Post on 30-May-2018
Manajemen Pengelolaan
Pembangkit Energi Listrik
Toha Ardi Nugraha
Program/Tahapan Manajemen Energi
(Craig B. Smith,1981)
• Tahap inisiasi :
– Komitmen manajemen;
– Koordinator manajemen energi;
– Komite manajemen energi.
• Tahap audit dan analisis :
– Review data historis, Audit energi
– Analisis dan simulasi, Evaluasi ekonomis.
• Tahap penerapan :
– Menetapkan tujuan, Investasi modal
– Penerapan prinsip-prinsip manajemen energi dan tindak
lanjut.
Perencanaan Program Manajemen Energi
Tahap Inisiasi :
1. Komitmen dilakukan oleh manajemen untuk
program manajemen energi,
2. Penugasan pada koordinator manajemen energi ,
3. Pembentukan komite manajemen energi dalam
struktur organisasi.
Pendekatan Manajemen Energi
• Komitmen manajemen terhadap usaha
pengendalian biaya energi.
• Pembentukan organisasi yang sesuai untuk
mengimplementasikan kegiatan yang berkaitan
dengan manajemen energi.
Struktur Organisasi
• Berbentuk Komite Energi.
• Beranggotakan manajer, pengawas
produksi, manajer keuangan, manajer
personil.
• Dipimpin oleh seorang manajer energi.
Komitmen Manajemen Puncak
• Dalam pengambilan keputusan untuk pengendalian
dan penghematan energi.
• Keputusan yang diambil perlu dukungan informasi
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pemakaian energi listrik.
• Keputusan ini harus dipublikasikan ke seluruh
tingkatan manajemen yang ada.
Tugas Utama Manajer Energi
• Pengumpulan dan analisis data penggunaan energi
secara teratur.
• Monitoring biaya energi.
• Identifikasi peluang-peluang penghematan energi.
• Pengembangan alternatif proyek penghematan
energi (tekno-ekonomis).
• Penentuan proyek-proyek penghematan.
• Publikasi & pembudayaan hemat energi.
Perencanaan
Program Manajemen Energi Tahap Audit dan Analisis :
1. Melihat kembali data historis tentang pola pemakaian energi listrik,
2. Melakukan audit energi melalui survey untuk memperoleh data pemakaian
energi listrik yang terperinci,
3. Melakukan analisis awal, mereview gambar, lembaran data, spesifikasi
peralatan.
4. Mengembangkan rencana audit energi,
5. Melakukan audit fasilitas energi, meliputi: proses, peralatan, dan
fasilitasnya,
6. Menghitung pemakaian energi listrik tahunan berdasarkan hasil audit energi
yang telah dilakukan,
7. Membandingkan dengan catatan data historis.
8. Melakukan analisis dan simulasi melalui: perhitungan teknis, perhitungan
efisiensi teoritis, analisis dan simulasi komputer untuk mengevaluasi opsi-
opsi dalam manajemen energi,
9. Melakukan analisis ekonomis dari opsi manajemen energi yang dipilih
melalui: biaya siklus hidup, tingkat pengembalian modal, prosentase
keuntungan
Tahap Audit dan Analisis
1. Apakah pemakaian energi berdasar kan data
historis mengalami kenaikan atau penurunan?
2. Apakah ada variasi dalam pemakaian energi dalam
setahun sesuai dengan musim hujan atau musim
kemarau?
3. Apakah ada variasi yang temporal (mingguan,
harian) dalam pemakaian energi?
4. Bagaimana kecenderungan biaya pemakaian
energi dari bulan ke bulan?
5. Bagaimana pola (kurva beban) pemakaian energi?
Tahap Audit dan Analisis
Informasi yang diperlukan:
• Nilai energi yang dikonsumsi.
• Prosentase biaya energi terhadap biaya produksi.
• Peralatan pemakai energi yang dipakai
• Pelaksanaan monitoring energi yang sudah
dilakukan.
• Peluang penghematan energi yang dapat diraih.
Perencanaan
Program Manajemen Energi Tahap Implementasi :
1. Menetapkan tujuan efektif dari program manajemen energi
untuk organisasi,
2. Menentukan persyaratan dan prioritas dari investasi modal
dalam program manajemen energi,
3. Menetapkan prosedur pengukuran dan laporan. Hal ini
dilakukan dengan memasang alat ukur untuk “monitoring dan
recording”.
4. Melembagakan prosedur laporan secara rutin (lembaran
tertulis) untuk manajer dan hasil publik,
5. Mempromosikan kepedulian yang terus menerus dan
melibatkan orang lain,
6. Mengadakan review secara periodik dan mengevaluasi
program manajemen energi secara keseluruhan.
