Post on 25-Apr-2019
MANAJEMEN PENGHIMPUNAN WAKAF UANG
PADA BADAN WAKAF INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Hafidz Maulana Fikri
1112053000015
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
v
ABSTRAK
Hafidz Maulana Fikri, NIM: 1112053000015, Manajemen Penghimpunan
Wakaf Uang Pada Badan Wakaf Indonesia (BWI), Program Studi
Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Dibimbing Oleh Dr. H. Ahmad Rojalih Jawab, MA
Wakaf merupakan instrumen finansial Islam yang memiliki kertekaitan
langsung secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan
ekonomi, seperti pemberdayaan ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, dan
peningkatan sumber daya manusia. Dalam jangkauan yang lebih luas, kehadiran
wakaf uang dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan
manajemen yang rapi, teratur, dan profesional disertai kualitas para pengelolanya.
Di Indonesia pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur
oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kehadiran BWI, Badan Wakaf Indonesia
bukan hanya berfungsi sebagai regulator yang mengatur perwakafan di Indonesia
yang hanya bertugas membina nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf, tetapi juga berperan sebagai operator atau nazhir, yang berarti
Badan Wakaf Indonesia berhak untuk mengelola dan mengembangkan harta
benda harta wakaf yang diterima dari waqif, agar harta benda wakaf tersebut
menjadi lebih produktif, bermanfaat optimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat
luas.
Agar wakaf uang yang berhasil dihimpun lebih banyak, diperlukan
manajemen yang baik dalam proses penghimpunan. Dari proses penghimpunan
yang maksimal maka jumlah wakaf uang yang diterima pun lebih banyak,
sehingga apabila wakaf uang tersebut diinvestasikan, akan menghasilkan
keuntungan yang besar pula, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Adapun
teori yang digunakan adalah teori George R. Terry mengenai fungsi-fungsi
manajemen yang mencakup Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana
manajemen penghimpunan wakaf uang yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian
yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Yaitu
menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian
dianalisis lebih lanjt untuk ditarik kesimpulan. Metode ini peneliti gunakan untuk
menggambarkan penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang pada Badan Wakaf
Indonesia. Sedangkan tehnik yang digunakan peneliti untuk memproleh data-data
adalah dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dari Badan Wakaf
Indonesia.
Hasil dari penelitian manajemen penghimpunan wakaf uang pada Badan
Wakaf Indonesia yaitu Badan Wakaf Indonesia telah menerapkan fungsi-fungsi
manajemennya sesuai dengan teori manajemen, meskipun masih ada yang perlu
diperbaiki dan dimaksimalkan seperti proses penghimpunannya agar dapat lebih
maksimal lagi wakaf uang yang diperoleh.
Keyword: Manajemen Penghimpunan , Wakaf Uang dan Badan Wakaf Indonesia.
vi
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر بسم هللا الر
Puja dan puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Semesta Alam, Allah
SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada nabi kita, Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya sebagai suri tauladan kita
dalam menjalankan kehidupan ini.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis,
Ibunda Drs. Hj. Risnawati, M.Pdi dan Ayahanda Drs. H. Riduan Syahrani, M.Si
yang senantiasa mencurahkan cintanya, kasih saying serta doanya yang selalu
mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi
ini dapat peneliti selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Selanjutnya juga yang paling penting peneliti ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berjibaku
membantu dan mendukung peneliti dalam proses penulisan skripsi ini, baik yang
telah memberikan dukungan berupa waktu, tenaga, biaya atau pun dorongan
moril. Karena peneliti yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya
bagi peneliti untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu, izinkan
peneliti untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Suparto, M.Ed
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA, selaku
vii
Wakil Dekan II Bidang Administrasi. Bapak Dr. Suhaemi, MA selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, dan Bapak Drs. Sugiarto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
3. Bapak Dr. H. Ahmad Rojali Jawab, MA, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan banyak masukan kepada penulis, sabar dalam membimbing
penulis dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing serta
memberikan arahan, petunjuk, saran dan motivasi yang sangat bermanfaat
bagi peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta seluruh civitas
akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan
bimbingan selama penulis berada dalam masa-masa perkuliahan.
5. Peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga, khususnya:
Ibunda Drs. Hj. Risnawati, M.Pdi dan Ayahanda Drs. H. Riduan Syahrani,
M.Si, dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan selalu
menanyakan kapan wisuda.
6. Dosen Penguji I Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM dan Dosen Penguji II
Bapak Amirudin, M.Si.
7. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Dakwah serta Perpustakaan
Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Segenap Pihak Badan Wakaf Indonesia, Khususnya Bapak Sigit Indra
Purwanto, Bapak Nurkaib, Bapak, Hadi, Bapak Haris, Ibu Nurfitra yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, serta
viii
seluruh Pengurus dan Pelaksana Harian Badan Wakaf Indonesia yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
9. Berjuta terima kasih untuk sahabat-sahabat anggota angkatan 35 Pondok
Pesantren Darunnajah atas tawa, tangis, canda, senang, sedih, pengalaman,
cerita yang telah dibagikan kepada peneliti dan seluruh alumni Pondok
Pesantren Darunnajah khususnya Ahmad Kamal Fanani.
10. Beribu-ribu terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh anggota kelompok
KKN NASA (Nasionalisme Mahasiswa).
11. Banyak terima kasih yang untuk teman-teman sekelas di Manajemen
Dakwah.
12. Kepada seluruh sahabat-sahabati PMII KOMFAKDA terima kasih atas
dukungan dan semangat yang telah diberikan.
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………..... v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah......................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 5
D. Metodologi Penelitian....................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka................................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan.................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Penghimpunan….......................................................... 12
1. Pengertian Manajemen............................................................... 12
2. Penghimpunan Wakaf Uang..................................................... 13
3. Fungsi-Fungsi Manejemen......................................................... 16
B. Wakaf Uang..................................................................................... 25
1. Pengertian Wakaf Uang............................................................ 25
2. Dasar Hukum Wakaf Uang....................................................... 27
3. Rukun dan Syarat Wakaf.......................................................... 32
4. Macam-Macam Wakaf............................................................. 35
x
BAB III PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Badan Wakaf Indonesia.................................................... 40
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia............................ 41
C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia.......................................... 43
D. Stratetegi Badan Wakaf Indonesia................................................ 43
E. Program- Program Badan Wakaf Indonesia.................................. 44
F. Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia................................. 46
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGHIMPUNAN WAKAF UANG
PADA BADAN WAKAF INDONESIA
A. Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang pada BWI..................... 49
B. Analisis Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang pada BWI…... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 77
B. Saran.............................................................................................. 78
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan
adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan
dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat
kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang1.
Wakaf uang atau wakaf tunai merupakan hal baru di Indonesia. Padahal di
beberapa negara, seperti Mesir, Turki, Bangladesh masalah wakaf uang sudah
lama dikaji dan dikembangkan. Kenyataan ini menunjukkan wakaf merupakan
instrumen keuangan umat yang sangat potensial untuk dikembangkan.2 Jika wakaf
uang dapat dikelola dengan baik serta mengoptimalkan proses penghimpunan,
maka akan ada potensi yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan untuk
pemberdayaan dan kesejahteraan umat.
Wakaf dalam bentuk uang dipandang sebagai salah satu pilihan yang dapat
membuat wakaf mencapai hasil lebih banyak. Karena dalam wakaf uang ini, uang
tidak hanya digunakan sebagai alat tukar-menukar saja. Lebih dari itu, uang
merupakan komoditas yang siap menghasilkan dan berguna untuk pengembangan
aktivitas perekonomian. Secara ekonomi, wakaf uang ini sangat besar potensinya
untuk dikembangkan, karena dengan model wakaf uang ini daya jangkau serta
1 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006) h. 1 2 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.225
2
mobilisasinya akan jauh lebih merata di tengah-tengah masyarakat dibandingkan
dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan). Sebab
wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan hanya dapat dilakukan oleh keluarga
individu yang terbilang mampu.3 Wakaf uang juga memilki kelebihan lain jika
dibandingkan dengan zakat, karena wakaf uang tidak hanya terbatas pada
mustahiq atau delapan golongan ashnaf yang berhak menerima zakat, tetapi wakaf
dapat dirasakan manfaatnya oleh siapa saja tanpa ada batasan baik itu orang kaya
maupun orang miskin. Namun wakaf tersebut tentu akan lebih bermanfaat apabila
digunakan untuk pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu.
Wakaf merupakan instrumen finansial Islam yang memiliki kertekaitan
langsung secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan
ekonomi, seperti pemberdayaan ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, dan
peningkatan sumber daya manusia. Dalam jangkauan yang lebih luas, kehadiran
wakaf uang dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan
manajemen yang rapi, teratur, dan profesional disertai kualitas para
pengelolanya.4
Di Indonesia pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur oleh
Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI)
merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia.
3 Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika,
2010 ) h. 109 4 Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 339
3
Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di
Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.5
Badan Wakaf Indonesia bukan hanya berfungsi sebagai regulator yang
mengatur perwakafan di Indonesia yang hanya bertugas membina nazhir dalam
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, tetapi juga berperan sebagai
operator atau nazhir, yang berarti Badan Wakaf Indonesia berhak untuk mengelola
dan mengembangkan harta benda harta wakaf yang diterima dari waqif, agar harta
benda wakaf tersebut menjadi lebih produktif, bermanfaat optimal dan dapat
dirasakan oleh masyarakat luas, sebagaimana fungsi Badan Wakaf Indonesia
sebagai regulator sekaligus operator ini telah tertuang di dalam Undang-Undang
No. 41 Tahun 2004 Pasal 49 Ayat 1, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.
Berdasarkan Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang Badan Wakaf
Indonesia pada tahun 2015, jumlah wakaf tunai yang berhasil dihimpun oleh
BWI, berjumlah Rp.4.115.823.569, yang diterima melalui 16 bank syariah atau
dikenal dengan Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
Jumlah wakaf uang yang diterima BWI ini dapat dikatakan tidak begitu besar jika
dibandingkan dengan lembaga pengelola wakaf lain seperti Tabung Wakaf
Indonesia yang berhasil memperoleh Rp. 8.295.091.425 atau PPPA Darul Qur‟an
yang menerima Rp. 18.479.402.263.6 Padahal jika jumlah wakaf uang yang
diterima Badan Wakaf Indonesia lebih banyak lagi, tentu akan berdampak positif
5 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 445 6 Badan Wakaf Indonesia, Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang, (Jakarta: Badan
Wakaf Indonesia, 2015)
4
pada pengelolaan atau penginvestasian wakaf uang tersebut, yang nantinya hasil
keuntungan dari proses pengelolaan wakaf uang tersebut akan disalurkan kepada
masyarakat.
