makalah toksikologi hati

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk kimia yang cepat selama satu abad ini telah berhasil meningkatkan mutu kehidupan. Namun di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat terutama mereka yang secara langsung berhubungan dengan bahan kimia. Semakin majunya teknologi yang ada di dunia ini, akan menciptakan beragamnya bahan kimia yang dihasilkan. Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita biasanya dapat menimbulkan berbagai penyakit atau masalah bagi manusia. Dampak yang dihasilkan oleh zat kimia ini dapat berdampak cepat/akut atau berdampak lambat/kronis karena dapat berakumulasi didalam tubuh. Bahan kimia yang berbahaya tersebut disebut juga toksin/racun. Sebagian besar toksin berasal dari bahan kimia hasil aktivitas manusia misalnya aktivitas Industri, pertanian, perternakan, kedokteran maupun rumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari pun keberadaan bahan kimia tidak dapat dihindarkan, karena dalam setiap kegiatan kita pasti danya kandungan unsur kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki efek toksik bagi kesehatan dan lingkungan. Resiko dapat berasal dari paparan, Toksikologi (Efek toksik pada hati) hal 1

description

makalah toksikologi hati

Transcript of makalah toksikologi hati

BAB I

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerkembangan produk kimia yang cepat selama satu abad ini telah berhasil meningkatkan mutu kehidupan. Namun di sisi lain keadaan tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat terutama mereka yang secara langsung berhubungan dengan bahan kimia.Semakin majunya teknologi yang ada di dunia ini, akan menciptakan beragamnya bahan kimia yang dihasilkan. Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita biasanya dapat menimbulkan berbagai penyakit atau masalah bagi manusia. Dampak yang dihasilkan oleh zat kimia ini dapat berdampak cepat/akut atau berdampak lambat/kronis karena dapat berakumulasi didalam tubuh.Bahan kimia yang berbahaya tersebut disebut juga toksin/racun. Sebagian besar toksin berasal dari bahan kimia hasil aktivitas manusia misalnya aktivitas Industri, pertanian, perternakan, kedokteran maupun rumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari pun keberadaan bahan kimia tidak dapat dihindarkan, karena dalam setiap kegiatan kita pasti danya kandungan unsur kimia.Banyak bahan kimia yang memiliki efek toksik bagi kesehatan dan lingkungan. Resiko dapat berasal dari paparan, produksi, penyimpanan, penangan, pemindahan, penggunaan, dan pembuangan bahan kimia, juga dari kebocoran aksidental, dan dari pembuanga limbah kimia illegal.Jika pembuangan bahan kimia ke lingkungan tidak tepat maka bahan kimia tersebut akan menjadi polutan yang akan kita hirup, dalam air yang kita minum, dalam makanan yang kita makan. Polutan itu dapat mempengaruhi sungai, danau, dan hutan kita, dapat merusak kehidupan alam, dan dapat mengubah cuaca dan ekosistem. Selain bermanfaat bagi kehidupan, bahan kimia juga memiliki efek samping yang dapat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Peran manusia selain sebagai pengguna/konsumen dari bahan kimia, manusia juga dapat menjadi korban dari efek bahan kimia tersebut. Paparan dari toksik terhadap manusia baik secara spontan dalam dosis besar maupun secara berkala dalam dosis rendah dapat menyebabkan bermacam-macam gangguan. Beberapa toksin memiliki klasifikasi tertentu, misalnya klasifikasi menurut organ sasaarannya antara lain toksin yang menyerang hati, ginjal, paru-paru, mata, kulit, sistem reproduksi, maupun sistem saraf.Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan berbagai mekanisme yang menyebabkan kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, setlah diserap, toksikan dibawa vena porta ke hati.Untuk itu, kita perlu mengetahui toksikologi pada hati, bagaimana mekanisme kerjanya, apa dampak yang dapat ditimbulkan, bagaimana cara mencegah, mengendalikan dan pengobatan atau pertolongan pertama pada korban keracunan.

