Post on 27-May-2015
description
DASAR PELUMASAN
Diselenggarakan OlehMasyarakat Pelumas Indonesia (MASPI)
Indonesia Lubricant Society
Jakarta, 6 Juni 2006
2
• Cepat kental/encer, cepat hitam ?• Bisa dipakai 2 X lebih lama ?• SAE ?, SAE 20W, SAE 15 W ?• API ?• Tambahan Additive ?• Sering nambah oli ?• Suara mesin halus/kasar ?• Mesin panas ?• Metal kemakan ?• Oli apa yang sesuai ?• Perbandingan kualitas ?
KENAPA OLI ?
3
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
• Fungsi Umum Pelumas– Degradasi– Kontaminasi
• Sifat Utama yang dibutuhkan– Viscositas– TBN– Flash Point– Pour Point
• Komposisi Pelumas– Base Oil– Additive
• Klasifikasi Performance• Gangguan Mesin dan pelumasan
4
FUNGSI PELUMAS
1. Mencegah/mengendalikan/mengurangi gesekan
2. Mencegah/mengendalikan/mengurangi keausan
3. Mencegah/mengendalikan/mengurangi panas
4. Mencegah/mengendalikan/mengurangi kotoran
sebagai pembersih dan reseptor kontaminasi
5. Mencegah/mengendalikan/mengurangi korosi
6. Sebagai peredam getaran
7. Sebagai pemindah tenaga
8. Sebagai perapat
9. Sebagai isolator listrik.
5
GAMBARAN NYATA MASALAH PELUMASAN
• Dalam operasi mesin akan terjadi :– Panas, yang dapat menyebabkan :
• Pelumas menjadi relatif encer sehingga lapisan perlindungan dapat berkurang
• Terjadinya penurunan kualitas (degradasi) pelumas
– Masuknya kontaminan• Bahan bakar yang tidak terbakar• Hasil pembakaran (asam)• Kebocoran air pendingin• Partikel ausan logam • Debu, Uap air, Udara
6
DEGRADASI
Degradasi dapat terjadi atau dipercepat oleh kondisi extreem baik external maupun internal
• Kondisi ekstreem :– Overheat– Overload
• Kontaminant.– Eksternal– Internal
8
KARAKTERISTIK UTAMA PELUMAS
• Viskositas• Viskositas Index• Total Base Number (TBN)• Pour Point• Flash Point
9
VISKOSITAS
10
VISKOSITAS(KEKENTALAN)?
• Viskositas/kekentalan/ketebalan lapisan• Ketebalan lapisan utamanya terbentuk oleh kekentalan
fluida atau dikenal dengan “viskositas” pelumas • Kekentalan harus diupayakan sesuai dengan kebutuhan
. Tidak terlalu kental untuk mengurangi hambatan gerak
. Tidak terlalu encer supaya mempunyai lapisan yang cukup untuk menahan beban
11
VISKOSITAS(KEKENTALAN)
• Adalah bilangan tahanan alir yang dimiliki setiap zat cair, pada suhu tertentu.
• Satuan yang banyak digunakan pada pelumas adalah Centistokes (Cst).
• Dinyatakan dalam SAE (pelumas mesin) dan ISO VG (untuk pelumas peralatan industri/non mesin).
12
VISKOSITAS(KEKENTALAN)
• Viskositas pelumas sangat bergantung pada temperaturnya
• Pada temperatur tinggi pelumas akan relatif encer• Pada temperatur ekstreem rendah akan sangat kental
13
VISKOSITAS vs TEMPERATURV
isko
sita
s
40 oC 100oC
Pelumas A
Pelumas B
Perbedaan keduanya adalah pada Viscositas Index-nya
Temperatur
14
PENGARUH KEKENTALAN TERHADAP KEAUSAN
We
ar D
ep
th (m
/10
0h)
Viscosity (mm2/s)
15
VISKOSITAS INDEKS (VI)
• Ukuran sensitifitas/kestabilan kekentalan terhadap temperatur
• Makin tinggi VI makin kecil perubahan kekentalan akibat berubahnya temperatur
• VI dihitung dari harga viscositas pelumas pada dua temperatur standar yaitu 100 oC dan 40 oC
16
HUBUNGAN VISKOSITAS DENGAN SUHU
Log
(V
isko
sita
s ki
nem
atik
)
Suhu (oC)
Base oil naftenik
Base oil parafinik
17-30 -25 -20 -15 -10
SAE 50
SAE 20W/50
Kek
enta
lan 1
00 o
C
40
oC
Temperatur
15W/405W/30
SAE 40
SAE 30
111418
70
105
140
250
SAE 50 vs SAE 20W/50
SAE 40 vs SAE 15W/40
SAE 30 vs SAE 5W/30
KLASIFIKASI KEKENTALAN PELUMAS
19
KLASIFIKASI KEKENTALAN
1. ENGINE OIL ( PELUMAS MESIN )
– SPESIFIKASI sesuai standar SAE J 300 DEC. 99. (LIHAT LAMPIRAN)
2. GEAR OIL ( PELUMAS RODA GIGI OTOMOTIF )
– SPESIFIKASI sesuai standar SAE J306, Oct 91. (LIHAT LAMPIRAN)
3. INDUSTRIAL OIL ( PELUMAS INDUSTRI )
– SPESIFIKASI sesuai standar ISO VG (LIHAT LAMPIRAN)
20
SAE VISCOSITY GRADES FOR ENGINE OILS SAE J 300 REVISED DEC. 1999
SAE
Viscosity Cranking b Plumping C (cP) max High sheare (cP)
Grade (cP) max at with no yield at 150 °C
temp. °C strees at temp. °C min max and 106 S-1 min
0W 6200 at - 35 60000 at - 40 3,8 - -
5W 6600 at - 30 60000 at - 35 3,8 - -
10W 7000 at - 25 60000 at - 30 4,1 - -
15W 7000 at - 20 60000 at - 25 5,6 - -
20W 9500 at - 15 60000 at - 20 5,6 - -
25W 13000 at - 10 60000 at - 15 9,3 - -
20 - - 5,6 < 9.3 2,6
30 - - 9,3 < 12.5 2,9
40 - - 12,5 < 16.3 2.9 (0W-40, 5W-40, 10W-40 grades)
40 - - 12,5 < 16.3 3.7 (15W-40, 20W-40, 25W-40, 40 grades)
50 - - 16,3 < 21.9 3,7
60 - - 21,9 < 26.1 3,7
High-Temperatur ViscositiesLow Temperature Viscosities
Kinematicd (cSt)
at 100 °C
aAll values are critical specification as defined by ASTM D 3244bASTM D 5293cASTM D 4684dASTM D 445eASTM 4383, ASTM D 4741, CEC-L-L36-A90
21
SAE J 306KLASIFIKASI KEKENTALAN PELUMAS RODA GIGI
UNTUK APLIKASI TRANSMISI MANUAL DAN GARDAN OTOMOTIF
SAE Remarks
Viscosity Min Max
Number
75W 4.1 - SAE 75W,80W and 85W designed for sub tropical
areas while SAE 90,140,250 for tropical areas.