Untuk mencapai penerimaan wakaf uang yang jumlahnya lebih tinggi lagi,
perlu digunakan manajemen yang baik dalam penghimpunan (fundraising) wakaf
uang dan juga diiringi dengan proses pengelolaan (penginvestasian) wakaf uang
yang baik agar wakaf uang yang telah berhasil dihimpun tadi dapat bertambah
jumlahnya, sehingga hasil dari pengelolaan wakaf uang tersebut dapat dirasakan
masyarakat luas khususnya umat Islam. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin
mengkaji lebih jauh tentang manajemen penghimpunan wakaf uang yang
diterapkan Badan Wakaf Indonesia. Karena atas dasar inilah peneliti tertarik untuk
meneliti dengan mengangkat judul: “Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang
Pada Badan Wakaf Indonesia”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah didalam penulisan skripsi ini menjadi lebih
terarah dan terfokus, maka peneliti membatasi hanya pada masalah
manajemen penghimpunan wakaf uang yang diterapkan oleh Badan Wakaf
Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana manajemen penghimpunan wakaf uang oleh Badan Wakaf
Indonesia?
2. Bagaimana hasil penghimpunan wakaf uang oleh Badan Wakaf Indonesia?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui bagaimana manajemen penghimpunan wakaf uang yang
dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia.
b. Memperoleh gambaran hasil penghimpunan wakaf uang yang diterapkan
oleh Badan Wakaf Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini nantinya
dapat bermanfaat bagi:
a. Program studi Manajemen Dakwah, hasil penelitian ini dapat menambah
khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberi informasi yang
berharga mengenai wakaf uang.
b. Peneliti sendiri, manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai strategi yang tepat dalam penghimpunan wakaf
uang.
c. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan
pelajar, mahasiswa, akademisi dan peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti lebih jauh mengenai wakaf, serta bermanfaat bagi universitas
dalam proses pendidikan, penelitian dan pengabdian terhadap
masyarakat.
d. Penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat, instansi atau lembaga
terkait yang mengelola wakaf, khususnya Badan Wakaf Indonesia, agar
dikemudian hari dapat menggali potensi wakaf lebih maksimal, terutama
6
potensi wakaf uang, sehingga wakaf uang tersebut menjadi lebih
berkembang, produktif dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat
secara luas.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, menurut
Taylor dan Bogdan penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.7 Yaitu metode
penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah manajemen penghimpunan dan pengelolaan
wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia, sedangkan yang menjadi objek
penelitian ini adalah Badan Wakaf Indonesia.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti telah melakukan penelitian di Badan Wakaf Indonesia pada
tanggal 22 September 2016, yang bertempat di Sekretariat: Gedung Bayt Al
Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jl. Raya TMII Pintu 1 - Jakarta
Timur 13560.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, lalu
7 Bagong Suyanto, dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 166
7
kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil kesimpulan akhir. Ada beberapa
teknik yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
a. Observasi
Peneliti menggunakan teknik ini agar dapat melihat secara langsung
kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta interaksi interpersonal,
dengan observasi lapangan maka peneliti bisa mendapatkan data-data dan
informasi yang berkaitan dengan skripsi ini, peneliti mengamati langsung ke
objek penelitian yaitu Badan Wakaf Indonesia. Observasi partisipasi adalah
observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam
kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai observer,
artinya peneliti merupakan bagian dari kelompokyang ditelitinya. 8
b. Wawancara
Tehnik ini digunakan peneliti untuk memperoleh kutipan langsung
berupa pengalaman, pendapat, dan pengetahuan secara mendalam, dari
pelaksana tugas harian di Badan Wakaf Indonesia, dan yang menjadi key
informan atau narasumber dalam ini adalah bapak Sigit Indra Prianto, selaku
staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Badan Wakaf Indonesia.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.9 Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data berupa
dokumen-dokumen yang berasal dari Badan Wakaf Indonesia, baik itu
berupa jurnal, majalah, kliping, buletin, dsb. Yaitu mengumpulkan data
8 http://klikbelajar.com/umum/observasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/ diakses pada
tanggal 07 Oktober 2016, pada pukul 15.55 wib 9Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h. 73
8
berdasarkan laporan yang didapat dari lembaga yang diteliti ini dan laporan
lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis melakukan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya
menjadi sebuah karya ilmiah, langkah yang penulis tempuh untuk penyusunan
skripsi ini adalah mengkaji skripsi-skripsi terdahulu yang memiliki judul hampir
sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian disini ialah, untuk
mengetahui apa yang akan penulis teliti saat ini, tidak sama dengan penelitian dari
skripsi-skripsi terdahulu. Agar di kemudian hari tidak menimbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti menduplikat hasil karya orang lain, maka penulis
memandang perlu untuk mempertegas judul dan hasil penelitian dari skripsi
tersebut:
1. Skripsi berjudul: “Manajemen Penghimpunan Dan Pendayagunaan ZIS Dan
Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi pada Lembaga Amil Zakat Portal
Infaq”, oleh Wahyudin, NIM 102053025719, mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, pada skripsi ini
membahas lebih dalam tentang manajemen penghimpunan dan
pendayagunaan zakat, infaq, shodaqah dan wakaf dengan menggunakan
teknologi informasi yang diterapkan oleh LAZ Portal Infaq dan skripsi ini
lebih banyak membahas mengenai zakat, infaq dan sedekah. Skripsi ini
memiliki perbedaan yaitu tentang wakaf uang yang dibahas pada skripsi ini
lebih sedikit.
2. Skripsi berjudul: ” Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada BAZNAS”,
oleh Ahmad Nursamsi, NIM 111003000004 , mahasiswa Fakultas Dakwah
9
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, pada skripsi ini
membahas tentang bagaimana manajemen penghimpunan dana ZIS yang
diterapkan BAZNAS dengan menggunakan teori POAC, untuk melihat
apakah proses penghimpunan berjalan efektif dan efisien. Perbedaan skripsi
ini lebih banyak membahas bagaimana manajemen penghimpunan zakat,
infaq, dan sedekah pada BAZNAS.
3. Skripsi berjudul: “Strategi Public Relations Badan Wakaf Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Wakaf Tunai”, oleh Fatmawati Harahap, NIM
109051000106, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, pada skripsi ini membahas lebih menekankan
tentang dalam tentang metode komunikasi yang berkaitan dengan strategi
yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf
uang. Perbedaan skripsi yang ditulis oleh saudari fatmawati ini yaitu, skripsi
ini lebih banyak membahas tentang strategi untuk hubungan masyarakat
dalam mensosialisasikan wakaf uang dan juga dari segi metode komunikasi
yang digunakan Badan Wakaf Indonesia sedangkan skripsi yang peneliti
susun saat ini lebih banyak membahas mengenai manajemen penghimpunan
dan pengelolaan wakaf uang.
10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam BAB ini dikemukakan teori-teori yang melandasi dan
mendukung penelitian. Yang meliputi definisi manajemen, definisi
penghimpunan, fungsi-fungsi manajemen, definisi wakaf uang, dasar
hukum wakaf uang, rukun dan syarat wakaf, macam-macam wakaf.
BAB III PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA
Berisikan sejarah Badan Wakaf Indonesia, visi dan misi, struktur
organisasi, tugas dan wewenang, strategi Badan Wakaf Indonesia, program
kerja Badan Wakaf Indonesia.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Berisikan hasil temuan dan analisis manajemen penghimpunan
wakaf uang di Badan Wakaf Indonesia yang bertempat di Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta Timur.
BAB V PENUTUP
Pada BAB ini berisikan kesimpulan dari penelitian manajemen
penghimpunan wakaf uang yang dilakukan, juga saran-saran dari penulis
untuk Badan Wakaf Indonesia dan penelitian lebih lanjut.
11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Penghimpunan
1. Pengertian Manajemen
Bila dilihat ecara etimologi kata Manajemen berasal dari bahasa latin,
yaitu kata manus dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung
menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. 10
Kemudian,
Managere diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to
manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang
melakukan kegiatan Manajement.11
To manage yang secara umum berarti
mengelola, mengurusi. Manajemen merupakan kebutuhan penting untuk
memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi. Untuk
memastikan tercapainya tujuan organisasi, maka para ilmuwan berusahan
mencari metode, system dan teori, sehingga dikenal lah ilmu manajemen.12
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai manajemen, penulis
mengemukakan beberapa pendapat para ahli, mengenai pengertian
manajemen, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut G.R Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu
proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk menentukan
10
http://www.ekoonomi.com/2016/08/manajemen.html diakses pada tanggal 15
September 2016 pada pukul 20.35 wib 11
http://www.ekoonomi.com/2016/08/manajemen.html diakses pada tanggal 15
September 2016 pada pukul 20.35 wib 12
Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, (Yogyakarta: Zikrul Hakim, 2015)
hal. 26
13
serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.13
b. James A.F Stoner mendefiniskan manajemen sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen sebagai seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha
orang lain.14
c. Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu atau
seni yang bertujuan untuk mengatur dan mengelola sumber daya yang ada
melalui proses perencanaan pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan
secara efektif dan efisien.
2. Pengertian Penghimpunan
Penghimpunan atau penggalangan dana dalam bahasa Inggris disebut
fundraising. Dan orang yang mengumpulkan dana disebut fundraiser.16
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggalangan memiliki
13
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengetian, Dan Masalah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011) h. 3 14
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 15 15
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengetian, Dan Masalah, (Jakarta: Bumi
Aksara,2011) h. 3 16
Peter Salim, Salim’s Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta: Modern
English Press, 2000) cet. Ke-1, h. 607
14
makna proses, cara perbuatan mengumpulkan, penghimpunan dan
pengerahan.17
Aktivitas fundraising adalah serangkaian kegiatan menggalang dana/daya,
baik dari individu, organisasi, maupun badan hukum. 18
Fundraising juga
merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calon donator agar mau
melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan sebagian hartanya.
Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan tehnik
yang dapat dilakukan. Pada dasarnya ada dua jenis yang bisa digunakan, yaitu
langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect). Metode langsung
adalah metode yang menggunakan tehnik-tehnik atau cara-cara yang
melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Misalnya melalui direct mail,
direct advertising, telefundraising,dan presentasi langsung. Sedangkan,
metode fundraising tidak langsung dan merupakan suatu metode yang
menggunakan tehnik atau cara yang tidak melibatkan partisipasi waqif secara
langsung. Metode ini dilakukan dengan metode promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra lembaga yang kuat tanpa diarahkan untuk transaksi
donasi pada saat itu. Misalnya advertorial, image campaign, dan
penyelenggaraan suatu kegiatan melalui perantara, menjalin relasi, melalui
referensi dan media para tokoh.
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) edisi ke-3, h.612 18
Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Perkembangan Hukum dan Tata
Kelola Wakaf Di Indonesia, ( Bekasi: Gramata Publishing, 2015) h. 200
15
Sedangkan menurut para ahli, penghimpunan didefinisikan sebagai
berikut:
1. Menurut Fred R. David, di dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep,
strategi menggalang dana adalah tulang punggung kegiatan menggalang
dana yang akan dilakukan dan dalam penggalangan dana juga diperlukan
beberapa perumusan. Perumusan strategi dalam hal ini adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan, kelemahan secara internal, menghasilkan strategi
alternatif dan strategi tertentu yang akan dilaksanakan.19
2. Menurut Rozalinda, di dalam bukunya Manajemen Wakaf Produktif,
Fundraising termasuk proses memengaruhi masyarakat (calon waqif)
agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang
sebagai wakaf maupun untuk sumbangan pengelolaan harta wakaf.
Kegiatan pengerahan dana ini sangat berhubungan dengan kemampuan
perseorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan
memengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran, kepedulian,
dan motivasi untuk melakukan wakaf.20
3. Secara makro, menurut Dian Masyita dalam laporan penelitiannya, dalam
pengelolaan wakaf uang sektor fundraising, dana wakaf uang adalah
salah satu model yang dapat diterapkan. Tanggung jawab pada sektor ini
adalah mengumpulkan dana wakaf uang dari waqif. Kemudian,
mendistribusikannya pada investasi portofolio. Keuntungan dari investasi
didistribusikan tergantung pada permintaan waqif, seperti pendidikan,
19
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Ter. Dari Strategic Management (Jakarta:
Prenhalindo, 2002) h. 15 20
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 138
16
infrastruktur, rehabilitasi keluarga, kesehatan, dan sanitasi kesehatan
publik.21
Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa
penghimpunan wakaf uang merupakan proses menggalang, dan menghimpun
dengan cara menarik dan mempengaruhi calon waqif agar mau mewakafkan
sejumlah uang yang kemudian di investasikan dan hasil keuntungannya
disalurkan kepada masyarakat sesuai keinginan waqif, lalu peneliti
menyimpulkan bahwa manajemen penghimpunan merupaka suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan suatu sumber
daya organisasi khsusunya sumber daya manusia dalam menghimpun dan
menggalang wakaf uang untuk kemudian hasil dari penghimpunan tersebut di
kelola dalam bentuk investasi yang kemudian hasilnya disalurkan kepada
mauquf alaih.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen
Menurut George R Terry dalam bukunya Principles of Management
sebagaimana dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
manajemen ada empat yaitu, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.22
Peneliti menyimpulkan bahwa agar suatu manajemen
dapat berjalan dengan baik maka diperlukan fungsi-fungsi manajemen, yang
dimulai dari proses perencanaan yang bertujuan untuk membuat suatu tujuan
jangka panjang dari sebuah organisasi dengan jelasnya tujuan dari organisasi
maka menjadi jelas tujuan yang ingin dicapai organisasi tersebut dan tujuan
tersebut bisa berupa visi, misi dan program. Kemudian proses selanjutnya
21
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 139 22
Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Bandar Maju, 2010) h. 133
17
adalah pengorganisasian yang bertujuan untuk membagi tugas dengan cara
membentuk divisi-divisi yang kemudian akan menjalankan program-program
yang telah direncanakan, lalu kemudian penggerakan yang mana fungsi ini
merupakan proses menjalankan program yang telah direncanakan. Agar suatu
program dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan pengawasan untuk
melihat sejauh mana efektifitas program tersebut berjalan dan sumber daya
manusia yang menjalankan program tersebut.
a. Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan23
Langkah-langkah perencanaan menurut Abdul Rosyad
Shalehdalam bukunya Manajemen Dakwah Islam, terdiri dari beberapa
langkah, yaitu :
1) Perkiraan dan penghitungan masa depan (forecasting).
2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
3) Penetapan metode.
4) Penetapan penjadwalan waktu
5) Penempatan lokasi24
23
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta:
GhaliaIndonesia, 2004), h.38. 24
Abdul Rasyad shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1993) Cet, ke-3 h. 54
18
b. Pengoraganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan
tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi
kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian
kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara
bertanggungjawab. Untuk mengatur urutan jalannya arus pekerjaan perlu
dibuat ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja antar unit.25
Yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah mengajak
manusia dalam organisasi, membagi tanggung jawab, mengelompokkan
pekerjaan dalam beberapa unit, menyusun, mengaplikasikan sumber
daya, dan menciptakan yang baik sehingga sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan secara
maksimal.26
Langkah-langkah pengorganisasian ada beberapa macam yakni
sebagai berikut:
1) Pembagian tugas kerja.
2) Pemberian wewenang.27
c. Penggerakan (Actuating)
Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan H. Malayung
Sondang. Maksudnya, Pengarahan adalah membuat semua anggota
25
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet
ke-1,h. 60. 26
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 78 27
Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29
19
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja ikhlas serta bergairah untuk
mencapai suatu tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian.28
Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
“Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik
dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas
bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien, efektif, dan ekonomis”.29
d. Pengawasan (Controlling)
Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry
Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah
suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,
perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan30
Adapun langkah-langkah pengawas sebagai berikut:
1. Menetapkan standar
2. Mengukur kinerja
3. Memperbaiki penyimpangan31
28
Malayu Sondang, Manajemen, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Cet. Kelima, h. 41 29
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet
ke-1, h.95. 30
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2004), h. 61. 31
A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia,
1996) h. 88
20
B. Wakaf Uang
1. Pengertian Wakaf Uang
Wakaf adalah ibadah maliyah, yang berakitan dengan harta yang diatur
secara spesifik di dalam agama.32
Kata wakaf berasal dari kata kerja bahasa
Arab waqafa, yaqifu dan waqfan yang secara etimologi (lughah, bahasa) berarti
berhenti, berdiri, berdiam di tempat, atau menahan.33
Dalam pengertian
terminologi, wakaf diartikan sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan
dengan jalan menahan pemilik asal (tahbisul ashi), lalu menjadikan menfaatnya
berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashi ialah menahan barang yang
diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan digadaikan, dan
sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah digunakan sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa imbalan.
Berikut adalah pendapat para ulama tentang wakaf:
Pertama, menurut Al-Minawi wakaf adalah: “Menahan harta benda yang
dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan
keabadiannya, yang berasal dari para dermawan (wakif) atau pihak umum,
semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt”.34
Kedua, Imam Nawawi, mendefinisikan wakaf sebagai berikut: “Penahanan
harta yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan barangnya,
32
Nur Faizin Muhith, Dahsyatnya Wakaf, (Jakarta: Al-Qudwah, 2013) h. 36 33
Suhrawardi K. Lubis, dkk, Wakaf & Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010) h. 3 34
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek
Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2013) h. 11
21
terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya disalurkan
semata-mata untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt.35
Ketiga, Ibnu Qudamah mendifinisikan, wakaf adalah menahan pokok harta
dan menyalurkan hasilnya.36
Berdasarkan beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh beberapa
ahli fikih (fuqaha) di atas, terlihat dengan jelas bahwa mereka memiliki
substansi pemahaman yang sama, yakni bahwa wakaf adalah menahan harta
atau menjadikan harta bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan agama.37
Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang
diwakafkan oleh waqif. Harta benda wakaf terdiri dari benda yang tidak
bergerak dan yang bergerak.38
Contoh dari harta benda wakaf yang tidak
bergerak seperti wakaf tanah, bangunan, dll. Sedangkan wakaf yang bergerak
seperti uang, emas, surat berharga dan kendaraan.
Dari beberapa definisi wakaf yang telah disebutkan, peneliti
menyimpulkan bahwa wakaf merupakan suatu perbuatan yang dilakukan
sesesorang dengan cara menahan hartanya dalam artian tidak diwariskan, dijual
atau dihibahkan, baik harta tersebut sebagai benda tidak bergerak seperti tanah
maupun benda bergerak seperti wakaf uang yang kemudian dikelola secara
produktif dan kemudian hasil keuntungannya disalurkan untuk kepentingan
35
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek
Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2013) h. 11 36
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek
Ekonomi di Indonesia, h. 11 37
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek
Ekonomi di Indonesia, h. 13 38
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 439
22
masyarakat luas khususnya umat Islam, dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2. Dasar Hukum Wakaf Uang
Secara umum tidak terdapat ayat Al-Qur‟an yang menerangkan konsep
wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar
yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan
pada keumuman ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang infaq fi
sabilillah.
Dengan kata lain, wakaf tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-
Qur‟an, tetapi keberadaanya diilhami oleh ayat-ayat Al-Qur‟an tertentu. Di
antara ayat-ayat tersebut antara lain Q.S Al-Baqarah (2):267, yang berbunyi:
ن ب أخسجنب نكم م ث مب ڪسجحم ومم ـ ا أنفقىا من طيج أيهب ٱنرين ءامنى ـ ي
ٱلزض و ىا ي م أ ج ونسحم ثـابخري جيد من جنفقى مىا ٱن جيم
غنى حميد ٱلل ا أ وٱعهمى39
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya, Maha Terpuji”. (Q.S Al-Baqarah (2):267) 40
Adapun surat lain di dalam Al-Qur‟an yang juga memiliki makna anjuran
kepada kita untuk bermawakaf yakni surat Ali Imran ayat 92 yang bunyinya:
39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana,
2004) h. 56 40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 56
23
ب جحجى ثۦ عهيم ومب جنفقىا نن جنبنىا ٱنجس ححى جنفقىا مم ٱلل من شىء إ41
Artinya: “kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu
menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu
infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui”. (Ali Imran : 92)
42
Dan di dalam surah Q.S Al-Baqarah (2):26143
yang bunyinya adalah:
كمرم حجة أنجحث سجع سنبثم ي كم أمىانهم ي سجيم للا مرم انرين ينفقى
بعف نمن يشبء وللا ي واسع عهيم سنجهة مبئة حجة وللا
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261)”44
Ayat diatas menunjukkan bahwa menafkahkan harta, merupakan kebajikan
yang sempurna, yaitu dengan harta yang dicintai. Menafkahkan atau
mewakafkan harta yang dimiliki, maksudnya bukan keseluruhannya melainkan
sebagian saja dan dinafkahkan dari harta yang dicintai bukan dari harta yang
tidak dicintai. Ayat ini hendaknya dikaitkan dengan ayat 267 surah Al-Baqarah
yang menjelaskan agar jangan memilih yang jelek untuk dinafkahkan. Dengan
mewakafkan harta yang dicintai akan tampak keseriusan yang berwakaf
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004)
h. 77 42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 77 43
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 435 44
Departemen Agaman RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana,
2004) h. 55
24
(waqif) seperti mewakafkan tanah miliknya di perkotaan yang harganya selalu
bertambah atau meroket tetapi karena ingin mencari ridha Allah, seseorang
tersebut tidak merasa rugi atas wakafnya tersebut melainkan dia merasa untuk
dapat memberikan yang terbaik untuk kepentingan umat.45
Selain itu, dasar hukum wakaf juga bersumber dari hadits, diantara hadist
yang menjadi dasar atau dalil wakaf adalah hadis yang menceritakan tentang
kisah Umar bin al-Khattab ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia
meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi mengajurkan untuk
menahan tanah dan menyedekahkannya hasilnya.