1.2 Tujuana. Mengetahui apa itu toksikologi dan pentingnya tokskologi dalam kehidupan,b. Mengetahui efek toksik bahan kimia yang ada,c. Mengetahui organ hati sebagai organ sasaran dari bahan toksin,d. Mengetahui macam-macam jenis toksin/racun yang menyerang organ hatie. Mengetahui dampak dan gejala yang ditimbulkan akibat masuknya racun ke dalam organ hatif. Mengetahui cara mencegah dan mengendalikan kerusakan organ hati dari bahan toksin, dang. Mengetahui hal yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama pada orang yang terkena paparan zat kimia

BAB 2PEMBAHASAN2.1 ToksikologiOrang senantiasa terpajan (tereksposure) banyak jenis bahan kimia buatan manusia, pada keadaan tertentu pajanan ini dapat berakibat buruk hingga menimbulkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologi yang kecil sekali. Minat masyarakat semakin besar untuk mengenal dan mencegah efek buruk ini telah mendorong perubahan dramatik pada toksikologi dari suatu kajian tentang racun menjadi ilmu yang kian kompleks sekarang ini.Toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme hidup.Definisi lain dari toksikologi ialah sebagai kajian tentang hakikat dan mekaisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan system biologik lainnya.Bersamaan dengan ilmu lain, toksikologi member sumbangan bagi pengembangan bahan kimia yang lebih aman untuk digunakan sebagai obat, zat tambahan makanan, pestisida, dan bahan kimia yang digunakan dalam industri. Menurut beberapa sumber toksikologi merupakan cabang dari farmakologi, tentang interaksi antara senyawa kimia dengan orgaisme hidup. Seperti misalnya pada insektisida, pestisida, kosmetika, vitamin, asam amino dan lain-lain yang digunakan pada dosis yang tidak pathologic. Sehingga zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh disebut juga xenobiotika.Sesuatu zat yang masuk kedalam tubuh dapat dikatakan sebagai racun, bila zat tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada yang menggunakannya.Menurut Paracelsus Sola dosis facit venenum artinya kehadiran suatu zat yang potensial toksik didalam organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan, tergantung dari besar atau kecilnya dosis suatu zat yang digunakan atau terpajan ke dalam tubuh.Dengan demikian, resiko keracunan tidak hanya bergantung pada sifat zat itu sendiri tetapi juga pada kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk dan diabsorbsi, dengan kata lain tergantung cara kerja, frekuensi kerja, dan waktu kerja.2.1.1 Penggolongan toksikologiToksikologi dapat digolongkan berdasarkan jenis kerja toksik, maka menurut bidangnya dibedakan menjadi, antara lain:a. Toksikologi obat,b. Toksikologi zat yang menimbulkan ketergantungan,c. Toksikologi baha makanan,d. Toksikologi pestisida,e. Toksikologi Industri,f. Toksikologi Lingkungan,g. Toksikologi aksidental,h. Toksikologi Perang, dani. Toksikologi sinar,

2.1.2 Efek Toksik Bahan kimiaEfek toksik atau toksisitas suatu bahan kimia dapat didefinisikan sebagai potensi bahan kimia untuk meracuni tubuh orang yang terpapar. Potensi bahan kimia untuk dapat menimbulkan efek negative terhadap kesehatan tergantung terutama pada toksisitas bahan kimia tersebut, dan besarnya paparan. Toksisitas merupakan sifat dari bahan kimia itu sendiri, sedangkan paparan tergantung dari bagaimana bahan itu digunakan, misalnya, apakah bahan dipanaskan, disemprotkan atau dilepaskan ke lingkungan kerja. Tetapi dalam menilai bahaya, perlu diperhitungkan juga kerentanan orang yang terpapar, yang dipengaruhi oleh antara lain jenis kelamin, umur; status gizi. Beberapa konsep telah dikembangkan untuk membantu menggolongkan efek beracun bahan kimia, sebagai berikut: a. Efek akut Istilah efek akut dapat diartikan sebagai paparan singkat dengan efek seketika. Namun pemaparan akut selain dapat menimbulkan efek akut, juga dapat mengakibatkan penyakit kronik, sebagai contoh kerusakan otak yang permanen dapat disebabkan oleh paparan akut senyawa timah putih trialkil atau karena keracunan karbon monoksida berat. b. Efek kronik Istilah kronik dapat diartikan sebagai pemaparan berulang dengan masa tunda yang lama antara paparan pertama hingga timbulnya efek yang merugikan kesehatan.c. Efek akut dan kronik Suatu bahan dapat mempunyai efek akut dan kronik sekaligus. Sebagai contoh pemaparan tunggal karbon disulfide dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran (efek akut), tetapi pemaparan berulang tiap hari selama bertahun-tahun dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah yang jika dialami sebagai pemaparan tunggal tidak menimbulkan efek merugikan (efek kronik) dapat mengakibatkan kerusakan pada system saraf pusat dan tepi, juga jantung.d. Efek dapat balik (reversible)Efek yang hilang bila pemaparan berhenti/mereda. Sebagai contoh, dermatitis kontak, nyeri kepala dan mual karena terpapar pelarut.e. Efek tidak dapat balik (irreversible)Efek yang tidak akan hilang atau permanen meskipun bahan kimia penyebabnya telah mereda atau hilang. Sebagai contoh, penyakit kanker yang disebabkan oleh pemaparan bahan kimia.f. Efek lokal Efek berbahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia di bagian permukaan tubuh atau dapat masuk ke dalam tubuh.Sebagai contoh, luka bakar pada kulit.g. Efek sistemik Efek suatu bahan kimia pada organ tubuh atau cairan tubuh setelah penyerapan atau penetrasi ke dalam organ atau cairan tubuh. Sebagai contoh, masuknya bahan-bahan kimia seperti timbal, benzen, kadmium, raksa dan sebagainya dapat menyebabkan anemia, gangguan saraf, dan sebagainya.h. Efek sinergisEfek gabungan dari lebih dari satu bahan kimia. Efek gabungan ini dapat lebih parah dari efek yang diimiliki oleh masing-masing bahan kimia.

