembangkan berupa tes acuan patokan yang disusun berdasarkan TPK sehingga tes tersebut benar-benar konsisten dengan perilaku yang seharusnya diukur (Arikunto, 1987: ....). Dengan perkataan lain tes yang dapat mengukur tingkat pencapaian peserta didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan pembelajaran khusus. Tes juga harus dilengkapi dengan petunjuk mengerjakan tes, lembar jawaban serta kunci jawaban untuk menjamin obyektivitas penilaian demi kepentingan pengajar. Sebaiknya sebelum diguanakan soal-soal tes tersebut akan dianalisis melalui penentuan daya pembeda ( discriminating power) dan taraf kesukaran ( diffi culty index). Setelah itu akan dihitung derajad validitas dan reliabilitas tes demi menjamin adanya tes yang memadai untuk digunakan.
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
61
Sedangkan penggunaan alat evaluasi berupa non tes disusun berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang diharpkan akan dimiliki oleh pesert didik pada saat pelaksanaan tugas. Alat evaluasi berupa non tes terdiri dari lembar penilaian diskusi, lembar monitoring dan angket reaksi peserta didik terhadap perkuliahan khususnya yang berhubungan dengan teknik penugasan portofolio.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Penugasan Portofolio
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Selain itu strategi pembelajaran merupakan pedoman umum dengan kerangka kegiatan yang dikembangkan dari falsafah dan teori belajar. Sedangkan menurut Dick dan Carey (1990 : 161-163) strategi pembelajaran me liputi seperangkat bahan belajar dan prosedur yang diskenariokan untuk memanfaatkan bahan belajar, sehingga didapat hasil belajar tertentu dari peserta didik. Terdapat lima kegiatan dalam strategi pembelajaran yaitu kegiatan awal pembelajaran, penyajian informasi, partisipasi peserta didik, pengujian dan tindak lanjut (Dick dan Carey, 1990 : 162-166)
Selain itu dalam pengembangan strategi pembelajaran yang telah ditentukan pula urutan kegaiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, metode pembelajaran media pembelajaran, serta penentuan waktu yang akan digunakan oleh pengajar dan peserta didik. Metode pembelajaran merupakan komponen utama dari strategi pembelajaran (Suparman, 2004 : 217)
Teknik penugasan portofolio dilaksanakan dalam empat fase, yaitu fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas dan fase reses, serta fase pertanggungjawaban tugas. Pada tahap awal peserta didik diperkenalkan terlebih dahulu tentang tugas yang akan dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan pembagaian kelompok dan lembar prosedur kerja. Selanjutnya pada fase pelaksanaan tugas yang terdiri dari aktivitas individu yaitu proses mencari dan menemukan sendiri berbagai sumber bacaan yang relevan dengan topik yang akan dibahas, dan aktivitas kelompok berupa diskusi kelompok kecil untuk menyusun berkas portofolio. Fase ketiga disebut juga dengan fase reses karena pada fase ini setiap kelompok peserta didik diberi kesempatan dalam rentang waktu tertentu untuk menyelesaikan tugas mereka diluar jam perkuliahan tatap muka. Terakhir adalah fase pertangungjawaban tugas dalam bentuk penyajian hasil diskusi di kelas atau dalam bentuk lainnya yang setara misalnya seminar atau simposium dihadapan kelompok lain dengan pengajar sebagai moderator
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
62
Adapun hal-hal yang perlu disiapkan adalah pedoman kerja pengajar, pedoman kegiatan peserta didik, lembar observasi untuk memonitor, lembar penilaian diskusi dan jadwal kegiatan penyajian diskusi di kelas.
Contoh Bagan Strategi Pembelajaran:
NoTIK/
IndikatorPokok
BahasanSub Pokok Bahasan
STRATEGI PEMBELAJARAN Sumber Rujukan/ PustakaMetode Media Alokasi Waktu
7. Menyusun Program Pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan pengajar dan peserta didik yang akan melaksanakan model pembelajaran ini. Sebaiknya disusun pedoman pelaksanaan pembelajaran bagi pengajar dan kegiatan belajar bagi peserta didik.
Pedoman bagi pengajar1. Pedoman ini berisi tahapan yang harus dilaksanakan oleh seorang pengajar apabila
ia akan menggunakan model pembelajaran penugasan portofolio, yaitu: langkah pengembangan strategi penugasan portofolio, penyusunan garis besar program pembelajaran, penyusunan rancangan teknik penugasan portofolio.
Pedoman bagi peserta didik2. Pedoman ini berisi sejumlah kegiatan belajar yang akan dilaksanakan oleh peserta
didik dari awal hingga akhir kegiatan belajar. Terdiri dari tahapan kegiatan peserta didik dalam penugasan portofolio dan urutan kegiatan belajar yang terdiri dari lima kegiatan, yaitu melaksanakan tugas kelompok, mencari dan mengkaji sumber rujukan, menyusun isi dan sistem penulisan batang tubuh, menyajikan isi berkas portofolio, mengumpulkan tugas akhir.
8. Menyusun dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai efektivitas pelaksanaan penerapan meodel pembelajaran penugasan portofolio di lapangan. Akan dikembangkan seperangkat tes
BAB 5 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
63
ANALISIS TUGAS
BELAJAR
PENULISAN TUJUAN UMUM
PERILAKU AWAL & KARAKTERISTIK
PESERTA DIDIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
KHUSUS
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI
PENGEMBANGAN STRATEGI MODEL PEMBELAJARAN
PORTOFOLIO
PENYUSUNAN PROGRAM
PERKULIAHAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
TES FORMATIF
TES SUMATIF
FASE PEMBERIAN
TUGAS
FASE PELAKSANAAN
TUGAS
FASE RESES (PELAKSANAAN TUGAS
TERSTRUKTUR BELAJAR MANDIRI)
FASE PERTANGGUNG
JAWABAN TUGAS
PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOGNITIF
PEROLEHAN INFORMASI BARU
TRANSFORMASIINFORMASI
MENGUJI RELEVANSI DAN KETEPATAN PENGETAHUAN
R E V I S I
MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIODIRAMU DARI TEORI-TEORI BELAJAR KOGNITIF
DAN TEORI PEMBELAJARAN MODERN(Yuliani Nurani, 1996 : 81)
hasil belajar yang mengacu pada tujuan pembelajaran khusus yang telah disusun. Tes sumatif diberikan diakhir kegiatan pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar peserta didik mampu menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.
Agar tampak lebih jelas, berikut ini adalah bagan prosedur pengembangan model pembelajaran penugasan portofolio yang diramu dari teori belajar kognitif dan prinsip-prinsip pembelajaran yang berhubungan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar.
1
2
3
4
5
6
78
65
Penerapan Teknik Penugasan Portofoliodalam Proses Pembelajaran
B a b 6
“Orang-orang yang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya;
orang-orang pesimis berpaku pada duri dan melupakan mawarnya.”
Kahlil Gibran (1883-1931), Filsuf dan sastrawan Amerika Serikat
kelahiran Lebanon
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
66
PEDOMAN BAGI PENGAJAR
Penugasan portofolio pada dasarnya bertujuan agar terjadi tindak belajar yng efektif dan efi sien pada diri si belajar. Melalui teknik penugasan portofolio diharapkan peserta didik akan dapat belajar secara aktif sesuai kemampuannya masing-masing, karena teknik penugasan portofolio lebih berpijak pada segi proses yang terjadi dalam belajar untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sangat relevan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar yang lebih banyak menuntut kemandirian peserta didik dalam belajar.
Portofolio yang merupakan suatu berkas pengkajian terhadap topik yang akan dibahas haruslah berisi deskripsi tentang pengalaman belajar yang dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang dibuat secara tertulis. Selain itu portofolio hendaknya disertai dokumentasi atau kumpulan sumber yang dijadikan rujukan dan dilampirkan di bagian akhir dari berkas portofolio.
Tugas pengajar tidak lagi hanya sekedar penyampai informasi saja dan bukan pula sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih dituntut berperan sebagai manejer di kelas. Pengajar harus berusaha secara aktif menuntun dan mengarahkan peserta didik dalam kegiatan belajar agar tujuan akhir mata kuliah/pelajaran dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya, tugas pengajar yang utama adalah sebagai penyaji atau penyedia informasi pada saat pemberian tugas, sebagai fasilitator/tutor/pemantau pada saat pelaksanaan tugas, sebagai moderator dan evaluator pada saat pertanggungjawaban tugas. Untuk itu perlu persiapan yang matang mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sepanjang kegiatan belajar.
Langkah Pengembangan Strategi Penugasan Portofolio
Untuk mengembangkan strategi penugasan portofolio dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
GBPP merupakan suatu rumusan tujuan dan pokok-pokok isi mata kuliah yang sekaligus dapat dipergunakan sebagai bahan kontrak kuliah dengan peserta didik. Didalamnya tertulis komponen-komponen sebagai berikut: Deskripsi mata kuliah, Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/Kompetensi Dasar (KD), Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)/Indikator, Pokok Bahasan/Topik, Teknik Pembelajaran, Tugas-tugas, Penilaian dan Sumber rujukan (buku wajib dan buku yang dianjurkan).
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
67
Contoh Bagan GBPP/Silabus:
GBPP/ S I L A B U S P E R K U L I A H A N
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINIBOBOT : 2 SKS Pengajar PENGAMPU : Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd NIP : 19660716 199003 2 001KODE Pengajar : 1016
Deskripsi Mata Kuliah
Masa pendidikan anak usia dini ( early childhood education) merupakan usia peka untuk mengembangkan berbagai potensi yang telah ada dalam diri anak. Pengembangan berbagai potensi tersebut harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi. Sebagai gambaran, apabila fungsi kognitif akan dikembangkan, maka harus dikaitkan dengan kesiapan mental, sosial dan emosional dari anak tersebut. Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah keahlian bidang studi (MKK I) yang wajib diambil oleh setiap peserta didik pada program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Mata kuliah ini memberikan bekal bagi peserta didik sebagai pendidik dan calon tenaga profesional di bidang kependidikan untuk dapat menerapkan berbagai pengetahuan, teori, prinsip dan strategi pengembangan Kognitif pada anak usia dini.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti secara aktif kegiatan perkuliahan, peserta didik diharapkan akan dapat menelaah konsep dasar pengembangan kognitif pada anak usia dini, merancang strategi yang tepat sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan kognitif melalui penerapan berbagai unsur dan pendekatan serta klasifi kasi perkembangan kognitif guna memberikan stimulasi yang tepat pada anak diberbagai lingkungan pendidikan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
68
KOMPETENSI DAN SUB
KOMPETENSIINDIKATOR
SUBTANSIKAJIAN
PENGALAMAN BELAJAR
STRATEGIPEMBELAJARAN
EVALUASIDAN
TAGIHAN
Peserta didik mampu menjelaskan hakikat pengembangan kognitif
dst...
Peserta didik mampu:Menjelaskan defi nisi dan peristilahan kognitifMenjelaskan potensi kognitif anak usia diniMengidentifi kasi ciri perilaku kognitifMenganalisis faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitifdst...
Hakikat pengembangan kognitif:1. Defi nisi dan peristilahan
kognitif2. Potensi kognitif anak
usia dini3. Ciri perilaku kognitif4. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif
dst...
100 - - Ceramah bervariasi dengan:Tanya jawab dan diskusi terpimpin
Media: OHP dan hand out
dst...
Rangkuman materi
(Yuliani Nurani Sujiono, Pengembangan Penugasan PortofolioPada Mata Kuliah Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Penelitian, 2009:60)
Latihan:
Kembangkanlah GBPP atau Silabus Mata kuliah/pelajaran yang Anda kelola, kemudian diskusikan dengan teman sejawat, kepala sekolah dan atau pakar desain instruksional dan ahli materi.
b. Penyusunan Teknik Penugasan Portofolio
Kegiatan penugasan portofolio dilaksanakan melalui 4 fase dalam teknik penugasan, yaitu: fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggungjawaban tugas
Adapun langkah yang perlu disiapkan dalam setiap fase, sebagai berikut:a) Fase pemberian tugas Pada fase ini pengajar diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan, manfaat serta teknik penugasan portofolio yang akan dilaksanakan oleh peserta didik melalui langkah-langkah sebagai berikut:1. Orientasi tentang penugasan portofolio2. Menjelaskan tentang lembar tugas3. Pembagian kelompok berdasarkan besarnya jumlah anggota di kelas4. Penentuan topik setiap kelompok (undian) berdasarkan topik-topik yang akan dikaji5. Penentuan batas waktu pelaksanaan tugas (jadwal kegiatan belajar)
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
69
b) Fase pelaksanaan tugas Pada fase ini pengajar diharapkan akan dapat memotivasi peserta didik agar ia
dapat melakukan tugasnya secara aktif sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:
1. Pembahasan draft proposal2. Pembahasan sumber rujukan yang relevan3. Pembahasan sistem penulisan
c) Fase Reses (tugas terstruktur dan mandiri) Pada fase ini pengajar bertugas mengadakan pemantauan atau pengawasan sejak
awal hingga akhir kegiatan penugasan, karena pada fase ini setiap kelompok peserta didik diberi kesempatan dalam rentang waktu tertentu untuk menyelesaikan tugas mereka diluar jam perkuliahan tatap muka. Dengan perkataan lain fase ini berlangsung tanpa perkuliahan tatap muka, tetapi secara tugas terstruktur dan mandiri.
Adapun hal-hal yang perlu disiapkan sebagai berikut:1. Menyiapkan lembar monitoring kegiatan belajar2. Menyiapkan jadwal dan memberikan konsultasi bagi setiap kelompok (minimal
1 kali seminggu) tentang:Sistem penulisan batang tubuh portofolio •Pembahasan isi •Penyusunan • klipping sumber rujukan
d) Fase Pertanggungjawaban tugas Pada fase ini pengajar memberikan balikan secara tertulis dan lisan terhadap hasil
kerja setiap kelompok. Pada saat penyajian portofolio di kelas pengajar berfungsi sebagai moderator sekaligus evaluator.
Adapun hal-hal yang perlu disiapkan sebagai berikut:1. Menyusun jadwal penyajian diskusi bagi masing-masing kelompok2. Menyiapkan aturan dalam diskusi3. Menyusun lembar penilaian:
Penyajian diskusi: nilai kelompok dan nilai individu •Berkas pengkajian portofolio •
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
70
PEDOMAN PENYUSUNAN BAGI PESERTA DIDIK
Teknik penugasan portofolio adalah suatu teknik penyampaian dimana peserta didik diberikan suatu persoalan/problema ataupun topik tertentu yang harus dibahas, diselesaikan dan dikuasai dalam jangka waktu tertentu.
Secara nyata teknik ini bertujuan untuk: (1) memberikan kesempatan yang berharga bagi peserta didik untuk belajar dan berkarya sendiri sesuai dengan kemampuannya, (2) membimbing peserta didik melalui cara yang tepat sehingga kegagalan-kegagalan dapat dikurangi.
Sedangkan portofolio sendiri merupakan berkas pengkajian terhadap suatu permasalahan ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh sesuai tujuan dari mata kuliah tertentu.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari teknik penugasan portofolio antara lain: (1) hasil belajar peserta didik lebih mantap dan tahan lama, (2) pengalaman peserta didik lebih terintegrasi dengan menggunakannya dalam situasi-situasi yang berbeda atau masalah yang baru, (3) peserta didik terangsang untuk berusaha lebih giat, memupuk inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri, (4) membangkitkan minat dan motivasi dalam belajar.
Pada teknik penugasan portofolio terdapat 4 fase kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh peserta didik, yaitu: (1) fase pemberian tugas, peserta didik mendengarkan informasi dari pengajar tentang hakikat dan teknik penyusunan portofolio, (2) fase pelaksanaan tugas, peserta didik secara aktif melaksanakan tugas tugas sesuai topik yang telah ditentukan, (3) fase reses (tugas terstruktur dan mandiri), peserta didik dalam kelompok diberi kesempatan selama rentang waktu tertentu (diluar jam perkuliahan tatap muka) untuk menyelesaikan tugas berkas portofolio lengkap dengan klipping sumber rujukan, (4) fase fase pertanggung jawabantugas, peserta didik menyajikan hasil karya mereka dalam diskusi di kelas, merevisi dan menyempurnakannya sehingga menjadi suatu berkas pengkajian portofolio yang lengkap.
Kegiatan Peserta didik dalam Penugasan Portofolio
Kegiatan peserta didik dalam penugasan portofolio dilaksanakan melalui 4 fase teknik penugasan, yaitu: fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggungjawaban tugas.
Kegiatan pada masing-masing fase sebagai berikut:
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
71
a. Fase pemberian tugas
Pada fase ini diharapkan peserta didik akan dapat memahami maksud dan tujuan, manfaat serta teknik pelaksanaan tugas portofolio secara terperinci. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:1. Mendengarkan penjelasan dari pengajar tentang hakikat portofolio dan teknik
pelaksanaannya2. Mempelajari panduan penyusunan teknik penugasan portofolio 3. Memilih dan menentukan teman dalam kelompok4. Memilih dan menetapkan topik yang akan dikaji5. Menentukan jadwal kegiatan belajardalam kelompok kecil
Waktu pertemuan diskusi •Tugas individu dalam kelompok •
b. Fase pelaksanaan tugas
Pada fase ini peserta didik diharpkan akan dapat melaksanakan tugas portofolio sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipelajari dan bekerja sesuai jadual yang telah ditentukan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:1. Mencari dan menemukan sendiri berbagai sumber belajar yang akan dijadikan
referensi dalam menunjang pengkajian topik (tugas individu dalam kelompok) 2. Menyusun draft portofolio sesuai topik yang telah dipilih3. Menyusun berkas portofolio berupa pengkajian topik secara mendalam dan
menyeluruh dalam diskusi kelompok kecil.
c. Fase reses (tugas terstruktur dan mandiri)
Pada fase ini peserta didik diharapkan akan dapat menyusun berkas portofolio lengkap dengan lampiran berupa klipping sumber rujukan dalam rentang waktu tertentu secara terstruktur dan mandiri diluar jam perkuliahan tatap muka. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:1. Mengadakan konsultasi langsung dengan pengajar sesuai jadual yang telah
ditentukan (batas minimal ditentukan) sampai saat penyajian diskusi2. Mengkonsultasikan berbagai sumber rujukan yang relevan dengan topik yang
dibahas3. Mengkonsultasikan isi batang tubuh portofolio
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
72
4. Menyusun lampiran berupa fotocopi sumber rujukan yang sesuai dan berhubungan dengan topik yang dikaji.
d. Fase pertanggungjawaban tugas
Pada fase ini peserta didik diharapkan akan dapat mempertanggung jawabkan tugas penyusunan berkas pengkajian portofolio dalam presentasi diskusi di kelas dihadapan pengajar dan anggota kelompok lain. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:1. Mendengarkan penjelasan dari pengajar sebagai moderator tentang peraturan
diskusi kelas2. Membagikan berkas portofolio lengkap kepada pengajar dan kelompok lain3. Menyajikan hasil diskusi kelompok kecil berupa berkas pengkajian portofolio
lengkap4. Mengumpulkan saran, ide tanggapan dan kritik baik dari pengajar dan anggota
kelompok lainnya baik balikan secara lisan maupun tulisan sebagai bahan perbaikan
5. Memperbaiki dan menyempurnakan berkas portofolio lengkap sebagai hasil penyempurnaan, berupa:
batang tubuh (makalah) •lampiran ( • klipping = fotocopy sumber rujukan)
e. Kegiatan Belajar
Terdapat lima kegiatan utama yang kan dilaksanakan oleh peserta didik dalam rangka penugasan portofolio, sebagai berikut:1. Melaksanakan tugas kelompok Tugas portofolio dibuat secara berkelompok dan merupakan prasyarat untuk
mendapatkan nilai individu. Anggota kelompok dipilih dan ditentukan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Setiap kelompok akan mengkaji satu topik pilihan yang akan ditentukan secara bersama-sama.
2. Mencari dan mengkaji sumber rujukan Mencari dan menemukan sendiri sumber belajar terutama berupa sumber rujukan
yang akan menunjang pengkajian topik merupakan tugas individu didalam kelompok. Topik hendaknya dikaji secara mendalam dan menyeluruh denagn
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
73
minimal menggunakan 8 sumber rujukan dengan 2 sumber berbahasa asing (Inggris)
3. Menyusun isi dan sistem penulisan batang tubuh Penyusunan portofolio yang merupakan berkas pengkajian terdiri dari:
Batang tubuh: berisikan pembahasan topik kelompok dengan struktur isi yang disarankan sebagai berikut: PENDAHULUAN, berisikan latar belakang topik yang dibahas; PEMBAHASAN, berisikan pengertian, istilah dan konsep yang terkandung
dan atau yang berkaitan dengan topik; KESIMPULAN, berisikan inti dari pokok-pokok yang dibahas dan saran-
saran terutama yang berkaitan dengan pemanfaatannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran;
Catatan: Isi batang tubuh (pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan tidak lebih dari 25 halaman kwarto dan diketik 2 spasi).
DAFTAR PUSTAKA, ditulis lengkap dari seluruh sumber rujukan yang digunakan.
Lampiran/Dokumentasi: berisikan fotocopy sumber bacaan yang dijadikan referensi dan/atau menunjang pengkajian topik dilampirkan di bagian akhir dari portofolio. Adapun teknik penyusunan yang disarankan sebagai berikut:a) Sampul depan sumber rujukan ikut difotocopyb) Bahan yang dilampirkan sebaiknya dipilih secara seksamac) Disusun berdasarkan urutan daft ar pustaka
4. Menyajikan isi berkas portofolio Penyajian isi portofolio di depan kelas dengan pengajar sebagai moderator dan
kelompok lain sebagai penyanggah dilaksanakan di depan kelas. Tujuannya adalah selain mempertanggungjawabkan tugas juga untuk mendapat balikan guna penyempurnaan dari tugas portofolio.
Penyajian portofolio dilaksanakan selama lebih kurang 60 menit disertai tanya jawab antar kelompok dan pengajar
5. Mengumpulkan tugas akhir Tugas harus sudah masuk pada pengajar satu minggu sebelum saat masing-masing
kelompok menyajikan berkas portofolio di kelas. Setelah diadakan perbaikan dan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
74
penyempurnaan tugas dikumpulkan paling lambat 2 minggu sebelum perkuliahan berakhir.
Secara singkat kegiatan yang dilakukan oleh pengajar dan peserta didik dengan menggunakan teknik penugasan portofolio dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
PENUGASAN PORTOFOLIO
Mata Kuliah / Pelajaran :...........................................................Kelompok :..........................................................Pokok Bahasan/Topik :..........................................................
KEGIATAN PEMBELAJARAN(pengajar)
KEGIATAN BELAJAR(peserta didik)
I. Pada fase pemberian tugas:1. Orientasi / informasi tugas 1. mendengarkan, menyimak dan bertanya.2. Membagi dan membahas lembar penugasan
portofolio2. menerima dan membaca lembar tugas
portofolio.3. Pembagian anggota kelompok. 3. mencari sendiri teman anggota kelompok4. Pemilihan dan penentuan topik kelompok. 4. memilih dan menentukan topik yang akan
dikaji.5. Penentuan jadwal konsultasi. 5. membicarakan dengan teman anggota
kelompok.
II. Pada fase pelaksanaan tugas:1. Penetapan permasalahan yang akan
dikaji.1. mendengarkan, menyimak dan bertanya
2. Tugas mencari berbagai sumber bacaan 2. secara individual mencari sumber bacaan3. Penyusunan draft prtofolio 3. menyusun dan mendiskusikan draft
portofolio
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
75
III. Pada fase reses (tugas tersruktur & mandiri):1. Penyusunan berkas pengkajian portofolio 1. menyusun dan mendiskusikan berkas
portofolio2. Pengarsipan sumber bacaan pendukung 2. meng-copy dan mengklipping sumber
bacaan3. Penyusunan Lampiran 3. menyusun lampilan4. Konsultasi perkembangan tugas minimal 1 kali
seminggu4. mengkonsultasikan perkembangan tugas
sampai selesai.
IV. Pada fase pertanggung jawaban tugas:1. Pembagian berkas portofolio lengkap
paling lambat seminggu sebelum giliran penyajian.
1. membagikan berkas portofolio kepada pengajar dan teman kelompok lalinnya
2. Penyajian berkas portofolio di kelas 2. menetapkan tugas anggota dalam diskusi.3. Pengumpulan dan pencacatan jalannya
diskusi dan hasilnya.3. mengumpulkan dan mencatat sara,
pendapat, ide ataupun tanggapan baik tertulis / lisan
4. Perbaikan dan penyempurnaan berkas portofolio
4. memperbaiki dan menyempurnakan berkas portofolio
5. Pengumpulan tugas tepat waktunya. 5. mengumpulkan tugas portofolio tepat waktunya.
PELAKSANAAN PROGRAM PENILAIAN
Penilaian terhadap kegiatan belajar peserta didik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian dilakukan tidak saja untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam belajar, tetapi juga diarahkan untuk menilai kemajuan belajar selama proses berlangsung.
Untuk itu terdapat dua bentuk penilaian yang akan dilaksanakan baik secara tertulis, lisan maupun melalui pengamatan:a. Penilaian secara tertulis Dilakukan pada saat tes akhir kegiatan belajar yang berisikan:
- tes bentuk obyektif (pilihan)- tes bentuk subyektif (uraian)
b. Penilaian secara lisan ataupun pengamatan Dilakukan pada saat diskusi di kelas dengan menggunakan lembar penilaian diskusi
yang berisikan:
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 194-195)
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
76
1) Komponen/aspek yang dinilai:- persiapan diskusi- pelaksanaan diskusi
2) Nilai berdasarkan skala likert: baik sekali (5), baik (4), Cukup (3), Kurang (2) dan kurang sekali (1)3) Scoring4) Tanda tangan pengamat (observer)
Berikut adalah contoh dari Lembar Penilaian Diskusi Penugasan Portofolio:
LEMBAR PENILAIAN DISKUSI PENUGASAN PORTOFOLIO
Mata kuliah/pelajaran :.......................................................Kelompok kerja :.......................................................Topik/pokok bahasan :.......................................................
KOMPONEN / ASPEK YANG DINILAI DALAM DISKUSI
NILAIBS(5)
B(4)
C(3)
K(2)
KS(1)
A. PERSIAPAN DISKUSI1. Kelengkapan berkas portofolio2. Kesesuaian topik dengan:
a. Judul kajianb. Permasalahan
3. Sumber belajar (rujukan)4. Persiapan penggunaan media pembelajaran
B. PELAKSANAAN DISKUSI1. Pembukaan
a. Teknik membuka diskusib. Teknik mengantarkan berkas portofolioc. Teknik penguasaan kelas
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
77
KOMPONEN / ASPEK YANG DINILAI DALAM DISKUSI
NILAIBS(5)
B(4)
C(3)
K(2)
KS(1)
2. Penyajian berkas portofolioa. Teknik menjelaskan isib. Penguasaan isic. Penguasaan media pembelajarand. Ketepatan / kejelasan dalam menjawab setiap pertanyaane. Respon / cara menanggapi setiap pertanyaanf. Partisipasi anggota dalam setiap kelompok.g. Pemerataan kesempatan menjawab pertanyaan
dari anggota kelompokh. Pemerataan kesempatan bertanya kelompok
lain
3. Penutupa. Cara menyimpulkan inti dari isi portofoliob. Cara menyimpulkan hasil diskusic. Kesesuaian waktu yang digunakan dengan
perencanaand. Teknik menutup diskusi
Jumlah Total
Komentar / Saran Perbaikan:........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Jakarta, Penilai / Pengamat ( )
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 197)
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
78
Sistem Pembobotan:
Interval Kode Arti
90 – 100 : A = Baik Sekali
70 – 80 : B = Baik
50 – 60 : C = Cukup
30 – 40 : D = Kurang
10 – 20 : E = Kurang SekaliPenilaian keseluruhan : A – B – C – D – E ** Lingkarilah huruf yang dimaksud sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan
PANDUAN PELAKSANAANPROGRAM PENILAIAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
Penilaian terhadap kegiatan belajar peserta didik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian dilakukan tidak saja untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam belajar, tetapi juga diarahkan untuk menilai kemajuan belajar dalam proses berlangsung.
Untuk itu terdapat 2 bentuk penilaian yang akan dilaksanakan baik sacara tertulis, lisan ataupun melalui pengamatan:1. Penilaian secara tertulis, dilakukan pada saat tes akhir kegiatan belajar yang
berisikan:Tes bentuk objektif (pilihan) •Tes bentuk subjektif (uraian) •
2. Penilaian secara lisan ataupun pengamatan, dilakukan pada saat diskusi dikelas dengan menggunakan lembar penilaian diskusi yang berisikan:Komponen/Aspek yang dinilai:
Persiapan diskusi •Pelaksanaan diskusi •Nilai berdasarkan skala likert: baik sekali (5), baik (4), cukup (3), kurang •(2), kurang sekali (1).
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 196)
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
79
PANDUAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
(PEDOMAN BAGI PENGAJAR)
I. PengantarPenugasan portofolio pada dasarnya bertujuan agar terjadi tindak belajar
yang efektif dan efi sien pada diri si belajar. Melalui teknik penugasan portofolio diharapkan peserta didik akan dapat belajar secara efektif sesuai kemampuannya masing-masing, karena teknik penugasan portofolio lebih berpijak pada segi proses yang terjadi dalam belajar untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sangat relevan dengan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar (SAL = Student Active Learning) yang lebih banyak menuntut kemandirian peserta didik dalam belajar.
Portofolio yang merupakan suatu berkas pengkajian terhadap topik yang akan dibahas haruslah berisi deskripsi tentang pengalaman yang dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seseorang yang dibuat secara tertulis. Selain itu portofolio hendaknya disertai dokumentasi atau kumpulan sumber bacaan yang dijadikan rujukan dan dilampirkan di bagian akhir dari berkas portofolio.
Tugas pengajar tidak lagi hanya sekedar penyampai informasi saja dan bukan pula sebagai satu-satunya sumber belajar tetapi lebih dituntut berperan sebagai manajer di kelas. Pengajar harus berusaha secara aktif menuntun dan mengarahkan peserta didik dalam kegiatan belajar agar tujuan akir mata kuliah dapat tercapai. Dalam pelaksanaanya, tugas pengajar yang utama adalah sebagai penyaji atau penyedia informasi pada saat pemberian tugas, sebagai fasilitator/tutor/pemantau pada saat pelaksanaan tugas, sebagai moderator dan evaluator pada saat pertanggungjawaban tugas. Untuk itu perlu persiapan yang matang mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sepanjang kegiatan belajar.
II. Langkah Pengembangan Strategi Penugasan PortofolioUntuk mengembangkan strategi penugasan portofolio dilaksanakn melalui
langkah-langkah sebagai berikut:1. Menyusun garis-garis besar program pembelajaran (GBPP).
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
80
2. Menyusun langkah teknik pelaksanaan penugasan portofolio (bagi pengajar dan peserta didik) sesuai dengan 3 fase teknik penugasan yaitu fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggujawaban tugas.
3. Menulis lembar monitoring program kegiatan pelaksanaan penugasan portofolio.
4. Menyiapkan lembar penilaian kegiatan belajar secara tertulis, lisan, ataupun observasi.
III. Penyusunan Garis Besar Program PembelajaranGaris-garis besar program pembelajaran (GBPP) merupakan suatu rumusan
tujuan dan pokok-pokok isi mata kuliah yang sekaligus dapat dipergunakan sebagai bahan kontrak kuliah dengan peserta didik. Di dalamnya tertulis komponen-komponen sebagai berikut:
Deskripsi mata kuliah1. Tujuan pembelajaran umum (TPU)/Kompetensi Dasar2. Tujuan pembelajaran khusus (TPK)/Indikator3. Topik – sub topik4. Teknik pembelajaran5. Tugas – tugas6. Penilaian7. Sumber tujukan (buku wajib dan buku yang dianjurkan)8.
IV. Penyusunan Teknik Penugasan PortofolioKegiatan penugasan portofolio dilaksanakan melalui 3 fase dalam teknik
penugasan yaitu: fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggungjawaban tugas.
Adapun langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam setiap fase adalah sebagai berikut:1. Fase pemberian tugas Pada fase ini pengajar diharapkan dapat memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan, manfaat serta teknik penugasan portofolio yang akan dilaksanakan oleh peserta didik melalui langkah-langkah sebagai berikut:
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
81
Orientasi tentang penugasan portofolio •Menjelaskan tentang lembar tugas •Pembagian kelompok berdasarkan besarnya jumlah anggota di kelas •Penentuan topik setiap kelompok (undian) berdasarkan topik-topik •yang akan dikajiPenentuan batas waktu pelaksanaan tugas (jadwal kegiatan belajar) •
2. Fase pelaksanaan tugas Pada fase ini pengajar diharapkan akan dapat memotivasi peserta didik agar
ia dapat melakukan tugasnya secara aktif sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Pembahasan draft proposal •Pembahasan sumber rujukan yang relevan •Pembahasan sistem penulisan •
3. Fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) Pada fase ini pengajar bertugas mengadakan pemantauan atau pengawasan
sejak awal hingga akhir kegiatan penugasan, karena pada fase ini setiap kelompok peserta didik diberi kesempatan selama dua minggu untuk menyelesaikan tugas mereka diluar jam perkuliahan tatap muka. Dengan perkataan lain fase ini berlangsung tanpa perkuliahan tatap muka, tetapi secara tugas terstruktur dan mandiri. Adapun hal-hal yang perlu disiapkan sebagai berikut:
Menyiapkan lembar • monitoring kegiatan belajarMenyiapkan jadwal dan memberikan konsultasi bagi setiap kelompok •(minimal 1 kali setiap minggu):a) Sistem penulisan batang tubuh portofoliob) Pembahasan isic) Penyusunan klipping sumber rujukan
4. Fase pertanggungjawaban tugas Pada fase ini pengajar memberikan balikan secara tertulis dan lisan terhadap
hasil kerja setiap kelompok. Pada saat penyajian portofolio di kelas pengajar
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
82
berfungsi sebagai moderator sekaligus sebagai evaluator. Adapun hal-hal yang perlu disiapkan sebagai berikut:
Menyusun jadwal penyajian diskusi bagi masing-masing kelompok •Menyiapkan aturan dalam diskusi •Menyusun lembar penilaian •a) Penyajian diskusi: nilai kelompok dan nilai individu.b) Berkas penyajian portofolio.
PANDUAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO(PEDOMAN BAGI PESERTA DIDIK)
I. PengantarTeknik penugasan portofolio adalah suatu teknik penyampaian dimana pada
peserta didik diberikan suatu persoalan/problema ataupun topik tertentu yang harus dibahas, diselesaikan dan dikuasai dalam jangka waktu tertentu.
Secara nyata teknik ini bertujuan untuk: (1) memberikan kesempatan yang berharga bagi peserta didik untuk belajar dan berkarya sendiri sesuai dengan kemampuannya; (2) membimbing peserta didik melalui cara yang tepat sehingga kagagalan – kegagalan dapat dikurangi.
Sedangkan portofolio sendiri merupakan berkas pengkajian terhadap suatu permasalahan ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh sesuai tujuan dari mata kuliah tertentu. Adapun manfaat yang dapat diambil dari teknik penugasan portofolio antara lain: (1) hasil belajar peserta didik lebih mantap dan tahan lama; (2) pengalaman peserta didik lebih terintegrasi dengan menggunakannya dalam situasi-situasi yang berbeda atau masalah yang baru; (3) peserta didik terangsang untuk berusaha lebih giat, memupuk inisiatif, bertanggungjawab dan mandiri sendiri; (4) membangkitkan minat dan motivasi dalam belajar.
Pada teknik penugasan portofolio terdapat 4 fase kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh peserta didik, yaitu (1) fase pemberian tugas, peserta didik
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 183)
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
83
mendengarkan informasi dari pengajar tentang hakikat dan teknik penyusunan portofolio; (2) fase pelaksanaan tugas, peserta didik secara aktif melaksanakan tugas sesuai topik yang telah ditentukan; (3) fase reses (tugas terstruktur dan mandiri), peserta didik dalam kelompok diberi kesempatan selama dua minggu (diluar jam mata perkuliahan tatap muka) untuk menyelesaikan tugas berkas portofolio lengkap dengan klipping sumber rujukan, (4) fase pertanggungjawaban tugas, peserta didik menyajikan hasil karya mereka dalam diskusi di kelas, merevisi dan menyempurnakannya sehingga menjadi suatu berkas pengkajian portofolio yang lengkap.
II. Langkah Kegiatan Peserta didik Dalam Penugasan PortofolioKegiatan peserta didik dalam penugasan portofolio dilaksanakan melalui
4 fase teknik penugasan yaitu: fase pemerian tugas, fase pelaksanaan tugas, fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) dan fase pertanggungjawaban tugas. Kegiatan pada masing-masing fase sebagai berikut:1. Fase pemberian tugas Pada fase ini diharapkan peserta didik akan dapat memahami maksud dan
tujuan, manfaat serta teknik pelaksanaan tugas portofolio secara terperinci. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Mendengarkan penjelasan dari pengajar tentang hakikat portofolio dan •teknik pelaksanaannyaMempelajari panduan penyusunan teknik penugasan portofolio •Memilih dan menentukan teman dalam kelompok •Memilih dan menetapkan topik yang akan dikaji •Menentukan jadual kegiatan belajar dalam kelompok kecil: •– Waktu pertemuan diskusi– Tugas individu dalam kelompok
2. Fase pelaksanaan tugas Pada fase ini peserta didik diharapkan akan dapat melaksanakan tugas
portofolio sesuai dengan langkah-langkah yang dipelajari dan bekerja sesuai jadual yang telah ditentukan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
84
Mencari dan menemukan sendiri berbagai sumber belajar yang akan •dijadikan referensi dalam menunjang pengkajian topik (tugas individu dalam kelompok)Menyusun draft portofolio sesuai topik yang telah dipilih •Menyusun berkas portofolio berupa pengkajian topik secara mendalam •dan menyeluruh dalam diskusi kelompok kecil
3. Fase reses (tugas terstruktur dan mandiri) Pada fase ini, peserta didik diharapkan akan dapat menyusun berkas
portofolio lengkap dengan lampiran berupa klipping sumber rujukan dalam waktu dua minggu secara terstruktur dan mandiri diluar jam perkuliahan tatap muka. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Mengadakan konsultasi langsung dengan pengajar sesuai jadual yang •telah ditetapkan (minimal 1 kali seminggu) sampai saat penyajian diskusiMengkonsultasikan berbagai sumber rujukan yang relevan dengan topik •yang dibahasMengkonsultasikan isi batang tubuh portofolio •Menyusun lampiran berupa fotocopi sumber bacaan yang sesuai dan •berhubungan dengan topik yang dikaji
4. Fase pertanggungjawaban tugas Pada fase ini peserta didik diharapkan akan dapat mempertanggungjawabkan
tugas penyusunan berkas penyajian portofolio dalam presentase diskusi di kelas dihadapan pengajar dan anggota kelompok lain. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
Mendengarkan penjelasan dari pengajar sebagai moderator tentang •peraturan diskusi kelas.Membagikan berkas portofolio lengkap kepada pengajar dan kelompok •lain.Menyajikan hasil diskusi kelompok kecil berupa berkas pengkajian •portofolio lengkap.Mengumpulkan saran, ide, tanggapan dan kritik baik dari pengajar dan •anggota kelompok lainnya baik balikan secara lisan maupun tulisan sebagai bahan perbaikan.
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
85
Memperbaiki dan menyempurnakan berkas portofolio. •Mengumpulkan berkas portofolio lengkap sebagai hasil penyempurnaan, •berupa:– Batang tubuh (makalah)– Lampiran ( klipping = fotocopy sumber bacaan)
PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM MONITORING
Program monitoring terhadap kegiatan belajar peserta didik dilakukan sejak awal hingga akhir kegiatan penugasan portofolio. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan oleh pengajar sebagai berikut:1. Penyusunan daft ar hal-hal yang akan dimonitoring
a. Persiapan peserta didik dalam melaksanakan tugasb. Pelaksanaan kegiatan peserta didik dalam melaksanakan tugas baik secara individu ataupun kelompokc. Kemajuan hasil yang dicapai
2. Penyusunan jadwal kegiatan monitoringa. Pertemuan setiap kelompok dengan pengajar minimal satu kali seminggu
berupa konsultasi lisanb. Pertemuan untuk semua kelompok dengan pengajar minimal dua minggu
sekali: membahas permasalahan yang bersifat umum (dialami oleh semua kelompok)
3. Penyiapan lembar monitoring yang berisikan:a. Lamanya waktu pelaksanaan tugasb. Tanggal konsultasic. Pembahasan pada setaip pertemuand. Tanggapan/saran pengajar Paraf: pengajar dan ketua kelompok
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
86
PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM MONITORING
TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO
Program monitoring terhadap kegiatan belajar peserta didik dilakukan sejak awal hingga akhir krgiatan penugasan portofolio. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan oleh pengajar sebagai berikut:
1. Penyusunan daft ar hal-hal yang akan dimonitoring:a. Persiapan peserta didik dalam melaksanakan tugas.b. Pelaksanaan kegiatan peserta didik dalam melaksanakan tugas baik secara
individu ataupun kelompok.c. Kemajuan atau hasil yang dicapai.
2. Penyusunan jadwal kegiatan monitoring:a. Pertemuan setiap kelompok dengan pengajar minimal 1 kali seminggu:
konsultasi lisan.b. Pertemuan untuk semua kelompok dengan pengajar minimal 2 minggu
sekali: membahas permasalahan yang bersifat umum (dialami oleh semua kelompok).
3. Penyiapan lembar monitoring yang berisikan:a. Lamanya waktu pelaksanaan tugas.b. Tanggal konsultasi.c. Pembahasan pada setiap pertemuan.d. Tanggapan/saran pengajar.e. Paraf: pengajar dan ketua kelompok.
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 199)
BAB 6 PENERAPAN TEKNIK PENUGASAN PORTOFOLIO DALAM PROSES PEMBELAJARAN
87
LEMBAR MONITORING KEGIATAN BELAJAR
Mata kuliah :..................................................Jurusan :..................................................Kelompok :...................................................Topik :...................................................
MINGGUKONSULTASI TANGGAPAN/
SARANPARAF PENGAJAR
TGL PEMBAHASAN
I
II
III
IV
V
(Sumber : Yuliani Nurani, 1996 : 200)
89
Portofolio Sebagai PengakuanPengalaman Kerja dan Hasil Belajar dalam Akreditasi Guru
B a b 7
“Pengalaman tanpa teori sama dengan buta, tapi teori tanpa
pengalaman hanyalah permainan intelektual belaka.”
Immanuel Kant (1724-1800), Filsuf Jerman penggagas pemikiran
pencerahan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
90
RASIONAL
Profesionalisme sebagai sosok utuh guru merupakan cita-cita dari semua pihak yang bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia ini. Seperti yang telah dimanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8 tertulis bahwa guru wajib memiliki kualifi kasi akademik, kompetensi, sertifi kat pendidik, sehat jasmani dan ro-hani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada pasal 9 dijelaskan bahwa kualifi kasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat, sedangkan pada pasal 10 tertulis bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Selanjutnya ditegaskan pada pasal 82 ayat 2 bahwa: “guru yang belum memiliki kualifi kasi akademik dan sertifi kat pendidik wajib memenuhi kualifi kasi akademik dan sertifi kat pendidik paling lama sepuluh tahun sejak berlakunya undang-undang ini”. Konsekuensi logis dari pemberlakuan undang-undang tersebut, pemerintah dan Penyelenggara Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) diharapkan dapat memfasilitasi pelaksanaan program percepatan peningkatan kualifi kasi akademik guru dengan akses yang lebih luas, berkualitas dan tidak mengganggu tugas serta tanggung jawabnya di sekolah.
Berdasarkan data yang dikutip dari dokumen rambu-rambu penyelenggaraan Program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar ( PPKHB) (Direktorat Ketenagaan, Dirjen DIKTI. Depdiknas, 2009) tercatat bahwa jumlah guru dari berbagai satuan pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifi kasi akademiknya mencapai 1.456.491 orang atau 63% dari jumlah guru yang ada di Indonesia. Data tersebut tidak termasuk guru-guru yang berada dibawah pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Selanjutnya dijabarkan bahwa pada satuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), jumlah guru yang harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 155.661 atau 89% dari jumlah guru TK yang ada. Pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), jumlah guru yang harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 1.041.793 atau 83%, pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) jumlah guru yang harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 185.603 atau 38%; pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) jumlah guru yang harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 34.547 atau 15% dan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), jumlah guru yang harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 33.297 atau 21% serta pada satuan pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB), jumlah guru yang
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
91
harus ditingkatkan kualifi kasinya sebanyak 5.590 atau 55% dari jumlah guru SLB yang ada (Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas Tahun 2007).
Sejalan dengan hal tersebut, pada dasarnya program percepatan peningkatan kualifi kasi akademik guru menjadi Strata1 (S-1) di Indonesia telah dilaksanakan oleh berbagai perguruan tinggi, baik melalui pendidikan tatap muka (konvensional) maupun pendidikan jarak jauh. Untuk peningkatan kualifi kasi akademik guru SD melalui Program S-1 PGSD, sampai pada tahun 2008 telah ditetapkan sebanyak 50 perguruan tinggi sebagai penyelenggara program S-1 PGSD dan pada tahun yang sama juga ditetapkan 23 perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan S-1 PGSD melalui sistem pendidikan jarak jauh atau dikenal dengan PJJ S-1 PGSD berbasis ICT yang tergabung dalam konsorsium LPTK. Kebijakan ini merupakan terobosan bagi penyelenggaraan pendidikan jarak jauh yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan konvensional walaupun jumlah peserta yang mengikuti program ini masih dibatasi karena pembiayaan penyelenggaraan bersumber dari dana pemerintah pusat (blockgrant).
Upaya percepatan peningkatan kualifi kasi akademik guru pada semua satuan pendidikan tidak mungkin tercapai hanya dengan sistem penyelenggaran pendidikan guru yang ada saat ini. Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana (S-1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan Pro gram Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan. Untuk itu telah terbit Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2008 yang secara khusus mengatur penyelenggaraan program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan. Program ini diharapkan dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efi sien, efektif, dan akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas.
APA DAN MENGAPA PPKHB? Pemerintah dalam berbagai dokumen resmi telah mencanangkan bahwa pada tahun 2014 diharuskan semua guru disemua jenjang pendidikan telah berkualifi kasi pendidikan minimal S1/D-IV dan memiliki sertifi kat pendidik untuk memenuhi persyaratan sebagai tenaga profesional (Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas Tahun 2007).
Sampai saat ini kenyataannya, masih banyak guru yang belum memenuhi kualifi kasi akademik yang dipersyaratkan (sekitar 1.456.491orang atau 63% dari jumlah guru yang ada di Indonesia). Untuk itu telah digulirkan berbagai program percepatan untuk
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
92
membantu guru dalam mencapai kualifi kasi pendidikan yang dimaksud (Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas Tahun 2007)..
Pengertian PPKHB
Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar disingkat PPKHB adalah suatu sistem penghargaan terhadap wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang mencerminkan pengalaman kerja dan hasil belajar yang dimiliki guru peserta program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan sebagai pengurang beban studi yang harus ditempuh (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).
Pengalaman kerja berkaitan dengan masa bakti, kemampuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi tertentu yang diperoleh dalam bentuk penghargaan, sedangkan hasil belajar berkaitan dengan kualifi kasi akademik yang telah diperoleh, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan prestasi akademik yang dicapai.
Dasar Hukum PPKHB
Merujuk pada berbagai regulasi yang telah diterbitkan oleh Pemerintah, maka penyelenggaraan PPKHB memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu:
UU Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. •UU Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. •PPNomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. •Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifi kasi dan Kompetensi •Guru. PP Nomor 74 Tahun 2008, tentang Guru. •Permendiknas Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana •(S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan. Kepmendiknas Nomor 015/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi •Penyelenggara Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan.
IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PPKHB
Komponen PPKHB terdiri atas 2 (dua), yaitu komponen yang dinilai berdasarkan pengalaman kerja dan hasil belajar yang telah dimiliki oleh calon peserta (guru). Semua komponen PPKHB tersebut di dokumentasikan kedalam seperangkat dokumen
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
93
lengkap yang dikenal dengan dokumen Portofolio yang berisi tentang identitas peserta, daft ar isi, materi komponen pengalaman kerja dan hasil belajar serta surat pernyataan.
Berikut ini dipaparkan tentang sub komponen beserta aspek yang akan dinilai.
Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja dinilai berdasarkan pengalaman mengajar berupa masa kerja yang telah dijalankan oleh para guru; kumpulan berkas rencana pembelajaran yang dibuat; dan dan penghargaan yang diraih.
Pengalaman Mengajar
Masa kerja dalam melaksanakan tugas sebagai guru pada satuan pendidikan tertentu yang dibuktikan dengan SK dari lembaga yang berwenang.
Diukur berdasarkan lamanya mengajar (tahun) merupakan faktor penting yang dipertimbangkan untuk menentukan kualitas keprofesionalan seorang guru Aspek yang dinilai
1. Relevansi antara mata pelajaran yang diampu dengan program studi yang dipilih
2. Lama mengajar (menggunakan kategori tahun) ≥ 21, 16 – 20, 11 – 15, 5 – 10 3. Konsistensi antara mata pelajaran yang diampu dalam kurun waktu tertentu
sesuai dengan program studi yang dipilih4. Kategori/legalitas sekolah
Rencana Pembelajaran
RPP yang sudah dilaksanakan oleh guru 1 (satu) tahun terakhir, bukan yang disiapkan khusus untuk keperluan PPKHB. RPP diketahui/disahkan oleh kepala sekolah.Aspek yang dinilai:1. Relevansi antara mata pelajaran yang diampu dan diikuti 2. Konsistensi RPP dengan mata pelajaran yang diampu pada kurun waktu tertentu 3. Komponen RPP:
• Indikator/perumusan tujuan pembelajaran • Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar • Pemilihan sumber /media pembelajaran • Skenario atau kegiatan pembelajaran • Penilaian hasil belajar • Legalitas RPP
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
94
Penghargaan yang Relevan
Pengakuan atas prestasi guru yang menunjukkan hasil dan kualitas akademik yang sesuai dengan bidangnya dan sangat bermanfaat bagi pengembangan kualitas pendidikan
Aspek yang dinilai:1. Relevansi dengan bidang studi yang diampu2. Penyelenggara 3. Tingkat (internasional/nasional/ provinsi /kabupaten/kota/lokal)
HASIL BELAJAR
Hasil belajar dinilai berdasarkan kualifi kasi akademik; berbagai pelatihan yang pernah diikuti; dan prestasi akademik yang telah diraih.
Kualifi kasi Akademik
Pendidikan tertinggi yang dimiliki guru dan dibuktikan dengan ijazah SLTA, Diploma I, Diploma II, dan Diploma III/Sarjana Muda dari lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan.
Jenjang kualifi kasi akademik yang dimiliki guru digunakan untuk menentukan jumlah sks yang harus ditempuh pada program studi yang dipilih (Kepmendiknas Nomor 232/U/2000).
Latar Belakang Pendidikan Beban Studi SLTA sederajat 144 – 160
Diploma I 110 – 120
Diploma II 80 – 90
Diploma III/Sarmud 40 – 50
Keterangan: • Lulusan D-1, D-2, dan D-3/SM, harus berasal dari LPTK dan/atau perguruan tinggi
yang program studinya terakreditasi dan/atau memiliki ijin penyelenggaraan dari Ditjen Dikti.
• Bagi lulusan diploma non kependidikan penentuan beban belajar dan struktur kurikulum yang harus ditempuh ditetapkan oleh LPTK penyelenggara.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
95
Pelatihan GuruPengalaman mengikuti kegiatan pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi yang mendukung pelaksanaan tugas sebagai guru (seperti yang dilaksanakan oleh LPMP, P4TK, MGMP, KKG, dinas pendidikan, PT, asosiasi profesi). Aspek yang dinilai: 1. Lama pelatihan 2. Relevansi antara materi pelatihan dengan program studi 3. Penyelenggara pelatihan 4. Tingkat pelatihan (internasional/nasional/provinsi/kab./kota/lokal)
Prestasi Akademik
Prestasi yang dicapai guru, meliputi: karya akademik, juara lomba, pembimbingan teman sejawat dan/atau siswa, dan peran serta dalam forum ilmiah. Aspek yang dinilai: 1. Karya akademik
Relevansi dengan bidang studi yang diampu •Kategori (ISBN, jurnal terakreditasi, jurnal ber-ISSN, dsb) •Tingkat (internasional/nasional/provinsi /kab./kota/lokal) •
2. Juara lombaRelevansi dengan bidang studi yang diampu •Penyelenggara lomba •Kategori (juara 1, juara II, juara III, dan juara harapan) •Tingkat (internasional/nasional/provinsi /kab./kota/lokal) •
3. Pembimbingan pada teman sejawat/siswaRelevansi dengan bidang studi yang diampu •Lama pembimbingan •Prestasi yang dibimbing •Tingkat (internasional/nasional/provinsi /kab./kota/lokal) •
4. Peran serta dalam forum ilmiah Keikutsertaan dalam forum ilmiah mendapatkan penghargaan sesuai dengan peran
dan tingkat penyelenggaraannya.Aspek yang dinilai:
Relevansi dengan bidang studi yang diampu •Peran (pemakalah atau hanya peserta saja) •Penyelenggara •Tingkat (internasional/nasional/provinsi /kab./kota/lokal) •
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
96
PENYELENGGARAAN PPKHB1. Dinas Pendidikan menfasilitasi secara administratif guru yang akan mengikuti
Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan.2. Peserta mengajukan portofolio PPKHB ke LPTK yang disahkan oleh Kepala
Sekolah/Ketua Yayasan dan diketahui oleh dinas pendidikan provinsi/kab/ kota/ kecamatan/UPTD.
3. LPTK menetapkan tim penilai untuk melakukan penilaian terhadap portofolio dan menetapkan ekuivalensi dengan bobot sks pada kurikulum program studi yang harus ditempuh.
4. LPTK mengumumkan hasil penilaian PPKHB yaitu:1. Jumlah sks yang diakui2. Beban sks dan mata kuliah yang harus ditempuh
PROSEDUR PENYELENGGARAAN1. Penerimaan peserta didik sebagai peserta program diselenggarakan oleh LPTK
melalui seleksi administratif dan/atau akademik. 2. Setelah lulus seleksi dan diterima sebagai peserta program, guru yang bersangkutan
mengikuti proses PPKHB melalui portofolio. 3. Penyelenggaraan PPKHB dilaksanakan sebelum perkuliahan dimulai.
SISTEM PENGAJUAN DAN PENILAIAN1. Rombongan belajar mengajukan usulan kepada Fakultas yang dituju dan akan
dibuat nota kesepahaman. 2. Calon peserta/ peserta didik menyerahkan berkas Portofolio untuk dilakukan
konversi.3. Fakultas akan menugaskan tim akademisi di program studi (Prodi) yang diketuai
oleh Ketua Prodi atau orang yang ditunjuk untuk melakukan konversi dan ekuivalensi skor komponen PPKHB ke bobot sks.
4. Tim akademik menentukan pengakuan atas hasil penghitungan PPKHB untuk semua komponen maksimal 65% dari beban sks yang harus ditempuh berdasarkan jumlah SKS yang harus ditempuh di masing-masing Prodi.
DOKUMEN PORTOFOLIO
Portofolio yang dimaksud dalam program Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar ( PPKHB) adalah bukti fi sik atau dokumen yang menggambarkan pengalaman
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
97
kerja dan hasil belajar pada satuan pendidikan serta berbagai pelatihan yang pernah diikuti oleh seorang guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).
Berikut ini digambarkan tentang tahapan penilaian portofolio dalam rangka program sertifi kasi guru.
Tahapan Penilaian Portofolio Indikator1. Menetapkan tujuan fortofolio Menetapkan tujuan penilaian portofolio•
Menetapkan tujuan instruksional masing-• masing penilaian portofolioMereview masing-masing deskripsi dan • menyesuaikannya dengan kompetensi dasar ataupun perkembangan kemampuan
2. Menetapkan isi fortofolio Menetapkan jenis • evidenceMenetapkan rentang • evidenceMereview masing-masing deskripsi dan • menyesuaikannya dengan kompetensi dasar ataupun perkembangan kemampuan
3. Menetapkan seleksi fortofolio Menetapkan prosedur seleksi • evidenceMenetapkan cara mengelola penilaian • portofolioMereview masing-masing deskripsi dan • menyesuaikannya dengan kompetensi dasar ataupun perkembangan kemampuan
4. Menetapkan yang akan dinilai dan kriteria pilihan
Menentukan fokus penilaian• Mendeskripsikan kriteria penilaian• Meyakinkan bahwa kriteria yang • dikembangkan sudah jelas dan mudah dikomunikasikanMeyakinkan bahwa kriteria yang • dikembangkan tidak membedakan jenis kelamin, budaya ataupun agamaMereview masing-masing deskripsi • dan menyesuaikannya dengan tujuan penilaian portofolio ataupun perkembangan kemampuan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
98
AKREDITASI
Gelar kesarjanaan seorang guru tidak menjamin kualitas seorang guru untuk menjadi seorang guru yang berkualitas dan bermoral. Akreditasi merupakan salah satu langkah yang sangat bijak bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia, karena suatu bangsa sangatlah bergantung pada penerus yang berkualitas dan bermoral. Sedangkan seorang penerus bangsa yang berkualitas sangatlah ditentukan pada pendidikan yang didapatkannya sebagai hasil dari didikan seorang guru yang bermoral dan berkualitas. Paparan tentang akredikasi pada bagian selanjutnya dirujuk dari dokumen yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009 tentang Standar Isi Pendidikan Tinggi.
Bentuk lembaga penyelenggara program dan model pendidikan guru mempengaruhi keunggulan khas keguruan (pedagogical craft knowledge), tetapi tak menentukan mutu guru. Derajat mutu guru ditentukan kualitas program, lembaga penyelenggara program, dan proses penyelenggaraan program yang akuntabilitasnya diukur melalui akreditasi.
Akreditasi untuk menjamin bahwa materi bidang studi ( subject-matter knowledge) dan pengetahuan tentang cara mengajarkan materi bidang studi (pedagogical content knowledge) diberikan kepada calon guru dalam substansi dan proses yang level mutunya kira-kira setara meski bentuk lembaga dan model pendidikan berbeda-beda.
Calon guru harus belajar dan memahami pokok materi berbagai hal agar mereka memiliki kualitas yang baik dalam memberi pembelajaran serta kewajiban utama dari guru adalah mampu menciptakan iklim yang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siwa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, seorang guru diharapkan untuk mengerti dan memahami pengetahuan mereka dalam suatu kepedulian dan keprofesionalitasan yang akan mendorong tingkat pencapaian sesuai dengan keadaan murid mereka. Kepedulian bisa diartikan semacam hubungan antara guru dan peserta didik, yang terjalin dengan baik, karena itu, suatu substansi dan model akreditasi program pendidikan khususnya akreditasi guru perlu diadakan.
Adanya kemajuan dan perubahan jaman maka pendidikan juga menjadi penting, mutu pendidikan di Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi. Oleh sebab itu maka Indonesia memerlukan tenaga pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar dapat membantu dalam proses pembelajaran yang efektif. Untuk mendapatkan tenaga pendidik yang bermutu dan berkualitas tidak ada salahnya diadakan akreditasi guru guna mengetahui kompetensi dan profesionalisme guru. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, pengajar, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
99
dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidik harus memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sejak tahun 2006 Pemerintah melalui kebijakan pembangunan nasional telah menetapkan 3 (tiga) sasaran pembangunan pendidikan nasional, yaitu: (1) standarisasi, (2) penjaminan mutu, dan (3) akreditasi.
Standarisasi, pada dasarnya merupakan upaya perumusan kriteria minimal tentang berbagai sumber daya pendidikan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dalam memberikan pelayanan pendidikan, baik dalam hal materi pembelajaran, proses pembelajaran, tingkat kompetensi lulusan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, maupun penilaian pendidikan. Apabila ini dapat diwujudkan, maka inilah untuk pertama kalinya bangsa ini memiliki standar dalam penyelenggaraan pendidikan, dan sekaligus merupakan reformasi dalam sistem pendidikan kita. Standar-standar tersebut akan menjadi dasar/acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan di seluruh Indonesia, dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Berbagai standar tersebut akan dikembangkan oleh badan yang secara fungsional independen.
Dalam acuan standar nasional itulah, pemerintah dan pemerintah daerah akan “fi ght” melakukan upaya penjaminan mutu; khususnya dalam penyediaan dan/atau fasilitas sumber daya pendidikan, seperti guru, gedung sekolah, buku, bahan ajar, biaya dan lain-lain.
Sementara itu, akreditasi atau penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan yang mengacu kepada standar nasional akan dipacu agar dapat mencapai sasaran kegiatan secara signifi kan. Akreditasi ini juga akan dilakukan oleh badan yang independen.
Posisi guru dalam dunia pendidikan adalah sebagai garda terdepan dan sentral terlaksananya proses pembelajaran, maka berkaitan dengan mutu pendidikan berarti juga akan membicarakan guru, baik itu yang berkaitan dengan kinerja, totalitas, dedikasi, maupun loyalitas sebagai seorang pendidik dan pencetak bekal-bekal sumber daya manusia (SDM), termasuk konsekuensi guru profesional yakni harus memiliki sertifi kat pendidik.
Sebenarnya, beban tanggungjawab membawa peserta didik ke gerbang keberhasilan
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
100
bukan semata di pundak guru. Namun, betapa besar tanggung jawab seorang guru yang kini diembannya. Defi nisi guru sebagai pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, suatu tugas mulia yang mesti dihargai.
Pada saat ini dapat diungkapkan tak ada guru tanpa murid (aroda-yuridu-muridan) yakni yang berkehendak, apa yang dikehendaki manusia (murid) guru penuhi, pemerintah sebagai penguasa politik agar dapat memfasilitasinya supaya yang berkehendak (murid) terpenuhi kehendaknya untuk memakmurkan alam semesta ini.
Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor19 tahun 2005 tentang Standardisasi Pendidikan menuntut seorang guru harus memiliki syarat-syarat sehingga layak dipandang sebagai guru profesional.
Salah satu syarat tersebut adalah guru harus memiliki sertifi kat atau semacam lisensi dari pemerintah pusat atau dari perguruan tinggi tertentu yang terakreditasi. Berangkat dari sini akan dapat diklarifi kasi, mana saja guru yang pantas menyandang status guru profesional dan mana yang belum pantas, sehingga ke depannya guru tersebut harus kembali dibekali sehingga kelak layak memperoleh sertifi kat dan status guru profesional.
Upaya untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan minimal memilah dan memilih guru melalui uji kompetensi menuju terbentuknya guru profesional, merupakan indikator penting dalam meningkatkan pendidikan bermutu yang akan menghasilkan sumber daya yang bermutu pula, pada akhirnya akan mengangkat kualitas bangsa. Indikator suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Sedangkan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh mutu pendidikan masyarakatnya. Tinggi rendahnya mutu pendidikan tak dapat dielakkan salah satu penentunya adalah guru.
AKREDITASI GURU
Telah banyak masyarakat awam yang mengetahui tentang akreditasi guru, tetapi hanya segelintir orang saja yang tahu apa arti atau maksud dari akreditasi guru itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa itu akreditasi, defi nisi guru dan program akreditasi guru di Indonesia.
Dalam kebijakan umum Badan Akreditasi Sekolah Nasional, akreditasi didefi nisikan sebagai proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
101
dan/atau program pendidikan yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Sedangkan menurut NCATE (National Council For Accreditation Of Teacher Education), Accreditation is the programs to meet standards set by the teaching fi eld at large, including classroom teachers.
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 Bab 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Akreditasi guru adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menjaga mutu program pendidikan agar melahirkan guru berkualitas sesuai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berikut ini akan dipaparkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada BAB XIII yang membahas tentang Akreditasi.
Pasal 86 tertulis:(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk
menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. (2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan
oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk akuntabilitas publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 87 tertulis:(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1)
dilaksanakan oleh: a. BAN-S/M terhadap program dan/atau satuan pendidikan-penddikan jalur
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah; b. BAN-PT terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan
tinggi; dan c. BAN-PNF terhadap progam dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal.
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
102
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur labih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88 tertulis:(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan
fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri. (2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga
mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya: a. Berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba. b. Memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
STANDAR KOMPETENSI GURU
Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Sedangkan kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan terentu. Jadi, standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau di persyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifi kasi, dan jenjang pendidikan.
Standar kompetensi pada tahun 2004 sebagai berikut:1. Penyusunan rencana pembelajaran.2. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar.3. Penilaian prestasi belajar peserta didik.4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.5. Pengembangan potensi.6. Pemahaman wawasan.7. Penguasaan bahan kajian akademik.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
103
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional.
Mengacu pada National Education Association (NEA) Amerika Serikat, standar pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu: perencanaan, implementasi, personalia, dan isi program serta keanggotaan dalam profesi guru.
Perencanaan Program1. Tujuan program adalah menyiapkan calon guru agar mampu mengajar secara
efektif.2. Perencanaan program didasarkan atas pengetahuan tentang apa yang akan
dikerjakan guru di sekolah.3. Program disusun secara sistematis dan berisi perpaduan antara pendidikan umum,
bidang studi dan profesi kurikulum4. Program disusun dan dikembangkan oleh pakar dalam ilmu pendidikan (pedagogy),
dalam bidang studi (spesialisasi) bersama para praktisi pendidikan.5. Rencana program bersifat menyeluruh, berisi pemberian kesempatan untuk
pengembangan sikap, penguasaan pengetahuan, dan keterampilan yang esensial bagi pelaksanaan pembelajaran yang efektif.
Implementasi Program1. Implementasi program sejalan dengan tujuan dan rencana program.2. Prosedur penerimaan peserta didik, pembinaan serta pelulusannya sesuai dengan
tujuan program.3. Pengajar lembaga pendidikan guru memiliki pengetahuan praktis tentang lapangan
(sekolah dan pelaksanaan pembelajaran).4. Program menyediakan kesempatan yang cukup bagi calon guru untuk mempraktikan
apa yang mereka pelajaran.5. Program memadukan metode mengajar dengan bahan pelajaran.
Personalia Program1. Dosen lembaga pendidikan guru dan guru-guru dilapangan memperlihatkan sikap
dan perilaku seperti yang diharapkan dalam program.2. Dosen dan guru-guru yang membimbing calon guru, dipersiapkan khusus melalui
latihan yang intensif dalam bidangnya.3. Dosen, guru pamong dan staf lainnya dievaluasi dengan kriteria standar, dan
penentuan kebijaksanaan personalia didasarkan atas hasil evaluasi tersebut.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
104
Isi Program1. Program menyediakan latihan bagi penguasaan keterampilan dasar yang belum
dimiliki calon guru pada waktu masuk2. Program menyediakan pembelajaran untuk pendidikan umum3. Program menyediakan pembelajaran tentang berpikir kritis, pemecahan masalah
dan kreativitas.4. Program menyediakan pembelajaran bidang studi secara mendalam, baik yang
berkenaan dengan bahan yang akan diajarkan maupun bahan yang berhubungan erat
5. Program menyediakan pembelajaran tentang kepertumbuhanan dan perkembangan anak
6. Program menyediakan pembelajaran tentang kebagaimanaan peserta didik belajar7. Program menyediakan kesempatan bagi calon guru untuk memperoleh dan me-
nerapkan pengetahuan dan keterampilan secara efektif terhadap peserta didik dari berbagai latar belakang budaya, ras, bahasa, agama, dan sosial ekonomi.
8. Program menyediakan pembelajaran bagi pengembangan fi sik dan intelek peserta didik dari berbagai latar belakang.
Departemen Pendidikan Nasional (2007) telah merumuskan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu:1. Kemampuan profesional, yang mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.
b. Penguasaaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruanc. Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran peserta didik
2. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
3. Kemampuan personal yang mencakup:a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru,
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikanb. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dimiliki
guru.c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi
para peserta didiknya.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
105
Selayang Pandang Akreditasi Guru di Berbagai Negara
Paparan berikut ini dikutip dari berbagai sumber kutipan http://www.unc.edu/ppaq/docs/ TEAC/TEAC.html)dan dilengkapi dengan pandangan dari penulis. Di beberapa negara, pemerintah dan badan-badan swasta peduli pendidikan memberi perhatian serius soal akreditasi program pendidikan guru. Di Inggris, rujukan standar mutu (benchmark) kualifi kasi profesional guru sebagai bagian kurikulum pendidikan guru yang dirumuskan Badan Pelatihan Guru dari unsur LPTK dan universitas dikritik karena mekanisme akuntabilitasnya tidak jelas. Misalnya, meski menekankan fungsi utama dan tujuan praktik profesional pendidik, badan ini tak mengurai bagaimana para guru akan dilatih menjalankan fungsinya. Badan Pelatihan Guru lalu didampingi Th e Management Charter Initiative sebagai pembanding dan evaluator.
Di Perancis, penyatuan berbagai lembaga pendidikan guru dalam level pendidikan tinggi Institut Universitaires de Formation des Maîtres (IUFM) 1991 menimbulkan perdebatan tentang pengukuran akuntabilitas institut itu. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, IUFM memiliki kemandirian akademik dan berhak menentukan model akreditasinya sendiri. Di sisi lain, karena guru-guru di Perancis adalah pegawai pemerintah, lembaga yang menyiapkan calon guru harus diakreditasi pemerintah.
Pemerintah mengeluarkan pedoman pengembangan program pendidikan guru. IUFM di tiap wilayah diizinkan mengembangkan program pendidikan guru sendiri, tetapi harus mengikuti pedoman nasional dan dievaluasi Komisi Akreditasi Pemerintah.
Di Amerika Serikat, Th e National Council for Accreditation of Teacher Education ( NCATE), badan akreditasi swasta yang sudah ada sejak tahun 1954 dan diakui pemerintah, dinilai terlalu menekankan kualitas lembaga penyelenggara, seperti fasilitas perkuliahan dan kemampuan manajerial pengelola. Kriteria NCATE sulit dipenuhi kolese-kolese kecil yang kemudian membentuk Teacher Education Accreditation Council sebagai badan akreditasi sendiri dengan tekanan proses dan hasil belajar peserta didik.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, akreditasi program pendidikan guru pernah dilakukan. Sekolah Guru Pribumi pertama di Jawa yang didirikan tahun 1851 di Surakarta ditutup tahun 1871 karena kurikulumnya dinilai terlalu menekankan pelajaran bahasa. Sekolah Guru di Pulau Nias juga dibubarkan karena jumlah guru dan murid dianggap terlalu sedikit. Sekolah guru di Probolinggo, Madiun, dan Salatiga dibubarkan karena dinilai tak mencapai tujuan.
Seluruh upaya akreditasi ini dimaksudkan menjaga mutu program pendidikan agar melahirkan guru berkualitas sesuai standar dan tujuan yang dibuat.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
106
KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
Kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewena-ngan guru dalam menjalankan profesi keguruan. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional, maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi atau profesiensi sebagai sumber kehidupan.
Proses pengembangan kompetensi guru dapat dilakukan melalui: penelitian, pengembangan diri dan peningkatan manajemen mutu guru.
Prinsip-prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan kompetensi guru, meliputi:1. Syarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus
standar, tetapi prosedurnya cukup fl eksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok.
2. Program pendidikan hendaknya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi, dan keahlian dalam kurikulum dan pembelajaran.
3. Perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik penilaian yang bervariasi, seperti tes tertulis, lisan dan perbuatan.
4. Program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkinkan calon guru bias bekerja dengan baik.
5. Perlu ada lembaga yang memberikan legalitas terhadap kelayakan program pendidikan guru, standar yang digunakan serta memberikan sertifi kasi terhadap guru.
Pada era otonomi pendidikan, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang amat besar bagi penentuan kualitas guru yang diperlukan di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu di masa kini dan yang akan datang, pemerintah daerah dalam hal ini PEMDA dan Dinas Pendidikan benar-benar harus memiliki pola rekrutment dan pola pembinaan karir guru agar tercipta profesionalisme pendidikan di daerah. Dengan pola rekrutment dan pembinaan karir guru yang baik, akan tercipta guru yang profesional.
Untuk kepentingan sekolah, memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan bagi proses pembelajaran di sekolah itu. Artinya peran guru amat signifi kan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran. Dapat diilustrasikan bahwa: “ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru“. Hal ini sangat masuk
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
107
akal, karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Meminjam terminology dari teorinya McCleland N-Ach (Need of Achievment), maka guru dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan virus atau motivasi berprestasi. Di dalam kelas seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat peserta didik berfi kir divergen. Dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada peserta didik yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif-hipotetik dan sintetik.
Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif dan tidak mampu menjadi idola bagi peserta didik di kelas. Bahkan guru juga dapat berkembang kearah proses pembelajaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek afektif. Atau dengan kata lain, untuk melindungi peserta didik, dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia atau SDM di daerah dalam jangka panjang di masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses pembelajaran.
Dalam konteks otonomi pendidikan, maka pemerintah daerah perlu menciptakan sebuah sistem rekrutment dan pembinaan karir guru agar para guru benar-benar memiliki profesionalisme dan efektivitas yang tinggi supaya ketika mereka memasuki ruang kelas mampu menegakkan standar kualitas yang ideal bagi proses pembelajaran. Suatu pekerjaan dikatakan profesional jika pekerjaan itu memiliki kriteria tertentu. 1. harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat;2. harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN); 3. memiliki sistem seksi dan sertifi kasi; 4. ada kerjasama kompetensi yang sehat antar sejawat; 5. adanya profesional yang tinggi; 6. memiliki prinsip-prinsip etik;7. memiliki sistem sanksi profesi; 8. adanya militansi individual; dan9. memiliki organisasi profesi.
Dinas pendidikan di daerah dapat menterjemahkan ke dalam sistem rekrutmen dan
pembinaan karier guru agar profesionalisme guru dapat selalu ditinggatkan di daerahnya masing-masing. Tanpa berbuat seperti itu kualitas guru akan selalu ketinggalan dari perkenbangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, agar guru tetap profesional perlu ada sistem pembinaan karier yang baik, tersistem, dan berkelanjutan.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
108
Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Kemudian, bagaimana ciri-ciri guru yang efektif? Menurut Davis dan Th omas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari:
Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi: 1. Memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukan
empati, penghargaan terhadap peserta didik dan ketulusan; 2. Memiliki hubungan baik dengan peserta didik; 3. Mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan peserta didik secara tulus; 4. Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; 5. Mampu meniptakan atmosfi r untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam
dan antar kelompok peserta didik; 6. Mampu melibatkan peserta didik dalam mengorganisasikan dan merencanakan
kegiatan pembelajaran; 7. Mampu mendengarkan peserta didik dan menghargai hak peserta didik untuk
berbicara dalam setiap diskusi; 8. Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: 1. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani peserta didik yang
tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengaihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran;
2. Mampu bertahan atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berfi kir yang berbeda untuk semua peserta didik.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: 1. Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respons peserta didik;2. Mampu memberikan respons yang bersifat membantu terhadap peserta didik yang
lamban belajar; 3. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang
memuaskan;4. Mampu memberikan bantuan profesional kepada peserta didik jika diperlukan.
Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari 1. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
109
2. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pembelajaran;
3. Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengambangkan metode pembelajaran yang relevan.
Selanjutnya masih menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada BAB VI tentang Standar Akreditasi Nasional terkait dengan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:
Bagian Kesatu tentang PendidikPasal 28 tertulis:(1) Pendidik harus memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kualifi kasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifi kat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogik; Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi sosial.
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifi kat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
(5) Kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 29 tertulis:(1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan sertifi kat profesi guru untuk PAUD
(2) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi; dan sertifi kat profesi guru untuk SD/MI
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
110
(3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan sertifi kat profesi guru untuk SMP/MTs
(4) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan sertifi kat profesi guru untuk SMA/MA
(5) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan sertifi kat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB.
(6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifi kasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan sertifi kat profesi guru untuk SMK/MAK.
Pasal 30 tertulis:(1) Pendidik pada TK/RA sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas yang penugasan-
nya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan. (2) Pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata
pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(3) Guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
(4) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(5) Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(6) Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas guru mata pelajaran dan pembimbing yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
111
(7) Pendidik pada satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C terdiri atas tutor penanggungjawab kelas, tutor penanggungjawab mata pelajaran, dan nara sumber teknis yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
(8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur, dan penguji.
Pasal 31tertulis:(1) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifi kasi pendidikan minimum:
lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma; lulusan program magister (S2) untuk program sarjana (S1); dan lulusan program doktor (S3) untuk program magister (S2) dan program doktor (S3).
(2) Selain kualifi kasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir a, pendidik pada program vokasi harus memiliki sertifi kat kompetensi sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
(3) Selain kualifi kasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir b, pendidik pada program profesi harus memiliki sertifi kat kompetensi setelah sarjana sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Pasal 32 tertulis:(1) Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia memiliki kualifi kasi
minimum dan sertifi kasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sebagaimana diatur dalam Pasal 28 sampai dengan pasal 31.
(2) Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 31 menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama dapat memberikan kriteria tambahan.
Pasal 33 tertulis:(1) Pendidik di lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan harus memiliki
kualifi kasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan. (2) Kualifi kasi dan kompetensi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
112
Pasal 34 tertulis:Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan dalam Peraturan Menteri berdasarkan usulan dari BSNP.
Bagian Kedua: tentang Tenaga KependidikanPasal 35 tertulis:(1) Tenaga kependidikan pada: TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan TK/RA. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis. Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga administrasi, dan tenaga perpustakaan. lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan, dan laboran.
(2) Standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 36 tertulis:(1) Tenaga Kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifi kasi,
kompetensi, dan sertifi kasi sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Kualifi kasi, kompetensi, dan sertifi kasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 37 tertulis:(1) Tenaga kependidikan di lembaga kursus dan pelatihan harus memiliki kualifi kasi
dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
113
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang standar tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan pelatihan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 38 tertulis:(1) Kriteria untuk menjadi kepala TK/RA meliputi: Berstatus sebagai guru TK/
RA; Memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
(2) Kriteria untuk menjadi kepala SD/MI meliputi: Berstatus sebagai guru SD/MI; Memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran se-suai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Memiliki pengalaman meng-ajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD/MI; dan memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
(3) Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: (4) Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK; Memiliki kualifi kasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
(5) Kriteria untuk menjadi kepala SDLB/SMPLB/SMALB meliputi: Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan khusus; memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di satuan pendidikan khusus; dan memiliki kemampuan kepimpinanan, pengelolaan, dan kewirausahaan di bidang pendidikan khusus.
(6) Kriteria kepala satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 39 tertulis:(1) Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. (2) Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi: (3) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi; memiliki sertifi kat pendidikan fungsional sebagai
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
114
pengawas satuan pendidikan; lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. (4) Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 40 tertulis:(1) Pengawasan pada pendidikan nonformal dilakukan oleh penilik satuan pendidikan. (2) Kriteria minimal untuk menjadi penilik adalah: Berstatus sebagai pamong belajar/
pamong atau jabatan sejenis di lingkungan pendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal; memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; memiliki sertifi kat pendidikan fungsional sebagai penilik; dan lulus seleksi sebagai penilik.
(3) Kriteria penilik suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 41 tertulis:(1) Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki
tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus.
(2) Kriteria penyelenggaraan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Beberapa Substansi UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang bernilai “Pembaharuan”1. Kualifi kasi dan Kompetensi Guru
a. Guru wajib memiliki kualifi kasi akademik dan kompetensi profesional pendidik sebagai agen pembelajaran.
b. Kualifi kasi akademik diperoleh melalui pendidikan program sarjana (S!) atau program diploma empar (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru.
c. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
2. Hak Gurua. Guru berhak memperoleh penghasilan yang layak yang meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesional, tunjangan profesi guru, dan atau tunjangan khusus serta maslahat tambahan.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
115
b. Tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok guru Negeri pada tingkatan, masa kerja, dan kualifi kasi yang sama.
c. Tunjangan khusus setara dengan satu kali gaji pokok guru Negeri pada tingkatan, masa kerja, dan kualifi kasi yang sama.
d. Selama guru belum memiliki sertifi kat profesi, mereka memperoleh peningkatakan kesejahreraan melalui perbaikan tunjangan fungsional.
3. Kewajiban Guru Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat memberlakukan ketentuan “wajib kerja”
kepada guru dan atau WNI yang memenuhi kualifi kasi akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas guru didaerah khusus diwilayah Negara kesatuan replubik Indonesia.
4. Pengembangan Profesionalisme Gurua. Menteri menetapkan kebijakan pembinana dan pengembangan profesi dan
karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat.
b. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangan guru pada satuan pendidikan yang diselengagarakan pada pemerintah daerah atau masyarakat.
c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan profesionalisme dan pengabdian guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dengan memberikan tunjengan dan atau kesejahteraan lainnya.
5. Perlindungan (1)a. Penyelenggara satuan pendidikan, satuan pendidikan, dan atau organisasi
profesi guru wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam meklaksanakan tugasnya berupa perlindungan hukum, perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan serta kesehatan kerja.
b. Perlindungan hukum adalah perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman, tindakan diskriminatif, atau intimidasi dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi dan pihak lain.
Perlindungan (2)a. Perlindungan profesi adalah perlindungan terhadap resiko penempatan dan
penugasan tidak sesuai dengan latar belakang profesi dan nuraninya, pemutusan hubungan kerja atas dasar alasan yang menyimpang dari ketentuan yang
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
116
berlakau, pemberian imbalan kerja yang tidak wajar, pembatasan kreatifi tas guru yang dilaksanakan dalam rangka kebebasan akademik, dan resiko lainnya yang menghambat guru untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.
c. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran sewaktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan atau sebab lain.
6. Organisasi Profesi Gurua. Guru dapat membentuk organisasi profesi independen sebagai wadah untuk
peningkatan kompetensi, karier, wawasan kependidikan perlindungan profesi, kesejahteraan dan atau pengabdian.
b. Organisasi profesi guru mempunyai tugas utama dan wewenang menetapkan dan menegakan kode etik guru, memajukan profesionalitas guru dan mem-perjuangkan aspirasi dan hak-hak guru, memberikan bantuan hukum kepada guru, memberikan perlindungan profesi kepada guru, berperan aktif dalam melakuakan pembinana dan pengembangan guru, berperan aktif dalam memajukan pendidikan nasional.
Profesionalisme
Kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruan. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan profesional. Istilah “ profesional” aslinya adalah kata sifat dari profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional kurang lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profeciency sebagai mata pencaharian.
Berdasarkan pertimbangan arti-arti di atas, maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi atau profesiensi sebagai sumber kehidupan. Kebalikannya adalah guru amatir yang di barat disebut sub- profesional seperti teacher-aid (asisten guru). Di Negara-negara maju khususnya Australia, asisten gur ini dikaryakan untuk membantu guru profesional dalam mengelola kelas, tetapi tidak mengajar. Kadang-kadang, guru amatir itu ditugasi menangani keperluan belajar kelompok peserta didik tertentu, misalnya kelompok imigran.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
117
Lebih lanjut dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut untuk memiliki keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis yang meliputi:1. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta);2. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa);3. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa);
Di samping itu, ada satu macam kompetensi yang diperlukan guru, yakni kompetensi kepribadian.
Peningkatan Kemampuan Profesional Guru
Salah satu isu pendidikan dewasa ini yang penting untuk dijadikan komoditas bahan kajian, seminar, telaah atau apapun namanya adalah guru dengan segala atribut di dalamnya. Demikian besar fi gur guru, sehingga muncul berbagai pandangan, baik yang positif naupun negative tentang sang pahlawan tanpa tanda jasa ini. Bagaimana tidak, ujung-ujung dari rendahnya perolehan NEM yang baru saja terjadi, mendatangkan cibiran. Yang lebih pedas, masyarakat menghubungkan kasus ini dengan kenaikan gaji. Asumsi masyarakat bahwa bila gajinya bertambah, maka yang akan terjadi adalah mutu pendidikan akan bertambah. Tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. NEM tetap rendah.
Era global ini menuntut sesuatu yang lebih besar dari fi gure seorang actor guru, tidak sebatas tamat dari LPTK lantas mampu mengajar dan mendidik dengan baik. Sebab semua itu membutuhkan waktu dan pengalaman untuk mematangan diri, sebagai bekal bagai si “Pendekar” yang baru turun gunung. Ilmu dari sang maharesi tak cukup untuk membaca permasalahan yang ada. Kematangan dalam menyerap pengalaman yang dilampaui itulah sebanarnya guru yang terbaik. Untuk menjadi seorang guru yang demikian diperlukan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, skill dan positive thinking tentang apa yang ia telah geluti, dan selalu mengasah “ajiannya” sehingga semakin hari semakin tajam. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam menghadapi era global yang penuh kompetisi dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan.
UUD 1945 secara jelas memuat salah satu tujuan Negara yaitu meningkatkan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam GBHN pun, terutama dalam TAP MPR no.II/MPR/1998, dinyatakan bahwa pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia, mengembangkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berbudi pekerti luhur,
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
118
memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, serta kepribadian yang mantap dan mandiri. Pendidikan Nasional juga harus menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan, kesetia kawanan sosial dan kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berporientasi masa depan. Artinya, kehidupan suatu bangsa akan sejahtera apabila rakyatnya memiliki tiga dimensi yang dituangkan dalam bentuk: (1) dimensi spiritual, yaitu keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi luhur; (2) dimensi budaya yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan; serta (3) dimensi kecerdasan yaitu cerdas, kreatif, trampil, disiplin, etos kerja, profesional, dan produktif
Menghadapi milineum ketiga yang dilandasi dengan kepesatan laju informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat cepat, akan menjadi masalah besar bagi Negara-negara yang belum mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Sehububungan dengan sumber daya manusia (SDM) maka sektor yang sering menjadi bulan-bulanan dan tudingan yang paling bertanggungjawab adalah dunia pendidikan karena salah satu indikator bahwa sumber daya manusia mempunyai kualitas tinggi dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajar yang tinggi pula. Masalahnya sekarang adalah bagaimana guru mengantisipasi keadaan yang sedemikian cepat dan berdampak ini. Bahwa bagaimanapun setuju/tidak setuju, kita memasuki era IPTEK, era informasi dan juga era globalisasi pada millennium 2000 ini. Bahwa guru dituntut meningkatkan sumber daya manusianya, sehingga dapat mengembangkan profesionalismenya. Dengan demikian guru dituntut selalu mengikuti seluruh perkembangan IPTEK yang terkini, dan guru dituntut mempunyai kreativitas tinggi dimanapun dan kapanpun mereka mengemban tugas. Padahal disisi lain masalah yang dihadapi para guru pada umumnya adalah rendahnya sumber daya yang dimiliki. Ditambah lagi kenyataan bahwa sarana dan prasarana disekolah jauh dari mencukupi. Hal ini sangat berdampak jika guru disekolah tersebut tidak memiliki kreativitas yang tinggi. Guru tersebut akan mengajar menurut sekehendak hatinya dengan alasan ini dan itu. Padahal akan merupakan solusi yang positif apabila guru tersebut mampu menyiasati dengan mengutak atik bagaimana caranya agar materi tersebut menjadi menarik untuk disajikan.
Masalah itu secara pokok disebabkan oleh dua faktor peserta didik dan faktor guru. Faktor peserta didik, lebih pada kurangnya kemandirian dalam belajar, peserta didik hanya bergantung pada inisiatif guru. Kebiasaan ini dapat menimbulkan kerugian bagi peserta didik sendiri, misalnya tidak ada kesiapan dalam belajar, reaksi peserta didik terhadap respon yang diberikan guru lambat, guru kesulitan dalam mengukur tingkat
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
119
pemahaman peserta didik, terhadap materi pelajaran yang diberikan, sehingga jika ada kesalahan konsep pada peserta didik tidak dapat diketahui dengan cepat, motivasi kurang. Akibatnya akan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar peserta didik.
Sedangkan factor yang kedua ditentukan oleh semangat guru dalam mengajar, kesiapan dalam penguasaan bahan pelajaran, penyusunan materi yang akan diajarkan, penguasaan/alat dalam proses belajar mengajar yang terkait serta kurangnya pemberian kesempatan pada peserta didik untuk belajar mandiri. Jika kedua factor diatas tidak diperhatikan, maka dampaknya tujuan pendidikan sulit dicapai.
Jika dikaji dan disadari lebih dalam ternyata didalam mengajar terdapat romantika dan dinamika yang kadang kala membuat kita sabar, sementara dilain pihak dapat menjadi tantangan. Betapa tidak, antara materi satu dengan materi lain harus disajikan dalam nuansasa yang berbeda. Dan ini harus disadari oleh seorang guru. Idealnya “seorang guru yang efektif “ adalah guru yang mempunyai keunggulan dalam hal mengajar, hubungan dengan peserta didik yang kondusif utntuk KBM, hubungan dengan pihak yang lain, pencatatan dan penelitian [administrasi ] yang bagus, dan sikap profesional yang tinggi.
Keunggulan dalam hal mengajar seorang guru dapat terealisasi apabila sunber daya manusia sebagai guru dapat terpanuhi, diantaranya adalah guru menguasai bahan atau konsep yang akan diajarkan, kaya akan improfi sasi keadaan, baik itu menyangkut sarana prasarana maupun teknik atau metode penyajian suatu materi. Selain itu guru juga mempunyai kepakaan atau sensitivitas yang tinggi terhadap media baru atau moderen yang sedang dikembangkan selanjutnya guru yang efektif harus mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Suasana ini harus dibangun dalam kerangka memanusiakan manusia. Atau dengan kata lain peserta didik haruslah dipandang sebagai objek dan juga sekaligus sebagai subjek dari proses pembelajaran. Dengan menghargai atau menerima apa adanya diharapkan dapat membangkitkan suasana ingin mengikuti pelajaran dengan seksama secara labih intensif.
Guru diera global seperti sekarang ini jika tidak boleh “kuper“ alias kurang pergaulan. Guru perlu bergaul dengan sesama guru, bekerja sama dengan pihak lain secara positif. Hal ini sangat perlu karena lingkup hidup guru dengn lingkup perkembangan informasi dan IPTEK kadang berada diluar pergaulan profesinya. Sehingga kehadiran, kerjasama dengan pihak luar perlu dijalin dengan baik. Demikian juga berbagai permasalahan yang kadang yang timbul disekitar keguruan atau sekolah pemecahannya kadang memerlukan kerjasama dengan pihak lain. Berikutnya yang jarang dikembangkan oleh guru adalah melakukan atau mengadakan catatan peristiwa dan penelitian kecil secara
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
120
rutin, berkesinambungan dan teradministrasi dengan baik. Lebih bagus lagi dalam bentuk karya tulis. Sebab saat ini sedang digalakkan PTK [Penelitian Tindakan Kelas] atau classroom action researh mempunyai keuntunagan ganda yaitu [ 1 ] dapat untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dikelas kecilnya dan [2] karya tulis tersebut dapat diakui angka kreditnya apabila mempunyai nilai karya tulis yang baik.
Tinjauan sikap profesionalisme seorang guru dapat dilihat dari standar profesionalisme guru yang diantaranya adalah:1. Memiliki pendidikan khusus2. Mengajar berdasarkan pendidikan3. Memiliki prosedur tetap dan standar4. Mengajar bukan hanya sekedar mencari nafk ah5. Memiliki pengbdian yang tinggi dan mengutamakan mutu dalam pembelajaran
Sementara pemberdayaan “akuntabilitas profesionalisme guru” dapat direfl eksikan dalam berbagai kemampuan sebagai berikut:1. Merencanakan kegiatan pembelajaran [PBM], yang terdiri dari kemampuan
maksimal menyusun program tahunan, program cawu, AMT, SP, dan RP.2. Melaksanakan PBM secara meyakinkan dengan penuh percaya diri, hal ini dapat
terlaksana jika guru menguasai, metode dan kelas secara baik.3. Seorang guru dalam proses belajar mengajar tidak boleh asal menjejali konsep-
konsep kepada peserta didiknya, sebab bukan sekedar transpormasi konsep semata yang berlangsung. Jadi guru harus melihat, merasakan dan menilai proses yang berlangsung dalam kegiatan belajar mengajar. Jika perlu untuk mendeteksi konsep sudah diterima atau dapat dilakukan Tanya jawab terhadap konsep yang telah disajikan. Sehingga hasil pembelajaran dapat diperoleh secara maksimal. Tentunya ini harus diukur harus dengan alat ukur.
4. Setelah mengetahui sejauh mana hasil kegiatan belajar mengajar, diharapkan guru memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan layanan, dalam arti mengadakan perbaikan atau remidiasi bagi anak-anak jika dipandang perlu.
5. Dengan hasil yang ada diharapkan guru dapat memberikan umpan balik secara cepat, teratur dan terus menerus kepada peserta didik.
6. Setelah memberikan umpan balik hasil evaluasi, guru yang profesional seharusnya tidak hanya dekat dengan anak terus. Tetapi guru harus dapat melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, karena pada dasarnya mereka juga butuh perhatian dan kasih saying dari seorang guru.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
121
7. Seorang guru dikatakan mempunyai sifat profesionalisme yang tinggi apabila dalam KBM mampu memerankan diri sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, baik bagi anak yang berkemampuan baik ataupun yang rendah. Sehingga kehadirannya selalu ditunggu-tunggu anak.
8. Guru harus dapat mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran yang ada di sekolahnya. Tidak ada istilah “di sekolah kami tidak ada alat bantu itu”. Guru harus kreatif, dana dan tempat terpencil bukan halangan untuk mengembangkan sarana yang ada.
9. Sebagai tuntutan zaman, konsekuensinya guru harus peka terhadap informasi. Dengan memanfaatkan sumber-sumber itu dapat berupa buku-buku perpustakaan, televisi, video, koran, majalah laboratorium alam, labolatorium dan lain-lainnya.
10. Peserta didik akan merasa bosan jika seorang guru gaya dan cara mengajar seorang guru monoton agar tidak terjadi hal yang demikian maka guru harus dapat dengan baik mengembangkan interaksi pembelajaran [ strategi, metode, dan teknik ] hal ini karena tidak ada konsep-konsep yang justru mudah diterima anak dengan metode “X”, tetapi konsep lain lebih tepat dengan metode “Y”.
11. Sebagai tuntutan profesi guru harus mampu membuat suatu karya yang mempunyai nilai, yaitu mengadakan penelitian yang praktis atas apa yang telah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan selanjutnya adalah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
PENGEMBANGAN DIRI
Untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan potensi diri atau profesionalisme guru, kiranya dapat direfl eksikan dengan beberapa pertanyaan:a. Apakah tingkat pengabdiannya memadai?b. Adakah usaha memanfaatkan temuan-temuan dan visi akademik [GMPM, KKG,
dsb]?c. Adakah pengembangan prosedur dan teknik kerja?d. Bagaimana etos kerjanya?
Usaha peningkatan profesionalisme guru pun dapat dimulai peningkatan pengua-saan materi, yakni:a. Melalui sistem Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yaitu mendalami materi
secara bersama-sama dengan prinsip dari guru, dan untuk guru.b. Melalui sumber atau potensi-potensi yang etrsedia.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
122
c. Melalui ahli/ilmuwan yang bersangkutan.d. Melalui kursus pendalaman materi.e. Melalui pendidikan khusus.
Pendalaman dalam penguasaan materi mempunyai fungsi:a. Meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak
ragulagi dalam mengelola PBM.b. Memperdalam dan memperluas wawasan dan konsepsi tinjauan akademis dan
aplikasinya sehingga dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan analisis materi pelajaran.
