OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MSsadu-wasistiono.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/BER... ·...

33
OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

Transcript of OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MSsadu-wasistiono.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/BER... ·...

OLEH :

PROF. DR. SADU WASISTIONO, MSPROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

A. PENDAHULUAN

� Pemerintah adalah sebuah sistem.

� Sistem adalah :

���� himpunan komponen atau bagian-bagian;

���� yang tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu

kesatuan yang bulat dan utuh;

���� antara komponen memiliki hubungan fungsional;

���� dibuat untuk mencapai satu tujuan tertentu.

* Sistem dapat dilihat secara hierarkhis maupun secara fungsional.

� Secara hierarkhis ada tingkatan suprasistem, sistem, subsistem, sub-subsistem dst.Masing-masing sebenarnya juga merupakan sebuah sistem yang bulat dan utuh.

� Subsistem yang lebih kecil dan lebih rendah tunduk pada prinsip-prinsip sistem yang lebih tinggi hierarkhinya.

� Pada sistem pemerintahan di Indonesia, pemerintah nasional adalah sebuah suprasistem, yang dibawahnya ada sistem pemerintahan provinsi, subsistem pemerintahan pemerintahan provinsi, subsistem pemerintahan kabupaten/kota serta sub-subsistem pemerintahan desa. Masing-masing merupakan sebuah sistem yang bulat dan utuh. -Pemerintahan nasional adalah sebuah sistem;

- Pemerintahan provinsi adalah sebuah sistem;

- Pemerintahan kabupaten/ kota adalah sebuah sistem;

- Pemerintahan desa adalah sebuah sistem.

SISTEM DILIHAT SECARA HIERARKHIS

Suprasistem

sistem sistemsistem sistem

subsistem subsistem subsistem subsistem

SSS SSS SSS SSS SSS SSS SSS SSS

SISTEM DILIHAT SECARA FUNGSIONAL

� Secara fungsional sistem terdiri dari komponen-komponen :

a. Masukan (input);

b. Proses (process);

c. Keluaran (output);

d. Nilaiguna (outcome);

e. Dampak (impact);

f. Manfaat (benefit);

g. Umpanbalik (feedback);

h. Umpan kedepan (feedforward);

i. Lingkungan (environment).

BAGAN SISTEM FUNGSIONAL

INPUT OUTPUTPROCESSOUT

COMEIMPACT BENEFIT

FEEDBACK

FEEDFORWARD

ENVIRONMENT

� Komponen Input dalam sebuah sistem dapat berupa uang, barang, orang, aturan, metode dlsb.

� Komponen Process dalam sebuah sistem dapat berupa pengubahan komponen input menjadi output yang dikehendaki.

� Komponen Output berupa keluaran yang dikehendaki oleh sebuah sistem, wujudnya dapat berupa barang dan atau jasa.sebuah sistem, wujudnya dapat berupa barang dan atau jasa.

� Komponen Outcome dari sebuah sistem adalah nilaiguna yang dikehendaki, berkaitan dengan manfaat yang diperoleh pengguna (users) dari sistem tersebut. Wujudnya dapat berupa kualitas dari keluaran.

� Komponen Impact berupa dampak positif yang dikehendaki dari berprosesnya sistem, dengan memperhitungkan adanya dampak negatif.

� Komponen Benefit berupa keuntungan yang diperoleh dari bekerjanya sebuah sistem, baik keuntungan langsung maupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat diperhitungkan.

� Komponen Feedback adalah umpan balik ke dalam sistem yang bertujuan memberikan masukan mengenai berprosesnya sistem tersebut untuk perbaikan mendatang.tersebut untuk perbaikan mendatang.

� Komponen Feedforward adalah umpan ke depan berupa masukan dari sistem yang lebih kecil kepada sistem yang lebih tinggi atau lebih besar.

� Environment adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Ada hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara sistem dengan lingkungannya.

B. BERPIKIR SERBASISTEM DI PEMERINTAHAN

� Pemerintah sebagai badan atau orang yang menjalankan pemerintahan, maupun pemerintahan sebagai fungsi dan kegiatan berpemerintahan adalah sebuah sistem.

� Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari :terdiri dari :

- suprasistem : berupa Pemerintah Nasional, yang terdiri dari

lembaga tinggi negara dan lembaga negara

lainnya.

