Post on 03-Jan-2016
description
TUGAS MAKALAH KELOMPOK 6Mata Kuliah : TOKSIKOLOGIDosen Pembimbing : Muh. Saleh Jastam Peminatan : Kesehatan Lingkungan
“Toksikologi Bahan Tambahan Makanan”
Disusun Oleh :Ayu Dwi Lestari 14120100059Nurafifah 14120100069Waode Safariah 14120100076Nurfatmala 14120100079Rini Apriani Saputri
14120100081Ety Apriyani 14120100082Heria.B
14120100087Muh.Irfan Nur
14120100359Supriadi
14120100454Fithrawati Rahma.M
14120100561
Kelas : LW3FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2013BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin meningkatnya jumlah penduduk tentunya diikuti dengan
bertambahnya kebutuhan akan pangan. Pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk didalamnya adalah bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang sengaja ataupun tidak disengaja
bercampur dengan makanan atau minuman tersebut. Apapun jenis
pangan, produksi pangan merupakan kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali dan atau mengubah bentuk pangan.
Bahan tambahan pangan merupakan suatu substansi atau campuran
dari beberapa substansi, selain bahan makanan pokok, yang terdapat
dalam makanan sebagai hasil dari beberapa aspek produksi, pengolahan,
penyimpanan, dan pengemasan.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia.
Makanan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso,
1999). Makananmakanan tersebut sangat mungkin sekali menjadi
penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh kita sehingga kita jatuh sakit.
Salah satu cara untuk memelihara kesehatan adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu dengan memastikan bahwa
makanan tersebut dalam keadaan bersih dan terhindar dari
wholesomeness (penyakit). Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan
suatu makanan menjadi tidak aman, Salah satu di antaranya dikarenakan
terkontaminasi (Thaheer, 2005).
Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat
menyebabkan makanan tersebut dapat menjadi media bagi suatu penyakit.
Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut
penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna, 2003).
Penyakit tersebut menimbulkan banyak korban dalam kehidupan manusia
dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan, khususnya di kalangan
bayi, anak, lansia dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu (WHO,
2006).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dicapai yaitu:
1. Apa yang dimaksud bahan tambahan makanan?
2. Apa yang dimaksud dengan toksikologi Bahan Tambahan
Makanan?
3. Penyebab apa yang diakibatkan bahan tambahan makanan
menjadi toksik bagi tubuh manusia?
C.Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bahan tambahan
makanan, toksikologi Bahan Tambahan Makanan dan bahaya yang di
timbulkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Tambahan Makan
Menurut Pasal 73 UU RI No.18 tahun 2012, Bahan Tambahan Makan
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi
sifat dan atau bentuk pangan tersebut. Semua bahan tambahan pangan
atau makanan, baik bahan tersebut diperoleh dengan cara ekstraksi dari
sumber alam atau dengan cara sintesis harus dilakukan kajian keamanan
secara tepat karena dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan bukan ingredien khas makanan, dengan
tanpa nilai gizi, dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan pada
pembuatan, pengolahan, penyimpanan / pengangkutan makanan dengan
maksud untuk menghasilkan/ diharapkan menghasilkan suatu komponen
makanan/ mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Badan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan mencatat bahwa
selama tahun 2004 di Indonesia terjadi 82 kasus keracunan makanan
yang menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia.
Sebanyak 31% kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal
dari jasa boga dan buatan rumah tangga (Antara, 2004).
Persyaratan Bahan Tambahan Makanan (BTM) agar tidak
membahayakan kesehatan bagi orang yang mengkonsumsinya yaitu:
1. Telah diuji dan dievaluasi secara toksikologi
2. Tidak membahayakan kesehatan konsumen pada kadar yang
diperlukan dalam penggunaannya
3. Harus dipantau terus menerus dan dievaluasi kembali jika perlu,
sesuai perkembangan teknologi dan hasil evaluasi toksikologi
4. Harus memenuhi persyaratan spesifikasi dan kemurnian yang telah
ditetapkan
5. Harus dibatasi penggunaannya
Tujuan dari penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yaitu :
a. Mempertahankan nilai gizi makanan
b. Konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan diit
c. Mempertahankan mutu/kestabilan makanan / memperbaiki sifat
organoleptiknya hingga tidak menyimpang dari sifat alamiahnya
d. Keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan,
pewadahan, pembungkusan, pemindahan, pengangkutan makanan
B. Klasifikasi Bahan Tambahan Makanan
Pengklasifikasian Bahan Tambahan Makanan berdasarkan fungsinya
yaitu:
1. Antioksidan
a. Melindungi,mencegah, menghambat proses oksidasi sehingga
mencegah ketengikan
b. Biasanya digunakan pada minyak, lemak, dan makanan yang
mengandung minyak/lemak (produk ikan dan daging)
Contoh :
As askorbat dan as eritorbat untuk produk daging, ikan, buah-
buahan
Butilhidroksianisol (BHA) atau butilhidroksitoluen (BHT) pada
lemak, minyak, margarine.