Hadist tentang hal ini secara lengkap adalah:
قط أنفس يجس أزضب أجى اننجي قبل أصجث أزضب نم أصت مب أصبة عمس ث
ق عمس قث ثهب , حصد شئث حجسث أصههب وجصد قبل من كيف جأمسني ث
يجبع أص قبة وي , أن يىزخ , ي انفقساء وانقسثى وانس يىهت و ههب و
يأكم منهب جنبح عهى من ونيهب أ جيم , يف واثن انس وان سجيم للا
ل ي ثبنمعسوف أو يطعم صديقب غيس محمى46
“Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada nabi
dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di Khaibar
yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya
daripadanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk
melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan
sedekahkan manfaat atau faedahnya. “Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak
45
Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika,
2010 ) h. 15 46
Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata
Kelola Wakaf Di Indonesia), (Bekasi: Gramata Publising, 2015) h. 32
25
boleh dijual, diberikan atau dijadikan warisan. Umar menyedekahkan kepada
fakir miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang
berperang di jalan Allah, orang musafir, dan para tamu. Bagaimanapun ia
boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya,
seperti makanan atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai
sumber pendapatan.47
Adapun hadist lain yang menjadi sumber hukum Islam adalah:
من صدقة جبزية أو عهم من ذلذة انقطع عن عمه نسب ذا مبت ال
أو وند صبنح يدعى ن ينحفع ث
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Apabila
manusia telah wakaf (meninggal dunia), maka terputuslah amal perbuatannya
kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, atau ilmu pengetahuan yang
dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya” (H.R Muslim). Imam
Muslim meletakkan hadits ini dalam bab wakaf karena para ulama menafsirkan
istilah sedekah jariyah di sini dengan wakaf.48
Selain dasar dari Al-Qur‟an dan Hadits di atas, para Ulama sepakat (ijma)
menerima wakaf sebagai suatu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam.
Tidak ada orang yang dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam
Islam karena wakaf telah menjadi amalan yang senantiasa diajalankan dan
47
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenana
Media Group: 2012) h. 435 48
Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika,
2010 ) h. 18
26
diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum muslimin sejak masa awal Islam
hingga sekarang.49
Salah satu rukun wakaf ialah adanya harta benda yang akan diwakafkan.
Harta bila dilihat dari bentuknya terbagi menjadi dua, yaitu benda tidak
bergerak dan benda bergerak. Contoh dari harta tidak bergerak seperti
bangunan dan tanah, sedangkan harta yang tidak bergerak seperti uang, emas,
surat berharga, dll.
Wakaf uang atau wakaf tunai yang merupakan hal yang baru di Indonesia.
Padahal di beberapa negara, seperti Mesir, Turki, Bangladesh masalah wakaf
uang sudah lama dikaji dan dikembangkan. Kenyataan ini menunjukkan wakaf
merupakan instrumen keuangan umat yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Sebenarnya, masalah wakaf uang sudah diperbincangkan oleh
ulama klasik. Namun diantara mereka terjadi perbedaan pendapat tentang sah
atau tidak sahnya wakaf uang tersebut. Perbedaan pendapat tersebut beranjak
dari persyaratan mauquf (benda wakaf). Bagi sebagian ulama yang
menyatakan, benda wakaf hanya dibolehkan terhadap benda yang tidak
bergerak menyatakan tidak sah mewakafkan benda yang bisa lenyap atau habis
dengan proses pemanfaatan, seperti uang, lilin, makanan dan minuman,
maupun harum-haruman.50
Mengenai wakaf uang di Indonesia saat ini sudah tidak ada masalah lagi.
Pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah
menetapkan fatwa tentang wakaf uang, yang isinya adalah sebagai berikut:
49
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenana
Media Group: 2012 ) h. 436 50
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.225
27
1. Wakaf uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’i..
5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, atau diwariskan.51
Serta dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004, masalah wakaf uang
dituangkan secara khusus dalam Bagian Kesepuluh, yaitu wakaf benda berupa
uang yang terdapat pada pasal 28-31. Dalam pasal 28 dinyatakan, wakif dapat
mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga kuangan syariah
yang ditunjuk oleh menteri. Pada Pasal 29 diuraikan bahwa wakaf benda
bergerak berupa uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak
wakif yang dilakukan secara tertulis. Kemudian, akan diterbitkan dalam
bentuk Sertifikat Wakaf Uang yang disampaikan oleh lembaga keuangan
syariah kepada wakif dan nazir sebagai bukti penyerahan benda wakaf.52
Dengan demikian permasalahan wakaf uang telah selesai dengan adanya
payung hukum yang menaungi tentang wakaf uang di Indonesia.
3. Rukun dan Syarat Wakaf
Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan unsur pokok
dalam pembentukan sesuatu hal. Perkataan rukun berasal dari bahasa Arab
51
Farida Prihatini, Hukum Islam & Zakat Wakaf: Teori dan Prakteknya di Indonesia,
(Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2015) h. 115 52
Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.227
28
“ruknun” yang berarti tiang, penopang atau sandaran. Sedangkan menurut
istilah rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perbuatan.
Dengan demikian tanpa rukun sesuatu tidak akan dapat berdiri tegak.
Wakaf sebagai suatu lembaga Islam mempunyai beberapa rukun. Tanpa adanya
rukun-rukun yang telah ditetapkan, wakaf tidak dapat berdiri.53
Dengan kata
lain, wakaf menjadi tidak sah hukumnya apabila rukun-rukun tersebut tidak
terpenuhi.
Unsur-unsur pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf itu adalah (1)
orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau waqif, (2) harta yang
diwakafkan atau mauquf, (3) tujuan wakaf atau yang berhak menerima hasil
wakaf, disebut mauquf alaih, dan (4) pernyataan wakaf dan wakif, yang disebut
sighat atau ikrar wakaf.54
Penjelasan masing-masing unsur (rukun) wakaf tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Orang yang mewakafkan hartanya (Wakif)
Orang yang mewakafkan hartanya dalam istilah hukum Islam disebut
wakif. Seorang wakif haruslah memenuhi syarat dalam mewakafkan
hartanya, di antaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat
mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-
benar pemilik harta yang diwakafkan itu. Mengenai kecakapan bertindak,
dalam hukum fiqih Islam ada dua istilah yang perlu dipahami perbedaannya
53
Farida Prihatini, Hukum Islam & Zakat Wakaf: Teori dan Prakteknya di Indonesia,
(Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2005) h. 110 54
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press,
1998), h. 85
29
yaitu baligh dan rasyid. Pengertian baligh menitikberatkan pada usia,
sedang rasyid pada kematangan pertimbangan akal.55
2. Harta yang diwakafkan (Mauquf)
Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) haruslah memenuhi
syart-syarat berikut. Pertama, harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan
untuk jangka wakti yang lama, tidak habis sekali pakai. Pemanfaatan itu
haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum. Kedua,
harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya
(jika berbentuk tanah misalnya). Ketiga, benda itu, sebagaimana disebutkan
di atas, harus benar-benar kepunyaan wakif bebas dari segala beban.
Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda dapat juga berupa
benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga dan
sebagainya.56
3. Tujuan Wakaf (Mauquf alaih)
Tujuan wakaf, (dalam tujuan itu tercermin yang berhak menerima
hasil wakaf) atau mauquf alaih, harus jelas, misalnya 1) untuk kepentingan
umum, seperti (tempat) mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit dan amal-
amal sosial lainnya. Dapat pula ditentukan tujuannya, 2) untuk menolong
fakir-miskin, orang-orang terlantar dengan jalan membangun panti asuhan.
Dapat juga disebutkan tujuan wakaf itu, 3) untuk keperluan anggota
keluarga sendiri, walapun misalnya anggota keluarga sendiri, walaupun
misalnya anggota keluarga itu terdiri dari orang-orang yang mampu, 4)
tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah. Tujuan
55
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press,
1998), h. 85 56
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 86
30
wakaf itu harus dapat dimasukkan ke dalam ketegori ibadah pada umumnya,
sekurang-kurangnya tujuannya harus merupakan hal yang mubah menurut
ukuran (kaidah) hukum Islam. Adalah mubah atau jaiz atau „boleh‟ saja
kalau misalnya orang mewakafkan tanahnya untuk kuburan, pasar, lapangan
olahraga dan sebagainya dalam rangka pelaksanaan ibadah umum atau
ibadah ammah.57
4. Pernyataan (sighat) wakif
Penyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda
yang diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan
pernyataan itu, tanggal lah hak wakif atas benda yang diwakafkannya.
Benda itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah yang dimanfaatkan oleh
orang atau orang-orang yang disebut dalam ikrar wakaf tersebut.58
4. Macam-Macam Wakaf
Dari tujuannya tersebut diatas, wakaf dapat dibedakan menjadi wakaf
keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga wakaf khusus dan wakaf umum
atau wakaf khairi.
1. Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli
Yang dimaksud dengan Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli (disebut
juga wakaf khusus) adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain.59
57
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press,
1998), h. 86 58
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 87 59
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 89
31
2. Wakaf Umum
Yang dimaksud dengan wakaf khairi atau wakaf umum adalah
wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan atau kemasalahatan umum.
Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai lembaga lembaga keagamaan dan
lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah, pesantren, asrama, rumah
sakit, rumah yatim-piatu, tanah pekuburan dan sebagainya.60
Dari dua macam wakaf diatas dapat disimpulkan bahwa, wakaf itu
tidak hanya bermanfaat bagi kalangan keluarga saja, namun juga dapat
bermanfaat bagi kemaslahatan umat, yang mana lebih luas lagi manfaat
wakaf yang dapat dirasakan.
60
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press,
1998), h. 90
32
BAB III
PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Badan Wakaf Indonesia
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat
yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk
memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama,
Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan
Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta,
13 Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai
dengan kebutuhan. Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan
Dewan Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan
dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana
merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah
unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf
Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30
(tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU
No.41/2004).61
61
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 445
33
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat
dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf
Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan
keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri.
Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden
untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57,
UU No.41/2004).62
B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia
Berdasarkan Pasal 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf, BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional.
3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status
harta benda wakaf.
4. Memberhentikan dan mengganti nazhir.
5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.63
62
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 446 63
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) h. 446
34
Kemudian, melalui Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Wakaf Indonesia, BWI menjabarkan tugas dan
wewenangnya sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
2. Membuat pedoman pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf.
3. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala
nasional dan internasional serta harta benda wakaf terlantar.
4. Memberikan pertimbangan, persetujuan, dan/atau izin atas perubahan
peruntukan dan status harta benda wakaf.
5. Memberikan pertimbangan dan/ atau persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf.
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.
7. Menerima, melakukan penilaian, menerbitkan tanda bukti pendaftaran
nazhir, dan mengangkat kembali nazhir yang telah habis masa baktinya.
8. Memberhentikan dan mengganti nazhir bila dipandang perlu.
9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Agama dalam
menunjuk Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
10. Menerima pendaftaran Akta Ikrar Wakaf (AIW) benda bergerak selain uang
dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BWI bekerja sama dengan
Kementerian Agama (c.q. Direktorat Pemberdayaan Wakaf), Majelis Ulama
Indonesia, Badan Pertanahan Nasional, Bank Indonesia, Badan Perencanaan
35
Pembangunan Nasional, Islamic Development Bank, dan berbagai lembaga lain.
Tidak tertutup kemungkinan BWI juga bekerja sama dengan pengusaha/ investor
dalam rangka mengembangkan aset wakaf agar menjadi lebih produktif.64
C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia
1. Visi
Visi yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia adalah, “Terwujudnya
lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan
dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan
internasional.”
2. Misi
Misi yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia adalah, “Menjadikan Badan
Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan
potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah
dan pemberdayaan masyarakat.”65
D. Strategi Badan Wakaf Indonesia
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan Wakaf Indonesia, baik
nasional maupun internasional.
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazir dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf.
5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
64
http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/visi-dan-misi.html diakses pada tanggal 29 Mei
2016 pada pukul 23.41 wib 65
http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/visi-dan-misi.html diakses pada tanggal 29
Mei 2016 pada pukul 23.41 wib
36
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.
7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang
berskala nasional dan internasional.66
E. Program-Program Badan Wakaf Indonesia
Adapun program kerja dari masing-masing divisi adalah sebagai berikut:
1. Divisi Pembinaan Nazhir
Pembinaan nazhir diarahkan untuk membentuk nazhir professional,
baik perseorangan, organisasi atau badan hokum. Adapun program dari
divisi ini adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum untuk pelatihan nazhir.
b. Menyusun modul untuk pelatihan nazhir oleh tim khusus yang dibentuk
oleh pengurus BWI.
c. Modul dan kurikulum yang sudah disusun oleh tim khusus, diteliti dan
diuji oleh Divisi Litbang.
d. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk nazhir.
e. Menyususn standar etika dan professionalitas nazhir.
f. Mendata dan memetakan nazhir.67
2. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf
Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf menyusu program sebagai
berikut:
a. Pemetaan tanah wakaf untuk tujuan produktif.
b. Program penghimpunan dana wakaf uang.
66
Data Internal Badan Wakaf Indonesia 67
Data Internal Badan Wakaf Indonesia
37
c. Program investasi harta wakaf.
d. Penyaluran hasil investasi kepada mauquf alaih sesuai yang ditetapkan
dalam ikrar wakaf.
3. Divisi Kelembagaan
a. Menyiapkan berbagai peraturan perwakafan.
b. Menyiapkan dan menyusun pedoman penyelesaian sengketa mengenai
perwakafan baik musyawarah, mediasi, arbitrase atau pengadilan.
c. Menyiapkan pedoman hubungan kerja.
d. Pengembangan lembaga, pembentukan perwakilan BWI di provinsi
atau kabupaten/kota sesuai kebutuhan bersama.
e. Memberikan rekomendasi persetujuan atau penukaran harta benda
wakaf.
f. Penerbitan kebijakan dan prosedur pengelolaan wakaf produktif.
g. Menyiapkan dan menyususn pedoman status dan penukaran harta
benda wakaf.68
4. Divisi Hubungan Masyarakat
a. Sosialiasi Badan Wakaf Indonesia.
b. Sosialisasi dan edukasi publik tentang wakaf.
5. Divisi Penelitian dan Pengembangan Wakaf
a. Menginventarisir aset- aset wakaf di seluruh Indonesia
b. Memetakan dan menganalisis potensi ekonomi dari setiap asset wakaf
dengan berkoordinasi dengan divisi lain yang berkaitan.
c. Menghasilkan publikasi ilmiah dan popular mengenai perwakafan.
68
Data Internal Badan Wakaf Indonesia
38
d. Studi banding.
6. Divisi Kerjasama Luar Negeri
a. Menjalin kerjasama dengan lembaga- lembaga wakaf di dunia Islam
dalam bidang pembinaan nazhir, pengelolaan harta wakaf, dan
pengembangan informasi perwakafan.
b. Memperkenalkan Badan Wakaf Indonesia dan perwakafan di
Indonesia kepada lembaga- lembaga wakaf di luar negeri.
c. Sosialisasi program- program Badan Wakaf Indonesia ke luar negeri.
d. Menjembatani hubungan lembaga- lembaga wakaf di Indonesia dengan
internasional dan sebaliknya.69
F. Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia
SUSUNAN PENGURUS BADAN WAKAF INDONESIA MASA JABATAN
TAHUN 2014–2017
Dewan Pertimbangan
Ketua : Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.
Wakil Ketua: : Prof. Dr. Abdul Djamil, M.A
Anggota: : Prof. Dr. Syibli Syarjaya
: Prof. Dr. Veithzal R
: Drs. H. Arifin Nurdin, S.H., M.Kn.
Badan Pelaksana
Ketua : Dr. H. Maftuh Basyuni, S.H.
Wakil Ketua : Drs. H. Slamet Riyanto, M.Si.
: Ir. Muhamad Nadratuzzaman
69
Data Internal Badan Wakaf Indonesia
39
Hosen, M.Ec.,Ph.D.
Sekretaris : Dr. H. Nursamad Kamba
Wakil Sekretaris : Drs. H. Hamka, M.Ag.
: Hj. Dra. Badriyah Fayumi, Lc.,
M.A.
Bendahara : H. M. Mardini
Wakil Bendahara : H. Abdul Qodir, S.H., M.A.
Divisi-Divisi
Pembinaan Nazhir : Drs. Entjeng Shobirin Nadj
: Dr. Asep Saepudin Jahar
: Dr. KH. Mohamad Hidayat
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf : Ir. Jurist Efrida Robbiyantono
: Ir. Iwan Agustiawan Fuad, M.Si.
` : Dr. Muhammad Maksum, M.A.
Hubungan Masyarakat : Ir. H. M. Khoirul Huda
: Dr. Jeje Jaenudin, M.Ag.
Kelembagaan dan Bantuan Hukum : H. M. Sholeh Amin, S.H., M.Hum.
: Drs. Zafrullah Salim, M.H.
: Dr. Yusuf Susilo, S.H., M.Hum.
: Siti Soraya Devi Zaeni, S.H., M.Kn.
Penelitian dan Pengembangan : Prof. Dr. Muhammad Zilal Hamzah
: Dr. Amelia Fauzia
Kerjasama Luar Negeri: : Dr. Muhamad Luthfi
40
: H. Arif Zamhari, Ph.D70
70
http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/struktur-organisasi.html diakses pada tanggal
26 Mei 2016 pada pukul 14.31
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN PENGHIMPUNAN
WAKAF UANG PADA BADAN WAKAF INDONESIA
A. Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang Pada Badan Wakaf Indonesia
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah
dilakukan atau dilihat selama berada dilapangan terhadap Badan Wakaf Indonesia.
Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen negara yang mengurusi
perwakafan di Indonesia. Badan Wakaf Indonesia memilik dua fungsi yakni
sebagai sebagai regulator dan operator sebagaimana tertuang di dalam undang-
undang 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Fungsi regulator
sekaligus operator disini tergambar di dalam undang-undang, walaupun tidak
secara eksplisit diungkapkan.
Adapun fungsi regulator Badan Wakaf Indonesia seperti: melakukan
pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf, memberikan persetujuan dan atau izin perubahan status harta benda wakaf,
memberhentikan dan mengganti nazhir. Sedangkan fungsi Badan Wakaf
Indonesia sebagai operator (nazhir) yaitu, melakukan pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional.
Di Badan Wakaf Indonesia (BWI), penghimpunan wakaf uang
dilaksanakan oleh Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf. Dalam hal ini
peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang manajemen penghimpunan wakaf
uang yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). Dalam bab ini peneliti
42
akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan atau dilihat selama berada
dilapangan terhadap Badan Wakaf Indonesia.
Proses penghimpunan wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia secara
langsung dilakukan setiap satu tahun sekali dan hanya pada bulan Ramadhan,
yakni dengan cara mensosialisasikan wakaf uang baik melalui media elektronik
seperti radio, televisi, dan internet. Dan juga menggunakan media cetak seperti
koran dan juga melalui menggunakan media internal Badan Wakaf Indonesia
dengan cara menyembarkan brosur, pamflet, pemasangan spanduk-spanduk di
sekitar perumahan warga, dll.
Sosialisasi dengan cara ini dilakukan Badan Wakaf Indonesia untuk
memberikan edukasi mengenai wakaf uang dan juga mengenalkan kepada
masyarakat Badan Wakaf Indonesia secara lebih luas lagi, sehingga diharapkan
kemudian hari banyak masyarakat yang mau berwakaf uang melalui Badan Wakaf
Indonesia.
Wakaf uang di terima oleh Badan Wakaf Indonesia melalui LKS-PWU
atau disebut Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang. Saat ini Badan
Wakaf Indonesia telah bekerja sama dengan 16 Bank Syariah yang siap menerima
wakaf uang, diantaranya adalah: Bank Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank
Mandiri Syariah, dll. Tugas bank disini hanya sebagai kustodian atau sebagai
penampung uang yang telah diwakafkan, lalu kemudian diinvestasikan ke dalam
unit usaha atas izin dari Badan Wakaf Indonesia.
Berdasarkan Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang Badan Wakaf
Indonesia pada tahun 2015, jumlah wakaf tunai yang berhasil dihimpun oleh
BWI, berjumlah Rp.4.115.823.569, yang diterima melalui 16 bank syariah atau
43
dikenal dengan Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU).