Berdasarkan sifat bahayanya, toksisitas dapat digolongkan sebagai berikut: Korosif Merusak (membakar) jaringan hidup apabila kontak. Sebagai contoh; larutan asam pekat seperti sulfat atau basa seperti soda api dapat menimbulkan luka bakar. IritanMenimbulkan iritasi setempat atau peradangan pada kulit, hidung, atau jaringan paru. Sensitizer Menimbulkan reaksi alergi. Seseorang yang peka terhadap bahan kimia akan mengalami reaksi alergi yang berat, sedang bagi individu yang tidak peka, dosis yang sama tidak akan membahayakan. Bagi individu yang peka, setiap pemaparan berikutnya apakah melalui kontak kulit atau inhalasi akan menimbulkan risiko kesehatan. AsfiksianMengganggu pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh. Sebagai contoh, antara Iain karbon monoksida dan sianida. Karsinogen Penyebab kanker. MutagenDapat menimbulkan kerusakan DNA sel . DNA adalah molekul pembawa informasi genetik yang mengendalikan pertumbuhan dan fungsi sel. Kerusakan DNA dalam sel telur atau sperma manusia dapat menurunkan kesuburan; aborsi spontan, cacad lahir, dan penyakit keturunan. TeratogenSuatu bahan kimia yang apabila berada dalam aliran darah wanita harnil dan menembus plasenta, mempengaruhi perkembangan janin dan menimbulkan kelainan struktur dan fungsional bawaan atau kanker pada anak. Contoh yang telah diketahui secara luas sebagai teratogen adalah talidomid, yang pada tahun 1960an telah banyak menyebabkan kasus fokomelia (pengecilan lengan dan tungkai sedemikian rupa hingga tungkai dan lengan menempel langsung ke tubuh) pada bayi para wanita yang memakan obat tersebut selama tahap awal kehamilannya.

Fetotoksikan Suatu bahan kimia yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan janin sehingga bayi lahir dengan bobot yang rendah.

2.1.3 Sumber toksikanKarena zat kimia dapat dijumpai dimana saja, maka sumber zat kimia toksik cukup banyak, misalnya udara, air, makanan, zat kimia di tempat kerja, ddalam obat, pestisida, solven, hidrokarbon alami, dan produk pembakaran, kosmetik, toksik yang dibentuk secara alami misalnya, mikotoksin, toksin mikroba, toksin tumbuhan, dan toksin binatang. Manusia juga merasa kuatir dengan polutan lingkunga seperti asbestos, Karbonmonoksida, Asap tembakau/rokok, timbale, merkuri, bidang elektromagnetik, ozon, hujan asam, dan senyawa organic volatile yang ada walau sedikit.

A. Industri Sebagai Sumber ToksikanIndustri memiliki peranan penting sebagian besar kehidupan manusia, secara ekonomi dapat mempekerjakan jutaan orang, dan hasil dari produksi tersebut akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar.Walaupun di Negara-negara maju telah diberlakukan suatu aturan-aturan yang mengatur mengenai perindustrian, namun industri masih menjasi sumber pencemaran atau kontaminan dari zat kimia. Jenis-jenis industri selain berupa bangunan pabrik juga termasuk industri pertanian, perkpalan, kendaraan laut, kilang minyak, dan lin-lain. Kegiatan industi dapat menghasilkan sutu emisi udara, limbah bungan, dan sampah padat yang mengandung bahan kimia. Apabila hal ini tidak dicegah atau ditanggulangi dengan baik maka akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan manusia.Berikut beberapa contoh zat kimia yang dapat menyebab kanker dengan pekerjaan yang dilakukan di Industri.Tabel : Bahaya okupasional dan kanker terkaitAgent (Hazard)Lokasi tumor/kankerPekerjaan