2. Antikempal
a. Dapat mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk
b. Digunakan pada garam meja, merica bubuk, bumbu lain.
Contoh :
Kalsium aluminium silikat, kalsium silikat, Mg karbonat, silikon
dioksida pd garam meja, merica, rempah lain
Garam stearat dan trikalsium fosfat pada gula, kaldu, susu
bubuk
3. Pengatur keasaman
a. Mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat
keasaman makanan
b. Tujuan : memperbaiki dan mempertahankan keasaman
makanan sehingga mempunyai rasa yang diinginkan/lebih stabil
Contoh :
As laktat, as sitrat, as malat : pengasam pada jelly dan
marmelade
Na bicarbonat, na karbonat, na hidroksida : penetral pd
mentega dan coklat
4. Pemanis buatan
a. Menyebabkan rasa manis pada makanan, yang hampir
tidak/tidak mempunyai nilai gizi
b. Digunakan pada makanan diet
Contoh :
Sakarin, siklamat sebagai pemanis buatan pada jenis
makanan tertentu
5. Pengawetan
a. Mencegah/menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme
b. Ditambahkan pada makanan yang mudah rusak (daging, buah-
buahan)
Contoh :
As benzoat untuk menghambat pertumbuhan bakteri, ragi,
jamur pada buah-buahan, minuman, ringan, sirup, kecap
(500 mg – 1 g/kg)
As sorbat menghambat pertumbuhan jamur dan ragi (roti,
buah kering 250 mg-1 g/kg)
As propionat menghambat pertumbuhan jamur (adonan roti :
2 g/kg adonan roti)
6. Pewarna
a. Memperbaiki atau memberi warna pada makanan agar lebih
menarik
b. Pewarna alam/sintetik
Contoh :
Karmin, ponceau 4R, eritrosin memberi warna merah
Biru berlian, indigotin : biru
Klorofil, hijau FCF, hijau S : hijau
Kurkumin, karoten, kuning FCF, kuning kuinolin, tartazin :
kuning
Karamel : coklat
7. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa
a. Memberikan, menambahkan, mempertegas rasa dan aroma
b. Biasanya diperdagangkan dalam bentuk campuran
c. Aroma dan rasa tertentu (permen, minuman ringan, kue, biskuit)
d. Penguat rasa (produk daging)
e. Pemutih dan pematang tepung
f. Mempercepat pemutihan dan atau pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu pematangannya
Contoh
As askorbat : 200 mg/kg tepung
Kalium bromat : 150 mg/kg tepung
8. Pengemulsi, pemantap, pengental
a. Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi
yang homogen pada makanan
b. Fungsi : memantapkan emulsi dari lemak dan air sahingga
terbentuk produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah
antara bagi lemak dan air
c. Makanan yang sering ditambah : es krim, es puter, saus sardin,
jam, jelly, sirup, dll
Contoh :
Agar (sardin : 20 g/kg, es krim, es puter : 10 g/kg, keju : 8
g/kg)
Dekstrin (es krim, es puter : 30 g/kg, yoghurt : 10 g/kg)
9. Pengeras
a. Memperkeras atau mencegah melunaknya makanan
Contoh :
Kalsium glukonat, mengeraskan buah dan sayur dlm kaleng
(tomat kalengan : 450 mg/kg, buah kalengan : 350 mg/kg,
acar ketimun : 250 mg/kg)
Calcium klorida (ape, sayur kalengan : 260 mg/kg)
Squestran
b. Mengikat ion logam dalam makanan sehingga memantapkan
warna dan tekstur makanan, mendegah perubahan warna
makanan
Contoh :
As fosfat : kepiting kalengan : 5 g/kg, lemak, minyak : 100
mg/kg
Kalsium dinatrium edeta (EDETA), udang kalengan 250
mg/kg, jamur kalengan 200 mg/kg, potongan kentang
goreng beku 100 mg/kg
Dalam PERMENKES, Nomor 033 Tahun 2012 Bahan Tambahan
Makanan(BTP) digolongkan dalam 27 golongan; yaitu:
1. Antibuih (Antifoaming agens)
2. Antikempal (Anti cacking agents)
3. Antioksidan (Antioxidants);
4. Bahan pengkarbonasi (Carbonating agents)
5. Garam pengemulsi (Emulsifying salts)
6. Gas untuk kemasan (Packaging gas)
7. Humektan (Humectants);
8. Pelapis (Glacing agents)
9. Pemanis (Sweeteners);
10.Pembawa (Cariers);
11.Pembentuk gel (Gelling agents);
12.Pembuih (Foaming agents);
13.Pengatur keasaman (Acidity regulator)
14.Pengawet (Preservative);
15.Pengembang (Raising agents);
16.Pengemulsi (Emulsifiers)
17.Pengental (Thickeners)
18.Pengeras (Firming agents)
19.Penguat rasa (Flavou r enhancer);
20.Peningkat volume (Bulking agent);
21.Penstabil (Stabilizers)
22.Peretensi warna (Colour retention agent);
23.Perisa (Flavourings);
24.Perlakuaan tepung (Flour treatment agents),
25.Pewarna (Colours)
26.Propelan (Propellants); dan
27.Sekuestran (Sequestrants).