80W 7 -
85W 11 -
90 13.5 24
140 24 41
250 41 -
Viscosity cSt. At 100 OC
22
KLASIFIKASI KEKENTALAN ISO UNTUK PELUMAS INDUSTRI
( INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION )
Mid-Point ApproximateViscosity cSt Minimum Maximum Equivalent SUS
3446 ASTM D-2422 Units
2.2 1.98 2.42 323.2 2.88 3.52 364.6 4.14 5.06 406.8 6.12 7.48 50
ISO VG 10 10 9 11 60ISO VG 15 15 13.5 16.5 75ISO VG 22 22 19.8 24.2 105ISO VG 32 32 28.8 35.2 150ISO VG 46 46 41.4 50.6 215ISO VG 68 68 61.2 74.8 315ISO VG 100 100 90 110 465ISO VG 150 150 135 165 700ISO VG 220 220 198 242 1000ISO VG 320 320 288 352 1500ISO VG 460 460 414 506 2150ISO VG 680 680 612 748 3150ISO VG 1000 1000 900 1100 4650ISO VG 1500 1500 650 1650 7000
Grade ISO Standard
ISO VG 2ISO VG 3ISO VG 5ISO VG 7
Kinematic Viscosity limit,cSt
All viscosities at 40oC , use ASTM D-341 chartsto convert viscosities determined at other temperature
Viscosity System
23
24
25
26
Merupakan besaran yang paling umum digunakan
Viscositas Kinematic dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh fluida untuk mengalir secara gravity pada pipa kapiler yang berdiri tegak pada larak yang telah ditentukan(diantara dua timing mark)
Pengukuran Viscositas Kinematic
27
VISCOSITY KINEMATIC (ASTM D-445)
• Viscosity = C t C = Faktor kalibrasi t = waktu (detik)
• Engine oil pada suhu 100°C• Industrial oil pada suhu 40°C
Besaran tahanan terhadap aliran
28
TOTAL BASE NUMBER (TBN)DAN DETERGENSI
29
TOTAL BASE NUMBER (TBN)
• Bilangan yang menunjukkan jumlah basa dalam pelumas yang berasal dari additive.
• Berfungsi sebagai penetral asam hasil pembakaran.• Hanya dijumpai pada pelumas mesin pembakaran
dalam.• Dinyatakan dalam mg KOH/gram.
30
DETERGENSI
Sifat detergensi datang dari additive detergen, yang merupakan senyawa Organo Metalic yang mempunyai sifat :
• larut dalam minyak• Dapat melarutkan kotoran • Membangun nilai TBN
Asam organik :• Phenate•Sulfonate•Salisylate
Metal Hidroksida :Ca, Mg
31
Molekul kontaminan bersifat polar dan
akan menepel dipermukaan logam
Permukaan logam
32
Ujung polar dari detergent akan menempel kuat dipermukaan logam
33
Detergent yang lebih polar akan menempel lebih kuat dipermukaan dan menggeser kontaminan dari
permukaan logam
POLARITAS METAL DETERGENT > KONTAMINAN
34
DISPERSAN
Mempunyai fungsi dan mekanisme yang relatif sama dengan detergen, tetapi dari jenis non metalik
35
POUR POINT
• Adalah suhu terendah dimana pelumas masih dapat mengalir.
• Dimaksudkan untuk kemudahan menghidupkan mesin pada suhu rendah.
36
FLASH POINT
• Adalah suhu minimal dimana pelumas dapat menguap dan akan menyala bila didekatkan pada api.
• Indikator :– safety pada operasi handling dan penyimpanan– Konsumsi oli
37
KASIFIKASI MUTU (PERFORMANCE)
38
KLASIFIKASI MUTU PELUMAS
• Adalah penggolongan ukuran kinerja (performance) pelumas, yang didefinisikan oleh berbagai lembaga independen
• Lembaga tersebut diantaranya : API, SAE, ASTM• Klasifikasi ini menjadi standar internasional yang dapat
menjadi acuan dalam menilai mutu pelumas
39
KLASIFIKASI MUTU PELUMAS MESIN
• API (American Petroleum Institute), mewakili lembaga lain di kawasan America Serikat, mendiskripsikan Klasifikasi Mutu Pelumas Mesin dengan menetapkan “API Service Engine Oil Clasification” atau dikenal dengan API Service (API)
• Sesuai jenis mesin bensin atau diesel, mempunyai sistim klasifikasi mutu API Service tersendiri
• API Service menetapkan tingkat mutu secara berjenjang mulai dari tingkat mutu terendah dan berkembang terus sesuai tuntutan perkembangan teknologi
40
KLASIFIKASI MUTU PELUMAS MESIN
• Penetapan Klasifikasi lain : – ACEA, klasifikasi standar Eropa– ILSAC, Klasifikasi standar Internasional (global)– JASO, Klasifikasi standar Jepang– OEM, Klasifikasi khusus dari para pembuat mesin– US Military, Klasifikasi dari angkatan bersenjata
Amerika Serikat
41
1. KLASIFIKASI MUTUMESIN BENSIN 4 LANGKAH
• API Service pelumas mesin bensin ditandai dengan dua hurup dimulai dengan huruf awal “S” dan diikuti huruf abjad “A, B, C ..J, dst”.
