Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik · pengelolaan PLTMH sudah seharusnya melibatkan...

Post on 30-May-2018

222 views 1 download

Transcript of Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik · pengelolaan PLTMH sudah seharusnya melibatkan...

Manajemen Pengelolaan

Pembangkit Energi Listrik

Toha Ardi Nugraha

Program/Tahapan Manajemen Energi

(Craig B. Smith,1981)

• Tahap inisiasi :

– Komitmen manajemen;

– Koordinator manajemen energi;

– Komite manajemen energi.

• Tahap audit dan analisis :

– Review data historis, Audit energi

– Analisis dan simulasi, Evaluasi ekonomis.

• Tahap penerapan :

– Menetapkan tujuan, Investasi modal

– Penerapan prinsip-prinsip manajemen energi dan tindak

lanjut.

Perencanaan Program Manajemen Energi

Tahap Inisiasi :

1. Komitmen dilakukan oleh manajemen untuk

program manajemen energi,

2. Penugasan pada koordinator manajemen energi ,

3. Pembentukan komite manajemen energi dalam

struktur organisasi.

Pendekatan Manajemen Energi

• Komitmen manajemen terhadap usaha

pengendalian biaya energi.

• Pembentukan organisasi yang sesuai untuk

mengimplementasikan kegiatan yang berkaitan

dengan manajemen energi.

Struktur Organisasi

• Berbentuk Komite Energi.

• Beranggotakan manajer, pengawas

produksi, manajer keuangan, manajer

personil.

• Dipimpin oleh seorang manajer energi.

Komitmen Manajemen Puncak

• Dalam pengambilan keputusan untuk pengendalian

dan penghematan energi.

• Keputusan yang diambil perlu dukungan informasi

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

pemakaian energi listrik.

• Keputusan ini harus dipublikasikan ke seluruh

tingkatan manajemen yang ada.

Tugas Utama Manajer Energi

• Pengumpulan dan analisis data penggunaan energi

secara teratur.

• Monitoring biaya energi.

• Identifikasi peluang-peluang penghematan energi.

• Pengembangan alternatif proyek penghematan

energi (tekno-ekonomis).

• Penentuan proyek-proyek penghematan.

• Publikasi & pembudayaan hemat energi.

Perencanaan

Program Manajemen Energi Tahap Audit dan Analisis :

1. Melihat kembali data historis tentang pola pemakaian energi listrik,

2. Melakukan audit energi melalui survey untuk memperoleh data pemakaian

energi listrik yang terperinci,

3. Melakukan analisis awal, mereview gambar, lembaran data, spesifikasi

peralatan.

4. Mengembangkan rencana audit energi,

5. Melakukan audit fasilitas energi, meliputi: proses, peralatan, dan

fasilitasnya,

6. Menghitung pemakaian energi listrik tahunan berdasarkan hasil audit energi

yang telah dilakukan,

7. Membandingkan dengan catatan data historis.

8. Melakukan analisis dan simulasi melalui: perhitungan teknis, perhitungan

efisiensi teoritis, analisis dan simulasi komputer untuk mengevaluasi opsi-

opsi dalam manajemen energi,

9. Melakukan analisis ekonomis dari opsi manajemen energi yang dipilih

melalui: biaya siklus hidup, tingkat pengembalian modal, prosentase

keuntungan

Tahap Audit dan Analisis

1. Apakah pemakaian energi berdasar kan data

historis mengalami kenaikan atau penurunan?

2. Apakah ada variasi dalam pemakaian energi dalam

setahun sesuai dengan musim hujan atau musim

kemarau?

3. Apakah ada variasi yang temporal (mingguan,

harian) dalam pemakaian energi?

4. Bagaimana kecenderungan biaya pemakaian

energi dari bulan ke bulan?

5. Bagaimana pola (kurva beban) pemakaian energi?

Tahap Audit dan Analisis

Informasi yang diperlukan:

• Nilai energi yang dikonsumsi.

• Prosentase biaya energi terhadap biaya produksi.

• Peralatan pemakai energi yang dipakai

• Pelaksanaan monitoring energi yang sudah

dilakukan.

• Peluang penghematan energi yang dapat diraih.

Perencanaan

Program Manajemen Energi Tahap Implementasi :

1. Menetapkan tujuan efektif dari program manajemen energi

untuk organisasi,

2. Menentukan persyaratan dan prioritas dari investasi modal

dalam program manajemen energi,

3. Menetapkan prosedur pengukuran dan laporan. Hal ini

dilakukan dengan memasang alat ukur untuk “monitoring dan

recording”.