Jumlah ini bisa dikatakan cukup kecil jika dibandingan dengan nazhir lain,
kemudian dari hasil penghimpunan ini diinvestasikan ke dalam produk perbankan
seperti deposito syariah, dan sebagian di alokasikan untuk pembangunan Rumah
Sakit Ibu dan Anak milik BWI di Serang Banteng, kemudian dari investasi wakaf
uang tersebut hasilnya di salurkan kepada mauquf alaih.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari fungsi-fungsi
manajemen yang ada. Bila diibaratkan sebuah kendaraan, perencanaan adalah
sebagai pedoman yang harus dipakai agar kendaraan tersebut dapat berjalan.
Tanpa perencanaan yang baik proses-proses selanjutnya seperti
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan tidak akan dapat berjalan
dengan baik. Perencanaan diperlukan agar kita memiliki tujuan yang jelas
dari sebuah organisasi, target yang ingin dicapai, program-program yang akan
dilaksanakan yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan tersebut.
a. Perkiraan Masa Depan (forecasting)
Cara yang dilakukan oleh BWI dalam membaca situasi dan kondisi
di lapangan ketika akan melaksanakan kegiatan penghimpunan,
sebagaimana yang telah diutarakan dalam wawancara, menurut Staff
Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan BWI, Bapak Sigit:
“Dalam tahap ini BWI mengadakan raker yang biasanya itu kita
adakan setiap tahun, jadi dari situ BWI menganalisa peluang dan
tantangan yang ada di lapangan. Dalam raker ini juga BWI menganalisa
apa yang jadi kekuatan dan kelemahan lembaganya, setiap program
44
yang telah direncanakan dan untuk mengatasi permasalahan yang
diperkirakan akan muncul dalam aktifitas penghimpunan.”71
b. Penentuan dan Perumusan Sasaran
Setelah melakukan forecasting, selanjutnya divisi Pengelolaan
dan Pemberdayaan Wakaf BWI menentukan sasaran calon wakif yang
akan dijadikan objek untuk aktifitas penghimpunan guna menggalang
wakaf uang, sebagaimana yang telah diutarakan oleh Staff Divisi
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI bapak Sigit Indra dalam
wawancara:
“Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan, membuat dua sasaran,
dan targetnya itu nasabah bank, karena targetnya itu calon nasabah, kan
jadi ada dua, yang pertama ada nasabah biasa, dan yang kedua ada
nasabah prioritas, biasanya pendekatannya agak berbeda, kalau
nasabah prioritas kan memang ngga semua orang bisa diberikan akses
oleh bank untuk bertemu dengan nasabah prioritas, tapi kita disini
karena kerjasama dengan LKS kita juga kadang-kadang diikutsertakan
juga oleh pegawai bank jika ada nasabah prioritas yang datang ke
kantor cabang atau ke kantor cabang pembantu kita diberikan waktu
untuk tadi untuk memberikan edukasi tentang wakaf, jadi dari situ kan
nanti kalau dia berminat dengan produk wakaf kita, mereka bisa
berwakaf, jadi sasarannya jelas.”72
71
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 72
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
45
c. Penetapan Tindakan-Tindakan
Dalam menjalankan kinerjanya, divisi pengelolaan BWI memiliki
beberapa program, seperti yang disampaikan oleh bapak Sigit selaku staff
divisi pengelolaan BWI:
“Kalau penetapan program, ini karena program kita sederhana
yah, masih memang masih RSIA BWI yang menjadi prioritas kita untuk
dipasarkan, atau disosialisasikan kepada calon-calon wakif. Jadi nanti
dari wakaf uang itu sebagian ada 60% yang diinvestasikan ke produk
perbankan seperti deposito syariah, ada juga 40% yang ke Rumah Sakit
Ibu dan Anak milik BWI ya.”73
d. Penetapan Metode
Dalam melaksanakan aktifitas penghimpunan metode yang
dilakukan Badan Wakaf Indonesia, lebih menekankan kepada
penghimpunan public. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh staff
divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Indonesia.
“Biasanya kita menggunakan dua metode, ada direct ada indirect,
yang direct itu misalnya langsung ketemu dengan nasabah dengan
masyarakat, itu biasanya fundraising yang kita lakukan di bulan
Ramadhan, ada juga kita buka stand di seminar, bazar, misalnya kita
pernah itu buka berkala itu acaranya Tazkia waktu itu, kan setiap bulan
ada pengajian bulanan, nah kita buka stand disitu, jadi dari situ kita
coba menghimpun wakaf uang, disamping kita juga tetap bekoordinasi
73
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
46
dengan LKS karena penyebaran pamflet, brosur, dan sebagainya itu, kita
menggunakan juga jaringan LKS, termasuk juga kita melibatkan BWI
perwakilan juga. Kalau yang indirect itu biasanya itu tadi kita lebih
kepada co-branding kadang-kadang yah, lalu juga kita buat voucher
wakaf dengan bank DKI, ada yang sepuluh ribu, lima puluh ribu, seratus
ribu, kita tawarkan kepada calon-calon wakif yah.”
e. Penetapan Penjadwalan Waktu
Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf juga menetapkan
waktu untuk melaksanakan kegiatan penghimpunan wakaf uang secara:
“Penetapan waktunya, biasanya ini bulan ramadhan, memang
momennya baik ya, biasanya minat orang itu untuk berwakaf itu tinggi.”
f. Penetapan Lokasi
Untuk melakukan kegiatan penghimpunan secara langsung BWI
memerlukan tempat yang sering dikunjungi orang, berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Sigit:
“Penetapan tempatnya dimana, ini tergantung dari situasi ya, ada
di event bazar atau pengajian dan di bulan Ramadhan itu kita
menempatkan fundraiser di kantor-kantor cabang atau kantor-kantor
cabang pembantu LKS PWU.”
g. Penetapan Biaya
Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan untuk penetapan biaya,
yaitu:
“Kalau biaya operasional itu udah dapet dari pemerintah, kalau
merencanakan target penghimpunan itu biasanya kita pas rapat kerja
47
setiap tahun, akhir tahun itu biasanya kita adakan, ada target yang dibuat,
itu targetnya 70 Milyar untuk penghimpunan wakaf uang, walaupun
memang hasilnya melenceng jauh, lalu nanti dari hasil investasi wakaf
uang tersebut 90% untuk mauquf alaih, 10% bisa untuk BWI, cuma lebih
baik kalau disalurkan semuanya”74
Dengan adanya perencanaan yang dibuat dapat menentukan maksud
dan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan dimaksudkan untuk apa yang
ingin didapatkan dan dicapai di masa yang akan datang dapat diperoleh
dengan cara yang efektif dan efisien. Setiap usaha apapun dapat berjalasan
dengan baik dan efisien apabila telah direncanakan dengan baik sebelumnya.
Dengan perencanaan yang baik, kegiatan penghimpunan wakaf uang yang
dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dapat diatur sebaik mungkin agar
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dapat diraih.
2. Pengorganisasian (Organizing)
a. Pembagian Tugas Kerja
Dalam pembagian tugas kerja dalam proses penghimpunan BWI
tidak melakukannya sendiri, tetapi dengan mempekerjakan mahasiswa
yang memang berminat menjadi fundraiser, berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti dapatkan:
“Penghimpunan ini kan tetap leading sectornya divisi
pengelolaan tapi nanti bekerja sama dengan divisi humas untuk
mensosialisasikan wakaf uang melalui internet, jurnal, brosur, pamphlet.
Tapi kalau untuk penghimpunan secara langsung, tidak kita lakukan
74
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
48
sendiri, kita membuka open recruitment siapa yang mau magang di BWI
untuk menjadi fundraiser selama bulan Ramadhan, tugasnya itu
mensosialisasikan, mengedukasi dan mengajak nasabah yang sudah
memiliki rekening di LKS-PWU tersebut untuk berwakaf, baik itu
nasabah biasa atau nasabah prioritas, dan ini biasanya dari mahasiswa
Tazkia.75
b. Pemberian Wewenang
Pola pemberian perintah dan wewenang di divisi Pengelolaan dan
Pemberdayaan BWI bekerja sama dengan divisi lain yaitu divisi Humas
dalam mensosialisasikan wakaf uang, dan untuk pemberian wewenang
kepada fundraiser dilaksanakan dengan beberapa tahapan, berdasarkan
hasil wawancara dengan bapak Sigit:
“Lalu proses pendaftarannya, setelah mereka sudah
mengumpulkan CV dan setelah kita verifikasi, mereka kemudian kita
panggil, nanti akan ditempatkan di lima cabang LKS-PWU, misalnya di
lima cabang itu masing-masing kita tempatkan dua orang dan kuota
yang magang itu kan hanya 10 orang. Kita rekrut kemudian kita berikan
briefing tentang produk yang kita tawarkan, bagaimana mekanismenya,
selama dua hari di Badan Wakaf Indonesia nanti dari pengurus
diberikan materi tentang wakaf uang, nanti setelah siap ditempatkan di
cabang-cabang LKS-PWU jadi briefing itu di BWI ada, di LKS-PWU
juga ada briefing, karena mereka harus mengikuti tatacara di bank,
karena bank itu aturannya ketat, seperti masuknya jam berapa,
75
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
49
pakaiannya seperti apa, lalu juga uang perharinya berapa, perbulannya
berapa, itu diatur diawal mereka mendapatkan berapa, target wakaf
uang yang dihimpun berapa, lalu juga apa saja yang boleh dibawa
selama dia di area kantor cabang itu, mereka kan ngga boleh duduk,
harus berdiri, sikapnya bagaimana itu nanti diatur di briefingnya tadi,
jadi itu sudah jelas tugas dan tanggung jawabnya.”76
3. Penggerakan (Actuating)
a. Pembimbingan
Setiap fundraiser yang akan melakukan penghimpunan diberikan
arahan dan bimbingan sebelum melakukan fundraising berdasarkan hasil
wawancara:
“Arahannya kita setelah merekrut mahasiswanya, kita verifikasi
berkasnya, setelah selesai kita kumpulkan, yang pertama kita berikan
informasi-informasi dasar tentang wakaf, yang kedua pengetahuan
tentang produk yang akan disosialisasikan kepada nasabah. Lalu juga
kita mencoba mencari mahasiswa itu yang kalau bisa backroundnya
cukup mengetahui tentang wakaf, biasanya mahasiswa dari jurusan
ekonomi Islam sudah ada pemahaman sedikit tentang wakaf atau zakat
atau informasi tentang keislamannya kan sudah cukup yah, itu kan kita
jadikan pertimbangan juga dalam merekrut calon fundraiser.
