Post on 21-Oct-2015
description
1
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 1
Oleh
Kelompok 11
1. I Wayan Sentana Putra (1013011041)
2. Gusti Ayu Kusumaningrum (1113011084)
3. Ni Made Aristya Dewi (1113011100)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
1
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM 1
Oleh:
1. I Wayan Sentana Putra 1013011041
2. Gusti Ayu Kusumaningrum 1113011084
3. Ni Made Aristya Dewi 1113011100
Abstrak
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi
yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik. Adanya kurikulum yang berkualitas tidak selalu menjamin terbentuknya
manusia yang berkualitas. Untuk menjamin pelaksanaan kurikulum dengan baik
maka diperlukan adanya manajemen kurikulum. Guru yang merupakan tenaga
pendidik dan pengajar diharapkan mengetahui mengenai pengertian manajemen
kurikulum dan tahapan pelaksanaan kurikulum untuk diimplementasikan ke dalam
proses pembelajaran terkait tentang standar isi dan silabus pembelajaran.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus
berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan
karakter.
Apalagi peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia
hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014 menyebutkan bahwa salah satu substansi inti
program aksi bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah
sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab
kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan
2
daerah. Dengan demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan
pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi
yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi
peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan
(2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Adanya kurikulum yang berkualitas tidak selalu menjamin terbentuknya
manusia yang berkualitas. Untuk menjamin pelaksanaan kurikulum dengan baik
maka diperlukan adanya manajemen.
Manajemen dalam bidang pendidikan sangat signifikan dalam menentukan
kualitas sebuah lembaga pendidikan, terutama manajemen kurikulum. Guru yang
merupakan tenaga pendidik dan pengajar diharapkan mengetahui mengenai
manajemen kurikulum untuk diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran
terkait tentang standar isi dan silabus pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut,
maka pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai, “Manajemen
Implementasi Kurikulum 1”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
mengenai manajemen kurikulum, standar isi dan silabus.
3
II. PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Kurikulum
2.2.1 Pengertian Manajemen Kurikulum
Menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kurikulum adalah segenap
proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan
titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Sama halnya dengan pendapat B. Suryosubroto bahwa manajemen
kurikulum adalah kegiatan yang dititikberatkan kepada usaha-usaha pembinaan
situasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya.
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, otonomi yang diberikan
pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara
mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional
yang telah ditetapkan.
Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar
masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara sekolah
dengan masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan
demikian, keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan
agar dapat memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum,
sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain kooperatif juga mampu mandiri
dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan
prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada
masyarakat maupun kepada pemerintah.
2.2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah, kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum
4
nasional (kompetensi inti) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang
bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
2.2.3 Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum adalah sebagai berikut.
a. Produktivitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang
harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana
agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum
harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang
seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
c. Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang
terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan
manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya,
tenaga dan waktu yang relatif singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum
Proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi,
misi dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan
kebijaksanaan pemerintah maupun Departemen Pendidikan Nasional, seperti
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pedoman
penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis
5
Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum 2013, keputusan dan peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis
sekolah yang bersangkutan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk
memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efisien dan optimal dalam
memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum. Ada beberapa
fungsi manajemen kurikulum diantaranya sebagai berikut.
Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
Pemberdayaan kurikulum maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal.
Kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui
kegitan intrakurikuler, tetapi perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler
yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik.
Kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan
hasil yang relevan dengan kebutuhanan peserta didik maupun lingkungan
sekitar.
Meningkatkan efektifitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Dengan pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan terpadu dapat
memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan
demikian ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat
dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, karena adanya dukungan
kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6
EVALUASI ISI
TUJUAN
METODE
Bagan 1. Komponen-komponen kurikulum
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum.
Kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat
khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajarperlu disesuaikan
dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
2.2.4 Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen
tertentu. Komponen-komponen kurikulum dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh
empat komponen-komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau
strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap
komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen
yang membentuk sistem kurikulum pun akan terganggu pula.
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan
filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan
menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat atau
sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang
diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah membentuk masyarakat yang
Pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan
misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata
pelajran dan tujuan proses pembelajan.
7
Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi, dari tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian
dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan Institusional (TI)
Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap
usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus
dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu,baik pendidikan yang
diselenggara oleh lembaga pendidikan formal,informal, maupun non formal.
Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal
sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman
dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan
Nasional yang bersumber dari system nilai Pancasila dirumuskan dalam Pasal 3,
UU No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Instutisional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau
dapat menyelesaikan program di suatu lembaga tertentu. Tujuan Instutisional
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan oleh setiap jenjang pendidikan seperti misalnya
standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan
tinggi.
8
Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler juga pada dasarnya jjuga merupakan tujuan antara untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap tujuan kurikuler
harus dapat mendukung dan dan diarahkan untuk mencapai tujuan instusional.
Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi Matematika di SD, tujuan
pembelajaran IPS di SMP dan lain sebagainya. Dalam kurikulum yang berpotensi
pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler menggambarkan standar isi setiap
mata pelajaran atau bidang studi yang harus dikuasai siswa pada setiap satuan
pendidikan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran merupakan
tujuan yang paling khusus.
Tujuan Pembelajaran (TP) merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam sekali pertemuan.
Karena hanya guru yang memahami kondisi di lapangan, termasuk memahami
karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka
menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan
proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom
dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965,
bentuk prilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam
tiga klasifikasi atau tiga bidang, yaitu bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Komponen Isi/Materi Pembelajaran
Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan yang
berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau perilaku),
dan psikomotorik (keterampilan atau skill) yang terdapat pada isi setiap mata
pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum
dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan dari semua aspek
tersebut.
9
c. Komponen Metode
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang tepat adalah metode yang sesuai
dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok
bahasan. Dalam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu metode agar
proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran
yang direncanakan. Dengan demikian rencana yang sudah disusun dapat
diterapkan secara optimal.
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Olivia, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum,
evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan
kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat
dipertahankan atau tidak, bagian-bagian mana yang harus disempurnakan.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah
tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai
umpan balik dalam perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi
tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif.
2.2.5 Segi Manajemen dalam Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen kurikulum dan pembelajaran diarahkan agar proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru diberikan
kewenangan untuk mengembangkan kurikulum agar proses pembelajaran
memiliki makna yang mendalam pada diri siswa dan guru. Kepala sekolah
bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan
kurikulum dan pembelajaran serta melakukan supervisi dalam pelaksanaannya.
Kepala sekolah bekerja keras dan bertanggung jawab dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian tehadap perbaikan dan pengembangan kurikulum dan
pembelajaran.
10
Untuk ketercapaian program kurikulum dan pembelajaran yang efektif,
kepala sekolah bersama guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci
dan operasional ke dalam program tahunan, semester dan bulanan. Sedangkan
program mingguan dan satuan pelajaran, wajib dipahami dan didalami guru
sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah dalam
pelaksanaan kurikulum di sekolah perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan
kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu sebagai berikut.
1. Tahap perencanaan.
Pada tahap ini perlu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran (RP).
Guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses
belajar mengajar di kelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai
tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode yang tepat yang
akan digunakan, media dan alat yang mendukung proses pembelajaran, buku
sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan. Dalam tahap
perencanaan ini pula perlu dipahami hal-hal sebagai berikut.
a. menjabarkan GBPP menjadi Analis Mata Pelajaran (AMP);
b. memiliki kalender akademik;
c. menyusun program tahunan (Prota);
d. menyusun program semester;
e. program satuan pembelajaran (PSP); dan
f. rencana pengajaran (RP).