• API Service “SA” menunjukkan tingkat unjuk kerja terendah dan “SM” menunjukkan tingkat unjuk kerja tertinggi saat ini (2004).
42
KLASIFIKASI PELUMAS MESIN KENDARAAN BENSIN BERDASARKAN API
Klasifikasi Status Tahun Keterangan
SATidak berlaku
Straight mineral oil
Beban ringan, tidak boleh digunakan kecuali disarankan oleh pembuat mesin
SBTidak berlaku 1930-an
Beban ringan, tidak boleh digunakan kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan minimal
SCTidak berlaku 1964
Beban sedang, model 1964-1967 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SDTidak berlaku 1968
Beban sedang, model 1968-1970 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SETidak berlaku 1972
Beban sedang, model 1971-1979 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SFTidak berlaku 1980
Beban sedang, model 1980-1989 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SGTidak berlaku 1989
Beban sedang, model 1990-1993 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SH Berlaku 1994Beban sedang, model 1994-1997 kecuali disarankan oleh pembuat mesin, perlindungan baik
SJ Berlaku 1997 Beban berat, model 1998 keatas, perlindungan baik
SL Berlaku 2001 Beban berat, model 1998 keatas, perlindungan baik
SM Berlaku 2004 Beban berat, model 2004 keatas, perlindungan baik
43
2. KLASIFIKASI PELUMAS MESIN BENSIN DUA LANGKAH BERPENDINGIN UDARA
Klasifikasi Status Pemakaian Unjuk Kerja
API TA Tidak berlaku Moped dan kendaran kecil lainnya (dibawah 50 cc) Rendah
API TB Tidak berlaku Skuter dan kendaran kecil lainnya (dibawah 100 cc) Rendah
API TC BerlakuBerbagai jenis mesin performansi tinggi selain outboard (20-500 cc)
Standar universal
JASO FA Berlaku Moped dan kendaran kecil lainnya (dibawah 50 cc)Standar minimum untuk Asia
JASO FB / ISO EGB
Berlaku Skuter dan kendaran kecil lainnya (dibawah 100 cc)Standar rendah untuk Asia
JASO FC / ISO EGC
BerlakuBerbagai jenis mesin performansi tinggi selain outboard (20-500 cc)
Standar dengan asap rendah
JASO FD/ SO EGD
BerlakuBerbagai jenis mesin performansi tinggi selain outboard (20-500 cc), dengan kemampuan pembersihan lebih baik
Asap rendah, detergensi tinggi
44
KLASIFIKASI PELUMAS MESIN BENSIN DUA LANGKAH
BERPENDINGIN AIR
Klasifikasi Status PemakaianUnjukKerja
NMMA TC-W Tidak BerlakuMesin bensin outboard bertimbal sebelum
1985 Rendah
NMMA TC-WII Tidak berlakuMesin bensin outboard dengan atau tanpa
timbal sebelum 1992 Rendah
NMMA TC-W3 BerlakuSemua mesin bensin outboard dengan atau
tanpa timbal Universal
45
3. KLASIFIKASI MUTU PELUMAS MESIN DIESEL
• API service klasifikasi, dimulai dengan huruf “C” dan diikuti dengan huruf abjad, “CA,CB,CC,CD,CD-II,CE,CF,CF-2,CF-4, CG-4, dst”. Dimana “CA” menunjukkan unjuk kerja terendah dan CI-4 merupakan unjuk kerja tertinggi saat ini (2003).
• Klasifikasi lain adalah: ACEA(Eropa), OEM (pabrik pembuat mesin), US Military.