Menurut PERMENKES, Nomor 033 Tahun 2012 Bahan-bahan yang
tidak diperbolehkan menjadi Bahan Tambahan Makanan(BTP)
digolongkan dalam 19 golongan; yaitu:
1. Asam borat dan senyawanya (Boric acid),
2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and, its salt),
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC),
4. Dulsin (Dulcin),
5. Formalin (Formaldehyde),
6. Kalium bromat (potassium bromate),
7. Kalium chlorat (Potassium chlorate),
8. Kloramfenikol (Chloramphenicol),
9. Minyak nabati dibrominasi (Brominated vegetable oils),
10.Nitrofurazon (Nitrofurazone),
11.Dulkamara (Dulcamara),
12.Kokain (Cocaine),
13.Nitrobenzen (Nitrobenzene),
14.Sinamil antranilat (Cinnamyl anttranilate),
15.Dihidrosafrol (Dihydrosafrole),
16.Biji tonka (Tonka bean),
17.Minyak kalamus (Calamus oil),
18.Minyak tansi (Tansy oil), dan
19.Minyak sasafras (Sasafras oil)
C. Toksikologi Bahan Tambahan Makanan
Menurut Loomis (1978) Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari
aksi berbahaya zat kimia pada sistem biologi. Timbrel (1989)
menyebutkan bahwa toksikologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara zat kimia dengan sistem biologi. Sedangkan toksisitas didefinisikan
sebagai kapasitas suatu zat kimia beracun dalam menimbulkan efek
toksik tertentu pada makhluk hidup.
Paraselcus, yang dikenal sebagai Bapak Toksikologi, menyatakan
“sola dosis facit venenum”. Semua substansi adalah racun, yang
membedakan antara obat dan racun adalah dosisnya. Penentu toksisitas
suatu zat adalah dosis atau jumlah zat yang sampai pada sel sasaran
atau tempat kerjanya.
Bahan tambahan makanan dapat menimbulkan efek toksi pada
tubuh, klasifikasi toksi/keracunan yang di sebabkan bahan tambahan
makanan yaitu:
1. Menurut waktu terjadinya keracunan
a. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah makan atau terpapar
sesuatu. Gejala keracunan akut adalah muntah, diare, kejang,
koma.
Contoh : Pada keracunan akut merkuri yang terjadi dengan
gejala berupa nyeri dada dan napas pendek, rasa logam pada
lidah, mual dan muntah. Kerusakan ginjal akut dapat terjadi
kemudian, gingivitis berat dan gastroenteritis terjadi pada hari
keempat.
b. Keracunan kronik
Diagnosis keracunan kronik sulit ditegakkan, karena gejalanya
timbul perlahan dan lama sesudah pajanan. Ciri khas dari
keracunan kronik adalah zat penyebab diekskresikan lebih lama
dari 24 jam, waktu paruh panjang, sehingga terjadi akumulasi.
Contoh : Pada keracunan kronik merkuri terdapat tanda-tanda
seperti gingivitis, perubahan warna gusi, sebagian gigi tanggal,
pembesaran kelenjar ludah.