4. Melembagakan prosedur laporan secara rutin (lembaran

tertulis) untuk manajer dan hasil publik,

5. Mempromosikan kepedulian yang terus menerus dan

melibatkan orang lain,

6. Mengadakan review secara periodik dan mengevaluasi

program manajemen energi secara keseluruhan.

Tahap Implementasi

Pengelompokkan dalam penerapan manajemen

energi, yaitu:

• Opsi operasi dan perawatan,

• Opsi retrofit dan modifikasi,

• Opsi desain baru atau konstruksi utama

Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik

Latar Belakang Masalah

• Kondisi yang terjadi dalam pemakaian energi listrik

pada suatu industri.

• Perlunya penghematan energi listrik, baik untuk

keperluan produksi maupun untuk pendukung

produksi.

• Tujuan lain dari konservasi energi yaitu untuk

memasyarakatkan budaya hemat energi.

Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik

Metodologi

• Survey awal untuk mengetahui kondisi operasi

sistem melalui pengumpulan data awal.

• Audit energi untuk menentukan bagian/unit kegiatan

yang mana yang potensial untuk diusahakan

penghematan energi listrik.

• Pengumpulan data dan instrumentasi.

Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik

Jenis data yang dikumpulkan:

• Parameter pada peralatan listrik: kapasitas, arus,

tegangan, faktor daya, pada berbagai pembebanan.

• Prosedur operasi tentang jadwal operasi produksi.

• Data statistik produksi dan data statistik konsumsi

energi .

Studi Kasus: Konservasi Energi Listrik

Peralatan ukur yang dipakai:

• Alat ukur besaran listrik.

• Alat penjaring data dalam bentuk formulir

formulir pengumpulan data.

Analisis Hasil

• Unjuk kerja peralatan listrik.

• Prosedur operasi dan statistik halangan.

Contoh : Pengelolaan Pembangkit

Study Kasus :

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Berbasis Ko-

Manajemen*

• Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air

• Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

• Kendala dalam Pengelolaan PLTMH

• Pengelolaan PLTMH Berbasis Ko-Manajemen

• Implementasi Pengelolaan PLTMH Berbasis Ko-

Manajemen

*Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Berbasis Ko-Manajemen, IPB

Pengelolaan Pembangkit Listrik

Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) • Kendala

– Debit air menurun drastis sehingga produksi listrik dari

PLTMH menurun (kemarau)

• Tingkat kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS)

• lemahnya partisipasi pihak-pihak terkait,

ketidakjelasan kewenangan dan tidak terintegrasinya

peran dari pihak-pihak terkait dalam proses

penyusunan Tata Ruang Daerah.

Butuh penyelesaian masalah terkait pemanfaatan,

pengelolaan PLTMH sudah seharusnya melibatkan

peran serta masyarakat setempat dalam bentuk Ko-

Manajemen.

Ko-Manajemen

• Ko-manajemen merupakan pengintegrasian rezim pengelolaan yang berbasis masyarakat dengan pengelolaan yang berbasis pemerintah.

• Ko Manajemen dapat didefinisikan sebagai pembagian atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.

• Ko-Manajemen bertujuan untuk mencapai kewajaran dan keadilan serta keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

• Ko -Manajemen yang paling ideal adalah pemerintah dan masyarakat sebagai mitra sejajar yang bekerjasama untuk melaksanakan semua tahapan dan proses pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.

Faktor Ko-Manajemen

Dua faktor utama yang menentukan seberapa besar peranan

masyarakat dalam tatanan Ko-Manajemen :

1. Kemampuan masyarakat.

2. Kehendak pemerintah untuk menyerahkan atau membagi

sebagaian urusan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan

kepada masyarakat.

Berdasarkan dua faktor di atas maka pelaksanaan Ko-

Manajemen akan berbeda antar wilayah.

Implementasi Pengelolaan PLTMH Berbasis

Ko-Manajemen

Pihak yang dapat membantu mengimplementasikan

pengelolaan yang berbasis Ko Manajemen adalah :

• Tokoh masyarakat

• Aparat desa

• Pemerintah kabupaten

• Provinsi

• Pemerintah pusat

• LSM yang membantu adanya PLTMH.

Langkah-langkah Pengelolaan PLTMH

Berbasis Ko-Manajemen

1. Identifikasi permasalahan yang terjadi.

2. dentifikasi pihak yang terkait .

3. Masyarakat dan LSM melakukan koordinasi dengan

berbagai pihak instansi yang terkait (akademisi, pemilik

modal, pemerintah).

4. Pembagian wewenang masing-masing pihak yang terkait

dalam pengelolaan PLTMH

5. Membuat perencanaan secara terintegrasi.

6. Membuat analisis kelayakan pengembangan baik dari segi

ekonomi maupun sosial di lokasi.

7. Konsentrasi distribusi energi alternatif digunakan

sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan energi listrik.