Sinar-XSumsum tulangPetugas medis dan pekerja Industri

UraniumnSumsum tulang, kulit, paru-paruPetugas medis dan ahli kimia di industri

Radiasi sinar UVKulitPekerja lapangan

Hidrokarbon polisiklik(jelaga, aspal, minyak)Paru-paru, kulit, hatiPekrta tambang minyak dan gas

ArsenikKulit, paru-paru, hatiPegawai pabrik plastic

KadmiumParu-paru, ginjal, prostatPekerja di pabrik batere dan peleburan

Senyawa nikelParu-paru, sinus hidungPekerja dipeleburan dan pengolahan

AsbestosParu-paruPekerja tambang, kilang minyak, pembongkaran bangunan

Kayu dan partikel kulitRongga hidungPengrajin kayu dan pembuatan sepatu

*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000

B. Pertanian sebagai sumber toksikanPada bidang pertanian, penggunaan bahan kimia banyak dilakukan, misalnya saja seperti penggunaan pupuk yang mengandung nitrogen dan sulfur, pestisida, zat pengatur tumbuh tanaman, desinfektan obat-obatan untuk hewan ternak misalnya seperti antibiotic dan vitamin, dll.Bahan kimia yang paling sering diguakan dalam bidang pertanian ialah pestisida, pemakaian yang tidak tepat dari pestisida dapat menimbulkan efek biologis pada organism nontarget. Pestisida selain digunakan oleh bidang pertanian, juga banyak digunakan pada bidang perkebunan, kehutanan, dan peternakan. Penggunaan pestisida biasanya digunakan untuk masalah-masalah akibat artropoda. Banyak penyalahgunaan pestisida misalnya seperti penggnaan DDT, meski telah dilarang namun keberadaannya masih banyak beredar dimasyarakat. Pestisida selain dapat mengkontaminasi lingkunga seperti air, udara, dan tanah juga dapat terarsobsi ke dalam tubuh melalui kontak kulit dengan permukaan yang terkontak oleh pestisida tersebut. Kontaminasi pestisida juga dapat mengkontaminasi hasil panen, dan apabila hasil panen tersebut dikonsumsi maka akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Paparan dari zat kimia pestisida dapat merusak kulit, efek neurologis, efek pada hati, atau efek kronis jika terakumulasi dalam tubuh.

C. Perkotaan sebagai sumber toksikanAktivitas manusia menyebabkan polusi udara, dari hal sederhana seperti pembakaran kayu pun telah terbukti menyebabkan timbulnya polutan. Polutan yang lebih serius dihasilkan oleh aktivitas industri, kendaraan bermotor, mesn berbahan bakar minyak, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Perkotaan menggunakan bahan bakar kayu dan batu bara sebagai bahan bakar rumah tangga yang dapat menjadikan sumber pencemaran. Berikut akan dijelaskan beberapa aktivitas manusia dan polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia tersebut.Tabel : Aktivitas manusia dan produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosilAktivitasPolutan yang dihasilkan

Pembangkit tenaga listrik(misal pembangkit listrik tenaga batubara)Sox, NOx (NO dan NO2) Partikulat primer dan jelaga yang berterbangan.Partikulat sekunder Sulfat(SO42-) DAN Nitrat (NO3+) Aerosol

Pembakaran minyakSO2 dda jelaga

Pembakaran bahan bakar padat di Rumah Tangga (Batu bara dan kayu)SO, Jelaga (missal kabut asap) dan debu yang berterbangan

Pembakaran bahan bakar diesel (solar)SOX dan jelaga

Kendaraan berbahan bakar bensin (solar)Nox,CO, Pb (jika bertimbal) dan hidrokarbon