Tahap Implementasi
Pengelompokkan dalam penerapan manajemen
energi, yaitu:
• Opsi operasi dan perawatan,
• Opsi retrofit dan modifikasi,
• Opsi desain baru atau konstruksi utama
Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik
Latar Belakang Masalah
• Kondisi yang terjadi dalam pemakaian energi listrik
pada suatu industri.
• Perlunya penghematan energi listrik, baik untuk
keperluan produksi maupun untuk pendukung
produksi.
• Tujuan lain dari konservasi energi yaitu untuk
memasyarakatkan budaya hemat energi.
Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik
Metodologi
• Survey awal untuk mengetahui kondisi operasi
sistem melalui pengumpulan data awal.
• Audit energi untuk menentukan bagian/unit kegiatan
yang mana yang potensial untuk diusahakan
penghematan energi listrik.
• Pengumpulan data dan instrumentasi.
Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik
Jenis data yang dikumpulkan:
• Parameter pada peralatan listrik: kapasitas, arus,
tegangan, faktor daya, pada berbagai pembebanan.
• Prosedur operasi tentang jadwal operasi produksi.
• Data statistik produksi dan data statistik konsumsi
energi .
Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik
Peralatan ukur yang dipakai:
• Alat ukur besaran listrik.
• Alat penjaring data dalam bentuk formulir
formulir pengumpulan data.
Analisis Hasil
• Unjuk kerja peralatan listrik.
• Prosedur operasi dan statistik halangan.
Contoh : Pengelolaan Pembangkit
Study Kasus :
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Berbasis Ko-
Manajemen*
• Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air
• Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
• Kendala dalam Pengelolaan PLTMH
• Pengelolaan PLTMH Berbasis Ko-Manajemen
• Implementasi Pengelolaan PLTMH Berbasis Ko-
Manajemen
*Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Berbasis Ko-Manajemen, IPB
Pengelolaan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) • Kendala
– Debit air menurun drastis sehingga produksi listrik dari
PLTMH menurun (kemarau)
• Tingkat kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
• lemahnya partisipasi pihak-pihak terkait,
ketidakjelasan kewenangan dan tidak terintegrasinya
peran dari pihak-pihak terkait dalam proses
penyusunan Tata Ruang Daerah.
Butuh penyelesaian masalah terkait pemanfaatan,
pengelolaan PLTMH sudah seharusnya melibatkan
peran serta masyarakat setempat dalam bentuk Ko-
Manajemen.
Ko-Manajemen
• Ko-manajemen merupakan pengintegrasian rezim pengelolaan yang berbasis masyarakat dengan pengelolaan yang berbasis pemerintah.
• Ko Manajemen dapat didefinisikan sebagai pembagian atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.
• Ko-Manajemen bertujuan untuk mencapai kewajaran dan keadilan serta keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
• Ko -Manajemen yang paling ideal adalah pemerintah dan masyarakat sebagai mitra sejajar yang bekerjasama untuk melaksanakan semua tahapan dan proses pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.
Faktor Ko-Manajemen
Dua faktor utama yang menentukan seberapa besar peranan
masyarakat dalam tatanan Ko-Manajemen :
1. Kemampuan masyarakat.
2. Kehendak pemerintah untuk menyerahkan atau membagi
sebagaian urusan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan
kepada masyarakat.
Berdasarkan dua faktor di atas maka pelaksanaan Ko-
Manajemen akan berbeda antar wilayah.
Implementasi Pengelolaan PLTMH Berbasis
Ko-Manajemen
Pihak yang dapat membantu mengimplementasikan
pengelolaan yang berbasis Ko Manajemen adalah :
• Tokoh masyarakat
• Aparat desa
• Pemerintah kabupaten
• Provinsi
• Pemerintah pusat
• LSM yang membantu adanya PLTMH.
Langkah-langkah Pengelolaan PLTMH
Berbasis Ko-Manajemen
1. Identifikasi permasalahan yang terjadi.
2. dentifikasi pihak yang terkait .
3. Masyarakat dan LSM melakukan koordinasi dengan
berbagai pihak instansi yang terkait (akademisi, pemilik
modal, pemerintah).
4. Pembagian wewenang masing-masing pihak yang terkait
dalam pengelolaan PLTMH
5. Membuat perencanaan secara terintegrasi.
6. Membuat analisis kelayakan pengembangan baik dari segi
ekonomi maupun sosial di lokasi.
7. Konsentrasi distribusi energi alternatif digunakan
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik.