Post on 03-Mar-2019
A. Latar Belakang
1. Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan
2. Perubahan dari UU No 25/74 – UU No 22/99
3. PP Nomor 25/2000
4. Aset Daerah merupakan salah satu faktor diterminan dalam penyelenggaraan
otonomi Daerah perlu dikelola dan dikendalikan secara efektif, efisien,
ekonomis, transfaran dan akuntabel
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sistem pengelolaan barang daerah Propinsi Jawa Barat telah
dilaksanakan secara efektif sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku ?
2. Faktor-faktor apakah yang menentukan keberhasilan pengelolaan barang
Daerah ?
3. Bagaimana upaya untuk mendayagunakan Gudang Induk agar dapat berfungsi
secara efektif dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan barang
daerah ?
C. Maksud dan Tujuan
1. Memperoleh gambaran tentang sistem pengelolaan barang yang efektif
2. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor apa yang menentukan keberhasilan dalam
pengelolaan barang daerah
3. Memperoleh gambaran tentang upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mendayagunakan gudang
induk agar berfungsi efektif dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan barang daerah
D. Tinjauan Teoritis dan Normatif Pengelolaan Barang Daerah
Tinjauan Teoritis
“Logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,
suku cadang dan barang jadi dari suplair, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para
pelanggan “ (Bowersox, 2000:13)
“Pengelolaan (Manajemen Logistik) secara fundamental dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen sebagaimana gambar berikut :
Siklus Logistik
• Perencanaan
• Peghapusan Penganggaran
• Pengendalian
• Pemeliharaan Pengadaan
Penyimpanan & Penyaluran
Siklus Logistis (Subagja)
Tinjauan Normatif
Pengelolaan & Pengendalian barang pemerintah didasarkan pada :
-Keppres No 17 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN
-Keppres No 18 tahun 2000 yang telah disempurnakan dengan Keppres No 80 tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
-Peraturan-peraturan lainnya
Secara umum pengelolaan barang Pemerintah meliputi kegaitan-kegiatan
-Pengadaan barang
-Pergudangan
-Pendistribusian
-Pemeliharaan
-Penataan Adm.yang meliputi aspek – aspek :
* Klasifikasi / Penggolongan barang
* Kodefikasi / Pengkodean barang
- Kode Lokasi
- Kode Register
- Kode Jenis Satuan Barang Inventaris
* Penghapusan Barang
* Pelaporan Inventaris
Ketentuan umum Pengelolaan Barang Daerah Propinsi Jawa Barat
diatur melalui :
- Perda Propinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Barang Daerah
- Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2002 yang isinya berkisar pada :
Perencanaan Kebutuhan Barang
Unit KerjaBiro
Perlengkapan RAPBD
RKBU RDKBD
Menerima
Meneliti
Menghimpun
Menyusun RDKB -RDKPBD
RDKPBDRKPBU
APBDUnit
Kerja
Biro
Perlengkapan- Menerima
- Meneliti
- Menghimpun
- Menyusun
DKBD
DKPBD Kepala
Daerah
DKBD
DKPBD
SK – DKBD
SK - DKPBD
RTBU
RTPBU
DKBD
DKPB
Sebagai pedoman :
-Kebutuhan barang
-Pengendalian
-Pengawasan
Pengadaan Barang
Panitia
Pengadaan/
Pekerjaan
Rekanan
- P 3 U
- P 3 SD
Anggaran Pemb:
SPK dan SP di
Tandatangai
Pimpro
Anggaran Rutin :
SPK dan SP
ditandatangai Ka Unit/Ka
Biro
Hasil Pengadaan BarangKa UnitGubernur/
Biro
Perlengkapan
Panitia Pemeriksa
Bendaraha
Barang
Barang
DHPBD
DHPBUDaftar
Penyimpanan Barang
Hasil
Pengadaan
barang
Panitia Pemeriksa
Barang Daerah
Bendaharawan
Barang
Barang tdk bergerak - Kuantitas Penerima Barang Adm
- Kualitas tanggung jawab
- Berita Acara hasil laporan melalui
Pemeriksaan Barang atasan
Barang
bergerak
Gubernur cq
Biro
Perlengkapan
Kepala Unit
Pemeriksa
Instansi Teknis
Berita Acara Hasil - Tanggung Jawab
Pemeriksaan - Tertib Administrasi
Penyaluran/Pendistribusian Barang
Pejabat Bendaharawan
Barang
SPPB
BARANG
(Berita Acara Serah terima )
Penghapusan Barang
Penghapusan Barang didasarkan pada ketentuan dan peraturan yang berlaku dan
masing-masing berbeda tergantung kepada jenis dan jumlah yang akan dihapus.