Bimbingannya jelas tadi kita berikan briefing di BWI dan itu diberikan
oleh pengurus divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf”77
76
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 77
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
50
b. Pengkoordinasian
“Pengkoordinasiannya setiap hari mereka akan memberikan
laporan, kalau mereka memang dapat, lalu juga berkoordinasi dengan
manajer bank tersebut, karena kan nanti kalau memang ada keluhan,
ada kendala, misalnya mereka minta bantuan dalam mutasi debet
tabungannya ke rekening BWI bagaimana, itu kan nanti teknisnya
dibantu oleh petugas bank begitu, jadi koordinasinya tetap ke BWI juga
mengenai wakaf, tapi ke LKS PWU juga terkait dengan teknis
administrasi, mungkin juga ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa
dijawab oleh fundraiser biasanya mereka akan menanyakan ke BWI,
nanti dari pihak BWI akan menjawab ke nasabah tadi.”
c. Pengambilan Keputusan
“Proses pengambilan keputusan dalam proses kerja
penghimpunan dilakukan secara musyawarah mufakat, semua berhak
berbicara dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi.
Namun ketika ada fundraiser yang tidak bisa menghadapi masalah di
lapangan nanti bisa berkonsultasi ke pihak BWI”78
4. Pengawasan (Controlling)
a. Penetapan Standar
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan maka perlu melakukan pengawasan. Pengawasan disini
dilakukan untuk mengamati seperti apa kinerja dan hasil penghimpunan
yang diperoleh, berikut hasil wawancara:
78
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
51
“Untuk menetapkan standarnya kita membuat absensi yah untuk
fundraisernya ketika melakukan fundraising, juga ada bukti nota orang
yang sudah berwakaf, kalau ada yang berwakaf lebih dari satu juta nanti
kan ada sertifikatnya dari LKS-PWU baru setelah itu di copy diberikan
ke kita beserta notanya. Setiap minggu kita ada pertemuan untuk
mengevaluasi, satu minggu ini dapatnya berapa, lalu juga
kekurangannya apa kendalanya apa hambatannya apa, itu biasanya
setiap minggu kita bertemu. Kalau setiap hari itu biasanya kalau ada
pertanyaan yang ngga bisa dijawab bisa melalui telepon atau sms.”79
b. Mengukur Kinerja
Untuk mengukur kinerja para fundraiser yang magang di BWI
dilakukan setiap minggu dan diakhir bulan, berdasarkan hasil:
“Pemeriksaan wakaf uangnya sudah jelas yah per minggu dan
diakhir bulan direkapitulasi wakaf uang yang sudah berhasil
diperoleh.”80
c. Memperbaiki Penyimpangan
Untuk memperbaiki apabila ada kesalahan atau kekurangan selama
proses penghimpunan, BWI melakukan evaluasi terhadap selama
pelaksanaan penghimpunan:
“Evaluasi setiap minggu itu ada di hari jumat sore, atau sabtu
bisa juga tergantung situasi dan kondisi. Kadang-kadang karena jaraknya
79
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 80
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
52
itu jauh-jauh jadi bisa hari sabtu, biar waktunya tidak terlalu mepet
yah.”81
B. Analisis
Secara umum divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Badan
Wakaf Indonesia telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik
dalam aktivitas penghimpunan, meskipun ada beberapa kekurangan yang
masih perlu dibenahi dan diperbaiki. Berikut uraiannya:
1. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap perencanaan ini, Badan Wakaf Indonesia sudah
terlihat merencanakan dengan apa yang menjadi tujuan dan apa yang
ingin dicapai. Ini dapat terlihat dari visi dan misi Badan Wakaf Indonesia
yang ingin menjadi lembaga independen yang dipercaya masyarakat,
mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan
perwakafan nasional dan internasional. BWI juga melakukan prediksi
yang disini bertujuan untuk melihat apakah yang menjadi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada BWI itu, serta apakah yang menjadi peluang
dan ancaman yang berasal dari luar, dari situ BWI bisa melihat apa cara
untuk meningkatkan kinerja mereka, khsususnya dalam meningkatkan
jumlah wakaf uang yang masuk. Peneliti melihat BWI sudah cukup baik
dalam menentukan yang menjadi sasaran dalam proses penghimpunan
yaitu nasabah bank yang menjadi LKS PWU, namun menurut peneliti
akan lebih baik lagi kalau yang menjadi sasaran bukan hanya nasabah
bank tetapi masyarakat secara luar, tentunya dengan diiringi dengan
81
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
53
edukasi dan sosialisasi yang lebih baik lagi. Peneliti melihat BWI perlu
untuk membuat produk-produk yang lebih variatif lagi, sehingga dengan
banyaknya pilihan yang dapat ditawarkan kepada calon wakif akan
membuat calon wakif lebih tertarik lagi dengan penghimpunan wakaf
uang.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Dari segi pengorganisasian, divisi pengelolan dan pemberdayaan
Badan Wakaf Indonesia peneliti melihat sudah baik dengan adanya
mahasiswa yang ditarik untuk menjadi fundraiser, namun disini melihat
perlunya penambahan jumlah fundraiser agar penghimpunan wakaf uang
menjadi lebih maksimal, dan lebih baik lagi apabila fundraising tersebut
tidak hanya dilakukan di kantor-kantor cabang namun juga di berbagai
macam pusat keramaian dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat
lebih teredukasi, dan sosialisasi wakaf uang menjadi lebih luas lagi.
3. Penggerakan (Actuating)
Dari segi penggerakan, Badan Wakaf Indonesia sudah baik karena
dengan adanya pembimbingan terhadap para fundraiser akan membuat
lebih memahami apa itu wakaf uang, arahan dan bimbingan tersebut
sangat diperlukan agar dapat melayani calon wakif dengan baik, karena
mungkin calon wakif memiliki banyak pertanyaan seputar wakaf uang.
Peneliti melihat pengkoordinasian yang dilakukan juga sudah cukup baik
karena bukan hanya berkoordinasi dengan pihak BWI apabila sedang
melayani nasabah, namun juga koordinasi pihak LKS PWU sehingga
54
meningkatkan kinerja dalam menghimpun wakaf uang, terutama dalam
hal administrasi.
4. Pengawasan (Controlling)
Peneliti melihat dengan adanya, nota yang diberikan kepada
fundraiser itu akan memudahkan pihak BWI dalam mengontrol berapa
jumpal wakaf uang yang masuk, juga dengan disertakannya sertfikat
wakaf uang yang digabungan dengan nota tersebut dapat mencegah
penyelewengan dikarenakan akan sulitnya untuk memalsukan laporan
apabila harus menyertakan sertifikat wakaf uang. Dengan adanya evaluasi
yang diadakan setiap minggu akan membantu para pihak BWI
mengetahui apa hambatan yang terjadi di lapangan sehingga bisa
dicarikan pemecahan masalahnya secara bersama-sama. Dengan
rekapitulasi yang diadakan setiap minggu dan akhir dari penghimpunan
wakaf uang akan membantu untuk melihat berapa hasil yang diperoleh
selama fundraising.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari beberapa bab yang telah peneliti paparkan
sebelumnya, baik secara teoritis maupun pengamatan langsung pada objek yaitu
Badan Wakaf Indonesia, maka peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peneliti mendapatkan bahwasanya manajemen penghimpunan yang
diterapkan pada Badan Wakaf Indonesia sudah cukup baik dari mulai
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasannya, namun
masih perlu ditingkatkan untuk fungsi perencanaannya. Pengorganisasian,
dan penggerakan dalam proses penghimpunan wakaf uang juga sudah
berjalan cukup baik, perlu lebih ditingkatkan lagi agar wakaf uang yang
dihimpun pun jumlahnya lebih besar lagi. Pengawasan yang dilakukan pun
sudah berjalan dengan baik terlihat dari rapat-rapat pleno yang sering
diadakan. Penghimpunan wakaf uang yang dilakukan pada bulan Ramadhan
pun sudah baik karena bekerja sama dengan lembaga lain seperti LKS-PWU
dalam proses penghimpunannya, sehingga dalam proses penghimpunannya
menjadi lebih maksimal lagi, namun disayangkan penghimpunan secara
langsung hanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
2. Dari hasil penelitian di atas ditemukan bahwa jumlah wakaf uang yang
diterima BWI tidak begitu besar jika dibandingan dengan lembaga lain, dan
perlu untuk ditingkatkan lagi, agar wakaf uang yang dapat diinvestasikan pun
jumlahnya dapat lebih besar lagi, sehingga hasil keuntungan dari investasi
tersebut pun dapat lebih besar lagi.
56
B. Saran
Adapun saran dari peneliti untuk Badan Wakaf Indonesia dalam
penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang , sebagai berikut:
1. Sebagai lembaga indenpenden yang mengurusi perwakafan di Indonesia,
diharapkan lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan dan mengedukasi
masyarakt tentang perwakafan, khususnya wakaf uang, baik melalui media
cetak, media elektronik, maupun melalui Humas Badan Wakaf Indonesia,
sehingga para calon wakif lebih memahami apa itu wakaf uang dan lebih
mengenal Badan Wakaf Indonesia.
2. Dengan jaringan yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia diharapkan dengan
instansi-instansi lain, media massa, dapat lebih meningkatkan lagi jumlah
pemasukan wakaf uang, dengan bekerja sama dengan lembaga lain dalam
mensosialisasikan wakaf uang.
3. Peneliti berharap agar Badan Wakaf Indonesia menetapkan target wakaf uang
yang harus diperoleh, agar jumlah wakaf uang yang masuk pun lebih banyak
lagi.
4. Peneliti melihat Badan Wakaf Indonesia perlu menambah jumlah SDM dalam
hal ini khsusunya jumlah staff Badan Wakaf Indonesia, sehingga pembagian
beban kerja menjadi ideal, tidak terlalu dibebankan pada satu orang staff per
divisi.
5. Peneliti melihat Badan Wakaf Indonesia perlu memisahkan antara fungsi
regulator dan fungsi operator yang diemban Badan Wakaf Indonesia, agar apa
yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia bisa lebih fokus.
57
6. Peneliti menyarankan agar penghimpunan wakaf uang secara langsung tidak
hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja, tetapi setiap bulan agar
pemasukan wakaf uang lebih meningkat lagi.
7. Peneliti berharap agar wakaf uang yang telah dihimpun dapat diinvestasikan
ke dalam unit usaha yang lebih besar lagi tidak hanya sebatas tabungan atau
deposito, sehingga kemungkinan hasil keuntungan yang diperoleh pun lebih
besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, M. D, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI-Press, 1998
Athoillah, A, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2010
David, F. R, Manajemen Strategi Konsep, Terjemahan Dari Strategi Management, Jakarta:
Prenhalindo, 2002
Fahmi, Irham, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, Bandung: Alfabeta 2012
Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Huda, Miftahul, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Perkembangan Hukum dan Tata Kelola
Wakaf Di Indonesia, Bekasi: Gramata Publishing, 2015
Husman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Badan Wakaf Indonesia, Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang, Jakarta: Badan Wakaf
Indonesia, 2015
Muhith, Nur Faizin, Dahsyatnya Wakaf, Jakarta: al-qudwah, 2013.