Asap rokok dan pemanggangan sateHidrokarbon aromatic polisiklik, dll

*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000

2.1.4 Jalur Pemaparan Bahan Toksin ke dalam tubuh

*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000Suatu zat kimia dapat menimbulkan kerusakan pada makhluk hidup apabila zat kimia berbahaya tersebut dapat terserap oleh tubuh melalui jalur pemaparan. Jalur pemaparan adalah masuknya zat kimia ke dalam tubuh. Absorbsi tersebut dapat terjadi lewat kulit, saluran cerna, paru-paru, dan beberapa jalur lain. Efek zat kimia tersebut dapat berakibat kecil atau besar tergantung dari dosis, derajat pemaparan, distribusi, pengangkutan, dan eksresi. Bentuk pemaparan yang paling lazim ialah melalui inhalasi atau dermal, sementara yang paling sering terjadi ialah melalui pemaparan peroral.a. Jalur pemaparan melalui dermalKulit merupakan suatu sawar bagi tubuh karena relative impermeable sehingga dapat memisahkan suatu organisme dari lingkungannya. Namun biasanya absorbsi zat kimia melalui kulit yang rusak atau terluka, jarang sekali zat kimia dapat menembus kulit yang utuh.Suatu zat dapat diserap lewat folikel rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat namun kemungkinannya sangat kecil.Apabila jumlah bahan kimia yang terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak maka akan mengakibatkan efek sistemik. Zat kimia yang larut dalam lemak akan lebih mudah masuk ke tubuh daripada zat kimia yang larut dalam air. Melalui kulit zat kimia mengalami dua fase, fase absorbs pertama yaitu difusi toksisitan lewat epidermis yang merupakan sawar penting. Fase absorbs kedua yaitu difusi toksitan lewat dermis yang mengandung medium difusi yang berpori, nonselektif, dan cair. Berikut beberapa efek yang diterjadi pada kulit ;Tabel : Beberapa efek umum pestisida pada kulitPestisidaEfek yang ditimbulkan

Paraquat, Captafol, 2,4-D, ManeozebDermatitis kontak

Jenomyl, DDT, Zheb, Lindan, MalathionSensitisasi kulit, reaksi alergi, ruam kulit

Heksaklorobenzene,Benomyl, ZinenReaksi totoalergi

Pestisda organochlorineChloronce

HeksaklorobenzenAtrofi kulit

*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000

b. Jalur pemaparan melalui InhalasiParu merupakan pemaparan yang umum, tetapi jaringan paru bukan merupakan barier yang protektif terhadap zat kimia seperti layaknya kulit, akibatnya jaringan paru yang sangat tipis memungkinkan adanya aliran beberapa zat kimia ke dalam darah. Selain dapat merusak sistemik jaringan tubuh, juga dapat merusak organ paru itu sendiri. Tempat absorbs disaluran napas adalah alveolus paru-paru. Laju absorbsi bergantung pada daya larut gas di dalam darah, semakin mudah larut maka semakin cepat terabsrobsi. Karena udara di alveolar hanya membawa zat kimia dalam jumlah terbatas, maka diperlukan lebih banyak pernapasan dan waktu papar yang lebih lama.Zat kimia dapat menjadi bawaan udara melalui 2 cara ; baik sebagai partikel sangat halus ataupun sebagai gas dan uap. Polutan tersebut diantaranya SO2, NOX,CO,O3, Pb, dan lain-lain. Zat kimia tersebut dapat menurunkan fungsi paru dan peningkatan jumlah kematian yang terjadi. Beberapa zat kimia akan masuk ke sel darah merah yang akan menyebar keseluruh organ melalui system kardiovaskular.Pada industri, inhalasi zat kimia dalam bentuk gas dan uap, partikel yang absorbsinya melalui paru-paru merupakan pemaparan yang paling penting, resiko kesehatan keterpaparan ini pun cenderung tinggi.

*Gambar diambil dari : : http://staff.undip.ac.id/fkm/hanifadenny/files/2010/09/toksilogi-industri.pdf diakses pada 28 November 2014c. Jalur pemaparan melalui saluran cernaBahan-bahan toksikan dapat masuk melalui saluran cerna bersama air minum dan makanan atau secara langsung melalui obat. Absorbs dapat terjadi diseluruh saluran cerna. Namun umunya mulut dan rectum tidak begitu penting dalam penyerapan zat-zat kimia.Lambung merupakan tempat penyerpan yang penting, terutama asam-asam lemah yang berada dalam bentuk non ion yang larut dalam lipid dan mudah berdifusi. Sebaliknya, basa-basa lemah akan sangat mengion dalam getah lambungyang bersifat asam dan karenanya sukar untuk diserap.

*sumber diambil dari buku Bahaya baha kimia terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hasil terjemahan dari Hazardous Chemical in Human and envirotment health oleh World Health Organization in 2000Dalam makanan atau air yang kita konsumsi selain mengandung bahan-bahan yang berguna bagi tubuh, juga mengandung zat-zat kimia yang berbahaya. Meskipun jumlah zat kimia tersebut kecilsedikit, namun sifatnya dapat terakumulasi di dalam tubuh, dan pada jangka panjang akan menimbulkan efek yang lebih parah atau lebih berbahaya dikemudian hari. Juga bila zat-zat kimia terserap kedalam darah akan, maka dampaknya akan menyebar keseluruh organ tubuh, dan merusak orga-organ penting tubuh.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Organ HatiHati merupakan organ terbesar di dalam tubuh, memiliki berat 1500 g pada manusia dewasa normal yang diperkirakan sekitar 2,5 % dari berat badan. Terletak di bawah tulang iga, dalam rongga perut sebelah kanan.Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibentuk oleh ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson. Pada bagian tengah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantara pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong sebagai makrofage/sel kupfer. Sel kupfer adalah sistem sistem monosit makrofag, yang fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.

Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu. Untuk sementara empedu disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disini empedu tersebut menjadi kental karena airnya diserap kembali oleh dinding kandung empedu. Empedu yang dibentuk di hepatosit diekskresi kedalam kanikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yg makin lama makin besar hingga menjadi sal empedu besar (duktus koledokus).

Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus halus. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Kandung empedu berkembang pada kebanyakan vertebrata Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari lemak dalam dietnya. Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak, sehingga hati merupakan organ tubuh yang sangat penting dalam menunjang kesehatan dan kehidupan. Berbagai fungsi penting dari hati adalah sebagai berikut : Detoksifikasi zat-zat toksis, yaitu menyaring segala macam zat yang masuk kedalam tubuh menetralkan dan membuangnya ke luar tubuh. Fungsi detoksikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konyugasi zat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiolodia tidak aktif. Mengahasilkan empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu,Empedu tdd air 97%, elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutam alesitin), kolesterol, pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi).Garam empedu penting utntuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.Setelah diolah bakteri usus halus, maka sebagian garam empedu akan direabsorbsi di ileus , megalami resirkulasi ke hati, serta kembali dikonjungasi dan diskeresi. Menyimpan lemak dan glikogen serta albumin,Hati berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Mensintesis protein plasma darah,fungsi metabolisme hati yg lain adalah metabolisme lemak; penyimpanan vitamain, besi dan tembaga; konyugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksikasi zat endogen dan eksogen. Merombak eritrosit yang rusak. Eliminasi asam amino menjadi urea, menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Menghasilkan suatu hormone.

Hati berperan dalam hampir setiap fungsi metabolic tubuh. Hati memiliki kapasitas cadangan yg besar, hanya dengan 10-20% jaringan yg berfungsi, hati masih dapat mempertahankan kehidupan. Destruksi total atau pembuangan hati menyebabkan kematian dalam 10jam. Kemampuan regenerasi hati sangat mengagumkan.2.2.1 Cara Kerja Hati1. Dalam Proses EkskresiHemoglobin dipecah menjadi zat besi, globin, dan hemin.zat besi, diambil & disimpan dlm hati, yg nantinya dikembalikan k sumsum tlg blkgglobulin, digunaan lg utk metabolisme protein, membentk hemoglobin baruhemin, diubah menjadi bilirubin & biliverdin. dikeluarkan ke usus 12 jari n di oksidasi mnjd urobilin, yg mnjd pewarna coklat pd feses.2. Pengikatan Racunarginin asam amino arginin -> as. amino ortinin + ureaasam amono ortinin mengikat NH3 n CO2 yg bersifat racun bagi tubuhasam amino ortinin diubah mnjd as. amino sitrulin.asam amino sitrulin + NH3 -> as. Amino(ulang lagi prosesnya)shg akn trus dihasilkan urea, yg dibuang ke ginjal, utk dikeluarkan besama urin.racun -> urea -> dikeluarkan dari tubuh.

2.3 Efek toksik pada hati (Hepatotoksik)Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Secara struktural organ hati tersusun oleh hepatosit (sel parenkim hati). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Sel-sel tersebut terletak di antara sinusoid yang terisi darah dan saluran empedu. Sel Kuffer melapisi sinusoid hati dan merupakan bagian penting dari sitem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika ke dalam vena kava. Saluran empedu mulai berperan sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar. Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995).Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan hati dan berbagai mekanisme yang menyebabkan kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, setlah diserap, toksikan dibawa vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang memetabolisme xenobiotik dalam hati juga tinggi (terutama sitokrom P-450). Hal tersebut membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah larut dalam air, sehingga lebih mudah dieksresikan. Tetapi dalam beberapa kasus, toksikan diaktifkan sehingga dapat menginduksi lesi. Lesi hati bersifat sentrilobuler banyak dihubungkan dengan kadar sitokrom P-450 yang lebih tinggi (Zimmerman, 1982). Selain itu kadar glutation yang relatif rendah, dibandingkan dengan kadar glutation di bagian lain dari hati, dapat juga berperan mengaktifkan toksikan (Smith et al. 1979).Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati, seperti perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, dan sirosis (Lu, 1995). Steatosis adalah hati yang mengandung berat lipid lebih dari 5%. Mekanisme terjadinya penimbunan lemak pada hati secara umum yaitu rusaknya pelepasan trigliserid hati ke plasma. Nekrosis hati adalah kematian hepatosit. Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut. Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan menyebakan nekrosis pada hati (Zimmerman, 1982).Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang biasanya bersifat akut. Beberapa steroid anabolik dan kontraseptif di samping taurokolat, klorpromazin, dan eritromisin laktobionat terlah terbukti menyebabkan kolestasis dan hiperbilirubinemia karena tersumbatnya kanalikuli empedu. Sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar di sebagian besar hati. Serosis diduga berasal dari nekrosis sel-sel tunggal karena kurangnya mekanisme perbaikan yang menyebabkan meningkatnya aktivitas fibroblastik dan pembentuan jaringan parut (Lu, 1995).