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pedoman guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu kepala sekolah perlu
memberikan perhatian, pembinaan dan bantuan serta memeriksa pekerjaan
guru tersebut.kepala sekolah melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu diperbaiki atau
ditambahkan.
Dengan demikian akan memberikan pengaruh dan dampak bagi guru
untuk melakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran dengan baik.
Penyusunan perencanaan pembelajaran akan lebih komprehensif apabila
dilakukan bersama beberapa orang guru bidang studi sejenis dalam MGMP.
11
MGMP perlu mendapat perhatian dari pmpinan sekolah agar berjalan sesuai
denga tujuan dibentuknya lembaga ini.
2. Tahap pengorganisasian dan Koordinasi
Pada tahap perencanaan, seluruh aspek yang berkaitan dengan proses
pembelajaran disiapkan secara matang dan menyeluruh agar pada tahap
pengorganisasian dan koordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada tahap pengorganisasian dan koordinasi ini merupakan tahap yang
perlu diperhatikan secara bersungguh-sungguh oleh kepala sekolah dan tim
yang dibentuk untuk memudahkan pembagian tugas sesuai dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan. Kepala sekolah berkewajiban untuk mengelola dan
mengatur penyusunan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan
kewajiban guru, serta program kegiatan sekolah. Pada tahap ini hal-hal yang
harus diperhatikan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut.
Kalender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan yang
akan berlangsung di sekolah selama satu tahun ke depan. Penyusunan
kalender akademik memberikan arah yang jelas mengenai berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah selama satu tahun ke depan.
Kalender akademik yang disusun berdasarkan kebutuhan dan hasil
pemikiran bersama antara kepala sekolah dan guru akan memberikan
kejelasan dalam merealisasikan program kegiatan sekolah. Kalender
akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada seluruh guru,
siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Dengan mengetahui kalender
akademik diharapkan akan terjadi sinergi dalam mewujudkan program
kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah.
Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban mengajar guru
5 hari/minggu. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan hasil musyawarah
bersama, antara kepala sekolah dan guru. Dengan demikian guru akan
bertanggung jawab dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk
meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan
dalam MGMP.
Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan,
keadilan dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas dan
12
kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan minat guru
tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada beban tugas minimal dan
keahliannya. Dengan demikian pada setiap guru diharapkan akan tumbuh
motivasi untuk berprestasi, kebersamaan dalam merealisasikan program
sekolah, sinerjikantara pimpinan, guru, staf TU, dan orang tua dalam
upaya meningkatkan mutu sekolah.
Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata untuk
meningkatkan,mengembangkan dan memajukan sekolah. Program
kegiatan sekolah disusun berdasarkan visi, misi dan tujuan yang akan
diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah bersama-sama dengan
seluruh komponen sekolah. Program kegiatan sekolah meliputi program
internal dan eksternal yang akan diadakan sekolah. Program yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan
profesionalisme guru dan staf TU, program penataan kurikulum, program
pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan keuangan
sekolah, program pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat.
3. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah
sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan program
sekolah atau tidak. Perencanaan, pengorganisasian dan koordinasi yang telah
disusun akan dibuktikan keberhasilannya dalam tahap pelaksanaan ini. Proses
pembelajaran akan berlangsung efektif apabila guru dan kepala sekolah
memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.
Mutu pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik apabila guru dan
kepala sekolah secara bersama-sama untuk membuka diri terhadap masukan
dan kritikan yang membangun. Sebagai guru harus siap untuk diberi masukan
oleh kepala sekolah berdasarkan hasil supervise yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Begitu pun kepala sekolah harus memiliki jadwal jelas dan rinci untuk
melakukan supervise terhadap terhadap kinerja guru.
Hasil supervise kepala sekolah menjadi fakta dan data yang benar untuk
memberikan informasi kepada guru berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya
13
selama di sekolah. Apabila kepala sekolah memiliki fakta dan data yang
berkaitan dengan kinerja guru maka guru akan menerima dengan terbuka
masukan yang disampaikan oleh kepala sekolah. Sebaliknya apabila kepala
sekolah tidak melakukan supervisi (tidak berdasarkan fakta dan data), masukan
yang diberikan oleh kepala sekolah tidak valid dan berpengaruh negatif
terhadap kinerja guru.