E. Metode Penelitian
- Desain Penelitian Deskriptif, Kualitatif
- Sumber Data Pejabat Daerah, Dokumen-dokumen barang daerah
- Teknik Pengumpulan Data Wawancara, Dokumentasi dan Quesioner
- Teknik Analisa Data Menurut tugas dan fungsi unit kerja pengelola barang daerah yg
terbagi atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
F. Pembahasan/Pengkajian
1. Aset Daerah Propinsi Jawa Barat (tabel 1)
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa bangunan pengairan dan tanah masing-masing
sebesar 46,67% dan33,23% dari total nilai Aset Daerah.
2. Pengelolaan Barang Rutin
tabel 2
* Pengadaan Barang rutin tersebut dipergunakan untuk 4 kelompok unit kerja
untuk 4 Kelompok Unit Kerja
- Setda /Dewan = 23,85%
- Badan = 12.15%
- Kantor = 3.05%
- Dinas = 60.95%
Unit kerja terbesar pengguna barang dan masing-masing kelompok adalah
- Setda = 73,72%
- Badan Pengawas Daerah = 24,32%
- Kantor Kas Daerah = 28,62%
- Dinas Pendidikan = 33,52%
Implementasi Pengendalian Barang Daerah
a) Aspek Normatif/Peraturan
- Pengelolaan mengacu pada perda Nomor 4 tahun 2001 dan Keputusan Gubernur Nomor
19/2002
- Standarisasi barang Keputusan Gubernur Nomor 020/Kep. 88 PLK/2002 yang telah
disempurnakan dengan Kepu.Gub 020/Kep.1229 PLK/2002/tgl 14-9-2002
- Penyusunan Standarisasi barang masih mengacu pada Kepmendagri No 26 th 1996 tentang
Standarisasi Ruangan kantor, alat perlengkapan rumah Dinas dan Kendaraan Dinas
- Penyusunan Daftar Kebutuhan Barang (DKB) & Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang
Daerah (DKPBD) ditetapkan melalui Kep. Gub. Masing-masing Nomor 020/Kep
575.PLK/2002 & Nomor 020/Kep 919.PLK/2002
Dalam Pengadaan Barang mengacu pada Keppres No 18 tahun 2000 dan Surat Keputusan
bersama Menkeu & Ketua Bappenas nomor S.42/A/2000/S 2262/D.2/05/2000 tentang
Juknis Pelaksanaan Keppres 18/2000.
b) Implementasi
- Pengadaan Aset Daerah khususnya tanah, Bangunan, Alat berat, Kendaraan dilakukan oleh
Biro Perlengkapan, sedangkan jalan, jembatan, Bangunan pengairan dan APK dilakukan
oleh masing-masing unit Kerja.
- Administrasi Bendaharawan barang di Biro Perlengkapan meliputi
- Penerimaan
- Pengeluaran
- Pencatatan (Pembukuan)
- Pelaporan
. Laporan triwulan
. BAP atas langsung Bendaharawan
- Pengelolaan barang ditingkat unit kerja (Badan & Dinas)
-Pengadaan Barang
- Di bawah Rp. 50.000.000 oleh PIMLAKTAN
- Di atas Rp. 50.000.000 oleh Panitia yang dibentuk oleh PIMLAKTAN
Pengadaan dilakukan melalui tender sampai dengan penentuan perusahaan pengadaan barang
- Kegiatan Bendaharawan Barang
Menerima setelah diperiksa oleh PIMLAKTAN
Penyimpanan di Gudang
Pengeluaran barang dengan mekanisme,
* Sub din Program mengajukan permohonan barang kepada ka Unit
* Ka Unit memerintahkan kepada Bendaharawan untuk mengeluarkan barang.
Pemeriksaan barang di gudang
Stock of name dilakukan setiap triwulan oleh ka unit dengan beberapa orang saksi.
- Pelaporan
Secara rutin semua kegiatan dilaporkan kepada Gubernur melalui Biro Perlengkapan (Tri
Wulan)
G. Analisis Dan temuan
- Pengelolaan /Pengendalian barang daerah Propinsi Jawa Barat telah dilakukan melalui
mekanisme yang benar (normatif) dan secara teoritis dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
- Manusia merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan barang daerah
ditentukan oleh faktor pelaksana (manusia) dalam kontek pengelolaan barang Propinsi Jawa
Barat faktor kedua merupakan titik lemah. Hal ini didasarkan pada temuan Penelitian
- Masih belum semua aparat unit mengetahui dan memahami Keputusan Gubernur sehingga
masih langsung mengacu pada Kepmendagri nomor 11/2001 sebagai pedoman.
- Standarisasi barang masih ada Dinas yang mengacu Kepmendagri nomor 11/2001
- Pengelolaan barang Daerah secara empirik Administratif masih belum tertib yang terlihat
dari :
Pengkodean dan registrasi barang belum sesuai dengan Kepmenkeu Nomor
18/KMK.18/1999 tentang Penetapan Kodefikasi barang Inventaris akibatnya lokasi
barang tidak diketahui dengan jelas. Pengurus barang tidak jelas dan jika barang berpindah-
pindah sulit dikontrol.