Hepatosit tikus dan manusia yang terisolasi dalam suspensi atau dalam biakan, telah digunakan dalam berbagai penelitian biokimia. Dalam mempelajari efek toksikan terhadap sel hati yang sedang membelah digunakan hepatosit dari hewan yang sangat muda atau dari tumor hati. Hepatosit yang diisolasi dapat digunakan untuk menentukan berbagai efek toksik (Lu, 1995), seperti : 1) Kerusakan membran dapat dideteksi secara mikroskopik atau secara biokimia. Prosedur biokimia berupa pengukuran kemampuan sel menyerap kofaktor (misalnya NADPH), bahan pewarna polar (misalnya biru tripan), dan substrat (misal suksinat) dan pengukuran kebocoran enzim sitoplasma. 2) Mungkin terdapat perubahan dalam makromolekul selseperti penghambatan protein dan sistesis RNA, dan peningkatan sintesis DNA. 3) Efek lain adalah perubahan metabolisme perantara dan perubahan dalam aktivitas dan pertumbuhan hepatosit.Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah. Obat-obatan dapat memberikan efek samping, salah satunya adalah efek hepatotoksik, yaitu efek samping kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan sekitarnya akibat konsumsi suatu obat.Pada dasarnya, obat dianggap sebagai penyebab kerusakan hati jika:1. Obat tersebut terbukti menyebabkan kerusakan hati pada binatang percobaan.2. Jika suatu obat menyebabkan gangguan pada hati saat dikonsumsi dan gangguan hati sembuh saat pemberian obat dihentikan, namun timbul kembali saat diberikan obat lagi.

2.3.1 Contoh zat kimia yang bersifat hepatotoksik1. Alkoholkonsumisi terus menerus dapat menginduksi terjadinya hepatitis. selain menginhibisi sintesis asam amino di hati. menginhibisi sintesis asam amino di hati dan menginhibisi natrium dan kalium yg menstimulasi ATP ase sebagai trannsport aktif asam amino di hati.Alkohol bisa menyebabkan 3 jenis kerusakan hati, yakni:a. Pengumpulan lemak (fatty liver)Gejalanya tergantung dari berapa lama dan berapa jumlah alkohol yang telah diminum. Peminum berat biasanya menunjukkan gejala awal pada usia 30an dan cenderung mengalami masalah yang berat pada umur 40an. Pada laki-laki, alkohol akan menyebabkan efek yang mirip dengan yang dihasilkan oleh terlalu banyaknya estrogen dan terlalu sedikitnya testosteron.

b. Peradangan (hepatitis alkoholik)Peradangan hati yang disebabkan oleh alkohol (hepatitis alkkoholik),bisa menyebabkan demam, sakit kuning, peningkatan jumlah sel darah putih dan pembesaran hati yang teraba lunak dan terasa nyeri. Pada kulit akan tampak pembuluh balik yang menyerupai gambaran laba-laba.

c. Pembentukan jaringan parut (sirosis).Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati.

2. Insektisidamenyebabkan keracunan ringan pada hati dan merupakan inhibitor untuk enzim asetil kolin esterase.

3. MikotoksinKemungkinan terdapat dalam makanan olahan seperti kacang, oncom, kentang, bihun, minyak kelapa, dan jamu(kadaluarsa), misalnya alfatoksin B1,B2, G1 dll.. yg berbahaya AFB1: racun yg bersifat hepatotoksik, karsinogenik, menyebabkan hepatitis, hepatoma, kematian katena kerusakan hati, gangguan kesehatan.efek biokimia AFB1: menunjukkan pengaruh pada fungsi hati menaikkan kandungan lipid gangguan sintesis protein menurunkan kadar vitamin A dalam hatialfatoksin dihasilkan oleh kapan Aspergillus flavus. tumbuh di daerah tropis pada bahan makanan, suhu 20-30C, kelembaban 75-85%.