Dengan demikian, kepala sekolah dan guru akan terbuka dalam
memberikan masukan atau kesulitan yang dihadapi dengan tujuan untuk
kemajuan dan peningkatan mutu pembelajaran.
4. Tahap Evaluasi dan Pengendalian
Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat
diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting silakukan secara
benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang
telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Guru perlu menetapkan jenis evaluasi apa yang digunakan dan hasil
evaluasi diharapkan akan memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan
dan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan.
Di samping itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat menjadi
masukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dari sekian
banyak siswa tentunya ada di anatara mereka yang menemui kesulitan dalam
belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan pemantapan
atau perhatian khusus agar tidak ketinggalan dan dapat menyesuaikan diri
dengan siswa lain.
Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa perlu dicarikan solusinya,
misalkan dengan remedial, pemantapan, belajar dengan teman sejawat yang
lebih pandai, atau membentuk kelompok belajar yang dibimbing oleh guru.
Dengan demikian evaluasi juga dapat menjadi umpan balik bagi guru untuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Agar evaluasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan perlu diperhatikan
dari mulai persiapan awal, menyiapkan bahan-bahan evaluasi yang dibutuhkan,
menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun bentuk tes, menyusun butir-butir soal,
memvalidasi, menyiapkan jawabannya, membuat jadwal pemeriksaan serta
14
penyerahan hasil evaluasi dengan tepat waktu. Penyusunan soal sebaiknya
melibatkan beberapa guru bidang studi sejenis atau bersama MGMP.
Kepala sekolah berperan dalam pengendalian sistem evaluasi agar
evaluasi dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah
bekerja sama dengan guru untuk melakukan evaluasi belajar siswa yang
sesungguhnya. Sehingga prestasi yang diraih oleh siswa merupakan hasil kerja
keras siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan objektif dapat mengukur kemampuan siswa
akan berdampak pada peningkatan mutu yang berkelanjutan.
2.2 Implementasi Manajemen Kurikulum
Pengertian implementasi kurikulum secara umum merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan manajemen kurikulum (dalam arti
rencana tertulis) ke dalam bentuk kegiatan nyata di kelas, yaitu melakukan proses
transmisi dan transformasi segenap pengalaman belajar kepada peserta didik.
Di samping itu, hal penting yang perlu diperhatikan bahwa di dalam
implementasi kurikulum terkandung makna inovasi, yaitu mengenalkan dan/atau
mewujudkan hal-hal baru dari silabus atau rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dan memodifikasinya ke dalam situasi nyata di kelas.
Tugas guru dalam implementasi kurikulum adalah bagaimana memberikan
kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta didik, agar mereka
mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan
perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) (Mulyase, 2009:178).
2.2.1 Standar Isi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyatakan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi mencakup kriteria ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi. Yang dimaksud dengan ”lingkup materi” adalah batasan kedalaman
15
muatan yang dijabarkan ke dalam kurikulum untuk setiap satuan pendidikan dan
program pendidikan.
Ruang lingkup materi berlaku untuk satuan pendidikan dan dirumuskan
berdasarkan kriteria:
a. muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. konsep keilmuan; dan
c. karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Tingkat kompetensi berlaku untuk peserta didik pada setiap tingkat kelas
dan dirumuskan berdasarkan kriteria:
a. tingkat perkembangan Peserta Didik;
b. kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan
c. penguasaan kompetensi yang berjenjang.
Standar isi dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
2.2.2 Silabus
a. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian hasil belajar,
alokasi waktu dan sumber belajar (E.Mulyasa, KTSP.190).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 Tahun 2013
Pasal 77F ayat (1) menyatakan silabus merupakan rencana pembelajaran pada
mata pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum.
Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses,
silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
16
Jika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), satuan
pendidikan dan guru diberikan kewenangan menyusun silabus maka pada
Kurikulum 2013 beban tersebut ditanggung oleh pemerintah. Jadi, dalam
Kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh Pemerintah, baik untuk
kurikulum nasional maupun untuk kurikulum wilayah, sehingga guru hanya
perlu mengembangkan rencana pembelajaran.
Dengan disipakannya silabus oleh pemerintah, diharapkan beban guru
dalam menyusun silabus dapat berkurang sehingga efektivitas pembelajaran
dapat meningkat. (Mulyasa, Kurikulum 2013. 181).
b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus
Dalam pengembangan silabus perlu dipertimbangkan beberapa prinsip,
prinsip-prinsip tersebut anatara lain:
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang
akan dipelajari siswa, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus
memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam penyusunan silabus
disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran
agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya
merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus
dilakukan secara sistematis.
4. Konsisten
17
Dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memper-hatikan perkembangan ilmu, teknologi
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah
dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).
c. Pengembangan Silabus
Silabus Kurikulum 2013 dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk
satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS,
SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh Kompetensi Dasar
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
Dalam pengembangannya, silabus didasarkan pada KD yang telah di-
review dan dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Pengembangan silabus dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai
kualitas hasil belajar untuk seluruh Indonesia.
Dalam silabus ditetapkan bahwa yang dijadikan sebagai patokan minimal
adalah indikator yang dikembangkan dari KD. Kompetensi dasar inilah yang
kemudian diramu dalam Materi Pokok dari proses pembelajaran yang
dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan
mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas
18
tahun sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan belajar peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang
memberikan kebiasaan belajar sepanjang hayat.
d. Komponen Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Adapun komponen silabus dalam
Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar
proses antara lain:
1. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran dikhususkan pada jenjang SMP / MTS / SMPLB /
Paket B dan SMA / MA / SMALB / SMK / MAK / Paket C Kejuruan.
2. Identitas sekolah
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas.
3. Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajran.
4. Kompetensi dasar
Kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terkait muatan atau mata pelajaran inilah yang disebut dengan
kompetensi dasar.
5. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/ atau
diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
6. Tema
Dalam kurikulum 2013, penggunaan tema hanya untuk beberapa jenjang
satuan pendidikan, yaitu SD/MI/SDLB/Paket A.
7. Materi pokok
19
Dalam materi pokok memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indicator pencapaian kompetensi.
8. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
9. Penilaian
Dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan, perlu dilakukan
penilaian yang merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
10. Alokasi waktu
Alokasi waktu harus disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran dalam
struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun.
11. Sumber belajar
Sumber belajar yang digunakan dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Berikut contoh format silabus kurikulum 2013.
SILABUS SATUAN PENDIDIKAN
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Kompetensi Inti :
K1 :
K2 :
K3 :
K4 :
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
HO 1.3-2/3.2
20
e. Contoh silabus sesuai dengan kurikulum 2013
(terlampir)
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-
masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan
dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses
(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
2.3 Masalah Guru dalam Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kurikulum
Akhir-akhir ini, dunia pendidikan kembali mendapat sorotan. Hal itu
terjadi lantaran di beberapa sekolah ditemukan buku dan LKS yang memuat
materi ajar yang kurang tepat untuk diberikan kepada peserta didik. Sebagai
contoh, ditemukannya gambar artis Miyabi di LKS Bahasa Inggris SMP di
Mojokerto. Juga beberapa waktu lalu, cerita Bang Maman dan istri simpanan yang
ditemukan pada LKS siswa SD di Jakarta. Di Magetan ditemukan kekeliruan
struktur pemerintahan desa di LKS Pendidikan Kewarganegaraan SD. Di tempat
lain juga ditemukan LKS yang mengandung muatan politik lainnya. Contoh-
contoh tersebut menunjukkan kekurangjelian guru dalam memilih bahan ajar dan
materi ajar yang tepat untuk siswa.