Dari sinilah diharapkan guru harus mempunyai pemahaman, penghayatan, dan pengamatan standar serta memiliki profesionalisme sebagai tuntutan profesi diera kompetisi sekarang ini. Disamping ada kewajiban imperative, yaitu setiap petugas pendidikan berkewajiban mengembangkan profesionalisme dalam rangka menjaga kewibawaan. Semua itu, harus dikuasai oleh guru, sebagai modal awal bagi penghayatan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengemban tugasnya. Jadi seorang guru tidak hanya boleh beranggapan bahwa tugasnya hanya mengajar semata, selesai mengajar terus pulang, karena tidak ada jam mengajar lagi. Ada beberapa tugas profesional yang harus dilaksanakan pasca tugas mengajar di kelas yang harus diselesaikan dengan target waktu tertentu. Jika ini tidak diantisipasi maka yang akan terjadi adalah menimbunnya tugas yang semakin menggunung.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen sebagai berikut:
BAB I: KETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Undang – Undang ini yang dimaksud:1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mem-
bimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pen-didikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlu-kan pendidikan profesi.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
123
BAB III: PRINSIP PROFESIONALITASPasal 7(1) Profesi guru dan profesi pengajar merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketaqwaan, dan ahlak mulia;c. Memiliki kualifi kasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelan-
jutan dengan belajar sepanjang hayat;h. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofe-
sionalan; dani. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
(2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi pengajar diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
Pasal 20 tertulis:Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban;a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifi kasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fi sik tertentu, atau larat belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
124
Rincian Kompetensi Guru
Komponen Pengelolaan Pembelajaran
KOMPETENSI INDIKATOR
1. Penyusunan rencana pembelajaran
1. Mampu mendeskripsikan tujuann/kompetensi pembelajaran2. Mampu memilih/menentukan materi3. Mampu mengorganisir materi4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran 5. Mampu menentukan sumber belajar/media/ alat peraga pembelajaran6. Mampu menyusun perangkat penilaian7. Mampu menentukan teknik penilaian8. Mampu mengalokasikan waktu
2. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar
1. Mampu membuka pelajaran2. Mampu menyajikan materi3. Mampu menggunakan metode/media4. Mampu menggunakan alat peraga5. Mampu menggunakan bahasan yang komunikatif6. Mampu memotivasi peserta didik7. Mampu mengorganisasi peserta didik8. Mampu berinteraksi dengan peserta didik secara komunikatif9. Mampu menyimpulkan pembelajaran10.Mampu mamberikan umpan balik11.Mampu melaksanakan penilaian12.Mampu menggunakan waktu
3. Penilaian prestasi belajar peserta didik
1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid4. Mampu memriksa jawab5. Mampu mengklasifi kasikan hasil-hasil penelitian6. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian7. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian8. Mampu menentukan korelasi antara soal berdasarkan hasil penilaian 10. Mampu mengidentifi kasi tingkat variasi hasil penilaian11. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
125
Komponen Pengelolaan Pembelajaran
KOMPETENSI INDIKATOR
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajr peserta didik
1. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian 2. Mengklasifi kasian kemempuan peserta didik3. Mengidentifi kasi kemampuan tindak lanjut hasil penilaian 4. Melaksanakan tindak lanjut5. Mengevaluasi hasil tindak lanjut6. Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian
Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi
KOMPETENSI INDIKATOR
5. Pengembangan Profesi
1. Mengikuti informasi perekembangan IPTEK yang 2. Mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah3. Mengembangkan berbagai model pembelajaran4. Menulis makalah 5. Menulis/menyusun diklat pelajaran6. Menulis buku pelajaran7. Menulis modul8. Menulis karya ilmiah9. Melakukan penelitian (action research)10.Menemukan teknologi tepat guna11.Membuat alat peraga/ media12.Menciptakan karya seni13.Mengikuti pelatihan terakreditasi]14.Mengikuti pendidikan kualifi kasi15.Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum
Komponen Kompetensi Penguasaan Akademik
KOMPETENSI INDIKATOR
6. Pemahaman wawasan 1. Memahami visi dan misi 2. Memahami hubungan pendidikan dan pembelajaran3. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah4. Memahami fungsi sekolah5. Mengidentifi kasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses
dan hasil pendidikan6. Membangun system yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan
luar sekolah
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
126
Komponen Pengelolaan Pembelajaran
KOMPETENSI INDIKATOR
7. Penguasaan bahan kajian akademik
1. Memahami struktur pengetahuan 2. Menguasai substansi materi3. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan peserta didik
PENGEMBANGAN MUTU GURU
Pengembangan mutu guru dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian, pengembangan terhadap standar kompetensi guru dan peningkatan manajemen mutu guru.
PenelitianSekurang-kurangnya ada 3 jenis upaya penelitian yang dilakukan dalam kaitan
dengan pengembangan mutu guru:a. Mengidentifi kasi masalah pendidikan yang dihadapi terutama tentang mutu kinerja
guru.b. Mengkaji prakondisi yang perlu dipenuhi untuk dapat menerapkan suatu standar
kompetensi guru dalam system yang adac. Penelitian yang melekat di dalam pengembangan standar itu sendiri untuk
mengetahui efektivitas atau kelayakan dari standar yang sedang diukembangkan dalam menghasilkan standar baku kopetensi guru.
Pengembangan Kompetensi
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya pengembanagn standar kompetensi guru, yaitu:a. Kejelasan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari profesi guru, antisipasi
kendala yang bakal dihadapinya, identifi kasi alternatif-alternatif pemecahan, serta pengembangan alternatif yang dipilih dalam skala terbatas.
b. Permasalahan yang jelas serta tujuan yang spesifi k, jika perlu dilengkapi dengan criteria keberhasilan yang dijadikan ukuran, merupakan titik awal yang sangat penting dalam upaya pengembangan standar kompetensi guru.
BAB 7 PORTOFOLIO SEBAGAI PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR DALAM AKREDITASI GURU
127
c. Antisipasi kendala, merupakan langkah yang tidak dapat diabaikan dalam proses pengembangan ini.
d. Melalui proses identifi kasi dan seleksi berbagai alternative pemecahan, akan dapat dihasilkan standear kompetensi yang telah diperhitungan kekuatan maupun kelemahannya ditinjau dari permasalahan dan tujuan yang diinginkan maupun kendala-kendala yang ada.
e. Sekalipun uji coba suatu standar kompetensi dalam skala terbatas, kadang-kadang mengandung kelemahan, bukan merupakan situasi yang sangat berbeda dengan lingkungannya.
Peningkatan Manajemen Mutu
Sekurang-kurangnya terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan berkenaan dengan manajemen peningkatan mutu guru dengan standar kompetensinya; pertama, adalah upaya melibatkan berbagai pihak terkait sedini, dan kedua adalah penerapan proses diseminasi secara bertahap.
Prinsip – prinsip yang perlu dijadikan pegangan dalam pengembangan kompetensi guru, meliputi:
Sarat untuk masuk ke lembaga pendidikan guru (tingkat universitas) harus standar, 1. tetapi prosedurnya cukup fl eksibel sehingga dapat menjaring calon-calon yang potensial dan cocok.Program pendidikan hendaknya memiliki tiga komponen yang terintegrasi, yaitu 2. pendidikan umum, minimal satu bidang spesialisasi, dan keahlian dalam kurikulum dan pembelajaran.Perkembangan calon guru dinilai selama program berlangsung dengan teknik 3. penilaian yang bervariasi, seperti tes tertulis, lisan.Program pendidikan guru perlu diakreditasi dengan standar yang memungkinkan 4. calon guru bias bekerja dengan baik.Perlu ada lembaga yang memberikan legalitas terhadap kelayakan program 5. pendidikan guru, standar yang digunakan serta memberikan sertifi kasi terhadap guru.
MENGAJAR DENGAN PORTOFOLIO
128
129
LAMPIRAN 1
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58 TAHUN 2008
TENTANG
PENYELENGGARAAN PROGRAM SARJANA (S-1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang : a. bahwa untuk mendukung upaya percepatan peningkatan kualifi -kasi akademik bagi guru dalam jabatan perlu menyelenggarakan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada b. huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasion-al tentang Penyelenggaraan Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen-didikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Penga-2. jar (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lem-baran Negara Nomor 4586);
L a m p i r a n
L A M P I R A N
130
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 ten-3. tang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tataker-ja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Ta-4. hun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu se-bagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2008;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SARJANA (S-1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN.
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:1. Program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan adalah program
penyelenggaraan pendidikan yang secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan.
2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan program sarjana (S-1) kependidikan.
3. Proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan sistem perkuliahan tatap muka dan/atau termediasi, dan sistem pembelajaran mandiri.
4. Perkuliahan tatap muka adalah proses interaksi langsung dan terjadwal antara pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan/kompetensi.
5. Perkuliahan termediasi adalah proses interaksi terjadwal antara pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan/kompetensi melalui pemanfaatan berbagai jenis media dan teknologi.
6. Pembelajaran mandiri adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar yang dilakukan dengan menggunakan bahan belajar mandiri, baik dengan bantuan tutorial atau tanpa bantuan tutorial.
L A M P I R A N
131
7. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang secara langsung berkaitan dengan materi ajar, dan dapat dilaksanakan secara tatap muka atau termediasi.
8. Bahan belajar mandiri adalah substansi pembelajaran yang dikembangkan dalam bentuk bahan cetak, audio, dan audio visual yang dapat digunakan peserta didik untuk proses belajar mandiri.
9. Praktik adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengaplikasikan teori, konsep, atau prosedur dengan pengawasan langsung pengajar/pembimbing.
10. Praktikum adalah kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan validasi fakta atau hubungan antar fakta, sesuai yang disyaratkan dalam kurikulum.
11. Program pemantapan lapangan yang selanjutnya disebut PPL adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dengan bimbingan oleh pengajar/guru pamong yang ditugaskan sesuai dengan yang disyaratkan dalam kurikulum.
12. Penilaian hasil belajar adalah pemberian nilai terhadap proses dan hasil belajar peserta didik, baik dalam perkuliahan tatap muka dan/atau termediasi maupun pembelajaran mandiri.
13. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Pendidikan Nasional.
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pasal 2
Tujuan penyelenggaraan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan yaitu untuk mendukung upaya percepatan peningkatan kualifi kasi akademik bagi guru dalam jabatan.
Pasal 3
Penyelenggaraan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan dilaksanakan dengan mengutamakan hal berikut:a. memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas untuk memperoleh
peningkatan kualifi kasi akademik dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya di sekolah;
b. dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru dalam jabatan yang efi sien, efektif, dan akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas;
L A M P I R A N
132
Pasal 4
(1) Program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Menteri.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perguruan tinggi yang telah memiliki:a. program studi sarjana (S-1) kependidikan yang memiliki ijin penyelenggaraan
dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi;b. program studi sarjana (S-1) kependidikan yang terakreditasi oleh Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai minimal B, kecuali untuk program studi sarjana (S-1) pendidikan guru sekolah dasar (PGSD)/ pendidikan guru taman kanak-kanak (PGTK)/ pendidikan guru pada anak usia dini (PGPAUD) memiliki ijin penyelenggaraan dan mendapatkan penugasan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi;
c. perjanjian kerjasama antara pimpinan perguruan tinggi dan kepala daerah dalam rangka peningkatan kualifi kasi akademik guru;
d. perjanjian kemitraan dengan perguruan tinggi lain yang memiliki izin dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam rangka penyelenggaraan program peningkatan kualifi kasi akademik guru;
e. sarana dan prasarana yang menunjang penyelenggaraan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
f. bahan ajar untuk kepentingan perkuliahan tatap muka dan/atau termediasi, dan pembelajaran mandiri;
g. laporan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri (EPSBED) sekurang-kurangnya 2 (dua) semester terakhir.
(3) Perguruan tinggi penyelenggara program sarjana (S-1) kependidikan bagI guru dalam jabatan dapat bermitra dengan perguruan tinggi lain yang berlokasi di wilayah tertentu dalam menyelenggarakan program studi tertentu, jika di wilayah tersebut tidak ada program studi yang ditugaskan untuk menyelenggarakan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan.
L A M P I R A N
133
(4) Dalam hal tidak ada perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang memiliki program studi dalam bidang tertentu, perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang memiliki program studi satu rumpun dapat menyelenggarakan program sarjana (S-1) kependidikan dengan bermitra dengan perguruan tinggi lain yang memiliki program studi relevan dan terakreditasi minimal B.
(5) Ketentuan mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan rambu-rambu penyelenggaraan program diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
Pasal 5
(1) Struktur kurikulum program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan terdiri atas mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka dan/atau termediasi dan mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran mandiri dengan tutorial dan tanpa tutorial.
(2) Penetapan mata kuliah tatap muka dan/atau termediasi didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mempersyaratkan adanya praktik atau praktikum.
(3) Penetapan mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut menunjang pengembangan kompetensi profesional.
(4) Penetapan mata kuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik, baik perorangan maupun berkelompok.
(5) Perguruan tinggi mengembangkan bahan ajar, baik untuk kepentingan perkuliahan tatap muka maupun pembelajaran mandiri atau memanfaatkan bahan belajar mandiri yang telah dikembangkan dan tersedia di perguruan tinggi lain.
(6) Beban studi satuan kredit semester (sks) yang ditempuh dalam program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan sama dengan beban studi satuan kredit semester (sks) yang berlaku pada program studi yang sama di perguruan tinggi penyelenggara.
L A M P I R A N
134
(7) Perguruan tinggi dapat memberikan pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar yang pernah diperoleh sebelumnya, baik pada jalur pendidkan formal maupun pendidikan non formal sebagai pengurang beban studi yang harus ditempuh.
(8) Pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar yang pernah diperoleh sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) paling banyak 65% dari jumlah sks yang harus ditempuh.
(9) Pengalaman kerja dan hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan terakreditasi yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran, Gugus, atau lembaga lain yang diakui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) diatur oleh perguruan tinggi penyelenggara masing-masing.
(11) Perkuliahan termediasi dan pembelajaran mandiri dapat dilaksanakan di kampus perguruan tinggi penyelenggara, kampus perguruan tinggi mitra, tempat kegiatan kelompok kerja guru (KKG), tempat kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), Information Communication Technology Centre (ICT Centre), lembaga penjaminan mutu pendidikan (LPMP), pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK), dan lembaga/tempat lain yang direkomendasikan oleh dinas pendidikan setempat.
(12) Penyelenggaraan program pemantapan lapangan (PPL) diatur dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di perguruan tinggi.
(13) Penilaian hasil belajar harus dapat mencerminkan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui:a. mekanisme ujian secara komprehensif dengan pengawasan langsung;b. dalam bentuk pemberian tugas yang disesuaikan dengan kebutuhan.
L A M P I R A N
135
Pasal 6
(1) Peserta program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan adalah guru tetap yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bukan PNS.
(2) Guru tetap bukan PNS adalah guru yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan dari penyelenggara satuan pendidikan yang berbadan hukum.
(3) Penetapan peserta program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui seleksi administratif oleh perguruan tinggi penyelenggara.
(4) Penyelenggara program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan dilarang menerima peserta di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 7
(1) Perguruan tinggi penyelenggara program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan dievaluasi secara berkala untuk mengetahui kelayakan penyelenggaraan.
(2) Menteri dapat mencabut penetapan perguruan tinggi yang melanggar ketentuan penyelenggaraan program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan.
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 7 Oktober 2008
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya.Biro Hukum dan OrganisasiDepartemen Pendidikan NasionalKepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum II,
Putut Pujogiri, S.H.NIP 131661278
L A M P I R A N
136
LAMPIRAN 2
PETUNJUK PENGGUNAAN
SKENARIO PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Sandi / Bobot : MKDK / 4 SKS Jumlah Pertemuan : Isi Pelajaran = 8 kali Tes awal – akhir = 2 kali Jumlah = 10 kali
A. PELAKSANAAN TUGAS: I Pengenalan mata kuliah kontrak (Kontrak kuliah) dan pengenalan teknik II Tes awal ( pre test): diberikan setelah kontrak kuliah atau sebelum pengajar
menyampaikan isi pelajaran
B. FASE PELAKSANAAN TUGAS III Penjelasan tujuan belajar 1 dan 2 Konsultasi portofolio kel I dan kel II IV Penjelasan tujuan belajar 3 dan 4 Konsultasi portofolio kel. III dan IV V Penjelasan tujuan belajar 5 dan 6 Konsultasi portofolio kel. V dan kel. VI
C. FASE RESES ( TUGAS TERSTRUKTUR DAN MANDIRI ) *) Semua kelompok diberi waktu 2 minggu untuk menyusun berkas pengkajian
portofolio lengkap dan persiapan diskusi kelas*) Tidak dilaksanakan secara tatap muka dengan pengajar, tetapi secara tugas
terstruktur dan mandiri yang dipantau oleh pengajar
L A M P I R A N
137
D. FASE PERTANGGUNGJAWABAN TUGAS:VI Pertanggungjawaban tugas dalam diskusi bagi kel. I dan kel. IIVII Pertanggungjawaban tugas dalam diskusi bagi kel. V dank el. VI. VIII Pertanggungjawaban tugas dalam diskusi dalam diskusi bagi kel. V dan kel.
VIIX Diskusi paripurna: pembahasan dan kesimpulan umum hasil diskusi portofolio
dari kel. I s/d kel. VI X Tes akhir ( post test): diberikan setelah diskusi paripurna atau akhir kegiatan –
kegiatan belajar.
L A M P I R A N
138
LAMPIRAN 3
TANGGAPAN PENGAJAR TERHADAP KOMPONEN PROGRAM PEMBELAJARAN PENUGASAN PORTOFOLIO
Petunjuk:
Sejumlah pertanyaan di bawah ini berhubungan dengan komponen-komponen program pembelajaran penugasan portofolio yang telah dirancang dan dikembangkan untuk digunakan pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Untuk itu Ibu/Bapak dimohon bantuannya dalam rangka menfi dentifi kasi dan memberikan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan program pembelajaran selanjutnya.
Jawablah setiap nomor pertanyaan berikut secermat-cermatnya, dan akan lebih baik apabila Ibu/Bapak dapat memberikan jawaban lebih terperinci baik berupa ide, saran ataupun pendapat tentang komponen-komponen pembelajaran tersebut.
DESKRIPSI MATA KULIAHYa Tidak
Jelas dan cukup memadai 1. Relevan dengan tujuan pembelajaran 2. Perlu penyederhanaan materi bahasanya 3.
............
............
............
............
............
............
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUMBerisi kompetensi umum/ akhir pembelajaran yang 1. diharapkan akan dicapai Cukup memadai dan dapat diterima 2. Tidak memberikan informasi cukup tentang apa yang 3. ingin dicapai Hal yang perlu diperbaiki/ditambahkan :4.
............
............
............
............
............
............
............
............ .............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............
L A M P I R A N
139
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUSBerisi kompetensi khusus1. ............ ............Menggunakan kata kerja operasional1. ............ ............Mencantumkan keempat syarat penyusunan TPK 1. ( Audience, behavior, condition dan degree)
............ ............
Jumlah TPK memadi untuk mencapai TPU1. ............ ............Hal yang perlu diperbaiki/ditambahkan :1. ............ ............
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................
ISI PELAJARAN / TOPIK YANG DIKAJICukup memadai dan sesuai dengan tujuan pembelajaran 1. Perbangdingan antara keaktifan pengajar dan peserta didik adalah 75%: 25 % memadaiPerlu adanya keterangan lebih terperinci tentang teknik 2. penugasan portofolio berupa:
Kejelasan panduan pelaksanaan penugasan por- •tofolioKejelasan tugas peserta didik dan pengajar selama •
penugasan portofolio berlangsung.1. Alokasi waktu untuk masing-masing fase penugasan 2. portofolio masih kurang memadai.Beban tugas Peserta didik terlalu banyak3. Hal yang perlu diperbaiki/ditambahkan:4.
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............ .............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............
L A M P I R A N
140
SISTEM PENILAIAN DAN TESPenilaian yang digunakan cukup bervariasi1. Isi tes hasil belajar sesuai dengan tujuan Pembelajaran2. Bentuk tes yang digunakan cukup memadai 3. Tes terlalu sulit bagi kebanyakan peserta didik 4. Pembobotan dalam penilaian penampilan peserta didik 5. telah cukup memadaiAdanya kejelasan petunjuk mengerjakan:6.
Tes hasil belajar •Lembar penilaian diskusi •Lembar • monitoring kegiatan belajar
Hal yang perlu diperbaiki/ditambahkan1.
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
............
EVALUASI SECARA KESELURUHAN
Program pembelajaran penugasan portofolio cukup memadai dan relevan dengan 1. tujuan mata kuliah Belajar dan PembelajaranMemerlukan kera ekstra bagi peserta didik dan pengajar terutama pada fase-fase 2. penugasan portofolioProgram pembelajaran dengan teknik pembelajaran penugasan portofolio seperti 3. ini memiliki variasi yang dapat mendukung kemampuan belajar peserta didikBeberapa saran, ide ataupun tanggapan secara umum: …………………. …………4. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Terima kasih Atas perhatian dan kerja sama Yang telah diberikan.
L A M P I R A N
141
LAMPIRAN 4
KISI-KISI SOAL PILIHAN GANDA DAN URAIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
No. POKOK BAHASAN C1 C2 C3 C456 Jml soal1. Hakekat
Belajar1 (1)1 (6)
1 (2)1(5)
1 (3)1 (7)
1 (4)1 (ur)
7 + 1(ur)
2. Hakekat Pembelajaran
1 (10) 1 (8)1 (9)
1 (11) 1 (12)1 (ur)
5 + 1(ur)
3. Evaluasi Belajar
1 (29)1 (30)
1 (28) 1 (ur) 3 + 1 (ur)
4. Evaluasi Proses Pembelajaran (Evaluasi Program)
1 (24)1 (27)
1 (20)1 (22)1 (23)
1 (21)1 (25)
1 (ur) 7 + 1 (ur)
5. Pengembangan Kurikulum
1 (13)1 (15)
1 (14) 1 (16) 1 (26)1 (ur)
5 + 1 (ur)
6. Kurikulum Muatan Lokal
1 (18) 1 (17) 1 (19)1 (ur)
3 + 1 (ur)
Jumlah Soal 8 11 7 10 30+ 6(ur)
Keterangan: Jumlah SoalPilihan ganda = 30 butir1. Uraian = 6 butir2.
L A M P I R A N
142
SKEN
ARI
O K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
N P
ENU
GA
SAN
PO
RTO
FOLI
O
JUD
UL
MAT
A K
ULI
AH
:
BE
LAJA
R D
AN
PEM
BELA
JARA
NSA
ND
I / B
OBO
T :
M
KDK
/ 4 S
KSTU
JUA
N IN
STRU
KSIO
NA
L U
MU
M
: Se
tela
h m
engi
kuti
seca
ra a
ktif
kegi
atan
pro
ses p
embe
lajar
an, p
eser
ta d
idik
S1
IKIP
Jaka
rta
yang
men
gam
bil m
ata
kulia
h Be
lajar
dan
Pem
belaj
aran
dih
arap
kan
akan
dap
at m
enyu
sun
berk
as p
engk
ajia
n da
lam
ben
tuk
port
ofol
io
tent
ang
topi
k -
topi
k ya
ng b
erhu
bung
an d
enga
n ha
kika
t be
lajar
dan
pem
belaj
aran
den
gan
berb
agai
uns
ur d
an
pend
ekat
anny
a ser
ta im
plik
asin
ya d
alam
mel
aksa
naka
n ke
giat
an b
elaj
ar d
an p
embe
lajar
an.
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Ke I
PEND
AHUL
UAN:
Orie
ntas
i•
: Pen
gena
lan
mat
a ku
liah
Bela
jar d
an
Pem
bela
jara
n, p
enje
lasa
n is
i kon
trak
kulia
h se
rta
peng
enal
an s
ecar
a um
um te
ntan
g pe
nuga
san
porto
folio
.
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
penj
elas
an p
enga
jar.
Cer
amah
O
HP
dan
trans
-pa
rans
i10
-10
Rel
evan
si•
: Man
faat
mat
a ku
liah
bagi
pes
erta
di
dik
seba
gai c
alon
-pen
didi
k, m
anfa
at p
enug
asan
po
rtofo
lio b
agi m
hs s
esua
i den
gan
azas
kea
ktifa
n (s
tude
nt a
ctiv
e le
arni
ng) d
an - b
elaj
ar m
andi
ri
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar d
an b
erta
nya.
Cer
amah
dan
tan
-ya
jaw
abO
HP
dan
trans
-pa
rans
i.5
510
Tuju
an•
: P
eser
ta d
idik
aka
n da
pat m
enje
lask
an
tekn
ik p
enug
asan
por
tofo
lio y
ang
dihu
bung
kan
deng
an to
pik-
topi
k da
lam
mat
a ku
liah
bela
jar d
an
pem
bela
jara
n m
inim
al 8
0% b
enar
.
Seca
ra k
lasi
kal m
enyi
mak
pen
jela
san
peng
ajar
.Se
cara
indi
vidu
mem
baca
topi
k-to
pik.
Cer
amah
Tuga
s m
emba
ca
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi.
Lem
bar t
opik
55
10
KEG
IATA
N IN
TI:
Ura
ian
• :
Mem
baha
s be
rbag
ai to
pik
- top
ik d
alam
m
ata
kulia
h Be
laja
r dan
Pem
bela
jara
n ya
ng a
kan
dija
dika
n ka
jian
dala
m tu
gas
porto
folio
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
urai
an
peng
ajar
.C
eram
ah
disk
usi
terp
impi
nO
HP
dan
trans
-pa
rans
i.20
-20
LAM
PIR
AN
5
L A M P I R A N
143
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Con
toh
• : C
onto
h ko
ngkr
it be
rupa
ber
kas
peng
kajia
n po
rtofo
lio le
ngka
p da
n co
ntoh
lem
bar t
ugas
.