46
KLASIFIKASI PELUMAS MESIN KENDARAAN DIESEL BERDASARKAN API
Klasifikasi Status Tahun Keterangan
CA Tidak berlaku 1940-an Light duty, low sulfur fuel
CB Tidak berlaku 1949 Moderate duty or high sulfur fuel
CC Tidak berlaku 1951 Moderate duty - diesel and gasoline
CD Tidak berlaku 1955 Turbocharged engines or high sulfur fuel
CD-II Tidak berlaku ? Two-stroke cycle engines
CE Tidak berlaku 1983 1983 and later turbocharged engines
CF-4 Berlaku 1999 1991 low emission engines
CF Berlaku 1994 Turbocharged engines or high S fuel
CF-2 Berlaku 1994 Severe duty two-stroke cycle engines
CG-4 Berlaku 1994 1994 low emission, four-stroke engines using 0.05% S fuel
CH-4 Berlaku 1998 1998 low emission, four stroke engine, high and low S fuel
CI-4 Berlaku 2003 2003 low emission, four stroke engine, high and low S fuel
PC-10 Belum berlaku 2008 2008 ultra low emissions, aftertreatment compatible
47
PENGGOLONGAN KUALITAS PELUMAS MESIN KENDARAAN
Institusi Mesin Bensin Mesin Diesel kendaraan 4 Tak
Kendaraan 4 TakACEA A1-96, A2-96, A3-96 B1-96, B2-96, B3-96[ Eropa, baru ] A1-96, A2-96 issue 2, A3-98 B1-98, B2-98, B3-98, B4-98
E1-96, E2-96, E3-96E1-96 issue 2, E2-96 issue 2, E3-96 issue 2, E4-98
CCMC (G-2), (G-4) (PD-1), PD-2)[ Eropa, lama ] (G3), (G5) (D-2), (D-4)
(D-3), (D-5)API (SE) (CC)[ Amerika ] (SF) (CD), CF
(SG) (CD-II), CF-2SH, SJ (CE), CF-4, CG-4
MANUFACTURERS (ILSAC GF-1) MACK EO-K/2, MACK EO-L, MACK EO-MILSAC GF-2 MAN 270, MAN 271, MAN M3275, MAN M3277
DB 227.0/1, DB 228.0/1, DB 228.2/3, DB 228.5DB 229.1 DB 229.1
MTL 5044 Type 1, Type 2, Type 3RVI E2, RVI E2 R, RVI E3, RVI E3 R, RVI RLD
VW 500.00 SCANIA LDFVW 501.01 VOLVO VDS, VOLVO VDS-2VW 502.00 VW 505.00
Catatan : Tanda () menyatakan klasifikasi tersebut tidak berlaku lagi secara resmi.
48
Classification Application Formulation/Comments PERTAMINALubricants
GL-1 Manual Transmission Operated Straight Mineral Oil - No Friction Modifiers Not AvailableUnder Mild Conditions or EP Additives Permitted
GL-2 Worm-Gear Drives and Industrial Oils Contains Antiwear and/or Very Mild EP Not AvailableAdditives. Inactive Classification
GL-3 Manual Transmission and Spiral-Bevel Contains Mild EP Additives Not Suitable Not AvailableAxles Operated Under Mild to Moderate for Hypoid Gear Applications.Conditions Inactive Classification
GL-4 Manual Transmission, Selected Transaxles,Usualy Satisfied by 50% GL-5 Additive Rored EP-ASpiral-Bevel Axles and Hypoid Gears Treatment Level (AOEP)Operated Under Moderate Speeds andLoads
GL-5 Hypoid and Other Operated Under Primary Field Service Recommendation of Rored HD-AModerate to Severe Conditions (High Most Cars/Truck Manufacturers. "Normal"Speed and/or Low Speed, High-Torque Additive Treatment and Treatment LevelConditions)
GL-6 High-Offset Hypoid Gears Operated Under Technically Obsolete Classification, Due to Not AvailableSevere Conditions Unavailability of Test Equipment. Equivalent
to Some OEM Performance Requirements
MT-1 Non-Synchronized Manual Transmissions Focus is on High Temperature Cleanliness Not AvailableUsed in Buses and Heavy Duty Trucks and Oil Seal Performance
API Service Classification for Automotive Gear Oils
49
KRITERIA PEMILIHAN PELUMAS
• Sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pembuat mesin/peralatan pada buku manual
• Mememuhi standar mutu internasional: API, ACEA, JASO, dll.