- sistem : berupa pemerintahan Provinsi

-subsistem : berupa pemerintahan kabupaten/kota

-sub-subsistem : berupa pemerintahan desa.

� Dilihat secara fungsional, maka sistem pemerintahan terdiri :

a. Input berupa : orang, uang, barang, peraturan perundang

-undangan, kebijakan, sistem dan prosedur, metode dlsb.

b. Proses berupa : pembuatan kebijakan, pembuatan perijinan,

pembuatan layanan administrasi, proses penyediaan

pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan,

fasilitas umum, ketentraman dan ketertiban umum dlsb).fasilitas umum, ketentraman dan ketertiban umum dlsb).

c. Output berupa : barang dan jasa publik seperti layanan

pendidikan, layanan kesehatan, perijinan, layanan

administrasi, layanan ketentraman dan ketertiban umum,

barang-barang publik yang disubsidi, dlsb.

� Outcome berupa : nilai manfaat berbagai kebijakan publik

yang dibuat oleh pemerintah maupun penyediaan barang

-barang publik bagi kepentingan masyarakat luas,yang

seharusnya digambarkan melalui tingkat kepuasan

masyarakat.

• Impact berupa : dampak langsung maupun tidak langsung dari pembuatan kebijakan publik maupun penyediaan barang-dari pembuatan kebijakan publik maupun penyediaan barang-barang publik oleh pemerintah, antara lain berupa terpenuhinya kebutuhan dasar, sehingga tercipta kestabilan nilai tukar rupiah, tingkat kejahatan yang menurun, dlsb.

• Benefit berupa : keuntungan langsung maupun tidak langsung yang diperoleh karena bekerjanya sistem misalnya pertumbuhan ekonomi, kestabilan politik, kestabilan keamanan dlsb.

� Feedback berupa : umpan balik pada internal sistem berupa kritik dari masyarakat, pikiran pembaca yang dimuat dalam surat kabar, demonstrasi oleh masyarakat, diskusi-diskusi dalam rapat dinas dlsb.

� Feedforward berupa : umpan kedepan berupa masukan dari pemerintah desa, kabupaten/kota, provinsi kepada pemerintah pusat berjenjang ke atas mengenai pelaksanaan kebijakan pusat berjenjang ke atas mengenai pelaksanaan kebijakan publik yang dibuat oleh masing-masing tingkatan pemerintahan.

� Environment berupa : lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari sebuah sistem pemerintahan pada masing-masing tingkatan.

C. HUBUNGAN SISTEMIK DALAM PRAKTEK

� Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan rakyat.

� Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan Nasional

- Subsistem Pemerintahan Propinsi

- Sub-subsistem Pemerintahan

Kabupaten/Kota

- Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa.

PERUBAHAN PARADIGMA PADA PEMERINTAHAN NASIONAL

� Dengan adanya amandemen UUD 1945 (amandemen I sd IV), telah terjadi perubahan paradigma dalam pembagian kekuasaan pemerintahan di tingkat nasional, dari paradigma pembagian kekuasaan (distribution of power) ke paradigma pemisahan kekuasaan (separation of power) mengikuti model Trias Politica dari Montesqieu.dari Montesqieu.

� Pada UUD 1945 yang asli, kekuasaan pemerintahan terpusat pada tangan Presiden, karena Presiden merupakan satu-satunya mandataris MPR. Terlebih lagi pada penjelasan UUD 1945 dikemukakan bahwa : “ Concentration of power and responsibility upon The President”, serta Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

� Dari paradigma Presiden sebagai satu-satunya mandataris MPR, kemudian dikembangkan paradigma penguasa tunggal bagi kepala wilayah (pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974), yang berfungsi mengkoordinasikan semua instansi vertikal yang ada di daerah.

� Bentuk koordinasinya diwadahi dalam MUSPIDA (Musyawarah � Bentuk koordinasinya diwadahi dalam MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan Daerah).

MODEL PEMBERIAN MANDATARIS KEKUASAAN DARI RAKYAT

KEPADA PRESIDEN MELALUI MPR (UUD 1945 ASLI)

RAKYAT

MPRMPR

Mandataris

DPR DPA PRESIDEN BPK MA

MODEL PEMBAGIAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG ASLI

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

= INTERVENSI KEKUASAAN

� Pada UUD 1945 yang Asli dikemukakan bahwa Presiden memegang kekuasaan membuat UU dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat 1).

� Presiden mengangkat duta besar.