Dewan Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2002.
Prianto, Sigit Indra, Hasil Wawancara, Jakarta, 2016.
Prihatini, Farida, Hukum Islam & Zakat Wakaf, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Jakarta:
Papas Sinar Sinanti, 2015.
Rozalinda, Ekonomi Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 2015.
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
Salim, P Salim's Collegiate Indonesia-English Dictionary, Jakarta: Modern English Press,
2000.
Soemitra Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.
Suhrawadi K Lubis, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Usman, Abdul Halim, Manajemen Strategi Syariah, Yogyakarta: zikrul Hakim, 2015.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Kementerian
Agama, 2006
Internet
Nurkaib, http://bwi.or.id, Jakarta.
HASIL WAWANCARA
Nama narasumber : Sigit Indra Prianto
Waktu wawancara : 22 September 2016
Jabatan : Staff Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI
Tempat wawancara : Kantor Badan Wakaf Indonesia
1. Bagaimana membaca situasi penghimpunan wakaf uang pada divisi
pengelolaan dan pemberdayaan?
Jawab: Dalam tahap ini BWI mengadakan raker yang biasanya itu kita
adakan setiap tahun, jadi dari situ BWI menganalisa peluang dan
tantangan yang ada di lapangan. Dalam raker ini juga BWI menganalisa
apa yang jadi kekuatan dan kelemahan lembaganya, setiap program yang
telah direncanakan dan untuk mengatasi permasalahan yang diperkirakan
akan muncul dalam aktifitas penghimpunan.
2. Bagaimana caranya BWI menentukan dan merumuskan sasaran?
Jawab: Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan, membuat dua sasaran, dan
targetnya itu nasabah bank, karena targetnya itu calon nasabah, kan jadi
ada dua, yang pertama ada nasabah biasa, dan yang kedua ada nasabah
prioritas, biasanya pendekatannya agak berbeda, kalau nasabah prioritas
kan memang ngga semua orang bisa diberikan akses oleh bank untuk
bertemu dengan nasabah prioritas, tapi kita disini karena kerjasama
dengan LKS kita juga kadang-kadang diikutsertakan juga oleh pegawai
bank jika ada nasabah prioritas yang datang ke kantor cabang atau ke
kantor cabang pembantu kita diberikan waktu untuk tadi untuk
memberikan edukasi tentang wakaf, jadi dari situ kan nanti kalau dia
berminat dengan produk wakaf kita, mereka bisa berwakaf, jadi
sasarannya jelas
3. Bagaimana metode BWI dalam menghimpun wakaf uang?
Jawaban: Biasanya kita menggunakan dua metode, ada direct ada
indirect, yang direct itu misalnya langsung ketemu dengan nasabah
dengan masyarakat, itu biasanya fundraising yang kita lakukan di bulan
Ramadhan, ada juga kita buka stand di seminar, bazar, misalnya kita
pernah itu buka berkala itu acaranya Tazkia waktu itu, kan setiap bulan
ada pengajian bulanan, nah kita buka stand disitu, jadi dari situ kita coba
menghimpun wakaf uang, disamping kita juga tetap bekoordinasi dengan
LKS karena penyebaran pamflet, brosur, dan sebagainya itu, kita
menggunakan juga jaringan LKS, termasuk juga kita melibatkan BWI
perwakilan juga. Kalau yang indirect itu biasanya itu tadi kita lebih
kepada co-branding kadang-kadang yah, lalu juga kita buat voucher
wakaf dengan bank DKI, ada yang sepuluh ribu, lima puluh ribu, seratus
ribu, kita tawarkan kepada calon-calon wakif ya.
4. Seperti apa program-program BWI khsusunya divisi pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf?
Jawab: Kalau penetapan program, ini karena program kita sederhana yah,
masih memang masih RSIA BWI yang menjadi prioritas kita untuk
dipasarkan, atau disosialisasikan kepada calon-calon wakif. Jadi nanti
dari wakaf uang itu sebagian ada 60% yang diinvestasikan ke produk
perbankan seperti deposito syariah, ada juga 40% yang ke Rumah Sakit
Ibu dan Anak milik BWI ya.
5. Kapan BWI melaksanakan kegiatan penghimpunan wakaf uang?
Jawab: Penetapan waktunya, biasanya ini bulan ramadhan, memang
momennya baik ya, biasanya minat orang itu untuk berwakaf itu tinggi
6. Dimana lokasi BWI melakukan penghimpunan wakaf uang?
Jawaban: Penetapan tempatnya dimana, ini tergantung dari situasi ya, ada
di event bazar atau pengajian dan di bulan Ramadhan itu kita
menempatkan fundraiser di kantor-kantor cabang atau kantor-kantor
cabang pembantu LKS PWU
7. Berapa target yang ditetapkan BWI dalam penghimpunan wakaf uang dan
berapa biaya operasional dalam penghimpunan wakaf uang?
Jawaban: Kalau biaya operasional itu udah dapet dari pemerintah, kalau
merencanakan target penghimpunan itu biasanya kita pas rapat kerja
setiap tahun, akhir tahun itu biasanya kita adakan, ada target yang dibuat,
itu targetnya 70 Milyar untuk penghimpunan wakaf uang, walaupun
memang hasilnya melenceng jauh, lalu nanti dari hasil investasi wakaf
uang tersebut 90% untuk mauquf alaih, 10% bisa untuk BWI, cuma lebih
baik kalau disalurkan semuanya
8. Bagaimana pembagian tugas saat penghimpunan?
Jawab: Penghimpunan ini kan tetap leading sectornya divisi pengelolaan
tapi nanti bekerja sama dengan divisi humas untuk mensosialisasikan
wakaf uang melalui internet, jurnal, brosur, pamphlet. Tapi kalau untuk
penghimpunan secara langsung, tidak kita lakukan sendiri, kita membuka
open recruitment siapa yang mau magang di BWI untuk menjadi
fundraiser selama bulan Ramadhan, tugasnya itu mensosialisasikan,
mengedukasi dan mengajak nasabah yang sudah memiliki rekening di
LKS-PWU tersebut untuk berwakaf, baik itu nasabah biasa atau nasabah
prioritas, dan ini biasanya dari mahasiswa Tazkia.
9. Bagaiman pola pemberian wewenang pada BWI?
Jawab: Lalu proses pendaftarannya, setelah mereka sudah mengumpulkan
CV dan setelah kita verifikasi, mereka kemudian kita panggil, nanti akan
ditempatkan di lima cabang LKS-PWU, misalnya di lima cabang itu
masing-masing kita tempatkan dua orang dan kuota yang magang itu kan
hanya 10 orang. Kita rekrut kemudian kita berikan briefing tentang
produk yang kita tawarkan, bagaimana mekanismenya, selama dua hari di
Badan Wakaf Indonesia nanti dari pengurus diberikan materi tentang
wakaf uang, nanti setelah siap ditempatkan di cabang-cabang LKS-PWU
jadi briefing itu di BWI ada, di LKS-PWU juga ada briefing, karena
mereka harus mengikuti tatacara di bank, karena bank itu aturannya ketat,
seperti masuknya jam berapa, pakaiannya seperti apa, lalu juga uang
perharinya berapa, perbulannya berapa, itu diatur diawal mereka
mendapatkan berapa, target wakaf uang yang dihimpun berapa, lalu juga
apa saja yang boleh dibawa selama dia di area kantor cabang itu, mereka
kan ngga boleh duduk, harus berdiri, sikapnya bagaimana itu nanti diatur
di briefingnya tadi, jadi itu sudah jelas tugas dan tanggung jawabnya
10. Bagaimana penggerakan pada saat penghimpunan?
Jawab: Arahannya kita setelah merekrut mahasiswanya, kita verifikasi
berkasnya, setelah selesai kita kumpulkan, yang pertama kita berikan
informasi-informasi dasar tentang wakaf, yang kedua pengetahuan
tentang produk yang akan disosialisasikan kepada nasabah. Lalu juga kita
mencoba mencari mahasiswa itu yang kalau bisa backroundnya cukup
mengetahui tentang wakaf, biasanya mahasiswa dari jurusan ekonomi
Islam sudah ada pemahaman sedikit tentang wakaf atau zakat atau
informasi tentang keislamannya kan sudah cukup yah, itu kan kita jadikan
pertimbangan juga dalam merekrut calon fundraiser. Bimbingannya jelas
tadi kita berikan briefing di BWI dan itu diberikan oleh pengurus divisi
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf. Lalu proses Pengkoordinasiannya
setiap hari mereka akan memberikan laporan, kalau mereka memang
dapat, lalu juga berkoordinasi dengan manajer bank tersebut, karena kan
nanti kalau memang ada keluhan, ada kendala, misalnya mereka minta
bantuan dalam mutasi debet tabungannya ke rekening BWI bagaimana,
itu kan nanti teknisnya dibantu oleh petugas bank begitu, jadi
koordinasinya tetap ke BWI juga mengenai wakaf, tapi ke LKS PWU
juga terkait dengan teknis administrasi, mungkin juga ada beberapa
pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh fundraiser biasanya mereka akan
menanyakan ke BWI, nanti dari pihak BWI akan menjawab ke nasabah
tadi. Kemudian ada proses pengambilan keputusan dalam proses kerja
penghimpunan dilakukan secara musyawarah mufakat, semua berhak
berbicara dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi.
Namun ketika ada fundraiser yang tidak bisa menghadapi masalah di
lapangan nanti bisa berkonsultasi ke pihak BWI.
11. Bagaimana proses pengawasan penghimpunan wakaf uang pada BWI?
Jawab: Untuk menetapkan standarnya kita membuat absensi yah untuk
fundraisernya ketika melakukan fundraising, juga ada bukti nota orang
yang sudah berwakaf, kalau ada yang berwakaf lebih dari satu juta nanti
kan ada sertifikatnya dari LKS-PWU baru setelah itu di copy diberikan
ke kita beserta notanya. Setiap minggu kita ada pertemuan untuk
mengevaluasi, satu minggu ini dapatnya berapa, lalu juga
kekurangannya apa kendalanya apa hambatannya apa, itu biasanya
setiap minggu kita bertemu. Kalau setiap hari itu biasanya kalau ada
pertanyaan yang ngga bisa dijawab bisa melalui telepon atau sms.
Pemeriksaan wakaf uangnya sudah jelas yah per minggu dan diakhir
bulan direkapitulasi wakaf uang yang sudah berhasil diperoleh. Evaluasi
setiap minggu itu ada di hari jumat sore, atau sabtu bisa juga tergantung
situasi dan kondisi. Kadang-kadang karena jaraknya itu jauh-jauh jadi
bisa hari sabtu, biar waktunya tidak terlalu mepet yah.