• Sesuai dengan pemakaiannya: pelumas otomotif, pelumas industri, dll.
• Sesuai dengan kondisi operasi: suhu, kecepatan, beban, lingkungan, dll.
• Sesuai dengan bahan bakar yang digunakan• Memperoleh sertifikasi internasional• Layanan purna jual yang baik • Mudah didapat• Harga ekonomis• Bersahabat dengan lingkungan dan tidak beracun
BAHAN BAKU PELUMAS DAN PEMBUATANNYA
51
PEMBUATAN PELUMAS
Base Oil AditifPelumas
(Balance)
+ =
52
PROSES BLENDING PELUMAS
• Base oil dan aditif dicampur dengan komposisi tertentu (berdasarkan formula/resepyang telah teruji baik di lab. Maupun di lapangan)
• Campuran diaduk selama waktu tertentu dan suhu tertentu sampai dengan homogen(proses blending)
• Contoh pelumas diambil untuk dianalisa laboratorium (lube oil quality check)
• Pelumas hasil blending siap diisikan ke pembungkus drum/lithos setelah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
53
BASE OIL
54
BASE OIL
• Secara umum base oil dapat dibedakan menjadi:
– Base Oil Mineral
– Base Oil Sintetis
– Base Oil dari tumbuhan
55
BASE OIL
• MineralBerasal dari proses pemurnian Kilang, yang membersihkan Crude Oil (minyak mentah ) menjadi base oil tertentu.
• SintetisBerasal dari rekasi kimia (sintesa) beberapa senyawa kimia tertentu yang menghasikan satu jenis senyawa kimia dengan sifat yang diharapkan.
• Tumbuhan Merupakan alternatif dari sumber terbarukan, namun masih
mempunyai kelemahan diantaranya• Ketahan oksidasi dan panas rendah• Pour point tinggi• Viscositas terbatas pada yang encer
56
Bergantung pada lokasinya kualitas Crude Oil ditentukan oleh :– Jenis hydrocarbon
• Saturate• Aromate
– Kadar Sulfur– Kadar Nitrogen
Kualitas Base Oil ditentukan oleh Kualitas Crude Oil
57
PROSES KILANG
Proses kilang untuk mendapat sifat-sifat yang diharapkan :
. Viskositas
. Flash Point
. Pour Point
. Kestabilan oksidasi
. Ketahanan terhadap panas
58
BASE OIL
• Pembagian jenis Base Oil berdasarkan American Petroleum Institute (API) Category
Base Oil
Catagory
Sulfur
(% w/w)
Saturates
(% w/w)
Viscosity
Index
Group I > 0.03 < 90 80 to 120
Group II =< 0.003 >= 90 80 to 120
Group III =< 0.003 >= 90 > 120
Group IV All polyalphaolefins (PAOs)
Group V All Other not include in Group I,II,III or IV
59
1. Anti Oxidant
2. Detergent
3. Dispersant
4. Anti karat/anti korosi
5. Antiwear/Extreme pressure
6. Pour Point depressant
7. Friction Modifier8. Anti Foam9. Metal Deactivator
1.Mencegah terjadinya oksidasi pada molekul pelumas
2.Menjaga permukaan metal bebas dari kotoran dan menetralisisr asam.
3.Mengendalikan kotoran/Contaminant agar terdispersi secara merata dalam pelumas.
4.Mencegah terjadinya korosi/karat pada bagian metal yang berhubungan dengan pelumas.
5.Mencegah gesekan & keausan bagian mesin dalam kondisi beban berat.
6.Menekan titik beku pelumas agar mudah mengalir pada suhu rendah.
7.Meningkatkan tingkat kelicinan dari film pelumas
8.Mencegah pembentukan busa pada pelumas.9.Mengundang efek “katalis” dari partikel
keausan mesin dalam mencegah akselerasi proses oksidasi pelumas.