Latih
an/tu
gas:
• M
enug
aska
n pe
serta
did
ik m
embe
n-tu
k ke
lom
pok
berd
asar
kan
kese
nang
an b
erka
wan
, pe
milih
an to
pik,
pen
entu
an ja
dwal
per
tem
uan
disk
usi k
elom
pok
dan
pene
ntua
n ja
dwal
kon
sulta
si
deng
an p
enga
jar
Mem
perh
atik
an d
enga
n se
ksam
a co
n-to
h be
rkas
por
tofo
lio d
an m
emba
ca
lem
bar t
ugas
.
Mem
ilih te
man
dal
am k
elom
pok
Men
gund
i nom
or u
rut k
elom
pok
Mem
ilih d
an m
enen
tuka
n to
pik
kelo
m-
pok.
Cer
amah
tu
gas
mem
baca
penu
gasa
n (re
sita
si)
Berk
as p
orto
folio
Le
mba
r tug
as
Lem
bar p
enu-
gasa
n ke
rtas
undi
an
10 -
5 10
15 10
PENU
TUP:
Tes
Lisa
n•
: Ber
upa
tany
a ja
wab
ant
ara
peng
ajar
-pe
serta
did
ik d
an a
ntar
pes
erta
did
ik b
erhu
bung
an
Men
jaw
ab p
erta
nyaa
n pe
ngaj
ar a
tau
tem
an p
eser
ta d
idik
lain
nya.
Tany
a ja
wab
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi P
edom
an
510
15
Ke II
(TES
AW
AL)
deng
an to
pik
dan
tuga
s po
rtofo
lio.
• U
mpa
n ba
lik•
: Pen
jela
san
kem
bali
perih
al tu
gas
porto
folio
dan
ruan
g lin
gkup
topi
k ya
ng b
elum
di
paha
mi.
Follo
w U
p: P
enug
asan
sec
ara
kelo
mok
men
cari
per-
mas
alah
an, j
udul
ser
ta d
raft
porto
folio
ses
uai d
enga
n to
pik
yang
tela
h di
tent
ukan
.
PEND
AHUL
UAN:
Penj
elas
an•
: Inf
orm
asi t
enta
ng ta
ta c
ara
pela
k-sa
naan
tera
wal
( pre
test
) ter
tulis
khu
susn
ya y
ang
berh
ubun
gan
deng
an to
pik-
topi
k ya
ng a
kan
dika
ji da
lam
ber
kas
porto
folio
.R
elev
ansi
• : P
entin
gnya
men
geta
hui k
emam
puan
aw
al p
eser
ta d
idik
yan
g ak
an d
ijadi
kan
ruju
kan
dala
m p
embe
rian
isi p
elaj
aran
.Tu
juan
• : T
es y
ang
dibe
rikan
ber
tuju
an u
ntuk
men
g-et
ahui
seb
erap
a ja
uh k
emam
puan
seb
agai
has
il da
ri m
ata
kulia
h pr
asya
rat (
pre
requ
isite
) yan
g di
hubu
ngka
n de
ngan
tuju
an m
ata
kulia
h be
laja
r da
n pe
mbe
laja
ran.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n ul
ang
dari
peng
ajar
.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n da
ri pe
ngaj
ar.
Seca
ra
klas
ikal
m
ende
ngar
kan
dan
men
yim
ak il
ustra
si y
ang
dibe
rikan
ole
h pe
ngaj
ar.
Seca
ra
klas
ikal
m
ende
ngar
kan
dan
men
yim
ak il
ustra
si y
ang
dibe
rikan
ole
h pe
ngaj
ar.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar.
Cer
amah
Res
itasi
Cer
amah
Cer
amah
Ta
nya
jaw
ab
Cer
amah
porto
pofi o
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Lem
bar t
ugas
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
5 5 5 5 3
- - - - -
5 5 5 5 3
L A M P I R A N
144
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
KEG
IATA
N IN
TIU
raia
n•
: Pen
jela
san
seca
ra te
rper
inci
car
a m
enja
-w
ab s
oal d
an b
obot
set
iap
nom
or s
oal.
Con
toh
• : M
enco
ntoh
kan
sala
h sa
tu n
omor
soa
l dan
ca
ra m
enja
wab
nya
pada
lem
bar j
awab
an.
Pela
ksan
aan
Tes
• : S
elam
a +
60 m
enit
PENU
TUP
Has
il te
s•
: dik
umpu
lkan
ser
empa
k se
tela
h w
aktu
be
rakh
ir le
mba
r jaw
aban
dik
umpu
lkan
ber
sam
a le
mba
r soa
l.
Follo
w U
p•
: Men
ugas
kan
sem
ua p
eser
ta d
idik
unt
uk
men
cari
buku
buk
u pe
nduk
ung
yang
dia
njuk
an d
an
mem
baca
nya.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar d
an b
erta
nya
Mem
perh
atik
an d
enga
n se
ksam
a ca
ra
men
jaw
ab s
oal
Men
gerja
kan
tes.
Men
gum
pulk
an h
asil
tes
Seca
ra i
ndiv
idua
l m
ende
ngar
kan
pe-
nuga
san
peng
ajar
dan
men
cari
buku
ya
ng d
ianj
urka
n.
Cer
amah
Tany
a ja
wab
Cer
amah
Tes/
tuga
s
Tuga
s
Tuga
s in
divi
du
Lem
bar s
oal
Lem
bar j
awab
an
Lem
bar s
oal
Lem
bar s
oal
Lem
bar j
awab
an
Daf
tar b
uku-
buku
ya
ng d
ianj
urka
n
5 5 - - 5
2 - 60 5 -
7 5 60 - 5
Ke II
IPE
NDAH
ULUA
NPe
njel
asan
• : P
entin
gnya
pen
geta
huan
tent
ang
hak-
ikat
bel
ajar
dan
pem
bela
jara
n se
rta p
rinsi
p-pr
insi
p be
laja
r dan
impl
ikas
inya
bag
i pes
erta
did
ik IK
IP
seba
gai c
alon
pen
didi
k di
mas
a ya
ng a
kan
data
ng.
Rel
evan
si•
:Ta
npa
mem
aham
i hak
ikat
bel
ajar
dan
pem
bela
-ja
ran
serta
prin
sip-
prin
sip
bela
jar d
an im
plik
asik
an-
nya
sulit
bag
i cal
on g
uru
untu
k da
pat m
enci
ptak
an
kond
isi b
elaj
ar y
ang
Kond
usif
agar
keb
erha
sila
n be
laja
r dap
at te
rcap
ai
seca
ra o
ptim
al.
Tuju
an•
Pese
rta d
idik
aka
n da
pat m
enje
lask
an h
akik
at
bela
jar d
an p
embe
laja
ran
seca
ra u
mum
min
imal
80
% b
enar
dan
pes
erta
did
ik a
kan
dapa
t mem
buat
co
ntoh
impl
ikas
inya
min
imal
3 p
rinsi
p be
laja
r yan
g te
lah
dike
tahu
inya
.
Seca
ra
klas
ikal
ak
tif
men
deng
arka
n da
n m
enyi
mak
pen
jela
san
peng
ajar
.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar s
ecar
a in
divi
du a
ktif
berta
nya.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar.
Cer
amah
Cer
amah
Tany
a ja
wab
Cer
amah
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
5 5 5
- 5 -
5 10 5
L A M P I R A N
145
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
KEG
IATA
N IN
TIU
raia
n•
Penj
elas
an is
i pel
ajar
an te
ntan
g:ha
kika
t bel
ajar
; pen
gerti
an; t
ujua
n; je
nis,
1.
da
n te
ori b
elaj
ar d
an p
rinsi
p-pr
insi
p be
laja
r.ha
kika
t pro
ses
pem
bela
jara
n: p
enge
rtian
, 2.
tu
juan
, kom
pone
n da
n pe
ndek
atan
nya
serta
prin
sip-
prin
sip
pem
bela
jara
n da
n im
plik
asin
ya d
alam
pro
ses
pem
bela
jara
n di
kel
as.
Con
toh
1•
:Pe
serta
did
ik d
imin
ta m
embe
rikan
con
toh
impl
ikas
i da
ri m
asin
g-m
asin
g pr
insi
p be
laja
r dan
prin
sip
pem
bela
jara
n da
lam
pro
ses
pem
bela
jara
n di
kel
as.
Kons
ulta
si tu
gas
• Kh
usus
kel
ompo
k ya
ng m
emilih
tuga
s 1
dan
2 di
beri
wak
tu u
ntuk
ber
kons
ulta
si d
enga
n pe
ngaj
ar
tent
ang
perm
asal
ahan
, jud
ul d
an d
raf f
orto
folio
se
rta b
uku
sum
ber a
tau
sum
ber b
elaj
ar la
inny
a.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
arka
n da
n m
enca
tat u
raia
n da
ri pe
ngaj
ar.
Seca
ra in
divi
dual
den
gan
arah
an
peng
ajar
mem
buat
con
toh.
K1 d
an K
2 be
rkon
sulta
si la
ngsu
ng
- de
ngan
pen
gaja
rKe
lom
pok
lain
nya
berd
isku
si
- de
ngan
tem
an k
elom
pok
Cer
amah
Cer
amah
Kons
ulta
si tu
gas
Dis
kusi
kel
ompo
k ke
cil
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
- Ped
oman
p
orto
folio
- Lem
bar k
on-
sulta
si- B
uku
sum
ber
20 5 5
- 5 10
20 10 15
Ke IV
PENU
TUP
Tany
a Ja
wab
• : M
emba
has
perm
asal
ahan
um
um
yang
dia
lam
ole
h se
mua
kel
ompo
k da
n ta
nya
jaw
ab y
ang
lebi
h rin
ci k
husu
s to
pik
1 da
n 2
Um
pan
balik
• : p
enje
lasa
n ul
ang
hal-h
al y
ang
kura
ng
dipa
ham
i ole
h pe
serta
did
ik.
Follo
w u
p•
: Unt
uk k
elom
pok
deng
an to
pik
1 da
n 2
dapa
t mel
anju
tkan
ke
peny
usun
an b
erka
s pe
ngka
-jia
n po
rtofo
lio d
an k
elom
pok
lain
nya
mem
pers
iap-
kan
draf
t por
tofo
lio.
PEND
AHUL
UAN
Penj
elas
an
• : P
entin
gnya
pen
geta
huan
tent
ang
kons
ep p
enga
jar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um,
prin
sip
dan
mod
al p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um s
erta
im
plik
asin
ya.
Rel
evan
si•
: M
elal
ui p
emah
aman
ten
tang
kon
sep
dasa
r pen
gem
bang
an k
urik
ulum
, prin
sip
dan
berb
-ag
ai m
odel
pen
gem
bang
an k
urik
ulum
aka
n m
em-
perm
udah
bag
i cal
on G
uru
untu
k m
enja
bark
an
Setia
p ke
lom
pok
seca
ra a
ktif
berta
nya
mel
alui
wak
ilnya
.
Seca
ra k
lasi
kal m
endn
egar
pen
jela
san
ulan
g da
ri pe
ngaj
arM
enyi
mak
tuga
s un
tuk
mas
ing-
mas
ing
kelo
mpo
k.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar-
- ka
n da
n m
enyi
mak
pen
jela
san
peng
ajar
.
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
- pe
njel
asan
pen
gaja
r/Se
cara
indi
vidu
al a
ktif
berta
nya.
-
Tany
a ja
wab
Cer
amah
Penu
gasa
n
Cer
amah
Cer
amah
Ta
nya
jaw
ab
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Lem
bar t
ugas
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Pedo
man
po
rtofo
lio
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Baga
n m
odel
- m
odel
pen
gem
-ba
ngan
Idem
5 5 5 5 5
5 - - - 5
10 5 5 5 10
L A M P I R A N
146
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
isi
kurik
ulum
dal
am p
rose
s pe
mbe
laja
ran
seha
ri-ha
ri da
lam
ran
gka
men
capa
i tuj
uan
pem
bela
jara
n se
cara
khu
sus
dan
seca
ra u
mum
.
Tuju
an•
: Pes
erta
did
ik a
kan
dapa
t men
jela
skan
pe
nger
tian
kom
pone
n, fu
ngsi
, sifa
t, la
ndas
an
peng
emba
ngan
kur
ikul
um s
erta
dap
at m
en-
gura
ikan
per
anan
gur
u da
lam
upa
ya p
embi
naan
Ku
rikul
um.
KEG
IATA
N IN
TI:
Ura
ian
• : P
enje
lasa
n te
ntan
g:Pe
nger
tian
kurik
ulum
sec
ara
mod
ern
dan
1.
tradi
sion
alKo
mpo
nen
kurik
ulum
2.
Land
asan
dan
sifa
t keg
iata
n ku
rikul
um3.
Pr
insi
p da
sar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um4.
M
uata
n lo
kal s
ebag
ai s
uatu
ben
tuk
inov
asi
5.
pend
idik
an
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
- pe
njel
asan
pen
gaja
r.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
den-
- ga
rkan
dan
men
cata
t ura
ian
dari
peng
ajar
.
Cer
amah
Cer
amah
Idem
Idem
5 20
- -
5 20
Con
toh
• :
Peng
ajar
mem
perli
hatk
an c
onto
h ko
ng-
krit
penj
abar
an k
urik
ulum
mua
tan
loka
l di s
ekol
ah
men
cega
h pe
rtam
a ya
ng
tela
h m
ener
apka
nnya
da
lam
pra
ktek
bel
ajar
men
gaja
r seh
ari-h
ari.
Kons
ulta
si tu
gas
• : K
husu
s ke
lom
pok
yang
men
dapa
t to
pik
3 da
n 4
dibe
ri w
aktu
kon
sulta
si d
enga
n pe
nga-
jar
tent
ang
perm
asal
ahan
nya,
judu
l, dr
af p
ropo
sal
dan
sum
ber
bela
jar
pend
ukun
g pe
ngka
jian
porto
-fo
lio.
PENU
TUP
Tany
a ja
wab
• : P
eser
ta d
idik
dib
eri k
esem
pata
n un
tuk
berta
nya
hal-h
al y
ang
berh
ubun
gan
deng
an to
pk 3
da
n 4,
dila
njut
kan
deng
an p
emba
hasa
n um
um te
n-ta
ng k
esul
itan-
kesu
litan
yan
g di
hada
pi o
leh
sem
ua
kelo
mpo
k da
lam
pen
yusu
nan
berk
as p
orto
folio
.
Seca
ra in
divi
dual
den
gan
arah
an
- pe
ngaj
ar m
embu
at c
onto
h-co
ntoh
ko
ngkr
it.
K 3
dan
K 4
berk
onsu
ltasi
lang
--
sung
den
gan
peng
ajar
.Ke
lom
pok
lain
nya
berd
isku
si
- de
ngan
tem
an k
elom
pok.
Setia
p ke
lom
pok
aktif
ber
tany
a m
elal
ui
wak
ilnya
.
Tany
a ja
wab
Kons
ulta
si tu
gas
Dis
kusi
kel
ompo
k ke
cil.
Tany
a ja
wab
OH
P da
n tra
n-pa
rans
i
Pedo
man
-
porto
folio
Lem
bar
- ko
nsul
tasi
Buku
sum
ber
- OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Lem
bar t
ugas
5 5 5
5 10 5
10 15 10
L A M P I R A N
147
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Um
pan
balik
• : p
enje
lasa
n ul
ang
hal-h
al y
ang
kura
ng
dipa
ham
i ole
h pe
serta
did
ik d
an k
orek
si tu
gas
por-
tofo
lio s
emen
tara
(per
kem
bang
an tu
gas)
.
Follo
w U
p•
: Unt
uk k
elom
pok
3 da
n 4
satu
kel
ompo
k 1
dan
2 te
rdah
ulu
dapa
t dila
njut
kan
kepe
nyus
unan
be
rkas
pen
gkaj
ian
porto
folio
, sed
angk
an k
elom
pok
5 da
n 6
mem
pers
iapk
an d
raft
porto
folio
.
Con
toh
• :
Peng
ajar
m
empe
rliha
tkan
co
ntoh
ha
sil
eval
uasi
bel
ajar
dan
eva
luas
i pro
gram
ber
dasa
rkan
ke
jadi
an y
ang
sebe
narn
ya d
i lap
anga
n.
Kons
ulta
si tu
gas
• : k
husu
s ke
lom
pok
yang
men
dapa
t to
pik
5 da
n 6
dibe
ri w
aktu
unt
uk k
onsu
ltasi
den
gan
peng
ajar
ten
tang
per
mas
alah
an,
judu
l, dr
aft
pro-
posa
l ser
ta s
umbe
r be
laja
r pe
nduk
ung
peng
kajia
n po
rtofo
lio.
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
pen
jela
san
ulan
g da
ri pe
ngaj
ar.
Men
yim
ak tu
gas
untu
k m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok.
Mem
perh
atik
an d
enga
n se
ksam
a co
ntoh
-con
toh
yang
dim
aksu
fkan
pe
ngaj
ar.
K. 5
& K
. 6 b
erko
nsul
tasi
lang
--
sung
den
gan
peng
ajar
Kelo
mpo
k la
inny
a be
rdis
kusi
-
deng
an te
man
kel
ompo
k.
Cer
amah
Penu
gasa
n po
rtofo
lio.
Tany
a ja
wab
Kons
ulta
si tu
gas
Dis
kusi
kel
ompo
k ke
cil.
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Pedo
man
por
to-
folio
.
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Con
toh
hasi
l ev
alua
siPe
dom
an
porto
folio
, lem
bar
kons
ulta
si, b
uku
sum
ber
5 5 5 5
- - 10 5
5 5 15 10
PENU
TUP
Tany
a Ja
wab
• : P
eser
ta d
idik
dib
eri k
esem
pata
n be
r-ta
nya
hal-h
al y
ang
berh
ubun
gan
deng
an to
pik
5&6.
Ke
mud
ian
perm
asal
ahan
um
um d
alam
pen
yusu
nan
porto
folio
yan
g di
alam
i ole
h se
mua
kel
ompo
k.
Um
pan
balik
• : P
enje
lasa
n ul
ang
hal-h
al y
ang
kura
ng
dipa
ham
i ole
h pe
serta
did
ik d
an d
ikor
eksi
tuga
s se
r-ta
per
kem
bang
an p
enyu
suna
n be
rkas
por
tofo
lio.
Follo
w U
p•
: Sem
ua k
elom
pok
dibe
ri w
aktu
2 m
ingg
u un
tuk
men
yusu
n be
rkas
por
tofo
lio le
ngka
p de
ngan
la
mpi
ran/
klip
ing
sum
ber
baca
an y
ang
digu
naka
n se
tiap
kelo
mpo
k ya
ng m
enda
pat g
iliran
dis
kusi
ha-
rus
men
yera
hkan
ber
kas
porto
folio
nya
sem
ingg
u se
belu
m ja
dwal
pen
yajia
n di
skus
i.
Setia
p ke
lom
pok
seca
ra a
ktif
berta
nya
mel
alui
wak
ilnya
.
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
penh
e-la
san
ulan
g da
ri pe
ngaj
ar.
Men
yim
ak tu
gas
untu
k m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok.
Tany
a ja
wab
Cer
amah
Penu
gasa
n
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Lem
bar t
ugas
OPH
dan
tran
s-pa
rans
i
Pedo
man
por
to-
folio
.
5 5 5
5 - -
10 5 5
L A M P I R A N
148
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Ke V
PEND
AHUL
UAN
Penj
elas
an•
: Pe
ntin
gnya
pen
geta
huan
ten
tang
tu-
juan
, fu
ngsi
sas
aran
dan
pro
sedu
r ev
alua
si h
asil
bela
jar d
an e
valu
asi p
rose
s pe
mbe
laja
ran
(eva
luas
i pr
ogra
m)
dala
m s
iste
m p
endi
dika
n se
cara
kes
elu-
ruha
n.
Rel
evas
i•
: H
ubun
gan
timba
l ba
lik a
tau
kete
rkai
tan
anta
ra e
valu
asi h
asil
bela
jar d
an e
valu
asi p
rogr
am
dala
m m
enen
tuka
n ke
berh
asila
n pr
oses
bel
ajar
dan
m
enga
jar.
Tuju
an•
: Pe
serta
did
ik a
kan
dapa
t m
embe
daka
n ha
kika
t eva
luas
i has
il be
laja
r dan
eva
luas
i pro
gram
be
rdas
arka
n in
dika
torn
ya m
inim
al 8
0% b
enar
.
KEG
IATA
N IN
TI:
Ura
ian
• : P
enje
lasa
n se
cara
gar
is b
esar
tent
ang:
Ev
alua
si h
asil
bela
jar
1.
Tuju
an0.
Fu
ngsi
1.
Seca
ra k
lasi
kla
aktif
men
deng
ar d
an
men
yim
ak p
enje
lasa
n pe
ngaj
ar.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar-
- ka
n pe
njel
asan
pen
gaja
r.Se
cara
indi
vidu
al a
ktif
berta
nya.
- Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
arka
n da
n m
enca
tat u
raia
n da
ri pe
ngaj
ar.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
dneg
arka
n da
n m
enca
tat u
raia
n da
ri pe
ngaj
ar.
Cer
amah
Cer
amah
tany
a ja
wab
Cer
amah
Cer
amah
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
5 5 20 20
- 5 - -
5 10 20 20
Ke V
I
Sasa
ran
1.
Pros
edur
pel
aksa
naan
EH
B2.
Pe
ndek
atan
dal
am p
embe
laja
ran
3.
Syar
at e
valu
asi
4.
Eval
uasi
pro
ses
pem
bela
jara
n (e
valu
asi
pro-
1.
gram
) Tuju
an1.
Fu
ngsi
2.
Sasa
ran
3.
Pros
edur
pe
laks
anaa
n ev
alua
si
pros
es
4.
pem
bela
jara
nAk
redi
tasi
seb
agai
sat
u en
tuk
eval
uasi
5.
pr
ogra
m.
PEND
AHUL
UAN:
Penj
elas
an•
: In
form
asi
tent
ang
tata
ca
ra
pela
k-sa
naan
di
skus
i da
n si
stem
pe
nila
ian
kelo
mpo
k da
n in
divi
du p
entin
gnya
men
disk
usi t
opik
1 te
ntan
g ha
kika
t bel
ajar
dan
pem
bela
jara
n da
n to
pik
2 te
n-ta
ng p
rinsi
p-pr
insi
p be
laja
r da
n im
plik
asin
ya b
agi
pese
rta d
idik
IKI
P se
baga
i cal
on p
endi
dik
dim
asa
men
data
ng.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar d
an
men
yim
ak p
enje
lasa
n pe
ngaj
ar.
Cer
amah
O
HP
dan
trans
-pa
rans
i3
-3
L A M P I R A N
149
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Rel
evan
si•
: Tan
pa m
endi
skus
ikan
topi
k-to
pik
di a
tas
sulit
bag
i pes
erta
did
ik u
ntuk
men
gem
bang
kan
dan
mel
atih
day
a na
lar k
eber
ania
n da
n kr
eativ
itas,
yan
g sa
ngat
men
duku
ng p
rofe
siny
a ke
lak
yaitu
seb
agai
gu
ru y
ang
mam
pu m
enci
ptak
an s
ituas
i ko
ndus
if ba
gi s
isw
anya
.
Tuju
an•
: Pes
erta
did
ik a
kan
dapa
t men
jela
skan
hak
-ik
at b
elaj
ar d
an p
embe
laja
ran
min
imal
80%
ben
art
dan
pese
rta d
idik
aka
n da
pat m
embu
at c
onto
h im
p-lik
asi 3
prin
sip
bela
jar y
ang
tela
h di
disk
usik
anny
a.
KEG
IATA
N IN
TI:
Dis
kusi
kel
ompo
k (D
ISKO
) m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok
peny
aji
deng
an t
opik
por
tofo
lio y
ang
dipi
lihny
a di
per-
sila
kan
untu
k m
emap
arka
n ha
sil k
erja
mer
eka
sela
ma
20 m
enit
mel
alui
med
ia p
embe
laja
ran
yang
ses
uai d
an
mem
buka
term
in ta
nya
jaw
ab s
elam
a 30
men
it.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar-
- ka
n pe
njel
asan
pen
gaja
r.Se
cara
indi
vidu
akt
if be
rtany
a -
jaw
ab.