4. jamurjamur dapat merusak hati, memiliki senyawa golongan amanita mono metil hidrazin dan senyawa toksik lain

5. CCl4 dosis 2-10mL memberikan efek mual, muntah, sakit kepala, kejang, koma gan gangguan fungsi hati yg dapat menimbulkan kematian.

6. Obat : ParasetamolParasetamol mengalami biotransformasi di hati, parasetamol terkonjugasi dengan asam glukoronat membentuk metabolit elektrofil, N-asetil-P-benzokuinonimina (NABKI) sebagai hepatotoksik.Pada dosis terapi metabolit tersebut dapat diikat oleh glutation (GSH) hati membentuk konjugat dengan sistein dan asam merkapturat, yang kemudian diekskresi oleh urin. Kejenuhan jalur konjugasi/kandungan GSH hati dihabiskan sampai menurun 20-30% dari harga normal mengakibatkan NABKI dapat berikatan dengan makromolekul sel hati secara ireversibel. Hal ini menyebabkan nekrosis sel hati.

BAB 3PENUTUP3.1 Kesimpulan Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kerja senyawa kimia yang merugikan makhluk hidup, dan juga mempelajari mekanisme efek toksik terhadap makhluk hidup. Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh, memiliki berat 1500 g pada manusia dewasa normal yang diperkirakan sekitar 2,5 % dari berat badan. Terletak di bawah tulang iga, dalam rongga perut sebelah kanan. Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Hati sering menjadi organ sasaran karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, setelah diserap, toksikan dibawa vena porta ke hati. Efek beracun zat kimia, yakni : efek akut, kronik, dapat balik, tidak dapat balik, local, sistemik, sinergis. Efek toksik pada hati disebut juga hepatotoksik. Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati, seperti perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, dan sirosis. Contoh zat kimia yang menyebabkan hepatotoksik seperti: Alkohol, Insektisida, Mikotoksin, obat: Paracetamol, CCl4, Fe, dsb. Alcohol bisa menyebabkan 3 kerusakan hati, yakni : Pengumpulan lemak (fatty liver), Peradangan (hepatitis alkoholik), Pembentukan jaringan parut (sirosis).

3.2 SaranKarena sifat dari organ hati ini sangat rentan terhadap racun, untuk itu kita harus dapat mencegah terjadinya keracunan, misalnya dengan pengurangan intensitas paparan dari racun tersebut. Dan kita juga perlu mengetahui tindakan awal apa yang harus dilakukan jika terdapat orang yang keracunan agar efek dari racun itu bisa diminimalisir.DAFTAR PUSTAKABrattin WJ SD, Waller RL, Glende EA, Recknagel PO. 1984. Assesment of the role calcium inon in halocarbon hepatotoxycity. Environ Health Perspect, 57: 321-323.Beckman KB, Ames BN. 1998. The Free Radical Theory of Aging Matures. Physiological Reviews, 78(2): 547-581Faiz, Omar., David Moffat. 2003. Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga.Jawi IM, Sutirta-Yasa WP, Saputra H. 2007. Gambaran histologis hepar serta kadar SGOT dan SGPT darah mencit yang diberikan alkohol secara akut dan kronis. Dexa Media, 1(20) : 23-26Joewana S. 1989. Gangguan Penggunaan Zat, Narkotika, Alkohol dan Zat Aditif lainnya. Gramedia. JakartaLu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, UI Press.Nelson Simanungkalit Pospos. 2005. L-Ornitin-L-Aspartat (LOLA) menghindari blebbing akibat keracunan etanol pada hepatosit.Cermin Dunia Kedokteran International Standard SerialNumber: 0125-913x. 57-59.Pospos NS. 2002. Bukti gambar, etanol merusak sel hati dan pengaruhnya terhadap konsentrasi ATP intraseluler. Medika. No 1 Tahun XXVII. 17-20Smith ML, Loveridge N, Willis ED, Chayen J. 1979. The distribution of glutathione in rat liver lobule. Biochem. J. 182:103-108.Smith MT, Thor T, Orrenius S. 1983. The role of lipid peroxidation in the toxicity of foreign compounds to liver cells. Biochem. Pharmacol. 32: 763-764.Zimmerman HJ. 1982. Chemical hepatic injury and its detection. In: Toxicology of the Liver. Eds. GL. Plaa and WR.Hewitt. New York :Raven Press.

Toksikologi (Efek toksik pada hati)hal 22