2. Menurut cara terjadinya keracunan
a. Self Poisoning adalah pasien makan obat dengan dosis berlebihan
tapi menurut pengetahuan dia dosis tersebut tidak membahayakan.
b. Attempted Suicide adalah keadaan pasien yang memang
bermaksud bunuh diri, tetapi dapat berakhir kematian atau pasien
sembuh kembali bila dosis yang dimakan tidak berlebihan (salah
tafsir).
c. Accidental Poisoning merupakan kecelakaan murni, tanpa adanya
faktor kesengajaan.
d. Homicidal Poisoning adalah keracunan akibat tindakan kriminal,
yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.
3. Klasifikasi menurut organ yang terkena
a. Racun pada Sistem Saraf Pusat (neurotoksik)
Beberapa substansi dapat mengganggu respirasi sel, dapat
menyebabkan gangguan ventilasi paru-paru atau sirkulasi otak
yang dapat menjadikan kerusakan irreversible dari saraf pusat.
Substansi itu antara lain : Etanol, antihistamin, bromide, kodein,
b. Racun Jantung (kardiotoksik)
Beberapa obat dapat menyebabkan kelainan ritme jantung
sehingga dapat terjadi payah jantung atau henti jantung.
c. Racun Hati
Hepatotoksik menyebabkan manifestasi nekrosis lokal ataupun
sistemik. Dengan hilangnya sebagian sel hati, menyebabkan tubuh
lebih rentan terhadap aksi biologi senyawa lain. Kelainan hati lain
yang sering ditemui adalah hepatitis kholestatik. Kondisi ini
disebabkan oleh berbagai obat, gangguan aliran empedu dan
perkembangan jaundice. Asam borat (boraks),Asetaminofen
adalah beberapa obat yang menyebabkan gangguan pada hati.
d. Racun ginjal
Ginjal memiliki sifat yang sangat rentan terhadap aksi racun,
perubahan fungsi ginjal dapat dimanefestasikan sebagai
perubahan dalam komposisi kimia urin dan laju pembentukannya.
Merkuri klorida menyebabkan kerusakan ginjal akut. Substansi itu
antara lain: Asam borat (boraks), Asetaminofen, Jengkol.
e. Darah dan sistem hematopoietic
Obat-obatan, larutan dari industri dan venom dapat
menghasilkan anemia hemolitik. Hemolisis dikaitkan dengan
demam dan nyeri pada ekstremitas, eritrosit berkurang, sel-sel
darah immature ikut dalam sirkulasi. Terjadinya perkembangan
methemoglobin karena zat teroksidasi memasuki eritrosit dan
merubah zat besi dalam hemoglobin menjadi bentuk ferric yang
menyebabkan kelelahan, gangguan sensori, dan sianosis.
Pemaparan beberapa unsur dapat mengganggu kemampuan
dari sumsum tulang untuk memproduksi jumlah sel darah merah
yang memadai. Hasilnya dapat menyebabkan oksigenasi yang
tidak memadai, perdarahan yang tidak memadai, atau gangguan
fungsi imun.
4. Klasifikasi berdasarkan jenis bahan kimia
a. Alkohol
Etanol yang merupakan golongan alkohol adalah penyebab
depresi SSP. Keracunan etanol menyebabkan pasien cenderung
pada trauma dan kondisi kekacauan metabolik yang sering terlihat
pada pasien alkoholik. Tanda dan gejalanya adalah muntah,
depresi SSP.
b. Fenol
Menyebabkan denaturasi protein dan berpenetrasi dengan baik
ke jaringan. Fenol bersifat korosif terhadap mata, kulit dan saluran
napas. Tanda dan gejalanya adalah korosif pada sel lendir mulut
dan usus, sakit hebat, muntah, koma, syok, dan kerusakan ginjal.
c. Logam berat
1) Timah Hitam
Terdapat dalam beberapa cat, beterai, dan lain-lain.
Bahaya timah hitam terhadap fungsi ginjal, sistem reproduksi,
hematopoietic dan neurologi dapat terjadi melalui pemaparan
dalam kadar rendah secara kronik. Timah hitam diabsorbsi
melalui inhalasi dan absorbsi saluran pencernaan, distribusi
menyebar luas ke sumsum tulang, otal, ginjal, testis, melintasi
plasenta yang dapat menjadi bahaya potensial terhadap janin.
Kemudian timah hitam diikat oleh eritrosit. Waktu paruh timah
hitam dalam jaringan adalah 30 hari. Ekskresi timah hitam
melalui tinja, urin, ginjal, keringat dan ASI (dalam jumlah kecil).