� Fungsi-fungsi peradilan berada di bawah Presiden.

Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan � Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi.

� Ketua Badan Pemeriksa Keuangan diangkat oleh Presiden.

� Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden.

MODEL PEMISAHAN KEKUASAAN

MENURUT UUD 1945 YANG DIAMANDEMEN

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

-------- = Koordinasi dan kerjasama

� Kekuasaan menyusun UU berada di tangan DPR, dengan persetujuan Presiden (pasal 20 UUD 1945 Amandemen).

� Kekuasaan kehakiman berada di bawah Mahkamah Agung dan bebas dari pengaruh pemerintah.( lihat UU Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2).Nomor 4 Tahun 2004, khususnya pasal 2).

� Ketua BPK diangkat dari Presiden berdasarkan rekomendasi DPR.

� Dibangun Mahkamah Konstitusi untuk menyelesaikan persengketaan yang berkaitan dengan UUD.

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN

DALAM RANGKA DESENTRALISASI

PEM. PUSAT

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

DAERAH OTONOM

PEMERINTAH DAERAH DPRD

EKSEKTUTIF(PRESIDEN)

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA

DESENTRALISASI MENURUT UU 22/1999

PEMERINTAHAN DAERAH

BADAN EKSEKUTIF BADAN LEGISLATIFDAERAH DAERAH

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

MODEL PEMENCARAN KEKUASAAN DALAM RANGKA

DESENTRALISASI MENURUT UU 32/2004

EKSEKTUTIF(PRESIDEN)

UNSUR PENYELENGGARA

PEMERINTAHAN DAERAH

KEPALA DAERAH DAN DPRD

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

D. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DENGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA

� Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota sebagai bagian dari daerah otonom adalah sebuah entitas otonom yang bersifat mandiri dan tidak saling membawahi.

� Tetapi karena Gubernur mempunyai fungsi ganda (dual � Tetapi karena Gubernur mempunyai fungsi ganda (dual function) sebagai Kepala Daerah Provinsi dan sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah provinsi, seringkali terjadi tumpang tindih dan kerancuan dalam pelaksanaan hubungan kerja antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

� Kerancuan terjadi karena Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat tidak memiliki organ-organ untuk menjalankan fungsinya, sehingga menggunakan organ sebagai Kepala Daerah berupa SKPD Provinsi.

� Pada masa UU Nomor 5 Tahun 1974 yang bersifat sentralistik, perangkat wilayah yang menjalankan asas dekonsentrasi ada sampai tingkat kecamatan. Sehingga hubungan kerja antar susunan instansi vertikal di daerah bersifat hierarkhis.

� Dengan asas uniteritorial dan unipersonal, Kepala Daerah adalah juga Kepala Wilayah. Hubungan kerja antara Kepala Daerah Provinsi dengan Kepala daerah Kabupaten /Kotamadya Daerah Provinsi dengan Kepala daerah Kabupaten /Kotamadya bersifat hierarkhis melalui posisinya sebagai Kepala Wilayah.

� Sistem ini memberikan keuntungan adanya kesatuan komando dari pusat sampai ke daerah.

PRESIDEN

Menteri MDN Kementerian

Negara

Ka.

Kakanwil Gubernur KDH TK. I + DPRD

Perangkat Wilayah

++

Perangkat Daerah

Ka.

Kakandep

Kakandep

Kec

Bupati/

Walikota+ DPRDKDH TK. II

Perangkat Wilayah

+

Perangkat Daerah

Camat

Cadin

Cadin

Keterangan:

--------------- = Garis Komando

= Garis Koordinasi

� Pada masa UU Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian prinsipnya diteruskan melalui UU Nomor 32 Tahun 2004, asas dekonsentrasi dibatasi hanya sampai tingkat provinsi. Pada tingkat kabupaten/kota lebih dominan melaksanakan asas desentralisasi.

� Instansi vertikal yang ada sampai tingkat kecamatan, hanyalah instansi yang menjalankan kewenangan absolut serta instansi instansi yang menjalankan kewenangan absolut serta instansi yang menjalankan urusan-urusan pemerintahan lainnya yang bersifat strategis (seperti statistik dasar oleh BPS).

PRESIDEN

MDN Menteri

(Kew.Concurrent)

Ka.

KanwilGubernur

Sebagai

Wkl Pem. Pusat

KDH PROP. + DPRD

Ka.