Type Aditif Kegunaannya
JENIS ADITIF JENIS ADITIF
60
GAMBARAN UMUMPERBANDINGAN MUTU DAN JENIS BASE OIL
Jenis SG SH SJ SL SMPerformanceMineral/syntetis Ekivalen Ekivalen Ekivalen Ekivalen EkivalenKm operasi
5000 - 1000010.000 - 20.00020.000 - 50.000
Meningkat
Sintetis
MineralMineral/Sintetis
61
• Pelumas sintetis mempunyai ketahanan degradasi yang baik, sehingga masa pakai bisa menjadi lebih lama s/d 50.000 km
• Untuk penggunaan s/d 20.000km, pelumas mineral atau sintetis dengan performance sama, mempunyai kemampuan pelumasan relatif sama
• Diatas 20.000 km pelumas mineral sulit diformulasikan
• Harga pelumas sintetis relatif mahal (+/- 4 kali pel mineral)
Pelumas Sintetis dan Pelumas Mineral
62
GANGUAN MESIN DAN PELUMASAN
63
CEPAT KENTAL?
• Terjadi proses degradasi/oksidasi, yaitu kerusakan pelumas, umumnya karena :– Pelumas dapat diduga palsu– penggunaan pelumas yang tidak sesuai– Kondisi operasi berlebihan (overload)– Kondisi mesin tidak normar (overheating),
• Penggulangan– Gunakan pelumas yang sesuai (API,SAE)– Hindari pelumas palsu– Chek kondisi mesin/dan pembebanan– Check sistim air pendingin :
• Apakah air pendingin cukup• Apakah radiator berfungsi• Apakah extra fan dalam kondisi baik
64
CEPAT ENCER ?
• Pelumas menjadi encer disebabkan :– Degradasi (khususnya pelumas multigrade)– Kontaminasi
• Fuel dilution• Air berlebih
– Salah topping-up
65
DEGRADASI (PELUMAS MULTIGRADE)
Km
Vis
cosi
tas
10
0 C
c.S
t.
5.000 10.000
Monograde (SAE 40) API CF
Multigrade (SAE 15W-40) API CH4
SAE 30
SAE 40
SAE 50
9.3
12.5
16.0
15.000
66
PELUMAS MULTIGRADE
– Akan mengalami penurunan kekentalan pada perioda 2000 -5000 km karena pecahnya molekul polymer additve (viacositas index improver)
– Penurunan kekentalan ini dapat ditolelir selama penurunan kekentalan ini tidak melampau batas viscositasnya (SAE-nya)
– Selanjutnya kekentalan akan stabil – Pada km tertentu akan terjadi kecenderungan kenaikan
kekentalan karena degradasi pelumasnya (oksidasi)
67
PELUMAS MONOGRADE
• Kekentalannya relatif lebih stabil dan tidak ada kecenderungan turun (menjadi encer)
• Pada saat tertentu secara perlahan kekentalan akan naik seiring dengan terjadinya awal proses degradasi (oksidasi)
• Pada akhirnya kekentalan akan naik dengan pesat, yang menandakan kerusakan pelumas, dan pelumas mutlak harus segera diganti
68
PELUMAS CEPAT ENCER
• Degradasi polymer (VII) pada pelumas multigrade• Adanya kontaminasi baik dari air pendingin (berlebihan)
atau bahan bakar dari ruang bakar• Dapat pula disebabkan karena salah topping-up, yaitu
penambahan pelumas dengan SAE yang lebih rendah
69
PELUMAS CEPAT HITAM
• Pelumas menjadi hitam bisa terjadi disertai dengan:– Menjadi lebih kental – Kekentalan relatif normal
70
PELUMAS CEPAT HITAM(Lanjutan)
• Disertai kenaikan kekentalan :
Karena adanya senyawa karbon baik dalam bentuk jelaga (soot) atau deposit, yang selanjutnya menyebabkan degradasi/kerusakan pelumas (oksidasi) yang dapat menimbulkan pembentukan semacam lumpur (sludge) sehingga meningkatkan kekentalan
71
PELUMAS CEPAT HITAM (Lanjutan)
• Kekentalan normal– Merupakan hal yang positif, karena dalam additive
detergent bekerja dengan baik melarutkan endapan karbon (deposit) yang menempel pada bagian mesin