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
dneg
arka
n tu
juan
yan
g di
hara
pkan
dia
khiri
ke
giat
an b
elaj
ar.
Seca
ra k
lasi
kal,
teru
tam
a ke
lom
pok
peny
aji m
empe
rhat
ikan
ket
eran
gan
peng
ajar
.
Cer
amah
tany
a ja
wab
Cer
amah
Penu
gasa
n
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
3 2
2 -
5 2
DISK
O I:
Ura
ian
• : M
emap
arka
n is
i por
tofo
lio te
ntan
g ha
kika
t be
laja
r da
n pr
insi
p-pr
insi
p be
laja
r da
lam
pro
ses
pem
bala
jara
n m
elal
ui
med
ia
pem
bela
jara
n be
r-da
sark
an t
opik
dan
per
mas
alah
an d
alam
ker
tas
porto
folio
kel
ompo
k I.
Con
toh
• : M
embu
at c
onto
h im
pele
ntas
i hak
ikat
bel
a-ja
r dan
prin
sip-
prin
sip
bela
jar d
alam
pro
ses
bela
jar
men
gaja
r yan
g di
alam
i seh
ari-h
ari.
Tany
a ja
wab
• : M
embu
ka te
rmin
tany
a ja
wab
bag
i ke
5 ke
lom
pok
pend
enga
r dan
pen
gaja
r seb
agai
mod
-er
ator
, ba
nyak
nya
jum
lah
perta
nyaa
n di
sesu
aika
n de
ngan
wak
tu y
ang
ters
edia
.
DISK
O II
Ura
ian
• : M
emap
arka
n is
i por
tofo
lio te
ntan
g ha
keka
t pe
mba
laja
ran
dan
berb
agai
mac
am p
rinsi
p-pr
insi
p pe
mbe
laja
ran
mel
alui
med
ia p
embe
laja
ran
yang
se
suai
ber
dasa
rkan
topi
k da
n pe
rmas
alah
an
Kelo
mpo
k 1
men
yajik
an k
erta
s -
porto
folio
.Ke
lom
pok
lain
nya
aktif
men
den-
- ga
rkan
, men
yim
ak d
an m
enca
tat.
Kelo
mpo
k pe
nden
gar a
ktif
berta
nya
seca
ra b
ergi
liran
dia
tur o
leh
mod
era-
tor.
Kel.2
men
yajik
an b
erka
s -
porto
folio
Kel.
Lain
nya
aktif
men
deng
arka
n-
Dis
kusi
kel
ompo
k
Dis
kusi
kel
ompo
k
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Berk
as p
orto
folio
le
mba
r dis
kusi
.
Idem
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi,
berk
as
forto
folio
, lem
bar
disk
usi
- - -
15 25 15
15 25 15
L A M P I R A N
150
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
deng
an b
erka
s po
rtofo
lio k
elom
pok
II
Con
toh
• :
Mem
buat
co
ntoh
im
plem
enta
si
prin
sip-
prin
sip
pem
bela
jara
n da
lam
pro
ses
pend
idik
an u
m-
umny
a da
n pr
oses
pem
bela
jara
n kh
usus
nya.
Tany
a ja
wab
• : M
embu
ka te
rmin
tany
a ja
wab
bag
i ke
5 ke
lom
pok
lain
nya,
jum
lah
perta
nyaa
n di
sesu
aika
n de
ngan
wak
tu y
ang
ters
edia
.
PENU
TUP
Kesi
mpu
lan
• :
Peng
ajar
be
rsam
a pe
serta
di
dik
men
yim
pulk
an b
elaj
aran
den
gan
cara
mem
buat
ga
ris-g
aris
bea
r/ ha
l-hal
yan
g pe
rlu d
iinga
t da
n m
embu
at u
lasa
n te
rhad
ap p
enam
pila
n ke
lom
pok
1 da
n ke
lom
pok
2.
Um
pan
balik
• : P
enje
lasa
n ul
ang
hal-h
al y
ang
kura
ng
dipa
ham
i ole
h pe
serta
did
ik s
etel
ah m
engi
kuti
dis-
kusi
.
Men
yim
ak d
an m
enca
tat
Kel.
Pend
enga
r sec
ara
berg
iliran
akt
if be
rtany
a di
atur
ole
h m
oder
ator
Men
cata
t hal
-hal
pen
ting
yang
-
mer
upak
an k
esim
pula
n da
ri di
skus
iKe
l. 1
dan
2 m
enca
tat s
aran
-
perb
aika
n.
Sara
n kl
asik
al a
ktif
men
den-
- ga
r-kan
pen
jela
san
ulan
g da
ri pe
ngaj
ar.
Cer
amah
Cer
amah
Lem
bar p
enila
ian
Idem
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi b
erka
s po
rtofo
lio.
OPH
dan
tran
s-pa
rans
i
- 3 5
25 2 -
25 5 5
Ke. V
II
Follo
w U
p•
: U
ntuk
kel
ompo
k pe
nyaj
i (K
1 da
n K2
) m
enye
mpu
rnak
an b
erka
s po
rto f
olio
ber
dasa
rkan
m
asuk
an-m
asuk
an y
ang
dite
rima
dala
m d
isku
si
baik
dar
i pen
gaja
r seb
agai
mod
erat
or m
aupu
n da
ri se
sam
a pe
serta
did
ik k
elom
pok
lain
nya
mem
per-
siap
kan
disk
usi s
elan
jutn
ya.
PEND
AHUL
UAN:
Penj
elas
an•
: inf
orm
asi t
ata
terti
b di
skus
i dan
sis
tem
pe
nila
ian
bagi
kel
ompo
k da
n in
divi
du.
Pent
ingn
ya m
endi
skus
ikan
topi
k 3
tent
ang
kons
ep
dasa
r pe
ngem
bang
an k
urik
ulum
dan
top
ik 4
ten
-ta
ng m
uata
n lo
kal s
ebag
ai in
ovas
i dal
am p
enge
m-
bang
an k
urik
ulum
.
Rel
empa
nsi
• :
Kete
rkai
tan
anta
ra
kons
ep
dasa
r pe
ngem
bang
an k
urik
ulum
den
gan
mua
tan
loka
l se-
baga
i sat
u be
ntuk
inov
asi k
urik
ulum
dal
am ra
ngka
m
enun
jang
keb
erha
sila
n pe
ndid
ikan
.
K.1
dan
K.2
sege
ra m
enye
mpu
r--
naka
n be
rkas
por
tofo
lio.
Kelo
mpo
k la
inny
a m
empe
rsia
p--
kan
disk
usi s
elan
jutn
ya.
Seca
ra k
lasi
kal,
teru
tam
a -
kelo
mpo
k pe
nyaj
i mem
perh
atik
an
kete
rang
an p
enga
jar.
Seca
ra
klas
ikal
ak
tif
men
deng
arka
n da
n m
enyi
mak
ilu
stra
si-il
ustra
si y
ang
dibe
rikan
ole
h Pe
ngaj
ar.
Penu
gasa
n
Penu
gasa
n
Cer
amah
dan
ta
nya
jaw
ab
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Berk
as p
orto
folio
Lem
bar d
isku
siLe
mba
r pen
ilaia
n.
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Idem
5 5 3
- 3 2
5 8 5
L A M P I R A N
151
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Tuju
an•
: Pe
serta
di
dik
akan
da
pat
men
jela
skan
ko
nsep
das
ar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um d
an m
em-
berik
an c
onto
h ko
ngkr
it m
elal
ui s
atua
n pe
laja
ran
kurik
ulum
mua
tan
loka
l seb
agai
impl
ikas
inya
min
i-m
al 8
0% b
enar
.
KEG
IATA
N IN
TI:
Dis
kusi
kel
ompo
k 3
dan
4 m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok
dipe
rsila
kan
men
yajik
an t
opik
pilih
anny
a se
lam
a 20
m
enit
mel
alui
med
ia p
embe
laja
ran
yang
ses
uai,
dila
n-ju
tkan
den
gan
mem
buka
terim
a ta
nya
jaw
ab s
elam
a 30
m
enit.
Seca
ra k
lasi
kal m
enyi
mak
-
tuju
an y
ang
diha
rapk
an s
etel
ah
men
giku
ti ke
giat
an b
elaj
ar.
Seca
ra k
lasi
kal,
teru
tam
a ke
lom
pok
peny
aji m
empe
rhat
ikan
ket
eran
gan
peng
ajar
.
Cer
amah
Penu
gasa
n
Idem
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi,
berk
as
porto
folio
, lem
bar
peni
laia
n di
skus
i.
2-
2
DIS
KO II
I:U
raia
n•
: mem
apar
kan
ini p
rtofo
lio te
ntan
g ko
nsep
da
sar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um b
erda
sark
an to
pic
dan
perm
asal
ahan
ber
kas
porto
folio
kel
ompo
k III
Con
toh
• : b
erda
sark
an fa
kta
yang
terja
di d
ilapa
ngan
, ak
an d
iam
bil c
onto
h be
bera
pa k
urik
ulum
yag
be
rlaku
di b
erba
gai j
enja
ng p
endi
dika
n Ta
nya
jaw
ab:
• m
embu
ka te
rmin
Tan
ya ja
wab
unt
uk
kelim
a ke
lom
pok
pend
enga
nr s
ecar
a be
rgilir
an
jum
lah
perta
nyaa
n di
ses
uaik
an d
enga
n w
aktu
ya
ng te
rsed
ia.
DIS
KO IV
:U
raia
n•
: mem
apar
kan
isi p
orto
folio
tent
ang
mua
tan
loca
l seb
agai
sat
u be
ntuk
inov
asi k
urik
ulum
be
rdas
arka
n to
pic
dan
perm
asal
ahan
nya
dala
m
berk
as p
orto
folio
kel
impo
k IV
Kelo
mpo
k 3
men
yajik
an b
erka
s po
rto-
folio
kel
ompo
k la
in a
ktif
men
deng
ar-
kan,
men
yim
ak &
men
cata
t.
Men
yim
ak d
an m
enca
tat
Mel
alui
mod
erat
or,
seca
ra b
ergi
liran
ke
lom
pok
pend
enga
r akt
if be
rtany
a
kelo
mpo
k 4
men
yajik
an
kerta
s -
porto
folio
Dis
kusi
kel
ompo
k
Dis
kusi
kel
ompo
k
Dis
kusi
kel
ompo
k
Dis
kusi
kel
ompo
k
Idem
Idem
Idem
- - - -
15 15 15 15
15 15 15 15
L A M P I R A N
152
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Con
toh
• : m
emba
has
bebe
rapa
con
toh
satu
an p
ela-
jara
n be
rdas
arka
n ku
rikul
um
mua
tan
loca
l da
n co
ntoh
beb
erap
a ke
ndal
a ya
ngse
ring
diha
dapi
di
lapa
ngan
.
Tany
a ja
wab
• :
mem
buka
ter
min
Tan
ya j
awab
, di
-la
kuka
n se
cara
ber
gilir
an u
ntuk
sem
ua k
elom
pok,
ju
mla
h pe
rtany
aan
di s
esua
ikan
den
gan
wak
tu y
ang
ters
edia
.
kelo
mpo
k la
inny
a ak
ti m
ende
ngar
--
kan,
men
yim
ak d
an m
enca
tat
mel
alui
mod
erat
or,
seca
ra b
ergi
liran
ke
lom
pok
pend
enga
r akt
if be
rtany
a
Idem
Idem
-15
15
Penu
tup:
Kesi
mpu
ilan
• : p
enga
jar m
embe
rikan
pan
dang
an
umum
terh
adap
kel
ompo
k pe
nyaj
i, di
lanj
utka
n de
ngan
men
yim
pulk
an is
i pel
ajar
an b
ersa
ma-
sam
a de
ngan
pes
erta
did
ik
Um
pan
balik
:•
pen
jela
san
ulan
g te
tang
hal
-hal
ya
ng k
urag
dip
aham
i ole
h pe
serta
did
ik s
etel
ah
men
giku
ti di
skus
i
men
cata
t hal
-hal
pen
ting
yang
-
mer
upak
an k
esim
pula
n da
ri di
skus
i K3
dan
K4 m
enca
tat s
aran
pe
rbai
kan
seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
den-
- ga
rkan
pen
jela
san
ulan
g da
ri pe
ngaj
ar
Cer
amah
Tan
ya
Jaw
ab
Cer
amah
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
3 5
2 -
5 5
Ke V
III:
Follo
w u
p•
: sem
ua k
elom
pok
dibe
ri ke
sem
pata
n se
lam
a 1
min
ggu
untu
k m
enye
mpu
rnak
an b
erka
s po
rtofo
lio m
erek
a be
rdas
arka
n na
skah
-nas
kah
yang
did
apat
sel
ama
disk
usi d
an k
orek
si d
ari
peng
ajar
dan
seb
agai
mod
erat
or d
an e
valu
ator
.
PEND
AHUL
UAN:
Penj
elas
an•
: inf
orm
asi t
atte
rtib
disk
usi d
an s
yste
m
peni
laia
n ba
gi k
elom
pok
dan
indi
vidu
. Pen
tingn
ya
men
disk
usik
an to
pic
5 te
ntan
g pe
ntin
gnya
eva
luas
i da
lam
pen
didi
kan
seba
gai s
uatu
sys
tem
dan
topi
k 6
tent
ang
berb
agai
pen
deka
tan
dala
m p
enila
ian.
Rel
evan
si•
: den
gan
men
disk
usik
an to
pic-
topi
k di
atas
pes
erta
did
ik s
ebag
ai c
alon
pen
didi
k pr
o-fe
sion
al a
kan
mam
pu m
enja
di s
eora
ng e
valu
ator
ya
ng b
aik
teru
tam
a da
lam
pen
gam
bila
n ke
putu
san
un
tuk
men
entu
kan
kebe
rhas
ilan
pros
es b
elaj
ar
men
gaja
r.
sem
ua k
elom
pok
men
yem
pur-
- na
kan
tuga
s po
rtofo
lio b
eesr
ta
lam
pira
nnya
(ber
upa
kelip
ing)
seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar-
- ka
n da
n m
enyi
mak
pen
jela
san
peng
ajar
seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
ar-
- ka
n pe
njel
asan
pen
gaja
rse
cara
indi
vidu
al a
ktif
berta
nya
- ja
wab
Penu
gasa
n
Cer
amah
Cer
amah
Tan
ya
Jaw
ab
Berk
as p
orto
folio
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
5 3 3
- - 2
5 3 5
L A M P I R A N
153
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Tuju
an•
: pes
erta
did
ik a
kan
dapa
t men
jela
skan
pe
ntin
gnya
eva
luas
i dal
am p
endi
dika
n se
baga
i su
atu
syst
em m
inim
al 8
0% b
enar
dan
pes
erta
did
ik
akan
dap
at m
embe
daka
n be
rbag
ai p
ende
kata
n da
lam
pen
ilaia
n m
inim
al 9
0% b
enar
.
KEG
IATA
N IN
TI:
Dis
kusi
kel
ompo
k (d
isko
): m
asin
g-m
asin
g ke
lom
pok
peny
aji d
enga
n to
pic
yang
dip
ilihny
a di
pers
ilaka
n m
emap
arka
n ha
sil k
erja
mer
eka
sela
ma
20 m
enit
mel
alui
med
ia p
embe
laja
ran
yang
ses
uai,
dila
njut
kan
deng
an m
embu
ka T
anya
jaw
ab s
elam
a 30
men
it
DISK
O V
: U
raia
n: m
emap
arka
n is
i por
tofo
lio te
ntan
g pe
ntin
gnya
ev
alua
si h
asil
bela
jar d
alam
pen
didi
kan
seba
gai s
uatu
sy
stem
ber
dasa
rkan
topi
c da
n pe
rmas
alah
anny
a da
lam
be
rkas
por
tofo
lio k
elom
pok
seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
den-
- ga
rkan
tuju
an y
ang
diha
rapk
an
diak
hir k
egia
tan
bela
jar.
seca
ra k
lasi
kal,
terit
ama
kel-
- om
pok
peny
aji m
empe
rhat
ikan
ke
tera
ngan
pen
gaja
r.
Kel.
5 m
enya
jikan
ber
kas
- po
rtofo
lioKe
l. La
inny
a ak
tif m
ende
ngar
kan
- m
enyi
mak
dan
men
cata
t
Cer
amah
Penu
gasa
n
Dis
kusi
kel
ompo
k
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
Berk
as p
orto
folio
Lem
bar d
isku
si
Lem
bar p
enila
ian
2 -
- 15
2 15
Con
toh
• : m
embu
at c
onto
h im
plem
enta
si b
erda
sar-
kan
kasu
s ev
aluk
asi y
ang
pern
ah d
iala
mi/t
erja
di
kegi
atan
bel
ajar
seh
ari-h
ari.
Tany
a Ja
wab
• : m
embu
ka te
rmin
Tan
ya ja
wab
un
tuk
sem
ua k
elom
pok
lain
nya,
jum
lah
perta
nyaa
n di
sesu
aika
n de
ngan
wak
tu y
ang
ters
edia
.
DISK
O V
I:U
raia
n: m
emap
arka
n is
i por
tofo
lio te
ntan
g be
rbag
ai
• pe
ndek
atan
dal
am p
enila
ian
dan
akre
dita
si s
ebag
ai
suat
u be
ntuk
eva
luas
i pro
gram
pen
didi
kan
dala
m
berk
as p
orto
folio
kel
ompo
k C
onto
h•
: m
embe
rikan
con
toh
pene
rapa
n be
rbag
ai
pend
ekat
an d
alam
pen
ilaia
n ya
ng s
erin
g di
laku
kan
oleh
gur
u/pe
ngaj
ar d
alam
pro
ses
pem
bela
jara
n kh
usus
nya
yang
ber
kaita
n de
ngan
eva
luas
i pr
o-gr
am.
Seca
ra b
ergi
liran
kel
ompo
k -
pend
enga
r ber
tany
a, d
iatu
r ole
h m
oder
ator
.
Kel.
6 m
enya
jikan
ber
kas
- po
rtofo
lioKe
l. La
inny
a ak
tif m
ende
ngar
kan
- m
enyi
mak
dan
men
cata
t.
Cat
at
Idem
OH
P &
trans
par-
ansi
Berk
as p
orto
folio
Lem
bar d
isku
si
Lem
bar p
enila
ian
- -
25 15
25 15
L A M P I R A N
154
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Tany
a ja
wab
• : M
embu
ka te
rmin
tany
a ja
wab
unt
uk
sem
ua k
elom
pok
lain
sec
ara
berg
iliran
, jum
lah
per-
tany
aan
dise
suai
kan
deng
an w
aktu
yan
g te
rsed
ia.
PENU
TUP:
Kesi
mpu
lan
• :
peng
ajar
seb
agai
seo
rang
eva
luat
or
mem
ber
pand
anga
n um
um. K
emud
ian
dila
njut
kan
deng
an m
embu
at k
esim
pula
n be
rsam
a pe
serta
di
dik
tent
ang
hal-h
al p
okok
yan
g pe
rlu d
ipah
ami
dan
inga
t.
Um
pan
balik
• : P
enje
lasa
n ul
ang
hal-h
al y
ang
kura
ng
dipa
ham
i ole
h pe
serta
did
ik s
etel
ah m
engi
kui d
is-
kusi
.
Follo
w U
p•
: Bag
i kel
ompo
k pe
nyaj
i yai
tu K
el. 5
dan
Ke
l. 6
men
yem
purn
akan
ber
kas
porto
folio
mer
eka
berd
asar
kan
mas
ukan
-mas
ukan
dal
am d
isku
si.
Seca
ra b
ergi
liran
kel
ompo
k pe
nden
gar
berta
nya,
dia
tur o
leh
mod
erat
or.
Men
cata
t hal
-hal
pen
ting
yang
mer
upa-
kan
kesi
mpu
lan
dari
disk
usi.
K. 5
dan
K. 6
men
cata
t sar
an
perb
aika
n se
cara
kla
sika
l akt
if m
ende
ngar
kan
penj
elas
an u
lang
dar
i pe
ngaj
ar.
K.5
& K.
6. S
eger
a m
enye
mpu
rnak
an
berk
as p
orto
folio
; K. 1
s/d
K. 4
mel
an-
jutk
an tu
gas
peny
empu
rnaa
n sa
mpa
i ba
yas
wak
tu p
engu
mpu
lan
tuga
s
Cer
amah
tany
a ja
wab
Cer
amah
Penu
gasa
n
Idem
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
Be
rkas
por
tofo
lio
Lam
pu d
isku
siLe
mba
r pen
ilaia
n
- 3 5 5
25 2 - -
25 5 5 5
Ke IX
PEND
AHUL
UAN:
Penj
elas
an•
: Pe
ntin
gnya
pe
nget
ahua
n te
ntan
g ha
kika
t be
laja
r da
n ha
kika
t pr
oses
pem
bela
jara
n ko
nsep
das
ar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um d
an im
p-lik
asin
ya, s
erta
eva
luas
i has
il be
laja
r dan
eva
luas
i pr
ogra
m b
agi p
eser
ta d
idik
seb
agai
cal
on p
endi
dik
prof
esio
nal d
mas
a da
tang
.
Rel
evan
si•
: Man
faat
mem
pela
jari
haki
kat b
elaj
ar d
an
haki
kat
pros
es p
embe
laja
ran
mel
alui
pen
ugas
an
porto
folio
(ya
ng t
elah
dila
ksan
akan
) ba
gi p
eser
ta
didi
k se
suai
den
gan
cara
men
gakt
ifkan
pes
erta
di
dik
dala
m b
elaj
ar (s
tude
nt a
ctiv
e le
arni
ng).
Tuju
an•
: se
tela
h m
endi
skus
ikan
top
ic-to
pik
dala
m
berk
as p
orto
folio
dih
arap
kan
pese
rta d
idik
aka
n da
-pa
t men
jela
skan
den
gan
kata
-kat
a se
ndiri
hak
ikat
be
laja
r dan
pro
ses
pem
bela
jara
n se
rta a
kan
mem
-be
daka
n ev
alua
si b
elaj
ar d
an e
valu
asi
prog
ram
m
inim
al 8
0% b
enar
.
Seca
ra k
alsi
kal a
ktif
men
deng
arka
n pe
njel
asan
dar
i pen
gaja
r
Seca
ra k
lasi
kal a
ktif
men
deng
arka
n da
n m
enyi
mak
ilus
trasi
-ilus
trasi
yan
g di
berik
an o
leh
peng
ajar
Seca
ra k
lasi
kal m
enyi
mak
tuju
an y
ang
diha
rapk
an s
etel
ah m
engi
kuti
pegi
atan
be
laja
r
Cer
amah
Cer
amah
Tan
ya
jaw
ab
Cer
amah
OH
P &
Tran
s-pa
ran
OH
P &
Tran
s-pa
ran
OH
P &
Tran
s-pa
ran
5 5 5
- 5 -
5 10 5
L A M P I R A N
155
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
KEG
IATA
N IN
TI:
Ura
ian:
mw
emba
has
seca
ra u
mum
topi
c-to
pik
yang
•
tela
h di
sajik
an d
alam
dis
kusi
kel
ompo
k se
kalig
us
kesi
mpu
lan
dari
isi
pela
jara
n se
suai
pen
gkaj
ian
dala
m b
erka
s po
rtofo
lio k
elom
pok
tent
ang:
Hak
ikat
bel
ajar
1.
Hak
ikat
pro
ses
pem
bela
jara
n 2.
Ko
nsep
das
ar p
enge
mba
ngan
kur
ikul
um3.
M
uata
n lo
cal s
ebag
ai s
uata
u be
ntuk
inov
asi
4.
kurik
ulum
Eval
uasi
has
il be
laja
r5.
Ev
alua
si p
rogr
am6.
Latih
an•
: Se
cara
aca
k pe
serta
did
ik d
imin
ta u
ntuk
m
emec
ahka
n be
bera
pa k
asus
yan
g se
ring
terja
di
dan
dija
wab
sec
ara
lasa
n.
Con
toh
• :
Pese
rta d
idik
dim
inta
unt
uk m
embe
rikan
co
ntoh
impl
ikas
i dar
i ura
ian
isi p
elaj
aran
, ter
utam
a co
ntoh
dar
i apa
yan
g pe
rnah
dia
lam
i/ter
jadi
dal
am
kegi
atan
bel
ajar
.