UPT

Menteri

(Kew. Mutlak)

Ka.

Kandep

KDH

Kab/Kota+ DPRD

UPT

Keterangan:

= Garis Komando

= Garis Koordinasi

= Garis Koordinasi Vertikal

= Garis Supervisi SPM

= Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif

SKPDPengelola

Dekonsentrasi

SKPD

Ka.

UPT

SPM

SPM

?

Ka.

KandepkecCamat

� Dalam menjalankan fungsinya sebagai Kepala Wilayah (Wakil Pemerintah Pusat di Daerah), Gubernur secara eksplisit hanya dibantu oleh Sekretaris daerah yang secara ex-officio berkedudukan sebagai Sekretaris Wilayah. Oleh sebab itu, sebutannya yang lebih tepat adalah SEKWILDA.

� Untuk menjalankan fungsinya sebagai wakil pemerintah pusat di Daerah, Gubernur menggunakan perangkat desentralisasi yang ada berupa SKPD, yang seringkali juga menggunakan dana APBD ada berupa SKPD, yang seringkali juga menggunakan dana APBD yang ada pada SKPD bersangkutan. Sehingga dalam prakteknya terjadi kerancuan sistem. Terjadi campur aduk antara pelaksanaan asas dekonsentrasi, dengan asas tugas pembantuan dan asas desentralisasi.

� Sebagai contoh dana BOS ( Bantuan Operasional Sekolah) untuk pendidikan dasar merupakan sebuah kerancuan sistem, karena urusan pendidikan dasar merupakan urusan kabupaten/ kota tetapi memperoleh pembiayaan dari Pusat.

� Kerancuan sistem akan semakin menjadi manakala SPM akan diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan pada tahun anggaran 2009. Apabila tugas utama pemerintah pusat adalah menyiapkan Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK), serta menjaga NSPK dilaksanakan, diperlukan pejabat pemerintah pusat yang berfungsi sebagai penyelia. Oleh karena itu diperlukan pejabat-pejabat dekonsentrasi yang ada di bawah kendali Gubernur.kendali Gubernur.

� Pejabat-pejabat tersebut adalah pejabat fungsional, sehingga tidak perlu membangun struktur organisasi yang baru dan besar di provinsi.

� Hubungan kerja antara pemerintahan daerah provinsi dengan pemerintahan daerah kabupaten/ kota dapat berbentuk :

a. Koordinasi;

b. Fasilitasi;

c. Pembinaan Teknis Fungsional;

� Hubungan kerja antara Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dengan pemerintahan daerah dapat berbentuk: pusat di daerah dengan pemerintahan daerah dapat berbentuk:

a. Koordinasi

b. Supervisi;

c. Pengawasan;

d. Hubungan administratif.

E. HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH DESA

� Desa merupakan sistem yang paling kecil dan paling bawah diantara keseluruhan sistem pemerintahan nasional.

� Posisi desa sebagai kesatuan masyarakat hukum bersifat AMBIVALEN. Pada satu sisi, konstitusi (pasal 18 UUD 1945) mengatur bahwa otonomi desa bersifat PENGAKUAN dari mengatur bahwa otonomi desa bersifat PENGAKUAN dari pemerintah pusat, pada sisi lain peraturan perundang-undangan mengarah pada bentuk OTONOMI PEMBERIAN. (lihat Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 rekomendasi Nomor 7, UU Nomor 32 Tahun 2004 jo PP Nomor 72 Tahun 2005, dan berbagai permendagri yang relevan).

� Pada posisi yang ambivalen, desa lebih banyak diposisikan sebagai obyek dari kekuasaan pemerintahan yang lebih tinggi (pemerintahan supradesa). Konsekuensinya, perkembangan desa selalu tertinggal dibandingkan daerah nonpedesaan.

� KATA BIJAK MENGATAKAN BAHWA “KECEPATAN KARAVAN AKAN SANGAT DITENTUKAN OLEH GEROBAK YANG PALING AKAN SANGAT DITENTUKAN OLEH GEROBAK YANG PALING LAMBAN JALANNYA”

� KATA BIJAK LAINNYA MENGATAKAN BAHWA “ KEKUATAN RANTAI TERLETAK PADA MATA RANTAINYA YANG TERLEMAH”

� Dilihat dari sistem pemerintahan, desa merupakan”gerobak yang paling lambat” ataupun “mata rantai yang paling lemah”.