- Belum semua unit organisasi melaporkan mutasi barang daerah sehingga tidak diketahui asal
usul barang tersebut.
- Belum semua melaporkan kondisi barang, sehingga tidak diketahui berapa jenis dan jumlah
barang yang masih baik, rusak dan perlu dihapus. Data kondisi barang sangat diperlukan untuk
penyusunan anggaran pemeliharaan.
- Nilai barang baik secara ekonomis, maupun teknis belum dilaporkan secara rinci, hal ini terkait
dengan biaya operasional pemeliharaan barang.
- Belum semua unit kerja memahami sepenuhnya urgensi RKBU, sehingga sering terjadi barang
yang diminta sering tidak terakomodasi dalam pengadaannya.
- Masih ada unit kerja yang kurang memperhatikan kewajibannya untuk melaporkan secara
berkala terhadap hasil pengelolaan barang unit.
- Biro perlengkapan hanya mengetahui barang yang dikelola oleh unit kerja dari aspek
administrasi saja, sedangkan secara fisik tidak. Hal ini terkait dengan belum difungsikannya
gudang induk sebagai pos pemeriksaan barang.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
•
• Pengelolaan Barang Daerah Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat secara normatif sudah ada dan diatur oleh berbagai Peraturan (Keppres, Kepmen, Perda, Kepgub);
• Pengelolaan Barang Daerah secara tertulis dapat dipertanggungjawabkan karena siklus telah sesuai dengan teori pada umumnya;
• Pengelola Barang Daerah secara empirik administratif masih belum tertib, sehingga mekanisme pengendalian barang daerah kurang berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berimplikasi pada kurang efektifnya pendayagunaan fungsi bendaharawan dan gudang.
SARAN
• Perlu sosialisasi berbagai peraturan yang menyangkut pengelolaan barang daerah pada aparat yang terkait dengan tugas tersebut agar terjadi pola pikir dan pola tindak.
• perlu tertib administrasi antara lain:– pengkodean dan registrasi yang sesuai dengan Kepmenkeu
No.18/KMK.018/1999.
– Laporan yang lengkap menyangkut asal-usul barang, kondisi barang, dan nilai barang.
– Disiplin laporan.
• perlu sistem informasi perlengkapan yang secara efektif dapat mengendalikan atau memonitor lalu lintas barang daerah di berbagai unit.
Contoh Kodefikasi Barang Daerah
a. Contoh Kode Barang tidak bergerak (tanah)
Kode barang
1 01 02 04 003
Keterangan
Angka 1 Kode golongan (barang tidak bergerak)
Angka 01 Kode bidang barang (tanah)
Angka 02 Kode Kelompok barang (tanah Persil)
Angka 04 Kode Sub Kelompok barang (tanah hutan)
Angka 003 Kode sub-sub kelompok barang (tanah hutan lindung)
b. Contoh kode barang bergerak (Komputer)
2 1 2 0 1 0 2 0 0 1
Angka 2 kode golongan (barang bergerak)
Angka 12 kode bidang (komputer)
Angka 01 kode kelompok (komputer unit)
Angka 02 Kode Sub kelompok (personil komputer)
Angka 001 kode sub kelompok (Personal Komputer Unit)
c. Kode Lokasi Barang IKMN
Contoh Instansi LAN
4 8 991231020 9
Angka 48 Kode Pebin LAN (Menpan)
Angka 02 Kode PBI (Kepala LAN)
Angka 01 Kode Lokasi (LAN Jakarta)
Angka 32 Kode UPB ( Bagian luar Propinsi)
Angka 1999 Kode tahun Perolehan
Kode Registrasi (6 Digit)
Adalah nomor kode barang yang dicantumkan pada suatu barang inventaris yang dibuat
secara berurutan sesuai dengan jenis dan nomor urut pendaftaran barang dengan
menggunakan sistem enam digit.
Contoh : 000001
Dalam Penomoran registrasi barang harus dibuat lengkap dalam bentuk 2 kolom yaitu :
-Kolom pertama bagian atas dibuat secara berurutan
Contoh :
Kode Pebin 48
Kode PBI 02
Kode PPBI 01
Kode Bagian Anggaran 32
Kode tahun Perolehan 1999
Kolom bagian bawah
Contoh :
Kode Golongan 1
Kode Bidang 01
Kode Kelompok 02
Kode sub kelompok 02
Kode Sub-sub kelompok 001
Kode Nomor urut barang (registrasi 000001)
Jadi selengkapnya
48.02.01.32.1999
1.01.02.02.001.000001