Bers
ama
peng
ajar
mem
buat
kes
impu
-la
n da
ri se
luru
h is
i pel
ajar
an d
an to
pic-
topi
k da
lam
ber
kas
porto
folio
.
Berla
tih
mem
ecah
kan
kasu
s da
lam
ke
giat
an b
elaj
ar.
Dis
kusi
par
ipur
na
Dis
kusi
par
i pur
na
OH
P da
n Tr
ans-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Berk
as p
orto
folio
da
ri ke
6 k
elom
-po
k.
20 - 5
10 10 10
30 10 15
Ke X
Tes
II (A
KHIR
)
PENU
TUP
Form
atif
tes
• :
beru
pa t
anya
jaw
ab s
ecar
a lis
an
anta
ra p
enga
jar-p
eser
ta d
idik
ten
tang
inti
dari
isi
pela
jara
n ya
ng t
elah
dis
ampa
ikan
ole
h pe
ngaj
ar
dan
disa
jikan
dal
am b
erka
s po
rtofo
lio.
Um
pan
balik
• : p
enje
lasa
n ke
mba
li ha
l-hal
yan
g be
-lu
m d
ipah
ami p
eser
ta d
idik
.
Follo
w U
p•
: men
yara
nkan
aga
r pes
erta
did
ik d
apat
m
elak
ukan
ke
giat
an
bela
jar
mel
alui
pe
nuga
san
porto
folio
pad
a m
ata
kulia
h ya
ng la
in d
an m
engi
n-fo
rmas
ikan
tent
ang
pers
iapa
n.
PEND
AHUL
UAN
:Pe
njel
asan
• :
info
rmas
i te
ntan
g ta
ta
cara
pe
lak-
sana
an te
rakh
ir ( p
ost t
est)
yang
ber
hubu
ngan
den
-ga
n to
pic-
topi
k ya
ng t
elah
dib
ahas
ole
h pe
ngaj
ar
dan
dala
m d
isku
si.
Men
jaw
ab
perta
nyaa
n-pe
rtany
aan
yang
dib
erik
an o
leh
peng
ajar
.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n ul
ang
dari
peng
ajar
.
Men
deng
arka
n da
n m
enca
mka
n sa
ran
peng
ajar
se
rta
mem
pers
iapk
an
diri
men
giku
ti te
s.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar.
Tany
a ja
wab
Cer
amah
Penu
gasa
n
Cer
amah
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
OH
P &
trans
par-
ansi
5 5 3 5
5 - 2 -
10 5 5 5
L A M P I R A N
156
PERT
EMUA
NUR
UTAN
KEG
IATA
N IN
STRU
KSIO
NAL
KEG
IATA
N BE
LAJA
R Pe
serta
did
ikM
ETO
DEM
EDIA
WAK
TU
DSH
MM
SJM
L
12
34
56
78
Rel
evan
si•
: ta
npa
men
gada
kan
perb
andi
ngan
an
tara
has
il te
s ak
hir d
an te
s aw
al s
ulit
bai p
eser
ta
didi
k un
tuk
men
ilai k
emaj
uan.
Tuju
an•
: Unt
uk m
elih
at p
erub
ahan
yan
g te
rjadi
pad
a di
ri pe
serta
did
ik s
ecar
a in
divi
du s
etel
ah m
enga
lam
i pr
oses
pem
bela
jara
n, te
ruta
ma
yang
ber
hubu
ngan
de
ngan
upa
ya b
elaj
ar m
andi
ri m
elal
ui p
rogr
am p
or-
tofo
lio.
KEG
IATA
N IN
TI:
Ura
ian
• :
Penj
elas
an c
ara
men
jaw
a so
al d
an in
for-
mas
i bob
ot s
oal.
Con
toh
• : m
enco
ntoh
kan
sala
h sa
tu n
omor
soa
l.
Pela
ksan
aan
Tes
• : s
elam
a +
60 m
enit.
Seca
ra
klas
ikal
m
enyi
mak
ilu
stra
si
yang
dis
ampa
ikan
pen
gaja
r.
Seca
ra k
lasi
kal m
ende
ngar
kan
tuju
an
diad
akan
nya
tes
akhi
r ke
giat
an b
ela-
jar.
Seca
ra k
lasi
kal
men
deng
arka
n pe
n-je
lasa
n pe
ngaj
ar d
an a
pabi
la a
da h
al
yang
bel
um je
las
dita
nyak
an la
ngsu
ng
pada
pen
gaja
r.
Cer
amah
Tan
ya
jaw
ab
Cer
amah
Ta
nya
jaw
ab
Cer
amah
Ta
nya
jaw
ab
Tuga
s
OH
P da
n Tr
ans-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
Lem
bar s
oal
Lem
bar j
awab
an
5 5 5 -
5 2 - 60
10 7 5 60
PENU
TUP:
Has
il Te
s•
: di
kum
pulk
an s
erem
pak
sete
lah
wak
tu
pela
ksan
aan
tes
bera
khir.
Um
pan
balik
• : p
eser
ta d
idik
dip
ersi
laka
n m
eng-
emu-
kaka
n ke
san-
kesa
n se
lam
a m
engi
kuti
perk
ulia
han
teru
tam
a te
rhad
ap
tekn
ik
pem
bela
jara
n m
elal
ui
penu
gasa
n po
rtofo
lio.
Follo
w u
p•
: men
yara
nkan
pad
a pe
serta
did
ik u
ntuk
m
elak
sana
kan
kegi
atan
bel
ajar
sej
enis
pad
a m
ata
kulia
h ya
ng la
in.
Men
yera
hkan
has
il te
s
Tany
a ja
wab
kes
an t
erha
dap
met
ode
dan
med
ia y
ang
diaj
ukan
sel
ama
pros
-es
pem
bela
jara
n.
Mel
akuk
an
kegi
atan
be
laja
r se
jeni
s pa
da m
ata
kulia
h se
jeni
s.
Tuga
s
Tany
a ja
wab
Tuga
s in
divi
du.
Idem
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
OH
P da
n tra
ns-
para
nsi
- 2 5
5 3 -
5 5 5
FASE
RES
ES(T
UGAS
TER
STRU
KTUR
DAN
BEL
AJAR
MAN
DIRI
)
1.
Sem
ua k
elom
pok
(I s/
d VI
) di
beri
kese
mpa
tan
sela
ma
2 m
ingg
u un
tuk
men
yusu
n be
rkas
pen
gkaj
ian
porto
folio
leng
kap
deng
an la
mpi
ran
beru
pa k
lipin
g su
mbe
r ruj
ukan
yan
g di
guna
kan.
2.
Fase
ini d
ilaks
anak
an d
iluar
jam
per
tem
uan
per
kulia
han
tata
p m
uka,
teta
pi p
enga
jar t
etap
men
gada
kan
mon
itorin
g da
n m
enga
daka
n ko
nsul
tasi
tuga
s be
rdas
arka
n ke
butu
han
pese
rta d
idik
.3.
Se
tiap
kelo
mpo
k ya
ng m
enda
pat g
iliran
dis
kusi
har
us m
enye
rahk
an b
erka
s po
rtofo
lio le
ngka
p se
min
ggu
sebe
lum
jadw
al p
enya
jian
disk
usi k
elom
pokn
ya.
157
Bab 1 classroom learning = belajar di sekolah dalam hal ini belajar didalam ruang
kelas experiental learning = belajar melalui pengalaman information assimilation = perpaduan antar informasi input = masukan outcome = hasil atau keluaranportofolio = merupakan berkas pengkajian suatu permasalahan
ataupun topik tertentu yang harus dikaji secara mendalam dan menyeluruh
Student Active Learning = pendekatan cara mengaktifk an peserta didik dalam belajar
Cognitivistik = suatu paham dari teori belajar cognitivistik yang pada inti pembahasannya menyatakan bahwa yang penting dalam belajar adalah prosesnya dan bukan hanya pada hasilnya.
Klipping = kumpulan dari suatu hasil kerja prior learning = hasil belajar terdahulu PPKHB = Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar Documentation portfolio = dikenal juga dengan istilah working portfolio, meliputi
koleksi pekerjaan selama kurun waktu tertentuProcess portfolio = meliputi dokumentasi dari seluruh segi dari tahapan
proses belajar. Showcase Portfolio = meliputi dokumentasi yang berisi tentang penguasaan
peserta didik terhadap hasil belajar
BAB 2Instruction = pembelajaran SKS = Sistem Kredit Semester
G l o s a r i u m
G LO S A R I U M
158
Kuliah terstruktur = sub komponen dalam sistem kredit semester, dapat berupa tugas yang diberikan sebagai penunjang materi yang di berikan secara tatap muka.
belajar mandiri = sub komponen dalam system kredit semester, dimana peserta didik belajar diluar waktu yang terjadwal/ tatap muka yang dilaksanakan peserta didik atas inisiatif sendiri
Kumulatif = kumpulan dari suatu kegiatan atau proses belajar
BAB 3Model = modulus atau modul yang berarti contoh atau
sesuatu yang ditiru dapat berupa bentuk, pola atau rancangan.
advance organizer = pengorganisasian belajar, berupa pengaturan diawal proses pembelajaran
discovery learning = suatu paham belajar dimana peserta menemukan sendiri pengetahuannya
retensi = ingatan, kemampuan untuk mengingat kembali internal motivation = dorongan bertingkah laku yang pemicunya berasal dari
dalam diri external motivation = dorongan bertingkah laku yang pemicunya berasal dari
luar diri learning by doing = belajar dengan melakukan transfer of training = pemindahan dalam belajar, pengetahuan yang di-
peroleh dapat digunakan/dipakai atau bermanfaat dalam berbagai situasi nyata kehidupan peserta di-dik.
Repetition = pengulanganblueprint = cetak biru learning event = peristiwa belajar
G L O S A R I U M
159
BAB 4 student centered = pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak inquiry and discovery learning = belajar mencari dan menemukan expository learning = belajar melalui penjelasan, salah satunya seperti dalam
metode ceramah immediate feedback = pemberian umpan balik sesegera mungkin
BAB 5Learning by doing = belajar dengan melakukan Entri Behavior Line = garis batas antara kemampuan yang sudah dan belum
dikuasai oleh peserta didik Audience = sasaran didik Behavior = tingkah laku Condition = kondisiPre test = tes awalPost test = tes akhirDiscriminating power = daya pembeda Diffi culty index = taraf kesukaran Fase reses = salah satu fase dalam penugasan portofolio, di mana
peserta didik melakukan tugas terstruktur dan man-diri di luar kegiatan terjadwal/ tatap muka.
BAB 6Monitoring = kegiatan mengawasiEarly childhood education = pendidikan anak usia dini Scoring = penskoran nilai Observer = pengamat, orang yang melakukan pengamatan
G LO S A R I U M
160
BAB 7Kualifi kasi akademik = tingkat pendidikan yang telah dimiliki oleh se se-
orangProfesional = keahlian seseorang yang meliputi Skill, Knowledge,
danAttitudePengalaman kerja = hasil usaha atau jerih payah yang telah dimiliki oleh
seseorang setelah mereka melakukan suatu kegiatan dalam hal ini adalah pengalaman mengajar guru
Asosiasi profesi = wadah berkumpulnya orang-orang dalam profesi yang sejenis.
Evidence = buktiSubject-matter knowledge = materi bidang studi Akreditasi = kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kela-
yakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jen-jang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka
NCATE = National Council For Accreditation Of Teacher Edu-cation
BSNP = Badan Standar Nasional Pendidikan
161
I n d e k s
A
advance organizer 28, 39, 52, 158akreditasi 10, 98, 99, 100, 101, 102, 105,
153asosiasi profesi 95Audience 59, 139, 159,
B
Behavior 58, 59, 159, 159belajar mandiri 19, 20, 22, 23, 32, 36, 119,
130, 131, 133, 142, 156, 158blue print 40, 52BSNP 18, 109, 111, 112, 113, 114, 160,
164
C
classroom learning 4, 157cognitivistik 6, 21, 35, 157Condition 59, 159, 164
D
diffi culty index 60discovery learning 27, 50, 158, 159 discriminating power 60Documentation Portfolio 9
E
early childhood education 67Entri Behavior Line 58, 159
evidence 97experiental learning 4, 157expository learning 44, 159external motivation 158
F
Fase reses 71, 81, 84, 159
I
immediate feedback 46, 159information assimilation 4, 157input 4, 157inquiry and discovery learning 44, 159instruction 18internal motivation 158
K
klipping 6, 7, 12, 31, 35, 36, 40, 69, 70, 71, 72, 81, 83, 84, 85
kualifi kasi akademik 90, 91, 92, 94, 99, 109, 110, 113, 114, 115, 123, 129, 131, 132
kuliah terstruktur 20, 22, 23, 38, 40kumulatif 23
L
learning by doing 52, 158learning event 42, 158
I N D E K S
162
M
model 8, 10, 11, 16, 20, 22, 26, 27, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 50, 51, 52, 53, 55, 62, 63, 98, 105, 125, 145, 169
monitoring 32, 36, 61, 66, 69, 79, 80, 81, 85, 86, 140, 156
N
NCATE 101, 105, 160, 162
O
Observer 159, 162outcome 4, 157
P
pengalaman kerja 3, 7, 92, 93, 96, 134post test 60, 137, 155PPKHB 3, 7, 90, 91, 92, 93, 96, 157, 164pre test 60, 136, 143prior learning 3, 10, 157Process Portfolio 9
profesional 11, 67, 90, 91, 99, 100, 101, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 114, 116, 118, 119, 120, 122, 133, 152, 154, 169
R
repetition 39, 42, 51retensi 30, 29, 51, 158
S
Scoring 76, 159, Showcase Portfolio 9, 157, SKS 11, 16, 67, 96, 136, 142, 157, 165Student Active Learning 79, 157, 162student centered 43, 159subject-matter knowledge 98
T
transfer of training 39, 42, 158
163
Daftar PustakaAusubel, David. “Advance Organizer: Improving the Eff ectiveness of lectures and other
presentations” dalam Model of Teaching, ed. Bruce Joyce dan Marsha Weil. New Delhi: Prentice hall of India Private Limited. 1985.
Amirin, F. R dan Tatang, M. Pokok-pokok Teori Sistem. Jakarta: CV. Rajawali. 1986.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit; Bina Aksara, 1987.
Aschbacher, P.R. Issues in Innovative Assessment for Classroom Practice: Barriers and Facilitators. California, Center for Research on Evaluation, Standards, and Student Testing (CRESST), 1993.
Borg, Walter. R dan Gall, Meredith. D. Educational Reseacrh: an Introduction. 4th ed. New York: Longman Inc. 1983.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.
Davies, Ivor K. Instructional Technique. Ney York: McGraw Hill Book, Co. 1981.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Teknologi Instruksional: Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Buku III C. Jakarta: Dirjen Dikti, 1983.
__________________________________. Pedoman Penyelenggaraan Proses Pendidikan Tinggi Atas Dasar Sistem Kredit. Jakarta: Dirjen Dikti, 1983.
___________________________________. Kurikulum Pendidikan Tenaga Kependidikan Sekolah Menengah Program S1. Buku IIA Mata Kuliah Dasar Kependidikan. Jakarta: Dirjen Dikti, 1991 – 1992.
D A F T A R P U S T A K A
164
Departemen Pendidikan Nasional. Rambu-rambu Penyelenggaraan PPKHB. Jakarta: Dit. Profesi Pendidik.
Departemen Pendidikan Nasional. Standar Isi Pendidikan Tinggi. Jakarta: BSNP, 2009.
Dick, Walter dan Reisser, Rober. A. Planning Eff ective Instruction. USA: Allyn dan Bacon. 1989.
____________ & Carey, Low. Th e Systematic Design of Instruction USA: Harper Collin Publisher, 1990.
Djajadisastra, Yusuf. Metode-metode mengajar. Bandung: Angkasa, 1982.
Djanegara, Asikin S. Experimental Learning. Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta: IKIP Jakarta, 1992.
Eff endi, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi dan Praktek Bandung: Remaja Karya, 1985.
Gafur, Abdul. Desain Instructional. Solo: Tiga Serangkai, 1989.
Gagne, Robert. M. dan Brigs, Leslie. J. Principle of Instruction. Design. New York : Holt, Rinehart and Winston, 1985.
Gagne, Robert. M. Th e Condition of Learning and Th eory of Instruction. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1985.
Gagne, R.M. and Driscoll, M.P. Essential of Learning for Instruction. Englewood Cliff s, Ney York: Prentice Hall, 1988.
Gearhart, M., Herman, J. L., Baker, E., dan Whitaker, A. K. Writing Portfolio at the Elementary Level: A Study of Methods for Writing Assesment (Tech. Rep. No. 337). Los Angeles: University of California, Center for Research on Evaluation, Standard, and Student Testing, 1992.
Whose Work is it ? A Question for the Validity of large-Scale Portfolios Assessment (Tech. Rep. No. 363). Los Angeles: University of California, Center for Research on
D A F T A R P U S T A K A
165
Evaluations, Standards, ans Studeny Testing ; Center for the Study of Evaluation, 1993.
Herman, Joan., Gearhart, Mryl., and Aschbacher, Pamela. R. Portfolios for Classroom Assessment: Design and Implementation Issues. Los Angeles: University of California: CRESST, UCLA Graduated School of Education and Information Studies, 1995.
Kemp. Jerrold E. Instructional Design. A Plan for Instructional and Course Development (2nd. edition). Belmont California: Fearson-Pitman Publ. Inc. 1977.
Knirk, Frederik dan Gustafson, Kent. L. Instructional Technology: A systematic Approach to Education. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1971.
Koretz, D. Th e Vermont Portfolio Assessment Program: Interim Report on Implementation and Impact, 1991 – 1002 School Year (Tech. Rep. No. 350). Los Angeles: University of California, Center for the Study of Evaluation, 1992.
……………, McCaff rey, D. , Klein, S., Bell, R., and Stecher, B. Th e Reliability of Scores from the 1992 Vermont Portfolio Assessment Program (CSE Tech. Rep. No. 355) Research on Evaluation, Standards, and Student Testing, 1993.
Linn, Robert. L. (in press). Cross State Comparability of Judgement of Student Writing: Result From the New Standards Project (Tech. Rep. no. 335). Los Angeles: University of California, Center of Research on Evaluation Standards and Student Testing (CRESST), 1993.
Lubis, Muhsin. Pelaksanaan Sistem Kredit Semester ( SKS). Makalah (tidak diterbitkan). Bahan penataran diklat pra jabatan calon PNS. Jakarta: IKIP Jakarta, 1991.
Miarso, Yusufh adi. Teknologi Pendidikan (monograf) Jakarta: PAU, Dirjen Diti, Depdikbud, 1999.
------------------------, dkk. Defi nisi Teknologi Pendidikan. Satuan Tugas Defi ni dan Terminalogi AECT. Jakarta: PAUT-UT dengan C.V. Rajawali, 1986.
Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
D A F T A R P U S T A K A
166
Prawiradilaga Dewi. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Permendiknas No. 58 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Program Sarjana (S1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan. Jakarta: Depdiknas, 2008.
Reigeluth, Charles. M. Instructional Design Th eories and Model: an Overview of Th eir Current Status. New Jersey: Hillsdale, 1987.
--------------------------, Instructional Th eories in Action. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. 1987.
Richey, Rita. Th e Th eoretical and Conceptual Bases of Instructional Design. New York: Nichols Publ, 1983.
Romiszwowski, A.J. Producing Instructional System. New York: Kogan Page, 1984.Rustiyah N. K. dan Suharto, Yumiati. Strategi Belajar- Mengajar. Jakarta: Bina Aksara,
1985.
Reisser, R.A & Nicholson, G.L. Educational Psychology. Principles in Practice. Boston: Little Brown, 1984.
Seels, Barbara B dan Rita C. Richey. Instructional Technology: Th e Defi nition and Domains of the Field. (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo dan Yusufh adi Miarso) Jakarta: Percetakan UNJ, 1994.
Siregar, Eveline dan Hartini Nora. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Soekamto, Toeti. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instructional. Jakarta: Intermedia, 1993.
Sri Pudjiastuti. Penerapan Metode Tugas Resitasi pada Mata Kuliah Pendidikan Kewiraan: Suatu Eksperimen di IKIP Jakarta. Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana IKIP
D A F T A R P U S T A K A
167
Jakarta, 1991.
Susilowati, Endang, S. M. Pengembangan Program PLS untuk Meningkatkan Pengetahuan Lingkungan: Studi Kasus di Masyarakat bantaran Kaligarang Semarang. Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana IKIP Jakarta, 1995.
Sudjana, Nana. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1989.
Suharsono, Naswan. Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Penerapan dibidang Akuntansi. Disertasi (tidak diterbitkan). Malang: FPS IKIP, 1991.
Sujiono, Yuliani Nurani. Pengembangan Metode Penugasan Portofolio pada Mata Kuliah Pengambangan Kognitif Anak Usia Dini di UNJ (Penelitian). Jakarta: FIP, 2009.
Suparman M, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004.
Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget, Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Suriasumantri, Jujun. S. Ilmu dalam Perspektif, Moral, Sosial dan Politik. Jakarta: Gramedia, 1986.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2003.
Undang-undang RI No. 14 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas, 2005.
Winkel, S.W. Psikologi Pengajaran Jakarta: Gramedia, 1991.
Winter, Richard. Learning from Experience: Principles and Practice in Action-Research. Philadelphia: Th e Falmer Press, 1989.
Yuliani Nurani, Pengembangan Model Pembelajaran Penugasan Portofolio Pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran di IKIP Jakarta (Tesis). Jakarta: PPS IKIP Jakarta, 1996.
169
Tentang PenulisYuliani Nurani Sujiono, lahir di Palembang, 16 Juli 1966. Me-ngabdi sebagai dosen tetap di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sejak tahun 1990. Pada Periode 2007-2011 diamanahi tugas sebagai Pembantu Dekan bidang akademik di Fakultas Ilmu Pendidikan. Gelar sarjana (S1) diperolehnya pada bidang Psikologi Pendidikan pada tahun 1989, magister pendidikan (S2) pada bidang Teknologi Pendidikan pada tahun 1996, dan Doktor (S3) bidang Ilmu Pendidikan diperoleh pada tahun 2008 pada bidang Pendidikan Anak Usia Dini di Program Pascasarjana UNJ.
Selain sebagai dosen, beliau juga menjadi instruktur berbagai pelatihan peningkatan kemampuan profesional (PKP) bagi guru dan dosen, seperti pengembangan kurikulum dan silabus, model, desain dan strategi pembelajaran inovatif, pengembangan bahan ajar, teaching skill dan paket pengembangan pembelajaran lainnya pada berbagai instansi pemerintah dan swasta
Pernah menjadi Konsultan pada Direktorat Manajemen TK-SD Departemen Pendidikan Nasional, Konsultan Desain Pembelajaran pada Yayasan Pembina Universitas Terbuka.
Sampai saat ini telah menulis buku dan atau modul Universitas Terbuka, anta-ra lain berjudul Strategi Pembelajaran, Kemampuan Dasar Mengajar, Metode Pengem-bangan Kognitif di Taman Kanak-kanak dan bahan ajar tertulis lainnya yang pernah dikembangkan atas kerjasama dengan beberapa Direktorat Manajemen TK-SD, Direk-torat PAUD dan Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan-Pendidikan Non For-mal (PTK-PNF) pada Departemen Pendidikan Nasional.
Selain itu juga menulis buku yang berjudul Seri Mengembangkan Potensi Bawaan: Persiapan dan Saat Kehamilan, Menu Pembelajaran Anak Usia Dini lahir-8 tahun, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, dan pada tahun 2008 mendapat hibah buku ajar dari DIKTI yang berjudul Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Terakhir bersama suami berhasil mengembangkan DVD “Mengembangkan Berbagai Potensi Kecerdasan Anak melalui Metode OED” yang merupakan hasil pengamatan terhadap perkembangan putera ketiga sejak lahir sampai usia 3 tahun; Buku Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak serta Seperangkat buku Gelaran Sentra Bermain.
170
T E N T A N G P E N U L I S
Menikah dengan Bambang Sujiono dan telah dikaruniai tiga putera puteri, yaitu Bamby Yudia D’Armani saat ini telah menjadi mahasiswa pada Program Studi Arsitektur di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Banni Yulia M’Azzuri bersekolah di SMA Negeri 1 Bekasi dan Bannu Yusaff a N’Attaillah mengikuti pendidikan di SDIT Almanar Bekasi.