Timah hitam akan mengganggu aktivitas enzim dan
mempengaruhi beberapa sistem organ.
2) Arsen
Bentuk kimia arsen yang sering menyebabkan keracunan
adalah elemen arsen, arsen anorganik, arsen organik, gas arsin
(AsH3).
3) Merkuri
Pada tahun 1953, suatu epidemi misterius ditemukan di
perkampungan nelayan Minamata di Jepang. Perkampungan ini
berlokasi dekat sungai tempat aliran limbah pabrik besar yang
memproduksi plastik vinil. Zat penyebab keracunan tersebut
adalah metilmerkuri. Elemen merkuri mudah menguap dan
dapat diabsorbsi dari paru-paru, setelah diabsorbsi merkuri
didistribusikan ke jaringan dalam beberapa jam, dengan
konsentrasi tertinggi ditemukan dalam tubulus proksimal ginjal.
Merkuri diekskresikan melalui urin, dan melalui saluran cerna
dan kelenjar keringat dalam jumlah kecil. Merkuri klorida sangat
toksik dan menyebabkan kerusakan ginjal akut.
D. Penyebab Bahan Tambahan Makanan menjadi racun bagi tubuh
Bahan tambahan makanan menjadi zat racun bagi manusia yang
mengkonsusmsinya disebabkan beberapa factor yaitu:
1) Proses Penyediaan Bahan Baku
Dari suatu prosuk makanan atau minuman dapat terkontaminasi
zat racun saat proses penyediaan bahan bakunya. Bahan baku
makanan yang kebanyakan merupakan hasil dari proses penanaman (
tumbuhan ). Semakin berkembangnya tekhnologi, dalam proses
penanaman suatu bahan pangan tidak lepas dari berbagai tambahan
zat kimia seperti pupuk, ataupun obat anti hama.
2) Penggunaan pupuk
Penggunaan pupuk dalam proses penanaman adalah salah satu
faktor yang menyebabkan terakumulasinya bahan kimia beracun
dalam bahan pangan.pupuk pupuk sintesis yang banyak digunakan
saat ini merupakan faktor yang dominan. Misalnya pupuk sintesis yang
mengandung bahan kimia beracun antara lain DDT. Penggunaan obat
anti hama juga merupakan faktor yang menyebabkan terakumulasinya
zat zat kimia beracun dalam bahan makanan.Akan tetapi mekanisme
secara umum berbeda dengan pupuk.
3) Proses Pengolahan
Tahap proses pengolahan pangan merupakan tahap yang paling
potensial untuk bercampurnya pangan dengan bahan-bahan kimia
berbahaya karena pada proses ini sering ditambahkan bahan
tambahan pangan ( BTP ). Jenis bahan tambahan pangan ada dua
jenis yaitu GRAS ( General Rocognized as Safe), zat ini aman dan
tidak berefek toksik misalnya gula ( glukosa ). Sedangkan jenis lainnya
yaitu ADI (Acceptable Daily Intake ) jenis ini selalu ditetapkan batas
penggunaan hariannya ( daily Intake ) demi menjaga melindungi
kesehatan konsumen.
4) Pengawet Anorganik
Pada kenyataan bahwa semua bahan kimia yang digunakan
sebagi bahan pengawet adalah racun, tetapi toksisitasnya sangat
ditentukan oleh jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan pengaruh
atau gangguan kesehatan atau sakit, karena itulah diadakan konsep
ADI ( acceptable Daily Intake ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawetan makanan semakin dibutuhkan akibat peningkatan
kebutuhan pangan. Pengawetan makanan harus mempertimbangkan
faktor keamanan konsumen. Produsen makanan hanya boleh
menggunakan bahan tambahan yg diizinkan utk makanan, dengan jumlah
secukupnya, sesuai penguunaanya dan tidak melebihi batas maksimum
penggunaanya. Keamanan pangan akan tercapai dengan kerjasama tiga
pihak yaitu pemerintah, pengusaha dan masyarakat
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis yaitu agar dalam penggunaan
BTM harus dapat dipantau gara tidak menimbulkan dampak pada
kesehatan para konsumen. Dalam penggunaan BTM juga tidak boleh
melebihi batas, sehingga pihak yang mengetahui hal tersebut harus
memberikan informasi pada masyarakat luas agar tidak dipergunakan
melebihi batas.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Tambahan Pangan. (online)(cited June 8, 2012) Available from
URL
:
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUAR
GA/197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA
ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf
F.G. Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Wisnu Cahyadi. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.