– Kotoran ini kemudian dikendalikan oleh kekuatan additive dispersant dan anti oksidasi sehingga tidak terbentuk lumpur atau molekul besar yang berbahaya
72
TBN Anjlok
• TBN normalnya akan terus turun sepanjang penggunaan • Terjadi karena zat basa (TBN) pada pelumas akan
terpakai secara terus menerus untuk menetralkan asam yang terbentuk selama pembakaran
• Zat basa tersebut akan bertambah bila di topping-up• Bila konsumsi pelumas sangat kecil penurunannTBN
akan cukup drastis• Nilai TBN diatas 50% dari nilai awalnya masih sangat
memadai• Kecepatan penurunan TBN bergantung pada :
– Kadar belerang/sulphur dalam bahan bakar (solar) yang digunakan
– Konsumsi pelumas (jumlah topping-up)– Jenis additive (pengaruhnya relatif kecil)
73
Pelumas Bisa Dipakai 2X Lebih Lama
• Sesuai kualitas (performance) setiap pelumas yang baik dan asli anjuran penggunaan :– mineral dapat digunakan untuk perioda tertentu
minimal 5000, sampai10.000, dan bahkan 15.000 km– Pelumas sintetis bisa sampai 40.000 - 50.000 km
• Opini awam yang sudah terbentuk, pelumas harus diganti setiap 2500-3000 Km
• Dengan demikian sebenarnya pelumas mineralpun dapat digunakan berlipat kali dari opini awam tersebut
• Waktu penggantian yang pasti dapat dilaksanakan melalui monitoring dengan melaksanakan sampling dan lab.test selama penggunaan pelumas tersebut (oil monitoring)
74
TAMBAHAN ADDITIVE
• Pelumas sudah diproduksi dengan formula(resep) yang seimbang (balance) dan teruji untuk masing-masing kualitas (klasifikasi API)
• Penambahan additive dapat menganggu keseimbangan dan dapat terjadi reaksi kimiawi
• Banyak terjadi kasus kegagalan pelumasan karena penambahan additive
• Tidak diperlukan dan tidak dianjurkan
75
Sering Nambah Oli
• Penambahan oli yang terlalu banyak dapat terjadi karena :– Kebocororan ring piston sehingga oli ikut terbakar– Seal (packing) bocor oli keluar dari mesin– Oli terlalu encer (SAE 0W/30)
76
Suara Mesin Kasar
• Berhubungan dengan perlindungan lapisan pelumas yang utamanya terkait dengan tebalnya lapisan pelumas (kekentalan/SAE) yang memadai sepanjang operasi mesin
• Ketebalan dapat menjadi tidak cukup bila :– Kekentalan menurun karena :
• degradasi terutama pada mutigrade• Kontaminasi (bahan bakar, air pendingin)
– Beban terlalu tinggi– Kondisi mesin kurang baik
77
Metal (bering) Kemakan (aus)
• Metal (bearing) umumnya mengandung lapisan logam Timah hitam/lead (Pb)
• Keausan bering pada tingkatan tertentu adalah normal• Pelumasan pada bering lebih mengutamakan pada faktor ketebalan
lapisan pelumas (load carrying capasity) yang ditentukan oleh :– Adanya lapisan pelumas dan cukup tebal (berkaitan dengan
kekentalan (pemilihan SAE)– Operasi (beban, temperatur) normal
• Perlindungan pelumasan akan terganggu bila :– Ada kotoran masuk (debu), atau partikel logam yang tersisa dari
proses sebelumnya– Pelumas menjadi relatif kental/encer – Beban atau kondisi operasi abnormal
78
Mesin Panas
• Mesin panas dapat terjadi karena :– Fungsi pendinginan yang kurang baik
• Extra van tidak berfungsi• Air pendingin kurang• Radiator kotor• Jumlah pelumas sangat kurang
– Produksi panas berlebihan• Beban berlebihan• Pembakaran tidak sempurna• Pelumas terlalu encer/terlalu kental