Masalah tersebut muncul ketika sekolah masih menggunakan kurikulum
2006 atau yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan kurikulum yang memberi keleluasaan bagi sekolah dan guru untuk
melakukan pengembangan. Berkaitan dengan isi kurikulum, pusat hanya
memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (yang merupakan
standar minimal) yang harus dikuasai siswa pada setiap mata pelajaran. Ini berarti
guru harus mengembangkan sendiri Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu,
untuk materi pelajaran, sumber belajar, serta bahan ajar guru diberi keleluasaan
untuk berkreasi.
Namun demikian, dalam kenyataan sehari-hari, memilih materi, sumber
belajar, dan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai
kompetensi seringkali kurang mendapat perhatian guru. Hal ini terbukti masih
21
banyak guru yang menempuh cara praktis dengan mempercayakan materi dari
buku ajar yang sudah jadi (dari penerbit). Demikian pula dengan LKS. Padahal,
tidak semua buku ajar dan LKS yang sudah jadi tersebut cocok dengan kondisi
dan kebutuhan peserta didik. Yang lebih memprihatinkan, guru sendiri belum
mengkaji secara mendalam isi buku ajar yang dipilih tersebut sehingga terjadilah
kasus-kasus di atas.
Solusi yang diberikan adalah guru hendaknya bisa memilih dan memilah
bahan ajar sesuai kebutuhan pelajaran dan bahasa dipergunakan juga sebaiknya
diperhatikan, memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru agar memiliki
kemampuan mengembangkan Indikator agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
peserta didik.
Sedangakan pada kurikulum 2013 yang baru diterapkan ada beberapa
masalah krusial yang dihadapi guru, yaitu sarana dan prasarana termasuk buku
dan karakter peserta didik untuk beradaptasi dengan cara pembelajaran yang baru.
Selain itu banyak guru merasa belum siap dan paham dalam melakukan proses
pembelajaran dengan kurikulum 2013.
Solusi yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan terus tingkat
profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan dan tentunya juga meningkatkan
kualitas sarana dan prasana pendidikan khususnya buku dan terus mendorong dan
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.
III. PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Lingkup manajemen kurikulum meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Manajemen
kurikulum memiliki lima prinsip dalam pelaksaannya yaitu produktivitas,
demokratisasi, kooperatif, efektivitas dan efisiensi, dan mengarahkan visi, misi,
dan tujuan. Manajemen kurikulum memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, meningkatkan keadilan (equality)
22
dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan
relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan, meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses belajar mengajar, meningkatkan partisipasi masyarakat untuk
membantu pengembangan kurikulum. Adapun komponen dari manajemen
kurikulum adalah evaluasi, tujuan, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan isi
kurikulum. Dengan adanya kurikulum, maka muncullah standar isi dan silabus
sebagai implikasi kurikulum.
Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada mata
pelajaran atau tema tertentu dalam pelaksanaan kurikulum. Silabus mencakup
kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan melalui makalah ini adalah sebagai
calon pendidik hendaknya memperhatikan dan memahami bagaimana
memanajemen kurikulum yang baik, memperhatikan setiap komponen dalam
penyusunannya agar tercapai tujuan pendidikan nasioal yang ingin di capai.
DAFTAR RUJUKAN
Kemdikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013.(Online),
(http://ahmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/.../draf-kurikulum, diakses
08 September 2013)
Tim Dosen UPI. 2011. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sanggraeni, Dya. 2011. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum.(Online),
(http://dnoeng.wordpress.com/2011/05/31/manajemen-pelaksanaan-
kurikulum/, diakses 13 September 20130
Wahab, Abd dan Widyaiswara. Konsep Dasar Silabus dan RPP.
Wahyuni, Sri Intan. 2009. Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu
Pembeljaran PAI di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Yogyakarta.